iv
LEGALITAS PENAHANAN PREVENTIF (PREVENTIVE DETENTION) BERDASARKAN HUKUM HAK ASASI MANUSIA DAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL: STUDI KASUS PENAHANAN TAREK
RESSAN HASSAN OLEH INGGRIS DI IRAK Kristi Hanaria Tomasouw
110110100172
Pada masa invansi Irak tahun 2003 silam, Tarek Ressan Hassan (Hassan) ditangkap dan selanjutnya ditahan oleh tentara Inggris di Kamp Bucca. Penahanan tersebut dilakukan sebagai tindakan pencegahan (preventive detention) karena Hassan dicurigai sebagai kaki-tangan partai pemberontak kala itu, padahal ia adalah warga sipil biasa yang tidak pernah melakukan kejahatan apapun. Selanjutnya ia menjalani masa penahanan selama tiga minggu dan akhirnya dilepaskan setelah terbukti bukan anggota partai pemberontak dan tidak berpotensi menimbulkan bahaya. Namun sejak awal penahanan keluarganya tidak pernah mendapatkan kabar resmi tentangnya dan tragisnya menemukan Hassan wafat tertembak empat bulan setelah pelepasannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis legalitas preventive detention berdasarkan hukum hak asasi manusia (HAM) dan hukum humaniter internasional (HHI) secara umum, hubungan antara kedua rezim hukum tersebut serta untuk membuktikan bahwa Inggris bersalah atas penahanan yang dialami Hassan dikarenakan proses pelepasannya tidak baik yang berujung pada kematian Hassan.
Penulis menggunakan metode penelitian yuridis normatif untuk menjawab permasalahan dalam skripsi ini dengan menitikberatkan pada penelitian kepustakaan dan data sekunder yang berkaitan dengan pengaturan mengenai penahanan dalam hukum HAM dan HHI.
v
LEGALITY OF PREVENTIVE DETENTION IN ACCORDANCE TO HUMAN RIGHTS LAW AND INTERNATIONAL HUMANITARIAN LAW: CASE STUDY CONCERNING DETENTION OF TAREK RESSAN HASSAN BY
THE UNITED KINGDOM IN IRAQ Kristi Hanaria Tomasouw
110110100172
During the Iraq Invasion in 2003, Tarek Ressan Hassan (Hassan) was captured and later detained by British armed forces in Camp Bucca. The detention took place as a preventive act because Hassan was suspected as a member of Ba’ath Party (insurgent party). On the contrary, he was a civilian who never conducted any offence. Later, Hassan detained for three weeks and finally released after proven not guilty and did not render any potential harm. Nonetheless, since the beginning of the detention his family never receives any information about Hassan’s whereabouts. Later, Hassan was found dead about 700 kilometers from the detention facility almost four months after his alleged release, in early September 2003. Hassan had eight bullet wounds in his chest, his hands were tied with plastic wire and also had many bruises. This research aims to examine the legality of a preventive detention in accordance to international human rights law (IHRL) and international humanitarian law (IHL) as general, the relation between the aforesaid law regimes, and to prove the United Kingdom’s responsibility for Hassan’s detention as a result of the improper release that leads to his death.
To further examine the problems in this thesis, the author uses a juridical normative approach by researching on literary data and the secondary data that relates to provisions concerning detention in international human rights law and international humanitarian law.