• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN KERAMIK BERBASIS POTENSI LINGKUNGAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN KETERAMPILAN KERAMIK BERBASIS POTENSI LINGKUNGAN."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………. ….…. i

KATA PENGANTAR………. ii

DAFTAR ISI……… iii

DAFTAR TABEL……… ix

DAFTAR GAMBAR………... xi

DAFTAR LAMPIRAN……… xvi

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Batasan dan Fokus Penelitian……… 4

C. Tujuan Penelitian………5

D. Manfaat Penelitian……… 6

E. Penjelasan Istilah………. 8

BAB II KERANGKA TEORITIS……… 10

A. Konsep Pembelajaran……….. 10 1. Batasan Pembelajaran……… 10 2. Bahan dan

Sumber Belajar……… 12 3. Pendekatan

Pembelajaran……… 16 4. Metode dan teknik

Pembelajaran ……… 17 B. Belajar

Konstektual……… 19 1.Batasan dan

(2)

Rupa……… 28 1. Landasan Pendidikan Seni

Rupa………. 28 2. Karakteristik Pendidikan Seni

Rupa………. 30 3 Orientasi dan fungsi ………..

………. 31 D. Konsep Keterampilandan Pembelajaran

Ketrampilan…31 1. Batasan Keterampilan………..

31 2. Klasifikasi Keterampilan ………33 a. Dikrit, kontinuos, dan Serial ……… 34

b.. Ketrampilan Gerak Kasar dan Gerak hakus…… 35

d. Ketrampilan Gerak dan Ketrampilan Kognitif… 36 3. Faktor-faktor yang Menentukan Keberhasilan

Ketrampilan………. 37 4. Konsep

Pembelajaran Ketrampilan………. 38 a.. Batasan Pembelajaran Ketrampilan……… 41 b.. Prinisp-prinsip Pembelajaran Ketrampilan…… 43 5. Pembelajaran Ketrampilan Di

Masyarakat……… 44 E. Konsep Budaya Kesenian

Lokal………. 50 1. Konsep Seni Kerajinan dan

Kerajinan Keramik 52 2. Jenis dan Fungsi

keramik……….. 57 3. Karakteristik bahan, Alat dan Teknik pembuatan

Keramik………. 59

BAB III METODOLOGI PENELITIAN…… ……… 65

(3)

Dokumentasi ……… 71 2. Studi Literatur

……… 72 3.Tekni Observamatansi/

Pengamatan ……… 73 4.Interviu Teknik/ Wawancara

……….. 75 C. Teknik Analisis

Data……… 76 1. Reduksi

Data……… 68 2. Display

Data……… 78 3.

Verifikasi……… 79 D. Prosedur

penelitian……… 80 1. Tahap

Orientasi ……… 81 2. Tahap

Eksplorasi………. 81 3. Tahap

Member Check………. 81

BAB IV HASIL PENELITIAN……… 82

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……… 82 1. Letak Geografis……… 83 2. Sejarah Anjun Plered……… 84 3. Karakteristirk Lingkungan Anjun Plered………… 87 4. Penduduk Anjun Plered……… 89 5. Sistem Sosial Budaya Anjun

Plered……… 92 B. Profil Keramik Anjun

Plered……… 100 1. Perkembangan

(4)

Anjun Plered. 111 5. Kompetensi, Teknik Pembuatan Keramik …… 114 6. Upaya Pengembangan Keramik Plered …… 118

C. Kompetensi-kompetensi Dasar dalam Kurikulum

Pembelajaran Ketrampilan Keramik……… 121 1. Kompetensi Dasar ketrampilan Keramik pada Mayarakat Anjun

Plered……… 121 2. Kompetensi

Dasar Pembelajaran Keramik dalam Mata Pelajaran Kerajinan Seni dan Budaya……… 132 3. Formulasi Pembelajaran di

Litbang dengan pembelajaran mata Pelajaran Seni Budaya

………. 147

D. Rencana Pembelajaran Kerajinan Keramik……… 150 1. Rencana Pembelajaran Keramik (I) dengan Tekanan

Metode karyawisata ………... 150 2. Rencana Pembelajaran Keramik (II) dengan Tekanan Metode

Resource Person ……… 166 3. Formulasi Rencana

pembelajaran dengan Metode karyawisata dengan Resource

Person……… 177 E. Pelaksanaan Pembelajaran Kerajinan keramik……… 180 1. Pelaksanaan Pembelajaran Keramik I ……… 180 2 Pelaksanaan Pembelajaran Keramik II …………. 213 3. Formulasi Pembelajaran I dan II………. 227 4. Analisis Hasil pembelajaran (Model I dan II) ……. 230 5

Ketercapaian Kompetensi Pembelajaran Keramik… 240 6

(5)

Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Keramik….. 246 8. Studi Komparatif Model I dan II……… 250

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………

A. Kesimpulan……… 266 B.

Saran………. 270

DAFTAR PUSTAKA ………. 272

(6)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah upaya mengembangkan segenap potensi yang dimiliki

anak menuju kemandirian. Proses pendidikan dalam lingkungan keluarga,

sekolah dan masyarakat yang berlangsung secara simultan. Selain itu, proses

pendidikan dapat dipandang sebagai proses pembudayaan individu dalam

lingkungannya, sehingga dapat mewarisi nilai-nilai budaya yang dijadikan

pedoman oleh seluruh anggota masyarakat. Hal ini sesuai dengan Pasal 32 UUD

1945 yang pentingnya membangun kebudayaan nasional sebagai puncak dari

budaya daerah untuk dijadikan kepribadian setiap Warga Negara Indonesia.

Perkembangan mutakhir, mutu pendidikan di Indonesia diikat dengan

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dimana kompetensi tersebut

mempertimbangkan perkembangan masyarakat masing-masing. Untuk itulah

setiap satuan pendidikan memiliki wewenang untuk menyusun kurikulum

masing-masing yang disebut juga Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pilihan

penyerahan mutu pendidikan pada setiap satuan pendidikan sebagai perwujudan

dari otonomi sekolah yang harus dipandang sebagai peluang besar oleh setiap

guru untuk menyususn kurikulum sesuai dengan konteks lingkungan di sekolah

masing-masing.

Dalam pelaksanaannya, penyususnan KTSP khususnya mata pelajaran seni

budaya tidaklah mudah. Tahapan yang harus dilalui dalam penyusunan KTSP

(7)

2 sosial budaya di lingkungan sekolah. Selanjutnya merumuskan tujuan berdasarkan

skala prioritas mengenai seni budaya tradisi (local genius) yang dipandang harus

menjadi potensi siswa. Pada tahap selanjutnya rumusan tersebut dianalisis

menjadi substansi kurikulum untuk diterapkan sesuai dengan visi dan misi

sekolah yang bersangkutan. Dalam kaitan itu, maka pelaksanaan pembelajaran

muatan lokal seni budaya adalah implementasi dari desain kurikulum yang

berbasis research, sehingga tujuan dalam meningkatkan keterampilan siswa

untuk dapat hidup mandiri, mengembangkan kompetensi yang sesuai dengan ciri

khas dan potensi daerah, pengembangan kompetensi peserta didik dapat dicapai.

Pentingnya KTSP karena isyu fakta di lapangan yang menunjukkan dunia

pendidikan tidak bisa dilepaskan dari pengaruh modernisasi dan gobalisasi.

Kenyataan ini telah berdampak ganda, yakni terdapat dampak positif dan juga

negatif. Dampak positif menjadikan peserta didik terlibat dalam kemajuan di

berbagai bidang kehidupan, namun dampak negatif telah mengikis watak

kelompok secara drastis, sehingga banyak peserta didik tercerabut dengan akar

social budaya lokalnya. kebudayaannya, Maka tidaklah mengherankan manakala

kebanyakan peserta didik menurun daya apresiasinya pada tradisi seni budaya

yang dimilikinya.

Kurangnya apresiasi pada seni budaya daerah setempat telah mengusik

penulis sebagai guru untuk mendisain pembelajaran seni budaya berdasarkan

potensi seni budaya setempat untuk dijadikan pijakan dalam menyususn

(8)

3 ditujukan pada potensi seni budaya tradisi Indonesia, yakni seni kerajinan Desa

Anjun Plered Purwakarta.

Untuk merealisasikan maksud tersebut, pada tahap awal penulis

mengadakan observasi dan wawancara terbatas mengenai keberadaan dan

unsur-unsur yang terlibat dalam pengelolaan tradisi kerajinan keramik Plered.

Maksudnya untuk mengetahui sejauh mana apresiasi dan pengetahuan mereka

terhadap keberadaan keramik Plered, dari dari jawaban yang dapat dari mereka

sebagian besar tidak begitu mengenal dan paham, apalagi mungkin menjadi

seorang pengrajinnya.

Berdasarkan hal tersebut, muncul pertanyaan dibenak penuls menganai

mengapa dan apa sebabnya sebagian besar mereka tidak begitu mengenal dan

tertarik terhadap kerajinan keramik, yang notabene kebudayaan daerah tersebut

berada di kota kelahirannya. Permasalahan itu merangsang saya untuk

menelitinya. Dengan mengangkat isyu lokal mengenai lingkungan pengrajin

dijadikan subyek dalam proses pembelajaran keterampilan keramik di sekolah.

Kegiatan ini sebagai usaha mentransformasikan ilmu dan sekaligus

mempromosikan kepada warganya melalui siswa-siswi di sekolah, yang

merupakan generasi pewaris budaya.

Banyak kelebihan dengan memasukan unsur lingkungan kepada dunia

pendidikan formal (sekolah), diantaranya adalah proses pembelajaran lebih nyata,

merangsang siswa mengembangkan berbagai macam kemampuan (potensi)

pengetahuan dan keterampilan. Tujuan dilaksanakan proses pembelajaran seperti

(9)

4 mengembangkan sikap produktif, dapat hidup mandiri, mengembangkan sikap

menghargai berbagai jenis keterampilan dan hasil karya. Harapan-harapan di atas

dapat di aplikasikan dalam program pendidikan muatan lokal yang didalamnya

terdapat pengetahuan dan keterampilan kerajinan keramik ( bahan, alat, proses,

nara sumber, dan aspek-aspek lainnya yang mendukung.

Setelah ditarik kesimpulan yang akan menjadi dasar pijakan dalam

melaksanakan penelitian, permasalahan tersebut saya deskripsikan dalam sebuah

judul penelitian “Pembelajaran Keterampilan Keramik Berbasis Potensi Lokal”

(Studi kasus pembelajaran kerajinan keramik Plered tingkat SMP berbasis Potensi

Lingkungan Perajin Keramik Plered-Purwakarta).

B. Batasan dan Fokus Penelitian

Berdasarkan fenomena-fenomena dan analisis masalah yang diketemukan

dari lapangan, maka penelitian mengambil fokus yang lebih spesifik dengan

membatasi penelitian pada ruang lingkup pemanfaatan lingkungan seni budaya

setempat (kerajinan keramik Anjun Plered) untuk dijadikan desain pembelajaran

pada siswa SMP. untuk lebih jelasnya peneliti membuat kerangkan rumusan

masalah untuk mempermudah pembahasannya, Dengan kata lain, rumusan

masalah penelitian ini, yakni: “Bagaimana pembelajaran keterampilan keramik

dilaksanakan pada siswa SMP dengan Mendasarkan pada Potensi Lingkungan

Perajin Keramik Plered-Purwakarta?.

Untuk mempermudah penganalisisan dan memperjelas dari pokok bahasan

(10)

5 secara rinci dan sistematis dalam bentuk beberapa pertanyaan penelitian beriktui

ini, yakni:

1. Mengapa keterampilan keramik Ajun Plered dijadikan sebagai satu sumber

pembelajaran seni budaya di SMP?

2. Bagaimana subtansi materi seni budaya berkenaan dengan keterampilan

keramik yang diajarkan di SMP?

3. Bagaimana Rencana dan pelaksanaan pembelajaran ketrampilan keramik

di SMP dengan memanfaatkan potensi lingkungan setempat?

4. Bagaimana proses keterampilan keramik dijadikan sebagai materi

pembelajaran seni budaya di SMP?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana keefektifitas

dan keefesienan pembelajaran kerajinan keramik dengan melibatkan lingkungan

sebagai sumber pembelajaran, sebagai usaha menanamkan nilai nilai kesadaran

diri terhadap kelestariannya, tujuan tersebut diantranya :

1. Mengetahui dan mendeskripsikan potensi seni budaya perajin anjun plered

sumber pembelajaran

2.Mendeskripsikan substansi materi seni budaya berkenaan dengan keterampilan

keramik yang diajarkan kepada siswa SMP.

3.Merumuskan rencana pembelajaran keterampilan keramik di SMP dengan cara

memanfaatkan lingkungan perajin.

4. Mendeskripsikan Pelaksanaan pembelajaran kerajinan keramik berdasarkan

(11)

6 a. Manfaat Penelitian

Sekecil apapun hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat dan

sumbangsih bagi khasanah keilmuan seni rupa dan pendidikan seni. Melalui

pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar siswa dapat memberikan

pengalaman yang lebih, baik teori maupun praktek. Mereka mendapatkan

pengalaman kemudian merasakan, menghargai, rasa memiliki dan ikut

mengembangkan kebudayaan daerah, sehingga melalui kegiatan ini tercipta

transmisi budaya. Harapan lainnya adalah dapat bermanfaat bagi semua

stakeholder yang berhubungan dengan dunia pendidikan seni, pemanfaatan hasil

penelitian ini dapat digolongkan ke dalam dua jenis sasaran, antara lain ;

1. Secara Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan teori dan

kunsep-konsep kunci dalam disiplin pendidikan seni, khususnya perluasan

pendidikan seni di persekolahan dengan melibatkan potensi seni budaya lokal

masyarakat setempat.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang

berkepentingan, diantaranya:

a. Masyarakat Anjun dan Pemerintah Kabupaten Purwakarta

1) Dapat memberikan wawasan betapa pentingnya eksistensi kesenian daerah

terhadap sumbangan kepada pendidikan seni.

2) Memperkaya metoda (strategi) dalam penyampaian pembelajaran

(12)

7 3) Menginformasikan gambaran mudah dan efektif dalam melaksanakan

pembelajaran pendidikan seni

4) Memberikan solusi dalam memecahkan masalah pendidikan seni dalam

proses pembelajaran berkenaan dengan penyampaian materi kesenian

daerah.

b. Guru Seni Budaya SMP

1) Mendapatkan pengetahuan dari narasumber lingkungan sebagai bahan

acuan dan pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas.

2) Dapat meniru langkah-langkah kegiatan pembelajaran kerajinan.

3) Dapat dijadikan model pembelajaran

c. Manfaat untuk Siswa

1) Memberikan pengalaman-pengalaman langsung anak belajar dengan

menggunakan segala macam alat dan cara

2) Membangkitkan minat baru atau memperkuat minat yang telah ada.

3) Memberikan motivasi kepada murid untuk menyelidiki permasalahan

awal.

4) Menanamkan kesadaram akan masalah-masalah yang terdapat di dalam

masyarakat

5) Memberi pengertian yang lebih luas tentang kehidupan dalam masyarakat

6) Mengembangkan hubungan social dengan masyarakat

7) Dapat tumbuh rasa bangga dan memiliki terhadap karya kerajinan daerah.

8) Mengenal karya kerajinan daerah yang didapat dari proses pembelajaran

(13)

8 9) Dapat merasakan secara langsung pembelajaran praktek di lapangan

tempat kerajinan)

10) Siswa dapat merasakan senangnya belajar pendidikan seni melalui praktek.

Pemerintah Daerah

1) Memberikan sumbangan pemikiran tentang potensi seni budaya daerah

setempat yang perlu dilestarikan

2) Bahan masukan sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan dalam rangka

meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap keberadaan kerajinan

daerah.

3) Oleh Dinas Pendidikan dapat dijadikan model untuk pelaksanaan

pembelajaran di sekolah-sekolah lain.

b. Penjelasan Istilah

1. Mengembang (kata kerja)

Suatu tindakan lanjutan dari suatu kegiatan yang telah dilaksanakan

sebelumnya dengan maksud untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal dari

hasil sebelumnya.

2. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan

untuk membentuk kurikulum dan pembelajaran jangka panjang, merancang

bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau di

(14)

9 3. Kerajinan

Seni kerajinan atau seni pakai adalah seni rupa yang lebih mengutamakan

kegunaan praktis dalam pembuatannya. Mutu materi serta mutu pengerjaanya

sangat menentukan mutu hasil karyanya. Pertimbangan-pertimbangan segi

keindahan dibatasi oleh segi kegunaan, enak dipakai dan enak dipandang

merupakan tujuan pembuatan karya seni pakai. Memproduksi secara masal

merupakan salah satu cirinya. Didalamnya kita akan mengenal perajin dengan

kata lain ia adalah orang yang dapat memproduksi karya kerajinan.

4. Budaya lokal (local Genius)

Kebudayaan yang hidup dalam suatu komunitas daerah, yang tidak lepas

dari lingkungan, budaya, ekonomi, sejarah yang mempengaruhinya. Hidup

kebudayaan tersebut bersifat turun-tumurun (warisan) dari orang tuanya.

(15)

65 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metoda Penelitian

Pembelajaran keramik berbasis potensi lokal merupakan usaha

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam segi kerajinan daerah

(local genius). Pada hakekatnya kebudayaan daerah tumbuh dan berkembang

didasarkan kepada para seniman/ kriyator daerah itu sendiri. Untuk itu perlu

adanya regenerasi dari para pelaku seni tersebut sehingga eksistensinya tetap

terjaga. Usaha untuk melestarikan kebudayaan tersebut dapat dilakukan dengan

berbagai macam cara, salah satunya adalah komunitas atau daerah seniman

tersebut dijadikan suatu sumber belajar bagi siswa untuk mempelajari

pengetahuan dan keterampilan secara real (nyata).

Pembelajaran keramik dengan berbasis potensi lokal yang dilakukan di

Purwakarta merupakan suatu penelitian untuk mengkaji sejauh mana keefektifan

dengan cara belajar yang memakai komunitas perajin sebagai sumber belajar

(objek pembelajaran). Untuk mencapai sasaran yang diharapkan atau jawaban

yang jelas maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode

karyawisata. Penggunaan pendekatan ini dimaksudkan untuk memperoleh

kejelasan dan gambaran mengenai lingkungan budaya sebagai sumber belajar bagi

siswa tingkat SMP di Purwakarta, khususnya di SMP 2 Pasawahan.

Penggunaan pendekatan yang tepat merupakan faktor keberhasilan dalam

(16)

66 mengetahui bagaimana siswa SMP memahami dan mengetahui keberadaan

kerajinan keramik yang ada di Plered.

Pendekatan kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (dalam Dini, 2000: 134)

lebih dikenal dengan “sebutan naturalistik fenomologis” sesuai dengan

karakteristik masalah yang dikaji yang disasarkan pada kajian deskriptif evaluatif

yaitu mengumpulkan data deskriptif yang banyak dituangkan dalam bentuk

laporan dan uraian, penelitian ini tidak mengutamakan angka-angka dan statistik

walaupun tidak menolak data kuantitatif. Hal tersebut sejalan dengan yang

dikemukakan oleh Nasution (1992 ; 9).

Pada hakekatnya penelitian kualitatif untuk mengetahui orang dalam

lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa

dan tafsiran mereka tentang dunia sekitar, sehingga menuntut sipeneliti untuk

turun ke lapangan dengan waktu yang cukup lama ( Nasution, 1988: 5). Penelitian

kualitatif lebih difokuskan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

oleh subjek, berupa perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara menyeluruh

dengan suatu penjelasan melaui kata-kata atau bahasa pada sutau konteks khusus

yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai merode ilmiah (Moleong, 2006: 6).

Nana Sudjana dan R. Ibrahim (1989: 195) mengemukakan lima ciri pokok

penelitian kualitatif, yaitu (1) penelitian kualitatif menggunakan lingkungan

alamiah sebagai sumber data langsung; (2) penelitian kualitatif sifatnya deskriptif

analitik; (3) tekanan penelitian kualitatif ada pada proses bukan pada hasil; (4)

penelitian kualitatif sifatnya induktif; (5) penelitian kualitatif mengutamakan

(17)

67 yakni teori yang timbul dari data bukan dari hipotesis, berbeda dengan penelitian

kuantitatif.

Selain metode di atas yang dapat menjawab memecahkan masalah tersebut,

dapat pula menggunakan metode studi kasus, karena penelitian studi kasus sangat

tepat digunakan pada penelitian yang bertujuan menjawab pertanyaan ‘

bagaimana’ dan ’ mengapa’ terhadap sesuatu yang diteliti, melalui pertanyaan

penelitian yang demikian, substansi mendasar yang terkandung di dalam kasus

yang diteliti dapat digali dengan mendalam.

Penelitian Studi kasus (case study), penelitian yang yang lebih

memfokuskan kepada satu objek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu

kasus. Mendapatlkan data dapat diperoleh dari informasi semua pihak yang

kompeten/ atau dari berbagai sumber yang mendukung. Lebih lanjut Arikunto

(1986) yang dikutif dari Budi, berpendapat bahwa metode studi kasus merupakan

jenis pendekatan deskriptif, penelitiannya dilakukan secara intensif, terperinci dan

mendalam terhadap suatu organisme (individu), lembaga atau gejala dengan

daerah atau subjek yang sempit.

Pemilihan metode kasus dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

mengetahui sejauh mana mengenal, memahami, mengaprsiasi, para siswa

terhadap keberadaan kerajinan keramik yang ada di daerahnya dan sekaligus

merupakan kebudayaan daerah (local genius), yang perlu dipertahankan dan

dikembangkan.

Menurut Yin (dalam Budi: 2009) penelitian studi kasus adalah metode

(18)

68 pendekatan naturalistik. Studi kasus adalah sebuah metode penelitian yang secara

khusus menyelidiki fenomena kontemporer yang terdapat dalam konteks

kehidupan nyata, yang dilaksanakan ketika batasan-batasan antara fenomena dan

konteksnya belum jelas, dengan menggunakan berbagai sumber data. Dalam

kaitan dengan waktu dan tempat, secara khusus Yin (2003a) menjelaskan, bahwa

obyek yang dapat diangkat sebagai kasus yaitu bersifat kontemporer, yaitu sedang

berlangsung atau telah berlangsung tetapi masih menyisakan dampak dan

pengaruh yang luas, kuat atau khusus pada saat penelitian dilakukan

1. Subjek Penelitian

Berbagai sumber penelitian dan teknik pengumpulan data yang digunakan

merupakan bagian dari unsur unsur yang ada pada karakteristik penelitian studi

kasus. Teknik cuplikan (sampling) yang bersifat (purposive), sejalan yang

dikemukakan oleh Robert K. Yin (1994) yang dikutip Budhi, bahwa pemilihan

kasus hendaknya dilakukan secara bertujuan (purposive) dan bukan secara

rambang. Nasution (1988: 11) mengatakan metode naturalistik tidak

menggunakan sampling random atau acak dan tidak pula menggunakan populasi

sampel yang banyak melainkan dipilih berdasarkan tujuan penelitian (purposive).

Subjek-subjek penelitian yang menjadi pendukung pada pembelajaran

keramik adalah (1) perajin sebagai produsen keramik yang ada di Plered; (2)

bahan dan alat, bahan-bahan apa saja yang dipakai untuk membuat karya seni

(19)

69 terhadap produk keramik; (3) metode, bagaimana proses awal sampai akhir

(finishing). Semua unsur tadi merupakan garapan utama yang akan diteliti.

2. Lokasi Penelitian dan Sumber Data

Penelitian dilakukan di pusat kerajinan keramik Plered, kabupaten

Purwakarta, Hal ini didasarkan berbagai pertimbangan, antara lain: pertama

tempat kerajinan keramik Plered letaknya tidak begitu jauh dengan sekolah yang

akan dilibatkan dalam penelitiatian. Kedua adanya lembaga penelitian yang eksis

dibidang kerajinan keramik sehingga memudahkan untuk bekerjasama dalam

rangka mempelancar kegiatan penelitian tersebut. Ketiga fasilitas yang tersedia

dapat mendukung dalam proses pembelajaran misalnya alat-alat modern dan

tradisional yang dipakai dalam proses pembuatan kerajinan keramik. Keempat

hasil kerajinan keramik Plered sudah terkenal ke mancanegara, disebabkan

kualitas kerajinan tersebut tidak dapat diragukan lagi, sehingga memotivasi kita

untuk melanggengkan (melestarikan) seni tradisi tersebut dengan cara melalui

proses pembelajaran di sekolah-sekolah setingkat SMP di seluruh kabupaten

Purwakarta, khususnya SMP Negeri 2 Pasawahan.

Dalam rangka menghimpun data yang diperlukan maka dalam penelitian

ini peneliti akan mengambil data dari berbagai sumber baik sumber manusia

maupun sumber non manusia. Pada kegiatan penelitian ini, sumber data yang

digunakan adalah person yaitu : perajin, proses pembuatan kerajinan keramik,

hasil kerajinan, lingkungan perajin, dan kantor Balitbang serta pendukung lainya

(20)

70 foto kegiatan dan film (Arikunto, 2002: 41) dalam Bandi (2010: 137). Dengan

asumsi data tersebut dapat dipandang sesuai untuk memperkaya data yang

dibutuhkan dalam penelitian ini. Nasution (1996) mengungkapkan bahwa

dokumen pada dasarnya dapat memberikan informasi yang lebih luas dan dalam

menyangkut obyek penelitian, sehingga dapat dijadikan bahan trianggulasi untuk

mengecek kesesuaian data.

B. Teknik Pengumpulan Data

Keberhasilan sebuah penelitian sangat tergantung ketelitian, kelengkapan

data dan keterbukaan responden. Nasution (1988 : 56) “ mengatakan bahwa

catatan disusun berdasarkan teknik observasi, wawancara, dan studi

dokumentasi”. Berdasarkan uraian di atas maka teknik tersebut (teknik non tes)

oleh peneliti dipakai untuk mengetahui proses pembelajaran yang dilakukan oleh

guru dan siswa. kemudian peneliti juga menggunakan teknik tes dengan maksud

untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap penguasaan materi seni rupa

khususnya dalam bidang keramik.

Usaha pertama dalam melaksanakan tahapan-tahapan (non tes) tersebut

peneliti membangun relasi dengan lingkungan perajin setempat yang dimulai

dengan kunjungan ringan (mengamati secara sederhana), perkenalan yang

akhirnya dapat melahirkan keakraban menjadikan suasana lebih hangat yang

menjurus kepada rasa kekeluargaan, tidak ada lagi suasana formal antara peneliti

(21)

71 mau membantu dalam kegiatan penelitian, dan data penelitian yang dibutuhkan

sehingga hasil penelitian tercapai sesuai dengan tujuan yang diharapakan.

Data yang valid dan reliabilitas merupakan salah faktor terhadap

keberhasilan suatu penelitian, untuk mendapat data yang akurat tersebut

diperlukan suatu teknik yang tepat dalam penelitian, diantaranya adalah :

1. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan

menghimpun berbagai informasi berupa catatan- catatan, laporan, arsip dan

peristiwa yang terekam, yang berhubungan dengan kegiatan yang diteliti

kemudian menganilisnya. Tujuan dilaksanakannya studi dokumentasi adalah

mendukung dan melengkapi data dan informasi yang dikumpulkan melalui

observasi dan wawancara.

Studi dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti adalah berupa penelaahan

terhadap admisnistrasi dan aspek-aspek yang ada mendukung yang ada di perajin,

rencana pembelajaran yang dibuat oleh perajin (Balitbang), sebagai pihak yang

akan melaksanakan pembelajaran keramik terhadap siswa, proses pembalajaran,

evaluasi dan yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran keramik Plered.

Menggunakan studi dokumentasi memberikan kemudahan kepada peneliti

untuk mendapatkan data, sejalan dengan yang dikemukakan oleh Lincoln dan

Guba ( 1989 : 276) bahwa alasan menggunakan studi dokumentasi adalah (1)

dokumentasi dan catatan selalu dapat digunakan karena diperoleh dengan relative

(22)

72 situasi secara akurat maupun dapat dianalisis ulang tanpa melalui perubahan

didalamnya; (3) dokumen dan catatan merupakan informasi yang kaya.

2. Studi Literatur

Studi literatur adalah usaha untuk menambah wawasan pengetahuan

peneliti, dengan cara mencari, menemukan, membandingkan dan menjadikan

teori-teori yang ditemukan menjadi pedunkung penelitian yang dilaksanakan,

terutama yang berhubungan dengan konsep dan prinsip pembelajaran keramik,

media, materi pelajaran, proses pembelajaran, metode pembelajaran, evaluasi baik

yang didapat melalui buku, hasil penelitian orang lain ( Desertasi, Tesis, Skripsi)

jurnal, artikel, majalah, ensiklopedi, kamus, dan internet.

Sumber literatur dari berbagai macam nara sumber yang kompeten

dibidangnya yang dapat diuji kebenarannya merupakan sumber pendukung dan

dapat membantu wawasan peneliti dalam memperlancar pelaksanaan penelitian.

Tujuan dilakukannya studi literatur dimaksudkan untuk mengetahui

konsep-konsep dan teori yang dapat dijadikan dalam pelaksanaan penelitian,

sedangkan fungsi studi literatur adalah memberikan argumentasi yang kuat yang

dapat dijadikan dasar-dasar teori terhadap penelitian, memotivasi peneliti untuk

mencari dan mendapatkan hasil penelitian yang valid dan berkualitas, sebagai

bahan pijakan, penuntun dan mengarahkan peneliti kepada fokus permasalahan

(23)

73 3. Teknik Observasi / Pengamatan

Observasi merupakan pengamatan langsung dengan menggunakan panca

indera terhadap kegiatan yang sedang dilaksanakan. Dalam pelaksanaan observasi

dapat dilakukan secara langsung peneliti ikut berpartisipasi dalam kegiatan dan

dapat juga tidak ikut dalam kegiatan yang sedang diteliti. Sejalan dengan yang

dikemukakan oleh Sukmadinata (2007; 220) mengatakan observasi dilakukan

dengan partisipatif atau nonpartisipatif.

Dalam pelaksanaan teknik observasi dilakukan dengan sistematis yang

dimulai dari data yang sederhana sampai ke data yang luas dan rumit. Hal ini

untuk mempermudah pemahaman orang yang membaca hasil penelitian ini dan

memberikan jalan untuk dapat menafsirkan kembali secara ilmiah.

Pada pelaksanaan penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi,

dengan maksud untuk dapat mengamati lebih seksama unsur-unsur yang

ditelitinya, tetapi kadang-kadang juga ikut serta menjadi bagian dari kegiatan

tersebut (objek ). pelaksanaan penelitian yang memfokus proses pembelajaran ini

di tempat para perajin, (Plered) karena media dan alat sangat menunjang terhadap

kelancaran penelitian tersebut. Diantaranya observasi yang akan dilakukan

bagaimana persiapan perajin mengajar dan cara atau metode penyajian materi

pelajaran dan sekaligus mengamati aktivitas siswa merespon dalam sistem

pembelajaran yang diberikan oleh perajin terhadap siswa sekolah.

Observasi dilakukan secara terus menerus sampai pada akhir peneliti

mendapat data yang sesuai dengan yang diperlukan. Data tersebut sangat penting

(24)

74 peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan daripada pembuktian

dan mempertahankan pilihan untuk mendekati maslah secara induktif, dengan

observasi peneliti dapat melihat hal-hal yang oleh responden sendiri kurang

disadari, kurang keterbukaan responden, observasi memungkinkan peneliti

merefleksikan dan bersikap introspektif terhadap penelitian yang dilakukan.

Impresi dan perasaan pengamat/ peneliti akan menjadi bagian dari data yang pada

giliranya dapat dimanfaatkan untuk memahami fenomena yang diteliti

Penelitian dilaksanakan secara berulang-ulang di luar sekolah (tempat

perajin) artinya para siswa dibawa ketempat atau daerah perajin (daerah Plered

sebagai penghasil kerajinan keramik) kemudian mereka mendapat pembelajaran

tentang bagaimana proses pembuatan kerajinan keramik, diberikan dari

perencanaan/ persiapan sampai kepada hasil. Kegiatan ini dibimbing oleh para

perajin yang ada di Plered. Dan dilaksanakan di dalam kelas, artinya guru

mendatangkan nara sumber (perajin keramik) masuk ke kelas mengganti peran

guru, mereka memberikan pengetahuan tentang keramik baik teori dan

prakteknya. Sedangkan peneliti mengamati dan sekaligus ikut dalam pelaksanaan

proses pembelajaran tersebut. Kegiatan tersebut dilaksanakan sampai

mendapatkan data yang diperlukan.

Teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan terlibat, menjadikan

peneliti berperan ganda artinya sebagai pengamat dan sekligus orang yang diamati

atau menjadi anggota kelompok subyek yang diteliti. Dalam hal ini peneliti

terlibat langsung dalam proses pembelajaran keterampilan kerajinan keramik

(25)

75 berkomunikasi dan berinteraksi selama peneliti terlibat dalam waktu yang cukup

lama dapat memberikan peluang bagi para peneliti untuk dapat melihat apa yang

terjadi selama proses pembelajaran, misalnya bagaimana metoda dan teknik dalam

penyampaian pembelajaran.

4. Teknik Interview (Wawancara mendalam)

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang utama dalam

penelitian kualitatif, dengan wawacancara dapat dilakukan kegiatan percakapan

langsung dengan responden. Sukmadinata ( 2007 : 216-217) bahwa responden

penelitian bisa dalam bentuk individu ataupun berkelompok. Melalui wawancara

data yang dikumpulkan berupa : pendapat, alasan, motif-motif dan sikap dari

responden. Dengan menggunakan teknik wawancara, data utama yang berupa

ucapan, pikiran, gagasan, perasaan dan tindakan dari siswa, guru mata pelajaran,

kepala sekolah diharapkan dapat terungkap secara lebih teliti dan cermat.

Usaha memperoleh data awal untuk pembelajaran keterampilan keramik

adalah melakukan wawancara dengan stakeholder pendidik seni budaya yang

berada pada tingkat SMP. Setelah dilakukan wawancara, informasi yang diperoleh

diolah dan dikonfirmasikan melalui tahap trianggulasi. Hal ini dilakukan untuk

memperoleh masukan mengenai kesesuaian data tersebut dengan kenyataan yang

ada.

Berbagai macam bentuk wawancara dapat dilakukan untuk mendapat data

yang akurat yaitu (1) wawancara terstruktur, teknik ini digunakan untuk

(26)

76 informasi apa yang akan diperoleh; (2) wawancara semi terstruktur, pemakaian

teknik ini dimaksudkan untuk membuka permasalahan yang lebih luas sehingga

diharapkan gagasan dan ide dari para responden/ informan tentang permasalahan

tersebut; (3) wawancara tidak berstruktur, ada dua jenis wawancara tidak

berstruktur, yaitu wawancara yang berfokus dan wawancara bebas. Wawancara

berfokus terpusat kepada satu pokok masalah tertentu, sedangkan wawancara

bebas pertanyaan yang beralih-alih berbeda bahasan dari satu pokok masalah ke

pokok yang lain, sepanjang berkaitan dengan menjelaskan aspek-aspek masalah

yang diteliti, ( Koentjaraningrat,1996 : 139) di kutif dari Budhi Tesis ( 2009).

Wawancara dilakukan juga secara terarah dan tidak terarah, maksudnya adalah

wawancara bersifat santai, bebas dan memberikan kesempatan yang ditanyakan

sesuai dengan pengalaman yang dimilikinya (Nasution, 1992 : 20).

Dalam penelitian ini dimulai dengan wawancara terstruktur yaitu didahului

dengan mengadakan survey ke sekolah (SMP). yang ada di wilayah Kabupaten

Purwakarta dengan maksud mencari pemahaman siswa tentang keramik Plered,

yang di dalamnya meliputi (1) pengetahuan siswa tentang pembelajaran kerajinan

keramik, khususnya keramik Plered, (2) wawancara semi terstruktur dilakukan

kepada para perajin yang akan memberikan bimbingan dalam proses pembelajaran

keramik, (3) wawancara bebas dilakukan kepada para guru mata pelajaran seni

budaya dan para staf Balitbang Keramik Plered.

C.Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengatur data mengorganisasikan ke dalam

(27)

77 data kualitatif adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan dan diketahui

maknanya, ( Budhi, 2009 : 99). Proses analisis data menghasilkan uraian yang

mendasar mengenai hasil penelitian yang telah dilakukannya.

Analisis data menurut Patton ( dalam Moleong, 1988, 103) mengatakan “

proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori

dan satuan uraian dasar”. Analisis data adalah sebagai proses yang merinci usaha

secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesa seperti yang

disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan

hipotesa itu.

Dalam penelitian kualitatif, konsep dan fungsi penelitian deskripsi

penggunaannya adalah untuk memecahkan masalah, jenis informasi yang digali,

dengan jenis penelitian studi kasus, untuk mengatur, mengurutkan ,

mengelompokan, memberikan kode dan mengategorikan data yang diperoleh,

sehingga dapat ditemukan suatu tema dan hipotesa kerja yang akhirnya diangkat

menjadi suatu teori subtantif.

Pelaksanaan analisis data dilakukan sepanjang penelitian itu dan secara

terus menerus, mulai tahap pengumpulan sampai akhir, sebagaimana

dikemukakan oleh Miles dan Huberman ( 1992 : 2) bahwa “ analisis data kualitatif

merupakan upaya berlanjut, berulang-ulang dan terus menerus.

Persoalan yang dihadapi oleh peneliti kualitatif tiada lain prosedur yang

tidak baku dalam menganalisis data, tidak heran setiap peneliti mempunyai

cara-cara khusus, sejalan dengan yang diungkapkan oleh Nasution (1938 : 26)

(28)

78 kemampuan intelektual tinggi”. Data dapat diolah dengan lebih dari satu cara,

setiap peneliti harus menemukan gaya keterampilan intelektualnya sendiri,

pengolahan dan analisis data kualitatif adalah satu kegiatan eklektic (memilih

berbagai sumber), tidak hanya ada satu jalan yang benar untuk berhati-hati, dapat

menghindari standarisasi proses, karena ciri dari penelitian kualitatif adalah di

dalamnya ada kreativitas peneliti ( Schumacher, 1997 ; 505).

Langkah-langkah analisis data dapat dilakukan dengan dimulai dari

reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (verifikasi).

1. Reduksi data

Data yang dukumpulkan dari berbagai macam teknik diatas ( wawancara,

observasi, studi dokumentasi) diolah dan analisis untuk mendapatkan informasi

yang berkenaan dengan tujuan penelitian, dimulai dari membaca dan mempelajari,

merangkum/ meringkas, kemudian membuat abstraksi dari keseluruhan data

menjadi bagian yang penting (inti).

Tujuan reduksi data adalah agar lebih memudahkan, memperjelas, terarah,

data yang direduksi memberikan gambaran lebih tajam, dan mempermudah

peneliti untuk mencari data yang diperoleh bila diperlukan.

2. Display Data

Pada tahap ini peneliti akan mengklasifikasikan atau mengelompokan data

dengan membuat ketrangan-keterangan yang lengkap dan sistematis terhadap

(29)

79 Tujuan dari display data adalah agar data dengan mudah dibaca dan diolah lebih

lanjut, peneliti menguasai data dan tidak tenggelam dalam tumpukan data temuan

dilapangan. Untuk mencapai tujuan di atas dapat menggunakan teknik bagan atau

chart, table, matrik, pengkodean.

3. Verifikasi

Tabel data yang lebih beralasan ( grounded) dapat membuat kesimpulan

yang menjamin validitas instrument dan data. Untuk mendapat data dan informasi

dengan cara mengumpulkan semua informasi tersebut dapat dilakukan dengan

kegiatan, 1) kategori data, menghimpun data-data dilapangan melalui kategori

yang diperoleh dari responden dilapangan sehingga memperoleh data yang akurat

tentang tingkat pemahaman siswa dalam materi pembelajaran keterampilan

keramik, 2) reduksi data mengelompokan data berdasarkan suatu jawaban yang

sama atau relevan dengan apa yang dinginkan dengan demikian merupakan suatu

titik maksimal dari hasil penelitian, 3) penyajian data yang dimaksud sebagai

informasi yang diterapkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dilapangan

dengan wawancara dan observasi atas data-data yang telah diberikan, 4)

merupakan pengambilan kesimpulan dari semua temuan-temuan yang telah

diperoleh dilapangan.

Kegiatan ‘auditing’ yang dilakukan pada analisis, mengkaji semua

informasi yang terkumpul, dicatat dan didokumentasikan merupakan kegiatan

[image:29.595.108.515.237.629.2]
(30)

80 digunakan untuk melakukan pengecekan kebenaran atau konfirmasi dengan

menanyakan langsung kepada yang bersangkutan ( Alwasilah. 200 : 172).

Pengambilan kesimpulan dilakukan untuk menyelaraskan data lapangan

dengan permasalahan yang diteliti sebagai mana yang dituangkan dalam

pertanyaan penelitian. Pengambilan kesimpulan merupakan intisari dari hasil

penelitian, dan verifikasi adalah upaya untuk mempelajari kembali data-data yang

sudah dikumpulkan dengan meminta pertimbangan dari berbagai pihak yang

relevan dengan penelitian.

D. Prosedur Penelitian

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang akurat tepat sasaran sesuai

dengan yang diharapkan, diperlukan langkah-langkah kegiatan yang sistematis

dan komprehensip. Setiap objek penelitian berbeda pola yang dipakai dalam

pemecahannya. Hal ini tergantung permasalahan yang ada dalam permasalahan

dan karakter objek penelitian tersebut. Pada hakekatnya secara prosedural tidak

ada acuan yang baku dalam pelaksanaan penelitian kualitatif (tidak ada pola yang

pasti) tetapi untuk mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut dilakukan dari

tahapan orientasi, eksplorasi dan member check, Nasution (1996 : 33 ), sbb:

1. Tahap Orientasi

Dimulai dari melakukan survey kepada obyek-obyek yang akan menjadi

sasaran penelitian, kemudian tanya-tanya tentang perihal yang berhubungan

(31)

81 dalam penelitian, melakukan perkenalan dengan perajin keramik yang ada di

Plered, dan pihak-pihak yang berkompeten dalam permasalahan pembelajaran

keramik. Dari hasil prasurvey peneliti melakukan tindak lanjut (follow up) dengan

menghubungi pembimbing untuk mendapat masukan sehingga dapat bertindak

cepat sesuai dengan program yang telah dibuat.

2. Tahap Eksplorasi

Kegiatan yang menindaklanjuti hasil dari otrientasi, data yang didapat

sudah jelas , terarah dan menukik kepada yang akan diteliti spesifik. Penelitian

sudah dapat diarahkan kepada obyek penelitian yaitu proses pembelajaran

berbasis lingkunga yaitu kerajinan keramik yang ada di Plered, merupakan sumber

belajar siswa SMP.

3. Tahap Member Check

Pengecekan kebenaran data yang telah diperoleh dari berbagai teknik,

kepada nara sumber atau informan (perajin) dengan cara konfirmasi dengan

maksud mendapatkan reaksi kesesuaian atau ketidaksesuaian antara informasi

yang diberikan dengan yang dicatat oleh peneliti, kemudian untuk memperoleh

(32)

266 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada awal penulisan tesis ini, tepatnya pada pada bab I telas dirumuskan

maksud, tujuan, permasalahannya. Inti permasalahannya adalah mengapa

kerajinan keramik Anjun Plered dijadikan sumber pembelajaran di SMP,

bagaimana rencana pembelajaran keterampilan keramik Anjun Plered di berikan

di SMP, bagaimana proses pembelajaran keramik dengan memanfaatkan

lingkungan Anjun Plered. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan

pokok-pokok penjelasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan potensi lingkungan

Anjun Plered sebagai sumber pembelajaran kerajinan keramik.

Banyak macam seni budaya yang hidup di masyarakat Anjun Plered, dari

seni modern sampai seni tradisi, dari sekian banyak seni tersebut ada salah satu

seni tradisi yang telah mendarah daging hidup dilingkungan Anjun Plered, seni

tersebut bukan sekedar penyaluran ekspresi saja tetapi sudah menjadi urat

perekonomian sehari-hari masyarakat Plered (sumber kehidupan), banyak yang

menggantungkan hidupnya terhadap eksistensinya kerajinan ini, disamping itu

mereka sudah merasa suatu kesatuan hidup dengan aktivitas kerajinan ini.

Sehingga berkeinginan kuat untuk mempertahankan dan menjaganya dari

pengaruh-pengaruh yang akan memusnahkannya. Seni kerajinan ini merupakan

ikon kabupaten Purwakarta dan menjadi satu kebanggaan dari sekian banyak

(33)

267 Menurut sejarah tradisi pembuatan kerajinan keramik Plered sudah ada

sebelum kolonial masuk ke Indonesia, bahkan lebih jauh lagi dari kedatangan

bangsa Belanda. Tradisi ini berkembang terutama sejak zaman Belanda sampai

dengan zaman kemerdekaan, dalam perjalanan perkembangannya tidak lepas dari

permasalahan yang dihadapinya (kondisi yang pasang surut) karena faktor-faktor

lain yang mempengaruhinya.

Letak geografis yang stategis dan sumber daya alam yang mendukung

(kaya) menjadikan Plered sebagai salah satu daerah penghasil kerajinan keramik

yang ada di Jawa Barat. Potensi masyarakat tersebut ini sudah menjadi andalan

khususnya kabupaten Purwakarta, umumnya propinsi Jawa Barat dan Negara.

Hasil produksi kerajinan tersebut sudah merambah ke pasar dunia ( Asia, Eropa,

Australia, Timur Tengah, Afrika

Pendidikan merupakan bagian dari proses pembudayaan, dengan demikian

proses pendidikan antara lain merupakan upaya masyarakat untuk kelangsungan

tradisinya. Salah satu usaha mempertahan seni tradisi yaitu melalui pendidikan

formal (sekolah) dapat melakukan upaya membentuk manusia yang berbudaya.

Seni kerajinan keramik Anjun Plered merupakan seni tradisi yang dapat

dijadikan satu sumber pembelajaran seni tradisi di sekolah. Seni ini hidup dan

mengakar dalam kehidupan rakyat Anjun Plered, seni kerajinan keramik

merupakan seni yang mempunyai nilai dan apresiasi tinggi dari masyarakatnya.

Esensi materi pembelajaran yang dapat diberikan disekolah berbagai macam teori

dan praktik diantaranya adalah pengetahuan umum (sejarah, teknik dan alat),

(34)

268 Proses pembuatan keramik Plered pada umumnya menggunakan alat putar,

tetapi sebagai bahan pelajaran bagi siswa di sekolah (pemula) proses

pembelajaran dimulai dari teknik yang sederhana, yaitu ( 1) teknik pijit; (2) teknik

pilin; (3) teknik slab; (4) teknik cetak; (5) teknik butsir dan teknik putar.

Usaha pembuatan keramik untuk mencapai hasil kesempurnaan bentuk,

sesuai dengan yang diharapkan diperlukan berbagai macam media dan alat bantu

yang dibutuhkan. diantaranya, (1) tatap; (2) tik-tikan; (3) dalim; (4) peteng; (5)

kuas; (6) kerig; (7) perbot; (8) tanah liat. Semua unsur-unsur di atas tersebut dapat

menjadi bahan pelajaran yang dapat diperkenalkan dan diajarkanya kepada siswa

disekolah.

Dalam upaya membina apresiasi siswa di sekolah, dengan sasaran adalah

pembelajaran didalam kelas (mendatangkan nara sumber/Resource person) model

I, dan di luar kelas (karyawisata/ field trif) model II. Pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan aplikatif (berkarya) dan kesejarahan (apresiasi seni

yang ditempuh melalui pengenalan sejarah seni). Penciptaan demi penciptaan,

peristiwa-demi peristiwa yang masing-masing memiliki problemnya sendiri,

dibicarakan dan dibahas dan dengan demikian diharapkan siswa akan memahami

apa-apa yang ada dibali penciptaan itu, dan memungkin siswa untuk

menikmatinya.

Pembelajaran materi kerajinan keramik dapat dilaksanakan dengan

menggunakan metode karyawisata (field trif) dan menggunakan metode nara

sumber (resource person). Dalam aplikasinya dilapangan ternyata kedua metode

(35)

269 tetapi jika dibandingkan dari kedua metode tersebut bahwa metode karyawisata

mempunyai kelebihan banyak dibandingkan dengan metode mendatangkan nara

sumber ke kelas.

Metode karyawisata memberikan banyak pengalaman berbagai hal yang

berhubungan dengan seni tradisi kepada siswa. diantaranya : (1) memberikan

pengalaman-pengalaman langsung. Anak belajar dengan menggunakan segala

macam alat dria. Satu karyawisata lebih berharga daripada seratus gambar; (2)

membangkitkan minat baru atau memperkuat minat yang telah ada; (3)

memberikan motivasi kepada murid untuk menyelediki sebab musabab sesuatu;

(4) menanamkan kesadaran akan masalah-masalah yang terdapat di dalam

masyarakat; (4) mengembangkan hubungan dengan masyarakat.

Kelemahan dari menggunakan metode karyawisata, diantaranya ; (1) tidak

semua siswa dapat melaksanakan pembelajaran semacam ini karena

membutuhkan dana yang cukup besar, hal ini dapat terjadi kepada siswa yang

ekonomi orang tuanya lemah; (2) membutuhkan persiapan/perencanaan yang

matang dan memerlukain partisifasi guru yang lain sebagai pembimbing; (3)

proses pembelajaran sangat terbatas (sebentar).

B. Saran-Saran

Dalam situasi sekarang ini, dimana kebudayaan luar (mancanegara) sudah

merambah kepada budaya bangsa, yang dapat menggerus nilai nilai yang

terkandung dalam kebudayaan bangsa, sebaiknya semua pihak yang

(36)

270 menjaga dan mempertahan kebudaya tradisi ini karena pemuda sebagai pewaris

leluhur bangsa. Untuk itu peneliti mengharap kepada pihak pengambil kebijakan

Pemerintah Daerah dalam hal melalui Kantor Memperindag untuk lebih proaktif

memfasilitasi peserta didik mengapresiasi seni kerajinan keramik Anjun Plered.

Meningkatkan kualitas sumber daya para perajin keramik Anjun Plered sehingga

menghasilkan karya keramik yang berkualitas dan bervariatif yang dapat bersaing

dengan produk lain yang sejenis, kepada instansi terkait Dinas Pendidikan dapat

memberikan masukan dan motivasi kepada sekolah-sekolah untuk melakukan

kegiatan yang lebih memfokuskan terhadap budaya daerah (sentra-sentra

kerajinan), saran untuk MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) akan lebih

terasa lagi menjadikan materi seni tradisi sebagai materi muatan lokal. Untuk

kepala sekolah dapat dijadikan sumber dan masukan pembahasan sebagai dasar

untuk mengambil isi kegiatan dalam esktrakurikuler. kepada pembaca dan

pengguna dapat menjadi pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran seni

tradisi di tempatnya masing-masing. untuk peneliti selajutnya dapat menjadi

bahan perbandingan dan dapat dijadikan bahan dasar pengembangan yang lebih

luas dan mendalam terhadap kajian yang ditelitinya.

Selain saran di atas, masih ada usaha lain untuk melestarikan budaya

bangsa, yang dapat dilakukan oleh banyak lembaga/ instansi yang terkait,

diantaranya;

a. Mendirikan lembaga khusus untuk mendidik dan memberi bekal

kepada generasi muda untuk dapat mengenal dan mempelajarinya.

(37)

271 mengenai kerajinan ini.

c. Mengusahakan produknya dapat dibeli walaupun satu jenis atau

lebih sebagai tanda kecintaan terhadap budaya daerah..

d. Menciptakan daerah-daerah baru yang dapat membuat kerajinan

yang sama sehingga dapat menambah penghasilan penduduknya.

e. Menciptakan produk-produk baru agar menjadi sensasi terhadap

daerah lain sehingga mempunyai daya saing yang tinggi,

mempunyai ciri khas dan berkarakter.

Mudah-mudahan hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak yang

telah membacanya dan yang mempunyai kepentingan untuk melestarikan budaya

bangsa.

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah A. Cahedar ( 2009). Pokoknya Kualitatif, Bandung ; Putaka Jaya. Anwar. (2006). Pendidikan Kecakapan Hidup, Bandung, Alfabeta

Agus Mahendra dan Amung Ma’mun. (1998). Teori Belajar dan Pembelajaran motorik, Bandung; IKIP Bandung Press

Bandi Sobandi. (2010). Model Pembelajaran Kritik Seni Holistik dalam Meningkatkan Apresiasi seni Rupa, Tesis Magister pada Program Studi pengembangan kurikulum UPI

Badan Pusat Statistik Kabupaten Purwakarta. (2010). Kecamatan Plered dalam Angka 2010, Purwakarta; 2010

Departemen pendidikan dan Kebudayaan (1978). Pendidikan kesenian, Seni Rupa, Bandung; Rosda Ofset.

Departemen pendidikan Nasional. ( 2008). Panduan dan Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta ; BNSP

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Jakarta: BNSP

David Kaplin. ( 1999).Teori Budaya, Yogyakarta; Pustaka Belajar

Gurnitasari Fitri, S.Pd. (2010). Pengembangan materi pemebelajaran Apresiasi dan Kreasi Seni Rupa Terapan Daerah Setempat, Tesis Magister pada Program Pendidikan Seni UPI .

Hamalik Oemar. (2009). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta ; Bumi Aksara

Hassan Fuad (1995). Dimensi Budaya dan Pengembanagan Sumberdaya Manusia, Jakarta; Balai Pustaka.

J. Budhi Raharjo. (2009). Pengembangan Silabus Seni Budaya (Seni Rupa), Tesis Magister Pada Program Pendidikan seni UPI

(39)

Kamil Mustofa, Prof. Dr. H. (2010) Model Pendidikan dan Pelatihan, Bandung ; Alfabeta.

Kokom Komariah. (2010). Pembelajaran Kontekstual, Bandung; Refika Aditama Madjid Abdul. (2008). Perencanaan Pembelajaran, Bandung ; Rosda

Maman. Zakaria. dan Bandi. (2006). Pendidikan Seni Rupa, Bandung; UPI PRESS Nasrudin Endin.H (2008). Psikologi Pembelajaran, Sukabumi : STAI

Nasution. S. ( 1990) Didaktik Asas-asas Mengajar, Bandung ; Bumi Aksara

Nursid Sumaatmadja. (2003). Manusia dalam Konteks Sosial, Budaya dan lingkungan hidup, Bandung; Alfabeta

Norton. (1956). Ceramics for the artist potter, (US); Addison Wesley

Rahardjo Budhy.j. (2009). Pengembangan Silabus mata Pelajaran Seni Budaya (Seni Rupa) Berbasis Budaya Lokal Dalam KTSP SMA, Tesis Magister Program pendidikan seni; UPI.

Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran, Jakarta; Rajawali Pers Suardi Edi, Drs. (1984) Pedagogik 1 dan 3, Bandung : Angkasa

Suparlan, Drs, M. Ed., Budimansyah Dasim, Dr. M.si., Meirawan Danny, Dr. M.Pd. (2009), Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM), Bandung ; PT Genesindo.

Syaiful Sagala. (2010). Konsep dan Makna pembelajaran, Bandung; Alfabeta

Tarjo Enday dan Ganda Prawira Nanang. ( 2009). Konsep dan Strategi Pembelajaran Seni Rupa, Bandung; Bintang warli Artika.

Tati Narawati. Rita Milyartini dan Zakaria. (2008). Pendidikan Seni dan perubahan Sosial Budaya, Bandung; WarliArtika

(40)

Universitas Pendidikan Indonesia. (2009). Pedoman Penulisan Karya Imiah, Bandung: UPI

(41)

Gambar

Tabel data yang lebih beralasan ( grounded) dapat membuat kesimpulan

Referensi

Dokumen terkait

McCalister dkk (dalam Kardum, 2012) menyatakan bahwa individu dengan kepribadian hardiness memiliki jaringan sosial yang lebih baik dan lebih luas yang memberi

Beton merupakan suatu material campuran yang terdiri dari pasir (agregat halus), kerikil (agregat kasar), semen, air dan dengan atau tanpa bahan tambahan

Anak-anak harus menggunakan imajinasi untuk membayangkan bentuk dan warna para dinosaurus dalam pikiran mereka karena pada masa kini, hanya kerangka di museum dan berbagai jenis

Adapun judul Tugas Akhir ini adalah “Analisis Penilaian Penerapan Program Anti Pencucian Uang (APU) dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT) pada BPR dan BPRS

Hasil dari pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat di Situs Gunung Padang dapat disimpulkan bahwa besarnya kebutuhan mitra akan ketersediaan media informasi sebagai

Three areas which were examined in this study were types of sentences produced by tour guides in Prambanan Temple, the percentage of correct and incorrect

Isolation and identifi cation of Fusarium species Fusarium species on grain were identified on three samples of wheat from 2003, four samples of maize from 2005, fi ve samples

Penetapan jenis kegiatan kemahasiswaan hendaknya mengacu pada visi dan misi perguruan tinggi, yang kemudian diturunkan menjadi visi dan misi dalam pembimbingan