• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL LATIHAN INKUIRI DENGAN PENDEKATAN LINGKUNGAN TERHADAP KREATIVITAS SISWA DALAM UPAYA MENGATASI PENCEMARAN LINGKUNGAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL LATIHAN INKUIRI DENGAN PENDEKATAN LINGKUNGAN TERHADAP KREATIVITAS SISWA DALAM UPAYA MENGATASI PENCEMARAN LINGKUNGAN."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

SISWA DALAM UPAYA MENGATASI PENCEMARAN

LINGKUNGAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Program Studi Ilmu Pengetahuan Alam

Disusun oleh:

Tina Martina 1009658

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA SEKOLAH PASCA SARJANA

(2)

ABSTRAK

Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan terhadap kreativitas siswa dalam upaya mengatasi pencemaran lingkungan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan desain penelitian Pretest-Posttes Control Group Design. Subyek populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri X di Kota Cimahi kelas khusus PRSBL (Program Rintisan Sekolah Berbudaya Lingkungan) terdiri atas 60 siswa yang berasal dari kelas X dan kelas XI..

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa (1) kreativitas siswa di kelas A (kelas perlakuan) sebelum pembelajaran lingkungan hidup melalui penggunaan model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan masih tergolong rendah namun setelah diterapkan pembelajaran dengan model latihan inkuiri terjadi peningkatan kreativitas pembelajaran yang cukup signifikan; (2) kreativitas siswa di kelas B (kelas kontrol) sebelum pembelajaran lingkungan hidup dengan metode ekspositori-diskusi-demonstrasi masih tergolong rendah. Setelah dilakukan pembelajaran dengan mengunakan metode ekspositori-diskusi-demonstrasi hasil pembelajaran menunjukkan adanya peningkatan akan tetapi kurang signifikan. Berdasarkan hasil uji t-beda terlihat perbedaan yang positif dan signifikan antara peningkatan kemampuan pembelajaran kelas perlakuan dan kelas kontrol. Hasil ini menunjukkan bahwa kelas perlakuan dengan menggunakan model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode ekspositori-diskusi-demonstrasi; (3) kendala yang dihadapi guru antara lain sangat terbatasnya waktu luang guru untuk berlatih menggunakan model inkuiri dan terbatasnya pelaksanaan Program Rintisan Sekolah Berbudaya Lingkungan yang hanya dilaksanakan dalam 6 kali pertemuan serta sarana yang belum memadai dalam pelaksanaan serta masih kaku dalam hal model tersebut.

(3)

ABSTRACT

The study was conducted for the influence of this type of training mengatuhi inquiry with the approach of the students' creativity in tackling environmental pollution. This study uses descriptive quantitative research design with pretest-Posttes Control Group Design. Subject populations and samples in this study were all students in high schools class X in the special Cimahi PRSBL (Environmental Cultured Schools Pilot Program) consisting of 60 students from class X and class XI.

Based on the results of the study shows that (1) the creativity of students in the class A (class treatment) before the learning environment through the use of inquiry training model of the approach is still relatively low, but once applied to inquiry learning model increased creativity exercises significant learning, (2 ) creativity of students in grade B (grade control) before learning environment with expository method-discussion-demonstration is still relatively low. After learning to use the method expository-discussion-demonstration of learning outcomes show an increase but would be less significant. Based on t-test results look different in a positive and significant difference between treatment classes increase learning ability and classroom control. These results indicate that class treatment by using a model approach to the inquiry exercise is more effective in improving students' skills compared to the control class using expository-discussion-demonstration, (3) the constraints faced by teachers including the very limited time to train teachers to use model of inquiry and the limited implementation Cultured Schools Pilot Program Environmental simply implemented in 6 meetings and the facilities were not available in the implementation and still rigid in terms of the model.

(4)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan dan Batasan Masalah ... 6

C. Pertanyaan Penelitian ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Asumsi ... 9

G. Hipotesis ... 10

BAB II PENGEMBANGAN KREATIVITAS SISWA MELALUI MODEL LATIHAN INKUIRI DENGAN PENDEKATAN LINGKUNGAN ... 11

A. Model Pembelajaran Inkuiri dapat Mengembangkan kreativitas siswa ... 11

a. Pengertian dan Komponen-Komponen Inkuiri ... 11

b. Macam-macan inkuiri ... 20

c. Ciri-ciri model pembelajaran inkuiri ... 21

d. Keunggulan-keunggulan inkuiri... 22

e. Kedudukan Model Pembelajaran Inkuiri sebagai Suatu Model Mengajar ... 24

(5)

e. Fase Model latihan Inkuiri ... 26

B. Pengertian Kreativitas dan Berpikir Kreatif ... 29

a. Aktivitas berfikir ... 34

b. Menemukan atau menciptakan ... 34

c. Baru atau Orisinal ... 35

d. Bermanfaat ... 35

C. Mengukur Kreativitas Siswa ... 47

D. Pentingnya Penerapan Pendekatan Lingkungan pada Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup di Sekolah ... 49

E. Hubungan antara Pendidikan Lingkungan Hidup dengan Kreativitas Siswa ... 53

F. Hubungan Pendidikan Lingkungan Hidup dengan Sikap Siswa terhadap Lingkungan ... 55

G. Implementasi Model Latihan Inkuiri dengan Pendekatan Lingkungan bagi Pengembangan Kreativitas Siswa ... 57

a. Sintaks ... 59

b. Sistem sosial ... 60

c. Prinsip reaksi ... 60

d. Sistem Pendukung ... 61

e. Dampak pembelajaran langsung dan iringan ... 61

H. Telaah Konsep Pendidikan Lingkungan Hidup di SMA ... 61

a. Konsep pencemaran lingkungan, topik keterkaitan antara kegiatan manusia dengan kerusakan/pencemaran lingkungan ... 61

b. Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup ... 65

I. Penelitian Terdahulu ... 67

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 72

1. Populasi dan Sampel Penelitian ... 72

2. Desain Penelitian ... 73

(6)

4. Alur Penelitian ... 77

5. Lokasi Penelitian ... 78

6. Prosedur Penelitian ... 78

7. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya ... 80

8. Uji validitas dan reliabilitas instrumen ... 81

a. Uji Validitas ... 81

b. Uji Reliabilitas ... 83

9. Pengolahan Data Hasil Penelitian ... 90

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 92

A. Hasil Penelitian ... 92

1. Kreativitas siswa di kelas A (kelas perlakuan) sebelum pembelajaran lingkungan hidup melalui penggunaan model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan ... 92

2. Kreativitas siswa di kelas A (kelas perlakuan) sesudah pembelajaran lingkungan hidup melalui penggunaan model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan ... 93

3. Kreativitas siswa di kelas B (kelas kontrol) sebelum pembelajaran lingkungan hidup dengan metode ekspositori-diskusi-demonstrasi ... 95

4. Kreativitas siswa di kelas B (kelas kontrol) sesudah pembelajaran lingkungan hidup dengan metode ekspositori-diskusi-demonstrasi ... 96

5. Bentuk kreativitas siswa (aspek kognitif, aspek produk dan sikap) dalam upaya mengatasi masalah pencemaran lingkungan ... 99

6. Kendala yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan model latihan inkuiri menggunakan pendekatan lingkungan ... 109

(7)

1. Kreativitas siswa di kelas A (kelas perlakuan) sebelum dan

sesudah pembelajaran... 112

2. Kreativitas siswa di kelas B (kelas kontrol) Sebelum dan sesudah pembelajaran ... 115

3. Kendala yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran melalui model latihan inkuiri dengan menggunakan pendekatan lingkungan ... 117

a. Senang membaca berbagai artikel/buku yang berhubungan dengan masalah daur ulang sampah ... 118

b. Bersemangat untuk mengamati dan melakukan cara-cara mengubah sampah menjadi barang yang bermanfaat dan berdaya jual ... 119

c. Malas melakukan banyak eksperimen terhadap sampah-sampah ... 120

d. Malas memikirkan contoh produk daur ulang yang berbeda ... 121

e. Mengikuti program pembelajaran daur ulang sampah ... 121

f. Mudah melihat kekurangsempurnaan suatu desain daur ulang ... 121

g. Tertantang untuk melakukan tugas-tugas yang sulit dan rumit ... 121

h. Bersemangat untuk menyelesaikan produk daur ulang dengan baik dan tepat waktu ... 123

i. Mencari sebanyak mungkin cara penyelesaian suatu produk ... 123

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 131

A. Kesimpulan ... 131

B. Saran ... 132

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Desain Penelitian Pretes-Posttes Control Group Design ... 74

Tabel 3.2 Reliability Statistics ... 85

Tabel 3.3 Item-Total Statistics ... 85

Tabel 3.4 Reliability Statistics ... 86

Tabel 3.5 Item-Total Statistics ... 86

Tabel 3.6 Reliability Statistics ... 87

Tabel 3.7 Item-Total Statistics ... 87

Tabel 3.8 Reliability Statistics ... 88

Tabel 3.9 Item-Total Statistics ... 88

Tabel 3.10 Reliability Statistics ... 89

Tabel 3.11 Item-Total Statistics ... 89

Tabel 4.1 Hasil Uji T-test Rata-rata Peningkatan Pembelajaran ... 99

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Pretest-Posttes Control Group Design ... 74

Gambar 3.2 Diagram Alur Penelitian ... 77

Gambar 4.1 Diagram rata-rata Gain dari rata-rata skor pretes dan

postes kelas perlakuan ... 94

Gambar 4.2 Diagram rata-rata gain kelompok tinggi, sedang dan

rendah kelas perlakuan ... 95

Gambar 4.3 Diagram rata-rata Gain dari rata-rata skor pretes dan

postes kelas kontrol ... 97

Gambar 4.4 Diagram rata-rata gain kelompok tinggi, sedang dan

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Instrumen Penjaring Profil Kreativitas Aptitude(Kognitif) Siswa ... 141

2. Instrumen Penjaring Profil Kreativitas Non-Aptitude (Sikap) Siswa ... 143

3. Instrumen Observasi Pelaksanaan Model Latihan Inkuiri Dengan Pendekatan Lingkungan ... 145

4. Pedoman Wawancara Dengan Guru Pra Penelitian ... 146

5. Pedoman Wawancara Dengan Guru Pasca Penelitian ... 147

6. Pedoman Wawancara Dengan Siswa Pasca Penelitian ... 148

7. Angket Siswa ... 149

8. Tes Kreativitas Siswa ... 150

9. Lembar observasi Kemampuan berpikir kreatif siswa ... 155

10 Hasil Pengujian Statistik ... 157

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Aspek lingkungan pada dekade ini terus menjadi perhatian utama,

perhatian tersebut didasarkan pada kerusakan lingkungan yang semakin

meningkat. Salah satu indikator kerusakan lingkungan tersebut didasarkan

pada kurang efektifnya pendidikan lingkungan . Pendidikan lingkungan dapat

dilaksanakan melalui berbagai model latihan yang diajarkan pada peserta

didik,salah satunya model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan.

Istilah inkuiri merupakan istilah serapan dari bahasa Inggris inquiri

yang berarti penyelidikan atau penelitian. Beberapa karya (Poedjiadi, A.,

2005: 8., Mulyasa, 2005: 108) menggunakan istilah lain yaitu metode

penemuan yang diterjemahkan dari bahasa Inggris discovery method. Kadang

kala metode ini juga disebut dengan discovery-inquiri method yang

menunjukkan bahwa suatu konsep ditemukan setelah dilakukan suatu

penyelidikan. Model inkuiri merupakan model yang dipandang sesuai untuk

mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan penelitian sendiri

secara luas agar mampu melihat apa yang terjadi, kemudian ingin melakukan

sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri,

serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain,

membandingkan apa yang ditemukannya dengan apa yang ditemukan peserta

(12)

Penggunaan model latihan inkuiri dapat berdampak pada pengetahuan

dan ketrampilan yang diperoleh dari siswa bukan hasil mengingat seperangkat

fakta, tetapi hasil menemukan sendiri. Guru perlu merancang kegiatan

pembelajaran yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang

diajarkan. Sesuai dengan langkah-langkah kegiatan menemukan yang

dianjurkan Depdiknas (2002: 10), adalah menitikberatkan kegiatan

pembelajaran dengan merumuskan masalah, observasi, menganalisis,

melaporkan hasil pengamatan serta menyajikan hasil karyanya.

Model latihan inkuiri merupakan salah satu model untuk meningkatkan

kreativitas siswa SMA. Begitu pentingnya pengembangan kreativitas siswa

SMA dapat diamati dari bergesernya peran guru yang semula sering

mendominasi kelas, kini harus lebih banyak memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mengambil peran lebih aktif dan kreatif dalam suasana belajar

yang menyenangkan (learning must be enjoy). Bagaimanapun akan sulit

membangun pemahaman yang baik pada para siswa, jika fisik dan psikisnya

dalam keadaan tertekan. Kreativitas siswa dimungkinkan tumbuh dan

berkembang dengan baik apabila lingkungan keluarga, masyarakat, maupun

lingkungan sekolah, turut menunjang mereka dalam mengekspresikan

kreativitasnya. Hal tersebut didukung oleh beberapa peneliti seperti Roger B.

Yepsen Jr. (1996) dan Mihaly Csikszentmihalyi (1996) yang mengemukakan

bahwa orang yang kreatif adalah orang yang berpikir atau bertindak untuk

(13)

merupakan kapasitas untuk membuat hal yang baru dengan dukungan

lingkungan sekitarnya.

Bentuk kreativitas yang dapat dilakukan oleh para siswa diantaranya

ialah kerativitas dalam upaya mengatasi pencemaran lingkungan. Masalah

lingkungan timbul karena adanya upaya manusia untuk merubah lingkungan

hidup alami menjadi lingkungan hidup buatan, sebagai desakan atas

pemenuhan kebutuhan hidup yang terus meningkat. Hal ini didukung oleh

hasil penelitian Iskandar (2001:10-13) bahwa timbulnya kerusakan lingkungan

sebagai akibat dari cara pandang manusia yang keliru dalam memahami

masalah lingkungan hidup, yaitu cara pandang bahwa manusia bukan

merupakan bagian dari lingkungan sehingga manusia bisa mengubah dan

berbuat apa saja tanpa menghiraukan akibatnya. Manusia tidak menyadari

dirinya sebagai bagian dari lingkungan baik sebagai subyek maupun obyek.

Kementrian Lingkungan Hidup RI (2004) memaparkan berbagai kegiatan

masyarakat yang cenderung merusak lingkungan adalah mencerminkan masih

rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk bertindak sebagai pembina

lingkungan.

Kendati lingkungan hidup telah berkembang menjadi isu sosial dan

pemerintah telah berupaya serius memasukan pengetahuan lingkungan hidup

ke dalam struktur kurikulum, namun faktanya masih sulit menerapkan

pendidikan lingkungan. Hal ini sejalan dengan pendapat Winarno (2001) dan

Kusdwirarti (1998), yaitu meskipun pendidikan lingkungan mencakup soal

(14)

pendidikan lingkungan di sekolah, tidak mudah membuat orang mengerti agar

jangan menebang pohon yang produktif, jangan membuang sampah

sembarangan dan atau bentuk kegiatan lainnya yang tergolong perusakan

lingkungan. Para guru atau pendidik masih memerlukan petunjuk untuk

melaksanakan pendidikan lingkungan hidup yang sesuai dengan tuntutan

kebutuhan zaman. Selain itu, fakta yang diungkap oleh Pusat Pendidikan

Lingkungan Hidup Seloliman (2003), menunjukkan bahwa banyak sekolah

tidak memadai dalam memberi ruang bagi siswa untuk melakukan eksplorasi

alam dan lingkungan dalam rangka mengembangkan rasa dan sikap cinta

lingkungan, terutama sekolah-sekolah yang berdiri di kota-kota besar, terjepit

diantara bangunan-bangunan tinggi dan pemukiman yang padat, sehingga

pendidikan lingkungan di pendidikan formal masih sebatas sebuah pelajaran

sebagaimana yang lain dan belum dipahami bersama sebagai salah satu media

bagi pendidikan nilai dan moral.

Sejauh belum ada apresiasi yang baik terhadap alam, pendidikan

lingkungan hanya akan menjadi gagasan saja, sementara kerusakan

lingkungan akan makin mencemaskan. Sejalan dengan pendapat di atas,

menggagas pendidikan lingkungan tidak memerlukan angka-angka rapor,

tetapi justru perubahan pandangan dan prilaku yang mencerminkan apresiasi

terhadap alam. Hal terpenting dalam pembelajaran mengenai lingkungan

hidup adalah siswa bisa melakukan eksplorasi pada lingkungan sekitarnya,

baik di rumah maupun di sekolah, sehingga siswa menaruh apresiasi yang baik

(15)

Berdasarkan atas hasil observasi awal, diperoleh gambaran bahwa

siswa di salah satu SMA di Kota Cimahi belum dapat mengembangkan

kreativitas secara maksimal dalam upaya mengatasi pencemaran lingkungan

yang ada di lingkungan sekitarnya. Hal tersebut dikarenakan pembelajaran di

kelas masih terbatas pada pemahaman konsep, belum menekankan pada

proses belajar yang mengembangkan kreativitas siswa. Berdasarkan studi

pendahuluan dan data Dinas Penyehatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup

Kota Cimahi (2010) diketahui bahwa sekolah tersebut merupakan satu-satunya

SMA negeri yang belum menerapkan pendidikan lingkungan menjadi sebuah

mata pelajaran dalam struktur kurikulum sehingga para siswanya kurang

memiliki pengetahuan yang memadai mengenai dampak dari pencemaran

lingkungan yang terjadi dan bagaimana upaya untuk mengatasi masalah

lingkungan tersebut. Meskipun konsep mengenai kerusakan dan pelestarian

lingkungan diajarkan melalui mata pelajaran Biologi, namun kenyataan

sehari-hari, masih banyak siswa yang membuang sampah dimana saja, tidak

mengolah sampah-sampah plastik atau kertas untuk dijadikan produk lain

yang bernilai guna dan berdaya jual. Pada umumnya, pembelajaran tentang

lingkungan lebih menekankan pada pemahaman konsep dan kurang

mengarahkan siswa untuk mengeksplorasi kreativitasnya dalam upaya

mengatasi pencemaran lingkungan yang tengah berlangsung di sekitar siswa.

Mengacu pada uraian di atas, maka pelaksanaan pembelajaran melalui

model latihan inkuiri untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam upaya

(16)

Lebih jauh penulis bermaksud untuk mengemukakan karakteristik model

latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan pada topik keterkaitan antara

kegiatan manusia dengan pencemaran dan pelestarian lingkungan. Penulis

bermaksud menganalisis peranan model tersebut terhadap peningkatan

kreativitas siswa. Selain itu melalui penelitian ini diharapkan diperoleh

informasi mengenai aktivitas guru dan siswa serta tanggapan guru dan siswa

terhadap model pembelajaran yang dikembangkan.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Adapun masalah yang akan diteliti pada penelitian ini dirumuskan

sebagai berikut: “Bagaimana pengaruh model latihan inkuiri dengan

pendekatan lingkungan terhadap kreativitas siswa dalam upaya

mengatasi pencemaran lingkungan”. Masalah yang diteliti, dibatasi pada

kreativitas siswa yang muncul dalam mengatasi pencemaran lingkungan yang

dinilai atau diukur pada dua aspek kreatif yaitu aspek kreatif Aptitude

(kognitif) dan Non-aptitude (sikap dan produk).

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka

penelitian ini diarahkan lebih jelas melalui beberapa pertanyaan penelitian

berikut ini:

1. Bagaimana kreativitas siswa di kelas perlakuan sebelum dan sesudah

pembelajaran lingkungan hidup melalui penggunaan model latihan inkuiri

(17)

2. Bagaimana kreativitas siswa di kelas kontrol sebelum dan sesudah

pembelajaran lingkungan hidup dengan metode

ekspositori-diskusi-demonstrasi?

3. Bagaimana kendala yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan

pembelajaran melalui model latihan inkuiri dengan menggunakan

pendekatan lingkungan?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi,

menganalisis dan mengembangkan kreativitas siswa SMA melalui

implementasi model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan yang

diberikan pada kelas khusus Program Rintisan Sekolah Berbudaya

Lingkungan (PRSBL). Adapun pembelajaran dengan pendekatan tersebut di

kelas meliputi pembahasan topik keterkaitan antara kegiatan manusia dengan

kerusakan/pencemaran dan pelestarian lingkungan. Tujuan khusus dari

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui, mengidentifikasi dan menganalisis kreativitas siswa di

kelas perlakuan sebelum dan sesudah pembelajaran lingkungan hidup

melalui penggunaan model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan.

2. Untuk mengetahui, mengidentifikasi dan menganalisis kreativitas siswa di

kelas kontrol sebelum dan sesudah pembelajaran lingkungan hidup

(18)

3. Untuk mengetahui dan menganalisis kendala yang dihadapi oleh guru

dalam melaksanakan pembelajaran melalui model latihan inkuiri dengan

menggunakan pendekatan lingkungan.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah manfaat

bagi peneliti, manfaat bagi guru atau pengembang dan pengelola sekolah,

manfaat bagi siswa serta manfaat bagi para pembaca penelitian. Manfaat

tersebut antara lain :

1. Mengetahui potensi kreativitas siswa dari aspek Aptitude (kognitif) dan

Non-aptitude (sikap dan produk) untuk dapat dikembangkan lebih lanjut.

(bagi peneliti guru dan pengelola sekolah).

2. Mengetahui faktor-faktor yang dapat meningkatkan kreativitas siswa.

(bagi peneliti guru dan pengelola sekolah).

3. Mengetahui efektivitas model pembelajaran latihan inkuiri dalam

meningkatkan kreativitas siswa. (bagi peneliti guru dan pengelola

sekolah).

4. Memupuk dan mengembangkan kreativitas siswa baik dari aspek Aptitude

(kognitif) maupun Non-aptitude (sikap dan produk) yang telah ada. (bagi

siswa).

5. Menambah pengetahuan dan informasi yang akurat berdasarkan fakta

mengenai segala sesuatu tentang kreativitas, sehingga pengetahuan ini

(19)

lanjut atau hanya sekedar untuk mengukur kreativitas diri sendiri. (bagi

para pembaca penelitian).

F. Asumsi

Perubahan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah terjadinya

pengembangan atau peningkatan kreativitas pada diri siswa SMA melalui

model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan. Salah satu model yang

dapat digunakan untuk mengembangkan kreativitas yang dapat dilakukan di

lingkungan persekolahan dan bersifat menyatu dalam proses belajar mengajar,

adalah model latihan inkuiri. Banyak ahli yang mendukung terhadap

pernyataan ini, antara lain: (1) Metzler (2000:310-312) menjelaskan bahwa,

model inkuiri dalam pembelajaran dapat digunakan untuk mengembangkan

kreativitas. (2) Graham, Holt/Hale & Parker (1998; dalam Metzler, 2000)

pembelajaran dengan model inkuiri dapat digunakan untuk mengembangkan

kemampuan intelektual siswa, juga membantu siswa menjadi ekspresif,

kreatif, dan terampil dalam psikomotor. (3) Joyce & Weil (1980; dalam

Dahlan 1990) menjelaskan bahwa, latihan inkuiri memberikan dampak

instruksional (langsung) yaitu strategi penyelidikan kreatif dan dampak

penyerta (iringan yaitu menimbulkan semangat kreativitas pada siswa. (4)

Hasil penelitian Schlenker (dalam Joyce dan Weil, 1992), menunjukkan

bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam

berpikir kreatif, dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan

(20)

Adapun kreativitas adalah suatu hal yang dapat dinilai atau dapat

diukur (Munandar, 1999). Alat penilai atau pengukur kreativitas, baik yang

dapat dimodifikasi berupa tes kreativitas tertulis, angket dengan skala likert,

inventori, maupun tes kreativitas yang diciptakan oleh para ahli kreativitas

seperti tes kreativitas Torrance, Skala Kepribadian Kreatif dari S.C.U

Munandar.

G. Hipotesis

Berdasarkan beberapa asumsi di atas, dirumuskan hipotesis penelitian

sebagai berikut: Terdapat peningkatan kreativitas pada siswa dilihat dari ciri

aptitude dan ciri non aptitude setelah diterapkan model latihan inkuiri dengan

pendekatan lingkungan dalam upaya mengatasi masalah pencemaran

lingkungan yang diberikan pada kelas khusus Program Rintisan Sekolah

(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam metodologi penelitian ini, berturut-turut akan dibahas mengenai

populasi dan sampel penelitian, disain penelitian, lokasi penelitian, prosedur

penelitian, instrumen penelitian dan pengembangannya, tahap pengumpulan data,

prosedur pengolahan data dan jadwal pelaksanaan penelitian.

1. Populasi dan Sampel Penelitian

Subyek populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri

X di Kota Cimahi kelas khusus PRSBL (Program Rintisan Sekolah Berbudaya

Lingkungan) terdiri atas 60 siswa yang berasal dari kelas X dan kelas XI

semester 1. Adapun sampel penelitian berjumlah 60 siswa atau keseluruhan

anggota populasi. Hal ini berarti 100% ukuran sampel mewakili populasi.

Ukuran sampel tersebut digunakan dengan pertimbangan bahwa makin besar

jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi

semakin kecil (Sugiyono, 2009). Selanjutnya, seluruh anggota sampel dibagi ke

dalam dua kelas yaitu kelas A dan kelas B. Kedua sampel penelitian tersebut

diperoleh dengan teknik random sampling. Teknik ini digunakan mengingat

setiap siswa dari keseluruhan populasi memiliki kesempatan/peluang yang

sama untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2009). Kelas A

merupakan kelas perlakuan (diterapkan model latihan inkuiri dengan

pendekatan lingkungan), sedangkan kelas B merupakan kelas kontrol

(22)

2. Desain Penelitian

Ketepatan hasil penelitian sangat ditentukan oleh kesesuaian metode

penelitian dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Berdasarkan studi

pendahuluan, terdapat dua kelas (dalam arti dua kelompok uji) yang terbentuk

secara random, maka metode yang tepat digunakan dalam penelitian ini adalah

metode eksperimen murni atau true experiment (Gall, et.al.,2003; Sugiyono,

2009). Selain itu, pada eksperimen murni peneliti dapat mengontrol semua

variabel luar yang dapat mempengaruhi jalannya eksperimen, sehingga validitas

internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) dapat menjadi tinggi

(Sugiyono,2009).

Adapun desain penelitian yang sesuai dengan kondisi obyek penelitian

yaitu Pretest-Posttes Control Group Design (kelompok kontrol pra uji dan pasca

uji). Metode tersebut digunakan atas pertimbangan bahwa ada pengacakan

(random) pada sampel dan terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok perlakuan

serta kelompok kontrol yang masing-masing diberi pra-uji dan pasca uji

(Campbell dan Stanley dalam Tuwu, 1993; Gall, et.al., 2003; Sugiyono, 2009).

Lebih lanjut Campbell dan Stanley (dalam Tuwu, 1993) memaparkan bahwa

rancangan seperti ini dipertimbangkan sebagai salah satu rancangan paling umum

dalam penelitian pendidikan, terdiri atas dua kelompok yang masing-masing

diberikan pra-uji dan pasca uji tetapi hanya satu kelompok yang diberikan

perlakuan. Selanjutnya, Campbell dan Stanley (dalam Tuwu, 1993)

mengungkapkan bahwa rancangan ini biasa digunakan pada kelompok yang

(23)

R O1

x

O2

_____________________

R O3

O4

Keuntungan dari rancangan ini adalah berkurangnya pengaruh-pengaruh buruk

pada susunan reaktif penelitian. Adapun rancangan penelitian tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut:

Keterangan :

O1 : Pre-test (tes awal) kelompok A (kelompok perlakuan) O3 : Pre-test (tes awal) kelompok B (kelompok kontrol)

X : Perlakuan

O2 : Pots-tets (tes akhir) kelompok A (kelompok perlakuan) O4 : Pots-tets (tes akhir) kelompok B (kelompok kontrol) (R) : random / acak

Garis antara kedua kelompok menunjukkan bahwa ada pengacakan.

Agar lebih mudah dipahami, maka desain di atas dimodifikasi sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian Pretes-Posttes Control Group Design

Kelompok/kls O1 & O3 Kegiatan O2 O4

(Gall,et.al., 2003; Sugiyono, 2009 dimodifikasi)

Gambar 3.1: Pretest-Posttes

Control Group Design (Gall, et,al.,

(24)

3. Definisi Operasional

Merujuk pada judul penelitian, perlu dijelaskan beberapa pengertian

istilah secara operasional agar tidak terjadi salah pengertian dan diperoleh

kesamaan pandangan dalam penelitian ini. Adapun beberapa pengertian istilah

tersebut adalah :

a. Kreativitas

Kreativitas adalah kemampuan berpikir divergen (menyebar) seseorang

untuk mencari, mengemukakan dan melaksanakan beranekaragam

gagasan/ide dalam rangka memecahkan suatu masalah. Adapun jenis

kreativitas siswa yang dimaksud adalah gambaran atau deskripsi mengenai

kemampuan berpikir divergen (menyebar) siswa terdiri atas aspek aptitude

(kognitif) dan non aptitude (sikap dan produk) yang diungkap melalui tes

kreativitas, Skala sikap dan produk daur ulang sampah (diperkuat dengan

wawancara).

b. Kreativitas aspek aptitude (kognitif)

Kreativitas aspek aptitude (kognitif) adalah kemampuan berpikir divergen

(menyebar) siswa pada ranah kognitif yang dapat diukur melalui empat

kriteria aptitude yaitu kemampuan berpikir lancar (fluency), kemampuan

berbikir luwes (flexybitity), kemampuan menghasilkan gagasan asli

(Originality) dan kemampuan memerinci (elaboration).

c. Kreativitas non aptitude (Sikap dan Produk)

Kreativitas non aptitude (sikap) adalah kemampuan siswa dalam

(25)

oleh kemajemukan (kesulitan/kerumitan), berani mengambil resiko dan

menghargai. Adapun kreativitas non aptitude (Produk) adalah kemampuan

siswa dalam menghasilkan suatu produk daur ulang sampah dengan

berbagai teknik pembuatan yang inovatif, layak pakai, layak jual dan

bernilai estetika. Aspek kreativitas yang diukur dari sebuah produk daur

ulang adalah gabungan antara aspek kreativitas aptitude dan non aptitude

yaitu: fleksibel (flexybility)-imajinatif, elaborasi (elaboration)-menghargai,

kelancaran (fluency)-rasa ingin tahu, keaslian (originality)-berani

mengambil resiko. Keterangan lebih rinci mengenai seluruh indikator

aspek aptitude dan non aptitude, tersaji dalam lampiran kisi-kisi tes

(26)

4. Alur Penelitian

Gambar 3.2 Diagram Alur Penelitian

5. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada salah satu SMA negeri di Kota Cimahi

yang berlokasi di wilayah Cimahi Selatan. Sekolah tersebut berdiri di

tengah-tengah pemukiman padat penduduk, dekat dengan pasar tradisional (sekitar 500

(27)

kardus, dan botol-botol (sekitar 2 km). Selain itu, dekat pula dengan kawasan

industri yang pada umumnya merpakan industri tekstil. Terdapat sungai kecil

dan parit-parit yang dipenuhi dengan air berwarna (hijau tua, merah bahkan

hitam) dan berbau. Jalan raya tepat di depan gedung sekolah dengan kondisi

ramai oleh kendaraan bermotor dan andong. Debu sangat banyak dan

cenderung berwarna hitam.halaman depan sekolah tidak terlalu luas hanya

sekitar 4m dari dinding luar bangunan sekolah dan langsung berhadapan

dengan jalan raya.

6. Prosedur Penelitian

Prosedur yang ditempuh dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1.Melakukan studi pendahuluan untuk mencari sekolah yang sesuai dengan

tujuan penelitian.

2.Melakukan observasi proses belajar mengajar di kelas yang menjadi

sampel penelitian, tentang model pembelajaran yang selama ini

berlangsung.

3.Sampel penelitian terdiri atas 60 siswa kelas khusus PRSBL (Program

Rintisan Sekolah Berbudaya Lingkungan), dibagi ke dalam dua kelas A

dan B yang diambil secara random dari total siswa. Masing-masing kelas

sampel penelitian mendapatkan model pembelajaran yang berbeda. Kelas

A merupakan kelas perlakuan yaitu kelas yang diberi model latihan

(28)

kontrol dengan pembelajaran yang biasa dilaksanakan di sekolah tersebut

yaitu pembelajaran dengan metode ekspositori, diskusi dan demonstrasi.

4.Melakukan diskusi serta wawancara guru sebelum pembelajaran, yaitu

membahas rancangan penelitian yang yang akan dilaksanakan di kelas

PRSBL beserta persiapan kegiatan untuk kedua kelas baik kelas A (kelas

perlakuan) maupun kelas B (kelas kontrol) dengan guru-guru yang

mengelola kelas PRSBL. Pembelajaran dilaksanakan oleh masing-masing

guru kelas PRSBL dan penulis bertindak sebagai observer dibantu oleh 1

orang guru kelas PRSBL lainnya. Sementara itu, penulis melaksanakan

uji coba instrumen di luar kelas perlakuan dan kontrol untuk analisis

validitas dan reliabilitas instrumen.

5.Melaksanakan pre-test (tes tertulis dan angket) dan wawancara awal (pra

penelitian) dengan siswa di kelas A dan B.

6.Melaksanakan penelitian sesuai rencana.

7.Melaksanakan post-test (tes tertulis dan angket) dan wawancara akhir

(pasca penelitian).

8.Hasil tes akhir (post-tes) dibandingkan dengan hasil tes awal (pre-tes)

untuk masing-masing kelas.

9.Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kreativitas

siswa.

7. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya

Penelitian ini menggunakan tiga cara pengumpulan data yang diperoleh

(29)

ulang yang diperkuat dengan wawancara (pra dan pasca penelitian). Tes

kreativitas adalah tes tertulis berbentuk uraian terbuka (Munandar, 1992),

disusun untuk mengukur kreativitas aspek aptitude (kognitif) diberikan

kepada siswa di kelas A dan B sebagai tes awal (pre-test) dan tes akhir

(post-test). Hasil pre-test akan menggambarkan kreativitas yang telah dimiliki oleh

siswa sebelum pembelajaran di kelas PRSBL. Hasil post-test untuk

menggambarkan kreativitas setelah pembelajaran di kelas PRSBL. Untuk

lebih jelas mengenai kisi-kisi tes kreativitas yang dimaksud, akan disajikan

tabel kisi-kisi tes kreativitas pada bagian lampiran.

Adapun skala sikap dan produk daur ulang merupakan penjaring

kreativitas aspek non-aptitude. Untuk menjaring aspek sikap, lembar skala

sikap diberikan kepada siswa di kelas A dan B di awal kegiatan penelitian di

akhir kegiatan penelitian. Adapun aspek produk, dinilai atau diukur

berdasarkan pedoman penilaian produk daur ulang. Data pendukung berupa

hasil wawancara dan lembar observasi aktivitas siswa selama pembelajaran

diperlukan sebagai penguat. Wawancara dilakukan sebelum dan setelah

penelitian. Pedoman wawancara untuk siswa baik sebelum maupun setelah

penelitian serta mengenai kisi-kisi skala sikap dan pedoman penilaian produk

daur ulang yang dimaksud, disajikan pada bagian lampiran.

7. Uji validitas dan reliabilitas instrumen

a. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana instrumen ukur

(30)

Uji validitas dimaksudkan sebagai ukuran seberapa cermat suatu alat uji

melakukan fungsi ukurannya. Suatu alat ukur yang validitasnya tinggi akan

mempunyai varian kesalahan yang kecil sehingga data yang terkumpul

merupakan data yang dapat dipercaya.

Dalam penelitian ini, uji validitas yang digunakan adalah validitas

konstruk (validity construct) yaitu menentukan validitas dengan cara

mengkorelasikan skor yang diperoleh masing-masing item pertanyaan dengan

skor totalnya. Skor total ini merupakan nilai yang diperoleh dari penjumlahan

semua skor item. Korelasi antara skor item dengan skor totalnya harus

signifikan berdasarkan ukuran statistik. Bila ternyata skor semua item yang

disusun berdasarkan dimensi konsep berkorelasi dengan skor totalnya, maka

dapat dikatakan bahwa alat ukur tersebut mempunyai validitas.rumus korelasi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus korelasi Product-Moment

Pearson sebagai berikut:

xi = skor item instrumen yang akan digunakan.

yi = skor semua item instrumen dalam variabel tersebut

(31)

Pengujian keberartian koefisien korelasi (ryxi) dilakukan dengan taraf

signifikansi α = 5. rumus uji t hitung yang digunakan adalah sebagai berikut:

2

Kriteria pengujian validitas instrumen dengan menggunakan taraf

signifikansi α = 5% adalah sebagai berikut:

a. Item pertanyaan/pernyataan instrumen penelitian dikatakan valid jika t

hitung lebih besar atau sama dengan t tabel.

b. Item pertanyaan/pernyataan instrumen penelitian tidak valid jika t

hitung lebih kecil dari t tabel.

Berdasarkan hasil analisis validitas menggunakan program SPSS versi

17, terlihat bahwa pada skala sikap ini, terdapat lima belas pertanyaan yang

valid dan layak untuk digunakan penelitian dari tujuh belas item keseluruhan

skala sikap. Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan nilai rhitung yang lebih besar

dari rtabel. Sedangkan pada soal tes tertulis bentuk uraian terbuka terdapat tujuh

pertanyaan yang valid dan layak untuk digunakan penelitian dari total sepuluh

item soal tes tertulis. Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan nilai rhitung yang

lebih besar dari rtabel.

b. Uji Reliabilitas

Penerapan uji reliabilitas dinaksudkan untuk mengetahui apakah

instrumen ukur yang digunakan menunjukkan tingkat ketepatan, keakuratan,

(32)

berbeda. Uji keandalan dilakukan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang sudah

valid untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila

dilakukan pengukuran kembali terhadap gejala yang sama. Uji reliabilitas

dilakukan dengan menggunakan teknik belah dua (split half) yang langkah

kerjanya sebagai berikut:

a. Membagi pertanyaan-pertanyaan menjadi dua belah.

b. Skor untuk masing-masing pertanyaan pada setiap belahan

dijumlahkan, sehingga menghasilkan dua skor total untuk

masing-masing responden.

c. Mengkorelasikan skor total belahan pertama dengan skor total belahan

kedua dengan menggunakan korelasi product Moment.

d. Mencari reliabilitas untuk keseluruhan pertanyaan dengan rumus

Spearman Brown berikut:

r r ri b

 

1 2

Keterangan:

ri = reliabilitas internal seluruh item,

rb = korelasi produk momen antara belahan pertama (ganjil) dan

belahan kedua (genap).

Keputusan uji reliabilitas ditentukan dengan menggunakan kriteria

sebagai berikut:

a. Jika koefisien internal seluruh item (ri) lebih besar atau sama dengan r

tabel dengan taraf signifikan α = 5%, maka item instrumen dinyatakan

(33)

b. Jika koefisien reliabilitas internal seluruh item (ri) lebih kecil dari r

tabel dengan taraf signifikan α = 5% maka item instrumen dinyatakan

tidak reliabel.

Menurut Sekaran (2003), realibilitas dapat dilihat dari nilai koefsiien

alpha dengan kriteria sebagai berikut:

a. < 0,6 secara umum reliabilitasnya dikatakan lemah.

b. 0,6 – 0,79 realibilitasnya dapat diterima.

c. > 0,8 reliabilitasnya dapat dikatakan baik.

Selanjutnya dikatakan nilai koefisien alpha semakin mendekati angka 1

maka reliabilitasnya akan semakin baik. Instrumen penelitian yang handal atau

reliabel apabila hasil pengujian reliabilitas menghasilkan nilai koefisien alpha

yang lebih besar dari 0,7 (Sekaran, 2003).

Berdasarkan hasil uji reliabilitas menggunakan program SPSS versi 17

terlihat bahwa pada angket penelitian diperoleh nilai Cronbach's Alpha sebesar

0,867, hal ini menunjukkan bahwa nilai reliabilitas skala sikap dapat dikatakan

pada kategori c yaitu reliabilitasnya baik. Sedangkan untuk reliabilitas soal tes

tertulis bentuk uraian terbuka terlihat bahwa Cronbach's Alpha sebesar 0,695.

hal ini menunjukkan bahwa reliabilitas soal tes tertulis bentuk uraian terbuka

masuk dalam kriteria b yaitu reliabilitasnya dapat diterima. Artinya pada

pengujian reliabilitas seluruh variabel beserta petanyaan penelitian dapat

dikatakan layak untuk dijadikan instrumen penelitian.

Adapun uraian lengkap hasil pengujian instrumen dalam penelitian ini

(34)

1) Uji Validitas angket

Berikut ini merupakan hasil uji validitas angket dengan menggunakan

program SPSS versi 17.

Berdasarkan hasil tersebut, untuk validitas item dilihat kolom

Corrected Item-Total Correlation. Jika ada nilai yang lebih kecil dari

0,254 dinyatakan TIDAK VALID dan perlu dibuang serta dilakukan uji

validitas putaran ke-2. Ternyata item 7 dan 11 lebih kecil dari r tabel (r

hitung < 0,254), maka item 7 dan 11 dinyatakan TIDAK VALID dan

(35)

didapat nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,822 > 0,254, maka Angket

dinyatakan RELIABEL. Sementara hasil uji validitas putaran ke-2

sebagai berikut:

Berdasarkan hasil tersebut, untuk validitas item dilihat kembali

kolom Corrected Item-Total Correlation. Jika masih ada nilai yang lebih

kecil dari 0,254 dInyatakan TIDAK VALID dan perlu dibuang serta

dilakukan uji validitas putaran ke-3.

Ternyata seluruh item yang tersisa lebih besar dari r tabel (r

hitung > 0,254), maka item yang tersisa dinyatakan VALID dan yang

(36)

sebesar 0,867 > 0,254, dengan demikian maka Angket dinyatakan

RELIABEL.

2) Uji validitas soal tes tertulis bentuk uraian terbuka

Berikut ini merupakan hasil uji validitas soal tes tertulis bentuk

uraian terbuka dengan menggunakan program SPSS versi 17.

Tabel 3.6 Reliability Statistics

Berdasarkan hasil tersebut, untuk validitas item dilihat kolom

Corrected Item-Total Correlation. Jika ada nilai yang lebih kecil dari

0,254 dinyatakan TIDAK VALID dan perlu dibuang serta dilakukan uji

validitas putaran ke-2. Ternyata item 1 dan 8 masih lebih kecil dari r tabel

(r hitung < 0,254), maka item 1 dan 8 dinyatakan TIDAK VALID dan

harus dibuang serta dilakukan uji validitas putaran ke-2. Untuk

(37)

Angket dinyatakan RELIABEL. Hasil uji validitas putaran ke-2 sebagai

Berdasarkan hasil tersebut, untuk validitas item dilihat kembali

kolom Corrected Item-Total Correlation. Jika masih ada nilai yang lebih

kecil dari 0,254 dinyatakan TIDAK VALID dan perlu dibuang serta

dilakukan uji validitas putaran ke-3. Ternyata item 7 masih lebih kecil

dari r tabel (0,240 < 0,254), maka item 7 dinyatakan TIDAK VALID dan

harus dibuang serta dilakukan uji validitas putaran ke-3. Untuk reliabilitas

didapat nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,697 > 0,254, maka Angket

dinyatakan RELIABEL. Hasil uji validitas putaran ke-3 sebagai berikut :

Tabel 3.10 Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.695 7

(38)

Berdasarkan hasil tersebut, untuk validitas item dilihat kembali

kolom Corrected Item-Total Correlation. Jika masih ada nilai yang lebih

kecil dari 0,254 dnyatakan TIDAK VALID dan perlu dibuang serta

dilakukan uji validitas putaran ke-4. Ternyata seluruh item yang tersisa

lebih besar dari r tabel (r hitung > 0,254), maka item yang tersisa

dinyatakan VALID dan yang dihitung dalam perhitungan statistik lebih

lanjut adalah item tersisa yang dinyatakan VALID. Untuk reliabilitas

didapat nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,695 > 0,254, maka Angket

dinyatakan RELIABEL.

8. Pengolahan Data Hasil Penelitian

Dalam peneltian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan

menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi),

dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Dengan

pengamatan yang terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi

sekali. Data yang diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif (walaupun

(39)

Menurut Bodgan seperti yang dikutip oleh Sugiyono (2007 : 334),

analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,

sehingga mudah dapat dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada

orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,

menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam

pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui pengamatan dan tes untuk

mengungkap kreativitas siswa dalam mengatasi pencemaran lingkungan.

Pengamatan ini dilakukan pada awal kegiatan (pre test) dan di akhir kegiatan

(post test). Data penelitian yang sudah terkumpul dianalisa secara deskriptif

dengan persentase (Suharsimi Arikunto, 1994 : 84).

Perhitungan dalam analisa data yang menghasilkan persentase

pencapaian yang selanjutnya diinterpretasikan dengan kalimat. Proses

perhitungan persentase yang dilakukan yaitu dengan cara membandingkan

skor total yang dicapai dengan skor total seharusnya dicapai. Kesimpulan yang

dihasilkan dalam proses pembelajaran matematika dengan pendekatan

(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan hasil penelitian serta

pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Kreativitas siswa di kelas perlakuan sebelum pembelajaran lingkungan

hidup melalui penggunaan model latihan inkuiri dengan pendekatan

lingkungan masih tergolong rendah. Hal tersebut dikarenakan peran peserta

didik tampak belum optimal sebagai subjek didik yang memiliki potensi

untuk berkembang, mereka kurang terlatih dalam menemukan/mencari,

menganalisis, dan menggunakan informasi yang disampaikan oleh guru.

Kreativitas siswa di kelas perlakuan setelah pembelajaran lingkungan hidup

melalui penggunaan model latihan inkuiri dengan pendekatan lingkungan

menunjukkan peningkatan. Pembelajaran model latihan inkuiri dengan

pendekatan lingkungan para siswa mendapat peningkatan yang cukup

signifikan. Hal ini dikarenakan para siswa dilibatkan langsung dalam proses

pembelajaran tersebut sehingga dengan model pembelajaran tersebut siswa

lebih memahami tentang pembelajaran lingkungan hidup.

2. Kreativitas siswa di kelas kontrol sebelum pembelajaran lingkungan hidup

dengan metode ekspositori-diskusi-demonstrasi masih tergolong rendah.

(41)

proses pembelajaran dengan mengunakan metode

ekspositori-diskusi-demonstrasi. Kreativitas siswa di kelas B (kelas kontrol) sesudah

pembelajaran lingkungan hidup dengan metode

ekspositori-diskusi-demonstrasi menunjukkan adanya peningkatan akan tetapi kurang

signifikan. Hal ini dikarenakan para siswa diberikan motivasi oleh guru

agar mereka aktif dalam proses pembelajaran sehingga para siswa

termotivasi untuk berpartisipasi dengan aktif dalam proses pembelajaran.

3. Kendala yang dihadapi guru antara lain sangat terbatasnya waktu luang guru

untuk berlatih menggunakan model inkuiri dan terbatasnya pelaksanaan

Program Rintisan Sekolah Berbudaya Lingkungan yang hanya dilaksanakan

dalam 6 kali pertemuan serta masih kaku dalam penerapan model tersebut.

Hal ini juga dikarenakan tidak terbiasa menggunakan model latihan inkuri

pada kegiatan belajar-mengajar sehari-hari. Kendala lainnya seperti tidak

semua siswa cepat trampil dalam menganyam dan merangkai pola, tidak

semua siswa tekun dan terampil serta sabar dalam menyelesaikan satu

produk ini membutuhkan waktu pelaksanaan yang lebih lama, karena dalam

satu pelaksanaan kegiatan, siswa dituntut membuat beberapa bentuk kreasi

daur ulang yang harus selesai dalam waktu singkat.

B. Saran

1. Guru hendaknya selalu menggunakan metode pembelajaran yang variatif,

(42)

2. Guru mempertimbangkan penggunaan model latihan inkuiri dengan

pendekatan lingkungan untuk dapat meningkatkan kreativitas siswa dengan

waktu belajar yang tersedia..

3. Guru harus bisa mengarahkan siswa agar memiliki sikap konsisten untuk

terus berkreasi dalam meciptakan produk-produk dari daur ulang sampah.

4. Diharapkan guru lebih sering berlatih model latihan inkuiri sehingga sangat

lancar dalam penerapannya.

5. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat diteliti mengenai tingkat

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Ali Ibrahim Akbar, 2000, Tentang Pendidikan Karakter. Rajawali, Jakarta.

Alimuddin Tuwu. (1993). Study Kasus. Jakarta. UI.

Alfian, Ibrahim (1983). Sebuah catatan Bagaimana lokalnya Sejarah Lokal. Dalam Panel Sejarah local. Jakarta: Direltorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Depdikbud.

Amien, Muhammad (1987). Mengajarkan IPA dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inquiry. Jakarta; Dekdikbud Dikti.

Anderson (1980). A Taxonomy for learning, teaching, and Assesing : A revision

of bloom’s taxonomy educational objective. New York: Longman.

Anna Poedjiadi. (2005). Pendidikan Sains dan Pembangunan Moral Bangsa. Bandung : yayasan Cendrawasih

Arikunto, Suharsimi. 1994. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Beyer, K. Barry. 1971. Inquiry In The Sosial Studies Classroom (A Strategy For Teaching). Charles E Merrill Publishing Company. Ohio.

Bloom (1980). Handbook on Formative and Sumative Evaluation of Student Learning. New York: McGraw- Hill Book Co.

Cambell, I. M., 1986, Energy and the Atmosphere, A Physical – Chemical Approach, Second edition. Published by John Wiley & Sons LTD. Chihester – New York – Brisbase – Toronto Singapore. Hal. 171.

Campbell, Barron, Amabile, Haefele, dan Evans. Campbell (1986). Mengembangkan Kreativitas. Disadur AM. Mangunhardjana. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Coyle G. 2004. Quantitative Modelling in System Dinamycs Society. The Proceedings of the 17 th International Conference of System Dinamycs Society and 5 th Astralia & Newzealand System Conference. Newzealand: Willington.

(44)

Dahar, R. (1991). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Dahlan, M. Alwi, 1990. “Interaksi dan Kelestarian Lingkungan Hidup dan

Pembangunan”, Serasi. Jakarta : Departemen Kependudukan dan

Lingkungan Hidup.

Depdiknas. 2002. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

Eni Maria (2011). Dasar-dasarAdministrasi Pendidikan. Jakarta: Dirjen Dikti, Depdikbud.

Evens (1991). Creative Thinking in the Decision and Management Sciences. Cincinnati: South-Western Publishing Co.

Fitri Eka Sari, Betty Holiwarni, dan Jimmi Copriady (2009). Penerapan, Pendekatan Inkuiri untuk meningkatkan Keterampilan Proses Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi Kelas XI IPA SMAN 1 SIAK SRI INDRAPURA.

Gall, M.C, Gall, J.P, & Borg, W.H. (2003). Educational Research. Boston: A&B.

Gagne, R.M. and Leslie J. Briges (1974). Principles of Intructional Design. New Yrok, Holt Richard and Winston.

Getzels. J. W., dan Jackson. P. W. (1962). Creativity and Intelligence. New York: John Wiley and Sons, Inc.

Ghufron: (2001).“Pemutakhiran Kurikulum di Perguruan Tinggi”. Cakrawala

Pendidikan. Februari, Th XXVI, No. 1.

Graham, Holt/Hale & Parker (1998). Children Moving New York: McGraw-Hill Inc.

Guilford, J. P. (1986). Intelegence, Creativity and Their Educational Implication, San Diego, Calif: R R. Knapp.

Guilford, J.P. (1967). The nature of human intelligence. New York: Mcgraw-Hill.

Habiba (2006). Pendekatan Lingkungan. [Online]. Tersedia dalam [http:

//blog.unila.ac.id/pembelajaranilmusosial/files/2009/10/pendekatan-limgkungan diakses Desember 2012].

Hamalik,Oemar. Dr. Prof,2001, Proses Belajar Mengajar. Bandung:Balai Pustaka

Hebrank (2000). Why Inquiry – Based Teaching and Learning in the middle

(45)

http://www.zoology.duke.edu/cibl. html/2000. Centre for Inquiry-Based Learning Dept. Of Biology, Duke University. [16 Februari 2003].

Hidayah (2006). http://aman-hidayah.blogspot.com/2008/01/model-pembelajaran-inkuiri.html (accessed 2 Juni 2011)

Hurlock, E.B. (1978). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta. Erlangga.

Iskandar, (2001). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: sekolah Pascasarjana UPI dan PT. Remaja Rosdaarya.

Jeff Degraff &Katherine A. (2002). Creativity at Work: Developing the Right Practices to Make Innovations Happen. University of Michigan Business Shool Management Series, Jossey-Bass a Willey Company.

Jellen dan Urban (1985), Test for Creative Thinking - Drawing Production. (TCT-DP). University Hannover.

Joyce & Weil (1980). Models Of Teaching. Boston: Allyn and Bacon.

Joyce, B., & Weil, M., (1992). Models of teaching. Fourth Edition. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.

Joyce, L., J. Aber, S. McNulty, V. Dale, A. Hansen, L. Irland, R. Neilson, K. Skog. 2001. Potential Consequences of Climate Variability and Change for the Forests of the United States. Chapter 17 in Climate Change Impacts on the United States: The Potential Consequences of Climate Variability and Change. National Assessment Synthesis Team, US Global Change

Research Program.

(http://www.usgcrp.gov/usgcrp/Library/nationalassessment/)

Karli, Hilda dan Margaretha Sri Yuliariatiningsih. 2002. Implementasi Kurikulum

Berbasis Kompetensi Jilid 1 dan 2. Bina Media Informasi.

Khabibah, Siti. 2006. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika

dengan Soal Terbuka untuk Meningkatkan Kreatifitas Siswa Sekolah Dasar Disertasi Program Pasca Sarjana. Surabaya. Perpustakaan

UNESA.

Khusnin, 2008. http://khusnin.wordpress.com/2008/09/27/kategori-morfologi-kelas-kata-dalam-bahasa-indonesia/. Diakses Desember 2012.

Kusdwiratri. 1998. Manusia, Kesehatan Dan Lingkungan . Bandung : Alumni.

(46)

Lawson, A.E. 1995. Science Teaching and the Development of Thinking. California: Wadsworth Publishing Company.

Lieberman & Hoody (1998). Closing the Achievement Gap. Using the Environment as an Integrating Context for Learning. State Edu. And Envi. Roundtable.

Marshall, (1983). Inquiry and Investigations In Biology: An Introduction. London Cambridge University Press.

Marzano, 1994. Performance Assesment on Dimensions of Learning. Alexandria, VA 22134: ASCD.

Marzano, R.J. (1993) Assessing Student Outcomes: Performance Assessment Using the Dimensions of Learning Model. Mid-Continent Regional Educational Lab., Aurora, CO.(BBB23081) p. 143

Marzano, RJ. et al. 1994. Assessing Student Outcomes: Performance Assessment Using the Dimensions of LearningModel.

Meitasari, (2000). Mengembangkan Kreativitas Anak. Jakarta. PT. Gramedia

Metzler, Michael.W. (2000). Instructional Models For Physical Education. Allyn and Bacon. USA.

Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Munandar, S.C.U (1997). Kreativitas dan Keberbakatan: Strategi mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka.

Nasution (1976). Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Pruitt, N.L., & Underwood, L.S. (2006). Bioinquiry: Making connections in

biology. Retrieved on January 21, 2011, from

https://ecampus.phoenix.edu/classroom/ic/ classroom.aspx

Roger B. Yepsen Jr. (1996). Yepsen, Roger B. Jr. (ed.) 1984. The Encyclopedia of Natural Insect & Disease Control (pp. 267-271). Rev. ed. Rodale Press, Emmaus, PA.

(47)

Ruindungan, (1996). Ruindungan Max. G. (1996). Model Bimbingan Peningkatan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah Umum. Disertasi Doktor PPS IKIP Bandung

Rutherford, F.J. dan Ahlgren, A. (1990) Science for All Americans. New York : Oxford University Press.

Sagala, H.S. 2004. Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu

Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung. Alfabeta.

Salpeter, (2003). Century skill: Have Student Ready. [Online].Tersedia: http://www.21st Centuryskill.org. [8 januari 2013].

Sanjaya, Wina, 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Prenada Media. Jakarta

Sekaran, 2003, “Research Methods for Business”, Intervarsity, Bandung

Soemardjan, Selo (1983). Kreativitas: Suatu tinjauan dari sudut sosiologi. Jakarta; Dian Rakyat.

Seloliman (2003) Program Pendidikan Lingkungan. [Online]. Tersedia: http://www.pplh.or.id/selo/pendidikan.php [4 januari 2013]

Semiawan dkk. 1998. Media Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka.

Siswidyawati (2009). Implikasi Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Soerjani Mohamad; 2009, Lingkungan : Sumberdaya Alam Dan Kependudukan Dalam Pembangunan, Jakarta, Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press)

Sri Anggraeni,S. (2004) Kinerja calon guru biologi sebagai agen pembelajaran

biologi di sekolah. Tidak diterbitkan. LP. UPI

Stein, Morris, I.(1963). Personality Measures in Admissions, New York. College Entrance Examination Board.

Sternberg, R. J., & Lubart, T. I. (1995). Defying the crowd: Cultivating creativity

in a culture of conformity. New York: Free Press.

Sternberg, Robert J (ed). 1999. Handbook of Creativity. Edinburgh: Cambridge University Press.

(48)

Sugiyono (2009), Statistik Untuk Penelitian, Bandung, Alfabeta.

Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung. Penerbit: CV. Alfabeta.

Suharnan, M.S. 1998. Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi.

Suniarsih. 2006, Lingkungan Sumber Belajar yang Terlupakan: Tersedia: http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/072007/18/99forumguru.htm, di akses tanggal Desember 2013.

Supriadi, E.R. Boa, dan S. J. Eden-Green. 1989. Determinasi dan identifikasi bakteri pembuluh kayu cengkeh. 13 hlm. Prosiding Simposium Hasil Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Bogor, 25-27 Juli 1989.

Supriadi. 1994. Characteristics of Pseudomonas solanacearum from ginger.7 hlm. Simposium Tanaman Industri II, Cipayung, 21-23 Nopember 1994.

Suyanto (1995). Ciri-ciri dan Proses Terbentuknya Kreativitas. Makalah IKIP Yogyakart.

Syahdian, 2004. Pentingnya Pendidikan lingkungan Hidup. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Torrance (1979). Rewarding Creative Behavior. Prantice Hall, Inc. Englewood Clifts, New Jersey.

Torrance, E.P. 1974. Future Careers for Gifted and Talented Students Gifted Child, Quarterly 20: 142-156.

Torrance’s (1962). Factors Affecting Creative Thinking in Children: An interm

Research Report. Merril-Palmer Quarterly.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Trianto. 2009, Model Pembelajaran Terpadu, Jakarta: Bumi Aksara, Hal: 136.

Trowbridge dan Bibee, (1990). Becoming a Secondary School Science Teacher. Melbourne: Merril Publishing Company.

Trowbridge, Bybee & Sund. 1973. Becoming a Secondary School Science

Teacher. A Bell & Howell Co. Toronto.

Trowbridge, Bybee & Sund. 1973. Becoming a Secondary School Science

(49)

Utami Munandar (1992), Anak-Anak Berbakat: Pembinaan dan Pendidikannya, Rajawali, Jakarta.

Utami Munandar (1999), Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Depdiknas dan Rineka Cipta, Jakarta.

Wallach, M. A., dan Kogan, N. (1965). The Roles of Information Discoussion,

and Consensue in Group Risk Taking. Journal Of Experimental Social

Psycology.

Wicaksono, G. Y. 2009. BLH: Kualitas Udara Surabaya Sangat Buruk.

Wina Sanjaya, (2007). Strategi pembelajaran Berorientasi pada Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Winarno, 2001. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Jakarta: Medpress.

Yulianto, A. S. (2002). Karakterisasi magnetik dari pasir besi Cilacap. Jurnal Fisika Himpunan Fisika Indonesia vol A5 no 0527.

Gambar

Gambar 4.1 Diagram rata-rata Gain dari rata-rata skor pretes dan
Gambar  3.1: Pretest-Posttes
Gambar 3.2 Diagram Alur Penelitian
tabel kisi-kisi tes kreativitas pada bagian lampiran.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Klien mengatakan nyeri yang dirasakan sangat sakit, dengan skala nyeri 7..

[r]

[r]

Kalau pak Amin tertawa menonton lawakan Srimulat dan tertawa menonton lawakan lainnya juga (lawakan Tukul Arwana, extra vaganza, dll) maka dapat dikatakan perilaku pak Amin

Meskipun bantahan sahabat kepada kelompok-kelompok baru tersebut tidak berkaitan dengan masalah sifat-sifat Allah, namun pada dasarnya perbedaan pendapat yang

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris apakah pemberian informasi dan sosialisasi, latar belakang pendidikan, jenjang pendidikan, lama usaha dan ukuran

Fitur Aplikasi : Pengajuan SK Penugasan, Penyerahan Dokumen/Hasil Pelaksanaan Kaji Ulang, Input dan Pencarian Data Pendukung : Tenaga Ahli, Peralatan

Penelitian ini menggunakan metode Observasional Analitik dengan pendekatan desain penelitian Cross Sectional study yaitu merupakan suatu penelitian yang digunakan untuk