SISWA DALAM UPAYA MENGATASI PENCEMARAN
LINGKUNGAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Program Studi Ilmu Pengetahuan Alam
Disusun oleh:
Tina Martina 1009658
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA SEKOLAH PASCA SARJANA
ABSTRAK
Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan terhadap kreativitas siswa dalam upaya mengatasi pencemaran lingkungan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan desain penelitian Pretest-Posttes Control Group Design. Subyek populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri X di Kota Cimahi kelas khusus PRSBL (Program Rintisan Sekolah Berbudaya Lingkungan) terdiri atas 60 siswa yang berasal dari kelas X dan kelas XI..
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa (1) kreativitas siswa di kelas A (kelas perlakuan) sebelum pembelajaran lingkungan hidup melalui penggunaan model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan masih tergolong rendah namun setelah diterapkan pembelajaran dengan model latihan inkuiri terjadi peningkatan kreativitas pembelajaran yang cukup signifikan; (2) kreativitas siswa di kelas B (kelas kontrol) sebelum pembelajaran lingkungan hidup dengan metode ekspositori-diskusi-demonstrasi masih tergolong rendah. Setelah dilakukan pembelajaran dengan mengunakan metode ekspositori-diskusi-demonstrasi hasil pembelajaran menunjukkan adanya peningkatan akan tetapi kurang signifikan. Berdasarkan hasil uji t-beda terlihat perbedaan yang positif dan signifikan antara peningkatan kemampuan pembelajaran kelas perlakuan dan kelas kontrol. Hasil ini menunjukkan bahwa kelas perlakuan dengan menggunakan model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode ekspositori-diskusi-demonstrasi; (3) kendala yang dihadapi guru antara lain sangat terbatasnya waktu luang guru untuk berlatih menggunakan model inkuiri dan terbatasnya pelaksanaan Program Rintisan Sekolah Berbudaya Lingkungan yang hanya dilaksanakan dalam 6 kali pertemuan serta sarana yang belum memadai dalam pelaksanaan serta masih kaku dalam hal model tersebut.
ABSTRACT
The study was conducted for the influence of this type of training mengatuhi inquiry with the approach of the students' creativity in tackling environmental pollution. This study uses descriptive quantitative research design with pretest-Posttes Control Group Design. Subject populations and samples in this study were all students in high schools class X in the special Cimahi PRSBL (Environmental Cultured Schools Pilot Program) consisting of 60 students from class X and class XI.
Based on the results of the study shows that (1) the creativity of students in the class A (class treatment) before the learning environment through the use of inquiry training model of the approach is still relatively low, but once applied to inquiry learning model increased creativity exercises significant learning, (2 ) creativity of students in grade B (grade control) before learning environment with expository method-discussion-demonstration is still relatively low. After learning to use the method expository-discussion-demonstration of learning outcomes show an increase but would be less significant. Based on t-test results look different in a positive and significant difference between treatment classes increase learning ability and classroom control. These results indicate that class treatment by using a model approach to the inquiry exercise is more effective in improving students' skills compared to the control class using expository-discussion-demonstration, (3) the constraints faced by teachers including the very limited time to train teachers to use model of inquiry and the limited implementation Cultured Schools Pilot Program Environmental simply implemented in 6 meetings and the facilities were not available in the implementation and still rigid in terms of the model.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan dan Batasan Masalah ... 6
C. Pertanyaan Penelitian ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 8
F. Asumsi ... 9
G. Hipotesis ... 10
BAB II PENGEMBANGAN KREATIVITAS SISWA MELALUI MODEL LATIHAN INKUIRI DENGAN PENDEKATAN LINGKUNGAN ... 11
A. Model Pembelajaran Inkuiri dapat Mengembangkan kreativitas siswa ... 11
a. Pengertian dan Komponen-Komponen Inkuiri ... 11
b. Macam-macan inkuiri ... 20
c. Ciri-ciri model pembelajaran inkuiri ... 21
d. Keunggulan-keunggulan inkuiri... 22
e. Kedudukan Model Pembelajaran Inkuiri sebagai Suatu Model Mengajar ... 24
e. Fase Model latihan Inkuiri ... 26
B. Pengertian Kreativitas dan Berpikir Kreatif ... 29
a. Aktivitas berfikir ... 34
b. Menemukan atau menciptakan ... 34
c. Baru atau Orisinal ... 35
d. Bermanfaat ... 35
C. Mengukur Kreativitas Siswa ... 47
D. Pentingnya Penerapan Pendekatan Lingkungan pada Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup di Sekolah ... 49
E. Hubungan antara Pendidikan Lingkungan Hidup dengan Kreativitas Siswa ... 53
F. Hubungan Pendidikan Lingkungan Hidup dengan Sikap Siswa terhadap Lingkungan ... 55
G. Implementasi Model Latihan Inkuiri dengan Pendekatan Lingkungan bagi Pengembangan Kreativitas Siswa ... 57
a. Sintaks ... 59
b. Sistem sosial ... 60
c. Prinsip reaksi ... 60
d. Sistem Pendukung ... 61
e. Dampak pembelajaran langsung dan iringan ... 61
H. Telaah Konsep Pendidikan Lingkungan Hidup di SMA ... 61
a. Konsep pencemaran lingkungan, topik keterkaitan antara kegiatan manusia dengan kerusakan/pencemaran lingkungan ... 61
b. Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup ... 65
I. Penelitian Terdahulu ... 67
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 72
1. Populasi dan Sampel Penelitian ... 72
2. Desain Penelitian ... 73
4. Alur Penelitian ... 77
5. Lokasi Penelitian ... 78
6. Prosedur Penelitian ... 78
7. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya ... 80
8. Uji validitas dan reliabilitas instrumen ... 81
a. Uji Validitas ... 81
b. Uji Reliabilitas ... 83
9. Pengolahan Data Hasil Penelitian ... 90
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 92
A. Hasil Penelitian ... 92
1. Kreativitas siswa di kelas A (kelas perlakuan) sebelum pembelajaran lingkungan hidup melalui penggunaan model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan ... 92
2. Kreativitas siswa di kelas A (kelas perlakuan) sesudah pembelajaran lingkungan hidup melalui penggunaan model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan ... 93
3. Kreativitas siswa di kelas B (kelas kontrol) sebelum pembelajaran lingkungan hidup dengan metode ekspositori-diskusi-demonstrasi ... 95
4. Kreativitas siswa di kelas B (kelas kontrol) sesudah pembelajaran lingkungan hidup dengan metode ekspositori-diskusi-demonstrasi ... 96
5. Bentuk kreativitas siswa (aspek kognitif, aspek produk dan sikap) dalam upaya mengatasi masalah pencemaran lingkungan ... 99
6. Kendala yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan model latihan inkuiri menggunakan pendekatan lingkungan ... 109
1. Kreativitas siswa di kelas A (kelas perlakuan) sebelum dan
sesudah pembelajaran... 112
2. Kreativitas siswa di kelas B (kelas kontrol) Sebelum dan sesudah pembelajaran ... 115
3. Kendala yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran melalui model latihan inkuiri dengan menggunakan pendekatan lingkungan ... 117
a. Senang membaca berbagai artikel/buku yang berhubungan dengan masalah daur ulang sampah ... 118
b. Bersemangat untuk mengamati dan melakukan cara-cara mengubah sampah menjadi barang yang bermanfaat dan berdaya jual ... 119
c. Malas melakukan banyak eksperimen terhadap sampah-sampah ... 120
d. Malas memikirkan contoh produk daur ulang yang berbeda ... 121
e. Mengikuti program pembelajaran daur ulang sampah ... 121
f. Mudah melihat kekurangsempurnaan suatu desain daur ulang ... 121
g. Tertantang untuk melakukan tugas-tugas yang sulit dan rumit ... 121
h. Bersemangat untuk menyelesaikan produk daur ulang dengan baik dan tepat waktu ... 123
i. Mencari sebanyak mungkin cara penyelesaian suatu produk ... 123
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 131
A. Kesimpulan ... 131
B. Saran ... 132
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Desain Penelitian Pretes-Posttes Control Group Design ... 74
Tabel 3.2 Reliability Statistics ... 85
Tabel 3.3 Item-Total Statistics ... 85
Tabel 3.4 Reliability Statistics ... 86
Tabel 3.5 Item-Total Statistics ... 86
Tabel 3.6 Reliability Statistics ... 87
Tabel 3.7 Item-Total Statistics ... 87
Tabel 3.8 Reliability Statistics ... 88
Tabel 3.9 Item-Total Statistics ... 88
Tabel 3.10 Reliability Statistics ... 89
Tabel 3.11 Item-Total Statistics ... 89
Tabel 4.1 Hasil Uji T-test Rata-rata Peningkatan Pembelajaran ... 99
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Pretest-Posttes Control Group Design ... 74
Gambar 3.2 Diagram Alur Penelitian ... 77
Gambar 4.1 Diagram rata-rata Gain dari rata-rata skor pretes dan
postes kelas perlakuan ... 94
Gambar 4.2 Diagram rata-rata gain kelompok tinggi, sedang dan
rendah kelas perlakuan ... 95
Gambar 4.3 Diagram rata-rata Gain dari rata-rata skor pretes dan
postes kelas kontrol ... 97
Gambar 4.4 Diagram rata-rata gain kelompok tinggi, sedang dan
DAFTAR LAMPIRAN
1. Instrumen Penjaring Profil Kreativitas Aptitude(Kognitif) Siswa ... 141
2. Instrumen Penjaring Profil Kreativitas Non-Aptitude (Sikap) Siswa ... 143
3. Instrumen Observasi Pelaksanaan Model Latihan Inkuiri Dengan Pendekatan Lingkungan ... 145
4. Pedoman Wawancara Dengan Guru Pra Penelitian ... 146
5. Pedoman Wawancara Dengan Guru Pasca Penelitian ... 147
6. Pedoman Wawancara Dengan Siswa Pasca Penelitian ... 148
7. Angket Siswa ... 149
8. Tes Kreativitas Siswa ... 150
9. Lembar observasi Kemampuan berpikir kreatif siswa ... 155
10 Hasil Pengujian Statistik ... 157
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Aspek lingkungan pada dekade ini terus menjadi perhatian utama,
perhatian tersebut didasarkan pada kerusakan lingkungan yang semakin
meningkat. Salah satu indikator kerusakan lingkungan tersebut didasarkan
pada kurang efektifnya pendidikan lingkungan . Pendidikan lingkungan dapat
dilaksanakan melalui berbagai model latihan yang diajarkan pada peserta
didik,salah satunya model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan.
Istilah inkuiri merupakan istilah serapan dari bahasa Inggris inquiri
yang berarti penyelidikan atau penelitian. Beberapa karya (Poedjiadi, A.,
2005: 8., Mulyasa, 2005: 108) menggunakan istilah lain yaitu metode
penemuan yang diterjemahkan dari bahasa Inggris discovery method. Kadang
kala metode ini juga disebut dengan discovery-inquiri method yang
menunjukkan bahwa suatu konsep ditemukan setelah dilakukan suatu
penyelidikan. Model inkuiri merupakan model yang dipandang sesuai untuk
mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan penelitian sendiri
secara luas agar mampu melihat apa yang terjadi, kemudian ingin melakukan
sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri,
serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain,
membandingkan apa yang ditemukannya dengan apa yang ditemukan peserta
Penggunaan model latihan inkuiri dapat berdampak pada pengetahuan
dan ketrampilan yang diperoleh dari siswa bukan hasil mengingat seperangkat
fakta, tetapi hasil menemukan sendiri. Guru perlu merancang kegiatan
pembelajaran yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang
diajarkan. Sesuai dengan langkah-langkah kegiatan menemukan yang
dianjurkan Depdiknas (2002: 10), adalah menitikberatkan kegiatan
pembelajaran dengan merumuskan masalah, observasi, menganalisis,
melaporkan hasil pengamatan serta menyajikan hasil karyanya.
Model latihan inkuiri merupakan salah satu model untuk meningkatkan
kreativitas siswa SMA. Begitu pentingnya pengembangan kreativitas siswa
SMA dapat diamati dari bergesernya peran guru yang semula sering
mendominasi kelas, kini harus lebih banyak memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengambil peran lebih aktif dan kreatif dalam suasana belajar
yang menyenangkan (learning must be enjoy). Bagaimanapun akan sulit
membangun pemahaman yang baik pada para siswa, jika fisik dan psikisnya
dalam keadaan tertekan. Kreativitas siswa dimungkinkan tumbuh dan
berkembang dengan baik apabila lingkungan keluarga, masyarakat, maupun
lingkungan sekolah, turut menunjang mereka dalam mengekspresikan
kreativitasnya. Hal tersebut didukung oleh beberapa peneliti seperti Roger B.
Yepsen Jr. (1996) dan Mihaly Csikszentmihalyi (1996) yang mengemukakan
bahwa orang yang kreatif adalah orang yang berpikir atau bertindak untuk
merupakan kapasitas untuk membuat hal yang baru dengan dukungan
lingkungan sekitarnya.
Bentuk kreativitas yang dapat dilakukan oleh para siswa diantaranya
ialah kerativitas dalam upaya mengatasi pencemaran lingkungan. Masalah
lingkungan timbul karena adanya upaya manusia untuk merubah lingkungan
hidup alami menjadi lingkungan hidup buatan, sebagai desakan atas
pemenuhan kebutuhan hidup yang terus meningkat. Hal ini didukung oleh
hasil penelitian Iskandar (2001:10-13) bahwa timbulnya kerusakan lingkungan
sebagai akibat dari cara pandang manusia yang keliru dalam memahami
masalah lingkungan hidup, yaitu cara pandang bahwa manusia bukan
merupakan bagian dari lingkungan sehingga manusia bisa mengubah dan
berbuat apa saja tanpa menghiraukan akibatnya. Manusia tidak menyadari
dirinya sebagai bagian dari lingkungan baik sebagai subyek maupun obyek.
Kementrian Lingkungan Hidup RI (2004) memaparkan berbagai kegiatan
masyarakat yang cenderung merusak lingkungan adalah mencerminkan masih
rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk bertindak sebagai pembina
lingkungan.
Kendati lingkungan hidup telah berkembang menjadi isu sosial dan
pemerintah telah berupaya serius memasukan pengetahuan lingkungan hidup
ke dalam struktur kurikulum, namun faktanya masih sulit menerapkan
pendidikan lingkungan. Hal ini sejalan dengan pendapat Winarno (2001) dan
Kusdwirarti (1998), yaitu meskipun pendidikan lingkungan mencakup soal
pendidikan lingkungan di sekolah, tidak mudah membuat orang mengerti agar
jangan menebang pohon yang produktif, jangan membuang sampah
sembarangan dan atau bentuk kegiatan lainnya yang tergolong perusakan
lingkungan. Para guru atau pendidik masih memerlukan petunjuk untuk
melaksanakan pendidikan lingkungan hidup yang sesuai dengan tuntutan
kebutuhan zaman. Selain itu, fakta yang diungkap oleh Pusat Pendidikan
Lingkungan Hidup Seloliman (2003), menunjukkan bahwa banyak sekolah
tidak memadai dalam memberi ruang bagi siswa untuk melakukan eksplorasi
alam dan lingkungan dalam rangka mengembangkan rasa dan sikap cinta
lingkungan, terutama sekolah-sekolah yang berdiri di kota-kota besar, terjepit
diantara bangunan-bangunan tinggi dan pemukiman yang padat, sehingga
pendidikan lingkungan di pendidikan formal masih sebatas sebuah pelajaran
sebagaimana yang lain dan belum dipahami bersama sebagai salah satu media
bagi pendidikan nilai dan moral.
Sejauh belum ada apresiasi yang baik terhadap alam, pendidikan
lingkungan hanya akan menjadi gagasan saja, sementara kerusakan
lingkungan akan makin mencemaskan. Sejalan dengan pendapat di atas,
menggagas pendidikan lingkungan tidak memerlukan angka-angka rapor,
tetapi justru perubahan pandangan dan prilaku yang mencerminkan apresiasi
terhadap alam. Hal terpenting dalam pembelajaran mengenai lingkungan
hidup adalah siswa bisa melakukan eksplorasi pada lingkungan sekitarnya,
baik di rumah maupun di sekolah, sehingga siswa menaruh apresiasi yang baik
Berdasarkan atas hasil observasi awal, diperoleh gambaran bahwa
siswa di salah satu SMA di Kota Cimahi belum dapat mengembangkan
kreativitas secara maksimal dalam upaya mengatasi pencemaran lingkungan
yang ada di lingkungan sekitarnya. Hal tersebut dikarenakan pembelajaran di
kelas masih terbatas pada pemahaman konsep, belum menekankan pada
proses belajar yang mengembangkan kreativitas siswa. Berdasarkan studi
pendahuluan dan data Dinas Penyehatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup
Kota Cimahi (2010) diketahui bahwa sekolah tersebut merupakan satu-satunya
SMA negeri yang belum menerapkan pendidikan lingkungan menjadi sebuah
mata pelajaran dalam struktur kurikulum sehingga para siswanya kurang
memiliki pengetahuan yang memadai mengenai dampak dari pencemaran
lingkungan yang terjadi dan bagaimana upaya untuk mengatasi masalah
lingkungan tersebut. Meskipun konsep mengenai kerusakan dan pelestarian
lingkungan diajarkan melalui mata pelajaran Biologi, namun kenyataan
sehari-hari, masih banyak siswa yang membuang sampah dimana saja, tidak
mengolah sampah-sampah plastik atau kertas untuk dijadikan produk lain
yang bernilai guna dan berdaya jual. Pada umumnya, pembelajaran tentang
lingkungan lebih menekankan pada pemahaman konsep dan kurang
mengarahkan siswa untuk mengeksplorasi kreativitasnya dalam upaya
mengatasi pencemaran lingkungan yang tengah berlangsung di sekitar siswa.
Mengacu pada uraian di atas, maka pelaksanaan pembelajaran melalui
model latihan inkuiri untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam upaya
Lebih jauh penulis bermaksud untuk mengemukakan karakteristik model
latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan pada topik keterkaitan antara
kegiatan manusia dengan pencemaran dan pelestarian lingkungan. Penulis
bermaksud menganalisis peranan model tersebut terhadap peningkatan
kreativitas siswa. Selain itu melalui penelitian ini diharapkan diperoleh
informasi mengenai aktivitas guru dan siswa serta tanggapan guru dan siswa
terhadap model pembelajaran yang dikembangkan.
B. Rumusan dan Batasan Masalah
Adapun masalah yang akan diteliti pada penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut: “Bagaimana pengaruh model latihan inkuiri dengan
pendekatan lingkungan terhadap kreativitas siswa dalam upaya
mengatasi pencemaran lingkungan”. Masalah yang diteliti, dibatasi pada
kreativitas siswa yang muncul dalam mengatasi pencemaran lingkungan yang
dinilai atau diukur pada dua aspek kreatif yaitu aspek kreatif Aptitude
(kognitif) dan Non-aptitude (sikap dan produk).
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka
penelitian ini diarahkan lebih jelas melalui beberapa pertanyaan penelitian
berikut ini:
1. Bagaimana kreativitas siswa di kelas perlakuan sebelum dan sesudah
pembelajaran lingkungan hidup melalui penggunaan model latihan inkuiri
2. Bagaimana kreativitas siswa di kelas kontrol sebelum dan sesudah
pembelajaran lingkungan hidup dengan metode
ekspositori-diskusi-demonstrasi?
3. Bagaimana kendala yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan
pembelajaran melalui model latihan inkuiri dengan menggunakan
pendekatan lingkungan?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi,
menganalisis dan mengembangkan kreativitas siswa SMA melalui
implementasi model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan yang
diberikan pada kelas khusus Program Rintisan Sekolah Berbudaya
Lingkungan (PRSBL). Adapun pembelajaran dengan pendekatan tersebut di
kelas meliputi pembahasan topik keterkaitan antara kegiatan manusia dengan
kerusakan/pencemaran dan pelestarian lingkungan. Tujuan khusus dari
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui, mengidentifikasi dan menganalisis kreativitas siswa di
kelas perlakuan sebelum dan sesudah pembelajaran lingkungan hidup
melalui penggunaan model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan.
2. Untuk mengetahui, mengidentifikasi dan menganalisis kreativitas siswa di
kelas kontrol sebelum dan sesudah pembelajaran lingkungan hidup
3. Untuk mengetahui dan menganalisis kendala yang dihadapi oleh guru
dalam melaksanakan pembelajaran melalui model latihan inkuiri dengan
menggunakan pendekatan lingkungan.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah manfaat
bagi peneliti, manfaat bagi guru atau pengembang dan pengelola sekolah,
manfaat bagi siswa serta manfaat bagi para pembaca penelitian. Manfaat
tersebut antara lain :
1. Mengetahui potensi kreativitas siswa dari aspek Aptitude (kognitif) dan
Non-aptitude (sikap dan produk) untuk dapat dikembangkan lebih lanjut.
(bagi peneliti guru dan pengelola sekolah).
2. Mengetahui faktor-faktor yang dapat meningkatkan kreativitas siswa.
(bagi peneliti guru dan pengelola sekolah).
3. Mengetahui efektivitas model pembelajaran latihan inkuiri dalam
meningkatkan kreativitas siswa. (bagi peneliti guru dan pengelola
sekolah).
4. Memupuk dan mengembangkan kreativitas siswa baik dari aspek Aptitude
(kognitif) maupun Non-aptitude (sikap dan produk) yang telah ada. (bagi
siswa).
5. Menambah pengetahuan dan informasi yang akurat berdasarkan fakta
mengenai segala sesuatu tentang kreativitas, sehingga pengetahuan ini
lanjut atau hanya sekedar untuk mengukur kreativitas diri sendiri. (bagi
para pembaca penelitian).
F. Asumsi
Perubahan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah terjadinya
pengembangan atau peningkatan kreativitas pada diri siswa SMA melalui
model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan. Salah satu model yang
dapat digunakan untuk mengembangkan kreativitas yang dapat dilakukan di
lingkungan persekolahan dan bersifat menyatu dalam proses belajar mengajar,
adalah model latihan inkuiri. Banyak ahli yang mendukung terhadap
pernyataan ini, antara lain: (1) Metzler (2000:310-312) menjelaskan bahwa,
model inkuiri dalam pembelajaran dapat digunakan untuk mengembangkan
kreativitas. (2) Graham, Holt/Hale & Parker (1998; dalam Metzler, 2000)
pembelajaran dengan model inkuiri dapat digunakan untuk mengembangkan
kemampuan intelektual siswa, juga membantu siswa menjadi ekspresif,
kreatif, dan terampil dalam psikomotor. (3) Joyce & Weil (1980; dalam
Dahlan 1990) menjelaskan bahwa, latihan inkuiri memberikan dampak
instruksional (langsung) yaitu strategi penyelidikan kreatif dan dampak
penyerta (iringan yaitu menimbulkan semangat kreativitas pada siswa. (4)
Hasil penelitian Schlenker (dalam Joyce dan Weil, 1992), menunjukkan
bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam
berpikir kreatif, dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan
Adapun kreativitas adalah suatu hal yang dapat dinilai atau dapat
diukur (Munandar, 1999). Alat penilai atau pengukur kreativitas, baik yang
dapat dimodifikasi berupa tes kreativitas tertulis, angket dengan skala likert,
inventori, maupun tes kreativitas yang diciptakan oleh para ahli kreativitas
seperti tes kreativitas Torrance, Skala Kepribadian Kreatif dari S.C.U
Munandar.
G. Hipotesis
Berdasarkan beberapa asumsi di atas, dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut: Terdapat peningkatan kreativitas pada siswa dilihat dari ciri
aptitude dan ciri non aptitude setelah diterapkan model latihan inkuiri dengan
pendekatan lingkungan dalam upaya mengatasi masalah pencemaran
lingkungan yang diberikan pada kelas khusus Program Rintisan Sekolah
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam metodologi penelitian ini, berturut-turut akan dibahas mengenai
populasi dan sampel penelitian, disain penelitian, lokasi penelitian, prosedur
penelitian, instrumen penelitian dan pengembangannya, tahap pengumpulan data,
prosedur pengolahan data dan jadwal pelaksanaan penelitian.
1. Populasi dan Sampel Penelitian
Subyek populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri
X di Kota Cimahi kelas khusus PRSBL (Program Rintisan Sekolah Berbudaya
Lingkungan) terdiri atas 60 siswa yang berasal dari kelas X dan kelas XI
semester 1. Adapun sampel penelitian berjumlah 60 siswa atau keseluruhan
anggota populasi. Hal ini berarti 100% ukuran sampel mewakili populasi.
Ukuran sampel tersebut digunakan dengan pertimbangan bahwa makin besar
jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi
semakin kecil (Sugiyono, 2009). Selanjutnya, seluruh anggota sampel dibagi ke
dalam dua kelas yaitu kelas A dan kelas B. Kedua sampel penelitian tersebut
diperoleh dengan teknik random sampling. Teknik ini digunakan mengingat
setiap siswa dari keseluruhan populasi memiliki kesempatan/peluang yang
sama untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2009). Kelas A
merupakan kelas perlakuan (diterapkan model latihan inkuiri dengan
pendekatan lingkungan), sedangkan kelas B merupakan kelas kontrol
2. Desain Penelitian
Ketepatan hasil penelitian sangat ditentukan oleh kesesuaian metode
penelitian dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Berdasarkan studi
pendahuluan, terdapat dua kelas (dalam arti dua kelompok uji) yang terbentuk
secara random, maka metode yang tepat digunakan dalam penelitian ini adalah
metode eksperimen murni atau true experiment (Gall, et.al.,2003; Sugiyono,
2009). Selain itu, pada eksperimen murni peneliti dapat mengontrol semua
variabel luar yang dapat mempengaruhi jalannya eksperimen, sehingga validitas
internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) dapat menjadi tinggi
(Sugiyono,2009).
Adapun desain penelitian yang sesuai dengan kondisi obyek penelitian
yaitu Pretest-Posttes Control Group Design (kelompok kontrol pra uji dan pasca
uji). Metode tersebut digunakan atas pertimbangan bahwa ada pengacakan
(random) pada sampel dan terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok perlakuan
serta kelompok kontrol yang masing-masing diberi pra-uji dan pasca uji
(Campbell dan Stanley dalam Tuwu, 1993; Gall, et.al., 2003; Sugiyono, 2009).
Lebih lanjut Campbell dan Stanley (dalam Tuwu, 1993) memaparkan bahwa
rancangan seperti ini dipertimbangkan sebagai salah satu rancangan paling umum
dalam penelitian pendidikan, terdiri atas dua kelompok yang masing-masing
diberikan pra-uji dan pasca uji tetapi hanya satu kelompok yang diberikan
perlakuan. Selanjutnya, Campbell dan Stanley (dalam Tuwu, 1993)
mengungkapkan bahwa rancangan ini biasa digunakan pada kelompok yang
R O1
x
O2
_____________________
R O3
O4
Keuntungan dari rancangan ini adalah berkurangnya pengaruh-pengaruh buruk
pada susunan reaktif penelitian. Adapun rancangan penelitian tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
Keterangan :
O1 : Pre-test (tes awal) kelompok A (kelompok perlakuan) O3 : Pre-test (tes awal) kelompok B (kelompok kontrol)
X : Perlakuan
O2 : Pots-tets (tes akhir) kelompok A (kelompok perlakuan) O4 : Pots-tets (tes akhir) kelompok B (kelompok kontrol) (R) : random / acak
Garis antara kedua kelompok menunjukkan bahwa ada pengacakan.
Agar lebih mudah dipahami, maka desain di atas dimodifikasi sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain Penelitian Pretes-Posttes Control Group Design
Kelompok/kls O1 & O3 Kegiatan O2 O4
(Gall,et.al., 2003; Sugiyono, 2009 dimodifikasi)
Gambar 3.1: Pretest-Posttes
Control Group Design (Gall, et,al.,
3. Definisi Operasional
Merujuk pada judul penelitian, perlu dijelaskan beberapa pengertian
istilah secara operasional agar tidak terjadi salah pengertian dan diperoleh
kesamaan pandangan dalam penelitian ini. Adapun beberapa pengertian istilah
tersebut adalah :
a. Kreativitas
Kreativitas adalah kemampuan berpikir divergen (menyebar) seseorang
untuk mencari, mengemukakan dan melaksanakan beranekaragam
gagasan/ide dalam rangka memecahkan suatu masalah. Adapun jenis
kreativitas siswa yang dimaksud adalah gambaran atau deskripsi mengenai
kemampuan berpikir divergen (menyebar) siswa terdiri atas aspek aptitude
(kognitif) dan non aptitude (sikap dan produk) yang diungkap melalui tes
kreativitas, Skala sikap dan produk daur ulang sampah (diperkuat dengan
wawancara).
b. Kreativitas aspek aptitude (kognitif)
Kreativitas aspek aptitude (kognitif) adalah kemampuan berpikir divergen
(menyebar) siswa pada ranah kognitif yang dapat diukur melalui empat
kriteria aptitude yaitu kemampuan berpikir lancar (fluency), kemampuan
berbikir luwes (flexybitity), kemampuan menghasilkan gagasan asli
(Originality) dan kemampuan memerinci (elaboration).
c. Kreativitas non aptitude (Sikap dan Produk)
Kreativitas non aptitude (sikap) adalah kemampuan siswa dalam
oleh kemajemukan (kesulitan/kerumitan), berani mengambil resiko dan
menghargai. Adapun kreativitas non aptitude (Produk) adalah kemampuan
siswa dalam menghasilkan suatu produk daur ulang sampah dengan
berbagai teknik pembuatan yang inovatif, layak pakai, layak jual dan
bernilai estetika. Aspek kreativitas yang diukur dari sebuah produk daur
ulang adalah gabungan antara aspek kreativitas aptitude dan non aptitude
yaitu: fleksibel (flexybility)-imajinatif, elaborasi (elaboration)-menghargai,
kelancaran (fluency)-rasa ingin tahu, keaslian (originality)-berani
mengambil resiko. Keterangan lebih rinci mengenai seluruh indikator
aspek aptitude dan non aptitude, tersaji dalam lampiran kisi-kisi tes
4. Alur Penelitian
Gambar 3.2 Diagram Alur Penelitian
5. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada salah satu SMA negeri di Kota Cimahi
yang berlokasi di wilayah Cimahi Selatan. Sekolah tersebut berdiri di
tengah-tengah pemukiman padat penduduk, dekat dengan pasar tradisional (sekitar 500
kardus, dan botol-botol (sekitar 2 km). Selain itu, dekat pula dengan kawasan
industri yang pada umumnya merpakan industri tekstil. Terdapat sungai kecil
dan parit-parit yang dipenuhi dengan air berwarna (hijau tua, merah bahkan
hitam) dan berbau. Jalan raya tepat di depan gedung sekolah dengan kondisi
ramai oleh kendaraan bermotor dan andong. Debu sangat banyak dan
cenderung berwarna hitam.halaman depan sekolah tidak terlalu luas hanya
sekitar 4m dari dinding luar bangunan sekolah dan langsung berhadapan
dengan jalan raya.
6. Prosedur Penelitian
Prosedur yang ditempuh dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1.Melakukan studi pendahuluan untuk mencari sekolah yang sesuai dengan
tujuan penelitian.
2.Melakukan observasi proses belajar mengajar di kelas yang menjadi
sampel penelitian, tentang model pembelajaran yang selama ini
berlangsung.
3.Sampel penelitian terdiri atas 60 siswa kelas khusus PRSBL (Program
Rintisan Sekolah Berbudaya Lingkungan), dibagi ke dalam dua kelas A
dan B yang diambil secara random dari total siswa. Masing-masing kelas
sampel penelitian mendapatkan model pembelajaran yang berbeda. Kelas
A merupakan kelas perlakuan yaitu kelas yang diberi model latihan
kontrol dengan pembelajaran yang biasa dilaksanakan di sekolah tersebut
yaitu pembelajaran dengan metode ekspositori, diskusi dan demonstrasi.
4.Melakukan diskusi serta wawancara guru sebelum pembelajaran, yaitu
membahas rancangan penelitian yang yang akan dilaksanakan di kelas
PRSBL beserta persiapan kegiatan untuk kedua kelas baik kelas A (kelas
perlakuan) maupun kelas B (kelas kontrol) dengan guru-guru yang
mengelola kelas PRSBL. Pembelajaran dilaksanakan oleh masing-masing
guru kelas PRSBL dan penulis bertindak sebagai observer dibantu oleh 1
orang guru kelas PRSBL lainnya. Sementara itu, penulis melaksanakan
uji coba instrumen di luar kelas perlakuan dan kontrol untuk analisis
validitas dan reliabilitas instrumen.
5.Melaksanakan pre-test (tes tertulis dan angket) dan wawancara awal (pra
penelitian) dengan siswa di kelas A dan B.
6.Melaksanakan penelitian sesuai rencana.
7.Melaksanakan post-test (tes tertulis dan angket) dan wawancara akhir
(pasca penelitian).
8.Hasil tes akhir (post-tes) dibandingkan dengan hasil tes awal (pre-tes)
untuk masing-masing kelas.
9.Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kreativitas
siswa.
7. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya
Penelitian ini menggunakan tiga cara pengumpulan data yang diperoleh
ulang yang diperkuat dengan wawancara (pra dan pasca penelitian). Tes
kreativitas adalah tes tertulis berbentuk uraian terbuka (Munandar, 1992),
disusun untuk mengukur kreativitas aspek aptitude (kognitif) diberikan
kepada siswa di kelas A dan B sebagai tes awal (pre-test) dan tes akhir
(post-test). Hasil pre-test akan menggambarkan kreativitas yang telah dimiliki oleh
siswa sebelum pembelajaran di kelas PRSBL. Hasil post-test untuk
menggambarkan kreativitas setelah pembelajaran di kelas PRSBL. Untuk
lebih jelas mengenai kisi-kisi tes kreativitas yang dimaksud, akan disajikan
tabel kisi-kisi tes kreativitas pada bagian lampiran.
Adapun skala sikap dan produk daur ulang merupakan penjaring
kreativitas aspek non-aptitude. Untuk menjaring aspek sikap, lembar skala
sikap diberikan kepada siswa di kelas A dan B di awal kegiatan penelitian di
akhir kegiatan penelitian. Adapun aspek produk, dinilai atau diukur
berdasarkan pedoman penilaian produk daur ulang. Data pendukung berupa
hasil wawancara dan lembar observasi aktivitas siswa selama pembelajaran
diperlukan sebagai penguat. Wawancara dilakukan sebelum dan setelah
penelitian. Pedoman wawancara untuk siswa baik sebelum maupun setelah
penelitian serta mengenai kisi-kisi skala sikap dan pedoman penilaian produk
daur ulang yang dimaksud, disajikan pada bagian lampiran.
7. Uji validitas dan reliabilitas instrumen
a. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana instrumen ukur
Uji validitas dimaksudkan sebagai ukuran seberapa cermat suatu alat uji
melakukan fungsi ukurannya. Suatu alat ukur yang validitasnya tinggi akan
mempunyai varian kesalahan yang kecil sehingga data yang terkumpul
merupakan data yang dapat dipercaya.
Dalam penelitian ini, uji validitas yang digunakan adalah validitas
konstruk (validity construct) yaitu menentukan validitas dengan cara
mengkorelasikan skor yang diperoleh masing-masing item pertanyaan dengan
skor totalnya. Skor total ini merupakan nilai yang diperoleh dari penjumlahan
semua skor item. Korelasi antara skor item dengan skor totalnya harus
signifikan berdasarkan ukuran statistik. Bila ternyata skor semua item yang
disusun berdasarkan dimensi konsep berkorelasi dengan skor totalnya, maka
dapat dikatakan bahwa alat ukur tersebut mempunyai validitas.rumus korelasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus korelasi Product-Moment
Pearson sebagai berikut:
xi = skor item instrumen yang akan digunakan.
yi = skor semua item instrumen dalam variabel tersebut
Pengujian keberartian koefisien korelasi (ryxi) dilakukan dengan taraf
signifikansi α = 5. rumus uji t hitung yang digunakan adalah sebagai berikut:
2
Kriteria pengujian validitas instrumen dengan menggunakan taraf
signifikansi α = 5% adalah sebagai berikut:
a. Item pertanyaan/pernyataan instrumen penelitian dikatakan valid jika t
hitung lebih besar atau sama dengan t tabel.
b. Item pertanyaan/pernyataan instrumen penelitian tidak valid jika t
hitung lebih kecil dari t tabel.
Berdasarkan hasil analisis validitas menggunakan program SPSS versi
17, terlihat bahwa pada skala sikap ini, terdapat lima belas pertanyaan yang
valid dan layak untuk digunakan penelitian dari tujuh belas item keseluruhan
skala sikap. Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan nilai rhitung yang lebih besar
dari rtabel. Sedangkan pada soal tes tertulis bentuk uraian terbuka terdapat tujuh
pertanyaan yang valid dan layak untuk digunakan penelitian dari total sepuluh
item soal tes tertulis. Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan nilai rhitung yang
lebih besar dari rtabel.
b. Uji Reliabilitas
Penerapan uji reliabilitas dinaksudkan untuk mengetahui apakah
instrumen ukur yang digunakan menunjukkan tingkat ketepatan, keakuratan,
berbeda. Uji keandalan dilakukan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang sudah
valid untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila
dilakukan pengukuran kembali terhadap gejala yang sama. Uji reliabilitas
dilakukan dengan menggunakan teknik belah dua (split half) yang langkah
kerjanya sebagai berikut:
a. Membagi pertanyaan-pertanyaan menjadi dua belah.
b. Skor untuk masing-masing pertanyaan pada setiap belahan
dijumlahkan, sehingga menghasilkan dua skor total untuk
masing-masing responden.
c. Mengkorelasikan skor total belahan pertama dengan skor total belahan
kedua dengan menggunakan korelasi product Moment.
d. Mencari reliabilitas untuk keseluruhan pertanyaan dengan rumus
Spearman Brown berikut:
r r ri b
1 2
Keterangan:
ri = reliabilitas internal seluruh item,
rb = korelasi produk momen antara belahan pertama (ganjil) dan
belahan kedua (genap).
Keputusan uji reliabilitas ditentukan dengan menggunakan kriteria
sebagai berikut:
a. Jika koefisien internal seluruh item (ri) lebih besar atau sama dengan r
tabel dengan taraf signifikan α = 5%, maka item instrumen dinyatakan
b. Jika koefisien reliabilitas internal seluruh item (ri) lebih kecil dari r
tabel dengan taraf signifikan α = 5% maka item instrumen dinyatakan
tidak reliabel.
Menurut Sekaran (2003), realibilitas dapat dilihat dari nilai koefsiien
alpha dengan kriteria sebagai berikut:
a. < 0,6 secara umum reliabilitasnya dikatakan lemah.
b. 0,6 – 0,79 realibilitasnya dapat diterima.
c. > 0,8 reliabilitasnya dapat dikatakan baik.
Selanjutnya dikatakan nilai koefisien alpha semakin mendekati angka 1
maka reliabilitasnya akan semakin baik. Instrumen penelitian yang handal atau
reliabel apabila hasil pengujian reliabilitas menghasilkan nilai koefisien alpha
yang lebih besar dari 0,7 (Sekaran, 2003).
Berdasarkan hasil uji reliabilitas menggunakan program SPSS versi 17
terlihat bahwa pada angket penelitian diperoleh nilai Cronbach's Alpha sebesar
0,867, hal ini menunjukkan bahwa nilai reliabilitas skala sikap dapat dikatakan
pada kategori c yaitu reliabilitasnya baik. Sedangkan untuk reliabilitas soal tes
tertulis bentuk uraian terbuka terlihat bahwa Cronbach's Alpha sebesar 0,695.
hal ini menunjukkan bahwa reliabilitas soal tes tertulis bentuk uraian terbuka
masuk dalam kriteria b yaitu reliabilitasnya dapat diterima. Artinya pada
pengujian reliabilitas seluruh variabel beserta petanyaan penelitian dapat
dikatakan layak untuk dijadikan instrumen penelitian.
Adapun uraian lengkap hasil pengujian instrumen dalam penelitian ini
1) Uji Validitas angket
Berikut ini merupakan hasil uji validitas angket dengan menggunakan
program SPSS versi 17.
Berdasarkan hasil tersebut, untuk validitas item dilihat kolom
Corrected Item-Total Correlation. Jika ada nilai yang lebih kecil dari
0,254 dinyatakan TIDAK VALID dan perlu dibuang serta dilakukan uji
validitas putaran ke-2. Ternyata item 7 dan 11 lebih kecil dari r tabel (r
hitung < 0,254), maka item 7 dan 11 dinyatakan TIDAK VALID dan
didapat nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,822 > 0,254, maka Angket
dinyatakan RELIABEL. Sementara hasil uji validitas putaran ke-2
sebagai berikut:
Berdasarkan hasil tersebut, untuk validitas item dilihat kembali
kolom Corrected Item-Total Correlation. Jika masih ada nilai yang lebih
kecil dari 0,254 dInyatakan TIDAK VALID dan perlu dibuang serta
dilakukan uji validitas putaran ke-3.
Ternyata seluruh item yang tersisa lebih besar dari r tabel (r
hitung > 0,254), maka item yang tersisa dinyatakan VALID dan yang
sebesar 0,867 > 0,254, dengan demikian maka Angket dinyatakan
RELIABEL.
2) Uji validitas soal tes tertulis bentuk uraian terbuka
Berikut ini merupakan hasil uji validitas soal tes tertulis bentuk
uraian terbuka dengan menggunakan program SPSS versi 17.
Tabel 3.6 Reliability Statistics
Berdasarkan hasil tersebut, untuk validitas item dilihat kolom
Corrected Item-Total Correlation. Jika ada nilai yang lebih kecil dari
0,254 dinyatakan TIDAK VALID dan perlu dibuang serta dilakukan uji
validitas putaran ke-2. Ternyata item 1 dan 8 masih lebih kecil dari r tabel
(r hitung < 0,254), maka item 1 dan 8 dinyatakan TIDAK VALID dan
harus dibuang serta dilakukan uji validitas putaran ke-2. Untuk
Angket dinyatakan RELIABEL. Hasil uji validitas putaran ke-2 sebagai
Berdasarkan hasil tersebut, untuk validitas item dilihat kembali
kolom Corrected Item-Total Correlation. Jika masih ada nilai yang lebih
kecil dari 0,254 dinyatakan TIDAK VALID dan perlu dibuang serta
dilakukan uji validitas putaran ke-3. Ternyata item 7 masih lebih kecil
dari r tabel (0,240 < 0,254), maka item 7 dinyatakan TIDAK VALID dan
harus dibuang serta dilakukan uji validitas putaran ke-3. Untuk reliabilitas
didapat nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,697 > 0,254, maka Angket
dinyatakan RELIABEL. Hasil uji validitas putaran ke-3 sebagai berikut :
Tabel 3.10 Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.695 7
Berdasarkan hasil tersebut, untuk validitas item dilihat kembali
kolom Corrected Item-Total Correlation. Jika masih ada nilai yang lebih
kecil dari 0,254 dnyatakan TIDAK VALID dan perlu dibuang serta
dilakukan uji validitas putaran ke-4. Ternyata seluruh item yang tersisa
lebih besar dari r tabel (r hitung > 0,254), maka item yang tersisa
dinyatakan VALID dan yang dihitung dalam perhitungan statistik lebih
lanjut adalah item tersisa yang dinyatakan VALID. Untuk reliabilitas
didapat nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,695 > 0,254, maka Angket
dinyatakan RELIABEL.
8. Pengolahan Data Hasil Penelitian
Dalam peneltian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi),
dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Dengan
pengamatan yang terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi
sekali. Data yang diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif (walaupun
Menurut Bodgan seperti yang dikutip oleh Sugiyono (2007 : 334),
analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,
sehingga mudah dapat dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada
orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui pengamatan dan tes untuk
mengungkap kreativitas siswa dalam mengatasi pencemaran lingkungan.
Pengamatan ini dilakukan pada awal kegiatan (pre test) dan di akhir kegiatan
(post test). Data penelitian yang sudah terkumpul dianalisa secara deskriptif
dengan persentase (Suharsimi Arikunto, 1994 : 84).
Perhitungan dalam analisa data yang menghasilkan persentase
pencapaian yang selanjutnya diinterpretasikan dengan kalimat. Proses
perhitungan persentase yang dilakukan yaitu dengan cara membandingkan
skor total yang dicapai dengan skor total seharusnya dicapai. Kesimpulan yang
dihasilkan dalam proses pembelajaran matematika dengan pendekatan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan hasil penelitian serta
pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Kreativitas siswa di kelas perlakuan sebelum pembelajaran lingkungan
hidup melalui penggunaan model latihan inkuiri dengan pendekatan
lingkungan masih tergolong rendah. Hal tersebut dikarenakan peran peserta
didik tampak belum optimal sebagai subjek didik yang memiliki potensi
untuk berkembang, mereka kurang terlatih dalam menemukan/mencari,
menganalisis, dan menggunakan informasi yang disampaikan oleh guru.
Kreativitas siswa di kelas perlakuan setelah pembelajaran lingkungan hidup
melalui penggunaan model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan
menunjukkan peningkatan. Pembelajaran model latihan inkuiri dengan
pendekatan lingkungan para siswa mendapat peningkatan yang cukup
signifikan. Hal ini dikarenakan para siswa dilibatkan langsung dalam proses
pembelajaran tersebut sehingga dengan model pembelajaran tersebut siswa
lebih memahami tentang pembelajaran lingkungan hidup.
2. Kreativitas siswa di kelas kontrol sebelum pembelajaran lingkungan hidup
dengan metode ekspositori-diskusi-demonstrasi masih tergolong rendah.
proses pembelajaran dengan mengunakan metode
ekspositori-diskusi-demonstrasi. Kreativitas siswa di kelas B (kelas kontrol) sesudah
pembelajaran lingkungan hidup dengan metode
ekspositori-diskusi-demonstrasi menunjukkan adanya peningkatan akan tetapi kurang
signifikan. Hal ini dikarenakan para siswa diberikan motivasi oleh guru
agar mereka aktif dalam proses pembelajaran sehingga para siswa
termotivasi untuk berpartisipasi dengan aktif dalam proses pembelajaran.
3. Kendala yang dihadapi guru antara lain sangat terbatasnya waktu luang guru
untuk berlatih menggunakan model inkuiri dan terbatasnya pelaksanaan
Program Rintisan Sekolah Berbudaya Lingkungan yang hanya dilaksanakan
dalam 6 kali pertemuan serta masih kaku dalam penerapan model tersebut.
Hal ini juga dikarenakan tidak terbiasa menggunakan model latihan inkuri
pada kegiatan belajar-mengajar sehari-hari. Kendala lainnya seperti tidak
semua siswa cepat trampil dalam menganyam dan merangkai pola, tidak
semua siswa tekun dan terampil serta sabar dalam menyelesaikan satu
produk ini membutuhkan waktu pelaksanaan yang lebih lama, karena dalam
satu pelaksanaan kegiatan, siswa dituntut membuat beberapa bentuk kreasi
daur ulang yang harus selesai dalam waktu singkat.
B. Saran
1. Guru hendaknya selalu menggunakan metode pembelajaran yang variatif,
2. Guru mempertimbangkan penggunaan model latihan inkuiri dengan
pendekatan lingkungan untuk dapat meningkatkan kreativitas siswa dengan
waktu belajar yang tersedia..
3. Guru harus bisa mengarahkan siswa agar memiliki sikap konsisten untuk
terus berkreasi dalam meciptakan produk-produk dari daur ulang sampah.
4. Diharapkan guru lebih sering berlatih model latihan inkuiri sehingga sangat
lancar dalam penerapannya.
5. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat diteliti mengenai tingkat
DAFTAR PUSTAKA
Ali Ibrahim Akbar, 2000, Tentang Pendidikan Karakter. Rajawali, Jakarta.
Alimuddin Tuwu. (1993). Study Kasus. Jakarta. UI.
Alfian, Ibrahim (1983). Sebuah catatan Bagaimana lokalnya Sejarah Lokal. Dalam Panel Sejarah local. Jakarta: Direltorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Depdikbud.
Amien, Muhammad (1987). Mengajarkan IPA dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inquiry. Jakarta; Dekdikbud Dikti.
Anderson (1980). A Taxonomy for learning, teaching, and Assesing : A revision
of bloom’s taxonomy educational objective. New York: Longman.
Anna Poedjiadi. (2005). Pendidikan Sains dan Pembangunan Moral Bangsa. Bandung : yayasan Cendrawasih
Arikunto, Suharsimi. 1994. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Beyer, K. Barry. 1971. Inquiry In The Sosial Studies Classroom (A Strategy For Teaching). Charles E Merrill Publishing Company. Ohio.
Bloom (1980). Handbook on Formative and Sumative Evaluation of Student Learning. New York: McGraw- Hill Book Co.
Cambell, I. M., 1986, Energy and the Atmosphere, A Physical – Chemical Approach, Second edition. Published by John Wiley & Sons LTD. Chihester – New York – Brisbase – Toronto Singapore. Hal. 171.
Campbell, Barron, Amabile, Haefele, dan Evans. Campbell (1986). Mengembangkan Kreativitas. Disadur AM. Mangunhardjana. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Coyle G. 2004. Quantitative Modelling in System Dinamycs Society. The Proceedings of the 17 th International Conference of System Dinamycs Society and 5 th Astralia & Newzealand System Conference. Newzealand: Willington.
Dahar, R. (1991). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Dahlan, M. Alwi, 1990. “Interaksi dan Kelestarian Lingkungan Hidup dan
Pembangunan”, Serasi. Jakarta : Departemen Kependudukan dan
Lingkungan Hidup.
Depdiknas. 2002. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
Eni Maria (2011). Dasar-dasarAdministrasi Pendidikan. Jakarta: Dirjen Dikti, Depdikbud.
Evens (1991). Creative Thinking in the Decision and Management Sciences. Cincinnati: South-Western Publishing Co.
Fitri Eka Sari, Betty Holiwarni, dan Jimmi Copriady (2009). Penerapan, Pendekatan Inkuiri untuk meningkatkan Keterampilan Proses Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi Kelas XI IPA SMAN 1 SIAK SRI INDRAPURA.
Gall, M.C, Gall, J.P, & Borg, W.H. (2003). Educational Research. Boston: A&B.
Gagne, R.M. and Leslie J. Briges (1974). Principles of Intructional Design. New Yrok, Holt Richard and Winston.
Getzels. J. W., dan Jackson. P. W. (1962). Creativity and Intelligence. New York: John Wiley and Sons, Inc.
Ghufron: (2001).“Pemutakhiran Kurikulum di Perguruan Tinggi”. Cakrawala
Pendidikan. Februari, Th XXVI, No. 1.
Graham, Holt/Hale & Parker (1998). Children Moving New York: McGraw-Hill Inc.
Guilford, J. P. (1986). Intelegence, Creativity and Their Educational Implication, San Diego, Calif: R R. Knapp.
Guilford, J.P. (1967). The nature of human intelligence. New York: Mcgraw-Hill.
Habiba (2006). Pendekatan Lingkungan. [Online]. Tersedia dalam [http:
//blog.unila.ac.id/pembelajaranilmusosial/files/2009/10/pendekatan-limgkungan diakses Desember 2012].
Hamalik,Oemar. Dr. Prof,2001, Proses Belajar Mengajar. Bandung:Balai Pustaka
Hebrank (2000). Why Inquiry – Based Teaching and Learning in the middle
http://www.zoology.duke.edu/cibl. html/2000. Centre for Inquiry-Based Learning Dept. Of Biology, Duke University. [16 Februari 2003].
Hidayah (2006). http://aman-hidayah.blogspot.com/2008/01/model-pembelajaran-inkuiri.html (accessed 2 Juni 2011)
Hurlock, E.B. (1978). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta. Erlangga.
Iskandar, (2001). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: sekolah Pascasarjana UPI dan PT. Remaja Rosdaarya.
Jeff Degraff &Katherine A. (2002). Creativity at Work: Developing the Right Practices to Make Innovations Happen. University of Michigan Business Shool Management Series, Jossey-Bass a Willey Company.
Jellen dan Urban (1985), Test for Creative Thinking - Drawing Production. (TCT-DP). University Hannover.
Joyce & Weil (1980). Models Of Teaching. Boston: Allyn and Bacon.
Joyce, B., & Weil, M., (1992). Models of teaching. Fourth Edition. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
Joyce, L., J. Aber, S. McNulty, V. Dale, A. Hansen, L. Irland, R. Neilson, K. Skog. 2001. Potential Consequences of Climate Variability and Change for the Forests of the United States. Chapter 17 in Climate Change Impacts on the United States: The Potential Consequences of Climate Variability and Change. National Assessment Synthesis Team, US Global Change
Research Program.
(http://www.usgcrp.gov/usgcrp/Library/nationalassessment/)
Karli, Hilda dan Margaretha Sri Yuliariatiningsih. 2002. Implementasi Kurikulum
Berbasis Kompetensi Jilid 1 dan 2. Bina Media Informasi.
Khabibah, Siti. 2006. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika
dengan Soal Terbuka untuk Meningkatkan Kreatifitas Siswa Sekolah Dasar Disertasi Program Pasca Sarjana. Surabaya. Perpustakaan
UNESA.
Khusnin, 2008. http://khusnin.wordpress.com/2008/09/27/kategori-morfologi-kelas-kata-dalam-bahasa-indonesia/. Diakses Desember 2012.
Kusdwiratri. 1998. Manusia, Kesehatan Dan Lingkungan . Bandung : Alumni.
Lawson, A.E. 1995. Science Teaching and the Development of Thinking. California: Wadsworth Publishing Company.
Lieberman & Hoody (1998). Closing the Achievement Gap. Using the Environment as an Integrating Context for Learning. State Edu. And Envi. Roundtable.
Marshall, (1983). Inquiry and Investigations In Biology: An Introduction. London Cambridge University Press.
Marzano, 1994. Performance Assesment on Dimensions of Learning. Alexandria, VA 22134: ASCD.
Marzano, R.J. (1993) Assessing Student Outcomes: Performance Assessment Using the Dimensions of Learning Model. Mid-Continent Regional Educational Lab., Aurora, CO.(BBB23081) p. 143
Marzano, RJ. et al. 1994. Assessing Student Outcomes: Performance Assessment Using the Dimensions of LearningModel.
Meitasari, (2000). Mengembangkan Kreativitas Anak. Jakarta. PT. Gramedia
Metzler, Michael.W. (2000). Instructional Models For Physical Education. Allyn and Bacon. USA.
Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Munandar, S.C.U (1997). Kreativitas dan Keberbakatan: Strategi mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka.
Nasution (1976). Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Pruitt, N.L., & Underwood, L.S. (2006). Bioinquiry: Making connections in
biology. Retrieved on January 21, 2011, from
https://ecampus.phoenix.edu/classroom/ic/ classroom.aspx
Roger B. Yepsen Jr. (1996). Yepsen, Roger B. Jr. (ed.) 1984. The Encyclopedia of Natural Insect & Disease Control (pp. 267-271). Rev. ed. Rodale Press, Emmaus, PA.
Ruindungan, (1996). Ruindungan Max. G. (1996). Model Bimbingan Peningkatan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah Umum. Disertasi Doktor PPS IKIP Bandung
Rutherford, F.J. dan Ahlgren, A. (1990) Science for All Americans. New York : Oxford University Press.
Sagala, H.S. 2004. Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu
Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung. Alfabeta.
Salpeter, (2003). Century skill: Have Student Ready. [Online].Tersedia: http://www.21st Centuryskill.org. [8 januari 2013].
Sanjaya, Wina, 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Prenada Media. Jakarta
Sekaran, 2003, “Research Methods for Business”, Intervarsity, Bandung
Soemardjan, Selo (1983). Kreativitas: Suatu tinjauan dari sudut sosiologi. Jakarta; Dian Rakyat.
Seloliman (2003) Program Pendidikan Lingkungan. [Online]. Tersedia: http://www.pplh.or.id/selo/pendidikan.php [4 januari 2013]
Semiawan dkk. 1998. Media Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka.
Siswidyawati (2009). Implikasi Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Soerjani Mohamad; 2009, Lingkungan : Sumberdaya Alam Dan Kependudukan Dalam Pembangunan, Jakarta, Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press)
Sri Anggraeni,S. (2004) Kinerja calon guru biologi sebagai agen pembelajaran
biologi di sekolah. Tidak diterbitkan. LP. UPI
Stein, Morris, I.(1963). Personality Measures in Admissions, New York. College Entrance Examination Board.
Sternberg, R. J., & Lubart, T. I. (1995). Defying the crowd: Cultivating creativity
in a culture of conformity. New York: Free Press.
Sternberg, Robert J (ed). 1999. Handbook of Creativity. Edinburgh: Cambridge University Press.
Sugiyono (2009), Statistik Untuk Penelitian, Bandung, Alfabeta.
Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung. Penerbit: CV. Alfabeta.
Suharnan, M.S. 1998. Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi.
Suniarsih. 2006, Lingkungan Sumber Belajar yang Terlupakan: Tersedia: http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/072007/18/99forumguru.htm, di akses tanggal Desember 2013.
Supriadi, E.R. Boa, dan S. J. Eden-Green. 1989. Determinasi dan identifikasi bakteri pembuluh kayu cengkeh. 13 hlm. Prosiding Simposium Hasil Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Bogor, 25-27 Juli 1989.
Supriadi. 1994. Characteristics of Pseudomonas solanacearum from ginger.7 hlm. Simposium Tanaman Industri II, Cipayung, 21-23 Nopember 1994.
Suyanto (1995). Ciri-ciri dan Proses Terbentuknya Kreativitas. Makalah IKIP Yogyakart.
Syahdian, 2004. Pentingnya Pendidikan lingkungan Hidup. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Torrance (1979). Rewarding Creative Behavior. Prantice Hall, Inc. Englewood Clifts, New Jersey.
Torrance, E.P. 1974. Future Careers for Gifted and Talented Students Gifted Child, Quarterly 20: 142-156.
Torrance’s (1962). Factors Affecting Creative Thinking in Children: An interm
Research Report. Merril-Palmer Quarterly.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Trianto. 2009, Model Pembelajaran Terpadu, Jakarta: Bumi Aksara, Hal: 136.
Trowbridge dan Bibee, (1990). Becoming a Secondary School Science Teacher. Melbourne: Merril Publishing Company.
Trowbridge, Bybee & Sund. 1973. Becoming a Secondary School Science
Teacher. A Bell & Howell Co. Toronto.
Trowbridge, Bybee & Sund. 1973. Becoming a Secondary School Science
Utami Munandar (1992), Anak-Anak Berbakat: Pembinaan dan Pendidikannya, Rajawali, Jakarta.
Utami Munandar (1999), Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Depdiknas dan Rineka Cipta, Jakarta.
Wallach, M. A., dan Kogan, N. (1965). The Roles of Information Discoussion,
and Consensue in Group Risk Taking. Journal Of Experimental Social
Psycology.
Wicaksono, G. Y. 2009. BLH: Kualitas Udara Surabaya Sangat Buruk.
Wina Sanjaya, (2007). Strategi pembelajaran Berorientasi pada Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Winarno, 2001. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Jakarta: Medpress.
Yulianto, A. S. (2002). Karakterisasi magnetik dari pasir besi Cilacap. Jurnal Fisika Himpunan Fisika Indonesia vol A5 no 0527.