• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Banjar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Banjar."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN

PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN

MASALAH MATEMATIS SISWA SMA

(Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Matematika

Oleh : Fitria Intansari

0700401

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran Matematika dengan

Pendekatan Reciprocal Teaching

untuk Meningkatkan Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematis

Siswa SMA

Oleh Fitria Intansari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Fitria Intansari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

(4)

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Reciprocal Teaching untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA

(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Banjar)

Fitria Intansari (0700401)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kebanyakan guru yang lebih fokus pada aktivitas mengajarkan materi matematika sesuai dengan tuntutan kurikulum daripada membekali gaya belajar yang mengarahkan siswa untuk mampu belajar matematika secara mandiri dan bermakna. Padahal, esensi dari matematika adalah tentang pola pikir. Reciprocal Teaching adalah pendekatan pembelajaran matematika yang di awali dengan kegiatan membaca yang dilakukan siswa agar siswa dapat memaknai sendiri apa yang dipelajari. Aktivitas membaca dapat menstimulasi siswa untuk memperluas wawasan siswa. Secara logis, peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis dapat terjadi. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajaran matematikanya menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen desain kelompok kontrol non-ekuivalen dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI IA SMA Negeri 3 Banjar tahun ajaran 2013/2014 dengan sampel penelitiannya siswa kelas XI IA 1 dan kelas XI IA 3. Data penelitian diperoleh dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajaran matematikanya menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching secara signifikan lebih baik daripada peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional.

(5)

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Reciprocal Teaching Approach in Mathematics Learning to Increase Mathematical Problem Solving Ability of Senior High School Students

(Quasi Experiment Research to Second Grade Students in SMA Negeri 3 Banjar)

Fitria Intansari (0700401)

This research is motivated by the most teachers more focused to teach mathematics as accordance with the demands of the curriculum rather than to provide direct learning styles of students to be able to learn mathematics independently and meaningful. In fact, the essence of mathematics is about mindset. Reciprocal Teaching is mathematics approach that begins with the reading activities of the students so that they can interpret for themselves what they have learned. Reading activities can stimulate students to improve students meaningful. So that, problem solving ability can be increased. Therefore, the purpose of this research was to determine the increase problem solving ability of students in learning mathematics using Reciprocal Teaching approach compared with students whose learning using conventional approach. The method was used is quasi-experimental design of non-equivalent control group by purposive sampling technique. The population was a second grade science students of SMA Negeri 3 Banjar 2013/2014 period with the samples are students of class XI IA 1 and class XI IA 3. The data were obtained from the results of mathematical problem solving ability test. The results showed that the increase of mathematical problem-solving ability of the students which is learning mathematics using Reciprocal Teaching approach was significantly better than the improvement of mathematical problem-solving ability of students whose learning using conventional approach.

(6)

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Operasional ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 9

B. Pendekatan Reciprocal Teaching ... 13

C. Pembelajaran Konvensional ... 19

(7)

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

A. Metode dan Desain Penelitian ... 21

B. Populasi dan Sampel ... 22

C. Variabel Penelitian ... 22

D. Instrumen Penelitian ... 23

1. Instrumen Pembelajaran……….. ... 23

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 23

a. Instrumen Tes ... 23

1) Validitas Tes ……….. 26

2) Reliabilitas Tes……… 27

3) Daya Pembeda……… 27

4) Indeks Kesukaran……… 28

b. Instrumen Non- Tes ... 29

1) Angket ………...………... 29

2) Lembar Observasi ... 30

E. Prosedur Penelitian ... 30

F. Teknik Analisis Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Hasil Penelitian ... 38

(8)

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Statistik Deskriptif Data Kemampuan Awal

dan Akhir Pemecahan Masalah Matematis

Siswa... 38

b. Analisis Data Kemampuan Awal Pemecahan Masalah Matematis Siswa………... 40

c. Analisis Data Kemampuan Akhir Pemecahan Masalah Matematis Siswa……… 42

d. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis……….. ... 44

2. Analisis Data Hasil Angket Siswa ... 48

3. Analisis Data Hasil Observasi ... 52

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 55

1. Deskripsi Pembelajaran dengan pendekatan Reciprocal Teaching……… . 55

2. Deskripsi Pembelajaran dengan Pembelajaran Konvesional………. ... 56

3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 57

4. Sikap Siswa terhadap Pendekatan Reciprocal Teaching……….. ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 61

A. Kesimpulan ... 61

(9)

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(10)

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting dalam upaya pengembangan diri

siswa. Melalui pendidikan, diharapkan terciptanya sumber daya manusia

berkualitas yang handal guna menghadapi era globalisasi serta mampu bersaing

dengan negara lain agar mengantarkan Indonesia menjadi negara maju baik dari

segi ekonomi, politik, maupun sosial budaya. Hal ini sangat mungkin terjadi

karena dalam prosesnya, pendidikan menyediakan lingkungan yang membuat

siswa mampu mengembangkan potensinya secara optimal, sehingga dapat

berguna khususnya bagi dirinya dan umumnya untuk masyarakat luas.

Salah satu mata pelajaran yang dipandang mampu mengembangkan potensi

siswa secara optimal dalam pendidikan adalah matematika. Penguasaan terhadap

matematika dipandang penting dalam pendidikan dengan ditetapkannya

matematika sebagai ujian wajib baik dari sekolah dasar, sekolah menengah

pertama dan sekolah menengah atas. Hal ini dikarenakan pola pikir matematika

itu sangat penting untuk membangun karakter individu di dalam kehidupannya,

pada bidang apapun kompetensinya.

Menurut BSNP (2006) dalam KTSP dijelaskan pula secara rinci bahwa

pembelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai

berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep atau

algoritma secara luwes, akurat efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

meranncang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan

(11)

2

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain

untuk memperjelas keadaan suatu masalah.

5. Memiliki respon menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu

rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika serta

respon ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Sebagaimana tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) bahwa matematika merupakan ilmu universal yang mendasari

perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai

disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia. Henningsen dan Stein

(Helmaheri, 2004:2) menamakan proses matematika dengan istilah bernalar dan

berpikir tingkat tinggi (high-level mathematical thinking and reasoning). Oleh

karena itu, matematika perlu diberikan kepada siswa dimulai dari taman

kanak-kanak hingga sekolah menengah atas, guna membekali siswa dengan kemampuan

berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja

sama.

Salah satu kompetensi utama dalam matematika adalah kemampuan

pemecahan masalah. Branca (Suhendra, 2005:42) mengemukakan bahwa

kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan umum dalam pembelajaran

matematika, bahkan sebagai jantungnya matematika. Selanjutnya, Killen

(Suhendra, 2005:42) menyatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah dapat

mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis serta beradaptasi dengan

situasi belajar mereka yang baru. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa

kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan siswa menggunakan

informasi dan pengetahuan yang sudah dimilikinya untuk mencari jalan keluar

atau solusi yang tidak dengan segera diketahui dari permasalahan matematika

yang disajikan.

Tetapi faktanya, di Indonesia matematika masih dianggap sebagai mata

pelajaran yang membosankan dan menakutkan. Akibatnya hasil belajar

(12)

3

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

International Mathematics and Sciences Study (TIMSS) pada tahun 2011 untuk

siswa sekolah menengah, Indonesia berada pada posisi ke-38 dari 42 negara

(Miftah, 2012:2). Kompetensi yang diujikan oleh TIMSS adalah knowing

(pengetahuan), using routine procedures (penggunaan prosedur rutin),

investigation and problem solving (investigasi dan pemecahan masalah),

mathematical reasoning (penalaran matematika) dan commmunicating

(komunikasi). Senada dengan hal tersebut, hasil penelitian Sumarmo (Nur,

2010:6) menunjukkan siswa SMP, SMA, dan guru-guru matematika memiliki

tingkat kemampuan pemecahan masalah yang rendah.

Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa tidak selalu tentang

siswa mendapatkan jawaban dengan cara yang sama. Branca (Helmaheri 2004:17)

mengemukakan pemecahan masalah merupakan tujuan, proses, dan keterampilan.

Pemecahan masalah merupakan tujuan menekankan pada aspek mengapa

matematika diajarkan yang memiliki arah kepada bagaimana memecahkan suatu

masalah matematika. Pemecahan masalah sebagai proses menekankan pada

metode, strategi atau prosedur yang digunakan siswa dalam menyelesaikan

masalah hingga mereka menemukan solusi. Sedangkan pemecahan masalah

sebagai ketemapilan dasar menyangkut dua hal, yaiut: keterampilan umum yang

harus dimiliki siswa untuk keperluan evaluasi dan keterampilan minimum yang

diperlukan siswa agar dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Fauzy (Yusniati, 2009:4) rendahnya kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa dikarenakan siswa mengalami kesulitan dalam belajar.

Fauzy (Yusniati, 2009:4) menyatakan hal ini disebabkan pembelajaran yang

diterapkan oleh hampir semua sekolah cenderung text book oriented dan kurang

terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran matematika yang

cenderung abstrak, sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang

memperhatikan kemampuan berpikir siswa, atau dengan kata lain pembelajaran

yang kreatif. Seperti metode yang digunakan kurang bervariasi, tidak melakukan

(13)

4

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sulit ditumbuhkan serta pola belajar cenderung menghafal dan mekanistis.

Pembelajaran matematika hendaknya lebih bervariasi dalam metode maupun

strateginya guna mengoptimalkan potensi siswa. Upaya-upaya guru dalam

mengatur berbagai pembelajaran merupakan bagian penting dalam keberhasilan

siswa mencapai tujuan yang direncanakan. Oleh karena itu pemilihan metode dan

strategi serta pendekatan pembelajaran yang menciptakan iklim pembelajaran

aktif yang bermakna merupakan tuntutan yang harus dipenuhi para guru. Namun

di Indonesia para guru masih belum mampu dan mau menerapkannya. Sehingga

guru hanya memberikan ceramah kepada siswa tanpa memperdulikan sebagian

siswa yang pemahamannya kurang dan sulit menangkap penjelasan guru.

Untuk memperbaiki kemampuan pemecahan masalah matematis siswa maka

diperlukan inovasi dalam kegiatan pembelajaran matematika sehingga

meningkatkan makna dalam proses pemebelajaran yang dijalani siswa.

Pembelajaran yang mengembangkan keaktifan siswa di kelas serta memfasilitasi

siswa agar mampu mengembangkan pengetahuannya. Siswa diharapkan dapat

mengembangkan daya nalar dan pemahamannya sehingga kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa meningkat. Menurut Sumarmo (2003)

kegiatan membaca memiliki peran sentral agar siswa mampu mengkonstruksi

makna matematis sehingga siswa belajar lebih bermakna secara aktif.

Keterampilan membaca tidak hanya sekedar melafalkan sajian tertulis saja. Siswa

diberikan kesempatan untuk memberi makna sendiri tentang apa yang dipelajari

sesuai dengan pengetahuannya, minatnya, rasanya, dan perasaannya. Oleh karena

itu, untuk memahami buku teks siswa perlu mengetahui keterampilan membaca

dan membuat catatan.

Salah satu pendekatan pembelajaran keterampilan membaca adalah

pendekatan Reciprocal Teaching. Menurut Palinscar dan Brown (Supardi,

2009:32) bahwa pendekatan Reciprocal Teaching adalah pendekatan konstruktivis

yang didasarkan pada prinsip-prinsip membuat pertanyaan, mengajarkan

(14)

5

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

meningkatkan keterampilan membaca pada siswa. Pendekatan ini merupakan

prosedur pengajaran atau pendekatan yang dirancang untuk mengajarkan kepada

siswa tentang strategi-strategi kognitif serta untuk membantu siswa memahami

bacaan dengan baik. Dalam Reciprocal Teaching, siswa diberikan kesempatan

untuk memperoleh peningkatan pemahaman terhadap suatu teks (bahan ajar)

dengan membaca, menarik ide pokok dari hasil bacaannya, mengajukan

pertanyaan-pertanyaan, menjelaskan kembali dan meramalkan masalah baru yang

akan muncul dari situasi yang telah dianalisisnya sehingga dapat mengembangkan

daya nalarnya.

Dengan kata lain, pendekatan Reciprocal Teaching menekankan kepada

upaya untuk membantu siswa memahami isi dari bahan ajar atau materi secara

keseluruhan. Diharapkan siswa tidak hanya sekedar mengetahui rumus tetapi juga

paham bagaimana mengaplikasikannya ke dalam masalah yang lebih kompleks

dan rumit. Karakteristik dari Reciprocal Teaching berusaha untuk memfasilitasi

usaha di antara guru dan murid agar membuat pembelajaran lebih bermakna.

Menurut Ausubel (Hasanah, 2009:20), pembelajaran bermakna dalam hal ini

adalah pembelajaran yang lebih mengutamakan prosesnya. Proses yang dimaksud

di dalam pembelajaran Reciprocal Teaching adalah kegiatan menyimpulkan,

menyusun pertanyaan, menjelaskan dan memprediksi. Menurut Muslim, dkk

(Nurmiyanti, 2008:20), kekuatan pendekatan Reciprocal Teaching adalah melatih

kemampuan siswa dalam belajar mandiri; melatih kemampuan siswa dalam

mengemukakan pendapat, ide dan gagasan; meningkatkan kemampuan bernalar

siswa; meningkatkan kemampuan siswa dalam pemahaman konsep dan

pemecahan masalah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fakhrudin (2010), pendekatan

Reciprocal Teaching dap meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Selain

itu dalam penelitian Nurmiyanti (2008) pendekatan Reciprocal Teaching dapat

meningkatkan kemampuan komunikasi dan kemandirian siswa. Menurut

(15)

6

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemampuan pemahaman dan kemampuan generalisasi matematik siswa. Supardi

(2009) dalam penelitiannya mengungkapkan kemampuan analisis matematis

siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran matematika dengan pendekatan

Reciprocal Teaching.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Reciprocal

Teaching untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Siswa SMA”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang

pembelajarannya menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching lebih

baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakakan

pembelajaran konvensional?

2. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

yang pembelajarannya menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching

lebih baik daripada pembelajaran konvensional?

3. Bagaimana kualitas peningkatan kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan

Reciprocal Teaching?

4. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan

menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang

pembelajarannya menggunakan Reciprocal Teaching dan siswa yang

(16)

7

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa dengan menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching dan siswa

yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.

3. Mengetahui kualitas peningkatan kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan

Reciprocal Teaching.

4. Mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan Reciprocal Teaching.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kontribusi nyata

bagi berbagai kalangan berikut ini :

1. Bagi peneliti, dapat menjadi wahana memperoleh pengetahuan dan

keterampilan penggunaan pendekatan Reciprocal Teaching, sebagai

langkah awal dalam mendapatkan solusi terkait dengan

masalah-masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran matematika.

2. Bagi guru bidang studi matematika, pembelajaran dengan pendekatan

Reciprocal Teaching dapat dijadikan salah satu pendekatan

pembelajaran alternatif dalam menyampaikan materi kepada siswa

khususnya jika berhubungan dengan kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa.

3. Bagi peneliti lain, dapat memberikan wawasan baru dan sebagai bahan

masukan bagi peneliti yang mengkaji masalah serupa.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya pemahaman yang berbeda tentang

istilah-istilah yang digunakan dan juga memudahkan peneliti dalam menjelaskan apa

yang sedang dibicarakan, maka ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan, sebagai

(17)

8

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Kemampuan pemecahan masalah matematis dapat diartikan sebagai

kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan matematika yang tidak

rutin dengan menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah

dimiliki.

Adapun indikator dari kemampuan pemecahan masalah adalah:

1) siswa dapat menggunakan informasi untuk mengidentifikasi

pertanyaan-pertanyaan yang memuat permasalahan

2) siswa dapat merencanakan dan menentukan informasi dan

langkah-langkah yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah

3) memilih penggunaan konsep untuk memberikan situasi

permasalahan

4) mengorganisasikan, menginterpretasikan, dan menggunakan

informasi-informasi yang relevan

5) mengidentifikasi jalan alternatif untuk menemukan solusi

2. Pendekatan Reciprocal Teaching adalah prosedur pengajaran atau

pendekatan dimana siswa diajarkan empat strategi pemahaman dan

pengaturan diri secara spesifik, yaitu merangkum bacaan, mengajukan

(18)

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan sebab akibat antara

pendekatan Reciprocal Teaching dan kemampuan pemecahan masalah. Dalam hal

ini, peneliti ingin menguji sebuah perlakuan yakni pendekatan Reciprocal

Teaching terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMA, yang

diberi perlakuan khusus dan dikontrol dengan ketat. Sejatinya, penelitian seperti

ini disebut penelitian eksperimen. Namun, pengambilan sampel pada penelitian ini

tidak secara acak siswa, tetapi acak kelas. Peneliti harus menerima kondisi dua

kelas yang diperoleh secara acak tersebut (kelas eksperimen dan kelas kontrol).

Sehingga, berdasarkan metodenya, penelitian ini adalah penelitian kuasi

eksperimen (Ruseffendi, 2005;31).

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain

kelompok kontrol pretes dan postes. Dalam penelitian ini, terdapat dua kelompok

yakni kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan

khusus, dalam hal ini, pendekatan Reciprocal Teaching. Sementara kelas kontrol

menggunakan pembelajaran konvensional. Sebelum diberikan perlakuan, kedua

kelas tersebut diberikan pretes. Setelah perlakuan selesai diberikan, dilakukan tes

akhir. Adapun desain penelitian ini (Ruseffendi, E.T, 1998:45) digambarkan

sebagai berikut :

O X O

O O

Keterangan : X : pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan

Reciprocal Teaching

O : pretes/postes

(19)

22

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI salah satu SMA negeri

di kota Banjar yang terdiri dari lima kelas, yaitu kelas XI-IA 1 sampai dengan

kelas XI-IA 5 tahun ajaran 2013/2014 semester genap. Kemampuan siswa ditiap

kelas hampir merata dengan tidak adanya kelas unggulan. Siswa berkemampuan

tinggi, sedang, dan rendah disebar ke dalam lima kelas dengan proporsi yang

seimbang.

2. Sampel

Penentuan sampel dalam penelitian ini akan menggunakan cara purposive

sampling, yaitu cara pengambilan subjek penelitian bukan berdasarkan atas

adanya tujuan tertentu. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, pengambilan

sampel tidak mungkin dapat dilakukan secara acak. Sekolah telah

mengelompokkan siswa ke dalam lima kelas sedemikian rupa sehingga setiap

kelas memiliki karakteristik yang hampir sama. Peneliti diberikan dua kelas untuk

dijadikan sampel yang dapat mewakili populasi, yaitu kelas XI-IA 1 dan XI-IA 3.

Kelas XI-IA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI-IA 3 sebagai kelas kontrol.

Kelas eksperimen mendapat perlakuan berupa pembelajaran dengan pendekatan

Reciprocal Teaching sedangkan kelas kontrol pembelajarannya dengan

pendekatan konvensional.

C. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri atas dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel

terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendekatan Reciprocal

Teaching, sementara variabel terikatnya adalah kemampuan pemecahan masalah

(20)

23

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas:

1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran adalah instrumen yang dipakai ketika pembelajaran

berlangsung. Instrumen pembelajaran dalam penelitian ini terdiri atas Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP merupakan langkah-langkah tertulis yang harus ditempuh guru dalam

pembelajaran. Peneliti melaksanakan pembelajaran di dua kelas, kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Penyusunan RPP untuk kelas eksperimen

disesuaikan dengan pendekatan Reciprocal Teaching, sementara untuk kelas

kontrol disesuaikan dengan pembelajaran konvensional. Untuk setiap kelas,

peneliti menyusun masing-masing empat RPP.

b. Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS hanya diberikan kepada kelas eksperimen. LKS dibuat berdasarkan

pendekatan Reciprocal Teaching. LKS ini berisi langkah-langkah yang

harus dilakukan siswa untuk menemukan suatu konsep matematika. Selain

itu, berisi beberapa permasalahan yang harus dipecahkan siswa. Kelas

kontrol tidak menggunakan LKS, kelas kontrol menggunakan buku paket

yang sudah ada. Meskipun demikian, setiap permasalahan yang diberikan

kepada kelas eksperimen diberikan pula kepada kelas kontrol, sehingga baik

kelas eksperimen maupun kelas kontrol mendapatkan pemberian materi

yang sama.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari instrumen tes dan

(21)

24

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Instrumen tes

Instrumen tes dalam penelitian ini berupa tes tertulis kemampuan

pemecahan masalah matematis. Dalam penelitian ini, tes tertulis yang digunakan

adalah pretes dan postes. Pretes diberikan untuk mengetahui kemampuan awal

siswa sebelum perlakuan diterapkan. Postes diberikan untuk mengetahui

kemampuan akhir siswa setelah perlakuan diterapkan.

Tipe tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe uraian. Peneliti

menggunakan tes tipe uraian dengan berbagai pertimbangan sebagai berikut:

1) Tipe tes uraian memungkinkan peneliti untuk melihat proses berfikir dan

sejauh mana penguasaan konsep, dan kemampuan siswa dalam memecahkan

masalah yang diberikan

2) Peneliti dapat mengetahui letak kesalahan dan kesulitan siswa

3) Terjadinya bias hasil tes dapat dihindari, katena tidak ada sistem

tebak-tebakan atau untung-untungan yang sering terjadi pada soal tipe pilihan

ganda

Pemberian skor menggunakan pedoman penskoran yang diadopsi dan

dimodifikasi dari pendapat Szetela, Walter dan Nicol (Yusniati, 2009:35).

Pedoman penskoran ini terdiri dari tiga kategori penilaian yang dinamakan dengan

Analytical Scale for Problem Solving. Pedoman penskoran disajikan dalam tabel

3.1. Skor maksimum untuk semua soal tes adalah 50, dengan skor tiap nomor soal

adalah 10. Instrumen tes diujicobakan terlebih dahulu kepada siswa. Sebelum

dilakukan ujicoba, instrumen tes dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan

kepada guru bidang studi matematika di tempat penelitian. Hal ini dilakukan

untuk mengetahui validitas teoritik dari instrumen tes tersebut. Uji coba instrumen

dilakukan sebelum penelitian berlangsung. Instrumen tes diujicobakan kepada

siswa kelas XII SMA Negeri 3 Banjar. Setelah data hasil uji coba diperoleh

kemudian setiap butir soal akan dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas,

indeks kesukaran dan daya pembedanya. Dalam mengolah data hasil ujicoba

(22)

25

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1

Pedoman Penskoran Tes Pemecahan Masalah Matematis Skor Pemahaman

Tidak mempunyai rencana Tidak ada jawaban atau

jawaban salah yang

didasarkan pada rencana

tidak tepat

Rencana tidak tepat secara

keseluruhan

Kesalahan menyalin,

kesalahan perhitungan,

hanya sebagian jawaban

untuk masalah yang

menuntut jawaban jamak,

jawaban ditulis secara tidak

benar

tetapi sebagian besar salah

(23)

26

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4 Memahami

masalah dengan

lengkap

Terdapat rencana yang

menggiring kepada solusi

yang benar tanpa ada

kesalahan aritmatik

Skor

Maksimum 4

Skor Maksimum 4 Skor Maksimum 2

1) Validitas tes

Suatu alat evaluasi disebut valid apabila alat evaluasi tersebut mampu

mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Adapun klasifikasi koefisien

korelasi yang digunakan adalah klasifikasi menurut Guilford (Suherman,

2003:113) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Klasifikasi Koefisien Validitas

Nilai rx,y Interpretasi

00 , 1 90

,

0 rx, y Korelasi sangat tinggi (Validitas sangat tinggi)

90 , 0 60

,

0 rx, y Korelasi tinggi (Validitas tinggi)

60 , 0 40

,

0 rx, y Korelasi sedang (Validitas sedang)

40 , 0 20

,

0 rx, y Korelasi rendah (Validitas rendah)

20 , 0 00

,

0 rx, y Korelasi sangat rendah (Validitas sangat rendah)

00

Dengan menggunakan software Anates V4 uraian, diperoleh koefisien

korelasi keseluruhan soal adalah rx,y= 0,51 yang artinya keseluruhan butir

soal memiliki validitas sedang. Validitas yang diperoleh untuk tiap butir soal

disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3.3

(24)

27

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No Soal Koefisien Validitas Signifikansi Interpretasi

1 0,814 Sangat signifikan Validitas tinggi

2 0,806 Sangat signifikan Validitas tinggi

3 0,798 Sangat signifikan Validitas tinggi

4 0,637 Signifikan Validitas tinggi

5 0,593 Signifikan Validitas sedang

2) Reliabilitas Tes

Suatu alat evaluasi dikatakan reliabel apabila hasil evaluasi tersebut

tidak berubah ketika digunakan untuk subjek yang berbeda. Untuk mengetahui

besarnya derajat reliabilitas alat evaluasi digunakan tolak ukur yang dibuat

oleh Guilford (Suherman, 2003:138) sebagai berikut:

Tabel 3.4

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Nilai r11 Interpretasi

00 , 1 90

,

0 r11 Derajat reliabilitas sangat tinggi

90 , 0 70

,

0 r11 Derajat reliabilitas tinggi

70 , 0 40

,

0 r11 Derajat reliabilitas sedang

40 , 0 20

,

0 r11 Derajat reliabilitas rendah

20 , 0

11

r Derajat reliabilitas sangat rendah

Dengan menggunakan anates uraian, diperoleh koefisien reliabilitas

keseluruhan soal adalah = 0,67 yang artinya keseluruhan butir soal

memiliki reliabilitas sedang.

(25)

28

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daya pembeda dari satu butir soal menyatakan seberapa jauh

kemampuan butir soal tersebut membedakan antara testi yang mengetahui

jawabannya dengan benar dengan testi yang tidak dapat menjawab soal

tersebut (atau testi yang menjawab salah). Dengan kata lain, daya pembeda

dari sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal tersebut membedakan

siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan

rendah.

Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda butir soal yang digunakan

berdasarkan Suherman (2003,161) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5

Klasifikasi Daya Pembeda

Nilai r11 Interpretasi

00

Daya Pembeda Tiap Butir Soal

No Soal Nilai DP Interpretasi

(26)

29

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Indeks Kesukaran menyatakan derajat kesukaran sebuah soal.

Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda butir soal yang digunakan

berdasarkan Suherman (2003,161) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7

Klasifikasi Koefisien Indeks Kesukaran

Nilai r11 Interpretasi

00 , 1

IK Soal terlalu mudah

00

IK Soal terlalu sukar

Dari hasil anates, diperoleh:

Tabel 3.8

Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal

No Soal Nilai IK Interpretasi

1 0,56 Soal sedang

Rekapitulasi Analisis Butir Soal Validitas : 0,51 (sedang)

Reliabilitas : 0,67 (sedang)

No

Validitas butir soal Daya Pembeda Indeks Kesukaran

(27)

30

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 0,814 Tinggi 0,87 Sangat Baik 0,56 Soal sedang Digunakan

2 0,806 Tinggi 0,72 SangatBaik 0,64 Soal sedang Digunakan

3 0,798 Tinggi 0,85 Sangat Baik 0,53 Soal sedang Digunakan

4 0,637 Tinggi 0,72 Sangat Baik 0,36 Soal sedang Digunakan

5 0,593 Sedang 0,68 Baik 0,34 Soal sedang Digunakan

b. Instrumen non-tes

Instrumen non-tes digunakan untuk memperoleh data yang tidak bisa

diperolah dari instrument tes. Instumen non-tes pada penelitian ini terdiri atas:

1) Angket

Angket adalah daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus diisi oleh

responden (Suherman, 2003:56).Angket hanya diberikan kepada siswa kelas

eksperimen. Angket ini digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap

pendekatan Reciprocal Teaching.

Dalam penelitian ini, angket yang digunakan berupa daftar pernyataan

yang memiliki empat alternatif jawaban, yaitu : Sangat Setuju (SS), Setuju

(S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Angket seperti ini

menggunakan Skala Likert. Pernyataan dalam angket ini terdiri atas

pernyataan positif dan pernyataan negatif.

2) Lembar Observasi

Lembar Observasi adalah instrumen non tes yang digunakan untuk

melihat aktivitas siswa, aktivitas guru, dan aktivitas siswa yang

menunjukkan kemampuan pemecahan masalah matematis dalam proses

pembelajaran dengan pendekatan Reciprocal Teaching. Lembar Observasi

ini digunakan ketika pembelajaran sedang berlangsung. Setiap pernyataan

pada lembar observasi untuk aktivitas siswa dan guru terdiri atas dua

kategori, Ya dan Tidak. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah

siswa atau guru melaksanakan aktivitas yang disebutkan atau tidak.

(28)

31

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Beberapa langkah yang dilakukan dalam tahapan ini diantaranya :

a. Identifikasi masalah

Peneliti mengidentifikasi masalah apa yang akan diteliti, dengan

melakukan berbagai survey dan kajian literatur sehingga diperoleh

beberapa masalah dan rencana yang akan dilaksanakan.

b. Hasil identifikasi dikonsultasikan dengan pihak-pihak yang berkaitan,

dalam hal ini dengan dosen pembimbing. Hasil konsultasi dituangkan

dalam proposal penelitian, diseminarkan, dan dilakukan revisi proposal

penelitian.

c. Menyusun bahan ajar, yakni RPP dan LKS. Kedua bahan ajar ini

dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, kemudian kesalahan yang

terdapat dalam bahan ajar direvisi

d. Membuat instrumen tes. Instrumen tes ini terdiri atas tes uraian.

Banyaknya butir soal pada instrumen tes sebanyak lima buah soal.

e. Menguji instrumen tes pada siswa yang telah mempelajari materi yang

akan diteliti

f. Revisi instrumen tes jika terdapat kekurangan.

g. Pemilihan sampel penelitian. Pemilihan sampel ini disesuaikan dengan

materi penelitian dan waktu pelaksanaan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Dalam tahap pelaksanaan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Pemberian pretes kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk

mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis awal siswa.

b. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

Reciprocal Teaching pada kelas eksperimen dan pembelajaran

konvensional pada kelas kontrol.

c. Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti menggunakan lembar

(29)

32

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Pemberian angket pada kelompok eksperimen untuk mengetahui sikap

siswa terhadap pendekatan Reciprocal Teaching.

e. Pemberian postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3. Tahap Analisis, Evaluasi, dan Refleksi

Langkah selanjutrnya adalah melakukan pengkajian dan analisis terhadap

penemuan-penemuan penelitian, serta melihat pengaruhnya terhadap

kemampuan yang ingin diukur. Peneliti melakukan input data kuantitatif

berupa pretes dan postes kelas eksperimen dan kelas kontrol. Menghitung

indeks gain pada masing-masing kelas. Kemudian data kuantitatif tesebut diuji

normalitas dan homogenitasnya. Setelah diuji normalitas dan homogenitasnya,

dilakukan uji parametrik atau uji non parametrik. Setelah itu, dilakukan

analisis terhadap data kualitatif yang diperoleh dari angket sikap siswa dan

lembar observasi

4. Penarikan kesimpulan

Tahapan terakhir yang dilakukan adalah penarikan kesimpulan. Data hasil

analisis diinterpretasikan lalu disimpulkan berdasarkan hipotesis dan rumusan

masalah penelitian yang dibuat, kemudian dituangkan dalam bentuk skripsi.

F. Teknik Analisis Data

1. Teknik Analisis Data Tes

Pengolahan data tes menggunakan bantuan program SPSS 17 for Windows.

Untuk data hasil tes tertulis, ada beberapa perlakuan yang akan dilakukan, antara

lain:

a) Skor Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol digunakan indeks gain. Adapun skor

peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis (indeks gain)

(30)

33

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kategori menurut Hake (Nur’avifah, 2011 : 42) sebagai berikut:

: Rendah

: Sedang

: Tinggi

b) Analisis Deskriptif

Bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai data pretes, postes, dan gain

yang diperoleh. Adapun data deskriptif yang dihitung adalah mean dan standar

deviasi.

c) Gambaran Umum Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Gambaran umum kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang

berupa data skor tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dianalisis secara deskriptif atas

dasar prosentase dan dirumuskan sebagai berikut:

100

M

S S N

Keterangan: N = nilai persen yang dicapai atau yang diharapkan

S = Skor mentah yang diharapkan

SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan

100 = bilangan teta

Tabel 3.10

Kriteria Umum Kualifikasi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

No Tingkat Penguasaan Predikat

1 75% - 100% Baik

2 50% - 75% Cukup

3 < 50% Kurang

(31)

34

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Analisis data hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

dilakukan secara kuantitatif dengan bantuan software IBM SPSS Statistics 17.

Langkah-langkah uji perbedaan dua rata-rata adalah sebagai berikut:

a. Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah data yang diperoleh

berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Normalitas data diperlukan

sebagai syarat uji-uji statistik berikutnya, dalam hal ini untuk menentukan

pengujian perbedaan dua rata-rata yang akan diselidiki. Hipotesis yang diuji

adalah:

H0 : Data berdistribusi normal

H1 : Data berdistribusi tidak normal

Uji normalitas dilakukan dengan uji Shapiro-Wilk dengan taraf signifikansi 5%

jika sampel lebih dari 30 siswa. Kriteria pengambilan keputusan adalah jika nilai

signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak artinya bahwa data berdistribusi

tidak normal, sebaliknya jika nilai signifikansi lebih besar atau sama dengan 0,05,

maka H0 diterima artinya data berdistribusi normal.

Apabila data berdistribusi normal, maka selanjutnya akan dilakukan uji

homogenitas, sedangkan apabila salah satu atau keduanya berdistribusi tidak

normal, maka dilakukan uji ranking rata-rata menggunakan uji statistik

non-parametrik, yaitu dengan uji Mann-whitney.

b. Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan jika data berdistribusi normal. Uji homogenitas

dilakukan untuk melihat apakah varians data homogen atau tidak. Uji

homogenitas dilakukan terhadap varians skor kelas eksperimen dan varians

skor kelas kontrol . Hipotesis ujinya sebagai berikut:

H0 : Varians data kedua kelompok homogen

H1 : Varians data kedua kelompok tidak homogen

Untuk uji homogenitas, digunakan uji Levene dengan taraf signifikansi 5%.

(32)

35

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

maka H0 ditolak artinya bahwa data tidak homogen, sebaliknya jika nilai

signifikansi lebih besar atau sama dengan 0,05, maka H0 diterima artinya data

homogen.

Apabila data berdistribusi normal dan homogen, uji perbedaan dua rata-rata

akan dilakukan dengan uji t (equal variances assumed), sedangkan apabila data

berdistribusi normal, tetapi tidak homogen, uji perbedaan dua rata-rata akan

dilakukan dengan uji t’ (equal variances not assumed) c. Uji perbedaan dua rata-rata

Hipotesis uji untuk uji perbedaan rata-rata skor pretes kelas eksperimen

dan rata-rata skor pretes kelas kontrol sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat perbedaan antara rata-rata skor pretes kelas eksperimen dan

kelas kontrol

H1 : Terdapat perbedaan antara rata-rata skor pretes kelas eksperimen dan kelas

kontrol

Uji perbedaan dua rata-rata untuk data pretes, postes, atau indeks gain yang

normal dan homogen dilakukan dengan menggunakan uji t dengan taraf

signifikansi 5%. Uji perbedaan dua rata-rata untuk data pretes, postes, atau indeks

gain yang normal dan tidak homogen dilakukan dengan menggunakan uji

dengan taraf signifikansi 5%. Sementara, untuk data pretes, postes, atau indeks

gain yang tidak normal dilakukan uji ranking rata-rata menggunakan uji

Mann-Whitney dengan taraf signifikansi 5%. Kriteria pengambilan keputusan adalah jika

nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak artinya

bahwa terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata skor pretes kelas eksperimen

dan kelas kontrol, sebaliknya jika nilai signifikansi lebih besar

atau sama dengan 0,05, maka H0 diterima artinya bahwa tidak terdapat perbedaan

signifikan antara rata-rata skor pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Hipotesis uji untuk uji perbedaan rata-rata skor postes kelas eksperimen

dan rata-rata skor postes kelas kontrol sebagai berikut:

(33)

36

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching sama dengan kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan

pendekatan konvensional .

H1 : Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya

menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching lebih baik daripada

kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya

menggunakan pendekatan konvensional .

Kriteria pengambilan keputusan adalah jika , maka H0 ditolak

artinya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya

menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching lebih baik daripada kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan

pendekatan konvensional. Sebaliknya, jika , maka H0 diterima

artinya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya

menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching sama dengan kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan

pendekatan konvensional.

Hipotesis uji untuk uji perbedaan dua rata-rata indeks gain kelas

eksperimen dan rata-rata indeks gain kelas kontrol sebagai berikut:

H0 : Peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa yang pembelajarannya

menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching sama dengan peningkatan

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya

menggunakan pendekatan konvensional .

H1 : Peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa yang pembelajarannya

menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching lebih baik daripada

peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang

pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional .

Kriteria pengambilan keputusan adalah jika , maka H0

ditolak artinya peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

yang pembelajarannya menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching lebih baik

(34)

37

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional. Sebaliknya, jika

, maka H0 diterima artinya peningkatan kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan

Reciprocal Teaching sama dengan peningkatan kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional.

2. Teknik Analisis Data Non Tes

a. Angket

Angket yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala Likert.

Hal ini dikarenakan setiap pernyataan yang disajikan memiliki kontribusi yang

sama terhadap sikap siswa secara keseluruhan. Selain itu, peneliti

menghendaki jawaban yang benar-benar mewakili sikap dan respon siswa

terhadap pernyataan yang diberikan, sehingga peneliti memberikan empat

alternatif pilihan jawaban. Dalam skala Likert setiap alternatif jawaban diberi

nilai. Secara keseluruhan, angket terbagi ke dalam dua pernyataan, pernyataan

positif dan pernyataan negatif. Setiap pernyataan diberikan empat pilihan

jawaban, SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat

Tidak Setuju). Untuk tiap pernyataan, tiap pilihan jawaban diberi skor seperti

tertera pada tebel 3.11.

Tabel 3.11

Ketentuan Pemberian Skor Pernyataan Angket

Pernyataan

Skor tiap pilihan

SS S TS STS

Positif 5 4 2 1

Negatif 1 2 4 5

Kriteria penilaian sikap yang diperoleh dari angket ini adalah jika skor

pernyataan kelas lebih dari 3 maka siswa memberikan sikap yang positif,

sebaliknya, jika skor pernyataan kelas kurang dari 3 maka siswa memberikan

sikap yang negatif (Suherman, 2003:191)

(35)

38

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Data hasil observasi disimpulkan untuk mengetahui sikap dan kondisi

siswa dan guru ketika pembelajaran berlangsung. Data hasil observasi ini akan

(36)

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada keseluruhan tahap

penelitian, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang menggunakan

pendekatan Reciprocal Teaching lebih baik dari siswa yang menggunakan

pembelajaran konvensional.

2. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang

menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching lebih baik dari siswa yang

menggunakan pembelajaran konvensional.

3. Kualitas peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

dengan pendekatan Reciprocal Teaching dikategorikan sedang dengan

rata-rata indeks gain sebesar 0,5353.

4. Siswa memberikan respon yang positif terhadap pendekatan Reciprocal

Teaching. Siswa merasakan manfaat yang berarti setelah mengikuti

pembelajaran dengan pendekatan Reciprocal Teaching.

B.Implikasi dan Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh mengenai

pendekatan Reciprocal Teaching, penulis merekomendasikan hal-hal berikut:

1. Sebelum diaplikasikan kepada siswa, sebaiknya guru memberikan contoh

secara mendetail kepada siswa mengenai langkah-langkah dalam

pembelajaran dengan pendekatan Reciprocal Teaching.

2. Pendekatan Reciprocal Teaching memerlukan waktu yang cukup lama

dalam proses pelaksanaannya. Sehingga diperlukan persiapan dan

perencanaan yang lebih matang (menyusun LKS, efektivitas waktu) agar

(37)

62

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Adiyoga, R.(2008). Pengaruh Penggunaan Strategi Meands-Ends Analysis terhadap

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP. Skripsi FPMIPA UPI: Tidak

diterbitkan.

BSNP.(2006). Draft Final Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standar Kompetensi Mata

Pelajaran Matematika Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta:

Badan Standar Nasional Pendidikan.

Cahyono, A.N.(2007). Pengembangan Model Creative Problem Solving berbasis Teknologi

dalam Pembelajaran Matematika di SMA.[Online]. Tersedia: http://www.adi-negara.blogspot.com/.

Fakhrudin. (2010). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis siswa melalui Model Reciprocal

Teaching. Tesis PPs UPI. Bandung:tidak diterbitkan

Hasanah. (2009). Reciprocal Teaching. [online]. Tersedia:

http://hasanahworld.wordpress.com/2009/02/04/reciprocal-teaching/. [20 Agustus 2011]

Helmaheri. (2004). Mengembangkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah

Matematis Siswa SLTP melalui Strategi Think-Talk-Write dalam Kelompok Kecil. Tesis

PPs UPI. Bandung:tidak diterbitkan

Lie, A. (2002). Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang

Kelas. Jakarta:PT Grasindo

Miftah, R. (2012). Pembelajaran Matematika Berbasis Komputer dalam Peningkatan

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa. Tesis PPs UPI. Bandung:tidak

diterbitkan

Nur, L. A. (2010). Model Pembelajaran Osborn untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematis Siswa. Skripsi FPMIPA UPI:tidak diterbitkan

Nur’avifah. N. (2011). Penerapan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMP. Skripsi FPMIPA UPI:tidak diterbitkan

Nurmiyanti. (2008). Pembelajaran Matematika melalui Pendekatan Reciprocal Teaching untuk

meningkatkan kemampuan Komunikasi dan Kemandirian Siswa. Skripsi FPMIPA

UPI:tidak diterbitkan

(38)

63

Fitia Inansari, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 3 Banjar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rahman. (2004). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Kemampuan Generalisasi Matematik Siswa SMA melalui Pembelajaran Terbalik. Tesis SPs UPI:tidak diterbitkan

Ruseffendi, E. T. (1998). Pengajaran Matematika Modern untuk Orang Tua Murid, Guru, dan

SPG. Bandung. Tarsito

Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Sudjana. (1996). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Suhendra. (2005). Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Kelompok Kecil untuk

Mengembangkan Kemampuan Siswa SMA pada Aspek Problem Solving Matematik. Tesis

pada FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Suherman,E.(2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung:JICA-UPI

Sumarmo, U. (2003). Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika pada Siswa Sekolah

Menengah. Bandung:Seminar Nasional JICA FPMIPA UPI:tidak diterbitkan

Supardi. (2009). Meningkatkan Kemampuan Analisis Matematika Siswa melalui Reciprocal Teaching. Tesis SPs UPI:tidak diterbitkan

Veragawati. (2009). Pengaruh Implementasi Strategi Working Backward terhadap Peningkatan

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika siswa SMP. Skripsi FPMIPA UPI : Tidak

diterbitkan.

Yusniati. (2009). Pengaruh Model Penemuan Terbimbing Berbasis Kontekstual untuk

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Skripsi FPMIPA

UPI: Tidak diterbitkan.

Gambar

Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Tes Pemecahan Masalah Matematis
Tabel 3.2 Klasifikasi Koefisien Validitas
Tabel 3.4 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda
+4

Referensi

Dokumen terkait

Catu daya atau power supply merupakan suatu rangkaian elektronik yang.. mengubah arus listrik bolak-balik menjadi arus

PENERAPAN PENDEKATAN OUTDOOR LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI!. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam penelitian ini juga membahas faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan lapangan kerja, yaitu jumlah tenaga kerja dan dependensi rasio, serta membahas bagaimana

Baca petikan cerpen di bawah ini dengan teliti, kemudian jawab soalan-soalan yang berikutnya dengan ntenggunakan ayot anda sendiri.. Setiap kali saya meluahkan hasrat

Peningkatan laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup dapat dilakuakan dengan menggunakan proobiotik, salah satu probiotik yang dapat mempercepat pertumbuhan dan

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Disusun

Radiografi bitewing adalah radiografi yang digunakan untuk melihat permukaan gigi yang meliputi mahkota gigi, interproksimal dan puncak alveolar pada maksila dan mandibula

Prinsip kerja ikhlas mengajarkan kepada kita untuk tidak selalu terpaku pada hasilnya dan lebih menitik beratkan pada prosesnya, kerja ikhlas mampu mengangkat