PENGARUH LAMA PERENDAMAN DALAM URINE SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF BERBAGAI JENIS BAMBU
ASAL CHIP BUDDING
SKRIPSI
Oleh:
HENDRA SEPTYANTORO 201310320311034
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN-PETERNAKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
MALANG 2020
PENGARUH LAMA PERENDAMAN DALAM URINE SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF BERBAGAI JENIS BAMBU
ASAL CHIP BUDDING
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Universitas Muhammadiyah Malang Untuk Memenuhi salah satu persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Kehutanan
Oleh:
HENDRA SEPTYANTORO 201310320311034
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN-PETERNAKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
MALANG 2020
ii
iii PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul ―Pengaruh Lama Perendaman dalam Urine Sapi terhadap Pertumbuhan Vegetatif Berbagai Jenis Bambu Asal Chip Budding”.
Dalam penulisan skripsi ini berisi BAB I pendahuluan yaitu yang melatarbelakangi penelitian lama perendaman dalam urin sapi dan jenis bambu bentuk chip. BAB II tinjauan pustaka yang berisi tentang pengertian deskripsi bambu, budidaya bambu, chip budding, zat pengatur tumbuh, urine sapi, dan manfaat urine sapi sebagai zat pengatur tumbuh. BAB III yang berisi tentang peubah pengamatan yaitu mengukur daya pertumbuhan tunas, laju pertumbuhan tunas, pertambahan jumlah tunas, panjang tunas, diameter tunas, dan jumlah daun.
BAB IV hasil dan pembahasan meliputi data tabel dan gambar grafik, pada pembahasan yang berisi tantang laju pertumbuhan tunas yang berinteraksi dan juga pada daya pertumbuhan tunas, jumlah tunas, panjang tunas, diameter tunas, dan jumlah daun tidak berinteraksi. BAB V berisi kesimpulan kombinasi perlakuan lama perendaman urin sapi pada berbagai jenis bambu terhadap pertumbuhan vegetatif asal chip budding dimana terjadi interaksi pada hasil peubah pengamatan laju pertumbuhan tunas antara lama perendaman dalam urin sapi terhadap pertumbuhan bud chip berbagai jenis bambu yang terbaik adalah pada kombinasi perlakuan A1B1 (lama perendaman 5 menit dengan jenis bambu ampel).
Lampiran-lampiran dimaksudkan untuk memberikan informasi teknis serta sumber informasi lebih lanjut untuk mendukung kegiatan serupa, agar dapat
iv memberikan inspirasi bagi praktisi maupun penelitian untuk mengembangkan teknoligi sesuai dengan kondisi petani.
Malang, 19 Maret 2020
Hendra Septyantoro
v DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
PRAKATA ... iv
UCAPAN TERIMAKASIH ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfat Penelitian ... 5
1.5 Hipotesis ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1 Deskripsi Bambu ... 7
2.2 Potensi Tanaman Bambu ... 8
2.3 Morfologi Bambu ... 9
2.3.1 Akar (rimpang) ... 9
2.3.2 Rebung ... 10
2.3.3 Batang (buluh) ... 10
2.3.4 Percabangan ... 11
2.3.5 Pelepah Buluh ... 11
2.3.6 Daun ... 12
2.3.7 Tipe Pertumbuhan ... 12
2.4 Jenis Bambu ... 13
2.4.1 Bambu Ampel (Bambusa vulgaris s.) ... 13
2.4.2 Bambu Ori (Bambusa a.) ... 14
2.4.3 Bambu Apus (Gigantochloa a.) ... 15
2.5 Kesesuaian Jenis Bambu Dengan Kondisi Lahan ... 16
vi
2.6 Budidaya Bambu ... 17
2.7 Chips Budding ... 18
2.8 Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Chip Budding ... 19
2.8.1 Zat Pengatur Tumbuh ... 20
2.8.2 Metode Perendaman ... 22
BAB III METODE PENELITIAN... 24
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 24
3.2 Alat dan Bahan ... 24
3.3 Rancangan Penelitian ... 24
3.4 Prosedur Penelitian ... 26
3.4.1 Persiapan Media Tanam ... 26
3.4.2 Penyiapan Bibit ... 26
3.4.3 Penyiapan Urine Sapi ... 27
3.4.4 Proses Perendaman Urine Sapi Pada Bibit Bambu ... 27
3.4.5 Penanaman Benih Chip Budding ... 27
3.4.6 Pemeliharaan ... 27
3.5 Parameter Pengamatan ... 28
3.5.1 Daya Pertumbuhan Tunas ... 28
3.5.2 Laju Pertumbuhan Tunas ... 28
3.5.3 Jumlah Tunas ... 29
3.5.4 Panjang Tunas ... 29
3.5.5 Diameter Tunas ... 29
3.5.6 Jumlah Daun ... 29
3.6 Analisis Data ... 29
3.7 Kerangka Alur Penelitian ... 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31
4.1 Hasil ... 31
4.1.1 Daya Pertumbuhan Tunas Bambu ... 31
4.1.2 Laju Pertumbuhan Tunas Bambu ... 32
4.1.3 Pertambahan Jumlah Tunas Bambu ... 34
4.1.4 Panjang Tunas Bambu (cm) ... 35
4.1.5 Diameter Tunas Bambu (mm) ... 37
vii
4.1.6 Pertambahan Jumlah Daun Bambu ... 38
4.2 Pembahasan ... 40
4.2.1 Daya Pertumbuhan Tunas Bambu ... 40
4.2.2 Laju Pertumbuhan Tunas Bambu ... 42
4.2.3 Pertambahan Jumlah Tunas Bambu ... 43
4.2.4 Panjang Tunas Bambu... 46
4.2.5 Diameter Tunas Bambu... 48
4.2.6 Jumlah Daun Bambu ... 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 52
5.1 Kesimpulan ... 52
5.2 Saran ... 52 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii DAFTAR TABEL
No Teks Hal
3.1 Kombinasi Perlakuan ………... 25
4.1 Daya Pertumbuhan Tunas Dari Perlakuan lama perendaman Urine sapi (A) dan Bud Chip Berbagai Jenis Bambu (B) pada
Berbagai Umur Pengamatan (hst) ……… 31
4.2 Laju Pertumbuhan Tunas Dari Perlakuan Lama Perendaman Urine Sapi dan Bud Chip Berbagai Jenis Bambu (B) pada
Berbagai Umur Pengamatan (hst) ………... 33 4.3 Pertambahan Jumlah Tunas Dari Perlakuan Lama
Perendaman Urine Sapi (A) dan Bud Chip Berbagai Jenis
Bambu (B) pada Berbagai Umur Pengamatan (hst) …………. 34 4.4 Pertambahan Panjang Tunas (cm) Dari Perlakuan Lama
Perendaman Urine Sapi (A) dan Bud Chip Berbagai Jenis
Bambu (B) pada Berbagai Umur Pengamatan (hst) …………. 36 4.5 Pertambahan Diameter Tunas (mm) Dari Perlakuan Lama
Perendaman Urine Sapi (A) dan Bud Chip Berbagai Jenis
Bambu (B) pada Berbagai Umur Pengamatan (hst) …………. 37 4.6 Pertambahan Jumlah daun (helai) Dari Perlakuan Lama
Perendaman Urine Sapi (A) dan Bud Chip Berbagai Jenis
Bambu (B) pada Berbagai Umur Pengamatan (hst) …………. 39 Lampiran
1 Analisis Ragam Daya Pertumbuhan Tunas ..……… 59 2 Analisis Ragam Laju Pertumbuhan Tunas ………... 59 3 Analisis Ragam Pertambahan Jumlah Tunas pada Berbagai
Umur Pengamatan (hst) ……… 59
4 Analisis Ragam Pertambahan Panjang Tunas pada Berbagai
Umur Pengamatan (hst) ……… 60
5 Analisis Ragam Pertambahan Diameter Tunas pada Berbagai
Umur Pengamatan (hst) ……… 60
6 Analisis Ragam Pertambahan Jumlah Daun pada Berbagai
Umur Pengamatan (hst) ……… 60
ix DAFTAR GAMBAR
No Teks Hal
3.1 Pemotongan Bibit Chip Budding ………... 26
3.2 Kerangka Alur Penelitian ……….. 30
4.1a Grafik Daya Pertumbuhan Tunas (%) Dari Perlakuan Lama
Perendaman Urine Sapi (A) ……….. 32
4.1b Grafik Daya Pertumbuhan Tunas (%) Dari Perlakuan Bud
Chip Berbagai Jenis Bambu (B) ……… 32 4.2
Grafik Laju Pertumbuhan Tunas Dari Perlakuan Lama Perendaman Urine Sapi dan Bud Chip Berbagai Jenis Bambu (B) ………..
33
4.3a Grafik Pertambahan Jumlah Tunas Dari Perlakuan Lama
Perendaman Urine Sapi (A) ………... 35
4.3b Grafik Pertambahan Jumlah Tunas Dari Perlakuan Bud Chip
Berbagai Jenis Bambu (B) ………. 35
4.4a Grafik Pertambahan Panjang Tunas (cm) Dari Perlakuan
Lama Perendaman Urine Sapi (A) ……… 36
4.4b Grafik Pertambahan Panjang Tunas (cm) Dari Perlakuan Bud
Chip Berbagai Jenis Bambu (B) ……… 36 4.5a Grafik Pertambahan Diameter Tunas (mm) Dari Perlakuan
Lama Perendaman Urine Sapi (A) ……… 38
4.5b Grafik Pertambahan Diameter Tunas (mm) Dari Perlakuan
Bud Chip Berbagai Jenis Bambu (B) ………. 38 4.6a Grafik Pertambahan Jumlah Daun Dari Perlakuan Lama
Perendaman Urine Sapi (A) ……….. 39
4.6b Grafik Pertambahan Jumlah Daun Dari Perlakuan Bud Chip
Berbagai Jenis Bambu (B) ………. 39
Lampiran
1 Pengukuran Panjang Tunas Bambu ………. 61
2 Pengukuran Diameter Tunas Bambu ………... 61
3 Pengamatan Jumlah Daun Bambu ………... 61
4 Lokasi Pengambilan Urine Sapi di Laboratorium Kandang Universitas Muhammadiyah Malang ………..
62 5 Proses Pengumpulan Urine Sapi Melalui Pipa Pembuangan
Urin ………..
62
6 Proses Pemotongan Ruas Bambu ……… 62
7 Proses Perendaman Bibit Chip Budding Dalam Urin Sapi …. 63 8 Media Tanam Yang Terserang Hama Rayap ……….. 63 9 Tunas Bambu Ampel Yang Baru Tumbuh ……….. 63
x DAFTAR PUSTAKA
[Dirjenbun]. 2011. Peningkatan Produksi Produktifitas dan Mutu Tanaman Semusim, Pedoman Teknis Pelaksanaan Pengembangan Tanaman Tebu.
jakarta.
Abidin Z. 1990. Dasar-dasar pengetahuan tentang zat pengatur tumbuh.
Bandung: Angkasa.
Adriance, G. A. dan F. R. Brison. 1967. Propagation or Horticultura Plant. Tata Mc. Graw, Hill Publishing Company LTD. Bombay. New Delhi. 298p.
Ahmed, O. A., Obeid, A. and Dafallah, B. 2010. The Influence of Characters Association on Behaivor of Sugarcane Genotypes (Saccharum Spp) for Cane Yield and Juice Quality. Wolrd J. of Agricultural Sciences.6 (2):
207-211.
Alamendah. 2011. Jenis-jenis Bambu di Indonesia.
http://alamendah.wordpress.com//2011/01/28/jeni-jenis-bambu-di- indonesia/, diakses pada tanggal 9 September 2017.
Allo, M. K. 2009. Koleksi Jenis-jeins Bambu di Khdtk Mengkendek – Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Jurnal Info Hutan. 6 (2): 133-143.
Apriani, P. dan M. Rahmad, S. Peningkatan Bibit Torbangun (Plectranthus amboinicus Spreng) dengan Pemilihan Asal Stek dan Pemberian Auksin.
Jurnal Penelitian.
Ardhyananta, H. 2012. Karakteristik dan Sifat Mekanik Bambu Ori dan Bambu Petung. Jurnal Seminar Pasca Sarjana XII-ITS. Surabaya.
Arimarsetiowati R dan Fitria A. 2012. Pengaruh penambahan auxin terhadap pertunasan dan perakaran kopi arabika perbanyakan somatik embriogenesis. Pelita Perkebunan, 28(2):82-90.
Barly dan Ginuk, S. 1997. Cara Sederhana Pengawetan Bambu Segar (the Simple Method of tresment of fresh bambu). Buletin Penelitian Hasil Hutan. Vol.
15 mo. 2, hal. 79-86. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Puslitbang Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Hutan. Bogor.
Batubara, R. 2002. Pemanfaatan Bambu di Indonesia. USU Digital Library:
Universitas Sumatera Utara.
Berlin, N. dan E. Rahayu. 1995. Jenis dan Prospek Bisnis Bambu. Buku. Penebar Swadaya. Jakarta. 89 hlm.
Charomaini Z. 2014. Budidaya Bambu Jenis Komersial. IPB Press: Jakarta.
Dahlan, Z. 1994. Penelitian Biologi, Budidaya dan Pemanfaatan Bambu di Universitas Sriwijaya. Dalam Elizabeth A. Widjaja. Mien A. Rifai.
Bambang subiyanto, Dodi Nandika (penyuting). Strategi Penelitian Bambu Indonesia. Makalah yang Disampaikan Pada Seresahan Penelitian Bmbu
xi Indonesia, Bogor. Yayasan Bambu Lingkungan Lestari. Pp. 37-43. Skripsi S1 Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Effendi R dan Tati R. 2014. Operasionalisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH): langkah awal menuju kemandirian (pengelolaan HHBK menuju KPH Mandiri: studi kasus di KPHP Boalemo). Yogyakarta: Kanisius.
Fu’at, A. 2016. Pengaruh Konsentrasi Kitoson Terhadap Pertumbuhan Vegetatif dan Daya Simpan Bibit Tebu (Saccharum offcinacarum L.) Asal Bud Chip Varietas PJST 941. Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Malang.
Galih, A. 2003. Bahan kuliah; Larutan Urin Sapi dan Tanaman Perkebunan.
Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Hafizah, N. 2014. Pertumbuhan Stek Mawar (Rossa damascene Mil.) Pada Waktu Perendaman Dalam Urin Sapi. STIPER Amuntai.
Setyati. 1983. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta.
Hartmann HT dan DE Kester. 1959. Plant Propagation Principles And Practices.
Second Edition. Prentice-Hall Inc., New Jersey.
Hartman HT, Kester DE, Davies FT and Geneve RL. 1997. Plant propagation principles and practices. New Jersey: Prentice Hall.
Heddy, S. 1996. Hormon Tumbuhan. CV. Rajawali. Jakarta.
Irawan, U dan Edi. 2012. Pembuatan Persemaian dan Teknik Pembibitan.
Operating Wallacea Trust. Bogor.
Jain, R. S. Solomon, A. K. Shrivastava, and A. Candra. 2010. Sugarcane bud chips: A promissing seed material. Sugar Tech 12: 67-69.M.
Joshi, J. B., Krishnaveni, S., Vijalkashmi, D., Sudhagar, R. and Raveendra, M.
2013. Activities of Enzymes Involved in Synthesis and Degradation of Sucrose in Popular Sugarcane Varieties. Asian J. of Experimental Biological Science. 4 (2): 237-244.
Kramer and Kozlowski TT. 1960. Physiology of trees. New Jersey: Mcgraw Hill Book Co, Inc. Englewood Cliffs.
Kurniatusolihat N. 2009. Pengaruh bahan stek dan pemupukan terhadap produksi terubuk. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Lingga, P. 1991. Jenis Kandungan Hara pada Beberapa Kotoran Ternak. Pusat Penelitian Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S). ANTANAN. Bogor.
Mahfudz dan Hidayat M. 2011. Pengaruh hormon NAA dan Rootone F terhadap keberhasilan stek pucuk pulai gading (Alstonia scholaris (L.)R. BR).
Penelitian Pemuliaan Pohon, 5(3).
Marliah, A. 2011. Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Cabai Merah Pada Media Tumbuh yang Berbeda. Floratek,6 :84-91.
xii Miller, J. D., Gilbert, R. A. and Odero, D. C. 2012. Sugarcane Botani: A Brief
View. SS-Agr-234.
Nafed K. 2011. Menggali peluang ekspor untuk produk dari bambu. Warta Ekspor Ditjen. Jakarta.
Nurlaeni, Y. dan Imam SM. 2015. Respon Stek Pucuk Camelia japonica Terhadap Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Organik. Dalam Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia. . Vol 1 (5) : 1211- 1215.
Pamungkas T. 2009. Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Dalam Supernatan Kultur Basilus sp.2 DUCC-BR-K1.3 terhadap Perttumbuhan Stek Horisontal Batang Jarak Pagar (Jartopha curcas). Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Diponegoro.
Semarang.
Purbaningsih S. 2001. Kultur in vitro bambu apus (Gigantochloa apus Kurz.):
Induksi tunas dan pengakaran. Jakarta: Universitas Indonesia.
Putro D., Jumari J. dan Murningsih M. 2014. Keanekaragaman Jenis dan Pemanfaatan Bambu di Desa Lopait Kabupaten Semarang Jawa Tengah ( Species Diversity and Utility Of Bamboo at Lopait Village Semarang Regency Central Of Java). Jurnal Biologi, Volume 3 No 2. Hal. 71-79.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Rachmatullah. 2009. Perbanyakan Tanaman Cara Stek Menggunakan Hormon
Auksin dengan Metode Perendaman.
http://horteens.wordpress.com/2009/07/29/perbanyakan-tanaman-cara- stek-menggunakan-hormon-auksin-dengan-metode-perendaman/, diakses pada tanggal 7 maret 2020.
Rasidin, A. 2005. Peran Tanaman Pakan Ternak Sebagai Tanaman Konservasi dan Penutup Tanah di Perkebunan. Pross. Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.
Rochiman K. dan Setyati S. 1973. Pembiakan Vegetatif. Departemen Agronomi Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Saefudin dan Tati R. 2010. Pemilihan bahan vegetatif untuk penyediaan bibit bambu hitam (Gigantochloa atroviolacea widjaja). Tekno Hutan Tumbuhan, 3(1):23-28.
Salisbury, F. B. dan C.W. Ross. 1995. Plant Physiology 3rd Ed. California : Wardworth Publishing Company Belmont. Hal : 309 – 349.
Sime, M. 2013. The Effect of Different Cane Portion on Sprouting, Growth and Yield of Sugarcane (Saccharum Spp. L.). International J. of Scientific and Research Publications. 3 (1): 1-3.
Siswanto, U. Purwanto dan Y. Widiyastuti. 2008. Respon Piper retrofraction Vahl.
Terhadap Aplikasi Esktrak Bawang Merah dan Media. Tumbuhan Obat
xiii Indonesia, 1(1):1-10.
Sujarwo, W., I.B.K Arinasa, dan I N. Peneng. 2010. Potensi Rebung Bambu Ampel Gading (Bambusa vulgaris schard. Ex wendl. Var sticta) sebagai bahan baku obat liver di Bali. Prosiding Seminas Nasional ―Pengembangan Teknologi Berbasis Bahan Baku Lokal‖. BPPTK LIPI. Yogyakarta. Hal:
877-881.
Sumiasri, N, N. Setyowati dan Indarto. 2001. Tanggap stek cabang bambu betung (Dendrocalamus asper) pada penggunaan berbagai dosis hormon IAA dan IBA. Jurnal Natur Indonesia III. (2): 121—128
Suparman, U, Sunarno dan Sumarko. 1990. Kemungkinan Penggunaan Kemih Sapi Untuk Meransang Perakaran Setek Lada (Piper ningrum L.). Buletin Litro. Bogor.
Suprapto, A. 2004. Auksin: Zat Pengatur Tumbuh Penting Meningkatkan Mutu Setek Tanaman. Jurnal Penelitian 21(1):81-90.
Suriatna, S. 1992. Pembahasan Zat Pengatur Tumbuh Bagi Tanaman. Gramedia.
Jakarta.
Suryana J, Massijaya MY, Yusuf SH, dan Hermawan D. 2011. Sifat-sifat dasar bambu lapis. Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis, 9(2): 153-165.
Sutiyono. 2012. Budidaya dan pemanfaatan bambu.bahan presentasi, pusat litbang peningkatan produktivitas hutan. bogor. Online at http://www.forda-mof.org/files/Budidaya-bambu-sutiyono.pdf, diakses pada tangal 9 September 2017.
Sutiyono. 2013. Budi Daya Bambu. (http://www.forda-mof.org/file/Budidaya- bambu-sutiyono.pdf), diakses pada tangal 9 September 2017.
Sutiyono, Hendromono, W. Marfu’ah, dan S. Ihak. 1996. Teknik Budidaya Tanaman Bambu. Jurnal Info Hutan, 70 (2): 1—13.
Syukria. 2001. Sifat Fisis-Mekanis Papan Semen Partikel Bambu Ampel (Bambusa vulgaris Schrad): Pengaruh Macam Larutan Perendam dan Kadar Semen. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Tan L. 2008. Mengenal Bambu dan Manfaatnya terhadap Konservasi Alam, Konstruksi dan Kerajinan. http://irwantoshut.webs.com/bambu, diakses pada tanggal 8 januari 2018.
Velkov N, Tomlekova N, Sarsu F. 2016. Sensitivity of watermelon variety Bojura to mutant agents 60Co and EMS. J Bio Sci Biotech. 5(1): 105-110.
Wartapa, Agus. 2009. Pengaturan Jumlah Cabang Utama dan Penjarangan Buah Terhadap Hasil dan Mutu Benih Tomat Varietas Kaliurang (Lycopersicum Esculentunt Mill). Ilmu-ilmu Pertanian. 2(1) : 2.
Widjaja, E. A. 2001. Identifikasi Jenis-jenis Bambu di Kepulauan Sunda Kecil.
Bogor: Herbarium Bogoriense, Balitbang Botani, Puslitbang Biologi-LIPI.
xiv Widjaja, E. A. dan Karsono. 2004. Keanekaragaman bambu di Pulau Sumba.
Jurnal Biodiversitas, 6 (2): 95—99. Buku. Puslitbang Biologi-LIPI.
Bogor. 57 hlm.
Winarto, V. dan D. Ediningtyas. 2012. Mau Tahu Tentang Bambu ?. Buku.
Kementerian Kehutanan. Jakarta. 31 hlm.
Wiratri, N. 2005. Pengaruh Cara Pemberian Rootone-F dan Jenis Stek Terhadap Induksi Akar Stek Gmelina (Gmelina Arborea Linn). Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wudiyanto, R. 1999. Membuat Setek, Cangkok, dan Okulasi. Penebar Swadaya.
Jakarta. 150 hal.
Wuryaningsih S dan Andryantoro S. 1998. Pertumbuhan stek melati berbuku satu dan dua pada beberapa macam media. Agri Journal, 5(1):32-41.
Yuliarti, N. 2009. 1001 Cara Menghasilkan Pupuk Organik. Yogyakarta : Lyli Publiser.
xv