• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mampu bertahan dan menjaga eksistensinya sekaligus meningkatkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mampu bertahan dan menjaga eksistensinya sekaligus meningkatkan"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1. Latar Belakang Masalah

Situasi perekonomian negara yang tidak menentu dan ketatnya persaingan didunia usaha mendorong manajemen untuk bekerja lebih efektif dan efisien agar perusahaan mampu bertahan dan menjaga eksistensinya sekaligus meningkatkan kinerja manajemen untuk mendapatkan hasil yang optimal bagi perusahaan. Bagi investor, kinerja manajemen menjadi faktor pendorong dalam menilai suatu perusahaan dan membuat keputusan. Kinerja manajemen dapat tercermin didalam laporan keuangan. Laporan keuangan menggambarkan kondisi dan perkembangan keuangan perusahaan yang dapat digunakan oleh pihak internal maupun pihak eksternal (Santoso dan Salim, 2012).

Laba merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang bertujuan untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representastif dalam jangka panjang, meramalkan laba, menaksir risiko dalam berinvestasi (Widhianningrum, 2012).

Manajemen laba adalah cara yang digunakan oleh manager untuk mempengaruhi angka laba secara sistematis dan sengaja dengan cara memilih kebijakan akuntansi dan prosedur akuntansi tertentu yang bertujuan untuk memaksimumkan utilitas manager dan atau nilai pasar dari perusahaan (Scott, 2000 dalam Andayani, 2010). Pola manajemen laba terdiri atas empat macam, yaitu taking bath, income maximization, income minimization, dan income

(2)

2

smoothing (Scott, 2003 dalam Muliati, 2011). Dari keempat pola manajemen laba

tersebut, pola manajemen laba yang paling sering digunakan oleh perusahaan di Indonesia adalah income smoothing (Siregar dan Vivian, 2015).

Income smoothing merupakan suatu cara yang digunakan oleh manajemen

untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan, agar sesuai dengan target yang diinginkan, baik secara artifisial melalui metode akuntansi maupun secara riil melalui transaksi (Koch, 1981 dalam Suwito dan Herawaty, 2005).

Beberapa faktor yang mempengaruhi income smoothing dalam penelitian ini adalah return on equity, debt to total assets ratio, net profit margin, current ratio, dan ukuran perusahaan.

Return on equity merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat

kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholders’ equity) yang dimiliki oleh perusahaan (Ang, 1997).

Debt to total assets ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh utang, atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pembiayaan aset (Hery, 2015).

Net profit margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat

kembalian keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya (Ang, 1997).

Current ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunakan total aset lancar yang tersedia (Hery, 2015).

(3)

Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya kekayaan (assets) yang dimiliki suatu perusahaan (Subhekti, 2008).

Teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara prinsipal dan agen. Dalam konteks perusahaan, yang dimaksud dengan prinsipal adalah pemegang saham, sedangkan agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan (Budiasih, 2009 dalam Prasetya dan Rahardjo, 2013). Principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agent. Agent mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh

principal dan agent. Ketidakseimbangan informasi inilah yang disebut dengan

asimetri informasi (Widyaningdyah, 2001).

Salah satu jenis asimetri informasi yaitu moral hazard, moral hazard dapat terjadi karena adanya pemisahan pemilikan dengan pengendaliaan yang merupakan karakteristik kebanyakan perusahaan besar (Rahmawati, dkk,2006). Apabila kinerja manajemen dianggap tidak baik oleh prinsipal, maka pihak manager termotivasi untuk melakukan tindakan moral hazard yaitu perataan laba (income smoothing).

Ada beberapa alasan manajemen melakukan tindakan perataan laba. Siregar dan Vivian (2015) menjelaskan tiga hipotesa yang diaplikasikan untuk melakukan prediksi dalam teori akuntansi positif mengenai motivasi manajemen melakukan

income smoothing. Tiga hipotesa tersebut diantaranya : bonus plan hypothesis, debt covenant hypothesis, dan political cost hypothesis.

(4)

4

Untuk memperjelas dan menganalisis adanya permasalahan income smoothing dalam perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015, maka berikut ini adalah data empiris yang dapat disajikan:

Tabel 1.1

Rata-Rata Indeks Eckel Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2015

Keterangan Melakukan Income Smoothing Tidak melakukan Income Smoothing 2012-2015 2012-2015

Rata-Rata Indeks Eckel - 4,96494 10,57908

Jumlah Perusahaan 23 perusahaan 27 perusahaan

Total perusahaan 50 perusahaan

Sumber: www.idx.co.id, data diolah

Apabila Indeks Eckel < 1 maka perusahaan digolongkan melakukan income

smoothing, sedangkan apabila Indeks Eckel > 1 maka perusahaan digolongkan

tidak melakukan income smoothing. Berdasarkan tabel 1.1 diatas, dapat dilihat dari periode 2012-2015 bahwa perusahaan yang melakukan income smoothing memiliki rata-rata indeks eckel sebesar -4,96494 dan berjumlah 23 perusahaan, sedangkan perusahaan yang tidak melakukan income smoothing memiliki rata-rata

indeks eckel sebesar 10,57908 dan berjumlah 27 perusahaan.

Hal ini berarti masih terdapat perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015 yang melakukan tindakan income smoothing. Menurut Prasetya dan Rahardjo (2013), semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar perusahaan mendapat perhatian terkait kinerja perusahaan, perataan laba dilakukan manajer sebagai bentuk manipulasi laba dianggap tidak memberikan informasi yang sesungguhnya terkait kinerja perusahaan sehingga perusahaan besar yang tergolong mendapat perhatian besar akan membatasi manajer dalam melakukan perataan laba karena jika perusahaan besar terbukti

(5)

melakukan perataan laba maka akan dapat menjatuhkan nilai suatu perusahaan yang dianggap tidak menyampaikan informasi sesungguhnya yang berdampak pada penilaian kinerja perusahaan.

Beberapa penelitian terdahulu telah banyak dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi income smoothing, diantaranya: Widhianningrum (2012), Santoso dan Salim (2012), Prasetya dan Rahardjo (2013), Sugiarto (2015), Siregar dan Vivian (2015), Paramita dan Isarofah (2016), serta Supriyanto, dkk (2016). Berikut ini menunjukkan research gap untuk beberapa variabel yang berpengaruh terhadap income smoothing sebagai berikut:

Tabel 1.2

Hasil Penelitian Terdahulu (Research Gap)

No Variabel Peneliti Independen Dependen Supriyanto, dkk Paramita dan Isarofah Siregar dan Vivian Sugiarto Prasetya dan Rahardjo Santoso dan Salim Widhian ningrum 2016 2016 2015 2015 2013 2012 2012 1.Return on equity Income Smoothing

Berpengaruh - Berpengaruh - - Tidak

Berpengaruh -2.Debt to total

assets ratio - Berpengaruh Berpengaruh

Tidak

BerpengaruhBerpengaruh Berpengaruh

Tidak Berpengaruh 3.Net profit margin Berpengaruh -Tidak Berpengaruh Tidak Berpengaruh - -

-4. Current ratio - - Tidak

Berpengaruh - Berpengaruh - -5.Ukuran Perusahaan Tidak Berpengaruh - -Tidak Berpengaruh Tidak

BerpengaruhBerpengaruh Berpengaruh Sumber: disarikan dari berbagai jurnal

Berdasarkan pada tabel diatas dapat diketahui bahwa masih hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi income smoothing cenderung tidak konsisten atau berbeda antara peneliti yang satu dengan peneliti yang lain. Dengan adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian ini maka peneliti tertarik untuk mengujinya kembali. Return on equity dalam penelitian Supriyanto, dkk (2016) serta Siregar dan Vivian (2015) menunjukkan hasil berpengaruh terhadap income

(6)

6

smoothing, sedangkan Santoso dan Salim (2012) menyatakan bahwa return on equity tidak berpengaruh terhadap income smoothing.

Debt to total assets ratio dalam penelitian Paramita dan Isarofah (2016), Siregar dan Vivian (2015), Prasetya dan Rahardjo (2013) serta Santoso dan Salim (2012) menunjukkan hasil berpengaruh terhadap income smoothing, sedangkan Sugiarto (2015) dan Widhianningrum (2012) menyatakan bahwa debt to total

assets ratio tidak berpengaruh terhadap income smoothing.

Net profit margin dalam penelitian Supriyanto, dkk (2016) menunjukkan hasil

berpengaruh terhadap income smoothing, sedangkan Siregar dan Vivian (2015) serta Sugiarto (2015) menyatakan bahwa net profit margin tidak berpengaruh terhadap income smoothing.

Current ratio dalam penelitian Prasetya dan Rahardjo (2013) menunjukkan

hasil berpengaruh terhadap income smoothing, sedangkan Siregar dan Vivian (2015) menyatakan bahwa current ratio tidak berpengaruh terhadap income

smoothing.

Ukuran perusahaan dalam Santoso dan Salim (2012), serta Widhianningrum (2012) menunjukkan hasil berpengaruh terhadap income smoothing, sedangkan Supriyanto, dkk (2016), Sugiarto (2015) serta Prasetya dan Rahardjo (2013) menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap income

smoothing.

Dengan adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian maka perlu untuk mengkaji lebih jauh mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi income

(7)

dilakukan oleh Siregar dan Vivian (2015) tentang analisis pengaruh rasio keuangan terhadap income smoothing dengan ukuran perusahaan sebagai variabel

moderating pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

dan Bursa Malaysia. Dimana variabel yang diteliti tersebut merupakan hal yang turut pula mempengaruhi Income smoothing. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah return on equity, debt to total assets ratio, net profit margin, dan current

ratio, serta ukuran perusahaan sebagai variabel moderasinya.

Perbedaan penelitian ini dengan yang dilakukan Siregar dan Vivian (2012) adalah menganti sampel, populasi, dan periode pengamatan. Penelitian tersebut menggunakan sampel sebanyak 6 perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan 9 perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Malaysia pada tahun 2010-2013, dengan metode purposive sampling, sedangkan pada penelitian ini menggunakan sampel dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015.

Alasan mengenai dipilihnya obyek penelitian ini karena sektor manufaktur memiliki potensi yang baik dalam hal investasi karena berbagai keunggulan, antara lain tingginya permintaan domestik dan internasional. Serta tingginya minat investor dan perhatian pemerintah serta masyarakat pada sektor ini membuat perusahaan selalu berusaha menampilkan kinerja yang baik.

Tentunya hal ini membuat perusahaan rentan melakukan tindakan perataan laba (income smoothing) yang bertujuan untuk memperbaiki citra perusahaan, meningkatkan kepuasan relasi bisnis, dan meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan dari manajemen perusahaan.

(8)

8

Penelitian ini melibatkan periode pengamatan yang cukup panjang, yakni menggunakan periode tahun 2012-2015 karena periode penelitian tersebut belum pernah disajikan dalam penelitian sejenis serta untuk memberikan gambaran terkini dari sebuah perusahaan. Berdasarkan uraian diatas maka judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah :

“PENGARUH RETURN ON EQUITY, DEBT TO TOTAL ASSETS RATIO, NET PROFIT MARGIN, DAN CURRENT RATIO TERHADAP INCOME SMOOTHING DENGAN UKURAN PERUSAHAAN SEBAGAI

VARIABEL MODERATING (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2012-2015)”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah return on equity berpengaruh terhadap income smoothing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015?

2. Apakah debt to total assets ratio berpengaruh terhadap income smoothing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015?

3. Apakah net profit margin berpengaruh terhadap income smoothing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015?

(9)

4. Apakah current ratio berpengaruh terhadap income smoothing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015?

5. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap income smoothing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015?

6. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap hubungan antara return

on equity, debt to total assets ratio, net profit margin, current ratio dan income smoothing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia tahun 2012-2015? 1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis pengaruh return on equity terhadap income smoothing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015.

2. Untuk menganalisis pengaruh debt to total assets ratio terhadap income

smoothing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2012-2015.

3. Untuk menganalisis pengaruh net profit margin terhadap income

smoothing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

(10)

10

4. Untuk menganalisis pengaruh current ratio terhadap income smoothing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015.

5. Untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap income

smoothing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2012-2015.

6. Untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap hubungan antara return on equity, debt to total assets ratio, net profit margin, current

ratio dan income smoothing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015. 1.3.2. Kegunaan Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya sebagai berikut:

1.3.2.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapakan dapat membawa manfaat dalam menambah wawasan dan pengetahuan maupun sebagai referensi dalam penelitian-penelitian dengan topik yang sama yang mungkin akan dilakukan.

1.3.2.2. Manfaat Praktis

1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam memperbaiki kinerja perusahaan dan dasar pertimbangan bagi perusahaan khususnya perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mengenai tindakan income smoothing.

(11)

2. Bagi investor, hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan bahan pertimbangan bagi investor dalam mengambil keputusan berinvestasi yang terbaik dan memberikan gambaran mengenai income smoothing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

(12)

53 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015). Variabel bisa didapatkan melalui pengumpulan dan pengolahan data. Variabel-variabel yang dibutuhkan dalam penelitian ini ada 6 (enam) yaitu 4 (empat) variabel independen, 1 (satu) variabel dependen, dan 1 (satu) variabel moderasi.

1. Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel terikat, yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya vaiabel bebas (Sugiyono, 2015). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah income smoothing.

2. Variabel Independen

Variabel independen merupakan variabel bebas, yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2015). Variabel independen dalam penelitian ini adalah return on equity, debt to total assets ratio, net profit margin, dan current

(13)

3. Variabel Moderating

Variabel moderating merupakan variabel independen kedua, yaitu variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen (Sugiyono, 2015). Menurut Hartono (2013), suatu variabel moderasi (moderating variable) atau (VMO) adalah suatu variabel independen lainnya yang dimasukkan ke dalam model karena mempunyai efek kontingensi dari hubungan variabel dependen dan variabel independen sebelumnya. Variabel moderasi dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan. 3.1.2. Definisi Operasional

Definisi operasional (operational definition), yaitu definisi berupa cara mengukur variabel itu supaya dapat dioperasikan (Hartono, 2013). Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.1.2.1. Income Smoothing

Perataan laba dapat dipandang sebagai proses normalisasi laba yang disengaja guna meraih suatu tren ataupun tingkat yang diinginkan (Riahi dan Belkaoui, 2007). Selain itu, income smoothing merupakan suatu cara yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan, agar sesuai dengan target yang diinginkan, baik secara artifisial melalui metode akuntansi maupun secara riil melalui transaksi (Koch, 1981 dalam Suwito dan Herawaty, 2005). Hal yang sama dikemukakan oleh Beidelman (1973) dalam Ghozali dan Chariri (2014) sebagai berikut: perataan laba yang dilaporkan dapat didefinisikan sebagai usaha yang disengaja untuk meratakan atau memfluktuasikan tingkat laba sehingga pada saat sekarang dipandang normal bagi suatu perusahaan.

(14)

55

Nilai income smoothing dihitung dengan menggunakan indeks Eckel (1981). Indeks Eckel menggunakan Coefficient Variation (CV) variabel laba dan penjualan bersih yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Siregar dan Vivian, 2015) :

Indeks Income Smoothing = CV ∆I ………(1) CV ∆S

Dimana:

∆I : Perubahan laba dalam satu periode ∆S : Perubahan penjualan dalam satu periode

CV : Koefisien variasi dari variabel yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai yang diharapkan

CV ∆I atau CV ∆S dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

CV ∆I atau CV ∆S = Variance ………...(2)

Expected Value

Atau,

CV ∆I atau CV ∆S =Standar Deviasi ∆Xi = √ Σ (∆Xi -∆X)² ÷∆X……...(3)

∆X n – 1

Keterangan:

CV ∆I = Koefisien Variasi untuk Perubahan Laba dalam satu periode CV ∆S = Koefisien Variasi untuk Perubahan Penjualan dalam satu periode ∆Xi = Perubahan Laba (I) atau Penjualan (S)

∆X = Rata-rata Perubahan Laba (I) atau Penjualan (S) n = Banyaknya tahun yang diamati

(15)

Apabila:

 CV ΔI > CV ΔS , maka perusahaan tidak digolongkan melakukan income

smoothing. Indeks Eckel untuk perusahaan yang tidak melakukan income smoothing adalah ≥ 1.

 CV ΔI < CV ΔS, maka perusahaan digolongkan melakukan income smoothing Indeks Eckel untuk perusahaan yang melakukan income smoothing adalah < 1. 3.1.2.2. Variabel Independen

1. Return On Equity

Rasio return on equity menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik (Harahap, 2007). Sedangkan, Kasmir (2010) menyatakan bahwa hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri dan menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Hal yang sama dikemukakan Ang (1997), return on equity merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholders’ equity) yang dimiliki oleh perusahaan.

Skala pengukurannya skala rasio dengan rumus (Siregar dan Vivian, 2015):

Return On Equity = Net Income After Tax………...………...……(4)

Total Equity

2. Debt to Total Assets Ratio

Rasio total utang dengan total aktiva umumnya disebut sebagai rasio utang (debt ratio), mengukur persentase penggunaan dana yang berasal dari kreditur (Husnan, 1995). Debt Ratio digunakan untuk mengukur tingkat leverage

(16)

57

(penggunaan hutang) terhadap total assets yang dimiliki perusahaan (Ang, 1997). Sedangkan, Hery (2015) menyatakan bahwa debt to assets ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh utang, atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pembiayaan aset.

Skala pengukurannya skala rasio dengan rumus (Siregar dan Vivian, 2015):

Debt to Total Assets Ratio = Total Debt ………...…..………....…………(5)

Total Asset

3. Net Profit Margin

Net profit margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat

kembalian keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya (Ang, 1997). Lebih lanjut Suwito dan Herawaty (2005) menyatakan bahwa net profit margin adalah suatu pengukuran dari setiap satuan nilai penjualan yang tersisa setelah dikurangi oleh seluruh biaya, termasuk bunga dan pajak. Hal yang serupa diungkapkan oleh Hanafi dan Halim (2007), profit margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu.

Skala pengukurannya skala rasio dengan rumus (Siregar dan Vivian, 2015):

Net Profit Margin = Net Income After Tax………...…..………(6)

Total Sales

4. Current Ratio

Current ratio menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi

kewajiban-kewajiban lancar (Harahap, 2007). Lebih lanjut menurut Brigham dan Houston (2001), rasio lancar menunjukkan besarnya kewajiban lancar yang ditutup dengan aktiva yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek. Hal

(17)

yang sama dikemukakan oleh Hery (2015), rasio lancar merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunakan total aset lancar yang tersedia.

Skala pengukurannya skala rasio dengan rumus (Siregar dan Vivian, 2015):

Current Ratio = Current Assets ………...…..………...……(7)

Current Liabilities

3.1.2.3. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya kekayaan (assets) yang dimiliki suatu perusahaan (Subhekti, 2008). Lebih lanjut menurut Supriastuti dan Warnanti (2015), ukuran perusahaan merupakan penunjukkan besar kecilnya kekayaan yang dimiliki suatu perusahaan dengan berbagai cara, antara lain total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Besar kecilnya suatu perusahaan dapat mempengaruhi kemampuan manajemen untuk mengoperasikan perusahaan dengan berbagai situasi dan kondisi yang akan dihadapinya.

Hal yang serupa diungkapkan oleh Machfoedz (1994) dalam Suwito dan Herawaty (2005) menyatakan bahwa ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large

firm), perusahaan menengah (medium-size) dan perusahaan kecil (small firm).

Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total aset perusahaan.

Pengukuran variabel ini menggunakan logaritma natural total aset dengan rumus (Siregar dan Vivian, 2015):

(18)

59

Ukuran Perusahaan = Ln Total Aset ………..……….…………...……(8) Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel

NO NAMA VARIABEL DEFINISI VARIABEL INDIKATOR SUMBER 1. Income Smoothing

Suatu cara yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan, agar sesuai dengan target yang diinginkan, baik secara artifisial melalui metode akuntansi maupun secara riil melalui transaksi. Nilai Income smoothing dihitung dengan menggunakan indeks Eckel (1981), dengan rumus: Indeks Income Smoothing = Coefficient Variation (CV) ∆I / Coefficient Variation (CV) ∆S

Siregar dan Vivian (2015), Paramita dan Isarofah (2016).

2. Return On Equity Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholders’ equity) yang dimiliki oleh perusahaan. ROE dapat diukur dengan rumus: Return On Equity = Net Income

After Tax / Total Equity

Santoso dan Salim (2012), Siregar dan Vivian (2015), Supriyanto, dkk (2016). 3. Debt to Total Assets Ratio Rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh utang, atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pembiayaan aset. DAR dapat diukur dengan rumus: Debt to Total Assets Ratio = Total Debt / Total Asset Widhianningrum (2012), Santoso dan Salim (2012), Prasetya dan Rahardjo (2013), Sugiarto (2015),

Siregar dan Vivian (2015), Paramita dan Isarofah (2016).

4. Net Profit Margin Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan bersih NPM dapat diukur dengan rumus: Net Profit Margin = Net Sugiarto (2015),

Siregar dan Vivian (2015), Supriyanto, dkk (2016).

(19)

NO NAMA VARIABEL DEFINISI VARIABEL INDIKATOR SUMBER terhadap penjualan bersihnya.

Income After Tax

/ Total Sales 5. Current Ratio Rasio lancar

merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunakan total aset lancar yang tersedia. CR dapat diukur dengan rumus: Current Ratio = Current Assets / Current Liabilities

Prasetya dan Rahardjo (2013), Siregar dan Vivian (2015).

6. Ukuran Perusahaan Besar kecilnya kekayaan (assets) yang dimiliki suatu perusahaan. Ukuran Perusahaan dapat diukur dengan rumus: Ukuran Perusahaan = Ln Total Aset Widhianningrum (2012), Prasetya dan Rahardjo (2013), Sugiarto (2015),

Siregar dan Vivian (2015), Paramita dan Isarofah (2016), Supriyanto, dkk (2016). Sumber : Dari berbagai jurnal ilmiah, 2017

3.2. Objek Penelitian, Unit Sampel, Populasi, dan Penentuan Sampel 3.2.1. Objek Penelitian dan Unit Sampel

Objek penelitian yang dipilih adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015. Alasan mengenai dipilihnya objek penelitian ini karena sektor manufaktur memiliki potensi yang baik dalam hal investasi karena berbagai keunggulan, antara lain tingginya permintaan domestik dan internasional. Serta tingginya minat investor dan perhatian pemerintah serta masyarakat pada sektor ini membuat perusahaan selalu berusaha menampilkan kinerja yang baik.

Tentunya hal ini membuat perusahaan rentan melakukan tindakan perataan laba (income smoothing) yang bertujuan untuk memperbaiki citra perusahaan,

(20)

61

meningkatkan kepuasan relasi bisnis, dan meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan dari manajemen perusahaan. Penelitian ini melibatkan periode pengamatan yang cukup panjang, yakni mengunakan periode tahun 2012-2015 karena periode penelitian tersebut belum pernah disajikan dalam penelitian sejenis serta untuk memberikan gambaran terkini dari sebuah perusahaan.

Peneliti tertarik untuk menganalisis jumlah perusahaan manufaktur yang melakukan income smoothing selama periode 2012-2015 yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dari populasi tersebut diambil sejumlah sampel untuk digunakan dalam penelitian. Data kuantitatif yang diperlukan dalam pengolahan data di objek penelitian ini adalah data sekunder. Unit sampelnya berupa laporan keuangan yang telah diaudit.

3.2.2. Populasi dan Penentuan Sampel

Populasi adalah objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2015. Dari populasi tersebut diambil sejumlah sampel untuk digunakan dalam penelitian.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2015). Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2015). Sampel dalam penelitian ini adalah

(21)

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2015 dengan kriteria sebagai berikut:

a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2015.

b. Perusahaan memiliki laporan keuangan atau laporan tahunan yang diungkapkan ke publik setiap akhir tahun pada tahun 2012-2015.

c. Perusahaan menyajikan laporan keuangan dalam rupiah pada tahun 2012-2015.

d. Perusahaan yang laporan keuangannya tidak merugi pada tahun 2012-2015.

e. Perusahaan yang tidak melakukan merger atau akuisisi pada tahun 2012-2015.

f. Perusahaan yang melakukan tindakan income smoothing dengan indeks

Eckel < 1 pada tahun 2012-2015.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan jenis data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti (Husani dan Pumomo, 2000 dalam Wulandari, 2003). Data tersebut dapat diperoleh dari literatur-literatur, jurnal-jumal penelitian terdahulu, maupun dokumen data yang diperlukan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2012-2015. Sumber yang

(22)

63

digunakan adalah laporan keuangan perusahaan sampel yang terdapat pada website Indonesia Stock Exchage (www.idx.co.id) selama tahun 2012-2015. 3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi pustaka dan studi dokumentasi. Studi pustaka dilakukan dengan mengolah data, artikel dan jurnal berkaitan dengan topik pembahasan dari penelitian ini. Studi dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan mengumpulkan data sekunder yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini seperti dokumen laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015.

3.5. Metode Analisis Data

Data yang didapat dari hasil penelitian ini adalah data kuantitatif, yang selanjutnya akan dianalisis sesuai dengan jenisnya. Analisis data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik, analisis regresi linier berganda, dan uji residual untuk variabel pemoderasi dengan menggunakan SPSS versi 20 for windows.

3.5.1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif (descriptive statistic) merupakan statistik yang menggambarkan fenomena atau krakteristik dari data. Karakteristik data yang digambarkan adalah karakteristik distribusinya (Hartono, 2013). Sehingga dapat menggambarkan atau mendeskripsikan data menjadi sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah untuk dipahami. Statistik deskriptif memberikan gambaran

(23)

tentang variabel-variabel dalam penelitian ini yang dilihat dari rata-rata (mean), nilai maksimum dan minimum, jumlah data, dan standar deviasi.

3.5.2. Uji Asumsi Klasik

Pengukuran asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokolerasi. Menurut Ghozali (2011), regresi dengan metode estimasi Ordinary Least Squares (OLS) akan memberikan hasil yang Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) jika memenuhi semua asumsi klasik.

3.5.2.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011). Dalam penelitian ini pengujian normalitas dilakukan dengan uji statistik non parametik

Kolmogorov-Smirnov (K-S). Pedoman untuk pengambilan keputusan didasarkan

pada:

1. Apabila nilai Asymp. Sig (2-tailed) > 0,05 atau 5 persen, maka distribusi data normal.

2. Apabila nilai Asymp. Sig (2-tailed) < 0,05 atau 5 persen, maka distribusi data tidak normal.

3.5.2.2. Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2011), uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Pengujian terhadap multikolinearitas dapat dideteksi dengan

(24)

65

menggunakan tolerance value dan variance inflation factor (VIF). Jika nilai

tolerance value > 0.10 dan VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinearitas.

3.5.2.3. Uji Heteroskedastisitas

Ghozali (2011) menyatakan bahwa uji heteroskedastistas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan antara variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastistas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

Pada penelitian ini menguji ada tidaknya heteroskedastistas adalah dengan menggunakan Uji Park. Jika variabel independen signifikan secara statistik (<0,05), maka kita dapat menyimpulkan bahwa terdapat masalah heteroskedastisitas di dalam data set. Dan sebaliknya jika tidak signifikan, maka kita menerima asumsi homoskedastisitas (Latan, 2014).

3.5.2.4. Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali (2011), uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena ada observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (times series).

(25)

Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi digunakan Runs Test, dimana dalam pengambilan keputusan dengan melihat nilai Asymp. Sig. (2-tailed). Model dikatakan bebas dari autokorelasi jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random (Ghozali, 2011).

3.5.3. Analisis Regresi Berganda

Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dan residual untuk variabel pemoderasi. Regresi linier berganda (multiple linear

regression) digunakan untuk menguji hubungan antara satu variabel dependen

dengan dua atau lebih variabel independen (Latan, 2014).

Dalam persamaan regresi berganda, dimasukkannya variabel moderating sebagai variabel independen yaitu untuk mengetahui apakah variabel tersebut merupakan variabel moderasi atau bukan yaitu dengan melihat hasil signifikansi variabel moderating. Jika tingkat signifikansi kurang dari 0,05 maka signifikan dan merupakan quasi moderator. Menurut Ghozali (2011), quasi moderator (moderator semu) yaitu variabel moderator berfungsi sebagai variabel predictor (independen) dan sekaligus juga berinteraksi dengan variabel predictor lainnya (X). Adapun kedua model analisis secara matematis dapat dilihat sebagai berikut: Y = α + β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ β5Z + e ...…...(9)

Keterangan :

Y : Income Smoothing

α : konstanta regresi β1– β5 : koefisien regresi

(26)

67

X1 : Return On Equity (ROE)

X2 : Debt to Total Assets Ratio (DAR)

X3 : Net Profit Margin (NPM)

X4 : Current Ratio (CR)

Z : Ukuran Perusahaan

e : error

3.5.4. Pengujian Hipotesis 3.5.4.1. Uji Statistik t

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). Kriteria penyimpulannya adalah sebagai berikut ini:

1) H0 ditolak dan Ha diterima, yaitu apabila p-value lebih kecil dari 5% (p<α) dan Thitung > Ttabel, berarti variabel independen secara individual

berpengaruh terhadap variabel dependen.

2) H0 diterima dan Ha ditolak, yaitu apabila p-value lebih besar dari 5% (p>α) dan Thitung < Ttabel, berarti variabel independen secara individual

tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Pengujian hubungan antara variabel independen dan dependen dalam penelitian ini terdapat faktor yang memperlemah atau memperkuat (variabel

moderating). Untuk menguji keberadaan tersebut dapat diamati dengan kriteria

(27)

1. Pure Moderasi : variabel yang memoderasi hubungan antar variabel independen dan variabel dependen dimana variabel moderasi murni berinteraksi dengan variabel independen tanpa menjadi variabel independen.

2. Quasi Moderasi : variabel yang memoderasi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen yang sekaligus menjadi variabel independen.

3.5.4.2. Uji Moderasi

Variabel moderasi merupakan variabel independen kedua, yaitu variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen (Sugiyono, 2015). Langkah uji residual dapat digambarkan dengan persamaan regresi sebagai berikut (Ghozali, 2011):

Z = α + β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ e ...…...(10)

Keterangan :

α : konstanta regresi β1– β4 : koefisien regresi

X1 : Return On Equity (ROE)

X2 : Debt to Total Assets Ratio (DAR)

X3 : Net Profit Margin (NPM)

X4 : Current Ratio (CR)

Z : Ukuran Perusahaan

(28)

69

Analisis residual untuk menguji pengaruh deviasi (penyimpangan) dari suatu model. Fokusnya adalah ketidak cocokkan (lack of fit) yang dihasilkan dari deviasi hubungan linear antar variabel independen. Lack of fit ditunjukkan oleh nilai residual didalam regresi (Ghozali, 2011).

Setelah melakukan regresi variabel independen terhadap variabel moderating maka hasil residual regresi tersebut diabsolutkan. Lalu kemudian melakukan regresi variabel dependen terhadap nilai residual regresi sebelumnya yang diabsolutkan, dengan persamaan sebagai berikut:

| e | = α + β1Y ...…...(11)

Keterangan :

| e | : e menjadi mutlak (Nilai residual regresi variabel independen terhadap variabel moderating yang diabsolutkan).

α : konstanta regresi β1 : koefisien regresi

Y : Income Smoothing

Menentukan variabel moderating dengan nilai koefisien β1 Y, apabila nilai

koefisien β1 Y signifikan (sig. < 0,05) dan negatif maka dugaan variabel moderating dapat dianggap sebagai variabel moderating. Hal ini berarti adanya lack of fit antara variabel independen dan variabel moderating mengakibatkan

(29)

3.5.5. Uji Signifikansi Layak Model 3.5.5.1. Uji Statistik F

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat (Ghozali, 2011). Kriteria penyimpulannya adalah sebagai berikut ini:

1) H0 ditolak dan Ha diterima, yaitu apabila p-value lebih kecil dari 5% (p<α) dan nilai Fhitung> Ftabel, berarti variabel independen secara

bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen atau dapat dikatakan bahwa model regresi signifikan.

2) H0 diterima dan Ha ditolak, yaitu apabila p-value lebih besar dari 5% (p>α) dan Fhitung< Ftabel, berarti variabel independen secara bersama-sama

tidak berpengaruh terhadap variabel dependen atau dapat dikatakan bahwa model regresi tidak signifikan.

3.5.5.2. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol (0) dan satu (1). Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu (1) berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai

(30)

71

Jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted R2 bernilai negatif, maka nilai

adjusted R2dianggap bernilai nol (0) (Gujarati, 2013 dalam Ghozali, 2011). Nilai

R-Squares atau Adjusted R20,70, 0,45, dan 0,25 dapat disimpulkan bahwa model kuat, moderate, dan lemah (Berry dan Feldman, 1985 dalam Latan, 2014).

Referensi

Dokumen terkait

Ruang Terbuka Hijau kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi guna mendukung

kesesuaian tindakan aktor yang terlibat. • Yang menunjukkan bahwa lebih berpengaruh dibandingkan variabel lainnya, yang mana menunjukkan besarnya kekuatan masyarakat dalam

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kurnia yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Citra Merek

Hasil pembuatan sistem informasi ini dapat disimpulkan bahwa apliaksi dapat membantu pengguna dalam pengolahan data dan data dari PengKab dojo bahwa tidak ada kesalahan

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, yaitu diambil dari data sekunder berupa data laporan tahunan perusahaan

Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan data dari laporan keuangan dan laporan tahunan pada

Orang Kelantan, walau pun yang berkelulusan PhD dari universiti di Eropah (dengan biasiswa Kerajaan Persekutuan) dan menjawat jawatan tinggi di Kementerian atau di Institusi

Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik