• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1 PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Agenda pembaruan agraria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 TAP MPR Nomor IX/MPR/2001 salah satunya adalah melaksanakan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan tanah (landreform) untuk mewujudkan keadilan dan kemakmuran di bidang pertanahan. Dimasa Badan Pertanahan Nasional RI landreform disempurnakan menjadi Reforma Agraria (RA). Secara garis besar reforma agraria merupakan landreform yang ditambah dengan Access Reform. Secara spesifik RA merupakan sarana mengurangi ketimpangan penguasaan dan pemilikan tanah dalam rangka mengentaskan kemiskinan, oleh karena itu RA merupakan cara yang paling efektif untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Selain itu dalam RA juga terkandung tujuan untuk melaksanakan percepatan pendaftaran tanah yang merupakan salah satu pelaksanaan dari tugas pokok dan fungsi BPN RI. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 BPN RI diberi tugas untuk menjalankan RA, yang didalamnya termasuk peningkatan pelayanan pendaftaran tanah secara menyeluruh, penguataan hak- hak rakyat atas tanah serta pemberian Access Reform dalam rangka pemberdayaan masyarakat.

Pelaksanaan Reforma Agraria yang merupakan implementasi dari mandat TAP MPR No. IX/MPR/2001 dan Keputusan MPR No. 5/MPR/2003 tentang perlunya penataan struktur penguasaan, pemilikan, pemanfaatan, dan penggunaan tanah adalah untuk memastikan struktur keagrariaan dan pertanahan lebih adil, sengketa-sengketa pertanahan terselesaikan, akses masyarakat terhadap tanah berkembang secara adil.

Secara operasional, reforma agraria dilaksanakan melalui dua langkah sekaligus, yaitu : (a) penataan kembali sistem politik dan hukum pertanahan berdasarkan Pancasila, UUD 1945, dan UUPA; dan (b) proses penyelenggaraan Land Reform plus, yaitu penataan aset tanah (asset reform) bagi masyarakat dan penataan access masyarakat (Access Reform) terhadap sumber-sumber ekonomi dan politik yang memungkinkan masyarakat untuk memanfaatkan tanahnya secara baik.

Holden dan Otsuka (2014) menyatakan prinsip dasar dari Land Reform didasarkan kepada arti pentingnya kepemilikan (property right) terhadap aset yang dimiliki oleh masyarakat agar dapat dimanfaatkan sebagai modal (capital) dalam pengembangan usaha atau memulai suatu usaha perekonomian. Dengan terpenuhinya property right diharapkan pemilik aset memperoleh keuntungan berupa : (1) mengoptimalkan potensi ekonomi aset; (2) mengintegrasikan informasi aset kedalam satu sistem; (3) membuat pemilik aset lebih bertanggung jawab; (4) aset menjadi lebih diterima oleh pasar; (5) menempatkan pemilik aset ke dalam suatu jaringan; dan (6) melindungi transaksi terhadap aset yang dimiliki (de Soto 2006).

Berkenaan dengan arah kebijakan Land Reform tersebut di atas, seharusnya kegiatan reforma agraria dalam pelaksanaannya harus seimbang antara kegiatan asset reform dan Access Reform (Maguantara et al. 2006), namun pada kenyataan yang ada pelaksanaan reforma agraria lebih didominasi kegiatan asset reform seperti kegiatan yang selama ini telah dilaksanakan redistribusi tanah obyek Land Reform sejak tahun 1961 hingga sekarang dengan tujuan meningkatkan kehidupan sosial ekonomi para petani penerima tanah (Lembon 2002; Maryowani et al. 2004), namun kegiatan tersebut hanya dapat mencapai dalam hal penguatan aset tanah bagi para penerima tanah saja

(2)

dari tahun 1961 hingga 2005 luasan tanah yang diredistribusi hanya mencapai 1,15 juta hektar yang dibagikan kepada sekitar 1,5 juta KK dengan rata-rata luasan 0,77 hektar (BPN RI 2007; Maryowani et al. 2004).

Kurang memadainya luasan tanah yang dibagikan kepada masyarakat untuk dimanfaatkan secara optimal secara tidak langsung memicu banyaknya kasus pengalihan atau penjualan tanah hasil dari redistribusi tanah Ali DA et al. (2014). Hal tersebut tidak dapat dihindari selain dengan memberikan luasan tanah yang memenuhi standar minimum untuk usaha, yang harus disertai pula dengan upaya-upaya membuka access rakyat terhadap sumber-sumber pembiayaan, faktor-faktor produksi yang lebih berkualitas, teknologi, pasar dan lainnya. Upaya membuka berbagai access tersebut tidak mungkin dapat dilakukan oleh BPN RI sendiri, hal ini terkait dengan era otonomi daerah sekarang ini dimana peran aktif pemerintah daerah setempat dalam mendukung program dari pemerintah pusat sangat dibutuhkan termasuk salah satunya adalah program reforma agraria.

Penelitian terkait reforma agraria belum banyak dilakukan, yakni baru oleh Rustian (2008) tentang Analisis Strategi Pelaksanaan Reforma Agraria di Kabupaten Lebak, Suryono (2008) tentang Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Program Reforma AgrariaNasional di Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor , Zafar (2010) tentang Analisis Strategi Pelaksanaan Kegiatan Penyediaan Access Reform Dalam Program Reforma Agraria Di Kabupaten Pemalang, Rachman S (2008) tentang Implementasi Program Reforma Agraria Nasional di Kota Banjarbaru (Suatu Analisis Terhadap Partisipasi Subyek), Rahman M (2008) tentang Analisis Implentasi Reforma Agraria Nasional di Kecamatan Latoma Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara, Darsini (2011) tentang Analisis Pelaksanaan Redistribusi Tanah Dalam Rangka Reforma Agraria di Kabupaten Pati, Widodo (2011) Analisis Pelaksanaan Reforma Agraria Di Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo Provinsi Jawa Tengah, Arifin (2008) tentang Pembaruan Agraria Nasional (Pan) Dengan Program Sertipikasi Tanah Melalui Prona Guna Menyukseskan Tertib Administrasi Pertanahan Di Kabupaten Pemalang, Gunadi R.(2008) Analisis Strategi Peningkatan Kualitas Pelayanan pada Kantor Pertanahan Kota Pontianak dan Amir (2008). Analisis Dampak Program Sertifikasi Tanah Terhadap Akses Kredit Perbankan dan Pendapatan Petani di Kabupaten Bekasi, Alfurqon (2009) mengenai Program Reforma Agraria dan Kesejahteraan Petani.

Salah satu lokasi pilot project Program Reforma Agraria Nasional (PRAN) berada di Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor yang dalam wilayah administrasinya terdiri dari 15 desa, 10 desa diantaranya masuk dalam tanah bekas penguasaan PT.

Perusahaan Perkebunan Jasinga sehingga objek PRAN merupakan lahan eks PT. PP Jasinga. Status tanah tersebut adalah area bekas Hak Guna Usaha seluas 3.326,93 hektar, adapun yang dijadikan obyek reforma adalah tanah seluas lebih kurang 349,70 hektar. Suryono (2008) meneliti persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan program reforma agraria di Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, dengan hasil bahwa untuk kegiatan acces reform yang paling dibutuhkan oleh masyarakat adalah modal, pelatihan/pendampingan dan pemasaran.Suryono (2008) menambahkan di lokasi tersebut program reforma agararia baru terlaksana pada kegiatan asset reform yaitu dengan kegiatan sertifikasi tanahnya adapun untuk kegiatan Access Reform belum dapat dilaksanakan secara optimal dikarenakan belum adanya respon dari berbagai instansi terkait.

(3)

Kondisi ini dikhawatirkan akan mengakibatkan potensi capital yang sudah ada dari hasil asset reform tersebut akan hilang karena terjadi peralihan kepemilikan kepada pihak lain yang lebih memiliki access. Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian tentang penerapan strategi kegiatan penyediaan Access Reform program reforma agraria yang sangat dibutuhkan karena pemberian Access Reform yang baik akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara umum dan bagi penerima manfaat khususnya di Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor. Karena itu penting melakukan suatu penelitian tentang penerapan strategi kegiatan penyediaan Access Reform pelaksanaan program reforma agraria di Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka permasalahan penelitian dalam kajian ini adalah: (1) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan kegiatan penyediaan acces reform dalam program reforma agraria di Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor? (2) Strategi apa yang menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan kegiatan penyediaan acces reformdalam program reforma agraria di Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor? (3) Bagaimana implementasi strategi prioritas pelaksanaan kegiatan penyediaan acces reform dalam program reforma agraria di Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor? (4) Implikasi manajerial apa yang bisa direkomendasikan dalam kelanjutan pelaksanaan kegiatan penyediaan Access Reform dalam program reforma agraria di Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor?

Tujuan Penelitian

Bertolak dari perumusan masalah di atas, maka penelitian ini perlu dilaksanakan dengan tujuan untuk:(1) Mengetahui dan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kegiatan penyediaan acces reform dalam program reforma agraria di Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor (2) Menganalisa strategi yang menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan kegiatan penyediaan Access Reform dalam program reforma agraria di Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor (3) Mengetahui implementasi strategi prioritas pelaksanaan kegiatan penyediaan acces reform dalam program reforma agraria di Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor (4) Merumuskan implikasi manajerial yang bisa direkomendasikan dalam kelanjutan pelaksanaan kegiatan penyediaan Access Reform dalam program reforma agraria di Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor.

Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, yaitu : (1) Bagi Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor dan instansi terkait, diharapkan hasil penelitian ini bisa dijadikan untuk masukan dalam menentukan strategi apa yang dapat diterapkan pada pelaksanaan kegiatan penyediaan Access Reform dalam program reforma agraria. (2) Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan di bidang manajerial dan teknis serta melatih kemampuan mengaplikasikan teori dan konsep-konsep manajerial. (3) Bagi peneliti lain yang melakukan penelitian reforma agraria dapat dijadikan bahan referensi.

(4)

Kerangka Pemikiran Penelitian

Reforma agraria merupakan sebuah program nasional BPN RI diamanatkan oleh peraturan perundangan (Harsono 1997). BPN RI berperan sebagai lembaga pelaksana kegiatan tersebut.Untuk sesuai dengan tujuannya reforma agraria yakni untuk menata ulang ketimpangan struktur penguasaan dan penggunaan tanah kearah yang lebih adil, mengurangi kemiskinan, menciptakan lapangan kerja, memperbaiki akses rakyat kepada sumber-sumber ekonomi terutama tanah, mengurangi sengketa konflik pertanahan, memperbaiki dan menjaga kualitas lingkungan hidup, dan meningkatkan ketahanan pangan merupak sebuah tugas yang tidak ringan untuk lembaga yang kedudukannya setingkat dibawah menteri. Kerangka pemikiran penelitian dituangkan pada Gambar 1

Dari kedudukan BPN RI tersebut sedikit banyak memberikan hambatan dalam pelaksanaan program reforma agraria yang dalam pelaksanaannya memerlukan

koordinasi dengan instansi terkait lainnya baik di pusat maupun daerah, namun hal ini tetap menjadi tantangan yang harus dapat dijawab oleh jajaran BPN RI di semua lapisan. Jika dicermati pelaksanaan reforma agraria yang banyak melibatkan stakeholders dari lain instansi adalah dalam hal penyediaan Access Reform karena sangat berhubungan dengan pemberdayaan masyarakat setempat.

Oleh karena itu, pelaksanaan kegiatan pemberian Access Reform harus melibatkan pemerintah daerah setempat sehingga akan dapat terlaksana secara kontinyu dan berkelanjutan. Demikian halnya kegiatan yang dilaksanakan di Kabupaten Bogor peran

Kantah Kab.

Bogor

Masyarakat PenerimaManfaat Kegiatan

ReformaAgraria

Identifikasi Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan)

IdentifikasiFaktorEksternal (Peluang dan Ancaman)

Strategi PrioritasPengembangan Kegiatan Penyediaan Access

Reform (QSPM)

ImplementasiStrategiKegiatanPenyediaan Access Reform (Program, AnggarandanProsedur)

Implikasi ManajerialStrategi Kegiatan Penyediaan Penyediaan Access Reform

Analisis Lingkungan Kegiatan Penyediaan

Access Reform

Identifikasi Strategi (Matriks SWOT) Visi dan Misi RA

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian

(5)

serta pemerintah daerah sangat mendukung sehingga diharapkan dapat menjadi contoh untuk daerah lain.

Ruang Lingkup Penelitian

Studi ini ditujukan untuk meneliti penerapan strategi yang ada pelaksanaan kegiatan penyediaan Access Reform dalam program reforma agraria yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor serta mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut, serta mengusulkan gagasan tindak pelaksanaan program reforma agraria tersebut. Obyek dari studi penelitian ini adalah pelaksanaan kegiatan penyediaan Access Reform dalam program reforma agraria di Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor, dalam hal ini adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Strategi

Setiap perusahaan, instansi atau organisasi, baik besar maupun kecil, membutuhkan strategi dalam setiap kegiatan yang dilakukan. Hal ini bertujuan agar setiap kegiatan yang terjadi semakin efektif dan efisien. Strategi merupakan suatu cara perusahaan atau organisasi untuk mencapai tujuan jangka panjangnya (Wheelen dan Hunger 2005; Mintzberg, Ahlstrand dan Lampel1998).

Hamel dan Prahalad (1997), mendefinisikan strategi sebagai sebuah tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi.

Jayne et al. (2014) serta Hubeis dan Najib (2008) menyatakan dalam merumuskan strategi, diperlukan aktivitas-aktivitas berikut (1) pengembangan misi perusahaan, instansi atau organisasi; (2) mengenali peluang dan ancaman eksternal; (3) menetapkan kekuatan dan kelemahan internal; (4) menetapkan objektif jangka panjang; (5) menghasilkan strategi alternatif; (6) menetapkan strategi pokok yang perlu diimplementasikan. Selanjutnya teknis perumusan strategi terdiri dari tiga tahapan, yaitu: (1) tahap menginput data yang meringkas informasi input dasar untuk merumuskan strategi; (2) tahap pencocokan berfokus pada strategi alternatif yang layak dengan memadukan faktor-faktor eksternal dan internal; (3) tahap keputusan untuk memilih strategi yang spesifik dan terbaik dari berbagai strategi alternatif yang ada untuk diimplementasikan (David, 2009).

Manajemen Strategi

Manajemen strategi secara umum sering didefinisikan sebagai suatu cara untuk mengendalikan organisasi secara efektif dan efisien, sampai kepada implementasi garis terdepan, sehingga tujuan dan sasarannya tercapai. Wheleen dan Hunger (2005), mendefinisikan manajemen strategik merupakan serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan atau organisasi dalam jangka panjang.

(6)

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB

Gambar

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

a) Teknologi budidaya yang baik, dalam kegiatan pembesaran Ikan Lele ini menggunakan teknologi bioflok,yaitu bakteri heterotrof yang tumbuh dengan kepadatan yang

Dapat menjadi sumber informasi bagi masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan proyek.. Dapat melakukan koordinasi dan usaha-usaha

Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memperindah lingkungan.. 10

 Guru dan Peserta didik menarik sebuah kesimpulan tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan tentang Menelaah struktur dan

Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat dilihat bahwa suatu negara penerima wajib memberikan hak kekebalan dan keistimewaan terhadap perwakilan konsuler negara pengirim

Hasil penelitian ini menyajikan gambaran status gizi anak dengan diare di Puskesmas Tanjung Pinang Kota

Konsep awal dari perancangan desain kemasan ini adalah produk memiliki ciri khas tradisional dan alami, dengan adanya perubahan terhadap kemasan fisik dan juga

Nyeri memiliki beberapa sifat, antara lain (Mahon, 1994; dalam Potter & Perry, 2005) yaitu subjektif, sangat individual, stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang