• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

1

BMT MITRA ARTA PEKANBARU

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk

Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md)

Oleh:

ARJUN TOTI ARIPAINI NIM. 01920610611

PROGRAM STUDI D3 PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

1444 H/2023 M

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

Arjun Toti Aripaini (2022): Penerapan Akad Mudharabah muthlaqah Pada Produk Investasi Berjangka di BMT Mitra Arta Pekanbaru

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya Baitul Maal wat Tamwil Mitra Arta Pekanbaru yang memiliki produk investasi berjangka yang banyak diminati oleh anggota BMT Mitra Arta Pekanbaru. Investasi berjangka ini tidak dapat diambil kapan saja oleh anggota BMT Mitra Arta kecuali sampai jangka waktu tertentu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapam akad mudharabah muthlaqah pada produk investasi berjangka di BMT Mitra Arta Pekanbaru dan untuk mengetahui kelebihan serta kelemahan pada produk investasi berjangka di BMT Mitra Arta Pekanbaru.

Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan metode kualitatif.

Penelitian ini dilakukan di BMT Mitra Arta Pekanbaru dengan key informan sebanyak 2 orang yaitu manager marketing dan costumer service. Adapun sumber data penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data ini menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan analisa data dalam penelitian ini adalah deskriptif.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa penerapan akad mudharabah muthlaqah pada produk investasi berjangka sudah sesuai dengan Fatwa Nomor 03/DSN-MUI/IV/2000 tentang deposito. Produk investasi berjangka digunakan untuk masyarakat atau anggota BMT Mitra Arta dalam menempatkan dananya dalam investasi berjangka dengan tujuan mendapatkan bagi hasil. Dimana setiap anggota yang membuka investasi berjangka di BMT Mitra Arta ini diwajibkan memiliki 2 (dua) rekening simpanan, yaitu: rekening simpanan mitra yang terdiri dari simpanan pokok dan simpanan wajib, dan rekening investasi berjangka. Dengan setoran awal simpanan sukarela sebesar Rp100.000,- dan setoran minimal Rp10.000,-. Dengan prosedur pembukaan simpanan sukarela yaitu (1) melampirkan syarat-syarat, (2) membayar simpanan pokok dan simpanan wajib, (3) membayar setoran awal investasi berjangka, (4) membayar dana investasi berjangka minimal Rp.1.000.000 (5) pembacaan akad, dan (6) pembagian nisbah. Adapun kelebihan dan kekurangan dari akad mudharabah muthlaqah pada produk investasi berjangka. Kelebihannya adalah (1) buku tabungan (2) bebas biaya administrasi bulanan, (3) mendapat bagi hasil setiap bulannya lebih besar dari simpanan biasa, dan (4) simpanan dikelola secara amanah, profesional dan sesuai dengan syariah. Sedangkan kekurangan dari simpanan sukarela adalah (1) tidak adanya kartu ATM, (2) uang tidak dapat ditarik sebelum sampai jangka waktu yang disepakati.

Kata Kunci: Mudharabah muthlaqah, Investasi Berjangka, BMT Mitra Arta

(6)

ii

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq serta nikmat-Nya, yang selalu mendengarkan do’a hamba-Nya, yang senantiasa memberikan petunjuk dalam setiap masalah dan selalu memberikan kemudahan dalam setiap kesulitan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Diploma Jurusan D3 Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim Riau.

Shalawat dan salam senantiasa selalu diberikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa Islam sebagai pelita dalam kegelapan Jahiliyah sehingga umatnya bisa menikmati manisnya Islam dan Iman hingga saat ini.

Alhamdulillah setelah dengan usaha, doa dan tawakal kepada Allah SWT akhirnya tugas akhir ini bisa terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Dengan kerendahan hati yang terdalam penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan, kerjasama, dorongan semangat, bimbingan, petunjuk dan juga nasihat dari berbagai pihak, yaitu :

1. Kepada seluruh keluarga besar tercinta penulis baik Ayahanda terhebat Armansyah, Almarhumah Ibunda tersayang Juminah, Adik tersayang Anggi Rani Nurul Hidayah yang senantiasa mendoakan memberikan semangat, bimbingan, dukungan baik berupa moril maupun materil serta memberikan perhatian yang sangat besar kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

(7)

iii

2. Bapak Prof. Dr. H. Hairunnas, M.Ag, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau beserta jajarannya.

3. Bapak Dr. Zulkifli, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum beserta Bapak Dr. H Erman, M.Ag sebagai Wakil Dekan I, Bapak Dr. H. Mawardi, S.Ag, M.Si sebagai Wakil Dekan II, Ibu Dr. Sofia Hardani, M.Ag sebagai Wakil Dekan III. Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim Riau.

4. Ibu Dr.Nurnasrina, S.E, M.Si, selaku Ketua Jurusan D3 Perbankan Syariah, beserta ibu Dr. Jenita, S.E, MM selaku Sekretaris Jurusan D3 Perbankan Syariah pada Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim Riau.

5. Ibu Rozi Andrini S.E, Sy. M.E. selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan dukungan serta petunjuk dan meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Seluruh staff BMT Mitra Arta yang telah bersedia di wawancarai dan memberi data-data, serta informasi yang diperlukan dalam penelitian ini.

7. Pimpinan dan Staf perpustakaan UIN Suska Riau yang banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Dosen Penasehat Akademik Darnilawati, S.E, M.Si yang telah membimbing selama masa perkuliahan.

9. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan D3 Perbankan Syariah Fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN Suska Riau yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu. Terima kasih atas segala ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi

(8)

iv

penulis selama menuntut ilmu serta karyawan/ti dan segenap civitas akademika Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Suska Riau.

Sekiranya masih banyak lagi yang membantu penulis dan namanya tidak disebutkan satu persatu dalam kata pengantar ini, penulis hanya bisa mengucapkan terima kasih, semoga Allah SWT memberikan limpahan kebaikan dan pahala. Walaupun demikian, skripsi ini merupakan tanggung jawab penulis.

Pekanbaru, 2 Januari 2023

Arjun Toti Aripaini

(9)

v DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Dan kegunaan Penelitian ... 6

E. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II LANDASAN TORITIS A. Akad ... 9

1. Pengertian Akad ... 9

2. Pembentukan Akad ... 10

3. Pembatasan dan Larangan Akad dalam Islam ... 14

4. Keterkaitan Akad dengan Produk ... 14

5. Berakhirnya Akad dalam Islam ... 15

B. Mudharabah ... 16

1. Pengertian Mudharabah ... 16

2. Jenis-Jenis Mudharabah ... 19

3. Dasar Hukum Mudharabah ... 21

4. Rukun dan Syarat Mudharabah ... 23

5. Fatwa DSN-MUI tentang Tabungan Mudharabah ... 24

C. Investasi Berjangka ... 25

1. Pengertian Investasi ... 25

2. Pengertian Investasi Berjangka ... 26

D. Baitul Mal wa Tamwil (BMT) ... 27

1. Pengertian Baitul Mal ... 27

2. Pengertian Baitul Mal Wa Tamwil ... 27

3. Landasan Hukum BMT... 29

4. Tujuan dan Fungsi BMT ... 30

5. Produk dan Jasa BMT ... 32

(10)

vi BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 36

1. Sejarah Berdirinya BMT Mitra Arta ... 36

2. Gambaran Umum Pendirian ... 37

3. Visi dan Misi BMT Mitra Arta ... 38

4. Struktur Organisasi BMT Mitra Arta ... 40

5. Produk-Produk di BMT Mitra Arta ... 43

B. Metodologi Penelitian ... 48

1. Jenis Penelitian... 49

2. Lokasi Penelitian ... 49

3. Subjek dan Objek Penelitian ... 49

4. Informan Penelitian ... 50

5. Sumber Data... 51

6. Metode Pengumpulan Data ... 51

7. Teknik Analisis Data... 52

8. Metodologi Penulisan ... 53

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Penerapan Akad Mudharabah muthlaqah pada Produk BMT Mitra Arta Pekanbaru……….. B. Keunggulan dan Kelemahan Produk Investasi Berjangka di BMT Mitra Arta Pekanbaru ... 1. Keunggulan Produk Investasi Berjangka di BMT Mitra Arta Pekanbaru ... 2. Kelemahan Produk Investasi Berjangka di BMT Mitra Arta Pekanbaru ... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 62 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

54 59

59

60

(11)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Keanggotaan BMT Mitra Arta ... 38 Tabel 4.2 Nisbah Bagi Hasil di BMT Mitra Arta ... 57 Tabel 4.3 Contoh Perhitungan Nisbah Bagi Hasil Investasi Berjangka di

BMT Mitra Arta ... 58

(12)

1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lembaga perbankan merupakan salah satu instrumen penting dalam sistem ekonomi modern. Tidak satu pun negara modern yang menjalankan kegiatan ekonominya tanpa melibatkan lembaga perbankan.1Perbankan memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian di suatu negara, dimana tolak ukur keberhasilan suatu negara dilihat dari pengguna sektor kegiatan keuangan. Semakin baik kondisi perbankan suatu negara, makin baik pula kondisi perekonomian suatu negara.

Secara kelembagaan, perbankan syariah di Indonesia dapat dipetakan menjadi Bank Umum Syariah, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), dan Baitul Maal wa Tamwil (BMT). Baitul Maal wa Tamwil (BMT) pada dasarnya bukan lembaga perbankan murni, melainkan lembaga keuangan mikro syariah yang menjalankan sebagian besar sistem operasional perbankan syariah. Baitul Maal wa Tamwil (BMT) merupakan leading sector untuk pembiayaan usaha mikro, ini dikarenakan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) merupakan salah satu multiplier effect dari pertumbuhan dan perkembangan lembaga ekonomi dan keuangan bank syariah.

Lembaga keuangan mikro syariah merupakan salah satu alat yang cukup penting untuk mengangkat tingkat perekonomian masyarakat saat ini.

Pelaksanaan dan operasional lembaga keuangan mikro selain dilakukan dengan

1 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Mudharabah di Bank Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 17.

(13)

pola simpan pinjam juga dapat dilakukan dengan pola bagi hasil dibawah sistem keuangan syariah. Lembaga yang dapat menjalankan peran sebagai lembaga keuangan mikro syariah saat ini adalah Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) dan Baitul Maal wa-Tamwil (BMT).

Terbitnya Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah merupakan wujud nyata peran pemerintah memberikan payung hukum atas kenyataan yang tumbuh suburnya ekonomi syariah dalam masyarakat Indonesia terutama dalam lingkungan koperasi dan usaha kecil dan menengah.2

Baitul Maal wa-Tamwil (BMT) merupakan suatu lembaga yang terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit, seperti: zakat, infaq, dan sedekah.

Adapun baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersil. Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan islam. Baitul Maal wa-Tamwil (BMT) adalah salah satu model lembaga keuangan mikro syariah yang berbentuk koperasi yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di indonesia, yang bergerak dikalangan masyarakat ekonomi bawah, berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi kegiatan ekonomi bagi pengusaha kecil berdasarkan prinsip

2 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2009), h. 469.

(14)

syariah. Tujuan yang ingin dicapai para penggagasnya tidak lain untuk menghimpun dana masyarakat dan menyalurkannnya kembali kepada masyarakat.

Sebagaimana yang dikatakan dalam Al Qur’an :

ِباَقِّرلا ِفَِو ْمُهُ بوُلُ ق ِةَفملَؤُمْلاَو اَهْ يَلَع َينِلِماَعْلاَو ِينِكاَسَمْلاَو ِءاَرَقُفْلِل ُتاَقَدمصلا اَمنَِّإ ِفَِو َينِمِراَغْلاَو

ِليِبَس ميِكَح ٌميِلَع ُمللَّاَو ۗ ِمللَّا َنِم ًةَضيِرَف ۖ ِليِبمسلا ِنْباَو ِمللَّا

ٌٌ

Artinya : Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orangorang miskin, para amil zakat, orang-orang yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) para hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang-orang yang sedang dalam perjalanan (yang memerlukan pertolongan), sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana”. (Q.S. At Taubah [9]: 60).

Salah satu prinsip Baitul Maal wa Tamwil (BMT) dalam mobilitas dana adalah prinsip titipan dengan akad yang disebut mudharabah. Menurut Muhammad Syafi‟i mudharabah berasal dari kata dharaba yang berarti memukul. Yang artinya satu sama lain saling menyatakan kepercayaannya untuk bekerjasama. Dalam perspektif fiqh muamalah, mudharabah adalah kerjasama antara pemilik dana dengan pengelola dana yang mana keuntungan akan dibagikan sesuai dengan nisbah bagi hasil.3

Tabungan sebagai salah satu produk penghimpunan dana juga mendapatkan dasar hukum dalam PBI No. 9/19/PBI/2007 tentang pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank Syariah, sebagaimana yang telah diubah dengan PBI No.

10/16/PBI/2008. Pasal 3 PBI dimaksud menyebutkan antara lain bahwa

3 Https://jurnal.umsb.ac.id, diakses pada 3 April 2022

(15)

pemenuhan prinsip syariah dilakukan melalui kegiatan penghimpunan dana dengan mempergunakan antara lain akad wadi‟ah dan mudharabah.

Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan.

Sedangkan secara teknis, mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak, dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.4 Akad Mudharabah adalah transaksi penanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal) kepada pengelola dana (Mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu yang sesuai syariah, dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.5

Salah satu lembaga keuangan mikro syariah yang berbasis koperasi yang ada di Indonesia khusunya di Kota Pekanbaru adalah BMT Mitra Arta dan melaksanakan fungsi intermediasi keuangan (finansial intermediary function) yaitu menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang

membutuhkan.6

Produk yang terdapat di BMT Mitra Arta adalah produk simpanan, pembiayaan dan investasi berjangka. Untuk produk simpanan yaitu, simpanan mitra, simpanan umat, simpanan tadika, simpanan qurban, simpanan berkah dan simpanan haji atau umrah. Sedangkan untuk produk pembiayaan seperti, pembiayaan murabahah, pembiayaan ijarah, pembiayaan

4 Nurnasrina, Perbankan Syariah I, (Pekanbaru: SUSKA PRESS, 2012), h. 114.

5 Muhamad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2018), Ed. Ke- 2, h. 115.

6 Ibid.

(16)

musyarakah/mudharabah. Serta satu produk lain yaitu produk investasi berjangka.

Dari berbagai produk yang ada di BMT Mitra Arta Pekanbaru, Produk investasi berjangka adalah salah satu produk yang banyak diminati oleh anggota BMT. Produk investasi berjangka menggunakan akad mudharabah muthlaqah dan memberikan banyak keuntungan bagi nasabah atau anggota.

Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana penerapan akad mudharabah muthlaqah di produk investasi berjangka, karena banyaknya anggota yang melakukan investasi berjangka tersebut. Maka dari itu penulis mengganggap penting untuk melakukan penelitian, dengan mengambil judul “Penerapan Akad Mudharabah Muthlaqah pada Produk Investasi Berjangka di BMT Mitra Arta Pekanbaru”.

B. Batasan Masalah

Karena begitu luasnya pembahasan ini, maka penulis membatasi dan hanya membahas mengenai penerapan akad mudharabah muthlaqah pada produk investasi berjangka di BMT Mitra Arta periode 2021.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan akad mudharabah muthlaqah pada produk investasi berjangka di BMT Mitra Arta Pekanbaru?

2. Apa saja keunggulan dan kelemahan produk investasi berjangka di BMT Mitra Arta Pekanbaru?

(17)

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui penerapan akad mudharabah muthlaqah pada produk investasi berjangka di BMT Mitra Arta Pekanbaru

b. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan produk investasi berjangka di BMT Mitra Arta Pekanbaru.

2. Manfaat Penelitian

a. Untuk mendapatkan pengetahuan tentang penerapan akad mudharabah muthlaqah pada produk investasi berjangka di BMT Mitra Arta

Pekanbaru

b. Untuk mendapatkan pengetahuan tentang keunggulan dan kelemahan produk investasi berjangka di BMT Mitra Arta Pekanbaru

c. Untuk melengkapi tugas-tugas penulis sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Ahli Madya pada Fakultas Syariah dan Hukum di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

d. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memperkaya khazanah, intelektual dan menambah wawasan dan cakrawala berfikir serta sebagai bahan bacaan yang baik bagi penulis maupun bagi mahasiswa lain

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penyusunan penulisan karya ilmiah ini terdiri dari lima bab masing-masing bab terdiri dari sub-sub bab, adapun secara sistematik adalah sebagai berikut:

(18)

BAB I : PENDAHULUAN

Merupakan pendahuluan yang berisi uraian secara global dan menyeluruh mengenai materi yang dibahas, di dalamnya terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan kegunaan penulisan, serta sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORITIS

Merupakan landasan teori yang berisi tentang tinjauan umum tentang akad, tinjauan umum mudharabah, tinjauan umum investasi berjangka dan tinjauan umum tentang baitul mal wa tamwil (BMT).

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Menjelaskan tentang metodologi yang digunakan dalam penelitian. Bab ini membahas tentang jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek dan objek penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan metode penulisan.

BAB IV :HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Membahas secara terperinci tentang penerapan akad mudharabah muthlaqah pada produk investasi berjangka dan keunggulan serta kelemahan produk investasi berjangka di BMT Mitra Arta Pekanbaru.

(19)

BAB V :KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan memberikan saran sebagai perbaikan dari segala kekurangan dan disertai dengan lampiran-lampiran.

(20)

9

LANDASAN TEORI A. Akad

1. Pengertian Akad

a. Pengertian akad secara bahasa

Menurut bahasa akad mempunyai beberapa arti, antara lain:7 1) Mengikat (طبرلا(, yaitu mengumpulkan dua ujung tali dan mengikat

salah satunya dengan yang lain sehingga bersambung, kemudian keduanya menjadi sebagai sepotong benda.

2) Sambungan (ةدقع( yaitu sambungan yang memegang kedua ujung itu dan mengikatnya.

3) Janji (دهعلا( yaitu yang dalam al-quran mengacu kepada pernyataan seseorang untuk mengerjakan sesuatu atau untuk tidak mengerjakan sesuatu dan tidak ada sangkut pautnya dengan orang lain.

b. Pengertian akad secara istilah

Secara istilah akad dapat dijelaskan sebagai berikut :8

1) Perikatan ijab dan qabul yang dibenarkan syara’ yang menetapkan keridhaan kedua belah pihak

2) Berkumpulnya serah terima diantara dua pihak atau perkataan seseorang yang berpengaruh pada kedua pihak

7 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h.44-45

8 Ibid, h. 46

(21)

3) Terkumpulnya persyaratan serah terima atau sesuatu yang menunjukkan adanya serah terima yang disertai dengan kekuatan hukum

4) Ikatan atas bagian-bagian tasharruf menurut syara’ dengan cara serah terima

2. Pembentukan Akad a. Rukun Akad

Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa rukun akad adalah ijab dan qabul. Adapun orang yang mengadakan akad atau hal-hal lainnya yang menunjang terjadinya akad tidak dikatagorikan rukun sebab keberadaannya sudah pasti. Ulama selain Hanafiyah berpendapat bahwa akad memiliki tiga rukun, yaitu:

1) Orang yang berakad (aqid).

2) Sesuatu yang diakadkan (maqud alaih), contoh: harga atau dihargakan.

3) Shiqhat, yaitu ijab dan qabul.9

Definisi Ijab dan Qabul Definisi ijab menurut ulama Hanafiyah adalah penetapan ijab perbuatan tertentu yang menunjukan keridaan yang diucapkan oleh orang pertama, baik yang menyerahkan maupun yang menerima, sedangkan qabul adalah orang yang berkata setelah orang yang mengucapkan ijab,yang menunjukkan keridaan atas ucapan orang pertama.

Berbeda dengan pendapat di atas, ulama selain Hanafiyah10 berpendapat bahwa ijab adalah pernyataan yang keluar dari orang yang

9 Ibid.

(22)

menyerahkan benda, baik dikatakanoleh orang pertama atau kedua, sedangkan qabul adalah pernyataan dari orang yang menerima barang.

Pendapat ini merupakan pengertian umum dipahami orang bahwa ijab adalah ucapan dari orang yang menyerahkan barang (penjual dalam jual- beli), sedangkan qabul adalah pernyataan dari penerima barang. Syarat dalam akad ada empat yaitu:11

1) Syarat berlakunya akad (in‟iqod) 2) Syarat sahnya akad (Shihah)

3) Syarat terelisasikannya akad (Nafadz)

4) Syarat lazim, yaitu bahwa akad harus dilaksanakan apabila tidak ada cacat.

b. Unsur-unsur Akad

Unsur-unsur akad adalah sesuatu yang merupakan pembentukan adanya akad, yaitu berikut ini.

1) Shighat Akad

Shighat akad adalah sesuatu yang disandarkan dari dua pihak yang berakad yang menunjukan atas apa yang ada di hati keduanya tentang terjadinya suatu akad. Hal ini dapat diketahui dengan ucapan

10 Juniar Astuti, “Implementasi Akad Wadiah Produk Simpanan Idul Fitri” , atikel dari http://repository.uinsu.ac.id. Diakses pada 17 juni 2021.

11 Akhmad Mujahidin, Hukum Perbankan Syariah, ( Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2016), Cet. Ke-1, h. 6.

(23)

perbuatan, isyarat, dan tulisan. Shighat tersebut biasa disebut ijab dan qabul.12

2) Metode (uslub) Shighat Ijab dan Qabul

Uslub-Uslub shighat dalam akad dapat diungkapkan dengan beberapa cara, yaitu berikut ini.

a. Akad dengan lafazh (Ucapan)

Shighat dengan ucapan adalah shighat akad yang paling banyak digunakan orang sebab paling mudah digunakan dan cepat dipahami. Tentu saja kedua pihak harus mengerti ucapan masing- masing serta menunjukkan keridaannya. Shighat Akad dengan ucapan tidak disyaratkan untuk menyebutkan barang yang dijadikan disepakati oleh jumhur ulama, kecuali dalam akad pernikahan.

b. Al-aqid (Orang yang Akad)

Al-aqid adalah orang yang melakukan akad, keberadaannya sangat penting sebab tidak ada dapat dikatakan akad jika tidak ada aqid. Secara umum, aqid diisyarakatkan harus ahli dan memiliki kemampuan untuk melakukan akad atau mampu menjadi pengganti orang lain jika ia menjadi wakil.13 Ulama Malikiah dan Hanafiah mensyaratkan aqid harus berakal, yakni sudah mumayyiz, anak yang agak besar yang pembicaraannya dan

12 Neneng Nurhasanah dan Panji Adam, Hukum Perbankan Syariah: Konsep dan Regulasi, (Rawamangun: Sinar Grafika, 2017), Cet. Ke-1, h, 134.

13 Ibid, h. 138.

(24)

jawaban yang dilontarkan dapat difahami, serta berumur minimal 7 tahun. Oleh karena itu, dipandang tidak sah suatu akad yang dilakukan oleh anak kecil yang belum mumayyiz, orila, orang gila dan lai-lain.

c. Mahal aqd (Al-ma‟qud Alaih)

Mahal aqd (Al-ma‟qud Alaih) adalah objek akad atau benda-benda yang dijadikan akad yang bentuknya tampak dan membekas. Barang tersebut dapat berbentuk harta benda, seperti dagangan, benda bukan harta, seperti dalam akad pernikahan, dan dapat pula berbentuk suatu kemanfaatan, seperti dalam masalah upah-mengupah, dan lain-lain.14

d. Maudhu (tujuan) Akad

Maudhu akad adalah maksud utama diisyaratkannya akad.

Dalam syariah islam, maudhu akad ini harus benar dan sesuai dengan ketentuan syara‟. Sebenarnya maudhuakad adalah sama meskipun berbeda-beda barang dan jenisnya, pada akad jual-beli misalnya, maudhu akad adalah pemidahan kepemilikan barang dari penjual kepada pembeli, sedangkan sewa-menyewa adalah pemindahan dalam mengambil manfaat disertai pengganti dan lain- lainya.15 Maudhu akad pada hakikatnya satu arti dengan maksud asli akad dan hukum akad. Hanya saja, maksud asli akad dipandang sebelum terwujudnya akad, hukum dipandang sebelum

14 Ibid, h. 141.

15 Ibid, h. 142.

(25)

terwujudnya akad, hukum dipandang setelah terjadinya akad atau akibat terjadinya akad, sedangkan maudhu akad berada diantara keduanya. Pembahasan ini sangat erat kaitannya dengan hubungan antara zhahir akad batinnya. Diantara para ulama, ada yang memandang bahwa akad yang shahih harus besesuaian antara zhahir dan batin akad.

3. Pembatasan dan Larangan dalam Akad Syariah

Akad syariah pada dasarnya juga menganut asas kebebasan berkontrak seperti pada hukum positif, yaitu pada pihak bebas melakukan perjanjian dalam bentuk apa saja, sepanjang tidak melanggar syariat islam, peraturan perundangundangan, ketertiban umum dan kesusilaan. Jadi yang membedakan asas kebebasan berkontrak yang dianut dalam hukum positif adalah aturan syari‟at islam, yang melarang dibuatnya suatu perjanjian yang mengandung unsur MAGRIB yakni,

a) Maisir (spekulasi atau judi) b) Gharar (tipu muslihat) c) Riba (bunga)

d) Bhatil (kejahatan)

e) Riswah (suap dan objek haram)16

16 Irma, Devita Purnamasari, Suswinanrno, Paduan Lengkap Hukum Praktis Populer Kiat-kiat Cerdas, Mudah Bijak Memahami Masalah Akad Syariah, (Bandung: Kaifa, 2011), h. 9.

(26)

4. Keterkaitan Akad dalam Produk

ۗاوهبِّرلا َممرَحَو َعْيَ بْلا ُهّللَّا ملَحَاَو

Artinya: “Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (Q. S. Al-Baqarah [2]:275)

Perlu diingat bahwa dalam melihat produk-produk bank syariah, selain bentuk atau nama produknya, yang perlu diperhatikan adalah prinsip syariah yang digunakan oleh produk yang bersangkutan dalam akadnya (perjanjian), dan bukan hanya nama produknya sebagaimana produk- produk bank konvensional. Hal ini terkait dengan bagaimana hubungan antara bank dan nasabah yang menentukan hak dan kewajiban masing- masing pihak. Selain itu suatu produk bank syariah dapat , menggunakan prinsip syariah yang berbeda. Demikian juga, satu prinsip syariah dapat diterapkan pada beberapa produk yang berbeda.17

5. Berakhirnya Akad dalam Islam

Dalam konteks hukum islam, perjanjian yang dibuat oleh para pihak akan berakhir jika dipenuhi 3 (tiga) hal sebagai berikut.

a) Berakhirnya masa berlaku perjanjian/akad18.

Bisanya dalam sebuah perjanjian telah ditentukan saat kapan suatu perjanjian akan berakhir sehingga dengan secara otomatis perjanjian berakhir, kecuali kemudian ditentukan lain oleh para pihak.

b) Dibatalkan oleh pihak-pihak yang berakat

17 Ascaraya, op. cit, h. 37

18 Neneng Nurhasanah dan Panji Adam, Op. cit.h.148.

(27)

Hal tersebut terjadi jika salah satu pihak yang melanggar ketentuan perjanjian, atau salah satu pihak mengetahui jika dalam pembuatan perjanjian terdapat unsur kekhilafan atau penipuan. Kekhilafan biasanya menyangkut objek perjanjian, maupun megenai orangnya.

c) Salah satu pihak yang berakad meninggal dunia

Hal ini berlaku pada perikantan untuk berbuat sesuatu, yang membutuhkan adanya kompensasi khas. Apabila perjanjian dibuat dalam hal memberikan sesuatu, katakanlah dalam bentuk uang/barang, maka perjanjian tetap berlaku bagi ahli warisnya. Sebagai contoh ketika orang yang membuat perjanjian pinjaman uang kemudian meninggal maka kewajiabannya untuk mengembalikan utang menjadi kewajiban ahli warisnya.19

B. Mudharabah

1. Pengertian Mudharabah

Dalam kegiatan pengumpulan dana melalui produk tabungan yang menggunakan akad mudharabah harus mengikuti fatwa DSNMUI tentang Mudharabah. Akad mudharabah adalah akad yang digunakan dalam perjanjian antara pihak penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.20

Mudharabah disebut juga qiradh yang brarti memutuskan. Dalam Hal ini, si pemilik uang itu telah memutuskan untuk menyerahkan sebagian

19 Ibid.

20 Muhamad, Audit & Pengawasan Syariah Pada Bank Syariah, (Yogyakarta: UIIPress, 2018), h. 110.

(28)

uangnya untuk diperdagangkannya berupa barang-barang dan memutuskan sekalian sebagian dari keuntungannya bagi pihak kedua orang yang berakad qiradh ini. Menurut istilah syarak, mudharabah dikenal sebagai akad atau perjanjian atas sekian uang untuk dipertindakkan oleh amil (pengusaha) dalam perdagangan, kemudian keuntungannya dibagikan diantara keduanya menurut syarat-syarat yang ditetapkan terlebih dahulu, baik dengan sama rata maupun dengan kelebihan yang satu atas yang lain.21

Akad Mudharabah adalah transaksi penanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal) kepada pengelola dana (Mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu yang sesuai syariah, dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.22

PSAK 105 mendefinisikan akad mudharabah sebagai akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana/shahibul maal) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana/mudharib) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi diantara mereka sesuai dengan kesepakatan sedangkan kerugian financial hanya ditanggung oleh pemilik dana. Kerugian akan ditanggung pemilik dana sepanjang kerugian itu tidak diakibatkan oleh kelalaian pengelola dana, apabila kerugian diakibatkan oleh kelalaian pengelola dana maka kerugian ini akan ditanggung oleh pengelola dana. PSAK 105 par 18

21 Muhamad, Audit & Pengawasan Syariah Pada Bank Syariah, (Yogyakarta: UIIPress, 2018), h. 110.

22 Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, (Jakarta: PT.

Gramedia Widiasarana, 2005), h. 19.

(29)

memberikan beberapa contoh bentuk kelalaian pengelola dana, yaitu:

persyaratan yang ditentukan didalam akad tidak dipenuhi, tidak terdapat kondisi diluar kemampuan (force majeur) yang lazim dan/atau yang telah ditentukan dalam akad, atau merupakan hasil dari institusi yang berwenang.23

Berdasarkan PSAK 105 Paragraf 25, dinyatakan bahwa dana yang diterima dari pemilik dana (penabung) dalam akad mudharabah diakui sebagai dana syirka temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset non kas yang diterima.24

Tujuan dari akad mudharabah adalah supaya ada kerja sama kemitraan antara pemilik harta (modal) yang tidak ada pengalaman dalam perniagaan/perusahaan atau tidak ada peluang untuk berusaha sendiri dalam lapangan perniagaan, perindustrian, dan sebagainya denganorang berpengalaman dibidang tersebut tapi tidak punya modal. Ini merupakan suatu langkah untuk menghindari menyia-nyiakan modal pemilik harta dan menyia-nyiakan keahlian tenaga ahli yang tidak mempunyai modal untuk memanfaatkan keahlian mereka.25

23 Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2014), Ed. ke-3, h. 128

24 Aji Prasetyo, Akuntansi Keuangan Syariah Teori, Kasus dan Pengantar Menuju Praktik, (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2019). h. 49

25 Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, (Jakarta: PT.

Gramedia Widiasarana, 2005), h. 34.

(30)

2. Jenis-jenis Akad Mudharabah

Dalam PSAK, mudharabah diklasifikasikan kedalam tiga jenis, yaitu:26

a. Mudharabah muthlaqah

Mudharabah muthlaqah adalah mudharabah dimana pemilik

dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya. Mudharabah ini juga disebut investasi tidak terikat. Dalam mudharabah muthlaqah, pengelola dana memili kewenangan untuk

melakukan apa saja dalam pelaksaan bisnis bagi keberhasilan tujuan mudharabah itu.

Dalam mudharabah muthlaqah tidak ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana yang dihimpun. Bank memiliki kebebasan penuh untuk menyalurkan dananya ke bisnis manapun yang diperkirakan menguntungkan. Untuk tabungan mudhrabah, bank dapat memberikan buku tabunagn sebagai bukti penyimpanan, seta kartu ATM dan atau alat penarikan lainnya kepada penabung. Tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat oleh penabung sesuai dengan perjanjian yang disepakati, namun tidak diperkenankan mengalami saldo negatif.27 Prinsip mudharabah muthlaqah dapat diterapkan dalam

26 7 Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2014), Ed. ke-3, h. 130-131.

27 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT.

RajaGrafindo, 2014), Ed. Ke-5, h. 109.

(31)

kegiatan usaha bank syariah untuk produk tabungan mudharabah dan deposito mudharabah.28

b. Mudharabah Muqayyadah

Mudharabah Muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola antara lain mengenai dana, lokasi, cara, dan/atau objek investasi atau sektor usaha.

Misalnya, tidak mencampurkan dana yang dimiliki oleh pemilik dana dengan dana lainnya, tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan tanpa penjamin atau mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri tanpa pihak ketiga (PSAK par 07).

Mudharabah jenis ini disebut juga investasi terikat.

Apabila pengelola dan bertindak bertentangan dengan syarat- syarat yang diberikan oleh pemilik dana, maka pengelola dana harus bertanggung jawab atas konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkannya, termasuk konsekuensi keuangan.

Dalam mudharabah muqayyadah ada pembatasan bagi bank dalam mengelola dana yang dihimpun. Nasabah memberikan persyaratan kepada bank, ke bisnis apa dana yang disimpannya hendak disalurkan, atau menetapkan penggunaan akad-akad tertentu, ataupun mensyaratkan dananya diperuntukan bagi nasabah tertentu.

28 Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Current Issues Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: IAEI, 2014), h. 131.

(32)

c. Mudharabah Musytarakah

Mudharabah Musytarakah adalah mudharabah dimana pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi. Diawal kerjasama, akad yang disepakati adalah akad mudharabah dengan modal 100% dari pemilik dana, setelah berjalannya operasi usaha dengan pertimbangan tertentu dan kesepakatan dengan pemilik dana, pengelola dana ikut menanamkan modalnya dalam usaha tersebut. Jenis mudharabah seperti ini disebut mudharabah musytarakah merupakan perpaduan antara akad mudharabah dan akad musyarakah.

3. Sumber Hukum Akad Mudharabah

Menurut Ijmak Ulama, mudharabah hukumnya Jaiz (boleh). Hal ini dapat diambil dari kisah Rasulullah yang pernah melakukan mudharabah dengan Siti Khadijah. Siti Khadijah bertindak sebagai pemilik dana dan Rasulullah bertindak sebagai pengelola dana. Lalu Rasulullah membawa barang dagangannya ke negeri Syam. Dari kisah ini kita lihat akad mudharabah telah terjadi pada masa Rasulullah sebelum diangkat menjadi Rasul. Mudharabah telah dipraktikkan secar luas oleh orang-orang sebelum masa Islam dan beberapa sahabat Nabi Muhammad SAW, jenis bisnis ini sangat selaras dengan prinsip dasar ajaran syariah, oleh karena itu akad ini diperbolehkan secara syariah.29

29 Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2014), Ed. ke-3, h. 131-132.

(33)

a. Al-Qur’an

Q.S al-Jumu’ah ayat 10

ِ ّٰاللّ ِل ْضَف ْنِم اْىُغَتْباَو ِضْرَ ْلْا ىِف اْوُرِشَتْناَف ُةىٰلَّصلا ِتَيِضُق اَذِاَف َنْىُحِلْفُت ْمُكَّلَعَّل اًرْيِثَك َ ّٰاللّ اوُرُكْذاَو

Artinya: Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.(Q.S Al- Jumu’ah: 10)

Q.S An-Nisa ayat 29

ْنَع ًةَراَِتِ َنْوُكَت ْنَا املَِا ِلِطاَبْلِبِ ْمُكَنْ يَ ب ْمُكَلاَوْمَا ااْوُلُكَْتَ َلَ اْوُ نَمها َنْيِذملا اَهُّ يَاهيٰ

ۗ ْمُكْنِّم ٍضاَرَ ت

اًمْيِحَر ْمُكِب َناَك َهّللَّا منِا ۗ ْمُكَسُفْ نَا ااْوُلُ تْقَ ت َلَ َو

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu.

Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu.(Q.S An-Nisa: 29)

b. As-Sunnah

Dari Shalih bin Suaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda:

ُطْلَخَو ،ُةَضَراَقُمْلاَو ،ٍلَجَأ َلَِإ ُعْيَ بْلَا :ُةَكَرَ بْلَا منِهيِف ٌث َلََث ( :َلاَق صلى الله عليه وسلم مِبِمنلَا منَأ رضي الله عنه ٍبْيَهُص ْنَع ٍفيِعَض ٍداَنْسِِبِ ْوَجاَم ُنْبِا ُهاَوَر ) ِعْيَ بْلِل َلَ , ِتْيَ بْلِل ِيرِعمشلِبِ ِّرُ بْلَا

Artinya: Tiga perkara yang mengandung berkah adalah jualbeli yang ditangguhkan, melakukan qiradh (memberi modal pada orang lain), dan yang mencampurkan gandum dengan jelas untuk keluarga, bukan untuk diperjualbelikan.” (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).

Hadits Riwayat Thabrani dari Ibnu Abbas:

ا ىور عفد اذا بلطلما دبع نب سابعلا ناديس ناك: لاق ونا امهنع الله يضر سابع نب ةباد وب ىترشيلَو يٰداو وب لزنيلَو اربح وب كلسيلَ نا وبحاص ىلع طترشا ةبرضم لالما

هزاجاف صلى الله عليه وسلم الله لوسر ةطرش غلبف نمض كلذ لعف ناف ةبطر دبك تاذ

Artinya: “Abbas bin Abdul Muthallib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia mensyaratkan kepada

(34)

mudharib-nya agar tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak.

Jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah, beliau membenarkannya." (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas).

c. Ijma’

Ijma diriwayatkan oleh sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang Mudharib) harta anak yatim sebagai mudharabah dan taka ada seorangpun mengingkari mereka. Karenanya, hal itu dipandang ijma’.30

d. Qiyas

Transaksi mudharabah yakni penyerahan sejumlah harta (dan, modal) dari satu pihak (shahibul maal) kepada pihak lain (mudharib) untuk diperniagakan (diproduktifkan) dan keuntungan dibagi diantara mereka sesuai kesepakatan, di-qiyas-kan kepada transaksi musaqah.31 4. Rukun dan Syarat Akad Mudharabah

Rukun dari akad mudharabah yang harus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa yaitu:32

a. Pelaku akad, yaitu shahibul maal (pemodal) adalah pihak yang memiliki modal tetapi tidak bisa berbisnis, dan mudharib (pengelola) adalah pihak yang pandai berbisnis, tetapi tidak memiliki modal.

30 Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, (Jakarta: PT.

Gramedia Widiasarana, 2005), h. 47-48

31 Ibid.

32 Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008), h.62

(35)

b. Objek akad, yaitu modal (maal), kerja (dharabah), dan keuntungan (ribha).

c. Shighah, yaitu ijab dan qabul.

Sementara itu, syarat-syarat khusus yang harus dipenuhi dalam mudharabah terdiri dari syarat modal dan keuntungan. Syarat modal, yaitu:

a. Modal harus berupa uang.

b. Modal harus jelas dan diketahui jumlahnya.

c. Modal harus tunai bukan hutang.

d. Modal harus diserahkan kepada mitra kerja.

Sementara itu, syarat keuntungan yaitu keuntungan harus jelas ukurannya dan keuntungan harus dengan pembagian yang disepakati kedua belah pihak.

5. Fatwa DSN-MUI Tentang Tabungan Mudharabah

Ketentuan tentang Tabungan Mudharabah ini diatur oleh fatwa DSN-MUI No. 2 dengan ketentuan pokok:33

Pertama: Tabungan ada dua jenis:

1. Tabungan yang tidak dibenarkan secara syariah, yaitu tabungan yang berdasarkan perhitungan bunga

2. Tabungan yang dibenarkan, yaitu tabungan yang diberdasarkan prinsip Mudharabah dan Wadiah.

Kedua: Ketentuan Umum Tabungan Berdasarkan Mudharabah

33 Nurnasrina, Perbankan Syariah I, (Pekanbaru: SUSKA PRESS, 2012), h.117-118.

(36)

1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.

2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk didalamnya mudharabah dengan pihak lain.

3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang.

4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.

5. Bank sebagai mudharib menutup operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.

6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan

C. Investasi Berjangka 1. Pengertian Investasi

Investasi yaitu menanamkan sejumlah modal awal pada suatu lahan bisnis atau instrumen yang diyakini dapat meningkatkan taraf kehidupan menuju arah yang lebih baik. Pola pikir tersebut mengacu pada imbal balik hasil dari modal yang memberikan keuntungan besar. Tujuan akhir dari keputusan berinvestasi tak lain adalah untuk meraih kebebasan financial. (Suharto, 2013).

(37)

Abdul Halim (2005:4) mengumumkan bahwa investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang.

2. Pengertian Investasi Berjangka

Pengertian investasi berjangka (Deposito) pada dasarnya adalah sistem penghimpunan dana pada bank syariah atau BMT menurut sumbernya meliputi: modal, titipan, dan investasi. Investasi (Deposito) pada bank syariah (BMT) termasuk sumber dana yang berasal dari investasi masyarakat yang dihimpun berdasarkan akad mudharabah, maka investasi (deposito) dibank syariah (BMT) disebut dengan investasi deposito mudharabah. (Antonio, 2000). Jangka waktu investasi (deposito) mudharabah berkisar waktu tertentu. Dalam transaksi investasi (deposito) mudharabah, bank syariah (BMT) bertindak sebagai mudharib (pengelola dana), sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul maal (pemilikdana).

Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank syariah (BMT) dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah serta mengembangkannnya, termasuk melakukan akad mudharabah dengan pihak ketiga.

Tabungan Mudharabah merupakan tabungan atau calon anggota sebagai pemilik dana yang penyetorannya bisa dilakukan dikantor ataupun dirumah dan ditempat usaha. Keuntungan dari tabungan mudharabah berjangka ini anggota bisa mengambil atau menyetor dana sewaktu-waktu dijam layanan.

(38)

Investasi berjangka Merupakan Tabungan yang digunakan dalam perencanaan suatu usaha. Anggota atau calon anggota yang menyimpan dananya dalam jangka waktu tertentu dan akan diberikan bukti berupa sertifikat. Untuk pembagian keuntungan sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkan di awal penyimpanan dana.Semakin lama jangka waktunya makasemakin besar bagi hasil yang diperoleh,antara lain jangka waktu 4 bulannisbahnya 42,5%, jangka 6 bulannisbahnya 45%, jangka 12 bulannisbahnya 48%, dan jangka 24 bulan nisbahnya 60%. Pengambilan si berkahhanya boleh dilakukan ketika waktusudah jatuh tempo. Jika terpaksa diambilsebelum jatuh tempo, maka akan dikenakan denda atau biaya pinaltisebesar 50% dari dana yang dimasukkan ke BMT.

D. Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) 1. Pengertian Baitul Mal

Kata Baitul Maal adalah berasal dari bahasa Arab yang berarti rumah harta atau kas negara, yaitu suatu lembaga yang diadakan dalam pemerintahan Islam untuk mengurus masalah keuangan negara. Atau, suatu lembaga keuangan negara yang bertugas menerima, menyimpan, dan mendistribusikan uang negara sesuai dengan syariat Islam.34

2. Pengertian Baitul Mal Wa Tamwil (BMT)

BMT adalah kependekatan dari Badan Usaha Mandiri Terpadu atau, yaitu Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang beroperasi berdasarkan

34 Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia (Jakarta:

PRENADAMEDIA GROUP, 2015), Ed. 1. Cet. Ke-1, h. 315.

(39)

prinsip-prinsip syariah. Baitul Maal wat Tamwil merupakan suatu lembaga yang mempunyai dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang nonprofit, seperti zakat, infak, dan sedekah. Adapun baitul mal sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial.

Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan syariat Islam. Lembaga ini didirikan dengan maksud untuk memfasilitasi masyarakat bahwa yang tidak terjangkau oleh pelayanan bank syariah atau BPR Syariah. Prinsip operasionalnya didasarkan atas prinsip bagi hasil, jual beli, ijarah, dan titipan (wadi‟ah).

Karena itu, meskipun mirip dengan bank syariah, bahkan boleh dikata menjadi cikal bakal dari bank syariah, BMT memiliki pangsa pasar tersendiri, yaitu masyarakat kecil yang tidak terjangkau layanan perbankan serta pelaku usaha kecil mengalami hambatan “psikologis” bila berhubungan dengan pihak bank.35

BMT merupakan pengembangan ekonomi berbasis masjid sebagai sarana untuk memakmurkan masjid. Keanggotaan dan mitra usaha BMT yakni masyarakat sekitar masjid, baik perorangan atau kelembagaan, sepanjang jelas domisili dan identitasnya. Bentuk kegiatan BMT

35 Ibid, h.316.

(40)

menyerupai koperasi, tetapi harus berdasarkan prinsipprinsip syariah Islam.36

3. Landasan Hukum Baitul Mal Wa Tamwil (BMT)

Ada beberapa dasar hukum yang dapat dijadikan landasan hukum untuk BMT yang akan menjadi koperasi seperti:37

a. Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Koperasi yang telah diubah menjadi Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian, b. Peraturan Pemerintah RI No. 9 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan

Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi,

c. Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 91/Kep/M. KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah,

1. Secara teknis mengenai penerapan akad mudharabah dalam bentuk pembiayaan diatur dalam Fatwa DSN MUI No. 07/DSN- MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh)

2. Secara teknis mengenai penerapan akad musyarakah dalam produk pembiayaan diatur dalam Fatwa DSN MUI No. 08/DSN- MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Musyarakah

3. Secara teknis tentang mengenai implementasi akad murabahah, diatur dalam Fatwa DSN MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang

36 Ibid.

37 Novita Dewi Masyithoh, “Analisis Normatif Undang-Undang No. 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga keuangan Mikro (LKM) Atas Status Badan Hukum dan Pengawasan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)” dalam Jurnal Ekonomi Islam, Volume V., Ed. 2., (Oktober 2014), h.

26-27, artikel dari https://journal.walisongo.ac.id/index.php/economica/article/download/768/679, Diakses pada 08 Juli 2021.

(41)

Murabahah - Secara teknis mengenai implementasi akad salam, tunduk pada Fatwa DSN MUI No. 05/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Salam

4. Secara teknis mengenai implementasi akad istishna, tunduk pada Fatwa DSN MUI No. 06/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli istishna

5. Secara teknis mengenai penerapan akad ijarah tunduk pada Fatwa DSN MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah 6. Secara teknis mengenai implementasi Ijarah Muntahiya Bit Tamlik

(IMBT) ini tunduk pada ketentuan Fatwa DSN MUI No. 27/DSN- MUI/III/2000 tentang Al-Ijarah Al-Muntahiya bi Al-Tamlik

7. Secara teknis mengenai pembiayaan qardh ini tunduk pada Fatwa DSN MUI No. 19/DSN-MUI/IX/2000 tentang al Qardh

d. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 35.2/Per/M.KUKM/X/2007 tentang Pedoman Standar Operasional Manajemen Koperasi Jasa Keuangan Syariah, dan

e. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 39/Per/M.KUKM/XII/2007 tentang Pedoman Pengawasan Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi

4. Tujuan dan Fungsi BMT a. Tujuan BMT

Lahirnya BMT bertujuan untuk meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat

(42)

pada umumnya. Dan mempunyai sifat, yaitu memiliki usaha bisnis yang bersifat mandiri, ditumbuhkembangkan dengan swadaya dan dikelola secara profesional serta berorientasi untuk kesejahteraan anggota dan masyarakat lingkungan.38

b. Fungsi BMT

BMT memiliki beberapa fungsi, yaitu:39

1. Penghimpunan dan Penyalura Dana Dengan menyimpan uang di BMT, uang tersebut dapat ditingkatkan utilitasnya, sehingga timbul unit surplus (pihak yang memiliki dana berlebih) dan unit deficit (pihak yang kekurangan dana).

2. Pencipta dan Pemberi Likuiditas BMT dapat menciptakan alat pembayaran yang sah yang mampu memberikan kemampuan untuk memenuhi kewajiban suatu lembaga/perorangan.

3. Sumber Pendapatan BMT dapat menciptakan lapangan kerja dan memberi pendapat kepada para pegawainya.

4. Pemberi Informasi BMT memberikan informasi kepada masyarakat mengenai risiko, keuntungan dan peluang yang ada pada lembaga tersebut.

5. Sebagai Lembaga Keuangan Mikro Syariah BMT sebagai lembaga keuangan mikro syariah dapat memberikan pembiayaan bagi usaha kecil, mikro, menengah, dan juga koperasi dengan kelebihan tidak meminta jaminan yang memberatkan bagi usaha kecil, mikro,

38 Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia (Jakarta:

PRENADAMEDIA GROUP, 2015), Ed. 1. Cet. Ke-1, h. 318.

39 Ibid,h.32

(43)

menengah, dan koperasi tersebut. Adapun fungsi BMT di masyarakat yaitu:40

6. Meningkatkan kualitas SDM anggota, pengurus, dan pengelola menjadi lebih profesional, saalam (selamat, damai, dan sejahtera) dan amanah sehingga semakin utuh dan tangguh dalam berjuang dan berusaha (beribadah) menghadapi tantangan global.

7. Mengorganisasi dan memobilisasi dana sehingga dana yang dimiliki oleh masyarakat dapat termanfaatkan secara optimal di dalam dan di luar organisasi untuk kepentingan rakyat banyak.

8. Mengembangkan kesempatan kerja

9. Mengukuhkan dan meningkatkan kualitas usaha dan pasar produk- produk anggota.

10. Memperkuat dan meningkatkan kualitas lembaga-lembaga ekonomi dan sosial masyarakat banyak.

5. Produk dan Jasa BMT

Produk BMT terdiri dari dua jenis, yaitu:41 1. Produk Pembiayaan

Pembiayaan yang diberikan oleh BMT pada dasarnya terdiri dari tiga model pembiayaan, yaiu dengan sistem bagi hasil, pembiayaan jual beli dengan keuntungan, dan pembiayaan kebajikan.

Pembiayaan dengan sistem bagi hasil tediri dari dua bentuk, yaitu pembiayaan 100% tanpa campur tangan BMT dalam pengelolaan

40 Ibid

41 Ibid, h.325

(44)

usaha yang disebut pembiayaan mudharabah, dan pembiayaan yang kurang dari 100% dengan pilihan BMT boleh ikut mengelola usaha atau boleh juga tidak ikut mengelola usaha, yang disebut pembiayaan musyarakah.

Pembiayaan jual beli dengan keuntungan tediri dari dua bentuk, yaitu pembelian barang untuk nasabah dngan pembayaran dilunasi pada jangka waktu tertentu, yang disebut dengan pembiayaan murabahah, dan pembelian barang untuk nasabah dengan pembayaran dilakukan secara mencicil sampai lunas, yang disebut pembiayaan baiu bithaman ajil.

Pembiayaan kebajikan merupakan pembiayaan yang dananya berasal dari titipan BAZIS. Oleh karena itu hanya diberikan kepada calon nasabah yang memnuhi syarat menerima zakat, infak, dan sedekah. Pembiayaan kebajikan tidak dikenai biaya apa pun, hanya diharuskan mengembalikan dalam jumlah semula karena merupakan titipan amanah.

2. Produk Simpanan (Penghimpunan Dana)

Produk penghimpun dana BMT sebagai berikut:42

a) Giro Wadi‟ah, adalah produk simpanan yang bisa ditarik kapan saja.

Dana nasabah dititipkan di BMT dan boleh dikelola. Setiap saat nasabahberhak mengambilnya dan berhak mendapatkan bonus dari keuntungan pemnafaatan dana giro oleh BMT. Besarmya bonus

42 Ibid

(45)

tidak ditetapkan dimuka, tetapi benar-benar merupakan kebijakan BMT.

b) Tabungan Mudharabah, dana yang disimpan nasabah akan dikelola BMT, untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan akan diberikan kepada nasabah berdasarkan kesepakatan nasabah. Nasbah bertindak sebagai shahibul maal dan BMT bertindak sebagai mudharib.

c) Deposito Mudharabah, BMT bebas melakukan berbagai usaha yang tidak bertentangan dengan Islam dan mengembangkannya. BMT bebas mengelola dana (mudharib mutlaqah), BMT berfungsi sebagai mudharib sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul maal. Ada juga dana nasabah yang dititipkan untuk usaha tertentu. Nasabah memberi batasan pengguna dana untuk jenis dan tempat tertentu.

Jenis ini disebut mudharib muqayyadah.

3. Jasa BMT

Jasa BMT terdiri dari 4 (empat) yaitu:

a. Al-Wakalah, yaitu pemberian untuk melaksanakan urusan dengan batas kewenangan dan waktu tertentu. Peneima kuasa mendapat imbalan yang ditentukan dan disepakati bersama.

b. Al-Hawalah, yaitu penerimaan pengalihan hutang/piutang dari pihak lain untuk kebutuhan mendesak dan bukan bersifat kinsumtif.

BMT sebagai penerima pengalihan hutang/piutang akan mendapatkan fee dari pengaturan pengalihan (management fee).

(46)

c. Rahn, yaitu pinjaman dengan cara menggadaikan barang sebagai jaminan utang dengan membayar jatuh tempo. Ongkos dan biaya penyimpanan barang ditanggung oleh penggadai. Barang jaminan adalah milik sendiri, untuk itu hendaknya penggadai bersedia mengisi surat pernyataan kepemilikan.

d. Kafalah, pemberian garansi kepada anggota yang akan mendapatkan pembiayaan (pelaksanaan suatu usaha/proyek) dari pihak lain. BMT mendapatkan fee dari anggota sesuai dengan kesepakatan bersama.

(47)

36 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Mitra Arta Pekanbaru

BMT Mitra Arta pertama kali berdiri pada 02 Februari 2010 dan diresmikan pada 04 Agustus 2010. BMT Mitra Arta berdiri untuk memperkenalkan dan mengembangkan ekonomi kerakyatan dengan pola syariah, memasyarakatkan ekonomi syariah, dan memberikan pelayanan yang berkualitas, profesional dan tanggap untuk anggota dan masyarakat umum.43

Dana awal Koperasi Syariah BMT Mitra Arta adalah Rp 32.000.000,- dengan ketentuan harus ada 20 anggota khusus pada awal pendiriannya. Tetapi untuk sekarang pendirian BMT dengan 10 anggota khusus saja sudah cukup.44

BMT Mitra Arta memiliki dua sayap: yakni sayap sosial yang diwujudkan melalui Baitul Maal, dan sayap bisnis yang diwujudkan melalui Baitul Tamwil. Dengan demikian strategi BMT dalam pemberdayaan ekonomi rakyat ini adalah dengan memadukan visi dan misi sosial dan bisnis. Dalam segi operasi, BMT tidak lebih dari sebuah koperasi, karena ia dimiliki oleh masyarakat yang menjadi anggotanya, menghimpun simpanan anggota dan menyalurkannya kembali kepada anggota melalui produk pembiayaan. BMT Mitra Arta berupaya menghimpun dana dari anggota masyarakat yang berupa zakat, infak, shadaqah, dan wakaf (ZISWAF) yang disalurkan kembali kepada

43 https://www.bmtmitraarta.com/

44 Arif Zulfadly, Marketing Manager BMT Mitra Arta, Wawancara, Rumbai Pesisir, 20 Juli 2022.

(48)

yang berhak menerimanya, ataupun dipinjamkan kepada anggota yang benarbenar membutuhkan melalui produk pembiayaan Qardh (pinjaman kebijakan/tanpa bagi hasil) dan berupaya menghimpun dana masyarakat yang berupa: simpanan pokok, simpanan wajib, sukarela, dan berjangka serta penyertaan pihak lain. Dana ini diputar secara produktif/bisnis kepada para anggota dengan menggunakan pola syariah.

Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Mitra Arta sendiri mulai didirikan pada tanggal 02 Februari 2010 dengan Pendirinya berjumlah 22 orang kemudian diresmikan oleh Kepala Dinas Koperasi & UMKM Kota Pekanbaru – Riau pada tanggal 04 Agustus 2010 dan mulai operasional pada tanggal 15 Februari 2010.

2. Gambaran Umum Pendirian 1. Pendiri : 22 Orang

2. Mulai didirikan : Tanggal 02 Februari 2010 3. Mulai operasional : Tanggal 15 Februari 2010 4. Izin operasional : Tanggal 03Maret 2010 5. Diresmikan : Tanggal 04 Agustus 2010

6. Diresmikan oleh : Kepala Dinas Koperasi & UMKM Kota Pekanbaru – Riau

7. Akta Notaris : No. 81 Tanggal 25 Februari 2010

8. Perubahan Anggaran Dasar : No. 28 Tanggal 13 Aprill 2010

9. No. Izin Dinas Koperasi : No. 653/BH/IV.11/DISKOP & UMKM/2/11/2010 10. SIUP Nomor : No. 975/K.04.01/BPTPM/IV/2015

(49)

11. SITU Nomor : No. 1489/03.01/BPTPM/IV/2015 12. TDP Nomor : No. 0401-264-00594

13. Surat Keterangan Fiskal (SKF) : 1505/03.02/BPTPM/IV/2015 14. NPWP Badan : 03.047.580.0-211.000

15. Nomor Induk Koperasi (NIK) : 1471-1200-10041 16. Nomor Induk Beusaha (NIB) : 9120117231491.45

Tabel 2.1 Keanggotaan

No Anggota Tahun 2020

1 Anggota Aktif 657 Anggota

2 Anggota tidak Aktif 943 Anggota

Jumlah 1600 Anggota

Sumber: Data Primer BMT Mitra Arta Pekanbaru

Unit usaha yang dikelola oleh Koperasi Syariah BMT Mitra Arta adalah usaha Simpan Pinjam. Kegiatan usaha simpan pinjam ini selama Tahun Buku 2020 telah melakukan total pencairan pembiayaan kepada anggota sebesar Rp 8.724.650.000,-. Kategori usaha yang dibiayai adalah perdagangan berskala kecil dan juga termasuk kebutuhan barang-barang konsumsi anggota.46

3. Visi/Misi dan Tujuan BMT Mitra Arta

Adapun Visi dan Misi Koperasi Syariah BMT Mitra Arta dalam menggerakkan dan mendukung ekonomi kerakyatan yang berbasis syariah adalah:47

1. Visi

45 Laporan Pertanggungjawaban RAT Tahun Buku 2021 | BMT Mitra Arta.

46 Ibid, h.5

47 Brosur BMT Mitra Arta Pekanbaru.

(50)

Menjadi BMT yang Terbaik dan Terbesar di Provinsi Riau.

2. Misi

a. Peningkatan Sumber Daya Insani menuju profesionalisme

b. Peningkatan kinerja usaha dengan penetrasi pasar, market development, dan ekspansi usaha

c. Inherent/Sinergi Baitul Maal dan Tamwil

d. Memasyarakatkan dan mengembangkan ekonomi kerakyatan berbasis syariah.

3. Tujuan:

Tujuan BMT Mitra Arta adalah bertujuan mewujudkan kehidupan anggota, keluarga dan masyarakat di sekitar BMT yang damai dan sejahtera serta mengabdi kepada Allah SWT.

(51)

4. Struktur Organisasi BMT Mitra Arta Pekanbaru STRUKTUR ORGANISASI

KOPERASI SYARIAH BMT MITRA ARTA PER-1 JANUARI TAHUN 2022

RAPAT ANGGOTA

DEWAN PENGURUS:

KETUA: ARMEIDA, SE. MM.AK SEKRETARIS: IVO UTARI TARIGAN M.Pd

BENDAHARA: Ir. YEN FITRI HUSNI

DEWAN PENGAWAS:

KETUA: Dr.SUKMAWATI A.P.MKKK

ANGGOTA: ROSMAITA NINGSIH, S.Pd

DEWAN PENGAWAS SYARIAH:

KETUA: BUDI ARMANSYAH S.Ag

ANGGOTA: NILA ASMITA, S.EI.M.E, Sy

MANAGER:

Baitul Mal dan Tamwil ARMEIDA, S.E. MM, Ak

SPV OPERASIONAL RIKA ANDRIANI, S.E.Sy

SPV MARKETING ARIF ZULFADLI S.Sos

Mkt Lending: FADHLUR RAHMAN H, S.Pd Collector: ARI WIJAYA

Accounting: PUTRI RAHMAWATI, S.E Teller: DEBBY RAMANITA

CS: SAHRIYUNI RAHIM

HRD/Dev: INDRI PRIMAYENTI, S.Ikom

(52)

Job Description:

1. Penasehat

Memberikan arahan, kebijakan, masukan, nasehatn dan pertimbangan dalam suatu ide dan program dalam pengengembangan organisasi sesuai dengan ketentuan dan Visi Misi organisasi.

2. Pengurus

a. Mengelola BMT

b. Mengajukan rencana kerja dan rencana anggaran c. Menyelenggarakan rapat anggota BMT

d. Melakukan pembukuan keuangan e. Menyusun kebijakan umum f. Mengajukan laporan keuangan g. Melakukan pengawasan operasional

h. Memelihara daftar buku anggaran sekaligus pengurus.

3. Dewan Pengawas

Fungsi utama dewan pengawas sendiri yaitu memberikan fatwa sekaligus mempertimbangkan produk dan kegiatan BMT yang berkaitan dengan aspek syariah.

4. Dewan Pengawas Syariah (DPS)

Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi operasional lembaga BMT dari sudut syariahnya. Dewan Pengawas Syariah pada BMT Mitra Arta terdiri dari 2 orang dengan profesi yang ahli dalam hukum islam.

5. Direktur

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian eksperimental ini adalah mengetahui pengaruh penambahan gliserol dan sorbitol sebagai humectant serta CMC Na 10% sebagai gelling agent terhadap sifat fisis

Teknik ini terfokus pada domain-domain tertentu, domain perempuan dijadikan sub domain lagi yang lebih memfokuskan pada perempuan kelas menengah dan bawah, terkait

perusahaan melalui laporan akhir ini dengan menggunakan judul “Analisis Tingkat Kepuasan Kerja Karyawan Di Lingkungan Kerja PDAM Tirta Musi Unit Pelayanan KM.. 1.2

Penerapan Kebijakan Modal Kerja pada perusahaan farmasi di BEI tahun 2009 sampai dengan tahun 2016 menerpakan Kebijakan Modal Kerja Konservatif,penerapan Kebijakan Piutang

--- Menimbang, bahwa setelah Pengadilan Tinggi meneliti dan mempelajari dengan seksama berkas perkara yang terdiri dari Berita Acara Pemeriksaan oleh Penyidik, Berita

Hasil penelitian untuk jumlah tunas menunjukkan bahwa eksplan pada media ½ MS dengan konsentrasi BAP 2,5 ppm mengalami peningkatan pada semua umur pengamatan dan

Analisa data: pasien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya, dan juga tidak bisa mengakses informasi karena tidak bisa melihat. Data obyektif: saat observasi pasien tampak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi telur, berat telur, tinggi albumin, warna kuning telur, hough unit , tebal kulit telur, panjang kulit telur, dan lebar kulit telur