• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kependekan dalam lingkungan Militer dan Kepolisian di Indonesia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kependekan dalam lingkungan Militer dan Kepolisian di Indonesia."

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTARK

Dawa, Wilhelmus. 2016. “Kependekan dalam Lingkungan Militer dan ...Kepolisian di Indonesia”. Skripsi Strata Satu (S1). Program Studi ...Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia. Kependekan terdiri dari lima jenis, yaitu singkatan, akronim, penggalan, kontraksi, lambang huruf. Ada dua masalah yang dibahas dalam penelitian, yakni (i) pola pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia, dan (ii) referen yang ditunjuk oleh kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pola pembentukan kependekan dan referen yang ditunjuk oleh kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia.

Objek penelitian yang berupa kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia berada dalam data yang merupakan bentuk panjang. Dalam pengumpulan data digunakan metode simak, yaitu menyimak kependekan yang digunakan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dan dilanjutkan dengan teknik catat. Untuk menjawab kedua permasalahan, (i) peneliti menerapkan metode agih dengan teknik Bagi Unsur Langsung (BUL) dan dilanjutkan menggunakan teknik lesap. Permasalahan, (ii) diterapkan metode padan dilanjutkan dengan metode padan referensial. Hasil analisis data disajikan dengan dua teknik yaitu, (i) teknik informal menggunakan kata-kata biasa, (ii) teknik formal digunakan gambar, bagan, tabel, dan lambang fonetis.

(2)

setiap kata, (ii) pengekalan tiga bunyi pertama setiap kata, (iii) pengekalan empat bunyi pertama setiap kata.

(3)

ABSTRACT

Dawa, Wilhelmus. 2016. Abbreviation Forms in Military and Police Field in ...Indonesian. An Undergraduate Thesis. Indonesian Letter ...Study Program, the Faculty of Letters, Sanata Dharma ...University

This study discussed the abbreviation in military and police field in Indonesian. Abbreviation is divided into five types which are shortness, acronyms, fragments, contractions, and emblem letters. There are two problems in this research which are (i) the pattern formation of the abbreviation in military and police field in Indonesian, and (ii) the referent of the abbreviation in military and police field in Indonesian. This research aims to describe the pattern formations and the referents abbreviation in military and police field in Indonesian.

The object of this research is in the form of abbreviation in military and police field in Indonesia, is in the data which is a long form. In collecting the data, the researcher uses simak method that is finding the abbreviation in military and police field in Indonesian. Then, it is followed by catat method. To solved the first, the researcher applies agih method with Bagi Unsur Langsung (BUL) technique and is followed by lesap technique. To solved second problems the researcher uses padan method that is followed padan referensial method. The analized result is presented in two techniques which are, (i) informal technique using ordinary words, (ii) formal technique using pictures, charts, tables, and phonetic symbols.

(4)

the pattern of generation in the acronym and acronym combination the researcher found two patterns namely: (i) the perpetuation of the first sound + the last sound of word I, three-first sounds of word II and word III and the four-first sound of word VI, (ii) the perpetuation of the three –first sounds of every words. Last but not the least, for the pattern of generation in the fragment the researcher found three patterns namely: (i) the perpetuation of the first sound of every words, (ii) the perpetuation of the three – first sounds of every words, (iii) the perpetuation of the four – first sounds of every words

The researcher found that the referents that had been referred to in the short forms within the Indonesian military and police field namely: (i) position, (ii) grade, (iii) building, (iv) activity, (v) guide, (vi) border area, (vii) person, (viii) unit, and (ix) school.

(5)

KEPENDEKAN DALAM LINGKUNGAN MILITER

DAN KEPOLISIAN DI INDONESIA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata I (S1) Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh Wilhelmus Dawa NIM: 124114014

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan dan rahmat-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S-I) program Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun tugas akhir ini.

1. Drs. Hery Antono, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang penuh perhatian dan kesabaran dalam membimbing, mengarahkan, dan menyemangati sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan lancar.

2. Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum. selaku pembimbing II yang telah membantu memberikan masukan, bimbingan, dan arahan dalam penyusunan tugas akhir ini.

3. Segenap dosen Program Studi Sastra Indonesia USD: Drs. B. Rahmanto, M.Hum., Dr. P. Ari Subagyo, M.Hum. (selaku dosen pembimbing akademik penulis), S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum., Dr. Y. Yapi Taum, M.Hum., Dra. F. Tjandrasih Adji, M.Hum, Drs. F.X. Santoso, M.S., serta dosen-dosen pengampu mata kuliah tertentu yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

(11)

5. Segenap staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah membantu menyediakan buku-buku yang penulis perlukan.

6. Kedua orang yang saya kasihi dan cintai, Ayahanda Ndara Tondo, S.H dan Ibunda Stefania M.G. Kaka. Mereka tidak pernah lelah mendoakan, mengingatkan, membimbing, menasehati, dan selalu sabar menemani dalam proses belajar hingga saat ini. Untuk kakak Alfian Dawa, S.T., adik Delsiana Dawa, kakak ipar Jeni Leko, S.Pt., ponakan Alfariel Dawa, dan sepupu Guido Fredi Kaka yang selalu menyemangati, dan mendoakan hingga saat ini.

7. Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia angkatan 2012 yang telah bersama-sama berjuang hingga saat ini.

8. Keluarga Mahasiswa Katolik Sumba (KMKS) yang sejak awal menerima, berbagi, berjuang bersama, dan saling mendoakan. Semoga kita tetap menjadi keluarga teguh dan kukuh dalam segala perjuangan hidup.

9. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyusun tugas akhir ini yang tidak disebutkan namanya satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak mengandung kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun perbaikan karya dari berbagai pihak sangat diharapkan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 11 Mei 2016

(12)

Satu-satunya cara melakukan pekerjaan yang luar biasa adalah dengan mencintai apa yang saat ini tengah Anda kerjakan (Steve Jobs)

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA... v

KATA PENGANTAR... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR BAGAN... iv

DAFTAR TABEL... v

ABSTRAK... xvi

ABSTARCT... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang... 1

1.2Rumusan Masalah... 6

1.3Tujuan Penelitian... 6

1.4Manfaat Hasil Penelitian... 7

1.5Tinjauan Pustaka... 7

(14)

1.6.1 Poses Morfologis... 11

1.6.2 Jenis-jenis Kependekan... 11

1.6.2.1Singkatan... 11

1.6.2.2Akronim... 12

1.6.2.3Penggalan... 13

1.6.2.4Lambang Huruf... 14

1.6.2.5Kontraksi... 15

1.6.3 Referen... 15

1.7Metode dan Teknik Penelitian... 17

1.7.1 Metode Pengumpulan Data... 17

1.7.2 Metode Analisis Data... 18

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data... ..20

1.8Sistematika Penyajian... 20

BAB II POLA PEMBENTUKAN KEPENDEKAN DALAM LINGKUNGAN MILITER DAN KEPOLISIAN DI INDONESIA... 22

2.1 Pengantar...22

2.2 Pola Singkatan... 22

2.3 Pola Akronim...25

2.3.1 Pengekalan Bunyi Pertama dari Setiap Kata... 26

2.3.2 Pengakalan Dua Bunyi Pertama Kata I dan Suku Pertama Kata II.... 27

2.3.3 Pengekalan Dua Bunyi Pertama kata I dan Tiga Bunyi Pertama Kata II... 28

(15)

dan Bunyi .Pertama Kata III... 29

2.3.6 PengekalanSuku Pertama Kata I, Kata II, dan Tiga Bunyi Pertama ... Kata III... 30

2.3.7 Pengekalan Suku Pertama Kata I, Dua Suku Pertama Kata II, dan Tiga ... Bunyi Pertama Kata IV... 31

2.3.8 Pengekalan Suku Pertama Kata I dan Suku Terakhir Kata II, Kata III... 32

2.3.9 Pengekalan Suku Terakhir Kata dari Setiap Kata... 33

2.3.10 Pengekalan Bunyi Pertama + Bunyi Terakhir Kata I, Tiga Bunyi Pertama ... Bentuk Dasar Kata II, dan Suku Pertama Kata III... 34

2.3.11Pengekalan Bunyi Pertama + Bunyi Terakhir Kata I dan Bunyi ...Pertama Kata II, Kata III, Kata IV... 35

2.4 Pola Kombinasi Akronim dan Singkatan... 38

2.4.1 Pengekalan Suku Pertama + Bunyi Terakhir Kata I, Suku Kedua ...Bentuk Dasar Kata II dan Bunyi Awal Kata III, Kata IV... 38

2.4.2 Pengekalan Suku Pertama + Bunyi Terakhir Kata I, Bentuk Dasar Kata II ...dan Bunyi Awal Kata III, Kata IV... 39

2.4.3 Pengekalan Suku Pertama Kata I, Bunyi Pertama Kata II, Suku ...Pertama Kata III, dan Bunyi Pertama Kata V, Kata VI... 40

2.5 Pola Kombinasi Akronim dan Akronim... 42

2.5.1 Pengekalan Bunyi Pertama + Bunyi Terakhir Kata I, Tiga Bunyi ...Awal Kata II, Kata III dan Empat Bunyi Pertama Kata VI... 43

2.5.2 Pengekalan Tiga Bunyi Awal Setiap.Kata... 44

2.6 Pola Penggalan... 45

2.6.1 Pengekalan Suku Pertama Setiap Kata... 45

2.6.2 Pengekalan Tiga Bunyi Pertama Setiap Kata... 46

(16)

BAB III REFEREN YANG DITUNJUK OLEH KEPENDEKAN

DALAM LINGKUNGAN MILITER DAN KEPOLISIAN DI INDONESIA… 49

3.1 Pengantar... 49

3.2 Kependekan yang Menunjuk Referen Jabatan... 49

3.3 Kependekan yang Menunjuk Referen Pangkat... 53

3.4 Kependekan yang Menunjuk Referen Gedung ... 59

3.5 Kependekan yang Menunjuk Referen Kegiatan... 60

3.6 Kependekan yang Menunjuk Referen Petunjuk... 62

3.7 Kependekan yang Menujuk Referen Wilayah Batas... 64

3.8 Kependekan yang Menunjuk Referen Orang... 65

3.9 Kependekan yang Menunjuk Referen Satuan... 67

3.10 Kependekan yang Menunjuk Referen Sekolah... 69

BAB III PENUTUP... 74

4.1 KESIMPULAN... 74

4.2 SARAN... 75

DAFTAR PUSTAKA... 77

LAMPIRAN... 79

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Segi Tiga Semantis dari Odgen dan Richards... 4

Gambar 2: Kependekan yang Menunjuk Referen Sekolah... 4

Gambar 3: Kependekan yang Menunjuk Referen Satuan... 5

Gambar 4: Segi Tiga Semantis dari Odgen dan Richards... 16

Gambar 5: Segi Tiga Semantis dari Lyons... 16

Gambar 6: Kependekan yang Menunjuk Referen Jabatan... 52

Gambar 7: Kependekan yang Menunjuk Referen Pangkat... 58

Gambar 8: Kependekan yang Menunjuk Referen Gedung... 60

Gambar 9: Kependekan yang Menunjuk Referen Kegiatan... 62

Gambar 10: Kependekan yang Menunjuk Referen Petunjuk... 63

Gambar 11: Kependekan yang Menunjuk Referen Wilayah Batas... 65

Gambar 12: Kependekan yang Menunjuk Referen Orang... 66

Gambar 13: Kependekan yang Menunjuk Referen Satuan... 68

(18)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1: Proses Morfologis Pemendekan... 11

Bagan 2: Proses Pembentukan Singkatan Berasal dari Dua Kata, Tiga Kata, ...dan Empat Kata... 25

Bagan 3: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Tiga Kata dan Empat Kata... 27

Bagan 4: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Dua Kata... 28

Bagan 5: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Dua Kata... 28

Bagan 6: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Dua Kata... 29

Bagan 7: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Tiga Kata... 30

Bagan 8: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Tiga Kata... 31

Bagan 9: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Empat Kata... 32

Bagan 10: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Tiga Kata... 33

Bagan 11: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Dua Kata... 34

Bagan 12: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Tiga Kata... 35

Bagan 13: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Empat Kata... 36

Bagan 14: Proses Pembentukan Akronim + Singkatan ...Berasal dari Empat Kata... 39

Bagan 15: Proses Pembentukan Akronim + Singkatan ...Berasal dari Empat Kata... 40

Bagan :16 Proses Pembentukan Akronim + Singkatan ...Berasal dari Enam Kata... 41

Bagan 17: Proses Pembentukan Akronim + Akronim ...Berasal dari Enam Kata... 43

Bagan 18: Proses Pembentukan Akronim + Akronim ... Berasal dari Empat Kata... 44

Bagan 19: Proses Pembentukan Penggalan Berasal dari Satu Kata... 46

Bagan 20: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Satu Kata... 47

(19)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Singkatan dalam Lingkungan Militer dan Kepolisian di Indonesia... 24 Tabel 2. Akronim dalam Lingkungan Militer dan Kepolisian di Indonesia... 36 Tabel 3. Kombinasi Akronim dan Singkatan dalam Lingkungan Militer

dan Kepolisian di Indonesia... 42 Tabel 4. Kombinasi Akronim dan Akronim dalam Lingkungan Militer

(20)

ABSTARK

Dawa, Wilhelmus. 2016. “Kependekan dalam Lingkungan Militer dan ...Kepolisian di Indonesia”. Skripsi Strata Satu (S1). Program Studi ...Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia. Kependekan terdiri dari lima jenis, yaitu singkatan, akronim, penggalan, kontraksi, lambang huruf. Ada dua masalah yang dibahas dalam penelitian, yakni (i) pola pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia, dan (ii) referen yang ditunjuk oleh kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pola pembentukan kependekan dan referen yang ditunjuk oleh kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia.

Objek penelitian yang berupa kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia berada dalam data yang merupakan bentuk panjang. Dalam pengumpulan data digunakan metode simak, yaitu menyimak kependekan yang digunakan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dan dilanjutkan dengan teknik catat. Untuk menjawab kedua permasalahan, (i) peneliti menerapkan metode agih dengan teknik Bagi Unsur Langsung (BUL) dan dilanjutkan menggunakan teknik lesap. Permasalahan, (ii) diterapkan metode padan dilanjutkan dengan metode padan referensial. Hasil analisis data disajikan dengan dua teknik yaitu, (i) teknik informal menggunakan kata-kata biasa, (ii) teknik formal digunakan gambar, bagan, tabel, dan lambang fonetis.

(21)

(i) pengekalan suku pertama setiap kata, (ii) pengekalan tiga bunyi pertama setiap kata, (iii) pengekalan empat bunyi pertama setiap kata.

Peneliti menemukan referen yang ditunjuk oleh kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia, yaitu (i) jabatan, (ii) pangkat, (iii) gedung, (iv) kegiatan, (v) petunjuk, (vi) wilayah batas, (vii) orang, (viii) satuan, dan (ix) sekolah.

(22)

ABSTRACT

Dawa, Wilhelmus. 2016. Abbreviation Forms in Military and Police Field in ...Indonesian. An Undergraduate Thesis. Indonesian Letter ...Study Program, the Faculty of Letters, Sanata Dharma ...University

This study discussed the abbreviation in military and police field in Indonesian. Abbreviation is divided into five types which are shortness, acronyms, fragments, contractions, and emblem letters. There are two problems in this research which are (i) the pattern formation of the abbreviation in military and police field in Indonesian, and (ii) the referent of the abbreviation in military and police field in Indonesian. This research aims to describe the pattern formations and the referents abbreviation in military and police field in Indonesian.

(23)

generation in the acronym and acronym combination the researcher found two patterns namely: (i) the perpetuation of the first sound + the last sound of word I, three-first sounds of word II and word III and the four-first sound of word VI, (ii) the perpetuation of the three –first sounds of every words. Last but not the least, for the pattern of generation in the fragment the researcher found three patterns namely: (i) the perpetuation of the first sound of every words, (ii) the perpetuation of the three – first sounds of every words, (iii) the perpetuation of the four – first sounds of every words

The researcher found that the referents that had been referred to in the short forms within the Indonesian military and police field namely: (i) position, (ii) grade, (iii) building, (iv) activity, (v) guide, (vi) border area, (vii) person, (viii) unit, and (ix) school.

(24)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Objek penelitian dalam skripsi ini adalah kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia. Kependekan adalah hasil proses penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata (Kridalaksana 1989: 159). Kependekan terdiri dari lima jenis, yaitu singkatan, akronim, penggalan, kontraksi dan lambang huruf (Kridalaksana, ibid).

Dua organisasi yang banyak menggunakan kependekan dalam berkomunikasi adalah militer dan kepolisian. Militer adalah sebuah organisasi yang diberi otoritas oleh organisasi di atasnya (negara) untuk menggunakan kekuatan yang mematikan (lethal force) agar membela dan mempertahankan negara dari ancaman aktual ataupun hal-hal yang dianggap ancaman (Sugono, dkk., eds., 2008: 1091). Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan masyarakat (Sugono, dkk., eds., 2008: 915).

(25)

sistem ketatanegaraan yang menegaskan pemisahan lembaga TNI (Tentara Nasional Indonesia) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing (Anonim, 2015: 2).

Dalam lingkungan militer dan kepolisian, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk berkomunikasi dan berinteraksi, baik dalam situasi yang formal maupun tidak formal. Penggunaan bahasa yang sesuai dengan pemakaiannya di ragam militer dikenal dengan cirinya yang ringkas dan bersifat tegas. Untuk keperluan itu digunakan berbagai kependekan. Orang dari luar militer dan kepolisian sering sukar memahami singkatan dan akronim itu, tetapi kalangan..militer..dan..kepolisian..dapat..memahaminya..(Http://Rifalutfiya.blogspot. co.id/ragam-bahasa).

Dalam bahasa, kependekan selaras dengan prinsip ekonomi. Prinsip ekonomi menganjurkan agar teks itu singkat tanpa harus merusak dan meruduksi pesan. Teks yang singkat dengan mengandung pesan yang utuh akan menghemat waktu dan tenaga dalam pemahamannya. Sebagai wacana yang terbatasi oleh ruang, wacana jurnalistik dikontruksi tidak melanggar prinsip itu (bdk. Baryadi 2002:50)

Kependekan itu misalnya : (1) AAL

(2) Bareskrim (3) Kapt

(26)

Disempurnakan, 2009:18). Singkatan dieja huruf demi huruf (lihat Hara, 2013). Singkatan AAL merupakan kependekan Akademi Angkatan Laut

Kependekan contoh (2) merupakan akronim. Akronim ialah kependekan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata (Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan, 2009: 19). Contoh (2) di atas merupakan kata yang dapat digunakan dalam kalimat. Bareskrim merupakan kependekan dari Badan Reserse dan Kriminal. Akronim Bareskrim dapat disebut sebagai kata karena mengandung makna

dan konsep yang jelas (Chaer, 1990:32).

Kependekan dalam contoh (3) Kapt merupakan penggalan dari kata utuh Kapten. Kependekan tersebut biasanya digunakan dalam ragam tulis, misalnya untuk

menulis nama: Kapt. Joko.

Kependekan tersebut memperlihatkan bahwa ada setidaknya tiga pola pembentukan singkatan dan akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia. Hal Kedua yang akan dibahas adalah referen yang diacu oleh kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia.

Kata atau leksem mengandung makna atau konsep. Makna atau konsep bersifat umum; sesuatu yang dirujuk, yang berada di luar dunia bahasa, bersifat tertentu. Hubungan antara kata dengan maknanya bersifat arbiter. Artinya tidak ada hubungan wajib antara deretan fonem pembentuk kata itu dengan maknanya. Namun, hubungannya bersifat konvensional (Chaer, 1990: 32)

(27)

Thought or Reference

Symbol - - - - - Referent Stands for

(an imputed relation) *TRUE

Gambar 1: Segi Tiga Semantis dari Odgen dan Richards

Gambar di atas memperlihatkan bahwa simbol melambangkan pikiran (dapat dibaca bahasa) dan karena itu di antara keduanya terdapat hubungan kausal. Di antara simbol dan pikiran terdapat hubungan langsung yang ditunjukan dengan garis lurus. Pikiran menunjuk referen dan karena itu di antara keduanya terdapat hubungan kausal juga. Antara simbol dan referen terdapat hubungan tidak langsung yang ditunjukan dengan garis putus-putus, tetapi hubungan antara simbol dan referen merupakan hubungan yang benar. Hubungan antara simbol dan referen harus melalui pikiran atau referensi.

Contoh kependekan yang menunjuk pada referen dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia.

Sekolah

(28)

Gambar 2: Kependekan yang Menunjuk Referen Sekolah

Contoh AAL (Akademi Angkatan Laut) menunjuk simbol dan mengacu pada

referen „sekolah‟ dengan perantara konsep sekolah. Dalam hal ini AAL tidak

memiliki hubungan langsung dengan referen (ditunjukkan dengan garis putus-putus). Hubungan antara simbol yang berupa kependekan dan referen „sekolah‟ harus melalui konsep dalam pikiran yaitu sekolah

Satuan

Bareskrim- - - - „satuan‟

Gambar 3: Kependekan yang Menunjuk Referen Satuan

Pada contoh Bareskrim (Badan Reserse dan Kriminal) menunjukan simbol dan mengacu pada referen „satuan‟ dengan perantara konsep satuan dalam kepolisian. Dalam hal ini Bareskrim tidak memiliki hubungan langsung dengan referen (ditunjukkan dengan garis putus-putus). Hubungan antara simbol yang berupa kependekan dan referen „satuan‟ harus melalui konsep dalam pikiran yaitu jenis satuan.

(29)

ditemukan referen yang ditunjuk. Ketiga, dunia militer dan kepolisan di Indonesia memiliki hubungan yang menyatu dengan masyarakat sehingga komunikasi tersebut penting diteliti. Kempat, sejauh penelusuran yang dilakukan peneliti, apalagi setelah keluarnya UU No. 2 Tahun 2002, belum ada peneliti yang mengkaji topik ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan dalam latar belakang, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebgai berikut.

1.2.1 Apa saja pola pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia?

1.2.2 Apa saja referen yang ditunjuk oleh kependekan dalam lingkungan militer dan .kepolisian di Indonesia

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pola-pola pembentukan kependekan dan menentukan jenis referennya dalam lingkungan militer dan kepolisian. Tujuan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut:

1.3.1 Mendeskripsikan pola pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia

(30)

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini berupa deskripsi kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia. Hasil penelitian tersebut memberikan manfaat teoretis maupun manfaat praktis. Manfaat teoritis hasil penelitian ini memberikan sumbangan teoretis bagi cabang linguistik yaitu, morfologi. Dalam morfologi menyumbang proses pembentukan kependekan, yaitu dari bentuk panjuang menjadi bentuk pendek. Bidang semantik, yaitu kependekan tersebut ternyata memiliki referen juga . Bidang sosiolinguistik, yaitu bahasa berupa kependekan digunakan dalam komunitas tertentu dalam hal ini militer dan kepolisian di Indonesia. Hasil penelitian ini juga memberikan sumbangan praktis bagi para jurnalistik yang akan menggunakan kependekan dalam tulisannya dan komunikasi praktis yang berhubungan dengan militer dan kepolisian di Indonesia.

1.5 Tinjauan Pustaka

Jalu dalam skripsinya yang berjudul “Pola Pembentukan dan Jenis Referen Slogan Kota dan Kabupaten di Jawa Tengah” (2015), membahas tentang pola slogan kota dan jenis referennya. Tentang pola slogan, ditemukan dua pola pembentukan, yaitu kata dan kalimat. Kata memiliki dua jenis yakni kata ulang dan akronim. Untuk akronim ditemukan 14 pola pembentukan. Adapun tentang referen yang diacu oleh slogan kota dan Kabupaten di Jawa Tengah, ditemukan 12 jenis referen.

(31)

kontraksi dalam tuturan berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah. Untuk penggalan ditemukan tujuh pola pembentukan, yakni (i) penggalan yang berupa pengekalan silabel pertama dari suatu kata, (ii) penggalan berupa pengekalan silabel terakhir dari suatu kata, (iii) penggalan yang berupa penggalan fonem terakhir dari suatu kata, (iv) penggalan yang berupa fonem pertama dari suatu kata, (v) penggalan yang berupa penganggalan silabel terakhir suatu kata, (vi) penggalan yang berupa pengekalan silabel tengah dan terakhir dari suatu kata, (vii) penggalan yang berupa pengekalan penanggalan dua fonem terakhir dalam suatu kata. Adapun tentang kontraksi ditemukan lima pola pembentukan, yakni (i) kontraksi dengan meringkas diftong dalam suatu kata, (ii) kontraksi dengan meringkas vokal tinggi menjadi vokal rendah dari suatu kata, (iii) kontraksi dengan meringkas dua silabel pertama dalam suatu kata, (iv) kontraksi dengan meringkas silabel pertama dalam suatu kata, (v) kontraksi dengan meringkas silabel terakhir dalam suatu kata.

Suratmi (1997) dalam hasil penelitiannya yang berjudul “Akronim Bahasa

Indonesia dalam surat kabar karian Kompas” menjelaskan bahwa akronim dalam

surat kabar harian kompas dapat diteliti atas pola pembentukannya. Pola pembentukan itu terbagai atas tujuh pola, yaitu (i) akronim berunsur bunyi pertama kata utama; (ii) akronim berunsur suku kata kata utama; (iii) akronim berunsur gabungan antara bunyi pertama kata utama dengan suku kata utama: (iv) akronim berunsur gabungan antara bunyi pertama kata utama dengan „bagian lain‟ kata utama; (v) akronim berunsur gabungan antara suku kata utama dengan „bagian lain‟ kata uatama; (vi) akronim berunsur bagian „bagian lain‟ kata uatama; (vii) akronim

(32)

Topik tentang kependekan juga pernah diteliti oleh Permana (2006) dalam skripsinya yang berjudul “Kependekan dalam Wacana Rubrik “Operator Menjawab”

di Surat Kabar Suara Pembaruan”. Hasil dari penelitian ini ditemukan pola-pola 15 pola pembentukan singkatan, yaitu (i) pengekalan konsonan huruf pertama dari setiap suku kata, (ii) pengekalan konsonan huruf pertama setiap kata, (iii) pengekalan konsonan huruf pertama suku kata pertama dan huruf pertama dan terakhir suku kata kedua dari suatu kata, (iv) pengekalan dua huruf pertama dari suatu kata, (v) pengekalan tiga huruf pertama dari suatu kata, (vi) pengekalan empat huruf pertama dari suatu kata.

Selanjutnya, (vii) pengekalan konsonan huruf pertama suku kata pertama dan penggalan suku-suku terakhir suatu kata, (viii) pengekalan konsonan huruf pertama tiap kata dan sufiks-nya, (ix) penggunaan monoftong pada suku kata kedua dari suatu kata, (x) persamaan huruf dalam penggunaan singkatan, (xi) penggunan prefiks di- dan pengekalan konsonan huruf pertama suku kata pertama dan huruf pertama dan terakhir suku kata, (xii) penggunaan monoftong dari suku kata pertama dari suatu kata, (xiii) pengekalan konsonan huruf pertama suku terakhir dari suatu kata, (xiv) pengekalan konsonan huruf pertama, suku kata pertama dan huruf pertama suku kata kedua dan penggalan suku-suku terakhir dan sufiks-nya dari suatu kata, (xv) pengekalan konsonan huruf pertama suku kata pertama dan monoftong suku kata kedua.

(33)

kedua. Penggalan ditemukan sembilan pola pembentukan, yaitu (i) penggalan suku kata pertama dari suatu kata, (ii) penggalan suku kata terakhir dari suatu kata, (iii) penggalan tiga huruf pertama dari suatu kata, (iv) pengekalan empat huruf pertama dari suatu kata, (v) pengekalan konsonan huruf pertama dari suku kata pertama dan pengekalan suku-suku terakhir dari suatu kata, (vi) pengekelan konsonan huruf pertama suku kata pertama dan kedua dan penggalan suku-suku kata terakhir dari suatu kata, (vii) pengekalan konsonan huruf pertama suku kata pertama dan kedua dan penggalan suku-suku terakhir dan sufiks-nya, (viii) pengekalan konsonan huruf pertama suku kata kedua dan huruf pertama suku kata ketiga, (ix) pengekalan konsonan huruf pertama dan terakhir dan suku kata kedua dan penggalan kata selanjutnya. Lambang huruf ditemukan satu pola pembentukan, yakni lambang huruf yang menandai mata uang.

Dari tinjauan pustaka tersebut, dapat disimpulkan dalam dua hal. Pertama, kependekan banyak dijumpai dalam berbagai bidang terutama dalam lingkungan militer dan kepolisian. Kedua, peneliti yang mengkaji tentang kependekan dalam militer dan kepolisian di Indonesia serta menentukan referen belum pernah dilakukan. Atas dasar tinjauan pustaka itulah, penelitian ini layak dilakukan.

1.6 Landasan Teori

(34)

1.6.1 Proses Morfologis

Proses morfologis adalah proses pengubahan bentuk panjang menjadi bentuk kependekan. Ada tiga komponen yang terlibat dalam proses morfologis, yaitu (i) masukan, (ii) proses dan (iii) hasil. Masukan adalah bentuk panjang, proses merupakan cara pengubahan bentuk panjang, hasil berkaitan dengan kependekan (Baryadi, 2011: 25). Proses morfologis tersebut dapat ditunjukkan dengan bagan tersebut.

Masukan Proses Hasil

Bagan 1: Proses Morfologis Pemendekan

1.6.2 Jenis-jenis Kependekan

Kependekan terdiri dari penyingkatan, pengakroniman, pemenggalan, pengkotraksian, dan pelambangan huruf. Kelima jenis pemendekan tersebut menghasilkan lima jenis kependekan, yaitu singkatan, penggalan, akronim, kontraksi, dan lambang huruf (Kridalaksana 1989: 161:163)

1.6.2.1 Singkatan

Singkatan adalah hasil pemendekan yang berupa huruf demi huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf maupun tidak dieja huruf demi huruf (Kridalaksana, 1989 : 162). Berikut ini dikemukakan contohnya.

(4) DIY ( Daerah Istimewa Yogyakarta)

(5) SPP (Sumbangan Penyelanggara Pendidikan)

(35)

(6) TNI ( Tentara Nasioanl Indonesia) Yang tidak dieja huruf demi huruf;

(7) dll. (dan lain-lain) (8) dng (dengan)

(9) dst. (dan seterusmya)

Dari beberapa contoh singkatan yang dieja dan tidak dieja di atas, dapat dijelaskan proses pemendekan menurut pola pembentukannya. Contoh (4) DIY merupakan kependekan yang berasal dari tiga kata, yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta, (5) SPP merupakan kependekan yang berasal dari tiga kata, yakni

Sumbangan Penyelenggara Pendidikan, dan contoh (6) TNI merupakan kependekan

dari empat kata, yaitu Tentara Nasional Indonesia merupakan proses pemendekan dengan pengekalan bunyi pertama dari setiap kata.

1.6.2.2 Akronim

Akronim adalah kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain dari bentuk dasar dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit banyak memenuhi kaidah fonotaktik dalam bahasa Indonesia (Kridalaksana, 1989: 162). Berikut ini contohnya :

(36)

Pada contoh (10) ABRI merupakan kependekan yang berasal dari empat kata yaitu Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, bunyi [a] berasal dari kata angkatan, bunyi [be] secara ortografis ditulis hurf B berasal dari kata bersenjata, bunyi [er] secara ortografis ditulis huruf R berasal dari kata republik, dan bunyi [i] berasal dari kata Indonesia. Pemendekannya adalah pengekalan bunyi pertama dari setiap kata. Contoh (11) Gakopad merupakan kependekan yang berasal dari empat kata Gabungan Koperasi Angkatan Darat, bunyi [ga] berasal dari gabungan, bunyi [kop]

berasal dari kata koperasi, bunyi [a] berasal dari kata angkatan, dan bunyi [de] secara ortografis di tulis huruf D berasal dari kata darat. Pemendekannya adalah pengekalannya pada suku pertama kata I, tiga bunyi pertama kata II, dan bunyi pertama kata III, kata IV. Contoh (12) ASI merupakan kependekan yang berasal dari tiga kata, yaitu Air Susu Ibu, bunyi [a] berasal dari kata air, bunyi [es] secara ortografis ditulis huruf S berasal dari kata susu, dan bunyi [i] berasal dari kata ibu. proses pemendekannya adalah pengekalan bunyi pertama setiap kata.

1.6.2.3 Penggalan

Penggalan adalah proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari kata (Kridalaksana, 1989: 162). Berikut ini contohnya.

(13) Purn (purnawirawan) (14) Bu (ibu)

(37)

Pembentukan penggalan di atas dilakukan dengan cara menanggalkan bentuk dasar. Contoh (13) Purn merupakan kependekan berasal dari satu kata yaitu Purnawirawan. Penggalan Purn merupakan hasil kependekan dengan cara

mengekalkan empat bunyi pertama. Contoh (14) Bu merupakan kependekan dari kata Ibu. Penggalan bu merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan suku kata

terakhir Bu dari kata Ibu. Contoh (15) Pak merupakan kependekan yang berasal dari kata Bapak. Penggalan Pak merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan suku kata terakhir Pak dari kata Bapak.

1.6.2.4 Lambang Huruf

Lambang huruf adalah proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf atau lebih yang mengambarkan konsep dasar kuantitas, satuan, dan unsur (Kridalaksana, 1989: 162). Perhatikan contohnya.

(16) G (gram) (17) Cm (centi meter) (18) Rp (rupiah)

(38)

1.6.2.5 Kontraksi

Kontraksi adalah kependekan yang dihasilkan dengan meringkas bentuk dasar (Kridalaksana, 1989: 162). Berikut ini contohnya.

(19) Tak (tidak) (20) Takkan (tidak akan)

Contoh (19) tak merupakan kependekan yang dihasilkan dengan cara meringkas tiga huruf dari kata tidak dan contoh (20) takkan merupakan kependekan yang dihasilkan dengan meringkas lima huruf dari kata tidak akan.

1.6.3 Referen

Rerefen adalah benda atau orang yang diacu oleh kata atau untaian kata di kalimat atau konteks tertentu. Referen merupakan konsep yang lazimnya berhubungan dengan suatu hal yang berada di luar bahasa (Wijana, 2008:4).

Bentuk kebahasan memiliki konsep dalam pikiran manusia yang disebut (thought), dan konsep ini lazim berhubungan dengan sesuatu atau hal yang ada di luar bahasa yang disebut referen (referent). Disebut lazim karena tidak semua kata yang memiliki makna memiliki referen. Makna bersifat umum dan tidak tertentu, sedangkan referen bersifat tertentu. Referen adalah sesuatu yang diacu oleh konsep bentuk bahasa yang bersangkutan. Bentuk bahasa berhubungan secara langsung dengan konsep pikiran (makna) (Chaer,1990: 31).

(39)

Thought or Reference

Symbol - - - - - Referent Stands for

(an imputed relation) *TRUE

Gambar 4: Segi Tiga Semantis dari Odgen dan Richards

Gambar 4 di atas menunjukan bahwa simbol mengacu kepada sesuatu referen dengan perantara konsep . Dalam hal ini hubungan antara symbol dan referen tidak memiliki hubungan yang langsung (yang ditunjukkan dengan garis putus-putus), akan tetapi hubungan kedua hal tersebut harus melaui thougt or reference.

Sesuai perkembangan semiotika, oleh Lyons setiap unsur dari segitiga Odgen dan Rhicards itu diganti dengan nama lain. Istilah symbol diganti dengan sign, thought diganti dengan concept, dan referent diganti dengan significatum. Perhatikan

gambar berikut.

Concept

Sign - - - Significatum Gambar 5: Segi Tiga Semantis dari Lyons

(40)

hubungan langsung ditunjukan dengan garis putus-putus, tetapi harus melalui concept.

1.7 Metode dan Teknik Penelitian

Penelitian ini dilakukan tiga tahap, yakni (i) pengumpulan data, (ii) analisis data, (iii) penyajian hasil analisis data. Berikut diuraikan masing-masing tahap dalam penelitian ini.

1.7.1 Metode Pengumpulan Data

Objek penelitian ini adalah kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia. Objek ini berada dalam data yang berupa bentuk panjang. Data diperoleh dari sumber sumber online.

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak dengan teknik sadap dan teknik catat. Metode simak dilaksanakan dengan menyimak penggunaan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia. Penerapan lebih lanjut menggunakan teknik catat dan sadap. Teknik catat adalah teknik yang digunakan dengan pencatatan dan teknik sadap dilanjuti dengan mencermati data-data yang berupa bentuk panjang dengan mengklasifikasi atau mengelompokkan pola pembentukan singkatan, akronim, penggalan (Sudaryanto, 1993; 135). Contoh data yang digunakan sebagai berikut

(21) AKP (Ajun Komisaris Polisi)

(41)

1.7.2 Metode Analisis Data

Langkah kedua adalah menganalisis data. Setelah data diklasifikasi, kemudian dianalisis dengan metode agih dan padan. Metode agih adalah metode analisis yang alat penentunya ada di dalam bahasa dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti (Sudaryanto, 1993:15). Teknik dasar yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik bagi unsur langsung (BUL). Teknik BUL adalah teknik dasar metode agih yang membagi satuan lingual data menjadi beberapa bagian (Sudaryanto, 1993:31). Misalnya, AMN memiliki unsur /A/M/N/. Bunyi [a] berasal dari kata akademi, bunyi [m] berasal dari kata militer, dan bunyi [n] berasal dari kata nasional.

Untuk menganalisis rumusan masalah yang pertama digunakan teknik lanjutan, yaitu teknik lesap. Teknik lesap adalah teknik analisis data dengan cara melesapkan, mengilangkan, menghapuskan, mengurangi satauan kebahasaan yang tidak dikekalkan. Kegunaan teknik lesap untuk mengetahui kadar keintian yang dianilisis (Sudaryanto, 1993: 37 ).

(24) AMN ( Akademi Militer Nasional)

(25) ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia) (26) Let (Letnan)

(42)

berasal dari kata Republik, dan bunyi [i] berasal dari kata Indonesia. Contoh (26) merupakan penggalan. Penggalan Let merupakan kependekan yang berasal dari kata Letnan. Bunyi [let] berasal dari kata Letnan.

Dalam menganalisis rumusan masalah yang kedua, peneliti menggunakan metode padan. Metode padan ini alat penentunya di luar bahasa, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:13). Teknik dasar yang dipakai dalam metode ini teknik pilah unsur penentu atau PUP. Teknik lanjutannya digunakan metode padan referensial untuk menentukan identitas satuan kebahahasaan menurut referen yang ditunjuk (Sudaryanto, 1993;145). Misalnya seperti berikut:

(26) EKKT (Evaluasi Kemantapan dan Kesiapan Tugas) (27) Kasad (Kepala Staf Angkatan Darat)

(29) Jen (Jendral)

Singkatan EKKT dalam contoh (27) memiliki kepanjangan Evaluasi Kemantapan dan Kesiapan Tugas, mempunyai konsep yang berada dalam pikiran

(43)

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Setelah tahap analisis data, tahap selanjutnya adalah tahap penyajian hasil analisis data. Analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan menggunakan metode informal dan metode formal. Penyajian asil analisis data dengan metode informal mengunakan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993 45). Penyajian hasil analisis data dengan menggunakan metode formal, yaitu memanfaatkan, bagan, gambar, tabel dan lambang fonetis (Sudaryanto, ibid).

1.8 Sistematika Penyajian

(44)

Pada BAB II berisi uraian pola-pola pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia. Bab III referen yang ditunjuk oleh kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia.

(45)

BAB II

POLA PEMBENTUKAN KEPENDEKAN

DALAM LINGKUNGAN MILITER DAN KEPOLISIAN

DI INDONESIA

2.1 Pengantar

Kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia terdiri dari singkatan, akronim, dan penggalan. Jenis-jenis kependekan tersebut memiliki pola-pola dan proses pembentukan kependekan.

2.2 Pola Singkatan

Singkatan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia meliputi singkatan yang berasal dari dua kata, tiga kata, dan empat kata. Berikut ini beberapa contoh.

(30) AD (Angkatan Darat)

(31) AL (Angkatan Laut)

(32) AU (Angkatan Udara

(33) TNI (Tentara Nasional Indonesia)

(34) AKP (Ajun Komisaris Polisi)

(35) AAU (Akademi Angkatan Udara)

(36) KKAD (Kesatuan Komando Angkatan Darat)

(46)

Kependekan yang berasal baik dari dua kata, tiga kata, empat kata dihasilkan dengan pengekalan bunyi pertama dari setiap kata. Contoh (30) AD merupakan kependekan dari Angkatan Darat. Bunyi [a] secara ortografis ditulis huruf A berasal dari kata Angkatan dan bunyi [de] secara ortografis ditulis huruf D berasal dari kata Darat. Contoh (31) AL merupakan kependekan dari Angkatan Laut. Bunyi [a] yang

secara ortografis ditulis huruf A berasal dari kata Angkatan, bunyi [el] yang secara ortografis ditulis huruf L berasal dari kata Laut.

Pada contoh (32) AU merupakan kependekan dari Angkatan Udara. Bunyi [a] yang secara ortografis ditulis huruf A berasal dari kata Angkatan, bunyi [u] yang secara ortografis ditulis huruf U berasal dari kata Udara. Contoh (33) TNI yang berasal dari bentuk panjang Tentara Nasional Indonesia. Bunyi [te] yang secara ortografis ditulis dalam huruf T dari kata Tentara, bunyi [en] yang secara ortografis ditulis huruf N dari kata Nasional, dan bunyi [i] yang secara ortografis ditulis dalam huruf I dari kata Indonesia. Singkatan TNI merupakan hasil pengekalan bunyi pertama dari setiap kata Tentara Nasional Indonesia.

Pada contoh (34) terdapat singkatan AKP merupakan kependekan dari Ajun Komisaris Polisi. Bunyi [a] yang secara ortografis ditulis huruf A berasal dari kata

Ajun, bunyi [ka] yang secara ortografis ditulis huruf K berasal dari kata Komisaris,

(47)

Pada contoh (36) KKAD merupakan kependekan dari Komando Kesatuan Angkatan Darat. Bunyi [ka] secara ortografis ditulis huruf K berasal dari kata

Komando, bunyi [ka] secara ortografis ditulis huruf K berasal dari kata Kesatuan,

bunyi [a] ditulis huruf A berasal dari kata Angkatan, dan bunyi [de] ditulis huruf D berasal dari kata Darat. Contoh (37) AKBP merupakan kependekan dari Ajun Komisaris Besar Polisi. Bunyi [a] berasal dari kata Ajun, bunyi [ka] secara ortografis

ditulis hurf K berasal dari kata Komisaris, bunyi [be] secara ortografis ditulis huruf B berasal dari kata Besar, dan bunyi [pe] secara ortografis ditulis huruf P berasal dari kata Polisi.

Hasil analisis data singkatan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dapat dirangkum dalam tabel berikut.

Tabel 1. Singkatan dalam Lingkungan Militer dan Kepolisian di Indonesia

No Bentuk Panjang Proses Hasil

1 Angkatan Darat Pengekalan Bunyi Pertama dari Setiap Kata

AD

2 Angkatan Laut AL

3 Angkatan Udara AU

4 Tentara Nasional Indonesia TNI

5 Ajun Komisaris Polisi AKP

6 Akademi Angkatan Udara AAU

7 Kesatuan Komando Angkatan Darat

KKAD

(48)

Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.

Masukan Proses Hasil

Bagan 2: Proses Pembentukan Singkatan Berasal dari Dua Kata, Tiga Kata, dan Empat Kata

2.3 Pola Akronim

Pola pembentukan akronim ditemukan 11 pola akronim yakni, (i) pengekalan bunyi pertama setiap kata, (ii) pengekalan dua bunyi pertama kata I dan suku pertama kata II, (iii) pengekalan dua bunyi pertama kata I dan tiga bunyi pertama kata II, (iv) pengekalan tiga bunyi pertama setiap kata, (v) pengekalan suku pertama kata I, kata II, dan bunyi pertama kata III, (vi) pengekalan suku pertama kata I, kata II, dan tiga bunyi pertama kata III, (vii) pengekalan suku pertama kata I, dua suku pertama kata II, dan tiga bunyi pertama kata IV, (viii) pengekalan suku pertama kata I dan suku terakhir kata II, kata III, (ix) pengekalan suku terakhir setiap kata (x), pengekalan bunyi pertama + bunyi terakhir kata I, tiga bunyi pertama bentuk dasar kata II, dan suku pertama kata ke III, (xi) pengekalan bunyi pertama + bunyi terakhir kata I dan bunyi pertama kata II, kata III, kata IV.

Bentuk Panjang (2 kata, 3 kata, 4

kata)

Pengekalan Bunyi

(49)

2.3.1 Pengekalan Bunyi Pertama dari Setiap Kata

Akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian meliputi akronim yang berasal dari tiga kata dan empat kata. Berikut ini beberapa contoh data kependekannya.

(38)DOM (Daerah Operasai Militer)

(39)BIN (Badan Intelejen Negara)

(40)AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia)

(41)ALRI (Angkatan Laut Rebuplik Indonesia)

Kependekan yang berasal baik dari tiga kata dan empat kata dihasilkan dengan pengekalan bunyi pertama setiap kata Contoh (38) DOM merupakan kependekan Daerah Operasi Militer. Bunyi [de] yang secara ortografis ditulis huruf D berasal dari kata Daerah, bunyi [o] yang secara ortografis ditulis huruf O berasal dari kata Operasi, dan bunyi [em] yang secara ortografis ditulis huruf M berasal dari kata Militer. Akronim DOM merupakan bentuk pengekalan bunyi pertama dari setiap kata Dareah Operasi Militer. Contoh (39) BIN merupakan kependekan dari Badan Intelejen Negara. Bunyi [be] secara ortografis ditulis huruf B berasal dari kata

Badan, bunyi [i] secara ortografis ditulis huruf I berasal dari kata Itelejen, bunyi [n]

secara ortografis ditulis huruf N berasal dari kata Negara.

Pada contoh (40) AURI merupakan kependekan dari Angkatan Udara Republik Indonesia. Bunyi [a] yang secara ortografis ditulis huruf A berasal dari kata

Angkatan, bunyi [u] secara ortografis ditulis huruf U berasal dari kata Udara, bunyi

(50)

ALRI yang berasal dari bentuk panjang Angkatan Laut Republik Indonesia. Bunyi [a] secara ortografis ditulis huruf A dari kata Angkatan, bunyi [el] secara ortografis ditulis huruf L dari kata Laut, bunyi [er] secara ortografis ditulis huruf R dari kata Republik, dan bunyi [i] secara ortografis ditulis huruf I dari kata Indonesia.

Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.

Masukan Proses Hasil

Bagan 3: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Tiga Kata dan Empat Kata

2.3.2 Pengekalan Dua Bunyi Pertama Kata I dan Suku Pertama Kata II

Akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian meliputi akronim yang berasal dua dari kata. Berikut ini beberapa contoh data kependekannya.

(42) Mako (Markas Komando) (43) Buser (Buru Sergap)

Kependekan berasal dari dua kata dihasilkan dengan pengekalan dua bunyi pertama kata I dan suku pertama kata II. Contoh (42) Mako merupakan kependekan dari Markas Komando. Bunyi [ma] berasal dari kata Markas dan bunyi [ko] berasal dari kata Komando. Contoh (43) Buser merupakan kependekan dari Buru Sergap. Bunyi [bu] berasal dari kata Buru, bunyi [ser] berasal dari kata Sergap.

Bentuk Panjang (3 kata, 4 kata)

Pengekalan Bunyi Pertama dari Setiap

kata

(51)

Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.

Masukan Proses Hasil

Bagan 4: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Dua Kata

2.3.3 Pengekalan Dua Bunyi Pertama Kata I dan Tiga Bunyi Pertama Kata II Akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian meliputi akronim yang berasal dari dua kata. Berikut ini beberapa contoh data kependekannya.

(44) Akmil (Akademi Militer) (45) Mabes (Markas Besar)

Kependekan yang berasal dari dua kata dapat dihasilkan dengan pengekalan dua bunyi pertama kata I dan tiga bunyi pertama kata II. Contoh (44) Akmil merupakan kependekan dari kata Akademi Militer. Bunyi [ak] berasal dari kata Akademi dan bunyi [mil] berasal dari kata Militer. Contoh (45) Mabes merupakan

kependekan dari Markas Besar. Bunyi [ma] berasal dari kata Markas dan bunyi [bes] berasal dari Besar.

Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.

Masukan Proses Hasil

(52)

2.3.4 Pengekalan Tiga Bunyi Pertama Setiap Kata

Akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian meliputi akronim yang berasal dari dua kata. Berikut ini beberapa contoh data kependekannya.

(46) Kompol (Komisaris Polisi) (47) Kombes (Komisaris Besar) (48) Polwan (Polisi Wanita)

Kependekan yang berasal dari dua kata dapat dihasilkan dengan pengekalan tiga bunyi pertama setiap kata. Contoh (46) Kompol merupakan kependekan dari Komisaris Polisi. Bunyi [kom] berasal dari kata Komisaris dan bunyi [pol] berasal

dari kata Polisi. Contoh (47) Kombes merupakan kependekan dari Komisaris Besar. Bunyi [kom] berasal dari kata Komisaris, bunyi [bes] berasal dari kata Besar. Contoh (48) Polwan merupakan kependekan dari Polisi Wanita. Bunyi [pol] berasal dari kata Polisi, bunyi [wan] berasal dari kata Wanita.

Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.

Masukan Proses Hasil

Bagan 6: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Dua Kata

2.3.5 Pengekalan Suku Pertama Kata I, Kata II, dan Bunyi .Pertama Kata III Akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian meliputi akronim yang berasal dari tiga kata. Berikut ini beberapa contoh.

(48) Kodam (Komando Daerah Militer) Bentuk Panjang

(2 Kata)

Pengekalan Tiga Bunyi

(53)

(49) Korem (Komando Resort Militer)

(49) Kodam merupakan kependekan dari Komando Resort Militer. Bunyi [ko] adalah suku pertama dari kata Komando, bunyi [re] adalah dua bunyi dari kata Resort, dan bunyi [em] secara ortografis ditulis huruf M dari Militer.

Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.

Masukan Proses Hasil

Bagan 7: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Tiga Kata

2.3.6 PengekalanSuku Pertama Kata I, Kata II, dan Tiga Bunyi Pertama

...Kata III

Akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian meliputi akronim yang berasal dari tiga kata. Berikut ini beberapa contoh data kependekannya.

(50) Koramil (Komando Rayon Militer)

(51) Kodamar (Komando Daerah Maritim)

(54)

merupakan kependekan dari Komando Rayon Militer. Bunyi [ko] berasal dari kata Komando, bunyi [ra] berasal dari kata Rayon, bunyi [mil] berasal dari kata Militer.

Contoh (51) Kodamar merupakan kependekan dari Komando Daerah Maritim. Bunyi [ko] berasal dari kata Komando, bunyi [da] berasal dari kata Daerah, bunyi [mar] berasal dari kata Maritim.

Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.

Masukan Proses Hasil

Bagan 8: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Tiga Kata

2.3.7 Pengekalan Suku Pertama Kata I, Dua Suku Pertama Kata II, dan Tiga

...Bunyi Pertama Kata IV

Akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian meliputi akronim yang berasal dari tiga kata. Berikut ini beberapa contoh data kependekannya.

(52) Kormabar (Komando Armada Kawasan Barat)

(53) Koarmatim (Komando Armada Kawasan Timur)

Kependekan yang berasal dari lima kata dapat dihasilkan dengan pengekalan suku pertama kata I, dua suku pertama kata II, dan tiga bunyi pertama kata IV. Contoh (52) Koarmabar merupakan kependekan dari Komando Armada Kawasan Barat. Bunyi [ko] berasal dari Komando, bunyi [arma] berasal dari kata Armada,

dan bunyi [bar] berasal dari kata Barat. Contoh (53) Koarmatim merupakan

Bentuk Panjang (3 Kata)

Pengekalan Suku Pertama Kata I, Suku Pertama Kata II, dan Tiga Bunyi Pertama

Kata III

(55)

kependekan dari Komando Armada Kawasan Timur. Bunyi [ko] berasal dari Komando, bunyi [arma] berasal dari kata Armada, dan bunyi [bar] berasal dari kata

Timur.

Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.

Masukan Proses Hasil

Bagan 9: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Empat Kata

2.3.8 Pengekalan Suku Pertama Kata I dan Suku Terakhir Kata II, Kata III Akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian meliputi akronim yang berasal dari tiga kata. Berikut ini beberapa contoh data kependekannya.

(54) Bujukpur (Buku Petunjuk Tempur)

(55) Bujuktis (Buku Petunjuk Taktis)

(56) Bujuknik (Buku Petunjuk Teknik)

Kependekan yang berasal dari tiga kata dapat dihasilkan dengan pengekalan suku pertama kata I dan suku terakhir kata II, kata III. Contoh (54) Bujukpur merupakan kependekan dari Buku Petunjuk Tempur. Bunyi [bu] berasal dari kata Buku, bunyi [juk] berasal dari kata Petunjuk, bunyi [pur] berasal dari kata Tempur.

Contoh (55) Bujuktis merupakan kependekan dari Buku Petunjuk Taktis. Bunyi [bu] berasal dari kata Buku, bunyi [juk] berasal dari kata Petunjuk, dan bunyi [tis] berasal dari kata Taktis. Contoh (56) Bujuknik merupakan kependekan dari Buku Petunjuk

Bentuk Panjang (4 Kata)

Pengekalan Suku Pertama Kata I, Dua Suku Pertama Kata II, dan Tiga Bunyi

Pertama Kata IV

(56)

Teknik. Bunyi [bu] berasal dari kata Buku, bunyi [juk] berasal dari kata Petunjuk, dan

bunyi [nik] berasal dari kata Teknik.

Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.

Masukan Proses Hasil

Bagan 10: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Tiga Kata

2.3.9 Pengekalan Suku Terakhir Kata dari Setiap Kata

Akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian meliputi akronim yang berasal dari dua kata. Berikut ini beberapa contoh data kependekannya.

(57) Danton (Komandan Peleton)

(58) Danyon (Komandan Batalyon)

Kependekan yang berasal dari dua kata dapat dihasilkan dengan pengekalan suku terakhir kata dari setiap kata. Contoh (57) Danton merupakan kependekan dari Komandan Peleton bunyi [dan] berasal dari kata Komandan, bunyi [ton] berasal dari

kata Peleton. Contoh (58) Danyon merupakan kependekan dari Komandan Batalyon bunyi [ko] berasal dari kata Komandan, bunyi [ton] berasal dari Peleton.

Bentuk Panjang (3 Kata)

Pengekalan Suku Pertama Kata I, dan Suku Terakhir

Kata II, Kata III

(57)

Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.

Masukan Proses Hasil

Bagan 11: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Dua Kata

2.3.10 Pengekalan Bunyi Pertama + Bunyi Terakhir Kata I, Tiga Bunyi Pertama

...Bentuk Dasar Kata II, dan Suku Pertama Kata III

Akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian meliputi akronim yang berasal dari tiga kata. Berikut ini beberapa contoh data kependekannya.

(57) Kapolda (Kepala Kepolisian Daerah)

(58) Kapolsek (Kepala Kepolisian Sektor)

Kependekan yang berasal dari tiga kata dapat dihasilkan dengan pengekalan bunyi pertama + bunyi terakhir kata I, tiga bunyi pertama bentuk dasar kata II, dan suku pertama kata ke III. Contoh (57) Kapolda merupakan kependekan dari Kepala Kepoilisian Daerah. Bunyi [ka] berasal dari kata Kepala, bunyi [pol] berasal dari kata

Kepolisian, dan bunyi [da] berasal dari kata Daerah. Contoh (58) Kapolsek

merupakan kependekan dari Kepala Kepolisian Sektor. Bunyi [ka] berasal dari kata Kepala, bunyi [pol] berasal dari kata Kepolisian, dan bunyi [sek] berasal dari kata

Sektor.

Bentuk Panjang (2 Kata)

Pengekalan Suku Terakhir

(58)

Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.

Input Proses Hasil

Bagan 12: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Tiga Kata

2.3.11 Pengekalan Bunyi Pertama + Bunyi Terakhir Kata I dan Bunyi Pertama ...Kata II, Kata III, Kata IV

Akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian meliputi akronim yang berasal dari empat kata. Berikut ini beberapa contoh data kependekannya.

(59) Kasad (Kepala Staf Angkatan Darat)

(60) Kasal (Kepala Staf Angkatan Laut)

(61) Kasau (Kepala Staf Angkatan Udara)

(59)

Angkatan, dan bunyi [el] secara ortografis ditulis huruf L berasal dari kata Laut.

Contoh (61) Kasau merupakan kependekan dari Kepala Staf Angkatan Udara. Bunyi [ka] berasal dari kata Kepala, bunyi [es] secara ortografis ditulus hurf S berasal dari kata Staf, bunyi [a] berasal dari kata Angkatan, dan bunyi [de] secara ortografis ditulis huruf U berasal dari kata Udara.

Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.

Input Proses Hasil

Bagan 13: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Empat Kata

Hasil analisis data singkatan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dapat dirangkum dalam tabel berikut.

Tabel 2. Akronim dalam Lingkungan Militer dan Kepolisian di Indonesia

No Bentuk Panjang Proses Hasil

1 Daerah Operasi Militer 1. Pengekalan

Bunyi Pertama dari Setiap Kata

DOM

2 Badan Intlejen Negara BIN

3 Angkatan Udara Republik Indonesia AURI

4 Angkatan Laut Republik Indonesia ALRI

(60)

7 Akademi Militer 3. Pengekalan Dua

9 Komisaris Polisi 4. Pengekalan Tiga Bunyi Pertama Setiap Kata

Kompol

10 Komisaris Besar Kombes

11 Polisi Wanita Polwan

12 Komando Daerah Militer 5. Pengekalan Suku Pertama Kata I, Kata II dan Bunyi Pertama Kata III

Kodam

13 Komando Resort Militer Korem

14 Komando Rayon Militer 6. Pengekalan Suku Pertama Kata I, Suku Pertama Kata II, dan Tiga Bunyi Pertama Kata III

Koramil

15 Komando Daerah Maritim Kodamar

16 Komando Armada Kawasan Barat 7. Pengekalan Suku Pertama Kata I,

19 Buku Petunjuk Taktis Bujuktis

21 Buku Petunjuk Teknik Bujuknik

22 Komandan Peleton 9. Pengekalan Suku Terakhir Setiap Kata

Danton

23 Komandan Batalyon Danyon

24 Kepala Kepolisian Daerah 10. Pengekalan Bunyi I+ Bunyi

(61)

26 Kepala Staf Angkatan Darat 11. Pengekalan Bunyi I + Bunyi Terakhir Kata I dan Bunyi Pertama Kata II, Kata III, Kata IV

Kasad

27 Kepala Staf Angkatan Laut Kasal

28 Kepala Staf Angkatan Udara Kasau

2.4 Pola Kombinasi Akronim dan Singkatan

Dalam pola kombinasi akronim dan singkatan terdapat tiga pola pengekalan. Pertama, pengekalan suku pertama + bunyi terakhir kata I, suku kedua bentuk dasar kata II dan bunyi awal kata Kata III, kata IV. Kedua, pengekalan suku pertama + bunyi terakhir kata I, suku kedua bentuk dasar kata II dan bunyi awal kata III, kata IV. Ketiga, pengekalan suku pertama kata I + bunyi pertama kata II, suku pertama kata III, dan bunyi pertama kata, V, kata VI.

2.4.1 Pengekalan Suku Pertama + Bunyi Terakhir Kata I, Suku Kedua ...Bentuk Dasar Kata II dan Bunyi Awal Kata III, Kata IV

Kombinasi akronim dan singkatan dalam lingkungan militer dan kepolisian meliputi akronim yang berasal dari empat kata. Berikut ini beberapa contoh data kependekannya.

(62) Disdik AU (Dinas Pendidikan Angkatan Udara) (63) Disdik AL (Dinas Pendidikan Angkatan Laut)

Kependekan yang berasal dari empat kata dapat dihasilkan pengekalan suku pertama + bunyi terakhir kata I, suku kedua bentuk dasar kata II dan bunyi awal kata Kata III, kata IV. Contoh (62) Disdik AU merupakan kependekan dari Dinas Pendidikan Angkatan Udara. Bunyi [dis] berasal dari kata Dinas, bunyi [dik] berasal

(62)

Angkatan, dan bunyi [u] secara ortografis ditulis huruf U berasal dari kata Udara.

Contoh (63) Disdik AL AU merupakan kependekan dari Dinas Pendidikan Angkatan Laut. Bunyi [dis] berasal dari kata Dinas, bunyi [dik] berasal dari kata Pendidikan,

bunyi [a] secara ortografis ditulis huruf A berasal dari kata Angkatan, dan bunyi [el] secara ortografis ditulis huruf L berasal dari kata Laut.

Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.

Masukan Proses Hasil

Bagan 14: Proses Pembentukan Akronim + Singkatan Berasal dari Empat Kata

2.4.2 Pengekalan Suku Pertama + Bunyi Terakhir Kata I, Bentuk Dasar Kata II ...dan Bunyi Awal Kata III, Kata IV

Kombinasi akronim dan singkatan dalam lingkungan militer dan kepolisian meliputi akronim yang berasal dari empat kata. Berikut ini beberapa contoh data kependekannya.

(64)Disada AL (Dinas Pengadaan Angkatan Laut)

(65)Disada AU (Dinas Pengadaan Angkatan Udara)

(63)

Laut. Bunyi [dis] berasal dari kata Dinas, bunyi [ada] berasal dari kata Pengadaan,

bunyi [a] secara ortografis ditulis huruf A berasal dari kata Angkatan, dan bunyi [el] secara ortografis ditulis huruf L berasal dari kata Laut. Contoh (65) Disada AU merupakan kependekan dari Dinas Pengadaan Angkatan Udara. Bunyi [dis] berasal dari kata Dinas, bunyi [ada] berasal dari kata Pengadaan, bunyi [a] secara ortografis ditulis huruf A berasal dari kata Angkatan, dan bunyi [u] secara ortografis ditulis huruf L berasal dari kata Udara.

Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.

Masukan Proses Hasil

Bagan 15: Proses Pembentukan Akronim + Singkatan Berasal dari Empat Kata

2.4.3 Pengekalan Suku Pertama Kata I, Bunyi Pertama Kata II, Suku ...Pertama Kata III, dan Bunyi Pertama Kata V, Kata VI

Kombinasi akronim dan singkatan dalam lingkungan militer dan kepolisian meliputi akronim yang berasal dari enam kata. Berikut ini beberapa contoh data kependekannya.

(66) Sesko AD (Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat)

(67) Sesko AL (Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut)

(68) Sesko AU (Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara)

Kependekan yang berasal dari enam kata dapat dihasilkan dengan pengekalan suku pertama kata I, bunyi pertama kata II, suku pertama kata III, dan bunyi pertama

(64)

kata, V, kata VI. Contoh (66) Sesko AD merupakan kependekan dari Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat. Bunyi [se] berasal dari kata Sekolah, bunyi [es]

secara ortografis ditulis huruf S berasal dari kata Staf, bunyi [ko] dari kata Komando, bunyi [a] secara ortografis ditulis huruf A dari kata Angkatan, dan bunyi [de] secara ortografis ditulis huruf D dari kata Darat. Contoh (67) Sesko AL merupakan kependekan dari Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut. Bunyi [se] berasal dari kata Sekolah, bunyi [es] secara ortografis ditulis huruf S berasal dari kata Staf, bunyi [ko] dari kata Komando, bunyi [a] secara ortografis ditulis huruf A dari kata Angkatan, dan bunyi [el] secara ortografis ditulis huruf L dari kata Laut.Contoh (68) Sesko AU merupakan kependekan dari Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara. Bunyi [se] berasal dari kata Sekolah, bunyi [es] secara ortografis ditulis huruf S berasal dari kata Staf, bunyi [ko] dari kata Komando, bunyi [a] secara ortografis ditulis huruf A dari kata Angkatan, dan bunyi [u] berasal dari kata Udara.

Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.

Masukan Proses Hasil

Bagan :16 Proses Pembentukan Akronim + Singkatan Berasal dari Enam Kata Bentuk Panjang

(6 Kata)

Pengekalan Dua Bunyi I Kata I, Bunyi Pertama Kata II,Suku Pertama Kata

III, dan Bunyi Pertama Kata V, Kata VI

Kombinasi Akronim dan

(65)

Hasil analisis data kombinasi akronim dan singkatan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dapat dirangkum dalam tabel berikut.

Tabel 3. Kombinasi Akronim dan Singkatan dalam Lingkungan Militer dan ...Kepolisian di Indonesia

No Bentuk Panjang Proses Hasil

1 Dinas Pendidikan Angkatan Udara 1. Pengekelan Bunyi Pertama + Bunyi

2 Dinas Pendidikan Angkatan Laut Disdik AL

3 Dinas Pengadaan Angkatan Laut 2. Pengekalan Suku Pertama + Bunyi

4 Dinas Pengadaan Angkatan Udara Disada AU

5 Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat 6 Sekolah Staf dan Komando Angkatan

Laut

Sesko AL 7 Sekolah Staf dan Komando Angkatan

Udara

Sesko AU

2.5 Pola Kombinasi Akronim dan Akronim

Gambar

Tabel 4. Kombinasi Akronim dan Akronim dalam Lingkungan Militer               dan Kepolisian di Indonesia..................................................................
gambar berikut.
Gambar di atas memperlihatkan bahwa simbol melambangkan pikiran (dapat
gambar berikut.
+7

Referensi

Dokumen terkait

M.Pd SMA NEGERI 1 SURAKARTA Kota Surakarta Jawa Tengah JOGJAKARTA 140 Berti Sagendra, S.Pd SMK NEGERI 4 SEMARANG Kota Semarang Jawa Tengah JOGJAKARTA 141 Dadang

Tabel 5.28 Tabel Nilai Statistik Aplikasi Pengembangan

[r]

Pada bagian ini penulis mengambil kesimpulan dari hasil penelitian yaitu : (a) Sistem Informasi Akademik Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Sukma Medan masih dilakukan

The most common type of therapist is a psychotherapist, some with an advanced degree and licensed in their state to assist individuals in improving their mental and emotional

Pengumpulan data primer dengan wawancara terstruktur dan pengamatan langsung di lapangan dengan menggunakan metode PRA (pendekatan partisipatif) dan FGD (diskusi

Oh goddess who lives in the prosperous Thiru Kadavur, Which is full of Vedic chants said by Lord Vishnu and Lord Brahma, Oh goddess who holds the holy wheel, Whose names are famous,

Gula dari pati mempunyai rasa dan kemanisan hampir sama dengan gula tebu (sukrosa), bahkan ada yang lebih manis. Gula tersebut dibuat dari bahan berpati seperti ubi kayu, ubi