Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN
PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH MATEMATIS SISWA SMA
(Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Matematika
Oleh : Fitria Intansari
0700401
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pembelajaran Matematika dengan
Pendekatan Reciprocal Teaching
untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis
Siswa SMA
Oleh Fitria Intansari
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Fitria Intansari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Reciprocal Teaching untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA
(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Banjar)
Fitria Intansari (0700401)
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kebanyakan guru yang lebih fokus pada aktivitas mengajarkan materi matematika sesuai dengan tuntutan kurikulum daripada membekali gaya belajar yang mengarahkan siswa untuk mampu belajar matematika secara mandiri dan bermakna. Padahal, esensi dari matematika adalah tentang pola pikir. Reciprocal Teaching adalah pendekatan pembelajaran matematika yang di awali dengan kegiatan membaca yang dilakukan siswa agar siswa dapat memaknai sendiri apa yang dipelajari. Aktivitas membaca dapat menstimulasi siswa untuk memperluas wawasan siswa. Secara logis, peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis dapat terjadi. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajaran matematikanya menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen desain kelompok kontrol non-ekuivalen dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI IA SMA Negeri 3 Banjar tahun ajaran 2013/2014 dengan sampel penelitiannya siswa kelas XI IA 1 dan kelas XI IA 3. Data penelitian diperoleh dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajaran matematikanya menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching secara signifikan lebih baik daripada peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional.
Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Reciprocal Teaching Approach in Mathematics Learning to Increase Mathematical Problem Solving Ability of Senior High School Students
(Quasi Experiment Research to Second Grade Students in SMA Negeri 3 Banjar)
Fitria Intansari (0700401)
This research is motivated by the most teachers more focused to teach mathematics as accordance with the demands of the curriculum rather than to provide direct learning styles of students to be able to learn mathematics independently and meaningful. In fact, the essence of mathematics is about mindset. Reciprocal Teaching is mathematics approach that begins with the reading activities of the students so that they can interpret for themselves what they have learned. Reading activities can stimulate students to improve students meaningful. So that, problem solving ability can be increased. Therefore, the purpose of this research was to determine the increase problem solving ability of students in learning mathematics using Reciprocal Teaching approach compared with students whose learning using conventional approach. The method was used is quasi-experimental design of non-equivalent control group by purposive sampling technique. The population was a second grade science students of SMA Negeri 3 Banjar 2013/2014 period with the samples are students of class XI IA 1 and class XI IA 3. The data were obtained from the results of mathematical problem solving ability test. The results showed that the increase of mathematical problem-solving ability of the students which is learning mathematics using Reciprocal Teaching approach was significantly better than the improvement of mathematical problem-solving ability of students whose learning using conventional approach.
Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... ii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Definisi Operasional ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9
A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 9
B. Pendekatan Reciprocal Teaching ... 13
C. Pembelajaran Konvensional ... 19
Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III METODE PENELITIAN ... 21
A. Metode dan Desain Penelitian ... 21
B. Populasi dan Sampel ... 22
C. Variabel Penelitian ... 22
D. Instrumen Penelitian ... 23
1. Instrumen Pembelajaran……….. ... 23
2. Instrumen Pengumpulan Data ... 23
a. Instrumen Tes ... 23
1) Validitas Tes ……….. 26
2) Reliabilitas Tes……… 27
3) Daya Pembeda……… 27
4) Indeks Kesukaran……… 28
b. Instrumen Non- Tes ... 29
1) Angket ………...………... 29
2) Lembar Observasi ... 30
E. Prosedur Penelitian ... 30
F. Teknik Analisis Data ... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38
A. Hasil Penelitian ... 38
Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Statistik Deskriptif Data Kemampuan Awal
dan Akhir Pemecahan Masalah Matematis
Siswa... 38
b. Analisis Data Kemampuan Awal Pemecahan Masalah Matematis Siswa………... 40
c. Analisis Data Kemampuan Akhir Pemecahan Masalah Matematis Siswa……… 42
d. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis……….. ... 44
2. Analisis Data Hasil Angket Siswa ... 48
3. Analisis Data Hasil Observasi ... 52
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 55
1. Deskripsi Pembelajaran dengan pendekatan Reciprocal Teaching……… . 55
2. Deskripsi Pembelajaran dengan Pembelajaran Konvesional………. ... 56
3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 57
4. Sikap Siswa terhadap Pendekatan Reciprocal Teaching……….. ... 59
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 61
A. Kesimpulan ... 61
Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan penting dalam upaya pengembangan diri
siswa. Melalui pendidikan, diharapkan terciptanya sumber daya manusia
berkualitas yang handal guna menghadapi era globalisasi serta mampu bersaing
dengan negara lain agar mengantarkan Indonesia menjadi negara maju baik dari
segi ekonomi, politik, maupun sosial budaya. Hal ini sangat mungkin terjadi
karena dalam prosesnya, pendidikan menyediakan lingkungan yang membuat
siswa mampu mengembangkan potensinya secara optimal, sehingga dapat
berguna khususnya bagi dirinya dan umumnya untuk masyarakat luas.
Salah satu mata pelajaran yang dipandang mampu mengembangkan potensi
siswa secara optimal dalam pendidikan adalah matematika. Penguasaan terhadap
matematika dipandang penting dalam pendidikan dengan ditetapkannya
matematika sebagai ujian wajib baik dari sekolah dasar, sekolah menengah
pertama dan sekolah menengah atas. Hal ini dikarenakan pola pikir matematika
itu sangat penting untuk membangun karakter individu di dalam kehidupannya,
pada bidang apapun kompetensinya.
Menurut BSNP (2006) dalam KTSP dijelaskan pula secara rinci bahwa
pembelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai
berikut:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep atau
algoritma secara luwes, akurat efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
meranncang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan
2
Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain
untuk memperjelas keadaan suatu masalah.
5. Memiliki respon menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu
rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika serta
respon ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Sebagaimana tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) bahwa matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai
disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia. Henningsen dan Stein
(Helmaheri, 2004:2) menamakan proses matematika dengan istilah bernalar dan
berpikir tingkat tinggi (high-level mathematical thinking and reasoning). Oleh
karena itu, matematika perlu diberikan kepada siswa dimulai dari taman
kanak-kanak hingga sekolah menengah atas, guna membekali siswa dengan kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja
sama.
Salah satu kompetensi utama dalam matematika adalah kemampuan
pemecahan masalah. Branca (Suhendra, 2005:42) mengemukakan bahwa
kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan umum dalam pembelajaran
matematika, bahkan sebagai jantungnya matematika. Selanjutnya, Killen
(Suhendra, 2005:42) menyatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah dapat
mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis serta beradaptasi dengan
situasi belajar mereka yang baru. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan siswa menggunakan
informasi dan pengetahuan yang sudah dimilikinya untuk mencari jalan keluar
atau solusi yang tidak dengan segera diketahui dari permasalahan matematika
yang disajikan.
Tetapi faktanya, di Indonesia matematika masih dianggap sebagai mata
pelajaran yang membosankan dan menakutkan. Akibatnya hasil belajar
3
Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
International Mathematics and Sciences Study (TIMSS) pada tahun 2011 untuk
siswa sekolah menengah, Indonesia berada pada posisi ke-38 dari 42 negara
(Miftah, 2012:2). Kompetensi yang diujikan oleh TIMSS adalah knowing
(pengetahuan), using routine procedures (penggunaan prosedur rutin),
investigation and problem solving (investigasi dan pemecahan masalah),
mathematical reasoning (penalaran matematika) dan commmunicating
(komunikasi). Senada dengan hal tersebut, hasil penelitian Sumarmo (Nur,
2010:6) menunjukkan siswa SMP, SMA, dan guru-guru matematika memiliki
tingkat kemampuan pemecahan masalah yang rendah.
Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa tidak selalu tentang
siswa mendapatkan jawaban dengan cara yang sama. Branca (Helmaheri 2004:17)
mengemukakan pemecahan masalah merupakan tujuan, proses, dan keterampilan.
Pemecahan masalah merupakan tujuan menekankan pada aspek mengapa
matematika diajarkan yang memiliki arah kepada bagaimana memecahkan suatu
masalah matematika. Pemecahan masalah sebagai proses menekankan pada
metode, strategi atau prosedur yang digunakan siswa dalam menyelesaikan
masalah hingga mereka menemukan solusi. Sedangkan pemecahan masalah
sebagai ketemapilan dasar menyangkut dua hal, yaiut: keterampilan umum yang
harus dimiliki siswa untuk keperluan evaluasi dan keterampilan minimum yang
diperlukan siswa agar dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Fauzy (Yusniati, 2009:4) rendahnya kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa dikarenakan siswa mengalami kesulitan dalam belajar.
Fauzy (Yusniati, 2009:4) menyatakan hal ini disebabkan pembelajaran yang
diterapkan oleh hampir semua sekolah cenderung text book oriented dan kurang
terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran matematika yang
cenderung abstrak, sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang
memperhatikan kemampuan berpikir siswa, atau dengan kata lain pembelajaran
yang kreatif. Seperti metode yang digunakan kurang bervariasi, tidak melakukan
4
Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sulit ditumbuhkan serta pola belajar cenderung menghafal dan mekanistis.
Pembelajaran matematika hendaknya lebih bervariasi dalam metode maupun
strateginya guna mengoptimalkan potensi siswa. Upaya-upaya guru dalam
mengatur berbagai pembelajaran merupakan bagian penting dalam keberhasilan
siswa mencapai tujuan yang direncanakan. Oleh karena itu pemilihan metode dan
strategi serta pendekatan pembelajaran yang menciptakan iklim pembelajaran
aktif yang bermakna merupakan tuntutan yang harus dipenuhi para guru. Namun
di Indonesia para guru masih belum mampu dan mau menerapkannya. Sehingga
guru hanya memberikan ceramah kepada siswa tanpa memperdulikan sebagian
siswa yang pemahamannya kurang dan sulit menangkap penjelasan guru.
Untuk memperbaiki kemampuan pemecahan masalah matematis siswa maka
diperlukan inovasi dalam kegiatan pembelajaran matematika sehingga
meningkatkan makna dalam proses pemebelajaran yang dijalani siswa.
Pembelajaran yang mengembangkan keaktifan siswa di kelas serta memfasilitasi
siswa agar mampu mengembangkan pengetahuannya. Siswa diharapkan dapat
mengembangkan daya nalar dan pemahamannya sehingga kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa meningkat. Menurut Sumarmo (2003)
kegiatan membaca memiliki peran sentral agar siswa mampu mengkonstruksi
makna matematis sehingga siswa belajar lebih bermakna secara aktif.
Keterampilan membaca tidak hanya sekedar melafalkan sajian tertulis saja. Siswa
diberikan kesempatan untuk memberi makna sendiri tentang apa yang dipelajari
sesuai dengan pengetahuannya, minatnya, rasanya, dan perasaannya. Oleh karena
itu, untuk memahami buku teks siswa perlu mengetahui keterampilan membaca
dan membuat catatan.
Salah satu pendekatan pembelajaran keterampilan membaca adalah
pendekatan Reciprocal Teaching. Menurut Palinscar dan Brown (Supardi,
2009:32) bahwa pendekatan Reciprocal Teaching adalah pendekatan konstruktivis
yang didasarkan pada prinsip-prinsip membuat pertanyaan, mengajarkan
5
Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
meningkatkan keterampilan membaca pada siswa. Pendekatan ini merupakan
prosedur pengajaran atau pendekatan yang dirancang untuk mengajarkan kepada
siswa tentang strategi-strategi kognitif serta untuk membantu siswa memahami
bacaan dengan baik. Dalam Reciprocal Teaching, siswa diberikan kesempatan
untuk memperoleh peningkatan pemahaman terhadap suatu teks (bahan ajar)
dengan membaca, menarik ide pokok dari hasil bacaannya, mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, menjelaskan kembali dan meramalkan masalah baru yang
akan muncul dari situasi yang telah dianalisisnya sehingga dapat mengembangkan
daya nalarnya.
Dengan kata lain, pendekatan Reciprocal Teaching menekankan kepada
upaya untuk membantu siswa memahami isi dari bahan ajar atau materi secara
keseluruhan. Diharapkan siswa tidak hanya sekedar mengetahui rumus tetapi juga
paham bagaimana mengaplikasikannya ke dalam masalah yang lebih kompleks
dan rumit. Karakteristik dari Reciprocal Teaching berusaha untuk memfasilitasi
usaha di antara guru dan murid agar membuat pembelajaran lebih bermakna.
Menurut Ausubel (Hasanah, 2009:20), pembelajaran bermakna dalam hal ini
adalah pembelajaran yang lebih mengutamakan prosesnya. Proses yang dimaksud
di dalam pembelajaran Reciprocal Teaching adalah kegiatan menyimpulkan,
menyusun pertanyaan, menjelaskan dan memprediksi. Menurut Muslim, dkk
(Nurmiyanti, 2008:20), kekuatan pendekatan Reciprocal Teaching adalah melatih
kemampuan siswa dalam belajar mandiri; melatih kemampuan siswa dalam
mengemukakan pendapat, ide dan gagasan; meningkatkan kemampuan bernalar
siswa; meningkatkan kemampuan siswa dalam pemahaman konsep dan
pemecahan masalah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fakhrudin (2010), pendekatan
Reciprocal Teaching dap meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Selain
itu dalam penelitian Nurmiyanti (2008) pendekatan Reciprocal Teaching dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi dan kemandirian siswa. Menurut
6
Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kemampuan pemahaman dan kemampuan generalisasi matematik siswa. Supardi
(2009) dalam penelitiannya mengungkapkan kemampuan analisis matematis
siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran matematika dengan pendekatan
Reciprocal Teaching.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Reciprocal
Teaching untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa SMA”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
pembelajarannya menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching lebih
baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakakan
pembelajaran konvensional?
2. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
yang pembelajarannya menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching
lebih baik daripada pembelajaran konvensional?
3. Bagaimana kualitas peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan
Reciprocal Teaching?
4. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
pembelajarannya menggunakan Reciprocal Teaching dan siswa yang
7
Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa dengan menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching dan siswa
yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.
3. Mengetahui kualitas peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan
Reciprocal Teaching.
4. Mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan Reciprocal Teaching.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kontribusi nyata
bagi berbagai kalangan berikut ini :
1. Bagi peneliti, dapat menjadi wahana memperoleh pengetahuan dan
keterampilan penggunaan pendekatan Reciprocal Teaching, sebagai
langkah awal dalam mendapatkan solusi terkait dengan
masalah-masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran matematika.
2. Bagi guru bidang studi matematika, pembelajaran dengan pendekatan
Reciprocal Teaching dapat dijadikan salah satu pendekatan
pembelajaran alternatif dalam menyampaikan materi kepada siswa
khususnya jika berhubungan dengan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa.
3. Bagi peneliti lain, dapat memberikan wawasan baru dan sebagai bahan
masukan bagi peneliti yang mengkaji masalah serupa.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya pemahaman yang berbeda tentang
istilah-istilah yang digunakan dan juga memudahkan peneliti dalam menjelaskan apa
yang sedang dibicarakan, maka ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan, sebagai
8
Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Kemampuan pemecahan masalah matematis dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan matematika yang tidak
rutin dengan menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah
dimiliki.
Adapun indikator dari kemampuan pemecahan masalah adalah:
1) siswa dapat menggunakan informasi untuk mengidentifikasi
pertanyaan-pertanyaan yang memuat permasalahan
2) siswa dapat merencanakan dan menentukan informasi dan
langkah-langkah yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah
3) memilih penggunaan konsep untuk memberikan situasi
permasalahan
4) mengorganisasikan, menginterpretasikan, dan menggunakan
informasi-informasi yang relevan
5) mengidentifikasi jalan alternatif untuk menemukan solusi
2. Pendekatan Reciprocal Teaching adalah prosedur pengajaran atau
pendekatan dimana siswa diajarkan empat strategi pemahaman dan
pengaturan diri secara spesifik, yaitu merangkum bacaan, mengajukan
Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan sebab akibat antara
pendekatan Reciprocal Teaching dan kemampuan pemecahan masalah. Dalam hal
ini, peneliti ingin menguji sebuah perlakuan yakni pendekatan Reciprocal
Teaching terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMA, yang
diberi perlakuan khusus dan dikontrol dengan ketat. Sejatinya, penelitian seperti
ini disebut penelitian eksperimen. Namun, pengambilan sampel pada penelitian ini
tidak secara acak siswa, tetapi acak kelas. Peneliti harus menerima kondisi dua
kelas yang diperoleh secara acak tersebut (kelas eksperimen dan kelas kontrol).
Sehingga, berdasarkan metodenya, penelitian ini adalah penelitian kuasi
eksperimen (Ruseffendi, 2005;31).
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain
kelompok kontrol pretes dan postes. Dalam penelitian ini, terdapat dua kelompok
yakni kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan
khusus, dalam hal ini, pendekatan Reciprocal Teaching. Sementara kelas kontrol
menggunakan pembelajaran konvensional. Sebelum diberikan perlakuan, kedua
kelas tersebut diberikan pretes. Setelah perlakuan selesai diberikan, dilakukan tes
akhir. Adapun desain penelitian ini (Ruseffendi, E.T, 1998:45) digambarkan
sebagai berikut :
O X O
O O
Keterangan : X : pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan
Reciprocal Teaching
O : pretes/postes
22
Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI salah satu SMA negeri
di kota Banjar yang terdiri dari lima kelas, yaitu kelas XI-IA 1 sampai dengan
kelas XI-IA 5 tahun ajaran 2013/2014 semester genap. Kemampuan siswa ditiap
kelas hampir merata dengan tidak adanya kelas unggulan. Siswa berkemampuan
tinggi, sedang, dan rendah disebar ke dalam lima kelas dengan proporsi yang
seimbang.
2. Sampel
Penentuan sampel dalam penelitian ini akan menggunakan cara purposive
sampling, yaitu cara pengambilan subjek penelitian bukan berdasarkan atas
adanya tujuan tertentu. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, pengambilan
sampel tidak mungkin dapat dilakukan secara acak. Sekolah telah
mengelompokkan siswa ke dalam lima kelas sedemikian rupa sehingga setiap
kelas memiliki karakteristik yang hampir sama. Peneliti diberikan dua kelas untuk
dijadikan sampel yang dapat mewakili populasi, yaitu kelas XI-IA 1 dan XI-IA 3.
Kelas XI-IA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI-IA 3 sebagai kelas kontrol.
Kelas eksperimen mendapat perlakuan berupa pembelajaran dengan pendekatan
Reciprocal Teaching sedangkan kelas kontrol pembelajarannya dengan
pendekatan konvensional.
C. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri atas dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendekatan Reciprocal
Teaching, sementara variabel terikatnya adalah kemampuan pemecahan masalah
23
Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas:
1. Instrumen Pembelajaran
Instrumen pembelajaran adalah instrumen yang dipakai ketika pembelajaran
berlangsung. Instrumen pembelajaran dalam penelitian ini terdiri atas Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP merupakan langkah-langkah tertulis yang harus ditempuh guru dalam
pembelajaran. Peneliti melaksanakan pembelajaran di dua kelas, kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Penyusunan RPP untuk kelas eksperimen
disesuaikan dengan pendekatan Reciprocal Teaching, sementara untuk kelas
kontrol disesuaikan dengan pembelajaran konvensional. Untuk setiap kelas,
peneliti menyusun masing-masing empat RPP.
b. Lembar Kerja Siswa (LKS)
LKS hanya diberikan kepada kelas eksperimen. LKS dibuat berdasarkan
pendekatan Reciprocal Teaching. LKS ini berisi langkah-langkah yang
harus dilakukan siswa untuk menemukan suatu konsep matematika. Selain
itu, berisi beberapa permasalahan yang harus dipecahkan siswa. Kelas
kontrol tidak menggunakan LKS, kelas kontrol menggunakan buku paket
yang sudah ada. Meskipun demikian, setiap permasalahan yang diberikan
kepada kelas eksperimen diberikan pula kepada kelas kontrol, sehingga baik
kelas eksperimen maupun kelas kontrol mendapatkan pemberian materi
yang sama.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari instrumen tes dan
24
Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Instrumen tes
Instrumen tes dalam penelitian ini berupa tes tertulis kemampuan
pemecahan masalah matematis. Dalam penelitian ini, tes tertulis yang digunakan
adalah pretes dan postes. Pretes diberikan untuk mengetahui kemampuan awal
siswa sebelum perlakuan diterapkan. Postes diberikan untuk mengetahui
kemampuan akhir siswa setelah perlakuan diterapkan.
Tipe tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe uraian. Peneliti
menggunakan tes tipe uraian dengan berbagai pertimbangan sebagai berikut:
1) Tipe tes uraian memungkinkan peneliti untuk melihat proses berfikir dan
sejauh mana penguasaan konsep, dan kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah yang diberikan
2) Peneliti dapat mengetahui letak kesalahan dan kesulitan siswa
3) Terjadinya bias hasil tes dapat dihindari, katena tidak ada sistem
tebak-tebakan atau untung-untungan yang sering terjadi pada soal tipe pilihan
ganda
Pemberian skor menggunakan pedoman penskoran yang diadopsi dan
dimodifikasi dari pendapat Szetela, Walter dan Nicol (Yusniati, 2009:35).
Pedoman penskoran ini terdiri dari tiga kategori penilaian yang dinamakan dengan
Analytical Scale for Problem Solving. Pedoman penskoran disajikan dalam tabel
3.1. Skor maksimum untuk semua soal tes adalah 50, dengan skor tiap nomor soal
adalah 10. Instrumen tes diujicobakan terlebih dahulu kepada siswa. Sebelum
dilakukan ujicoba, instrumen tes dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan
kepada guru bidang studi matematika di tempat penelitian. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui validitas teoritik dari instrumen tes tersebut. Uji coba instrumen
dilakukan sebelum penelitian berlangsung. Instrumen tes diujicobakan kepada
siswa kelas XII SMA Negeri 3 Banjar. Setelah data hasil uji coba diperoleh
kemudian setiap butir soal akan dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas,
indeks kesukaran dan daya pembedanya. Dalam mengolah data hasil ujicoba
25
Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.1
Pedoman Penskoran Tes Pemecahan Masalah Matematis Skor Pemahaman
Tidak mempunyai rencana Tidak ada jawaban atau
jawaban salah yang
didasarkan pada rencana
tidak tepat
Rencana tidak tepat secara
keseluruhan
Kesalahan menyalin,
kesalahan perhitungan,
hanya sebagian jawaban
untuk masalah yang
menuntut jawaban jamak,
jawaban ditulis secara tidak
benar
tetapi sebagian besar salah
26
Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4 Memahami
masalah dengan
lengkap
Terdapat rencana yang
menggiring kepada solusi
yang benar tanpa ada
kesalahan aritmatik
Skor
Maksimum 4
Skor Maksimum 4 Skor Maksimum 2
1) Validitas tes
Suatu alat evaluasi disebut valid apabila alat evaluasi tersebut mampu
mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Adapun klasifikasi koefisien
korelasi yang digunakan adalah klasifikasi menurut Guilford (Suherman,
2003:113) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Klasifikasi Koefisien Validitas
Nilai rx,y Interpretasi
00 , 1 90
,
0 rx, y Korelasi sangat tinggi (Validitas sangat tinggi)
90 , 0 60
,
0 rx, y Korelasi tinggi (Validitas tinggi)
60 , 0 40
,
0 rx, y Korelasi sedang (Validitas sedang)
40 , 0 20
,
0 rx, y Korelasi rendah (Validitas rendah)
20 , 0 00
,
0 rx, y Korelasi sangat rendah (Validitas sangat rendah)
00
Dengan menggunakan software Anates V4 uraian, diperoleh koefisien
korelasi keseluruhan soal adalah rx,y= 0,51 yang artinya keseluruhan butir
soal memiliki validitas sedang. Validitas yang diperoleh untuk tiap butir soal
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.3
27
Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Soal Koefisien Validitas Signifikansi Interpretasi
1 0,814 Sangat signifikan Validitas tinggi
2 0,806 Sangat signifikan Validitas tinggi
3 0,798 Sangat signifikan Validitas tinggi
4 0,637 Signifikan Validitas tinggi
5 0,593 Signifikan Validitas sedang
2) Reliabilitas Tes
Suatu alat evaluasi dikatakan reliabel apabila hasil evaluasi tersebut
tidak berubah ketika digunakan untuk subjek yang berbeda. Untuk mengetahui
besarnya derajat reliabilitas alat evaluasi digunakan tolak ukur yang dibuat
oleh Guilford (Suherman, 2003:138) sebagai berikut:
Tabel 3.4
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Nilai r11 Interpretasi
00 , 1 90
,
0 r11 Derajat reliabilitas sangat tinggi
90 , 0 70
,
0 r11 Derajat reliabilitas tinggi
70 , 0 40
,
0 r11 Derajat reliabilitas sedang
40 , 0 20
,
0 r11 Derajat reliabilitas rendah
20 , 0
11
r Derajat reliabilitas sangat rendah
Dengan menggunakan anates uraian, diperoleh koefisien reliabilitas
keseluruhan soal adalah = 0,67 yang artinya keseluruhan butir soal
memiliki reliabilitas sedang.
28
Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Daya pembeda dari satu butir soal menyatakan seberapa jauh
kemampuan butir soal tersebut membedakan antara testi yang mengetahui
jawabannya dengan benar dengan testi yang tidak dapat menjawab soal
tersebut (atau testi yang menjawab salah). Dengan kata lain, daya pembeda
dari sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal tersebut membedakan
siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah.
Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda butir soal yang digunakan
berdasarkan Suherman (2003,161) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5
Klasifikasi Daya Pembeda
Nilai r11 Interpretasi
00
Daya Pembeda Tiap Butir Soal
No Soal Nilai DP Interpretasi
29
Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Indeks Kesukaran menyatakan derajat kesukaran sebuah soal.
Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda butir soal yang digunakan
berdasarkan Suherman (2003,161) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.7
Klasifikasi Koefisien Indeks Kesukaran
Nilai r11 Interpretasi
00 , 1
IK Soal terlalu mudah
00
IK Soal terlalu sukar
Dari hasil anates, diperoleh:
Tabel 3.8
Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal
No Soal Nilai IK Interpretasi
1 0,56 Soal sedang
Rekapitulasi Analisis Butir Soal Validitas : 0,51 (sedang)
Reliabilitas : 0,67 (sedang)
No
Validitas butir soal Daya Pembeda Indeks Kesukaran
30
Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1 0,814 Tinggi 0,87 Sangat Baik 0,56 Soal sedang Digunakan
2 0,806 Tinggi 0,72 SangatBaik 0,64 Soal sedang Digunakan
3 0,798 Tinggi 0,85 Sangat Baik 0,53 Soal sedang Digunakan
4 0,637 Tinggi 0,72 Sangat Baik 0,36 Soal sedang Digunakan
5 0,593 Sedang 0,68 Baik 0,34 Soal sedang Digunakan
b. Instrumen non-tes
Instrumen non-tes digunakan untuk memperoleh data yang tidak bisa
diperolah dari instrument tes. Instumen non-tes pada penelitian ini terdiri atas:
1) Angket
Angket adalah daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus diisi oleh
responden (Suherman, 2003:56).Angket hanya diberikan kepada siswa kelas
eksperimen. Angket ini digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap
pendekatan Reciprocal Teaching.
Dalam penelitian ini, angket yang digunakan berupa daftar pernyataan
yang memiliki empat alternatif jawaban, yaitu : Sangat Setuju (SS), Setuju
(S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Angket seperti ini
menggunakan Skala Likert. Pernyataan dalam angket ini terdiri atas
pernyataan positif dan pernyataan negatif.
2) Lembar Observasi
Lembar Observasi adalah instrumen non tes yang digunakan untuk
melihat aktivitas siswa, aktivitas guru, dan aktivitas siswa yang
menunjukkan kemampuan pemecahan masalah matematis dalam proses
pembelajaran dengan pendekatan Reciprocal Teaching. Lembar Observasi
ini digunakan ketika pembelajaran sedang berlangsung. Setiap pernyataan
pada lembar observasi untuk aktivitas siswa dan guru terdiri atas dua
kategori, Ya dan Tidak. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah
siswa atau guru melaksanakan aktivitas yang disebutkan atau tidak.
31
Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Beberapa langkah yang dilakukan dalam tahapan ini diantaranya :
a. Identifikasi masalah
Peneliti mengidentifikasi masalah apa yang akan diteliti, dengan
melakukan berbagai survey dan kajian literatur sehingga diperoleh
beberapa masalah dan rencana yang akan dilaksanakan.
b. Hasil identifikasi dikonsultasikan dengan pihak-pihak yang berkaitan,
dalam hal ini dengan dosen pembimbing. Hasil konsultasi dituangkan
dalam proposal penelitian, diseminarkan, dan dilakukan revisi proposal
penelitian.
c. Menyusun bahan ajar, yakni RPP dan LKS. Kedua bahan ajar ini
dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, kemudian kesalahan yang
terdapat dalam bahan ajar direvisi
d. Membuat instrumen tes. Instrumen tes ini terdiri atas tes uraian.
Banyaknya butir soal pada instrumen tes sebanyak lima buah soal.
e. Menguji instrumen tes pada siswa yang telah mempelajari materi yang
akan diteliti
f. Revisi instrumen tes jika terdapat kekurangan.
g. Pemilihan sampel penelitian. Pemilihan sampel ini disesuaikan dengan
materi penelitian dan waktu pelaksanaan penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Pemberian pretes kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk
mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis awal siswa.
b. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
Reciprocal Teaching pada kelas eksperimen dan pembelajaran
konvensional pada kelas kontrol.
c. Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti menggunakan lembar
32
Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. Pemberian angket pada kelompok eksperimen untuk mengetahui sikap
siswa terhadap pendekatan Reciprocal Teaching.
e. Pemberian postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3. Tahap Analisis, Evaluasi, dan Refleksi
Langkah selanjutrnya adalah melakukan pengkajian dan analisis terhadap
penemuan-penemuan penelitian, serta melihat pengaruhnya terhadap
kemampuan yang ingin diukur. Peneliti melakukan input data kuantitatif
berupa pretes dan postes kelas eksperimen dan kelas kontrol. Menghitung
indeks gain pada masing-masing kelas. Kemudian data kuantitatif tesebut diuji
normalitas dan homogenitasnya. Setelah diuji normalitas dan homogenitasnya,
dilakukan uji parametrik atau uji non parametrik. Setelah itu, dilakukan
analisis terhadap data kualitatif yang diperoleh dari angket sikap siswa dan
lembar observasi
4. Penarikan kesimpulan
Tahapan terakhir yang dilakukan adalah penarikan kesimpulan. Data hasil
analisis diinterpretasikan lalu disimpulkan berdasarkan hipotesis dan rumusan
masalah penelitian yang dibuat, kemudian dituangkan dalam bentuk skripsi.
F. Teknik Analisis Data
1. Teknik Analisis Data Tes
Pengolahan data tes menggunakan bantuan program SPSS 17 for Windows.
Untuk data hasil tes tertulis, ada beberapa perlakuan yang akan dilakukan, antara
lain:
a) Skor Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol digunakan indeks gain. Adapun skor
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis (indeks gain)
33
Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kategori menurut Hake (Nur’avifah, 2011 : 42) sebagai berikut:
: Rendah
: Sedang
: Tinggi
b) Analisis Deskriptif
Bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai data pretes, postes, dan gain
yang diperoleh. Adapun data deskriptif yang dihitung adalah mean dan standar
deviasi.
c) Gambaran Umum Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Gambaran umum kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang
berupa data skor tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dianalisis secara deskriptif atas
dasar prosentase dan dirumuskan sebagai berikut:
100
M
S S N
Keterangan: N = nilai persen yang dicapai atau yang diharapkan
S = Skor mentah yang diharapkan
SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
100 = bilangan teta
Tabel 3.10
Kriteria Umum Kualifikasi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
No Tingkat Penguasaan Predikat
1 75% - 100% Baik
2 50% - 75% Cukup
3 < 50% Kurang
34
Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Analisis data hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
dilakukan secara kuantitatif dengan bantuan software IBM SPSS Statistics 17.
Langkah-langkah uji perbedaan dua rata-rata adalah sebagai berikut:
a. Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah data yang diperoleh
berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Normalitas data diperlukan
sebagai syarat uji-uji statistik berikutnya, dalam hal ini untuk menentukan
pengujian perbedaan dua rata-rata yang akan diselidiki. Hipotesis yang diuji
adalah:
H0 : Data berdistribusi normal
H1 : Data berdistribusi tidak normal
Uji normalitas dilakukan dengan uji Shapiro-Wilk dengan taraf signifikansi 5%
jika sampel lebih dari 30 siswa. Kriteria pengambilan keputusan adalah jika nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak artinya bahwa data berdistribusi
tidak normal, sebaliknya jika nilai signifikansi lebih besar atau sama dengan 0,05,
maka H0 diterima artinya data berdistribusi normal.
Apabila data berdistribusi normal, maka selanjutnya akan dilakukan uji
homogenitas, sedangkan apabila salah satu atau keduanya berdistribusi tidak
normal, maka dilakukan uji ranking rata-rata menggunakan uji statistik
non-parametrik, yaitu dengan uji Mann-whitney.
b. Uji homogenitas
Uji homogenitas dilakukan jika data berdistribusi normal. Uji homogenitas
dilakukan untuk melihat apakah varians data homogen atau tidak. Uji
homogenitas dilakukan terhadap varians skor kelas eksperimen dan varians
skor kelas kontrol . Hipotesis ujinya sebagai berikut:
H0 : Varians data kedua kelompok homogen
H1 : Varians data kedua kelompok tidak homogen
Untuk uji homogenitas, digunakan uji Levene dengan taraf signifikansi 5%.
35
Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
maka H0 ditolak artinya bahwa data tidak homogen, sebaliknya jika nilai
signifikansi lebih besar atau sama dengan 0,05, maka H0 diterima artinya data
homogen.
Apabila data berdistribusi normal dan homogen, uji perbedaan dua rata-rata
akan dilakukan dengan uji t (equal variances assumed), sedangkan apabila data
berdistribusi normal, tetapi tidak homogen, uji perbedaan dua rata-rata akan
dilakukan dengan uji t’ (equal variances not assumed) c. Uji perbedaan dua rata-rata
Hipotesis uji untuk uji perbedaan rata-rata skor pretes kelas eksperimen
dan rata-rata skor pretes kelas kontrol sebagai berikut:
H0 : Tidak terdapat perbedaan antara rata-rata skor pretes kelas eksperimen dan
kelas kontrol
H1 : Terdapat perbedaan antara rata-rata skor pretes kelas eksperimen dan kelas
kontrol
Uji perbedaan dua rata-rata untuk data pretes, postes, atau indeks gain yang
normal dan homogen dilakukan dengan menggunakan uji t dengan taraf
signifikansi 5%. Uji perbedaan dua rata-rata untuk data pretes, postes, atau indeks
gain yang normal dan tidak homogen dilakukan dengan menggunakan uji
dengan taraf signifikansi 5%. Sementara, untuk data pretes, postes, atau indeks
gain yang tidak normal dilakukan uji ranking rata-rata menggunakan uji
Mann-Whitney dengan taraf signifikansi 5%. Kriteria pengambilan keputusan adalah jika
nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak artinya
bahwa terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata skor pretes kelas eksperimen
dan kelas kontrol, sebaliknya jika nilai signifikansi lebih besar
atau sama dengan 0,05, maka H0 diterima artinya bahwa tidak terdapat perbedaan
signifikan antara rata-rata skor pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Hipotesis uji untuk uji perbedaan rata-rata skor postes kelas eksperimen
dan rata-rata skor postes kelas kontrol sebagai berikut:
36
Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching sama dengan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan
pendekatan konvensional .
H1 : Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya
menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching lebih baik daripada
kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya
menggunakan pendekatan konvensional .
Kriteria pengambilan keputusan adalah jika , maka H0 ditolak
artinya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya
menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching lebih baik daripada kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan
pendekatan konvensional. Sebaliknya, jika , maka H0 diterima
artinya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya
menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching sama dengan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan
pendekatan konvensional.
Hipotesis uji untuk uji perbedaan dua rata-rata indeks gain kelas
eksperimen dan rata-rata indeks gain kelas kontrol sebagai berikut:
H0 : Peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa yang pembelajarannya
menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching sama dengan peningkatan
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya
menggunakan pendekatan konvensional .
H1 : Peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa yang pembelajarannya
menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching lebih baik daripada
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional .
Kriteria pengambilan keputusan adalah jika , maka H0
ditolak artinya peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
yang pembelajarannya menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching lebih baik
37
Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional. Sebaliknya, jika
, maka H0 diterima artinya peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan
Reciprocal Teaching sama dengan peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional.
2. Teknik Analisis Data Non Tes
a. Angket
Angket yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala Likert.
Hal ini dikarenakan setiap pernyataan yang disajikan memiliki kontribusi yang
sama terhadap sikap siswa secara keseluruhan. Selain itu, peneliti
menghendaki jawaban yang benar-benar mewakili sikap dan respon siswa
terhadap pernyataan yang diberikan, sehingga peneliti memberikan empat
alternatif pilihan jawaban. Dalam skala Likert setiap alternatif jawaban diberi
nilai. Secara keseluruhan, angket terbagi ke dalam dua pernyataan, pernyataan
positif dan pernyataan negatif. Setiap pernyataan diberikan empat pilihan
jawaban, SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat
Tidak Setuju). Untuk tiap pernyataan, tiap pilihan jawaban diberi skor seperti
tertera pada tebel 3.11.
Tabel 3.11
Ketentuan Pemberian Skor Pernyataan Angket
Pernyataan
Skor tiap pilihan
SS S TS STS
Positif 5 4 2 1
Negatif 1 2 4 5
Kriteria penilaian sikap yang diperoleh dari angket ini adalah jika skor
pernyataan kelas lebih dari 3 maka siswa memberikan sikap yang positif,
sebaliknya, jika skor pernyataan kelas kurang dari 3 maka siswa memberikan
sikap yang negatif (Suherman, 2003:191)
38
Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Data hasil observasi disimpulkan untuk mengetahui sikap dan kondisi
siswa dan guru ketika pembelajaran berlangsung. Data hasil observasi ini akan
Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada keseluruhan tahap
penelitian, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang menggunakan
pendekatan Reciprocal Teaching lebih baik dari siswa yang menggunakan
pembelajaran konvensional.
2. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching lebih baik dari siswa yang
menggunakan pembelajaran konvensional.
3. Kualitas peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
dengan pendekatan Reciprocal Teaching dikategorikan sedang dengan
rata-rata indeks gain sebesar 0,5353.
4. Siswa memberikan respon yang positif terhadap pendekatan Reciprocal
Teaching. Siswa merasakan manfaat yang berarti setelah mengikuti
pembelajaran dengan pendekatan Reciprocal Teaching.
B.Implikasi dan Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh mengenai
pendekatan Reciprocal Teaching, penulis merekomendasikan hal-hal berikut:
1. Sebelum diaplikasikan kepada siswa, sebaiknya guru memberikan contoh
secara mendetail kepada siswa mengenai langkah-langkah dalam
pembelajaran dengan pendekatan Reciprocal Teaching.
2. Pendekatan Reciprocal Teaching memerlukan waktu yang cukup lama
dalam proses pelaksanaannya. Sehingga diperlukan persiapan dan
perencanaan yang lebih matang (menyusun LKS, efektivitas waktu) agar
62
Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Adiyoga, R.(2008). Pengaruh Penggunaan Strategi Meands-Ends Analysis terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP. Skripsi FPMIPA UPI: Tidak
diterbitkan.
BSNP.(2006). Draft Final Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standar Kompetensi Mata
Pelajaran Matematika Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta:
Badan Standar Nasional Pendidikan.
Cahyono, A.N.(2007). Pengembangan Model Creative Problem Solving berbasis Teknologi
dalam Pembelajaran Matematika di SMA.[Online]. Tersedia: http://www.adi-negara.blogspot.com/.
Fakhrudin. (2010). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis siswa melalui Model Reciprocal
Teaching. Tesis PPs UPI. Bandung:tidak diterbitkan
Hasanah. (2009). Reciprocal Teaching. [online]. Tersedia:
http://hasanahworld.wordpress.com/2009/02/04/reciprocal-teaching/. [20 Agustus 2011]
Helmaheri. (2004). Mengembangkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa SLTP melalui Strategi Think-Talk-Write dalam Kelompok Kecil. Tesis
PPs UPI. Bandung:tidak diterbitkan
Lie, A. (2002). Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang
Kelas. Jakarta:PT Grasindo
Miftah, R. (2012). Pembelajaran Matematika Berbasis Komputer dalam Peningkatan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa. Tesis PPs UPI. Bandung:tidak
diterbitkan
Nur, L. A. (2010). Model Pembelajaran Osborn untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa. Skripsi FPMIPA UPI:tidak diterbitkan
Nur’avifah. N. (2011). Penerapan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMP. Skripsi FPMIPA UPI:tidak diterbitkan
Nurmiyanti. (2008). Pembelajaran Matematika melalui Pendekatan Reciprocal Teaching untuk
meningkatkan kemampuan Komunikasi dan Kemandirian Siswa. Skripsi FPMIPA
UPI:tidak diterbitkan
63
Fitia Inansari, 2014
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Rahman. (2004). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Kemampuan Generalisasi Matematik Siswa SMA melalui Pembelajaran Terbalik. Tesis SPs UPI:tidak diterbitkan
Ruseffendi, E. T. (1998). Pengajaran Matematika Modern untuk Orang Tua Murid, Guru, dan
SPG. Bandung. Tarsito
Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.
Sudjana. (1996). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Suhendra. (2005). Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Kelompok Kecil untuk
Mengembangkan Kemampuan Siswa SMA pada Aspek Problem Solving Matematik. Tesis
pada FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.
Suherman,E.(2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung:JICA-UPI
Sumarmo, U. (2003). Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika pada Siswa Sekolah
Menengah. Bandung:Seminar Nasional JICA FPMIPA UPI:tidak diterbitkan
Supardi. (2009). Meningkatkan Kemampuan Analisis Matematika Siswa melalui Reciprocal Teaching. Tesis SPs UPI:tidak diterbitkan
Veragawati. (2009). Pengaruh Implementasi Strategi Working Backward terhadap Peningkatan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika siswa SMP. Skripsi FPMIPA UPI : Tidak
diterbitkan.
Yusniati. (2009). Pengaruh Model Penemuan Terbimbing Berbasis Kontekstual untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Skripsi FPMIPA
UPI: Tidak diterbitkan.