commit to user
i
PERAN MICE DALAM MENDUKUNG
PERKEMBANGAN INDUSTRI PARIWISATA DI
SURAKARTA
( Studi dalam tahun 2009 2011 )
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
Memperoleh gelar Ahli Madya pada
Program Studi Diploma III Usaha Perjalanan Wisata
Dian Eka Wati
C9409049
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
commit to user
commit to user
v MOTTO
KEBAHAGIAAN SEORANG ANAK ADALAH HARTA YANG PALING
MAHAL
BAGI ORANG TUA
commit to user
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya Tulis ini, saya persembahkan untuk :
Bapak , Ibu, Adik adikku dan teman teman yang telah memberikan dukungan
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat , hidayah
serta inayah-Nya sehinnga penulisan Tugas Akhir yang berjudul
D
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya unutk mahasiswa
Program Diploma III Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Suakarta. Selama proses penyusunan Tugas akhir penulis banyak mendapat
bantuan dari berbagai pihak baik dalam bentuk materi maupun spiritual yang tidak
ternilai besarnya. Oleh karena itu, merupakan sebuah kewajiban untuk
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Drs. Riyadi Santoso, M.Ed,Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra dan
Seni Rupa Universitas Sebelas Maret memberikan fasilitas studi selama
masa perkuliahan.
2. Ibu Dra. Isnaini WW, M.Pd, selaku Ketua Program Diploma III Usaha
Perjalanan Wisata yang telah memberikan saran, dukungan dan pegarahan
sehingga tugas akhir ini terselesaikan.
3. Bapak Drs. Suharyana, M.Pd, selaku sekretaris Program Diploma III
Usaha Perjalanan Wisata yang telah memberikan saran dan bimbingan
dalam penyelesaian tugas akhir ini.
4. Bapak Bambang Ary Wibowo, SH selaku dosen pembimbing utama yang
telah memberikan bimbingan, pengetahuan , saran dan pengarahan sampai
commit to user
viii
5. Ibu Umi Yuliati, S.S, M.Hum selaku pembimbing Akademik yag telah
memberikan pengarahan , motivasi , saran dan kritik yang membangun
dari awal perkuliahan sampai akhir studi.
6. Segenap dosen jurusan Usaha Perjalanan Wisata yang telah memberikn
bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman selama masa perkuliahan.
7. Seluruh staff UPT Perpustakaan Univesitas Sebelas Maret, Lab.Tour D III
UPW, Perpustakaan STP Sahid Surakarta yang memberikan kemudahan
bagi penulis untuk memanfaatkan fasilitas yang tersedia.
8. Seluruh staff D III UPW UNS dan seluruh staff Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan pelayannan yang baik dalam proses
belajar mengajar.
9. Bapak Supriyanto Waluyo, selaku humas Puro Mangkunegaran yang telah
banyak memberikan informasi.
10.Bapak Heru Prasetya, selaku pemimpin Mataya Art & Heritage dengan
sabar dan baik dalam memberikan masukan dan informasi.
11.Bapak Budi Santoso, selaku Seluruh staff Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Solo yang banyak memberikan informasi dan pengarahan yang
sangat bermanfaat.
12.Mbak Lina, selaku staff BPPIS ang banyak memberikan masukan dan
informasi dalam pengumpulan data.
13.Bapak Daryono selaku pimpinan Sinergi Management dan mas mukhlis
yang telah memberikan data dan informasi.
14.Bapak, Ibu, adik adikku dan seluruh keluargaku yang telah memberikan
commit to user
ix
15.Daniel yang selalu sabar dalam membimbingku, memberi saran, selalu
mendukungku dan memberikan pengarahan yang terbaik selama ini.
16.Seluruh mahasiswa Program Diploma III Usaha Perjalanan Wisata
angkatan 2009 yang telah membantu dan mendukung dalam
menyelesaikan tugas akhir ini tanpa kalian semua ini bukan apa apa.
17.Semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini yang
tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna,
karena itu penulis minta maaf atas segala kekurangan dan kesalahan dalam
penyusunan tugas akhir ini. Demi perbaikan isi tugas akhir ini, kritik dan saran
yang membantu kesempurnaan tugas akhir ini penulis harapkan. Semoga
karya ini bermanfaat bagi pembaca. Amin.
Surakarta, Desember 2012
commit to user
x ABSTRAK
Dian Ekawati. C9409049. 2012. Pera n MICE Da la m Mendukung Perkemba nga n Industri Pa riwisa ta Di Sura ka rta . Program Studi Diploma III Usaha Perjalanan Wisata Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.
Alasan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui faktor yang melatarbelakangi berkembangnya industri MICE di Surakarta serta mengetahui bagaimana pola pengembangan yang dilakukan semua pihak industri pariwisata dan dampak yang ditimbulkan dari kegiatan MICE di Surakarta.
Tujuan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh industri MICE terhadap perkembangan pariwisata di Surakarta.
Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah observasi dan wawancara langsung kepada pihak pihak yang terkait. Observasi dan wawancara langsung di beberapa tempat yaitu industri yang bergerak dalam jasa pariwisata, seperti Puro Mangkunegaran, Mataya Art & Hertitage, Dinas Pariwisata, BPPIS, PHRI, ASITA ,Sinergi Management sehingga dapat diketahui gambaran umum pariwiwsata di Surakarta, latar belakang berkembangnya MICE serta pengaruh Industri MICE terhadap perusahaan, Instansi maupun masyarakat.
Hasil dari penelitian ini adalah seluruh sektor yang bergerak di bidang kepariwisataan mempunyai peran besar dalam meningkatkan pariwisata di Surakarta, baik pemerintah, swasta dan mayarakat. Surakarta mempunyai potensi besar untuk meningkatkan industri MICE terbukti dengan tersediannya fasilitas, sarana dan prasarana yang memadai untuk kegiatan MICE. Pihak swasta dan pemerintah bekerjasama meningkatkan kegiatan MICE dan pariwisata dengan cara meningkatkan promosi kota, mempermudah aksesibilitas, menambah atraksi dan daya tarik wisata, selain itu tersedianya akomodasi yang memadai menjadi modal awal untuk menjadikan Surakarta sebagai salah satu daearah tujuan MICE di Indonesia.
commit to user
xi DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Halaman Pernyataan ... ii
Halaman Pengesahan ... iii
Halaman Pengesahan Panitia Ujian ... iv
Motto ... v
Halaman Persembahan ... vi
Kata Pengantar ... vi
Abstrak ... x
Daftar Isi ... xi
... xiii
Daftar Lampiran ... xiv
BAB I Pendahuluan ... 1
a. Latar Belakang Masalah ... 1
b. Rumusan Masalah ... 5
c. Tujuan Penelitian ... 5
d. Manfaat Penelitian... 5
e. Kajian Pustaka... 6
f. Metode Penelitian ... 13
g. Sistematika Penulisan Laporan ... 16
BAB II Sekilas Tentang Surakarta dan Profil Pariwisata ... 17
a. Sejarah Singkat Kota Surakarta ... 17
b. Profil Pariwisata Surakarta ... 19
c. Sarana Transportasi Kota Surakarta ... 20
d. Objek Wisata di Surakarta ... 21
e. Profil MICE Kota Surakarta ... 23
BAB III Peran MICE Terhadap Perkembangan Pariwisata Surakarta ... 26
a. Latar Belakang Berkembangnya Industri MICE di Surakarta ... 28
1. Aksesibilitas ... 32
2. Sumber Daya Manusia ... 34
3. Fasilitas ... 35
4. Potensi dan Daya Tarik ... 38
5. Keunikan Daerah ... 42
commit to user
xii
c. ... 48
d. Pengaruh Perkembangan Industri MICE Terhadap Pariwisata Solo... 50
1. Pengaruh Langsung ... 50
2. Pengaruh Tidak Langsung ... 51
e. ... 52
BAB IV Penutup ... 58
a. Kesimpulan ... 58
b. Saran ... 60
Daftar Pustaka ... 62
Daftar Informan ... 63
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Penerbangan Maskapai Domestik ... 20
Tabel 2. Data Penerbangan Maskapai Internasional ... 21
Tabel 3. Data Daerah yang menjadi Tujuan MICE ... 25
Tabel 4. Data Sarana Fasilitas Penunjang Pariwisata Kota Solo ... 27
Tabel 5. Banyaknya Hotel dan Jumlah Kamar Menurut Klasifikasi di Kota Surakarta Tahun 2009 2011 ... 36
Tabel 6. Hotel berskala Internasional untuk Meeting ... 37
Tabel 7. Atraksi Budaya Kota Solo Tahun 2012 ... 39
Tabel 8. Jumlah Wisatawan tahun 2009 2011 ... 42
Tabel 9. Jumlah Penyelenggaraan Event Di Solo Tahun 2009 2011 ... 45
Tabel 10. Strategi Pengembangan Solo Menjadi Destinasi MICE ... 53
DAFTAR DIAGRAM Diagram 1. Upaya Pengembangan MICE di Solo ... 24
Diagram 2. Lama Tinggal Wisatawan Solo ( Length of Stay ) LOS ... 41
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Informan
Lampiran 2 : Hotel Skala Internasional Untuk Kegiatan MICE
Lmapiran 3 : Brosur Hotel Kusuma Sahid Solo
Lampiran 4 : Data Jumlah Hotel Anggota BPC PHRI
Lampiran 5 :
Gambar 5.1 Fasilitas Hotel Kusuma Sahid Solo
Gambar 5.2 Paket Meeting Kusuma Sahid Hotel Solo
Gambar 5.3 Brosur Paket Meeting Kusuma Sahid Hotel Solo
Gambar 5.4 Ruang Meeting Pantiarjo Kusuma Sahid Hotel Solo
Gambar 5.5 Ruang Meeting Wijaya Kusuma Hotel Kusuma Sahid Solo
Gambar 5.6 Objek Wisata Pasar Klewer
Gambar 5.7 Objek Wisata Keraton Kasunanan Surakarta
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kepariwisataan meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan
wisata, pengusahaan, objek dan daya tarik wisata, serta usaha lainnya yang terkait.
Pembangunan kepariwisataan pada hakikatnya merupakan upaya untuk
mengembangkan dan memanfaatkan objek dan daya tarik wisata, yang terwujud
antara lain dalam bentuk kekayaan alam yang indah, keragaman flora dan fauna,
kemajemukan tradisi dan seni budaya, serta peninggalan sejarah dan purbakala.
Pengembangan objek dan daya tarik wisata tersebut apabila dipadukan
dengan pengembangan usaha jasa dan sarana pariwisata, seperti biro perjalanan,
jasa konvensi, penyediaan akomodasi dan penyediaan transportasi wisata, akan
berfungsi di samping meningkatkan daya tarik bagi berkembangnya jumlah
wisatawan juga mendukung pengembangan objek dan daya tarik wisata baru.
Hasil yang optimal akan diperoleh apabila upaya pengembangan tersebut
didukung oleh pembangunan prasarana yang memadai. (Oka A. Yoeti, hlm. 31)
Saat ini, Indonesia menjadi salah satu negara tujuan bisnis dan wisata. Hal
itu dibuktikan dalam Statistical Report on Visitor arrivals to Indonesia 2004
2006, yang menyebutkan bahwa kunjungan wisatawan mancanegara untuk
pertemuan, insentif, konvensi dan pameran atau meeting, incentive, convention,
exhibition (MICE) mencapai 41,23% sementara untuk wisatawan liburan 56,49%
dan lainnya 2,28%.
Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa perkembangan MICE di Indonesia
menunjukkan suatu peningkatan. Indonesia tidak hanya kaya akan potensi wisata
tetapi juga potensi untuk dijadikan lahan bisnis komersial di bidang MICE. Hal ini
akan menjadi peluang besar bagi pebisnis dan pemerintah Indonesia untuk
menciptakan sumber pendapatan. Dari tahun ke tahun tingkat kunjungan
wisatawan ke Solo semakin meningkat.
Solo menduduki peringkat 8 tujuan wisata nasional dan sekarang telah
bergeser ke peringkat 4, selain itu pertumbuhan ekonomi kota Solo dalam 5 tahun
terakhir rata-rata 5.6% dengan tingkat investasi tumbuh rata-rata 18% , pebisnis
dan investor local/asing banyak melakukan kunjungan rata-rata 10/20
kali/orang/tahun. Selain dari sektor bisnis dan perdagangan potensi Solo dalam
MICE di dukung dengan potensi seni budaya lokal. Solo mempunyai potensi
untuk menjadi pemain besar di bisnis MICE. (http://eprints.undip.ac.id/ LP3A -
Solo Convention a nd Exhibition Center) diakses pada 16 april 2012.
Wilayah Solo merupakan tempat berbagai macam industri dan organisasi
yang bisa menjamin permintaan yang berkelanjutan untuk acara-acara bisnis dan
konferensi. Hal ini terbukti bahwa kota Solo mampu mengorganisir berbagai
festival, konferensi dan berbagai event seni dan budaya. Hotel di semua kategori,
gedung-gedung pertemuan, dan ballroom-ballroom, restoran-restoran,
perusahaan-perusahaan tour, semuanya mempunyai perlengkapan yang mencukupi untuk
commit to user
internasional seperti Asia Pasific Historian Conference dan Federation Asian
Cultural Promotion Conference pada tahun 2012 merupakan suatu bukti dan
kebanggaan bagi kota Solo, bahwa dunia percaya Solo mampu menyelenggarakan
perhelatan besar.
Predikat Solo sebagai kota budaya dan pelajar sekarang berkembang
menjadi kota bisnis, budaya dan wisata. Munculnya properti properti baru seperti
apartemen, kondotel dan juga hotel berskala internasional seperti Ibis, Solo
Paragon, menjadi penanda yang cukup kuat bagi bangkitnya nadi perekonomian di
Kota Solo. Hal ini akan menjadi peluang besar yang sangat profitable bahkan akan
menaikkan pamor Kota Solo menjadi kota metropolis. Akan tetapi, infrastruktur
dan pemasaran MICE secara profesional dan lebih baik masih dibutuhkan untuk
menunjang berkembangnya kegiatan mice.
Kota Solo merupakan kota yang memiliki banyak potensi pariwisata salah
satunya adalah keraton. Terdapat dua keraton yang menjadi salah satu tujuan
turisme lokal dan internasional yang didukung oleh berbagai kesenian tradisional
yang masih hidup. Disamping itu, masih ada berbagai tempat di Solo dan
sekitarnya yang mempunyai potensi jualan dan yang terpenting menurut
perhitungan bisnis adalah biaya segala aktivitas yang diselenggarakan di Solo
terhitung murah dibanding kegiatan yang diselenggarakan di Jakarta atau Bali,
dari tarif hotel sampai harga makanan, dari biaya transportasi sampai tiket
rekreasi.
Hal tersebut dapat mempengaruhi peningkatan Pendapatan Asli Daerah
daerah otonom. Pengembangan Pariwisata Kota Surakarta dilaksanakan oleh
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, dimana salah satu strateginya yaitu
Optimalisasi Kinerja Sumber Daya Manusia Bidang Pariwisata. Kinerja yang baik
sangat penting untuk pengelolaan/ pengembangan obyek dan daya tarik wisata
serta pengembangan sumberdaya manusia bidang pariwisata agar diperoleh hasil
kerja yang optimal. Kontribusi sektor pariwisata dalam kegiatan ekonomi global
dan ketenagakerjaan diharapkan terus meningkat selama lebih dari sepuluh tahun
ke depan.
Secara keseluruhan, Ekonomi Travel & Pariwisata diramalkan akan
meningkat hingga 4% per tahun dalam jangka waktu antara 2009 hingga 2018,
didukung dengan lapangan kerja sebanyak 296 juta hingga 2018 yaitu 9,2% dari
seluruh lapangan kerja dan 10.5% dari GDP global. Jadi Travel & Pariwisata
diharapkan terus berkembang menjadi salah satu sektor prioritas tertinggi dunia
industri dan penciptaan lapangan kerja. (Deutsche Gesellschaft für Technische
Zusammenarbeit, Januari 2008)
Dari latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk mengambil
penelitian sebagai bahan penulisan laporan Tugas Akhir yang berjudul Peran
commit to user
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan yang
diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang melatarbelakangi berkembangnya industri MICE di kota Solo
tahun 2009 2011 ?
2. Bagaimana pola pengembangan industri MICE yang ada di kota Solo ?
3. Bagaimana dampak perkembangan MICE bagi industri jasa pariwisata di
Solo ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui latar belakang berkembangnya industri MICE di kota
Solo tahun 2009 2011.
2. Untuk mengetahui pola pengembangan MICE yang di kota Solo.
3. Untuk mengetahui dampak perkembangan MICE bagi industri jasa
pariwisata di Solo.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ada dua kategori, yaitu teoritis atau akademis dan
praktis atau Pragmatis. Kegunaan teoritis/akademis terkait dengan kontribusi
tertentu dari penyelenggaraan penelitian terhadap perkembangan teori dan ilmu
pengetahuan serta dunia akademis. Sedangkan kegunaan praktis/fragmatis
penelitian terhadap obyek penelitian, baik individu, kelompok, maupun
organisasi.
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan
ilmu pengetahuan serta memperoleh informasi penting tentang peran
MICE dalam mendukung pariwisata di Surakarta.
b. Dapat menjadi bahan masukkan bagi peneliti lain yang hendak melakukan
penelitian sejenis.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan sumbangan wacana pemecahan masalah yang diteliti.
b. Untuk pribadi penulis dapat menerapkan ilmu ilmu yang sudah
didapatkan di bangku kuliah.
c. Menambah pengetahuan masyarakat mengenai kepariwisataan Surakarta
Khususnya.
d. Sebagai pemenuhan syarat kelulusan Mahasiswa Universitas Sebelas
Maret Surakarta, khususnya Fakultas Sastra dan Seni Rupa Program D3
Usaha Perjalanan Wisata untuk memperoleh gelar Ahli Madya.
E.Kajian Pustaka
a. Kajian Teori
Pariwisata merupakan salah satu sektor di Wilayah Solo yang menunjang
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat secara signifikan. Wilayah Surakarta
memiliki berbagai sumber daya yang sangat baik guna mencapai industri
commit to user
perhotelan, restoran, transportasi, perusahaan perjalanan wisata (BPW) dan
lain-lainnya, terutama di daerah terbelakang namun memiliki potensi wisata yang
tinggi. Mendorong tumbuhnya berbagai peluang yang mampu menarik pengusaha
- pengusaha baru dan penawaran pelatihan-pelatihan dan pendidikan bagi generasi
muda.
Nyoman S Pendit dalam bukunya Wisata Konvensi, Potensi Gede Bisnis
Besar th. 1999 yang berisi tentang perkembangan bisnis MICE yang merupakan
bagian dari industri pariwisata masa kini dan telah memberikan warna yang
beragam terhadap jeniskegiatan pariwisata yang identik dengan pemberian
pelayan/services. MICE dan bisnis pariwisata merupakan bisnis dengan
high-quality dan high-yield, yang memberikan kontribusi tinggi secara ekonomi
terlebih bagi negaraberkembang.
High Quality berarti kualitas pelayanan yang diberikan
mampumemberikan kepuasan kepada setiap peserta, high yield berarti
kegiatanwisata konvensi mampu memberikan keuntungan yang besar pada
penyelenggara wisata konvesi. Berkembangnya industri MICE atau wisata
konvensi sebagai industri baru yang bisa menguntungkan bagi banyak
pihak,karena industri MICE ini merupakan industri yang kompleks dan
melibatkan banyak pihak. Alasan inilah yang menjadikan tingkat pertumbuhan
para pengusaha penyelenggaran MICE bermunculan, sehingga tidak dipungkiri
industri MICE sebagai industri masa kini yang banyak diminati oleh para pelaku
Istilah MICE di Indonesia dikenal juga dengan nama wisata konvensi,
kegiatan wisata konvensi ini merupakan bagian dari kegiatan pariwisata, karena
banyak sekali menggunakan fasilitas pariwisata dalam pelaksanaannya, sehingga
kegiatan ini merupakan kegiatan yang berkarakteristik padat karya, memberikan
kontribusi baik darisisi penyediaan tenaga kerja maupun dalam memberikan
devisa negara.
Sejak tahun 1980-an kegiatan MICE di Indonesia menunjukan
peningkatan jumlah peserta yang tinggi dengan jumlah pengeluaran rata-rata
perhari sebesar US$ 210 untuk setiap peserta konvensi. Dibandingkan dengan
wisatawan yang sengaja datang keIndonesia untuk berwisata, pengeluaran mereka
hanya sebesar US$ 400 untuk 7-12 hari. Dengan demikian pengeluaran peserta
wisata konvensi juga membawa serta spouse(istrinya), anak atau bahkan
temannya yang berdampak pada pengeluaran peserta selamamengikuti kegiatan
kovensi menjadi lebih besar .
Beberapa pengertian untuk kegiatan MICE dihubungkan dengan kegiatan
pariwisata. Usaha jasa konvensi, perjalanan insentive, dan pameran merupakan
usaha dengan kegiatan memberi jasa pelayanan bagi suatu pertemuan sekelompok
orang (negarawan, usahawan,cendikiawan, dan sebagainya) untuk membahas
masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama. Pada umummnya
kegiatan kovensi berkaitan denganusaha pariwisata lainnya, seperti transportasi,
akomodasi hiburan (entertaiment), perjalanan pra- dan pasca- konfrensi (pre- and
commit to user
Kepanjangan MICE adalah Meeting, Incentive, Conference and
Exhibition, yang telah dikenal secara luas di dunia dan menjadi istilah umum
dalam industri pariwisata. Industri mice merupakan industri yang masih muda, di
kenal di Eropa dan AmerikaUtara sekitar 50 tahun yang lalu dan bahkan lebih
mudah di beberapa kawasan dunialainnya, tetapi dengan cepat indiustri ini
menjadi matang terutama di negara-negara sedang berkembang, karena jelas
terlihat perkembangannya mampu memberikan dampak ekonomi yang tinggi.
Kegiatan bisnis MICE telah membuka lapangan kerja baru, tidak hanya
menciptakan tenaga kerja musiman saja, tetapi juga telah menciptakan pekerjaan
yang tetap bagi banyak masyarakat yang memiliki kemampuan tidak berbeda
dengan bisnis pariwisata yang banyak diciptakan di negara-negara sedang
berkembang. Kegiatan konferensi dan bisnis MICE merupakan bisnis yang
memiliki dampak negatif lebih kecil pada lingkungan daripada yang dilakukan
mass tourism, karena bisnis ini fokus pada jumlah peserta yang tidak terlalu
banyak, sehingga kegunaan transportasi akan lebih berkurang sehingga akan
mengurangi kemacetan serta polusi yang ditimbulkan.
Kegiatan Industri MICE sebagai industri baru masa kini menunjukan
bahwa mice sebagai salah satu sektor dalam bisnis pariwisata, karena kegiatan
mice merupakan kegiatan bisnis wisata yang tujuan utama dari para delegasi atau
peserta kegiatan MICE adalah menghadiri suatu kegiatan atau event yang
berhubungan dengan bisnisnya sambil menikmati kegiatan perjalanan wisata
Menurut M. Kesrul ( 2004 : 3-108 ) MICE diartikan sebagai suatu
kegiatankepariwisataan yang aktifitasnya merupakan perpaduan antara leisure
danbusiness, biasanya melibatkan sekelompok orang secara
bersama-sama,rangkaian kegiatannya dalam bentuk meetings, incentive
travels,conventions, congresses, conference dan exhibition.
Adapun bentuk MICE adalah sebagai berikut :
1. Meeting
Meeting adalah suatu kegiatan kepariwisataan yang aktifitasnya
merupakan perpaduan antara leisure dan business , biasanya melibatkan orang
secara
bersama-2. Incentive
Incentive merupakan hadiah atau penghargaan yang diberikan oleh suatu
perusahaan kepada karyawan, klien, ataukonsumen. Bentuknya bisa berupa uang,
paket wisata atau barang
3. Conference
Istilah conference diterjemahkan dengan konferensi dalam bahasa
Indonesia yang mengandung pengertian sama. Dalam prakteknya, arti meeting
sama saja dengan conference .
4. Exhibition
Exhibition berarti pameran, dalam kaitannya dengan industri
pariwisata,pameran termasuk dalam bisnis wisata konvensi. Hal ini diatur dalam
commit to user
menyebarluaskan informasi dan promosi yang ada hubungannya dengan
penyelenggaraan konvensi atau yang ada kaitannya dengan pariwisata .
Adapun pertimbangan dalam pelaksanaan MICE, diantaranya :
1 . P enetapa n lo kasi dan venu e MI CE
2. Perlengkapan Fasilitas MICE
Perlengkapan fasilitas dan pelayanan kesekretariatan dari pertemuan atau
konferensi amat beragam sehinggatidak ada standar yang berlaku umum. Dalam
menentukan perlengkapan suatu pertemuan perlu memahami dengan seksama
beberapa hal berikut: Jenis pertemuan dan lamanya, Jumlah peserta, Jumlah
ruangan yang dibutuhkan, Jenis dan jumlah equipment yang diperlukan, Bentuk
pengaturan tempat duduk dan Akomodasi peserta MICE.
3. Penanganan Transportasi
Meeting planer atau PCO bertanggung jawab terhadap
terselenggarakannya event MICE dan pengaturan transportasi bagi keseluruhan
peserta MICE menjadi tugas dari sub bagian PCO. Ada enam poin dalam
pengaturan transportasi yaitu:
Transportasi udara, Airport shuttle service, Multiple property shuttle, VIP
transportation, Local tour, Staff transportation.
4.Pelayanan Makanan dan Minuman
Agar acara pertemuan atau konferensi berjalan dengan lancar dan
mengurangi complaint makanan dan minuman, seorang meeting manager perlu
memeriksa lokasi dan penempatan reguler food and beverage , room service
and banquet capabilities .
appearance and attractiveness, cleanliness , dan jenis serta variasimakanan
dan minuman pada saat ramai (peak hours) untuk mengetahui ketersediaan stok
pelayanan dan keterampilan. Termasuk harga yang sesuai dengan penawaran, di
samping itu apakah perlu melakukanpemesanan terlebih dahulu. Apakah restoran
tersebut melayani permintaan khusus atau tambahan menyangkut layout dan jenis
makanandan minuman.
5. Akomodasi
Berikut merupakan daftar penanganan akomodasi yang harus di cek
dalam kegiatan MICE, antara lain:
Akomodasi sesuai harapan peserta, Penginapan: Jumlah kamar, tipe kamar
dan tempat tidur , Kamar gratis untuk panitia atau komite: jumlah, tipe, dan
fasilitasyang harus dibayar, Kamar khusus untuk organisasi dan tamu resmi:
jumlah, tipe,dan harga.
b. Penelitian Terdahulu
Menurut Rinda Sari dalam penelitiannya Upaya Pengembangan Industri
MICE di Solo, Suatu daerah tidak lepas dari peran dan kerjasama yang baik dari
segala sektor pariwisata termasuk didalamnya pemerintah dan pihak swsata yang
memilikiperanan dan fungsi penting. Industri MICE merupakan suatu industri
yang berdampakluas terhadap perekonomian karena MICE merupakan kegiatan
bisnis yang tidak dapat dipisahkan dengan mata rantai usaha usaha dibidang
kepariwisataan ( akomodasi, transportasi, komunikasi, destinasi wisata, hiburan,
informasi, kesehatan, keamanan ) dan berbagai sektor usaha lainnya seperti
commit to user
Secara umum kemudahan akesibiltas menuju Surakarta untuk semua
wisatawan maupun peserta MICE di tunjukan melalui Bandara Internasional Adi
Soemarmo berbanding terbalik negatif dengan kebutuhan kamar hotel yang ada di
Surakarta. Dengan melihat kondisi di lapangan bahwa keberadaan hotel bintang di
Surakarta, memiliki arti penting dalam penyelenggaraan kegiatan MICE.
Industri MICE masih dapat di kembangkan, jika para penggiat pariwisata
melakukan tugasnya secara bersama sama dan dalam pengembanganyya tidak
hanya satu sub kepariwisataan dalam hal ini adalah perhotelan saja melainkan
berbagai sub kepariwisataan seperti tujuan wisata, sarana dan prasarana
pariwisata, dll.
F.Metode Penelitian
Metode pembahasan penelitian ini menggunakan metode analisa deskriptif
yaitu dengan memberikan gambaran segala permasalahan dan keadaan yang ada,
selanjutnya dilakukan analisa.
1. Objek Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah instansi, perusahan pihak pihak yang
bergerak dibidang MICE di Surakarta pada tahun 2009 2011 antara lain:
Hotel, Event Organizer, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Objek Wisata
yang ada di Surakarta.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian adalah kota Solo. Kota Solo merupakan kota yang
mempunyai banyak aset budaya yang perlu dijaga dan dikembangkan sebagai
tahun mengalami peningkatan. Hal itu menjadi bukti bahwa kota Solo layak
dikembangkan menjadi salah satu tujuan Kota MICE.
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Metode Observasi
Pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap perkembangan
kegiatan MICE yang diselenggarakan di kota Surakarta, adapun tahap metode
observasi antara lain pengamatan dilakukan berdasarkan data tahun 2009 -2011 :
1. Pengumulan data yang dimaksud pengumpulan data dalam metode
observasi adalah pada tahap ini peneliti berusaha memprhatikan dn
merekam sebanyak mungkin aspek/elemen situasi sosial, sehingga
diperoleh gambaran umum tentang apa yang diteliti.
2. Identifikasi data yaitu hal yang dilakukan terutama untuk
pengelompokan berdasarkan elemen elemen domain yang telah
dipilih dari hasil pengumpulan data.
3. Pengolahan data biassa dilakukan untuk memperoleh data/ informasi
yang diperlukan untuk analisis komponensial sehingga menghasilkan
informasi yang lebih detail.
4. Analisis dan Kesimpulan
b. Metode Wawancara (interview)
Wawancara digunakan untuk memperoleh data dan informasi dengan cara
tanya jawab dengan narasumber. Dalam pembuatan tugas akhir ini, penulis
commit to user
Pihak- pihak yang diwawancarai tersebut seperti staff Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kota Solo, pihak hotel, travel, event organizer, restoran serta objek
wisata.
Dalam penelitian ini yang menjadi narasumber adalah :
a. Pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta sebagai informan
primer yang dapat memberikan informasi mengenai bahan penelitian penulis.
b. Pihak pihak industri jasa lainnya seperti, hotel, travel, dan restoran sebagai
informan sekunder yang dapat memberikan informasi mengenai
perkembanganMICE yang ada di Kota Solo.
c. Studi Dokumen
Studi dokumen merupakan metode pengumpulan data dari tempat
penelitian berupa buku maupun arsip yang diperoleh dari PHRI berupa data data
Hotel yang ada di Solo, data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta
yang berupa data Kunjungan wisatawan, data kegiatan MICE. Selain itu, data-data
dari artikel artikel yang berkaitan dengan judul penelitian, serta data data yang
diambil dari Internet.
d. Studi Pustaka
Studi Pustaka merupakan bahan pendukung sebagai pengunpulan data
untuk acuan pokok bahasan. Bahan sudi pustaka diperoleh dari perpustakaan
program studi D III UPW (Lab Tour ), Perpustakaan Sekolah Tinggi Pariwisata
4. Teknik Analisis Data
Setelah pengumpulan data, kemudian menganalisis data. Pada tahap ini
data dikumpulkan untuk menjawab permasalahan . Pada penelitian ini ditampilkan
penjabaran mengenai perkembangan MICE kota solo berdasarkan hasil observasi,
wawancara, studi pustaka dan dokumen lainnya yang mendukung penulisan
laporan tugas akhir ini.
G. Sistematika Penulisan Laporan
Laporan ini terdir dari empat ( 4 ) bab, setiap bab terdiri dari sub sub bab
disertai dengan penjelasan. Adapu penjelasan bab bab tersebut sebagai berikut :
Bab pertama bagian awal dalam proses penulisa tugas akhir yang berisi
latar belakang, perumusan masalah , tujuan masalah , manfaat penelitian , kajian
pustaka, metode penelitian, dan sistemtika penulisan laporan.
Bab kedua berisi tentang gambaran umum Kota Surakarta, meliputi
sejarah singkat kota Surakarta, pariwisata kota Surakarta yang meliputi profil
pariwisata, objek dan daya tarik serta jasa wisata, profil MICE kota Solo.
Bab ketiga berisi tentang latar belakang berkembangnya industri MICE,
pola pengembangan MICE yang dilakukan pemerintah Surakarta, dampak
perkembangan mice terhadap Industri jasa pariwisata lainnya serta strategi
pengembangan MICE.
Bab keempat merupakan prosess akhir dari penulisan laporan yang berisi
penutup dengan pembahasan berupa simpulan dan saran yang bermanfaat untuk
commit to user
BAB II
SEKILAS TENTANG SURAKARTA
DAN PROFIL PARIWISATA
A. Sejarah Singkat Kota Surakarta
Kota Surakarta diawali saat Kesultanan Mataram memindahkan
kedudukan raja dari Kartasura ke Desa Sala, di tepi Bengawan Solo. Keraton
Kasunanan Surakarta secara resmi mulai ditempati tanggal 17 Februari 1745.
Akibat perpecahan wilayah kerajaan, di Kota surakarta berdiri dua keraton yaitu
Kasunanan Surakarta dan Praja Mangkunegaran, dengan hal itu Kota Surakarta
menjadi dua bagian admiistratif. Kekuasaan politik kedua kerajaan ini dilikuidasi
setelah berdirinya Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Selama 10
bulan, Solo berstatus sebagai daerah setingkat provinsi, yang dikenal sebagai
Daerah Istimewa Surakarta ( DIS ), Karesidenan Surakarta.
Berkembang gerakan a ntimona rki di Surakarta serta kerusuhan,
penculikan, dan pembunuhan pejabat-pejabat DIS, maka pada tanggal 16 Juni
1945 pemerintah RI membubarkan DIS dan menghilangkan kekuasaan raja-raja
Kasunanan dan Mangkunagaran. Status Susuhunan Surakarta dan Adipati
Mangkunegara menjadi rakyat biasa di masyarakat dan Keraton diubah menjadi
pusat pengembangan seni dan budaya Jawa. Kemudian Solo ditetapkan menjadi
tempat kedudukan dari residen, yang membawahi Karesidenan Surakarta
(Residentie Soeraka rta) dengan luas daerah 5.677 km².
Karesidenan Surakarta terdiri dari daerah-daerah Kota Praja Surakarta,
Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukowati, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten
Sukoharjo, Kabupaten Klaten, Kabupaten Boyolali, sedangkan tanggal 16 Juni
diperingati sebagai hari jadi Kota Solo era modern. Setelah Karesidenan
Surakarta dihapuskan pada tanggal 4 Juli 1950, Surakarta menjadi kota di bawah
administrasi Provinsi Jawa Tengah.
Surakarta disebut juga Solo atau Sala, adalah kota yang terletak di provinsi
Jawa Tengah, Indonesia yang berpenduduk 503.421 jiwa (2010) dan kepadatan
penduduk 13.636/km2. Kota dengan luas 44 km2 , terletak di antara 110 45` 15" -
110 45` 35" Bujur Timur dan 70` 36" - 70` 56" Lintang Selatan dan berbatasan
dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di sebelah utara,
Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah timur dan barat, dan
Kabupaten Sukoharjo di sebelah selatan. Surakarta dibagi menjadi 5 kecamatan
yang masing dipimpin oleh seorang camat dan 51 kelurahan yang
masing-masing dipimpin oleh seorang lurah. Kelima kecamatan di Surakarta adalah :
Kecamatan Pasar Kliwon (57110): 9 kelurahan
Kecamatan Jebres (57120): 11 kelurahan
Kecamatan Banjarsari (57130): 13 kelurahan
Kecamatan Lawiyan (disebut juga Laweyan, 57140): 11 keluarhan
Kecamatan Serengan (57150): 7 kelurahan
memiliki semboyan "Berseri", akronim dari "Bersih, Sehat, Rapi, dan
Indah", sebagai slogan pemeliharaan keindahan kota. Untuk kepentingan
pemasaran pariwisata, slogan Solo The Spirit of J a va (Jiwanya Jawa) sebagai
commit to user
beberapa julukan Kota Batik, Kota Budaya, Kota Liwet. Penduduk Solo disebut
sebagai wong Solo. ( http://id.wikipedia.org/wiki/kota_Surakarta, diakses pada 10
Februari 2012 ).
B. Profil Pariwisata Kota Surakarta
Sesuai visi pemerintah kota Solo dengan Perda No. 10 Tahun 2001 yaitu
terwujudnya Solo sebagai Kota Budaya yang bertumpu pada potensi perdagangan,
Meningka tka n Keseja hteraa n
Masyara ka t da n Mema juka n Kota Dila ndasi Spirit Solo seba gai Kota Buda ya
Solo menjadi salah satu tujuan wisata utama tingkat nasional yang terkenal
dengan warisan budayanya yang unik. Kaya akan keindahan alam dan keramah
tamahan penduduknya. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang menunjang
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.
Banyak objek objek yang menjadi daya tarik di kota solo, dari objek
historian sampai wisata belanja. Keadaan Solo yang masih asri dan belum begitu
padat dijadikan sebagai tujuan utama wisatawan untuk berlibur atau berkunjung
ke kota ini. Tahun tahun sebelumnya kota Solo hanya sebagai tempat
persinggahan wisatawan yang berlibur dari Bali atau Jogja, dengan manajemen
pemerintahan yang lebih baik sekarang Solo menjadi first destina tion.
Komitmen pemerintah untuk meningkatkan pariwisata kota Solo banyak
komponen yang menunjang kebijakan pemerintah antara lain : pariwisata
bersejarah dan tradisional ( Kraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran ),
komponen kota Kota kolonial ( bangunan peninggalan kolonial Belanda ),
akomodasi yang menunjang kegiatan MICE seperti Hotel , Restoran /rumah
makan/ cafe / jasa boga , Pub / bar / diskotik, Bioskop , Biliard , Travel agent,
Event Organizer . Selain itu adanya sungai Bengawan Solo yang mempunyai
potensi besar dan sudah terkenal sampai mancanegara. Adanya kemudahaan
dalam sarana transportasi merupakan gerbang utama dalam meningkatkan jumlah
wisatawan yang berkunjung.
C. Sarana Transportasi Kota Surakarta
Solo memiliki sarana transportasi yang lengkap, dari terminal bus hingga
terminal udara. Untuk menujang perkembangan pariwisata dan kesejahtern
masyarakat, pemerintah Kota Solo menambah armada baru yaitu bus ( Batik
Solo Trans ) agar mempermudah masyarakat atau wisatawan berkunjung dari
tempat satu ke tempat lainnya. Selain itu dari jalur udara menambah rute baru
[image:34.595.120.503.240.712.2]isata , industri dan perdagangan.
Tabel 1. Data Penerbangan Maskapai Domestik
Maskapai
Frekuensi
Rute 2009 2010 2011 2012
Maret Garuda ndonesia
Lion Air Sri Wijaya Air Batavia Air Sky Avition Trigana Air Trigana Air IAT Air
3x / hari 2x / hari 3x / hari - - - - -
3x / hari 2x / hari 3x / hari 1x / hari - - - - 3x /hari 2x /hari 3x /hari 1x /hari 1x /hari - - -
4x / hari 4x / hari 3x / hari 1x / hari -
1x/minggu 1x/minggu 1x/minggu
commit to user
Sumber : Seminar Mahasiswa D3 Usaha Perjalanan Wisata UNS pada tanggal 4
[image:35.595.90.538.180.488.2]Mei 2012
Tabel 2. Data Penerbangan Maskapai Internasional
Maskapai
Frekuensi
Rute 2009 2010 2011 2012
Maret Garuda Indonesia
( haji ) Silk Air Asia Air 88 kloter 3x/ minggu 1x/ hari 88 kloter 3x/ minggu 1x/hari 91 kloter 3x/ minggu 1x/ hari 99 kloter 3x/ minggu 1x/ hari
Jeddah Solo Jeddah
Singapore Solo - Singapore Kualalumpur - Solo - kualalumpur
Sumber : Seminar Mahasiswa D3 Usaha Perjalanan Wisata UNS pada tanggal 4
Mei 2012
Berdasarkan tabel 1. Dan tabel 2. Diatas dapat diketahui tingkat kebutuhan
masyarakat untuk bepergian semakin tahun semakin meningkat. Hal itu menjadi
salah satu faktor kebijakan pemerintah kota Solo untuk lebih meningkatkan
kemudahan dalam melakukan perjalanan.
Selain penambahan rute perjalanan via udara, solo mempunyai alat
transportasi baru yaitu sepur kluthuk Jaladara dan bs tingkat Werkudara yang
menjadi salah satu daya tarik pariwisata kota Solo. Dan masih banyak lagi alat
transportasi lainnya, andong, becak, kereta api.
D . Objek Wisata di Surakarta
Kota Solo memiliki potensi besar dalam industri pariwisata yang patut
dikunjungi, mulai bangunan bersejarah, hingga wisata kuliner dan belanja. Tetapi
dalam hal ini, objek wisata di Surakarta pada khususnya masih sedikit diantaranya
Laweyan dan Kauman, Pasar Klewer, Pasar Antik Windujenar. Wisatawan yang
sering berkunjung ke Surakarta merasa bosan sebab wisata hanya seperti saja.
( wawancara dengan Bp. Budi Sartono pada tanggal 11 November 2012).
Untuk mengeksplor pariwisata Surakarta lebih menarik lagi pemerintah
Surakarta bekerjasama dengan Pemerintah Soloraya. Atraksi atraksi wisata
semakin bervariasi anatara lain : terdapat 6 wisata budaya yang menjadi unggulan
pariwisata Solo, Candi Cetho, Candi Sukuh, Keraton Kasunanan, Puro
Mangkunegaran, Makam Pandanaran dan Museum Manusia Purba dan Fosil
Sangiran. Wisata alam tersebar di Soloraya yang menjadi tempat pilihan bagi
masyarakat sekitar maupun wisatawan mancanegara.
Gunung Merapi, Merbabu, Selo Pass,Grojogan Sewu, Air Terjun Jumog,
Wisata Air Waduk Gajah Mungkur, Goa Goa Karang. Banyak wisata sebagai
minat khusus yang berkembang di Solo seperti Ramayana, Sentra Batik Kauman ,
Batik Laweyan, Pasar Klewer, Desa Wirun Sentra Pembuatan Gamelan. Objek
objek wisata yang menjadi daya tarik kota Solo tidak hanya berpusat di Solo,
tetapi tersebar di seluruh Soloraya yang sudah menjadi ikatan kerjasama semua
pihak untuk meningkatkan citra dan pariwisata kota Solo.
Kerjasama dengan semua pihak pemerintah Soloraya menjadi salah satu
alternatif yang dapat meningkatkan elektabilitas Surakarta khususnya dan
Soloraya pada umumnya. Hal ini membuktikan bahwa kegiatan pariwisata tidak
commit to user
E . Profil MICE Kota Solo
Kegiatan MICEsudah ada sejak zaman kerajaan, pertemuan merupakan
alat komunikasi untuk menyampaikan segala sesuatu yang menjadi permasalahan
dan untuk diselesaikan bersama. Seiring berkembangnya zaman MICE ditangani
oleh PCO/PEO orang yang mengatur segala sesuatu mengenai kegiatan yang akan
dilaksanakan. Di Solo kegiatan MICE mulai menggeliat pada tahun 2008,
bersamaan dengan Solo Batik Carnival ( SBC ) yang pertama. Melihat kebutuhan
orang untuk bertemu, bertukar pengalaman dan berdiskusi semakin meningkat
pemerintah kota Solo mulai melirik peluang ini untuk menjadikan Solo sebagai
destinasi MICE. Pada tahun 2009 kegiatan MICE yang bertaraf nasional maupun
internasional sudah diselenggarakan di hotel hotel yang mempunyai fasilitas
lengkap dan kapasitas yang memadai.
Untuk mendukung kebijakan pemerintah mengenai Solo sebagai destinasi
mice, segenap industri jasa lainnya bekerjasama guna mencapai tujuan kota Solo.
Pemerintah mulai memanfaatkan pariwisata kota Solo yang sudah mempunyai
branding sebagai kota budaya dengan mengadakan dan menambah event tahunan
yang menjadi Calender of Event. Hal itu menjadi strategi dan salah satu bahan
promosi untuk menarik wisatawan agar berkunjung. Banyaknya event tahunan
yang diselenggarakan membuat wisatawan untuk mengadakan kegiatan MICE
semakin bertambah.
Dari tahun ke tahun tingkat kujungan MICE semakin meningkat hal itu
terbukti bahwa kota Solo menduduki peringkat ke 6 tahun 2009 kota sebagai
destinasi MICE se Indonesia. Adapun tingkat kunjungan MICE yang ada di
Diagram 1. Upaya Pengembangan MICE di Solo
Sumber : Tugas Akhir Rindha Sari, Upaya Pengembangan MICE di Solo di Best Western Premier Hotel
Perkiraan kegiatan MICE tahun 2011 yang berlangsung di Best Western
Premier Hotel dihitung berdasarkan angka rata-rata jumlah kegiatan MICE per
minggu di tahun 2012 dikurangi 7%. Banyaknya peserta berkisar 30 500 orang
dan dibandingkan dengan jumlah tamu yang menginap di hotel tahun 2011 yang
85% adalah tamu MICE. Dengan meningkatkan kegiatan MICE di hotel. Kota
Solo dideklarasikan sebagai kota MICE gambaran bahwa hotel memberikan arti
penting dalam terselenggarakannya kegiatan MICE.
Meningkatnya kegiatan MICE di hotel Solo diimbangi dengan kota Solo
sebagai salah satu daerah tujuan MICE se-Indonesia. Hal itu terdapat pada tabel
berikut, antara lain 10 destinasi utama dan 4 destinasi potensial Indonesia :
16 12 28 32 24 28 14 8 20 24 7
562 944 3584
4096
2972 3384
494 296
2560 2672
559 Upaya Pengembangan MICE di SOLO
commit to user
Tabel 3. Data Daerah / Kota yang menjadi Tujuan MICE
No. Daerah / Kota Peringkat
1. Jakarta 1
2. Bali 2
3. Medan 3
4. Batam 4
5. Yogyakarta 5
6. Solo 6
7. Surabya 7
8. Padang Bukittinggi 8
9. Makasar 9
10. Manado 10
Daerah Potensial Peringkat
1. Mataram 1
2. Balikpapan 2
3. Bandung 3
4. Palembang 4
Sumber : GTZ, 2009
Berdasarkan tabel 3. di atas Departemen Pariwisata Indonesia menetapkan
10 daerah / kota destinasi MICE unggulan dan 4 kota sebagai destinasi MICE
potensial. Dengan demikian, terdapat 14 kota destinasi MICE yang menjadi
Jakarta menjadi peringkat pertama sebagai kota tujuan MICE dikarenakan
Jakarta menjadi ibukota negara dan industri jasa pendukung lainnya mempunyai
fasiitas yang memadai dan memenuhi standar MICE internasional. Peringkat
kedua adalah Bali, banyak wisatawan mancanegara yang mengenal Bali sejak
dulu, dikarenakan Bali memiliki brand natural equity objek wisata yang khas dan
exotic wisatawan lebih mengenal Bali dibandingkan Indonesia.
Yogyakarta dan Solo merupakan daerah/ kota yang serumpun berasal dari
kerajaan mataram islam, sehingga Solo dan Jogja memiliki banyak kemiripan.
Baik dari segi budaya maupun pariwisatanya. Dari tabel diatas terlihat bahwa
peringkat 5 6 Jogja dan Solo, hal itu membuktikan bahwa Solo mempunyai
peluang besar untuk menjadi kota tujuan MICE dengan potensi yang sangat besar.
Adapun potensi yang dimiliki kota Solo antara lain :
a. Komitmen pemerintah untuk meningkatkan pariwisata kota Solo
b. Komponen pariwisata bersejarah dan tradisional ( Kraton Kasunanan dan
Pura Mangkunegaran ), komponen kota Kota kolonial ( bangunan
peninggalan kolonial Belanda ), komponen kota bercorak etnis Arab dan
Cina.
c. Letak geografis kota Solo sangat strategis se ig
Solo, dan Semarang.
commit to user
Tabel 4. Sarana dan Fasilitas Penunjang Pariwisata Solo
No . Penyedia jasa Jumlah
1. Hotel
- Bintang
- Melati
- Homestay
24
114
10
2. Restoran / cafe / jasa boga / rumah
makan
207
3. Travel agent 63
4. Event organizer 15
5. Pub / Bar / Diskotik 6
6. Billiard 12
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta
Tabel diatas memperlihatkan bahwa Surakarta mempunyai sarana dan
fasilitas yang memadai untuk kegiatan wisata. Selain itu keberadaan sarana dan
[image:41.595.123.498.138.498.2]commit to user
BAB III
PERAN MICE TERHADAP PERKEMBANGAN PARIWISATA
SURAKARTA
A . Latar Belakang Berkembangnya Industri MICE
Meetings, Incentives, Conventions and Exhibitions (MICE) dalam industri
pariwisata masih tergolong baru, akan tetapi perkembangannya sangat signifikan.
MICE bermula dari Amerika pada tahun 1960-an yang ditandai dengan semakin
meningkatnya kebutuhan orang untuk saling bertemu, berdiskusi, bertukar
pikiran dan pengalaman. Pada dasawarsa 90-an, MICE telah menjadi bagian
penting dalam perkembangan kepariwisataan di Tanah Air. Pesatnya
perkembangan ini seiring dengan semakin terbukanya perdagangan internasional
dan berkembangnya teknologi informasi dan transportasi.
Wisata MICE terdiri atas empat pokok kegiatan utama yaitu pertemuan
(meetings), insentif (incentives), konvensi (conventions) dan pameran
(exhibitions). Keempat jenis kegiatan itu merupakan usaha untuk memberi jasa
pelayanan bagi suatu pertemuan sekelompok orang (para pelaku bisnis,
cendekiawan, para eksekutif pemerintah maupun swasta) untuk membahas
berbagai masalah berkaitan dengan kepentingan bersama termasuk juga
memamerkan produk-produk bisnis.
Bagi Indonesia kehidupan berserikat dan berkumpul sudah ada sejak
zaman kerajaan. Secara historis momen terpenting munculnya MICE adalah
diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955 kemudian
commit to user
disusul dengan berlangsungnya kegiatan Genefo (Games of the New Emerging
Forces) tahun 1960, Konferensi PATA tahun 1963 dan 1974 menyusul kemudian
OPEC di Bali dan KTT APEC di Bogor tahun 1995, dan diselengarakanya
UNFCC di Nusa Dua, Desember 2007. Di level Internasional Indonesia masuk
dalam deretan tiga besar sebagai daerah tujuan wisata MICE di Asia Tenggara dan
menempati urutan ke-5 di Asia Tenggara atau ke-45 di dunia. Sebelum terjadi
krisis tahun 1997, industri MICE sempat mengalami pertumbuhan yang luar biasa
pesatnya.
Pada tahun 1995 tercatat ada 991 kegiatan meeting dengan jumlah peserta
165.572 orang. Setelah krisis dan ancaman keamanan dalam negeri yang tidak
kunjung stabil, wisata konvensi mengalami penurunan drastis. Pada tahun 2004
dari 5.321.000 wisatawan, hanya 22.693 (0,43%) orang yang tercatat sebagai
wisata konvensi, dan tahun 2005 sebesar 67.147 (1, 34 %) dari total kunjungan
wisatawan sebesar 5.002.101 orang (sumber da ta: GTZ 2009). Berkaitan dengan
hal tersebut pemerintah telah mengeluarkan arah dan kebijakan pengembangan
industri MICE, potensi penyelenggaraan/ perkembangan MICE di Indonesia serta
peran penerbangan sebagai pendukung industri MICE di Indonesia yang nantinya
dapat diharapkan akan terjalin komunikasi dan kerjasama antar stakeholders.
Solo sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia yang
menetapkan diri sebagai kota MICE. Memiliki potensi besar dalam bisnis MICE,
mengingat pertumbuhan ekonomi yang mantap, peningkatan tren pariwisata, serta
keberhasilan dalam pencitraan kota Solo. Embrio sebagai destinasi wisata MICE
World Heritage Cities Conference ( 2008 ), Asia-Pasific Ministerial Conference
Housing and Urban Development/ APMCHUD( 2010 ), Internasional Conference
of Child Friendly Aisa-Pasific (2011), Asian Parliamentary Assemblyb/APA
(2011), ASEAN Para Games (2011), ASEAN 67th Coordinating Committee on
Services/ CCS (2012), Musyawarah Nasional APEKSI, Festival Musik Etnik
(SIEM), International Performing Art Mart (IPAM), Solo Batik Carnival dan
beberapa event lainnya terkait dengan wisata, seni dan budaya (sumber : Booklet
BPPIS Solo ).
Dengan pencitraan ini, stakeho lder pariwisata di wilayah Solo saling
bekerjasama guna mengembangkan wisata MICE. Di Solo sendiri MICE mulai
terdengar pada tahun 2003 dengan adanya pameran dan 2008 beriringan dengan
diadakannya SBC yang pertama. Pemerintah melihat Solo mempunyai peluang
yang sangat besar dalam Industri MICE sehingga mulai mempromosikan Solo
sebagai destiasi MICE yang merupakan bagian integral yang tidak dapat
dipisahkan dari usaha jasa konvensi, perjalanan insentif, dan pameran dalam suatu
rangkaian kegiatan pelayanan bagi pertemuan/berkumpulnya orang-orang atau
sekelompok orang pada suatu tempat yang terkondisikan oleh suatu permasalahan,
pembahasan atau kepentingan bersama.
Meeting merupakan rapat/pertemuan sekelompok orang yang tergabung
dalam suatu asosiasi, perusahaan yang memiliki kesamaan minat dengan tujuan
dan kepentingan pembahasan suatu permasalahan bersama. Sedangkan Incentives
suatu kegiatan perjalanan yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan untuk para
commit to user
berkaitan dengan penyelengaraan konvensi yang membahas perkembangan
kegiatan perusahaan yang bersangkutan dan atau kegiatan pameran.
Ketiga, conventions. Pertemuan sekelompok orang (negarawan, usahawan,
cendekiawan, profesional dan sebagainya) untuk membahas masalah-masalah
yang berkaitan dengan kepentingan bersama dan biasanya dalam jumlah peserta
yang besar. Dan exhibition murupakan suatu bentuk kegiatan mempertunjukkan,
memperagakan, memperkenalkan, mempromosikan dan menyebarluaskan
informasi hasil produksi barang/jasa maupun informasi visual di suatu tempat
tertentu dalam jangka waktu tertentu untuk disaksikan secara langsung oleh
masyarakat untuk meningkatkan penjualan, memperluas pasar dan mencari
hubungan dagang.
Penyelenggaraan kegiatan MICE melibatkan banyak pihak yang bergerak
dibidang jasa maupun industri lainnya seperti pemasok bahan makanan sampai
industri properti. Dengan banyaknya kegiatan MICE yang berlangsung
berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi Kota Solo. Dampak yang
dihasilkan luas sehingga semua pihak dapat merasakan perubahan dan
perkembangan yang terjadi. Hotel merupakan salah satu pihak yang merasakan
dampak dari penyelenggaran kegiatan MICE, mulai dari venue meeting hingga
makan dan minum sudah menjadi satu paket yang praktis. Dalam perhitungan
bisnis, penyelenggaran kegiatan MICE di Solo terhitung lebih murah dibanding
dengan kota kota lain dan murah tidak berarti murahan sebab Solo layak
menjadi tujuan MICE Indonesia. ( wawancara dengan Bpk. Daryono pada tanggal
Seiring berjalannya waktu dari tahun ke tahun wisata MICE Solo
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Akan tetapi perkembangan MICE
di wilayah Solo terdapat permasalahan yang mendasar yang menghambat upaya
pengembangan wisata konvensi salah satu permasalahan utama adalah pengolahan
data base mengenai banyaknya kegiatan MICE yang diselenggarakan di hotel
hotel belum maksimal.
Kajian data kegiatan MICE Solo merupakan aktivitas untuk menyediakan
informasi mengenai kajian pasar wisata MICE serta sebagai bahan untuk
perencanaan pengembangan dan kegiatan monitoring yang direncanakan oleh para
pemangku kepentingan untuk mengetahui sejauh mana tren wisata MICE di masa
depan (baik secara nasional mau pun internasional). Kebutuhan pasar MICE, latar
belakang serta strategi pemasaran sebagai acuan dalam pengembangan MICE di
wilayah Solo Raya (wa wancara denga n Bp. Da ryono selaku pimpina n Sinergi
Mana gement pa da 10 Nov 2012).
Perkembangan kegiatan MICE di Kota solo tidak kalah dengan kota kota
besar seperti Bali, Jakarta dan Bandung beberapa hal yang melatarbelakangi
berkembangnya MICE Kota Solo anatara lain aksesibilitas, Sumber daya
manusianya, fasilitas pendukung, daya tarik dan citra daerah yang membuat kota
Solo berbeda dengan kota lain.
1. Aksesibilitas
Aksesibilitas merupakan sarana untuk mempermudah mencapai daerah
tujuan wisata. Tersedianya transportasi untuk menuju ke daerah tersebut, jarak
commit to user
Kemudahan aksesibilitas kota menjadi point penting bagi kelancaran roda
perekonomian masayarakat. Solo memiliki sarana transportasi yang lengkap, dari
terminal bus hingga terminal udara. Melalui jalan darat 2 jam dari Yogyakarta, 3
jam dari Semarang dan 7 jam dari Surabaya. Jalan-jalan masuk ke wilayah Solo
pada umumnya dalam kondisi yang baik, tapi dipadati oleh kendaraan-kendaraan
pengangkut barang sperti truk, pick-up dan juga sepeda motor.
Perjalanan melalui jalan darat masih dianggap menyita waktu. Dengan
kereta api: jalur kereta api sebelah selatan yang menghubungkan Jakarta dan
Surabaya melalui wilayah Solo 8 jam dari Jakarta, 4 jam dari Surabaya, 1 jam dari
Yogyakarta. Masih terdapat jalur tambahan kereta api pulang-pergi yang
menghubungkan Solo Yogyakarta.
Melalui udara: Bandara Internasional Adisumarmo yang berada di luar
kota Solo mempunyai jalur hubungan dengan Jakarta Garuda dan Lion Air 4 kali
perhari, Sriwijaya Air 1 kali perhari dan Batavia Air sekali per hari, Jalur
internasional ke Singapore dilayani oleh Silk Air dan ke Kuala Lumpur oleh Air
Asia 3 kali perhari(wa wa nca ra dengan Putri Da sa ini, Sta f Aba di Tour & Tra vel).
Untuk transportasi menujang perkembangan pariwisata dan kesejahteran
masyarakat, pemerintah Kota Solo menambah armada baru yaitu bus ( Batik Solo
Trans ) agar mempermudah mayarakat atau wisatawan berkunjung dari tempat
satu ke tempat lainnya.
Selain itu dari jalur udara menambah rute baru yaitu sebagai gerbang
gi
kegiatan pariwisata , industri dan perdagangan. Lengkapnya armada angkutan
keindahan kota Solo. Mulai dari becak, andong, bus, taksi, kereta api, pesawat
udara, dll mampau memberikan pelayanan baik bagi wisatawan. Letak Solo
sangat strategis yaitu berada di segitiga emas Semarang dan Jogja, Selain itu
mempunyai alat transportasi yang lengkap, infrastruktur dan kondisi jalan cukup
bagus.
2. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia sebagai pokok penggerak roda perindustrian dan
ekonomi. Solo melahirkan banyak orang berprestasi dan berpotensi dalam dunia
bisnis. Sumber Daya Manusia yang siap dan mapan mampu mengubah Solo
menjadi pusat perekonomian Soloraya yang lebih baik. Dengan berkembangnnya
industri MICE di kota Solo berdampak pada semua lini perekonomian mulai dari
pemasok makanan hingga industri properti. Akan tetapi, Perkembangan bisnis
pariwisata tujuan Meeting, Incentive, Convention and Exhibition (MICE) tidak
diimbangi dengan cukupnya ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
kompeten. (hasil wawancara dengan Bp. Daryono)
Untuk meningkatkan MICE Solo semua pihak SDM perlu mendapatkan
pelatihan dan pengarahan tentang kebijakan pemerintah mengenai Solo sebagai
salah satu destinasi MICE. Seperti Biro Perjalanan Wisata, Event Organizer,
Hotel gerbang utama yang mempunyai peran mendatangkan wisatawan. Dengan
adanya pelatiahan dan sertifikasi terhadap tenaga kerja parwisata khususnya
commit to user
Keberadaan sertifikasi menjadi jawaban atas Peraturan Pemerintah (PP)
No 52/2012. Di dalam aturan ini disebutkan, baik hotel, professional conference
organiser (PCO), event organiser (EO) hingga penyelenggara pameran harus
mempekerjakan setidaknya satu karyawan yang telah bersertifikat MICE. (Suara
Merdeka, 10 Januari 2013). Selain itu, Masyarakat Surakarta yang terkenal
dengan orangnya yang ramah dan sopan santun dengan modal tersebut lebih
dikembangan dengan cara memberi pengetahuan tentang arti penting pariwisata
yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
3. Fasilitas
Hotel merupakan fasilitas pokok dalam mendukung terselenggarakannya
kegiatan MICE. Para pelaku MICE biasa menggunakan ballroom ballroom hotel
untuk kegiatan Meeting, Conference maupun Exhibiton fasilitas yang lengkap
menjadi salah satu pilihan dan bahan pertimbangan. Tidak hanya ballroom untuk
kegiatan pokok tetapi juga tersedia kamar tidur dan restoran yang menjadi satu
paket praktis dan mempermudah serta memperlancar jalannya acara. Hotel hotel
di Solo mempunyai venue yang luas mampu menampung ribuan orang dengan
fasilitas dan pelayanan yang baik.
Venue MICE Solo mempunyai hotel dengan fasilitas yang memadai, tetapi
Solo membutuhkan convention hall untuk menyelenggarakan acara MICE yang
berskala besar dan convention hall menjadi satu kendala untuk meningkatkan
perkembangan MICE solo. Exhition dan conference lebih mudah diselenggarakan
dan memadai. Dengan segala fasilitas yang memadai Solo mampu bersaing
[image:50.595.137.496.213.623.2]dengan kota kota besar di Indonesia
Tabel 5. Banyaknya Hotel dan Jumlah Kamar Menurut Klasifikasi
di Kota Surakarta Tahun 2009 2011
No Kasifikasi 2009 2010 2011
Hotel Kamar Hotel Kamar Hotel Kamar
1 Hotel bintang 5 - - - - 1 138
2 Hotel bintang 4 4 481 4 481 5 778
3 Hotel bintang 3 6 197 6 197 8 563
4 Hotel bintang 2 8 78 8 78 6 886
5 Hotel bintang 1 5 176 5 176 4 137
6 Hotel melati 3 23 657 23 657 -
-7 Hotel melati 2 48 916 48 916 110 2.999
8 Hotel melati 1 42 562 42 562 -
-9 Blm teridentifiksi 8 73 8 73 4 42
10 Pondok wisata - - - - 10 83
Jumlah 144 3.135 144 3.135 148 4.926
Sumber : BPS Kota Surakarta
Untuk menyelenggarakan MICE di suatu kota ketersediaan prasarana
pendukung wajib mengimbangi kebutuhan kegiatan MICE. Solo mempunyai
banyak hotel untuk keperluan Meeting, terdapat 24 hotel bintang dengan jumlah
commit to user
wisata dengan kapasitas 83 kamar. Dari data diatas dapat dilihat Solo mampu
untuk menyelenggarakan konferensi besar dan layak disebut sebagai kota tujuan
MICE. Adapun beberapa hotel yang mempunyai fasilitas dan memadai untuk
[image:51.595.164.430.234.620.2]kegiatan meeting.
Tabel 6. Hotel berskala Internasional untuk Meeting
No Nama Hotel Kapsitas persons
1 Best Western Premier 730
2 The Sunan 2800
3 Novotel 750
4 Ibis 80
5 Sahid Jaya 600
6 Indah Palace 1000
7 Lor In Business Resort 1000
8 Paragon 1500
9 Agas 170
10 Fave 200
11 Riyadi Palace 125
12 Kusuma Sahid Prince 400
Sumber : Booklet BPPIS Solo
Berdasar tabel 6. Diatas menunjukan bahwa Solo mempunyai hotel hotel
kelas internasional yang mampu menampung ribuan orang untuk acara MICE.
Venue venue yang ditawarkan sangat beragam dan terpenting pelayanan serta
mampu bersaing dengan kota lain, selain venue berskala internasional harga yang
ditawarkan relatif lebiih murah dibanding dengan kota lain yang menjadi
destinasi.
Infrastrukur yang memadai salah satu faktor pendukung
terselenggarakannya kegiatan wisata maupun MICE di suatu daerah. Kondisi jalan
yang bagus, aparatur pemerintah, keamanan kota menjadi bahan pertimbangan
pelaku wisata untuk berkunjung di suatu tempat. Solo mampu menyediakan
permintaan pelaku MICE mulai dari kondisi jalan yang baik hingga keamanan.
Baru baru ini kondisi keamanan Solo kurang stabil, banyak teror bom dan
kerusuhan massa yang dapat menghambat tingkat kunjungan wisatawan. Hal itu
tidak menyurutkan promosi pariwisata dan MICE kepada dunia terlihat
peningkatan kegiatan meeting berskala Nasional maupun Internasional di hotel
hotel pada awal tahun 2012.
4. Potensi dan daya tarik
Potensi dan daya tarik objek wisata merupakan salah satu unsur pokok
dalam pembangunan kepariwisataan di samping unsur-unsur yang lainnya seperti:
akomodasi, restoran, usaha jasa perjalanan, dan lainnya, tetapi objek wisata dan
atraksi budaya menjadi salah satu faktor pendukung ( optional tour ) kegiatan
MICE. Potensi daya tarik suatu objek wisata adalah suatu sifat yang dimiliki oleh
suatu objek berupa keunikan, keaslian, kelangkaan, atau lain dari pada yang lain
memiliki sifat yang menimbulkan semangat dan nilai bagi wisatawan. Suatu
tempat atau keadaan alam yang sangat menarik pasti sangat dinikmati oleh
commit to user
Objek wisata yang mempunyai potensi dan daya tarik wisata yang baik
harus terus dibangun dan dikembangkan, sehingga mempunyai daya tarik agar
wisatawan puas terhadap objek wisata yang dikunjunginya. Berbagai objek
wisata ada di kota Solo mulai wisata sejarah hingga wisata belanja, untuk wisata
sejarah Solo mempunyai Keraton Kasunanan, Puro Mangkunegaran, Sangiran.
Solo terkenal sebagai kota batik sehingga banyak wisata belanja yang
meningkatkan citra kota seperti PGS, pasar Klewer, Batik Danar Hadi, Batik
Laweyan dan pusat oleh oleh lainnya. Kegiatan wisata pre/post conference biasa
peserta MICE menyertakan anak dan istrinya disaat peserta mengikuti meeting
[image:53.595.127.498.237.723.2]anak dan istri berwisata dan berbelanja.
Tabel 7. Atraksi Budaya Kota Solo Tahun 2012
No . Atraksi Budaya Tanggal 1. Grebek Sudiro Pasar Gede 15 Januari
2. Sekaten 30 Januari 5 Februari , Alun alun Kraton Surakarta 3. Grebek Mulud Kraton Surakarta 5 Februari
4. Festival Ketoprak Balekambang 17 21 Februari
5. Solo Karnaval 18 Februari
6.
Gunungan Charity boat race Bengawan Solo
19 Maret
7. Mahesa Lawung Kraton Surakarta 22 Maret
9. Solo Menari 29 April
12. SIEM 4 8 Juli 13. Solo Batik Fashion 13 16 Juli 14. Pentas Wayang Orang Gabungan 19 22 Juli 15. Malam selikuran 8 Agustus
16. Grebeg Poso 9 Agustus
17. Solo Internasional Performing Art 28 30 September 18. Kirap Apem Sewu 11 November 19. Bengawan Solo Gethek Festival 11 November 20. Kirap Malam 1 Suro 15 November
[image:54.595.126.496.103.485.2]Sumber : kalender of event Surakarta, 2012
Tabel 7. Sederet atraksi budaya kota Solo yang terangkum dalam calender
of event Solo yang mempunyai nilai plus untuk mensugesti wisatawan. Dari
kalender event, wisatawan atau para pelaku MICE bisa menyesuaikan diri kapan
waktu yang tepat berkunjung ke Solo agar bisa melihat keindahan seni dan atraksi
budaya yang disuguhkan. Seiring berkembangnya zaman kegiatan MICE tidak
hanya meeting semata, melainkan para pelaku mice meluangkan waktu untuk
menikmati pariwisata setempat dan menetap untuk beberapa waktu. Atraksi
budaya mempunyai pengaruh besar terhadap pariwisata di suatu daerah, yang
dapat meningkatkan PAD dan mempengaruhi tingkat hunian hotel. Wisatawan
yang berkunjung