• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI 2022

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI 2022"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

DANI ALFARIZI G1A118141

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI

2022

(2)

i SKRIPSI

Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana Kedokteran pada Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Jambi

Diajukan Oleh :

DANI ALFARIZI G1A118141

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI

2022

(3)
(4)
(5)

iv

`

Disusun oleh DANI ALFARIZI

G1A118141

Telah dipertahankan dan dinyatakan lulus didepan tim penguji pada:

Hari/Tanggal : Kamis, 22 Desember 2022 Pukul : 14.00 WIB – Selesai

Tempat : Kampus Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

Pembimbing I : dr. Essy Octavia, Sp.OG

Pembimbing II : dr. Huntari Harahap, M.Biomed Penguji I : dr. Zul Andriahta, Sp.OG

Penguji II :Dr. dr. Fairuz, Sp. PA., M.Kes.

(6)

v

`

Nama : Dani Alfarizi NIM : G1A118141

Jurusan : Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

Judul Skripsi : Karakteristik Pasien Ibu Hamil Yang Terinfeksi Covid-19 Di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2020-2022

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tugas skripsi yang saya tulis ini benar- benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila di kemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas skripsi ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Jambi, 19 Desember 2022 Yang membuat Pernyataan

Dani Alfarizi NIM G1A118141

(7)

vi

`

yang berjudul "Karakteristik Pasien Ibu Hamil Yang Terinfeksi Covid-19 Di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2020-2022". Tanpa bantuan dan dukungan-Nya, penulis tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Essy Octavia, SpOG dan dr.

Huntari Harahap, M.Biomed yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan masukan yang sangat bermanfaat bagi penulis selama mengerjakan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan untuk menyempurnakan skripsi ini di masa yang akan datang.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan memberikan masukan yang berguna bagi penelitian yang akan datang.

Jambi, Desmber 2022

Dani Alfarizi G1A118141

(8)

vii

`

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

BERITA ACARA ... iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ...x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

Abstract ... xiii

Abstrak ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 15

1.1. Latar Belakang. ... 15

1.2. Rumusan Masalah ... 17

1.3. Tujuan Penelitian. ... 17

1.3.1. Tujuan Umum.. ... 17

1.3.2. Tujuan Khusus. ... 17

1.4. Manfaat Penelitian. ... 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 19

2.1. Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) ... 19

2.1.1. Definisi ... 19

2.1.2. Epidemiologi ... 19

2.1.3. Patogenesis ... 20

2.1.4. Manifestasi Klinis ... 23

(9)

viii

`

2.2.1. Patofisiologi Covid-19 pada Kehamilan. ... 29

2.2.2. Manifestasi Klinis dan Laboratoris Covid-19 pada Kehamilan. ... 30

2.2.3. Perjalanan Penyakit Covid-19 pada Kehamilan. ... 31

2.3. Kerangka Teori ... 32

2.4. Kerangka Konsep. ... 33

2.5. Hipotesis. ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian. ... 34

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian. ... 34

3.3. Subjek Penelitian... 34

3.3.1. Populasi ... 34

3.3.2. Sampel Penelitian dan Besar Sampel ... 35

3.4. Kriteria Inklusi dan Ekslusi ... 35

3.5.Cara Pengambilan Sampel ... 35

3.6. Definisi Operasional Variabel ... 36

3.6.1. Variabel Penelitian. ... 36

3.6.2. Definisi Operasional Variabel ... 36

3.7. Instrumen Penelitian. ... 38

3.8. Pengumpulan Data, Pengolahan Data, dan Analisis Data. ... 38

3.8.1. Pengumpulan Data. ... 38

3.8.2. Pengolahan Data. ... 38

3.9. Analisis Data. ... 39

3.10. Etika Penelitian. ... 40

3.11. Alur Penelitian. ... 40

(10)

ix

`

COVID-19 di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2020-2022. ... 41

4.1.2. Karakteristik Laboratoris Ibu Hamil Yang Terinfeksi COVID-19 di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2020-2022. ... 43

4.1.3. Karakteristik Radiologis Ibu Hamil Yang Terinfeksi COVID-19 di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2020-2022. ... 44

4.2. Pembahasan. ... 44

4.2.1. Karakteristik Individu, Obstetri, dan Klinis Ibu Hamil Yang Terinfeksi COVID-19 di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2020-2022. ... 44

4.2.2. Karakteristik Laboratoris Ibu Hamil Yang Terinfeksi COVID-19 di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2020-2022. ... 50

4.2.3. Karakteristik Radiologis Ibu Hamil Yang Terinfeksi COVID-19 di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2020-2022. ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

5.1. Kesimpulan. ... 57

5.2. Saran. ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 59 LAMPIRAN

(11)

x

`

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kasus Covid-19 di Indonesia ... 18

Gambar 2.2 Kerangka Teori ... 30

Gambar 2.3 Kerangka Konsep ... 31

Gambar 3.1 Alur Kerja Penelitian ... 38

Gambar 4.1. Pie Chart Karakteristik Individu, Obstetri, dan Klinis ... 40

Gambar 4.2. Pie Chart Karakteristik Laboratoris ... 41

Gambar 4.3. Pie Chart Karakteristik Radiologis ... 42

(12)

xi

`

Tabel 4.1 Karakteristik Individu, Obstetri, dan Klinis... 39 Tabel 4.2. Karakteristik Laboratoris ... 40 Tabel 4.3. Karakteristik Radiologis ... 40

(13)

xii

`

Lampiran 2 Output Hasil Pengolahan Data Lampiran 3 Surat Izin Penelitian

(14)

xiii

`

virus spreads through respiratory droplets and can cause infection if hands come into contact with contaminated surfaces. Pregnancy can worsen the maternal and neonatal prognosis of viral infections. Studies in Indonesia show that most pregnant women with Covid-19 have mild clinical symptoms, but the risk of complications such as preterm labor and bleeding can occur in some of them. More research is needed to understand the impact of Covid-19 on pregnant women and fetuses and how best to prevent and treat infections in this vulnerable group.

Objective: To know the characteristics of pregnant women patients infected with Covid-19 at Raden Mattaher Jambi Hospital in 2020-2022.

Methods: This study is an observational descriptive study with a cross-sectional design that aims to investigate phenomena in the population without providing any intervention to the research subject.

Results: The results showed that most pregnant women infected with Covid-19 at Raden Mattaher Jambi Hospital in 2020-2022 had working status (60.0%), aged 20- 35 years (78.9%), multigravida (64.4%), were in the third trimester of pregnancy (67.8%),gave birth sectio cesarea (77.8%), and had moderate clinical symptoms (87.7%), and the patient was alive (98.9%). Most also had low hemoglobin levels (85.6%), high leukocyte levels (56.7%), and normal D-dimer values (82.2%). Most also have a normal radiological picture (55.6%).

Conclusion: Pregnant women with Covid-19 at Raden Mattaher Jambi Hospital in 2020-2022 tend to have low hemoglobin levels, high leukocyte levels, normal D- dimer values, and normal radiological images. They also tend to be young, working, multigravida, being in the III trimester of gestational age, and giving birth sectio cesarea,had moderate clinical symptoms and a low mortality rate..

Keywords: Covid 19, Pregnant women, characteristics

(15)

xiv

`

kasus di Indonesia. Virus ini menyebar melalui droplet pernapasan dan dapat menyebabkan infeksi jika tangan kontak dengan permukaan yang terkontaminasi.

Kehamilan dapat memperburuk prognosis maternal dan neonatal dari infeksi virus.

Studi di Indonesia menunjukkan bahwa kebanyakan ibu hamil dengan Covid-19 memiliki gejala klinis yang ringan, namun risiko komplikasi seperti preterm labor dan perdarahan dapat terjadi pada sebagian dari mereka. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami dampak Covid-19 pada ibu hamil dan janin serta cara terbaik untuk mencegah dan mengobati infeksi pada kelompok rentan ini.

Tujuan: Untuk mengetahui Karakteristik pasien ibu hamil yang terinfeksi Covid- 19 di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2020-2022.

Metode: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif observasional dengan desain cross sectional yang bertujuan untuk menginvestigasi fenomena pada populasi tanpa memberikan intervensi apapun kepada subjek penelitian.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil yang terinfeksi Covid-19 di RSUD Raden Mattaher Jambi pada tahun 2020-2022 berstatus bekerja (60,0%), berusia 20-35 tahun (78,9%), multigravida (64,4%), berada di usia kehamilan trimester III (67,8%), bersalin secara sectio cesarea (77,8%), memiliki gejala klinis sedang (87,7%), dan pasien dalam keaadaan hidup (98,9%) . Sebagian besar juga memiliki kadar hemoglobin yang rendah (85,6%), kadar leukosit yang tinggi (56,7%), dan nilai D-dimer yang normal (82,2%). Sebagian besar juga memiliki gambaran radiologis yang normal (55,6%).

Kesimpulan: Ibu hamil dengan Covid-19 di RSUD Raden Mattaher Jambi pada tahun 2020-2022 cenderung memiliki kadar hemoglobin rendah, kadar leukosit tinggi, nilai D-dimer normal, dan gambaran radiologis normal. Mereka juga cenderung berusia muda, bekerja, multigravida, berada di usia kehamilan trimester III, bersalin secara sectio cesarea, memiliki gejala klinis yang sedang dan angka kematian yang rendah.

Kata kunci: Covid 19, Ibu hamil, karakteristik

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pandemi Covid-19 merupakan pandemi akibat infeksi virus saluran pernapasan yang berlangsung pada tahun 2019-2020 atau saat penelitian ini dibuat.

Penyakit ini disebabkan oleh virus baru bernama severe acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2) yang pertama kali diidentifikasi di Wuhan,

Tiongkok, pada bulan Desember 2019. Pada tanggal 11 Maret 2020, WHO menetapkan penyakit ini sebagai pandemi 1. Saat penelitian ini dibuat, dilaporkan terdapat lebih dari 112 juta kasus di 210 negara di seluruh dunia dan menyebabkan lebih dari 2,49 juta kematian. Sementara itu di Indonesia, dilaporkan terdapat lebih dari 1,3 juta kasus dan menyebabkan lebih dari 35 ribu kematian. Angka ini selalu meningkat setiap harinya 2.

Virus tersebut menyebar dari orang ke orang melalui droplet pernapasan.

Seseorang dapat terinfeksi apabila memegang wajah setelah tangannya kontak dengan permukaan benda yang terkontaminasi. Penyakit ini sangat menular pada tiga hari pertama setelah munculnya gejala seperti demam, batuk, dan sesak napas.

Penyakit ini menjadi sangat mematikan apabila terjadi komplikasi pneumonia dan acute respiratory distress syndrome 3. Kondisi ini juga dapat terjadi pada individu yang sedang hamil.

Kehamilan merupakan kondisi indikatif yang diketahui untuk memperburuk prognosis maternal dan neonatal dari banyak infeksi virus. Seluruh efek sistemik

(17)

dari infeksi saluran pernapasan muncul karena perubahan keadaan fisiologis dan imunologis yang merupakan komponen khas kehamilan. Perubahan komponen kardiovaskular dan pernapasan, bersama dengan perkembangan adaptasi imunologis yang memungkinkan tubuh ibu untuk mentolerir janin, akan meningkatkan risiko berkembangnya berbagai penyakit pernapasan yang parah.

Kecenderungan serupa dikaitkan dengan perempuan hamil yang terinfeksi salah satu dari dua saluran pernapasan akut yang parah sebelumnya, yaitu severe acute respiratory syndrome (SARS) and Middle East respiratory syndrome (MERS),

yang memiliki etiologi virus yang identik dengan virus penyebab Covid-19. Penting bagi klinisi untuk dapat mengidentifikasi kelompok rentan ini, sehingga kejadian infeksi dan risiko komplikasi utama dapat dikurangi dengan tindak lanjut teratur dan intensif 4,5.

Sampai penelitian ini dibuat, hanya terdapat satu penelitian di Indonesia yang meneliti gambaran karakteristik ibu hamil yang mengalami Covid-19. Namun penelitian tersebut pun merupakan penelitian literature review, bukan penelitian langsung di masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Yuliana (2020) tersebut melaporkan bahwa mayoritas ibu hamil dengan Covid-19 memiliki gejala klinis yang ringan, dimana gejala utama yang muncul adalah demam, batuk, dan dispnea.

Usia kehamilan tidak menentukan beratnya gejala klinis ibu hamil dan rata-rata ibu hamil dengan Covid-19 memiliki durasi rawat inap di rumah sakit yang singkat 6.

Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa pandemi Covid-19 merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting untuk diperhatikan karena memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang sangat tinggi di seluruh dunia, termasuk di

(18)

Indonesia. Secara teori, penyakit ini dapat memiliki perjalanan penyakit yang lebih buruk apabila terjadi pada perempuan hamil. Namun demikian, literature review yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan hasil sebaliknya. Sampai penelitian ini dibuat, belum terdapat satu pun penelitian di Indonesia yang meneliti gambaran karakteristik ibu hamil yang mengalami Covid-19 secara langsung di masyarakat.

Hal ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini, sekaligus menjadikannya penting untuk dilakukan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis menetapkan rumusan masalah penelitian sebagai berikut: “Bagaimana Karakteristik pasien ibu hamil yang terinfeksi Covid-19 di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2020-2022?”.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui Karakteristik pasien ibu hamil yang terinfeksi Covid-19 di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2020-2022.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik individu, obstetri, dan klinis ibu hamil yang terinfeksi Covid-19 di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2020-2022 2. Mengetahui karakteristik laboratoris yang dialami ibu hamil yang

terinfeksi Covid-19 di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2020-2022

(19)

3. Mengetahui karakteristik radiologis yang dialami ibu hamil yang terinfeksi Covid-19 di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2020-2022

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini dapat menjadi kontribusi keilmuan, terutama dalam bidang obstetri dan ginekologi, serta dapat menjadi landasan bagi penelitian selanjutnya

2. Bagi klinisi, hasil penelitian ini dapat menjadi informasi mengenai gambaran klinis pada ibu hamil yang terinfeksi Covid-19

3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menjadi sarana untuk memperdalam keilmuan, terutama dalam bidang obstetri dan ginekologi

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) 2.1.1. Definisi

Pandemi koronavirus 2019-20 adalah pandemi penyakit koronavirus 2019 yang sedang berlangsung, disebabkan oleh Severe- Acute-Respiratory-Syndrome Corona Virus 2 (SARS-CoV-2). Penyakit

ini pertama kali diidentifikasi di Wuhan, Cina, pada Desember 2019, dinyatakan sebagai Darurat Kesehatan Masyarakat dari Kepedulian Internasional pada 30 Januari 2020, dan diakui sebagai pandemi oleh WHO pada 11 Maret 2020 7. Saat penelitian ini dibuat, dilaporkan terdapat lebih dari 112 juta kasus di 210 negara di seluruh dunia dan menyebabkan lebih dari 2,49 juta kematian. Sementara itu di Indonesia, dilaporkan terdapat lebih dari 1,3 juta kasus dan menyebabkan lebih dari 35 ribu kematian. Angka ini selalu meningkat setiap harinya 8.

2.1.2. Epidemiologi

Otoritas kesehatan di Wuhan, Cina (ibukota provinsi Hubei), melaporkan sekelompok kasus pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya pada 31 Desember 2019, dan penyelidikan diluncurkan pada awal Januari 2020. Sebagian besar kasus memiliki hubungan ke Pasar Grosir Makanan Laut Huanan, sehingga virus tersebut diduga berasal dari zoonosis. Virus yang menyebabkan wabah ini dikenal sebagai SARS-

(21)

CoV-2, virus yang baru ditemukan terkait erat dengan coronavirus pada kelelawar 9.

Analisis berdasarkan usia di Cina menunjukkan bahwa proporsi kasus yang relatif rendah terjadi pada individu di bawah usia 20 tahun.

Namun, belum jelas apakah ini karena orang muda sebenarnya kurang mungkin terinfeksi, atau lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami gejala yang berat, sehingga tidak mencari pertolongan medis dan tidak diuji. Perkiraan awal jumlah reproduksi dasar (R0) untuk Covid-19 adalah antara 1,4-2,5 10.

Gambar 2.1. Kasus Covid-19 di Indonesia (sumber: covid19.go.id)

2.1.3. Patogenesis

SARS-CoV-2 mengikat reseptor ACE2 di sel target inang.

Replikasi aktif dan pelepasan virus di sel paru-paru menyebabkan gejala non-spesifik seperti demam, mialgia, sakit kepala, dan gejala pernapasan

11. Virus juga menyebabkan kerusakan sementara pada sel-sel di epitel penciuman, yang menyebabkan disfungsi penciuman, yang dapat

(22)

menjelaskan hilangnya rasa dan penciuman sementara yang biasa terlihat pada COVID-19 12. Distribusi reseptor ACE2 di jaringan yang berbeda dapat menjelaskan lokasi infeksi dan gejala pasien. Misalnya, reseptor ACE2 ditemukan pada epitel organ lain, seperti usus dan sel endotel di ginjal dan pembuluh darah, yang dapat menjelaskan gejala gastrointestinal dan komplikasi kardiovaskular 13. Endoteliitis limfositik telah diamati pada pemeriksaan patologi postmortem dari paru-paru, jantung, ginjal, dan hati serta nekrosis sel hati dan infark miokard pada pasien yang meninggal karena COVID-19. Temuan ini menunjukkan bahwa virus secara langsung mempengaruhi banyak organ, seperti yang terlihat pada SARS-CoV-1 dan influenzae 11.

Setelah virus masuk, respons inflamasi awal menarik sel T spesifik virus ke tempat infeksi, di mana sel yang terinfeksi dieliminasi sebelum virus menyebar, menyebabkan pemulihan pada kebanyakan orang. Pada pasien yang mengembangkan penyakit parah, SARS-CoV- 2 menimbulkan respon imun pejamu yang menyimpang 14. Misalnya, histologi postmortem jaringan paru-paru pasien yang meninggal karena COVID-19 telah mengkonfirmasi sifat inflamasi dari cidera, dengan fitur kerusakan alveolar difus bilateral, pembentukan membran hialin, inflamasi mononuklear interstisial infiltrat, dan deskuamasi yang konsisten dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), dan mirip dengan patologi paru- paru yang terlihat pada Middle East Respiratory Syndrome (MERS) yang parah dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) 15. Ciri khas

(23)

COVID-19 adalah adanya sumbat lendir dengan eksudat fibrin di saluran pernapasan, yang dapat menjelaskan tingkat keparahan COVID-19 bahkan pada orang dewasa muda 16. Hal ini berpotensi disebabkan oleh kelebihan produksi sitokin pro-inflamasi yang menumpuk di paru-paru, akhirnya merusak parenkim paru 14.

Beberapa pasien juga mengalami syok septik dan disfungsi multi- organ 14. Misalnya, sistem kardiovaskular sering terlibat pada awal penyakit COVID-19 dan tercermin dalam pelepasan troponin dan peptida natriuretik yang sangat sensitif 17. Konsisten dengan konteks klinis koagulopati, perdarahan intra-alveolar fokal dan adanya trombus platelet-fibrin di pembuluh arteri kecil juga terlihat 15. Sitokin biasanya memediasi dan mengatur imunitas, inflamasi, dan hematopoiesis, namun, eksaserbasi lebih lanjut dari reaksi imun dan akumulasi sitokin di organ lain pada beberapa pasien dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang luas, atau sindrom pelepasan sitokin (badai sitokin), yang mengakibatkan kebocoran kapiler, pembentukan trombus, dan disfungsi organ.

COVID-19 mengarah pada respons antibodi terhadap berbagai protein virus, tetapi protein spike (S) dan nukleokapsid adalah yang paling sering digunakan dalam diagnosis serologis. Beberapa antibodi dapat dideteksi dalam empat hari pertama penyakit, tetapi pasien mengembangkannya secara progresif, dengan sebagian besar mencapai respons yang dapat dideteksi setelah empat minggu 18. Berbagai antibodi penetral virus telah dilaporkan, dan bukti yang muncul menunjukkan bahwa

(24)

antibodi ini mungkin berkorelasi dengan keparahan, tetapi berkurang dari waktu ke waktu 19. Durasi dan protektifitas antibodi dan respons sel T masih harus ditentukan melalui penelitian dengan tindak lanjut yang lebih lama.

Respons sel T CD-4 terhadap virus corona manusia endemik tampaknya menunjukkan reaktivitas silang dengan SARS-CoV-2, tetapi peran mereka dalam perlindungan masih belum jelas 20.

2.1.4. Manifestasi Klinis

Gejala Covid-19 relatif tidak spesifik dan orang yang terinfeksi mungkin tidak menunjukkan gejala. Dua gejala yang paling umum adalah demam (88%) dan batuk kering (68%). Gejala yang kurang umum termasuk kelelahan, produksi dahak meningkat, kehilangan indera penciuman, sesak napas, nyeri otot dan persendian, sakit tenggorokan, sakit kepala, kedinginan, muntah, hemoptisis, diare, atau sianosis 21.

Perkembangan lebih lanjut dari penyakit ini dapat menyebabkan pneumonia berat, sindrom gangguan pernapasan akut, sepsis, syok septik, dan kematian. Beberapa dari mereka yang terinfeksi mungkin tidak menunjukkan gejala atau tanpa gejala klinis, tetapi dengan hasil tes yang mengkonfirmasi infeksi. Periode inkubasi yang biasa (waktu antara infeksi dan onset gejala) berkisar antara 1-14 hari 22.

Manisfestasi klinis dari Covid-19 dilihat berdasarkan tingkat keparahan terdiri dari 4 kategori 23, antara lain:

(25)

1) Gejala Ringan:

a) Gejala Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) b) Demam ringan

c) Batuk (kering) d) Sakit tenggorokan e) Influenza

f) Malaise g) Sakit kepala h) Nyeri otot

i) Kehilangan fungsi indera pengecap j) Diare

k) Muntah 2) Gejala Sedang:

a) Dispnea

b) Frekuensi pernafasan ≥ 30 kali/menit c) Saturasi Oksigen darah (SpO2) ≤ 93%,

d) Infiltrat paru > 50% dalam waktu 24 hingga 48 jam

e) Gejala pernapasan seperti batuk dan sesak napas (atau takipnea pada anak-anak)

3) Gejala Berat:

a) Gagal napas b) Syok septik

c) Disfungsi multi organ (MOD) atau kegagalan (MOF)

(26)

d) Demam berhubungan dengan dispnea berat e) Takipnea (> 30 napas / menit)

f) Hipoksia (SpO2 <90% pada udara kamar) 4) Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS):

Gejala yang ditimbulkan pada ARDS dibedakan berdasarkan derajat hipoksia yang terdiri dari:

a) ARDS ringan: 200 mmHg <PaO2 / FiO2 ≤ 300 mmHg. Pada pasien yang tidak berventilasi atau yang ditangani melalui ventilasi non-invasif (NIV) dengan menggunakan tekanan ekspirasi akhir positif (PEEP) atau tekanan saluran napas positif berkelanjutan (CPAP) ≥ 5 cmH2O

b) ARDS sedang: 100 mmHg <PaO2 / FiO2 ≤ 200 mmHg c) ARDS berat: PaO2 / FiO2 ≤ 100 mmHg

d) Jika PaO2 tidak tersedia, menggunakan rasio SpO2 / FiO2 apabila mendapatkan hasil ≤ 315 menunjukkan gejala dari ARDS.

2.1.5. Pencegahan

Strategi pencegahan yang telah dianjurkan oleh WHO adalah sebagai berikut:

1) Hindari kontak erat dengan individu yang mengalami Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

2) Cuci tangan sesering mungkin, terutama setelah kontak dengan orang yang terinfeksi atau lingkungannya

(27)

3) Hindari kontak yang tidak terlindungi dengan peternakan atau hewan liar

4) Individu dengan gejala ISPA harus menjaga jarak, menutupi batuk atau bersin dengan tisu atau pakaian sekali pakai dan mencuci tangan 5) Penerapan tindakan kebersihan yang ketat untuk pencegahan dan

pengendalian infeksi

6) Individu dengan immunocompromised harus menghindari keramaian 7) Strategi yang paling penting adalah dengan sering mencuci tangan dan menggunakan pembersih tangan portabel dan menghindari kontak dengan wajah dan mulut menggunakan masker

8) Petugas kesehatan yang merawat orang yang terinfeksi harus menggunakan tindakan pencegahan kontak dan udara dengan menyertakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker N95 atau FFP3, pelindung mata, gaun pelindung, dan sarung tangan untuk mencegah penularan pathogen 24.

2.1.6. Diagnosis

Menurut Gao et al., (2020) menjelaskan bahwa dalam menegakkan diagnosis Covid-19 terdiri dari beberapa pemeriksaan antara lain:

2.1.6.1. Test Molekuler

WHO telah merekomendasikan dengan cara melakukan pemeriksaan pada spesimen dari saluran pernapasan bagian atas (naso dan orofaringeal) dan saluran pernapasan bagian bawah seperti sputum ekspektator, aspirasi endotrakeal, atau lavage broncho alveolar.

(28)

Amplifikasi materi genetik yang diekstrak dari sampel air liur atau lendir dilakukan melalui reaksi berantai polimerase terbalik (RT-PCR), yang melibatkan sintesis molekul DNA rantai ganda dari hasil RNA. Jika hasil tes positif, disarankan untuk dilakukan test ulang untuk proses verifikasi.

2.1.6.2. Pemeriksaan Laboratorium

1. Pada tahap awal, akan ditemukan jumlah sel darah putih (WBC) normal atau menurun dan jumlah limfosit ditemukan menurun.

2. Peningkatan nilai enzim hepar, laktat dehidrogenase (LDH), enzim otot, dan ditemukan protein C-reaktif, kecuali jika bakteri tumpang tindih, nilai prokalsitonin ditemukan dalam batas normal

3. Peningkatan pada neutrophil-to-lymphocyte ratio (NLR), derived NLR ratio (d-NLR) [jumlah neutrofil dibagi dengan hasil hitung

WBC dikurangi jumlah neutrofil], dan rasio trombosit-limfosit, hal tersebut menunjukkan adanya tanda-tanda inflamasi.

4. Peningkatan D-dimer, pada pasien kritis nilai D-dimer akan meningkat, limfosit darah menurun secara signifikan, dan terjadi perubahan laboratorium dari ketidakseimbangan multiorgan (amilase tinggi, gangguan koagulasi, dan lainnya.

2.1.6.3. Pemeriksaan Radiologi

1. Pemeriksaan rontgen dada: Gambaran radiologis memiliki peran yang utama dalam proses diagnostik, manajemen, dan tindak lanjut pada pasien Covid-19. Pemeriksaan rontgen dada memiliki

(29)

sensitivitas yang rendah dalam mengidentifikasi perubahan paru- paru secara dini dan pada tahap awal penyakit. Pada tahap infeksi yang lebih lanjut, pemeriksaan rontgen dada umumnya menunjukkan kekeruhan alveolus multifokal bilateral, yang menyebabkan opasitas paru dan adanya efusi pleura.

2. Chest computed tomography (CT): Chest computed tomography (CT), khususnya high-resolution CT (HRCT) merupakan salah satu metode pilihan dalam menentukan pneumonia pada Covid- 19. Sebagian besar temuan ini diamati pada infeksi paru-paru lain, seperti Influenza A (H1N1), CMV, SARS, MERS, Streptococcus, dan Chlamydia, Mycoplasma. Temuan yang paling umum adalah area multifokal bilateral "ground or ground glass" (GG) yang berhubungan dengan area konsolidasi dengan

distribusi yang tidak merata, terutama perifer/subpleural dan pada regio posterior dan lobus bawah. Temuan terakhir ini ditandai dengan adanya area GG dengan penebalan septum interlobular dan septum intralobular.

3. USG paru: USG paru dilakukan untuk mengevaluasi evolusi penyakit, dari pola interstisial fokal-"paru-paru putih" dengan adanya konsolidasi subpleura. Pemeriksaan ini ditemukan beberapa hal seperti:

(30)

a. Garis pleura menebal, tidak teratur, dan terputus-putus, adanya lesi subpleural dapat dilihat sebagai nodul atau konsolidasi kecil yang tidak merata.

b. Garis B, tidak bergerak, menyatu, dan mengalir menuju

"paru-paru putih".

c. Penebalan. Terlihat jelas di bidang posterior dan bilateral.

d. Efusi pleura perilesional

2.2. Kehamilan dan Covid-19

2.2.1. Patofisiologi Covid-19 pada Kehamilan

Saat ini belum diketahui dengan pasti patofisiologi dari Covid-19 pada kehamilan, namun teori yang dipercaya berdasarkan pada patofisiologi dari SARS dan MERS pada kehamilan, mengingat ketiga virus tersebut memiliki karakteristik yang identik. Perubahan fisiologis dan mekanis yang terkait dengan kehamilan meningkatkan kerentanan ibu terhadap infeksi secara umum. Kehamilan adalah keadaan imunosupresi relatif, yang disebabkan oleh perubahan sistem kekebalan ibu untuk mencegah penolakan janin semi-alogenik. Hal ini terjadi melalui pergeseran yang dimediasi oleh hormon dari respons sel T helper tipe 1 menjadi respons sel helper T tipe 2, yang lebih bersifat anti-inflamasi. Peningkatan kadar estriol juga menurunkan sel CD4 + dan CD8 +, menekan produksi sitokin inflamasi, dan mendorong pelepasan sitokin anti-inflamasi. Pergeseran imunologis ini mempengaruhi individu hamil untuk perjalanan penyakit yang lebih parah dan berkepanjangan 26.

(31)

2.2.2. Manifestasi Klinis dan Laboratoris Covid-19 pada Kehamilan Pengujian pada orang yang tidak hamil paling sering terjadi ketika mereka datang dengan gejala atau riwayat kontak yang mengkhawatirkan, sedangkan orang hamil sering dites untuk Covid-19 saat datang untuk perawatan kehamilan atau alasan yang tidak terkait dengan Covid-19.

Diperkirakan 1 dari 10 perempuan hamil atau baru hamil yang datang atau dirawat di rumah sakit dinyatakan positif Covid-19. Dari jumlah tersebut, tiga perempatnya tidak menunjukkan gejala dan satu dari dua puluh perempuan hamil tanpa gejala yang datang atau dirawat di rumah sakit dinyatakan positif Covid-19. Mirip dengan populasi umum, ciri utama gejala Covid-19 pada pasien hamil adalah demam, batuk, dispnea, dan limfopenia. Batuk dan demam merupakan gejala paling umum pada perempuan hamil yang mengalami Covid-19, masing-masing 33% dan 29%

27. Gejala gastrointestinal juga dapat ditemukan dan adanya gejala ini dikaitkan dengan perjalanan penyakit yang lebih parah 28.

Leukositosis dan leukopenia umumnya terjadi pada pasien hamil dengan Covid-19. Leukositosis, limfopenia, peningkatan rasio neutrofil, dan suhu presentasi normal lebih sering terjadi pada perempuan hamil dibandingkan perempuan tidak hamil dengan Covid-19. Namun terdapat juga penelitian yang melaporkan bahwa leukopenia menjadi kelainan laboratorium yang paling umum pada pasien hamil (66,1%) 29. Kelainan laboratorium umum lainnya yang dilaporkan dalam literatur termasuk peningkatan CRP, D-dimer, dan laktat dehidrogenase (LDH). Temuan CT

(32)

yang paling umum dari pneumonia Covid-19 pada pasien hamil termasuk ground glass appearance dan infiltrat bilateral 30.

2.2.3. Perjalanan Penyakit Covid-19 pada Kehamilan

Data tentang perjalanan penyakit Covid-19 pada perempuan hamil beragam. Kebanyakan penelitian menunjukkan bahwa penyakit kritis jarang terjadi pada pasien hamil tetapi sedikit meningkat bila dibandingkan dengan populasi umum. Sekitar 76,5% pasien hanya akan menderita penyakit ringan, 15% menderita penyakit parah, dan 7,7% memiliki penyakit kritis pada saat masuk rumah sakit. Dari mereka dengan penyakit ringan, sekitar 3% kemudian berkembang menjadi infeksi yang parah atau kritis. Pasien dengan penyakit parah atau kritis menyumbang sebagian besar hasil ibu dan bayi yang buruk, termasuk kematian ibu, lahir mati, dan kematian neonatal.

Perkiraan tingkat kematian untuk pasien hamil dengan Covid-19 adalah 0,6- 2%, sebanding dengan populasi umum. Diperkirakan juga terdapat peningkatan risiko penyakit yang parah dan penggunaan ventilasi mekanis pada perempuan hamil dibandingkan dengan perempuan yang tidak hamil.

Tingkat masuk perawatan intensif juga meningkat dengan bertambahnya usia kehamilan. Peningkatan usia ibu, obesitas, hipertensi yang sudah ada sebelumnya, dan diabetes yang sudah ada sebelumnya dikaitkan dengan Covid-19 yang parah 31.

(33)

2.3. Kerangka Teori

(34)

2.4. Kerangka Konsep

2.5. Hipotesis

Penelitian ini tidak memiliki hipotesis karena merupakan penelitian deskriptif.

Infeksi Covid-19 Pada Pasien Ibu

Hamil

Karakteristik Individu, Obstetri,

dan Klinis

Karakteristik Laboratoris

Karakteristik

Radiologis

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan desain cross sectional. Deskriptif berarti penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi

suatu fenomena pada populasi, tanpa mengetahui hubungan antar fenomena tersebut. Observasional berarti peneliti tidak memberikan intervensi apapun kepada subjek penelitian, tetapi hanya melakukan pengamatan. Cross sectional berarti seluruh data dalam penelitian ini diambil dalam satu kurun waktu yang sama.

Desain ini dipilih karena desain merupakan yang paling superior dibandingkan desain penelitian lain dalam hal menentukan prevalensi dari suatu penyakit.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Raden Mattaher pada bulan Oktober 2022.

3.3. Subjek Penelitian 3.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil positif Covid-19 yang menjalani perawatan di RS Raden Mattaher pada rentang waktu Agustus 2020 sampai dengan Juni 2022.

(36)

3.3.2. Sampel Penelitian dan Besar Sampel

Sampel penelitian ini adalah ibu hamil yang menjalani perawatan di RS Raden Mattaher pada rentang waktu Agustus 2020 sampai dengan Juni 2022 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Besar sampel tidak dihitung karena seluruh ibu hamil yang menjalani perawatan di RS Raden Mattaher pada rentang waktu Agustus 2020 sampai dengan Juni 2022 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dijadikan sampel penelitian (total sampling). Metode ini dipilih untuk meningkatkan akurasi data yang

didapatkan dengan prinsip semakin banyak sampel, maka semakin baik kondisi pada populasi dapat tergambarkan.

3.4. Kriteria Inklusi dan Ekslusi Kriteria inklusi:

1. Perempuan hamil positif Covid-19 yang menjalani perawatan di RS Raden Mattaher

Kriteria ekslusi: tidak terdapat kriteria eksklusi pada penelitian ini. Seluruh pasien hamil positif Covid-19 disertakan dalam penelitian ini, apapun kondisinya.

3.5. Cara Pengambilan Sampel

Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling yaitu pengambilan sampel secara total dari seluruh populasi.

(37)

3.6. Definisi Operasional Variabel 3.6.1. Variabel Penelitian

Variabel pada penelitian ini adalah karakteristik individu, obstetri, dan klinis, karakteristik laboratoris,dan karakteristik radiologis. Tidak terdapat variabel yang berstatus variabel independen ataupun dependen karena penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.

3.6.2. Definisi Operasional Variabel

Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Hasil Ukur Skala Karakteristik

Individu

Usia Merupakan rentang waktu antara kelahiran sampai dengan hari pertama pasien dirawat di rumah sakit

Pencatatan dari rekam medis

 < 20 tahun

 20-35 tahun

 > 35 tahun

Ordinal

Pekerjaan Merupakan profesi subjek penelitian yang dilaporkan dan tercatat dalam rekam medis

Pencatatan dari rekam medis

Pekerjaan yang tercatat

Kategorik

Karakteristik Obstetri

Gravida Merupakan jumlah kehamilan yang pernah dijalani pasien, termasuk

kehamilan saat ini

Pencatatan dari rekam medis

 Primigravida (G1)

 Multigravida (G1-G3)

 Grande multigravida (G4-dst)

Ordinal

Usia Kehamilan Merupakan rentang waktu antara hari pertama haid

Pencatatan dari rekam medis

 Trimester I

 Trimester II

 Trimester III

Ordinal

(38)

Variabel Definisi Operasional

Cara Ukur Hasil Ukur Skala terakhir sampai

dengan hari pertama pasien dirawat di rumah sakit

Jenis Persalinan Merupakan cara bersalin yang dilakukan kepada subjek penelitian atas indikasi apapun

Pencatatan dari rekam medis

 Per vaginam

 Per

abdominal (sectio cesarea)

Nominal

Karakteristik Klinis

Gejala Klinis Merupakan tanda dan gejala Covid- 19 yang tercatat pada rekam medis pasien

Pencatatan dari rekam medis

 Ringan

 Sedang

 Berat

 ARDS

Ordinal

Mortalitas Merupakan jumlah kematian pasien dirawat di rumah sakit

Pencatatan dari rekam medis

 Hidup

 Meninggal

Ordinal

Karakteristik Laboratoris

Hemoglobin Merupakan hasil pengukuran kadar hemoglobin dalam sampel darah yang diukur menggunakan alat pengukur

otomatis

Pencatatan dari rekam medis

Hasil pengukuran hemoglobin dalam satuan gr/dL

Numerik interval

Leukosit

Merupakan hasil pengukuran kadar leukosit total dalam sampel darah yang diukur menggunakan alat pengukur

otomatis

Pencatatan dari rekam medis

Hasil pengukuran leukosit dalam satuan 103 per μL

Numerik interval

D-Dimer

Merupakan hasil pengukuran nilai

Pencatatan dari rekam medis

Hasil

pengukuran D-

Numerik interval

(39)

Variabel Definisi Operasional

Cara Ukur Hasil Ukur Skala D-dimer dalam

sampel darah yang diukur menggunakan alat pengukur

otomatis

dimer dalam satuan ng/mL

Karakteristik Radiologis

Merupakan hasil pemeriksaan radiografi toraks yang dilakukan pasien saat pertama kali menjalani

perawatan di rumah sakit

Pencatatan dari rekam medis

 Atipikal COVID-19

 Tipikal COVID-19

Nominal

3.7. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini rekam medis.

3.8. Pengumpulan Data, Pengolahan Data, dan Analisis Data 3.8.1. Pengumpulan Data

Seluruh data pada penelitian ini diperoleh dengan cara pencatatan langsung dari rekam medis yang dimiliki oleh rumah sakit (data sekunder).

3.8.2. Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini mencakup:

1. Editing: Langkah ini dimaksud untuk melakukan kegiatan pengecekan terhadap kelengkapan data yang telah dicatat di lembar observasi

(40)

2. Coding: Langkah ini merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan. Kegunaan data coding adalah untuk mempermudah saat entry data.

3. Processing: Langkah selanjutnya adalah memproses data agar data yang sudah di entry dapat dianalisis. Processing dilakukan dengan cara meng- entry data ke paket program komputer

4. Cleaning: Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang suda di-entry, apakah ada kesalahan atau tidak.

3.9. Analisis Data

Analisis pada penelitian ini dilakukan secara univariat dengan tujuan untuk mendiskripsikan variabel penelitian, sehingga dapat membantu analisis selanjutnya secara lebih mendalam. Selain itu, analisis secara deskriptif ini juga digunakan untuk mengetahui karakteristik subjek penelitian yang menjadi sampel penelitian.

Data yang berskala numerik (rasio dan interval) akan dipresentasikan dalam bentuk tabel yang berisi data rerata, standar deviasi, median, dan rentang datanya.

Sedangkan data yang berskala kategorik (nominal dan ordinal) akan dipresentasikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.

(41)

3.10. Etika Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti terlebih dahulu meminta izin kepada RSUD Raden Mattaher Jambi untuk melakukan penelitian di RSUD Raden Mattaher Jambi. Kemudian pengambilan data di RSUD Raden Mattaher Jambi dengan menjaga kerahasian nama (anonymity) dan kerahasiaan informasi yang diperoleh (confidentiality).

3.11. Alur Penelitian

Pencatatan Data Demografi

Gambar 3.1. Alur Kerja Penelitian

(42)

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Raden Mattaher pada bulan Oktober 2022. Data penelitian ini diperoleh melalui pencatatan langsung dari rekam medis. Penelitian ini melibatkan 90 orang subjek penelitian.

4.1.1. Karakteristik Individu, Obstetri, dan Klinis Ibu Hamil Yang Terinfeksi COVID-19 di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2020-2022

Tabel 4.1. Karakteristik Individu dan Obstetri

Variabel Frekuensi Persentase

Pekerjaan

Bekerja 54 60,0

Tidak Bekerja 36 40,0

Usia

< 20 tahun 3 3,3

20-35 tahun 71 78,9

> 35 tahun 16 17,8

Gravida

Primigravida 24 26,7

Multigravida 58 64,4

Grande Multigravida 8 8,9

Usia Kehamilan

Trimester I 10 11,1

Trimester II 19 21,1

Trimester III 61 67,8

Jenis Persalinan

Pervaginam 8 8,9

Sectio Cesarea Tidak/Belum bersalin

70 12

77,8 13,3 Gejala

Ringan Sedang

3 79

3,3 87,7

(43)

Variabel Frekuensi Persentase Berat

ARDS

4 4

4,5 4,5 Mortalitas

Hidup Meninggal

89 1

98.9 1,1

Total 90 100,0

Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas (60,0%) subjek penelitian ini berstatus bekerja, mayoritas (78,9%) berusia 20-35 tahun, mayoritas (64,4%) multigravida, mayoritas (67,8%) berada di usia kehamilan trimester III, (77,8%) mayoritas bersalin secara sectio cesarea, mayoritas gejala klinis sedang (87,7%), dan mayoritas pasien dalam keaadaan hidup (98,9%).

Pekerjaan

Bekerja Tidak Bekerja

Usia

< 20 tahun 20-35 tahun

> 35 tahun

Gravida

Primigravida Multigravida Grande Multigravida

Kehamilan

Trimester I Trimester II Trimester III

Persalinan

Pervaginam Sectio Cesarea Tidak/Belum Bersalin

Gejala Klinis

Ringan Sedang Berat ARDS

Mortalitas

Hidup Meninggal

Gambar 4.1. Pie Chart Karakteristik Individu, Obstetri, dan Klinis

(44)

4.1.2. Karakteristik Laboratoris Ibu Hamil Yang Terinfeksi COVID-19 di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2020-2022

Tabel 4.2. Karakteristik Laboratoris

Variabel Frekuensi Persentase

Hemoglobin

Rendah 77 85,6

Normal 11 12,2

Tinggi 2 2,2

Leukosit

Rendah 2 2,2

Normal 37 41,1

Tinggi 51 56,7

D-dimer

Normal 74 82,2

Meningkat 16 17,8

Total 90 100,0

Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas (85,6%) subjek penelitian ini memiliki kadar hemoglobin yang termasuk dalam kategori rendah, mayoritas (56,7%) memiliki kadar leukosit yang termasuk dalam kategori tinggi, dan mayoritas (82,2%) memiliki nilai D-dimer yang termasuk dalam kategori normal.

Hemoglobin

Rendah Normal Tinggi

Leukosit

Rendah Normal Tinggi

D-dimer

Normal Meningkat

Gambar 4.2. Pie Chart Karakteristik Laboratoris

(45)

4.1.3. Karakteristik Radiologis Ibu Hamil Yang Terinfeksi COVID-19 di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2020-2022

Tabel 4.3. Karakteristik Radiologis

Variabel Frekuensi Persentase

Gambaran Radiologis

Normal 50 55,6%

Tidak Normal 40 44,4%

Total 90 100,0

Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas (55,6%) subjek penelitian ini memiliki gambaran radiologis yang termasuk dalam kategori normal.

4.2.Pembahasan

4.2.1. Karakteristik Individu dan Obstetri Ibu Hamil Yang Terinfeksi COVID-19 di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2020-2022 Hasil penelitian ini mendapati bahwa mayoritas (60,0%) ibu berstatus bekerja, mayoritas (78,9%) berusia 20-35 tahun, mayoritas (64,4%) multigravida, mayoritas (67,8%) berada di usia kehamilan trimester III, dan (77,8%) mayoritas bersalin secara sectio cesarea. Terkait usia, penelitian

Radiologis

Normal Tidak Normal

Gambar 4.3. Pie Chart Karakteristik Radiologis

(46)

Zambrano et al. (2020) di Amerika Serikat melaporkan bahwa perempuan hamil yang berusia ≥ 35 tahun akan memiliki risiko 3,2 kali lipat lebih tinggi untuk dirawat di ICU karena COVID-19 dibandingkan mereka yang tidak hamil.

Risiko tersebut lebih rendah daripada perempuan hamil yang berusia 25-34 tahun yang memiliki risiko 2,4 kali lipat lebih tinggi untuk dirawat di ICU karena COVID-19 dibandingkan mereka yang tidak hamil. Perempuan hamil yang berusia ≥ 35 tahun akan memiliki risiko 3,6 kali lipat lebih tinggi untuk memerlukan ventilasi mekanik dibandingkan mereka yang tidak hamil. Risiko tersebut lebih rendah daripada perempuan hamil yang berusia 25-34 tahun yang memiliki risiko 2,5 kali lipat lebih tinggi untuk memerlukan ventilasi mekanik dibandingkan mereka yang tidak hamil 32

Hasil berbeda juga dilaporkan pada penelitian yang dilakukan oleh Tutiya et al. (2021) di Brazil. Penelitian tersebut melaporkan bahwa perempuan hamil yang mengalami COVID-19 derajat berat memiliki rerata usia 35,0 ± 5,9 tahun, sedangkan yang mengalami COVID-19 tidak memiliki rerata usia yang lebih muda, yaitu 31,8 ± 5.1 tahun. Selisih rerata tahun tersebut terbukti signifikan secara statistik (p = 0,011). Hal ini menunjukkan bahwa usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi derajat keparahan COVID-19 pada perempuan hamil 33.

Kemungkinan mekanisme yang mendasari pengaruh usia terhadap perbedaan keraparahan COVID-19 terletak pada perubahan respon imun, termasuk produksi sitokin dan proses termoregulasi. Pada individu yang berusia lebih tua, respon imun yang muncul relatif lebih lemah daripada individu yang

(47)

berusia muda, sehingga kerusakan yang ditimbulkan oleh SARS-CoV-2 dapat lebih berat. Namun, terdapat kontroversi terkait hal ini karena telah diketahui bahwa derajat keparahan COVID-19 juga disebabkan oleh terjadinya cytokine storm, sehingga seharusnya pada individu yang memiliki respon imun lebih

lemah, produksi sitokin akan lebih sedikit dan derajat keparahan COVID-19 juga mungkin akan lebih ringan 34. Adanya inflamasi kronis disebabkan penyakit yang sudah ada sebelumnya juga diduga menjadi faktor tambahan yang memperburuk perjalanan penyakit dari COVID-19 35. Hal inilah yang juga diduga menyebabkan perbedaan hasil antara penelitian ini dengan kedua penelitian tersebut.

Terkait status obstetri (gravida, paritas, dan abortus) pada penelitian ini relatif sebanding dengan penelitian Sakowicz et al. (2020) di Amerika Serikat.

Penelitian dengan desain retrospektif kohort yang melibatkan 1.418 orang perempuan hamil tersebut bertujuan untuk mengetahui faktor risiko terjadinya severe acute respiratory syndrome pada perempuan hamil. Penelitian tersebut

melaporkan bahwa paritas bukan merupakan faktor yang mempengaruhi keparahan COVID-19 (p = 0,54). Persentase perempuan hamil yang primigravida relatif sama besar dengan persentase perempuan hamil yang secundi dan multigravida, yaitu 31,6% dan 25,0% 36.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Di Martino et al. (2021) di Itali juga menunjukkan hasil yang relatif sama dengan penelitian ini. Penelitian dengan desain kohort yang melibatkan 250 orang pasien tersebut bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi derajat keparahan COVID-19

(48)

pada ibu hamil. Hasil penelitian tersebut mendapati bahwa paritas bukanlah faktor yang mempengaruhi derajat keparahan COVID-19. Perempuan hamil dengan paritas berapapun menunjukkan risiko COVID-19 derajat berat yang sama dengan pasien asimtomatis (RR = 1,0) 37.

Hingga laporan penelitian ini dibuat, belum terdapat penelitian yang menginvestigasi alasan tidak adanya pengaruh paritas terhadap keparahan COVID-19 pada perempuan hamil. Peneliti menduga tidak adanya pengaruh paritas terhadap keparahan COVID-19 pada perempuan hamil disebabkan oleh tidak adanya perubahan respon imun tubuh terhadap COVID-19 pada kehamilan ke berapapun.

Karakteristik usia kehamilan pada penelitian ini relatif dapat disejajarkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tutiya et al. (2021) di Brazil. Penelitian dengan desain retrospektif yang melibatkan 114 orang subjek penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui berbagai faktor risiko terjadinya COVID-19 derajat berat pada perempuan hamil. Salah satu hasil penelitian tersebut mendapati bahwa usia kehamilan bukanlah salah satu faktor yang mempengaruhi keparahan COVID-19 pada ibu hamil (p = 0,112). Penelitian tersebut juga melaporkan bahwa perempuan hamil yang mengalami COVID-19 derajat berat dan tidak berat memiliki median usia kehamilan yang relatif sama, yaitu 30,1 minggu dan 28,6 minggu 33.

Penelitian lain yang juga mendapati hasil serupa didapatkan pada penelitian Savasi et al. (2020) di Itali. Penelitian dengan desain kohort

(49)

multisenter yang melibatkan 77 pasien COVID-19 tersebut bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik dan tingkat keparahan perempuan hamil yang mengalami COVID-19. Penelitian tersebut mendapati bahwa rerata usia kehamilan pasien COVID-19 derajat berat adalah 235 hari, sedangkan rerata usia kehamilan pasien COVID-19 derajat tidak berat adalah 261 hari. Hasil analisis penelitian tersebut menunjukkan bahwa usia kehamilan bukanlah faktor yang mempengaruhi derajat keparahan COVID-19 (p = 0,81) 38.

Hingga laporan penelitian ini dibuat, belum terdapat satupun penelitian yang dapat menjelaskan mekanisme pengaruh usia kehamilan terhadap keparahan COVID-19 pada perempuan hamil. Peneliti menduga kesamaan respon imun antara ibu hamil di berbagai usia kehamilan merupakan alasan yang mendasarinya. Telah diketahui bahwa terjadi perubahan respon imun pada perempuan hamil dibandingkan saat mereka belum hamil, tetapi tidak terdapat laporan yang menyebutkan adanya perubahan respon imun seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Hal ini menyebabkan respon tubuh terhadap infeksi SARS-COV-2 akan relatif sama selama masa kehamilan, sehingga derajat keparahan yang ditunjukkan juga akan sama.

Terkait karakteristik pekerjaan dan jenis persalinan, tidak ditemukan satupun penelitian sebelumnya yang dapat digunakan sebagai pembanding dari hasil penelitian ini.

Terkait Gejala klinis berdasarkan data yang tersedia dalam penilitan, sekitar 3 orang ibu hamil dengan COVID-19 mengalami gejala ringan, 79 orang

(50)

mengalami gejala sedang, dan 4 orang mengalami gejala berat , dan 4 orang mengalami gejala ARDS .

Penelitian lain menunjukkan bahwa ibu hamil dengan COVID-19 mungkin lebih rentan terhadap gejala yang lebih parah daripada orang dewasa yang tidak hamil. Namun, mayoritas ibu hamil dengan COVID-19 akan mengalami gejala ringan hingga sedang dan akan sembuh tanpa komplikasi.

ARDS (sindrom distress paru akut) merupakan kondisi serius yang dapat terjadi pada ibu hamil dengan COVID-19, terutama pada mereka yang memiliki kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya. Penelitian lain menunjukkan bahwa ibu hamil dengan ARDS mungkin memerlukan perawatan di rumah sakit dan mungkin juga akan memerlukan perawatan di unit perawatan intensif (ICU).

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ibu hamil dengan COVID-19 mungkin lebih rentan terhadap infeksi paru-paru yang lebih parah daripada orang dewasa yang tidak hamil. Namun, mayoritas ibu hamil dengan COVID- 19 akan mengalami gejala ringan hingga sedang dan akan sembuh tanpa komplikasi. 39

Terkait mortalitas , Berdasarkan data yang tersedia dalam penelitan, sekitar 89 orang ibu hamil dengan COVID-19 selamat, sementara 1 pasien meninggal.Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kematian pada ibu hamil dengan COVID-19 relatif rendah. Namun, ada beberapa faktor yang dapat

(51)

meningkatkan risiko kematian pada ibu hamil dengan virus ini, seperti umur yang lebih tua, kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya, dan obesitas.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ibu hamil dengan COVID-19 mungkin lebih rentan terhadap infeksi paru-paru yang lebih parah daripada orang dewasa yang tidak hamil. Namun, mayoritas ibu hamil dengan COVID- 19 akan mengalami gejala ringan hingga sedang dan akan sembuh tanpa komplikasi. 39

4.2.2. Karakteristik Laboratoris Ibu Hamil Yang Terinfeksi COVID-19 di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2020-2022

Penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas (85,6%) subjek penelitian ini memiliki kadar hemoglobin yang termasuk dalam kategori rendah, mayoritas (56,7%) memiliki kadar leukosit yang termasuk dalam kategori tinggi, dan mayoritas (82,2%) memiliki nilai D-dimer yang termasuk dalam kategori normal. Karakteristik hemoglobin ini sejalan dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Usul (2020) di Turki. Penelitian dengan desain cross sectional yang melibatkan 282 orang pasien tersebut bertujuan untuk

mengetahui gambaran hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin pada pasien COVID-19. Hasil penelitian tersebut mendapati bahwa pasien positif COVID- 19 memiliki kadar leukosit yang lebih rendah daripada pasien negatif COVID- 19 (p < 0,05). Kadar limfosit pasien COVID-19 yang didapatkan juga lebih tinggi, tetapi tidak signifikan. Kadar trombosit dan neutrophil pasien COVID- 19 lebih rendah, sedangkan kadar hemoglobin lebih tinggi (p < 0,05) 39.

(52)

Pada tahap awal penyakit COVID-19, ketika pasien tidak memiliki gejala, jumlah leukosit dan limfosit darah tepi akan normal atau sedikit menurun, tetapi indikator ini dapat berubah seiring dengan perkembangan penyakit. Mirip dengan infeksi virus lainnya, ciri umum pasien COVID-19 adalah limfopenia. Pada pasien ini, jumlah total limfosit, TCD4+, TCD8+, sel B, dan sel Natural killer (sel NK) menurun, sehingga pengurangan sel T CD8+

lebih signifikan. Hemoglobin sebagai mediator patologis terjadinya ARDS telah diketahui berperan dalam pembentukan stres oksidatif dan kerusakan endotel. Pada pasien COVID-19, terjadi peningkatan kadar sitokin penghambat seperti interleukin 4 (IL-4) dan IL-10, sehingga terjadi penghambatan eritropoiesis yang menimbulkan berbagai kondisi di atas 40.

Pada penelitian prospektif Benoit (2021), anemia merupakan temuan umum yang ditemukan pada sepertiga pasien dengan COVID-19. Meskipun demikian, penelitian tersebut menduga bahwa anemia yang didapatkan merupakan anemia penyakit kronis karena komorbiditas yang mendasari dan tidak terkait dengan patogenesis COVID-19 41. Berbeda dengan hasil tersebut, penelitian Bellman-Weiler (2020) melaporkan bahwa anemia dapat digunakan sebagai prediktor keparahan COVID-19 42. Sebelumnya telah dilaporkan bahwa hyperferritinemia sangat terkait dengan perkembangan COVID-19 yang buruk dan peningkatan mortalitas 43, sehingga gangguan homeostasis besi yang dimediasi oleh imun pada pasien yang berkembang menjadi penyakit parah tampaknya merupakan kemungkinan yang kuat. Namun kami menduga bahwa anemia pada kasus COVID-19 sedang dan berat tidak didorong oleh peradangan

(53)

saja, tetapi juga kombinasi faktor termasuk cedera sitopatik langsung akibat infeksi eritrosit yang bersirkulasi atau prekursor sumsum tulangnya, kerusakan eritrosit tidak langsung akibat anemia hemolitik, dan/atau mikroangiopati trombotik 44.

Temuan karakteristik leukosit pada penelitian ini relatif sejalan dengan penelitian Chen et al. (2020) juga melaporkan bahwa pada perempuan hamil dengan pneumonia COVID-19, sebanyak 77% pasien kadar leukosit yang termasuk dalam kategori normal 45. Perempuan hamil lebih rentan terhadap COVID-19 dan pneumonia berat karena mereka berada pada perubahan adaptif fisiologis dan keadaan imunosupresif selama kehamilan 45. Meskipun demikian, gejala klinis dan temuan laboratorium dari perempuan hamil yang terinfeksi COVID-19 tidak khas dibandingkan dengan orang dewasa yang tidak hamil.

Penelitian systematic review yang dilakukan oleh Allotey et al. (2020) melaporkan bahwa peningkatan jumlah leukosit merupakan temuan laboratoris yang umum ditemukan pada perempuan hamil yang mengalami COVID-19.

Dilaporkan sebanyak 26% pasien mengalami leukositosis 46. Penelitian Liu et al. Leukositosis dan peningkatan rasio neutrofil juga dilaporkan lebih sering

didapatkan pada perempuan hamil yang terinfeksi COVID-19, tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai limfopenia antara kelompok hamil dan tidak hamil. Penelitian lain juga menyimpulkan bahwa leukositosis merupakan salah satu temuan laboratorium utama pada perempuan hamil 47.

(54)

Karakteristik D-dimer pada penelitian ini relatif sejalan dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Naymagon (2020) di Amerika Serikat.

Penelitian dengan desain retrospektif yang melibatkan 1.065 pasien tersebut bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar D-dimer dengan outcome pasien. Penelitian tersebut mendapati bahwa terdapat hubungan antara kadar D- dimer dengan outcome pasien COVID-19. Setiap peningkatan 1 µg/mL D- dimer dihubungkan dengan peningkatan 1,06 kali lipat risiko kematian 48. Hasil serupa juga ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan oleh Biamonte (2021) di Italia. Penelitian dengan desain retrospektif yang melibatkan 45 pasien tersebut bertujuan untuk mengetahui hubungan antara berbagai parameter laboratorium (salah satunya adalah D-dimer) dengan perjalanan penyakit dan outcome. Penelitian tersebut mendapati bahwa terdapat hubungan antara kadar

D-dimer dengan outcome pasien COVID-19 49.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh He (2021) di Tiongkok juga menunjukkan hasil yang mendukung penelitian ini. Penelitian dengan desain retrospektif yang melibatkan 1.114 pasien tersebut bertujuan untuk mengetahui nilai prognostik dari pemeriksaan D-dimer, serta berbagai faktor yang mempengaruhinya. Penelitian tersebut mendapati bahwa kadar D-dimer berhubungan dengan perjalanan penyakit dan outcome klinis dari pasien COVID-19. Kadar D-dimer cenderung mengalami peningkatan pada pasien dengan keparahan berat dan pasien kritis, dibandingkan dengan pasien dengan keparahan ringan. Pasien yang meninggal pun memiliki kadar D-dimer yang secara signifikan lebih tinggi. Kadar D dimer sebesar 2,025 mg/L merupakan

(55)

cutoff yang dapat digunakan untuk memprediksi prognosis kematian. Penelitian

tersebut juga mendapati bahwa pasien yang berusia lanjut, berjenis kelamin laki-laki, mengalami sesak napas, dan memiliki penyakit komorbiditas akan memiliki kadar D-dimer yang secara signifikan lebih tinggi 50.

Penelitian lain yang juga mendukung hasil penelitian ini didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh Huang (2020). Penelitian dengan desain systematic review yang menggunakan 5.350 pasien (dari 25 penelitian) tersebut

bertujuan untuk mengetahui hubungan antara berbagai biomarker laboratorium dengan keparahan COVID-19. Penelitian tersebut mendapati bahwa peningkatan kadar D-dimer berhubungan dengan outcome pasien yang buruk.

Pasien dengan kadar D-dimer > 0,5 mg/L memiliki risiko 2,93 kali lipat lebih tinggi untuk mengalami outcome yang buruk dan 4,15 kali lipat lebih tinggi untuk mengalami kematian. Akurasi kadar D-dimer sebagai prediktor prognosis COVID-19 relatif rendah dengan sensitivitas sebesar 58% dan spesifisitas 69%

51.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Yao (2020) di Tiongkok juga sejalan dengan penelitian ini. Penelitian dengan desain case control yang menggunakan 248 pasien tersebut bertujuan untuk menilai kemampuan kadar D-dimer sebagai prediktor perjalanan penyakit dan outcome COVID-19.

Penelitian tersebut mendapati bahwa kadar D-dimer > 2,0 mg/L saat pasien masuk rumah sakit berhubungan dengan peningkatan risiko kematian hingga 10 kali lipat lebih tinggi. Pasien yang meninggal secara signifikan memiliki kadar D-dimer yang lebih tinggi daripada pasien yang sembuh, yaitu 6,21 mg/L

(56)

banding 1,92 mg/L. Penelitian tersebut juga menyatakan bahwa kadar D-dimer

> 2,14 mg/L dapat digunakan sebagai prediktor kematian dengan sensitivitas sebesar 88,2% dan spesifisitas sebesar 71,3% 52.

Secara teori, koagulopati diketahui sebagai salah satu patofisiologi penting dalam perjalanan penyakit COVID-19. Peningkatan D-dimer merupakan kelainan koagulasi yang paling umum ditemukan pada COVID-19 dan merupakan faktor risiko independen untuk terjadinya kematian. Baik kadar awal maupun trend longitudinal, kadar D-dimer dapat digunakan untuk memprediksi keparahan penyakit dan kematian 53. Belum diketahui mekanisme pasti yang dapat menjelaskan fenomena ini, tetapi diduga aktivasi koagulasi yang tidak terkontrol disertai dengan konsumsi faktor koagulasi berkelanjutan dan trombosis mikrovaskular yang meluas merupakan penyebab utama terjadinya peningkatan D-dimer 54.

Pada fase hiperinflamasi sistemik COVID-19, terdapat peningkatan signifikan sitokin inflamasi dan biomarker, seperti interleukin (IL)-2, IL-6, IL- 7, granulocyte-colony stimulating factor, protein inflamasi makrofag 1-α, faktor nekrosis tumor-α (TNF-α), CRP, feritin, PCT, dan D-dimer. Peningkatan berbagai sitokin inflamasi tersebut merupakan manifestasi paling parah dari badai sitokin, yaitu saat hiperinflamasi yang berlebihan dapat menyebabkan kolaps kardiopulmoner dan kegagalan multi-organ 55. Infeksi parah SARS- CoV-2 dapat menyebabkan disfungsi sistem hemostatik yang mengarah ke keadaan hiperkoagulasi, suatu kondisi yang umumnya juga ditemukan pada sepsis 56.

(57)

4.2.3. Karakteristik Radiologis Ibu Hamil Yang Terinfeksi COVID-19 di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2020-2022

Karakteristik radiologis ibu hamil pada penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas (55,6%) subjek penelitian ini memiliki gambaran radiologis yang termasuk dalam kategori normal. Hubungan antara gambaran radiologi thorax dengan outcome pasien telah beberapa kali diteliti sebelumnya, salah satunya pada penelitian Cozzi (2020) di Itali. Penelitian dengan desain retrospektif yang melibatkan 234 orang pasien tersebut bertujuan untuk mengetahui gambaran pemeriksaan radiologis thorax pasien COVID-19 dan korelasinya dengan outcome klinis. Hasil penelitian tersebut mendapati bahwa 94,4% pasien COVID-19 memiliki gambaran radiologis abnormal, antara lain opasitas retikulonodular, ground-glass opacities, dan konsolidasi dengan distribusi terbanyak pada area basal dan perifer paru bilateral. Gambaran radiologi paru juga terbukti berkorelasi dengan outcome klinis pasien 57.

Hasil serupa juga didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh Colombi (2020) di Itali. Penelitian dengan desain retrospektif yang melibatkan 236 orang pasien tersebut bertujuan untuk mengetahui gambaran pemeriksaan CT-scan thorax pasien COVID-19 dan korelasinya dengan outcome klinis.

Hasil penelitian tersebut mendapati bahwa gambaran ground-glass opacity dan konsolidasi dengan distribusi difus atau peripheral-caudal memiliki proporsi terbanyak dan terbukti berhubungan dengan outcome pasien COVID-19 58.

Referensi

Dokumen terkait

olmaksızın haberdar olmayanları imana sevkedebileceği&#34;nin ifade edilmesi483, bu fikri desteklemek için örnek gösterilmektedir. Hans Küng de, Rahner'in bu

bergambar dengan balon percakapan. Balon percakapan dalam komik merupakan bagian penting dari komik yang akan memberi petunjuk kepada pembacanya untuk menarik

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang telah dilakukan oleh Carolus et al (2013) yang menyatakan tidak ada hubungan antara berat badan lahir dalam bentuk

Berdasarkan gambar 4.3 bahwa pertanyaan atribut 3 yaitu daya tarik harga, dapat kita lihat smartphone merek Oppo dan Xiaomi terletak pada kuadran yang sama hal

(Tabel 5) adalah “menangani mikroskop yang tidak layak pakai sesuai prosedur “, hanya dikusai 20% mahasiswa, sedangkan penguasaan subkompetensi yang paling tinggi

Teori  dasar  yang  digunakan  untuk  mendesain  struktur  perkerasan  lentur  berbeda  dengan  struktur  perkerasan  kaku.  Desain  struktur  perkerasan 

Penyimpanan database harus dilakukan dalam worksheet yang berbeda dan proses pengenalan kode dapat dipisahkan dengan membedakan kolom ataupun baris untuk masing-masing

Hasil penelitian dapat diketahui, (1) strength meliputi: FHI Kota Surabaya sangat penting di Jawa Timur karena paling konsisten dalam distribusi atlet ke tingkat Jawa