DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Definisi Operasional... 6
F. Sistematika Penulisan ... 7
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
A. Seni Rupa ... 9
1. Pengertian Seni... 9
2. Pengertian Dasar seni Rupa ... 12
3. Bentuk-bentuk Seni ... 15
4. Aspek-aspek Seni ... 16
a. Aspek Kegunaan ... 16
6. Komponen Dasar Seni Rupa ... 19
a. Tema ... 19
b. Bentuk ... 19
c. Isi/Makna ... 22
7. Unsur-unsur Seni Rupa ... 22
a. Garis, Bidang, Bentuk, Warna, Tekstur ... 22
B. Unsur Seni Rupa 3 Dimensi ... 25
C. Teori Warna 1. Pengertian Warna ... 27
a. Warna Primer ... 27
b. Warna Skunder ... 27
2. Warna Monokromatik ... 29
D. Teori Visual 1. Pengertian Kajian Visual... 30
2. Estetika Nusantara ... 30
E. Bahasa Rupa 1. Pengertian Bahasa Rupa ... 31
2. Bahasa Rupa Berdasarkan Zaman ... 32
F. Ilustrasi 1. Pengertian Ilustrasi ... 32
2. Fungsi Ilustrasi ... 32
G. Semiotika
1. Pengertian Semiotika ... 33
H. Seni Patung ... 35
1. Sejarah Seni Patung... 36
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Seni Patung ... 37
3. Aliran Dalam Seni Patung ... 40
4. Jenis Dalam Seni Patung ... 42
5. Teknik Dalam Seni Patung... 43
6. Teknik Konstruksi ... 45
I. Seni Relief 1. Pengertian Relief ... 45
2. Asal Usul Relief ... 46
3. Teknik dan jenis Relief ... 48
J. Monumen 1. Pengertian Monumen ... 50
2. Sejarah Monumen ... 51
K. Definisi Sejarah dan Perjuangan 1. Pengertian Sejarah ... 54
2. Pengertian Perjuangan ... 54
L. Budaya Sunda 1. Pengertian Sunda ... 56
BAB III METODE PENELITIAN ... 60
A. Metode Penelitian... 60
B. Lokasi dan Tempat Penelitian ... 62
C. Instrumen Penelitian... 63
D. Jenis dan Sumber Data ... 65
E. Teknik Pengumpulan Data ... 65
F. Pendekatan Penelitian ... 72
G. Prosedur dan Tahapan Penelitian ... 74
H. Teknik Analisis Data ... 76
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN MONUMEN PERJUANGAN JOGJA II ... 78
A. Hasil penelitian... 78
1. Profil Seniman ... 78
B. Pembahasan Monumen Perjuangan jogja II di Kabupaten Sumedang ... 79
1. Kabupaten Sumedang a. Asal Mula Kabupaten Sumedang ... 79
b. Sejarah Kabupaten Sumedang... 81
c. Data Populasi Kabupaten Sumedang ... 82
2. Kecamatan Buahdua a. Sejarah Kecamatan Buahdua... 83
b. Asal Mula Kecamatan Buahdua ... 85
3. Sejarah Julukan Jogja II ... 86
C. Desain dan Makna Visual Monumen Perjuangan Jogja II Di Kabupaten Sumedang 1. Kajian Monumen Perjuangan Jogja II a. Desain Rancangan dan Makna ... 90
b. Ukuran Monumen Perjuangan jogja II ... 96
2. Kajian Visual Relief Pada monumen perjuangan jogja II a. Panel Relief pada Monumen Perjuangan jogja II ... 98
b. Kajian Dilihat Dari Unsur Rupa ... 98
c. Kajian Semiotika pada Monumen perjuangan Jogja II ... 100
3. Ilustrasi Sejarah Pada Panel-panel Relief Monumen Perjuangan Jogja II ... 105
D. Media dan Teknik Pembuatan Monumen perjuangan Jogja II 1. Konstruksi Bangunan Monumen Perjuangan Jogja II ... 123
2. Teknik, Media dan Alat Pembuatan Monumen Perjuangan Jogja II ... 124
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 129
DAFTAR PUSTAKA ... 133
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Indonesia merupakan negara kesatuan yang memiliki keanekaragaman
agama, adat, tradisi dan sejarah serta budaya berkesenian yang dalam kehidupan
sehari-harinya erat kaitannya dengan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial
tidak akan lepas dari situasi dan kondisi yang terjadi dalam lingkungannya, hal ini
akan membawa kesebuah pengalaman dan akhirnya dapat menimbulkan
penghayatan terhadap diri manusia itu sendiri.
Keterlibatan seni dalam usaha manusia memenuhi kebutuhannya menjadikan kehidupan lebih berbudaya. Karya seni kemudian muncul sebagai wadah komunikasi dan sarana berbagai macam pengalaman dan keyakinan hidup (Widyosiswono, 1986: 12).
Untuk itu kegiatan manusia yang selalu bersinggungan dengan banyak
kisah, tragedi maupun segala peristiwa yang tidak bisa dilupakan selalu ingin di
pertahankan dan untuk diceritakan kepada anak cucunya, keinginan tersebut
muncul untuk membuat sebuah karya abadi dan bertahan lama, salah satunya
yaitu membuat monumen. Monumen sering juga difungsikan untuk memperindah
penampilan suatu kota atau lokasi tertentu, untuk memuat informasi politik
bersejarah, sebagai monumen untuk memperkuat citra keunggulan kekuatan
politik. Monumen dapat berusia ribuan tahun, sebagai simbol yang bertahan lama
karena usianya, ukurannya, atau makna sejarahnya, dapat juga dianggap sebagai
monumen.
Di Indonesia monumen yang sangat kuat kaitannya dengan perjuangan
sangat beragam, salah satu monumen yang sangat erat kaitannya dengan
perjuangan yaitu Monumen perjuangan Jogja II di Kecamatam Buahdua,
Kabupaten Sumedang. H. Engkis Kiswaya pensiunan PETA (Pembela Tanah Air)
yang sekarang disebut Veteran, menceritakan bahwasannya Rd. Agus Salam
adalah putra dari Rd. Kartadibrata Kusumahdinata yang merupakan keturunan
susuhunan Sumedang Larang. Beliau dijadikan kepala cutak (kepala wilayah)
wilayah oleh pemerintah Sumedang untuk daerah Buahdua sekarang. Maka
dengan kejadian tersebut timbulah nama baru untuk daerah itu sebagai daerah
panyeuseupan (Tempat strategis untuk pertanian) yang diartikan kepada buah dada layaknya seorang ibu sedang menyusui anaknya yang memberikan
pertumbuhan dan kesuburan yang sangat berarti sebagai sumber kehidupan bagi
manusia. Maka agar terdengar lebih sopan, kata buah dada tersebut diubah
menjadi “Buahdua” sampai sekarang terbentuklah suatu desa dengan nama Desa Buahdua.
Dengan adanya kisah sejarah diatas penulis merasa ingin mengetahui lebih
menyeluruh baik dari bentuk visual, kebenaran sejarah perjuangan yang terdapat
pada ilustrasi panel relief, makna dan ide gagasan yang terkonsep secara utuh
terinspirasi dari berbagai sudut perjuangan dilihat dari keseluruhan yang
waktu era kerajaan hingga era kemerdekaan rakyat Sumedang pada Monumen
Perjuangan Jogja II di Kabupaten Sumedang.
Harapan penulis, keindahan Monumen Perjuangan Jogja II tidak hanya
dinilai dari segi visualnya akan tetapi makna didalamnya yang mempunyai nilai
sejarah yang sangat berarti, harus berkembang dan di kenal oleh masyarakat luas,
jadi akan sangat disayangkan bila keberadaan Monumen Perjuangan Jogja II
dengan segala keunikannya menjadi tidak berkembang atau bahkan punah akibat
faktor yang tidak diharapkan.
Sebagai generasi muda yang cinta akan budaya dan menghargai akan jasa
para pahlawan, penulis merasa perlu melestarikan artefak (peninggalan) dalam Monumen Perjuangan Jogja II, khususnya berupa karya seni. Pendokumentasian,
pengkajian, oleh karena itu perlu penyebarluasan dari keasliannya. Sebelum kita
kehilangan semuannya.
Berdasarkan pengamatan sementara di lapangan, media dan teknik yang
digunakan untuk membuat Monumen Perjuangan jogja II di Kabupaten Sumedang
tidak jauh berbeda dengan monumen-monumen yang lainnya, yang ada di
Indonesia. Tetapi penulis merasa perlu untuk meneliti lebih lanjut tentang media
dan teknik ini dengan beberapa pertimbangan:
1. Jika dilihat dari keuntungannya, penelitian tentang media dan bahan ini akan
menambah pengetahuan yang perlu di teliti lebih lanjut.
2. Jika tidak diteliti, maka perkembangan media dan teknik dalam pembuatan
Hal inilah yang menjadi salah satu ketertarikan penulis untuk mengangkat
dan mendokumentasikannya kedalam karya tulis ilmiah skripsi berjudul
“KAJIAN VISUAL RELIEF PADA MONUMEN PERJUANGAN JOGJA II DI
KABUPATEN SUMEDANG”.
Pepatah mengatakan bangsa yang tinggi adalah bangsa yang selalu
menghargai jasa para Pejuang di masa lampau. Oleh karena itu dalam penelitian
ini penulis tertarik untuk meneliti tentang relief pada monumen perjuangan Jogja
II yang berjudul “Kajian Visual Relief Pada Monumen Perjuangan Jogja II Di
Kabupaten Sumedang”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis ingin mempersempit
ruang lingkup permasalahan dengan merumuskan permasalahan tersebut :
1. Bagaimana wujud visual relief dan Monumen Perjuangan Jogja II di
Kabupaten Sumedang?
2. Sejarah dan makna apa yang terkandung dalam relief pada Monumen
Perjuangan Jogja II di Kabupaten Sumedang?
3. Apa saja media dan teknik yang digunakan dalam pembuatan relief dan
Monumen Perjuangan Jogja II di Kabupaten Sumedang?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui wujud visual relief dan Monumen Perjuangan Jogja II di
2. Untuk mengetahui sejarah dan makna yang terkandung dalam relief dan
Monumen Perjuangan Jogja II di Kabupaten Sumedang.
3. Untuk mengetahui media dan teknik yang digunakan dalam pembuatan relief
dan Monumen Perjuangan Jogja II di Kabupaten Sumedang.
D. MANFAAT PENELITIAN
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua
pihak, adapun secara rinci manfaat penelitian ini adalah:
1. Untuk penulis
– Guna menambah ilmu pengetahuan serta memperluas wawasan tentang
seni rupa baik secara teoritis maupun secara praktis mengenai karya
seni patung.
– Untuk menambah wawasan tentang bahan dan alat, teknik pembuatan,
dan wujud visual pada relief.
– Untuk meningkatkan kepedulian terhadap hasil karya seni masyarakat
terhadap karya seni rupa khususnya karya seni patung.
– Untuk mempererat kerjasama yang baik antara peneliti, Pengerajin,
Seniman, Lembaga Pendidikan, Lembaga Pemerintahan, Kriyawan,
dan Apresiator.
2. Untuk Jurusan Pendidikan Seni Rupa UPI
– Untuk Mahasiswa, guna menambah wawasan mahasiswa khususnya
– Untuk Dosen, dapat menjadi referensi atau bahan materi bagi Dosen
seni rupa UPI.
3. Untuk Seniman
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat untuk mengeksplorasi ide
bagi para pengerajin dan seniman agar karya yang dihasilkan semakin unggul dan
semakin lebih giat lagi untuk menghasilkan karya-karya yang luar biasa
kualitasnya.
4. Untuk Pemerintah Daerah
Untuk membantu pemerintah daerah dalam menjaga dan melestarikan
karya-karya yang menceritakan sejarah perjuangan bangsa kita.
5. Untuk Umum
Dengan adanya penelitian ini agar dapat menambah wawasan dan
informasi yang berguna, serta untuk menambah ilmu pengetahuan kepada
masyarakat umum tentang seni patung, agar dapat menumbuhkan rasa cinta
terhadap karya-karya seni patung dan diapresiasi oleh masyarakat.
E. Definisi Operasional
1. Visual
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, visual adalah dapat dilihat dengan indra penglihat (mata); berdasarkan penglihatan. Visualisasi adalah pengungkapan suatu gagasan atau perasaan dengan menggunakan bentuk gambar, tulisan (kata dan angka), peta, grafik, dan sebagainya. (Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 1999: 1120).
2. Relief
2 dimensi. Relief juga dapat di paparkan sebagai kegiatan mengolah medium tiga dimensi atau permukaan dari objek tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu. Medium relief bisa berbentuk apa saja, seperti perunggu, batu, marmer. Alat yang digunakan juga bisa bermacam-macam, dengan syarat bisa memberikan kesan atau imaji tertentu kepada media yang digunakan. (Koentjaraningrat, 1990: 5).
3. Monumen
Monumen adalah jenis bangunan yang dibuat untuk memperingati
seseorang atau peristiwa yang dianggap penting oleh suatu kelompok sosial
sebagai bagian dari peringatan kejadian pada masa lalu. Seringkali monumen
berfungsi sebagai suatu upaya untuk memperindah penampilan suatu kota atau
lokasi tertentu.
Kata monumental berasal dari Bahasa Latin, monere yang secara harfiah
berarti meningkatkan. Kata ini berkembang menjadi monumen, mnemonikos
yang dalam bahasa Inggris menjadi mnemonte, berarti sesuatu yang
membantu untuk mengingat. membangkitkan kenangan atau kesan yang mudah terlupakan (Mustopo, 2006; 55).
4. Perjuangan
Perjuangan adalah keinginan atau tekanan yang muncul dari perasaan seseorang, sehingga perjuangan merupakan kehendak manusia untuk
berikhtiar, membela, mempertahankan, bisa juga disebut sebuah
pengorbanan, namun kata perjuangan selalu identik digunakan pada masa peperangan untuk mempertahankan harga diri atau tanah air suatu bangsa. (Purnama Hidayat, 2008: 122).
F. SUSUNAN/SISTEMATIKA PENULISAN
1. BAB I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penciptaan, manfaat penciptaan, kajian sumber penciptaan, metode
penciptaan, dan sistematika penulisan laporan penciptaan yang berkaitan
2. BAB II Kajian pustaka atau kerangka teoritis sebagai gamaran padat
menyeluruh dan landasan teoritik untuk penelitian Monumen Perjuangan Jogja
II.
3. BAB III Metode penciptaan, penjabaran secara rinci tentang metode mengenai
rancangan penelitian, prosedur penelitian, alat ukur dan teknis Kajian Visual
Relief pada Monumen Perjuangan Jogja II dan pembahasannya.
4. BAB IV Visualisasi dan Pembahasan, memuat hasil analisis data mengenai
teknik, media, bentuk visual serta sejarah pada Relief Monumen Perjuangan
Jogja II dan pembahasannya sesuai dengan kajian.
5. BAB V Kesimpulan dan Saran, kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian
mengenai Kajian Visual Relief pada Monumen Perjuangan Jogja II, aktivitas
penelitian yang bersifat pemberitaan kesimpulan akhir terhadap semua unsur
BAB III
METODE PENELITIAN
A. METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan suatu alat yang membantu seorang peneliti
guna mendapatkan hasil dan kesimpulan dari objek yang diteliti.Dimana
keberhasilan suatu penelitian tidak lepas dari cara/metode yang digunakan dalam
suatu penelitian, oleh karena itu dibutuhkan ketelitian untuk menganalisa dengan
metode yang tepat terhadap permasalahan yang diteliti.
Dalam sebuah penelitian, masalah penelitian, tema, topik, dan judul
penelitian berbeda secara kualitatif maupun kuantitatif.Baik substansial maupun
materil kedua penelitian itu berbeda berdasarkan filosofis dan
metodologis.Masalah kuantitatif lebih umum memiliki wilayah yang luas, tingkat
variasi yang kompleks namun berlokasi dipermukaan.Akan tetapi
masalah-masalah kualitatif berwilayah pada ruang yang sempit dengan tingkat variasi yang
rendah namun memiliki kedalaman bahasan yang tak terbatas.
Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan oleh penulis
adalah metode studi kasus melalui pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif
adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi
yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Menurut
Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks,
meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi
pada situasi yang alami.
Selanjutnya (Moeloeng, 2007:3) mengemukakan bahwa metodologi
kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati.
Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat
penemuan.Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci.Oleh
karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa
bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih
jelas.Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai.Penelitian
kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang
tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori,
untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian diskriptitf kualitatif yaitu
penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata
dan gambar, kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil wawancara
antara peneliti dan informan.Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami
fenomena-fenomena sosial dari sudut perspektif partisipan.Partisipan adalah
orang-orang yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta memberikan data,
B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Monumen Perjuangan Jogja II, Lapangan
Darongdong, Dusun Darongdong, Desa Buahdua, Kecamatan Buahdua,
Kabupaten Sumedang. Waktu penelitian selama empat bulan dari Mei 2012
sampai dengan Agustus 2012.
. tempat penelitian tersebut kira-kira berjarak ± 60 km dari pusat
pemeritahan Kabupaten Sumedang, serta berjarak 55 Km dari pusat pemerintahan
[image:17.595.111.475.270.751.2]kota Sumedang.
[image:17.595.192.434.559.736.2]C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data yang
diperlukan dalam penelitian. Sebagaimana diungkapkan oleh Sugiyono, (2008:
102) bahwa: “ Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati”.
Instrumen penelitian juga berfungsi sebagai media yang digunakan dalam
proses penelitian. Instrumen adalah berbagai komponen yang digunakan dalam
proses penelitian. Instrumen penelitian memiliki kaitan dengan metode penelitian.
Arikunto. S (2006: 160) menjelaskan bahwa instrumen adalah :
Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik.dalam hasil lebih cermat. lengkap. dan sistematis sehingga lebili mudah diolah. Variasi jenis instrumen penelitian adalah: angket. ceklis(check-list) atau daftar tentang. pedoman wawancara. pedoman pengamatan.
Dari penjelasan tersebut.dapat dikatakan bahwa metode adalah cara yang
dilakukan untuk melakukan penelitian. sedangkan instrumen penelitian adalah
media yang digunakan untuk mendukung kelancaran proses penelitian. Instrumen
penelitian yang biasa dipakai adalah lembar tes.angket atau kuesioner
(questionnaires),interviu (interview),observasi. skala bertingkat. dan dokumentasi.
Dalam penelitian Relief Pada Monumen Perjuangan Jogja II.Instrumen yang
Dalam penelitian kualintatif ini, peneliti membuat instrumen penelitian
serta terjun langsung ke lapangan dengan teknik observasi, wawancara dan
dokumentasi. Hal ini selaras dengan yang diungkapkan oleh Sugiyono, (2008:
101) : “dalam penelitian kualintatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri”.
Instrumen yang digunakan oleh penulis, dalam prosesnya mengalami
perkembangan.Pengembangan tersebut, berubah sesuai dengan keadaan atau
kondisi saat penelitian dilakukan. Instrumen yang mengalami pengembangan
adalah :
1. Daftar Pertanyaan Interviu
Interviu dilakukan bersama koresponden yang dianggap memiliki informasi
lebih banyak dan terpercaya.Daftar pertanyaan semula disusun dengan tidak
sistematis dan melebarkan pertanyaan ke berbagai objek sehingga
pembahasan menjadi sangat luas.Pertanyaan disusun kembali dengan
memusatkannya ke bagian-bagian yang diperlukan yang terkait dengan
rumusan masalah, yaitu terbatas pada sejarah, jenis alat dan bahan, makna,
danvisualisasi atau bentuk, relief yang terdapat pada Monumen Perjuangan
Jogja II di Kabupaten Sumedang.
2. Sumber Pustaka
Sumber pustaka yang dipakai adalah buku-buku, dan situs terkait batasan
permasalahan objek. Pada prosesnya, sumber yang dipakai tidak hanya
kemudian dipakai untuk melengkapi pembahasan yang lainnya yang
dianggap memiliki keterkaitan dengan pembahasan pokok yaitu komponen
makna, alat dan bahan serta fungsi dari relief yang terdapat di Monumen
Perjuangan Jogja II di Kabupaten Sumedang.
D. JENIS DAN SUMBER DATA
Menurut sumbernya data dibedakan menjadi dua yaitu data intern dan data
ekstern. Data intern adalah data yang dikumpulkan oleh suatu lembaga mengenai
kegiatan lembaga tersebut dan hasilnya digunakan untuk keperluan lembaga itu
sendiri. Sedangkan data ekstern adalah data yang sumbernya diperoleh dari luar
perusahaan itu.Data ekstern dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data
sekunder.Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh
organisasi yang menerbitkan atau menggunakannya.Data sekunder adalah data
yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahnya,
(Soeratno, 2008: 13).
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Bagian terpenting dari proses penelitian adalah teknik pengumpulan data.
Mengumpulkan data harus benar-benar dilakukan secara serius agar data yang
terkumpul sesuai dengan hasil yang akan diteliti. Jika dalam pengumpulan data ini
kurang lengkap atau terdapat kesalahan, maka pengaruhnya akan sangat besar
Melihat pentingnya fungsi dari teknik pengumpulan data, maka penulis
harus mengetahui teknik-teknik yang harus dipergunakan. Oleh karena itu, teknik
yang digunakan antara lain:
1. Wawancara
Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap
informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.Tehnik wawancara yang
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara
mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa
menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan
terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai
responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan,
kontak mata, dan kepekaan nonverbal.Dalam mencari informasi, peneliti
melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan
dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga
responden). Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan
pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan
multiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport, ulang
kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi
Responden dalam penelitian ini meliputi pihak-pihak yang dinilai dapat
memberikan informasi yang nyata kebenarannya mengenai keberadaan Monumen
Perjuangan Jogja II serta sejarah yang ada pada relief di dalamnya. Responden
yang terpilih untuk mendapatkan informasi tentang Monumen Perjuangan Jogja II
diantaranya adalah pembuat konsep awal yang merancang secara keseluruhan
sebelum membangun Monumen Perjuangan Jogja II yaitu Bapak Badra, beliau
merupakan seniman otodidak yang di awal karirnya merupakan seniman komik
pada tahun 1982, kemudian merasuk dunia seni lukis yang beberapa karyanya
cenderung realis, selanjutnya beliau mendapat kepercayaan dari Kodim Sumedang
dan Yonif 301 untuk merancang monumen untuk memperingati sebuah
perjuangan di Desa Buahdua, Kecamatan Buahdua, Kabupaten Sumedang pada
tahun 1995, untuk kepentingan penelitian Bapak Badra merupakan narasumber
yang sangat penting posisinya sebagai pedoman dari segi teknis pembuatan
Monumen Perjuangan Jogja II. Pihak dari Museum Prabu Gesan Ulun Yayasan
Sumedang, untuk mendapatkan informasi mengenai sejarah kota Sumedang,
sejarah Monumen Perjuangan Jogja II serta sejarah saat Sumedang merebut dan
Mempertahankan kemerdekaan, adapun informasi tersebut yaitu R. Moch.
Achmad Wiriaatmadja (Sesepuh/Pemangku Adat Sumedanglarang), Bapak Abdul
Syukur (Pemandu Museum), Ibu Ila Gilang Kencana (Pemandu Museum), serta
untuk memperkuat sejarah tentang perjuangan yang erat kaitannya dengan
Monumen Perjuangan Jogja II lebih dalam, Peneliti kembali melakukan
wawancara kepada pejuang pada masa mempertahankan kekuasaan Buahdua yaitu
Untuk memperlancar proses wawancara tersebut, pedoman wawancara
yang disusun peneliti hanya berupa poin-poin penting yang akan ditanyakan,
namun pertanyaan itu akan berkembang apabila ada beberapa hal penting lain
yang perlu digali informasinya. Wawancara yang dilakukan peneliti yaitu
wawancara terbuka yang lebih mirip dengan percakapan informal.
Wawancara baru dapat dilaksanakan setelah hal-hal lain yang mendukung
pelaksanaan wawancara tersebut sudah dipersiapkan, seperti responden pengganti
jika responden utama yang telah ditetapkan sebelumnya ada yang tidak bisa
ditemui pedoman wawancara (interview guide) sudah disusun dengan baik, dan
penyusunan jadwal kerja harian di lapangan.
Tujuan wawancara tidak lain adalah untuk mengetahui apa yang
terkandung dalam pikiran atau hati orang lain, bagaimana pandangan tentang
dunia, yaitu hal yang tidak dapat kita ketahui melalui observasi. Dalam teknik
wawancara ini peneliti harus mengetahui alam pikiran responden yang agar terjadi
feed back (umpan balik) didalam suatu interaksi, oleh karena itu diperlukan suatu
keuletan dan kesabaran guna memperoleh hasil yang diharapkan sesuai dengan
rumusan masalah yang diteliti.
Ada beberapa hal yang dilakukan peneliti sebelum memulai wawancara,
yaitu:
a. Menjelaskan instuisi atau badan apa yang melaksanakan penelitian
b. Menerangkan tujuan dan kegunaan dari penelitian, dan
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
menggunakan pertolongan indra mata. Teknik ini bermanfaat untuk :
1. Mengurangi jumlah pertanyaan,
2. Mengukur kebenaran jawaban pada wawancara,
3. Untuk memeperoleh data yang tidak dapat diperoleh dengan wawancara.
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang
(tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan
perasaan.Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran
realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu
mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran
terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhada pengukuran tersebut.
Bungin (2007: 115) mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat
digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak
terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur.
1. Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode
pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian
melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti
benar-benar terlibat dalam keseharian responden.
2. Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa
menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat
harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati
3. Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok
terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam observasi adalah topografi,
jumlah dan durasi, intensitas atau kekuatan respon, stimulus kontrol (kondisi
dimana perilaku muncul), dan kualitas perilaku. (Bungin, 2007 :13).
3. Dokumen
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi.Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat,
catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya.Sifat utama
data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada
peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Secara
detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat
pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau
swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain.
Sebagian dokumen yang diperoleh peneliti dalam penelitian yaitu berasal
dari Disbudparpora (Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Olahraga) Kabupaten
Sumedang, yaitu berupa buku yang berjudul Sejarah Sumedang Dari Masa Ke Masa.Data dari Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang diantaranya berupa buku
yang menjelaskan tentang sejarah Sumedang, foto-foto dan arsip-arsip koleksi
museum yang berkenaan dengan Monumen Perjuangan Jogja II. Adapun peta
wilayah Kabupaten Sumedang dan peta daerah Kecamatan Buahdua yaitu arsip
dokumen YONIF 301, KODIM Siliwangi Sumedang dan KORAMIL Desa
Buahdua.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencari informasi
yang lebih bersifat teori atau pemahaman sebagai bahan pembanding dengan
data-data yang telah ditemukan selama di lapangan, proses studi lapangan berupa
dokumen-dokumen tertulis berupa,buku-buku, surat kabar, majalah, dan data-data
yang berkaitan dengan sejarah, sisi seni relief pada Monumen Perjuangan Jogja II.
4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan surat cara mencari
data-data yang berupa buku-buku, majalah, surat kabar, foto-foto,
gambar-gambar, catatan, transkrip, dan sebagainya yang mendukung penulisan karya
ilmiah.
Dokumentasi foto sebagian diperoleh dari buku-buku dan sebagian lagi
[image:26.595.108.519.278.506.2]merupakan hasil pemotretan sendiri dari tempat lokasi, karena foto maupun sketsa
gambar Monumen Perjuangan Jogja II belum terdapat di buku sejarah Sumedang
dari masa ke masa, dikarenakan Monumen Perjuangan Jogja II baru dibangun
pada tahun 1995 dan arsip yang ada di KODIM Sumedang hanya sketsa
konstruksi, untuk kemudian peneliti melakukan pengukuran ulang objek agar
mendapatkan ukuran yang sebenarnya, lalu pengeditan melalui softwere komputer
(Adobbe Photosop CS 4) untuk memperjelas relief dan memisahkan bagian
perpanel relief agar lebih mudah dan fokus pada setiap outline (garis luar) yang di
F. PENDEKATAN PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian Kajian Visual Relief Pada
Monumen Perjuangan Jogja II, adalah pendekatan deskriptif kualitatif naturalistik,
yaitu prosedur penelitian yang mengumpulkan data sebanyak-banyaknya yang
kemudian dianalisis sesuai dengan permasalahan yang dikaji.Pendekatan secara
khusus, adalah pendekatan secara visual.Penelitian juga dilakukan dengan
mengunjungi lokasi penelitian.
Nama yang dibicarakan ini disebut "kualitatif naturalistik". Istilah "naturalistik" menunjukan bahwa pelaksanaan penelitian ini memang terjadi secara ilmiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekankan pada deskripsinya secara alami. Pengambilan data atau penjaringan fenomena dilakukan dari keadaan yang sewajarnya ini dikenal dengan sebutan "pengambilan data secara alami atau natural". Dengan sifatnya ini maka dituntut keterlibatan peneliti secara langsung dilapangan, tidak seperti penelitian kuantitatif yang dapat mevvakilkan orang lain untuk menvebarkan atau melakukan wawancara terstruktur (Arikunto, 2006: 12).
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Nasution yang ditulis kembali
oleh Januar (2010: 44) bahwa :
Penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistik, disebut kualitatif
karena sifat dan data yang dikumpulkan bercorak kualitatif, bukan kuantitatif
karena situasi lapangan penelitian lapangan bersifat "natural" atau wajar
sebagaimana adanya tanpa dimanipulasi.
Dalam penelitian ini, yang menjadi objek dan lokasi penelitian adalah
(Analisis Estetis Relief Pada Monumen Perjuangan Jogja II di Desa Buahdua
kecamatan Buahdua kabupaten Sumedang) meliputi teknik, bahan, dan alat.
Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya.( Miller, 1986: 9).
Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif memberikan
keleluasan dalam menentukan langkah-langkah penelitian penulis. Selain itu,
penulis dapat terlibat langsung di lapangan sehingga bagian-bagian objek yang
akan dikaji dapat diteliti, sesuai dengan kebutuhan. Pembahasan materi juga dapat
berkembang selama penelitian berlangsung.
Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang memiliki hubungan
dengan dokumen-dokumen penting. Dokumen penting disini seperti buku-buku
ilmiah, karya tulis, foto-foto pendukung, lembar catatan hasil interviu, rekaman
hasil interviu, dan sumber informasi lainnya yang digunakan selama proses
penelitian berlangsung. Insirumen tersebut adalah faktor yang mendukung
terselesaikannya suatu penelitian. 1. Metode Penelitian
"Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya." (Arikunto, 2006: 160) Metode merupakan
kata yang berasal dari bahasa Yunani, methodos, yang berarti cara atau jalan. Penelitian berasal dari kata research (dalam Bahasa Inggris) yang memiliki arti usaha untuk mencari objek atau javvaban pennasalahan yang dilakukan dengan
suatu metode tertentu dengan sistematis, dan terperinci, sehingga pemasalahan
dapat diselesaikan.
Menurut Subagyo (1991), mengatakan bahwa :
Metode dapat dikatakan sebagai jalan yang berkaitan dengan cara kerja
memahami objek sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai tujuan
pemecahan masalah.
Sesuai dengan penjelasan di atas.penulis memakai metode deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. untuk menyelesaikan karya tulis penelitian ini.
sehingga tujuan yang diharapkan. dapat tercapai. Tujuan merupakan bagian yang
sangat penting dalam melakukan penelitian.karena tujuan adalah alasan kenapa
penelitian dilakukan. Tujuan diadakannya penelitian Kajian Visual Pada Relief
Monumen Perjuangan Jogja II.
G. PROSEDUR DAN TAHAP-TAHAP PENELITIAN
Tahapan-tahapan dalam penelitian kualitatif seperti yang dikatakan
Meolong (1996: 85) sebagai berikut: a) Tahap pra-lapangan, b) Kegiatan
lapangan, c) Analisis data. Dalam hal ini peneliti melakukan langkah-langkah
penelitian sebagai berikut:
1. Tahap pra-lapangan
Pada tahapan ini, peneliti melakukan persiapan-persiapan meliputi;
memilih masalah yang akan diteliti, melakukan studi pendahuluan dan survei
lokasi penelitian, menentukan fokus penelitian, memilih pendekatan penelitian,
menentukan sistem pola yang diamati dan sumber data.
Pada tahap ini peneliti membuat proposal untuk dikonsultasikan dengan
pembimbing yang telah ditunjuk oleh dewan skripsi.Setelah melalui beberapa
dilampirkan untuk memperoleh SK (Surat Keputusan) untuk pengesahan judul,
dan penunjukan dosen pembimbing skripsi serta untuk memperoleh surat izin
penelitian yang dikeluarkan oleh fakultas dengan tembusan Dekan FPBS UPI dan
Ketua Jurusan Pendidikan Seni Rupa FPBS UPI. Setelah surat perizinan
penelitian diperoleh, maka ditujukan kelokasi-lokasi penelitian yaitu:
a. Kantor Kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang.
b. Museum Prabu Geusan Ulun Kabupaten Sumedang
c. DEPDIKBUD (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) Kabupaten
Sumedang.
d. KORAMIL Kecamatan Buahdua, Kabupaten Sumedang.
e. YONIF 301 Kabupaten Sumedang.
f. KODIM Kabupaten Sumedang.
g. H. Kiswaya Peteran, Pensiunan PETA (Pembela Tanah Air).
h. Bapak Badra (Seniman Sumedang).
2. Tahap Kegiatan Lapangan
Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan data sekaligus menyaring data-data
yang diperlukan sesuai dengan fokus penelitian dan menyimpulkan data tersebut
secara deskriptif untuk memecahkan permasalahan yang diteliti. Secara singkat
kegiatan pada tahap penelitian ini adalah mengumpulkan data berupa catatan
lapangan dan hasil observasi secara keseluruhan, menyusun dan mengelompokan
data sejenis sesuai dengan fokus penelitian, memberikan komentar dan tafsiran
terhadap data kontekstual, menyimpulkan data tersebut menjadi suatu pertanyaan
Ketika berada dilapangan peneliti banyak berhubungan dengan fenomena.
Fenomena tersebut perlu didekati oleh peneliti dengan terlibat langsung pada
situasi nyata, tidak cukup meminta bantuan orang lain atau sebatas mendengar
penuturan secara jarak jauh laksana remote control. Hal ini bertujuan agar data-data yang sudah dikumpulkan sesuai dengan kegiatan yang ada di lapangan.
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah proses kategori urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar, ia
membedakannya dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan
terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan di antara
dimensi-dimensi uraian. Analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara
formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis seperti yang di
saranakan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan
hipotesis tersebut, jika dikaji definisi atas lebih menitik beratkan pada
pengorganisasian data sedangkan definisi tersebut dapat pengorganisasian data
sedangkan definisi yang kedua lebih menekankan maksud dan tujuan analisis
data, dan dari kedua definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan, analisis data,
adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori
dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan
hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis data bermaksud atas
nama mengorganisasikan data, data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari
lain-mengelompokkan dan memberikan suatu kode tertentu dan mengkategorikannya,
pengelolaan data tersebut bertujuan untuk menemukan tema dan hipotesis kerja
yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif (Moeloeng, 2007: 103).
Analisis data dilakukan dalam suatu proses, proses berarti pelaksanaannya
sudah mulai dilakukan sejak pengumpulan data dan dilakukan secara intensif,
yakni sesudah meninggalkan lapangan, pekerjaan menganalisis data memerlukan
usaha pemusatan perhatian dan pengarahan tenaga fisik dan pikiran dari peneliti,
dan selain menganalisis data peneliti juga perlu mendalami kepustakaan guna
mengkonfirmasikan atau menjustifikasikan teori baru yang barangkali ditemukan.
Setelah semua data yang diperlukan terkumpul maka dilakukan tahap
kegiatan pengolahan data. Pengorganisasian penulisan laporan penelitian
dituangkan dalam satu karya ilmiah yang terbagi dalam lima bab yang meliputi
pendahuluan, landasan teoritis, metodologi penelitian, pembahasan analisis visual
relief pada monumen perjuangan Jogja II, dan penutup berupa kesimpulan dan
rekomendasi.
Kegiatan pada tahap analisis ini meliputi:
a. Mengumpulkan catatan-catatan hasil observasi, studi pustaka, dan wawancara.
b. Mengelompokan data penelitian ke dalam data jenis.
c. Menyusun data sesuai dengan fokus permasalahan dan tujuan penelitian.
d. Menganalisa hubungan antara data yang satu dengan yang lainnya.
e. Memberikan komentar berupa tanggapan, tafsiran terhadap data.
f. Menyusun temuan-temuan dan gagasan.
BAB V
KESIMPLAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data-data yang berhasil dihimpun dan dianalisis oleh penulis,
maka dapat disimpulkan tentang beberapa hal penting dalam pembahasan
mengenai "Kajian Visual Relief Pada Monumen Perjuangan Jogja II Di Kabupaten
Sumedang", akhirnya memperoleh pokok penjelasan dalam bentuk kesimpulan
sebagai berikut:
1. Monumen Perjuangan Jogja II memiliki nilai seni yang sangat tinggi dibalik
kisah sebuah perjuangan, dengan objek relief yang realis, walaupun pengerjaan
relief tersebut dibuat secara manual mampu menyajikan kesan sebuah ilustrasi
nyata pada cerita saat rakyat mempertahankan dan membela tanah airnya
karena di dalam relief tersebut terlihat suatu kode-kode masa identitas keadaan
kisah di jamannya. Konsep dari visualisasi pada dinding pilarnya terlihat
menjadi stilasi simbol seekor burung Garuda yang gagah disertai makna 4 pilar
sebagai dasar bernegara Indonesia. Tidak lepas dari segi visual, ukuran
Monumen Perjuangan Jogja II pun memberi keterangan sebuah waktu
Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.
2. Relief pada Monumen Perjuangan Jogja II memiliki makna serta sejarah yang
sangat kuat pengaruhnya bagi kemerdekaan rakyat indonesia juga khususnya
rakyat Kabupaten Sumedang hingga dapat dinikmati anak cucunya sampai
kemerdekaan, yang kemudian berakhir di Kecamatan Buahdua sebagai
simbolisasi kemerdekaan maka diturunkan sebuah upacara penyematan
Bintang Gerilya untuk yang pertamakalinya di seluruh Indonesia.
3. Monumen Perjuangan Jogja II dibangun dengan media dan bahan alam yang
memiliki kekuatan tahan lama berupa pasir, batu, semen serta betonan umum
seperti halnya membuat sebuah bangunan 2 lantai yang memperkokoh pondasi
menjadikan bangunan tersebut mampu bertahan memperlihatkan bahwa disini
terjadi kisah sejarah. Untuk teknik pembuatan relief itu sendiri menggunakan
pahat batu, pahat kayu, gurinda hingga memanfaatkan alat seadanya yang
cocok dan biasa di gunakan untuk menoreh ataupun memahat setelah adukan
setengah kering ataupun sudah mulai mengeras. Hingga akhir finishing menggunakan adukan semen pasta atau pengacian.
B. Saran
Berdasarkan hasil pengamatan selama melakukan penelitian di lapangan,
ada beberapa saran dan masukan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.
Saran dan masukan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siapapun, maka penulis
merekomendasikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi masyarakat sekitar Monumen perjuangan Jogja II agar selalu
berpartisipasi untuk selalu menjaga kebersihan serta menghargai keberadaan
monumen tersebut karena suatu identiatas bangsa hasil jerih payah pejuang
2. Bagi intansi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Daerah Kecamatan
Buahdua agar memberi petunjuk arah atau plang Monumen Perjuangan Jogja II
upaya mempermudah masyarakat di luar daerah yang tidak mengetahui
keberadaan monument.
3. Bagi seniman yang membuat konsep awal monumen perjuangan serta relief
Jogja II di kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang hendaknya terus
berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam membuat sebuah karya
patung, monument serta relief yang lebih inovatif dan lebih artistik, selain
menggunakan objek-objek yang realis diharapkan dapat membuat sebuah
monumen, patung, relief, peringatan yang lebih simpel namun dapat dimengerti
masyarakat awam seperti bentuk simbol atau menstilasi bentuk asli menjadi
bentuk yang sederhana agar kesan yang ditampilkan lebih memiliki unsur seni
yang futuristik, apalagi di masa moderen seperti jaman sekarang.
4. Bagi Pemerintah Kabupaten Sumedang khususnya, serta umumnya untuk
instansi-instansi terkait diharapkan dapat memberi perhatian terhadap
keberadaan Monumen Perjuangan Jogja II di Kecamatan Buahdua, Kabupaten
Sumedang ini berupa penyuluhan ataupun bimbingan serta mengadakan
kegiatan-kegiatan pameran pada acara-acara penting Kota Sumedang seperti
hari jadi Kota Sumedang, Festival-festival Kesenian dan Peringatan hari
kemerdekaan 17 Agustus 1945, agar masyarakat setempat khususnya rakyat
Indonesia pada umumnya memahami akan makna serta sejarah yang
Jogja II ini adalah salah satu identitas suatu perjuangan yang tidak mudah
dilupakan dalam sejarah.
5. Bagi Pendidik atau Guru SMA/MA, SMK, SMP daerah Sumedang khususnya
dapat memperkenalkan secara teoritis dari mata pelajaran Sejarah dan Seni
Rupa dari segi konsep visual hingga ilustrasi pada panel relief tentang
keberadaan Monumen Perjuangan Joja II memiliki sejarah yang sangat penting
diketahui peserta didik, untuk Guru SD, bahkan PAUD/TK memperkenalkan
secara minimalis misalkan menggambar bebas sambil bermain di lingkungan
monumen serta diisi dongeng tentang sejarah Monumen Perjuangan Jogja II
dengan sedikit imajinasi yang menarik. sehingga mereka tahu penting dan
berharganya keberadaan monumen tersebut.
6. Bagi bidang keilmuan pendidikan seni rupa, penelitian ini semoga dapat
menjadi bahan masukan atau informasi tentang keberadaan Monumen
Perjuangan Jogja II di Kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang sehingga
diharapakan ikut memperhatikan keberadaan dan upaya menjaga serta
pelestariannya. Barangkali penyusunan skripsi i n i masih merupakan langkah
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta; Rineka Cipta.
______ ADPP, (2009) Kec.Buahdua, AkumulasiDaftarPopulasiPenduduk,
Sumedang.
Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta.
Creswell, J. (1998). Qualitatif Inquiry and Research Design. Sage Publications, Inc: California.
Cooman, Mikhail. (1978) Manusia Daya, Dahulu, Sekarang, Masa Depan,
Gramedia, Jakarta.
Christo. (1979) Buletin surat Formalisme dan Estetika, PT. Media Primadi :Yogyakarta.
Dendy, Sugono. (2008). “Pemertahanan Bahasa dan Sastra Austronesia Serta
Revitalisasi dalam Era Global” dalam kumpulan Makalah
Autronesia-Nonaustronesia Prespektif Makrolinguistik. Denpasar: Universitas Udayana.
Dharsono, Sony, Kartika. (2004). Seni Rupa Modern. Bandung; Rekayasa Sains.
Ensiklopedia Nasional. (1990) (Indonesia no 8) PT. Cipta Adi Pustaka, Jakarta.
Ensiklopedia Nasional Indonesia, Jilid 12, PT. Cipta Adi Pusaka, Jakarta.
Harsono, FX. (1994), Pameran Seni Rupa Kontemporer, Jakarta, Suara.
Hidayat Purnama. (2008), Gerakan 30 September PKI, Jakarta, Gramedia.
Herlina, N. et al. (2008). Sejarah Sumedang Dari Masa Ke masa. Sumedang: Dinas Parawisata dan Kebudayaan Pemerintah Kabupaten sumedang.
Joko Subagyo P, (1991), Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.
Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT.Rinekacipta. ______ 1994. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.
______KBBI (2009). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Kartika, D.S. (2004). Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains.
Krik dan Miller. 1986. Vailidity and Qualitative Research. Beverly Hills. A: Sage.
Lombard, Denys. (1996), Jawa : Silang Budaya : Kajian Sejarah Terpadu Bagian I,
Pembinaan Kesenian, Depdikbud, Jakarta. Nusa.
Moeloeng, Anton M. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan).
Mustopo Habib M., (2006). Sejarah untuk kelas 1 SMA: Yudhis Tira.
Muharam, E. & Sundaryati, Warti. (2006). Pendidikan Kesenian II Seni Rupa. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek pembinaan Tenaga Kerja.
Nunung D, (2002). Transformasi Wujud dan pengayaan Gambar Ilustrasi. RU-ITB.
Nursam, M. (1993). Sejarah yang Memihak Mengenang Sartono Kartodirjo, Gramedia: Jakarta.
Pusat Pengembangan & Pembinaan Bahasa. (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta; Balai Pustaka.
Purwadarminta, W.J.S (1986). Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PT. Bina Angkasa Baru.
Rusmasih, (1989). Sumedang tandang, Pustaka (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan).
Sukmadinata, B. (2006). Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dab R&D) Bandung. CV. Alfabeta.
Sunaryo, A. (2009). Ornamen Nusantara Kajian Khusus tentang Ornamen
Indonesia. Semarang: Dahara Prize.
Setjoatmodjo, Pranjoto. (1988). Bacaan Pilihan tentang Estetika. Jakarta: P2LPTK.
Soeratno (2008). Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta.
Soedarso SP. (1990). Tinjauan Seni. Saku Dayar Sarana; Yogyakarta
Sobur, Alex. (2009). Semiotika Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Supangkat, (1992). Tiga Gejala Awal Pertumbuhan Patung Modern Indonesia. ISI: Yogyakarta.
Sumarjo, Jakob. (2007). Arkeologi Budaya Indonesia. Jakarta; Qalam.
______ (2000). Filsafat Seni. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Sulasmi Darma Prawira. (1980) Seni dan Desain, Depdikbud, Jakata.
Suwadji, (2000). Seni Kriya Semarang: Universitas Negri Semarang.
Susanto Mike, (2011). Diksi Rupa, Kumpulan Istilah Seni Rupa. Yogyakarta: Kanisisiu
Surachmad Winarno, (1980). Pengantar Penelitian Ilmiah,. Bandung : Tarsito.
Toekiyo, S. (1987). Mengenal Ragam Hias Indonesia. Bandung: Angkasa.
Teori Warna dan Kreativitas. Karangan: Darmaprawira W. A, Sulasmi. (2002) dalam buku skripsi Dessi Rohaetti. 2009.
Widyosiswono, (1986: 12). Seni modern dan masyarakat, Gramedia.
Yudoseputro, Wiyoso. (1986). Pengantar Seni Rupa Islam di Indonesia. Bandung: Angkasa Bandung.
______ (1986). Pengantar Seni Rupa Islam di Indonesia. Bandung: Angkasa Bandung.
______ Proses kreasi, Apresiasi Belajar, Bandung ; ITB.
Januar. (2010). Kerajinan Ukir Batu Gading Udins Gallery. Skripsi FPBS UPI Bandung : tidak diterbitkan.
Sumber Internet
Tersedia :http://www.sejarah-buahdua-Sumedang.com/ [3 Februari 2012].
Tersedia :http://monumenIndonesia.wordpress.com/perjuangan-Indonesia/
[23 Mei 2012].
Tersedia :http://www.annehira.com/pengertian-seni-menurut-para-ahli.html
[5 Juni 2012].
Tersedia : http://file.upi.edu/direktori/fpbs/jur.taswadi.bhs.rupa.jurnal.pdf: 2012. dari tesis FSRD ITB, tahun 2000, oleh Taswadi [27 Oktober 2012].