• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG TERAPI BERMAIN PADA ANAK DI RUMAH SAKIT SE WILAYAH BOYOLALI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG TERAPI BERMAIN PADA ANAK DI RUMAH SAKIT SE WILAYAH BOYOLALI."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ii

PENGESAHAN

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG TERAPI BERMAIN PADA ANAK DI RUMAH SAKIT

SE WILAYAH BOYOLALI

SUMARYOKO J.220060026

Telah dipertahankan didepan dewan penguji pada tanggal, 14 Juli 2008

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan dewan penguji

1. Siti Arifah, S.Kp, M.Kes

2. Arif Widodo, A.Kep, M.Kes

3. Faizah Betty R. A.Kep, M.Kes

Surakarta, 14 Juni 2008 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Dekan,

(2)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Anak merupakan aset bangsa yang sangat penting untuk masa depan kehidupan kita semua. Nilai yang diberikan pada mereka tercermin dalam kesejahteraan yang mereka terima (Sacharin, 1998). Anak dapat gagal memenuhi harapan setiap orang tua apabila anak mengalami suatu gangguan dimasa kanak-kanak seperti trauma di rumah sakit, sekolah, maupun di rumah. Di Indonesia angka kesakitan anak yang di rawat di rumah sakit cukup tinggi, sekitar 35 per 1000 anak menderita sakit yang ditunjukkan dengan selalu penuhnya ruangan anak baik rumah sakit pemerintah maupun swasta, sehingga anak menggalami yang disebut Hospitalisasi.

Wong (2001), dalam Supartini ( 2004 ) perasaan sering muncul pada anak yaitu, cemas, marah, sedih, takut dan rasa bersalah. Bermain anak dapat mengekspresikan perasaannya dan menyelesaikan masalahnya sehingga dapat memperkecil trauma karena Hospitalisasi. Penelitian Halstroom et al, Cit Supartini, (2004 ), membuktikan bahwa Hospitalisasi anak dapat menjadi suatu pengalaman yang dapat menimbulkan trauma, baik pada anak maupun

orang tua. Hurlock (1998), pada usia 3-5 anak mulai berfikir kritis, selalu ingin

(3)

2

anak sudah bisa mengerti serta memahami apa yang dilihatnya tetapi anak belum bisa membayangkan hal-hal yang abstrak.

Anak yang dirawat dirumah sakit akan mengalami hambatan dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya. Hal itu terjadi karena keadaan penyakit dan kondisi psikologi yang dialaminya. Hambatan dalam proses tumbuh kembang lebih banyak pada anak yang mengalami penyakit kronik. Survey melaporkan , hambatan dalam proses tumbuh kembang lebih tinggi terjadi pada penyakit kronik yaitu terjadinya hambatan membaca spesifik serta gangguan psikis misalnya gangguan penyesuaian (Simbolon, 1999). Adapun dampak penyakit yang dialami anak pada penyakit akut yaitu mengalami ketidaknyamanan jasmani, stres emosi, kecemasan, kehilangan kontrol fisik atau automatisasi tingkah laku sehingga mengakibatkan rusaknya Self Image dan Self Esteem yang menyebabkan kehilangan identitas diri. Dalam mencegah dampak penyakit dan perawatan di rumah sakit di perlukan stimulus bagi anak agar dampak yang dialami anak dapat diminimalkan. Stimulus yang dapat diberikan oleh tim kesehatan di Rumah Sakit salah satunya berupa terapi bermain. Tujuan dari pelaksanaan terapi bermain yang dilakukan di rumah sakit adalah untuk memampukan anak beradaptasi dengan lingkungan yang asing baginya, melanjutkan tumbuh kembang yang dialaminya walaupun anak harus dirawat dan mengembangkan kreatifitas anak dalam bermain (Supartini, 2004).

(4)

komprehensif, diharapkan respon tersebut dapat diminimalkan, salah satu upaya yang dapat dilakukan perawat untuk mengurangi kecemasan pada anak yang dirawat dirumah sakit adalah dengan terapi bermain sesuai tumbuh kembang anak serta melibatkan peran orang tua dalam pemberian terapi bermain selama anak dirawat.

Dilihat dari latar belakang perawat yang bertugas diruang perawatan anak masih bervariatif jenjang pendidikannya, dari SPK, DIII, S-I Keperawatan, mayoritas pendidikan DIII Keperawatan. Dilihat dari pengalaman kerja dan lamanya kerja sebagian besar lebih dari lima tahun.

Dilihat dari pengetahuan tentang terapi bermain perawat ruang anak sangat minim, pengetahuan terapi bermain perawat ruang anak hanya di dapat sewaktu pendidikan DIII, maupun S-I Keperawatan itupun tidak semua dapat diaplikasikan perawat ruang anak, karena belum adanya sarana dan prasarana dirumah sakit. Melihat dilapangan khususnya perawat ruang anak, perawat belum mempunyai inisiatif untuk melakukan terapi bermain, terapi bermain dilakukan bila ada praktek mahasiswa.

(5)

4

anak didapatkan belum adanya program terapi bermain, rumah sakit belum menyediakan fasilitas peralatan bermain.

Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian Tentang Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Terapi Bermain pada anak dengan Hospitalisasi di Rumah Sakit sewilayah Boyolali.

B. Masalah Penelitian.

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah dapat dirumuskan pertanyaan peneliti sebagai berikut : Adakah Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Terapi Bermain pada anak dengan Hospitalisasi di Rumah Sakit sewilayah Boyolali ?

C. Tujuan Penelitian. 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui adakah hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan perawat tentang terapi bermain pada anak dengan Hospitalisasi di Rumah Sakit sewilayah Boyolali.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pendidikan perawat di Rumah Sakit sewilayah Boyolali.

b. Mengetahui tingkat pengetahuan perawat tentang terapi bermain pada anak di Rumah Sakit sewilayah Boyolali.

c. Hubungan tingkat pendidikan perawat dengan tingkat pengetahuan

(6)

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan manfaat bagi:

1. Pihak Institusi Rumah Sakit

Penelitian ini dapat menjadi masukan pengetahuan tentang terapi bermain bagi anak yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit dan sebagai acuan untuk pembuatan ruang bermain di ruang anak.

2. Perawat

Penelitian ini dapat sebagai acuan di dalam melakukan terapi bermain pada anak yang sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit. 3. Peneliti

Sebagai pengalaman nyata penerapan metodologi penelitian kuantitatif dalam pengetahuan terapi bermain pada anak dengan Hospitalisasi di Rumah Sakit sewilayah Boyolali.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Referensi

Dokumen terkait

Laporan ini disusun berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan di laboratorium Politeknik Negeri Sriwijaya, pada tanggal 8 Mei sampai 8 Juni 2014 Adapun judul dari laporan

Mengingat pelaksanaan pemilihan umum 2014 sudah sangat dekat, diperlukan langkah-langkah cepat dan mendesak untuk memulihkan kewibawaan dan kepercayaan masyarakat terhadap

Mutiara Mukti Farma belum pernah mengukur pengembalian investasi dari sumber daya manusia atas biaya yang telah dikeluarkan untuk Sumber daya Manusia sehingga perusahaan tidak

Karena itulah kamu dapatkan bahwa para penulis sejarah dari para salaf itu mereka adalah para ulama’ ahli fiqih seperti Ibnu Jariir, Al Haafidz Adz-Dzahabi, Ibnu Katsiir dan

Di satu sisi,Mustafa Kemal Attaturk sebenarnya dihormati sebagai penyelamat bangsa dari kekuasaan penjajahan, dan sekaligus dihormati karena jasanya dalam

Panitia Pengadaan Bar ang/ Jasa pada Badan Koor dinasi Keluar ga Ber encana dan Pember dayaan Per empuan Kota Bandar Lampung akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan

Hal tersebut dapat diidentifikasi dari aspek keuangan, pelayanan, operasional dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang masih dibawah nilai patokan sebesar 2,8 (Kementerian PU).

13 Ministry of Health,Pharmacist Responsibilities of Patient Safety, Directorate of Community Pharmacy and Clinical Pharmaceutical Development, Jakarta, 2008, page 11. 8 of 1999