FAKTOR PENYEBAB KECENDERUNGAN MASYARAKAT
MEMILIH TEMPAT TINGGAL DI SEMPADAN SUNGAI
PADANG KOTA TEBING TINGGI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
ROUDHATUL HASANAH PANE
308131091
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
Roudhatul Hasanah Pane. 308131091. Faktor Penyebab Kecenderungan Masyarakat Memilih Tempat Tinggal Di Sempadan Sungai Kota Tebing Tinggi. Skripsi. Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) faktor penyebab kecenderungan masyarakat memilih tempat tinggal di sempadan Sungai Padang Kota Tebing Tinggi; (2) faktor yang paling dominan dari faktor-faktor penyebab masyarakat memilih tempat tinggal di sempadan Sungai Padang Kota Tebing Tinggi.
Penelitian ini dilaksanakan di sempadan Sungai Padang Kota Tebing Tinggi Tahun 2013. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh Kepala Keluarga (KK) yang bermukim di sempadan Sungai Padang Kota Tebing Tinggi dengan jumlah 687 KK, dan sampel sebesar 103 KK. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik komunikasi langsung dan observasi. Teknik analisis data menggunakan teknik Deskriptif Kualitatif.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan kasih dan sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada
jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan yang
berjudul : “FAKTOR PENYEBAB KECENDERUNGAN MASYARAKAT
MEMILIH TEMPAT TINGGAL DI SEMPADAN SUNGAI PADANG KOTA
TEBING TINGGI.”
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memberikan masukan dan saran
bagi Pemerintah Kota Tebing Tinggi dalam mengatur Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kota Tebing Tinggi khususnya mengenai perumahan dan pemukiman.
Serta juga di dalam penulisan skripsi ini begitu banyak tantangan yang dihadapi
penulis dan dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si. selaku Rektor UNIMED.
2. Bapak Dr. Restu, M.S. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNIMED.
3. Bapak Drs. Lumbantoruan, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Geografi.
4. Ibu Dra. Asnidar, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan Geografi.
5. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah
membimbing saya dan telah banyak memberikan waktu dan pemikiran dalam
menyelesaikan penyusunan dan penulisan skripsi ini.
6. Ibu Dra. Tumiar Sidauruk, M.Si. selaku dosen Pembimbing Akademik yang
telah banyak membimbing selama mengikuti studi di Jurusan Pendidikan
Geografi hingga selesai.
7. Bapak Drs. Lumbantoruan, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberi
masukan dan saran kepada penulis.
8. Bapak Drs. Julismin, M.Pd selaku dosen penguji yang telah memberi masukan
dan saran kepada penulis.
9. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Geografi FIS UNIMED yang telah
memberikan ilmu dan arahan kepada saya selama mengikuti perkuliahan.
11. Teristimewa kedua Orang tua yang penulis sayangi dan hormati ayahanda
tersayang Silam Pane dan ibunda tersayang Rodiyah Lubis yang tiada
henti-hentinya memberikan kasih sayang, doa, dukungan, serta pengorbanan yang
tiada terhingga, terimakasih untuk semuanya, semoga Ayah dan Umi selalu
dalam ridho Allah SWT.
12. Adik – adikku tersayang Maya Chairannie Pane, Syakinah Mawaddah Pane,
dan Faqih Azhom Pane yang selalu memberikan dukungan dan semangat.
13. Terkhusus buat kekasihku Akhfirliadi Nugraha Sitorus yang telah menemani
dan memberi support kepada penulis selama ini.
14. Sahabat-Sahabat terbaikku Wiranda, Dewi, Husin, Ika, Putri, Nilva, Sahara,
Garnis, dan Ovie yang sudah berjuang bersama-sama selama perkuliahan dan
mendapatkan pengalaman, kalian adalah sahabat terbaikku yang tidak bisa aku
lupakan.
15. Teman seperjuangan A-Reguler ’08 yang tidak dapat disebutkan satu persatu
atas pengalaman yang kita alami selama perkuliahan.
16. Teman –teman PPLT UNIMED 2011 SMK Swasta YPD Tebing Tinggi.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis serta khususnya
Jurusan Pendidikan Geografi fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Medan, Juni 2013 Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... iii DAFTAR ISI ... iv DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Pembatasan Masalah ... 7
D. Perumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9
A. Kerangka Teoritis ... 9
B. Penelitian Relevan ……….. 28
C. Kerangka Berpikir ... 30
A. Lokasi Penelitian ... 33
B. Populasi dan Sampel ... 33
C. Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional ……….. 34
D. Teknik Pengumpulan Data ... 36
E. Teknik Analisis Data ... 37
BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN ... 35
A. Sejarah Singkat Kota Tebing Tinggi ... 35
B. Kondisi Fisik Wilayah Penelitian ... 36
C. Kondisi Non Fisik Wilayah Penelitian ... 42
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51
A. Hasil Penelitian ... 51
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 69
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 73
DAFTAR PUSTAKA... 75
DAFTAR TABEL
No. Uraian
Hal
1. Perhitungan Jumlah KK Untuk Sampel Penelitian ……….. 32
2. Luas Wilayah Menurut Kelurahan Di Kota Tebing Tinggi Tahun 2012…….. 38
3. Bentuk Penggunaan Lahan Kota Tebing Tinggi Tahun 2012 ……….. 41
4. Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Di Kota Tebing Tinggi
Tahun
2012……….. 43
1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Kota Tebing Tinggi Tahun
2012……….. 43
6. Komposisi Penduduk Menurut Umur Di Kota Tebing Tinggi Tahun 2012…. 44
7. Jumlah Penduduk Kelompok Umur Muda, Umur produktif, dan Umur Tua
Tahun 2012………. 45
8.Angka Ketergantungan Muda, Tua, dan Total Tahun 2012……… 45
9. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Kota Tebing Tinggi
Tahun 2012……… 46
10. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012... 47
11. Komposisi Penduduk Menurut Agama Tahun 2012………... 47
12. Panjang Jalan di Kota Tebing Tinggi Menurut Status Jalan di Kota Tebing
Tinggi Tahun 2012………... 48
13. Fasilitas Peribadatan di Kota Tebing Tinggi Tahun 2012……… 49
14. Sarana Kesehatan di Kota Tebing Tinggi Tahun 2012……… 49
15. Jumlah sekolah, Jumlah guru, dan Jumlah murid di Kota Tebing Tinggi
16. Umur Responden……….. 51
17. Suku Responden………... 52
18. Agama Responden………... 53
19. Daerah Asal Responden………... 53
20. Tingkat Pendidikan Formal Responden………... 54
21. Jenis Pekerjaan Pokok Responden………... 55
22. Penghasilan dan Pendapatan Responden………. 56
23. Kondisi Bahan Bangunan Rumah Responden………. 57
24. Ukuran Luas Lantai Rumah Responden………... 58
25. Jumlah Penghuni Yang Tinggal Di Rumah………. 59
26. Sarana Air Untuk Mandi dan Cuci………... 60
27. Kondisi WC Responden………... 60
28. Tempat Pembuangan Sampah Responden………... 61
29. Alasan Responden Memilih lokasi………... 62
30. Persentase Alasan Responden Memilih Lokasi………... 63
31. Lama Menetap Responden………...………... 64
32. Jarak Tempuh Responden ke Tempat Bekerja………. 65
33. Waktu Tempuh Responden ke Tempat Bekerja………... 65
34. Keinginan Untuk Tetap Tinggal atau Meninggalkan Pemukiman Sempadan Sungai………. 67
DAFTAR GAMBAR
No. Uraian Hal
1. Kerangka Berpikir Penelitian………. 30
2. Peta Administrasi Kota Tebing Tinggi……….. 50
3. Peta Sebaran Pemukiman Sempadan Sungai Padang Kota Tebing
Tinggi…... 51
4. Kondisi Perumahan di Sekitar Sempadan Sungai Padang Kota Tebing Tinggi
Tahun 2012...………... 58
5. Ukuran Luas Rumah Di Sempadan Sungai Padang Kota Tebing Tinggi
Tahun 2012... 59
6. Tumpukan Sampah Yang Berada di Sungai Mengakibatkan Banjir Di
DAFTAR LAMPIRAN
No. Uraian Hal
1. Daftar Wawancara...………... 79
2. Daftar Pengamatan/Observasi……….……… 83
3. Alasan Responden Memilih Lokasi di Sempadan Sungai Padang Kota
Tebing Tinggi………... 85
4. Alasan Responden Untuk Tetap Tinggal atau Meninggalkan Pemukiman
di Sempadan Sungai Padang Kota Tebing Tinggi ………... 88
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Penelitian
Perumahan merupakan kebutuhan masyarakat yang paling mendasar, dan
dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan
rendah di Indonesia, khususnya di perkotaan. Di perkotaan sebagian besar penduduk
yang berpenghasilan rendah tinggal di perkampungan yang berada di balik gedung
pertokoan dan perkantoran dalam petak-petak kecil, saling berhimpitan, tidak sehat
dan tidak jarang dalam satu rumah tinggal lebih dari satu keluarga. Tidak hanya itu,
mereka juga tinggal berkelompok membentuk pemukiman yang seringkali
ditemukan di sempadan rel kereta api, di sempadan sungai, di bawah jembatan tol,
dan di atas tanah yang ditelantarkan (Putra dan Yana, 2007).
Untuk mengatasi permasalahan ini sangat dibutuhkan peran serta pemerintah
termasuk dalam pemenuhan perumahan bagi penduduk miskin di perkotaan agar
pemukiman kumuh dan liar tidak semakin meluas.
Suatu kota dikatakan telah mengalami perkembangan yang berarti, jika
kondisi bangunan-bangunan yang ada baik permukiman maupun sarana-sarana
pendidikan, kesehatan, kantor berada dalam kondisi yang baik. Namun, jika kondisi
ini diikuti dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi sebagai akibat dari penduduk
alami maupun penduduk migrasi, maka akan dapat menimbulkan permasalahan di
perkotaan yaitu kota belum siap memberi mereka tempat tinggal maupun pekerjaan
yang layak seperti yang mereka harapkan.
Pesatnya perkembangan perkotaan akan menyebabkan meningkatnya
kebutuhan penduduk akan tempat tinggal atau perumahan. Tingkat pendapatan
penduduk yang berbeda akan menyebabkan perbedaan daya belinya terhadap suatu
tempat tinggal (rumah). Bagi penduduk kota yang bekerja di sektor-sektor ekonomi
berpendapatan rendah, kebutuhan tempat tinggal ini merupakan masalah yang berat.
Penyediaan perumahan merupakan salah satu hal yang harus dihadapi wilayah
perkotaan, seiring dengan perkembangan kota yang berlangsung cepat.
Permasalahan pemukiman seringkali terjadi di wilayah perkotaan. Hal
tersebut akan mendorong masyarakat miskin di perkotaan mencari alternatif lain
dengan mencari tanah-tanah yang murah. Misalnya, dengan mendirikan bangunan di
atas tanah milik orang lain tanpa seizin pemiliknya, atau dengan mencari tanah lain
yang dapat dijangkau harganya, kemudian di atas tanah tersebut didirikan
rumah-rumah yang tak memenuhi standar kesehatan sebagai perumah-rumahan yang layak.
Lama-kelamaan daerah tersebut akan mengalami pertambahan pemukiman yang akhirnya
membentuk suatu areal permukiman kumuh (slum’s). Keadaan lingkungan fisik yang
semakin merosot inilah akhirnya menjadi ciri-ciri kampung kota yang sangat berbeda
dengan kampung desa, sehingga diberi julukan sebagai daerah slum’s yang dapat
diartikan sebagai daerah yang ilegal atau tidak resmi status hukumnya, serta
kondisinya sudah sangat merosot (Sadyohutomo, 2009).
Selain itu, faktor dekat dengan tempat bekerja dan mudah memperoleh sarana
transportasi juga ikut menentukan dimana seseorang akan bertempat tinggal.
Kemungkinan besar mereka tetap mempertahankan tinggal di wilayah yang kondisi
daerahnya tidak sesuai untuk didirikan perumahan sebagai tempat tinggal, sebab
menurut sudut pandang mereka dari segi lokasi tempat tinggalnya merupakan daerah
pemukiman yang dekat dengan tempat bekerja sehingga tidak menambah biaya
tempat bekerja. Selain itu mudah untuk memperoleh sarana dan prasarana yang ada
di kota.
Sebagian besar permukiman kumuh merupakan tempat tinggal penduduk
miskin di pusat kota. Pemukiman padat yang tidak teratur di pinggiran kota ini,
umumnya penghuninya adalah para migran yang menghuni pemukiman ilegal, yaitu
pemukiman yang didirikan pada tanah yang bukan miliknya, seperti lahan-lahan
kosong milik Negara, sempadan sungai, dan lain-lain tanpa seizin pemegang hak
tanah. Pemukiman yang seperti ini disebut sebagai pemukiman liar atau squatter
(Sadyohutomo, 2009).
Dikatakan pemukiman liar karena pada umumnya terdiri dari rumah-rumah
yang didirikan di atas sebidang tanah, yang tidak memiliki izin resmi, sedangkan
pemukiman kumuh pada umumnya ditandai dengan hunian yang tidak berstruktur,
tidak berpola, tidak tersedianya fasilitas umum, tidak tersedianya prasarana dan
sarana pemukiman dengan baik seperti got, sarana air bersih, MCK, bangunan yang
tidak layak (Sadyohutomo, 2009).
Masyarakat yang berpenghasilan rendah pada umumnya mencari tanah-tanah
murah untuk bertempat tinggal demi bertahan hidup di wilayah perkotaan, termasuk
di sempadan sungai. Umumnya masyarakat yang tinggal di daerah ini memiliki
keeratan hubungan sosial yang cukup tinggi dan rasa kebersamaan diantara mereka
timbul karena adanya rasa senasib antara satu warga dengan warga lainnya. Jadi
bukan hanya karena faktor pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan saja yang menjadi
faktor mereka lebih cenderung memilih tempat tinggal di sempadan sungai, termasuk
juga rasa aman, sejahtera, dan adanya kesamaan atau rasa senasib bagi anggota
masyarakatnya. Selain itu karakteristik masyarakat yang tinggal di sempadan sungai
(2) Ketersediaan sarana dan prasarana yang tidak memadai; (3) Sebagian besar
masyarakatnya bekerja pada sektor informal; (4) Tingkat pendapatan rendah; (5)
Tingkat pendidikan rendah (Surtiani : 2006)
Kota Tebing Tinggi adalah salah satu kota dari 33 kabupaten/kota di Provinsi
Sumatera Utara. Luas wilayahnya 38,438 km2 yang terbagi atas 5 kecamatan yang
dilalui oleh aliran Sungai Padang. Berdasarkan data dari BMKG (2009) tercatat
bahwa kejadian banjir yang cukup besar terjadi pada bulan November tahun 2003,
yang menggenangi 10 kelurahan di Kota Tebing Tinggi hingga ketinggian 120 cm.
Banjir yang terjadi pada Oktober tahun 2008 merendam ratusan rumah warga di Kota
Tebing Tinggi. Data dari Pemko Tebing Tinggi (2011) juga menyebutkan jumlah
rumah penduduk yang terkena musibah banjir pada tahun 2011 adalah sebanyak 117
KK di Kecamatan Rambutan, Kecamatan Padang Hulu sebanyak 1.863 KK,
Kecamatan Tebing Tinggi Kota 1063 KK dan Kecamatan Bajenis 33 KK. Jumlah
keseluruhan terkena musibah banjir kiriman sebanyak 12.876 jiwa.
Data tersebut menunjukkan bahwa banjir selalu datang melanda kota Tebing
Tinggi dan tentunya akan membahayakan kesehatan masyarakat/warga. Namun
uniknya, walaupun demikian masyarakat atau warga yang bermukim di kawasan
sempadan sungai Padang tetap bertahan dan lebih memilih tempat tinggal di wilayah
tersebut sehingga hal inilah yang menjadi dasar utama penelitian ini dilakukan. Di
wilayah ini, warga masyarakat tidak hanya mendirikan rumah di wilayah yang
khusus untuk perumahan, tetapi mereka juga mendirikan rumah untuk tempat tinggal
di kawasan sempadan sungai dengan jarak yang sangat dekat dengan sungai, padahal
untuk sungai yang berada di lokasi pemukiman, daerah yang diperbolehkan untuk
membangun perumahan adalah lokasi yang berjarak antar 10-15 meter dari
merupakan lahan potensial sebagai jalur hijau demi menjaga kelangsungan ekosistem
di dalamnya (LPP Mangrove, 1997). Dilihat dari penjelasan di atas, maka
masyarakat yang mendirikan perumahan di kawasan sempadan sungai termasuk
pemukim liar. Secara hukum, mereka tidak memiliki izin resmi dan melanggar aturan
yang telah ditetapkan karena telah membangun rumah di kawasan jalur hijau yang
memang bukan untuk kawasan pemukiman.
Keadaan ini sudah terjadi cukup lama dan pertama kali adanya pemukiman di
sempadan sungai Padang kota Tebing Tinggi pada tahun 1864. Dari sinilah
dimulainya ada pemukiman di tepi sungai Padang yang dahulu disebut “Kampong
Tebing Tinggi Lama” dan berkembang menjadi tempat pemukiman sebagai asal usul
kota Tebing Tinggi. Mereka mulai membangun rumah-rumah di daerah sempadan
sungai sehingga semakin lama semakin meluas dan kemudian muncullah pemukiman
kumuh dan liar di sempadan sungai Padang kota Tebing Tinggi hingga sekarang.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah faktor penyebab kecenderungan masyarakat memilih tempat
tinggal di sempadan Sungai Padang Kota Tebing Tinggi. Faktor-faktor tersebut
adalah tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dekat dengan tempat bekerja,
mudah memperoleh sarana transportasi, keeratan hubungan sosial (sistem
kekerabatan), harga tanah, murahnya harga sewa tanah.
C. Pembatasan Masalah
Agar tidak terlalu meluasnya masalah yang akan dibahas pada penelitian ini,
penyebab kecenderungan masyarakat memilih tempat tinggal di sempadan Sungai
Padang Kota Tebing Tinggi; (2) Faktor dominan yang menyebabkan masyarakat
memilih tempat tinggal di sempadan Sungai Padang Kota Tebing Tinggi.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah : (1) Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi
penyebab kecenderungan masyarakat memilih tempat tinggal di sempadan Sungai
Padang Kota Tebing Tinggi? (2) Manakah yang paling dominan dari faktor-faktor
penyebab masyarakat memilih tempat tinggal di sempadan Sungai Padang Kota
Tebing Tinggi?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui faktor penyebab
kecenderungan masyarakat memilih tempat tinggal di sempadan Sungai Padang Kota
Tebing Tinggi; (2) Untuk mengetahui yang paling dominan dari faktor-faktor
penyebab masyarakat memilih tempat tinggal di sempadan Sungai Padang Kota
Tebing Tinggi.
F. Manfaat Penelitian
1. Dapat dijadikan sebagai bahan masukan terhadap pemerintah Kota Tebing
Tinggi dalam mengatur Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tebing
Tinggi khususnya mengenai perumahan dan pemukiman.
2. Dapat memberikan gambaran dan informasi yang jelas kepada penulis dan
semua masyarakat mengenai masalah perumahan dan pemukiman di wilayah
perkotaan.
3. Sebagai bahan masukan bagi penulis tentang pemahaman mengenai perumahan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang sudah diuraikan penulis mengambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Faktor penyebab kecenderungan masyarakat memilih tempat tinggal di
sempadan Sungai Padang Kota Tebing Tinggi adalah : harga sewa tanah yang
murah (88,35%); dekat atau ikut dengan keluarga (75,73%); dekat dengan sarana
kota dan tempat bekerja (53,39%).
2. Faktor dominan yang menyebabkan masyarakat memilih tempat tinggal di
sempadan Sungai Padang Kota Tebing Tinggi adalah harga sewa tanah yang
murah. Dengan murahnya harga sewa tanah tersebut maka dapat disesuaikan
dengan penghasilan mereka yang pada umumnya berpenghasilan rendah.
Rendahnya penghasilan ini juga disebabkan dari jenis pekerjaan yang mereka
masuki yang pada umumnya pekerjaan di sektor informal. Pekerjaan di sektor
informal yang mereka masuki juga tidak terlepas dari tingkat pendidikan yang
mereka miliki, yang pada umumnya berpendidikan rendah.
B. Saran
1. Menegakkan aturan yang tegas kepada masyarakat sehingga daerah tersebut
tidak lagi diperuntukkan sebagai tempat pemukiman dan membuat tanggul atau
benteng yang dapat menjadi batas pemisah yang jelas antara sungai dengan
daerah yang layak untuk pemukiman. Benteng atau tanggul diharapkan dapat
menghindari banjir yang meluap ke pemukiman penduduk jika terjadi naiknya
2. Memindahkan para pemukim yang telah bermukim di sepanjang sempadan
sungai dengan menyediakan tempat pemukiman yang layak misalnya seperti
membangun rumah susun. Dan juga memperhatikan sumber kehidupan mereka
dengan membuka lapangan pekerjaan yang sesuai dengan jenis pekerjaan
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2012. Kota Tebing Tinggi Dalam Angka. Tebing Tinggi : BPS
Daldjoeni. 1999. Geografi Kota dan Desa. Bandung : Alumni
Fanggidae, Abraham. 1993. Memahami Masalah Kesejahteraan Sosial. Jakarta : Puspa Swara.
Gilbert, Alan dan Josen Gugler. 2007. Urbanisasi dan Kemiskinan di Dunia Ketiga. Yogyakarta : TiaraWacana.
Hariyanto, Asep. 2010. “Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan Lingkungan Perumahan dan Permukiman yang Sehat
(Contoh Pangkalpinang)”. Dalam Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota,
Vol.2 No.1 Hal 5-7. Bandung : Jurusan Teknik Plannologi FT – UNISBA.
Kartika, Maya. 2002. Latar Belakang Yang Mempengaruhi Masyarakat Memilih Tempat Tinggal di Sempadan Sungai (Suatu Studi Di Kelurahan Sei Mati
Kecamatan Medan Maimun Kota Medan). Skripsi. Medan : Jurusan Pendidikan
Geografi FIS – UNIMED.
LPP Mangrove. 1997. Rehabilitasi Hutan Mangrove Pada Jalur Hijau di Indonesia. Jakarta : LPP Mangrove.
Menno S. dan Mustamin Alwi. 1994. Antropologi Perkotaan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Putra, I Dewa Gede Agung Diasana dan Anak Agung Gede Yana. 2007. “Pemenuhan Atas Perumahan Salah Satu Upaya Penanggulangan
Kemiskinan”. Dalam Jurnal Pemukiman Natah, Vol.5 No.2 Hal 3-5. Bali :
Jurusan Teknik Arsitektur FT – Universitas Udayana.
Reksohadiprojo S, Soekanto dan A.R. Karseno. 2001. Ekonomi perkotaan.
Yogyakarta : BPEE.
Rianti, Liza. 2007. Agihan Permukiman Kumuh Sepanjang Bantaran Sungai Deli (Studi Kasus Di Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Medan Maimun).
Skripsi. Medan : Jurusan Pendidikan Geografi FIS – UNIMED.
Ruhimat, Mamat (dkk). 2000. Panduan Menguasai Geografi 2. Bandung : Ganeca Excact.
Sadyohutomo, Mulyono. 2009. Manajemen Kota dan Wilayah (Realita dan Tantangan). Bandung : Bumi Aksara.
Sajogyo. 1987. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta : UGM.
Siagian, P. Sondang. 1990. Manajemen dan Sumber Daya Manusia. Jakarta : Gramedia.
Silitonga, Naomi. 2002. Studi Tentang Penyebaran Dan Dampak Pemukiman Kumuh
Di Sepanjang Bantaran Sungai Deli Kota Medan. Skripsi. Medan : Jurusan
Pendidikan Geografi FIS – UNIMED.
Soekanto, Soejono. 1985. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Press.
Soemarmoto. 1987. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pengembangan.
Bandung : Djambatan.
Soeroto. 1984. Sosiologi Pembangunan. Jakarta : Bina Cipta.
Sugiharto. 2008. Pembangunan dan Pengembangan Wilayah. Medan : USU Press.
Suharini, Erni. 2007. “Menemukenali Agihan Permukiman Kumuh di
Perkotaan Melalui Interpretasi Citra Penginderaan Jauh”. Dalam Jurnal
Geografi, Volume 4 No. 2 Hal 7-9. Semarang : Jurusan Geografi FIS - UNNES.
Sumarno, Alim. 2011. “Globalisasi Pendidikan”,
http://www.google.com/webhp/jurnalpendidikan/globalisasi-pendidikan.htm (diakses hari Senin, tanggal 16 April 2012).
Surtiani, Eny Endang. 2006. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terciptanya
Kawasan Permukiman Kumuh Di Kawasan Pusat Kota (Studi Kasus :
PKawasan Pancuran, Kota Salatiga). Tesis. Semarang : Jurusan Teknik
Arsitektur FT – Universitas Diponegoro.