TESIS
EKSTRAK TEH (
Camellia sinensis
) HIJAU
MEMPERBAIKI PROFIL LIPID LEBIH BAIK
DARIPADA EKSTRAK TEH (
Camellia sinensis
) PUTIH
PADA TIKUS (
Rattus norvegicus
) JANTAN GALUR
WISTAR DENGAN DISLIPIDEMIA
ADELINE IVANA DEWI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
TESIS
EKSTRAK TEH (
Camellia sinensis
) HIJAU
MEMPERBAIKI PROFIL LIPID LEBIH BAIK
DARIPADA EKSTRAK TEH (
Camellia sinensis
) PUTIH
PADA TIKUS (
Rattus norvegicus
) JANTAN GALUR
WISTAR DENGAN DISLIPIDEMIA
ADELINE IVANA DEWI NIM 1490761006
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
EKSTRAK TEH (Camellia sinensis) HIJAU MEMPERBAIKI PROFIL LIPID LEBIH BAIK DARIPADA EKSTRAK TEH (Camellia sinensis) PUTIH PADA TIKUS (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR WISTAR
DENGAN DISLIPIDEMIA
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Ilmu Biomedik, Program Pascasarjana Universitas Udayana
ADELINE IVANA DEWI NIM 1490761006
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
LEMBAR PENGESAHAN
TESIS INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL ……….
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
Prof. dr. IGM. Aman, SpFK Dr. dr. Ida Sri Iswari, Sp.MK., M.Kes. M.Sc NIP 194606191976021001 NIP 196105051990022001
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Direktur
Program Pascasarjana Program Pascasarjana
Universitas Udayana, Universitas Udayana,
Dr. dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, Msc, Sp.GK Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, SpS (K)
Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada
Program Pascasarjana Universitas Udayana
pada Tanggal………..
Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana
No:……….
Tanggal ………
Panitia Penguji Tesis adalah:
Ketua : Prof. dr. IGM. Aman, SpFK
Sekretaris : Dr. dr. Ida Sri Iswari, Sp.MK., M.Kes. M.Sc
Anggota :
1. Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila, Sp.And, FAACS
2. Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc, Sp.And
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Nama : dr. Adeline Ivana Dewi
NIM : 1490761006
Program Studi : Magister Ilmu Biomedik (Anti – Aging Medicine)
Judul : EKSTRAK TEH (Camellia sinensis) HIJAU
MEMPERBAIKI PROFIL LIPID LEBIH BAIK
DARIPADA EKSTRAK TEH (Camellia sinensis) PUTIH
PADA TIKUS (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR
WISTAR DENGAN DISLIPIDEMIA
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.
Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka
saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010
dan Peraturan Perundang – undangan yang berlaku.
Denpasar,... Yang membuat pernyataan,
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama, penulis hendak mengucapkan Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat yang diberikan oleh-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul EKSTRAK TEH (Camellia sinensis) HIJAU MEMPERBAIKI PROFIL LIPID LEBIH BAIK DARIPADA EKSTRAK TEH (Camellia sinensis) PUTIH PADA TIKUS (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR WISTAR DENGAN DISLIPIDEMIA dengan sebaik-baiknya. Tesis ini dibuat sebagai prasyarat menyelesaikan jenjang pendidikan untuk memperoleh gelar Magister pada Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik, kekhususan Anti-Aging Medicine, Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Selama proses penelitian ini, penulis mendapatkan banyak sekali pelajaran dan pengalaman berharga, baik dalam segi ilmiah maupun sosial, yang dapat berguna bagi hidup penulis. Semuanya itu tidak terlepas dari peran serta orang-orang di sekitar penulis yang senantiasa mendukung dan membantu penulis pada saat-saat yang sulit. Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat terselesaikan dengan baik oleh karena bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, maka dari itu, penulis hendak mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD. KEMD atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengenyam pendidikan Program Pascasarjana di Universitas Udayana. 2. Direktur Program Pascasarjana Prof. Dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengenyam pendidikan Program Pascasarjana di Universitas Udayana.
3. Dr. dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc, Sp.GK yang banyak memberikan penulis masukan yang kritis dan bermanfaat dalam penyususan tesis ini.
ini, serta atas segala masukan beliau dalam penyusunan dan perbaikan tesis ini.
5. Dr. dr. Ida Sri Iswari, Sp.MK., M.Kes. M.Sc atas segala perhatian, kesabaran, dan kesediaannya untuk dihubungi setiap saat ketika penulis mengalami kesulitan, meluangkan waktu untuk membimbing penulis, serta atas masukan-masukan yang berguna dalam penyusunan dan perbaikan tesis ini.
6. Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila, Sp. And, FAACS yang dengan sabar memberikan banyak masukan, pengetahuan, serta bimbingan dalam perbaikan tesis ini.
7. Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc, Sp.And yang telah memberikan dorongan, semangat, koreksi dan masukan yang sangat berguna bagi perbaikan tesis ini.
8. Pak I Gede Wiranatha yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian di Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, serta memberikan banyak pengajaran dan bimbingan kepada penulis dengan sabar.
9. Ferbian, S.KH yang telah banyak membantu penulis dalam membaca data dan mengolah statistik penelitian, serta memberikan masukan dan saran ilmiah terutama dalam hal statistik yang sangat berguna bagi penulis dalam penyusunan tesis ini.
10.Seluruh dosen Pascasarjana Biomedik Universitas Udayana yang telah membimbing penulis dan memberikan banyak pengajaran dari awal hingga selesainya tesis ini.
12.Kedua orang tua, kakak, tunangan, serta seluruh keluarga dan sahabat penulis atas semua dukungan, semangat, doa, pengertian, kesabaran, dan kasih yang tiada habisnya kepada penulis selama masa pendidikan hingga penyelesaian tesis ini.
13.dr. Astrid Tanumihardja, dr. Cheria Valentina, dr. Sissy Yunita, dr. Monica Pranoto, dr. Magdalena Mercyana, dr. Astrid Karina, dr. Ivonne Kurniawan, dr. Ellen Destrisa, sebagai sejawat sekaligus sahabat yang berjuang bersama sejak awal kuliah hingga selesainya tesis ini dan senantiasa selalu memberikan semangat kepada penulis. 14.Teman sejawat mahasiswa Program Magister Ilmu Biomedik
Kekhususan Anti-Aging Medicine angkatan IX atas kekompakan, perhatian, semangat, dan dukungan yang tiada hentinya untuk satu sama lain.
15.Semua pihak lain yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah turut membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, sehingga saran dan masukan yang membangun dari berbagai pihak sangatlah penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran terutama di bidang Anti-Aging Medicine (AAM) dan bagi masyarakat luas. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan berkat dan rahmat Nya kepada kita semua.
Denpasar, 10 Juli 2016
ABSTRAK
EKSTRAK TEH (Camellia sinensis) HIJAU MEMPERBAIKI PROFIL LIPID LEBIH BAIK DARIPADA EKSTRAK TEH (Camellia sinensis) PUTIH PADA TIKUS (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR WISTAR
DENGAN DISLIPIDEMIA
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan terjadinya perubahan gaya hidup dan pola makan menjadi tidak sehat, sehingga menyebabkan terjadinya dislipidemia yang ditandai dengan penumpukan lemak berlebih di dalam tubuh. Upaya pencegahan dan penanganan sangat penting untuk menurunkan risiko terjadinya penyakit. Salah satu bahan alami yang dapat membantu memperbaiki kondisi dislipidemia berasal dari tanaman teh. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan efek teh hijau dan teh putih dalam memperbaiki profil lipid pada tikus jantan galur wistar dengan dislipidemia.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan metode Pretest-Posttest Control Group Design. Data dikumpulkan dari 20 ekor tikus jantan galur wistar dislipidemia. Semua tikus diambil darahnya pada awal dan akhir penelitian untuk diperiksa kadar kolesterol total, LDL, HDL, dan Trigliserida. 20 ekor tikus dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan 1 dan 2, masing-masing terdiri dari 10 ekor tikus. Kelompok perlakuan 1 diberikan esktrak teh hijau 7,2 mg/200 gr tikus sebanyak 3 kali sehari dan kelompok perlakuan 2 diberikan ekstrak teh putih 7,2 mg/200 gr tikus sebanyak 3 kali sehari. Perlakuan tersebut diberikan selama 14 hari.
Hasil penelitian menunjukkan perbaikan profil lipid yang lebih baik pada pemberian ekstrak teh hijau, yaitu kadar kolesterol total dari 222,7 mg/dl menjadi 98,64 mg/dl; kadar trigliserida sebelum perlakuan 159,43 mg/dl menjadi 77,25mg/dl; kadar HDL sebelum perlakuan 22,82 mg/dl meningkat menjadi 67,93 mg/dl; dan kadar LDL sebelum perlakuan 92,08 mg/dl menjadi 26,52 mg/dl. Pada pemberian ekstrak teh putih, kadar kolesterol total dari 218 mg/dl menjadi 111,52 mg/dl; kadar trigliserida sebelum perlakuan 160,51 mg/dl menjadi 86,31 mg/dl; kadar HDL sebelum perlakuan 23,17 mg/dl meningkat menjadi 59,92 mg/dl; dan kadar LDL sebelum perlakuan 94 mg/dl menjadi 35,26 mg/dl.
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak teh hijau lebih baik dalam memperbaiki profil lipid pada tikus jantan galur wistar yang dislipidemia dibandingkan dengan pemberian ekstrak teh putih. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dari penelitian klinis pada manusia, yang dapat digunakan sebagai terapi dalam mengatasi kondisi dislipidemia.
ABSTRACT
GREEN TEA EXTRACT IMPROVE LIPID PROFILE BETTER THAN WHITE TEA EXTRACT IN DYSLIPIDEMIC MALE WISTAR RAT
(Rattus norvegicus)
The development of science and technology have been change our life style and diet becoming unhealthy, these condition causes dyslipidemia which are marked by excess fat inside our body. The prevention of this condition is very important to decrease the risk of diseases. One of natural ingredients which be able to help fixing dyslipidemia condition is from the tea family. The purpose of this research is to compare green tea and white tea effect in order to fix lipid profile on male wistar rat with dyslipidemia.
This research was experimental research with Pretest-Posttest Control Group Design method. The data has collected from 20 dyslipidemic male wistar
rats. The rat’s bloods taken before and after the research to examine the total
cholesterol content, LDL, HDL, and Triglycerides. These rats divided into two groups, treatment group 1 and treatment group 2, with 10 rats for each groups. Group 1 has given 7,2 mg/200 gr rat green tea extract three times daily and group 2 has given 7,2 mg/200 gr rat white tea extract three times daily as well. This treatment goes on 14 days.
The result showed better lipid profile improvement on green tea extract, which was the total cholesterol content from 222,7 mg/dL to 98,64 mg/dL; triglycerides content before treatment was 159,43 mg/dL become 77,25 mg/dL; HDL content before treatment 22,82 mg/dL risen to 67,93 mg/dL; and LDL content dropped from 92,08 mg/dL to 26,52 mg/dL. On white tea extract, total cholesterol content dropped from 218 mg/dL to 111,52 mg/dL; triglycerides content dropped from 160,51 mg/dL to 86,31 mg/dL; HDL content risen from 23,17 mg/dL to 59,92 mg/dL; and LDL content dropped from 94 mg/dL to 35,26 mg/dL.
From this research, it can be concluded that green tea extract was better in order to fixing lipid profile in dyslipidemic male wistar rat, compare to white tea extract. This result was expected to become the base of medical research for human, to help fixing their dyslipidemia condition.
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... i
LEMBAR PERSYARATAN GELAR MAGISTER ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... v
LEMBAR UCAPAN TERIMA KASIH ... vi
ABSTRAK ... ix
ABSTRACT ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR SINGKATAN ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.3.1 Tujuan Umum ... 7
1.3.2 Tujuan Khusus ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
1.4.1 Manfaat Ilmiah ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10
2.1 Proses Penuaan ... 10
2.2 Diet Tinggi Lemak ... 11
2.3 Hubungan Dislipidemia dengan Penuaan ... 14
2.3.1 Definisi Dislipidemia ... 14
2.3.2 Penyebab Dislipidemia ... 17
2.3.3 Diagnosis Dislipidemia ... 18
2.3.4 Penatalaksanaan Dislipidemia ... 19
2.3.5 Komplikasi Dislipidemia ... 21
2.4 Lipid ... 21
2.4.1 Trigliserida ... 22
2.4.1.1 Hidrolisis Trigliserida ... 23
2.4.2 Kolesterol ... 23
2.4.2.1 Biosintesis Kolesterol ... 24
2.4.3 Lipoprotein ... 25
2.4.3.1 Kilomikron ... 26
2.4.3.2 Very Low Density Lipoprotein ... 27
2.4.3.3 Intermediate Density Lipoprotein ... 27
2.4.3.4 Low Density Lipoprotein ... 28
2.4.3.5 High Density Lipoprotein ... 28
2.5. Metabolisme Lemak ... 29
2.6 Transportasi Lemak ... 31
2.6.1 Jalur Endogen ... 31
2.7 Teh (Camellia Sinensis) ... 33
2.7.2 Jenis-Jenis Teh ... 33
2.7.3 Kandungan Kimia dalam Teh ... 36
2.8 Teh Hijau ... 41
2.9 Teh Hijau dan Dislipidemia ... 43
2.10 Teh Putih ... 46
2.10.1 Manfaat Teh Putih ... 49
2.10.2 Komposisi Kimia Teh Putih ... 50
2.11 Teh Putih terhadap Dislipidemia ... 50
2.12 Hewan Percobaan ... 53
2.12.1 Tikus Putih Jantan Galur Wistar sebagai Hewan Coba 53 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 58
3.1 Kerangka Berpikir ... 58
3.2 Konsep Penelitian... 60
3.3 Hipotesis Penelitian ... 61
BAB IV METODE PENELITIAN ... 62
4.1 Rancangan Penelitian ... 62
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 63
4.2.1 Tempat Penelitian ... 63
4.2.2 Waktu Penelitian ... 64
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 64
4.3.1 Kriteria Sampel ... 64
4.3.1.1 Kriteria Inklusi ... 64
4.3.1.2 Kriteria Dropout ... 64
4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 66
5.3.1 Analisis Komparabilitas Antar Kelompok Sebelum Perlakuan (pretest) ... 78
5.3.2 Analisis Komparabilitas Antar Kelompok Sesudah Perlakuan (posttest) ... 80
5.4 Analisis Efek Perlakuan Pemberian Ekstrak Teh Putih dan Teh Hijau ... 81
5.5 Analisis Rerata Perbedaan (difference) Profil Lipid Sebelum dan Setelah Perlakuan ... 83
BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 86
6.2 Normalitas Data Hasil Penelitian ... 87
6.3 Pengaruh Pemberian Ekstrak Teh Hijau dan Ekstrak Teh Putih Terhadap Perbaikan Profil Lipid pada Tikus Jantan Galur Wistar yang Dislipidemia ... 87
6.4 Pengaruh Ekstrak Teh Hijau dan Ekstrak Teh Putih dalam Memperbaiki Profil Lipid berdasarkan Berat Badan dan Sisa Pakan ... 90
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 92
7.1 Simpulan ... 92
7.2 Saran ... 93
DAFTAR PUSTAKA ... 94
LAMPIRAN ... 104
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pedoman Klinis untuk Menghubungkan Profil Lipid dengan Risiko
Terjadinya Penyakit Kardiovaskular ... 16
Tabel 2.2 Penyebab Dislipidemia ... 17
Tabel 2.3 Hasil Analisis Flavonoid, Total Fenol, Tanin, Saponin, Kapasitas Antioksidan, dan IC50% ... 42
Tabel 2.4 Perbedaan Teh Varietas Sinensis dan Varietas Assamica ... 47
Tabel 2.5 Efek Protektif Potensial dari Teh Putih ... 49
Tabel 2.6 Data Biologis Tikus Wistar ... 55
Tabel 5.1 Hasil Analisis Deskriptif ... 77
Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas Data ... 78
Tabel 5.3 Rerata Nilai Variabel antar Kelompok Sebelum Perlakuan ... 79
Tabel 5.4 Rerata Nilai Variabel antar Kelompok Sesudah Perlakuan ... 80
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Adiposapathy ... 13
Gambar 2.2 Adiposit dan Jaringan Adiposa pada Keadaan Adiposapathy 14
Gambar 2.3 Interpretasi Kadar Lipid Plasma ... 19
Gambar 2.4 Biosintesis Kolesterol ... 25
Gambar 2.5 Partikel Lipoprotein ... 26
Gambar 2.6 Sumber Kolesterol Hati dan Jalur Kolesterol Keluar dari Hati 30 Gambar 2.7 Metabolisme Lipid ... 31
Gambar 2.8 Jalur Metabolisme Lipoprotein Eksogen dan Endogen ... 32
Gambar 2.9 Daun Tanaman Teh ... 33
Gambar 2.10 Teh Putih, Teh Hijau, Teh Merah, Teh Hitam ... 35
Gambar 2.11 Skema Representasi Proses Pembuatan Teh ... 36
Gambar 2.12 Skema Proses Pengolahan Teh Hijau ... 41
Gambar 2.13 Teh Hijau ... 43
Gambar 2.14 Seduhan Teh Hijau ... 43
Gambar 2.15 Teh Putih ... 47
Gambar 2.16 Seduhan Teh Putih ... 48
Gambar 2.17 CETP ... 51
Gambar 2.18 EGCG dan Profil Lipid ... 52
Gambar 2.19 Tikus Wistar (Rattus Norvegicus) ... 54
Gambar 4.2 Alur Penelitian ... 74
Gambar 5.1 Grafik Perubahan Profil Lipid Sebelum dan Sesudah Perlakuan Antar Kelompok ... 83 Gambar 5.2 Grafik Perbedaan Rerata (difference) Profil Lipid Antar
Kelompok ... 85
DAFTAR SINGKATAN
SINGKATAN
AAM : Anti-Aging Medicine
ACAT2 : Acyl-CoA: Cholesterol O-Acyltransferase 2
ASCVD : Arteriosclerotic Cardiovascular Disease
C : Catechin
CAD : Coronary Artery Disease
CETP : Cholesteryl Ester Transfer Protein
CVD : Cerebro - Vascular Disease
CYP7A1 : Cholesterol 7-alpha-hydroxylase
EC : Epicatechin
ECG : Epicatechin 3-gallate
EGC : Epigallocatechin
EGCG : Epigallocatechin 3-gallate
FFA : Free Fatty Acid
HDL : High Density Lipoprotein
HL : Hepatic Lipase
HMG-CoA : Hidroxy Methyl Glutaryl-Coenzyme A
HMGCR : 3-Hydroxy-3-Methylglutaryl CoA Reductase
IDL : Intermediate Density Lipoprotein
IPB : Institut Pertanian Bogor
IPP : Isopentenyl Pyrophospat
LCAT : Lecithin Cholesterol Acyltransferase
LDL : Low Desinty Lipoprotein
LPL : Lipoprotein lipase
MUFA : Monounsaturated Fatty Acids
NO : Nitric Oxide
PKV : Penyakit Kardiovaskular
PUFA : Polyunsaturated Fatty Acids
SAFA : Saturated Fatty Acid
TG : Trigliseride
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Ethical Clearance ... 104
Lampiran 2. Hasil Analisis Fitokimia Teh Hijau dan Teh Putih... 105
Lampiran 3. Hasil Pemeriksaan Profil Lipid ... 106
Lampiran 4. Tabel Sisa Pakan dan Berat Badan ... 107
Lampiran 5. Analisis Statistik ... 108
Lampiran 6. Analisis Statistik Berat Badan dan Sisa Pakan ... 117
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dunia ini, terdapat suatu siklus kehidupan yang harus dijalani oleh
setiap manusia. Siklus tersebut dimulai dari proses pembuahan, pembentukan
janin, kelahiran, pertumbuhan dan perkembangan anak hingga mencapai usia
dewasa, menjadi tua, dan akhirnya meninggal. Seperti yang diketahui, proses
penuaan ini merupakan suatu hal yang alamiah terjadi pada setiap individu.
Dalam proses penuaan, terjadi penurunan berbagai fungsi tubuh, baik
sel-sel, jaringan-jaringan, maupun organ-organ tubuh, yang menyebabkan terjadinya
berbagai perubahan fisik maupun mental pada individu. Perubahan-perubahan
inilah yang menyebabkan kualitas hidup seseorang menurun.
Proses penuaan memang suatu hal yang alamiah, tetapi bukan berarti
prosesnya tidak dapat diperlambat dan kerusakan-kerusakan serta
penyakit-penyakit yang dihasilkan dari proses penuaan tersebut tidak dapat dicegah dan
diobati. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dilakukanlah
berbagai upaya untuk memperlambat proses penuaan tersebut, dengan tujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang yang sudah memasuki usia lanjut.
Upaya-upaya inilah yang kemudian menjadi dasar berkembangnya ilmu
Anti-Aging Medicine (AAM) dengan konsep konsep proses penuaan diperlakukan
sebagai suatu penyakit yang dapat dicegah, dihindari, dan diobati, sehingga dapat
2
membiarkan dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan mendapat pengobatan
yang belum tentu benar (Pangkahila, 2007).
Dengan berkembangnya zaman, ilmu pengetahuan dan teknologipun
semakin berkembang pesat. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan
gaya hidup dan pola makan menjadi tidak sehat. Pola makan tinggi lemak seperti
itulah yang menyebabkan penumpukan lemak berlebih di dalam tubuh, dimana
akan menimbulkan kelainan metabolisme lemak yang dikenal dengan istilah
dislipidemia (Halim, 2006).
Kelainan metabolisme lemak ini dapat terjadi karena adanya asupan lemak
yang berlebihan yang menyebabkan suatu keadaan adiposapathy, dimana terjadi
peningkatan TNF-α yang mengakibatkan terjadinya peningkatan dan atau penurunan profil lipid di dalam darah. Hal ini ditandai dengan meningkatnya
kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, atau kombinasi ketiganya dan
biasanya disertai dengan penurunan kadar kolesterol HDL. Keadaan ini dapat
mempercepat terjadinya proses penuaan dan dapat menimbulkan masalah pada
kondisi kesehatan tubuh seseorang.
Semakin lama kondisi dislipidemia ini dibiarkan pada seseorang, akan
semakin banyak penyakit yang ditimbulkan di kemudian hari, antara lain
arteriosklerosis dan penyakit jantung koroner (Brown dan Goldstein, 2009).
Kondisi ini akan semakin buruk dan semakin banyak risiko yang ditimbulkan
dengan adanya sindrom metabolik yang sering mengikuti keadaan dislipidemia,
bahkan dapat mengakibatkan terjadinya kematian. Upaya pencegahan dan
3
kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) sebesar 1 mg/dl saja dapat menurunkan
risiko kardiovaskular sebesar 1% dan peningkatan kadar kolesterol HDL (High
Density Lipoprotein) dapat menurunkan risiko kardiovaskular sebesar 2-3%
(Adam, 2011).
Penatalaksanaan non farmakologis pasien dislipidemia dapat dilakukan
dengan melakukan diet ketat rendah kalori, rendah kolesterol, rendah lemak,
mengurangi konsumsi alkohol, berhenti merokok, mengkonsumsi makanan yang
kaya omega 3 dan lemak tak jenuh, olahraga secara teratur, dan mengatur pola
hidup. Jika semua penatalaksanaan non farmakologis tersebut tidak berhasil, maka
dapat diberikan obat anti hiperlipidemia (ACC/AHA, 2013).
Para ilmuwan sedang melakukan banyak penelitian untuk mencari
alternatif pengobatan lain yang berasal dari bahan-bahan alami atau
tumbuh-tumbuhan. Salah satu bahan alternatif untuk dislipidemia yaitu berasal dari
tanaman teh.
Teh termasuk dalam spesies Camellia Sinensis. Selain nikmat, harum, dan
sangat disukai oleh masyarakat di seluruh dunia, teh juga mengandung berbagai
zat atau senyawa yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Komponen utama dalam
teh ialah katekin dari golongan fenol yang berfungsi sebagai antioksidan,
sekaligus menentukan rasa, warna, dan aroma pada teh. Senyawa katekin terdiri
atas catechin (C), epicatechin (EC), epicatechin 3-gallate (ECG),
epigallocatechin (EGC), epigallocatechin 3-gallate (EGCG), dan gallocatechin
4
Katekin dan senyawa-senyawa pitonutrien yang terkandung di dalam teh
tersebutlah yang menjadikan teh dapat berfungsi sebagai antioksidan (Almajano et
al., 2008; Xiao et al., 2008; Yang dan Wang, 2011; Forester dan Lambert, 2011),
anti inflamasi, anti virus, anti kanker (Butt dan Sultan, 2009), anti kolesterol,
peluruh lemak, anti obesitas, dan anti diabetes (Auvichayapat et al., 2008; Rain et
al., 2011).
Di dunia ini, kita mengenal ada empat jenis teh, yaitu Teh Hitam, Teh
Merah (Teh Oolong), Teh Hijau, dan Teh putih (Seeram et al., 2008). Dari
keempat jenis teh tersebut, teh hijau dan teh putih mempunyai kandungan
antioksidan yang sangat tinggi bila dibandingkan dengan kedua jenis teh lainnya.
Teh hijau berasal dari pucuk daun teh yang masih muda dan mengalami
sedikit pemrosesan. Teh hijau ini sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh,
khususnya dalam memperbaiki profil lipid. Hal ini ditunjukkan dari penelitian
yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Teh dan Kina bekerja sama dengan
Departemen Gizi Masyarakat FEMA Institut Pertanian Bogor (IPB) tentang
penurunan profil lipid, menemukan bahwa pemberian teh hijau dapat menurunkan
kadar kolesterol LDL. Beberapa sumber lain juga menyatakan, bahwa teh hijau
juga bagus dalam menurunkan kadar kolesterol total dan trigliserida, serta
meningkatkan kadar kolesterol HDL. Selain tinggi akan flavonoid, teh hijau juga
mengandung total fenol, tannin, saponin, dan kapasitas antioksidan yang tinggi
pula (Rusak et al., 2008; Unachukwu et al., 2010; Pereira et al., 2014).
Flavonoid telah terbukti dapat memperbaiki profil lipid darah dan
5
menginhibisi CETP sehingga menyebabkan penurunan kadar kolesterol LDL dan
peningkatan kadar kolesterol HDL (Qin et al., 2009), serta dapat menginhibisi
TNF-α yang dapat menghambat sintesis kolesterol oleh sel hepar (Karlsen et al., 2007). Tannin pada teh hijau terbukti meningkatkan penyerapan glukosa pada
jaringan adiposit tikus GLUT4 (Hayashi et al., 2002) dan menurunkan proliferasi
adiposit. Saponin di dalam teh hijau memiliki efek antihiperlipidemia dengan cara
menghambat HMGCR dan ACAT2 (Shi et al., 2014), serta meningkatkan
ekspresi CYP7A1 sehingga dapat mengurangi kadar kolesterol total dalam serum
dan hati (Del-Bas et al., 2005).
Berbeda dengan teh hijau, teh putih berasal dari pucuk tanaman teh
(Camellia Sinensis) yang masih menggulung dan pada saat proses pemetikan
harus terlindung dari sinar matahari (Alcazar et al., 2007). Teh putih juga
berkhasiat untuk kesehatan tubuh, sama seperti teh hijau. Khasiat teh putih yang
sedang banyak diteliti antara lain, efek antioksidan yang tinggi (Thring et al.,
2009; Almajano et al., 2011; Lopez et al., 2011; Perez-Jimenez et al., 2011;
Perez-Jimenez et al., 2012; Thring et al., 2011) dan efek antitumorigenik (Wang
et al., 2008; Kumar et al., 2012).
Kandungan terbanyak dalam teh putih adalah polifenol, dimana polifenol
utama pada teh putih ialah katekin dan derivatnya. Interaksi sinergis dari EGCG
dan kafein diduga dapat meningkatkan termogenesis dan mengurangi penyerapan
lemak di dalam tubuh, sehingga dapat mencegah terjadinya dislipidemia. EGCG
6
oksidasi asam lemak di hepar dan meningkatkan sensitivitas insulin. Sensitivitas
insulin yang meningkat akan meningkatkan pula aktivitas enzim lipoprotein lipase
(LPL) dan menurunkan Free Fatty Acid (FFA), menghambat aktivitas Cholesteryl
Ester Transfer Protein (CETP) (Kersshaw dan Flier, 2004), dan meningkatkan
ekskresi lemak di feses (Teixeira et al., 2012).
Beberapa penelitian sebelumnya pada binatang ditemukan bahwa
secangkir teh putih mempunyai kadar antioksidan yang sangat tinggi bila
dibandingkan dengan jenis teh lainnya, karena konsentrasi katekin terbesar ada di
dalam tunas segar, utuh, dan daun teh termuda, dengan tanpa adanya pemrosesan.
Pada penelitian sebelumnya telah dibuktikan bahwa teh putih dapat menurunkan
stres oksidatif dan kadar trigliserida pada tikus obes (Teixeira et al., 2012).
Mengingat hasil yang tidak konsisten antara teh hijau dan teh putih
tersebut, dimana keduanya mempunyai kandungan antioksidan yang tinggi dan
sama-sama dapat memperbaiki profil lipid, maka dilakukan penelitian yang
membandingkan efek dari ekstrak teh hijau dan ekstrak teh putih terhadap
perbaikan profil lipid pada tikus wistar jantan dengan dislipidemia. Teh hijau yang
digunakan adalah teh hijau Gambung dan teh putih yang digunakan adalah teh
7
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah pemberian ekstrak teh hijau menurunkan kadar kolesterol total
pada tikus jantan galur Wistar dislipidemia lebih banyak daripada
ekstrak teh putih?
2. Apakah pemberian ekstrak teh hijau menurunkan kadar kolesterol LDL
pada tikus jantan galur Wistar dislipidemia lebih banyak daripada
ekstrak teh putih?
3. Apakah pemberian ekstrak teh hijau menurunkan kadar trigliserida
pada tikus jantan galur Wistar dislipidemia lebih banyak daripada
ekstrak teh putih?
4. Apakah pemberian ekstrak teh hijau meningkatkan kadar kolesterol
HDL pada tikus jantan galur Wistar dislipidemia lebih banyak
daripada ekstrak teh putih?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui efek ekstrak teh putih dan ekstrak teh hijau terhadap
profil lipid secara umum pada tikus (Rattus Norvergicus) jantan galur
8
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk membuktikan pemberian ekstrak teh hijau menurunkan kadar
kolesterol total pada tikus jantan galur wistar dislipidemia lebih
banyak daripada ekstrak teh putih.
2. Untuk membuktikan pemberian ekstrak teh hijau menurunkan kadar
kolesterol LDL pada tikus jantan galur wistar dislipidemia lebih
banyak daripada ekstrak teh putih.
3. Untuk membuktikan pemberian ekstrak teh hijau menurunkan kadar
trigliserida pada tikus jantan galur wistar dislipidemia lebih banyak
daripada ekstrak teh putih.
4. Untuk membuktikan pemberian ekstrak teh hijau meningkatkan kadar
kolesterol HDL pada tikus jantan galur wistar dislipidemia lebih
banyak daripada ekstrak teh putih.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Ilmiah
Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengembangan ilmiah tentang
teh hijau dan teh putih, dimana keduanya dapat memperbaiki profil lipid.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar dan acuan untuk
9
1.4.2 Manfaat Aplikasi
Dengan hasil penelitian bahwa teh hijau dapat memperbaiki profil lipid
lebih baik dibandingkan dengan teh putih, maka hasil penelitian ini dapat
dijadikan dasar uji klinis terhadap manusia, sehingga nantinya dapat
diasosiasikan kepada masyarakat sebagai alternatif untuk memperbaiki
kondisi dislipidemia.
Mendukung adanya penelitian-penelitian lain yang menggunakan
bahan-bahan alami dalam pengobatan terhadap dislipidemia, sebagai upaya untuk
mencegah dan memperlambat proses penuaan, bahkan kematian akibat
1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Proses Penuaan (Aging Process)
Penuaan (aging) merupakan proses fisiologis yang dialami oleh setiap
manusia (Wibowo, 2003). Proses penuaan didefinisikan sebagai penurunan
progresif kemampuan tubuh untuk mempertahankan, melindungi, dan
memperbaiki diri agar dapat bekerja secara efisien. Ditandai dengan penurunan
fungsi organ-organ tubuh yang menyebabkan ketidakmampuan akibat adanya
penurunan fungsi fisik maupun mental. Penurunan fungsi ini akan menyebabkan
menurunnya kualitas hidup manusia (Arora, 2008). Menua atau menjadi tua tidak
pernah dapat dihindari oleh siapapun, betapapun canggihnya kosmetika dan
teknologi dalam dunia kedokteran modern (Santoso dan Ismail, 2009).
Setelah mencapai usia dewasa, seluruh komponen tubuh tidak berkembang
lagi. Sebaliknya, terjadi penurunan fungsi-fungsi tubuh karena adanya proses
penuaan tersebut. Umumnya, manusia tidak pernah mempertanyakan mengapa
kita menjadi tua, sakit, dan pada akhirnya meninggal. Manusia hanya
menganggap menjadi tua merupakan suatu proses yang memang harus terjadi,
sudah ditakdirkan, dan semua masalah yang muncul harus dialami. Bahkan
banyak yang berpendapat bahwa usia setiap orang sudah ditentukan oleh Tuhan,
dimana usia manusia yang satu dengan yang lainnya tidaklah sama. Manusia tidak
mengetahui bahwa ternyata ada banyak faktor dalam proses penuaan yang
2
Pada dasarnya, faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor
internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal yang mempengaruhi proses
penuaan ialah radikal bebas, hormon yang berkurang, glikosilasi, metilasi,
apoptosis, sistem kekebalan tubuh yang menurun, dan gen. Faktor eksternal yang
utama ialah gaya hidup tidak sehat, diet tidak sehat, kebiasaan yang salah, polusi
lingkungan, stress, dan kemiskinan. Karena berbagai faktor itulah seseorang dapat
mengalami proses penuaan, yang menyebabkan orang tersebut menjadi tua, sakit,
dan akhirnya meninggal. Jika faktor-faktor penyebab itu dapat dihindari, maka
proses penuaan dapat dicegah, diperlambat, bahkan mungkin dihambat sehingga
kualitas hidup dapat dipertahankan.
Permasalahan tersebut mendasari berkembangnya anti-aging medicine,
yang bertujuan untuk mencapai atau memperpanjang usia harapan hidup, serta
meningkatkan kualitas hidup manusia dengan mencari penyebab penuaan tersebut
dan memberikan terapi yang tepat (Pangkahila, 2011), yaitu dengan pola makan
(diet) yang baik, olahraga yang cukup, konsumsi antioksidan secukupnya, dan
terapi hormonal apabila diperlukan (Arora, 2008).
2.2 Diet Tinggi Lemak
Pola makan yang baik mengandung nutrisi yang sehat dan seimbang,
dengan komposisi: 50% karbohidrat dengan indeks glikemik rendah, 30% lemak
(60% berupa monounsaturated fatty acids (MUFA) dan 10% polyunsaturated
fatty acids (PUFA)), dan 20% protein. Kenyataannya, seringkali manusia
3
karbohidrat dengan indeks glikemik yang tinggi, seperti roti-rotian, gula, makanan
penutup, dan juga tinggi lemak hewani, serta terlalu sedikit makanan yang
berserat dan buah (Pangkahila, 2011).
Seiring kemajuan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi pun
berkembang dengan pesat. Teknologi komunikasi yang canggih dan alat-alat lain
yang mempermudah pekerjaan manusia pun semakin banyak diciptakan, seperti
kendaraan bermotor, lift, handphone, laptop, eskalator, remote TV, dan lain
sebagainya. Hal ini menyebabkan gaya hidup yang sedentari dan membuat
aktivitas fisik manusia semakin berkurang. Ditambah lagi dengan konsumsi energi
tinggi melalui konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi, akan
menyebabkan menumpuknya lemak sehingga menyebabkan kelebihan kalori dan
lemak di dalam tubuh. Kelebihan lemak tersebut akan disimpan sebagai cadangan
energi di dalam sel lemak dan jaringan lemak (adiposit dan jaringan adiposa)
dalam bentuk trigliserida dan kolesterol.
Banyaknya lemak yang disimpan di dalam adiposit dan jaringan adiposa
menyebabkan terjadinya hipertrofi adiposit dan akumulasi jaringan adiposa
membentuk adiposit patogenik dan efek jaringan adiposa, yang disebut
adiposapathy. Hal ini menyebabkan peningkatan TNF-α, sehingga mengakibatkan meningkatnya sirkulasi lipid. Patogenesis ini yang sekarang dipercaya sebagai
4
5
Gambar 2.2 Adiposit dan jaringan adiposa pada keadaan Adiposapathy (pada diet tinggi lemak) (Bays et al., 2013)
2.3 Hubungan Dislipidemia dengan Penuaan (Aging)
Penuaan berkaitan dengan disfungsi multipel dan sistemik dari tubuh dan
bersamaan dengan gangguan metabolisme lipid dan status inflamasi kronik yang
berperan dalam atherosclerotic CVD (ASCVD) (Liu et al., 2014). Angka kejadian
terjadinya dislipidemia ini akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia,
dimana fungsi tubuh dan organ-organnya sudah mengalami penurunan.
2.3.1 Definisi Dislipidemia
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan atau penurunan fraksi lipid di dalam plasma. Kelainan fraksi lipid
yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan
trigliserida, serta penurunan kadar kolesterol HDL (Gordon, 2003).
Dislipidemia bukanlah penyakit, melainkan lebih tepat disebut sebagai
kekacauan metabolik akibat sekunder dari beberapa macam penyakit yang
6
menyebabkan terjadinya penyakit kardiovaskular (Gordon, 2003). Dislipidemia
biasanya tidak menimbulkan gejala, namun kadar LDL yang tinggi dapat
menyebabkan beberapa penyakit, seperti xanthelasma kelopak mata, arcus cornea,
dan penumpukan LDL pada tendon achilles, siku, dan tendon lutut, serta sendi
metakarpofalangealis yang bila penumpukan ini terjadi dalam jangka panjang,
dapat menyebabkan terjadinya aterosklerosis. Sedangkan kadar trigliserida yang
tinggi (>1000mg/dl) dapat menyebabkan pankreatitis akut (Bays et al., 2013).
Dislipidemia pada manusia bila terdapat kadar level plasma, total
kolesterol > 240 mg/dl, LDL > 160 mg/dl, trigliserida > 200 mg/dl, atau HDL <
40 mg/dl. Pada tikus, kadar normal kolesterol total adalah 10-54 mg/dL
(Kusumawati, 2004). Kadar normal kolesterol LDL tikus adalah 17-22 mg/dL dan
kadar normal HDL tikus adalah 77-84 mg/dL (Margareth, 2014), sedangkan kadar
normal trigliserida tikus adalah 26-145 mg/dL (Nichols, 2003). Jadi, tikus dapat
dikatakan dislipidemia bila terjadi kenaikan berat badan > 20% atau kadar
kolesterol serum > 200 mg/dL (Hardini et al., 2007).
Kolesterol plasma akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia,
begitu juga dengan insiden kejadian coronary artery disease (CAD). Angka
patokan kadar lipid yang memerlukan penatalaksanaan, penting dikaitkan dengan
terjadinya komplikasi kardiovasular ini. Dari berbagai penelitian jangka panjang
yang dilakukan di negara-negara Barat, yang dikaitkan dengan besarnya risiko
untuk terjadinya penyakit kardiovaskular, terdapat beberapa patokan kadar
7
Tabel 2.1
Pedoman Klinis untuk Menghubungkan Profil Lipid dengan Risiko Terjadinya Penyakit Kardiovaskular (PKV) (Anwar, 2004)
Diinginkan
Di Indonesia sendiri, prevalensi kejadian dislipidemia semakin meningkat.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Sudijanto Kamso pada tahun 2004 terhadap
656 responden di 4 kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Bandung, Yogyakarta,
dan Padang, didapatkan bahwa keadaan dislipidemia berat (total kolesterol >240
mg/dl) pada orang berusia di atas 55 tahun, paling banyak terdapat di Padang dan
Jakarta (>56%), kemudian Bandung (52,2%), dan Yogyakarta (27,7%). Pada
penelitian tersebut juga didapatkan bahwa prevalensi dislipidemia lebih banyak
terjadi pada wanita (56,2%) dibandingkan pria (47%). Dan dari keseluruhan
wanita yang menderita dislipidemia tersebut, didapatkan prevalensi dislipidemia
8
2.3.2 Penyebab Dislipidemia
Penyebab dislipidemia dibagi menjadi 2, yaitu: (AACE, 2012)
A. Dislipidemia Primer
Berkaitan dengan gen yang mengatur enzim dan apoprotein yang terlibat di
dalam metabolisme lipoprotein maupun reseptornya.
B. Dislipidemia Sekunder
Karena adanya suatu penyakit atau keadaan yang mendasari.
Tabel 2.2
- Progestin, pengobatan anabolik steroid - Penyakit hati obstruktif, sirosis
- Protease inhibitor pada pengobatan infeksi HIV
- Terapi kortikosteroid ( steroid endogen akibat stres berat)
- Estrogen oral, kontrasepsi oral, kehamilan
9
2.3.3 Diagnosis Dislipidemia
Ditegakkan dengan menggunakan pemeriksaan laboratorium, antara lain:
1. Pemeriksaan penyaring
Dianjurkan pada setiap orang dewasa berusia lebih dari 20 tahun. Kadar
lipid plasma yang diperiksa meliputi kolesterol total, kolesterol LDL,
kolesterol HDL, dan trigliserida. Apabila ditemukan hasil yang normal
maka dianjurkan pemeriksaan ulangan setiap 5 tahun.
2. Cara pemeriksaan
Persiapan pemeriksaan untuk pemeriksaan kadar kolesterol total,
kolesterol LDL, dan kolesterol HDL dengan menggunakan cara direk tidak
perlu berpuasa. Sebaliknya, untuk pemeriksaan kadar trigliserida
diharuskan berpuasa 12-16 jam, agar mendapatkan kadar trigliserida
endogen (bukan dari makanan). Oleh karena untuk pemeriksaan penyaring
mutlak diperiksa keseluruhan profil lipid, maka pasien dianjurkan agar
berpuasa 12-16 jam pada malam sebelumnya.
3. Kadar lipid normal dalam plasma
National Cholesterol Education Program, Adult Treatment Panel III
(NCEP ATP III), pada tahun 2001 membuat suatu batasan kadar lipid
10
Gambar 2.3 Interpretasi Kadar Lipid Plasma (National Cholesterol Education Program, 2001)
2.3.4 Penatalaksanaan Dislipidemia
Terdiri atas terapi non farmakologis dan farmakologis.
A. Terapi Non Farmakologis
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memperbaiki profil lipid ialah
mengurangi asupan kolesterol dan asam lemak jenuh, pemilihan makanan yang
berhubungan dengan aturan makan untuk mengurangi LDL serta peningkatan
asupan serat larut, penurunan berat badan, dan peningkatan aktivitas fisik atau
berolahraga. Terapi non farmakologis ini hendaknya menjadi terapi utama untuk
dislipidemia, kecuali untuk pasien dengan dislipidemia bawaan (genetik
mempunyai kelainan metabolisme lipoprotein/kolesterol) atau hiperlipidemia
gabungan yang bersifat familial, penanganan terapinya dengan pengaturan
makanan dan terapi obat dapat dimulai secara bersamaan (Grundy, 2006).
Secara khusus, terapi non farmakologis dapat dibagi menjadi terapi nutrisi
11
a. Terapi nutrisi medis
Sebelumnya perlu dilakukan anamnesis nutrisi, pengukuran status nutrisi,
dan diagnosis nutrisi. Pasien dengan kadar kolesterol LDL atau kolesterol
total yang tinggi dianjurkan untuk mengurangi asupan lemak (saturated
fatty acid/SAFA), dan meningkatkan asupan lemak tidak jenuh rantai
tunggal dan ganda (mono and poly unsaturated fatty acid). Pada pasien
dengan kadar trigliserida yang tinggi, perlu adanya pengurangan asupan
karbohidrat, alkohol, dan lemak.
b. Aktivitas fisik
Kegagalan penatalaksanaan non-farmakologis terutama karena
kurangnya kepatuhan pasien dalam mengikuti petunjuk diet yang
dianjurkan, demikian juga dengan aktivitas fisik. Pada prinsipnya, pasien
dianjurkan untuk meningkatkan aktivitas fisik sesuai dengan kondisi dan
kemampuan pasien, serta melakukan aktivitas fisik secara rutin dan
teratur.
B. Terapi Farmakologis
Dengan pemberian obat anti-dislipidemia yang bertujuan untuk
memperbaiki kadar lemak di dalam darah. Obat ini diberikan, apabila dengan
terapi diet dan olahraga, kondisi pasien tidak merespon dengan baik (Illingworth,
2007). Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemberian obat tersebut
ialah kemampuan obat-obatan tersebut dalam mempengaruhi kolesterol HDL,
12
efek samping daripada obat-obatan tersebut. Beberapa golongan obat
anti-dislipidemia yang ada saat ini ialah: (ACC/AHA, 2013)
1. Golongan statin (HMG-CoA Reductase Inhibitor: simvastatin,
atorvastatin, dan lain-lain)
2. Derivat asam fibrat (gemfibrozil, fenofibrat)
3. Asam nikotinat (niacin)
4. Golongan resin (sequestran)
5. Kolesterol absorbsi inhibitor (ezetemibe)
2.3.5 Komplikasi Dislipidemia
Keadaan dislipidemia yang dibiarkan, dapat menimbulkan berbagai
macam komplikasi, antara lain:
1. Aterosklerosis
2. Penyakit jantung koroner
3. Stroke
4. Kelainan pembuluh darah lainnya
5. Pankreatitis akut (bila kadar trigliserida > 1000 mg/dl)
2.4 Lipid
Lemak atau lipid adalah suatu zat yang kaya energi dan berfungsi sebagai
sumber energi utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak diperoleh dari dua
sumber, yaitu lemak yang berasal dari asupan makanan sehari-hari dan lemak
13
dalam sel-sel lemak (adiposit) dan jaringan adiposa sebagai cadangan energi
(Nugroho, 2009).
Fungsi utama jaringan adiposa ialah menyimpan trigliserida sampai tubuh
memerlukannya untuk pembentukan energi. Fungsi tambahan jaringan adiposa
ialah untuk menyediakan penyekat panas untuk tubuh. Secara umum, fungsi
lemak ialah sebagai sumber energi, pelindung organ tubuh, pembentukan sel,
sumber asam lemak esensial, alat angkut vitamin larut dalam lemak, memberi rasa
kenyang dan kelezatan, sebagai pelumas, dan memelihara suhu tubuh (Nugroho,
2009). Lemak tersusun atas berbagai komponen penting, antara lain fosfolipid,
trigliserida (lemak netral), kolesterol, dan asam lemak (Lichtenstein et al., 2006).
2.4.1 Trigliserida
Suatu ester gliserol yang terbentuk dari 3 asam lemak dan gliserol.
Trigliserida merupakan lemak pada daging, produk susu, minyak goreng, dan
sebagai sumber energi utama bagi tubuh. Trigliserida juga ditemukan dalam
simpanan lemak di dalam tubuh dan berasal dari pemecahan lemak di hati. Sama
dengan kolesterol, trigliserida juga merupakan lemak yang bersirkulasi di dalam
darah.
Di alam ini, sebagian besar lemak dan minyak terdiri atas trigliserida
(97%), sisanya berbentuk kolesterol dan fosfolipid. Lemak disimpan di dalam
tubuh dalam bentuk trigliserida. Apabila sel membutuhkan energi, enzim lipase
dalam sel lemak akan memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak
14
2.4.1.1 Hidrolisis Trigliserida
Tahap pertama dalam penggunaan trigliserida untuk energi ialah hidrolisis
dari trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol. Kemudian, asam lemak dan
gliserol ditranspor ke jaringan aktif dimana keduanya dapat dioksidasi untuk
menghasilkan energi.
2.4.2 Kolesterol
Kolesterol adalah salah satu lemak tubuh, bisa berada dalam bentuk bebas
maupun dalam bentuk kolesterol dengan asam lemak atau ester kolesterol, serta
merupakan komponen utama selaput sel otak dan saraf (Murray et al., 2003).
Kolesterol ini sangat diperlukan dalam berbagai proses metabolisme
tubuh, antara lain (Murray et al., 2003):
1. Sebagai bahan pembentuk dinding sel.
2. Membuat asam empedu untuk mengemulsikan lemak.
3. Untuk membentuk vitamin D.
4. Berperan sebagai bahan pembuat hormon-hormon seks dan
kortikosteroid atau hormon yang dapat mempengaruhi volume dan
tekanan darah, kadar gula darah, otot, serta kekebalan tubuh.
Delapan puluh persen kolesterol dihasilkan dari dalam tubuh (dibentuk
oleh hati) dan 20% sisanya berasal dari luar tubuh, yaitu dari makanan yang
dikonsumsi sehari-hari. Kolesterol merupakan produk khas dari hasil metabolisme
hewan dan produk olahannya, seperti kuning telur, daging, hati, otak, susu, keju,
15
bentuk kolesterol bebas, biasanya dalam bentuk kolesterol dengan asam lemak
atau sering disebut ester kolesterol.
2.4.2.1Biosintesis Kolesterol
Hati mensintesis kolesterol dengan menggunakan asetil Koenzim-A
(Asetil KoA) yang merupakan hasil dari metabolisme karbohidrat, protein, atau
lemak. Biosintesis kolesterol ini terbagi menjadi empat tahap. Tahap pertama,
melibatkan perubahan asetil koA menjadi 3-hidroksi-3-metilglutaril-KoA
(HMG-KoA) yang dikatalisis oleh enzim HMG-KoA sintase, kemudian dilanjutkan
sintesis HMG-KoA menjadi Mevalonat yang diubah menjadi molekul dasar
isoporen yaitu isopentenyl pyrophospat (IPP) bersamaan dengan hilangnya CO2.
Tahap ketiga ialah terjadinya proses polimerisasi enam molekul isoprenoid untuk
membentuk molekul skualen. Tahap paling akhir ialah proses terbentuknya inti
16
Gambar 2.4 Biosintesis Kolesterol (Koolman, 2005)
2.4.3 Lipoprotein
Lemak bersifat tidak dapat larut dalam air, berarti lemak juga tidak dapat
larut dalam plasma darah. Agar lemak dapat diangkut ke dalam peredarah darah,
maka lemak akan berikatan dengan protein spesifik di dalam plasma darah,
membentuk suatu kompleks makro molekul yang larut di dalam air. Ikatan yang
terbentuk antara lemak (kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid) dengan protein
17
Gambar 2.5 Partikel Lipoprotein (Fauzi, 2012)
Fungsi utama lipoprotein ialah mengangkut komponen-komponen lipid di
dalam darah (mentranspor kolesterol dan fosfolipid). Lipoprotein densitas sangat
rendah mengangkut trigliserida yang disintesis di dalam hati terutama ke jaringan
adiposa, sedangkan lipoprotein yang lain penting dalam tahap-tahap transpor
fosfolipid dan kolesterol yang berbeda dari hati menuju jaringan perifer atau dari
jaringan perifer kembali ke hati.
Berdasarkan komposisi, densitas, dan mobilitasnya, lipoprotein dibedakan
menjadi beberapa macam: kilomikron, Very Low Density Lipoprotein (VLDL),
Intermediate Density Lipoprotein (IDL), Low Density Lipoprotein (LDL), dan
High Density Lipoprotein (HDL). Setiap jenis lipoprotein ini memiliki fungsi
yang berbeda dan dipecah serta dibuang dengan cara yang berbeda pula (Rader
dan Hobbs, 2005).
2.4.3.1Kilomikron
Bertugas mengangkut lemak menuju hati, dibentuk di usus halus dengan
komposisi asam lemak dari trigliserida. Kilomikron merupakan lipoprotein
dengan berat molekul terbesar dan lebih dari 80 persen nya terdiri dari trigliserida
18
ester. Pada saat masuk ke dalam darah, kilomikron akan berinteraksi dengan LPL
(Lipoprotein Lipase) yang terdapat pada permukaan endotel kapiler, jaringan
lemak, dan otot, sehingga trigliserida dapat dilepaskan dari kilomikron dan
diangkut oleh HDL ke hati untuk dimetabolisme. Kilomikron membawa
trigliserida dari makanan ke jaringan lemak dan otot rangka, dan membawa
kolesterol makanan ke hati (Rader dan Hobbs, 2005).
2.4.3.2Very Low Density Lipoprotein (VLDL)
Trigliserida endogen dengan densitas sangat rendah. Lipoprotein ini terdiri
dari 60 persen trigliserida endogen dan 10 – 15 persen kolesterol. Dibentuk dari asam lemak bebas di hati dan berfungsi sebagai alat transportasi lemak dari hati
ke jaringan. Bagian terbesar dari VLDL ialah trigliserida dan ukuran VLDL
ditentukan dari jumlah trigliserida yang ada (Rader dan Hobbs, 2005).
Trigliserida VLDL dihidrolisis oleh lipoprotein lipase (LPL) dan diubah
menjadi VLDL remnan (Mahley et al., 2003). VLDL remnan dapat ditangkap
kembali oleh hati melalui reseptor atau tetap berada di dalam sirkulasi, dan setelah
diambil komponen trigliseridanya, akan dihidrolisis oleh hepatik lipase (HL)
menjadi partikel IDL dan LDL (Rader dan Hobbs, 2005), sehingga dapat terjadi
peningkatan kadar LDL serum mengikuti penurunan hipertrigliserida.
2.4.3.3Intermediate Density Lipoprotein (IDL)
IDL kurang mengandung trigliserida (30 persen), lebih banyak kolesterol
(20 persen), dan relatif lebih banyak mengandung apoprotein B dan E. IDL adalah
19
2.4.3.4 Low Density Lipoprotein (LDL)
LDL ialah lipoprotein dengan densitas rendah yang merupakan alat
transportasi kolesterol yang utama, mengangkut sekitar 70 – 80 persen dari kolesterol total yang merupakan metabolit VLDL. Mengandung trigliserida
sebanyak 10% dan kolesterol sebanyak 60%. Fungsi LDL ialah membawa
kolesterol dari hati ke jaringan perifer, termasuk ke sel otot jantung, otak, dan
lain-lain agar dapat berfungsi dengan baik (untuk sintesis membran plasma dan
hormon steroid).
2.4.3.5 High Density Lipoprotein (HDL)
HDL merupakan lipoprotein protektif yang menurunkan risiko penyakit
jantung koroner. Efek protektifnya diduga karena mengangkut kolesterol dari
perifer untuk dimetabolisasi di hati dan menghambat modifikasi oksidatif LDL
melalui paraoksonase, suatu protein antioksidan yang bersosialisasi dengan HDL.
HDL berfungsi untuk membawa kolesterol dari jaringan perifer ke hati untuk
dimetabolisme dan dibuang ke dalam kandung empedu sebagai asam empedu,
sehingga penimbunan kolesterol di perifer berkurang. HDL terdiri dari 13 persen
kolesterol, kurang dari 5 persen trigliserida, dan 50 persen protein. Kadar HDL
yang tinggi berhubungan dengan menurunnya insiden penyakit dan kematian
akibat aterosklerosis.
Fungsi HDL antara lain:
1. Mengangkut kelebihan kolesterol dari jaringan ekstrahepatik dan sel
pembersih (scavenger cells), dan setelah berinteraksi dengan enzim
20
kolesterol ke VLDL remnan dan hati, yang kemudian akan dikeluarkan
ke dalam empedu.
2. Sebagai sumber apoprotein untuk metabolisme VLDL remnan dan
kilomikron remnan.
3. Diduga sebagai sumber bahan pembentukan prostasiklin yang bersifat
anti trombosis.
4. Meningkatkan sintesis reseptor LDL.
Inti dari HDL ialah kolesterol ester, yang dibentuk di dalam sirkulasi
melalui pengambilan kolesterol di jaringan perifer dengan pertolongan enzim
LCAT (Rader dan Hobbs, 2005).
2.5 Metabolisme Lemak
Terjadi di hati. Fungsi utama hati dalam metabolisme lemak antara lain: Memecahkan asam lemak menjadi senyawa kecil untuk energi.
Mensintesis trigliserida, terutama dari karbohidrat tetapi juga dari
protein dalam jumlah yang lebih sedikit.
Mensintesis lipid lain dari asam lemak, terutama kolesterol dan
fosfolipid.
Sel hati selain mengandung trigliserida juga mengandung sejumlah besar
fosfolipid dan kolesterol, yang secara kontinu disintesis oleh hati. Sel hati juga
lebih mampu mendesaturasi asam lemak daripada jaringan lain sehingga
trigliserida hati secara normal lebih tidak jenuh daripada trigliserida dari jaringan
21
penting untuk semua jaringan tubuh, sebab banyak struktur bagian dari seluruh sel
mangandung jumlah asam lemak tidak jenuh yang cukup banyak, dan sumber
utamanya adalah hati. Desaturasi ini dilakukan oleh enzim dehidrogenase di
dalam sel hati.
Gambar 2.6 Sumber Kolesterol Hati (influx) dan Jalur Kolesterol Keluar dari Hati (efflux) (Ferrier, 2014)
Hasil akhir dari pemecahan lipid dari makanan ialah asam lemak dan
gliserol. Jika sumber energi dari karbohidrat telah mencukupi, maka asam lemak
akan mengalami esterifikasi, yaitu pembentukan ester dengan gliserol menjadi
trigliserida yang berfungsi sebagai cadangan energi jangka panjang. Jika
sewaktu-waktu tidak tersedia sumber energi dari karbohidrat, asam lemak kemudian akan
22
Gambar 2.7 Metabolisme Lipid (Lichtenstein dan Jones, 2006)
2.6 Transportasi Lemak
Di dalam darah, lemak diangkut dengan dua cara, yaitu melalui jalur
eksogen dan jalur endogen. Yang berperan pada jalur eksogen ialah kilomikron,
sedangkan pada jalur endogen ialah VLDL, IDL, dan HDL (Mayes et al., 2003).
2.6.1 Jalur Endogen
Hati mensintesis trigliserida dan kolesterol, kemudian diangkut melalui
jalur endogen dalam bentuk VLDL kaya trigliserida. VLDL akan mengalami
hidrolisis oleh lipoprotein lipase yang juga menghidrolisis kilomikron menjadi
VLDL remnan. VLDL remnan kemudian diambil oleh hati atau diubah menjadi
IDL (Intermediate Density Lipoprotein). Partikel IDL ini akan diambil oleh hati
23
akan diambil oleh reseptor LDL di hati, kemudian mengalami katabolisme. HDL
bertugas untuk mengambil kolesterol bebas di jaringan perifer. Kolesterol bebas
di dalam HDL kemudian diesterifikasi oleh enzim LCAT (Lecithin Cholesterol
Acyl Transferase) menjadi kolesterol ester. Kolesterol ester akan mengalami
perpindahan dari HDL ke VLDL atau IDL, begitu juga dengan trigliserida yang
terdapat pada partikel VLDL dan IDL, dipindahkan ke partikel HDL melalui
enzim CETP (Cholesterol Ester Transfer Protein) sehingga terjadi kebalikan arah
transpor kolesterol (reverse cholesterol transport) dari perifer menuju hati untuk
dikatabolisasi, lalu dibuang ke dalam kandung empedu sebagai asam empedu, dan
penimbunan kolesterol di perifer akan berkurang. Aktivitas ini mungkin berperan
dalam sifat antiaterogenik.
24
2.7 Teh (Camellia Sinensis)
2.7.1 Klasifikasi Teh (Anonim (a), 2014) Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Ericales
Famili : Theaseae
Genus : Camellia
Spesies : Camellia sinensis
Gambar 2.9 Daun Tanaman Teh (Handoko, 2007)
2.7.2 Jenis-jenis Teh
Berdasarkan proses pembuatannya, teh dibedakan menjadi empat jenis:
1. Teh Hitam (Black Tea)
Didapat dari hasil penggilingan yang menyebabkan daun teh terluka
dan mengeluarkan getah. Getah bersentuhan dengan udara sehingga
menghasilkan senyawa teaflavin dan tearubigin. Daun teh ini
mengalami proses fermentasi sempurna. Warna hijau pada daun
25
hitam. Teh hitam paling dikenal luas dan paling banyak dikonsumsi
(Sujayanto, 2008).
2. Teh Merah (Oolong Tea)
Teh hasil semifermentasi (semioksidasi enzimatis), dimana daun teh
tidak bersentuhan lama dengan udara pada saat pengolahan, fermentasi
hanya sebagian (30 – 70%). Hasilnya, warna teh menjadi coklat kemerahan.
3. Teh Hijau (Green Tea)
Teh hijau diolah tanpa mengalami oksidasi dan fermentasi. Setelah
daun teh layu, langsung digulung, dikeringkan, dan dikemas. Biasanya
pucuk teh langsung diproses dengan menggunakan uap panas (steam)
atau frying untuk menghentikan aktivitas enzim, sehingga warna hijau
tetap bertahan dan kandungan taninnya relatif tinggi.
4. Teh Putih (White Tea)
Merupakan teh yang sangat istimewa, karena berasal dari pucuk daun
teh yang sangat muda dan masih menggulung, pada saat dipetik
dilindungi dari sinar matahari. Daun teh yang sangat muda ini
diuapkan dan dikeringkan segera setelah dipetik untuk mencegah
terjadinya oksidasi. Daun teh muda ini juga tidak melalui proses
fermentasi, sehingga teh putih mengandung katekin dan kafein
26
27
Camellia sinensis
Buds of young leaves Young Leaves
Withered Withered
Steamed Steamed/fried
(Polyphenol oxidase (Polyphenol oxidase Ruised by shaking Rolled
Inactivation) Inactivation)
Rolled/shaped Partially oxidized Fully oxidized
(10 – 80%)
Dried Dried Fried/Dried Fried/Dried
White Tea Green Tea Oolong Tea Black Tea
Theaflavins and Thearubigins
Catechin
Gambar 2.11 Skema Representasi Proses Pembuatan Teh (Dias et al., 2013)
2.7.3 Kandungan Kimia dalam Teh
Di dalam daun teh terdapat berbagai macam bahan atau senyawa kimia
yang dapat digolongkan ke dalam empat kelompok besar, yaitu substansi fenol,
substansi bukan fenol, substansi penyebab aroma (senyawa aromatis), dan enzim
28
1. Substansi Fenol a. Flavanol
Polifenol utama di dalam teh berupa katekin. Derivat katekin terdiri
dari katekin (C), epikatekin (EC), galokatekin (GC), epigalokatekin
(EGC), epikatekin galat (ECG), galokatekin 3-galat (GCG), dan
epigalokatekin 3-galat (EGCG) (Alamsyah, 2006).
b. Flavonol
Flavonol merupakan senyawa golongan flavonoid yang memiliki
oksidasi paling rendah. Komposisi kimia flavonol pada teh mirip
dengan katekin. Flavonol pada teh meliputi quersetin, kaemferol, dan
mirisetin. Flavonol berfungsi sebagai antioksidan alami yang
mempunyai kemampuan untuk mengikat logam.
2. Substansi Bukan Fenol a. Karbohidrat
Di dalam daun teh terkandung karbohidrat berbentuk gula sederhana
sampai komplek. Karbohidrat yang penting antara lain: sukrosa,
glukosa, dan fruktosa. Keseluruhan karbohidrat pada teh sebanyak
0,75% dari berat kering (Alamsyah, 2006).
b. Substansi Pektin
Pektin akan diurai menjadi asam pektat dan metil alkohol dengan
bantuan enzim pektin metal esterase. Metil alkohol akan menguap dan
sebagian lagi diubah menjadi asam organik yang akan menghasilkan
29
c. Alkaloid
Berfungsi sebagai penyegar. Alkaloid utama dalam teh ialah kafein.
Kafein akan bereaksi dengan katekin dan menimbulkan rasa segar
pada seduhan teh (Alamsyah, 2006).
d. Klorofil dan Zat Warna Lain
Warna hijau pada daun teh disebabkan oleh adanya klorofil. Dalam
proses inaktivasi enzim, terjadi pemanasan senyawa klorofil yang
menyebabkan perubahan warna hijau segar pada daun teh menjadi
hijau tua/zaitun karena klorofil tersebut diubah menjadi feofitin. Jika
terjadi suasana sangat asam, feofitin akan diubah menjadi feoforbid
yang berwarna hijau kecoklatan (Alamsyah, 2006).
e. Protein dan Asam Amino
Asam amino, karbohidrat, dan katekin akan membentuk senyawa
aromatis. Asam amino yang berpengaruh pada proses ini ialah alanin,
fenil alanin, valin, leusin, dan isoleusin. Seluruh kandungan protein
dan asam amino bebas ialah 1,4 – 5% dari berat daun kering. Reaksi asam amino dengan katekin pada temperatur tinggi akan menghasilkan
aldehida yang memberikan aroma pada teh (Alamsyah, 2006).
f. Substansi Resin
Kandungan resin sekitar 3% dari berat daun kering. Fungsi resin ialah
menaikkan daya tahan tanaman teh terhadap kondisi beku (Alamsyah,
30
g. Vitamin
Di dalam daun teh terkandung beberapa vitamin, yaitu vitamin C, K,
A, B1, dan B2. Kandungan vitamin C pada teh sebesar 100 – 250 mg. Kandungan vitamin C sebesar itu hanya terdapat pada teh putih dan teh
hijau. Sedangkan kandungan vitamin K dalam teh putih dan teh hijau
sebesar 300 – 500 IU/g (Alamsyah, 2006). h. Mineral
Berfungsi dalam pembentukan enzim di dalam tubuh, sumber mineral
yang penting dalam proses metabolisme. Kandungan mineral di dalam
daun teh:
- Magnesium
Berfungsi membantu proses metabolisme protein, reaksi seluler,
mengatur elektrolit tubuh, reseptor hormon, metabolisme vitamin D
(Rohdiana, 2009).
- Flouride
Berfungsi menguatkan gigi agar terhindar dari karies, pembentukan
plak gigi, dan membunuh bakteri penyebab pembengkakan gusi
(Alamsyah, 2006).
- Natrium
Berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit untuk mencegah
31
- Kalsium
Berfungsi membantu pembentukan tulang dan gigi, transmisi
impuls saraf, kontraksi otot, dan meningkatkan efektifitas kerja
enzim.
- Seng
Berperan dalam metabolisme tubuh, sintesis vitamin A,
peningkatan sistem kekebalan tubuh, dan membentuk enzim
pemusnah radikal bebas.
3. Substansi Penyebab Aroma (Senyawa Aromatis)
Aroma teh berasal dari likosida yang terurai menjadi gula sederhana dan
senyawa yang beraroma atau dari oksidasi karotenoid yang menghasilkan
senyawa yang mudah menguap (aldehida dan keton tak jenuh). Substansi
penyebab aroma ini meliputi klorofil, karotenoid, dan senyawa volatil.
4. Enzim
Berfungsi sebagai biokatalisator reaksi kimia pada daun teh. Enzim yang
terkandung di dalam daun teh ialah invertase, amylase, glukosidase,
oximetilase, protease, peroksidase, dan polifenol oksidase (Alamsyah,