Oleh:
Ulina Marito Sinaga NIM 409321058 Pendidikan Fisika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
RIWAYAT HIDUP
Ulina Marito Sinaga dilahirkan di Hamparan Perak, pada tanggal 9 Januari
1991. Ayah bernama S. Sinaga dan Ibu bernama T. Simbolon. Merupakan anak
keempat dari enam bersaudara. Pada tahun 1997, penulis masuk SD Negeri
104197 Hamparan Perak dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2003, penulis
melanjutkan sekolah di SMP Negeri 20 Medan, dan lulus pada tahun 2006. Pada
tahun 2006 penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 16 Medan, dan lulus
pada tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis diterima di Program Studi Pendidikan
Fisika Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Medan, dan lulus ujian pada tanggal 4 Juli 2013. Kegiatan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala berkat dan kasih karunia-Nya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry TrainingPada Materi Pokok Listrik Dinamis di Kelas X Semester II SMA Negeri 16 Medan T.A.2012/2013”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada: Bapak Drs. Manter Sihotang sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Ibu Dr. Mariati P. Simanjuntak, M.Si, Bapak Drs. J.B.Sinuraya, M.Pd, dan Bapak Drs. Sehat Simatupang, M.Si, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai selesai penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Ibu Rita Juliani, S.Si, M.Si selaku dosen pembimbing akademik dan kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Fisika FMIPA UNIMED yang sudah membantu penulis.
Ucapan terimakasih disampaikan juga pada Ibu Kepala Sekolah serta Bapak dan Ibu Guru SMA Negeri 16 Medan terkhusus kepada Ibu Naibaho, S.Pd,
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap hasil belajar siswa, serta untuk mengetahui aktivitas siswa selama penerapan model pembelajaran inquiry training pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X Semester II SMA Negeri 16 Medan Tahun Pelajaran 2012/2013.
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 16 Medan yang terdiri dari 8 kelas paralel. Sampel penelitian ini ada 2 kelas yaitu kelas X2sebagai kelas eksperimen dan X1 sebagai kelas kontrol yang masing- masing terdiri dari 40 orang siswa. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara Cluster Random Sampling. Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes pilihan berganda. Sebelum tes pilihan berganda diberikan kepada siswa yang hendak diteliti terlebih dahulu tes divalidkan oleh dua orang dosen dan satu orang guru fisika. Uji hipotesis menggunakan uji t satu pihak.
Dari hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata pretes kelas eksperimen 33,88 dan kelas kontrol 33,38, kemudian setelah dilakukan perlakuan yang berbeda yaitu model pembelajaran inquiry training pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol maka diperoleh nilai rata-rata postes kelas eksperimen adalah 71,88 dan kelas kontrol 67,00. Dari hasil uji t diperoleh thitung 2,00 sedangkan ttabel = 1,66 karena thitung > ttabel maka dapat disimpulkan ada pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap hasil belajar fisika siswa pada materi pokok listrik dinamis di kelas x smester II SMA negeri 16 Medan. Dan aktivitas rataan siswa dalam tiga kali pertemuan, yaitu 55,09%, 66,31%, dan 79,81%. Dari data yang diperoleh maka ada pengaruh model pembelajaran inquiry training dalam meningkakan aktivitas belajar pada materi pokok listrik dinamis di kelas x smester II SMA negeri 16 Medan.
DAFTAR ISI
2.1.4 Pengertian Model Pembelajaran 10
2.1.5. Model Pembelajaran Konvensional 10
2.1.6. Model Pembelajaran Inquiry Training 11
2.1.7. Materi Pembelajaran 15
2.1.7.1. Listrik Dinamis 15
2.1.7.2 Arus Listrik 16
2.1.7.3 Kuat Arus Listrik 16
2.1.7.4 Alat Ukur Listrik 17
2.1.7.5 Hukum Ohm dan Hambatan Listrik 19
2.1.7.6 Energi dan Daya listrik 22
2.1.8 Penelitian yang Relevan 23
2.2. Kerangka Konseptual 24
2.3. Hipotesis 24
BAB III METODE PENELITIAN 25
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 25
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 25
3.3. Variabel Penelitian 25
3.4. Jenis dan Desain Penelitian 26
3.5.1 Angket Siswa 26
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 39
4.1.1 Hasil Penelitian 39
4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian 39
4.1.3 Data Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol 39 4.1.4 Data Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol 40
4.1.5 Uji Persyaratan Analisis Data 41
4.1.4.1 Nilai Rata – rata dan Simpangan Baku 41
4.1.4.2 Uji Normalitas 42
4.1.4.3 Uji Homogenitas 42
4.1.5. Uji Hipotesis Data 43
4.1.6 Observasi 44
4.1.6.1 Aktivitas Siswa 44
4.1.6.1 Penilaian Afektif 47
4.1.6.1 Penilaian Psikomotorik 47
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 47
BAB V KESIMPULAN DAN PEMBAHASAN 50
5.1 Kesimpulan 50
5.2 Saran 50
DAFTAR PUSTAKA 51
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
halaman Gambar 2.1. Penghantar yang menghubungkan dua benda
berbeda potensial 16
Gambar 2.2 Sebuah multimeter 17
Gambar 2.3 Rangkaian listrik sederhana 17 Gambar 2.4 Pemasang amperemeter secara seri 18
Gambar 2.5 Pembacaan ampermeter 18
Gambar 2.6 Cara merangkai voltmeter secara paralel 19
Gambar 2.7 Pembacaan voltmeter 19
Gambar 2.8 Bentuk resistor 20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan bangsa karena
pendidikan sebagai akar pembangunan bangsa. Berhasilnya pembangunan di
bidang pendidikan akan sangat berpengaruh terhadap pembangunan di bidang
yang lainnya. Oleh karena itu, pembangunan dalam bidang pendidikan sekarang
ini semakin giat dilaksanakan. Berbagai cara pun ditempuh untuk memperoleh
pendidikan baik pendidikan secara formal maupun pendidikan secara nonformal .
Berkembangnya pendidikan sudah pasti berpengaruh terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal ini dapat terlihat
dengan semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sekarang ini. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang
ini tidak dapat terlepas dari kemajuan ilmu fisika yang banyak menghasilkan
temuan baru dalam bidang sains dan teknologi. Oleh karena itu, fisika
ditempatkan sebagai salah satu mata pelajaran yang penting karena salah satu
syarat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi berhubungan dengan ilmu
pengetahuan alam (IPA) yang di dalamnya termasuk fisika.
Fisika salah satu cabang IPA yang merupakan suatu ilmu pengetahuan yang
mempelajari fenomena dan gejala alam secara empiris, logis, sistematis dan
rasional yang melibatkan proses dan sikap ilmiah. Ketika belajar fisika, siswa
akan dikenalkan tentang produk fisika berupa materi, konsep, teori, dan
hukum-hukum fisika. Siswa juga akan diajarkan untuk bereksperimen di dalam
laboratorium atau di luar laboratorium sebagai proses ilmiah untuk memahami
berbagai pokok bahasan fisika.
Namun, pada kenyataanya masih banyak siswa yang kurang menyukai
pembelajaran fisika. Hal ini terbukti dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan
penulis pada tanggal 15 Januari 2013 dengan menggunakan instrumen angket
yang disebarkan ke 36 responden di kelas X SMA Negeri 16 Medan diperoleh
data sebagai berikut : 44,4% siswa menyatakan bahwa pembelajaran fisika di
kelas sulit dipahami dan membosankan, 33,3% menyatakan bahwa pembelajaran
fisika di kelas hanya biasa saja, dan 22,2% menyatakan bahwa pembelajaran
fisika di kelas itu menarik dan menyenangkan. Berdasarkan angket juga diperoleh
bahwa sebelum materi fisika diajarkan di kelas yang dilakukan siswa adalah
11,1% menyatakan mempelajari dulu di rumah, 61,6% menyatakan
kadang-kadang mempelajari di rumah, 13,8% hanya melihat judul saja, dan 13,8%
menyatakan tidak membuka buku fisika sama sekali. Data tersebut menunjukkan
sebagian besar siswa tidak menyukai pelajaran fisika dan menganggap pelajaran
fisika sulit dan membosankan.
Melalui instrumen angket juga diketahui bahwa terdapat perbedaan individu
siswa dalam mengalami peristiwa belajar. Sekitar 50% orang siswa menginginkan
belajar dengan praktek dan demonstrasi, 11,1% orang dengan ceramah dan tanya
jawab, dan 38,9% menginginkan belajar fisika sambil bermain. Keadaan ini
menuntut peserta didik dipenuhi kebutuhan belajarnya sesuai karakteristik
masing-masing.
Hasil wawancara dengan guru fisika di sekolah tersebut, Ibu Naibaho,
mengatakan bahwa bila siswa diajarkan secara teori, maka minat siswa terhadap
pelajaran fisika masih kurang. Selain itu, siswa juga kurang aktif dalam
pembelajaran sedangkan bila siswa diajak ke laboratorium maka minat siswa
terhadap fisika akan muncul dan siswa akan menjadi lebih aktif. Tetapi Ibu
Naibaho jarang membawa siswa ke laboratorium, karena alatnya yang kurang
memadai dan waktu yang tidak cukup. Model pembelajaran yang digunakan Ibu
Naibaho adalah model pembelajaran langsung, dengan metode ceramah, mencatat,
mengerjakan soal dan demonstrasi. Ketuntasan Kompetensi Minimal (KKM) di
sekolah tersebut untuk mata pelajaran fisika adalah 65. Namun, nilai rata – rata
ulangan harian yang diperoleh siswa hanya sekitar 50 atau dapat dikatakan tidak
mencapai KKM.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan wawancara tersebut dapat
disimpulkan bahwa proses pembelajaran tidak berpihak pada siswa, sehingga
pembelajaran siswa bersifat hanya pendengar saja dan guru yang bersifat dominan
(teacher centered). Dominasi guru dalam pembelajaran ini menyebabkan siswa lebih banyak menunggu sajian dari guru daripada menemukan sendiri
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan. Oleh karena itu, untuk
mengatasi hal tersebut perlu digunakan suatu model pembelajaran yang berpusat
pada siswa.
Berdasarkan masalah di atas, salah satu model pembelajaran yang dapat
digunakan adalah model pembelajaran inquiry training. Menurut Joyce, et al
(2009: 201), model pembelajaran inquiry training dirancang untuk membawa
siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan-latihan yang dapat
memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam periode waktu yang singkat.
Tujuannya adalah membantu siswa mengembangkan disiplin dan
mengembangkan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk mengajukan
pertanyaan dan menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin tahunya.
Melalui model pembelajaran ini siswa diharapkan aktif mengajukan
pertanyaan mengapa sesuatu terjadi kemudian mencari dan mengumpulkan serta
memproses data secara logis untuk selanjutnya mengembangkan strategi
intelektual yang dapat digunakan untuk dapat menemukan jawaban atas
pertanyaan tersebut. Model pembelajaran inquiry training dimulai dengan
menyajikan peristiwa yang mengandung teka-teki kepada siswa. Siswa-siswa
yang menghadapi situasi tersebut akan termotivasi menemukan jawaban
masalah-masalah yang masih menjadi teka-teki tersebut. Dengan menggunakan model
pembelajaran inquiry trainingdiharapkan proses pembelajaran merupakan proses
pemerolehan konsep dari keterlibatan siswa secara langsung dan mampu
meningkatkan hasil belajar siswa.
Model pembelajaran inquiry trainingini sudah diteliti oleh beberapa peneliti sebelumnya, diantaranya yaitu: Marita (2012) dan Sirait (2011). Marita (2012)
menerapkan model pembelajaran inquiry training pada materi pokok Zat dan
Wujudnya diperoleh nilai rata-rata pretes 39,1 setelah diberi perlakuan dengan
model pembelajaran inquiry training maka hasil belajar siswa meningkat dengan
instruksi guru dan pembagian kelompok belajar siswa yang tidak heterogen. Sirait
(2011) menerapkan model pembelajaran inquiry training pada materi pokok
Gerak Lurus diperoleh nilai rata-rata pretes 25,75 setelah diberi perlakuan dengan
model pembelajaran inquiry training maka hasil belajar siswa meningkat dengan
nilai rata-rata 74,63. Kelemahannya yaitu siswa kurang serius dalam praktikum
karena banyaknya jumlah anggota dalam satu kelompok belajar yaitu 5-6 orang
per kelompok. Selain itu, kurang antusiasnya siswa karena pertanyaan awal yang
diajukan peneliti kurang memotivasi siswa juga menjadi kelemahan penelitian ini.
Kelemahan-kelemahan dari peneliti sebelumnya menjadi suatu pelajaran
bagi peneliti berikutnya dengan cara memperbaiki kelemahan-kelemahan tersebut.
Dari kelemahan peneliti sebelumnya, peneliti selanjutnya harus benar – benar
mampu memberikan arahan tentang kegiatan yang dilakukan dalam praktikum
dengan jelas, membagi siswa dalam kelompok belajar yang heterogen dengan
jumlah 3-4 orang agar proses pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif. Selain
itu peneliti juga harus mampu membuat apersepsi yang menarik untuk mengetahui
kemampuan awal siswa dan dapat merangsang minat siswa untuk melakukan
proses inkuiri.
Bertitik tolak dari uraian masalah di atas maka, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry
Training Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Listrik Dinamis di Kelas X Semester II SMA Negeri 16 Medan T.P. 2012/2013”
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang di kemukakan di atas, maka dapat
diidentifikasi pokok-pokok masalahnya sebagai berikut:
1. Rendahnya hasil belajar fisika siswa.
2. Model pembelajaran yang digunakan masih didominasi oleh guru.
3. Siswa tidak berperan aktif dalam pemerolehan pengetahuan.
1.3. Batasan Masalah
Agar dapat mencapai sasaran yang tepat sesuai dengan yang diharapkan,
maka penulis membatasi masalah penelitian ini sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran
inquiry training.
2. Materi yang akan dipelajari adalah materi pokok Listrik Dinamis.
3. Siswa yang diteliti adalah kelas X SMA Negeri 16 Medan Tahun
Pelajaran 2012/2013
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan-batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah aktifitas siswa selama proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran inquiry training pada materi pokok
listrik dinamis di kelas X semester II SMA Negeri 16 Medan tahun
pelajaran 2012/2013?
2. Bagaimana hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran inquiry training pada materi pokok listrik dinamis di kelas X semester II SMA Negeri 16 Medan tahun pelajaran 2012/2013?
3. Bagaimana hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional pada materi pokok listrik dinamis di kelas
X semester II SMA Negeri 16 Medan tahun pelajaran 2012/2013?
4. Adakah pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap hasil
belajar siswa pada materi pokok listrik dinamis di kelas X semester II
SMA Negeri 16 Medan tahun pelajaran 2012/2013?
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui aktifitas siswa selama proses pembelajaran dengan
listrik dinamis di kelas X semester II SMA Negeri 16 Medan tahun
pelajaran 2012/2013.
2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dngan menggunakan model
pembelajaran inquiry training pada materi pokok listrik dinamis di kelas X semester II SMA Negeri 16 Medan tahun pelajaran 2012/2013.
3. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dngan menggunakan model
pembelajaran konvensional pada materi pokok listrik dinamis di kelas
X semester II SMA Negeri 16 Medan tahun pelajaran 2012/2013.
4. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inquiry training
terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok listrik dinamis di kelas
X semester II SMA Negeri 16 Medan tahun pelajaran 2012/2013.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian diharapkan berguna untuk:
1. Sebagai bahan informasi hasil belajar siswa dengan menggunakan
model pembelajaran inquiry trainingpada materi pokok listrik dinamis
di kelas X semester II SMA Negeri 16 Medan tahun pelajaran
2012/2013.
2. Sebagai alternatif pemilihan model pembelajaran.
1.7 Defenisi Operasional
1. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman
bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan aktivitas mengajar. (Soekamto dalam Trianto 2010 : 22)
2. Inquiry Training adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membawa siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui
latihan-latihan yang dapat memadatkan proses ilmiah tersebut ke
sebagai berikut:
5.1. Kesimpulan
1. Aktivitas belajar siswa selama menggunakan model pembelajaran inquiry
training mengalami peningkatan, pada pertemuan I 55,09% (Kurang baik),
pertemuan II 66,31% (Baik) dan pada pertemuan III 79,81% (Baik)
2. Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan rata –
rata pretes adalah 33,88 dalam kategori kurang sekali dan setelah diberikan
perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training
diperoleh rata – rata postes sebesar 71,88 dalam kategori baik.
3. Hasil belajar siswa pada kelas kontrol sebelum diberikan perlakuan rata – rata
pretes adalah 33,38 dalam kategori kurang sekali dan setelah diberikan
perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional diperoleh
rata – rata postes sebesar 67,00 dalam kategori baik.
4. Ada pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap hasil belajar
siswa pada materi pokok listrik dinamis di kelas X SMAN 16 Medan T.P
2012/2013, dengan thitung= 2,00 > ttabel = 1,66.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka diberikan beberapa saran antara lain:
1. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin menerapkan model inquiry trainingagar
mampu menyampaikan kepada siswa jenis pertanyaan yang digunakan dalam
belajar dengan model pembelajaran inquiry training.
2. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin menerapkan model inquiry training
sebaiknya mengalokasikan waktu dengan baik agar langkah – langkahnya
dapat terlaksana semuanya.
3. Bagi peneliti selanjutnya perlu membuat deskriptor yang lebih baik pada
rubrik penilaian aktivitas, afektif dan psikomotorik siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., (2006), Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta
Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R., Airasian, P.W., Cruikshank, K.A., Meyer, R.E., Pintrich, P.R., Raths, J., Wittrock, M.C.,(2010), Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Assesmen Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Djamarah,S.,dan Zain, A.,(2006),Strategi Belajar Mengajar,Rineka Cipta,Jakarta
Hamid, A., (2009), Teori Belajar dan Pembelajaran, Medan
Joyce,B.; Weil,M, & Calhoun, E, (2009), Model-Model Pembelajaran, Edisi Delapan, Pustaka Belajar, Yogyakarta
Kamajaya, (2005), Fisika untuk SMA kelas X Semester 2, Grafindo Media
Pratama, Bandung
Kanginan, M., (2007), Fisika SMA Kelas X A,Erlangga, Jakarta
Marita, D., (2012),Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap
Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Zat dan Wujudnya di Kelas VII
Semester I MTs Negeri 3 Medan T,A 2012/2013, Skripsi, FMIPA,
Universitas Negeri Medan
Sagala, S., (2009),Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung , Alfabeta
Sardiman, (2010), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta
Sirait, J., (2011), Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap
Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Gerak Lurus di Kelas X Semester I
SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan T,P 2011/2012, Skripsi, FMIPA ,
Universitas Negeri Medan
Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka
Cipta, Jakarta
Sudjana, (2005), Metode Statistika, Tarsito, Bandung
Sudjana, N., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung
Sukardi, (2008), Metodologi Penelitian Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.
Trianto, (2010),Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta ,