16 BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep
Menurut KBBI (2003 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.
2.1.1 Morfologi
Morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang menbicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan –perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. ( Ramlan , 2001:21)
2.1.2 Kata Majemuk
Kata majemuk adalah hasil dari proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun terikat, sehingga terbentuk sebuah kontruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau yang baru. (A. Chaer, 2007:187-188)
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Defenisi kata majemuk
Bloomfield (1995:219) menyebutkan kata majemuk sebagai dua kata bebas di antara konstituen-konstituen langsungnya. Setelah kedua kata bebas itu digabungkan maka tidak tersisip lagi dengan kata yang lain. Kridalaksana (1996) menyebutkan kata majemuk dengan istilah pemajemukan atau komposisi yaitu proses penggabungan dua leksem atau lebih yang membentuk kata. Out put dari proses ini disebut paduan
17
leksem atau kompositum yang menjadi calon kata majemuk. Deskripsi tersebut jelas menempatkan kata majemuk sebagai satuan yang berbeda dengan frase. Frase adalah gabungan kata, bukan gabungan leksem. Yang mengelola kata –kata sehingga menjadi frase adalah proses sintaksis sedangkan kata majemuk berasal dari kompositum. Samsuri (1994) menyebutkan bahwa kata majemuk adalah konstruksi yang terdiri dari dua morfem atau dua kata atau lebih. Konstruksi ini bisa berupa : akar + akar, pokok + pokok, atau akar + pokok ( pokok + akar) yang membentuk satu pengertian. Ramlan (1985) menyebutkan kata majemuk dengan istilah persenyawaan berupa penggabungan dua kata yang menimbulkan satu kata baru. Keraf (1978) mengatakan bahwa kata majemuk mula-mula berbentuk seperti urutan kata yang bersifat sintaksis ,dengan arti yang sepenuh-penuhnya sebagai satu kata dengan arti baru yang di dukung bersama serta frekuensi pemakaiannya tinggi.
Dalam penelitian ini teori didasarkan pada pendapat Badudu. Menurut Badudu (1978) dasar penelitian terpenting untuk membedakan majemuk dan frase terletak pada konsep satu pengertian. Kontruksi ini tidak lagi menonjolkan makna yang ditimbulkan oleh gabungan komponen itu sekaligus. adapun pegangannya adalah antara komponen komponen kata majemuk itu tidak dapat disisipkan unsur lain sebab hal ini akan memecahkan sifat pemajemukan. Kontruksi majemuk terdiri atas dua kata atau lebih. Jadi menurut ketentuan ini orang tua merupakan kata majemuk sedangkan orang yang tua merupakan frase.
2.2.2 Bentuk Kompositum(Kata Majemuk)
Kata majemuk merupakan salah satu kajian dalam morfologi. Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk skruktur kata serta pengaruh perubahan –perubahan struktur kata terhadap golongan atau arti kata (Ramlan,1972:2). Morfologi mempunyai empat bidang kajian yaitu
18
proses pengimbuhan atau afiksasi, kata ulang atau reduplikasi, kata majemuk atau kompositum dan sintaksis atau kalimat.
Bentuk kata majemuk bahasa Indonesia dapat berupa bentuk bebas (kata majemuk dasar) yaitu bentuk bahasa yang dapat berdiri sendiri ,yang belum mengalami proses morfologis, bentuk bentukan ( kata majemuk berimbuhan dan kata majemuk berulang) yaitu bentuk bahasa yang sudah mengalami proses morfologis, dan bentuk unik adalah bentuk yang hanya dapat berkombinasi dengan bentuk bentuk bebas tertentu. (Azmah,1995:44-45) Hassan Alwi ( 1998 : 151-156) menyebutkan kata majemuk terdiri dari kata majemuk dasar,kata majemuk berimbuhan dan kata majemuk berulang.Kata majemuk dasar yakni gabungan dua kata dasar atau lebih berupa kata benda(KB), kata kerja (KK) , kata sifat (KS) dan kata bilangan ( KBil). Kata majemuk berimbuhan(KMBi) terdapat imbuhan berupa preposisi yang melekat pada komponen pertama. Imbuhan yang melekat adalah ber-, meN,di-, peN, dan ke-an.Bentuk kata majemuk berulang dapat dibagi atas kata majemuk berulang sebagian( KMBseb) dan kata majemuk seluruhnya(KMBsel).
Apabila kita bandingkan pendapat kedua ahli bahasa diatas tampak banyak persamaan. Bentuk bentukan yang disebutkan oleh Azmah sama dengan bentuk berimbuhan dan bentuk berulang yang disebutkan oleh Hassan Alwi karena kedua bentuk ini terjadi karena adanya proses morfologis. Jadi, dalam penelitian ini didasarkan pada pendapat Hassan Alwi.
2.2.3 Pola Kata Majemuk ( kompositum)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pola didefinisikan sebagai gambaran atau susunan yang tetap. Zain (1954: 27-29) membagi kata majemuk ke dalam dua bagian yakni (1) berasal dari bahasa Indonesia sejati dan (2) berasal dari bahasa asing. Kata majemuk bahasa Indonesia sejati dapat dibagi kedalam tiga bagian : (a) kedua
19
bagian sama derajatnya atau sama – sama berkedudukan sebagai inti dan keduanya harus disatukan,misalnya suami istri, tua muda,dan hutan rimba; (b) bagian yang pertama sebagai inti sedangkan kata yang kedua sebagai atributif atau menerangkan bagian yang pertama,misalnya pesawat terbang, rumah sakit, dan jambu air; (c) bagian yang kedua merupakan inti sedangkan bagian yang pertama berfungsi sebagai atributif, biasanya arti kata yang pertama itu bukan arti sebenarnya melainkan arti kiasan , misalnya keras kepala, tangan besi, dan naik darah. Kata majemuk bahasa Indonesia memiliki pola yang dibedakan berdasarkan inti atau tidak intinya sebuah satuan lingual. Satuan lingual inti merupakan satuan lingual yang kuat kedudukannya. Apabila satuan lingual yang mendukung atrubutif dilepaskan , satuan lingual yang inti tersebut tetap terterima secara gramatikal atau samantis.
Kata Majemuk bahasa Indonesia, juga dapat digolongkan kedalam tiga pola yakni:
1. Kata majemuk yang berpola D-D (koordinatif)
2. Kata majemuk yang berpola D-M ( subordinatif progressif) 3. Kata majemuk berpola M-D ( subordinatif regresif)
2.2.4 Makna Kompositum ( Kata Majemuk)
Makna kata dibatasi sebagai hubungan antara bentuk dengan hal atau barang yang diwakilinya atau referennya ( Keraf 1985 :25). Makna kata majemuk dibedakan menurut kelas kata kata majemuk. Perubahan makna yang terjadi pada kata majemuk ditimbulkan oleh proses morfologis seperti afiksasi dan reduplikasi.
Kata majemuk kata benda dapat bermakna jamak atau lebih dari satu, jumlah, tempat ,alat, dan menyerupai. Kata majemuk kata kerja dapat bermakna intensitas frekuentif, memiliki, memakai ,berusaha, menanam, resiprok, dan kausatif. Kata
20
majemuk kata sifat dapat bermakna sifat dan jamak. Kata majemuk kata bilangan hanya memiliki makna yang menyatakan jumlah. (Nur Azmah,1995 :55-60)
2.3 Tinjauan Pustaka
Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah menyelidiki atau mempelajari (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003 : 1198). Pustaka adalah kitab, buku, buku primbon (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003 : 912).
Nurismilyda (1980) dalam skripsinya berjudul Kata Majemuk di dalam Bahasa Minangkabau menjelaskan unsur-unsur kata majemuk dalam bahasa Minangkabau,dan struktur pola susunan kata majemuk. Nurismilyda menyimpulkan ada sepuluh unsur kata majemuk dan terdiri dari tiga struktur pola susunan kata majemuk dalam bahasa Minngkabau. Minah Sitepu(1986), dalam skripsinya yang berjudul Analisis Kata Majemuk dan Frasa dalam Bahasa Batak Karo menyimpulkan bahwa kata majemuk merupakan gabungan dari dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan arti dan tidak dapat disisipkan kata lain di antara unsur –unsurnya. Dengan kata lain arti dari unsur -unsur kata majemuk itu sudah bergeser menjadi suatu pengertian baru yang didukung oleh kedua unsur tersebut.
Nur Azmah (1995) dalam skripsinya yang berjudul Tinjauan Deskripsi frase dan kata majemuk dalam bahasa Indonesia menyimpulkan kata majemuk adalah gabungan dua buah kata atau lebih yang mempunyai satu pengertian baru. Cirri – cirri kata majemuk antara lain : terdiri atas dua kata atau lebih yang membentuk satu pengertian baru, gabungan kata itu dalam hubungannya keluar membentuk satu pusat yang menarik keterangan atas kesatuan itu, dan tidak dapat disisipi bentuk lain. Bentuk yang menjadi pendukung kata majemuk tersebut dapat berupa bentuk bebas,
21
bentuk jadian dan bentuk unik. Perubahan arti kata majemuk dapat terjadi karena proses morfologis.
Rosdiana Sihite (2007) dalam skripsinya yang berjudul Kata Kajemuk dalam Bahasa Batak Toba menyimpulkan bahwa kata majemuk Bahasa Batak Toba adalah gabungan dari dua kata atau lebih yang menimbulkan makna baru dan gabungan kata tersebut tidak dapat disisipi kata lain, misalnya kata na ‘yang’. Kata majemuk bahasa batak Toba mempunyai tiga ciri yaitu ciri prakategorial, ciri morfologis dan ciri sintaksis. Wujudnya berupa kata majemuk dasar, kata majemuk berimbuhan ,dan kata majemuk berulang. Sedangkan polanya ada yang berpola D-D, D-M, dan M-D. maknanya adalah jamak,jumlah ,tempat, alat, menyerupai, berulang-ulang ,memakai , memiliki, menanam, memelihara, saling , kausatif dan sifat.