• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAFSIR SURAT AL IKHLAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TAFSIR SURAT AL IKHLAS"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

maktabah abu asma andre 1

TAFSIR SURAT AL IKHLAS

Pendahuluan

Surat ini dinamakan Al Ikhlas karena di dalamnya berisi pengajaran tentang tauhid, dengan sebab itu surat ini dinamakan juga Surat Al Asas, Qul Huwallahu Ahad, At Tauhid, Al Iman, dan masih banyak nama lainnya yang diberikan oleh para ulama. Surat ini merupakan surat Makiyyah, surat ke 112 berdasarkan tertib mushaf ‘Utsmani, terdiri dari 4 ayat dan diturunkan setelah surat An Naas.

Sebab dinamakan surat Al Ikhlas

Syaikh Muhammad bin Shaleh Al ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa Surat Al Ikhlas ini berasal dari ’mengikhlaskan sesuatu’ yaitu membersihkannya/memurnikannya dari berbagai macam kotoran. Dinamakan demikian karena di dalam surat ini berisi pembahasan mengenai ikhlas kepada Allah , karena itu siapa mengimaninya, dia termasuk orang yang ikhlas kepada Allah . Ada juga yang mengatakan bahwa surat ini dinamakan Al Ikhlash (dimana ikhlash berarti murni) karena surat ini murni membicarakan tentang Allah . Allah  hanya mengkhususkan membicarakan diriNya, tidak membicarakan tentang hukum ataupun yang lainnya. Dua tafsiran ini sama-sama benar, tidak bertolak belakang satu dan lainnya.

1

Sehingga apabila disimpulkan ucapan Syaikh rahimahullah maka ada dua sebab kenapa surat ini dinamakan Al Ikhlash :

1. Karena surat ini berbicara tentang ikhlash.

2. Karena surat ini murni membicarakan tentang Allah .

Keutamaan Surat Al Ikhlas

Surat ini memiliki banyak keutamaan, diantaranya : 1. Orang yang mencintainya akan dicintai oleh Allah  :

1 Syarh Al Aqidah Al Wasithiyyah hal 97

(2)

maktabah abu asma andre 2

Dari ‘Aisyah  bahwa Nabi  mengutus seorang laki-laki memimpin sekelompok pasukan, (ketika mengimami shalat) dia biasa membaca di dalam shalat jama’ah mereka, lalu menutup dengan ”Qul huwallaahu ahad”. Ketika mereka telah kembali, mereka menyebutkan hal itu kepada Nabi . Maka beliau berkata : “Tanyalah dia, kenapa dia melakukannya!” Lalu mereka bertanya kepadanya, dia menjawab : “Karena surat ini merupakan sifat Ar Rahmaan (Allah Yang Maha Pemurah), dan aku suka membacanya”. Maka Nabi  bersabda : “Beritahukan kepadanya bahwa Allâh mencintainya”. ( HR Imam Al Bukhari no 7375 dan Imam Muslim no 813 )

2. Sebanding dengan sepertiga Al Qur-an

Dari Abud Darda’  dari Nabi  , beliau bersabda : “Apakah seseorang dari kamu tidak mampu membaca sepertiga Al Qur-an di dalam satu malam?” Para shahabat bertanya : “Bagaimana seseorang (mampu) membaca sepertiga Al Qur-an (di dalam satu malam)?” Beliau  bersabda :

“Qul Huwallaahu Ahad sebanding dengan sepertiga Al Qur-an.” ( HR Imam Muslim no 811 )

Maknanya adalah bahwa kandungan Al Qur-an ada tiga bagian : 1. Hukum-hukum

2. Janji dan ancaman

3. Nama-nama dan sifat-sifat Allah . Dan surat ini semuanya berisi tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah

. ( Majmu’ Fatawa 17/103 )

Asbabun nuzul surat Al Ikhlas

Sebab turun surat Al Ikhlas ini adalah pertanyaan orang-orang kafir tentang Allah  , sebagaimana disebutkan di dalam hadits :

Dari Ubay bin Ka’ab  bahwa orang-orang musyrik berkata kepada Rasulullah  : “Sebutkan

nasab Rabbmu kepada kami!” maka Allah  menurunkan : ( Katakanlah : “Dia-lah Allah, yang

(3)

maktabah abu asma andre 3

Maha Esa). ( HR Imam At Tirmidzi, no 3364 Imam Ahmad no 20714, Imam Ibnu Abi ‘Ashim di dalam As Sunnah 1/297, dihasankan oleh Syaikh Al Albani )

Tafsir Surat Al Ikhlas

Allah  berfirman :







































Katakanlah : “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.

Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.

Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”



Ayat 1

Terkait dengan ayat ini Berkata Ikrimah : “ Ketika Yahudi berkata : “Kami beribadah kepada Uzair anak Allah” Nashara berkata : “Kami beribadah kepada Al Masih (Isa bin Maryam)”, berkata Majusi (penyembah api) : “ Kami beribadah kepada matahari dan bulan”. Dan orang- orang musyrikin berkata : “Kami beribadah kepada berhala.” Maka Allah turunkan kepada Rasulullah  : ْذَحَأ َُّّهنا َىُْ ْمُق

Maknanya Dialah Allah  yang satu yang tidak ada sebanding denganNya, tidak ada pembantu bagi Allah , tidak ada yang setara dengan Allah , tidak ada yang serupa dan tidak ada yang sama dengan Allah . Pada lafadz diatas tidak ditetapkan pada selain Allah . Namun ditetapkan hanya pada Allah  saja. Dikarenakan Allah  sempurna pada seluruh sifat dan perbuatannya. ( Tafsir Ibnu Katsir 8/414 )

Imam Al Qurthubiy rahimahullah berkata :

ُذِحاَىنا

،ُشِتِىنا

ٌِزَّنا اَن

َُِِّبَش

،َُّن اَنَو

َشُِِظََ

اَنَو

،َةَبَحاَص اَنَو ذَنَو اَنَو

َكَِِشَش

Al Wahid Al Witr ( Maha Esa ) : tidak ada yang serupa denganNya, tidak ada yang sebanding

denganNya, tidak memiliki istri ataupun anak, dan tidak ada sekutu bagiNya. ( Tafsir Al

Qurthubiy 10/466 )

(4)

maktabah abu asma andre 4

Syaikh Al ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa kalimat ( دٌ أَ أَ ) – artinya Allah Maha Esa - اللَّهُ

maknanya bahwa Allah itu Esa dalam keagungan dan kebesarannya, tidak ada yang serupa denganNya, tidak ada sekutu bagiNya. ( Tafsir Juz ‘Amma hal 292)

Dari ayat ini kita bisa mengambil pelajaran :

1. Bahwa seseorang muslim seharusnya beribadah hanya kepada Allah

saja dan tidak memalingkan ibadah kepada selain Allah

.

2. Tidak ada sesuatu apapun yang sebanding dengan Allah  dimana kesempurnaan hanyalah milik Allah .

3. Mencukupkan diri dengan dalil didalam berbicara dan membantah ahli kitab, kaum musyrikin maupun kelompok kelompok menyimpang.

Ayat 2

Imam Ibnul Jauziy rahimahullah dalam Zaadul Masiir mengatakan bahwa makna Ash Shamad ada empat pendapat :

1. Ash Shamad bermakna :

َّأ ذُِّسنا

ٌزنا

ُذًَِصَُ

ُّنإ في

جئاىلحا : Allah adalah As Sayyid (penghulu), tempat makhluk menyandarkan segala hajat padaNya.

2. Ash Shamad bermakna :

َّأ

ٌزنا لا فىج

ّن : Allah tidak memiliki rongga (perut).

3. Ash Shamad bermakna :

َّأ

ىئاذنا : Allah itu Maha Kekal.

4. Ash Shamad bermakna :

ٍقابنا ذعب ءاُف

قهلخا : Allah itu tetap kekal setelah para makhluk binasa.

Imam Ibnu Katsir didalam tafsirnya membawakan ucapan Ibnu Abbas

ُذًََّصنا َُّّهنا ذق ٌزنا ىُهعناو ،ًّهح في مًك ذق ٌزنا ىُهلحاو ،ّتًظع في مًك ذق ٌزنا ىُظعناو ،ّفشش في مًك ذق ٌزنا فَششناو ،ِددؤس في مًك ذق ٌزنا ذُسنا ىْ

،ءفك ّن سُن ،ّن لاإ ٍغبُت لا ّتفص ِزْ ،َّاحبس للها ىْو ،ددؤسناو فششنا عاىَأ في مًك ذق ٌزنا ىْو ّتًكح في مًك ذق ٌزنا ىُكلحاو ،ًّهع في مًك ساهقنا ذحاىنا للها ٌاحبس ،ءٍش ّهثًك سُنو

.

Dialah As Sayyid (Pemimpin) yang kekuasaanNya sempurna. Dia-lah Asy Syarif (Maha Mulia) yang kemuliaanNya sempurna. Dia-lah Al ‘Azhim (Maha Agung) yang keagunganNya sempurna.

Dia-lah Al Halim (Maha Pemurah) yang kemurahanNya itu sempurna. Dia-lah Al ‘Alim (Maha

(5)

maktabah abu asma andre 5

Mengetahui) yang ilmuNya itu sempurna. Dia-lah Al Hakim (Maha Bijaksana) yang sempurna dalam hikmah (atau hukum-Nya). Allah-lah – Yang Maha Suci - yang Maha Sempurna dalam segala kemuliaan dan kekuasaan. SifatNya ini tidak pantas kecuali bagiNya, tidak ada yang setara denganNya, tidak ada yang semisal denganNya. Maha Suci Allah Yang Maha Esa dan Maha Kuasa.

Syaikh Musa’id Ath Thayyar hafizhahullah setelah menyebutkan lima makna Ash Shamad, lalu beliau berkata : “Perselisihan ini termasuk ikhtilaf tanawwu’ (perselisihan jenis) dalam ungkapan, bukan perselisihan dalam makna. Karena semua pendapat ini kembali kepada satu makna, yaitu sifat Allah yang tidak membutuhkan perkara yang dibutuhkan oleh makhlukNya, karena kesempurnaan kekuasaanNya. Dan janganlah merisaukanmu pengingkaran sebagian khalaf terhadap sebagian makna-makna yang diriwayatkan dari salaf ini, demikian juga anggapan mereka (khalaf) bahwa perkataan-perkataan salaf ini tidak didukung oleh lughah (bahasa Arab). Karena itu adalah perkataan orang yang tidak memahami tafsir salaf, dan dia tidak mengambil faidah ketetapan makna-makna lafazh lughah (bahasa Arab) dari tafsir salaf, wallahu a’lam.” ( Tafsir Juz ‘Amma 1/201 - Syaikh Musa’id Ath Thayyar )

Dari ayat ini kita bisa mengambil pelajaran :

1. Bahwa kesempurnaan pada segala sesuatu adalah milik Allah .

2. Kewajiban meminta hanya kepada Allah

karena Dialah yang memiliki segala sesuatu.

3. Menetapkan berbagai nama dan sifat Allah  yang mengandung konsekuensi mengagungkan dan memuliakanNya.

Ayat 3

Kalimat ( مْ لِ أَ مْ أَ ) sebagaimana dikatakan Muqatil : ”Tidak beranak kemudian mendapat warisan.”

Kalimat ( مْ أَ مْ أَ أَ ) maksudnya adalah tidak disekutui oleh sesuatu apapun juga. Demikian karena orang-orang musyrik Arab mengatakan bahwa Malaikat adalah anak perempuan Allah . Kaum Yahudi mengatakan bahwa ’Uzair adalah anak Allah. Sedangkan Nashara mengatakan bahwa Al Masih (Isa, pent) adalah anak Allah. Dalam ayat ini, Allah meniadakan itu semua.” (Zadul Masiir)

Syaikh Musa’id Ath Thayyar hafizhahullah berkata : “Yaitu : (Allah) ini yang berhak untuk diibadahi, Dia tidak dilahirkan sehingga akan binasa. Dia juga bukan suatu yang baru yang didahului oleh tidak ada lalu menjadi ada. Bahkan Dia adalah Al Awwal yang tidak ada sesuatupun sebelumNya, dan Al Akhir yang tidak ada sesuatupun setelahNya.” ( Tafsir Juz

‘Amma 1/77, Syaikh Musa’id Ath Thayyaar )

(6)

maktabah abu asma andre 6

Dari ayat ini kita bisa mengambil pelajaran :

1. Allah tidaklah Dia beranak ataupun diperanakkan.

2. Keyakinan batil trinitas yang meyakini bahwa Allah  merupakan Bapa atau anak Bapa.

Faidah :

Banyak sekali bantahan Allah  di dalam Al Qur-an terhadap orang-orang yang beranggapan bahwa Allah  memiliki anak, antara lain firman Allah  :

ۖ ۖ

ۖ

Dia Pencipta langit dan bumi. bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu dan Dia mengetahui segala sesuatu. ( QS Al An’am : 101 )

Sesungguhnya beranggapan bahwa Allah memiliki anak merupakan celaan manusia kepada Allah Yang Maha Kuasa, padahal mereka sangat tidak pantas mencelaNya. Nabi  bersabda :

َلاَق

َُّّهنا

ٍَُِبَّزَك

ٍُِبا

َوَدآ

ِىَنَو

ٍُِكََ

َُّن

َكِنَر

ًٍََُِتَشَو

ِىَنَو

ٍُِكََ

َُّن

َكِنَر اَّيَأ

ُُّبَِزْكَت

ٌَاََِّإ

ٌَْأ

َلىُقََ

ٍَِِّإ

ٍَِن

َُِذُِعُأ اًََك

ُُّتْأَذَب

اَّيَأَو

ًُُِّتَش

ٌَاََِّإ

ٌَْأ

َلىُقََ

َزَخَّتا

َُّّهنا اّذَنَو اَََأَو

ُذًََّصنا

ٌِزَّنا

ِىَن

ِذِنَأ

ِىَنَو

ِذَنوُأ

ِىَنَو

ٍُِكََ

ٍِن اّؤُفُك

ْذَحَأ

Allah berkata : “Anak Adam mendustakanKu, padahal dia tidak pantas melakukannya. Dia juga mencelaKu, padahal dia tidak pantas melakukannya. Adapun pendustaannya kepadaKu adalah perkataannya bahwa Aku tidak akan menghidupkannya kembali sebagaimana Aku telah memulai penciptaannya. Sedangkan celaannya kepadaKu adalah perkataannya bahwa Aku memiliki anak, padahal Aku adalah Ash Shamad, Aku tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara denganKu.” ( HR Imam Bukhari no 4975 )

Karena besarnya dosa keyakinan Allah  memiliki anak, maka hampir-hampir dunia ini hancur karenanya. Allah  berfirman :

Dan mereka berkata, “Rabb yang Maha Pemurah mempunyai anak” Sesungguhnya kamu telah

mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar. Hampir-hampir langit pecah karena

ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mengatakan bahwa Allah

yang Maha Pemurah mempunyai anak. ( QS Maryam 88-91 )

(7)

maktabah abu asma andre 7

Namun walaupun demikian besar kedurhakaan manusia yang berkeyakinan seperti itu tetapi Allah  Maha Sabar. Bahkan Dia tetap memberikan rizqi dan kesehatan sementara di dunia ini kepada orang-orang yang sangat lancang tersebut. Nabi  bersabda :

َسَُِن

ْذَحَأ

ِوَأ

َسَُِن

ٌءٍَِش

َشَبِصَأ

ًَهَع يًرَأ

َُّعًَِس

ٍِِي

َِّّهنا

ِىُهََِّإ

ٌَىُعِذََُن َُّن اّذَنَو

ََُِّّإَو

ِىِهُِفاَعَُُن

ِىُهُقُصِشَََو

Tidak ada seorangpun yang lebih sabar daripada Allah terhadap gangguan yang dia dengarkan.

Sebagian manusia menganggap Allah memiliki anak, namun Dia tetap memberikan keselamatan/kesehatan dan memberi rizqi kepada mereka. ( HR Imam Al Bukhari no 6099 dan Imam Muslim no 2804 )

Ayat 4

Maksudnya adalah tidak ada seorang pun sama dalam setiap sifat-sifat Allah . Jadi Allah meniadakan dari diriNya memiliki anak atau dilahirkan sehingga memiliki orang tua. Juga Allah meniadakan adanya yang semisal dengan-Nya. ( Tafsir Juz ‘Amma hal 293 ) Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah mengatakan makna ayat : ”Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia” yaitu tidak ada yang serupa (setara) dengan Allah dalam nama, sifat, dan perbuatan.

Dari ayat ini kita bisa mengambil pelajaran : Penegasan kembali akan kesempurnaan Allah

.

Faidah dan pelajaran dari surat Al Falaq

1. Penetapan sifat ahadiyyah (keesaan) bagi Allah .

2. Penetapan sifat shamadiyyah bagi Allah . Yaitu sifat Allah  yang tidak membutuhkan perkara yang dibutuhkan oleh makhlukNya, karena kesempurnaan kekuasaanNya

3. Mengenal Allah  dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya.

4. Penetapan tauhid dan kenabian.

5. Kedustaan orang yang menganggap Allah  memiliki anak.

6. Kewajiban beribadah kepada Allah  semata, karena hanya Dia yang memiliki hak untuk diibadahi.

Alhamdulillah, selesai tafsir ringkas dari surat Al Ikhlas.

Abu Asma Andre

(8)

maktabah abu asma andre 8

Referensi

Dokumen terkait

Dari ketiga kabuoaten tersebut, Kukar merupakan kabupaten yang memiliki lahan gambut terluas dibandingkan Kutai Barat dan Kutai Timur Secara ekoregional, kawasan

c. Memenuhi persyaratan teknis minimal dan berlabel. Lahan bera atau tidak ditanami dengan tanaman yang satu familli minimal satu musim tanam. Untuk tanaman rimpang lahan yang

Rory, merupakan sosok hantu anak kecil yang terlihat memang tidak menganggu, tetapi justru malah ingin membantu dan mencoba memberitahu tentang kejahatan apa yang

Pembangunan sebuah Convention dan Exhibition Center bertaraf Internasional ini diharapkan akan membantu pelaksanaan program pariwisata MICE (Meeting, Inventive, Convention and

Kajian ini berkisar komitmen pelajar dan pensyarah di kampus antaranya ialah komitmen pelajar terhadap pemakaian kad matrik universiti, komitmen pensyarah memperuntukkan masa bagi

“Analisis Pngaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar, Inflasi, Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK), Serta implikasinya Pada Pembiayaan Mudharabah

Saat ini kerap terjadi pelanggaran privasi di media sosial berbasis ojek online, timbulnya pelanggaran privasi pada ojek online ini karena aplikasi

Judi Pat#l#gis ditandai dengan judi maladaptif yang erulang dan menetap dan menimulkan masalah ek#n#mi serta gangguan yang signifikan di dalam fungsi  priadi,