• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nedi Sunaedi¹ Evi Rizki Jayanti²

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Nedi Sunaedi¹ Evi Rizki Jayanti²"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN KAIN PERCA UNTUK KERAJINAN TANGAN DI KELURAHAN CIHERANG KECAMATAN CIBEUREUM

KOTA TASIKMALAYA

Exploiting Of Cloth Waste For Handicraft in Sub-District Of Ciherang District Of Cibeureum Town of Tasikmalaya City.

Nedi Sunaedi¹ Evi Rizki Jayanti²

¹ (nedi_pdil@yahoo.co.id) ² (evirizki.2811@gmail.com) Program Studi Pendidikan Geografi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi

ABSTRACT

Intention of this research is to know exploiting of cloth waste for handicraft in Sub-District Of Ciherang Sub-District Of Cibeureum Town of Tasikmalaya and to know factors causing society in Sub-District Of Ciherang District Of Cibeureum Town of Tasikmalaya impel to exploit cloth waste for the handicraft of. Research method the used is descriptive method, with technique data collecting of field observation, interview, documentation study and book study. Result of research prove that: (1) exploiting of cloth waste for handicraft in Sub-District Of Ciherang District Of Cibeureum Town of Tasikmalaya among others that is (a) yield earnings to worker which equal to 68% production between Rp 250.000 - Rp 350.000 and production of port more than Rp 650.000 per its week, (b) add work field of worker of mat which have silent and seasonal farmworker become worker of cloth waste, (c) improve society creativity able to exploit waste become various economic valuable crafting. (2) factors causing society in Sub-District Of Ciherang Sub-District Of Cibeureum Town of Tasikmalaya impel to exploit cloth waste for handicraft among others available of raw material, from 100% responder answer that till now available raw material always, (b) creative and skillful human being human resource seen from level of the amount of yielded crafting] and agam their crafting, (c) the existence of opportunity of marketing proved from always the existence of order to out marketing and town in Tasikmalaya, Ciamis, Banjar, (e) overcoming of waste proved from one of the reason of this exploiting that is overcoming waste from rest of convection industry.

(2)

A. PENDAHULUAN

Kemajuan industri dan teknologi ternyata telah menambah jenis limbah manusia yang semula sebagian besar bersifat organik menjadi bersifat organik dan juga anorganik. Limbah anorganik salah satunya yaitu berupa limbah padat yang dapat mencemari daratan. Pemanfaatan kembali limbah padat ternyata banyak memberikan keuntungan bagi kehidupan manusia. Limbah (bahan buangan) padat yang semula tidak berharga, setelah dimanfaatkan kembali melalui proses daur ulang, menjadi bernilai ekonomis (Wardhana, 2001).

Di wilayah sekitar Kelurahan Ciherang, Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya merupakan salah satu Kelurahan di Kecamatan Cibeureum yang mayoritas masyarakatnya bekerja di bidang home industry konveksi seperti celana pria, celana wanita, dan jaket. Jumlah home industry konveksi di Kelurahan Ciherang sekitar 16. Dari home industry konveksi tersebut menghasilkan limbah padat berupa limbah kain yang sering disebut dengan istilah kain perca, yaitu sisa-sisa potongan kain yang tidak terpakai. Limbah kain atau kain perca yang dihasilkan dari tiap home industry konveksi ini tergantung dari besar atau kecilnya jumlah pakaian yang dihasilkan dari home industry tersebut namun rata-rata sekitar 40 sampai 60 kg per minggunya. Dulu, limbah kain yang tidak terpakai ini biasanya dikumpulkan , lalu dibuang atau dibakar. Namun sekarang masyarakat Kampung Cibangun Kidul, Kelurahan Ciherang Kecamatan Cibeureum, Kota Tasikmalaya dengan kreatifitas yang dimilikinya memanfaatkan kain perca dari home industry konveksi di sekitar kampung tersebut untuk dibuat kerajinan alat rumah tangga seperti keset lantai, lap pel, bantal dan menjadi salah satu kesempatan lapangan pekerjaan yang mereka miliki

Dengan melihat latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Pemanfaatan Kain Perca untuk Kerajinan Tangan di Kelurahan Ciherang Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya”.

Banyak penelitian tentang pemanfaatan limbah yang dikaji dari berbagai sudut pandang, salah satunya dilakukan oleh: Sendi Permana pada tahun 2013 dengan judul skripsi “Pemanfaatan Limbah Tali Plastik oleh Masyarakat di Kelurahan Gununggede Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya”. Susy Tresnawati pada tahun 2011 dengan judul skripsi “Pemanfaatan Limbah Plastik untuk Pembuatan Biji Daur Ulang Hubungannya dengan Tingkat Pendapatan Masyarakat di Kelurahan Mangkubumi Kecamatan

(3)

Mangkubumi Kota Tasikmalaya”. Erik Rijki Maulana pada tahun 2011 dengan judul skripsi “Pemanfaatan Limbah Karung Plastik di Kelurahan Panglayungan Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya”.

B. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif, yang bertujuan untuk mengkaji masalah nyata yang terjadi dengan cara mengumpulkan data, menyusun dan mengklasifikasikannya sehingga data tersebut mempunyai arti dan makna.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan: 1. Observasi Lapangan

2. Wawancara 3. Studi dokumentasi 4. Studi literatur

Populasi pada penelitian ini adalah penduduk yang bermata pencaharian sebagai pengrajin kain perca di Kelurahan Ciherang Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya sebanyak 128 orang dimana terdiri dari 2 orang Bandar dan 126 pengrajin. Sampel

Peneliti mengambil sampel bersifat purposive, yaitu dengan mengambil orang-orang yang terpilih betul oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel itu. Dengan mengacu pada pendapat tersebut, diambil sampel sebesar 30% yaitu 38 pengrajin untuk mewakili populasi pengrajin. Adapun pengolongan kriteria kelompok responden ini didasarkan pada pengambilan sampel secara acak (random sampling). Dan untuk sampel bandar berdasarkan total sampling yang artinya mengambil sampel 100 % dari populasi bandar yaitu 2 bandar.

Teknik pengolahan data langkah-langkahnya yaitu: mengecek data, menyeleksi data, klasifikasi data, analisa data.

Adapun dalam menganalisa data hasil penelitian menggunakan analisis kuantitatif sederhana yaitu teknik persentase (%).

C. PEMBAHASAN

1. Deskripsi Daerah Penelitian

Secara astronomis Kelurahan Ciherang Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya terletak pada 7°21’44.49”S dan 108°15’57.28”T. Secara administrasi

(4)

Kelurahan Ciherang merupakan salah satu kelurahan dari sembilan kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah kurang lebih 397,11 Ha.

Berdasarkan zonefikasi fisiografi Jawa Barat, Tasikmalaya termasuk ke dalam dua zone yaitu zone Pegunungan Selatan (Tasikmalaya Selatan) dan zone Bandung (Tasikmalaya Utara). Adapun untuk Kelurahan Ciherang Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya termasuk kedalam Zone Bandung karena termasuk kedalam wilayah dari Tasikmalaya Utara. Lebar zone ini berkisar antara 20-40 Km, mulai dari Teluk Pelabuhan Ratu, melalui lembah Cimandiri, Daratan Tinggi Cianjur, Dataran Tinggi Bandung, Dataran Tinggi Garut, dan Lembah Citanduy kemudian berakhir di Sagara anakan.

Ketinggian rata-rata daerah penelitian adalah 320 meter di atas permukaan laut dan topografinya relatif datar.

Kelurahan Ciherang memiliki sumur gali sebanyak 601 unit dengan ketinggian permukaan air tanah dari sumur gali yaitu mulai dari 1,5 meter, sumur pompa sebanyak 175 unit, hidran umum 4 unit dan dilewati oleh 2 sungai yaitu sungai Ci Mulu dan sungai Ci kunten.

Jumlah penduduk Kelurahan Ciherang terdiri atas 3.346 penduduk laki-laki dan 3.474 penduduk perempuan. Sehingga total keseluruhan penduduk Kelurahan Ciherang adalah 6.820 jiwa.

2. Pemanfaatan Kain Perca untuk Kerajinan Tangan di Kelurahan Ciherang Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya

a. Menghasilkan Pendapatan

Pendapatan yang diperoleh para pengrajin dari pemanfaatan kain perca di Kelurahan Ciherang Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya dapat dihitung dengan jumlah penghasilan yang didapatkan dikurangi modal yang dikeluarkan oleh pengrajin. Jumlah modal untuk satu kali belanja kain perca adalah Rp 200.000 per 100 kg kain perca, membeli benang tenun 1 gulungan adalah Rp 40.000. untuk 100 kg kain perca menghasilkan 166 keset dengan harga jual kepada bandar yaitu Rp 2.500 per keset. Sehingga total pendapatan Rp 415.000 dikurangi modal Rp 240.000 yaitu memiliki pendapatan bersih Rp 175.000 dari tiap pembelian per 100 kg kain perca. Benang tenun yang dipakai

(5)

pun bisa sampai untuk 1 bulan. Sehingga pendapatannya bisa lebih dari Rp 175.000. Apabila dihitung berdasarkan produktifitas rata-rata kerajinan tangan yang dihasilkan, maka dijumlahkan untuk per bulannya penghasilan pengrajin dapat mencapai Rp 800.000 – Rp 2.400.000.

Adapun untuk bandar penghasilan per bulannya dapat mencapai antara Rp 5.000.000 sampai Rp 10.000.000 untuk penghasilan kotor mereka sebelum dikurangi biaya pengeluaran keperluan pembuatan kerajinan tangan dari keset lantai, bantal dan lap pel tersebut.

b. Menambah Lapangan Pekerjaan

Pemanfaatan kain perca ini dapat menambah lapangan pekerjaan di Kelurahan Ciherang Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya ini karena lapangan pekerjaan yang semula banyak dilakukan untuk masyarakat yang rata-rata memiliki pendidikan sampai SD saja yaitu pada industri konveksi, buruh tani, pengrajin tikar, pedagang. Namun dengan usaha pemanfaatan kain perca ini, pengrajin tikar yang sudah kekurangan permintaan tikarnya karena semakin banyak yang melakukan pekerjaan sebagai pengrajin tikar bisa beralih menjadi pengrajin keset. Selain itu, untuk para ibu rumah tangga biasa yang semula memiliki hanya pekerjaan sampingan sebagai buruh tani yang bekerja hanya pada saat ada yang menyuruh, dapat membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan bekerja sebagai pengrajin keset lantai.

c. Meningkatkan Kreatifitas Masyarakat

Ibu rumah tangga yang semula hanya mengurus rumah tangga saja, bisa mengisi waktu luangnya sehingga membantu pendapatan suami. Selain itu, masyarakat yang semula hanya mengetahui cara menenun tikar, dapat menambah keterampilannya dengan menenun keset. Masyarakat pun tertantang untuk lebih kreatif dalam hal pengembangan ekonomi kreatif. Dimana masyarakat dapat menemukan ide untuk memanfaatkan kain perca yang semula tidak dijadikan produk yang bernilai ekonomis menjadi suatu produk ataupun beragam produk.

Pada saat diselenggarakan pameran kerajinan industri kecil dan menengah, bandar mendapat undangan untuk menunjukkan hasil kerajinan tangan dari pemaanfaatan kain percanya dan Wali Kota Tasikmalaya

(6)

memujinya karena dapat menghasilkan suatu kerajinan tangan yang kreatif dan dihasilkan dari suatu limbah yang semula tidak memiliki nilai ekonomis menjadi suatu produk kerajinan yang memiliki nilai ekonomis.

3. Faktor-faktor yang Menyebabkan Masyarakat di Kelurahan Ciherang Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya Terdorong untuk Memanfaatkan Kain Perca untuk Kerajinan Tangan

a. Tersedianya Bahan Baku

Wilayah Kelurahan Ciherang Kecamatan Cibeureum memiliki masyarakat yang bekerja pada usaha industri konveksi yang memiliki permintaan pasar yang cukup tinggi. Bisa dilihat dari terus-menerusnya konveksi di Kelurahan Ciherang melakukan produksi pakaian. Sehingga dengan terus-menerusnya terjadi produksi, maka kain perca pun akan selalu dihasilkan dari sisa produksi tersebut. Kain perca yang dihasilkan dari tiap industri konveksi berbeda-beda tergantung besar kecilnya industri konveksi tersebut. Namun setidaknya tiap minggu jumlah kain perca bisa mencapai 50 kilogram per industri konveksi yang berskala sedang. Sehingga bahan baku untuk membuat kerajinan keset ini tidak akan kekurangan bahan baku. Selain itu dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap responden, seluruhnya menjawab bahwa selalu tersedia bahan baku yang dibutuhkan dan sampai saat ini tidak mengalami kekurangan bahan baku.

b. Sumberdaya Manusia yang Terampil dan Kreatif

Walaupun sebagian besar masyarakat pengrajin memiliki tingkat pendidikan sampai SD saja, namun masyarakat memiliki keterampilan dan kreatifitas yang tinggi dalam hal industri ekonomi kreatif khususnya kerajinan tangan. Terbukti mereka dapat memanfaatkan kain perca yang semula hanya dibuang dan dibakar, sekarang dimanfaatkan menjadi berbagai kerajinan salah satunya kerajinan rumah tangga berupa keset lantai, lap pel dan bantal. Dalam hal keterampilan pengrajin dapat dilihat dari jumlah kerajinan keset lantai yang mereka hasilkan. Pengrajin yang sudah terampil dapat menghasilkan keset lantai sampai 1 kodi lebih per harinya. Dalam hal kreatifitas yang dimiliki pengrajin dapat terlihat dari beraneka ragamnya kerajinan tangan yang mereka hasilkan, seperti corak dari keset lantai yang bervariasi dan menarik. Bandar

(7)

yang juga merupakan pengrajin pun dengan kreatifitasnya dapat memanfaatkan kain perca dari selimut untuk dibuat menjadi keset lantai yang lebih menarik dan lebih mahal. Serta sisa potongan kain perca selimut dari pembuatan keset lantai tersebut bisa dimanfaatkan untuk pembuatan isi bantal. Pembuatan bantal tersebut isinya merupakan kain perca dari sisa keset lantai dan dari sisa industri konveksi jaket.

c. Memiliki Nilai Ekonomis

Kain perca yang sudah dimanfaatkan dan diolah masyarakat menjadi kerajinan tangan berupa keset lantai, lap pel dan bantal memiliki nilai ekonomis karena dari bahan baku yang harganya terbilang murah dapat dihasilkan suatu produk kerajinan salah satunya yang banyak dibuat masyarakat yaitu berupa keset lantai, lap pel dan bantal yang berguna sebagai salah satu alat kebutuhan rumah tangga. Harga jual yang diberikan kepada bandar oleh pengrajin yaitu Rp 50.000 per kodi dan harga jual saat pemasaran oleh bandar yaitu Rp 75.000 per kodi. Untuk lap pel, bandar menjual seharga Rp 100.000 per kodi, dan untuk bantal memiliki harga Rp 100.000 untuk bantal kecil dan Rp 200.000 untuk bantal normal.

Selain menjual untuk partai besar, bandar juga menerima pembeli eceran yang datang ke rumah dengan harga jual disesuaikan dengan harga eceran di pasaran, yaitu untuk keset lantai biasa satu buahnya dijual dengan harga Rp 5.000, keset lantai dari kain perca selimut satu buahnya dijual dengan harga Rp 10.000, lap pel satu buahnya dijual dengan harga Rp 10.000, bantal kecil satu buahnya dijual dengan harga Rp 7.000 dan bantal ukuran normal dijual dengan harga Rp 15.000.

Pada saat dilakukan pengecekkan ke pasar, ternyata memang terbukti bahwa harga di pasar sama atau tidak jauh berbeda dengan harga eceran yang dijual oleh bandar.

d. Adanya Peluang Pemasaran

Kerajinan pemanfaatan kain perca ini dijual oleh bandar ke pasar-pasar di Kota Tasikmalaya, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis dan Kota Banjar. Di Kota Tasikmalaya, pendistribusian misalnya ke Pasar Cikurubuk yang dilakukan ketika kerajinan sudah banyak yang terkumpul.

(8)

Pendistribusian ini dilakukan menggunakan motor milik bandar dengan membawa keset lantai sebanyak 6 kodi, lap pel 2 kodi dan bantal 10 buah ataupun menggunakan mobil sewaan jika kerajinan tangan yang dibawa cukup banyak. Selain dipasarkan, seringkali bandar mendapat pesanan dari pembeli yang merupakan pedagang yang sering mengirimkan dagangannya ke luar kota salah satunya Bandung, Jakarta, Garut dan Surabaya. Biasanya para pembeli ini datang satu minggu atau dua minggu sekali datang langsung ke tempat bandar dan membeli keset lantai, lap pel maupun bantal sebanyak sekitar 50 – 100 kodi. Selain pembeli borongan, pedagang keliling juga banyak yang membeli keset lantai, lap pel dan bantal dari Kelurahan Ciherang ini.

Harga jual dari bandar untuk 1 kodi keset lantai biasa adalah Rp 75.000, keset lantai dari kain perca selimut Rp 150.000, lap pel Rp 100.000 dan harga bantal yaitu Rp 100.000 untuk yang berukuran kecil dan Rp 200.000 untuk yang berukuran normal.

Sampai saat ini permintaan pasar untuk keset lantai, lap pel dan bantal masih tinggi. Sehingga proses pemasaran keset lantai dan lap pel dari kain perca ini masih terbuka lebar.

Baik pengrajin maupun bandar berharap agar pemanfaatan kain perca untuk kerajinan tangan ini terus mendapat permintaan pasar dan lebih luas lagi pemasarannya. Harga jual kerajinan tangan pun diharapkan lebih tinggi dari harga sekarang, sehingga kebutuhan keluarga pun semakin tercukupi.

e. Penanggulangan Limbah

Limbah kain atau yang sering disebut dengan kain perca pada mulanya hanya dianggap sebagai sampah saja dan menambah jumlah sampah khususnya di Kelurahan Ciherang. Kain perca ini sering dibuang begitu saja lalu dibakar. Namun sekarang upaya pemanfaatan kain perca menjadi kerajinan tangan telah berjalan dan menghasilkan berbagai manfaat. Selain menghasilkan nilai ekonomis bagi para masyarakat pengrajin, pemanfaatan kain perca untuk kerajinan tangan ini juga dapat mengurangi jumlah sampah dari industri konveksi.

Sehingga upaya pemanfaatan kain perca untuk kerajinan tangan di Kelurahan Ciherang Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya dapat disebut

(9)

sebagai upaya penanggulangan limbah yang juga menghasilkan berbagai keuntungan bagi masyarakat di Kelurahan Ciherang.

D. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan

a. Masyarakat pengrajin di Kelurahan Ciherang Kecamatan Cibeureum, Kota Tasikmalaya dengan kreatifitas yang dimilikinya memanfaatkan kain perca dari home industry konveksi di sekitar kampung tersebut untuk dibuat kerajinan alat rumah tangga seperti keset lantai, lap pel dan bantal. Pemanfaatan kain perca untuk kerajinan tangan ini yaitu dapat menghasilkan pendapatan bagi pengrajin maupun bandar, menambah lapangan pekerjaan yaitu menjadi pengrajin keset lantai, dan meningkatkan kreatifitas masyarakat dalam hal menghasilkan berbagai macam kerajinan tangan dari kain perca.

b. Faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat di Kelurahan Ciherang Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya terdorong untuk memanfaatkan kain perca untuk kerajinan tangan diantaranya: tersedianya bahan baku sampai saat ini yang diakui oleh bandar maupun pengrajin yang tidak pernah kekurangan bahan baku, sumber daya manusia yang terampil dan kreatif dalam hal peningkatan jumlah kerajinan tangan yang dihasilkan dan keragaman kerajinan tangan, memiliki nilai ekonomis karena dapat dijual dan adanya peluang pemasaran baik dalam kota maupun ke luar kota.

2. Saran

Penelitian yang telah penulis lakukan memiliki banyak keterbatasan dan kekurangan serta mungkin belum mencapai keberhasilan. Oleh karena itu diharapkan untuk para peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat menjadi pembanding untuk penelitian selanjutnya yang memiliki kesamaan baik dari segi kajian maupun lokasinya sehingga dapat menghasilkan penelitian yang lebih maksimal dan lebih baik lagi.

E. DAFTAR PUSTAKA

Bemmelen, Van RW. (1949). The Geology of Indonesia Vol 1A General Geology of Indonesia Adjacent Archipelagoes. Netherland: Martinus Nijhoff, 1970

(10)

Hamid, Muhamad. (2005). Meteorologi. Bandung : Institut Teknologi Bandung (ITB). Kristanto, Philip. (2002). Ekologi Industri. Yogyakarta: Andi

Nasution, S. (2012). Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara

Pranowo Galih. (2012). Limbah Padat. Makalah Jurusan Matematika Ilmu Komputer Fakultas Sains Terapan Institut Sains dan Teknologi Akprind: Yogyakarta

Surakhmad, Winarno. (1994). Pengantar Penelitian Ilmiah dan Dasar Metode Teknik. Bandung: Tarsito

Tjasyono, Bayong. (2004). Klimatologi. Bandung: Penerbit ITB

Referensi

Dokumen terkait

Satu bangkitan tanpa provokasi atau 1 bangkitan refleks dengan kemungkinan terjadinya bangkitan berulang dalam 10 tahun kedepan sama dengan (minimal 60%) bila

Simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah (1) Pembelajaran kooperatif tipe STAD ternyata efektif dapat meningkatkan pemahaman siswa, (2) Dari

5injau kembali 7ontoh 1.6, apabila umpan amoniak dan oksigen yang diumpankan ke reaktor dengan laju mol yang sama ( e=uimolar  < $88 mol0jam diperoleh konversi B8G.. Seperti

Perencanaan struktur dan pondasi bangunan ini dalam segala hal mengikuti semua peraturan dan Perencanaan struktur dan pondasi bangunan ini dalam segala hal

Dalam konteks Negara Indonesia, ini merupakan kenyataan yang tidak dapat ditolak bahwa Negara Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, agama, budaya dan etnis dalam jumlah

BUKU,MAJALAH PERCETAKAN SURAT 2 488 ES LILIN WARUNG JAUD 03 02 IKA PEMBUAT ES LILIN INDUSTRI ES 2 489 INDUSTRI KUE BASAH WARUNG JAUD 03 02 SUBIHAH PEMBUATAN KUE INDUSTRI KUE BASAH 1

Intinya, CGM adalah suatu media yang digunakan untuk melibatkan konsumen secara lebih mendalam dengan terus melakukan komunikasi dengan konsumen sehingga perusahaan dapat

Diantara neurotransmitterneurotransmitter eksitasi !apat !ise#ut $lutamate*aspartat !an asetilkolin se!an$kan neurotransmitter ini#isi 'an$ terkenal iala gaa