• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DILENGKAPI HANDOUT DAN

SMART CARD PADA MATERI POKOK KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN KELAS XI

SEMESTER GENAP SMA NEGERI 1 SIMO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Oleh:

NOVITASARI NIM. K3308104

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA Januari 2013

(2)

commit to user ii

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Novitasari

NIM : K3308104

Jurusan/Program Studi : PMIPA/Pendidikan Kimia

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DILENGKAPI HANDOUT DAN SMART CARD PADA MATERI POKOK KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN KELAS XI SEMESTER GENAP SMA NEGERI 1 SIMO TAHUN PELAJARAN 2011/2012” ini benar-benar hasil karya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, Januari 2013

Novitasari

(3)

commit to user iii

STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DILENGKAPI HANDOUT DAN

SMART CARD PADA MATERI POKOK KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN KELAS XI

SEMESTER GENAP SMA NEGERI 1 SIMO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Oleh : NOVITASARI

K3308104

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA Januari 2013

(4)

commit to user iv

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, Januari 2013

Pembimbing I,

Dr. M.Masykuri, M.Si.

NIP.19681124 199403 1 001

Pembimbing II,

Nanik Dwi Nurhayati, S.Si.,M.Si.

NIP. 19721115 200604 2 001

(5)

commit to user v

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Tanggal :

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Dra. Bakti Mulyani, M.Si. ...

NIP. 19590275 198503 2 006

Sekretaris : Drs. Sulistyo Saputro, M.Si., Ph.D. ...

NIP. 19680904 199403 1 001

Anggota I : Dr. M. Masykuri, M.Si. ...

NIP. 19681124 199403 1 001

Anggota II : Nanik Dwi Nurhayati, S.Si.,M.Si. ...

NIP. 19721115 200604 2 001 Disahkan oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.

NIP. 19600727 198702 1 001

(6)

commit to user vi ABSTRAK

Novitasari. STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DILENGKAPI HANDOUT DAN SMART CARD PADA MATERI POKOK KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN KELAS XI SEMESTER GENAP SMA NEGERI 1 SIMO TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Januari 2013.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar aspek kognitif dan aspek afektif siswa antara penggunaan metode STAD yang dilengkapi handout dan metode STAD yang dilengkapi smart card pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan rancangan penelitian randomized posttest design. Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik cluster random sampling. Sampel penelitian terdiri dari 2 kelas, yaitu kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen I (STAD dengan media smart card) dan XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen II (STAD dengan media handout). Teknik pengumpulan data prestasi belajar kognitif menggunakan metode tes sedangkan prestasi belajar afektif siswa menggunakan angket. Analisis data untuk pengujian hipotesis dilakukan menggunakan analisis uji t- dua pihak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan prestasi belajar aspek kognitif maupun afektif siswa antara penggunaan metode STAD yang dilengkapi handout dan metode STAD yang dilengkapi smart card pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan. Hal ini dapat dilihat dari prestasi belajar aspek kognitif siswa pada penggunaan media handout sebesar 85,81 dan penggunaan media smart card sebesar 83,08. Dan prestasi belajar aspek afektif siswa pada penggunaan media handout sebesar 86,33 dan pada penggunaan smart card sebesar 84,28.

Kata Kunci: STAD, Handout, Smart Card, Prestasi Belajar, Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

(7)

commit to user vii ABSTRACT

Novitasari. A COMPARATIVE STUDY OF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) LEARNING METHOD USING HANDOUT AND SMART CARD ON THE SUBJECT MATTER OF SOLUBILITY AND SOLUBILITY PRODUCT FOR CLASS XI ON 2nd SEMESTER SMA NEGERI 1 SIMO IN ACADEMIC YEAR 2011/2012.

Minor thesis. Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University Surakarta. January 2013.

The purposes of this research are to know the difference of student achievement in cognitive aspect and affective aspect between STAD method using handouts and STAD method using smart card on the subject matter of solubility and solubility product.

The method of research was experimental with randomized posttest design. The sample were taken using cluster random sampling technique. The research sample consists of 2 classes, which are XI IPA 1 class as experimental class I (STAD using smart card) and XI IPA 3 class as experimental class II (STAD using handouts). The data of the research was collected using test method to measure cognitive learning achievement and questionnaires method to measure affective learning achievement. Analysis the data for hypothesis testing performed using two side t- test analysis.

The results showed there are no difference of student learning achievement in cognitive aspect and affective aspect between STAD method using handouts and STAD method using smart card on the subject matter of solubility and solubility product. This result can shown from the student’s learning achievement in cognitive aspect using handouts is 85,81 and smart card is 83,08. and the student’s learning achievement in affective aspect using handouts is 86,33 and smart card is 84,28.

Keywords: STAD, Handout, Smart Card, Learning Achievement, Solubility and Solubility Product

(8)

commit to user viii MOTTO

”Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”

(QS. Ar-Ra’d: 11)

“Orang yang bersungguh-sungguh terhadap sesuatu yang di inginkannya dan bersabar dalam meraihnya, dia akan berhasil”

(Isma’il bin Bakr Qadhi)

“Kadangkala Allah menutup pintu yang ada di depan kita, tapi Dia membuka pintu lain yang lebih baik. Namun, kebanyakan manusia menyia-nyiakan waktu, konsentrasi dan

tenaga untuk memandang pintu yang tertutup daripada menyambut pintu impian yang terbuka di hadapannya”

(Dr Ibrahim Elfiky)

“Segala tindakan yang kita lakukan, apabila tidak diniatkan karena ibadah kepada Allah maka hasilnya akan sia-sia”

(Penulis)

(9)

commit to user ix

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan kepada:

 Bapak dan ibu tercinta yang senantiasa memberikan doa dan nasehatnya.

 Suamiku Dimas Arisandi yang selalu mendampingi dan memberiku semangat.

 Sahabat seperjuanganku Nuzul, Diah Puji, Siti, Mbak Hani, Mbak Tari atas motivasinya.

 Teman-teman kimia 2008

 Almamater.

(10)

commit to user x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan berkah-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

2. Sukarmin, S.Pd., M.Si., Ph.D., selaku Ketua Jurusan PMIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dra. Bakti Mulyani, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Dr. M. Masykuri, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Pertama yang memberikan bimbingan, nasehat, saran dan masukannya dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

5. Nanik Dwi Nurhayati, S.Si., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Kedua yang telah membimbing dan memberi pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Sri Retno Dwi Ariani, S.Si., M.Si., selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan yang sangat menguatkan penulis untuk bisa menyelesaikan studi sebaik mungkin.

7. Eka Legawa, S.Pd., selaku Kepala SMA Negeri 1 Simo yang telah mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian.

8. Atiqoh Endah Nihayati, S.Pd., selaku guru mata pelajaran kimia SMA Negeri 1 Simo yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian dan memberikan pengarahan.

(11)

commit to user xi

9. Siswa-siswi kelas XI IPA 1 dan XI IPA 3 SMA Negeri 1 Simo atas bantuan dan kerjasamanya.

10. Bapak dan ibu yang selalu memberikan doa restu dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Suamiku Dimas Arisandi yang senantiasa memberikan doa, motivasi, dan dukungannya.

12. Sahabat karibku Nuzul, Diah Puji, Siti, Mbak Hani, dan Mbak Tari yang selalu memberikan semangat dan keceriaan.

13. Teman-teman Kimia angkatan 08 terima kasih untuk segala dukungan, persahabatan dan bantuannya.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Semoga amal baik semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi sempurnanya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Surakarta, Januari 2013

Penulis

(12)

commit to user xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERNYATAAN... ii

HALAMAN PENGAJUAN... iii

HALAMAN PERSETUJUAN... iv

HALAMAN PENGESAHAN... v

ABSTRAK... vi

ABSTRACT... vii

HALAMAN MOTTO... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 6

C. Pembatasan Masalah... 7

D. Perumusan Masalah... 7

E. Tujuan Penelitian... 8

F. Manfaat Penelitian... 8

BAB II LANDASAN TEORI... 9

A. Tinjauan Pustaka... 9

1. Teori Belajar Konstruktivisme... 9

2. Pembelajaran Kooperatif... 12

3. Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD)... 15

(13)

commit to user xiii

4. Media Pembelajaran... 19

5. Prestasi Belajar... 25

6. Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan... 28

B. Kerangka Berpikir... 36

C. Penelitian yang Relevan... D. Perumusan Hipotesis... 38 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 40

A. Tempat dan Waktu Penelitian... 40

B. Metode Penelitian... 40

C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel... 42

D. Teknik Pengumpulan Data... 43

E. Instrumen Penelitian... 44

F. Teknik Analisis Data... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN... 55

A. Deskripsi Data... 55

B. Pengambilan Sampel Penelitian... 62

C. Uji Persyaratan Analisis... 64

D. Hasil Pengujian Hipotesis... 65

E. Pembahasan Hasil Analisis Data... 67

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN... 77

A. Kesimpulan... 77

B. Implikasi... 77

C. Saran... 78

DAFTAR PUSTAKA... 79

LAMPIRAN... 83

(14)

commit to user xiv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. : Data Nilai Rata-rata Ulangan Harian Kelarutan dan Hasil

Kali Kelarutan... 3

Tabel 2. : Skor Perkembangan Individu... 17

Tabel 3. : Penghargaan Tim... 18

Tabel 4. : Alokasi Waktu Penelitian... 40

Tabel 5. : Desain Penelitian Randomized Post Test Design... 41

Tabel 6. : Rangkuman Hasil Uji Validitas Isi Soal Aspek Kognitif... 45

Tabel 7. : Rangkuman Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Daya Pembeda Soal pada Aspek Kognitif... 47 Tabel 8. : Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Taraf Kesukaran Soal pada Aspek Kognitif... 48

Tabel 9. : Skor Penilaian Afektif... 49

Tabel 10. : Rangkuman Hasil Uji Validitas Isi Soal pada Aspek Afektif... 50

Tabel 11. : Data Nilai Tertinggi dan Terendah Prestasi Belajar Kognitif dan Afektif Siswa... 56

Tabel 12. : Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Kelas Eksperimen I (Media Smart Card)... 56

Tabel 13. : Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Kelas Eksperimen II (Media Handout)... 57

Tabel 14. : Perbandingan Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II... 58

Tabel 15. : Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Kelas Eksperimen I (Media Smart Card)... 59

Tabel 16 : Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Kelas Eksperimen II (Media Handout)... 60

(15)

commit to user xv

Tabel 17. : Perbandingan Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar

Afektif Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II... 61 Tabel 18. : Rangkuman Hasil Uji Normalitas Keadaan Awal Siswa.... 63 Tabel 19. : Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Keadaan Awal Siswa 64 Tabel 20. : Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif

dan Afektif... 64 Tabel 21. : Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Kognitif dan

Afektif... 65 Tabel 22. : Hasil Uji t-dua Pihak Prestasi Belajar Kognitif Kelas

Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II... 66 Tabel 23. : Hasil Uji t-dua Pihak Prestasi Belajar Afektif Kelas

Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II... 67 Tabel 24. : Perbandingan Penggunaan Media Smart Card dan Media

Handout Melalui Penerapan Meode Pembelajaran STAD 74

(16)

commit to user xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. : Kerucut Pengalaman Dale... 21 Gambar 2. : Bagan Kerangka Berpikir... 38 Gambar 3. : Histogram Prestasi Belajar Kognitif Kelas

Eksperimen I (Media Smart Card)... 57 Gambar 4. : Histogram Prestasi Belajar Kognitif Kelas

Eksperimen II (Media Handout)... 58 Gambar 5. : Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kognitif

Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II... 59 Gambar 6. : Histogram Prestasi Belajar Afektif Kelas

Eksperimen I (Media Smart Card)... 60 Gambar 7. : Histogram Prestasi Belajar Afektif Kelas

Eksperimen II (Media Handout)... 61 Gambar 8. : Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif

Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II... 62

(17)

commit to user xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Silabus... 83

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Metode STAD Media Smart Card dan Media Handout... 85

Lampiran 3 Media Smart Card... 104

Lampiran 4 Media Handout... 110

Lampiran 5 Kisi-Kisi Instrumen Prestasi Kognitif... 135

Lampiran 6 Lembar Soal Tes Kognitif... 147

Lampiran 7 Lembar Jawab Soal Tes Kognitif... 153

Lampiran 8 Kunci Jawaban Soal Tes Kognitif... 154

Lampiran 9 Indikator Instrumen Prestasi Afektif ... 155

Lampiran 10 Kisi – Kisi Penyusunan Angket Afektif... 157

Lampiran 11 Lembar Angket Afektif... 158

Lampiran 12 Penelaah Instrumen Kognitif dan Afektif oleh Panelis... 160

Lampiran 13 Analisis Validitas Isi Instrumen Kognitif dan Afektif... 161

Lampiran 14 Analisis Reliabilitas, Daya Beda, dan Tingkat Kesukaran Soal Try Out Tes Prestasi Kognitif... 163

Lampiran 15 Analisis Reliabilitas Soal Try Out Tes Afektif... 164

Lampiran 16 Daftar Pembagian Kelompok Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II... 166

Lampiran 17 Penghargaan Tim STAD Media Smart Card... 167

Lampiran 18 Penghargaan Tim STAD Media Handout... 170

Lampiran 19 Daftar Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil Mata Pelajaran Kimia... 173

Lampiran 20 Uji Normalitas Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil Mata Pelajaran Kimia... 174

Lampiran 21 Uji Homogenitas Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil Mata Pelajaran Kimia... 176 Lampiran 22 Uji t-matching Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil Mata

(18)

commit to user xviii

Pelajaran Kimia... 178 Lampiran 23 Data Induk Penelitian Prestasi Belajar Kognitif dan

Afektif Media Smart Card... 179 Lampiran 24 Data Induk Penelitian Prestasi Belajar Kognitif dan

Afektif Media Handout... 180 Lampiran 25 Skor Perkembangan Individu Kelas Eksperimen I dan

Eksperimen II... 188 Lampiran 26 Lembar Soal Kuis dan Soal STAD... 189 Lampiran 27 Uji Normalitas Data Penelitian Prestasi Belajar Kognitif.. 202 Lampiran 28 Uji Normalitas Data Penelitian Prestasi Belajar Afektif.... 204 Lampiran 29 Uji Homogenitas Data Penelitian Prestasi Belajar

Kognitif... 206 Lampiran 30 Uji Homogenitas Data Penelitian Prestasi Belajar Afektif 208 Lampiran 31 Uji t-Dua Pihak Data Penelitian Prestasi Belajar Kognitif 210 Lampiran 32 Uji t-Dua Pihak Data Penelitian Prestasi Belajar Afektif 211 Lampiran 33 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif... 212 Lampiran 34 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif... 215 Lampiran 35 Dokumentasi Penelitian... 217

(19)

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Permasalahan pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia diantaranya masih rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan.

Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan ini dipengaruhi sejumlah faktor, antara lain mutu proses pembelajaran yang belum mampu menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas. Profesionalisme guru masih dirasakan rendah terutama disebabkan oleh penyiapan pendidikan guru dan pengelolaan yang masih perlu ditingkatkan. Selain itu kinerja guru yang hanya berorientasi pada penguasaan teori dan hafalan, menyebabkan kemampuan siswa tidak berkembang secara optimal dan utuh.

Salah satu upaya-upaya perbaikan sistem pendidikan yaitu melalui perbaikan kurikulum yang di dalamnya mencakup metode pembelajaran di dalam kelas. Hal ini dilakukan dengan mengganti kurikulum KBK menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Rohman, 2009:177). Kurikulum KSTP disusun dalam rangka memenuhi amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang digunakan hingga saat ini menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran dan memainkan peran penting di dalam kelas, sementara guru berfungsi sebagai fasilitator. Siswa dituntut untuk memiliki inisiatif dalam pembelajaran sehingga materi yang akan dibahas dapat dipahami secara komprehensif. KTSP juga sangat mendukung siswa dalam rangka aktualisasi diri menyampaikan gagasannya (Muslich, 2008: 10).

Berdasarkan kurikulum KTSP tersebut, guru diharapkan mampu memilih metode pembelajaran dan media pembelajaran yang tepat dalam usaha meningkatkan keberhasilan proses pembelajaran. Dalam hal ini peran guru hendaknya mampu membantu siswa dalam membangun keterkaitan antara

(20)

commit to user

informasi (pengetahuan) baru dengan pengalaman lain yang telah mereka miliki guna memecahkan permasalahan pembelajaran dan memperkenankan siswa untuk bekerja secara bersama-sama (cooperative). Nur, menambahkan bahwa “Dalam teori konstruktivis guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri dan menggunakannya sebagai strategi untuk belajar“ (2000: 38).

Namun pada kenyataannya, masih terdapat permasalahan yang sering muncul dalam pelaksanaan pembelajaran saat ini. Diantaranya adalah faktor kebiasaan guru dalam melaksanakan praktik belajar mengajar dengan menggunakan metode ceramah. Pada umumnya guru menyajikan materi secara teoritik dan abstrak sedangkan siswa pasif, siswa hanya mendengarkan guru ceramah di depan kelas. Akibat dari kebiasaan tersebut, siswa menjadi kurang kreatif dalam memecahkan masalah, partisipasi rendah, kerja sama dalam kelompok tidak optimal, kegiatan belajar mengajar kurang efisien dan pada akhimya hasil belajar menjadi rendah. Dampak yang lebih besar adalah kompetensi utama yang diharapkan dalam pembelajaran tidak tercapai secara optimal. Akibat masalah di atas juga menyebabkan target pencapaian materi belajar menjadi berkurang.

Demikian halnya dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran kimia di SMA Negeri 1 Simo khususnya pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan, masih menggunakan metode ceramah dan kurangnya optimalisasi penggunaan media pembelajaran. Sehingga siswa cenderung bersikap pasif hanya mendengarkan penjelasan dari guru tanpa adanya interaksi pembelajaran. Hal ini juga di dukung kurangnya sarana prasarana penunjang pelaksanaan pembelajaran yaitu media pembelajaran. Siswa hanya menggunakan buku LKS dan buku paket pinjaman dari Perpustakaan. Padahal materi pelajaran kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan materi yang kebanyakan siswa menganggap materi yang sulit dan membutuhkan pemahaman serta kemampuan matematik yang cukup

(21)

commit to user

didukung dengan media pembelajaran maka siswa akan mengalami kesulitan belajar dalam pemahaman konsep dan cenderung bersifat bosan. Sehingga hal ini berdampak dengan rendahnya prestasi belajar siswa pada materi tersebut

Dalam penelitian ini penulis memilih materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dikarenakan sebagian besar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Simo tahun ajaran 2010/2011 tidak tuntas pada materi ini dibandingkan dengan materi kimia yang lain yaitu lebih dari 40% dengan nilai KKM sebesar 70. Hal inilah yang mengharuskan sebuah tinjauan ulang mengenai penyebab minimnya nilai siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Simo. Kondisi seperti ini dimungkinkan karena metode yang digunakan oleh guru kurang tepat, pemanfaatan media yang kurang optimal, atau mungkin juga hasil sumbangan rendahnya tingkat inteligensi dan motivasi belajar. Pada dasarnya siswa hanya berbeda kecepatan dalam menguasai materi belajar. Oleh karena itu, di samping diterapkan metode pembelajaran yang tepat diperlukan juga media yang dapat mempermudah penyampaian dan mempercepat penguasaan materi oleh siswa agar prestasi belajarnya dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Tabel 1 Data Nilai Rata-rata Ulangan Harian Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kelas XI SMA Negeri 1 Simo Tahun Ajaran 2010/2011

Tahun Ajaran

Kelas Rata-rata nilai kelarutan dan hasil kali

kelarutan

KKM Ketuntasan (%)

2010/2011

XI IPA 1 71,75 70 66,66

XI IPA 2 69,92 70 66,66

XI IPA 3 68,33 70 55,56

Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam rangka meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di SMA Negeri 1 Simo adalah metode pembelajaran kooperatif. Menurut Artz dan Newman mendefinisikan

“Pembelajaran kooperatif sebagai kelompok kecil atau siswa yang bekerjasama

(22)

commit to user

dalam satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mencapai tujuan bersama. Dengan demikian, pembelajaran kooperatif bergantung pada efektivitas kelompok-kelompok siswa tersebut dan konsekuensi positifnya siswa diberi kebebasan untuk terlibat secara aktif dalam kelompok mereka. Dalam pembelajaran ini, masing-masing anggota kelompoknya bertanggung jawab untuk mempelajari apa yang disajikan dan membantu teman-teman satu anggota untuk mempelajarinya juga. Sehingga diharapkan dapat membangun komunitas pembelajaran (Learning Community)” (Huda, 2011: 32-33).

Pembelajaran kooperatif juga didefinisikan sebagai suatu konsep dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran.

Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belurn menguasai bahan pembelajaran (Elok, 2001: 39). Dalam hal ini siswa memperoleh konsep pengetahuan tentang materi kimia kelarutan dan hasil kali kelarutan secara mandiri melalui diskusi dengan teman dalam satu kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, dan sangat berguna untuk membantu siswa menumbuhkan kemampuan bekerja sama dan kolaborasi (Maaruf, 2003: 39).

Salah satu metode pembelajaran kooperatif yang sederhana dalam pelaksanaannya yaitu Student Teams Achievement Divisions (STAD) atau Tim Siswa Kelompok Prestasi. Guru yang menggunakan metode STAD, juga mengacu kepada kelompok belajar siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap pembelajaran menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam satu kelas tertentu dipecah menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok haruslah bersifat heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Anggota tim

(23)

commit to user

menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami materi bahan pelajaran melalui tutorial, kegiatan diskusi dan kuis (Muslimin, 2008: 40).

Untuk meningkatkan keberhasilan pencapaian hasil pembelajaran, metode pembelajaran kooperatif STAD tersebut perlu didukung dengan adanya media pembelajaran yang relevan. Salah satu media yang dapat digunakan adalah media handout dan smart card. Diharapkan pemanfaatan media tersebut dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan, minat baru, dan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar serta mempermudah pemahaman siswa. Sehingga berdampak mempertinggi kualitas proses pembelajaran, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hasil belajar. Media handout dan smart card cocok untuk pembelajaran kimia khususnya pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yang terdapat banyak konsep abstrak dan hitungan.

Media handout adalah bahan pembelajaran yang sangat ringkas dan bahan ajar ini bersumber dari beberapa literatur yang relevan terhadap kompetensi dasar dan materi pokok yang diajarkan kepada peserta didik. Selain itu bahan ajar handout diberikan kepada peserta didik guna memudahkan mereka saat mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian, bahan ajar ini bukanlah suatu bahan ajar yang mahal melainkan ekonomis dan praktis (Prastowo, 2011: 79).

Sedangkan media smart card merupakan salah satu media yang digunakan dalam menciptakan suatu pembelajaran yang menyenangkan. Penggunaan media yang berbasis kartu ini dapat dikembangkan pada materi kimia kelarutan dan hasil kali kelarutan yang memiliki kecenderungan terdapat konsep-konsep kimia tertentu.

Dengan media ini, para peserta didik mampu berpikir dan menciptakan pemahaman dalam suatu pembelajaran yang menyenangkan. Selain itu, di dalamnya memuat suatu pesan moral bagi siswa untuk dapat bekerjasama dan berkompetisi dalam waktu yang bersamaan, sehingga diharapkan dapat memunculkan rasa sportifitas dan saling menghargai dalam diri setiap siswa.

Media handout dan smart card dapat menumbuhkan minat belajar siswa melalui pembelajaran kreatif, inovatif dan menyenangkan. Kedua media pembelajaran ini dapat diterapkan pada mata pelajaran kimia khususnya materi

(24)

commit to user

kelarutan dan hasil kali kelarutan sehingga meningkatkan prestasi belajar siswa.

Untuk itu penulis mengadakan penelitian tentang studi komparasi metode pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) dibantu dengan pemanfaatan media handout dan smart card pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan kelas XI semester genap yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Simo tahun pelajaran 2011/2012.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Peran guru dalam menumbuhkan motivasi siswa untuk menggunakan fasilitas belajar di sekolah masih belum maksimal sehingga potensi yang dimiliki siswa belum dapat digali sepenuhnya.

2. Metode konvensional masih dominan dalam kegiatan belajar-mengajar sehingga menimbulkan kejenuhan pada siswa.

3. Penggunaan media untuk menambah ketertarikan dan pemahaman siswa yang belum maksimal.

4. Siswa belum diikutsertakan dalam proses pembangunan pemahaman pada pembelajaran materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan.

5. Salah satu materi kimia yang masih dianggap sulit dipahami dan dikuasai siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Simo adalah kelarutan dan hasil kali kelarutan, hal ini mengakibatkan kurang maksimalnya prestasi belajar siswa.

6. Adakah perbedaan prestasi belajar aspek kognitif siswa antara penggunaan metode STAD yang dilengkapi handout dan metode STAD yang dilengkapi smart card pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan ?

7. Adakah perbedaan prestasi belajar aspek afektif siswa antara penggunaan metode STAD yang dilengkapi handout dan metode STAD yang dilengkapi smart card pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan ?

(25)

commit to user C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah maka perlu diperhatikan pembatasan masalah. Maka peneliti membatasi masalah pada:

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas XI IPA semester genap di SMA Negeri 1 Simo tahun ajaran 2011/2012.

2. Metode dan Media Pembelajaran

Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) sedangkan media yang digunakan adalah handout dan smart card.

3. Materi Pokok

Materi pokok pada penelitian ini adalah kelarutan dan hasil kali kelarutan.

4. Prestasi Belajar Siswa

Prestasi belajar siswa dilihat dari hasil belajar siswa meliputi aspek kognitif dan afektif.

D. Perumusan Masalah

Setelah dilakukan identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka dikemukakan perumusan masalah, sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar aspek kognitif siswa antara penggunaan metode STAD yang dilengkapi handout dan metode STAD yang dilengkapi smart card pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan?

2. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar aspek afektif siswa antara penggunaan metode STAD yang dilengkapi handout dan metode STAD yang dilengkapi smart card pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan?

(26)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Perbedaan prestasi belajar aspek kognitif siswa antara penggunaan metode STAD yang dilengkapi handout dan metode STAD yang dilengkapi smart card pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan.

2. Perbedaan prestasi belajar aspek afektif siswa antara penggunaan metode STAD yang dilengkapi handout dan metode STAD yang dilengkapi smart card pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk memberikan : 1. Manfaat teoritis

a. Hasil penelitian merupakan salah satu alternatif bagi guru untuk menentukan pendekatan, metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik bahan pengajaran khususnya pada mata pelajaran kimia.

b. Memberikan informasi mengenai penerapan metode STAD dilengkapi dengan media pembelajaran berupa handout dan smart card terhadap prestasi belajar pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi sekolah dalam rangka perbaikan dan peningkatan proses belajar mengajar. Memberikan masukan kepada pengajar bidang studi kimia dalam pemilihan metode dan media pembelajaran yang diharapkan dapat memperbaiki prestasi belajar siswa.

b. Bahan acuan bagi para praktisi pendidikan untuk melakukan penelitian metode pembelajaran kooperatif lebih lanjut.

(27)

commit to user 9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Belajar Konstruktivisme

Dalam teori belajar, kontruktivisme belajar merupakan pembangunan pengetahuan berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Ini berarti bahwa secara individu siswa harus bisa membangun pengetahuannya sendiri dengan cara berinteraksi dengan pengalaman dan obyek yang dihadapi. Secara sosial siswa harus bisa mengkonstruksi pengetahuannya dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya, misalnya berinteraksi dengan kelompok belajarnya atau lingkungan belajar yang lain.

Menurut teori konstruktivisme individual dan sosial, siswa harus aktif dalam belajar agar bisa membangun pengetahuannya sedangkan guru hanya bertindak sebagai fasilitator saja (Isjoni, 2009: 76-77).

Landasan filosofi kontruktivisme menurut Depdiknas adalah filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, tetapi siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dalam diri mereka sendiri (2003:

2). Pengetahuan dibangun dalam pikiran (dikonstruksi) dari hasil interpretasi atau suatu gejala, sehingga pengetahuan sangat dipengaruhi oleh pola pikir orang tersebut (Mulyasa, 2005: 238). Berikut ini beberapa teori belajar kontruktivisme yang disampaikan oleh para ahli, antara lain :

a. Teori Piaget

Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan menginterprestasikan objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya. Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif di dalam menerima informasi dan menyusun pengetahuannya mengenai realitas.

Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif menjadi empat yaitu:

(28)

1) Tahap Sensorimotor (Umur 0 - 2 Tahun)

Periode ini anak mengatur alamnya dengan indera-inderanya (sensori) dan tindakan-tindakannya (motor). Selama periode ini bayi tidak mempunyai konsepsi.

2) Tahap Preoperasional (Umur 2 - 7 Tahun)

Anak belum mampu melaksanakan operasi-operasi mental, yaitu menambah, mengurangi, dan lain-lain.

3) Tahap Operasional Konkret (Umur 7 – 11 Tahun)

Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah telah memiliki kecakapan berpikir logis, tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret, dan masih memiliki masalah mengenai cara berpikir abstrak.

4) Tahap Operasional Formal (Umur 11 – ke Atas)

Pada tahap ini anak dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks (Dahar, 1989:151-155).

Dalam hubungannya dengan pembelajaran, teori ini mengacu pada kegiatan pembelajaran yang harus melibatkan partisipasi peserta didik secara aktif. Sehingga pengetahuan tidak hanya sekedar dipindahkan secara verbal tetapi harus dikontruksi dan direkontruksi peserta didik (Isjoni, 2010:

53).

b. Teori Bruner

Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Dalam teorinya yang disebut

“free discovery learning”, ia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh- contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Jika Piaget mengatakan bahwa perkembangan kognitif sangat berpengaruh pada perkembangan bahasa seseorang, maka Bruner mengatakan bahwa perkembangan bahasa besar pengaruhnya pada perkembangan kognitif.

(29)

commit to user

Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan yaitu enanctive, iconic dan symbolic.

1) Tahap enaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memahami lingkungan sekitarnya dengan menggunakan kemampuan motorik.

2) Tahap ikonik, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal.

3) Tahap simbolik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika (Budiningsih, 2005: 41-42).

c. Teori Ausubel

Menurut Ausubel, bahan pelajaran yang dipelajari haruslah “bermakna”.

Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam stuktur kognitif seseorang.

Kekuatan dan kebermaknaan proses pemecahan masalah dalam pembelajaran terletak pada kemampuan pelajar dalam mengambil peran dalam kelompoknya. Untuk memperlancar proses tersebut diperlukan bimbingan langsung dari guru, baik lisan maupun dengan contoh tindakan, sedangkan siswa diberi kebebasan untuk membangun pengetahuannya sendiri (Isjoni, 2010: 35-36).

d. Teori Perkembangan Vygotsky

Sumbangan paling penting teori Vygotsky adalah penekanan pada hakekat sosiokultural dalam pembelajaran. Menurut Vygotsky pembelajaran terjadi saat anak bekerja dalam zona perkembangan proksimal (zone of proximal development). Zona perkembangan proksimal merupakan jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya dengan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan sesungguhnya didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah secara mandiri, sedangkan tingkat perkembangan potensial didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan

(30)

masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sejawat yang lebih mampu.

Sedangkan konsep scaffolding berarti memberikan sejumlah bantuan kepada anak pada tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab saat mereka mampu. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan, peringatan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, dan tindakan-tindakan lain yang memungkinkan pelajar tumbuh mandiri (Isjoni, 2010: 39-40)

2. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dimana peserta didik belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu memahami suatu bahan pembelajaran sampai semua anggota menguasai bahan pembelajaran (Lundgren,1994: 5).

Rohman menjelaskan bahwa “Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah model pembelajaran yang menekankan pada saling ketergantungan positif antar-individu siswa, adanya tanggung jawab perseorangan, tatap muka komunikasi intensif antar siswa, dan evaluasi proses kelompok” (Rohman, 2009: 186).

Pada hakikatnya pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi peserta didik, memfasilitasi peserta didik dengan pengalaman sikap kepemimipinan dan membuat keputusan dalam kelompok, membangun interaksi yang positif, menciptakan individu- individu yang memiliki kepribadian dan rasa tanggung jawab yang besar serta memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berinteraksi dan bekerja bersama-sama peserta didik yang berbeda latar belakangnya (Alma, 2008: 368).

(31)

commit to user

Menurut Slavin, “Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok- kelompok kecil untuk membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing” (2010: 4). Slavin (2008) mengemukakan lima prinsip metode belajar kooperatif yang dikembangkan dan terus dilakukan serta diperbaiki antara lain :

1) Metode STAD

2) Metode TGT (Teams Games Tournaments) 3) Metode Jigsaw

4) CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) 5) Metode TAI (Teams Assisted Individualization) (hlm.11)

Dalam pembelajaran kooperatif para peserta didik dikelompokkan secara arif dan proporsional. Pengelompokkan peserta didik dalam suatu kelompok dapat didasarkan pada: fasilitas yang tersedia, perbedaan individu dalam minat belajar dan kemampuan belajar, jenis kelamin, atau berdasarkan pada lotre atau random. Dalam pembagian kelompok ini, kelompok dibagi secara heterogen baik dari segi kemampuan belajar maupun dari jenis kelamin agar terjadi dinamika kegiatan belajar yang lebih baik dari kelompok, sehingga tidak terkesan ada kelompok yang kuat dan yang lemah (Mulyani, 2001:

127-128).

Roger dan David Johnson dalam Anita Lie mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal ada 5 unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan, yaitu :

1) Saling Ketergantungan Positif (positive interdependence)

Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas yang berlainan agar siswa dapat saling bertukar informasi dengan anggota kelompoknya sehingga dapat mencapai tujuan

(32)

commit to user

bersama. Selanjutnya pengajar akan mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian. Dengan cara ini mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil.

2) Tanggung jawab perseorangan (personal responsibility)

Dalam cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik untuk kelompoknya, karena penilaian dilakukan secara individu dan kelompok. Nilai kelompok merupakan “sumbangan” setiap anggota. Untuk menjaga keadilan, setiap anggota menyumbangkan poin di atas rata-rata mereka. Artinya siswa yang berprestasi tinggi ataupun rendah mempunyai kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi. Sehingga timbul rasa tanggung jawab untuk keberhasilan kelompoknya.

3) Tatap Muka (face to face)

Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan keuntungan bagi anggota kelompok karena siswa akan memperoleh sumber belajar yang bervariasi.

4) Komunikasi Antaranggota (interpersonal skill)

Pembelajaran kooperatif membutuhkan suatu komunikasi yang efektif dan positif tanpa menyinggung perasaan anggota yang lain.

Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat. Dengan adanya komunikasi yang baik, pencapaian tujuan akan lebih mudah.

5) Evaluasi Proses Kelompok (group processing)

Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif (Lie, 2004: 31).

(33)

commit to user b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh banyak faktor.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi 2, yaitu : 1) Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor intern dibagi menjadi 3 faktor, yaitu: a) faktor jasmaniah, meliputi: kesehatan dan cacat tubuh; b) faktor psikologis, meliputi:

intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kesiapan, dan c) faktor kelelahan, meliputi : kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.

2) Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor sebagai berikut: a) faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan; b) faktor sekolah, meliputi : metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa dan alat pelajaran; c) faktor masyarakat, meliputi:

kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.

3. Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) Metode yang dikembangkan oleh Slavin ini melibatkan “kompetisi” antar kelompok. Siswa dikelompokkan secara beragam berdasarkan kemampuan, gender, ras, dan etnis. Pertama-tama siswa mempelajari materi bersama teman- teman satu kelompoknya, kemudian mereka diuji secara individual melalui kuis-kuis. Perolehan nilai kuis setiap anggota kelompok menentukan skor yang diperoleh oleh kelompok mereka. Jadi, setiap anggota harus memperoleh nilai maksimal dalam kuis jika kelompok mereka ingin mendapatkan skor yang tinggi. Slavin menyatakan bahwa “Metode STAD ini dapat diterapkan untuk

(34)

commit to user

beragam materi pelajaran, termasuk sains, yang di dalamnya terdapat unit tugas yang hanya memiliki satu jawaban yang benar” (Huda, 2011: 116)

Secara umum STAD terdiri dari 5 komponen utama yaitu presentasi kelas, tim atau kelompok, kuis, skor perkembangan individu dan rekognisi tim atau penghargaan tim.

a. Presentasi Kelas

Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Hal ini dapat dilakukan melalui pengajaran secara langsung atau pengajaran diskusi dengan guru. Presentasi kelas dalam STAD berbeda dengan pengajaran pada umumnya karena dalam STAD hanya ditekankan pada hal-hal pokok saja. Kemudian siswa harus mendalaminya melalui pembelajaran dalam kelompok menggunakan media pembelajaran yang ada.

Dengan demikian, siswa dituntut untuk bersungguh-sungguh dalam memperhatikan materi yang diberikan oleh guru dalam presentasi kelas karena hal tersebut juga akan membantu mereka dalam mengerjakan kuis yang nantinya juga akan mempengaruhi skor dari tim mereka.

b. Tim atau Kelompok

Tim atau kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang siswa mempunyai karakteristik yang berbeda-beda atau heterogen, baik dalam penguasaan materi, jenis kelamin, maupun suku. Fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai materi yang diberikan dan juga untuk mempersiapkan anggota tim dalam menghadapi kuis, sehingga semua anggota tim dapat mengerjakan dengan baik.

Setelah guru mempresentasikan materi, anggota tim secara bersama-sama mempelajari materi yang diberikan guru. Pada tahap ini siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan dipelajari.Kemudian siswa mendiskusikan masalah atau kesulitan yang ada, membandingkan jawaban dari masing- masing anggota tim dan membetulkan kesalahan konsep dari anggota tim.

Tim merupakan hal penting yang harus ditonjolkan dalam STAD. Dalam setiap langkah, titik beratnya terletak pada ingatan anggota tim agar bisa

(35)

commit to user

sama dengan baik. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok.

c. Kuis

Setelah 1 atau 2 kali pertemuan guru mempresentasikan materi di kelas dan setelah 1 atau 2 kali tim melakukan latihan dalam kelompoknya, siswa diberi kuis secara individual. Jadi setiap siswa bertanggung jawab secara individu dalam menguasai materi pelajaran yang diberikan. Hasil selanjutnya adalah diberi skor. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pemahaman materi setiap individu. Skor individu ini didata atau diarsipkan dan digunakan pada perhitungan skor kelompok.

d. Skor Perkembangan Individu

Skor perkembangan individu dihitung berdasarkan skor awal.

Berdasarkan skor tersebut setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Perhitungan skor perkembangan individu dimaksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya. Untuk skor tes dengan skala 100 berlaku ketentuan seperti Tabel 2 berikut.

Tabel 2 Skor Perkembangan Individu

Skor Individu Skor Perkembangan Individu

Turun lebih dari 10 dari skor awal 5

Turun sampai dengan 10 dari skor awal 10

Tetap atau naik sampai dengan 10 20

Naik lebih dari 10 dari skor awal 30

Nilai sempurna (tidak berdasar skor

awal) 30

(Slavin, 2008 : 143-159)

(36)

e. Rekognisi Tim atau Penghargaan Tim

Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan skor rata- rata yang dikatergorikan menjadi kelompok baik, hebat dan super. Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing skor perkembangan individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok. Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan pemberian penghargaan terhadap kelompok ditunjukkan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Penghargaan Tim

Rata-rata Skor Kelompok Penghargaan 15

20 25

Tim Baik Tim Hebat Tim Super (Isjoni, 2010: 77)

Secara singkat, langkah-langkah dari metode pembelajaran STAD sebagai berikut: 1) membentuk kelompok secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain); 2) guru menyajikan materi pelajaran; 3) memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan bersama dalam kelompok; 4) anggota kelompok yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti; 5) memberi kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa, pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu; 6) menghitung skor individu dan tim, dan 7) merekognisi tim.

Kelebihan dan kekurangan penggunaan metode STAD adalah sebagai berikut :

a. Kelebihan:

1) peningkatan perasaan atau persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan, 2) siswa dilatih untuk bekerjasama dalam kelompok diskusi,

3) penumbuhan sikap-sikap positif dalam diri siswa, seperti kerjasama,

(37)

commit to user

4) siswa dilatih mengungkapkan atau menyampaikan gagasan atau idenya, 5) miskonsepsi dapat diketahui lebih cepat karena siswa berpartisipasi aktif

dalam proses pembelajaran.

b. Kelemahan:

1) diperlukan waktu yang lama, 2) diperlukan persiapan yang matang, 3) timbul suasana gaduh di kelas.

4. Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Gagne dalam Sadiman, dkk menyatakan, “Media adalah berbagai jenis komponen dan lingkungannya. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi” (Sadiman, dkk,1996: 6). Batasan lain tentang media telah dikemukakan pula oleh lembaga diantaranya Association for educational communications and technology (AECT, 1977) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Di samping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media sering diganti dengan istilah mediator yang menunjukkan fungsi atau perannya yaitu untuk mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar siswa dan isi pelajaran (Kustandi, 2011: 8).

Apabila dikaitkan dengan pembelajaran maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar ke peserta didik. Dengan demikian media pembelajaran bertujuan merangsang mereka untuk mengikuti kegiatan pembelajaran secara utuh, menyampaikan bagian tertentu dari kegiatan pembelajaran, serta memberi penguatan maupun motivasi (Kustandi, 2011: 1).

(38)

Berikut ini beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:

a. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar serta meningkatkan proses dari hasil belajar.

b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak, sehingga dapat menimbulkan motivasi, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan memungkinkan siswa untuk belajar sendiri- sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu.

d. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa dilingkungan mereka.

Pertimbangan media yang akan digunakan dalam pembelajaran menjadi pertimbangan utama, karena media yang dipilih harus sesuai dengan : 1) tujuan pengajaran; 2) bahan pelajaran; 3) metode mengajar; 4) tersedia alat yang dibutuhkan; 5) minat dan kemampuan pembelajar; 6) situasi pengajar yang sedang berlangsung; 7) pribadi pengajar (Sanaky, 2009: 6).

Peserta didik atau siswa dapat membangun pengalaman belajar dengan memanfaatkan media pembelajaran. Edgar Dale mengemukakan pengalamannya tentang penggunaan berbagai media komunikasi dalam informasi yang ia simpulkan dalam apa yang dikenal dengan Kerucut Pengalaman Dale (Dale’s Cone Experience) (Gulo, 2002: 141). Dale mengatakan:

Hasil belajar seseorang diperoleh melalui pengalaman langsung (kongkrit), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang verbal (abstrak). Semakin ke atas puncak kerucut semakin abstrak media penyampai pesan itu. Proses belajar dan interaksi mengajar tidak harus dari pengalaman langsung, tetapi dimulai dengan jenis pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok siswa yang dihadapi dengan mempertimbangkan situasi belajar.

Dalam buku Teknologi Pembelajaran karangan Seels dan Richey tertulis, Dale berkeyakinan bahwa “Simbol dan gagasan yang abstrak dapat lebih

(39)

commit to user

yang kongkrit. Kerucut Edgar Dale ini menyatukan teori pendidikan John Dewey dengan gagasan-gagasan dalam bidang psikologi yang tengah populer pada masa itu. Pemikiran Edgar Dale tentang Kerucut Pengalaman (Cone of Experience) ini merupakan upaya awal untuk memberikan alasan atau dasar tentang keterkaitan antara teori belajar dengan komunikasi audiovisual” (1946:

136).

Gambar 1 Kerucut Pengalaman Dale (Dale’s Cone Experience) (Sumber: Dale, 1969: 21)

Berdasarkan kerucut pengalaman Dale di atas, media handout dan smart card tergolong media pembelajaran yang digunakan peserta didik pada tahap simbolik.

a. Media Handout

Handout merupakan salah satu media cetak yang disusun oleh guru untuk pegangan belajar siswa. Handout juga dapat didefinisikan sebagai catatan yang berupa ringkasan atau garis-garis besar materi pelajaran yang dibuat oleh guru dan diberikan kepada siswa (Soekartawi, 1995: 69). Handout dibuat dalam bentuk buku yang berisikan ringkasan materi pelajaran, tugas- tugas yang harus dikerjakan siswa. Handout juga dapat diisi dengan informasi dalam bentuk naratif deskriptif, tabel, diagram, gambar, dan foto.

Pilihan penggunaan kata-kata , tabel atau gambar ini tergantung dari materi yang disajikan.

(40)

commit to user

Jika dilihat dari macamnya, handout dapat dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu, handout yang terlepas sama sekali dari buku utamanya dan bagian yang tak terpisahkan dari buku atau modul yang digunakan untuk materi tertentu. Handout akan berisi materi baru jika dalam perkembangan pembelajaran di temukan konsep atau pemikiran atau masalah yang belum di bahas dalam buku atau modul yang digunakan. Sementara itu, handout akan berisi penjelasan yang lebih lengkap dari materi yang sudah dibahas dalam buku atau modul atau diberikan dalam pembelajaran lisan (Setiawan, dkk, 2007: 2.16).

Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam penyusunan handout sebagai media pembelajaran :

1) penentuan judul handout, disesuaikan dengan kompetensi dasar dan materi pokok yang akan dicapai,

2) pengumpulan referensi sebagai bahan penulisan terutama referensi terkini dan relevan dengan materi pokok,

3) penulisan handout dengan kalimat padat namun jelas,

4) pengevaluasian hasil tulisan dengan cara dibaca ulang untuk menemukan kemungkinan kekurangan-kekurangan,

5) penggunaan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi handout misalnya buku, internet, majalah, jurnal hasil penelitian.

Handout bertujuan memberikan informasi yang berhubungan dengan materi pelajaran yang disusun dalam bentuk cacatan ringkas sehingga mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran. Selain itu poin- poin penting yang ada dalam handout dapat digunakan sebagai pemancing terjadinya interaksi dan diskusi. Interaksi aktif antara siswa dengan guru dan antar siswa dapat meningkatkan gairah belajar dan prestasi belajar. Untuk mencapai tujuan tersebut maka handout sebaiknya diberikan kepada siswa sebelum kegiatan belajar mengajar di kelas dimulai.

Penggunaan handout merupakan salah satu usaha untuk menarik perhatian dan mempertahankan keterlibatan siswa dalam proses belajar

(41)

commit to user

called handouts is particularly helpful means of getting and maintaining audience involvement and, this, of getting and maintaining attention”(hlm.

141). Handout sangat membantu dalam menyampaikan materi pelajaran karena siswa dapat mempelajari terlebih dahulu materi yang akan diajarkan, selain itu dapat memberikan dorongan belajar pada tiap individu karena materi yang terdapat dalam handout merupakan ringkasan yang berisi pokok-pokok materi pelajaran.

Dengan handout diharapkan materi yang diterima siswa dapat berkembang karena siswa tidak hanya menerima dan mencatat apa yang disampaikan guru, sedangkan untuk memperdalam materi siswa dapat membaca buku-buku referensi yang ditunjukkan dalam handout. Adapun kegunaan handout dalam pengajaran adalah 1) dapat mempercepat proses pengajaran dan hemat waktu penyajian suatu topik; 2) siswa dapat mempelajari materi sebelumnya; 3) dapat mempermudah penyelesaian tugas perorangan atau tugas individu; 4) meringankan tugas guru dalam menyampaikan materi pelajaran; 5) dapat membangkitkan minat siswa, jika handout dibuat sistematis, jelas dan menarik.

b. Media Smart Card

Menurut Bretz dalam Robinson (2005) mengelompokkan media berdasarkan pada tiga unsur pokok yaitu suara, visual dan gerak (hlm. 7.9).

Adapun klasifikasi media menurut Bretz sebagai berikut :1) media audio;

2) media cetak; 3)media visual diam; 4) media visual gerak; 5) media audio semigerak; 6) media semigerak; 7) media audio visual diam; 8) media audio visual gerak.

Dalam hal ini smart card tergolong jenis media visual diam berupa kumpulan kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terbuat dari kertas dengan beraneka bentuk dan warna yang dapat diisi dengan ringkasan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, peta konsep, dan contoh soal. Media ini dilengkapi dengan langkah-langkah mengerjakan soal guna untuk menuntun siswa dalam memahami tahap penyelesaian soal yang benar sehingga dapat

(42)

commit to user

dipelajari bersama kelompoknya. Oleh karena itu perlu adanya kerjasama kelompok yang baik untuk bisa membantu siswa memahami konsep dari topik yang sedang dibahas.

Media smart card ini memiliki unsur-unsur visual sebagai berikut:

1) Kesederhanaan

Media ini merupakan media pembelajaran yang sederhana dimana jumlah elemen yang terkandung di dalamnya ringkas sehingga memudahkan siswa menangkap dan memahami pesan yang disajikan secara visual. Materi atau informasi yang panjang dibuat menjadi beberapa plot-plot bahan visual yang mudah dibaca dan mudah dipahami.

2) Keterpaduan

Keterpaduan mengacu kepada hubungan yang terdapat antara elemen- elemen visual, sehingga ketika diamati akan berfungsi bersama-sama.

Elemen ini harus saling terkait dan menyatu sebagai bentuk keseluruhan.

Untuk itu dalam smart card ini diberi peta konsep untuk mengakaitkan antara subpokok bahasan satu dengan yang lainnya.

3) Penekanan

Meskipun penyajian visual dirancang sederhana mungkin, namun seringkali konsep yang ingin disajikan memerlukan penekanan terhadap salah satu unsur yang akan menjadi pusat perhatian siswa. Dengan menggunakan ukuran, hubungan-hubungan, perspektif, warna, atau ruang, penekanan dapat diberikan kepada unsur terpenting.Diharapkan siswa mampu menangkap materi yang tergolong penting dan perlu mendapat perhatian khusus.

4) Bentuk

Bentuk yang aneh, asing dan unik bagi siswa, dapat membangkitkan minat dan perhatian. Oleh karena itu, pemilihan bentuk sebagai unsur visual dalam penyajian pesan, informasi atau isi pelajaran perlu diperhatikan.

(43)

commit to user 5) Warna

Warna digunakan untuk memberi kesan pemisahan atau penekanan, membangun keterpaduan, mengarahkan perhatian dan membedakan komponen-komponen (Kustandi, 2011: 104-105).

Media ini bersifat praktis sehingga dapat digunakan dalam situasi dan kondisi pembelajaran baik diruang kelas maupun lingkungan diluar kelas.

Smart card ini didesain berupa kartu-kartu mainan yang dapat menarik perhatian sehingga dapat memunculkan minat dan motivasi siswa untuk mempelajari materi yang disampaikan. Selain itu media ini dapat mempermudah pemahaman siswa karena memungkinkan siswa dapat belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya, memberikan pengalaman belajar dan persepsi yang sama sehingga meminimalisir terjadinya miskonsepsi. Untuk mendukung pemahaman siswa, setelah menggunakan media ini siswa dapat membuat catatan-catatan kecil guna memperkuat daya ingat sehingga dapat mengingat kembali materi yang telah dipelajari.

5. Prestasi Belajar

Berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajarnya atau prestasi belajar. Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda

“prestatie” yang dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti hasil usaha (Arifin, 1990: 2). Menurut Soedijarto berpendapat bahwa “Prestasi belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan dan hasilnya dapat ditentukan dengan memberikan tes pada akhir pendidikan”. Nilai tes tersebut adalah angka yang menunjukkan jumlah hasil prestasi setelah siswa mendapatkan materi pelajaran (1981: 61).

Menurut Winkel prestasi belajar dapat dilihat dari perubahan-perubahan dalam pengertian kognitif, pengalaman keterampilan, nilai sikap yang bersifat konstan (2004: 510). Gagne juga berpendapat bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi 5 aspek yaitu kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi

(44)

verbal, sikap dan keterampilan. Perubahan ini dapat berupa sesuatu yang baru atau penyempurnaan sesuatu hal yang pernah dimiliki atau dipelajari sebelumnya.

Menurut Arifin (1990) prestasi belajar mempunyai beragam fungsi, diantaranya:

a. prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai atau diserap oleh anak didik,

b. prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan sebagai timbal balik bagi kemajuan mutu pendidikan,

c. prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu,

d. prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan,

e. prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik (hlm. 1-2).

Secara garis besar ada 2 faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu faktor intern dan faktor ekstern (Dimyati dan Mudijono dalam Wahyudi 2009: 17-18).

a. Faktor Intern

Faktor intern adalah segala faktor yang bersumber dari dalam diri individu. Faktor ini meliputi faktor fisiologis berupa keadaan jasmani dan faktor psikologis berupa keadaan jiwa seseorang yang berkaitaan erat dengan motif-motif siswa melakukan aktivitas belajar.

b. Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu yang meliputi faktor lingkungan dan faktor instrumental.

1) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan berperan penting dalam membentuk individu baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada faktor lingkungan tersebut ditemukan adanya kedudukan dan peranan tertentu. Apabila kedudukan dan peranan diakui oleh sesama siswa, maka seorang siswa dapat dengan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Hendra (2009) yang menemukan hubungan yang bermakna antara postur kerja dengan keluhan MSDs berdasarkan jenis

Keluarga Besar Universitas Dian Nuswantoro yang melakukan pelanggaran akan diproses oleh Panitia Pertimbangan Pelanggaran Tata Tertib (PANTIB) yang dibentuk

SMA Negeri 1 Kradenan adalah suatu sekolah negeri yang berlokasi di Desa Kuwu Kecamatan Kradenan kabupaten Grobogan. Maksud judul skripsi "Pengaruh Persepsi

Hasil analisis sidik ragam bobot kering tajuk tanaman kedelai di tanah Ultisol akibat pemberian kapur CaCO3 dan pupuk KCl ... Bobot kering akar tanaman kedelai di tanah Ultisol

KONSERVASI FURNITUR BERLANGGAM GOTHIC PADA ARSITEKTUR GEREJA KATOLIK SANTO YUSUF.

Kekuasaan kehakiman yang merdeka, dalam tinjauan politik hukum, dengan mengacu pada pasal tersebut di atas dilakukan pada dua lapisan, yaitu, pertama, hakim sebagai aparat

Sebab, lingkungan yang juga dikenal dengan institusi itu merupakan tempat terjadinya proses pendidikan, yang secara umum lingkungan tersebut dapat dilihat dari

Kegiatan APBD pada Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2014, maka dengan ini kami Pejabat Pengadaan Barang / Jasa Kegiatan APBD pada Badan Ketahanan