commit to user
iii
HAMBATAN DALAM SISTEM PEMUNGUTAN KAS PAJAK HOTEL
SEBAGAI AKIBAT DARI OTONOMI DAERAH
STUDI KASUS PADA DPPKA KOTA SURAKARTA
TUGAS AKHIR
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Akuntansi
Oleh :
MOCH. IQBAL SANY
NIM F3309072
PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
iv
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tugas Akhir dengan judul “HAMBATAN DALAM SISTEM PEMUNGUTAN
KAS PAJAK HOTEL SEBAGAI AKIBAT DARI OTONOMI DAERAH
(STUDI KASUS PADA DPPKA KOTA SURAKARTA)“ telah disetujui oleh
Dosen Pembimbing untuk diujikan guna mencapai derajat Ahli Madya Program
Studi DIII Akuntansi FE UNS
Surakarta, Agustus 2012
Disetujui dan diterima oleh,
Pembimbing
commit to user
v
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji Tugas Akhir Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
syarat-syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Akuntansi
Nama : Moch Iqbal Sany
NIM : F3309072
Judul Tugas Akhir : Hambatan Dalam Sistem Pemungutan Kas Pajak Hotel
Sebagai Akibat Dari Otonomi Daerah (Studi Kasus Pada
DPPKA Kota Surakarta)
Surakarta, Agustus 2012
Tim Penguji Tugas Akhir
1. Drs. Agus Budiatmanto, M.Si., Ak. (……….)
NIP. 195912161990031001
Penguji
2. Christiyaningsih Budiwati, SE.,MSi., Ak. (………)
NIP. 197511032000122001
commit to user
vi MOTTO
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
(QS. Alam Nasyroh: 5)
“Laa yukallifullaahu nafsan ilaa wus’ahaa”,
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya”.
(QS. Al-Baqarah:286)
Jangan berputus asa dalam mencari Ilmu bila Ilmu yang dicari itu tidak mau
masuk kedalam sanubari, tapi bersabarlah,karena air yang lembut itu
apabila menitis keatas sebiji batu yang besar secara berterusan, batu itu
pasti akan mempunyai lekuk.
(Penulis).
PERSEMBAHAN
karya ini penulis persembahkan untuk:
1. Almighty Allah SWT.
2. Mami dan Papiku.
3. Adikku, Fa’i dan Faza.
4. Sahabat-sahabatku yang selalu
menemaniku dalam suka dan duka.
5. Almamaterku
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirobbil’alamin. Segala Puji dan Syukur Penulis panjatkan
kehadiran Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya serta ridho-Nya,
sehingga Tugas Akhir dengan judul “HAMBATAN DALAM SISTEM
PEMUNGUTAN KAS PAJAK HOTEL SEBAGAI AKIBAT DARI OTONOMI
DAERAH STUDI KASUS PADA DPPKA KOTA SURAKARTA “ dapat
terselesaikan dengan baik.
Penyusunan Tugas Akhir ini bertujuan untuk melengkapi dan memenuhi
persyaratan guna memperoleh gelar Ahli Madya Akuntansi Keuangan jurusan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini Penulis mendapat bimbingan, petunjuk
dan bantuan serta dukungan dari berbagai pihak sehingga Tugas Akhir ini dapat
Penulis selesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu dengan segenap cinta dan
ketulusan batin, Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. The Almighty Allah SWT, Engkau Maha Pengasih dan Maha Penolong.
2. Bapak Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.Si., selaku Rektor Universitas Sebelas
Maret
3. Bapak Dr. Wisnu Untoro, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret.
4. Bapak Drs. Agus Budiatmanto, M.Si., Ak. Selaku Ketua Prodi DIII Akuntansi
commit to user
viii
5. Ibu Christiyaningsih Budiwati, SE.,MSi., Ak. Selaku Dosen Pembimbing
Tugas Akhir yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada
Penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
6. Bapak Drs. AG. Agung Hendratno.,Msi. Selaku Kepala Bidang DAFDA &
Dokumentasi DPPKA Surakarta, karena telah memberikan ijin untuk magang
kerja di bidang DAFDA & Dokumentasi DPPKA Surakarta dan atas
bimbingan serta pengarahannya selama magang kerja kepada Penulis.
7. Bapak Sumitro, S.Sos selaku Staf Seksi Pendaftaran dan Pendataan DPPKA
Surakarta yang bersedia memberikan bimbingan dan pengarahan dengan
penuh kesabaran.
8. Seluruh Karyawan DAFDA & Dokumentasi, atas bantuannya Penulis
mengucapkan banyak terimaksih.
9. Bapak Sutaryo, SE, Msi, Ak. Selaku dosen yang bersedia memberikan
bimbingan dan konsultasinya.
10.Seluruh Staf Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada Penulis.
11.Mami dan Papi tersayang dan tercinta, terima kasih atas segala cinta dan kasih
sayangnya, perhatian, dan pengorbanan yang selama ini engkau berdua
berikan secara moril dan materiil, serta doa engkau berdua yang luar biasa dan
takkan pernah putus. Engkau adalah teladan hidupku.
12.Adik-adiku Faikar dan Faza yang selalu mendukung. Terima kasih atas kasih
sayang, perhatian, kerukunan, dan canda tawanya. Semoga kita tetap bersatu
commit to user
ix
13.Teman-teman terbaikku sepanjang masa : Lusiana, Icha, Logam, Iphan,
Fanda, Kaendah. Semoga kita bersahabat selamanya, sampai jumpa dalam
sebuah masa depan dan kesuksesanmu kawan. I love you and I miss you!!!!
14.Dua teman spesial kongkow2, Saif Prambors dan Leon PTPN
15.Teman-teman Liason Officer (LO): Leonnore, Saif, Dhamar, Galih, Khakim,
Satriyo, Yustian, dan teman-teman sekelas lainnya Haris, Gunawan, Heru,
Husein. Semoga kita selalu kompak dan setia dalam suka dan duka. Keep your
spirit, Move On…..Friends!!!!
16.Teman-teman magang Balai Kota dan teman-teman DIII Akuntansi ABC
2009 yang selalu kompak dan rajin. We are the best!!!.
17.Dan semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, Penulis
ucapkan banyak terimakasih
Tiada balasan lebih yang dapat Penulis berikan selain ucapan terimakasih dan
do’a atas seluruh bantuan, dukungan, nasehat, bimbingan dan do’a restu yang
telah diberikan dengan tulus kepada Penulis. Semoga Allah SWT membalas
dengan kebaikan yang berlipat. Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir
ini masih jauh dari sempurna, maka dengan terbuka Penulis menerima saran dan
kritik demi kesempurnaan penulisan Tugas akhir ini.
Akhir kata Penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi
Pembaca pada khususnya dan Masyarakat pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Surakarta, 2012
commit to user
x DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. GAMBARAN UMUM DPPKA SURAKARTA 1. Fungsi dan Tugas Pokok DPPKA Kota Surakarta ... 1
2. Struktur Organisasi DPPKA Kota Surakarta ... 4
3. Deskripsi Divisi/Bidang DPPKA Kota Surakarta ... 7
4. Rencana Stratejik DPPKA Kota Surakarta ... 14
B. LATAR BELAKANG MASALAH ... 17
C. PERUMUSAN MASALAH ... 23
D. TUJUAN PENELITIAN ... 24
commit to user
xi
BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Pajak ... 26
2. Pajak Menurut Lembaga Pemungutnya ... 31
3. Pengertian Pajak Daerah ... 32
4. Jenis-jenis Pajak Daerah ... 34
5. Tujuan Pajak Daerah ... 35
6. Fungsi Pajak Daerah ... 35
7. Landasan Hukum Pajak Daerah ... 36
8. Syarat-syarat Pemungutan Pajak ... 37
9. Sistem Pemungutan Pajak ... 39
10. Pengertian Hotel ... 43
11. Pengertian Pajak Hotel ... 43
12. Nama ... 46
13. Subjek Pajak Hotel ... 46
14. Wajib Pajak Hotel ... 46
15. Objek Pajak Hotel ... 46
16. Dasar Pengenaan Pajak Hotel ... 47
17. Tarif Pajak Hotel ... 48
18. Cara Penghitungan Pajak Hotel ... 49
19. Masa Pajak, Tahun Pajak, Saat Terutang Pajak dan Wilayah Pemungutan Pajak ... 49
commit to user
xii
21. Pengertian Sistem ... 52
22. Pengertian Pemungutan Pajak ... 53
23. Pengertian Kas ... 53
24. Klasifikasi Hotel/Penginapan ... 54
25. Pengertian Otonomi Daerah ... 56
26. Surat Pemberitahuan Pajak daerah (SPTPD) ... 56
27. Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) ... 56
28. Surat Ketetapan Pajak daerah (SKPD) ... 56
29. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB) ... 57
30. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT) ... 57
31. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN)... 57
32. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB) ... 57
33. Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) ... 57
34. Surat Keputusan Pembetulan ... 57
35. Surat Keputusan Keberatan ... 58
36. Putusan Banding ... 58
B. PEMBAHASAN 1. Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem Pemungutan Kas Pajak Hotel pada DPPKA Kota Surakarta ... 58
commit to user
xiii
3. Hambatan dalam Sistem Pembayaran Kas Pajak Hotel
Bagi Wajib Pajak Hotel Kota Surakarta ... 73
4. Upaya dalam Mengatasi Hambatan dalam Sistem Pemungutan
Kas Pajak Hotel... 76
BAB III TEMUAN
A. KELEBIHAN ... 78
B. KELEMAHAN ... 81
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN ... 82
B. SARAN ... 82
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
xiv DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
I.1. Jumlah Pegawai DPPKA Berdasarkan Jabatan ... 13
I.2. Jumlah Pegawai DPPKA Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 13
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Pernyataan
2. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD)
3. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD)
4. Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD)
commit to user
ABSTRAK
HAMBATAN DALAM SISTEM PEMUNGUTAN KAS PAJAK HOTEL SEBAGAI AKIBAT DARI OTONOMI DAERAH
STUDI KASUS PADA DPPKA KOTA SURAKARTA
MOCH IQBAL SANY F3309072
Penelitian dalam rangka penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hambatan dalam proses pemungutan pajak hotel dan bagaimana upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta (DPPKA) terhadap masalah tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut, penulis melakukan pengumpulan data antara lain metode wawancara, metode dokumentasi. Metode wawancara dilakukan wawancara terhadap petugas pelaksana pemungut kas pajak hotel (karyawan DPPKA) dan Wajib Pajak Hotel di Kota Surakarta. Metode dokumentasi penulis mencari informasi dari buku, jurnal, dan sumber-sumber lain yang dapat mendukung. Sedangkan metode studi pustaka, penulis mempelajari peraturan perundang-undangan dan peraturan daerah yang berkaitan dengan pajak hotel.
Berdasarkan penelitian ini, penulis menemukan hambatan-hambatan yang menjadikan menurunnya respon para wajib pajak dalam menyetorkan pajak hotel di DPPKA Kota Surakarta. Penulis membaginya menjadi dua bentuk hambatan yaitu, hambatan internal antara lain tidak dilaksanakannya audit secara terus-menerus, tidak terkoordinir secara baik mengenai sosialisasi dan penyuluhan peraturan pajak daerah. Kemudian hambatan eksternal yaitu perlawanan aktif dan perlawanan pasif seperti kurangnya kesadaran masyarakat, perkembangan intelektual dan moral masyarakat, selain itu sistem perpajakan yang sulit
dipahami. Selain itu penerapan sistem pemungutan full self assessment system
juga berpengaruh besar dalam pemungutas kas pajak hotel.
Mengingat kontribusi pajak hotel yang cukup besar terhadap penerimaan sektor pajak, penulis menyarankan, sudah selayaknya terus-menerus dilakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pajak, agar pajak hotel dapat maksimal dan terus
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
commit to user
ABSTRACT
HAMBATAN DALAM SISTEM PEMUNGUTAN KAS PAJAK HOTEL SEBAGAI AKIBAT DARI OTONOMI DAERAH
STUDI KASUS PADA DPPKA KOTA SURAKARTA
MOCH IQBAL SANY F3309072
The objective of this research is to find out how obstacle in the collecting of cash hotel process, and how the effort of DPPKA for handling this obstacle. To reach that purpose, the writer do the data collecting such as interview method and documentation method. To do the Interview method, the writer interviewed some collected cash hotel tax staff (DPPKA staff) and tax payer in Surakarta. For Documentation Method, the writer find an information from some sources which support to finish this research. Meanwhile, for the library study method, writer learn the rules of law and also local rules which has a relation with the hotel tax.
Based on this research, the writer find the obstacle that cause responsibility decrease of tax payer to pay the tax in DPPKA Surakarta.The writer divided this obstacles into two parts, first, the internal obstacle problem, which is careless of audit in continous, and careless of socialism coordinate about local tax rules. Then, the external obstacle problem such as active fight and passive fight, like the less of public obligation, intellectual improving, and public morality, in addition
of it, such as tax payment system that hard to understood. Beside it, the full self
assessment system also has a big influence in tax hotel payment.
Remember the contribution of hotel tax which make an acceptance income of local tax is big enough, the writer suggest, it should be continue to do the intensification and extensification of tax, in order that the hotel tax can do the maximum, and always has the improvement for years later.
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. GAMBARAN UMUM DPPKA SURAKARTA
1. Fungsi dan Tugas Pokok DPPKA Surakarta
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA)
merupakan salah satu dinas daerah yang mempunyai tugas pokok
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendapatan pengelolaan
keuangan dan asset.
Pendapatan yang menjadi kewenangan pengelolaan Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset meliputi :
a. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disebut PAD yaitu :
1) Hasil Pajak Daerah.
2) Hasil Retribusi Daerah.
3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan
4) Lain – lain PAD yang sah.
b. Dana Perimbangan, dan
c. Lain – lain Pendapatan Daerah yang sah.
Dalam melaksanakan pengelolaan keuangan dan aset DPPKA
mempunyai kewenangan sebagai berikut.
a. Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Kebijakan
commit to user
(PPAS) dan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat
Daerah (RKA – SKPD).
b. Penyusunan dan penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
c. Pelaksanaan dan perubahan APBD.
d. Panatausahaan Keuangan Daerah.
e. Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.
f. Pengendalian defisit anggaran dan penggunaan surplus APBD.
g. Pengelolaan Kas Umum Daerah.
h. Pengelolaan Piutang Daerah.
i. Pengelolaan Investasi daerah.
j. Pengelolaan Barang Milik Daerah.
k. Pengelolaan dana cadangan.
l. Pengelolaan utang daerah.
m. Pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah.
n. Penyelesaian kerugian daerah.
o. Pengelolaan Keuangan badan layanan umum daerah.
p. Pengaturan pengelolaan keuangan daerah.
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta
sesuai dengan Perda No. 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Perangkat Daerah Kota Surakarta dan ditindaklanjuti dengan Peraturan
Walikota No. 24 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan
Tata Kerja Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota
commit to user
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta
mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset
Untuk Melaksanakan tugas pokok tersebut Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset mepunyai fungsi sebagai berikut.
a. Penyelenggaraan kesekretariatan dinas.
b. Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi dan pelaporan.
c. Penyelenggaraan pendaftaran dan pendataan wajib pajak dan wajib
retribusi.
d. Pelaksanaan perhitungan, penetapan dan angsuran pajak dan retribusi.
e. Pengelolaan dan pembukuan penerimaan pajak dan retribusi serta
pendapatan lain.
f. Pelaksanaan penagihan atas keterlambatan pajak, retribusi dan
pendapatan lain.
g. Penyelenggaraan pengelolaan anggaran, perbendaharaan dan
akuntansi.
h. Pengelolaan aset barang daerah.
i. Penyiapan penyusunan, perubahan dan perhitungan anggaran
pendapatan dan belanja daerah.
j. Penyelenggaraan administrasi keuangan daerah.
k. Penyelenggaraan sosialisasi.
l. Pembinaan jabatan fungsional.
commit to user 2. Struktur Organisasi DPPKA Surakarta
Dalam suatu badan organisasi diperlukan adanya struktur organisasi untuk
memperlancar tugas serta fungsi dari masing masing staff yang diharapkan.
commit to user
Sesuai dengan Perda Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta Bagian
Keempatbelas Pasal 35, Susunan Organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan dan Aset adalah sebagai berikut.
a. Kepala.
b. Sekretariat, membawahi :
1) Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan.
2) Subbagian Keuangan.
3) Subbagian Umum dan Kepegawaian.
c. Bidang Pendaftaran, Pendataan dan Dokumentasi, membawahi :
1) Seksi Pendaftaran dan Pendataan.
2) Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data.
d. Bidang Penetapan, membawahi :
1) Seksi Perhitungan.
2) Seksi Penerbitan Surat Ketetapan.
e. Bidang Penagihan, membawahi :
1) Seksi Penagihan dan Keberatan.
2) Seksi Pengelolaan Penerimaan Sumber Pendapatan Lain
f. Bidang Anggaran, membawahi :
1) Seksi Anggaran I.
commit to user
g. Bidang Perbendaharaan, membawahi :
1) Seksi Pembendaharaan I.
2) Seksi Perbendaharaan II.
h. Bidang Akuntansi, membawahi :
1) Seksi Akuntansi I.
2) Seksi Akuntansi II.
i. Bidang Aset, membawahi :
1) Seksi Perencanaan Aset.
2) Seksi Pengelolaan Aset.
j. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).
k. Kelompok Jabatan Fungsional.
Kepala Dinas memimpin pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tersebut diatas;
membawahi :
a. Sekretariat
b. Bidang pendaftaran, Pendataan dan Dokumentasi
c. Bidang Penetapan
d. Bidang Penagihan
e. Bidang Anggaran
f. Bidang Perbendaharaan
g. Bidang Akuntansi
h. Bidang Aset
i. Bidang UPTD
commit to user 3. Deskripsi Divisi/Bidang DPPKA Surakarta
a. Sekretariat
Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan penyiapan, perumusan
kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas
secara terpadu, pelayanan administrasi dan pelaksanaan di bidang
perencanaan, evaluasi dan pelaporan, keuangan, umum dan
kepegawaian.
Untuk melaksanakan tugas tersebut diatas, sekretariat mempunyai
fungsi sebagai berikut.
1) Penyiapan bahan perumusan kebijkan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan
administrasi, dan pelaksanaan di bidang perencanaan, evaluasi dan
pelaporan.
2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan
administrasi, dan pelaksanaan di bidang keuangan.
3) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan
administrasi dan pelaksanaan di bidang umum dan kepegawaian.
4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
commit to user
b. Pendaftaran, Pendataan (DAFDA) & Dokumentasi
Bidang Pendaftaran, pendataan dan dokumentasi mempunyai tugas
pokok melaksanakan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang pendaftaran, pendataan, dokumentasi dan
pengolahan data. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12, Bidang Pendaftaran, Pendataan dan
Dokumentasi mempunyai fungsi :
1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang pendaftaran dan pendataan.
2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang dokumentasi dan pengolahan data.
3) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
c. Penetapan
Bidang penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan
perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang
perhitungan dan penerbitan surat ketetapan. Untuk melaksanakan tugas
pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 17, Bidang Penetapan
mempunyai fungsi :
1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang perhitungan.
2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
commit to user
3) Pelaksanaan tuags lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
d. Penagihan
Bidang Penagihan mempunyai tugas pokok melaksanakan
perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang
penagihan, keberatan dan pengelolaan penerimaan sumber pendapatan
lain. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22, Bidang penagihan mempunyai fungsi :
1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang penagihan dan keberatan.
2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang pengelolaan penerimaan sumber pendapatan
lain.
3) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
e. Anggaran
Bidang Anggaran mempunyai tugas pokok melaksabnakan
perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang
perencanaan, pengelolaan dan pengendalian anggran pendapatan,
belanja dan pembiayaan daerah dalam rangka penyusunan dan
commit to user
pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, Bidang Anggaran
mempunyai fungsi :
1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang anggaran I.
2) Penyiapan bahan perumusan kebijkan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang anggaran II.
3) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
f. Perbendaharaan
Bidang Perbendaharaan mempunyai tugas pokok melaksanakan
perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang
pengelolaan perbendaharaan I dan II. Untuk melaksanakan tugas
pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32, Bidang Perbendaharaan
mempunyai fungsi:
1) Penyiapan bahan perumusan kebijakanteknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang pengelolaan perbendaharaan I.
2) Penyiapan bahan perumusan kebijakanteknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang pengelolaan perbendaharaan II.
3) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
commit to user
g. Akuntansi
Bidang akuntansi mempunyai tugas pokok melaksanakan
perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang
penyelenggaraan tata akuntansi keuangan daerah pada tingkat Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan penyusunan laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kota Surakarta. Untuk
melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37,
Bidang Akuntansi mempunyai fungsi:
1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang akuntansi I.
2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang akuntansi II.
3) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oelh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
h. Aset
Bidang Aset mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan
kebijaan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang perencanaan
aset dan pengelolaan aset. Untuk melaksanakan tugas pokok
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42, Bidang Aset mempunyai
fungsi:
1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
commit to user
2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang pengelolaan aset.
3) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
i. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas sesuai dengan
Jabatan Fungsional masing-masing berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
1) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga
fungisonal yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan
bidang keahliannya.
2) Jumlah jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat(1),
ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.
3) Jenis dan jenjang Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
4) Pembinaan terhadap Pejabat Fungsional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilakukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Sumber daya manusia di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan
Aset Kota Surakarta menurut jabatan dan tingkat pendidikan adalah sebagai
commit to user a. Menurut Jabatan
Tabel I 1. Jumlah Pegawai DPPKA berdasarkan Jabatan
No Jabatan/Golongan Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 Eselon II
Eselon III a
Eselon III b
Eselon IV a
Eselon IV b
Staff PHS Staff THL 1 1 6 20 3 103 19
Sumber : DPPKA Kota Surakarta
b. Menurut Tingkat Pendidikan
Tabel I 2. Jumlah Pegawai DPPKA berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Pendidikan Jumlah
1 2 3 4 5 6 S2 S1 D3 SMA SMP
SD / Sarjana Muda
14 50 9 58 - 3
[image:29.595.160.493.506.700.2]commit to user 4. Rencana Stratejik DPPKA Surakarta
Sebagai unsur pelaksana pemerintah daerah di bidang pendapatan
pengelolaan keuangan dan aset, Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan
dan Aset merumuskan rencana stratejik dalam bentuk visi dan misi yang
dijabarkan dalam tujuan dan sasaran yang akan dicapai.
a. Visi dan Misi
Visi :
“Terwujudnya peningkatan pendapatan daerah , pengelolaan keuangan
dan aset daerah yang optimal, efektif, efisien, transparan serta
akuntabel, menuju kemandirian keuangan daerah guna mendukung
pembangunan daerah”
Misi :
1) Meningkatkan dan mengintensifkan pendapatan daerah secara
optimal
2) Meningkatkan kelancaran dan ketertiban pengelolaan keuangan
dan aset daerah sesuai dengan peraturan yang berlaku
3) Mewujudkan pengelolaan keuangan daerah yang efektif efisien
serta akuntabel dengan memperhatikan azas kepatutan dan
keadilan
commit to user b. Tujuan dan Sasaran
Tujuan :
1) Mengoptimalkan sumber – sumber pendapatan daerah untuk
mencapai target pendapatan yang ditetapkan.
2) Mewujudkan efisiensi dan efektifitas dalam pengelolaan keuangan
daerah berdasarkan peraturan yang berlaku.
3) Menyelamatkan dan memberdayakan aset pemerintah kota secara
optimal.
4) Meningkatkan profesionalisme dan peningkatan pelayanan kepada
masyarakat
Sasaran :
1) Terwujudnya pencapaian pendapatan daerah sesuai target yang
ditetapkan
2) Terwujudnya manajemen keuangan daerah yang efektif, efisien,
transparan dan akuntable.
3) Terwujudnya pembakuan status hukum / pensertifikatan dan
perlindungan aset daerah.
4) Peningkatan kesadaran masyarakat sebagai wajib pajak.
c. Kebijakan dan Program
Sesuai dengan perda no. 6 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta yang ditindaklanjuti dengan
Perwali no. 24 tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi
commit to user
Untuk Kebijakan program yang ditetapkan kaitannya dengan tugas
pokok dan fungsi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
adalah sebagai berikut:
1) Dalam usaha untuk mencapai tingkat pendapatan yang telah
ditetapkan, diupayakan dengan mengintesifikasikan sumber –
sumber pendapatan daerah yang dikelola Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset, baik dengan jemput bola,
pendekatan pelayanan melalui wilayah – wilayah terdekat,
sosialisasi kepada masyarakat langsung dengan pembagian leaflet,
maupun melalui media elektronik (TATV). Bahkan sampai dengan
pembagian hadiah bagi wajib pajak bumi dan bangunan yang
melakukan pembayaran tepat waktu.
2) Dalam mengelola keuangan daerah harus dilaksanakan secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis,
efektif, transparan dan bertanggungjawab dengan meperhatikan
azas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat.
3) Dalam usaha meningkatkan pengelolaan aset daerah diupayakan
dengan meningkatkan pemberdayaan aset daerah, peningkatan
commit to user
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Pembangunan nasional merupakan pembangunan yang dapat diharapkan
untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, oleh karena
itu hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat.
Pembangunan Daerah juga merupakan bagian dari Pembangunan Nasional,
dan Pembangunan Nasional tidak lepas dari Otonomi Daerah merupakan
bagian dari penyelenggaraan pemerintah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Otonomi yang nyata maksudnya pemberian otonomi kepada daerah
berdasarkan faktor-faktor perhitungan tindakan dan kebijaksanaan yang
benar-benar menjamin daerah yang bersangkutan secara nyata mampu mengurus
rumah tangganya sendiri. Sedangkan bertanggung jawab maksudnya
pemberian otonomi itu benar-benar sejalan dengan tujuannya yaitu
melancarkan pembangunan yang tersebar di seluruh pelosok negara dan
daerah serta dapat menjamin perkembangan dan pembangunan daerah.
Pemberian otonomi bagi pemerintah telah dilaksanakan oleh pemerintah
pusat, walaupun belum semua daerah di Indonesia diberi hak otonomi sendiri.
Prinsip otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab bagi pemerintah
pada dasarnya adalah untuk membantu pemerintah pusat dalam
menyelenggarakan pemerintahan. Hal ini berkaitan dengan fungsi utama
commit to user
Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, pengertian daerah otonom adalah daerah otonom selanjutnya disebut
daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah
tertentu, berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam
ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jadi konsep otonomi daerah
menurut UU No 32 Tahun 2004 adalah pelimpahan wewenang dari
pemerintahan pusat ke daerah untuk mengurusi rumah tangganya sendiri.
Tanggung jawab daerah adalah menata dan mengelola sumber penerimaan
untuk keberlangsungan pembangunan di daerahnya sendiri-sendiri, karena
tidak semua pembiayaan pembangunan harus dibiayai oleh pusat, melainkan
juga dibiayai oleh daerah. Otonomi daerah adalah hak daerah untuk mengatur
dan mengurus rumah tangganya sendiri dengan inisiatif bebas (Soedjito, 1990
:104 )
Dalam Undang-undang No 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah
disebutkan bahwa :
commit to user
Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa daerah otonom itu sendiri
mengandung arti bahwa kepada daerah diberi kewenangan untuk mengurus
sendiri rumah tangganya. Salah satunya kewenangan dalam bidang keuangan
daerah yang meliputi pemungutan sumber-sumber pendapatan daerah,
menyelenggarakan pengurusan, pertanggungjawaban serta pengawasan
keuangan daerah, mengadakan anggaran pendapatan dan belanja daerah serta
penghitungannya. Peranan Pendapatan Daerah merupakan peranan yang
sangat penting karena merupakan factor factor yang sangat penting
menentukan volume, kekuatan dan kemampuan keuangan daerah dalam
rangka pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan daerah.
Sesuai dengan pasal 157 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan
pasal 5 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, ditetapkan bahwa
sumber-sumber pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi adalah:
1. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disebut PAD yaitu :
a. Hasil Pajak Daerah.
b. Hasil Retribusi Daerah.
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan
d. Lain – lain PAD yang sah.
2. Dana Perimbangan, dan
3. Lain – lain Pendapatan Daerah yang sah.
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka Pajak Daerah merupakan salah
satu factor pendukung dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah, karena
commit to user
untuk kegiatan menunjang Pembangunan Daerah. Pajak Daerah umumnya
merupakan iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada
daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan
untuk membiayai penyelengaraan Pemerintahan Daerah dan Pembangunan
Daerah.
Dasar Hukum Pemungutan Pajak Daerah sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009, Tetang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagai
berikut.
1. Pajak dan retribusi daerah ditetapkan dengan Undang-Undang
2. Penentuan tarif dan tata cara pemungutan Pajak dan Retribusi Daerah
ditetapkan dengan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
Perundang-Undangan.
Adapun jenis Pajak Daerah Kota/Kabupaten berdasarkan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pasal 2
perubahan atas Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 dan Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dan PP
Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah, adalah :
1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame
commit to user
6. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
7. Pajak Parkir
8. Pajak Air Tanah
9. Pajak Sarang Burung Walet
10.Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan, dan
11.Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Dari beberapa jenis Pajak Daerah tersebut, yang mengalami peningkatan
dalam pengembangan setiap tahunnya adalah Pajak Hotel dan Restoran.
Peningkatan ini ditunjang dengan adanya potensi pariwisata yang dimiliki
oleh Pemerintah Daerah Kota Surakarta. Adapun keterkaitan antara sektor
pariwisata dan sektor perpajakan, yakni bahwa dalam sektor pariwisata
terdapat sarana penunjang wisata yaitu objek wisata, hotel dan restoran serta
keanekaragaman seni dan budaya, dari setiap penggunaan sarana wisata
tersebut dikenakan pajak kepada para penggunanya. Dengan demikian
semakin banyak masyarakat yang melakukan kegiatan pariwisata ini maka
semakin besar pendapatan bagi sektor pajak.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4 Tahun 2011
Tentang Pajak Hotel yaitu :
Pasal 4 :
1. Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan
commit to user
sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas
ruang pertemuan, olahraga dan hiburan.
2. Jasa penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah fasilitas
telepon, facsimile, teleks, internet, fotokopi, pelayanan cuci, seterika,
transportasi, dan fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola
hotel.
3. Tidak termasuk Objek Pajak Hotel sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah :
4. Jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau
Pemerintah Daerah.
a. Jasa sewa apartemen, kondominium dan sejenisnya.
b. Jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan.
c. Jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti
asuhan, dan panti social lainnya yang sejenis, dan
d. Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh
hotel yang dapat dimanfaatkan oleh umum.
Pasal 5 :
1. Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan
pembayaran kepada orang pribadi atau badan yang mengusahakan Hotel.
2. Wajib Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yang mengusahakan
commit to user
3. Dasar perhitungan dan penetapan pajak berdasarkan penetapan tarif pajak
hotel, sesuai Peraturan Daerah untuk Pajak Hotel Nomor 4 Tahun 2011,
dimana pengenaan pajak masing-masing yaitu 10% setiap bulan, dari
penerimaan, penyelenggaraan, pengusaha hotel.
Namun besar kecilnya penerimaan pajak daerah dapat dipengaruhi oleh
beberapa factor yang menjadi hambatan dalam sistem pemungutan kas Pajak
Hotel yaitu sikap Wajib Pajak yang ditunjukkan oleh tingkat kepatuhan Wajib
Pajak, sistem perpajakan yang ditunjukkan dengan penerapan Undang-Undang
Pajak dan aparat pelaksana yang ditunjukkan dengan pelayanan yang
diberikan kepada Wajib Pajak..
Berdasar latar belakang diatas, dalam hal ini penulis ingin meneliti
bagaimanakah hambatan dalam proses pemungutan pajak hotel dan apa saja
upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset
Kota Surakarta (DPPKA) sehubungan dengan masalah itu. Serta
menuangkannya dalam bentuk Tugas Akhir yang berjudul :
“HAMBATAN DALAM SISTEM PEMUNGUTAN KAS PAJAK HOTEL
SEBAGAI AKIBAT DARI OTONOMI DAERAH (STUDI KASUS PADA
DPPKA KOTA SURAKARTA)”.
C. PERUMUSAN MASALAH
Penerimaan pendapatan dari sektor pajak hotel merupakan potensi
pendapatan yang terbesar bagi Kota Surakarta. Dalam hal ini, keefektifan
commit to user
mengatasi dan menghindari kendala maupun hambatan dalam pemungutan kas
pajak hotel di Kota Surakarta. Untuk itu, dalam penulisan Tugas Akhir ini
penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas, antara lain tentang :
1. Apa saja jaringan prosedur yang membentuk sistem pemungutan kas Pajak
Hotel yang dilakukan oleh DPPKA Kota Surakarta ?
2. Apa saja hambatan yang ditemui dalam sistem pemungutan kas Pajak
Hotel oleh DPPKA Kota Surakarta dan pembayaran Kas Pajak Hotel oleh
Wajib Pajak Hotel?
3. Bagaimana upaya mengatasi hambatan dalam sistem pemungutan kas
Pajak Hotel di DPPKA Kota Surakarta ?
D. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui jaringan prosedur yang membentuk sistem pemungutan
kas pajak hotel yang dilaksanakan oleh DPPKA Kota Surakarta,
2. Untuk mengetahui apa saja hambatan yang dihadapi oleh DPPKA Kota
Surakarta dalam pemungutan pajak hotel dari Wajib Pajak Hotel sehingga
ditemukan solusi maupun upaya dalam mengatasi hambatan tersebut
dengan tetap memperhatikan standar dan pedoman yang telah ditetapkan.
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta :
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan referensi
dalam mengatasi kendala maupun hambatan terkait implementasi sistem
commit to user
2. Bagi Penulis :
a. Menambah wawasan Penulis tentang perpajakan
b. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama menjalani
perkuliahan tentang Akuntansi Sektor Publik dan Sistem Informasi
Akuntansi dalam konsep Pemerintah Daerah.
3. Bagi Pembaca / Pihak lain :
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan tambahan
commit to user
26 BAB II
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Pajak
Ilyas dalam Suhendi (2008:33) menjelaskan bahwa penerimaan
pemerintah yang digunakan dalam membiayai pembangunan berasal dari
beberapa sumber yang dapat dibedakan antara penerimaan pajak dan
bukan pajak. Penerimaan bukan pajak salah satunya adalah penerimaan
pemerintah yang berasal dari pinjaman pemerintah, baik pinjaman dalam
negeri maupun luar negeri dan penerimaan dari badan usaha milik
pemerintah sedangkan sumber penerimaan yang lainnya adalah berasal
dari pajak.
Masalah pajak adalah masalah masyarakat dan Negara. Dengan
demikian setiap orang yang hidup dalam suatu Negara pasti dan harus
berurusan dengan pajak baik mengenai pengertiannya, kegunaan dan
manfaat serta mengetahui hak dan kewajibannya sebagai wajib pajak.
Pajak sebagai sumber penerimaan yang besar bagi Negara dan juga
merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang termasuk penting
untuk membiayai pembiayaan umum pemerintah dan segala kegiatan
kenegaraan, dimana dana adalah merupakan penggerak segala kegiatan
dan aktivitas yang sedang dan yang akan dilaksanakan. Salah satu sumber
commit to user
dibanding pendapatan daerah lainnya yaitu pemungutan pajak hotel yang
berada di wilayah Kota Surakarta.
Sebelum Penulis membahas tentang uraian hambatan sistem
penerimaan kas pajak hotel, terlebih dahulu Penulis uraikan beberapa
pengertian tentang pajak menurut ahli di bidang ekonomi, antara lain
sebagai berikut.
a. Menurut Soemitro dalam Mardiasmo (2006;1), pajak adalah iuran
rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi)
yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.
b. Menurut Soemahamidjaja dalam Suandy (2005;10), pajak adalah
iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa
berdasarkan norma-norma hukum, guna menutupi biaya produksi
barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan
umum.
c. Menurut Smeets dalam Suandy (2005;10), pajak adalah prestasi
kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum dan
yang dapat dipaksakan, tanpa ada kalanya kontrapestasi yang dapat
ditunjukan dalam hal yang individual: maksudnya adalah untuk
membiayai pengeluaran pemerintah.
d. Menurut Djajadiningrat dalam Munawir (2003:1).pajak adalah suatu
commit to user
disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang
memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman,
menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah serta
dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara
langsung untuk memelihara kesehjahteraan umum.
e. Menurut Adriani dalam Resmi (2003;2), pajak adalah iuran
masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang
oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum
(undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang
langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan.
f. Menurut Fieldmann dalam Resmi (2003;1) pajak adalah prestasi
yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa
(menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa
adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup
pengeluaran- pengeluaran umum.
g. Menurut Prakoso dalam Rahmanto (2007;22) pengertian Pajak
adalah iuran wajib anggota masyarakat kepada negara karena
Undang-Undang, dan atas pembayaran tersebut pemerintah tidak
memberikan balas jasa yang langsung dapat ditunjuk.
h. Menurut Resmi dalam Resmi (2003;.2). mengatakan pajak dipungut
commit to user
berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan
pelaksanaannya, dimana diperuntukkan bagi
pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih
terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment.
i. Menurut Djajadiningrat dalam Tjahjono dan Husein (2005;2) pajak
sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian daripada kekayaan
ke kas negara disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan
yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai
hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat
dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara
langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum,
j. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989;636)
pajak adalah pungutan wajib, biasanya berupa uang yang harus
dibayar oleh penduduk sebagai sumbangan wajib kepada Negara
atau pemerintah sehubungan dengan pendapatan, pemilikan harga
beli barang dan sebagainya.
Penulis menemukan ada dua hal yang penting yaitu pertama iuran yang
dapat dipaksakan, artinya iuran yang mau tidak mau harus dibayar oleh
rakyat yang dikenakan membayar kewajiban tersebut. Seandainya rakyat
atau badan hukum yang oleh pemerintah dikenakan kewajiban membayar
iuran tersebut (lazim disebut wajib pajak) tidak melaksanakan pembayaran
tersebut, maka wajib pajak yang bersangkutan dapat dikenakan tindakan
commit to user
perkataan lain wajib pajak tersebut dapat dipaksakan oleh pemerintah
untuk memenuhi kewajiban perpajakannya dengan menggunakan Surat
Paksa dan Sita. Kedua tanpa jasa timbal atau kontra prestasi atau imbalan
langsung, yang dapat ditunjukan mengandung arti bahwa wajib pajak yang
membayar iuran kepada Negara tidak ditunjukan secara langsung imbalan
apa yang diperolehnya dari pemerintah atas pembayaran iuran tersebut.
Dari berbagai definisi pajak menurut para ahli diatas, baik pengertian
secara ekonomis (pajak sebagai pengalihan sumber dari sektor swasta ke
sektor pemerintah) atau pengertian secara yuridis (pajak adalah iuran yang
dapat dipaksakan) dapat ditarik kesimpulan tentang cirri-ciri yang terdapat
pada pengertian pajak, antara lain sebagai berikut.
a. Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat atau pemerintah
daerah berdasarkan atas Undang-Undang serta aturan pelaksananya.
b. Pemungutan pajak mengisyaratkan adanya alih dana (sumber daya)
dari sektor swasta (wajib pajak membayar pajak) ke sektor Negara
(pemungut pajak/administrator pajak).
c. Pemungutan pajak diperuntukan bagi keperluan pembiayaan umum
pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik
rutin mauapun pembangunan.
d. Tidak dapat ditunjukan adanya imbalan kontraprestasi individual
oleh pemerintah terhadap pembayaran pajak yang dilakukan oleh
commit to user
e. Selain fungsi budgeter (anggaran) berfungsi mengisi kas
Negara/anggaran Negara yang diperlukan untuk menutup
pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga berfungsi
sebagai alat untuk mengatur atau melaksakan kebijakan Negara
dalam lapangan ekonomi dan sosial (fungsi mengatur).
2. Pajak menurut lembaga pemungutnya
a. Pajak Pusat
Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara.
Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah
b. Pajak Daerah
Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga daerah.
Pajak daerah terdiri atas:
1) Pajak Propinsi
Contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas
Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
2) Pajak Kabupaten/Kota
Contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan,
commit to user 3. Pengertian Pajak Daerah
Bahwa pajak daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah
yang penting guna meningkatkan pendapatan asli daerah dan kemandirian
daerah dalam rangka percepatan perwujudan kesejahteraan masyarakat
dalam Perda (2011;1).
Berikut Penulis jelaskan beberapa pengertian mengenai pajak daerah,
yaitu.
a. Menurut Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4 Tahun 2011
Tentang Pajak daerah , yaitu Pajak daerah yang selanjutnya disebut
pajak adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
b. Menurut UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Perubahan atas UU
Nomor 34 Tahun 2000 dan UU Nomor 18 Tahun 1997 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang dimaksud dengan Pajak
Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi dan
badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang
dapat dipaksakan beradasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
commit to user
c. Menurut Undang Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 1957 Tentang Peraturan Pajak Daerah Pasal 2, yang
dimaksud dengan pajak daerah, ialah pungutan Daerah menurut
peraturan pajak yang ditetapkan oleh Daerah untuk pembiayaan
rumah tangganya sebagai badan hukum publik.
d. Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Daerah dalam
Mardiasmo (2006;6).
Dari beberapa pengertian pajak daerah tersebut, maka dapat ditarik
kesimpulan ciri-ciri yang melekat pada pajak daerah, yaitu.
a. Pajak Daerah dipungut berdasar atas kekuatan Undang-Undang
serta aturan pelaksananya.
b. Tidak mendapat imbalan atau kontra prestasi secara langsung
c. Pajak Daerah dipungut oleh Pemeruntah Daerah
d. Pajak Daerah dipungut untuk pembiayaan penyelenggaraan
pemerintahan daerah/rumah tangga daerah
e. Pajak daerah berasal dari pajak Negara yang diserahkan kepada
daerah sebagai pajak daerah.
4. Jenis Jenis Pajak Daerah
Adapun jenis Pajak Daerah Tingkat I (Propinsi) dan Tingkat II
(Kota/Kabupaten) berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
commit to user
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 dan Undang-Undang Nomor 18
Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dan PP Nomor
65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah, adalah :
a. Jenis Pajak Daerah Tingkat I (Propinsi) terdiri atas:
1) Pajak Kendaraan Bermotor;
2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
4) Pajak Air Permukaan; dan
5) Pajak Rokok.
b. Jenis Pajak Daerah Tingkat II (Kota/Kabupaten) terdiri atas:
1) Pajak Hotel
2) Pajak Restoran
3) Pajak Hiburan
4) Pajak Reklame
5) Pajak Penerangan Jalan
6) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
7) Pajak Parkir
8) Pajak Air Tanah
9) Pajak Sarang Burung Walet
10)Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan, dan
commit to user 5. Tujuan Pajak Daerah
a. untuk membatasi konsumsi dan dengan demikian mentransfer sumber
dari konsumsi
b. untuk mendorong tabungan dan menanam modal
c. untuk mentransfer sumber dari tangan masyarakat ke tangan
pemerintah sehingga memungkinkan adanya investasi pemerintah
d. untuk memodifikasi pola investasi
e. untuk mengurangi ketimpangan ekonomi
f. untuk memobilisasi surplus ekonomi
6. Fungsi Pajak daerah
Fungsi pajak dibagi menjadi 4 macam , antara lain :
a. Fungsi Anggaran (Budgeter), yaitu pajak berfungsi sebagi salah satu
sumber pendapatan Negara untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya. Misalnya untuk membiayai pengeluaran rutin dan
pembangunan. Bila terdapat sisa, maka sisa terebut sebagai public
saving yang akan digunakan untuk public investment.
b. Fungsi Mengatur (regulered), yaitu pajak berfungsi sebagai alat
untuk melakasanakan kebijakan Negara dalam bidang ekonomi, social,
cultural dan sebagainya. Misalnya kebijakan di bidang ekonomi, yaitu
mendorong produksi dalam negeri.
c. Fungsi sosial (social), yaitu pajak berfungsi sebagai salah satu alatu
commit to user
pemungutan pajak disesuaikan dengan keadaan ekonomi wajib pajak
yang kurang mampu untuk membayar pajak yang tidak besar.
d. Fungsi Pemerataan (Distribution) yaitu pajak mempunyai fungsi
pemerataan artinya dapat digunakan untuk menyeimbangkan dan
menyesuaikan antara pembagian pendapatan dengan kesejahteraan
masyarakat. Dengan kata lain, pajak berfungsi untuk pemerataan
pendapatan masyarakat, sebagaimana yang tercantum dalam Trilogi
Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan.
7. Landasan Hukum Pajak daerah
Landasan hukum yang mengatur pajak daerah telah mengalami
beberapa kali perubahan/pembaharuan, antara lain sebagai berikut.
c. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
d. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000 tentang
Pajak Daerah dan retribusi daerah.
e. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi daerah.
f. Peraturan Pemerintah republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2001
tentang Pajak Daerah.
g. Undang Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1957
commit to user
h. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4 Tahun 2011 Tentang
Pajak Daerah.
8. Syarat–Syarat Pemungutan Pajak
Dalam pembayaran pajak agar tidak menimbulkan hambatan atau
perlawanan maka harus memenuhi beberapa syarat dalam Tjahjono dan
Husein (2005;17), yaitu :
a. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan).
b. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang- undang (syarat
yuridis).
c. Tidak menganggu perekonomian (syarat ekonomis).
d. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial).
e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana.
Pemungutan pajak dibenarkan hukum karena adanya hubungan
kausalitas dari pajak itu sendiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa
pajak yang dipungut secara langsung ataupun tidak langsung akan
kembali digunakan oleh masyarakat dalam bentuk infrastruktur dan
pelayanan dalam Tjahjono dan Husein (2005;18). Beberapa landasan
yang menjadi dasar pembenaran pemungutan pajak adalah :
a. Teori Asuransi
Pajak diasumsikan sebagai premi asuransi yang harus dibayar
oleh masyarakat (tertanggung) kepada negara (penanggung).
commit to user
ada penggantian dari negara kenyataannya tidak ada. Selain itu,
besarnya pajak yang dibayar dan jasa yang diberikan tidak ada
hubungan langsung.
b. Teori Kepentingan
Pajak dibebankan atas dasar kepentingan (manfaat) bagi
masing-masing orang. Teori ini dalam ajarannya yang semula
hanya memperhatikan pembagian beban pajak yang harus dipungut
dari seluruh penduduk. Pembagian beban ini harus didasarkan atas
kepentingan orang masing- masing dalam tugas-tugas pemerintah
(yang bermanfaat baginya), termasuk perlindungan atas jiwa
orang-orang beserta harta bendanya.Teori ini dikenal sebagai Benefit
Approach Theory.
c. Teori Gaya Pikul
Teori ini menekankan pada asas keadilan, bahwasanya pajak
haruslah sama besarnya untuk setiap orang. Pajak harus dibayar
menurut gaya pikul seseorang. Gaya pikul seseorang dapat diukur
berdasar besarnya penghasilan dengan memperhitungkan besarnya
pengeluaran atau pembelanjaan seseorang. Teori ini dikenal
sebagai Ability to Pay Approach Theory.
d. Teori Bakti (Teori Kewajiban Pajak Mutlak)
Teori ini mendasarkan pada paham Organische Staatsleer.
Paham mengajarkan bahwa karena sifat negara sebagai suatu
commit to user
Negara untuk memungut pajak. Dari sudut pandang rakyat,
membayar pajak kepada negara merupakan bukti rasa baktinya
rakyat/warga kepada negaranya.
e. Teori Asas Daya Beli
Teori ini tidak mempersoalkan asal mula negara memungut
pajak,melainkan hanya melihat pada efeknya dan memandang efek
yang baik ini sebagai dasar keadilannya. Penyelenggaraan
kepentingan masyarakat dianggap sebagai dasar keadilan
pemungutan pajak, bukan kepentingan individu dan bukan pula
untuk kepentingan negara, melainkan kepentingan masyarakat yang
meliputi keduanya.
9. Sistem Pemungutan Pajak
a. Official Assessment System
Sistem ini dilaksanakan sampai pada tahun 1967. Pada sistem ini
wewenang pemungutan pajak ada pada fiskus. Fiskus memiliki hak
untuk menentukan besarnya utang pajak orang pribadi maupun badan
dengan mengeluarkan surat ketetapan pajak, sebagai bukti timbulnya
suatu utang pajak. Jadi Wajib Pajak (WP) bersifat pasif dan menunggu
ketetapan fiskus mengenai utang pajaknya. Sistem ini menguntungkan
pihak fiskus yang menyalahgunakan kewenangannya untuk mencari
kesempatan dalam kesempitan misalnya dalam proses negosiasi
commit to user
menawar antara fiskus dan WP. Hal ini dimungkinkan juga karena
pada sistem ini petugas pajaklah yang mendatangi masyarakat untuk
mendaftar warga masyarakat sebagai WP.
Kesimpulan atas kelemahan dari sistem official assessment ini adalah
1) Pelaksanaan kewajiban perpajakan sangat tergantung pada aparat
perpajakan, yang berakibat kurangnya kesadaran atau tanggung
jawab dari WP dalam memikul beban negara yang pada
hakekatnya adalah untuk kepentingannya sendiri dalam
bermasyarakat, bernegara dan berpemerintahan;
2) Kelemahan dari sistem ini didukung pula dengan permasalahan dan
kelemahan produk perundang-undangan pajak yang lama, yang
memuat terlalu banyak peraturan pajak dengan penetapan
bermacam-macam tarif yang cenderung tinggi, yang justru
membingungkan sistem pemungutannya dan bahkan ada
kecendrungan terjadinya perlawanan pajak dengan cara
menghindar dari kewajiban perpajakannya;
3) ragam dan jenis pajak dalam sistem perpajakan yang lama terlalu
banyak;
4) sistem pemungutan pajak yang terlalu berbelit-belit.
b. Semi self Assessment system
Sistem ini dilaksanakan pada periode 1968-1983, semi self
Assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak dimana
commit to user
seseorang berada pada kedua belah pihak yaitu Wajib Pajak (WP). dan
fiskus. Mekanisme pelaksanaannya berdasarkan suatu anggapan bahwa
WP. pada awal tahun menaksir sendiri besarnya utang pajak yang
harus dibayarkan dan pada akhir tahun pajak besarnya pajak terutang
yang sesungguhnya ditetapkan oleh fiskus. Indonesia menerapkan
sistem semi self Assessment ini bersama-sama dengan withholding
system yang pada saat itu dikenal dengan sebutan tatacara Menghitung
Pajak Sendiri (MPS) dan Menghitung Pajak Orang (MPO).
c. With holding system
adalah suatu sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh seseorang berada pada
pihak ketiga bukan pada fiskus maupun WP. Besarnya angsuran pajak
ditentukan oleh WP dan oleh pihak ketiga berdasarkan suatu anggapan,
sedangkan besarnya pajak terutang sesungguhnya akan ditetapkan
kemudian oleh fiskus. Sistem ini lebih baik dari sistem sebelumnya
(Official Assessment System), tetapi pada sistem ini juga masih terjadi
penyimpangan-penyimpangan oleh oknum pajak, contohnya
pembayaran pajak atas dasar kompromi artinya “Tahu Sama Tahu”
dimana fiskus sering menawarkan jasa perhitungan pembayaran pajak
asal pihak yang dibantu dapat”TST” dan saling mengerti. Tata cara
MPS dan MPO yaitu suatu tata cara menghitung pajak sendiri dan
menghitung pajak orang. Maksudnya pajak dapat dihitung sendiri oleh
commit to user
mengenai besarnya utang pajak yang terutang. Pada tata cara MPS,
masyarakat harus menghitung sendiri besarnya pendapatan, kekayaan
dan labanya berikut pajak yang harus dibayarkan dan disetorkan ke kas
negara tanpa adanya campur tangan aparatur pajak. Aparatur pajak
terbatas pada pemberian penerangan, penjelasan, penelitian dan
pemeriksaan perhitungan dan penyetoran pajak kepada WP pada akhir
tahun takwim. Untuk menunjangperhitungan dengan sistem MPS agar
pembayaran pajak tepat waktu dan kondisi yang memungkinkan bagi
WP untuk melaksanakan kewajibannya, maka dirasa perlu adanya
sistem MPO untuk melengkapi tatacara pelaksanaan MPS. Tatacara
MPO adalah suatu tatacara untuk menghitung pajak orang lain serta
melakukan pemotongan dan penyetoran pajak kepada kas negara
dengan menunjuk perorangan atau badan-badan oleh Kantor Inspeksi
Pajak (KIP) yang berwenang.
d. Full self assessment system
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib
Pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap
tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang
berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif dan kegiatan menghitung serta
memungut pajak sepenuhnya ditangan wajib pajak. Wajib Pajak
dianggap mampu menghitung pajak, mampu memahami peraturan
perpajakan yang sedang berlaku, dan mempunyai kejujuran yang
commit to user
fiskus hanya bertugas memberikan penerangan dan pengawasan.
Dengan demikian berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan
pajak banyak bergantung pada wajib pajak sendiri (peranan dominan
ada pada Wajib Pajak).
10. Pengertian Hotel
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah serta Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4
Tahun 2011 pengertian Hotel adalah fasilitas penyedia jasa
penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut
bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma
pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah
kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).
Sedangkan menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 34
Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan retribusi daerah, Hotel adalah
bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat
menginap/istirahat memperoleh pelayanan, dan/atau fasilitas lainnya
dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan lainnya yang menyatu,
dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali untuk pertokoan dan
commit to user 11. Pengertian Pajak Hotel
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah serta Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4
Tahun 2011 pengertian Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang
disediakan oleh hotel.
Sedangkan menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 34
Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan retribusi daerah, Pajak Hotel adalah
pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel termasuk rumah
penginapan, fasilitas penginapan/ fasilitas tinggal jangka pendek,
pelayanan penunjang, fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan atau
dikelola hotel, dengan pembayaran.
Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan hotel. Pengertian hotel disini
termasuk juga rumah penginapan yang memungut pembayaran. Pengenaan
pajak hotel tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten/kota yang ada
di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada
pemerintah kabupaten/kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan
suatu jenis pajak kabupaten/kota. Oleh karena itu, untuk dapat dipungut
pada suatu daerah kabupaten/kota, pemerintah daerah harus terlebih
dahulu menerbitkan peraturan daerah tentang pajak hotel. Peraturan itu
akan menjadi landasan hukum operasional dalam teknis pelaksanaan
pengenaan dan pemungutan Pajak Hotel di daerah kabupaten atau kota
commit to user
Dalam pemungutan pajak hotel terdapat beberapa terminologi yang
perlu diketahui. Terminologi tersebut adalah sebagai berikut, dalam
Siahaan (2005;246).
a. Hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk
dapat menginap/istirahat, memperoleh pelayanan, dan atau fasilitas
lainnya dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan lainnya yang
menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali oleh
pert