ANALISIS CVP (COST VOLUME PROFIT) SEBAGAI ALAT BANTU PERENCANAAN LABA PADA
UKM SINGKONG D-9
Oleh:
MARSHAL SATYA ANANDRATA NIM : 232012005
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA 2015
ii
iii
iv
v
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA Jl. Diponegoro 52-60 Telp : (0298) 321212, 311881 Telex 322364 ukswsaia Salatiga 50711-Indonesia Fax.(0298)-321433
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS KERTAS KERJA Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : MARSHAL SATYA A.
NIM : 232012005
Program Studi : AKUNTANSI
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa kertas kerja,
Judul : ANALISIS CVP (COST VOLUME PROFIT) SEBAGAI ALAT BANTU PERENCANAAN LABA PADA UKM SINGKONG D-9
Pembimbing : Paskah Ika Nugroho, SE., M.Si., CPSAK., CMA., QIA
Tanggal diuji : 28 Oktober 2015 adalah benar-benar hasil karya saya.
Di dalam kertas kerja ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.
Salatiga, 30 September 2015 Yang memberi pernyataan,
MARSHAL SATYA A
vi
HALAMAN MOTTO
“If you can not work with love but only distaste, it is better you should leave your work.”
(Khalil Gibran)
“You will never know the true value of moment until it becomes a memory.”
(Spongebob Squarepants)
“The only to do great work is to love what you do.”
(Steve Jobs)
“If you don't like your destiny, don't accept it. Instead have courage to change it the way you want it to be.”
(Uzumaki Naruto)
“It only need one success to cover thousands of failures.”
(Chairul Tanjung)
vii
ABSTRACT
Various internal problems in Small and Medium Enterprises (SME), such as simple recording, does not take into account of the profit target, and lack of ability to process and analyze information such as information on costs and revenue information, as part of the decision-making will affect the low levels of productivity and quality management arrangements. Therefore, this study aims to find out how much volume of sales that must be fulfilled in order to get break even point (BEP), contribution margin (CM), margin of safety (MOS), and the degree of leverage (DOL) of SME Singkong D-9 in 2015. These four calculations are the measure of Cost Volume Profit (CVP). It also aims to analyze the magnitude of the desired profit on SME Singkong D-9 in 2015 per month period that will come from selling of cassava products. This type of research is descriptive case study approach in which the data are collected using the documentation on the financial data and interviews as the supporting data from the SME Singkong D-9. The calculation of the CM shows that SME Singkong D-9 has a 25.48 percen ability to cover fixed costs. BEP calculations show sales of products consists of 4 products (multiproduct) consisting of 6,704 units/month of raw cassava, 3.352 units/month of the original fried cassava, 3.352 units/month of cassava fritters taste of chocolate / cheese fried cassave, and 3.352 units/month of fried cassava chocolate and cheese flavor fried casava. For sales and profit planning, SME Singkong D-9 plans to incrase by 20% in 2015. To achieve the profit target, SME Singkong D-9 has to raise sales of IDR 553.326.686,-/month the sales mix 2:1:1:1 respectively for raw cassava, original flavor fried cassave, chocolate / cheese fried cassava, and chocolate and cheese flavor fried cassava. Based on the calculation, MOS shows that the magnitude of the risk of loss of SME Singkong D-9 is quite large due to the large drop in sales that may occur as much as 50.56 percen. While the DOL is 1.99 which makes operating income is sensitive to changes in sales that occurred.
Key Words: Cost Volume Profit, Profit Planning, Break Even Point, Contribution Margin, Margin of Safety, Degree of Operating Leverage.
viii
SARIPATI
Berbagai masalah internal di Usaha Kecil dan Menengah (UKM), seperti pencatatan yang sederhana, tidak memperhitungkan target laba, dan kurangnya kemampuan dalam mengolah dan menganalisis informasi baik informasi mengenai biaya maupun informasi pendapatan, sebagai bagian dari pengambilan keputusan akan berdampak kepada rendahnya tingkat produktivitas dan kualitas pengelolaan manajemen. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar volume penjualan yang harus terpenuhi agar UKM Singkong D-9 mengalami keadaan Break Even Point (BEP), Contribution Margin (CM), Margin of Safety (MOS), dan Degree of Leverage (DOL) pada tahun 2015.
Ke empat perhitungan tersebut merupakan alat ukur dari Cost Volume Profit (CVP). Penelitian ini juga menganalisis besarnya laba yang diinginkan pada UKM Singkong D-9 periode 2015 per bulan yang akan datang dan berasal dari penjualan singkong. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Alat pengumpulan data menggunakan dokumentasi pada data keuangan dan wawancara sebagai pendukung data dari UKM Singkong D-9. Perhitungan BEP menunjukkan, penjualan produk yang terdiri dari 4 produk (multiproduk) yang terdiri dari singkong mentah 6.704 unit/bulan, singkong goreng original 3.352 unit/bulan, singkong goreng rasa Cokelat/keju 3.352 unit/bulan, singkong goreng rasa Cokelat keju juga sebesar 3.352 unit/bulan. Perhitungan CM menunjukan bahwa UKM Singkong D-9 memiliki kemampuan 25,48 persen untuk menutup biaya tetap. Untuk perencanaan penjualan dan laba, UKM Singkong D-9 merencanakan kenaikan laba pada tahun 2015 sebesar 20 persen.
Untuk mencapai target kenaikan laba perusahaan, maka UKM Singkong D-9 harus menaikkan penjualan mejadi Rp 553.326.686,-/bulan dengan bauran penjualan 2:1:1:1 masing-masing untuk singkong mentah, singkong goreng rasa original, singkong goreng rasa cokelat/keju, dan singkong goreng rasa cokelat keju. Berdasarkan perhitungan MOS menunjukan bahwa besarnya risiko kerugian UKM Singkong D-9 cukup besar dikarenakan besarnya penurunan penjualan yang boleh terjadi yaitu sebesar 50,56 persen. Sedangkan DOL sebesar 1,99 yang membuat laba usaha sensitif terhadap perubahan penjualan yang terjadi.
Kata Kunci : Cost Volume Profit, Perencanaan laba, Break Even Point, Contribution Margin, Margin of Safety, Degree of Operating Leverage
ix
KATA PENGANTAR
Perencanaan laba merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghasilkan laba dan Cost Volume Profit merupakan salah satu alat ukur dalam perencanaan laba. Kertas kerja ini diangkat dengan judul
“Analisis CVP (Cost Volume Profit) Sebagai Alat Bantu Perencanaan Laba pada UKM Singkong D-9” untuk melihat bagaimana CVP dapat menghasilkan angka- angka dan dapat membantu pemilik usaha untuk perencanaan laba.
Adapun penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi dalam pengambilan keputusan dengan menggunakan analisis CVP, khususnya tentang perencanaan laba bagi perusahaan.
Salatiga, 30 September 2015
Penulis
x
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan bantuan, selalu menyertai penulis, sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari keterbatasan yang terjadi selama proses penyusunan tugas akhir ini dari awal hingga akhir, sehingga dengan campur tangan Tuhan Yesus Kristus dan peran serta berbagai pihak, tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang selama ini turut membantu dalam memberikan bimbingan, motivasi, doa serta dukungan hingga selesainya tugas akhir ini:
1. Seluruh keluarga besar papa Indra Sunggoro, mama Susana Ertanawati, kakak pertama Michael Aditya Anandrata dan kakak kedua Monica Frea Anandrata untuk segala dukungan dalam menyelesaikan penulisan tugas akhir ini.
2. Bapak Paskah Ika Nugroho, SE., M.Si., CPSAK., CMA., QIA selaku dosen pembimbing, atas segala bantuan, termasuk kesabarannya dalam membimbing, dan mendukung penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.
3. Bapak Hardadi dan keluarga pemilik UKM Singkong D-9, yang telah membantu penulis dalam hal penelitian yang dilakukan penulis dari awal pembuatan kertas kerja sampai selesai.
4. Teman terbaik, yang selalu bersama dari Sekolah Dasar sampai menjadi mahasiswa yaitu Yosia Andre Julius Sugianto dan Hediana Rustanti teman saat pertama kali masuk di Fakultas ini yang memberikan bantuan dalam segala hal. Terima kasih segala bantuannya dan segala waktu yang sudah diberikan.
5. Teman seperjuangan dalam bimbingan, Oni Novilia. Terima kasih atas kesetiaannya menemani penulis selama bimbingan, terima kasih sudah banyak membantu, memberi masukan, dan maaf jika penulis sering minta saran dan tukar pendapat melalui chatting di media sosial.
6. Untuk teman-teman di BPMF FEB UKSW periode 2014-2015, yang tidak dapat disebutkan satu per satu, dan terkhusus Beta Ubaya, Meliana, dan
xi
Widya Fransiska yang telah membantu dalam mengatasi turunnya mood untuk mengerjakan kertas kerja dan waktu yang telah kita lalui bersama selama 3 tahun di Lembaga Kemahasiswaan.
7. Untuk teman-teman Komisi C (Anggaran) BPMF FEB UKSW periode 2014-2015, Agnes Yohanna, Dominicus Aditya, Debora Yola, Adonia Dwi, dan Eunice Meliawati, atas waktu yang diberikan selama 1 tahun terakhir ini, sukses ya untuk Lembaga Kemahasiswaan, jangan mudah menyerah.
8. Untuk para teman-teman Asisten Dosen FEB UKSW periode 2014-2015, terkhusus asisten Matbis, Metpen, AKM 1 dan Lab Audit yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih sudah membantu memberi semangat dalam pengerjaan proposal hingga kertas kerja selesai.
9. Terima kasih Cintya Cindy, Chaterine Tabita, Ko Ardi, Ko Vanno dan terutama Eunice Meliawati Sugianto yang merupakan adik dari Yosia Andre, karena sudah meberikan dorongan dan selalu menemani untuk menyelesaikan kertas kerja ini ketika penulis sedang tidak bersemangat.
10. Teman terkasih, Lee Christabelle atas waktu selama 2 tahun kurang 1 bulan, yang selalu menemani penulis dalam suka maupun duka. Tuhan Memberkati! Dapat yang lebih baik. Sukses untuk Magister Akuntansinya.
11. Terima kasih kepada tim UKSW 1, UKSW 2, UKSW 3 yaitu Yosia, Oni, Fredi, Verena, Grace, Andri, Olin, Kunti untuk waktu-waktu bersama dalam lomba di Atmajaya, dan Undip. Terima kasih keluarga kecilku.
Bakal merindukan kalian semua.
12. Teman-teman seperjuangan angkatan 2012 yang sangat banyak dan tidak dapat disebutkan satu per satu.
Dan untuk semua pihak yang telah membantu hingga kertas kerja ini dapat terselesaikan. Semoga Tuhan Yesus Kristus senantiasa melimpahkan kasih karunia-Nya.
Marshal Satya Anandrata
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul... i
Pernyataan Tidak Plagiat ... ... ii
Pernyataan Persetujuan Akses ... iii
Halaman Persetujuan ... iv
Pernyataan Keaslian Kertas Kerja... v
Halaman Motto ... vi
Abstract ... vii
Saripati ... viii
Kata Pengantar ... ix
Ucapan Terima Kasih... x
Daftar Isi ... xii
Daftar Tabel ... xiii
Daftar Lampiran ... xiv
Pendahuluan ... 1
Landasan Teori... .... 4
Analisis Cost Volume Profit ... 4
Biaya ... 5
Perencanaan Laba ... 7
Penelitian Sebelumnya ... 9
Metode Penelitian ... 10
Jenis dan Sumber Data ... 10
Variabel Penelitian ... 11
Metode Analisis Data... 11
Langkah Analisis ... 12
Pembahasan ... 13
Gambaran Objek ... 13
xiii
Pemenuhan Asumsi CVP ... 14
Perhitungan Biaya Tetap ... 16
Perhitungan Data Penjualan ... 18
Perhitungan CM ... 19
Perhitungan BEP ... 19
Perhitungan MOS ... 23
Perhitungan DOL ... 23
Perencanaan Laba ... 23
Penutup ... 24
Kesimpulan ... 24
Impilkasi ... 25
Keterbatasan Penelitian dan Saran ... 26
Daftar Pustaka ... 27
Lampiran-Lampiran ... 29
Daftar Riwayat Hidup ... 36
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rekapitulasi Data Biaya Variabel dan Biaya Tetap ... 14
Tabel 2. Daftar Biaya Variabel ... 15
Tabel 3. Perhitungan Biaya Variabel per Unit ... 16
Tabel 4. Daftar Biaya Tetap Selama 7 Bulan... 16
Tabel 5. Data Beban Depresiasi ... 17
Tabel 6. Pemisahan Biaya Tetap ... 17
Tabel 7. Laporan Sederhana Biaya Tetap Setelah Pemisahan Biaya Tetap... 18
Tabel 8. Data Penjualan ... 18
Tabel 9. Rasio CM per Bulan... 19
Tabel 10. CM per 7 Bulan ... 19
Tabel 11. Bauran Penjualan ... 20
Tabel 12. Perhitungan BEP dengan Bauran Penjualan/7bulan ... 21
Tabel 13. Perhitungan BEP dengan Bauran Penjualan/bulan ... 21
Tabel 14. Jumlah Unit BEP ... 22
Tabel 15. Perbandingan laba sekarang dan laba naik menjadi 20% / 7 bulan ... 23
Tabel 16. Perbandingan laba sekarang dan laba naik menjadi 20% / bulan ... 24
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Data Perusahaan Lampiran 2
Pemisahan Biaya Variabel Lampiran 3
Pemisahan Biaya Tetap Langsung Lampiran 4
Daftar Biaya Tetap Langsung per Bulan Daftar Biaya Tetap Umum per Bulan Lampiran 5
Proses Pengupasan Proses Pemotongan
Proses Pengepakan Singkong Mentah Proses Penggorengan
Proses Pengepakan Singkong Goreng
1 PENDAHULUAN
Pada dasarnya suatu perusahaan didirikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu untuk memperoleh laba dan memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ketika suatu perusahaan didirikan diharapkan perusahaan juga memiliki perencanaan, sehingga pekerjaan yang dilakukan menjadi akan lebih efektif dan efisien dan dapat menghasilkan laba yang optimal sesuai dengan target yang diharapkan. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan laba untuk menetapkan tujuan yang ingin dicapai di masa yang akan datang dan tindakan-tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut (Mulyadi 2012). Terkait dengan laba yang dihasilkan, maka penting untuk mengetahui berapa biaya, volume penjualan, dan harga jual pada sebuah produk. Sehingga diperlukan analisis terhadap biaya, volume penjualan, dan harga jual. Menurut Hansen dan Mowen (2009) analisis CVP (Cost Volume Profit) menekankan keterkaitan antara biaya, volume yang terjual, dan harga, sehingga semua informasi keuangan perusahaan akan terkandung di dalamnya. Salah satu bagian analisis CVP yang penting adalah analisis titik impas BEP (Break Even Point Analysis). Analisis BEP berguna untuk mengetahui penjualan minimum agar satuan unit bisnis tidak mengalami kerugian, tetapi juga belum memperoleh laba, dengan kata lain labanya sama dengan nol.
Kuncoro (2008) menyatakan bahwa permasalahan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dapat dikelompokan menjadi dua yaitu permasalahan internal dan permasalahan eksternal. Masalah internal yang dihadapi UKM adalah:
Rendahnya kualitas sumber daya manusia seperti kurang terampilnya sumber daya manusia dan kurangnya jiwa kewirausahaan, rendahnya penguasaan teknologi serta manajemen dan informasi pasar. Masalah ini yang sekarang sedang dihadapi oleh UKM Singkong D-9 ditambah dengan pencatatan menyangkut biaya, volume penjualan, dan harga jual masih menggunakan pencatatan yang sederhana seperti tidak memisahkan antara biaya tetap dan variabel, tidak memperhitungkan target laba yang diinginkan, serta kemampuan dalam mengolah dan menganalisis data baik biaya maupun pendapatan menjadi
2
informasi, sebagai dasar dari pengambilan keputusan karena pengambilan keputusan tidak hanya dilihat dari kas masuk dan kas keluar, namun perlu mempertimbangkan informasi lain untuk mendukung pengambilan keputusan.
Masalah Sumber Daya Manuia (SDM) ini akan berdampak kepada rendahnya tingkat produktivitas dan kualitas pengelolaan manajemen. Sedangkan masalah eksternal yang dihadapi UKM pada umumnya adalah: 1.) belum tuntasnya masalah penanganan aspek legalitas badan usaha dan kelancaran prosedur perizinan, pelaksanaan persaingan usaha yang sehat, penataan lokasi usaha dan otonomi daerah, khususnya kemauan daerah untuk melaksanakan pemberdayaan UKM, 2.) kecepatan pulihnya kondisi ekonomi secara makro akibat kenaikan BBM dan energi lainnya yang sangat berpengaruh terhadap kegiatan produksi UKM, 3.) masih terbatasanya penyediaan produk jasa lembaga keuangan khususnya kredit investasi, 4.) terbatasnya ketersediaan dan kualitas jasa pengembangan usaha bagi UKM, 5.) terbatasnya sumber daya finansial untuk usaha mikro.
Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah UKM di Indonesia menunjukkan persentase 97,59 persen yaitu sebanyak 56.534.592.
Sedangkan perusahaan besar hanya sebanyak 4.968 atau hanya sebesar 2,41 persen saja. Itu menandakan perekonomian di Indonesia sebenarnya digerakkan oleh UKM bukan oleh perusahaan besar. UKM yang tersebar di Indonesia ternyata bermacam-macam jenisnya, salah satunya adalah UKM yang bergerak di bidang manufaktur dengan menggunakan singkong sebagai bahan baku utama.
Perlu untuk diketahui berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), total impor singkong pada tahun ini hingga Oktober 2012 sebesar 13.300 ribu ton dengan nilai US$ 3,4 juta atau Rp 32,3 miliar.
Penelitian sebelumnya mengenai analisis CVP sebagai alat bantu perencanaan laba di UKM pernah dilakukan di UKM Vinito Brownis oleh Verawati (2014) dengan produk kue brownis. Penelitian yang hampir sama berjudul Penerapan Cost Volume Profit Analysis Sebagai Alat Bantu dalam Perencanaan Penjualan Atas Target Laba yang ditetapkan Study Kasus pada Toko Mei Pastry (Martusa dan Putri 2009). Lalu ada penelitian lain yang dilakukan oleh
3
Kurnianti (2012) yang berjudul Analisis Break Even Point Sebagai Alat bantu Perencanaan Laba Pada Perusahaan Pabrik Gula Ngadirejo Kediri.
Adanya berbagai permasalahan internal di UKM Singkong D-9, dan melihat keunggulan analisis CVP yang dapat digunakan untuk perecanaan laba melalui analisis BEP, CM, MOS, dan DOL maka penulis tertarik untuk menganalisis data biaya dan pendapatan yang berada di UKM Singkong D-9 dengan alat bantu CVP untuk pengambilan keputusan. Penelitian ini mengacu pada penelitian Verawati (2014) yang meneliti penerapan CVP di UKM Vinito Brownis. Untuk membedakan dari penelitian Verawati (2014) yang menggunakan analisis CVP pada single produk, maka pada penelitian ini menggunakan analisis CVP multiproduk yaitu empat jenis produk. Selain itu objek pada penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Objek pada penelitian ini adalah UKM Singkong D-9 dengan produk utama singkong. Singkong merupakan potensi olahan makanan di daerah Ngaglik, Salatiga menurut FEDEP Kota Salatiga.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalahnya adalah bagaimanakah penerapan CVP sebagai alat bantu dalam perencanaan laba pada UKM Singkong D-9. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar volume penjualan yang harus terpenuhi agar UKM Singkong D-9 mengalami keadaan BEP pada tahun 2015, mengetahui perhitungan dan seberapa besar margin of safety (MOS), contribution margin (CM), degree of operating leverage (DOL), serta memprediksi besarnya laba yang ingin dicapai UKM Singkong D-9 periode 2015 yang berasal dari penjualan singkong yang terdiri dari singkong mentah, singkong goreng rasa original, singkong goreng rasa cokelat atau keju, dan singkong goreng rasa keju dan cokelat dengan bauran penjualan dilihat dari volume penjualan pada periode sebelumnya dengan rata-rata bauran sebesar 2:1:1:1. Produk singkong mentah merupakan singkong yang sudah matang dan diberikan bumbu-bumbu penyedap namun belum digoreng.
Sedangkan singkong goreng rasa original merupakan singkong yang sudah digoreng dan produk ini siap untuk dikonsumsi masyarakat, dan untuk singkong goreng rasa cokelat atau keju dan singkong goreng rasa keju dan cokelat sama seperti singkong goreng rasa original namun diberikan tambahan keju, cokelat dan susu sesuai kebutuhan. Singkong metah memiliki bauran terbesar dikarenakan
4
produk ini dapat disimpan dalam waktu yang lama, dibandingkan singkong goreng rasa original, singkong goreng rasa cokelat atau keju dan singkong goreng rasa keju dan cokelat. Manfaat dari penelitian ini memberikan informasi melalui perhitungan BEP, CM, MOS, DOL kepada UKM Singkong D-9 sebagai bahan pengambilan keputusan dengan menggunakan analisis CVP, khususnya tentang perencanaan laba dan menentukan volume penjualan agar dapat mencapai laba yang diharapkan.
LANDASAN TEORI
Analisis Cost Volume Profit (CVP)
Analisis cost volume profit adalah studi mengenai efek dari perubahan biaya dan volume pada profit perusahaan. Analisis Cost Volume Profit (CVP) merupakan suatu alat yang digunakan untuk perecanaan laba dan pengambilan keputusan (Hansen dan Mowen 2009). Sedangkan menurut Mulyadi (2012), analisis CVP merupakan teknik untuk menghitung dampak perubahan harga jual, volume penjualan, dan biaya terhadap laba untuk membantu manajemen dalam perencanaan laba jangka pendek. Bagi perusahaan, penting untuk membuat perencanaan laba karena akan ada beberapa critical factors yang muncul terkait keputusan manajemen, seperti pricing, product mix, dan fasilitas-fasilitas (Weygandt et al 2005). Menurut Purnamasari (2014) analisis CVP menekankan keterkaitan antara biaya, kuantitas yang terjual, dan harga, karena semua informasi keuangan perusahaan terkandung didalamnya, analisis CVP juga dapat menjadi suatu alat yang bermanfaat untuk mengidentifikasi cakupan dan besarnya kesulitan ekonomi yang dihadapi suatu divisi dan membantu mencari pemecahannya. Sehingga manfaat dari penggunaan analisis ini adalah untuk membuat kalkulasi perencanaan laba dan anggaran penjualan dari suatu perusahaan menjadi akurat. Sedangkan Analisis CVP memiliki beberapa alat ukur seperti analisis CM, analisis BEP, analisis MOS, dan analisis DOL. Yang pertama, CM merupakan selisih antara pendapatan penjualan dengan semua biaya variabel. CM digunakan untuk menutup biaya tetap dan sisanya akan menjadi laba (Carter dan Usry 2009). Hansen dan Mowen (2009) menyatakan bahwa rasio margin kontribusi (contribution margin ratio) adalah bagian dari setiap dolar
5
penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba.Selanjutnya ada analisis BEP, untuk mengetahui titik impas yang menunjukkan volume penjualan dan produksi yang tidak mengakibatkan kerugian ataupun diperolehnya keuntungan (Daryani, 2011).
Kemudian analisis MOS, menurut Hansen dan Mowen (2009), MOS adalah unit yang terjual atau diharapkan terjual atau pendapatan yang dihasilkan atau diharapkan untuk dihasilkan yang melebihi volume impas. Darsono (2009) mengungkapkan bahwa MOS yang besar menunjukan bahwa kondisi perusahaan tidak dalam bahaya, dan sebaliknya jika MOS kecil mendekati nol persen menunjukan bahwa perusahaan dalam kondisi bahaya yaitu akan mengalami titik impas. Jika MOS negatif berarti perusahaan mengalami bahaya yaitu mengalami kerugian. Analisis yang terakhir adalah analisis DOL, analisis DOL merupakan keadaan saat manajer memperoleh laba yang tinggi hanya dengan menaikkan sedikit penjualan atau menambah sedikit sumber daya perusahaan (aktiva) serta merupakan suatu ukuran tentang seberapa sensitif laba bersih terhadap perubahan dalam penjualan (Garisson, et al 2006). Rumusan sederhana untuk penghitungan laba rugi untuk analisis multiproduk menurut Hansen dan Mowen (2009) adalah sebagai berikut :
Produk A Produk B Total
Penjualan xxx xxx xxx
Biaya variabel (xxx) (xxx) (xxx)
CM xxx xxx xxx
Biaya Tetap Langsung (xxx) (xxx) (xxx)
Margin Segmen xxx xxx xxx
Biaya Tetap Umum (xxx)
Laba/Rugi Operasi xxx
6 Biaya
Pengertian biaya menurut Horngren, et al (2008) adalah sumber daya yang dikorbankan (sacrificed) atau dilepaskan (forgone) untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam pengertian lebih jauh, biaya dapat dianggap sebagai aktiva atau beban. Biaya dianggap sebagai aktiva saat biaya tersebut belum digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa atau belum habis digunakan. Biaya dianggap sebagai beban jika biaya tersebut telah habis digunakan untuk memproduksi suatu barang atau jasa yang akan menghasilkan pendapatan di masa mendatang.
Menurut Hansen dan Mowen (2009) objek biaya dapat berupa apapun, seperti produk, pelanggan, departemen, proyek, aktivitas, dan sebagainya, yang diukur biayanya dan dibebankan. Terdapat dua macam biaya yaitu biaya secara langsung merupakan biaya yang dengan mudah dan akurat ditelusuri sebagai objek biaya, sedangkan biaya tidak langsung merupakan biaya yang tidak mudah dan akurat dilacak oleh objek biaya (Carter dan Usry 2009). Menurut Horngren, et al (2011) mengenai biaya tetap adalah :
“Fixed cost is a cost that remains unchanged in total for a given time period despite wide changes in the related total activity or volume”.
Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang secara total tidak berubah ketika aktivitas bisnis meningkat atau menurun (Carter dan Usry 2009). Selain itu, biaya tetap didefinisikan sebagai suatu biaya yang jumlahnya tetap sama ketika output berubah. Pada umumnya, jika biaya tetap mempunyai proporsi yang tinggi bila dibandingkan dengan biaya variabel, kemampuan manajemen dalam menghadapi perubahan-perubahan kondisi ekonomi jangka pendek akan berkurang. Sedangkan biaya pada analisis multiproduk, dibedakan kembali menjadi 2 yaitu biaya tetap langsung: biaya tetap yang dapat ditelusur ke setiap produk dan akan hilang jika produk tersebut tidak ada, dan biaya tetap umum:
biaya tetap yang tidak dapat ditelusur ke produk dan akan tetap muncul meskipun salah satu produk dieliminasi (Hansen dan Mowen 2009). Seringkali keengganan manajemen untuk mengeluarkan biaya tetap mencerminkan ketidakberanian manajemen dalam mengambil risiko, sehingga menyebabkan perusahaan tidak
7
dapat memperoleh laba. Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang totalnya meningkat secara proporsional terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun secara proporsional terhadap penurunan dalam aktivitas (Carter dan Usry 2009).
Biaya variabel termasuk biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, beberapa perlengkapan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, alat-alat kecil, pengerjaan ulang, dan unit-unit yang rusak.
Menurut Hansen dan Mowen (2009), ada beberapa asumsi yang mendasari analisis CVP yaitu:
1. Harga jual konstan. Harga jual produk atau jasa tidak berubah ketika volume berubah.
2. Biaya adalah linear dan dan dapat secara akurat dibagi menjadi elemen variabel dan tetap. Elemen variabel adalah konstan per unit dan elemen tetap adalah konstan secara total dalam rentang yang relevan.
3. Dalam perusahaan dengan berbagai produk, bauran penjualan adalah konstan.
4. Dalam perusahaan manufaktur, persediaan tidak berubah. Jumlah unit yang diproduksi sama dengan jumlah unit terjual.
Perencanaan Laba
Perencanaan laba (profit planning) adalah pengembangan dari suatu rencana operasi guna mencapai cita-cita dan tujuan perusahaan. Laba merupakan hal yang penting dalam perencanaan karena tujuan utama dari suatu rencana adalah laba yang memuaskan (Carter dan Usry 2009).
Menurut Carter dan Usry (2009), bahwa dalam menentukan tujuan laba, manajemen sebaiknya mempertimbangkan faktor-faktor berikut:
1. Laba atau rugi yang diakibatkan dari volume penjualan tertentu.
2. Volume penjualan yang diperlukan untuk menutup semua biaya dan menghasilkan laba yang mencukupi untuk membayar dividen serta menyediakan kebutuhan bisnis masa depan.
3. Titik impas.
4. Volume penjualan yang dapat dicapai dengan kapasitas operasi sekarang.
8
5. Kapasitas operasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan laba.
6. Tingkat pengembalian atas modal yang digunakan.
Manfaat perencanaan laba adalah sebagai berikut:
1. Memberi pendekatan yang terarah dalam pemecahan permasalahan.
2. Memaksa pihak manajemen untuk mengadakan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi secara teliti sebelum mengambil keputusan.
3. Menciptakan suasana organisasi yang mengarah kepada pencapaian laba dan mendorong timbulnya perilaku yang sadar akan penghematan biaya dan pemanfaatan sumber daya secara maksimal.
4. Merancang peran serta dan mengkoodinasi rencana operasi berbagai segmen dari keseluruhan organisasi manajemen sehingga keputusan terakhir dari rencana saling terkait pada penggarahan keseluruh organisasi dalam bentuk rencana terpadu dan menyeluruh.
5. Menawarkan kesempatan untuk menilai secara sistematik setiap segi atau aspek organisasi untuk memeriksa dan memperbaharui kebijakan dan pedoman secara berkala.
6. Mengkoordinasi semua kegiatan perusahaan kedalam suatu prosedur perencanaan anggaran yang terarah (Mulyadi, 2012).
Perencanaan laba juga memiliki keterbatasan dan kekurangan sebagai berikut:
1. Peramalan bukanlah suatu ilmu pengetahuan pasti; terdapat sejumlah pertimbangan dalam estimasi manapun.
2. Anggaran dapat memfokuskan perhatian manajemen pada cita-cita (seperti tingkat produksi yang tinggi atau tingkat penjualan kredit yang tinggi) yang tidak selalu sesuai dengan tujuan keseluruhan organisasi.
3. Perencanaan laba harus memperoleh komitmen dari manajemen puncak dan kerjasama dari semua anggota manajemen.
9
4. Penggunaan anggaran secara berlebihan sebagai alat evaluasi dapat menyebabkan perilaku disfungsional.
5. Perencanaan laba tidak menghilangkan atau menggantikan peranan administrasi.
6. Penyusunannya memakan waktu (Carter dan Usry 2009:8).
Penelitian Sebelumnya
Pada penelitian Verawati (2014) mengenai analisis CVP sebagai alat bantu perencanaan laba di UKM Vinito Brownis, menghasilkan kesimpulan bahwa: 1.) perusahaan hanya melakukan pencatatan mengenai pengeluaran tanpa memisahkan antara biaya tetap dan biaya variabel, 2.) dengan menggunakan rasio CM, dapat diketahui bahwa UKM Vinito Brownis memiliki kemampuan sebesar 46,53 persen untuk menutup biaya tetap. 3.) MOS pada UKM Vinito Brownis adalah sebesar 76,39 persen yang menujukan bahwa jika UKM ini mengalami penurunan penjualan lebih dari 76,39 persen maka UKM akan mengalami kerugian, 4.) besarnya nilai DOL adalah sebesar 1,31. Hal ini menunjukan bahwa setiap kenaikan 1 persen pendapatan penjualan akan mengakibatkan 1,31 persen kenaikan laba bersih.
Selain itu pada penelitian Martusa dan Putri (2009) yang berjudul Penerapan Cost Volume Profit Analysis Sebagai Alat Bantu dalam Perencanaan Penjualan Atas Target Laba yang Ditetapkan (Studi Kasus pada Toko Mei Pastry) diketahui hasil bahwa: 1.) total penjualan Mei Pastry pada periode Januari- Agustus 2009 sudah mencapai titik impas. Besarnya titik impas ialah sebesar Rp 8.851.751,615,- ; sedangkan penjualan pada periode tersebut mencapai Rp 127.849.000,- 2.) besarnya Ratio MOS Mei Pastry sangat besar, yaitu Rp 118.997.284,4,- atau sebesar 93,08 persen. Hasil tersebut menunjukkan bahwa risiko kerugian Mei Pastry sangat kecil dikarenakan besarnya penurunan penjualan yang boleh terjadi sangat besar yaitu Rp 118.997.284,4,- atau sebesar 93,08 persen. 3.) Nilai DOL Mei Pastry terbilang cukup kecil, yaitu hanya 1,07.
Biaya tetap yang kecil, menyebabkan kecilnya nilai DOL.
Penelitian hampir sama juga dilakukan oleh Kurnianti (2012) yang berjudul Analisis Break Even Point Sebagai Alat bantu Perencanaan Laba Pada Perusahaan Pabrik Gula Ngadirejo Kediri. Pada penelitian ini kita dapat
10
mengetahui bahwa perhitungan BEP Pabrik gula Ngadiredjo Kediri tahun 2012, dapat diketahui BEP terjadi pada tingkat produksi 319.604 kuintal dengan nilai penjualan Rp 382.137.366.731,- ; serta MOS antara tahun 2012 dengan tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 6 persen. Dengan demikian, penggunaan analisis CVP dapat membantu perencanaan laba yang akan ditunjukan dalam CM, BEP, MOS, dan DOL.
METODE PENELITIAN
Objek dalam penelitian ini adalah UKM Singkong D-9. Produk yang dijual dalam toko ini adalah singkong mentah, singkong goreng rasa original, singkong goreng rasa cokelat/keju dan singkong goreng rasa keju dan cokelat.
Dalam melaksanakan penelitian ini, menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu metode penelitian yang dilaksanakan dengan cara mengumpulkan, menyajikan dan menganalisis data perusahaan berdasarkan fakta yang ada.
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara kepada pemilik UKM Singkong D-9 yaitu Bapak Hardadi, untuk mendapatkan informasi-informasi berkaitan dengan biaya, volume yang akan diproduksi dan laba yang ingin dicapai.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data kuantitatif berupa data keuangan usaha selama periode Januari 2015 sampai Juli 2015 dan data kualitatif yang berasal dari hasil wawancara dengan pemilik usaha, yang digunakan untuk memperjelas data mengenai biaya, dan volume, pada data keuangan.
Sumber data penelitian yang digunakan adalah data sekunder yang berupa dokumentasi laporan keuangan perusahaan dan primer berupa data dari hasil wawancara dengan pemilik usaha. Data tersebut seperti data biaya-biaya yang dikeluarkan, harga jual untuk masing-masing produk, dan volume penjualan.
11 Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat 3 variabel yaitu harga jual masing-masing produk, volume penjualan masing-masing produk, dan data biaya yang terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap.
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang dipakai dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif.
Berikut ini rumus-rumus yang akan digunakan selama penelitian:
1. Contribution Margin (CM)
Contribution Margin (nilai uang) = Penjualan – Biaya Variabel Contribution Margin Ratio = Contribution Margin x 100% / Penjualan 2. Break Even Point (BEP)
Margin Penjualan =
CM Paket = Margin Penjualan x Bauran Penjualan Paket Impas =
CM = Penjualan – Biaya Variabel
= (Harga/unit x Bauran Penjualan x Paket Impas) – (Bi. Var/unit x Bauran Penjualan x Paket Impas)
Titik Impas = CM – Biaya Tetap Langsung – Biaya Tetap Umum 3. Margin Of Safety (MOS)
Margin of safety = Total Penjualan – Penjualan Titik Impas
Margin Of Safety Ratio = Margin Of Safety x 100% / Total Penjualan
12
4. Degree of Operating Leverage (DOL)
Degree of Operating Leverage = Contribution Margin / Laba Bersih Langkah Analisis
Langkah awal yang dilakukan adalah mengumpulkan data yang diperlukan dari UKM Singkong D-9, yaitu yang pertama data biaya – biaya.
Kemudian dilakukan pemisahan biaya-biaya tersebut menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Pemisahan biaya ini dikarenakan dalam penerapan analisis CVP untuk perencanaan laba per produk mengharuskan adanya pemisahan biaya, sehingga dapat diketahui sampai sejauh mana kemampuan masing-masing produk yang telah terjual dapat menutup biaya tetap perusahaan, dan juga dapat dipakai sebagai pertimbangan utama dalam memutuskan mengenai komposisi yang paling menguntungkan dari faktor-faktor biaya, volume, dan laba. Setelah itu, dilakukan perhitungan untuk mendapatkan biaya variabel per unit sebagai dasar perhitungan BEP. Kemudian dari data biaya tetap, biaya tetap dipisah menjadi biaya tetap langsung dan biaya tetap umum. Kemudian mengumpulkan data penjualan produk, sebagai dasar sebelum melakukan analisis CVP yang berasal dari data keuangan UKM Singkong D-9, disertai dengan hasil wawancara untuk memperjelas data keuangan. Setelah itu, dilakukan langkah penyelesaian yaitu menghitung :
1. Contribution Margin (CM)
Setelah dilakukan klasifikasi terhadap seluruh biaya operasional perusahaan berdasarkan perilakunya, maka dapat disusun CM dengan membebankan semua biaya variabel terhadap pendapatan.
2. Break Even Point (BEP)
Setelah mengetahui kontribusi setiap jenis produk terhadap perolehan laba secara keseluruhan, maka dapat dilakukan analisis yang bertujuan untuk mencapai kondisi impas (BEP). Dengan mengetahui kondisi titik impas maka UKM ini dapat mengetahui berapa yang harus dijual agar seimbang dengan biaya yang dikeluarkan.
13 3. Margin of Safety (MOS)
Margin of safety menunjukkan seberapa banyak penjualan masing-masing segmen dapat turun sampai titik dimana perusahaan tidak mengalami kerugian. Margin of safety dihasilkan dari jumlah penjualan total dikurangi dengan penjualan impas.
Kemudian, menghitung margin of safety ratio yang dihasilkan dari margin of safety dibagi total penjualan dikali 100%. Margin of safety ratio yang baik adalah margin of safety ratio yang tinggi, dimana resiko perusahaan akan mengalami kerugian menjadi sangat kecil.
4. Degree of Operating Leverage (DOL)
DOL merupakan ukuran dampak perubahan pendapatan penjualan terhadap laba bersih pada tingkat penjualan tertentu, dengan demikian setiap perubahan pendapatan penjualan dapat diketahui dengan cepat dampak perubahannya terhadap laba dengan menggunakan angka DOL. Agar tujuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang stabil dan meningkat setiap tahunnya dapat dicapai dengan efektif dan efisien, maka perusahaan menggunakan parameter DOL untuk membantu dalam perencanaan laba jangka pendeknya.
PEMBAHASAN Gambaran Objek
UKM Singkong D-9 didirikan tanggal 25 Februari 2009 dan dipimpin oleh Bapak Hardadi. UKM D-9 yang terletak di Jalan Argowiyoto 8A Ledok, Argomulya ABC, Salatiga, merupakan salah satu UKM yang cukup dikenali oleh masyarakat luas sebagai bisnis yang menawarkan makanan yang sudah menjadi khas oleh-oleh Salatiga. UKM Singkong D-9 selama menurut data historis memiliki omzet kurang lebih sebesar Rp 5.533.266.827,- / tahun, dan UKM ini tergolong dalam Usaha Menengah yang memiliki omzet antara Rp 4.800.000.000,- sampai Rp 50.000.000.000,- menurut UU No 20 tahun 2008 mengenai UKM. UKM ini menawarkan 4 macam produk yaitu: singkong mentah, singkong goreng rasa original, singkong goreng rasa cokelat/keju, dan singkong
14
goreng rasa keju dan cokelat. Produk D-9 sudah memiliki sertifikat Dep Kes.
RI.P.IRT.No: 315337301357, dan MUI No: 15120012601114.
Pemenuhan Asumsi CVP
Beberapa asumsi yang mendasari analisis CVP yaitu:
1. Harga jual konstan. Harga jual produk atau jasa tidak berubah ketika volume berubah yaitu singkong mentah Rp 10.000,- /plastik; singkong goreng rasa original Rp 15.000,-/kardus; singkong goreng rasa cokelat/keju Rp 16.000,-/kardus ; singkong goreng rasa keju dan cokelat Rp 17.000,-/kardus.
2. Semua informasi mengenai biaya dapat dibagi secara akurat antara biaya variabel dan biaya tetap.
3. Dalam perusahaan dengan berbagai produk, bauran penjualan adalah konstan yaitu singkong mentah, singkong goreng rasa original, singkong goreng rasa cokelat/keju, dan singkong goreng rasa keju dan cokelat, berturut-turut sebesar 2:1:1:1.
4. Menurut data dan informasi historis dari pemilik UKM selama bulan Januari-Juli 2015 total singkong yang diproduksi sebanyak 235.940 dan dapat terjual semua setiap harinya, sehingga persediaan tidak berubah karena jumlah unit yang diproduksi sama dengan jumlah unit terjual.
Langkah pertama adalah pengumpulan biaya-biaya yang terkait selama 7 bulan, mulai dari bulan Januari sampai Juli. Kemudian, pemisahan biaya menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
Tabel 1
Rekapitulasi Data Biaya Variabel dan Biaya Tetap
Bulan Biaya Variabel Biaya Tetap Total
Januari Rp 317.800.000 Rp 58.601.042 Rp 376.401.042 Februari Rp 332.160.000 Rp 58.601.042 Rp 390.761.042 Maret Rp 343.480.000 Rp 58.601.042 Rp 402.081.042 April Rp 354.800.000 Rp 58.601.042 Rp 413.401.042
15
Lanjutan Tabel 1
Mei Rp 363.920.000 Rp 58.601.042 Rp 422.521.042 Juni Rp 343.480.000 Rp 58.601.042 Rp 402.081.042 Juli Rp 349.560.000 Rp 58.601.042 Rp 408.161.042 Total Rp 2.405.200.000 Rp 410.207.294 Rp 2.815.407.294
Sumber data : UKM Singkong D-9
Biaya Variabel terbesar terdapat pada bulan Mei dengan biaya sebesar Rp 363.920.000,- dan biaya variabel terkecil terdapat pada bulan Januari sebesar Rp 317.800.000,-.
Tabel 2
Daftar Biaya Variabel Biaya Variabel untuk 7 Bulan
biaya bahan baku (Singkong) Rp 684.000.000
biaya gas dan air Rp 293.010.518 biaya perlegkapan pulpen,
kertas, dll Rp 171.300
biaya minyak Rp 175.909.091
biaya cokelat, keju, susu Rp 175.909.091
Biaya Kardus, Sendok,
Plastik
Rp 1.010.000.000 Biaya Plastik Rp 66.200.000
total biaya variabel Rp 2.405.200.000 Sumber data : UKM Singkong D-9
Perhitungan Biaya Variabel per Unit
Biaya variabel/unit didapat dari total pembebanan biaya untuk masing- masing produk dibagi dengan jumlah unit yang terjual yaitu sebanyak 235.940 buah.
16 Tabel 3
Perhitungan Biaya Variabel per Unit
Produk Biaya Variabel Unit Terjual Bi Var / Unit mentah Rp 525.987.185 91.728 Rp 5.734 original Rp 567.767.908 46.028 Rp 12.335 Keju / Cokelat Rp 626.404.272 49.089 Rp 12.761 Coklat Keju Rp 685.040.635 49.095 Rp 13.953
Total Rp 2.405.200.000 235.940
Sumber data : UKM Singkong D-9
Biaya variabel per unit untuk masing-masing produk adalah : singkong mentah sebesar Rp 5.734,- /plastik, singkong goreng rasa original sebesar Rp 12.335,-/kardus, singkong goreng rasa cokelat/keju sebesar Rp 12.761,- /kardus, dan singkong goreng rasa keju dan cokelat sebesar Rp 13.953,- /kardus.
Perhitungan Biaya Tetap
Setelah menghitung biaya variabel, kemudian terdapat penghitungan biaya tetap untuk 7 bulan.
Tabel 4
Daftar Biaya Tetap Selama 7 Bulan Biaya Tetap Untuk 7 Bulan
biaya air (galon) Rp 10.500.000 biaya listrik Rp 14.700.000 gaji karyawan tidak tetap Rp 178.500.000 biaya pulsa Rp 21.000.000 biaya bensin Rp 21.000.000 gaji karyawan tetap Rp 147.000.000 beban depresiasi Rp 17.507.294 Total biaya tetap Rp 410.207.294
Sumber data : UKM Singkong D-9
Beban depresiasi menggunakan metode garis lurus, dan untuk 7 bulan, total beban depresiasi adalah Rp 17.507.294,-.
17 Tabel 5
Data Beban Depresiasi
Nama Total Jumlah Umur
Ekonomis (Tahun)
Mulai Beban / Tahun Beban / Bulan
Freezer es krim Rp 10.000.000 2 8 2010 Rp 1.250.000 Rp 104.167 Freezer duduk Rp 7.500.000 5 8 2010 Rp 937.500 Rp 78.125 Show case Rp 2.000.000 1 8 2010 Rp 250.000 Rp 20.833
Wajan penggorengan
Rp 2.000.000 4 10 2000 Rp 250.000 Rp 16.667
Kompor besar Rp 2.400.000 4 10 2000 Rp 300.000 Rp 20.000
Pemotong singkong Rp 1.350.000 3 10 2002 Rp 168.750 Rp 11.250 Rumah untuk
produksi
Rp 325.000.000 1 20 2000 Rp 16.250.000 Rp 1.354.167
Toko Rp 215.000.000 1 20 2009 Rp 10.750.000 Rp 895.833
Total / bulan Rp 2.501.042
Sumber data : UKM Singkong D-9
Dari biaya tetap yang didapatkan, kemudian biaya tetap dipisah menjadi biaya tetap langsung dan biaya tetap umum.
Tabel 6
Pemisahan Biaya Tetap Bulan Biaya Tetap Langsung Biaya Tetap
Umum Total Biaya Tetap Januari Rp 35.100.000 Rp 23.501.042 Rp 58.601.042 Februari Rp 35.100.000 Rp 23.501.042 Rp 58.601.042 Maret Rp 35.100.000 Rp 23.501.042 Rp 58.601.042 April Rp 35.100.000 Rp 23.501.042 Rp 58.601.042 Mei Rp 35.100.000 Rp 23.501.042 Rp 58.601.042 Juni Rp 35.100.000 Rp 23.501.042 Rp 58.601.042 Juli Rp 35.100.000 Rp 23.501.042 Rp 58.601.042 Total Rp 245.700.000 Rp 164.507.294 Rp 410.207.294
Sumber data : UKM Singkong D-9
18 Tabel 7
Laporan Sederhana Biaya Tetap Setelah Pemisahan Biaya Tetap Biaya Tetap Untuk 7 Bulan
Biaya Tetap langsung
biaya air (galon) Rp 10.500.000 biaya listrik Rp 14.700.000 gaji karyawan langsung Rp 178.500.000
biaya pulsa Rp 21.000.000
biaya bensin Rp 21.000.000
Total biaya tetap langsung Rp 245.700.000
Biaya Tetap Umum
gaji karyawan umum Rp 147.000.000 beban depresiasi Rp 17.507.294
Total Biaya Tetap Umum Rp 164.507.294
Total Biaya Tetap Langsung dan
Umum Rp 410.207.294
Sumber data : UKM Singkong D-9 Perhitungan Data Penjualan
Setelah data biaya, kemudian pengumpulan data mengenai pendapatan dari penjualan ke empat (4) macam produk singkong selama 7 bulan dari bulan Januari – Juli 2015
Tabel 8 Data Penjualan
Bulan Pendapatan Unit Terjual
Januari Rp 441.060.000 32.163
Februari Rp 380.300.000 27.637
Maret Rp 428.338.000 31.067
April Rp 437.591.000 31.959
Mei Rp 513.304.000 37.488
Juni Rp 490.965.000 35.918
Juli Rp 536.181.000 39.708
Total Rp 3.227.739.000 235.940
Sumber data : UKM Singkong D-9
19
Tabel 10. menunjukan bahwa penjualan tertinggi terdapat di bulan Juli 2015 dengan pendapatan sebesar Rp 536.181.000,- dan penjualan terendah terdapat di bulan Maret dengan pendapatan sebesar Rp 380.300.000,-. Unit yang terjual merupakan bauran penjualan dengan perbandingan penjualan 2:1:1:1.
Perhitungan CM
Dari data biaya variabel dan penjualan UKM Singkong D-9, didapatkan CM per bulan yang berasal dari pendapatan dikurangi biaya variabel.
Tabel 9 Rasio CM per bulan
Bulan CM Rasio CM / Bulan
(Persen) Januari Rp 123.260.000 27,94631116 februari Rp 48.140.000 12,65842756 Maret Rp 84.858.000 19,81099039 April Rp 82.791.000 18,91972184 Mei Rp 149.384.000 29,10244222 Juni Rp 147.485.000 30,03981954 Juli Rp 186.621.000 34,80559736
Sumber data : UKM Singkong D-9
Dari data kontribusi margin perbulan di atas, kemudian didapat CM untuk 7 bulan atau CM rata-rata.
Tabel 10 CM/7 bulan
Total
Penjualan Rp 3.227.739.000 (Biaya Variabel) Rp 2.405.200.000
CM Rp 822.539.000
Rasio CM 25,48 %
Sumber data : UKM Singkong D-9
20 Perhitungan Break Even Point (BEP)
Langkah selanjutnya adalah menghitung BEP yang akan terjadi untuk mengetahui berapa jumlah produk yang harus dijual agar tidak mendapatkan laba atau rugi. Dengan cara menghitung bauran penjualan dan paket impas.
Tabel 11 Bauran Penjualan
Produk Harga / Unit
Biaya Variabel /Unit
Margin Penjualan
Bauran
Penjualan Margin Mentah Rp 10.000 Rp 5.734 Rp 4.266 2 Rp 8.532 Original Rp 15.000 Rp 12.335 Rp 2.665 1 Rp 2.665 keju Rp 16.000 Rp 12.761 Rp 3.239 1 Rp 3.239 keju coklat Rp 17.000 Rp 13.953 Rp 3.047 1 Rp 3.047
Total Rp 17.482
Sumber data : UKM Singkong D-9 Paket impas utk 7 bulan : Biaya Tetap / CM paket
: Rp 433.551.563 / Rp 17.482 : 24.799 paket
Paket impas utk 1 Bulan : Biaya Tetap / CM paket : Rp 58.601.042 / Rp 17.482 : 3.352 paket