• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1997, jurnalis datang ke kantor media, membaca berita headline di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1997, jurnalis datang ke kantor media, membaca berita headline di"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tahun 1997, jurnalis datang ke kantor media, membaca berita headline di koran, dan berdiskusi dengan editor mengenai peristiwa yang akan diliput setiap pagi. Setelah rapat redaksi, pekerjaan jurnalis dimulai dengan mengumpulkan agenda peristiwa, berbicara dengan narasumber, dan mengumpulkan data-data. Biasanya seorang jurnalis akan membuat 10 berita untuk dipublikasikan dalam koran pada sore hari (Bossio, 2017, p. 1).

Beralih 20 tahun kemudian, pada 2017, hari kerja jurnalis dimulai saat bangun tidur ketika mengecek telepon genggam, membuka akun media sosial (Facebook, Twitter, Instagram, Youtube, dan lainnya) pribadi maupun kantor media. Kemudian membandingkan konten yang diunggah akun media dengan apa yang sedang ‘viral’. Ketika tiba di kantor, jurnalis bertemu dengan berbagai kolega yang menangani berita media cetak, online, dan media sosial. Kini jurnalis dimungkinkan hanya membuat 2 sampai 3 berita saja, tetapi bertanggung jawab secara konsisten dalam memproduksi topik berita tersebut (Bossio, 2017, pp. 1-2).

(2)

Pengalihan ruang berita (newsroom) pada media konvensional menuju

multimedia newsroom pada media sosial semakin mengaburkan ruang privasi dan

publik seorang jurnalis. Ketika dahulu seorang jurnalis memulai bekerja saat tiba di kantor berita, kini pekerjaan telah dimulai saat jurnalis membuka satu aplikasi media sosial di telepon genggamnya. Jurnalis bermain media sosial untuk menghabiskan waktu sekaligus melihat berita ter-update. Waktu privasi dilakukan bersamaan dengan waktu pekerjaan. Fokus atau perhatian jurnalis juga terbagi untuk memproduksi satu konten berita dalam beragam format, baik foto, video, tulisan. Media sosial menggeser separuh keberadaan media konvensional. Operasional koran semakin lama semakin menurun, lebih sedikit halaman, dan lebih berfokus pada konten gaya hidup dari jurnalis pekerja lepas (Bossio, 2017, p. 2). Banyak jurnalis yang mengembangkan keahliannya agar dapat mengikuti perkembangan zaman media.

Deuze (2004, p. 140) menyatakan terdapat dua definisi multimedia jurnalistik. Pertama, presentasi paket berita di situs web dengan menggunakan dua atau lebih format media, seperti audio, visual, teks, musik, animasi grafis, termasuk melibatkan elemen-elemen hipertekstual dan interaktivitas (Deuze, 2003a, Online Journalism dalam Deuze, 2004). Kedua, presentasi terintegrasi dari paket berita yang dikemas melalui berbagai media seperti website, email, SMS, MMS, radio, televisi, surat kabar cetak, dan majalah. Terlihat perbedaan dari dua definisi di atas, pertama mengartikan berbagai format atau elemen berita dalam suatu platform media,

(3)

sedangkan pengertian kedua mengartikan konvergensi dari berbagai media yang mana ditandai bergabungnya newsroom media yang saling berbeda untuk memproduksi suatu paket berita dan dikemas pada berbagai platform media.

Berangkat dari dua pengertian multimedia tersebut, media sosial sebagai produk multimedia digunakan media massa untuk menyebarkan berita. Paket berita dibuat secara multimedia dengan menggunakan berbagai format atau elemen berita, seperti audio, visual, teks, musik, animasi grafis, dan lainnya. Walaupun menggunakan platform media sosial, produk yang dihasilkan media massa tetap berupa berita, maka penelitian ini akan menganalisis dari aspek media sosial dengan mengukur elemen-elemen visual berita dan aksesibilitas media sosial.

Media sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah laman atau aplikasi yang memungkinkan pengguna dapat membuat dan berbagi isi atau terlibat dalam jaringan sosial (KBBI Daring). Menurut Bossio (2017, p. 7), media sosial diartikan sebagai aplikasi atau layanan berbasis web yang memungkinkan serangkaian koneksi dilalukan secara online melalui konten media. Dari dua pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan media sosial diartikan sebagai aplikasi berbasis web yang memungkinan serangkaian interaksi antar pengguna dan berbagi isi konten media dalam jaringan sosial. Konten menjadi ‘viral’ melalui ‘like’,

(4)

Apa yang dilakukan setiap media massa dalam memanfaatkan media sosial berbeda-beda. Kekuatan media sosial dapat memecahkan keterbatasan media lainnya dalam menyebarkan berita. Contohnya pada kasus demonstrasi Mesir 25 Januari 2011. Disebut juga sebagai Revolusi Mesir 2011 yang mana rakyat berdemonstrasi menuntut Presiden Hosni Mubarak yang telah berkuasa 30 tahun mundur dari jabatannya (Lavrusik, 2011). Pemerintah berupaya meredam ketegangan dengan memblokir saluran komunikasi, seperti televisi, internet, dan akses jurnalis meliput. Namun, upaya pemblokiran komunikasi tidak meredam informasi yang keluar dari negara tersebut. Jurnalis dari NPR, CNN, The New York Times, Al-Jazeera English, dan lainnya melaporkan kejadian dari waktu ke waktu melalui akun Facebook, Twitter, Youtube, Live Blog, Tumblr, Audioboo (Lavrusik, 2011). Peran krusial media sosial terlihat pada peristiwa ini. Keterbatasan akses jurnalis meliput berita maupun internet tetap dapat disiarkan melalui media sosial. Menariknya, berita yang mengalir keluar merupakan gabungan dari kinerja jurnalis di lapangan dengan

platform media sosial. Para pakar pun mempertimbangkan peran media sosial dalam

memicu pemberontakan, dan apakah media sosial diperlukan dalam mempercepat revolusi modern? (Lavrusik, 2011)

(5)

Gambar 1.1 Jumlah Pengguna Aktif Media Sosial 2018

Sumber: https://datareportal.com/reports/digital-2018-indonesia

(6)

Sumber: https://www.slideshare.net/DataReportal/digital-2019-indonesia-january- 2019-v01

Gambar 1.3 Jumlah Pengguna Aktif Media Sosial 2020

Sumber: https://datareportal.com/reports/digital-2020-indonesia

Berdasarkan data we are social x Hootsuite Indonesia periode Januari 2018- 2020, pengguna aktif media sosial terus bertambah setiap tahunnya. Total pengguna media sosial tahun 2018 berupa 130 juta jiwa, bertambah 20 juta menjadi 150 juta jiwa pada tahun 2019, dan mencapai angka 160 juta dari total 272 juta penduduk Indonesia pada tahun 2020. Pertumbuhan total angka signifikan naik tetapi menurun pada angka pertumbuhan yang mana tahun 2018 ke 2019 bertambah 20 juta sedangkan 2019 menuju 2020 hanya bertambah 10 juta pengguna. Meskipun angka pertumbuhan menurun 10 juta, kenaikan pengguna terus bertambah menandakan media sosial tetap digemari masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun (Kemp, 2020).

(7)

Tingginya angka pengguna dari data di atas menjadi salah satu faktor media massa memanfaatkan media sosial untuk menyebarluaskan berita dan menjangkau para

audiens.

Gambar 1.8 Jumlah Pengguna Media Sosial di Indonesia 2020

Sumber: www.napoleoncat.com

Berdasarkan sumber NapoleonCat (diakses pada 11 Maret 2020), situs analisis media sosial menunjukkan bahwa pada Februari 2020, Facebook merupakan media sosial yang menduduki peringkat pertama dengan jumlah pengguna terbanyak di Indonesia sebesar 151.510.000. Sedangkan Instagram berada pada tingkat kedua dengan jumlah 62.470.000 pengguna.

(8)

Instagram sebagai media sosial berbagi gambar, video dengan ciri khasnya mengedepankan visual dan interaktivitas. Aplikasi media sosial yang diluncurkan oleh oleh Kevin Systrom dan Michel Krieger pada 6 Oktober 2010 ini awalnya dibuat khusus untuk pengguna iOS. Kemudian Instagram melebarkan jangkauannya dengan merilis aplikasi di Android pada April 2012. Media platform Instagram merupakan perkembangan luar biasa dalam media baru. Berbagai medium gambar yang ditampilkan melalui kamera, kertas foto, galeri foto, tempat penerbitan majalah sepanjang abad 19 dan 20 kini telah digabungkan ke dalam satu platform sederhana, Instagram (Manovich, 2017, p. 11). Tidak hanya mengambil, mengedit, dan mengunggah foto, Instagram juga memungkinkan pengguna melihat foto pengguna lain, mencari foto lain hingga berinteraksi dengan sesama pengguna (like,comment,

repost, dan share). Berbagai fitur yang disediakan Instagram seperti mention, hashtag, tagging, dan geo-location dalam Instagram dapat berguna bagi jurnalis dan

media untuk menarik pengguna Instagram melihat berita yang diunggah media dan menimbulkan keterikatan (engagement).

Tampilan Instagram serba visual. Visual dapat menceritakan banyak hal dalam suatu peristiwa (Adornato, 2018, p. 156). Visual dapat menginspirasi, mudah dipahami, dan menarik perhatian orang (Latham, 2018). Artinya, kekuatan visual mempunyai daya tarik tersendiri bagi pengguna dan menjadi faktor utama popularitas

platform media sosial Instagram. Dalam Instagram, sedikit bermakna lebih

(9)

Jurnalis tidak hanya mengunggah video maupun foto, namun pemilihan visual yang tepat memunculkan hubungan keterikatan antara audiens dengan peristiwa yang diberitakan (Adornato, 2018, p. 245). Karena apapun konten visual berita yang diunggah memiliki makna berdasarkan konteks, bentuk visual, dan tujuan komunikasi antar audiens yang berbeda-beda (Leaver, Highfield, & Abidin, 2020).

Kress and Van Leeuwen (2006, dalam Serafinelli, 2017, p.4-5) berargumen visual bersifat komunikatif, mampu merepresentasikan relasi sosial antara produsen,

audiens, dan gambar itu sendiri. Salah satu faktor kesuksesan Instagram sebagai

medium relasi sosial tersebut dikarenakan fokusnya pada elemen visual (Leaver, Highfield, & Abidin, 2020). Menurut Lev Manovich (2017 dalam Leaver, Highfield, & Abidin, 2020), jika Google merupakan mesin pencarian informasi, Twitter berisi berita dan pertukaran link, Facebook sebagai medium komunikasi sosial, maka Instagram merupakan medium komunikasi estetika visual.

Faktor estetika visual ini tentu dimanfaatkan media massa dalam menyebarkan berita dalam platform Instagram. Foto/gambar, video jurnalistik, serta bentuk visual berita lainnya sebagai bagian dari pemberitaan diproduksi dan disebarkan untuk menarik perhatian audiens dan meningkatkan tingginya peluang keterikatan khalayak (audience engagement) dengan akun media massa tersebut. Berangkat dari kekuatan visual dalam Instagram tersebut, fokus penelitian ini bertuju pada analisis elemen visual berita berupa gambar ilustrasi, foto, video, dan

(10)

Gambar 1.6 Akun Instagram Liputan 6

Sumber: https://www.instagram.com/liputan6/

Gambar 1.7 Akun Instagram Detikcom

(11)

Dua media Liputan 6 dan Detikcom dipilih karena termasuk media massa yang up to date berita COVID-19 di akun Instagram. Media Liputan 6 telah mengunggah 387 berita COVID-19 dari 10 April – 4 Juni 2020 sedangkan Detikcom telah mengunggah 668 berita COVID-19 dari 10 April – 4 Juni 2020. Selain itu, dua media tersebut merupakan media massa besar yang memiliki jutaan pengikut Instagram, Liputan 6 sebesar 1,8 juta pengikut sedangkan Detikcom memiliki 2,7 juta pengikut (per 27/12/20). Artinya, jutaan followers mengakses informasi terutama COVID-19 melalui dua media tersebut, dan memungkinkan tingginya peluang keterikatan khalayak (audience engagement) media sosial.

Menilik kasus virus corona atau COVID-19, virus ini pertama kali muncul di Wuhan, China pada bulan Desember 2019 (Agiesta, 2020). Kemudian pada 30 Januari 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikan virus corona ini sebagai darurat kesehatan global dikarenakan penyebaran hingga keluar negeri. WHO juga menyatakan kemungkinan penyebaran awal virus melalui hewan. Pada 11 Februari, WHO meresmikan nama baru virus corona menjadi ‘COVID-19’. ‘CO’ berasal dari “corona”, ‘VI’ berasal dari “virus”, dan ‘D’ berasal dari “disease” atau penyakit. Sementara angka 19 merupakan singkatan dari tahun 2019.

Dalam laporan penelitian ini membahas bentuk visual berita COVID-19 yang diunggah media Liputan 6 dan Detikcom dalam feed media sosial Instagram selama

(12)

penanganan COVID-19 di Indonesia. Maka hasil penelitian ini juga akan menunjukkan berita apa saja yang sering diunggah kedua media selama masa PSBB Jakarta pertama dengan menghitung visual subjek/objek berita.

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian ini menganalisis perbedaan bentuk visual pemberitaan COVID-19 dan penggunaan aksesibilitas fitur pada feed media sosial Instagram antara Liputan 6 dan Detikcom. Berangkat dari pernyataan tersebut, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana bentuk visual pemberitaan COVID-19 antara

media Liputan 6 dan Detikcom dalam feed media sosial Instagram?”

1.3 Pertanyaan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah :

a. Apakah perbedaan bentuk visual berita COVID-19 di feed media sosial Instagram antara Liputan 6 dan Detikcom?

b. Apa saja fitur feed media sosial Instagram yang digunakan media Liputan 6

dalam memberitakan COVID-19?

c. Apa saja fitur feed media sosial Instagram yang digunakan media Detikcom

(13)

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis perbedaan bentuk visual pemberitaan COVID-19 dan penggunaan fitur atau aksesibilitas pada feed media sosial Instagram antara Liputan 6 dan Detikcom selama periode PSBB Jakarta pertama (10 April – 4 Juni 2020).

1.5 Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Akademis

Penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi kajian bidang studi jurnalistik terkait analisis elemen visual pemberitaan di media sosial Instagram. Kemudian penelitian ini juga berguna sebagai bahan acuan penelitian selanjutnya dalam meneliti elemen visual pemberitaan dan aksesibilitas fitur media sosial. Selain itu, penelitian ini berguna dalam memperkaya kajian ilmu media sosial dan analisis isi kuantitatif.

b. Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis dalam penelitian ini untuk memperlihatkan analisis dua media Indonesia, Liputan 6 dan Detikcom yang menggunakan feed media sosial Instagram dalam pemberitaan COVID-19. Penelitian ini juga berguna sebagai bahan evaluasi bagi media-media massa Indonesia lainnya dalam mengolah bentuk visual berita di Instagram yang lebih menarik, informatif, dan mudah dipahami

(14)

c. Keterbatasan Penelitian

Di tengah pengerjaan, salah satu coder mengundurkan diri sehingga menghambat laju penelitian dan peneliti mengatasinya dengan mencari coder baru namun hal tersebut tentu memperlambat waktu pengerjaan. Penelitian ini juga tidak tepat menggunakan konsep efektivitas infografis yang bertuju pada pembaca. Akhirnya hasil penelitian konsep efektivitas infografis dihilangkan dalam penelitian.

Gambar

Gambar 1.1 Jumlah Pengguna Aktif Media Sosial 2018
Gambar 1.3 Jumlah Pengguna Aktif Media Sosial 2020
Gambar 1.8 Jumlah Pengguna Media Sosial di Indonesia 2020
Gambar 1.6 Akun Instagram Liputan 6

Referensi

Dokumen terkait

b) Guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau Non PNS serta tidak sedang mendapat tugas tambahan atau dalam proses pengangkatan sebagai kepala satuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pemanfaatan Media Sosial Instagram, Whatsapp Terhadap Peningkatan Kinerja Karyawan Dalam Kemajuan Kantor

Pemberitaan yang dijadikan objek penelitian tentang Corona atau Covid-19 pada media online Detik.com terdiri dari tiga judul berita, yaitu pemberitaan yang pertama

Bentuk konten mengenai Covid-19 yang dibagikan oleh Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan Persandian Kota Surakarta melalui media sosial resmi Facebook, Instagram,

Peneliti ingin mendeskripsikan atau mengidentifikasi serta membedakan bentuk visual berita COVID-19 yang diunggah oleh media Liputan 6 dan Detikcom, dilihat dari

Penelitian terdahulu kedua berjudul “Praktik Jurnalisme Bencana di Instagram: Analisis Isi Pemberitaan Bencana pada Akun Instagram Media Berita @detikcom dan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa tinggi terpaan berita Covid-19 di media online terhadap tingkat kecemasan generasi milenial.. Melihat tingginya pengguna

Berkembangnya virus Covid-19 membuat media minews.id mengubah strateginya untuk mendapatkan berita melalui sosial media sebagai sumber berita yang dimana sebanyak 85%