• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis masalah ditinjau berdasarkan keaktifan dan hasil belajar siswa.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis masalah ditinjau berdasarkan keaktifan dan hasil belajar siswa."

Copied!
266
0
0

Teks penuh

(1)

Monica Sevtin Widyaningsih, 111414051. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II yang Dikombinasikan dengan Pembelajaran Berbasis Masalah Ditinjau Berdasarkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan

Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keaktifan belajar siswa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis masalah.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Gantiwarno Klaten. Penelitian di lapangan dilakukan pada bulan April – Mei 2015 dengan materi bangun ruang prisma dan limas. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksploratif. Data yang digunakan adalah data keaktifan siswa, data hasil belajar siswa, dan data tanggapan siswa. Pengambilan data keaktifan diperoleh dengan melakukan pengamatan keaktifan siswa pada setiap pelaksanaan pembelajaran kemudian dianalisis dengan menghitung persentase keaktifan siswa dalam bekerja kelompok. Selanjutnya ditentukan kriteria jenis keaktifannya dan tingkat keaktifan secara keseluruhan. Pengambilan data hasil belajar siswa dengan tes kemampuan awal, kuis, dan tes hasil belajar. Data kuis diperoleh dari hasil kuis para siswa setiap akhir pembelajaran dan digunakan untuk menentukan penghargaan kelompok. Data tes hasil belajar diperoleh dari nilai tes hasil belajar kemudian dianalisis dengan membandingkan dengan KKM sekolah tersebut dan rata-rata. Sedangkan data tanggapan siswa diperoleh dari hasil wawancara dengan siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis masalah pada sub pokok bahasan bangun ruang prisma dan limas cukup dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. (2) presentase siswa yang mencapai KKM pada saat mengikuti tes hasil belajar adalah 55,88 % dengan nilai rata-rata 76,71 sehingga model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis masalah dapat dijadikan alternatif pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa, (3) siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis masalah.

(2)

Monica Sevtin Widyaningsih, 111414051. 2015. The Implementation of

Cooperative Learning Model of Jigsaw II combined with Problem Based Learning Viewed from Students’ Activity and Learning Outcomes.

Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program, Departement of Mathematics and Science Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aimed to know the activity of students learning and students’ learning outcomes in mathematics learning when they were studying mathematics using cooperative learning model of Jigsaw II combined with problem based learning.

The subjects of this research were the students of grade VIII of Pangudi Luhur Junior High School, Gantiwarno, Klaten. The research was conducted in April-May 2015 on the topic of prisms and piramyds. The type of research was explorative research. The data used in this research were students’ activity,

students’ learning outcomes, and students’ responses. The data of learning activities were obtained by observing students’ learning and then the data were analyzed by counting the percentage of the students’ activity in group work, using

the criteria of activity type and the overall level of activity. The data of learning achievements were obtained by using initial ability test, quizzes, and learning

achievement tests. Quizzes data were obtained from the results of students’

quizzes in the end of each learning process and the data were also used to

determine the awards for the groups. Students’ achievement data were obtained

from learning achievement test scores compared with the Minimum Completion Mastery (KKM) in the school. Meanwhile, the data of students’ response were also obtained from interviews with the students.

The results showed that (1) the activity of students in the following study using cooperative learning model of Jigsaw II combined with problem based learning in the subject prisms and pyramids could sufficiently activate the students in the learning process, (2) the percentage of the students who achieved the Minimum Completion Mastery (KKM) on the learning achievement test was 55,88% and the mean score was 76,71, so that the cooperative learning model of Jigsaw II combined with problem based learning can be used as an alternative teaching model used by teacher to optimize the achievement of student learning, (3) the students gave positive responses to the cooperative learning model of Jigsaw II combined with problem based learning.

Keywords : cooperative learning of Jigsaw II type, problem based learning,

(3)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II YANG DIKOMBINASIKAN DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS

MASALAH DITINJAU BERDASARKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Monica Sevtin Widyaningsih

NIM : 111414051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II YANG DIKOMBINASIKAN DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS

MASALAH DITINJAU BERDASARKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Monica Sevtin Widyaningsih

NIM : 111414051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Syukur kepada Allah,

yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus

Kristus, Tuhan kita.

Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih,

berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam

pekerjaan Tuhan!

Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan

jerih payahmu tidak sia-sia.

(1 Korintus 15:57-58)

Dengan penuh rasa syukur, skripsi ini kupersempahkan untuk :

Tuhan Yesus dan Bunda Maria

Kedua orang tuaku, Hieronimus Emilianus Saman dan Yustina Warsiti

Adikku, Leonardo Prasetyo Nugroho

Agustinus Cahyo Nugroho

Semua orang yang aku sayangi dan cintai

(8)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya dari orang lain, kecuali yang telah

disebutkan dalam kutipan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 28 Agustus 2015

Penulis

(9)

ABSTRAK

Monica Sevtin Widyaningsih, 111414051. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II yang Dikombinasikan dengan Pembelajaran Berbasis Masalah Ditinjau Berdasarkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan

Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keaktifan belajar siswa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis masalah.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Gantiwarno Klaten. Penelitian di lapangan dilakukan pada bulan April – Mei 2015 dengan materi bangun ruang prisma dan limas. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksploratif. Data yang digunakan adalah data keaktifan siswa, data hasil belajar siswa, dan data tanggapan siswa. Pengambilan data keaktifan diperoleh dengan melakukan pengamatan keaktifan siswa pada setiap pelaksanaan pembelajaran kemudian dianalisis dengan menghitung persentase keaktifan siswa dalam bekerja kelompok. Selanjutnya ditentukan kriteria jenis keaktifannya dan tingkat keaktifan secara keseluruhan. Pengambilan data hasil belajar siswa dengan tes kemampuan awal, kuis, dan tes hasil belajar. Data kuis diperoleh dari hasil kuis para siswa setiap akhir pembelajaran dan digunakan untuk menentukan penghargaan kelompok. Data tes hasil belajar diperoleh dari nilai tes hasil belajar kemudian dianalisis dengan membandingkan dengan KKM sekolah tersebut dan rata-rata. Sedangkan data tanggapan siswa diperoleh dari hasil wawancara dengan siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis masalah pada sub pokok bahasan bangun ruang prisma dan limas cukup dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. (2) presentase siswa yang mencapai KKM pada saat mengikuti tes hasil belajar adalah 55,88 % dengan nilai rata-rata 76,71 sehingga model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis masalah dapat dijadikan alternatif pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa, (3) siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis masalah.

(10)

ABSTRACT

Monica Sevtin Widyaningsih, 111414051. 2015. The Implementation of

Cooperative Learning Model of Jigsaw II combined with Problem Based

Learning Viewed from Students’ Activity and Learning

Outcomes.UndergraduateThesis. Mathematics Education Study Program,

Departement of Mathematics and Science Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aimed to know the activity of students learning and students’

learning outcomes in mathematics learning when they were studying mathematics using cooperative learning model of Jigsaw II combined with problem based learning.

The subjects of this research were the students of grade VIII of Pangudi Luhur Junior High School, Gantiwarno, Klaten. The research was conducted in April-May 2015 on the topic of prisms and piramyds. The type of research was

explorative research. The data used in this research were students’ activity, students’ learning outcomes, and students’ responses. The data of learning activities were obtained by observing students’ learning and then the data were

analyzed by counting the percentage of the students’ activity in group work, using the criteria of activity type and the overall level of activity. The data of learning achievements were obtained by using initial ability test, quizzes, and learning achievement tests. Quizzes data were obtained from the results of students’ quizzes in the end of each learning process and the data were also used to

determine the awards for the groups. Students’ achievement data were obtained

from learning achievement test scores compared with the Minimum Completion

Mastery (KKM) in the school. Meanwhile, the data of students’ response were

also obtained from interviews with the students.

The results showed that (1) the activity of students in the following study using cooperative learning model of Jigsaw II combined with problem based learning in the subject prisms and pyramids could sufficiently activate the students in the learning process, (2) the percentage of the students who achieved the Minimum Completion Mastery (KKM) on the learning achievement test was 55,88% and the mean score was 76,71, so that the cooperative learning model of Jigsaw II combined with problem based learning can be used as an alternative teaching model used by teacher to optimize the achievement of student learning, (3) the students gave positive responses to the cooperative learning model of Jigsaw II combined with problem based learning.

Keywords : cooperative learning of Jigsaw II type, problem based learning,

(11)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Monica Sevtin Widyaningsih

Nomor Mahasiswa : 111414051

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II YANG DIKOMBINASIKAN DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS

MASALAH DITINJAU BERDASARKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa

perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama

tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian ini penyataan yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 28 Agustus 2015

Yang menyatakan

(12)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat,

penyertaan, karunia, dan cinta kasih-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini diajukan sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

Pendidikan Matematika.

Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik atas bantuan, doa, dorongan, dan

bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Bapak Drs. Rohandi, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata

Dharma

2. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

3. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika

4. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

berkenan menyediakan waktu, tenaga, pikiran, serta kesabaran dalam

memberikan bimbingan kepada penulis.

5. Segenap Dosen dan seluruh staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sanata Dharma.

6. Bapak A. Iwan Triyono, S.Pd. selaku kepala SMP Pangudi Luhur Gantiwarno

yang telah memberikan izin dan bimbingan kepada penulis dalam penelitian.

7. Bapak Matheus Rahwantyo Nugroho, S.Pd. selaku guru mata pelajaran

matematika SMP Pangudi Luhur Gantiwarno yang dengan sabar dan tulus

dalam membantu dan membimbing penulis dalam melakukan penelitian.

8. Siswa-siswi kelas VIII SMP Pangudi Luhur Gantiwarno tahun ajaran

2014/2015 yang telah membantu sebagai subjek penelitian.

9. Bapak, Ibu, Adik, Simbah, Pakdhe, Budhe, Bulik, Om yang selalu memberi

(13)

10.Agustinus Cahyo Nugroho yang selalu memberi semangat, kasih, dan doa

yang super luar biasa.

11.Emil, Ganik, Dika, Karo, Anna, Asri, serta semua teman-teman seperjuangan

Pendidikan Matematika angkatan 2011 yang telah bersedia berbagi ilmu

dalam setiap waktu.

12.Teman–teman OMK Saint Joseph Paroki Dalem atas penghiburan yang

diberikan di sela-sela kepenatan penulisan skripsi ini.

13.Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini dan perjalanan studi yang tidak bisa

disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih ada kekurangan.

Oleh karena itu, penulis berharap pembaca dapat memberikan saran dan kritik

demi perbaikan di masa yang akan datang. Penulis juga berharap semoga skripsi

ini dapat memberikan manfaat bagi kemajuan dan perkembangan pendidikan.

Yogyakarta, 28 Agustus 2015

Penulis

(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I……….………..1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Pembatasan Masalah ... 6

F. Penjelasan Istilah ... 6

G. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II………… ... 9

LANDASAN TEORI ... 9

A. Definisi Belajar dan Pembelajaran ... 9

(15)

2. Pembelajaran ... 10

B. Model Pembelajaran Kooperatif ... 11

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 11

2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif ... 12

3. Ciri–Ciri Model Pembelajaran Kooperatif ... 14

4. Prosedur Pembelajaran Kooperatif ... 15

5. Tipe–Tipe Model Pembelajaran Kooperatif ... 16

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 19

1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 20

2. Langkah – Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II ... 22

D. Pembelajaran Berbasis Masalah ... 25

E. Keaktifan ... 26

D. Perumusan Variabel–Variabel ... 38

E. Waktu dan Tempat Penelitian ... 39

F. Bentuk Data ... 39

G. Metode Pengumpulan Data ... 40

H. Instrumen Dalam Penelitian ... 41

I. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 49

J. Teknik Analisis Data ... 51

(16)

BAB IV………...………...……59

PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN . 59 A. Deskripsi Keadaan Sekolah yang Digunakan sebagai Lokasi Penelitian .. 59

B. Pelaksanaan Penelitian ... 60

1. Sebelum Penelitian di Lapangan ... 60

2. Pengujian Instrumen ... 61

3. Selama Penelitian di Lapangan ... 64

4. Setelah Kegiatan Penelitian di Kelas ... 77

C. Analisis Data ... 78

1. Analisis Data Keaktifan Siswa ... 78

2. Analisis Data Hasil Belajar Siswa ... 93

3. Hasil Wawancara Siswa ... 104

D. Pembahasan ... 110

1. Keaktifan ... 110

2. Hasil Belajar ... 120

E. Hambatan Pada Saat Melakukan Penelitian ... 123

BAB V……… ... 124

PENUTUP ... 124

A. Kesimpulan ... 124

B. Saran ... 125

DAFTAR PUSTAKA...……….127

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jaring – jaring Prisma………...31

Gambar 2.2 Jaring –jaring Prisma Segitiga………31

Gambar 2.3 Bangun Ruang Balok dan Prisma Segitiga………..………32

Gambar 2.4 Jaring –jaring Limas………34

Gambar 2.5 Limas Segiempat dan Jaring – jaring Limas Segiempat………..34

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Lembar Observasi Keaktifan Siswa ... 42

Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Keaktifan Siswa ... 43

Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal ... 45

Tabel 3.4 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar………46

Tabel 3.5 Interpretasi Besarnya Koefisien Korelasi……….50

Tabel 3.6 Interpretasi Realibilitas ... 51

Tabel 3.7 Kriteria Keaktifan Siswa ... 52

Tabel 3.8 Tabel Kriteria Keaktifan Siswa Secara Keseluruhan ... 53

Tabel 3.9 Kriteria Tingkat Pemahaman Siswa ... 55

Tabel 3.10 Tabel Kriteria Skor Peningkatan ... 55

Tabel 3.11 Tabel Tingkat Penghargaan Kelompok... 56

Tabel 3.12 Lembar Penilaian Tim ... 56

Tabel 4.1 Data Koefisien Validitas Masing-masing Butir Soal Tes Hasil Belajar………...63

Tabel 4.2 Analisis Data Keaktifan Siswa dalam Diskusi Kelompok Ahli pada Pertemuan II ... 78

Tabel 4.3 Analisis Data Keaktifan Siswa dalam Diskusi Kelompok Asal pada Pertemuan II ... 80

Tabel 4.4 Tingkat Keaktifan Siswa pada Pertemuan II... 82

Tabel 4.5 Kriteria Keaktifan Siswa Secara Keseluruhan ... 83

Tabel 4.6 Analisis Data Keaktifan Siswa dalam Diskusi Kelompok Ahli pada Pertemuan III ... 83

Tabel 4.7 Analisis Data Keaktifan Siswa dalam Diskusi Kelompok Asal pada Pertemuan III ... 85

Tabel 4.8. Tingkat Keaktifan Siswa pada Pertemuan III ... 87

Tabel 4.9 Kriteria Keaktifan Siswa Secara Keseluruhan ... 88

Tabel 4.10 Analisis Data Keaktifan Siswa dalam Diskusi Kelompok Ahli pada Pertemuan IV ... 88

(19)

Tabel 4.12. Tingkat Keaktifan Siswa pada Pertemuan IV ... 93

Tabel 4.13 Kriteria Keaktifan Siswa Secara Keseluruhan ... 93

Tabel 4.14 Data Nilai Kuis 1 ... 94

Tabel 4.15 Kriteria Hasil Kuis 1 ... 95

Tabel 4.16 Data Hasil Kuis 2 ... 95

Tabel 4.17 Kriteria Hasil Kuis 2 ... 96

Tabel 4.18 Data Hasil Kuis 3 ... 97

Tabel 4.19 Kriteria Hasil Kuis 3 ... 98

Tabel 4.20 Peningkatan Skor Individu dan Tim ... 99

Tabel 4.21 Perbandingan Nilai Tes Kemampuan Awal dan Nilai Tes Hasil Belajar Berdasarkan KKM ... 101

Tabel 4.22 Hasil Wawancara Siswa ... 104

Tabel 4.23 Hasil Analisis Keaktifan Setiap Pertemuan ... 111

Tabel 4.24 Tabel Presentase Kriteria Keaktifan Seluruh Siswa ... 111

Tabel 4.25 Jumlah Skor Setiap Jenis Keaktifan pada Setiap Pertemuan ... 114

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

2. Lembar Kerja Kelompok Pertemuan 1

3. Lembar Kerja Kelompok Pertemuan 2

4. Lembar Kerja Kelompok Pertemuan 3

5. Lembar observasi keaktifan siswa

Lampiran B

1. Soal tes kemampuan awal

2. Jawaban dan pedoman skoring tes kemampuan awal

3. Soal tes hasil belajar

4. Jawaban dan pedoman skoring tes hasil belajar

5. Soal kuis dan jawaban

Lampiran C

1. Validitas tes hasil belajar

2. Reliabilitas tes hasil belajar

Lampiran D

1. Contoh pengerjaan lembar kerja

2. Contoh lembar observasi

3. Contoh jawaban siswa untuk tes kemampuan awal

4. Contoh jawaban siswa untuk kuis

5. Contoh jawaban siswa untuk tes hasil belajar

6. Foto-foto pelaksanaan pembelajaran di kelas

Lampiran E

(21)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pada saat ini, teknologi dan ilmu pengetahuan berkembang sangat

pesat. Setiap orang dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut

dengan menempuh suatu pendidikan. Salah satu lembaga untuk

melaksanakan pendidikan adalah sekolah. Keberhasilan suatu pendidikan

di sekolah ditentukan oleh kualitas proses pembelajaran di kelas dan

penilaian hasil belajar siswa, penyediaan bahan ajar yang memadai,

penyediaan sarana belajar, dan peningkatan kompetensi guru. Guru

merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu pendidikan sehingga

guru diharapkan mampu berkreativitas untuk memacu siswa agar tertarik

dalam suatu proses pembelajaran dan mampu membuat siswa untuk ingin

belajar kembali.

Dalam setiap proses pembelajaran, siswa dan guru pasti ingin

mencapai tujuan yang optimal. Hal ini dapat tercapai jika siswa dapat

terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat mempengaruhi

hasil belajar yang memuaskan. Namun saat ini, proses belajar mengajar di

sekolah belum sepenuhnya berpusat pada siswa. Hal ini terlihat dari masih

diterapkannya metode konvensional di sekolah-sekolah, termasuk mata

pelajaran matematika. Dalam penggunaan metode konvensional, siswa

cenderung hanya mendengarkan, mencatat, terpaku pada buku paket, dan

(22)

ada dalam kehidupan sehari - hari, sehingga proses pembelajaran terpusat

pada guru dan cenderung monoton. Proses seperti inilah yang membuat

siswa menjadi bosan dan siswa kurang bergairah dalam mengikuti

pembelajaran, sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang

maksimal.

Masalah seperti di atas terjadi pada siswa kelas VIII SMP Pangudi

Luhur Gantiwarno. Dari hasil pengamatan, peneliti mendapatkan fakta

bahwa pembelajaran matematika di kelas tersebut belum mencapai hasil

belajar yang memuaskan, khususnya kurangnya pemahaman terhadap

materi pelajaran, masih banyaknya siswa yang sibuk mengobrol sendiri,

serta keaktifan siswa dalam menyampaikan pendapat dan keberanian siswa

yang kurang terlihat.

Oleh karena itu, perlu adanya inovasi dan kreativitas dari guru

pengampu untuk membuat mereka tertarik pada matematika. Salah satu

alternatif yang dapat dilakukan oleh guru untuk menjadikan siswa aktif

dalam belajar adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif.

Menurut Lie (dalam Sugiyanto, 2010:6) pembelajaran kooperatif

menciptakan interaksi yang saling asah, asih, dan asuh sehingga tercipta

masyarakat belajar. Dalam pembelajaran kooperatif ini siswa tidak hanya

belajar dari guru saja, melainkan juga dari sesama siswa. Model ini

memberikan kesempatan untuk siswa agar dapat bekerjasama, berbagi

pendapat, pengalaman, pengetahuan, mendengarkan pendapat siswa lain,

(23)

hasil belajar dengan serius. Kerjasama antarsiswa sangatlah penting dalam

belajar matematika karena dengan belajar bersama dapat mendorong siswa

lebih bersemangat dalam belajar, berpikir kreatif dengan menemukan

sesuatu yang baru baik pengetahuan maupun keterampilan, dan diharapkan

keingintahuannya semakin besar. Sehingga dengan menggunakan model

ini, pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru, dan peran guru adalah

sebagai fasilitator.

Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan

adalah model kooperatif tipe Jigsaw II. Pada dasarnya, model

pembelajaran Jigsaw adalah model pembelajaran yang menggunakan

kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berpikir yang

berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang membutuhkan

bantuan (Slavin, 2005). Dalam model ini, terdapat kelompok asal dan

kelompok ahli. Setiap siswa dalam kelompok asal diberi tugas untuk

membaca topik kemudian diberi lembar ahli dengan topik berbeda. Siswa

dengan topik yang sama dari kelompok yang berlainan berkumpul menjadi

satu dan membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli. Setelah

itu, para ahli kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan materi yang

didiskusikan pada kelompok ahli. Model pembelajaran tipe Jigsaw II

mempunyai keunggulan yaitu dapat mendorong siswa lebih aktif dan

pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, sehingga siswa yang terlibat

di dalam pembelajaran model ini memperoleh hasil belajar lebih baik serta

(24)

Dari uraian di atas, peneliti menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw II. Selain itu, peneliti juga mengkombinasikan

model Jigsaw II ini dengan pembelajaran berbasis masalah untuk

memberikan inovasi yang baru. Dengan penggabungan dua model

pembelajaran ini, para siswa dapat berperan aktif dengan menemukan

berbagai masalah dalam kehidupan sehari – hari yang berkaitan dengan

materi yang dipelajarinya dengan para anggota kelompok. Dengan adanya

suatu masalah yang menarik untuk dipecahkan maka para siswa terdorong

untuk aktif dalam kelompoknya, siswa lebih banyak berinteraksi dengan

siswa lain, mengorganisasikan siswa untuk belajar, dan sikap mereka

terhadap pembelajaran matematika menjadi sangat antusias. Sehingga hal

ini juga akan berakibat pada hasil belajar yang maksimal.

Hal – hal yang disebutkan di atas adalah suatu dugaan dan harapan dari

peneliti. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian mengenai

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang

dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis masalah ditinjau

berdasarkan keaktifan dan hasil belajar siswa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti

melihat ada beberapa permasalahan antara lain :

1. Siswa masih kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran

(25)

2. Dalam menyampaikan materi guru masih cenderung dengan

menggunakan metode ceramah, media yang digunakan papan tulis

dan dengan sumber belajar buku paket

3. Hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika kurang maksimal

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat

dirumuskan masalah adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakahtingkat keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran

matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang

dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis masalah pada siswa

SMP kelas VIII?

2. Bagaimanakah hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika

dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang

dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis masalah pada siswa

SMP kelas VIII?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan

dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui tingkat keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran

matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang

dikombinasikan dengan peembelajaran berbasis masalah pada siswa

(26)

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika

dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang

dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis masalah pada siswa

SMP kelas VIII

E. Pembatasan Masalah

Peneliti menyadari bahwa memiliki keterbatasan kemampuan,

pengetahuan dan waktu, oleh karena itu dalam penelitian ini penulis

membatasi masalah-masalah sebagai berikut :

1. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur

Gantiwarno tahun ajaran 2014/2015

2. Materi yang digunakan adalah bangun ruang prisma dan limas.

F. Penjelasan Istilah

1. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah kerangka mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan

berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para

pengajar dalam merencanakan dan melakukan aktivitas pembelajaran

(Winaputra, dalam Sugiyanto, 2010).

2. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan

cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara

kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang

(27)

3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II adalah salah satu jenis

pembelajaran kooperatif yang terdiri dari 4-6 orang dalam satu

kelompok yang heterogen. Setiap anggota bertanggung jawab atas

penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian

tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.

4. Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam

pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa

betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang

sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji,

dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara

berkesinambungan (Tan, dalam Rusman, 2012:229).

5. Keaktifan

Keaktifan belajar berarti kegiatan siswa ikut ambil bagian dalam

suatu proses pembelajaran. Keaktifan yang diamati seperti bertanya,

menjawab pertanyaan, menanggapi pendapat siswa lain, memberikan

tanggapan/ide, dan mengerjakan lembar kerja.

6. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa

setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini ditunjukkan pada tes

(28)

G. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagi guru

Dengan penelitian ini diharapkan guru dapat menentukan

modelpembelajaran matematika yang variatif dan menantang bagi

siswa agar siswa merasa senang dan termotivasi dalam proses

pembelajaran serta untuk meningkatkan keprofesionalan guru. Selain

itu juga untuk memberi masukan dan kepada para guru matematika

dalam memilih model pendekatan dalam pembelajaran, agar

pembelajaran dapat berjalan efektif, tidak monoton, dan dapat

melibatkan siswa.

2. Bagi siswa

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam

proses pembelajaran matematika sekaligus meningkatkan hasil belajar

siswa. Dalam penelitian ini, siswa juga lebih dapat berinteraksi

langsung dengan teman sebaya dengan cara belajar bersama dan

mengembangkan konsep pemikiran siswa dan siswa mendapatkan

pengalaman baru dalam proses pembelajaran.

3. Bagi peneliti

Penelitian dapat memberikan pengalaman dan menjadikan bekal saat

(29)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Definisi Belajar dan Pembelajaran

1. Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), belajar adalah suatu

usaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku

atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut Rusman

(2012:1), belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua

situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai

proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai

pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan

memahami sesuatu.

Menurut Gagne (dalam Ratna Wilis, 2006:2) belajar didefinisikan

sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai

akibat pengalaman. Belajar dihasilkan dari pengalaman dengan

lingkungan, yang di dalamnya terjadi hubungan-hubungan antara

stimulus-stimulus dan respons-respons. Menurut Cronbach (dalam Suprijono,

2009:2), belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman.

Sedangkan menurut Winkel (2004:59), belajar dirumuskan sebagai

suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif

dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam

pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap. Perubahan itu

(30)

Menurut Herman Hudojo (1988:1), belajar merupakan kegiatan bagi

setiap orang. Pengetahuan ketrampilan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap

terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Karena itu

seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu

menjadi proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah

laku. Perubahan tingkah laku itu memang dapat diamati dan berlaku dalam

relatif lama. Perubahan tingkah laku yang berlaku dalam relatif waktu

lama itu disertai usaha orang tersebut sehingga orang itu dari tidak mampu

mengerjakan sesuatu menjadi mampu mengerjakannya. Tanpa usaha,

walaupun terjadi perubahan tingkah laku, bukanlah belajar. Kegiatan dan

usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu merupakan proses

belajar sedang perubahan perilaku itu sendiri merupakan hasil belajar.

Dengan demikian belajar akan menyangkut proses belajar dan hasil

belajar.

Dari beberapa pendapat yang dikemukan di atas, maka dapat

disimpulkan belajar adalah suatu proses dimana seseorang melakukan

aktivitas untuk melaksanakan perubahan perilakunya dan menambah ilmu

pengetahuannya yang disebabkan oleh pengalamannya.

2. Pembelajaran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1988), pengertian

pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup

(31)

Menurut Mohamad Surya (2004:7), pembelajaran ialah suatu proses

yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut

Rusman (2012:1), pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas

berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain.

Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode, dan evaluasi.

Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru

dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan

digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran sangat erat kaitannya dengan belajar dan mengajar,

ketiganya terjadi secara bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru

atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal, sedangkan

mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas.

B. Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (Suprijono, 2009:54) adalah konsep yang

lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk–

bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.

Menurut Slavin (dalam Tukiran Taniredja dkk, 2011:55), pembelajaran

kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana dalam sistem

belajar dan bekerja dalam kelompok–kelompok kecil yang berjumlah

(32)

bergairah dalam belajar. Sedangkan, menurut Sugiyanto (2010:37),

model pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang

berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama

dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang

melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling

berinteraksi (Nurulhayati, dalam Rusman, 2012:203). Dalam sistem

belajar kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya.

Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka

belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok

untuk belajar.

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam

kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang

membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal–

asalan. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif yang benar

memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif dan proses

pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa, tetapi siswa

dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya.

2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Roger dan David Johnson (dalam Anita Lie, 2008:31) mengatakan

bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative

learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada lima unsur model

(33)

a. Saling ketergantungan positif

Dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan suatu tugas

sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota

kelompoknya. Tugas kelompok tidak mungkin bisa diselesaikan

manakala ada anggota yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya,

dan semua ini memerlukan kerja sama yang baik dari

masing-masing anggota kelompok. Dengan demikian, semua anggota

dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan.

b. Tanggung jawab perseorangan

Setiap anggota kelompok dalam kelompok kooperatif memiliki

tugas dan tanggung jawab perseorangan, agar siswa merasa

bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.

c. Interaksi tatap muka

Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang

luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling

memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap

muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap

anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap

perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan

mengisi kekurangan masing-masing.

d. Komunikasi antaranggota

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu

(34)

sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak.

Komunikasi yang baik antaranggota kelompok tentunya dapat

memudahkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam

komunikasi yang baik tersebut, siswa harus dapat saling

mempercayai, saling menerima, saling mendengarkan pendapat

dan mendukung serta mampu menyelesaikan masalah.

e. Evaluasi proses kelompok

Evaluasi dalam kelompok sangat diperlukan agar para siswa

dapat mengetahui kinerja mereka selama berada dalam kelompok

dan hasil kerja sama mereka. Sehingga guru perlu menjadwalkan

waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja dan

hasilnya agar selanjutnya dapat bekerja sama lebih efektif.

3. Ciri–Ciri Model Pembelajaran Kooperatif

Kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran

kooperatif memiliki ciri–ciri sebagai berikut :

a. Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam

kelompok secara kooperatif dan mereka haruslah beranggapan

sehidup sepenanggungan bersama

b. Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan

tinggi, sedang, dan rendah

c. Jika di dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa

(35)

agar dalam setiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis

kelamin yang berbeda pula

d. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada

individu

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk

setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar,

penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan

sosial.

4. Prosedur Pembelajaran Kooperatif

Prosedur atau langkah–langkah pembelajaran kooperatif pada

prinsipnya terdiri dari empat tahap, yaitu sebagai berikut :

a. Penjelasan Materi

Tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok

materi pembelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok.

Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok

materi pelajaran.

b. Belajar Kelompok

Siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk

sebelumnya. Melalui pembelajaran dalam tim, siswa didorong

untuk melakukan tukar-menukar informasi dan pendapat,

mendiskusikan permasalahan secara bersama, membandingkan

(36)

c. Penilaian

Penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan

melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau

kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian kemampuan

individu, sedangkan kelompok akan memberikan penilaian pada

kemampuan kelompoknya. Hasil akhir setiap siswa adalah

penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok

memiliki nilai sama dengan kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai

kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang

merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompok.

d. Pengakuan Tim

Penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling

berprestasi kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan

harapan dapat memotivasi tim untuk berprestasi lebih baik lagi.

5. Tipe–Tipe Model Pembelajaran Kooperatif

Ada beberapa variasi jenis dalam pembelajaran kooperatif

(Miftahul Huda, 2011), antara lain :

a. Model Student Teams Achievement Division (STAD)

Jenis pembelajaran ini dikembangkan oleh Slavin yang

melibatkan kompetensi antarkelompok. Dalam STAD, siswa dibagi

menjadi kelompok beranggotakan empat sampai enam orang yang

heterogen, menurut kemampuan, ras, etnis, dan jenis kelamin.

(37)

kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa

menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa menjalani

kuis perseorangan tentang materi dan mereka tidak boleh saling

membantu. Perolehan nilai kuis setiap anggota menentukan skor

yang diperoleh oleh kelompok. Jadi, setiap anggota harus berusaha

memperoleh nilai maksimal dalam kuis jika kelompok mereka

ingin mendapatkan skor yang tinggi.

b. Model Teams Games Tournaments (TGT)

Hampir sama dengan STAD, siswa dikelompokkan secara

heterogen (dalam TGT umumnya fokus pada level kemampuan

saja). Selain itu, jika dalam STAD yang digunakan adalah kuis,

maka dalam TGT biasanya berganti menjadi game akademik.

Dalam TGT setiap siswa ditugaskan untuk mempelajari materi

terlebih dahulu bersama anggota yang lain, lalu mereka diuji secara

individual melalui game akademik. Nilai yang mereka peroleh dari

game akan menentukan skor kelompok mereka.

c. Model Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini mengambil pada cara

bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu

kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk

mencapai tujuan bersama.

Pada dasarnya, pelaksanaan tipe Jigsaw ini yaitu siswa dibagi

(38)

tersebut mendapatkan bagian yang berbeda-beda. Kelompok inilah

yang disebut kelompok asal. Kemudian siswa yang mendapatkan

bagian yang sama bergabung dengan anggota lain yang

mendapatkan bagian yang sama. Perkumpulan siswa yang

mendapatkan bagian yang sama ini disebut dengan kelompok ahli.

Dalam kelompok ahli ini siswa berdiskusi untuk mencari cara

terbaik bagaimana menjelaskan bagian informasi ini kepada

anggota kelompok semulanya. Setelah itu, siswa tersebut kembali

lagi ke kelompok masing–masing sebagai ahli dalam bagian

materinyadan mengajarkan informasi penting dalam bagian

tersebut kepada temannya. Semua siswa bertanggung jawab untuk

menunjukkan penguasaannya terhadap materi yang ditugaskan

guru. Setelah kegiatan kelompok ini selesai, guru memberikan kuis

secaraindividu yang wajib dikerjakan oleh masing–masing siswa

tanpa bantuan siapapun. Jadi dalam model ini siswa bekerja selama

dua kali, yaitu kelompok asal dan kelompok ahli.

Tipe Jigsaw ini dibagi dalam tiga jenis, yaitu Jigsaw I, Jigsaw

II, dan Jigsaw III yang akan dijelaskan pada subbab berikutnya.

d. Investigasi Kelompok (Group Investigation)

Model ini lebih menekankan pada pilihan dan kontrol siswa

daripada menerapkan teknik-teknik pengajaran di ruang kelas.

Siswa diberi kontrol dan pilihan penuh untuk merencanakan yang

(39)

kecil dan diberi tugas atau proyek yang berbeda. Dalam

kelompoknya, setiap anggota berdiskusi dan menentukan informasi

yang akan dikumpulkan, bagaimana mengolahnya, menelitinya,

dan menyajikan hasilnya di depan kelas. Semua anggota harus ikut

andil dan selama proses penelitian mereka akan terlibat dalam

aktivitas-aktivitas berpikir, seperti membuat sintesis, ringkasan,

hipotesis, kesimpulan, dan menyajikan laporan akhir.

e. Model Team Accelerated Instruction (TAI)

TAI dikembangkan oleh Slavin, Leavey, dan Madden (Slavin,

2005:195). Tahap-tahap dalam TAI antara lain : tes penempatan,

belajar kelompok, perhitungan nilai kelompok, dan pemberian

penghargaan bagi kelompok. Tes penempatan merupakan ciri

terpenting yang membedakan TAI dengan model yang lain karena

model ini para siswa diberikan tes pra-program pada permulaan

pelaksanaan program, mereka ditempatkan pada tingkat yang

sesuai dalam program individual berdasarkan kinerja mereka dalam

tes ini.

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini dikembangkan oleh Elliot

Aronson dan rekan-rekannya di Universitas Texas (Slavin, 2005). Arti Jigsaw

dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya

dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar.

(40)

sebuah gergaji (zigzag), yaitu melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara

bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.

Model pembelajaran kooperatif model Jigsaw (Rusman, 2012:218) adalah

sebuah model belajar kooperatif yang memfokuskan pada kerja kelompok

siswa dalam bentuk kelompok kecil. Seperti diungkapkan oleh Lie (dalam

Rusman, 2012:218), model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam

kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen

dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab

secara mandiri.

1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Ada tiga jenis model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Ketiga jenis

tersebut adalah :

a. Jigsaw I

Pada jenis ini, siswa sangat dituntut untuk bertanggung jawab

terhadap penguasaan materi siswa lain di luar kelompoknya. Pada

model kooperatif tipe Jigsaw I ini kelas dibagi menjadi beberapa

kelompok secara heterogen. Kelompok tersebut disebut kelompok asal.

Materi pembelajaran dibagi dalam beberapa bagian, kemudian

dibagikan kepada setiap siswa dalam kelompok asal dengan sub bagian

yang berbeda. Siswa dalam satu kelas yang mendapatkan materi yang

sama, berkumpul, dan berdiskusi, kelompok baru ini disebut kelompok

ahli. Setelah selesai berdiskusi dalam kelompok ahli, siswa kembali ke

(41)

asalnya. Kemudian guru memberikan evaluasi berupa kuis yang

dikerjakan oleh siswa secara individual.

b. Jigsaw II

Dalam Jigsaw II, para siswa bekerja dalam tim yang heterogen,

seperti STAD dan TGT. Berbeda halnya pada Jigsaw I, pada jenis ini

para siswa diharapkan mengetahui secara garis besar materi yang akan

dipelajari sebelum masuk dalam diskusi kelompok ahli. Dengan

begitu, diharapkan siswa lebih memahami dan menyampaikan sub

bagian materi yang disampaikan oleh teman kelompok di kelompok

asalnya. Setiap anggota dari kelompok asal yang memperoleh topik

yang sama, berkumpul membentuk kelompok ahli. Dalam kelompok

ahli ini setiap anggota saling berdiskusi untuk memahami lebih detail

tentang informasi tersebut. Setelah berdiskusi dengan kelompok ahli,

kemudian para ahli kembali ke kelompok asal dan secara bergantian

mengajarkan topik yang lebih spesifik dari informasi tersebut kepada

teman dalam satu kelompoknya. Kemudian guru memberikan evaluasi

yang berupa kuis secara individual. Dan perolehan nilai kuis dijadikan

panduan untuk menentukan penghargaan kelompok.

c. Jigsaw III

Model Jigsaw yang ketiga ini dekembangkan oleh Kagan (M.Huda,

2011:122). Tidak ada perbedaan yang menonjol pada Jigsaw I, Jigsaw

II, dan Jigsaw III dalam tata laksana dan prosedurnya masing-masing.

(42)

kelas-kelas bilingual. Jadi berbeda dengan dua model Jigsaw

sebelumnya yang dapat diterapkan untuk semua materi pelajaran,

model Jigsaw ini khusus diterapkan untuk kelas bilingual. Karena

diterapkan pada kelas bilingual, maka Jigsaw III pada umumnya

menggunakan bahasa Inggris untuk materi, bahan, lembar kerja, dan

kuis.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw II, karena dalam tipe ini semua siswa mempelajari

materi secara lengkap terlebih dahulu sebelum materi dibagi menjadi

beberapa bagian. Sehingga sebelumnya siswa sudah mendapatkan

gambaran materi secara keseluruhan sebelum fokus ke bagian tertentu.

2. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II

a. Orientasi

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan.

Memberikan penekanan tentang manfaat penggunaan model Jigsaw

dalam proses belajar mengajar. Para siswa diminta belajar konsep

secara keseluruhan untuk memperoleh gambaran keseluruhan tentang

materi yang diajarkan.

b. Pengelompokan

Misalkan dalam kelas ada 20 siswa, yang sudah diketahui

kemampuan matematikanya dan sudah di-ranking, kita bagi dalam

25% (rangking 1-5) kelompok sangat baik, 25% (rangking 6-10)

(43)

(rangking 16-20) kelompok rendah. Selanjutnya akan membaginya

menjadi 5 kelompok (A-E) yang beranggotakan heterogen, beri indeks

1 untuk siswa dalam kelompok sangat baik, beri indeks 2 untuk siswa

dalam kelompok baik, beri indeks 3 untuk siswa dalam kelompok

sedang, dan beri indeks 4 untuk siswa dalam kelompok rendah.

Tiap kelompok beranggotakan :

Kelompok A (A1 , A2, A3, A4)

Kelompok B (B1 , B2, B3, B4)

Kelompok C (C1 , C2, C3, C4)

Kelompok D (D1 , D2, D3, D4)

Kelompok E (E1 , E2, E3, E4)

c. Pembentukan dan pembinaan kelompok ahli

Selanjutnya kelompok itu dibagi menjadi kelompok yang akan

mempelajari materi yang diberikan dan dibina menjadi ahli,

berdasarkan indeksnya

Kelompok 1 (A1 , B1, C1, D1, E1)

Kelompok 2 (A2 , B2, C2, D2, E2)

Kelompok 3 (A3 , B3, C3, D3, E3)

Kelompok 4 (A4 , B4, C4, D4, E4)

Setiap kelompok diharapkan dapat belajar topik yng diberikan

dengan sebaik-baiknya sebelum ia kembali ke dalam kelompok asal

(44)

d. Diskusi kelompok ahli dalam kelompok asal

Para ahli dalam konsep tertentu ini, masing-masing kembali ke

kelompok asal. Selanjutnya guru mempersilakan anggota grup untuk

mempresentasikan keahliannya kepada anggota kelompok asalnya

secara bergantian. Proses ini diharapkan akan terjadi saling berbagi

pengetahuan antaranggota kelompok.

Aturan dalam tahap ini adalah :

1) Siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap

anggota kelompok mempelajari materi yang diberikan

2) Memperoleh pengetahuan baru adalah tanggung jawab bersama

3) Tanyakan pada anggota kelompok sebelum tanya kepada guru

4) Pembicaraan dilakukan secara pelan agar tidak mengganggu grup

lain

5) Akhiri diskusi dengan “merayakannya” agar memperoleh kepuasan

e. Tes (penilaian)

Guru memberikan tes tulis berupa kuis untuk dikerjakan siswa

secara individu yang memuat seluruh materi yang didiskusikan.

f. Pengakuan kelompok

Penilaian berdasarkan skor peningkatan individu, tidak didasarkan

pada skor akhir yang diperoleh siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa

jauh skor itu melampaui rata-rata skor sebelumnya. Setiap siswa dapat

(45)

D. Pembelajaran Berbasis Masalah

Moffit (dalam Rusman, 2012:241) mengemukakan bahwa pembelajaran

berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang

menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk

belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta

untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran.

Pembelajaran berbasis masalah adalah proses pembelajaran yang diawali

dengan menggunakan masalah dalam kehidupan nyata lalu dari masalah ini

siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan

pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya (prior knowledge)

sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan

pengalaman baru. Diskusi dengan menggunakan kelompok kecil merupakan

poin utama dalam penerapan pembelajaran berbasis masalah (Suyatno, 2010).

John Dewey (dalam Wina Sanjaya, 2011:217) menjelaskan 6 langkah

dalam pembelajaran berbasis masalah, yaitu:

1. Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang

akan dipecahkan

2. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis

dari berbagai sudut pandang

3. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai

kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya

4. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan

(46)

5. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan

kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang

diajukan

6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa

menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil

pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.

Menurut Suyatno (2010), dalam melaksanakan proses pembelajaran

berbasis masalah ini, beberapa ciri–ciri utamanya adalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran berpusat dengan masalah

2. Masalah yang digunakan merupakan masalah dunia sebenarnya yang

mungkin akan dihadapi oleh siswa dalam kerja di masa depan

3. Pengetahuan yang diharapkan dicapai oleh siswa saat proses pembelajaran

disusun berdasarkan masalah

4. Para siswa bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran mereka

5. Siswa aktif dengan proses bersama

6. Pengetahuan menyokong pengetahuan yang baru

7. Pengetahuan diperoleh dalam konteks yang bermakna

8. Siswa berpeluang untuk meningkatkan serta mengorganisasikan

pengetahuan

9. Kebanyakan pembelajaran dilaksanakan dalam kelompok kecil

E. Keaktifan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas dapat diartikan sebagai

(47)

menurut KBBI (1988) diartikan sebagai giat dalam pembelajaran. Siswa harus

berperan aktif sesuai dengan peranannya sebagai subjek pembelajaran. Siswa

tidak hanya pasif dalam proses pembelajaran dan jangan hanya mendengarkan

guru tetapi siswa harus aktif mengkonstruksi pengetahuannya, serta berperan

aktif dalam pembelajaran. Menurut Sardiman (2001:95), keaktifan atau

aktivitas diperlukan di dalam belajar karena pada prinsipnya belajar adalah

berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan.

Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas

merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar

mengajar.

Paul B. Diedrich (dalam Sardiman, 2001:101), membagi keaktifan atau

aktivitas menjadi beberapa golongan, antara lain :

1. Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca,

memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain

2. Oral activities,seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,

mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi

3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan, uraian, percakapan,

diskusi, musik, pidato

4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,

angket, menyalin

(48)

6. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain : melakukan

percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,

beternak

7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,

memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan

8. Emotional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup

Jadi dengan penggolongan aktivitas atau keaktifan tersebut menunjukkan

bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Apabila berbagai

macam kegiatan tersebut dapat diciptakan di sekolah, tentu sekolah-sekolah

akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat

aktivitas belajar yang maksimal dan akan mengarah ke peningkatan prestasi

siswa. Kreativitas guru mutlak diperlukan agar dapat merencanakan kegiatan

siswa yang sangat bervariasi ini.

Aktivitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran,

khususnya dalam model pembelajaran kooperatif karena siswalah yang

menjadi subjek pembelajaran, artinya siswa yang merencanakan pembelajaran

dan ia sendiri yang akan melaksanakannya.

F. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola–pola perbuatan, nilai–nilai, pengertian–

pengertian, sikap–sikap, apresiasi, dan keterampilan (Suprijono, 2009:6).

Sedangkan menurut Nana Sudjana (2010:22) bahwa hasil belajar adalah

(49)

belajarnya. Herman Hudojo (1988:144) mengemukan bahwa hasil belajar

merupakan pemahaman dan penguasaan seseorang dalam menyusun

hubungan–hubungan antara bagian–bagian informasi yang telah diperoleh

sebagai pengertian sehingga orang tersebut dapat menampilkan pemahaman

dan penguasaan bahan pelajaran yang dipelajari. Hasil belajar merupakan

prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan yang menjadi indikator

kompetensi dasar dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan

(Mulyasa, 2009:212).

Benyamin Bloom dalam Nana Sudjana (2010: 22-23) membagi hasil

belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif (pengetahuan intelektual atau

ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi), ranah afektif

(penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi), dan

ranah psikomotorik berkenaan dengan keterampilan dan kemampuan

bertindak individu meliputi enam aspek, yaitu gerakan refleks, keterampilan

gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan

keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Ketiga ranah

tersebut saling berhubungan, dan ketiganya harus nampak sebagai hasil

belajar.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah perubahan perilaku, pemahaman dan kemampuan-kemampuan

yang merupakan umpan balik dari hasil pengalamannya selama mengikuti

proses belajar. Dalam penelitian ini, hasil belajar siswa diukur dari nilai hasil

(50)

yang akan menerima materi baru dan hasilnya untuk membagi kelompok serta

dilakukan tes akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan

menggunakan model tersebut.

G. Prisma dan Limas

1. Prisma

a. Pengertian Prisma

Prisma merupakan bangun ruang yang mempunyai sepasang sisi

yang sejajar dan kongruen yang merupakan alas dan tutup serta

sisi-sisi yang lainnya diperoleh dengan menghubungkan titik-titik sudut

dari dua bidang yang sejajar menjadi garis-garis yang sejajar.

Prisma memiliki berbagai unsur, berikut unsur–unsur pada prisma

antara lain :

1) Bidang-bidang sisi atau sisi-sisi prisma adalah bidang–bidang yang

membentuk suatu prisma

2) Rusuk prisma adalah ruas garis yang dibentuk oleh perpotongan

dua bidang sisi prisma

3) Titik sudut prisma adalah titik pertemuan tiga atau lebih rusuk pada

suatu prisma

4) Diagonal bidang atau diagonal sisi prisma adalah ruas garis yang

menghubungkan dua titik sudut yang yang terletak pada suatu

bidang sisi prisma tetapi tidak berdekatan

5) Diagonal ruang prisma adalah garis yang menghubungkan dua titik

(51)

6) Bidang diagonal prisma adalah bidang yang melalui dua diagonal

bidang alas yang sejajar dan tidak terletak pada bidang sisi prisma

yang sama

b. Jaring–Jaring Prisma

Jaring–jaring prisma adalah suatu gambar bangun datar yang

memuat semua sisi atau bidang prisma dan hubungan antara sisinya

masih ada. Jaring–jaring prisma diperoleh dengan cara mengiris

beberapa rusuk prisma sedemikian sehingga seluruh permukaan prisma

terlihat. Berikut contoh jaring–jaring prisma segitiga :

Gambar 2.1 Jaring – jaring Prisma

c. Luas Permukaan Prisma

Luas permukaan sebuah prisma adalah jumlah semua luas sisi

prisma itu. Luas permukaan prisma diperoleh dengan menentukan

jaring–jaring prisma dan menjumlahkan luas bangun datar yang

terbentuk.

(52)

Luas permukaan prisma segitiga di atas adalah :

Luas permukaan prisma = luas ∆ABC + luas ADFC +

luas ABED + luas BCFE + luas ∆DEF

= 2 x luas ∆ABC + luas ADFC +

luas ABED + luas BCFE

= 2 x luas alas + bt + ct + at

= 2 x luas alas + (a + b + c)t

= (2 x luas alas) + (keliling alas x tinggi

prisma)

Maka untuk setiap prisma berlaku rumus :

Luas permukaan = (2 x luas alas) + (keliling alas x tinggi prisma)

d. Volume Prisma

Volume prisma adalah banyaknya satu satuan volume yang

memenuhi seluruh isi prisma, satuan volume yang sering dipakai

adalah liter (l), milliliter (ml), m3, cm3, dm3, dan mm3.

Rumus volume prisma di atas dapat diperlihatkan dengan cara

berikut :

Gambar 2.3 Bangun Ruang Balok dan Prisma Segitiga p

l

t

p

l

(53)

Sesuai gambar di atas maka volume prisma balok adalah jumlah

volume kedua prisma segitiga.

Volume balok = 2 x Volume prisma segitiga tegak

Volume prisma segitiga tegak = x volume balok

= x (p x l x t)

=( x p x l )x t

= luas alas x tinggi

2. Limas

a. Pengertian Limas

Limas merupakan bangun ruang sisi datar yang dibentuk oleh suatu

daerah segi banyak sebagai alas dan sisi-sisi lain yang berbentuk

segitiga yang mempunyai suatu titik persektutuan.. Titik persekutuan

itu disebut titik puncak limas.

Limas memiliki berbagai unsur, berikut unsur-unsur pada limas

antara lain :

1) Bidang–bidang sisi atau sisi–sisi limas adalah bidang–bidang yang

membentuk suatu limas

2) Rusuk limas adalah ruas garis yang dibentuk oleh perpotongan dua

bidang sisi limas

3) Titik sudut limas adalah titik pertemuan tiga atau lebih rusuk pada

Gambar

Gambar 2.2 Jaring – jaring Prisma Segitiga
Gambar 2.3 Bangun Ruang Balok dan Prisma Segitiga
Gambar 2.4 Jaring-jaring Limas  Luas Permukaan Limas
Gambar 2.6 Kubus dan Limas Segiempat
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2) Dinas Kesehatan; (a) perlu melakukan perhitungan secara ekonomi terhadap program penanggulangan HIV/AIDS (b) meningkatkan upaya kegiatan preventif, kuratif dan promotif kepada

Tambahan sawah itu sangat di perlukan tetapi tentu saja kita harus melihat terlebih dahulu airnya dari mana jangan seperti saya lihat sekarang, ada di papua sudah di

Lampiran daftar paket Pemilihan Langsung Pascakualifikasi Penga- daan Barang / Jasa Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kerinci Tahun Anggaran 2014.. 1 (satu)

Strategi ini penulis gunakan untuk memperoleh data Strategi Learning Start With a Question (LSQ) dan motivasi belajar siswa bidang studi Pendidikan Agama Islam

Pada tingkat kepercayaan diri mahasiswa terhadap teknik penjahitan jaringan, ditemukan bahwa penggunaan bahan sintetik memberikan tingkat kepercayaan diri yang

Jika di kampung anak-anak bermain memperebut- kan kapuk yang beterbangan dari pohonnya seperti hu- jan salju, Arai akan menjulangku di pundaknya, sepan-.. jang sore berputar-putar

Sehubungan dengan kegiatan E-Lelang Umum dengan Pasca Kualifikasi Pengadaan Jasa Pemborongan Pekerjaan Pengecatan Marka Jalan Tol Pada Ruas Jalan Tol Jakarta -

Dampak Pemilihan Tidak Demokratis Kerugian sangat besar bisa menimoa parpol, masyarakat, dan negara ini, jika pemilihan kandidat pemimpin dalam pemilu legislatif, pemilu presiden,