• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN KREATIVITAS MENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI ANTARA GURU BERSERTIFIKASI DAN NON SERTIFIKASI : Studi Deskriptif terhadap Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Subang Kabupaten Subang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN KREATIVITAS MENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI ANTARA GURU BERSERTIFIKASI DAN NON SERTIFIKASI : Studi Deskriptif terhadap Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Subang Kabupaten Subang."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh INDRI IHSANIY

0901240

PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PERBANDINGAN KREATIVITAS MENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI ANTARA GURU BERSERTIFIKASI DAN NON SERTIFIKASI

(Studi Deskriptif terhadap Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Subang Kabupaten Subang)

Oleh Indri Ihsaniy

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Indri Ihsaniy 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

ANTARA GURU BERSERTIFIKASI DAN NONSERTIFIKASI

(Studi Deskriptif terhadap Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Subang Kabupaten Subang)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr. Bambang Abduljabar, M.Pd NIP. 196509091991021001

Pembimbing II

Dra. Hj. Mimin Karmini, M.Pd NIP. 195305171980112001

Mengetahui, Ketua Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

(4)

PERBANDINGAN KREATIVITAS MENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI ANTARA GURU BERSERTIFIKASI DAN NON SERTIFIKASI

(Studi Deskriptif terhadap Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Subang Kabupaten Subang)

Indri Ihsaniy

Dr. Bambang Abduljabar, M.Pd

Dra. Hj. Mimin Karmini, M.Pd

ABSTRAK

Berdasarkan studi pendahuluan, di suatu sekolah terindikasi adanya kelemahan kreativitas mengajar para guru pendidikan jasmani ketika belum mampu mengoptimalkan kesempatan belajar gerak siswa. Suatu studi deskriptif terhadap 6 guru pendidikan jasmani yang dipilih secara purposive sampling dari 3 SMP Negeri di Kecamatan Subang Kabupaten Subang. Dan masing-masing 3 guru sertifikasi dan 3 guru non sertifikasi dari SMPN 1 Subang, SMPN 2 Subang, dan SMPN 6 Subang.

Data diperoleh melalui lembar observasi dan wawancara tentang kreativitas dan kemampuan mengajar yang selanjutnya di analisis melalui prosedur asosiasi antara dua faktor dalam daftar kontingensi B X K dan berlanjut kepada metode khusus untuk daftar kontingensi 2 X 2. Dan wawancara diolah melalui analisis data Model Miles and Huberman.

Dari hasil analisis menunjukkan bahwa kedua kategori guru pendidikan jasmani yakni guru pendidikan jasmani sertifikasi dan guru pendidikan jasmani non sertifikasi memiliki kreativitas mengajar yang sama, tetapi kemampuan dalam komponen mengajar yang berbeda. Hal tersebut diperkuat oleh kepandaian mengajar masih ditentukan oleh pengalaman mengajar.

(5)

COMPARISON OF PHYSICAL EDUCATION TEACHING CREATIVITY BETWEEN CERTIFIED TEACHERS AND UNCERTIFIED TEACHERS

(Descriptive Study of Physical Education Teachers in Junior High School at Kecamatan Subang Kabupaten Subang)

Indri Ihsaniy

Dr. Bambang Abduljabar, M.Pd

Dra. Hj. Mimin Karmini, M.Pd

ABSTRACT

Based on the preliminary study, it is indicated that weakness of

physical education teachers’ teaching creativity when they have not

been able to optimize students’ movement learning chances. A

descriptive study of 6 physical education teachers chosen with

purposive sampling’ from 3 Junior High School at Kecamatan Subang Kabupaten Subang. And each 3 certified teachers and 3 uncertified teachers from Junior High School 1 Subang, Junior High School 2 Subang, and Junior High School 6 Subang.

The data obtainable by observation pages and interview about creativity and teaching skills than will be analysis through association procedure between two factors in contingency B X K list, and continue to specific method for contingency 2 X 2 list. And interview section treated by Miles and Huberman data analysis Model.

From the result of analysis showed if both of physical education

teachers category that is certified physical education teachers’ and uncertified physical education teachers’ have a same teaching

creativity, but the skills in component of teaching is different. That thing powered by teaching intelligence is still determined of teaching experience.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

a. Dari Segi Teoritis ... 7

b. Dari Segi Praktis ... 7

F. Batasan Penelitian ... 7

G. Batasan Istilah ... 8

BAB II KAJIAN TEORITIS ... 10

A. Hakikat Pendidikan ... 10

1. Pengertian Pendidikan Berdasarkan Ruang Lingkup ... 10

2. Pengertian Pendidikan Berdasarkan pendekatan Sistem... 10

B. Hakikat Pendidikan Jasmani ... 12

1. Pengertian Pendidikan Jasmani ... 12

2. Tujuan Pendidikan Jasmani... 14

C. Konsep Kreativitas ... 16

D. Konsep Mengajar ... 19

(7)

F. Hakikat Sertifikasi ... 28

G. Hakikat Motivasi ... 32

H. Hubungan Teori Motivasi dengan Kreativitas Guru Pendidikan Jasmani Sertifikasi dan Guru Pendidikan Jasmani Non Sertifikasi ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

A. Lokasi Penelitian ... 38

B.Populasi dan Sampel ... 38

1. Populasi ... 38

2. Sampel ... 39

C. Metode Penelitian ... 40

D. Langkah-Langkah Penelitian... 41

E. Instrumen Penelitian ... 42

F. Teknik Pengumpulan Data ... 48

1. Observasi ... 48

2. Wawancara ... 49

3. Dokumentasi ... 50

G. Teknik Analisis Data ... 50

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 56

1. Lembar Observasi ... 56

2. Wawancara ... 69

B. Diskusi Temuan ... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 87

A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

3.1 Kisi-Kisi Lembar Observasi ... 43

3.2 Lembar Observasi Kreativitas Mengajar Guru ... 44

3.3 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara ... 45

3.4 Pedoman Wawancara Guru Pendidikan Jasmani ... 46

4.1 Jumlah Jawaban Ya/Tidak Lembar Observasi Guru Pendidikan jasmani Sertifikasi ... 56

4.2 Sensitivitas atau Kepekaannya terhadap Masalah ... 58

4.3 Kelancaran dan Kebebasan dalam Berpikir dan Bertindak... 59

4.4 Fleksibilitas/Keluwesan dalam Mencari Alternatif Pemecahan Masalah .. 59

4.5 Originalitas atau Kebaruan dalam Gagasan maupun Karya Nyata ... 60

4.6 Penyusunan dan Pengembangan ... 61

4.7 Redifinisi atau Pendefinisian Ulang ... 62

4.8 Jumlah Jawaban Ya/Tidak Lembar Observasi Guru Pendidikan jasmani Non Sertifikasi ... 63

4.9 Sensitivitas atau Kepekaannya terhadap Masalah ... 64

4.10 Kelancaran dan Kebebasan dalam Berpikir dan Bertindak ... 65

4.11 Fleksibilitas/Keluwesan dalam Mencari Alternatif Pemecahan Masalah 66 4.12Originalitas atau Kebaruan dalam Gagasan maupun Karya Nyata ... 67

4.13Penyusunan dan Pengembangan ... 68

4.14 Redifinisi atau Pendefinisian Ulang ... 68

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(10)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Guru merupakan sebagai komponen penting dari tenaga kependidikan, memiliki tugas untuk melaksanakan proses belajar mengajar. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar (PBM) guru diharapkan paham tentang adanya strategi pembelajaran. Dalam PBM pendidikan jasmani, yang penting adalah memaksimalkan partisipasi dari semua siswa. PBM pendidikan jasmani dapat diartikan sebagai usaha merancang komponen-komponen pembelajaran yang dapat memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap pencapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan perkembangan siswa. Tujuan pada bagian psikomotor adalah pencapaian keterampilan dan kebugaran jasmani secara optimal. Sementara itu, walaupun pendidikan jasmani menggunakan aktivitas fisik sebagai media proses pembelajaran, bukan berarti mengabaikan pengembangan bagian kognitif dan afektif, melainkan melalui dampak pengiring dari aktivitas fisik secara langsung dapat memberikan konstribusi terhadap pencapaian tujuan pada ranah kognitif dan afektif. Seperti yang telah

diungkapkan oleh Agus Mahendra yaitu: “Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan tentang dan melalui aktivitas jasmani, permainan, dan olahraga yang

dipilih untuk mencapai tujuan pendidikan”. Yang mempengaruhi dalam aktivitas PBM pendidikan jasmani salah satunya adalah kreativitas mengajar guru pendidikan jasmani. Dalam hal ini guru pendidikan jasmani dituntut untuk memiliki kreativitas yang menghuni dalam setiap kegiatan PBM pendidikan jasmani.

(11)

disesuaikan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang dipegang oleh kurikulum sekolah tersebut. Penutup berisi aktivitas yang bertujuan untuk mengembalikan fisik dalam kondisi normal dengan gerakan-gerakan ringan dan dapat diselingi dengan diskusi tentang pembelajaran maupun dapat berupa tanya jawab.

Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari kurikulum di sekolah menengah pertama (SMP) yang menekankan pada usaha memacu, meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional, dan sosial siswa. Pendidikan jasmani adalah suatu proses seseorang sebagai individu maupun anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan, dan pembentukan watak. Oleh karena itu program pendidikan jasmani wajib diikuti oleh semua siswa, mulai dari kelas VII sampai dengan kelas IX, diberikan dengan waktu dua jam per minggu yang terdiri dari kegiatan wajib dan kegiatan pilihan.

Dalam pembelajaran pendidikan jasmani, guru bertindak sebagai pelaku pengajaran. Menurut Nasution (1935:5) yang dikutip Nugraha, dkk (2010:1)

menjelaskan bahwa: ”Mengajar dalam pengertian modern berarti aktivitas guru

dalam mengorganisasikan lingkungan dan mendekatkannya kepada peserta didik

sehingga terjadi proses belajar”. Bertolak dari pengertian diatas, keberhasilan mengajar tentunya harus diukur dari bagaimana partisipasi anak dalam proses belajar mengajar dan seberapa jauh hasil yang telah di capainya. Dalam artian, dalam mengajar guru dapat memiliki kemampuan untuk mengenali peserta didik, kemampuan untuk merencanakan pembelajaran, kemampuan untuk melaksanakan pembelajaran, dan kemampuan untuk mengevaluasi pembelajaran.

Peningkatan kualitas pendidikan dilakukan secara berkesinambungan dan sampai saat ini terus dilaksanakan. Salah satu usaha peningkatan kualitas pendidikan yang kini dilakukan pemerintah adalah peningkatan kualitas guru melalui program sertifikasi. Mengenai pengertian sertifikasi dijelaskan oleh

Nataamijaya (2004) yang dikutip oleh Mulyasa (2008:34) bahwa: “Sertifikasi

(12)

3

tertulis bahwa sesuatu produk, proses, atau jasa yang telah memenuhi persyaratan

yang ditetapkan”. Dengan kata lain, sertifikasi guru merupakan prosedur yang

digunakan oleh pihak berwenang untuk memberikan jaminan tertulis bahwa seseorang telah memenuhi persyaratan kompetensi sebagai guru.

Pada dasarnya pemberdayaan guru melalui sertifikasi dapat dilakukan dengan cara mengembangkan potensi dari para guru untuk memperoleh keterampilan agar mampu bekerja lebih baik, dan meningkatkan kepercayaan diri para guru. Seiring dengan tumbuhnya keterampilan dan kepercayaan diri, maka para guru harus belajar atau berlatih lebih banyak dalam mengambil keputusan dan memilih sumber-sumber daya terhadap pencapaian tujuan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, sertifikasi guru sebagai proses pemberdayaan merupakan cara untuk membangkitkan kemampuan dan potensi guru agar memiliki kemampuan mengontrol diri dan lingkungannya untuk dimanfaatkan bagi kepentingan peningkatan mutu pendidikan. Dengan demikian, uji kompetensi guru melalui sertifikasi merupakan sesuatu yang penting untuk dilakukan terhadap setiap guru dan calon guru. Hal ini penting untuk mempersiapkan guru yang kreatif, profesional, dan menyenangkan.

Sampai saat ini, pemerataan program sertifikasi oleh para guru-guru belum tercapai dengan baik. Padahal melalui program ini para guru diharapkan betul-betul memiliki kemampuan profesional yang memerlukan keahlian, kemahiran, dan kreativitas yang memenuhi standar mutu atau norma-norma tertentu. Khususnya dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, terdapat perbedaan yang signifikan dalam proses belajar mengajarnya. Setelah adanya program sertifikasi ini, para guru pendidikan jasmani dituntut untuk mengubah pandangan tentang pendidikan jasmani yang identik dengan aktivitas keolahragaan. Aktivitas pendidikan jasmani yang seharusnya identik dengan segala kegiatan tentang aktivitas jasmani.

(13)

siswa. Hal ini dicirikan oleh sering terlihatnya antrian panjang bagi siswa dalam memperoleh kesempatan melakukan tugas gerak. Kelemahan inipun terlihat makin tidak efisien ketika tidak didukung dengan alat dan tempat pengajaran yang tidak sebanding dengan jumlah siswa.

Diantaranya, dalam menciptakan alat atau media pembelajaran guru belum menemukan modifikasi alat yang sesuai dengan pengajarannya, seperti dalam pengajaran sepak bola hanya tersedia 4 bola untuk cakupan siswa sebanyak 38 orang. Hal tersebut dapat mengganggu kelancaran aktivitas pembelajaran itu sendiri. Dan akan menimbulkan kejenuhan siswa yang lebih banyak diam.

Kemudian dalam menata siswa untuk mengenali karakter siswa dalam kapasitas gerak, guru terlihat belum bisa mengenali siswanya secara keseluruhan sehingga guru menyamaratakan kegiatan pembelajaran kepada seluruh siswanya tanpa melihat adanya perbedaan kemampuan gerak siswa. Dalam hal ini siswa menjadi kesulitan dalam menerima pembelajaran, sehingga siswa terlihat acuh tak acuh pada saat pembelajaran berlangsung.

Ciri-ciri yang nampak terindikasi bahwa guru pendidikan jasmani belum optimal dalam menggunakan peralatan sebagai media pembelajaran. Olahraga kurang mampu membangun makna yang terdapat dalam belajar gerak bagi siswa. Belajar gerak siswa yang diajarkan bukanlah kepada pengembangan tugas gerak olahraga yang lebih sulit dilakukan atau kompleks dilakukan siswa. Makna dari belajar gerak siswa adalah pengalaman gerak/olahraga itu harus membekali keterampilan gerak dasar untuk hidup di masa-masa berikutnya.

Tingkat kreativitas mengajar guru pendidikan jasmani dapat terlihat pada bagaimana proses belajar mengajarnya itu sendiri. Di lihat dari pembahasan diatas, maka kreativitas mengajar sangat diperlukan dalam kelangsungan pembelajaran. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kreativitas mengajar adalah kemampuan guru dalam menciptakan situasi belajar mengajar agar tujuan pengajaran tercapai.

(14)

5

mengajar diantara guru pendidikan jasmani sertifikasi dengan kreativitas mengajar guru pendidikan jasmani non sertifikasi.

Dari uraian di atas, maka sertifikasi guru sangat penting dalam pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar pendidikan jasmani. Dengan disertai oleh kreativitas mengajar guru yang mendukung, diharapkan proses belajar mengajar pendidikan jasmani menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Tidak ada pendidikan jasmani yang tidak bertujuan pendidikan. Tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa pendidikan jasmani, sebab gerak adalah dasar untuk belajar mengenal dunia dan dirinya sendiri. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menguak adanya perbandingan kreativitas mengajar pendidikan jasmani antara guru bersertifikasi dan non sertifikasi.

Berdasarkan pada pembahasan di atas, bahwa kreativitas mengajar pendidikan jasmani memiliki peran yang signifikan antara guru bersertifikasi dan non sertifikasi yang terdapat di Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Subang Kabupaten Subang, maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian

tentang “Perbandingan Kreativitas Mengajar Pendidikan Jasmani Antara Guru Bersertifikasi dan Non Sertifikasi (di Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Subang Kabupaten Subang)”.

B. Identifikasi Masalah

Kreativitas mengajar yang terjadi dalam pendidikan jasmani sudah menjadi permasalahan yang berkepanjangan. Berbagai tanggapan mengenai pendidikan jasmani yang identik dengan aktivitas keolahragaan sudah menjadi hal yang biasa diperbincangkan. Namun setelah adanya program sertifikasi yang dilakukan oleh pemerintah, perlahan pendidikan jasmani memiliki paradigma yang berbeda.

(15)

C. Rumusan Masalah

Atas dasar latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. “Bagaimanakah kreativitas mengajar guru pendidikan jasmani bersertifikasi di Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Subang

Kabupaten Subang?”

2. “Bagaimanakah kreativitas mengajar guru pendidikan jasmani tidak bersertifikasi di Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Subang

Kabupaten Subang?”

3. “Adakah perbedaan kemampuan kreativitas mengajar pendidikan jasmani antara guru pendidikan jasmani sertifikasi dengan guru pendidikan jasmani

non sertifikasi?”

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian yang dikemukakan, maka tujuan penelitian ini tidak lain adalah:

1. Menganalisis kreativitas mengajar yang terdapat pada guru pendidikan jasmani bersertifikasi di Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Subang Kabupaten Subang.

2. Menganalisis kreativitas mengajar yang terdapat pada guru pendidikan jasmani non bersertifikasi di Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Subang Kabupaten Subang.

3. Mengetahui adanya perbedaan kemampuan kreativitas mengajar antara guru pendidikan jasmani sertifikasi dengan guru pendidikan jasmani non sertifikasi di Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Subang Kabupaten Subang.

E. Manfaat Penelitian

(16)

7

Pertama di Kecamatan Subang Kabupaten Subang, khususnya guru pengajar pendidikan jasmani.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Dari Segi Teoritis

1. Dapat dijadikan sumbangan keilmuan yang berarti bagi dunia pendidikan, khususnya bagi guru pendidikan jasmani agar dapat menerapkan kreativitas mengajar yang sudah didapatkan dari program sertifikasi. 2. Dapat memberi gambaran mengenai kreativitas mengajar guru pendidikan

jasmani sesuai dengan program sertifikasi.

b. Dari Segi Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan referensi bagi peneliti lain yang hendak meneliti mengenai perbandingan kreativitas mengajar guru pendidikan jasmani di sekolah dengan permasalahan dan sampel yang berbeda.

2. Informasi dan masukan bagi lembaga-lembaga formal (sekolah) untuk lebih memperhatikan kreativitas mengajar guru pendidikan jasmani.

3. Bahan masukan bagi para guru pendidikan jasmani dalam melakukan kreativitas mengajar pendidikan jasmani di sekolah.

F. Batasan Penelitian

Pembatasan penelitian sangat diperlukan dalam setiap penelitian agar masalah yang diteliti lebih terarah. Mengenai pembatasan masalah penelitian dijelaskan oleh Surakhmad (1998:36) (dalam skripsi milik Wakdah Mutmainah 0700680 tahun 2011 dengan judul Hubungan Antara Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Dengan Tingkat Kecerdasan Emosional Siswa SMP Negeri 29 Bandung) sebagai berikut:

(17)

pemecahannya: tenaga, kecekatan, waktu, biaya, dan lain sebagainya yang timbul dari rencana tersebut.

Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kreativitas mengajar pendidikan jasmani yang meliputi kemampuan guru pendidikan jasmani dalam mencipta suasana baru pengajaran pendidikan jasmani.

2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah guru pendidikan jasmani sertifikasi dan guru pendidikan jasmani non sertifikasi.

3. Pelaksanaan penelitian ini adalah di Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Subang Kabupaten Subang yang terdapat dua guru yaitu guru pendidikan jasmani sertifikasi dan guru pendidikan jasmani non sertifikasi. 4. Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif.

5. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan lembar observasi dan wawancara.

G. Batasan Istilah

Untuk memudahkan dalam penelitian dan menghindari dalam menafsirkan, penulis akan menjelaskan istilah-istilah yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Berikut penjelasan beberapa istilah penting dalam penelitian ini, yaitu :

1. Pendidikan Jasmani (Penjas). Menurut Mahendra (2003 : 23),

pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan. 2. Guru Pendidikan Jasmani. Pengajar mata pelajaran pendidikan jasmani

di Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Subang Kabupaten Subang.

3. Guru Bersertifikasi. Guru pendidikan jasmani yang sudah mengikuti

program sertifikasi.

4. Guru Non Sertifikasi. Guru pendidikan jasmani yang belum mengikuti

(18)

9

5. Kreativitas Mengajar. Kreativitas mengajar pendidikan jasmani yang

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di 3 SMP Negeri di Kecamatan Subang Kabupaten Subang, yaitu diantaranya:

1. SMP Negeri 1 Subang yang beralamatkan di Jalan Letjen Suprapto No. 105 Telp (0260) 411403-411404 Subang 41212. Email: info@smpn1subang.sch.id. Website: www.smpn1subang.svh.id

2. SMP Negeri 2 Subang yang beralamatkan di Jalan Emo Kurniaatmaja No. 3 Telp/Fax 411406 Subang.

3. SMP Negeri 6 Subang yang beralamatkan di Jalan Otista N0. 161 Subang 41211.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Untuk menentukan sumber data, terlebih dahulu harus menentukan populasi dan sampel yang merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Menurut Sugiyono (2012:117) menjelaskan bahwa: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.

(20)

39

2. Sampel

Dalam suatu penelitian, bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Menurut Sugiyono (2012:118) menjelaskan

bahwa: “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut”. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah purposive sampling. Menurut Sugiyono (2012:300) menjelaskan bahwa: “Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan”. Menurut Arikunto (2010:183):

Terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penggunaan purposive sampling yaitu:

1. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi. 2. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan

subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi (key subjectis).

3. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan.

Populasi dalam penelitian ini adalah guru pendidikan SMP Negeri di Kecamatan Subang Kabupaten Subang yang berjumlah 19 orang dari 6 SMP Negeri. Namun, karena dalam penelitian ini ingin mengetahui perbandingan kreativitas mengajar antara guru pendidikan jasmani sertifikasi dan guru pendidikan jasmani non sertifikasi, maka sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sekolah yang memiliki kriteria dari dua guru pendidikan jasmani tersebut. Sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekolah yang mendukung adanya kriteria guru pendidikan jasmani sertifikasi dan guru pendidikan jasmani non sertifikasi.

(21)

SMP Negeri 6 Subang. Di SMP Negeri 1 Subang, guru pendidikan jasmani sertifikasi yaitu Bapak Nurhadi, S.Pd sedangkan guru pendidikan jasmani non sertifikasi yaitu Bapak Budi Ramdani, S.Si. Di SMP Negeri 2 Subang, guru pendidikan jasmani sertifikasi yaitu Bapak Dwi Suko Ermadinoto, S.Pd sedangkan guru pendidikan jasmani non sertifikasi yaitu Bapak Anang Mulyana, S.Pd. Di SMP Negeri 6 Subang, guru pendidikan jasmani sertifikasi yaitu Bapak Drs. Dian Herdiana JS sedangkan guru pendidikan jasmani non sertifikasi yaitu Bapak Bambang Sulasmanto, S.Pd.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitan juga cara untuk menempuh data, menganalisis dan menyimpan hasil penelitian. Penggunaan metode dalam pelaksanaan penelitian merupakan hal yang sangat penting, karena dalam menggunakan metode penelitian yang tepat diharapkan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Jenis metode yang dipilih dan digunakan dalam pengumpulan data, tentu saja harus sesuai dengan sifat, karakteristik dan permasalahan penelitian yang dilakukan. Hal ini berarti metode penelitian mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pelaksanaan pengumpulan dan analisis data. Untuk menyelesaikan dan memecahkan masalah dalam penelitian digunakan suatu metode yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, tujuan yang hendak dicapai dan merupakan jalan bagi keberhasilan arah penelitian. Untuk itu seorang peneliti dituntut untuk terampil menentukan metode penelitian yang akan digunakan. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah studi deskriptif.

Penelitian studi deskriptif dijelaskan oleh Sudjana dan Ibrahim (1989:64), yaitu sebagai berikut:

(22)

41

Bagi peneliti deskriptif yang menggunakan model-model analisis statistik, pada umumnya justru bingung karena kurang atau belum tahu rumus apa yang akan digunakan, atau bagaimana cara mengolah atau menganalisis data. Sebetulnya proses pengolahan datanya juga sederhana dan dapat dinalar secara gamblang. Apapun jenis penelitiannya, riset deskriptif yang bersifat eksploratif atau develop-mental, caranya dapat sama saja karena data yang diperoleh wujudnya juga sama. Yang berbeda adalah cara meginterpretasi data dan mengambil kesimpulan.

Apabila datanya telah terkumpul, maka lalu diklasifikasikan menjadi dua kelompok data, yaitu data kuantitatif yang berbentuk angka-angka dan data kualitatif yang dinyatakan dalam kata-kata atau simbol. Data kualitatif yang berbentuk kata-kata tersebut disisihkan untuk sementara, karena akan sangat berguna untuk menyertai dan melengkapi gambaran yang diperoleh dari analisis data kuantitatif. Data yang diperoleh dari ceklis, dijumlahkan atau dikelompokan sesuai dengan instrumen yang digunakan.

Dalam hal ini penelitian yang akan dilakukan merupakan suatu gejala yang masih hangat untuk diperbincangkan. Masalah yang ada pun bersifat untuk memusatkan kepada kejadian yang banyak terjadi di lapangan.

Dengan demikian, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode penelitian deskriptif dikarenakan peneliti ingin mengetahui, mengungkapkan, menggambarkan dan menyimpulkan hasil yang hendak diteliti yaitu mengenai perbandingan kreativitas mengajar guru pendidikan jasmani antara guru sertifikasi dan guru non sertifikasi di SMP Negeri Kecamatan Subang Kabupaten Subang. Penelitian ini dilakukan agar dapat memperoleh gambaran yang jelas sehingga tujuan dalam penelitian ini akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

D. Langkah-langkah Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini sesuai dengan penelitian studi deskriptif langkah-langkah yang dilakukan antara lain:

(23)

a. Mempersiapkan berbagai macam keperluan perizinan tentang pelaksanaan penelitian dan informasi dari berbagai pihak.

b. Observasi lapangan awal, dengan menghubungi lembaga yang bersangkutan dengan penelitian yaitu SMP Negeri di Kecamatan Subang Kabupaten Subang untuk memperoleh izin sebelum melakukan penelitian. 2. Menentukan Sampel

Sampel dari penelitian ini merupakan guru pendidikan jasmani sertifikasi dan guru pendidikan non sertifikasi yang berada dalam satu lingkup sekolah di SMP Negeri Kecamatan Subang Kabupaten Subang.

3. Menentukan Instrumen Penelitian

a. Menyusun instrumen penelitian, berupa lembar observasi kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani di SMP Negeri Kecamatan Subang Kabupaten Subang.

b. Memberikan wawancara kepada guru pendidikan jasmani di SMP Negeri Kecamatan Subang Kabupaten Subang.

4. Melakukan pengumpulan data dari setiap instrumen yang sudah digunakan.

5. Menganalisis data yang sudah terkumpul dengan menggunakan teknik analisis data yang baik.

6. Menyimpulkan data dari setiap teknik analisis data.

E. Instrumen Penelitian

Kreativitas guru pendidikan jasmani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan guru mata pelajaran pendidikan jasmani untuk menghasilkan sesuatu yang berbeda, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang relatif berbeda dengan yang telah ada sebelumnya.

(24)

43

a. Sensitivitas atau kepekaannya terhadap masalah

b. Kelancaran dan kebebasan dalam berpikir dan bertindak

c. Fleksibilitas/keluwesan dalam mencari alternatif pemecahan masalah d. Originalitas dan kebaruan dalam gagasan maupun karya nyata e. Penyusunan dan pengembangan

[image:24.595.108.518.291.705.2]

f. Redefinisi atau pendefinisian ulang

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi

No. Variabel Indikator Nomor Item

1

Sensitivitas atau kepekaannya terhadap

masalah

a. Ketertarikan guru tehadap suatu permasalahan

b. Partisipasi guru dalam pengajaran

c. Pemberian motivasi terhadap siswa

1. a. 1 1. b. 2, 3 1. c. 4

2 Kelancaran dan kebebasan dalam berpikir dan bertindak

a. Percaya diri terhadap pengajaran

b. Antusias dan cara guru berekspresi

2. a. 5 2. b. 6, 7

3

Fleksibilitas/keluwesan dalam mencari alternatif

pemecahan masalah

a. Membuat kreativitas terbaru dalam pengajaran b. Modifikasi media pengajaran

c. Penggunaan metode yang bervariasi

3. a. 8, 9 3. b. 10, 11 3. c. 12

4

Originalitas dan kebaruan dalam gagasan maupun

karya nyata

a. Inovasi pengajaran baru dan kreatif

b. Menciptakan gaya pengajaran baru

4. a. 13 4. b. 14, 15

5 Penyusunan dan

pengembangan

a. Mengubah suatu teknik pengajaran lama menjadi lebih baru

b. Menjelaskan pengajaran dengan detail

5. a. 16 5. b. 17, 18, 19

6 Redefinisi atau pendefinisian ulang

a. Terinspirasi untuk

menciptakan produk sebagai sarana pembelajaran

(25)
[image:25.595.110.519.144.754.2]

Tabel 3.2

Lembar Observasi Kreativitas Mengajar Guru

HARI/TANGGAL :

WAKTU :

RESPONDEN :

SEKOLAH :

No Indikator Pengamatan Performa Guru

Ya Tidak

1 Guru mudah tertarik untuk mengetahui penyebab suatu permasalahan.

2 Guru ikut berpartisipasi dalam memecahkan masalah

3 Guru mengikuti setiap kegiatan yang melibatkan siswa

4 Guru memberi motivasi kepada siswa yang malas bergerak

5 Guru tidak mudah percaya pendapat orang lain, percaya diri terhadap apa yang diajarkan.

6 Guru pendidikan jasmani bersemangat mengajar, penuh antusias dan

mengekspresikan diri sebagai guru. 7 Guru senang mengikuti perkembangan

terbaru tentang pengajaran pendidikan jasmani.

8 Guru membuat kreativitas terbaru dalam pengajaran.

9 Seperti contohnya mencipta alat pengajaran baru.

10 Dalam memodifikasi media pengajaran yang sudah ada, seperti halnya modifikasi bola, papan lompat, dan sebagainya.

11 Mengajar tidak hanya dilakukan di lapangan mencoba untuk keluar dari panduan yang ada.

12 Guru menggunakan metode yang bervariasi dalam setiap pengajaran.

13 Melakukan inovasi pengajaran baru dan kreatif.

14 Guru menciptakan gaya pengajaran baru karya sendiri yang lebih kreatif dan menarik. 15 Guru mencoba hal baru yang sekiranya

dianggap kreatif dan imajinatif.

(26)

45

yang lama menjadi lebih baru dan orisinil. 17 Guru menjelaskan pengajaran dengan sangat

detail dan tersusun.

18 Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengugah antusias siswa dalam belajar.

19 Guru membuka forum diskusi yang menarik di sela-sela pengajaran.

[image:26.595.107.519.322.751.2]

20 Guru terinspirasi untuk menciptakan suatu produk yang dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran.

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Wawancara

No. Variabel Indikator Nomor Item

1

Mencipta/menyediakan dan memelihara alat pengajaran yang

berhubungan dengan media pembelajaran

a. Modifikasi alat-alat pengajaran seperti halnya membuat modifikasi bola, papan lompat, dan

sebagainya.

b. Cara membuat alat-alat pengajaran c. Penyediaan media pembelajaran

1. a. 1

1. b. 2, 3

1. c. 4, 5

2 Menyediakan tempat mengajar

a. Penyediaan lapangan yang memadai

b. Membuat lahan untuk belajar mandiri

2. a. 6, 7 2. b. 8

3 Menciptakan tugas-tugas gerak

a. Pembuatan RPP yang sesuai pada saat pembelajaran

berlangsung b. Mencantumkan beberapa tugas gerak pada RPP yang sudah dibuat

3. a. 9, 10

3. b. 11

4 Menciptakan lingkungan belajar a. Guru dapat

mengontrol siswanya

(27)

agar dapat mengikuti pembelajaran dengan maksimal

b. Guru mengelola ruang dan waktu pada saat pembelajaran berlangsung c. Guru dapat membangkitkan antusias siswa dalam melakukan pengajaran

4. b. 13, 14

4. c. 15, 16, 17

5 Membuat artikel ilmiah bidang pendidikan jasmani

a. Guru membuat satu buku panduan

miliknya

b. Guru membuat artikel pada media internet

5. a. 18, 19

[image:27.595.108.517.110.391.2]

5. b. 20

Tabel 3.4

Pedoman Wawancara Guru Pendidikan Jasmani

HARI/TANGGAL :

WAKTU :

RESPONDEN :

SEKOLAH :

No Pertanyaan Jawaban

1 Apakah bapa/ibu melakukan modifikasi dalam penyediaan alat-alat pengajaran, seperti halnya modifikasi bola, papan lompat, dan sebagainya?

2 Bagaimana cara untuk menciptakan alat-alat pengajaran yang baru dalam pembelajaran?

3 Bagaimana cara memanfaatkan alat-alat pengajaran yang sudah ada agar tidak terlihat membosankan?

4 Apa saja media pembelajaran yang bapak/ibu gunakan dalam melakukan pengajaran?

(28)

47

6 Apakah lapangan yang sudah ada bisa dimanfaatkan dengan baik dalam melakukan pengajaran?

7 Bagaimana cara bapak/ibu mengajar apabila tidak tersedianya lapangan yang memadai?

8 Apabila tidak tersedianya lapangan yang memadai apakah bapak/ibu akan menciptakan lapangan pembelajaran yang baru?

9 Apakah sebelum melakukan pengajaran, bapak/ibu membuat RPP yang memiliki tugas-tugas gerak?

10 Apakah pada saat pembelajaran berlangsung, RPP dan bentuk pengajaran sesuai?

11 Tugas gerak seperti apa yang bapak/ibu cantumkan dalam pengajaran?

12 Apakah bapak/ibu dapat mengontrol siswa pada saat pengajaran berlangsung? 13 Bagaimana cara bapak/ibu mengelola ruang dan waktu belajar agar tidak terasa membosankan?

14 Bagaimana cara bapak/ibu menciptakan lingkungan belajar yang menarik?

15 Apakah pengajaran yang bapak/ibu ajarkan dapat membangkitkan antusias belajar siswa?

16 Selama pembelajaran berlangsung metode apakah yang sering bapak/ibu ajarkan kepada siswa?

17 Model pengajaran seperti apa yang sering bapak/ibu gunakan dalam pembelajaran?

18 Selama menjadi guru, apakah bapak/ibu pernah membuat suatu buku atau modul pengajaran tentang pendidikan jasmani? 19 Apakah bapak/ibu sering membuat

catatan dampak pengajaran yang dilakukan (semacam refleksi diri)? 20 Selain buku, apakah bapak/ibu memiliki

(29)

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Nasution (1988) dalam Sugiyono (2012:310) menyatakan bahwa: “Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi”. Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa sedang melakukan penelitian. Arikunto (2010:272) menambahkan: “Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi”.

Menurut Spradley dalam Sugiyono (2012:314) menyatakan bahwa: Objek penelitian yang diobservasi terdiri atas tiga komponen yaitu: 1) Place, atau tempat dimana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung. 2) Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu. 3) Activity, atau kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung.

Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Dari hasil observasi tersebut data dapat dipertimbangkan kemudian dimasukkan dalam suatu statistik sederhana.

(30)

49

guru pendidikan jasmani non sertifikasi. Serta kegiatan yang di teliti dalam penelitian ini adalah merupakan kreativitas mengajar guru dalam pembelajaran pendidikan jasmani.

2. Wawancara

Menurut Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2012:317) mendefinisikan

bahwa: “Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan

makna dalam suatu topik tertentu”. Dijelaskan pula oleh Susan Staiback

(1988) dalam Sugiyono (2012:318) mengemukakan bahwa:

Interviewing provide the researcher a means to gain a deeper understanding of how the participant interpret a situation or phenomenon than can be gained through observation alon. Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

Wawancara merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Riduwan menjelaskan bahwa “ Wawancara adalah salah satu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya”. Wawancara digunakan apabila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, peneliti harus menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif seperti yang sudah dicantumkan dalam Tabel 3.4. Berikut merupakan langkah-langkah wawancara yang dikemukakan oleh Lincoln and Guba dalam Sanapiah Faisal yang dikutip oleh Sugiyono (2012:322) mengemukakan bahwa:

(31)

catatan lapangan. 7) Mengidentifikasikan tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.

Pelaksanaan wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu kepada guru pendidikan jasmani sertifikasi dan guru pendidikan jasmani non sertifikasi disetiap sekolahnya. Dalam pelaksanaan wawancara ini peneliti menggunakan tanya jawab dengan responden dan menuangkan hasil wawancara dalam bentuk catatan lapangan. Peneliti menggunakan wawancara berstruktur yaitu menggunakan pedoman wawancara yang telah disiapkan berupa instrumen penelitian yang berupa pertanyaan-pertanyaan. Jadi peneliti lebih menekankan tanya jawab dengan responden yang mengacu pada tujuan pedoman wawancara.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumentasi dilakukan untuk melengkapi data yang sudah ada. Menurut Ridwan (2011:77) menjelaskan bahwa: “Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan dengan penelitian”.

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian deskrptif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Sugiyono (2012:335) mengemukakan bahwa:

(32)

51

Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan dengan cara mengobservasi penampilan kreativitas mengajar guru pada saat pembelajaran dengan berpegangan kepada butir-butir yang menjadi indikator kreativitas mengajar guru yang tercantum dalam lembar observasi pada tabel 3.2.

Setelah data terkumpul maka peneliti tinggal menjumlahkan saja berapa banyak jawaban “ya” dan “tidak”. Namun menjumlahkan saja belum berarti tugasnya selesai peneliti masih perlu menjelaskan dan mengelompokan hal-hal apa saja yang dijawab “ya” dan apa saja yang dijawab “tidak”. Data yang dikumpulkan mengandung data kuantitatif, yaitu banyaknya centangan yang

terdapat dalam kolom “ya” dan “tidak”. Kemudian data yang telah terkumpul

dianalisis dalam rumus statistik sederhana dalam asosiasi antara dua faktor dalam daftar kontingensi B X K dan berlanjut kepada metode khusus untuk daftar kontingensi 2 X 2 dengan penjabaran sebagai berikut:

Uji Independen antara Dua Faktor

Pengujian secara eksak sukar digunakan, karenanya disini hanya akan dijelaskan pengujian yang bersifat pendekatan. Untuk itu diperlukan frekuensi teoritik atau banyak gejala yang diharapkan terjadi yang disini akan dinyatakan dengan Eij. Rumusnya adalah:

Ket: nio = jumlah baris ke-i noj = jumlah kolom ke-j

(33)

Ket: Oi = bagian sel kiri atas berisikan banyak data hasil pengamatan Ei = bagian sel kanan berisikan banyak data teoritik yang diharapkan terjadi

Ho : Ada kaitan antara komponen kreativitas mengajar dengan frekuensi kategori ya/tidak

H1 : Tidak ada kaitan antara komponen kreativitas mengajar dengan frekuensi kategori ya/tidak

Dan tolak Ho jika x2(1-ɑ). {(B-1)(K-1)}

Dalam taraf nyata = ɑ dan derajat kebebasan dk untuk distribusi chi kuadrat = ( B – 1)( k – 1)

Metode khusus untuk Daftar Kontingensi 2 x 2

Taraf 1 Taraf 2 Jumlah

Taraf 1 a b a + b

Taraf 2 c d c + d

Jumlah a + c b + d n

Ho : kedua faktor independen H1 : kedua faktor tidak independen

Ho ditolak jika x2≥ x (1 - ɑ ) (1) dengan ɑ = taraf nyata yaitu ɑ = 0,05

(34)

53

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2012:337) mengemukakan bahwa

“Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Langkah-langkah analisis ditunjukkan pada gambar 3.5

berikut:

Periode pengumpulan ... Reduksi data

Antisipasi Selama Setelah

Display data ANALISIS

Selama Setelah

Kesimpulan/verifikasi

Selama Setelah

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Sugiyono (2012:338) menyatakan

“Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan

(35)

akan memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

Dalam reduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, kalau peneliti dalam melakukan penelitian menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data.

Sugiyono (2012:339) menambahkan bahwa “Reduksi data merupakan proses

berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman

wawasan yang tinggi”. Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan

reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain yang dipandang ahli.

2. Display Data (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam uraian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchartI, dan sejenisnya. Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2012:341) menyatakan bahwa “the most frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narative text”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

(36)

55

3. Kesimpulan/verifikasi

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.

(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbandingan antara kreativitas mengajar guru pendidikan jasmani antara guru pendidikan jasmani sertifikasi dan guru pendidikan jasmani non sertifikasi di Kecamatan Subang Kabupaten Subang.

Adapun yang mendasari pengambilan kesimpulan tersebut ialah diperolehnya temuan-temuan penelitian yang dianggap menjadi dasar dan jawaban atas pertanyaan penelitian yang mencakup atas beberapa aspek, diantaranya sebagai berikut:

1. Kreativitas mengajar guru pendidikan jasmani sertifikasi

Dari ketiga sekolah yang peneliti temukan, kreativitas mengajar guru pendidikan jasmani sertifikasi dinyatakan kreatif yang dibuktikan dari hasil analisis kuantitatif pada lembar observasi dengan komponen kreativitas mengajar yang cenderung dijawab “Ya’. Dengan dibuktikan oleh pengalaman mengajar diatas 8 tahun, guru pendidikan jasmani sertifikasi mampu mengatasi gejala kecenderungan perilaku mengajar yang terdapat pada kemampuan dalam komponen mengajar.

(38)

88

3. Perbedaan kreativitas antara guru pendidikan jasmani sertifikasi dan guru pendidikan jasmani non sertifikasi.

Dari ketiga sekolah yang peneliti temukan, didapatkan kemunculan hasil bahwa kedua kategori guru pendidikan jasmani yakni guru pendidikan jasmani sertifikasi dan guru pendidikan jasmani non sertifikasi memiliki kreativitas mengajar yang sama, tetapi kemampuan dalam komponen mengajar yang berbeda. Hal tersebut diperkuat oleh kepandaian mengajar masih ditentukan oleh pengalaman mengajar.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan penulis, ada hal penting untuk direkomendasikan yang berkaitan dengan kreativitas mengajar guru pendidikan jasmani, diantaranya adalah :

1. Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani, diharapkan setiap guru memahami secara mendalam dan luas mengenai ruang lingkup pendidikan jasmani serta mengembangkan aspek kreativitas yang ada pada diri setiap guru di sekolahnya agar tercapainya tujuan dari belajar itu sendiri.

2. Diharapkan dengan adanya pemahaman mengenai bagaimana fungsi kreativitas pengajaran serta tanggung jawab guru pendidikan jasmani dalam mengolah berbagai aspek kreativitas, guru pendidikan jasmani akan menjadi guru yang senantiasa menjadi contoh yang baik bagi guru pendidikan yang lainnya.

3. Untuk guru pendidikan jasmani sertifikasi maupun guru pendidikan jasmani non sertifikasi diharapkan agar mengembangkan setiap kreativitas yang dimiliki pribadi masing-masing agar proses belajar mengajar yang berlangsung akan memiliki kualitas yang baik dan berguna serta berdampak pada kehidupan siswa baik pada masa sekarang maupun masa yang akan datang.

(39)
(40)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, Bambang. (2010) Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: Rizqi Press.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Azwar. Saifuddin. (2012). Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hendry. (2010). Definisi motivasi kerja. [Online]. Tersedia: http://teorionline.wordpress.com/2010/01/25/definisi-motivasi-kerja/[28 Agustus 2013]

Hidayat, Yusuf. (2008). Psikologi Olahraga. Bandung: Bintang Warli Artika.

Jamridafrizal. (2010). Kreativitas Mengajar Guru. [Online]. Tersedia: http://secretamong.blogspot.com/2010/06/kreativitas-mengajar-guru.html[28 Agustus 2013]

Juliantine, Tite. Dkk. (2012). Belajar dan Pembelajaran Penjas. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Lawson, E Anton. (1995). Science Teaching and The Development of Thinking. California: Wadsworth Publishing Company.

Mahendra, Agus. (2009). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Mulyasa, E. (2008). Menjadi Guru profesional: Menciptakan

Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja

(41)

Mutmainah, Wakdah. (2011). Skripsi dengan Judul Hubungan Antara Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Dengan Tingkat Kecerdasan

Emosional Siswa SMP Negeri 29 Bandung. Bandung:

Universitas Pendidikan Indonesia.

Nugraha, Eka. Dkk. (2010). Didaktik Metodik Pengajaran Renang. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Pardamean, Toto. (2009). Profesionalitas Guru Perlu Daya Kreativitas. [Online].Tersedia: (http://www.ipsmantm.co.cc, [28 Agustus2013]) Rasyidin, Waini. Dkk. (2009). Landasan Pendidikan. Bandung:

Universitas Pendidikan Indonesia.

Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Slameto. (2003). Ciri Guru Kreatif. [Online]. Tersedia:

http://elearningpendidikan.com/ciri-guru-kreatif.html[12

November 2012]

Sudjana dan Ibrahim. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.

Sudjana. (1989). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Supandi. (1991). Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani. Jakarta:

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4

Referensi

Dokumen terkait

Merujuk dari hasil penelitian yang telah dijelaskan di atas, bahwa terjadi peningkatan hasil belajar setelah strategi pembelajaran tutor sebaya diterapkan dalam

public View onCreateView (LayoutInflater inflater,ViewGroup root, Bundle savedInstanceState) {. return inflater.inflate(R.layout.activity_help, root,false);

Begitu juga dengan lingkungan perpustakaan yang nyaman dan menyenangkan dapat menarik mahasiswa untuk lebih gemar membaca dan berminat untuk mengunjungi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. © Ahmad

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran nyata mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi keterlambatan penyelesaian studi mahasiswa jurusan pendidikan teknik mesin

Locher (Eds.), Impoliteness in Language: Studies on its Interplay with Power in Theory and Practice Berlin: Mouton de Gruyter, 181-210.. Developing pragmatic awareness: closing

IMPLEMENTASI AKTIVITAS PERMAINAN BOLA BAKAR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK MANIPULATIF.. Universitas Pendidikan Indonesia |

suasana tersebut. Guru memiliki peran untuk memahami tugasnya sebagai pendidik yang perlu diperbaiki dalam praktek pembelajaran yang dilakukannya, dan