• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENGABULAN PERMOHONAN DISPENSASI PERKAWINAN (TINJAUAN KASUS DISPENSASI KAWIN DI PENGADILAN AGAMA AMUNTAI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENGABULAN PERMOHONAN DISPENSASI PERKAWINAN (TINJAUAN KASUS DISPENSASI KAWIN DI PENGADILAN AGAMA AMUNTAI)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

107 PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENGABULAN PERMOHONAN

DISPENSASI PERKAWINAN

(TINJAUAN KASUS DISPENSASI KAWIN DI PENGADILAN AGAMA AMUNTAI)

Khairun Nida dan Nadia Rahmi Abstract:

Marriage Dispensation is a leeway, relief given by the state through the authorized namely the Religious Court for the benefit of human life, the marriage dispensationcan be given byprospective brides from the side of men and woman or both and the fullfilment of the requirementsof dispentation. This has been regulated in the marriageLaw Number 1 of 1974. The importance of the determination of the religious court to carry out the process laws or clear laws for their future for whom want to get married, so as not to fall into the marriage of sirri (the hidden of marriage) or fall into free association. However, the existence of dispensation does not only have a positive impact. Because the most common in the field is a negative impact from the early marriage. One of them has lack attitude of adult partner in running a household until it causes divorce in the age of marriage is relatively young. The judge’s consideration in granting a dispentation application besides valid evidence is: 1. Ther is no marriage restriction for both as in articles 8 UU No 1 in 1997, the policy of well-beingand harm to be faced. 2. Approval of the commitment of the bride and groom after marriage to reach adulthood. 3. Both brides are in an urgent sitiation. 4. Having the ability and mental readiness to get married.

Keywords:

Dispensation, Judges Considerations and Determination.

Khairun Nida adalah dosen tetap STAI Rakha Amuntai Prodi HKI, email: khairunnida20@gmail.com dan Nadia Rahmi adalah mahasiswi STAI Rakha Amuntai Prodi HKI, email : nadiarahmi2001@gmail.com

(2)

108

A. Pendahuluan

Dalam sebuah pernikahan batas usia sudah ada batas umurnya, baik diatur dalam Undang-undang Pernikahan Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan maupun dalam kompilasi hukum islam (KHI), dan Pernikahan yang baik adalah pernikahan yang kedua pasangan dalam posisi umur yang cukup.

Namun ketika salah satu pasangan yang ingin menikah dalam posisi di bawah umur maka langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi nikah atau penetapan nikah, agar bisa pernikahannya disahkan oleh kantor urusan agama (KUA), karena apabila salah satu pasangan diketahui di bawah umur atau umurnya belum diperbolehkan untuk menikah maka pihak kantor urusan agama (KUA) berhak menolak pernikahan tersebut dan meminta kedua pasangan mengajukan dispensasi nikah di Pengadilan Agama setempat.

Perkawinan di bawah umur merupakan masalah yang pelik dan sensitif. Pada dasarnya perkawinan di bawah umur banyak terjadi karena beberapa faktor antara lain seperti adanya kehamilan sebelum nikah yang terjadi karena pergaulan bebas sehingga perkawinan dilakukan untuk menutupi aib/malu dan anak yang dikandung mempunyai status yang jelas. Selain itu karena faktor masyarakat yang masih berpikiran sempit. Di sebagian masyarakat, banyak yang berpikiran bahwa usia tidaklah menjadi halangan untuk melangsungkan perkawinan, walaupun sebenarnya mereka belum mempunyai kesiapan lahir maupun batin.

Pada tahun 2018 angka pengajuan permohonan dispensasi kawin hanya berkisar 16 permohonan, sebelum diberlakukannya regulasi terkait dispensasi kawin. Kemudian meningkat pada tahun 2019 menjadi 53 permohonan, hal ini pun dikarenakan adanya pemberlakuan UU baru pada akhir tahun 2019 terkait umur kedua calon mempelai yang harus mencapai usia 19 tahun secara tiba-tiba.

Permohonan dispensasi yang sangat terlihat meningkat drastis terjadi

(3)

109 pada tahun 2020 hingga 2021, terhitung sejak awal tahun 2020 hingga bulan agustus 2021 saja, terdapat 335 permohonan dispensasi kawin. Bahkan, Pada bulan Oktober 2021 Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) menyebutkan bahwa, kasus perkawinan anak di Kalimantan Selatan berada di urutan Keenam se-Indonesia.1

Menurut hasil survei lapangan sementara di beberapa desa di Kabupaten Hulu Sungai Utara, hampir sebagian besar perkawinan yang dilakukan di bawah umur tidak melahirkan kemaslahatan dalam berkeluarga dan berumahtangga. Pernikahan tersebut justru rentan terhadap perceraian.

Sayyidina Umar ra, pernah berkata “Tidak mencegah seseorang untuk kawin kecuali karena dua faktor. Yang pertama, karena ketidakmampuannya baik dari segi materi ataupun fisik. Yang kedua, karena fasik, hanya ingin mempermainkan perempuan tanpa ada ikatan yang jelas. Dan kedua faktor ini merupakan sesuatu yang tercela.”2

Dari perkataan Sayyidina Umar ra, kita bisa menarik kesimpulan bahwa menikahkan seseorang yang berada dalam kondisi belum memiliki kesiapan baik dari degi materi ataupun fisik merupakan suatu perilaku yang tercela karena dari pernikahan tersebut lebih banyak kemudharatan dibandingkan kemaslahatan yang didapat.

Berdasarkan hal-hal tersebut, penulis tertarik untuk menggali bagaimana prosedur pengajuan permohonan Dispensasi di Pengadilan Agama Amuntai dan bagaimana proses pertimbangan Hakim dalam mengabulkan atau menolak permohonan dispensasi di Pengadilan Agama Amuntai.

1Sumber Data Perkara Pengadilan Agama Amuntai Kelas 1B.

2Segaf Hasan Baharun, Bagaimana Anda Menikah? Dan Mengatasi Permasalahannya, (Pasuruan, Yayasan Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah, 2005), hlm. 2-3.

(4)

110

B. Kajian Pustaka

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, dispensasi artinya pengecualian dari aturan karna adanya pertimbangan yang khusus;

pembebasan dari suatu kewajiban atau larangan.3 Dispensasi merupakan bentuk dari keringanan. Maksudnya dari dispensasi nikah adalah keringanan yang berlaku bagi calon pasangan suami istri yang belum bisa menikah karena umur mereka belum mencapai batas usia yang dibolehkan untuk menikah.4

Undang-undang No 16 tahun 2019 tentang perkawinan tidak diperbolehkan untuk melakukan perkawinan karena pasal 7 undang- undang No 16 tahun 2019 tentang perubahan atas undang-undang No 1 tahun 1974 tentang perkawinan mengatur perkawinan hanya dizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai 19 tahun.

Dalam terjadi penyimpangan terhadap ketentuan umur tersebut, sepanjang perkawinan yang akan dilangsungkan sesuai dengan agamanya dan kepercayaannya itu orang tua pihak pria atau wanita dapat meminta dispensasi kepada pengadilan dengan alasan yang sangat mendesak.5

Jadi, dispensasi nikah adalah solusi atau jalan darurat untuk mereka yang ingin menikah secara resmi (tercatat tidak sirri), namun masih berada pada usia di bawah umur.

3Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Cet, IV; Edisi. 10; Jakarta: Balai Pustaka, 1995 ), hlm. 2.

4Mutsla Soyan Tsafiq, Tinjauan Dispensasi Kawin Yang Diajukan Oleh Anak Dibawah Umur (Studi Kasus Nomor 0067/Pdt.P/PA.Pasuruan), hlm. 41.

5Andreas Dewantoro, Penyuluhan Hukum Indonesia Kontemporer, (Yogyakarta: CV. Budi Utama, 2021), hlm. 221.

(5)

111 Adapun Maslahah menurut bahasa di dalam kamus besar bahsa Indonesia adalah kegunaan, kebaikan, manfaat, kepentingan, sesuatu yang mendatangkan kebaikan (keselamatan).6

Maslahah merupakan kepentingan yang diputuskan bebas, namun tetap terikat pada konsep syari’ah yang mendasar. Karena, syari’ah sendiri ditunjuk untuk memberikan kemanfaatan dan mencgah kemadharatan (kerusakan). Dengan kata lain maslahah sebagai metode hukum yang mempertimbangkan adanya kemanfaatan yang mempunyai akses secara umum dan kepentingan tidak terbatas, tidak terikat.

Hubungan teori maslahah dan dispensasi nikah tentunya memiliki hubungan yang sangat erat karena para hakim khusus nya pada ruang lingkup Pengadilan Agama dalam hal mengabulkan ataupun menolak perkara dispensasi nikah berlandaskan pada salah satu kaidah ushul fiqh yaitu:

Artinya:

“ Menolak mafsadah didahulukan dari pada meraih maslahah “ Walau pun dampak positifnya ada, namun dampak negatifnya jauh lebih besar, maka mendahulukan membuang dampak negatif lebih diutamakan dalam Agama dari pada mengambil dampak positifnya.

Ada 2 Metode Pengambilan Hukum oleh Hakim, yaitu Metode Hukum Islam dan Metode Interpretasi. Dalam hukum Islam, ada dua metode penemuan hukum, yaitu:

1. Metode Istinbath yaitu metode mengeluarkan hukum dari nash yang sudah jelas atau pasti dalilnya.

6Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Cet, IV; Edisi. 10; Jakarta: Balai Pustaka, 1995 ), hlm. 884.

(6)

112

2. Metode Ijtihad yaitu metode mengeluarkan hukum yang belum jelas atau pasti dalalah-nya sehingga dilakukan dngan Ijma’, qiyas, istihsan, maslahah, istishhab, ‘urf, mazhab shahabi.

Ijitihad merupakan kunci dinamisasi hukum Islam dengan perkembangan zaman, karena hukum Islam yang saat ini merupakan hasil Ijtihad para ulama atau ahli fikih yang sifatnya kontekstual.7

Adapun metode Interprestasi atau penafsiran hukum merupakan salah satu metode penemuan hukum yang memberikan penjelasan yang jelas dan terang atas teks undang-undang agar ruang lingkup kaedah dalam undang-undang tersebut dapat diterapkan dalam peristiea hukum tertentu. Tujuan interpretasi adalah untuk menjelaskan maksud sebenarnya dari teks undang-undang sehingga ketentuan dalam undang-undang dapat diterapkan dalam menyelesaikan peristiwa konkrit yang dihadapi oleh hakim.8

Metode interpretasi hukum meliputi interpretasi grmatikal, histori undang-undang dan sistematis. Dengan demikian dapat penulis simpulkan, bahwa seorang hakim ketika mengambil keputusan dalam suatu perkara dapat menggunakan metode Ijtihad dengan mempertimbangkan bukti-bukti yang sudah ada dan melihat kemaslahatan yang akan terjadi untuk menyelesaikan dan memutuskan suatu penyelesaian perkara yang sedang di hadapi.

C. Metode Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang berjenis lapangan dimana objek penelitian yang penulis gunakan melalui

7Amran Saudi, Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah: Penemuan dan Kaidah Hukum, hlm. 83.

8Bambang Sutiyoso, Metode Penemuan Hukum, (Yogyakarta: UII Press, 2006), hlm. 35.

(7)

113 observasi dan wawancara kepada Hakim Pengadilan Agama Amuntai dan Staf Administrasi di Pengadilan Agama Amuntai guna mendapatkan data primer.

Data dalam penenlitian ini adalah data tentang cara-cara atau metode pengambilan hukum yang digunakan para hakim Pengadilan Agama Amuntai baik itu metode konvensional ataupun metode secara hukum Islam. Narasumber data dalam penenlitian ini yaitu subjek penelitian adalah para hakim di Pengadilan Agama Amuntai dan para staf administrasi Pengadilan Agama Amuntai.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah; Observasi, yaitu peneliti langsung ke lapangan untuk mengamati secara langsung tentang masalah yang diteliti. Teknik wawancara, yaitu teknik dengan mewawancarai informan dengan memberikan beberapa pertanyaaan secara sistematis dan telah disiapkan sebelumnya yang berupa pedoman wawancara yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.

Dari responden tersebut diharapkan dapat mengungkap kata-kata atau tindakan-tindakan karena orang yang diamati dan diwawancarai merupakan sumber data utama. Dokumentasi, yaitu segala sumber data yang tertulis baik itu dari buku-buku yang ada kaitannya dengan objek yang akan diteliti, serta mengumpulkan data-data yang ada dalam masalah penelitian yang nantinya sebagai pembanding dengan data yang diperoleh. Data yang berhasil diperoleh digunakan untuk landasan pemikiran yang bersifat teoritis.

Adapun Instrumen penelitian adalah adalah sebagai berikut :

1. Pedoman wawancara, yaitu petunjuk umum wawancara yang berisi kerangka dan garis-garis besar pokok masalah penelitian yang dipertanyakan.

2. Pedoman Observasi, yaitu berupa catatan-catatan pengamatan yang menjadi pokok permasalahan yang akan peneliti.

(8)

114

3. Dokumen, untuk mengumpulkan data dari sumber-sumber dokumen yang bisa mendukung atau bahkan berlawanan dengan hasil wawancara. Data dokumentasi juga digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh dari observasi.

Adapun metode yang peneliti gunakan dalam teknik analisis data dalam penelitian ini mengikuti model Miles dan Huberman yakni pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan (Miles

& Huberman, 1994: 11).

D. Pembahasan

Ketentuan batasan umur untuk melangsungkan pernikahan sebagaimana yang telah di atur dalam UU No 16 tahun 2019 menegnai perubahan atas UU No 1 tahun 1974 tentang perkawinan, pada pasal 7 di sebutkan bahwa baik pria maupun wanita yang sudah mencapai umur 19 tahun, sehingga apabila batas usia yang telah ditentukan tersebut tidak dapat dipenuhi maka terdapat kebijakan untuk melangsungkan pernikahan bagi mereka yang ingin menikah dibawah batas usia tersebut. kebijakan tersebut adalah dispensasi nikah sebagaimana yang telah diatur di dalam UU No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 7 Ayat 2 yang menyebutkan bahwa, dispensasi tersebut dapat diajukan oleh orangtua dari pihak yang mengajukan dispensasi.

Dapat kita fahami bahwa dispensasi nikah merupakan salah satu jalan keluar bagi mereka yang belum mencapai batas usia menikah dan ingin menikah namun tetap diakui oleh negara (tidak secara sirri).

Dispensasi nikah juga menjadi solusi untuk melegalkan suatu hubungan agar tidak terjadi hal-hal yang dapat menimbulkan kemudharatan dalam suatu hubungan yang akan dijalani.

(9)

115 Berdasarkan survei di Kantor Pengadilan Agama Amuntai menunjukkan bahwa, perkara masuk mengenai Permohonan Dispensasi Perkawinan cukup tinggi pertahun nya. Majelis hakim setidaknya akan melakukan beberapa pertimbangan sebelum memberikan izin atau menolak permohonan dispensasi nikah kepada pemohon untuk menikahkan anaknya yang berada di usia di bawah umur. Dan jika pemohon tidak puas dengan penetapan hakim, pemohon bisa langsung kasasi, bukan banding.

Dalam proses pengambilan hukum, seorang ahli hukum (dalam hal ini adalah hakim) pada dasarnya dituntut untuk melaksanakan dua tugas atau fungsi utama, yaitu9 :

1. Ia senantiasa harus mampu menyesuaikan kaidah-kaidah hukum yang konkrit (perundang-undangan) terhadap tuntutan nyata yang ada di dalam masyarakat, dengan selalu memperhatikan kebiasaan, pandangan-pandangan yang berlaku, cita-cita yang hidup didalam masyarakat, serta perasaan keadilan sendiri. Hal ini perlu dilakukan oleh seorang ahli hukum karena peraturan perundang-undangan pada dasarnya tidak selalu ditetapkan untuk mengtaur semua kejadian yang terjadi dimasyarakat;

2. Seorang ahli hukum senantiasa harus dapat memberikan penjelasan, penambahan atau melengkapi peraturan perundang-undnagna yang ada, dikaitkan dengan perkembangan yang terjadi di dalam masyarakat. Hal ini perlu dijalankan sebab adakalanya pembuat undang-undnag tertinggal oleh perkembangan-perkembangan yang terjadi di dalam masyarakat.10

9Yahyanto dan Lukman Santoso, Pengantar Ilmu Hukum, (Yogyakarta:

Turssmedia Grafika, 2014), hlm. 249.

10Ibid, hlm. 250.

(10)

116

Memberikan keputusan ataupun penentapan dalam hal menerima atau menolak suatu pengajuan permohonan bukanlah perkara yang mudah bagi seorang hakim. Karena, kesalahan yang terjadi didalam pengambilan keputusan dapat mengakibatkan seorang hakim bersikap tidak adil kepada para pencari keadalan ataupun menjadi suatu kesesatan dalam bertindak bagi para pencari keadilan tersebut.

Pernikahan dibawah umur dapat dicatatkan jika para pemohon dalam hal ini adalah para orang tua mengajukan permohonan dispensasi nikah kepengadilan agama dan mendapat persetujuan hakim.adapaun hasil keputusan yang diambil oleh hakim harus berdasarkan pada fakta yang telah pemohon ajukan. Keputusan hakim tersebut, harus memberikan faedah atau manfaat dan mencegah kemudharatan yang akan terjadi bagi para pemohon tersebut.

Metode pengambilan hukum yang digunakan para hakim di Pengadilan Agama Amuntai adalah dengan ijtihad melalui beberapa metode yaitu metode Interpretasi dan metode maslahah.

Majlis hakim dalam mengabulkan dispensasi nikah harus melalui 4 pertimbangan, yaitu sebagai berikut:

a. Alat bukti yang sah dan lengkap

b. Saksi yang akan dihadirkan kedalam persidangan dengan syarat tertentu dalam pasal 8 UU No.1 Tahun 1974 Tentang perkawinan)

Dalam pasal 8 UU No.1 Tahun 1974 Tentang perkawinan mengatur larangan seseorang untuk untuk kawin dengan orang-orang tertentu. Sehingga didalam isi surat permohonan dikemukakan beberapa alasan salah satunya berbunyi “Bahwa anak Pemohon dan calon (suami/istrinya) tersebut tidak memiliki hubungan sedarah (mahram) dan tidak ada larangan untuk melangsungkan pernikahan menurut Islam”

(11)

117 c. Adanya kondisi yang mendesak

Sebagaimana hasil wawancara diatas yang telah penulis lakukan dengan beberapa hakim, dapat disimpulkan bahwa alasan yang sering di ajukan nya permohanan dispensasi adalah kekhawatiran orangtua terhadap anak yang telah menjalin hubungan terlalu dekat dengan kekasihnya sehingga untuk menghindari hal-hal buruk yang tidak diinginkan terjadi, orang tua mengajukan permohonan dispensasi ke Pengadilan Agama Amuntai.

d. Asas kemanfaatan dan kemudharatan

e. Komitmen Pemohon untuk tetap memantau kelangsungan rumah tangga calon pasangan dan tetap membantu calon pasangan jika berada dalam kesusahan.

Perlu difahami pula bahwa pengambilan keputusan hukum oleh seorang hakim tidak hanya menggunakan atau berpedoman pada satu undang-undang saja, namun hakim dapat menggunakan beberapa sumber hukum lainnya untuk dijadikan acuan pengambilan hukum.

Khususnya dalam pembahasan penelitian kali ini yaitu mengenai permohonan dispenasi, majlis hakim dalam pengabulan dispensasi selalu menghubungkan antara UU No 1 Tahun 1974 dengan Undang- undang no 23 tahun 2002.

Begitu pula dari sisi (metode hukum Islam), para hakim dalam memutuskan mengabulkan permohonan dispensasi kawin bertujuan untuk menghindari hal-hal buruk yang akan terjadi seperti perbuatan zina dan hal terburuk adalah hamil di luar nikah. Dalam keputusan tersebut jelas bahwa pengabulan dispensasi lebih besar manfaatnya dibandingkan kemudharatan atau dampat buruk yang akan ditimbulkan jika dispensasi tersebut ditolak.

(12)

118

Begitu pula dalam penolakan permohonan dispensasi, kemaslahatan para calon pasangan tetap hakim utamakan jika tidak ada keadaan mendesak seperti hamil di luar nikah.

Bahkan, penolakan dispensasi bisa terjadi jika umur anak masih terlalu sangat muda seperti dibawah 16 tahun atau umur pasangan laki- laki terpaut terlalu jauh dari anak perempuan tersebut dengan pertimbangan kemaslahatan baik dari segi kesehatan ataupun keselamatan anak dibawah umur tersebut.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa penolakan permohonan dispensasi disebabkan beberapa pertimbangan, sebagai berikut :

1. Persyaratan tidak lengkap

2. Tidak dapat menunjukkan atau membuktikan alat bukti

3. Yang bersangkutan hampir mencapai usia legal menikah dalam jangka waktu beberapa hari

4. Tidak ada kondisi mendesak

5. Ketidaksiapan calon pasangan baik segi fisik, mental, materi

6. Ada unsur paksaan terhadap calon pasangan

7. Minim kemanfaatan/kemaslahatan.

E. Kesimpulan

1. Prosedur pengajuan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Amuntai sama halnya dengan prosedur di Pengadilan Agama pada umumnya, hanya saja persyaratan di Pengadilan Agama Amuntai dalam prosedur pendaftaran permohonan terdapat lembar komitmen orangtua/wali calon pasangan yang berisikan komitmen orangtua/wali untuk tetap bertanggung jawab terkait masalah ekonomi, sosial, kesehatan dan pendidikan anak hingga ia berusia legal menikah menurut undang-undang yang akan dibawa ke meja I bersama kelengkapan persyaratan lainnya yang kemudian petugas akan memberitahu taksiran biaya panjar perkara oleh

(13)

119 petugas meja I untuk disetorkan ke bank. Setelah melakukan pembayaran di bank, Pemohon menuju kasir untuk menyerahkan bukti setor biaya panjar. Setalah itu, Pemohon menuju meja 2 untuk menyerahkan surat permohonan dan bukti pembayaran panjar, kemudian petugas meja 2 akan mmberikan nomor perkara dan menyatakan bahwa surat permohan sudah diterima. Jika semua sudah terpenuhi, Pemohon di persilahkan pulang dan menunggu surat panggilan sidang dari Pengadilan Agama di rumah.

2. Adapun metode pengambilan hukum yang digunakan para hakim Pengadilan Agama Amuntai dalam memutuskan perkara permohonan dispensasi kawin adalah metode Ijtihad. Dimana ijtihad yang menurut para hakim yang paling tepat untuk digunakan adalah metode Interpretasi undang-undang baik itu interpretasi gramatikal atau sistematis, dan penggunaa metode Maslahah pertimbangan memutuskan untuk mengabulkan atau menolak permohonan dispensasi. Pertimbangan hakim tidak hanya terpaku pada kemaslahatan calon pasangan dan keluarga saja namun juga didukung oleh beberapa pertimbangan yang dihadirkan di dalam persidangan baik itu dari alat-alat bukti yang dihadirkan, kondisi para calon pasangan (siap atau tidak siap, dan mendesak atau tidak), ada unsur paksaan menikah atau tidak, dan ada larangan untuk menikahi calon pasangan (khususnya dalam hal-hal keharaman menikahi seseorang karna berstatus mahram dalam Islam).

(14)

120

Daftar Pustaka

Andreas Dewantoro. 2021. Penyuluhan Hukum Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: CV. Budi Utama.

Amran Saudi. Tt. Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah: Penemuan dan Kaidah Hukum, Prenada Media.

Bambang Sutiyoso. 2006. Metode Penemuan Hukum . Yogyakarta: UII Press.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet, IV; Edisi. 10. Jakarta: Balai Pustaka.

Sumber Data Perkara Pengadilan Agama Amuntai Kelas 1B.

Segaf Hasan Baharun. 2005. Bagaimana Anda Menikah? Dan Mengatasi Permasalahannya. Pasuruan: Yayasan Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah.

Yahyanto dan Lukman Santoso. 2014. Pengantar Ilmu Hukum.

Yogyakarta: Turssmedia Grafika.

Referensi

Dokumen terkait

Stermole, Frankin, J & Stermole, John, M, Economic Evaluation & Investment Decision Method, 6 th Edition, Investment Evaluation, Corporation, 1987.. Syahrizal

Seluruh bahan baku yang dibeli oleh pemasok berasal dari kayu budidaya yang berasal dari hutan hak sehingga untuk angkutannya menggunakan Nota Angkutan (berdasarkan

Maksudnya, apabila calon mempelai pria dan atau calon mempelai wanita belum mencapai umur yang telah ditentukan yaitu 19 tahun dan 16 tahun maka untuk dapat

Perkembangan teknologi informasi saat ini sudah menjadi semakin pesat. Siklus teknologi yang semakin pesat ini dapat membantu dalam dunia perdagangan yang sedang bersaing satu

securing the Blade Assembly are tightly screwed. Lubang Bilah mestilah mengunci pada Cangkuk Penutup. / Blade hole must lock to Cover Hook. Wayar Keselamatan mesti diketatkan

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan koreografis Teori Estetika Instrumental Djelantik.Selain itu menggunakan teori

Proses TI adalah seluruh kegiatan dan aktifitas dalam perusahaan yang memanfaatkan sumber daya TI untuk mendukung sasaran bisnis perusahaan. Dari hasil identifikasi

Suyati, 2015, “Pengaruh Efektivitas Penerapan Sistem Informasi Keuangan, Partisipasi Manajemen, Pemanfaatan Teknologi Informasi, Kesesuaian Tugas Dan Keahlian Pemakai