• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRANSFER PRICING. Daftar Isi: Redaksi. Edisi Oktober I / eharusan untuk menerapkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha dalam transaksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TRANSFER PRICING. Daftar Isi: Redaksi. Edisi Oktober I / eharusan untuk menerapkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha dalam transaksi"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Edisi Oktober I / 2010

Daftar Isi:

Transfer Pricing ………...………..…...……... hal. 1 Jadwal Training SPT (Oktober 2010) …..……….. hal. 8

www.pajak.asia / www.tcg.co.id

Salam Jumpa Pembaca, Alhamdulillah, puji syukur senantiasa Redaksi panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hingga saat kita masih bisa berjumpa dengan pem- baca melalui SPTaxNewsletter ini. Mudah-mudahan karya sederhana kami bisa memberi- kan manfaat bagi para pem- baca.

Dalam edisi kali ini, Redaksi SPTaxNewsletter akan men- getengahkan tema tentang Transfer Pricing. Issue ini ter- kait dengan kewajiban penera- pan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha dalam tran- saksi antara Wajib Pajak den- gan pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Terkait dengan issue ini, baru-baru ini terbit PER-43/PJ/2010 yang mengatur penerapan prinsip ini.

Semoga tulisan ini bisa mem- bantu pembaca dalam mema- hami dan menerapkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha dalam transaksi dengan pihak yang mempunyai hubun- gan istimewa.

Simak ulasannya!

Salam Target, Redaksi

Editorial

Jakarta:

PT Suluh Prima Target Tanjung Mas Raya Blok B1 No.4 Tanjung Barat, Jak-Sel Tel. (021)780 3254/7112 2992 Fax. (021) 781 8456

Medan:

Jl. Dr Mansur No.152 A Medan 20131 Tel. (061) 821 4127 Fax (061) 821 4219 Surabaya:

PT Prakarsa Target Maxima Graha Pena Lt. 17 R.1709 Jl. A. Yani 88, Surabaya Tel. (031) 829 3464 / 827 1099 Fax. (031) 829 1091

Batam:

PT Target Solusi Perkasa Kompleks Trinusa Jaya Blok A No. 4 Mary Mart, Batam Center Tel. (0778) 477 563 Fax (0778) 466 995

TRANSFER PRICING

K

eharusan untuk menerapkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha dalam tran- saksi antara Wajib Pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa me- rupakan amanat dari Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 ten- tang Pajak Penghasilan stdtd Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 (UU PPh) dan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah stdtd Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 (UU PPN).

Dalam Pasal 18 ayat (4) UU PPh dinyatakan bahwa hubungan istimewa dianggap ada pada kondisi-kondisi berikut:

1. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling ren- dah 25% pada Wajib Pajak lain, hubungan antara Wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah 25% pada dua Wajib Pajak atau lebih, atau hubungan di antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir;

2. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib Pajak berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau

3. Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajat.

Mulai tahun 2009 Wajib Pajak (WP) diwajibkan untuk melaporkan transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa dalam SPT Tahunan PPh Badan (formulir 1771). Transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa dan dokumentasi yang telah dilakukan harus dilaporkan dalam lampiran khusus 3A/3B dan 3A-1/3B-1. Sayang kewajiban pelaporan tersebut tidak dibarengi dengan penerbitan peraturan pelak- sanaan untuk menerapkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha. Baru pada tanggal 6 September 2010 terbit Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-43/PJ/2010 yang mengatur penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha dalam transaksi antara WP dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

(2)

SPTaxNews is a product of Target Consulting Group Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha (arm's length principle/ALP)

adalah prinsip yang mengatur bahwa apabila kondisi dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa sama atau sebanding dengan kondisi dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa yang menjadi pembanding, maka harga atau laba dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mem- punyai Hubungan Istimewa harus sama dengan atau berada dalam rentang harga atau laba dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa yang menjadi pembanding.

Transaksi yang terkait dengan penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha meliputi antara lain:

a. Penjualan, pengalihan, pembelian atau perolehan barang berwujud maupun barang tidak berwujud;

b. Sewa, royalti, atau imbalan lain yang timbul akibat penyediaan atau pemanfaatan harta berwujud maupun harta tidak berwujud;

c. Penghasilan atau pengeluaran sehubungan dengan penyerahan atau pemanfaatan jasa;

d. Alokasi biaya; dan

e. Penyerahan atau perolehan harta dalam bentuk instrumen keuangan, dan penghasilan atau pengeluaran yang timbul.

Skema berikut menunjukan langkah-langkah dalam penerapan ALP. Penerapan ALP dimulai dengan melakukan Analisis Kesebandingan dan menentukan pembanding. Dilanjutkan dengan penentuan metode Penentuan Harga Transfer (transfer pricing) yang akan digunakan. Berdasarkan hasil analisis kesebandingan dan metode transfer pricing tersebut WP kemudian menerapkan ALP ke dalam transaksi yang dilakukan dengan pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa. Semua langkah penerapan ALP di atas harus didokumentasikan.

Transaksi yang dilakukan dengan pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa yang mempunyai nilai penghasilan atau pengeluaran tidak melampaui Rp 10.000.000,00 tidak diwajibkan memenuhi kewajiban untuk menerapkan ALP.

(3)

Edisi Oktober I / 2010 Halaman 3

Analisis Kesebandingan

Transaksi yang dilakukan antara WP dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa dianggap sebanding dengan transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa jika:

1) tidak terdapat perbedaan kondisi yang material/signifikan yang dapat mempengaruhi harga atau laba dari transaksi yang diperbandingkan; atau

2) terdapat perbedaan kondisi, namun dapat dilakukan penyesuaian untuk menghilangkan pengaruh yang material/

signifikan dari perbedaan kondisi tersebut terhadap harga atau laba;

Jika tersedia data pembanding internal dan data pembanding eksternal dengan tingkat kesebandingan yang sama, maka WP wajib menggunakan data pembanding internal untuk penentuan harga wajar atau laba wajar.

Dalam melaksanakan Analisis Kesebandingan harus dilakukan analisis atas faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kesebandingan antara lain:

a. karakteristik barang/harta berwujud dan barang/harta tidak berwujud yang diperjualbelikan, termasuk jasa;

b. fungsi masing-masing pihak yang melakukan transaksi (analisis fungsional/functional analysis);

c. ketentuan-ketentuan dalam kontrak/perjanjian;

d. keadaan ekonomi; dan e. strategi usaha .

Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam melakukan analisis atas faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada skema berikut ini.

(4)

Dalam melakukan penilaian dan analisis fungsi (functional analysis), harus dilakukan analisis dengan mengidentifikasi dan membandingkan kegiatan ekonomi yang signifikan dan tanggung jawab utama yang diambil atau akan diambil oleh pihak- pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa dengan pihak-pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa. Kegiatan eko- nomi dianggap signifikan jika kegiatan tersebut berpengaruh secara material pada harga yang ditetapkan dan/atau laba yang diperoleh.

WP wajib mendokumentasikan langkah-langkah, kajian, dan hasil kajian dalam melakukan Analisis Kesebandingan dan penentuan pembanding, penggunaan Data Pembanding Internal dan/atau Data Pembanding Eksternal serta menyimpan buku, dasar catatan, atau dokumen sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Metode Penentuan Harga Wajar Atau Laba Wajar

Dalam penentuan metode harga wajar atau laba wajar wajib dilakukan kajian untuk menentukan metode transfer pricing yang paling tepat. Metode transfer pricing yang dapat diterapkan adalah :

a. Metode perbandingan harga antara pihak yang independen (comparable uncontrolled price/CUP), yaitu metode penentuan harga transfer yang dilakukan dengan membandingkan harga dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan harga dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa dalam kondisi atau keadaan yang sebanding.

b. Metode harga penjualan kembali (resale price method/RPM), yaitu metode penentuan harga transfer yang dilaku- kan dengan membandingkan harga dalam transaksi suatu produk yang dilakukan antara pihak-pihak yang mem- punyai hubungan istimewa dengan harga jual kembali produk tersebut setelah dikurangi laba kotor wajar, yang mencerminkan fungsi, aset dan risiko, atas penjualan kembali produk tersebut kepada pihak lain yang tidak mem- punyai hubungan istimewa atau penjualan kembali produk yang dilakukan dalam kondisi wajar.

c. Metode biaya-plus (cost plus method/CPM), yaitu metode penentuan harga transfer yang dilakukan dengan menambahkan tingkat laba kotor wajar yang diperoleh perusahaan yang sama dari transaksi dengan pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa atau tingkat laba kotor wajar yang diperoleh perusahaan lain dari transaksi sebanding dengan pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa pada harga pokok penjualan yang telah sesuai dengan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha.

d. Metode pembagian laba (profit split method/PSM), yaitu metode penentuan harga transfer berbasis laba transak- sional (transactional profit method) yang dilakukan dengan mengidentifikasi laba gabungan atas transaksi afiliasi yang akan dibagi oleh pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa tersebut dengan menggunakan dasar yang dapat diterima secara ekonomi yang memberikan perkiraan pembagian laba yang selayaknya akan terjadi dan akan tercermin dari kesepakatan antar pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa.

e. Metode laba bersih transaksional (transactional net margin method/TNMM), yaitu metode penentuan harga trans- fer yang dilakukan dengan membandingkan persentase laba bersih operasi terhadap biaya, terhadap penjualan, terhadap aktiva, atau terhadap dasar lainnya atas transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan is- timewa dengan persentase laba bersih operasi yang diperoleh atas transaksi sebanding dengan pihak lain yang tidak mempunyai hubungan istimewa atau persentase laba bersih operasi yang diperoleh atas transaksi sebanding yang dilakukan oleh pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa lainnya.

Penentuan metode transfer pricing dilakukan secara hierarkis berdasarkan kondisi yang sesuai dengan metode transfer pricing tertentu seperti terlihat pada skema berikut.

SPTaxNews is a product of Target Consulting Group

(5)

WP wajib mendokumentasikan kajian yang dilakukan dalam menentukan metode transfer pricing dan menyimpan buku, dasar catatan, atau dokumen sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Harga Wajar Atau Laba Wajar

Harga Wajar atau Laba Wajar dapat ditentukan dalam bentuk harga atau laba tunggal (single price) atau dalam bentuk Ren- tang Harga Wajar atau Laba Wajar (arm's length range/ALR). Rentang Harga Wajar atau Laba Wajar adalah rentang harga atau laba dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa, yang merupakan hasil pengu- jian beberapa data pembanding dengan menggunakan metode transfer pricing yang sama.

Rentang Harga Wajar atau Laba Wajar merupakan rentangan antara kuartil pertama dan ketiga yang harus memenuhi per- syaratan sebagai berikut :

a. transaksi atau data pembanding yang digunakan dapat diandalkan.

b. didukung dengan bukti-bukti dan penjelasan yang memadai bahwa penetapan harga atau laba tunggal tidak dapat dilakukan.

Skema Penentuan Metode Tansfer Pricing

Kondisi 1:

1 Brg/jasa identik dlm kondisi sebanding Comparable

2 Kondisi transaksi sebanding atau jk tdk, Uncontrollable

msh dapat dilakukan penyesuaian. Price (CUP)

Kondisi 2:

1 Transaksi sebanding terutama berdasar Resale

analisis fungsi (meskipun brg/jasa beda) Price method

2 Reseller tdk memberikan nilai tambah (RPM)

yg signifikan.

Kondisi 3:

1 Brg setengah jadi dijual kpd phk yg

mempunyai hub istimewa Cost Plus

2 Terdapat joint facility agreement atau Method

Long term buy & suply agreement (CPM)

antar phk yg mempunyai hub istimewa

3 Transaksi berupa penyediaan jasa

Kondisi 3:

1 Transaksi sangat terkait, tdk memung- Profit Split

kinkan dilakukan kajian secara terpisah Method

2 Terdapat harta berwujud yg sangat unik (PSM)

sehingga tdk ada pembandingnya

Transactional

Net Margin

Method (TNMM)

Edisi Oktober I / 2010 Halaman 5

(6)

Transaksi Khusus

Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha wajib diterapkan atas transaksi jasa yang dilakukan antara WP dengan pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa. Transaksi atas jasa tersebut dianggap memenuhi Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha sepanjang memenuhi ketentuan :

a. Penyerahan atau perolehan jasa benar-benar terjadi;

b. Terdapat manfaat ekonomis atau komersial dari perolehan jasa; dan

c. Nilai transaksi jasa antara pihak-pihak yang mempunyai mempunyai hubungan istimewa sama dengan nilai tran- saksi jasa yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa yang mempunyai kondisi yang sebanding, atau yang dilakukan sendiri oleh wajib pajak untuk keperluannya;

Transaksi jasa antara WP dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa dianggap tidak memenuhi prinsip kewajaran dan kelaziman usaha dalam hal transaksi jasa terjadi hanya karena terdapat kepemilikan perusahaan induk pada salah satu atau beberapa perusahaan yang berada dalam satu kelompok usaha.

Termasuk dalam pengertian transaksi jasa adalah biaya atau pengeluaran yang terjadi sehubungan dengan :

a. kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan induk, seperti rapat pemegang saham perusahaan induk, penerbitan saham oleh perusahaan induk, dan biaya pengurus perusahaan induk;

b. kewajiban pelaporan perusahaan induk, termasuk laporan keuangan konsolidasi perusahaan induk, kecuali terda- pat bukti mengenai adanya manfaat yang terukur yang dinikmati oleh wajib pajak; dan

c. perolehan dana/modal yang dipergunakan untuk pengambilalihan kepemilikan perusahaan dalam kelompok usaha, kecuali pengambilalihan tersebut dilakukan oleh wajib pajak dan manfaatnya dinikmati oleh wajib pajak.

Dalam hal transaksi jasa yang dilakukan antara WP dengan pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa dapat dilakukan identifikasi jenis transaksinya secara spesifik, langkah-langkah penerapan ALK wajib diterapkan untuk setiap jenis transaksi jasa.

Atas transaksi jasa dilakukan bersama-sama antara WP dan pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan tidak dapat dilakukan identifikasi atas transaksi jasa yang diserahkan kepada masing-masing pihak, maka beban jasa harus dialokasikan berdasarkan manfaat yang diterima oleh masing-masing pihak.

Kriteria yang digunakan untuk mengalokasikan beban jasa dianggap memadai jika menerapkan kriteria yang terukur dan dapat diandalkan berdasarkan :

a. sifat jasa, kondisi pada saat jasa diserahkan, dan manfaat yang diperoleh; atau

b. kriteria lain yang berkaitan dengan transaksi yang tidak dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak mempunyai hubun- gan istimewa.

Transaksi pemanfaatan harta tidak berwujud yang dilakukan antara WP dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa dianggap memenuhi prinsip kewajaran dan kelaziman usaha sepanjang memenuhi ketentuan :

a. transaksi pemanfaatan harta tidak berwujud benar-benar terjadi;

b. terdapat manfaat ekonomis atau komersial; dan

c. transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai mempunyai hubungan istimewa mempunyai nilai yang sama dengan transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa yang mempunyai kondisi yang sebanding dengan menerapkan analisis kesebandingan dan menerapkan metode transfer pricing yang tepat ke dalam transaksi.

Transaksi pengalihan harta tidak berwujud yang dilakukan antara WP dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa dianggap memenuhi prinsip kewajaran dan kelaziman usaha sepanjang memenuhi ketentuan :

a. transaksi pengalihan harta tidak berwujud benar-benar terjadi; dan

b. nilai pengalihan harta tidak berwujud antara pihak-pihak yang mempunyai mempunyai hubungan istimewa sama dengan nilai pengalihan harta tidak berwujud yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa yang mempunyai kondisi yang sebanding.

Dalam melakukan Analisis Kesebandingan untuk transaksi tersebut harus dipertimbangkan antara lain : a. keterbatasan geografis dalam pemanfaatan hak atas harta tidak berwujud;

b. eksklusifitas hak yang dialihkan; dan

c. keberadaan hak pihak yang memperolah harta tak berwujud untuk turut serta dalam pengembangan harta dimak- sud.

Dokumen dan Kewajiban Pengisian SPT Tahunan

WP wajib menyelenggarakan dan menyimpan dokumen yang menjadi dasar penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha pada transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa. Dokumen penentuan Harga Wajar atau Laba Wajar yang harus disediakan oleh WP sekurang-kurangnya mencakup :

SPTaxNews is a product of Target Consulting Group

(7)

a. Gambaran perusahaan secara rinci seperti struktur kelompok usaha, struktur kepemilikan, struktur organisasi, aspek-aspek operasional kegiatan usaha, daftar pesaing usaha, dan gambaran lingkungan usaha;

b. Kebijakan penetapan harga dan/atau penetapan alokasi biaya;

c. Hasil Analisis Kesebandingan atas karakteristik produk yang diperjualbelikan, hasil analisis fungsional, kondisi eko- nomi, ketentuan-ketentuan dalam kontrak/perjanjian, dan strategi usaha;

d. Pembanding yang terpilih; dan

e. Catatan mengenai penerapan metode penentuan Harga Wajar atau Laba Wajar yang dipilih oleh Wajib Pajak.

WP dapat menentukan sendiri jenis dan bentuk dokumen yang harus diselenggarakan disesuaikan dengan bidang usa- hanya sepanjang dokumen tersebut mendukung penggunaan metode penentuan Harga Wajar atau Laba Wajar yang dipilih. WP wajib melaporkan transaksi yang dilakukannya dengan pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa dalam SPT Tahunan PPh.

Kewenangan Direktur Jenderal Pajak

Direktur Jenderal Pajak (DJP) berwenang menentukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan untuk menghitung besarnya PKP pada transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa dengan mempertim- bangkan metode dan dokumen transfer pricing yang diterapkan oleh WP. Jika WP tidak dapat memberikan penjelasan yang memadai dan/atau menunjukkan dokumen pendukung penerapan ALP, maka DJP berwenang menetapkan Harga Wajar atau Laba Wajar berdasarkan data atau dokumen lain dan metode transfer pricing yang dinilai tepat oleh DJP.

DJP berwenang melakukan penyidikan atas transaksi yang dilakukan WP dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan is- timewa yang terindikasi sebagai tindak pidana di bidang perpajakan.

DJP berwenang melakukan penyesuaian (correlative adjustment) terhadap penghitungan PKP WP sebagai tindak lanjut atas suatu penyesuaian (primary adjustment) yang dilakukan oleh :

a. DJP atas penghitungan penghasilan dan pengurangan yang dilakukan oleh WP dalam negeri lainnya yang menjadi lawan transaksi WP; atau

b. otoritas pajak negara lain atas penghitungan penghasilan dan pengurangan yang dilakukan oleh WP negara terse- but yang menjadi lawan transaksi WP dalam negeri Indonesia.

Atas penyesuaian yang dilakukan oleh otoritas pajak negara lain, WP tidak diperkenankan untuk melakukan sendiri penye- suaian penghitungan pajaknya.

Hak-Hak WP

Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan Prosedur Persetujuan Bersama (Mutual Agreement Procedure/MAP) kepada DJP sesuai ketentuan dalam P3B untuk menyelesaikan sengketa perpajakan yang menyangkut penerapan ketentuan dalam P3B, termasuk dalam hal WP tidak menyetujui penyesuaian yang dilakukan oleh otoritas pajak di negara mitra P3B terha- dap WP yang menjadi lawan transaksinya.

Sebagai upaya pengamanan WP dapat mengajukan permohonan Kesepakatan Harga Transfer (Advance Pricing Agreement/

APA) kepada DJP. APA dapat menghindarkan WP dari permasalahan yang mungkin timbul dalam transaksi yang dilaku- kannya dengan pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa. Kesepakatan Harga Transfer (Advance Pricing Agree- ment/APA) adalah perjanjian tertulis antara DJP dengan WP atau antara DJP dengan otoritas perpajakan negara lain.

Penutup

WP wajib menerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (ALP) dalam transaksi antara WP dengan pihak yang mem- punyai hubungan istimewa. Penerapan ALK dimulai dengan melakukan analisis kesebandingan dan menentukan pemband- ing. Dilanjutkan dengan penentuan metode transfer pricing yang akan digunakan. Berdasarkan hasil analisis kesebandingan dan metode transfer pricing tersebut WP kemudian menerapkan ALP ke dalam transaksi yang dilakukan dengan pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa. Semua langkah penerapan ALP di atas harus didokumentasikan.

DJP berwenang menentukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan untuk menghitung besarnya PKP pada tran- saksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa. Jika WP tidak dapat memberikan penjelasan yang memadai dan/atau menunjukkan dokumen pendukung penerapan ALP, maka DJP berwenang menetapkan Harga Wajar atau Laba Wajar berdasarkan data atau dokumen lain dan metode penentuan Harga Wajar atau Laba Wajar yang lain.

Sebagai upaya pengamanan WP dapat mengajukan permohonan Kesepakatan Harga Transfer (Advance Pricing Agreement/

APA) kepada DJP. APA dapat menghindarkan WP dari permasalahan yang mungkin timbul dalam transaksi yang dilaku- kannya dengan pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa.

Halaman 7 Edisi Oktober I / 2010

(8)

Jadwal Pelatihan Oktober 2010

SPTaxNews adalah produk publikasi berkala yang diterbitkan oleh Target Cosulting Group (TCG) untuk para Member yang berisikan pembahasan mengenai seputar berita dan peraturan pajak terbaru (beserta implikasinya) dalam bentuk artikel. Materi yang disajikan semata-mata untuk kepentingan pemberian informasi dan bukan merupakan opini resmi kami dalam pengambilan keputusan yang bersifat strategis

* * * *

SPTaxNews is a product of Target Consulting Group

Informasi Hubungi:

Divisi Marketing SPT Jakarta 021 - 780 3254 Fax: 021 - 781 8456

Doorprize Menarik...!

Sumber: Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 914/KM.1/2010 dan KMK Nomor 914/KM.1/2010

Periode Sampai Dengan USD SGD EUR JPY (100) CNY

20-September-10 26-September-10 8.975,00 6.714,40 11.674,32 10.583,73 1.331,29

Kurs Pajak Mingguan

1 5-'6 Oktober'10 With Holding Tax & ESPT Batam

2 7-8 Oktober'10 I F R S - Best Practice Batam

3 11 Oktober '10 Update PPH 21_ Cara Perhitungan SPT Masa Jakarta

4 12 -13 Oktober '10 PPN 2010 : Menyiasati Berlakunya UU PPN/PPnBM No.42 Tahun 2010+ ESPT(2hari) Jakarta

5 13 -14 Oktober'10 I F R S - Best Practice Jakarta

6 18 Oktober'10 PSAK 46_DIFFERED TAX Jakarta

7 19-20 Oktober'10 I F R S - Best Practice MEDAN

8 19-20 Oktober'10 With Holding Tax & ESPT Jakarta

9 20 Oktober'10 Tax Clinic " Benchmarking& Transfer Pricing Jakarta

10 21 Oktober'10 Era Baru Tax Treaty & Transfer Pricing_Sehari Jakarta

11 25-26 Oktober'10 Creative Accounting & Tax Management dlm Upaya Penghematan Pajak Jakarta

12 26 Oktober'10 Profiling, Benchmarking dan Counseling SURABAYA

13 27-28 Oktober '10 IFRS Best Practice SURABAYA

14 27-28 Oktober'10 Update PPN 2010 Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode alokasi biaya bersama pada produk sampingan, maka terdapat kesimpulan yang berguna bagi pabrik Tahu

Pada saat muncul topik baru yang sedang dibutuhkan oleh rumah sakit, petugas Unit Diklat akan mencari informasi mengenai topik-topik seminar yang diadakan namun tidak semua

Hasil tersebut membuktikan bahwa implementasi CSR perusahaan baik yang dilakukan oleh perusahaan go public Malaysia dan Indonesia dalam sample perusahaan tidak

Hasil simulasi menunjukkan bahwa ketiga konstanta tidak mempengaruhi lama terbukanya saluran ion Na karena pembukaan saluran ion ini berkaitan dengan persamaan pertama

Sebenarnya, satu-satunya perbedaan yang mereka temukan antara orang yang mengalami peristiwa kerugian terkait IRIS setelah memulai ART dan yang tidak mengalaminya, adalah bahwa

Banyaknya kejahatan di DKI Jakarta dipengaruhi oleh beberapa faktor, untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya kejahatan di DKI

eksorsis umumnya bukan imam, tetapi sekarang yang dapat melakukan eksorsisme resmi hanya seorang imam. Tetapi itu pun tidak setiap imam, hanya imam yang telah ditunjuk uskup

Dengan ini menyatakan bersedia menanggung dan mengganti segala kerugian yang diakibatkan oleh kontingen kami (coach, atlet, supporter dan yang lainya yang kami bawa) bila