• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN pH SALIVA ANTARA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK PADA MAHASISWA TEKNIK MESIN UNIVERSITAS Perbedaan pH Saliva Antara Perokok Dan Bukan Perokok Pada Mahasiswa Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN pH SALIVA ANTARA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK PADA MAHASISWA TEKNIK MESIN UNIVERSITAS Perbedaan pH Saliva Antara Perokok Dan Bukan Perokok Pada Mahasiswa Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN pH SALIVA ANTARA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK PADA MAHASISWA TEKNIK MESIN UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Kedokteran

Diajukan oleh : Nimas Dwiastuti

J500090050

FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)

ABSTRAK

Nimas Dwiastuti, 2012, Perbedaan pH Saliva Antara Perokok Dan Bukan Perokok Pada Mahasiswa Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Merokok dapat mempengaruhi fisiologis dari rongga mulut. Dalam jangka waktu yang lama hal tersebut akan menyebabkan kurangnya sensitivitas dan perubahan reseptor indra perasa dan lama-kelamaan akan menyebabkan supresi pada refleks saliva. Orang dengan kebiasaan merokok mengalami perubahan nilai derajat keasaman (pH) saliva. Sebuah penelitian menyatakan bahwa merokok dapat menyebabkan pH saliva menjadi lebih asam.

Desain penelitian menggunakan metode penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan adalah mahasiswa yang memiliki kebiasaan merokok dan tidak merokok usia 20-34 tahun. Besar sampel untuk masing-masing kelompok yaitu 35 orang. Teknik pengambilan sampel dengan metode purposive sampling. Perbedaan pH saliva perokok dan bukan perokok dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov sebagai uji alternatif uji chi square dengan taraf kepercayaan yang dipakai α = 0,05 dengan program SPSS 19.0 for windows.

Hasil penelitian menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan perbedaan pH saliva antara perokok dan bukan perokok pada mahasiswa Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukan perbedaan yang signifikan 0,007 < α = 0,05 (p = 0,007).

(3)

ABSTRACT

Nimas Dwiastuti, J500090050, 2012. The difference of salivary pH between Smokers and Non-smokers in Mechanical Engineering Students of Muhammadiyah University of Surakarta.

Smoking can affect the physiology of the oral cavity. In the long term it can lead to a lack of sensitivity and sense of taste receptor changes and suppress the salivary reflex. People with smoking changes the value of the degree of acidity (pH) saliva. A research showed that smoking can make the pH of the saliva can become more acidic.

The study design is an observational analytic used cross-sectional approach. The samples are students who have smoking habit and non-smoking in group ages 20-34 years. The sample size for each group is 35 people. Sampling technique with purposive sampling method. The difference salivary pH between saliva of smokers and nonsmokers were analyzed with the Kolmogorov-Smirnov, the Chi-square test as an alternative test with α = 0.05 with the use SPSS 19.0 for windows.

The results showed that there were significant differences in salivary pH between smokers and nonsmokers in Mechanical Engineering students of Muhammadiyah University of Surakarta. Kolmogorov-Smirnov test results showed a significant difference 0.007 <α = 0.05 (p = 0.007).

(4)
(5)

PENDAHULUAN

Penggunaan tembakau merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius, lebih dari satu milyar perokok di dunia dan lima juta angka mortalitas per tahun. Jika pola ini terus berlanjut, angka mortalitas akan mencapai 10 juta per tahun pada tahun 2020, dimana 70% akan terjadi di negara berkembang (Sambo, 2005).

Menurut data survei dari WHO (World Health Organization), prevalensi perokok di Amerika Serikat dan Rusia pada laki-laki adalah 12,1% dan 26,9% dan pada wanita adalah 13,9% dan 23,9%. Di beberapa Negara Eropa data prevalensi merokok di Belanda 10,4%, Polandia 18,6%, dan Bulgaria 28,2%. Di Asia Tenggara, Indonesia merupakan urutan ketiga negera dengan penduduk penghisap rokok terbanyak sebesar 11,8% dan urutan pertama negara dengan penduduk yang sering terpapar asap rokok di luar lingkungan rumah sebesar 81,4% (WHO, 2009). Berdasarkan data Riskesdas pada tahun 2007 prevalensi merokok di Indonesia naik dari tahun ke tahun. Persentase pada penduduk berumur > 15 tahun adalah 35,4% aktif merokok (65,3% laki-laki dan 5,6% wanita), artinya 2 diantara 3 laki-laki adalah perokok aktif (Depkes, 2007). Data terbaru dari Riskesdas Tahun 2010 diperoleh hasil di provinsi Jawa Tengah prevalensi penduduk ≥ 15 tahun yang merokok setiap hari sebesar 25,3% (54,1% laki-laki dan 2,8% wanita) dan bukan perokok 62,2% (Depkes, 2010).

Pada orang normal saliva memiliki peran sebagai pelindung basa antara lapisan mulut dan toksin (Ahmed et al., 2010). Kapasitas buffer saliva juga merupakan faktor penting dalam pemeliharaan pH saliva dan remineralisasi gigi. Kapasitas buffer saliva pada dasarnya tergantung pada konsentrasi bikarbonat yang berkorelasi dengan laju aliran saliva karena jika terjadi penurunan laju aliran saliva maka kapasitas buffer akan menurun juga (Palomares et al., 2004).

Sebuah penelitian menunjukan bahwa merokok dapat mempengaruhi fisiologis dari dari saliva. Hal tersebut berpengaruh karena merokok dapat menghancurkan molekul dalam saliva yang berguna dalam melindungi rongga mulut. Dalam penelitian tersebut juga menyatakan bahwa merokok dapat memperpendek kehidupan seseorang sebesar enam menit setiap batang rokok (Ahmed et al., 2010). Merokok juga dapat menurunkan sekresi kapasitas buffer dalam saliva. Penurunan kapasitas buffer akan diikuti penurunan pH saliva. Hipofungsi dari saliva dapat menimbulkan penyakit kandidiasis dan karies gigi. Pada hipersalivasi akan menimbulkan Ptyalism (Rosen, 2001).

Hal ini menarik untuk diteliti karena prevalensi merokok meningkat setiap tahunnya dan masih terbatasnya penelitian serupa sehingga penulis tertarik meneliti tentang perbedaan pH saliva antara perokok dan bukan perokok.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Perbedaan Rerata Kapasitas Vital Paksa (KVP) antara Mahasiswa yang Berolahraga Teratur dan yang Berolahraga Tidak Teratur di Universitas Tunas Pembangunan Surakarta.

(6)

METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Teknik Mesin Univesitas Muhammadiyah Surakarta dengan waktu penelitian tanggal 17-24 September 2012. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa laki-laki Fakultas Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta. Berdasarkan rumus sampel untuk uji hipotesis terhadap rerata dua populasi didapatkan sampel minimal sebanyak 35 orang. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini mengunakan teknik purposive sampling. Kriteria sampel yang memenuhi syarat penelitian (inklusi) adalah mahasiswa laki-laki yang merokok dan tidak merokok usia 20-34 tahun, keadaan kebersihan oral yang didapatkan dari kuesioner, tidak mengunyah; mengecap; maupun berkumur satu jam sebelumnya, keadaan umum sehat, bersedia menjadi subjek penelitian. Kriteria ekslusi pada penelitian ini yaitu mahasiswa laki-laki dengan kebersihan mulut yang tidak baik (hal ini didapatkan dari kuesioner), tidak bersedia menjadi subjek penelitian, memiliki gangguan sistemik dan menjalani pengobatan.

Variabel bebas pada penelitian ini adalah kebiasaan merokok yang didapat melalui pengisian kuesioner oleh populasi penelitian. Variable terikatnya adalah pH saliva yang diukur dengan universal pH indikator. Prosedur penelitian ini yang pertama adalah membagikan kuesioner yang berisi data-data mengenai identitas responden, usia, pendidikan, status merokok, riwayat penyakit sistemik dan pengobatanya, kemudian keadaan rongga mulut responden diistirahatkan selama satu jam sebelum pengumpulan saliva dan selanjutnya saliva ditampung pada sebuah wadah. Responden yang memenuhi kriteria penelitian, kemudian diukur nilai pH salivanya.

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis data menggunakan program SPSS 19,0 for windows, untuk mengetahui perbedaan pH saliva anatara perokok dan bukan perokok pada mahasiswa teknik mesin digunakan Chi-square dengan menggunakan tabel 2X3 jika data terdistribusi normal, dan uji Kolmogorov-Smirnov. jika data tidak terdistribusi normal.

HASIL PENELITIAN

1. Deskripsi Sampel Penelitian

Tabel 1. Sebaran Sampel Merokok dan Tidak Merokok Status kebiasaan merokok Frekuensi %

Merokok 35 50.

Tidak merokok 35 50.

Total 70 100

(7)

sampel kedua kelompok adalah 70 sampel (100%). Data tersebut menunjukan bahwa jumlah sampel telah memenuhi besar sampel minimal yaitu 35 sampel untuk masing-masing kelompok sesuai dengan rumus besar sampel uji hipotesis terhadap rerata dua populasi. Besar sampel minimal tersebut telah mewakili populasi penelitian untuk dilakukan penelitian.

2. Deskripsi Kelompok Berdasarkan Kebiasaan Merokok dan pH Saliva Tabel 2. Distribusi Menurut Status Kebiasaan Merokok dan pH Saliva

Data pada tabel 2 di atas memperlihatkan distribusi sampel penelitian menurut status kebiasaan merokok dan pH saliva. Pada 35 orang mahasiawa yang memiliki kebiasaan merokok didapatkan 22 orang (31,4%) memiliki pH saliva asam, sedangkan 11 orang (15,7%) memiliki pH saliva normal dan sisanya 2 orang (2,9%) memiliki pH saliva basa. Diketahui juga pada 35 orang mahasiswa dengan kebiasaan tidak merokok terdapat sebanyak 8 orang (11,4%) memiliki pH asam, sedangkan 23 orang (32,9%) memiliki pH saliva normal dan sisanya 4 orang (5,7%) memiliki pH basa.

Berdasarkan data di atas dapat diketahui juga bahwa 34 orang yang memiliki pH saliva normal masing-masing terdapat pada 23 orang tidak merokok dan 11 orang merokok. Pada 30 orang yang memiliki pH saliva asam masing-masing terdapat pada 22 orang yang merokok dan 8 orang tidak merokok. Pada 6 yang memiliki pH saliva basa masing-masing terdapat pada 4 orang tidak merokok dan 2 orang merokok.

3. Deskripsi Kelompok Berdasarkan Uji Kolmogorov-Smirnov untuk dua kelompok tidak berpasangan

Tabel 3. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Tes Statisticsa

pH Most Extreme Differences Absolute

Positive Negative

.400 .400 .000 Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

1.673 .007 Seharusnya uji data penelitian menggunakan uji Chi-Square, tetapi karena data tidak terdistribusi normal peneliti menggunakan uji alternatifnya yaitu uji

Status Kebiasan Merokok

pH Saliva

Jumlah Asam Normal Basa

∑ % ∑ % ∑ % ∑ %

(8)

Smirnov. Tabel 3 di atas memperlihatkan hasil uji Kolmogorov-Smirnov sebagai uji alternatif uji Chi-Square. Berdasarkan hasil uji di atas didapatkan bahwa nilai signifikansi untuk penelitian ini adalah sebesar 0,007 (p <0,05). Oleh karena nilai p<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pH saliva antara perokok dan bukan perokok ada mahasiswa Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta.

4. Deskripsi Kelompok Berdasarkan Uji Korelasi Lambda Tabel 4. Uji Korelasi Lambda Status

Kebiasaan Merokok

pH Saliva

Total R P

Asam Normal Basa

Merokok 22 11 2 35

0.036 0.049 Tidak

Merokok

8 23 4 35

Total 30 34 6 70

5. Deskripsi Interpretasi Hasil Uji Korelasi Lambda

Tabel 5. Panduan Interpretasi Hasil Uji Korelasi Lambda

Parameter Nilai Interpretasi

Kekuatan Korelasi ( r )

0.0 – 0.199 Sangat Lemah 0.20 – 0.399 Lemah 0.40 – 0.599 Sedang 0.60 – 0.799 Kuat 0.80 – 1.000 Sangat Kuat Tabel 4 di atas memperlihatkan hasil uji korelasi Lambda yang digunakan peneliti untuk mengetahui seberapa besar signifikansi hasil penelitian. Setelah didapatkan nilai korelasi Lambda ( r ) sebesar 0,036 yang selanjutnya dicocokkan dengan tabel 5 yang dipakai sebagai panduan interpretasi hasil uji korelasi Lambda maka hasil menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang sangat lemah (0.0 – 0.199) antara pH saliva dengan kebiasaan merokok. PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta. Pengambilan data dilakukan dengan cara membagikan blangko persetujuan dan kuesioner kepada responden untuk memperoleh sampel yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti, selanjutnya responden akan diperiksa pH salivanya dengan menggunakan kertas indikator pH.

(9)

menunjukkan sifat basa, sedangkan pH 7 menunjukkan merupakan nilai normal yang bukan termasuk sifat asam maupun sifat basa (Kohlmann, 2003).

pH saliva adalah tingkat keasaman dari cairan saliva. Dalam keadaan fisiologis pH saliva berkisar antara 6,5-7,4. Hal ini dipengaruhi oleh laju aliran saliva dan kapasitas buffer dari saliva. Konsentrasi bikarbonat mempengaruhi kapasitas buffer dalam saliva. Laju aliran saliva meningkat, kapasitas buffer juga meningkat. Peningkatan dua faktor tersebut berpengaruh dalam proses pembersihan bakteri ataupun antigen yang ada dalam rongga mulut (Pederson et al., 2002).

Langkah-langkah dalam penelitian ini yaitu sebelum pengumpulan saliva, peneliti menjelaskan prosedur penelitian dan sekaligus meminta persetujuan kepada mahasiswa sebagai subjek penelitian (Lamanda et al., 2007). Subjek yang diperiksa tidak makan dan minum serta merokok selama kurang lebih satu jam sebelumnya (Rooban et al., 2006). Subjek penelitian tidak memiliki gangguan sistemik dan pengobatannya serta memiliki kesehatan rongga mulut yang baik (Palmerini et a.l, 2011).

Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa merokok dapat mempengaruhi pH saliva. Hal ini dibenarkan oleh teori yang dibuat oleh Ghulam Jillani Khan et al. (2010) menyatakan bahwa asap rokok yang menyebar ke seluruh bagian rongga mulut dan reseptor rasa terkena paparan terus-menerus. Jika hal tersebut berlangsung dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan kurangnya sensitivitas dan perubahan reseptor dari indra perasa dan lama-kelamaan akan menyebabkan supresi pada refleks saliva. Perubahan respon reseptor rasa dapat berdampak pada perubahan laju aliran saliva.

Laju aliran saliva yang telah dijelaskan sebelumnya sangat berpengaruh pada nilai pH saliva. Penurunan laju aliran saliva akan menyebabkan komponen anorganik juga akan menurun sehingga mengakibatkan turunnya pH saliva (Almeida et al., 2008). Perubahan pH saliva dapat mempengaruhi fungsi dari saliva itu sendiri. Fungsi saliva yang paling berpengaruh yaitu fungsinya dalam kebersihan rongga mulut dan sebagai antimikroba (Guyton dan Hall, 2006).

Sebuah teori menyatakan bahwa radikal bebas yang terdapat pada rokok yaitu radikal hidroksil (OH) dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi molekul dalam saliva. Hal ini disebabkan oleh ion yang terdapat dalam saliva yang berperan dalam proses terbentuknya OH. Hidroksil (OH) dapat merusak tiga jenis senyawa yang penting untuk mempertahankan integritas sel. Salah satu senyawa yang rusak yaitu asam amino penyusun protein yang ada dalam saliva. Asam amino yang paling rawan yaitu sistein. Sistein mengandung gugus sulfhidril (-SH) yang sangat peka terhadap serangan radikal hidroksil. Pembentukan ikatan disulfide (S-S) menimbulkan ikatan intra atau antar molekul sehingga protein (saliva) kehilangan fungsi biologisnya, dan bila protein tersebut adalah enzim maka enzim tersebut akan kehilangan aktifitas katalitiknya (Revianti, 2007).

(10)

Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Syarifah Nazira (2010) yang menyatakan bahwa selain gas CO nikotin juga dapat menyebabkan terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah dan mengakibatkan penurunan fungsi dari kelenjar saliva. Hasil penelitiannya yaitu terdapat hubungan bermakna antara jumlah rokok yang dikonsumsi dengan pH saliva. Jumlah rokok yang dikonsumsi yaitu lima batang rokok per hari selama satu tahun. Hal ini didukung oleh Trudgill et al. (1998) yang menerangkan bahwa orang yang berhenti merokok dapat meningkatkan sekresi bikarbonat dalam saliva

Penelitian tersebut dilanjutkan oleh Indah Puspita Sari Pane (2011) dengan hasil yang berbeda yaitu tidak ditemukannya hubungan yang bermakna antara pH saliva dengan jenis rokok yang dikonsumsi.

Untuk mengetahui seberapa kuat perbedaan pH saliva antara perokok dan bukan perokok peneliti melakukan uji korelasi Lambda. Hasil yang didapatkan nilai korelasi (r) sebesar 0,036. Interpretasi hasil uji korelasi Lambda tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang sangat lemah antara variabel yang ada dalam penelitian ini yaitu pH saliva dan status kebiasaan merokok yang dalam penelitian ini peneliti bagi menjadi dua yaitu perokok dan bukan perokok.

Korelasi yang sangat lemah tersebut dapat dikaitkan dengan faktor perancu yang tidak dapat dikendalikan dari penelitian ini. Faktor perancu yang mempengaruhi yaitu jenis stimulasi, diet atau konsumsi makanan, jenis kelamin dan usia, status emosi, penyakit akut, serta disfungsi dari mastikasi (Yahrini, 2009). Beberapa faktor di atas ada faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh peneliti yaitu diet atau konsumsi makanan yang dimakan oleh subjek penelitian. Sedangkan faktor yang lain dikendalikan oleh peneliti dengan adanya kriteria restriksi atau dikendalikan melalui kuesioner, sehingga dapat meminimalkan terjadinya bias pada penelitian ini.

Pada keadaan stress akut terjadi perangsangan efek simpatik dari efek simpatis dari sistem saraf otonom dan menghalangi sistem saraf parasimpatis, sehingga menyebabkan berkurangnya aliran saliva dan mulut kering. Sebgaian besar orang mengalami sensasi mulut kering sebelum melakukan tanya jawab yang penting atau sebelum berpidato (Hasibuan, 2002).

Yahrini (2009) menjelaskan lebih lanjut bahwa ada beberapa studi yang menunjukan hubungan antara makanan yang dikonsumsi dengan produksi saliva. Ada hal yang perlu diingat yaitu selama puasa (tidak mengunyah makanan) air liur akan berkurang. Keadaan ini terkait dengan reaksi fisik dan psikis yang berbeda antara indivdu yang satu dengan lainnya terhadap keadaan lapar, termasuk stres serta perubahan perilaku.

KESIMPULAN

(11)

SARAN

Peneliti merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan variabel-variabel lainnya yang dapat mempengaruhi pH saliva. Penggunaan intrumentasi yang lebih baik seperti kuesioner yang lebih rinci serta alat yang lebih baik dari pada penelitian sebelumnya. Perlu adanya peningkatan pengetahuan dan penyuluhan tentang dampak buruk dari merokok bagi kebersihan rongga mulut.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, S.S.J., Raja, R.R., Raghuwanshi, S., Meenakumari, S., 2010. Studies On The Spectral Lines of Salivary Samples Taken From Smokers and Non-Smokers. Internet Journal of Health. Vol. 10. Issue 2, pp 12-12.

Almeida, P.D.V., Grégio, A.M.T., Machado, M.A.N., Lima, A.A.S., Azevedo, L.R., 2008. Saliva Composition and Functions: A Comprehensive Review. The Journal of Contemporary Dental Practice. Volume 9 (3): 72-08.

Departemen Kesehatan (Depkes), 2007. Riset Kesehatan Dasar 2007. Diakses dari www.riskesdas.litbang.depkes.go.id pada tanggal 28 Maret 2012.

Departemen Kesehatan (Depkes), 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Diakses dari www.riskesdas.litbang.depkes.go.id pada tanggal 28 Maret 2012. Gondodiputro, S., 2007. Bahaya Tembakau dan Bentuk-bentuk Tembakau.

Bandung: Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Unversitas Padjadjaran.

Guyton dan Hall. 2006. Textbook of Medical Physiology Eleventh Edition. Philadelphia: Elsevier Inc.

Hasibuan, S., 2002. Keluhan Mulut Kering Ditinjau dari Faktor Penyebab, Manifestasi dan Penanggulangannya. Diakses dari www.repository.usu.ac.id pada tanggal 27 November 2012.

Khan, G.J., Javed, M., Ishaq, M., 2010. Effect of Smoking on Salivary Flow Rate. Gomal Journal of Medical Sciences July-December 2010, vol. 8, No. 2: 221.

Kohlmann, F.J., 2003. What is pH and How is It Measured. Diakses dari www.vertmarkets.com pada tanggal 20 November 2012.

Lamanda, S., Cheaib, Z., Turgut, M.D., Lussi, A., 2007. Protein Buffering in Model System and in Whole Human Saliva. Diakses dari www.plosone.org pada tanggal 24 November 2012.

Palmerini, C.A., Saccardi, C., Ferracci, F., Arienti, S., 2011. Lipid Patterrns in The Saliva of Smoking Young Adults. Human and Experimental Toxicology 30 (10): 1482-1488.

Palomares, C.F., Montagud, J.V., Sanchiz, V., Herreros, B., Hernández, V., Mínguez, M., Benages A., 2004. Unstimulated Salivary Flow Rate, pH and Buffer Capacity of Saliva in Healthy Volunteers. Rev Esp Enferm DIG (Madrid) Vol. 96. No. 11: 773-783.

(12)

Kota Medan Tahun 2011. Diakses dari www.repository.usu.ac.id pada tanggal 23 Maret 2012.

Pederson, A.M., Bardow, A., Jensen, S.B., Nauntofte, B., 2002. Saliva and Gastrointestinal Function of Taste, Mastication, Swallowing and Digestion. Oral Diseases 8. 117-129.

Revianti, S., 2007. Pengaruh Radikal Bebas Pada Rokok Terhadap Timbulnya Kelainan Di Rongga Mulut. Denta Jurnal Kedokteran Gigi FKG-UHT Vol. 1. No. 2: 85-89.

Rooban T., Mishra, G., Elizabeth, J., Ranganathan, K., Saraswathi, T.R., 2006. Effect of Habitual Arecanut Chewing on Resting Whole Mouth Salivary Flow Rate and pH. Indian J Med Sci. Vol. 60: 95- 105.

Rosen, F.S., 2001. Anatomy and physiology of the salivary gland. Grand Rounds Presentation, UTMB, Dept. of Otolaryngology. Diakses dari www.utmb.edu pada tanggal 25 April 2012.

Sambo, L.G., 2005. World no Tobacco Day Message of the WHO Regional Director for Africa, Dr Luis Gomes Sambo. Diakses dari www.who.int pada tanggal 28 Maret 2012.

Trudgill, N.J., Smith, L.F., Kershaw, J., Riley, S.A., 1998. Impact of Smoking Cessation on Salivary Function in Healthy Volunteers. Scand J Gastroenterol, 33: 568-571.

WHO (World Health Organization), 2009. Age- and Sex- Standardized Prevalence Estimates for Tobacco Smoking Among Adults, 2009. Diakses dari www.who.int pada tanggal 28 Maret 2012.

Gambar

Tabel 4. Uji Korelasi Lambda

Referensi

Dokumen terkait

Communities in many parts of the world are already noticing changes to climate and weather patterns or ‘funny weather’ relating to temperature and rainfall (particularly people

Hasil penelitian didapatkan bahwa parenting stress pada orang tua dalam tingkat sedang (73,1%), distress orang tua dengan tingkat sedang (73,1%), perilaku anak yang sulit

[r]

sesuai dengan hasil survei awal peneliti yang mendapatkan informasi bahwa pada SLB ABC TPI Medan terdapat anak Tunagrahita yang masih bersekolah dengan usia lebih 20

Titik pusat penentu dalam kegiatan manajemen adalah manusia, sebab manusia membuat tujuan dan dia pulalah yang melakukan proses kegiatan untuk mencapai tujuan yang

Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dengan mengingat sumpah jabatan dan apabila dikemudian hari pernyataan ini ternyata tidak benar

Acceptability of child to parent (hal yang dapat diterima dari anak oleh orang tua), yaitu stres pengasuhan orang tua karena karakteristik anak seperti intelektual, fisik, dan

The English teacher are suggested to apply peer response technique in teaching learning process, especially in teaching writing because it can help student