• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN PENGISIAN BLANGKO PERMOHONAN REKOMENDASI IMPOR PRODUK KEHUTANAN OLEH IMPORTIR DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEDOMAN PENGISIAN BLANGKO PERMOHONAN REKOMENDASI IMPOR PRODUK KEHUTANAN OLEH IMPORTIR DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN PENGISIAN BLANGKO

PERMOHONAN REKOMENDASI IMPOR

PRODUK KEHUTANAN OLEH IMPORTIR

DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN

A. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pedoman pengisian blangko permohonan rekomendasi impor

produk kehutanan oleh importir adalah permohonan rekomendasi impor,

deklarasi impor dan due diligence.

B. TUJUAN

Tujuan pedoman pengisian blangko permohonan rekomendasi impor produk

kehutanan oleh importir adalah merupakan petunjuk teknis bagi

pemohondalam pengisian blangko permohonan rekomendasi impor,

deklarasi impor dan due diligence.

C. REFERENSI

1. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.43/Menhut-II/2014 jo

P.95/Menhut-II/2014 tentang Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan

Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu pada Pemegang Izin atau

pada Hutan Hak (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor

883);

2. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 41/M-IND/PER/6/2008 tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan

dan Tanda Daftar Industri.

3. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27/M-DAG/PER/5/2012 tentang

Ketentuan Angka Pengenal Importir (API).

4. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 78/M-DAG/PER/10/2014

tentang Ketentuan Impor Produk Kehutanan.

5. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.418/Menhut-VI/2012 tentang

Sistem Informasi Verifikasi Legalitas Kayu.

D. TATA CARA PENGISIAN BLANGKO

1). Importir melakukan pengisian blangkoisian Deklarasi Impor bagi

Importir pemilik API-P berupa:

Nama Importir = diisi nama perusahaan importir Alamat kantor = diisi alamat perusahaan importir

Alamat pabrik = diisi alamat pabrik

Nomor IUIPHHK/IUI/TDI = diisi nomor izin industri

Kapasitas Izin = diisi kapasitas produksi sesuai jenis perizinan

Nomor Pokok Wajib Pajak = diisi NPWP importir

(2)

Nomor Induk Kepabeanan = diisi NIK dan masa berlaku Nomor Sertifikat Legalitas Kayu

(bagi yang wajib S-LK) = diisi Nomor S-LK dan masa berlaku

Pos Tarif = diisi HS Code dan uraian barang

yang diproduksi (contoh : log, plywood, veneer, pulp, paper, dst) Tanggal Pelaksanaan Uji Tuntas = diisi tanggal masa pelaksanaan uji

tuntas sejak pengumpulan informasi sampai dengan pelaksanaan uji tuntas disampaikan ke sistem SILK Nama pelabuhan bongkar = diisi nama pelabuhan bongkar dan

provinsi (contoh : Tanjung Priok, DKI Jakarta), (Tanjung Perak, Jawa Timur).

1.

Kolom A =

diisi nomor urut mulai dari angka 1 (satu)

2.

Kolom B =

diisi uraian bahan baku kayu/produk kayu dan turunannya yang diimpor (contoh : 1. Log, 2. Kayu gergajian, 3. Handle, dst)

3. Kolom C = diisi pos tarif (10 digit) bahan baku kayu/produk kayu dan turunannya yang diimpor

4. Kolom D = diisi nama dagang (common name) bahan baku kayu/produk kayu dan turunannya yang diimpor (contoh : jati, sonokeling, dst). Apabila produk composit disebut 3 (tiga) jenis yang dominan.Dalam hal bahan baku/produk kayu berasal dari recycle yang sudah tidak bisa ditentukan spesiesnya maka kolom D diisi n/a (not applicable).

5. Kolom E = diisi nama ilmiah bahan baku kayu/produk kayu dan turunannya yang diimpor (contoh : Tectona grandis, Dalbergia latifolia, dst). Apabila produk composit disebut 3 (tiga) jenis yang dominan.Dalam hal bahan baku/produk kayu berasal dari recycle yang sudah tidak bisa ditentukan spesiesnya maka kolom D diisi n/a (not applicable).

6. Kolom F = diisi jumlah rencana bahan baku kayu/produk kayu dan turunannya yang diimpor pada tahun sebelumnya

7. Kolom G = diisi jumlah realisasi bahan baku kayu/produk kayu dan turunannya yang diimpor pada tahun sebelumnya

8. Kolom H = diisi jumlah penggunaan bahan baku kayu/produk kayu dan turunannya yang diimpor pada tahun sebelumnya

9. Kolom I = diisi jumlah sisa persediaan bahan baku kayu/produk kayu dan turunannya yang diimpor pada tahun sebelumnya

10. Kolom J = diisi jumlah rencana bahan baku kayu/produk kayu dan turunannya yang diimpor pada tahun berjalan

11. Kolom K = diisi informasi bahan baku kayu/produk kayu dan turunannya yang diimpor sebagai “ bahan baku penolong atau bahan baku utama”.

(3)

2). Importir melakukan pengisian blangko isian Deklarasi Impor bagi Importir

pemilik API-U berupa:

1. Nama

importir = diisi nama perusahaan importir 2. Nomor

TPT/ Penguasaa n Gudang

= diisi nomor TPT dan masa berlaku atau nomor surat perjanjian sewa apabila terdapat sewa gudang atau nomor surat pernyataan milik sendiri apabila gudang dimiliki sendiri oleh pemilik API-U

3. Nomor Pokok Wajib Pajak = diisi NPWP importir 4. Nomor API-U

= diisi nomor API-U dan masa berlaku 5. Nomor Induk Kepabena nan = diisi NIK 6. Nomor Sertifikat Legalitas Kayu (bagi yang wajib S-LK)

= diisi Nomor S-LK dan masa berlakudan rung lingkup sertifikat

7. Nomor IT-Produk Kehutana n

= diisi nomor IT Produk Kehutanan dan masa berlaku

8. Alamat

kantor = diisi alamat kantor 9. Alamat

TPT/Guda ng

= diisi alamat TPT/Gudang 1

0. Tanggal pelaksana an uji tuntas

= diisi tanggal masa pelaksanaan uji

tuntassejakpengumpulaninformasisampaidenganpelaksanaanujitun tasdisampaikankesistem SILK 1 1. Nama pelabuhan bongkar

= diisi nama pelabuhan tujuan dan provinsi(bisadiisilebihdarisatu, contoh : Tanjung Priok, DKI Jakarta; Tanjung Perak, Jawa Timur)

1.

Kolom A =

diisi nomor urut mulai dari angka 1 (satu)

2.

Kolom B = d

iisi nama dagang (common name) bahan baku kayu/produk kayu dan turunannya yang diimpor (contoh : log, kayu gergajian, handle, dst).

3. Kolom C = diisi pos tarif (10 digit) bahan baku kayu/produk kayu dan turunannya yang diimpor

4. Kolom D = diisi jumlah rencana bahan baku kayu/produk kayu dan turunannya yang diimpor pada tahun sebelumnya

(4)

6. Kolom F = diisi jumlah penjualan bahan baku kayu/produk kayu dan turunannya yang diimpor pada tahun sebelumnya

7. Kolom G = diisi jumlah sisa persediaan bahan baku kayu/produk kayu dan turunannya yang diimpor pada tahun sebelumnya

8. Kolom H = diisi jumlah rencana bahan baku kayu/produk kayu dan turunannya yang diimpor pada tahun berjalan

9. Kolom D, E, F dan G = diisi NIHIL jika baru pertama kali mengajukan permohonan Rekomendasi Impor

3). Importir melakukan pengisian blangko isian Uji Tuntas (Due Diligence) oleh

Importir pemilik API-P dan API-U berupa:

1. Nama eksportir = diisi nama perusahaan eksportir

2. Alamat eksportir = diisi alamat perusahaan eksportir dimiliki sendiri oleh pemilik API-U

3. Legalitas eksportir = diisi nomor perijinan sebagai eksportir dan masa berlakunya (bila ada semacam ETPIK di Indonesia, dan bila tidak ada semacam ETPIK di Indonesia maka diisi dengan legalitas perusahaannya). Hasil scan dilampirkan.

4. Negara pengekspor = diisi nama negara tempat mengekspor barang

5. Nama dan Negara Pelabuhan muat = diisi nama-nama pelabuhan muat dan negara. Bisa diisi lebih dari satu (contoh : Vancouver, Canada; Shanghai, China); dst)

6. Rencana Impor Tahun Berjalan = diisi dengan rencana bahan baku kayu/produk kayu yang akan diimpor tahun berjalan(diisidalamsatuan ton, danpilihanuntuk m3/set/pcs/roll/batang,

dst)

1. Kolom A (Nomor) = diisi nomor urut mulai dari angka 1 (satu)

2. Kolom B (Uraian barang) = diisi uraian nama bahan baku kayu /produk kayu dan turunannya yang akan diimpor

3. Kolom C (Pos tarif 10 digit) = diisi pos tarif bahan baku kayu/produk kayu dan turunannya yang akan diimpor

4. Kolom D (Nama dagang) = diisi jenis (species) nama dagang bahan baku kayu/produk kayu dan turunannya yang akan diimpor. Apabila produk composit disebut 3 (tiga) jenis yang dominan. Dalam hal bahan baku/produk kayu berasal dari recycle yang sudah tidak bisa ditentukan spesiesnya maka kolom D diisi n/a (not applicable).

5. Kolom E (Nama ilmiah) = diisi jenis (species) nama ilmiah dari bahan baku kayu /produk kayu dan turunannya yang akan diimpor. Apabila produk composit disebut 3 (tiga) jenis yang dominan. Dalam hal bahan baku/produk kayu berasal dari recycle yang sudah tidak bisa ditentukan spesiesnya maka kolom D diisi n/a (not applicable).

(5)

baku/produk kayu berasal dari recycle yang sudah tidak bisa ditentukan informasinya maka kolom D diisi n/a (not applicable).

7. Kolom G (Daerah asal panen) = diisi nama daerah asal panen (negara bagian/provinsi) bahan baku kayu/produk kayu dan turunannya yang akan diimpor. Dalam hal bahan baku/produk kayu berasal dari recycle yang sudah tidak bisa ditentukan informasinya maka kolom D diisi n/a (not applicable). 8. Kolom H (Pemegang konsesi/Pemilik) = diisi nama pemegang konsesi/pemilik

asal panen bahan baku yang akan diimpor (bila ada). Dalam hal bahan baku/produk kayu berasal dari recycle yang sudah tidak bisa ditentukan informasinya maka kolom D diisi n/a (not applicable).

9. Kolom I (Legalitas konsesi/Pemilik) = diisi nomor dan masa berlaku serta penerbit sertifikat legalitas konsesi/pemilik asal bahan baku (bila ada, lampirkan hasil scan). Dalam hal bahan baku/produk kayu berasal dari recycle yang sudah tidak bisa ditentukan informasinya yang dinyatakan oleh LS pada saat pengirimannya maka kolom D diisi n/a (not applicable).

10. Kolom J(Surat keterangan dari otoritas Negara asal panen atau Negara asal produk) = diisi nomor dan tanggal surat keterangan dari otoritas negara asal panen, dan dapat juga ditambahkan dengan negara asal produk (lampirkan hasil scan). Untuk produk composit cukup diisi dengan negara asal produk. Dapat diabaikan bila kolom K yang akan diisi.Dalam hal bahan baku/produk kayu berasal dari recycle, maka surat keterangan otoritas dan/atau laporan LS (Lembaga Surveyor) yang mencantumkan keterangan tentang produk recycle.

11. Kolom K(Sertifikat dari lembaga sertifikasi) = diisi nama skema sertifikasi, nomor, dan masa berlaku sertifikat dari lembaga sertifikasi. Untuk kayu bulat sertifikat berasal dari negara asal panen, untuk produk kayu dan turunannya sertifikat dapat berasal dari negara asal produk (lampirkan hasil scan). Scan sertifikasi harus disertai keterangan tentang indikator yang digunakan skema tersebut terkait legalitas dan kelestarian sumber bahan baku (dalam bahasa Indonesia atau Inggris). Dapat diabaikan bila kolom L yang akan diisi.

12. Kolom L (Pedoman khusus negara – CSG) = diisi dokumen pedoman khusus negara pengekspor, nomor dan tanggal terbit dokumen. Dapat diabaikan bila Kolom M yang akan diisi.

13. Kolom M (Negara MRA) = diisi dokumen negara penerbit lisensi MRA, nomor dan tanggal terbit lisensi MRA. Dapat diabaikan bila kolom N yang akan diisi. 14. Kolom N (FLEGT Licence) = diisi nama negara penerbit lisensi FLEGT

15. Kolom O(Kesesuaian aturan negara ekspor) = diisi dengan aturan negara ekspor yang mengatur perdagangan kayu dan atau produk. Diisi “sesuai” bila tidak ada larangan ekspor dari negara yang bersangkutan (terkaitdenganproduk yang akandiimpor);diisi“tidak sesuai” bila terdapat aturan tentang larangan ekspor jenis (species) dan/atau produk tertentu dari negara yang bersangkutan (terkaitdenganproduk yang diimpor) (contoh larangan ekspor log dari Indonesia).

(6)

(terkaitdenganproduk yang akandiimpor) ; diisi dengan “tidak sesuai” bila terdapat aturan tentang larangan ekspor jenis (species) dan/atau produk tertentu dari negara yang bersangkutan (terkaitdenganproduk yang akandiimpor) (contoh larangan ekspor log dari Indonesia).

Baris Uraian = diisi informasi sesuai data yang diminta pada masing-masing kolom Baris Analisa Resiko = diisi hasil Analisis Resiko pada masing-masing isian kolom D, E, F, G, H dan I.

Diisi NR = apabila resiko dapat diabaikan (negligible risk)

Diisi SR = apabila resiko signifikan (significant risk)

Kolom D (Nama dagang) dan Kolom E (Nama ilmiah). Kolom inidiisi dengan

jenis (species) nama dagang dan nama ilmiah bahan baku kayu/produk kayu dan turunannya yang akan diimpor. Apabila terdapat persamaaan dengan jenis yang ada di Indonesia, termasuk di antara 3 (tiga) jenis yang dominan pada produk komposit, maka kolom ini diisi SR,sehingga perlu catatan

mitigasi. Apabila tidak terdapat persamaan jenis yang ada di Indonesia,

termasuk di antara 3 (tiga) jenis yang dominan pada produk komposit, maka kolom ini diisi NR.

Kolom F(Negara asal panen). Kolom inidiisi sesuai dengan nama negara asal

panen bahan baku kayu/produk kayu dan turunannya yang akan diimpor. Apabila negara asal panen adalah negara tropis dan yang memungkinkanadanya jenis yang sama dengan jenis yang terdapat di Indonesia (sesuai daftar kayu yang ada di Indonesia dan beresiko tinggi diperdagangkan secara ilegal)maka kolom ini diisi dengan SR,sehingga perlu

catatan mitigasi. Apabila negara asal panen adalah negara sub tropisdan

tidak dimungkinkan adanya jenis yang sama dengan yang terdapat di Indonesia maka kolom ini diisi NR.

Kolom G (Daerah asal panen), Kolom ini diisi sesuai dengan nama daerah

asal panen (negara bagian/provinsi) bahan baku kayu/produk kayu dan turunannya yang akan diimpor. Apabila daerah asal panen adalah daerah tropis dan memilikijenis yang sama dengan jenis yang tumbuh di Indonesia (sesuai daftar kayu yang ada di Indonesia dan beresiko tinggi diperdagangkan secara ilegal)maka kolom ini diisi dengan SR,sehingga perlu catatan

mitigasi.Apabila daerah asal panen adalah daerah tropis namun tidak

adanya jenis yang sama dengan jenis yang tumbuh di Indonesia maka kolom ini diisi dengan NR.Apabila daerah asal panen adalah daerah sub tropis dantidak dimungkinkan adanya jenis yang sama dengan yang terdapat di Indonesia maka kolom ini diisi NR.

(7)

panen (dapat berupa bukti kepemilikan), nomor dan masa berlaku serta penerbit bukti legalitas konsesi/pemilik asal bahan baku yang akan diimpor. Apabila nama pemegang konsesi/pemilik asal panen, nomor dan masa berlaku serta penerbit bukti legalitas konsesi/pemilik asal bahan baku yang akan diimpor dinyatakan sesuai dan valid, maka kolom ini diisi dengan NR. Apabila nama pemegang konsesi/pemilik asal panen, nomor dan masa berlaku serta penerbit bukti legalitas konsesi/pemilik asal bahan baku (dapat berupa bukti kepemilikan)yang akan diimportidak sesuai atau tidak valid, maka kolom ini diisi dengan SR,sehingga perlu catatan mitigasi.Apabila nama pemegang konsesi/pemilik asal panen, nomor dan masa berlaku serta penerbit bukti legalitas konsesi/pemilik asal bahan baku (atau bukti kepemilikan)yang akan diimportidak dapat disediakan, maka kolom ini diisi dengan SR,dan tetapperlu catatan mitigasi.

Baris Catatan = diisi dengan uraian catatan Mitigasi (antara lain seperti klaim

sertifikasi tertentu) sesuai data yang diisikan pada masing-masing kolom.

 Apabila hasil analisa resiko terdapat SRpada Kolom D, E, F, G dan H maka diperlukan pengisian Catatan Mitigasipada kolom mitigasi yang terdapat hasil analisa resiko SR.

 Apabila hasil analisa resiko terdapat NR pada Kolom D, E, F, G dan H maka tidak diperlukan pengisian Catatan Mitigasipada kolom mitigasi yang terdapat hasil analisa resiko NR.

Baris Hasil Mitigasi = diisi dengan isian hasil Mitigasi : Kolom D dan Kolom E,

diberi nilai B(meyakinkan dan dinilai baik) apabila analisis resikonya

NR dan catatanya dinyatakan sesuai pada nama dagang dan nama

ilmia jenis (species) dari bahan baku kayu/produk kayu dan turunannya yang akan diimpor, termasuk apabila produk komposit disebut 3 (tiga) jenis yang dominan pada kolom D. Dan terhadap Jenis yang sama dengan jenis tanaman di Indonesia yang pada kolom analisa resiko SR harus mendapat lisensi Negara MRA ataulisensi FLEGT atau Sertifikat Skema FSC/PEFC

T(tidak dapat dilakukan mitigasi atau kurang meyakinkan) apabila

(8)

Kolom F,

Diberi nilai B(meyakinkan dan dinilai baik) apabila analisa resikonya

NR dan catatannya terdapat pilihan negara asal panenbahan baku

kayu/produk kayu dan turunannya yang akan diimpor pada kolom F. Dan terhadap negara asal panen memiliki jenis yang sama dengan jenis yang terdapat di Indonesia yang pada kolom analisa resiko SR harus mendapat lisensi Negara MRA atau lisensi FLEGT atau Sertifikat Skema FSC/PEFC

diberi nilai T(tidak dapat dilakukan mitigasi atau kurang meyakinkan) apabila analisa resikonya SRdan tidak ada catatan mitigasi ataucatatannya tidak terdapat pilihan negara asal panenbahan baku kayu/produk kayu dan turunannya yang akan diimpor pada kolom F; maka tidak diberikan rekomendasi

Kolom G,

diberi nilai B(meyakinkan dan dinilai baik) apabila analisa resikonya

NR dan catatannya terdapat nama daerah asal panen (negara bagian/provinsi) bahan baku kayu/produk kayu dan turunannya

yang akan diimpor pada kolom G. Dan terhadap daerah asal panen memiliki jenis yang sama dengan jenis yang terdapat di Indonesia yang pada kolom analisa resiko SR harus mendapat lisensi Negara MRA atau lisensi FLEGT atau Sertifikat Skema FSC/PEFC

diberi nilai T(tidak dpat dilakukan mitigasi atau kurang meyakinkan) apabila analisa resikonya SRdan tidak ada catatan mitigasi ataucatatannya tidak terdapatnama daerah asal panen (negara

bagian/provinsi) bahan baku kayu/produk kayu dan turunannya

yang akan diimpor pada kolom G; maka tidak diberikan rekomendasi

Kolom H dan Kolom I,

diberi nilai B(meyakinkan dan dinilai baik) apabila analisa resikonya

NR dan catatannya ada atau nama pemegang konsesi/pemilik,nomor

dan masa berlaku serta penerbit sertifikat legalitas konsesi/pemilik asal panen bahan baku yang akan diimpor. Apabilanama pemegang konsesi/pemilik asal panen dannomor dan masa berlaku serta penerbit sertifikat legalitas konsesi/pemilik asal bahan baku bahan baku yang akan diimpor tidak sesuai maka kolom ini diisi dengan SR.

 diberi nilai T(tidak dapat dilakukan mitigasi atau kurang meyakinkan) apabila analisa resikonya SRdan tidak ada catatan mitigasi ataucatatannya tidak ada nama pemegang konsesi/pemilik asal panen bahan baku yang akan diimpor; maka tidak diberikan rekomendasi

Apabila semuanya hasil mitigasi memiliki nilai B,maka dapat diberikan

rekomendasi. Sebaliknya apabila terdapat salah satu hasil mitigasi memiliki

Referensi

Dokumen terkait

Dampak kekeringan yang di timbulkan sangat merugikan makhluk hidup dan alam sekitar, sehingga indeks kekeringan hidrologi dari daerah aliran sungai (DAS) perlu

 T (tidak dapat dilakukan mitigasi atau kurang meyakinkan) apabila analisa resikonya SR dan tidak ada catatan mitigasi atau catatannya dinyatakan tidak sesuai dengan

DKP ini menjelaskan bahwa kayu atau produk kayu yang dideklarasi adalah berasal dari IUIPHHK/IUI/TDI dengan menggunakan bahan baku seluruhnya berasal dari Hutan Hak

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi dalam pengolahan cookies berbasis tepung lokal sebagai upaya diversifikasi pangan dengan

Bagaimana proses pengubahan sikap Anda dari negatif menjadi positif, pada saat sebelum Anda mulai menemukan makna hidup hingga pada saat Anda telah menemukan dan

Efek stokastik ini akan timbul ketika tubuh seorang individu terekspos radiasi pada dosis tertentu. Kemungkinan terjadinya efek stokastik ini tidak diketahui secara pasti. Semakin

Kami akan menyediakan sokongan kepada PBT untuk mencapai sasaran agar tambahan 10 PBT akan memperoleh penarafan yang lebih baik pada tahun 2010 daripada yang

Dapat disimpulkan bahwa tingginya tingkat inflasi menunjukkan bahwa risiko untuk melakukan investasi cukup besar, seperti yang dikemukakan oleh Made dkk jika tingkat inflasi