DAFTAR ISI
ABSTRAK………. ….…. i
KATA PENGANTAR………. ii
DAFTAR ISI……… iii
DAFTAR TABEL……… ix
DAFTAR GAMBAR………... xi
DAFTAR LAMPIRAN……… xvi
BAB I PENDAHULUAN ……….. 1
A. Latar Belakang Masalah……… 1
B. Batasan dan Fokus Penelitian……… 4
C. Tujuan Penelitian………5
D. Manfaat Penelitian……… 6
E. Penjelasan Istilah………. 8
BAB II KERANGKA TEORITIS……… 10
A. Konsep Pembelajaran……….. 10 1. Batasan Pembelajaran……… 10 2. Bahan dan
Sumber Belajar……… 12 3. Pendekatan
Pembelajaran……… 16 4. Metode dan teknik
Pembelajaran ……… 17 B. Belajar
Konstektual……… 19 1.Batasan dan
Rupa……… 28 1. Landasan Pendidikan Seni
Rupa………. 28 2. Karakteristik Pendidikan Seni
Rupa………. 30 3 Orientasi dan fungsi ………..
………. 31 D. Konsep Keterampilandan Pembelajaran
Ketrampilan…31 1. Batasan Keterampilan………..
31 2. Klasifikasi Keterampilan ………33 a. Dikrit, kontinuos, dan Serial ……… 34
b.. Ketrampilan Gerak Kasar dan Gerak hakus…… 35
d. Ketrampilan Gerak dan Ketrampilan Kognitif… 36 3. Faktor-faktor yang Menentukan Keberhasilan
Ketrampilan………. 37 4. Konsep
Pembelajaran Ketrampilan………. 38 a.. Batasan Pembelajaran Ketrampilan……… 41 b.. Prinisp-prinsip Pembelajaran Ketrampilan…… 43 5. Pembelajaran Ketrampilan Di
Masyarakat……… 44 E. Konsep Budaya Kesenian
Lokal………. 50 1. Konsep Seni Kerajinan dan
Kerajinan Keramik 52 2. Jenis dan Fungsi
keramik……….. 57 3. Karakteristik bahan, Alat dan Teknik pembuatan
Keramik………. 59
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…… ……… 65
Dokumentasi ……… 71 2. Studi Literatur
……… 72 3.Tekni Observamatansi/
Pengamatan ……… 73 4.Interviu Teknik/ Wawancara
……….. 75 C. Teknik Analisis
Data……… 76 1. Reduksi
Data……… 68 2. Display
Data……… 78 3.
Verifikasi……… 79 D. Prosedur
penelitian……… 80 1. Tahap
Orientasi ……… 81 2. Tahap
Eksplorasi………. 81 3. Tahap
Member Check………. 81
BAB IV HASIL PENELITIAN……… 82
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……… 82 1. Letak Geografis……… 83 2. Sejarah Anjun Plered……… 84 3. Karakteristirk Lingkungan Anjun Plered………… 87 4. Penduduk Anjun Plered……… 89 5. Sistem Sosial Budaya Anjun
Plered……… 92 B. Profil Keramik Anjun
Plered……… 100 1. Perkembangan
Anjun Plered. 111 5. Kompetensi, Teknik Pembuatan Keramik …… 114 6. Upaya Pengembangan Keramik Plered …… 118
C. Kompetensi-kompetensi Dasar dalam Kurikulum
Pembelajaran Ketrampilan Keramik……… 121 1. Kompetensi Dasar ketrampilan Keramik pada Mayarakat Anjun
Plered……… 121 2. Kompetensi
Dasar Pembelajaran Keramik dalam Mata Pelajaran Kerajinan Seni dan Budaya……… 132 3. Formulasi Pembelajaran di
Litbang dengan pembelajaran mata Pelajaran Seni Budaya
………. 147
D. Rencana Pembelajaran Kerajinan Keramik……… 150 1. Rencana Pembelajaran Keramik (I) dengan Tekanan
Metode karyawisata ………... 150 2. Rencana Pembelajaran Keramik (II) dengan Tekanan Metode
Resource Person ……… 166 3. Formulasi Rencana
pembelajaran dengan Metode karyawisata dengan Resource
Person……… 177 E. Pelaksanaan Pembelajaran Kerajinan keramik……… 180 1. Pelaksanaan Pembelajaran Keramik I ……… 180 2 Pelaksanaan Pembelajaran Keramik II …………. 213 3. Formulasi Pembelajaran I dan II………. 227 4. Analisis Hasil pembelajaran (Model I dan II) ……. 230 5
Ketercapaian Kompetensi Pembelajaran Keramik… 240 6
Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Keramik….. 246 8. Studi Komparatif Model I dan II……… 250
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………
A. Kesimpulan……… 266 B.
Saran………. 270
DAFTAR PUSTAKA ………. 272
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah upaya mengembangkan segenap potensi yang dimiliki
anak menuju kemandirian. Proses pendidikan dalam lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat yang berlangsung secara simultan. Selain itu, proses
pendidikan dapat dipandang sebagai proses pembudayaan individu dalam
lingkungannya, sehingga dapat mewarisi nilai-nilai budaya yang dijadikan
pedoman oleh seluruh anggota masyarakat. Hal ini sesuai dengan Pasal 32 UUD
1945 yang pentingnya membangun kebudayaan nasional sebagai puncak dari
budaya daerah untuk dijadikan kepribadian setiap Warga Negara Indonesia.
Perkembangan mutakhir, mutu pendidikan di Indonesia diikat dengan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dimana kompetensi tersebut
mempertimbangkan perkembangan masyarakat masing-masing. Untuk itulah
setiap satuan pendidikan memiliki wewenang untuk menyusun kurikulum
masing-masing yang disebut juga Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pilihan
penyerahan mutu pendidikan pada setiap satuan pendidikan sebagai perwujudan
dari otonomi sekolah yang harus dipandang sebagai peluang besar oleh setiap
guru untuk menyususn kurikulum sesuai dengan konteks lingkungan di sekolah
masing-masing.
Dalam pelaksanaannya, penyususnan KTSP khususnya mata pelajaran seni
budaya tidaklah mudah. Tahapan yang harus dilalui dalam penyusunan KTSP
2 sosial budaya di lingkungan sekolah. Selanjutnya merumuskan tujuan berdasarkan
skala prioritas mengenai seni budaya tradisi (local genius) yang dipandang harus
menjadi potensi siswa. Pada tahap selanjutnya rumusan tersebut dianalisis
menjadi substansi kurikulum untuk diterapkan sesuai dengan visi dan misi
sekolah yang bersangkutan. Dalam kaitan itu, maka pelaksanaan pembelajaran
muatan lokal seni budaya adalah implementasi dari desain kurikulum yang
berbasis research, sehingga tujuan dalam meningkatkan keterampilan siswa
untuk dapat hidup mandiri, mengembangkan kompetensi yang sesuai dengan ciri
khas dan potensi daerah, pengembangan kompetensi peserta didik dapat dicapai.
Pentingnya KTSP karena isyu fakta di lapangan yang menunjukkan dunia
pendidikan tidak bisa dilepaskan dari pengaruh modernisasi dan gobalisasi.
Kenyataan ini telah berdampak ganda, yakni terdapat dampak positif dan juga
negatif. Dampak positif menjadikan peserta didik terlibat dalam kemajuan di
berbagai bidang kehidupan, namun dampak negatif telah mengikis watak
kelompok secara drastis, sehingga banyak peserta didik tercerabut dengan akar
social budaya lokalnya. kebudayaannya, Maka tidaklah mengherankan manakala
kebanyakan peserta didik menurun daya apresiasinya pada tradisi seni budaya
yang dimilikinya.
Kurangnya apresiasi pada seni budaya daerah setempat telah mengusik
penulis sebagai guru untuk mendisain pembelajaran seni budaya berdasarkan
potensi seni budaya setempat untuk dijadikan pijakan dalam menyususn
3 ditujukan pada potensi seni budaya tradisi Indonesia, yakni seni kerajinan Desa
Anjun Plered Purwakarta.
Untuk merealisasikan maksud tersebut, pada tahap awal penulis
mengadakan observasi dan wawancara terbatas mengenai keberadaan dan
unsur-unsur yang terlibat dalam pengelolaan tradisi kerajinan keramik Plered.
Maksudnya untuk mengetahui sejauh mana apresiasi dan pengetahuan mereka
terhadap keberadaan keramik Plered, dari dari jawaban yang dapat dari mereka
sebagian besar tidak begitu mengenal dan paham, apalagi mungkin menjadi
seorang pengrajinnya.
Berdasarkan hal tersebut, muncul pertanyaan dibenak penuls menganai
mengapa dan apa sebabnya sebagian besar mereka tidak begitu mengenal dan
tertarik terhadap kerajinan keramik, yang notabene kebudayaan daerah tersebut
berada di kota kelahirannya. Permasalahan itu merangsang saya untuk
menelitinya. Dengan mengangkat isyu lokal mengenai lingkungan pengrajin
dijadikan subyek dalam proses pembelajaran keterampilan keramik di sekolah.
Kegiatan ini sebagai usaha mentransformasikan ilmu dan sekaligus
mempromosikan kepada warganya melalui siswa-siswi di sekolah, yang
merupakan generasi pewaris budaya.
Banyak kelebihan dengan memasukan unsur lingkungan kepada dunia
pendidikan formal (sekolah), diantaranya adalah proses pembelajaran lebih nyata,
merangsang siswa mengembangkan berbagai macam kemampuan (potensi)
pengetahuan dan keterampilan. Tujuan dilaksanakan proses pembelajaran seperti
4 mengembangkan sikap produktif, dapat hidup mandiri, mengembangkan sikap
menghargai berbagai jenis keterampilan dan hasil karya. Harapan-harapan di atas
dapat di aplikasikan dalam program pendidikan muatan lokal yang didalamnya
terdapat pengetahuan dan keterampilan kerajinan keramik ( bahan, alat, proses,
nara sumber, dan aspek-aspek lainnya yang mendukung.
Setelah ditarik kesimpulan yang akan menjadi dasar pijakan dalam
melaksanakan penelitian, permasalahan tersebut saya deskripsikan dalam sebuah
judul penelitian “Pembelajaran Keterampilan Keramik Berbasis Potensi Lokal”
(Studi kasus pembelajaran kerajinan keramik Plered tingkat SMP berbasis Potensi
Lingkungan Perajin Keramik Plered-Purwakarta).
B. Batasan dan Fokus Penelitian
Berdasarkan fenomena-fenomena dan analisis masalah yang diketemukan
dari lapangan, maka penelitian mengambil fokus yang lebih spesifik dengan
membatasi penelitian pada ruang lingkup pemanfaatan lingkungan seni budaya
setempat (kerajinan keramik Anjun Plered) untuk dijadikan desain pembelajaran
pada siswa SMP. untuk lebih jelasnya peneliti membuat kerangkan rumusan
masalah untuk mempermudah pembahasannya, Dengan kata lain, rumusan
masalah penelitian ini, yakni: “Bagaimana pembelajaran keterampilan keramik
dilaksanakan pada siswa SMP dengan Mendasarkan pada Potensi Lingkungan
Perajin Keramik Plered-Purwakarta?.
Untuk mempermudah penganalisisan dan memperjelas dari pokok bahasan
5 secara rinci dan sistematis dalam bentuk beberapa pertanyaan penelitian beriktui
ini, yakni:
1. Mengapa keterampilan keramik Ajun Plered dijadikan sebagai satu sumber
pembelajaran seni budaya di SMP?
2. Bagaimana subtansi materi seni budaya berkenaan dengan keterampilan
keramik yang diajarkan di SMP?
3. Bagaimana Rencana dan pelaksanaan pembelajaran ketrampilan keramik
di SMP dengan memanfaatkan potensi lingkungan setempat?
4. Bagaimana proses keterampilan keramik dijadikan sebagai materi
pembelajaran seni budaya di SMP?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana keefektifitas
dan keefesienan pembelajaran kerajinan keramik dengan melibatkan lingkungan
sebagai sumber pembelajaran, sebagai usaha menanamkan nilai nilai kesadaran
diri terhadap kelestariannya, tujuan tersebut diantranya :
1. Mengetahui dan mendeskripsikan potensi seni budaya perajin anjun plered
sumber pembelajaran
2.Mendeskripsikan substansi materi seni budaya berkenaan dengan keterampilan
keramik yang diajarkan kepada siswa SMP.
3.Merumuskan rencana pembelajaran keterampilan keramik di SMP dengan cara
memanfaatkan lingkungan perajin.
4. Mendeskripsikan Pelaksanaan pembelajaran kerajinan keramik berdasarkan
6 a. Manfaat Penelitian
Sekecil apapun hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat dan
sumbangsih bagi khasanah keilmuan seni rupa dan pendidikan seni. Melalui
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar siswa dapat memberikan
pengalaman yang lebih, baik teori maupun praktek. Mereka mendapatkan
pengalaman kemudian merasakan, menghargai, rasa memiliki dan ikut
mengembangkan kebudayaan daerah, sehingga melalui kegiatan ini tercipta
transmisi budaya. Harapan lainnya adalah dapat bermanfaat bagi semua
stakeholder yang berhubungan dengan dunia pendidikan seni, pemanfaatan hasil
penelitian ini dapat digolongkan ke dalam dua jenis sasaran, antara lain ;
1. Secara Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan teori dan
kunsep-konsep kunci dalam disiplin pendidikan seni, khususnya perluasan
pendidikan seni di persekolahan dengan melibatkan potensi seni budaya lokal
masyarakat setempat.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan, diantaranya:
a. Masyarakat Anjun dan Pemerintah Kabupaten Purwakarta
1) Dapat memberikan wawasan betapa pentingnya eksistensi kesenian daerah
terhadap sumbangan kepada pendidikan seni.
2) Memperkaya metoda (strategi) dalam penyampaian pembelajaran
7 3) Menginformasikan gambaran mudah dan efektif dalam melaksanakan
pembelajaran pendidikan seni
4) Memberikan solusi dalam memecahkan masalah pendidikan seni dalam
proses pembelajaran berkenaan dengan penyampaian materi kesenian
daerah.
b. Guru Seni Budaya SMP
1) Mendapatkan pengetahuan dari narasumber lingkungan sebagai bahan
acuan dan pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas.
2) Dapat meniru langkah-langkah kegiatan pembelajaran kerajinan.
3) Dapat dijadikan model pembelajaran
c. Manfaat untuk Siswa
1) Memberikan pengalaman-pengalaman langsung anak belajar dengan
menggunakan segala macam alat dan cara
2) Membangkitkan minat baru atau memperkuat minat yang telah ada.
3) Memberikan motivasi kepada murid untuk menyelidiki permasalahan
awal.
4) Menanamkan kesadaram akan masalah-masalah yang terdapat di dalam
masyarakat
5) Memberi pengertian yang lebih luas tentang kehidupan dalam masyarakat
6) Mengembangkan hubungan social dengan masyarakat
7) Dapat tumbuh rasa bangga dan memiliki terhadap karya kerajinan daerah.
8) Mengenal karya kerajinan daerah yang didapat dari proses pembelajaran
8 9) Dapat merasakan secara langsung pembelajaran praktek di lapangan
tempat kerajinan)
10) Siswa dapat merasakan senangnya belajar pendidikan seni melalui praktek.
Pemerintah Daerah
1) Memberikan sumbangan pemikiran tentang potensi seni budaya daerah
setempat yang perlu dilestarikan
2) Bahan masukan sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan dalam rangka
meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap keberadaan kerajinan
daerah.
3) Oleh Dinas Pendidikan dapat dijadikan model untuk pelaksanaan
pembelajaran di sekolah-sekolah lain.
b. Penjelasan Istilah
1. Mengembang (kata kerja)
Suatu tindakan lanjutan dari suatu kegiatan yang telah dilaksanakan
sebelumnya dengan maksud untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal dari
hasil sebelumnya.
2. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan
untuk membentuk kurikulum dan pembelajaran jangka panjang, merancang
bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau di
9 3. Kerajinan
Seni kerajinan atau seni pakai adalah seni rupa yang lebih mengutamakan
kegunaan praktis dalam pembuatannya. Mutu materi serta mutu pengerjaanya
sangat menentukan mutu hasil karyanya. Pertimbangan-pertimbangan segi
keindahan dibatasi oleh segi kegunaan, enak dipakai dan enak dipandang
merupakan tujuan pembuatan karya seni pakai. Memproduksi secara masal
merupakan salah satu cirinya. Didalamnya kita akan mengenal perajin dengan
kata lain ia adalah orang yang dapat memproduksi karya kerajinan.
4. Budaya lokal (local Genius)
Kebudayaan yang hidup dalam suatu komunitas daerah, yang tidak lepas
dari lingkungan, budaya, ekonomi, sejarah yang mempengaruhinya. Hidup
kebudayaan tersebut bersifat turun-tumurun (warisan) dari orang tuanya.
65 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metoda Penelitian
Pembelajaran keramik berbasis potensi lokal merupakan usaha
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam segi kerajinan daerah
(local genius). Pada hakekatnya kebudayaan daerah tumbuh dan berkembang
didasarkan kepada para seniman/ kriyator daerah itu sendiri. Untuk itu perlu
adanya regenerasi dari para pelaku seni tersebut sehingga eksistensinya tetap
terjaga. Usaha untuk melestarikan kebudayaan tersebut dapat dilakukan dengan
berbagai macam cara, salah satunya adalah komunitas atau daerah seniman
tersebut dijadikan suatu sumber belajar bagi siswa untuk mempelajari
pengetahuan dan keterampilan secara real (nyata).
Pembelajaran keramik dengan berbasis potensi lokal yang dilakukan di
Purwakarta merupakan suatu penelitian untuk mengkaji sejauh mana keefektifan
dengan cara belajar yang memakai komunitas perajin sebagai sumber belajar
(objek pembelajaran). Untuk mencapai sasaran yang diharapkan atau jawaban
yang jelas maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
karyawisata. Penggunaan pendekatan ini dimaksudkan untuk memperoleh
kejelasan dan gambaran mengenai lingkungan budaya sebagai sumber belajar bagi
siswa tingkat SMP di Purwakarta, khususnya di SMP 2 Pasawahan.
Penggunaan pendekatan yang tepat merupakan faktor keberhasilan dalam
66 mengetahui bagaimana siswa SMP memahami dan mengetahui keberadaan
kerajinan keramik yang ada di Plered.
Pendekatan kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (dalam Dini, 2000: 134)
lebih dikenal dengan “sebutan naturalistik fenomologis” sesuai dengan
karakteristik masalah yang dikaji yang disasarkan pada kajian deskriptif evaluatif
yaitu mengumpulkan data deskriptif yang banyak dituangkan dalam bentuk
laporan dan uraian, penelitian ini tidak mengutamakan angka-angka dan statistik
walaupun tidak menolak data kuantitatif. Hal tersebut sejalan dengan yang
dikemukakan oleh Nasution (1992 ; 9).
Pada hakekatnya penelitian kualitatif untuk mengetahui orang dalam
lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa
dan tafsiran mereka tentang dunia sekitar, sehingga menuntut sipeneliti untuk
turun ke lapangan dengan waktu yang cukup lama ( Nasution, 1988: 5). Penelitian
kualitatif lebih difokuskan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek, berupa perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara menyeluruh
dengan suatu penjelasan melaui kata-kata atau bahasa pada sutau konteks khusus
yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai merode ilmiah (Moleong, 2006: 6).
Nana Sudjana dan R. Ibrahim (1989: 195) mengemukakan lima ciri pokok
penelitian kualitatif, yaitu (1) penelitian kualitatif menggunakan lingkungan
alamiah sebagai sumber data langsung; (2) penelitian kualitatif sifatnya deskriptif
analitik; (3) tekanan penelitian kualitatif ada pada proses bukan pada hasil; (4)
penelitian kualitatif sifatnya induktif; (5) penelitian kualitatif mengutamakan
67 yakni teori yang timbul dari data bukan dari hipotesis, berbeda dengan penelitian
kuantitatif.
Selain metode di atas yang dapat menjawab memecahkan masalah tersebut,
dapat pula menggunakan metode studi kasus, karena penelitian studi kasus sangat
tepat digunakan pada penelitian yang bertujuan menjawab pertanyaan ‘
bagaimana’ dan ’ mengapa’ terhadap sesuatu yang diteliti, melalui pertanyaan
penelitian yang demikian, substansi mendasar yang terkandung di dalam kasus
yang diteliti dapat digali dengan mendalam.
Penelitian Studi kasus (case study), penelitian yang yang lebih
memfokuskan kepada satu objek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu
kasus. Mendapatlkan data dapat diperoleh dari informasi semua pihak yang
kompeten/ atau dari berbagai sumber yang mendukung. Lebih lanjut Arikunto
(1986) yang dikutif dari Budi, berpendapat bahwa metode studi kasus merupakan
jenis pendekatan deskriptif, penelitiannya dilakukan secara intensif, terperinci dan
mendalam terhadap suatu organisme (individu), lembaga atau gejala dengan
daerah atau subjek yang sempit.
Pemilihan metode kasus dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh mana mengenal, memahami, mengaprsiasi, para siswa
terhadap keberadaan kerajinan keramik yang ada di daerahnya dan sekaligus
merupakan kebudayaan daerah (local genius), yang perlu dipertahankan dan
dikembangkan.
Menurut Yin (dalam Budi: 2009) penelitian studi kasus adalah metode
68 pendekatan naturalistik. Studi kasus adalah sebuah metode penelitian yang secara
khusus menyelidiki fenomena kontemporer yang terdapat dalam konteks
kehidupan nyata, yang dilaksanakan ketika batasan-batasan antara fenomena dan
konteksnya belum jelas, dengan menggunakan berbagai sumber data. Dalam
kaitan dengan waktu dan tempat, secara khusus Yin (2003a) menjelaskan, bahwa
obyek yang dapat diangkat sebagai kasus yaitu bersifat kontemporer, yaitu sedang
berlangsung atau telah berlangsung tetapi masih menyisakan dampak dan
pengaruh yang luas, kuat atau khusus pada saat penelitian dilakukan
1. Subjek Penelitian
Berbagai sumber penelitian dan teknik pengumpulan data yang digunakan
merupakan bagian dari unsur unsur yang ada pada karakteristik penelitian studi
kasus. Teknik cuplikan (sampling) yang bersifat (purposive), sejalan yang
dikemukakan oleh Robert K. Yin (1994) yang dikutip Budhi, bahwa pemilihan
kasus hendaknya dilakukan secara bertujuan (purposive) dan bukan secara
rambang. Nasution (1988: 11) mengatakan metode naturalistik tidak
menggunakan sampling random atau acak dan tidak pula menggunakan populasi
sampel yang banyak melainkan dipilih berdasarkan tujuan penelitian (purposive).
Subjek-subjek penelitian yang menjadi pendukung pada pembelajaran
keramik adalah (1) perajin sebagai produsen keramik yang ada di Plered; (2)
bahan dan alat, bahan-bahan apa saja yang dipakai untuk membuat karya seni
69 terhadap produk keramik; (3) metode, bagaimana proses awal sampai akhir
(finishing). Semua unsur tadi merupakan garapan utama yang akan diteliti.
2. Lokasi Penelitian dan Sumber Data
Penelitian dilakukan di pusat kerajinan keramik Plered, kabupaten
Purwakarta, Hal ini didasarkan berbagai pertimbangan, antara lain: pertama
tempat kerajinan keramik Plered letaknya tidak begitu jauh dengan sekolah yang
akan dilibatkan dalam penelitiatian. Kedua adanya lembaga penelitian yang eksis
dibidang kerajinan keramik sehingga memudahkan untuk bekerjasama dalam
rangka mempelancar kegiatan penelitian tersebut. Ketiga fasilitas yang tersedia
dapat mendukung dalam proses pembelajaran misalnya alat-alat modern dan
tradisional yang dipakai dalam proses pembuatan kerajinan keramik. Keempat
hasil kerajinan keramik Plered sudah terkenal ke mancanegara, disebabkan
kualitas kerajinan tersebut tidak dapat diragukan lagi, sehingga memotivasi kita
untuk melanggengkan (melestarikan) seni tradisi tersebut dengan cara melalui
proses pembelajaran di sekolah-sekolah setingkat SMP di seluruh kabupaten
Purwakarta, khususnya SMP Negeri 2 Pasawahan.
Dalam rangka menghimpun data yang diperlukan maka dalam penelitian
ini peneliti akan mengambil data dari berbagai sumber baik sumber manusia
maupun sumber non manusia. Pada kegiatan penelitian ini, sumber data yang
digunakan adalah person yaitu : perajin, proses pembuatan kerajinan keramik,
hasil kerajinan, lingkungan perajin, dan kantor Balitbang serta pendukung lainya
70 foto kegiatan dan film (Arikunto, 2002: 41) dalam Bandi (2010: 137). Dengan
asumsi data tersebut dapat dipandang sesuai untuk memperkaya data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini. Nasution (1996) mengungkapkan bahwa
dokumen pada dasarnya dapat memberikan informasi yang lebih luas dan dalam
menyangkut obyek penelitian, sehingga dapat dijadikan bahan trianggulasi untuk
mengecek kesesuaian data.
B. Teknik Pengumpulan Data
Keberhasilan sebuah penelitian sangat tergantung ketelitian, kelengkapan
data dan keterbukaan responden. Nasution (1988 : 56) “ mengatakan bahwa
catatan disusun berdasarkan teknik observasi, wawancara, dan studi
dokumentasi”. Berdasarkan uraian di atas maka teknik tersebut (teknik non tes)
oleh peneliti dipakai untuk mengetahui proses pembelajaran yang dilakukan oleh
guru dan siswa. kemudian peneliti juga menggunakan teknik tes dengan maksud
untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap penguasaan materi seni rupa
khususnya dalam bidang keramik.
Usaha pertama dalam melaksanakan tahapan-tahapan (non tes) tersebut
peneliti membangun relasi dengan lingkungan perajin setempat yang dimulai
dengan kunjungan ringan (mengamati secara sederhana), perkenalan yang
akhirnya dapat melahirkan keakraban menjadikan suasana lebih hangat yang
menjurus kepada rasa kekeluargaan, tidak ada lagi suasana formal antara peneliti
71 mau membantu dalam kegiatan penelitian, dan data penelitian yang dibutuhkan
sehingga hasil penelitian tercapai sesuai dengan tujuan yang diharapakan.
Data yang valid dan reliabilitas merupakan salah faktor terhadap
keberhasilan suatu penelitian, untuk mendapat data yang akurat tersebut
diperlukan suatu teknik yang tepat dalam penelitian, diantaranya adalah :
1. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan
menghimpun berbagai informasi berupa catatan- catatan, laporan, arsip dan
peristiwa yang terekam, yang berhubungan dengan kegiatan yang diteliti
kemudian menganilisnya. Tujuan dilaksanakannya studi dokumentasi adalah
mendukung dan melengkapi data dan informasi yang dikumpulkan melalui
observasi dan wawancara.
Studi dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti adalah berupa penelaahan
terhadap admisnistrasi dan aspek-aspek yang ada mendukung yang ada di perajin,
rencana pembelajaran yang dibuat oleh perajin (Balitbang), sebagai pihak yang
akan melaksanakan pembelajaran keramik terhadap siswa, proses pembalajaran,
evaluasi dan yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran keramik Plered.
Menggunakan studi dokumentasi memberikan kemudahan kepada peneliti
untuk mendapatkan data, sejalan dengan yang dikemukakan oleh Lincoln dan
Guba ( 1989 : 276) bahwa alasan menggunakan studi dokumentasi adalah (1)
dokumentasi dan catatan selalu dapat digunakan karena diperoleh dengan relative
72 situasi secara akurat maupun dapat dianalisis ulang tanpa melalui perubahan
didalamnya; (3) dokumen dan catatan merupakan informasi yang kaya.
2. Studi Literatur
Studi literatur adalah usaha untuk menambah wawasan pengetahuan
peneliti, dengan cara mencari, menemukan, membandingkan dan menjadikan
teori-teori yang ditemukan menjadi pedunkung penelitian yang dilaksanakan,
terutama yang berhubungan dengan konsep dan prinsip pembelajaran keramik,
media, materi pelajaran, proses pembelajaran, metode pembelajaran, evaluasi baik
yang didapat melalui buku, hasil penelitian orang lain ( Desertasi, Tesis, Skripsi)
jurnal, artikel, majalah, ensiklopedi, kamus, dan internet.
Sumber literatur dari berbagai macam nara sumber yang kompeten
dibidangnya yang dapat diuji kebenarannya merupakan sumber pendukung dan
dapat membantu wawasan peneliti dalam memperlancar pelaksanaan penelitian.
Tujuan dilakukannya studi literatur dimaksudkan untuk mengetahui
konsep-konsep dan teori yang dapat dijadikan dalam pelaksanaan penelitian,
sedangkan fungsi studi literatur adalah memberikan argumentasi yang kuat yang
dapat dijadikan dasar-dasar teori terhadap penelitian, memotivasi peneliti untuk
mencari dan mendapatkan hasil penelitian yang valid dan berkualitas, sebagai
bahan pijakan, penuntun dan mengarahkan peneliti kepada fokus permasalahan
73 3. Teknik Observasi / Pengamatan
Observasi merupakan pengamatan langsung dengan menggunakan panca
indera terhadap kegiatan yang sedang dilaksanakan. Dalam pelaksanaan observasi
dapat dilakukan secara langsung peneliti ikut berpartisipasi dalam kegiatan dan
dapat juga tidak ikut dalam kegiatan yang sedang diteliti. Sejalan dengan yang
dikemukakan oleh Sukmadinata (2007; 220) mengatakan observasi dilakukan
dengan partisipatif atau nonpartisipatif.
Dalam pelaksanaan teknik observasi dilakukan dengan sistematis yang
dimulai dari data yang sederhana sampai ke data yang luas dan rumit. Hal ini
untuk mempermudah pemahaman orang yang membaca hasil penelitian ini dan
memberikan jalan untuk dapat menafsirkan kembali secara ilmiah.
Pada pelaksanaan penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi,
dengan maksud untuk dapat mengamati lebih seksama unsur-unsur yang
ditelitinya, tetapi kadang-kadang juga ikut serta menjadi bagian dari kegiatan
tersebut (objek ). pelaksanaan penelitian yang memfokus proses pembelajaran ini
di tempat para perajin, (Plered) karena media dan alat sangat menunjang terhadap
kelancaran penelitian tersebut. Diantaranya observasi yang akan dilakukan
bagaimana persiapan perajin mengajar dan cara atau metode penyajian materi
pelajaran dan sekaligus mengamati aktivitas siswa merespon dalam sistem
pembelajaran yang diberikan oleh perajin terhadap siswa sekolah.
Observasi dilakukan secara terus menerus sampai pada akhir peneliti
mendapat data yang sesuai dengan yang diperlukan. Data tersebut sangat penting
74 peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan daripada pembuktian
dan mempertahankan pilihan untuk mendekati maslah secara induktif, dengan
observasi peneliti dapat melihat hal-hal yang oleh responden sendiri kurang
disadari, kurang keterbukaan responden, observasi memungkinkan peneliti
merefleksikan dan bersikap introspektif terhadap penelitian yang dilakukan.
Impresi dan perasaan pengamat/ peneliti akan menjadi bagian dari data yang pada
giliranya dapat dimanfaatkan untuk memahami fenomena yang diteliti
Penelitian dilaksanakan secara berulang-ulang di luar sekolah (tempat
perajin) artinya para siswa dibawa ketempat atau daerah perajin (daerah Plered
sebagai penghasil kerajinan keramik) kemudian mereka mendapat pembelajaran
tentang bagaimana proses pembuatan kerajinan keramik, diberikan dari
perencanaan/ persiapan sampai kepada hasil. Kegiatan ini dibimbing oleh para
perajin yang ada di Plered. Dan dilaksanakan di dalam kelas, artinya guru
mendatangkan nara sumber (perajin keramik) masuk ke kelas mengganti peran
guru, mereka memberikan pengetahuan tentang keramik baik teori dan
prakteknya. Sedangkan peneliti mengamati dan sekaligus ikut dalam pelaksanaan
proses pembelajaran tersebut. Kegiatan tersebut dilaksanakan sampai
mendapatkan data yang diperlukan.
Teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan terlibat, menjadikan
peneliti berperan ganda artinya sebagai pengamat dan sekligus orang yang diamati
atau menjadi anggota kelompok subyek yang diteliti. Dalam hal ini peneliti
terlibat langsung dalam proses pembelajaran keterampilan kerajinan keramik
75 berkomunikasi dan berinteraksi selama peneliti terlibat dalam waktu yang cukup
lama dapat memberikan peluang bagi para peneliti untuk dapat melihat apa yang
terjadi selama proses pembelajaran, misalnya bagaimana metoda dan teknik dalam
penyampaian pembelajaran.
4. Teknik Interview (Wawancara mendalam)
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang utama dalam
penelitian kualitatif, dengan wawacancara dapat dilakukan kegiatan percakapan
langsung dengan responden. Sukmadinata ( 2007 : 216-217) bahwa responden
penelitian bisa dalam bentuk individu ataupun berkelompok. Melalui wawancara
data yang dikumpulkan berupa : pendapat, alasan, motif-motif dan sikap dari
responden. Dengan menggunakan teknik wawancara, data utama yang berupa
ucapan, pikiran, gagasan, perasaan dan tindakan dari siswa, guru mata pelajaran,
kepala sekolah diharapkan dapat terungkap secara lebih teliti dan cermat.
Usaha memperoleh data awal untuk pembelajaran keterampilan keramik
adalah melakukan wawancara dengan stakeholder pendidik seni budaya yang
berada pada tingkat SMP. Setelah dilakukan wawancara, informasi yang diperoleh
diolah dan dikonfirmasikan melalui tahap trianggulasi. Hal ini dilakukan untuk
memperoleh masukan mengenai kesesuaian data tersebut dengan kenyataan yang
ada.
Berbagai macam bentuk wawancara dapat dilakukan untuk mendapat data
yang akurat yaitu (1) wawancara terstruktur, teknik ini digunakan untuk
76 informasi apa yang akan diperoleh; (2) wawancara semi terstruktur, pemakaian
teknik ini dimaksudkan untuk membuka permasalahan yang lebih luas sehingga
diharapkan gagasan dan ide dari para responden/ informan tentang permasalahan
tersebut; (3) wawancara tidak berstruktur, ada dua jenis wawancara tidak
berstruktur, yaitu wawancara yang berfokus dan wawancara bebas. Wawancara
berfokus terpusat kepada satu pokok masalah tertentu, sedangkan wawancara
bebas pertanyaan yang beralih-alih berbeda bahasan dari satu pokok masalah ke
pokok yang lain, sepanjang berkaitan dengan menjelaskan aspek-aspek masalah
yang diteliti, ( Koentjaraningrat,1996 : 139) di kutif dari Budhi Tesis ( 2009).
Wawancara dilakukan juga secara terarah dan tidak terarah, maksudnya adalah
wawancara bersifat santai, bebas dan memberikan kesempatan yang ditanyakan
sesuai dengan pengalaman yang dimilikinya (Nasution, 1992 : 20).
Dalam penelitian ini dimulai dengan wawancara terstruktur yaitu didahului
dengan mengadakan survey ke sekolah (SMP). yang ada di wilayah Kabupaten
Purwakarta dengan maksud mencari pemahaman siswa tentang keramik Plered,
yang di dalamnya meliputi (1) pengetahuan siswa tentang pembelajaran kerajinan
keramik, khususnya keramik Plered, (2) wawancara semi terstruktur dilakukan
kepada para perajin yang akan memberikan bimbingan dalam proses pembelajaran
keramik, (3) wawancara bebas dilakukan kepada para guru mata pelajaran seni
budaya dan para staf Balitbang Keramik Plered.
C.Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengatur data mengorganisasikan ke dalam
77 data kualitatif adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan dan diketahui
maknanya, ( Budhi, 2009 : 99). Proses analisis data menghasilkan uraian yang
mendasar mengenai hasil penelitian yang telah dilakukannya.
Analisis data menurut Patton ( dalam Moleong, 1988, 103) mengatakan “
proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori
dan satuan uraian dasar”. Analisis data adalah sebagai proses yang merinci usaha
secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesa seperti yang
disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan
hipotesa itu.
Dalam penelitian kualitatif, konsep dan fungsi penelitian deskripsi
penggunaannya adalah untuk memecahkan masalah, jenis informasi yang digali,
dengan jenis penelitian studi kasus, untuk mengatur, mengurutkan ,
mengelompokan, memberikan kode dan mengategorikan data yang diperoleh,
sehingga dapat ditemukan suatu tema dan hipotesa kerja yang akhirnya diangkat
menjadi suatu teori subtantif.
Pelaksanaan analisis data dilakukan sepanjang penelitian itu dan secara
terus menerus, mulai tahap pengumpulan sampai akhir, sebagaimana
dikemukakan oleh Miles dan Huberman ( 1992 : 2) bahwa “ analisis data kualitatif
merupakan upaya berlanjut, berulang-ulang dan terus menerus.
Persoalan yang dihadapi oleh peneliti kualitatif tiada lain prosedur yang
tidak baku dalam menganalisis data, tidak heran setiap peneliti mempunyai
cara-cara khusus, sejalan dengan yang diungkapkan oleh Nasution (1938 : 26)
78 kemampuan intelektual tinggi”. Data dapat diolah dengan lebih dari satu cara,
setiap peneliti harus menemukan gaya keterampilan intelektualnya sendiri,
pengolahan dan analisis data kualitatif adalah satu kegiatan eklektic (memilih
berbagai sumber), tidak hanya ada satu jalan yang benar untuk berhati-hati, dapat
menghindari standarisasi proses, karena ciri dari penelitian kualitatif adalah di
dalamnya ada kreativitas peneliti ( Schumacher, 1997 ; 505).
Langkah-langkah analisis data dapat dilakukan dengan dimulai dari
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (verifikasi).
1. Reduksi data
Data yang dukumpulkan dari berbagai macam teknik diatas ( wawancara,
observasi, studi dokumentasi) diolah dan analisis untuk mendapatkan informasi
yang berkenaan dengan tujuan penelitian, dimulai dari membaca dan mempelajari,
merangkum/ meringkas, kemudian membuat abstraksi dari keseluruhan data
menjadi bagian yang penting (inti).
Tujuan reduksi data adalah agar lebih memudahkan, memperjelas, terarah,
data yang direduksi memberikan gambaran lebih tajam, dan mempermudah
peneliti untuk mencari data yang diperoleh bila diperlukan.
2. Display Data
Pada tahap ini peneliti akan mengklasifikasikan atau mengelompokan data
dengan membuat ketrangan-keterangan yang lengkap dan sistematis terhadap
79 Tujuan dari display data adalah agar data dengan mudah dibaca dan diolah lebih
lanjut, peneliti menguasai data dan tidak tenggelam dalam tumpukan data temuan
dilapangan. Untuk mencapai tujuan di atas dapat menggunakan teknik bagan atau
chart, table, matrik, pengkodean.
3. Verifikasi
Tabel data yang lebih beralasan ( grounded) dapat membuat kesimpulan
yang menjamin validitas instrument dan data. Untuk mendapat data dan informasi
dengan cara mengumpulkan semua informasi tersebut dapat dilakukan dengan
kegiatan, 1) kategori data, menghimpun data-data dilapangan melalui kategori
yang diperoleh dari responden dilapangan sehingga memperoleh data yang akurat
tentang tingkat pemahaman siswa dalam materi pembelajaran keterampilan
keramik, 2) reduksi data mengelompokan data berdasarkan suatu jawaban yang
sama atau relevan dengan apa yang dinginkan dengan demikian merupakan suatu
titik maksimal dari hasil penelitian, 3) penyajian data yang dimaksud sebagai
informasi yang diterapkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dilapangan
dengan wawancara dan observasi atas data-data yang telah diberikan, 4)
merupakan pengambilan kesimpulan dari semua temuan-temuan yang telah
diperoleh dilapangan.
Kegiatan ‘auditing’ yang dilakukan pada analisis, mengkaji semua
informasi yang terkumpul, dicatat dan didokumentasikan merupakan kegiatan
[image:29.595.108.515.237.629.2]80 digunakan untuk melakukan pengecekan kebenaran atau konfirmasi dengan
menanyakan langsung kepada yang bersangkutan ( Alwasilah. 200 : 172).
Pengambilan kesimpulan dilakukan untuk menyelaraskan data lapangan
dengan permasalahan yang diteliti sebagai mana yang dituangkan dalam
pertanyaan penelitian. Pengambilan kesimpulan merupakan intisari dari hasil
penelitian, dan verifikasi adalah upaya untuk mempelajari kembali data-data yang
sudah dikumpulkan dengan meminta pertimbangan dari berbagai pihak yang
relevan dengan penelitian.
D. Prosedur Penelitian
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang akurat tepat sasaran sesuai
dengan yang diharapkan, diperlukan langkah-langkah kegiatan yang sistematis
dan komprehensip. Setiap objek penelitian berbeda pola yang dipakai dalam
pemecahannya. Hal ini tergantung permasalahan yang ada dalam permasalahan
dan karakter objek penelitian tersebut. Pada hakekatnya secara prosedural tidak
ada acuan yang baku dalam pelaksanaan penelitian kualitatif (tidak ada pola yang
pasti) tetapi untuk mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut dilakukan dari
tahapan orientasi, eksplorasi dan member check, Nasution (1996 : 33 ), sbb:
1. Tahap Orientasi
Dimulai dari melakukan survey kepada obyek-obyek yang akan menjadi
sasaran penelitian, kemudian tanya-tanya tentang perihal yang berhubungan
81 dalam penelitian, melakukan perkenalan dengan perajin keramik yang ada di
Plered, dan pihak-pihak yang berkompeten dalam permasalahan pembelajaran
keramik. Dari hasil prasurvey peneliti melakukan tindak lanjut (follow up) dengan
menghubungi pembimbing untuk mendapat masukan sehingga dapat bertindak
cepat sesuai dengan program yang telah dibuat.
2. Tahap Eksplorasi
Kegiatan yang menindaklanjuti hasil dari otrientasi, data yang didapat
sudah jelas , terarah dan menukik kepada yang akan diteliti spesifik. Penelitian
sudah dapat diarahkan kepada obyek penelitian yaitu proses pembelajaran
berbasis lingkunga yaitu kerajinan keramik yang ada di Plered, merupakan sumber
belajar siswa SMP.
3. Tahap Member Check
Pengecekan kebenaran data yang telah diperoleh dari berbagai teknik,
kepada nara sumber atau informan (perajin) dengan cara konfirmasi dengan
maksud mendapatkan reaksi kesesuaian atau ketidaksesuaian antara informasi
yang diberikan dengan yang dicatat oleh peneliti, kemudian untuk memperoleh
266 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada awal penulisan tesis ini, tepatnya pada pada bab I telas dirumuskan
maksud, tujuan, permasalahannya. Inti permasalahannya adalah mengapa
kerajinan keramik Anjun Plered dijadikan sumber pembelajaran di SMP,
bagaimana rencana pembelajaran keterampilan keramik Anjun Plered di berikan
di SMP, bagaimana proses pembelajaran keramik dengan memanfaatkan
lingkungan Anjun Plered. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan
pokok-pokok penjelasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan potensi lingkungan
Anjun Plered sebagai sumber pembelajaran kerajinan keramik.
Banyak macam seni budaya yang hidup di masyarakat Anjun Plered, dari
seni modern sampai seni tradisi, dari sekian banyak seni tersebut ada salah satu
seni tradisi yang telah mendarah daging hidup dilingkungan Anjun Plered, seni
tersebut bukan sekedar penyaluran ekspresi saja tetapi sudah menjadi urat
perekonomian sehari-hari masyarakat Plered (sumber kehidupan), banyak yang
menggantungkan hidupnya terhadap eksistensinya kerajinan ini, disamping itu
mereka sudah merasa suatu kesatuan hidup dengan aktivitas kerajinan ini.
Sehingga berkeinginan kuat untuk mempertahankan dan menjaganya dari
pengaruh-pengaruh yang akan memusnahkannya. Seni kerajinan ini merupakan
ikon kabupaten Purwakarta dan menjadi satu kebanggaan dari sekian banyak
267 Menurut sejarah tradisi pembuatan kerajinan keramik Plered sudah ada
sebelum kolonial masuk ke Indonesia, bahkan lebih jauh lagi dari kedatangan
bangsa Belanda. Tradisi ini berkembang terutama sejak zaman Belanda sampai
dengan zaman kemerdekaan, dalam perjalanan perkembangannya tidak lepas dari
permasalahan yang dihadapinya (kondisi yang pasang surut) karena faktor-faktor
lain yang mempengaruhinya.
Letak geografis yang stategis dan sumber daya alam yang mendukung
(kaya) menjadikan Plered sebagai salah satu daerah penghasil kerajinan keramik
yang ada di Jawa Barat. Potensi masyarakat tersebut ini sudah menjadi andalan
khususnya kabupaten Purwakarta, umumnya propinsi Jawa Barat dan Negara.
Hasil produksi kerajinan tersebut sudah merambah ke pasar dunia ( Asia, Eropa,
Australia, Timur Tengah, Afrika
Pendidikan merupakan bagian dari proses pembudayaan, dengan demikian
proses pendidikan antara lain merupakan upaya masyarakat untuk kelangsungan
tradisinya. Salah satu usaha mempertahan seni tradisi yaitu melalui pendidikan
formal (sekolah) dapat melakukan upaya membentuk manusia yang berbudaya.
Seni kerajinan keramik Anjun Plered merupakan seni tradisi yang dapat
dijadikan satu sumber pembelajaran seni tradisi di sekolah. Seni ini hidup dan
mengakar dalam kehidupan rakyat Anjun Plered, seni kerajinan keramik
merupakan seni yang mempunyai nilai dan apresiasi tinggi dari masyarakatnya.
Esensi materi pembelajaran yang dapat diberikan disekolah berbagai macam teori
dan praktik diantaranya adalah pengetahuan umum (sejarah, teknik dan alat),
268 Proses pembuatan keramik Plered pada umumnya menggunakan alat putar,
tetapi sebagai bahan pelajaran bagi siswa di sekolah (pemula) proses
pembelajaran dimulai dari teknik yang sederhana, yaitu ( 1) teknik pijit; (2) teknik
pilin; (3) teknik slab; (4) teknik cetak; (5) teknik butsir dan teknik putar.
Usaha pembuatan keramik untuk mencapai hasil kesempurnaan bentuk,
sesuai dengan yang diharapkan diperlukan berbagai macam media dan alat bantu
yang dibutuhkan. diantaranya, (1) tatap; (2) tik-tikan; (3) dalim; (4) peteng; (5)
kuas; (6) kerig; (7) perbot; (8) tanah liat. Semua unsur-unsur di atas tersebut dapat
menjadi bahan pelajaran yang dapat diperkenalkan dan diajarkanya kepada siswa
disekolah.
Dalam upaya membina apresiasi siswa di sekolah, dengan sasaran adalah
pembelajaran didalam kelas (mendatangkan nara sumber/Resource person) model
I, dan di luar kelas (karyawisata/ field trif) model II. Pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan aplikatif (berkarya) dan kesejarahan (apresiasi seni
yang ditempuh melalui pengenalan sejarah seni). Penciptaan demi penciptaan,
peristiwa-demi peristiwa yang masing-masing memiliki problemnya sendiri,
dibicarakan dan dibahas dan dengan demikian diharapkan siswa akan memahami
apa-apa yang ada dibali penciptaan itu, dan memungkin siswa untuk
menikmatinya.
Pembelajaran materi kerajinan keramik dapat dilaksanakan dengan
menggunakan metode karyawisata (field trif) dan menggunakan metode nara
sumber (resource person). Dalam aplikasinya dilapangan ternyata kedua metode
269 tetapi jika dibandingkan dari kedua metode tersebut bahwa metode karyawisata
mempunyai kelebihan banyak dibandingkan dengan metode mendatangkan nara
sumber ke kelas.
Metode karyawisata memberikan banyak pengalaman berbagai hal yang
berhubungan dengan seni tradisi kepada siswa. diantaranya : (1) memberikan
pengalaman-pengalaman langsung. Anak belajar dengan menggunakan segala
macam alat dria. Satu karyawisata lebih berharga daripada seratus gambar; (2)
membangkitkan minat baru atau memperkuat minat yang telah ada; (3)
memberikan motivasi kepada murid untuk menyelediki sebab musabab sesuatu;
(4) menanamkan kesadaran akan masalah-masalah yang terdapat di dalam
masyarakat; (4) mengembangkan hubungan dengan masyarakat.
Kelemahan dari menggunakan metode karyawisata, diantaranya ; (1) tidak
semua siswa dapat melaksanakan pembelajaran semacam ini karena
membutuhkan dana yang cukup besar, hal ini dapat terjadi kepada siswa yang
ekonomi orang tuanya lemah; (2) membutuhkan persiapan/perencanaan yang
matang dan memerlukain partisifasi guru yang lain sebagai pembimbing; (3)
proses pembelajaran sangat terbatas (sebentar).
B. Saran-Saran
Dalam situasi sekarang ini, dimana kebudayaan luar (mancanegara) sudah
merambah kepada budaya bangsa, yang dapat menggerus nilai nilai yang
terkandung dalam kebudayaan bangsa, sebaiknya semua pihak yang
270 menjaga dan mempertahan kebudaya tradisi ini karena pemuda sebagai pewaris
leluhur bangsa. Untuk itu peneliti mengharap kepada pihak pengambil kebijakan
Pemerintah Daerah dalam hal melalui Kantor Memperindag untuk lebih proaktif
memfasilitasi peserta didik mengapresiasi seni kerajinan keramik Anjun Plered.
Meningkatkan kualitas sumber daya para perajin keramik Anjun Plered sehingga
menghasilkan karya keramik yang berkualitas dan bervariatif yang dapat bersaing
dengan produk lain yang sejenis, kepada instansi terkait Dinas Pendidikan dapat
memberikan masukan dan motivasi kepada sekolah-sekolah untuk melakukan
kegiatan yang lebih memfokuskan terhadap budaya daerah (sentra-sentra
kerajinan), saran untuk MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) akan lebih
terasa lagi menjadikan materi seni tradisi sebagai materi muatan lokal. Untuk
kepala sekolah dapat dijadikan sumber dan masukan pembahasan sebagai dasar
untuk mengambil isi kegiatan dalam esktrakurikuler. kepada pembaca dan
pengguna dapat menjadi pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran seni
tradisi di tempatnya masing-masing. untuk peneliti selajutnya dapat menjadi
bahan perbandingan dan dapat dijadikan bahan dasar pengembangan yang lebih
luas dan mendalam terhadap kajian yang ditelitinya.
Selain saran di atas, masih ada usaha lain untuk melestarikan budaya
bangsa, yang dapat dilakukan oleh banyak lembaga/ instansi yang terkait,
diantaranya;
a. Mendirikan lembaga khusus untuk mendidik dan memberi bekal
kepada generasi muda untuk dapat mengenal dan mempelajarinya.
271 mengenai kerajinan ini.
c. Mengusahakan produknya dapat dibeli walaupun satu jenis atau
lebih sebagai tanda kecintaan terhadap budaya daerah..
d. Menciptakan daerah-daerah baru yang dapat membuat kerajinan
yang sama sehingga dapat menambah penghasilan penduduknya.
e. Menciptakan produk-produk baru agar menjadi sensasi terhadap
daerah lain sehingga mempunyai daya saing yang tinggi,
mempunyai ciri khas dan berkarakter.
Mudah-mudahan hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak yang
telah membacanya dan yang mempunyai kepentingan untuk melestarikan budaya
bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah A. Cahedar ( 2009). Pokoknya Kualitatif, Bandung ; Putaka Jaya. Anwar. (2006). Pendidikan Kecakapan Hidup, Bandung, Alfabeta
Agus Mahendra dan Amung Ma’mun. (1998). Teori Belajar dan Pembelajaran motorik, Bandung; IKIP Bandung Press
Bandi Sobandi. (2010). Model Pembelajaran Kritik Seni Holistik dalam Meningkatkan Apresiasi seni Rupa, Tesis Magister pada Program Studi pengembangan kurikulum UPI
Badan Pusat Statistik Kabupaten Purwakarta. (2010). Kecamatan Plered dalam Angka 2010, Purwakarta; 2010
Departemen pendidikan dan Kebudayaan (1978). Pendidikan kesenian, Seni Rupa, Bandung; Rosda Ofset.
Departemen pendidikan Nasional. ( 2008). Panduan dan Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta ; BNSP
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Jakarta: BNSP
David Kaplin. ( 1999).Teori Budaya, Yogyakarta; Pustaka Belajar
Gurnitasari Fitri, S.Pd. (2010). Pengembangan materi pemebelajaran Apresiasi dan Kreasi Seni Rupa Terapan Daerah Setempat, Tesis Magister pada Program Pendidikan Seni UPI .
Hamalik Oemar. (2009). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta ; Bumi Aksara
Hassan Fuad (1995). Dimensi Budaya dan Pengembanagan Sumberdaya Manusia, Jakarta; Balai Pustaka.
J. Budhi Raharjo. (2009). Pengembangan Silabus Seni Budaya (Seni Rupa), Tesis Magister Pada Program Pendidikan seni UPI
Kamil Mustofa, Prof. Dr. H. (2010) Model Pendidikan dan Pelatihan, Bandung ; Alfabeta.
Kokom Komariah. (2010). Pembelajaran Kontekstual, Bandung; Refika Aditama Madjid Abdul. (2008). Perencanaan Pembelajaran, Bandung ; Rosda
Maman. Zakaria. dan Bandi. (2006). Pendidikan Seni Rupa, Bandung; UPI PRESS Nasrudin Endin.H (2008). Psikologi Pembelajaran, Sukabumi : STAI
Nasution. S. ( 1990) Didaktik Asas-asas Mengajar, Bandung ; Bumi Aksara
Nursid Sumaatmadja. (2003). Manusia dalam Konteks Sosial, Budaya dan lingkungan hidup, Bandung; Alfabeta
Norton. (1956). Ceramics for the artist potter, (US); Addison Wesley
Rahardjo Budhy.j. (2009). Pengembangan Silabus mata Pelajaran Seni Budaya (Seni Rupa) Berbasis Budaya Lokal Dalam KTSP SMA, Tesis Magister Program pendidikan seni; UPI.
Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran, Jakarta; Rajawali Pers Suardi Edi, Drs. (1984) Pedagogik 1 dan 3, Bandung : Angkasa
Suparlan, Drs, M. Ed., Budimansyah Dasim, Dr. M.si., Meirawan Danny, Dr. M.Pd. (2009), Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM), Bandung ; PT Genesindo.
Syaiful Sagala. (2010). Konsep dan Makna pembelajaran, Bandung; Alfabeta
Tarjo Enday dan Ganda Prawira Nanang. ( 2009). Konsep dan Strategi Pembelajaran Seni Rupa, Bandung; Bintang warli Artika.
Tati Narawati. Rita Milyartini dan Zakaria. (2008). Pendidikan Seni dan perubahan Sosial Budaya, Bandung; WarliArtika
Universitas Pendidikan Indonesia. (2009). Pedoman Penulisan Karya Imiah, Bandung: UPI