DAFTAR ISI
2.2. Hasil Pendidikan dan Pelatihan ...
2.2.1. Hasil Pendidikan dan Pelatihan berkaitan dengan kemampuan Koknitif, Afektif dan Psikomotor …. 2.2.2. Hasil Pendidikan dan Pelatihan yang diharapkan
Dari kemampuan Kognitif ……… 2.2.3. Hasil Pendidikan Pelatihan yang diharapkan dari
kemampuan Afektif ………
22
24
25
2.2.4. Hasil Pendidikan dan Pelatihan ditinjau dari BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ………..………. 69
4.1.2. Uji Analisis Data ... 75
4.1.3. Pengujian Hipotesis ... 76
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian …..……….. 4.2.1. Pengaruh Hasil Diklat terhadap Kinerja Guru …..… 4.2.2. Pengaruh Motivasi Berprestasi terhadap
Kinerja Guru ……… 4.2.3. Pengaruh Hasil Diklat dan Motivasi
Berprestasi terhadap Kinerja Guru ………
91
91
92
94
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ...
5.2. Implikasi ………..… 5.3. Saran ………
95
96
98
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), sebagai salah satu lembaga
pendidikan juga perlu diupayakan peningkatan kualitasnya agar mampu
berkontribusi melahirkan tenaga kerja yang ’fresh’ dan siap diterjunkan untuk
memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang bugar. Pendidikan kejuruan merupakan
pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik siap untuk bekerja
dalam bidang tertentu. Pendidikan kejuruan sebagai bagian dari sistem pendidikan
nasional yang bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja yang mempunyai
keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan memenuhi standar,
sekarang ini mendapat perhatian besar dari masyarakat. Karena, dalam era
globalisasi sekarang ini diperlukan keterampilan dan kemampuan untuk selalu
dapat mengikuti perkembangan zaman yang terjadi dengan cepat.
Saat ini, pemerintah juga mencanangkan kebijakan yang boleh dikatakan
spektakuler berkenaan dengan rasio perbandingan jumlah SMA dan SMK, dari
70: 30, menjadi 30: 70, pada tahun 2025. Sementara itu, untuk meningkatkan
kualitas Sekolah Menengah Kejuruan, pemerintah melalui Direktorat Pembinaan
SMK juga mencanangkan program 1000 SMK Bertaraf Nasional dan 200 SMK
Kenyataan menunjukkan masih adanya kualitas guru yang kurang
kompeten serta penempatannya yang tidak sesuai dengan latar belakang
pendidikan atau keilmuan. Kualitas guru sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan pembelajaran, sebab guru merupakan ujung tombak yang turut
mewarnai proses pembelajaran. Di sisi lain, guru harus mampu memfasilitasi
proses belajar siswa.
Peningkatan mutu pendidikan secara formal aspek guru mempunyai
peranan penting dalam mewujudkannya, di samping aspek lainnya seperti
sarana/prasarana, kurikulum, siswa, manajemen, dan pengadaan buku. Guru
merupakan kunci keberhasilan pendidikan, sebab inti dari kegiatan pendidikan
adalah belajar mengajar yang memerlukan peran dari guru di dalamnya.
Sementara itu Tilaar (1999: 104) menyatakan “peningkatan kualitas pendidikan
tergantung banyak hal, terutama mutu gurunya”. Dengan demikian jelaslah bahwa
keberhasilan pendidikan yang terutama adalah faktor guru sebagai tenaga
pendidikan yang profesional.
Menurut Syah (2002: 230), guru yang profesional adalah guru yang
melaksanakan tugas keguruan dengan kemampuan tinggi (profisiensi) sebagai
sumber kehidupan. Profil profesi guru menurut Tilaar (1999: 295) adalah 1)
memiliki kepribadian yang matang dan berkembang, 2) memiliki penguasaan
ilmu yang kuat, dan 3) memiliki keterampilan untuk membangkitkan minat
peserta didik kepada ilmu pengetahuan dan teknologi, serta 4) mengembangkan
Salah satu hal yang patut dipertimbangkan adalah bagaimana upaya untuk
meningkatkan kualitas guru adalah dengan cara memberikan pendidikan dan
pelatihan, sebab dengan kualitas guru yang meningkat maka guru akan berusaha
untuk meningkatkan profesionalismenya, sehingga keberhasilan pendidikan akan
tercapai.
Djemari (dalam Acu S, 2005: 3) menyatakan bahwa setiap tenaga
pengajar memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap tingkat keberhasilan siswa
belajar dan keberhasilan guru mengajar. Seperti dikemukakan oleh Akadum
(1999), yang menyatakan dunia guru masih terselingkung dua masalah yang
memiliki mutual korelasi yang pemecahannya memerlukan kearifan dan
kebijaksanaan beberapa pihak terutama pengambil kebijakan, (1) profesi keguruan
kurang menjamin kesejahteraan karena rendah gajinya. Rendahnya gaji
berimplikasi pada kinerjanya, (2) profesionalisme guru masih rendah.
Selain faktor di atas, faktor lain yang menyebabkan rendahnya
profesionalisme guru antara lain disebabkan oleh, (1) masih banyak guru yang
tidak menekuni profesinya secara utuh. Hal ini disebabkan oleh banyaknya guru
yang bekerja di luar jam kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
sehingga waktu untuk membaca dan menulis bagi peningkatan diri tidak ada, (2)
belum adanya standar profesional guru sebagaimana tuntutan di negara maju, (3)
kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta sebagai pencetak
guru yang lulusannya asal jadi tanpa memperhitungkan outputnya kelak di
lapangan sehingga menyebabkan banyak guru yang tidak patuh terhadap etika
karena guru tidak dituntut untuk melakukan penelitian bidang ilmu sebagaimana
yang diberlakukan pada dosen di perguruan tinggi.
Menurut Syah (1988) dalam Usman (2001: 2), faktor lain yang
menyebabkan rendahnya pengakuan masyarakat terhadap profesi guru yakni
kelemahan yang terdapat pada diri guru itu sendiri, di antaranya rendahnya tingkat
kompetensi profesionalisme mereka. Penguasaan guru terhadap materi dan
metode pengajaran masih berada di bawah standar.
Tantangan lebih besar muncul dari Sekolah Menengah Kejuruan. Lembaga
pendidikan ini tidak hanya menyiapkan siswa memiliki pengetahuan tentang
bekerja, melainkan harus memiliki keterampilan yang dibutuhkan dan relevan
dengan kebutuhan lapangan atau kebutuhan dunia industri/dunia kerja. Pada
kenyataannya, tingkat relevansi kurikulum dan bahan ajar terhadap kebutuhan
dunia industri masih rendah. Hal itu disebabkan pesatnya laju teknologi industri
dan rendahnya kemampuan sekolah menyediakan mesin-mesin baru. Apalagi
masih banyak SMK yang mengandalkan teori, dan tidak melaksanakan praktek
yang optimal, karena terbatasnya peralatan (mesin). Dalam hal ini dikenal dengan
sebutan SMK sastra.
Menurut Suryadi (1989: 3) kualitas guru dapat ditunjukkan dengan
pengukuran terhadap tiga faktor utama yaitu kemampuan profesional, upaya
profesional dan waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesional. Dengan
demikian, untuk meningkatkan kualitas guru dan kinerja guru dalam kaitannya
dengan usaha peningkatan kualitas pendidikan, guru harus mengikuti pendidikan
terhadap subtansi materi yang perlu diajarkan kepada siswa, keadaan ini
didiagnosis berasal dari kurangnya pengalaman kerja guru di dunia industri/usaha,
kurangnya kemauan guru untuk mengembangkan diri atas prakarsanya sendiri dan
kurangnya gairah mengajar. Dalam usaha mengatasi permasalahan yang dihadapi
guru seperti, guru yang kurang menguasai substansi materi yang akan diajarkan
kepada peserta didik, serta kurangnya pengalaman kerja guru pada dunia usaha
dan industri, dan kurangnya kemauan guru untuk mengembangkan diri atas
pelaksanaannya sendiri, maka perlu adanya pembinaan yang kontinyu serta
pendidikan dan pelatihan yang sistematis.
Upaya meningkatkan kualitas SMK, Pakpahan dalam Supriadi (2002: 224)
menyebutkan ”... dari sekitar 40 ribu guru SMK Negeri pada awal Pelita VI,
sebanyak 75% telah diantar dalam berbagai bidang keahlian”. Guru-guru dibekali
dengan pengalaman bekerja di industri (industrial experience for the teachers)
selama beberapa waktu, kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan penataran.
Dengan demikian, para guru teknik mempunyai wawasan dan pengalaman yang
sama dalam membimbing para siswanya.
Tarsono (dalam Acu S, 2005) menyatakan bahwa, penyelenggaraan suatu
Pendidikan dan Pelatihan (diklat) sebagai salah satu pemberdayaan sumber daya
manusia (SDM). Secara lebih khusus bahwa pendidikan dan pelatihan
dilaksanakan dalam upaya peningkatan kompetensi yang meliputi pengetahuan,
keterampilan dan sikap, sehingga diharapkan SDM menampilkan unjuk kerja
(performance) yang lebih baik dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Alasan
melaksanakan tugas, (2) belum optimalnya kompetensi relevan yang dimiliki, (3)
adanya kesenjangan akibat perkembangan ilmu dan teknologi. Dalam konteks
pendidikan nonformal efektivitas penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
memerlukan pertimbangan beberapa hal antara lain: (1) dilihat berdasarkan basis
pekerjaan atau fungsi, (2) pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan harus
didasarkan pada analisis kebutuhan , (3) program pendidikan dan pelatihan harus
terpadu secara logis dan sistematik, (4) program pendidikan dan pelatihan harus
mengacu pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang relevan, (5)
pendidikan dan pelatihan dilaksanakan berorientasi pada output dan out comes,
(6) evaluasi dalam pendidikan dan pelatihan berorientasi pada evaluasi proses dan
dampak.
Banyak program pelatihan yang bersifat peningkatan kompetensi, seperti
pelatihan alih keterampilan, pelatihan manajemen bengkel bagi guru SMK.
Sebagai upaya peningkatan kompetensi, SMK mengirim guru-gurunya untuk
mengikuti pelatihan, baik guru normatif, adaptif maupun produktif, ke pusat-pusat
pelatihan dengan durasi waktu 7 hari sampai 3 bulan, dan seluruh peserta
menerima sertifikat sebagai bukti telah mengikuti pendidikan dan pelatihan.
Salah satu lembaga tempat melaksanakan kegiatan pendidikan dan
pelatihan adalah Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan Bidang Mesin dan Teknik Industri (PPPPTK BMTI) Cimahi, yang
merupakan metamorfosis dari Pusat Pengembangan dan Penataran Guru
Teknologi (PPPG Teknologi). Lembaga ini, sesuai tugas dan fungsinya ialah
kependidikan di SMK (tenik). Setiap tahunnya menyelenggarakan lebih dari 43
jenis kegiatan diklat dilaksanakan, yang meliputi kegiatan diklat di bidang teknik
bangunan, teknik mesin, teknik elektro, teknik listrik, dan juga diklat bagi guru
pendidikan umum dan sains. Bahkan, PPPPTK juga melaksanakan diklat bagi
calon kepala sekolah, atau talenscouting, karya tulis ilmiah, Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), bahasa Inggris, bahasa Inggris bagi guru produktif,
ketatausahaan bagi tenaga tata usaha, kewirausahaan bagi kepala sekolah dan guru
maupun jenis diklat lainnya. PPPPTK BMTI juga membuka program Works
Station (WS) atau diklat yang dilaksanakan di daerah.
Bachtiar (2003: 9) guru sebagai ujung tombak dalam keberhasilan proses
pembelajaran, kepadanya tertumpu harapan untuk bisa melaksanakan program
pemerintah antara lain meningkatkan mutu pendidikan. Pembelajaran merupakan
jantung dari proses pendidikan dalam suatu institusi pendidikan. Pada tingkat
mikro, pencapaian kualitas pembelajaran merupakan tanggung jawab profesional
seorang guru, misalnya melalui penciptaan pengalaman belajar yang bermakna
bagi siswa dan fasilitas yang didapat siswa untuk mencapai hasil belajar yang
maksimal. Pada tingkat makro, melalui sistem pembelajaran yang berkualitas,
lembaga pendidikan bertanggung jawab terhadap pembentukan tenaga pengajar
yang berkualitas, yaitu yang dapat berkontribusi terhadap perkembangan
intelektual, sikap, dan moral dari setiap individu peserta didik sebagai anggota
masyarakat.
Menurut Bachtiar (2003: 53) pendidikan dan pelatihan adalah suatu bentuk
kemampuan profesional personal sekolah terutama guru dengan cara mengubah
sikap meningkatkan keterampilan dan pengetahuan. Dilihat dari tujuan yang ingin
dicapai melalui pendidikan dan pelatihan guru teknik adalah untuk meningkatkan
keterampilan guru dalam persiapan pembelajaran, proses pembelajaran,
penguasaan bahan ajar, komite dan peningkatan motivasi mengajar. Selain
melalui pendidikan dan pelatihan, motivasi juga dapat meningkatkan kinerja guru
dalam proses pembelajaran di sekolah menengah kejuruan.
Menurut Hasibuan (1993: 95) motivasi berprestasi adalah pemberian daya
penggerak yang menciptakan gairah kerja seseorang, agar mau bekerja sama,
bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala upaya-upayanya untuk mencapai
kepuasan. Guru yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi akan bekerja
dengan sebaik-baiknya, menyelesaikan tugas, tanggung jawab, berpikir akan
kemajuan karirnya dan berorientasi ke masa depan. Di samping itu motivasi juga
dapat menimbulkan kepuasan kerja, rasa senang dan bangga bisa melakukan
pekerjaan yang kreatif, mampu melaksanakan pekerjaan sesuai kompetensinya,
dengan demikian guru teknik mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi untuk
meningkatkan kinerja.
Pendidikan dan pelatihan untuk guru merupakan sasaran penting dalam
manajemen sumber daya manusia, karena secara langsung maupun tidak langsung
akan berpengaruh terhadap kinerja guru. Berdasarkan pengamatan di lapangan
dan wawancara selama penulis melakukan penelitian dijumpai beberapa
1. Masih ada guru yang belum mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan,
sehingga kompetensi profesionalisme dalam kegiatan pembelajaran belum
berjalan secara optimal.
2. Guru yang kurang menguasai substansi materi yang akan diajarkan kepada
peserta didik, serta kurangnya pengalaman kerja guru pada dunia usaha dan
industri, dan kurangnya kemauan guru untuk mengembangkan diri atas
pelaksanaannya sendiri.
Dalam hal motivasi berprestasi ditemui permasalahan bahwa pemberian
penghargaan yang belum konsisten dilaksanakan oleh pihak sekolah kepada guru
yang memiliki prestasi dan guru yang rajin mengajar, sehingga menurunkan
motivasi berprestasi guru. Sedangkan dalam hal kinerja guru, didapat kendala
rendahnya komitmen guru dalam melaksanakan program-program dan kegiatan
pembelajaran di sekolah dan minimnya kreativitas yang dimiliki oleh guru, yang
menyebabkan sekolah kurang berkembang, serta masih banyak guru yang tidak
menekuni profesinya secara utuh, di mana masih ada guru yang bekerja di luar
jam kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan
penelitian lebih lanjut mengenai kinerja guru dalam proses pembelajaran di SMK
dikaitkan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, yakni faktor pendidikan
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa tertarik untuk
mengungkap ”Bagaimanakah pengaruh hasil diklat dan motivasi berprestasi
terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di SMK”.
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Beragamnya latar belakang dan pengalaman kerja guru yang menjadi peserta
pendidikan dan pelatihan di PPPPTK BMTI.
2) Terjadinya need assessment guru dalam pelaksanaan proses pendidikan dan
pelatihan bagi guru.
3) Berbagai jenis diklat yang dilaksanakan belum mengacu pada need assesment
atau analisis kebutuhan diklat yang dilaksanakan sebelum dilaksanakannya
diklat bagi guru SMK.
4) Peningkatan kualitas baru terfokus pada pemenuhan atau realisasi program
kerja lembaga saja, belum berorientasi pada pendidikan dan pelatihan.
5) Pelaksanaan diklat belum mengacu pada peningkatan kinerja guru sebagai
aktualisasi kompetensi guru.
6) Motivasi berprestasi guru dalam pelaksanaan pembelajaran masih rendah, yang
menyebabkan menurunnya prestasi kerja (kinerja guru).
7) Kinerja guru belum berjalan dengan optimal, di mana guru belum berkomitmen
secara maksimal dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di sekolah.
8) Kinerja guru yang ditunjukkan melalui kreativitas guru dalam pembelajaran
1.3 Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka
permasalahan yang akan dideskripsikan dan dianalisis lebih lanjut dalam
penelitian ini dirumuskan, sebagai berikut:
1) Seberapa besar pengaruh hasil diklat terhadap kinerja guru dalam
pembelajaran di SMK?
2) Seberapa besar pengaruh motivasi berprestasi guru terhadap kinerja guru
dalam pembelajaran di SMK?
3) Seberapa besar pengaruh hasil diklat dan motivasi berprestasi guru terhadap
kinerja guru dalam pembelajaran di SMK?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji
seberapa besar pengaruh hasil diklat yang diselenggarakan oleh PPPPTK-BMTI
Bandung dan motivasi berprestasi guru terhadap kinerja guru dalam pembelajaran
di SMK.
Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
memperoleh informasi mengenai:
1) Pengaruh hasil diklat terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di SMK.
2) Pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja guru dalam pembelajaran
di SMK.
3) Pengaruh hasil diklat dan motivasi berprestasi secara bersama-sama
1.5 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan ada dua manfaat utama yaitu manfaat
yang bersifat praktis dan bersifat teoritis, yaitu:
1) Manfaat Praktis
(a) Bagi penyelenggara pendidikan dan pelatihan dalam hal ini PPPPTK BMTI
Bandung ialah memberikan umpan balik terhadap perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pelatihan serta pengembangan program pendidikan dan pelatihan dalam
rangka memperbaiki sistem maupun model pendidikan dan pelatihan khususnya
dalam rangka meningkatkan kinerja guru dalam layanan pembelajaran.
(b) Bagi guru peserta diklat atau guru lainnya di SMK ialah meningkatkan
motivasi berprestasi guru untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan dan usaha
lainnya dalam rangka meningkatkan sikap, pengetahuan dan keterampilan serta
memperbaiki kinerja khususnya dalam pembelajaran.
(c) Bagi siswa SMK ialah peningkatan kinerja guru akan berdampak positif
dalam kualitas pembelajaran sehingga akan meningkatkan kualitas output siswa
SMK, yang lebih meningkat pengetahuan, sikap dan keterampilan.
(d) Bagi pengambil kebijakan: memberikan masukan pentingnya pendidikan dan
pelatihan, motivasi berprestasi guru dan kinerja guru dalam rangka meningkatkan
kualitas sumber daya menusia sehingga terdapat kebijakan yang mendukung
upaya peningkatan kinerja guru dalam layanan pembelajaran.
2) Manfaat Teoritis
(a) Memberikan sumbangan pemikiran terhadap pendidikan dan pelatihan dan
(b) Memberikan sumbangan pemikiran dalam penyusunan strategi pendidikan
dan pelatihan dalam meningkatkan motivasi berprestasi guru dan kinerja guru
(c) Memberikan sumbangan pemikiran terhadap kinerja guru dalam
pembelajaran di SMK dan memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan
pembelajaran di SMK.
1.6 Definisi Operasional
Beberapa istilah yang menurut peneliti harus dijelaskan secara operasional
untuk menghindari keanekaragaman penafsiran, berikut ini dikemukakan definisi
operasional agar diperoleh kesatuan pemikiran, maka dibuat definisi operasional
sebagai berikut:
1) Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) adalah penyelenggaraan kegiatan untuk
mengembangkan staf dalam meningkatkan kemampuan profesional guru
dengan cara mengubah sikap, keterampilan dan pengetahuan yang
diselenggarakan oleh PPPPTK-BMTI Bandung. Dalam penelitian ini
ukuran-ukuran pendidikan dan pelatihan adalah intensitas mengikuti pendidikan dan
pelatihan, persepsi pendidikan dan pelatihan (tingkat kemanfaatan dan tujuan,
materi pendidikan dan pelatihan, ketepatan metode pembelajaran, kuantitas
dan kualitas media pembelajaran, penggunaan dan dukungan sarana
pembelajaran).
2) Hasil Diklat. Pengertian hasil diklat dalam penelitian ini mengacu kepada
pengertian hasil belajar yang dikemukakan oleh Nana Sujana (2008: 3)
bahwa, ”hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup aspek
(dalam hal ini adalah guru SMK) menerima pengalaman belajarnya melalui
kegiatan pendidikan dan pelatihan. Dari pengertian hasil belajar terebut, dapat
dikemukakan bahwa hasil diklat merupakan perilaku sebagai akibat proses
belajar mengajar. Hasil pendidikan dan pelatihan dapat diukur melalui
kegiatan penilaian. Penilaian dapat diartikan sebagai suatu tindakan untuk
menilai sejauh mana tujuan-tujuan instruksional dapat tercapai atau sejauh
mana materi yang diberikan dikuasai oleh siswa. Hasil penilaian dapat
dilaporkan dalam bentuk nilai atau angka.
3) Motivasi berprestasi adalah dorongan dari dalam diri maupun dari luar yang
memperngaruhi tingkah laku guru teknik SMK di Jawa Barat dalam berbuat
untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil yang terbaik. Dalam penelitian ini
ukuran-ukuran yang dipergunakan dalam motivasi berprestasi adalah selalu
berusaha unggul, menyelesaikan tugas sebaik-baiknya, tanggung jawab, dan
suka bekerja keras.
4) Kinerja guru adalah prestasi capaian seorang guru SMK dalam melaksanakan
tugas dari segi kualitas personal dan proses pelaksanaan tugas. Dalam
penelitian ini ukuran-ukuran kinerjanya adalah Persiapan Pembelajaran,
ketepatan penentuan kompetensi dasar terhadap standar kompetensi, relevansi
penentuan dan pengembangan indikator hasil belajar, pengembangan
pengalaman belajar dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok dan indikator, pengintegrasian life skills dalam pengembangan
pengalaman belajar, alokasi waktu, penjabaran indikator, kreativitas dalam
pengelolaan dan pengorganisasian siswa, penguasaan materi,
mengembangkan berbagai aktivitas belajar dengan berbagai
teknik/pendekatan, penggunaan alat/bahan/media pembelajaran, penghargaan
terhadap prestasi siswa, pemanfaatan waktu, memotivasi partisipasi siswa,
penelitian terhadap proses dan hasil belajar dan mengakhiri pembelajaran.
1.7 Asumsi
1) Pendidikan dan pelatihan (diklat) merupakan salah satu upaya yang dilakukan
untuk memberdayakan sumber daya manusia (SDM). Secara lebih khusus
bahwa pendidikan dan pelatihan dilaksanakan dalam upaya peningkatan
kompetensi yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap, sehingga
diharapkan SDM menampilkan unjuk kerja (performance) yang lebih baik
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. (Tarsono dalam Acu S, 2005)
2) Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (1998: 223) mengemukakan bahwa
tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap karyawan serta meningkatkan kualitas dan produktivitas organisasi
secara keseluruhan. Dengan perkataan lain, tujuan pelatihan adalah
meningkatkan kinerja dan pada gilirannya akan meningkatkan daya saing.
3) Mc. Clelland dalam (Miftah Thoha, 1983: 230) mengemukakan bahwa orang
yang memiliki motivasi berprestasi tinggi mempunyai karakteristik (1) suka
mengambil risiko yang moderat, (2) memerlukan umpan balik yang segera,
(3) memperhitungkan keberhasilan dan (4) menyatu dengan tugas.
4) Kinerja guru dipengaruhi oleh pendidikan dan pelatihan, motivasi berprestasi,
materi, perencanaan, metode/strategi dan evaluasi pembelajaran. Agar guru
memiliki kinerja yang sesuai dengan harapan, maka setiap guru sudah
seharusnya melewati tahap-tahap dalam tugasnya sebagai guru. Selain
memiliki kompetensi dasar yang dibuktikan dengan Akta Mengajar maupun
ijazah sarjana pendidikan, seorang guru agar menjadi lebih profesional di
dalam melaksanakan tugasnya, maka guru tersebut harus ditingkatkan
kemampuannya, melalui berbagai upaya. Salah satu upaya tadi ialah
dilaksanakannya pendidikan dan pelatihan, baik yang sifatnya penyegaran
maupun yang sifatnya berjenjang atau untuk menguasai kompetensi lanjutan.
1.8 Lokasi Penelitian
Penelitian ini bertempat di 5 SMK Negeri yang berada di Kota Bandung dan Cimahi.
TABEL 1.1 DATA SEKOLAH
No. Nama Sekolah Jenis Sekolah
1 SMKN 4 Bandung SMK BERTARAF NASIONAL
2 SMKN 6 Bandung SMK BERTARAF NASIONAL
3 SMKN 8 Bandung SMK BERTARAF NASIONAL
4 SMK Merdeka Bandung SMK BERTARAF NASIONAL
5 SMKN 1 Cimahi SMK NASIONAL BERTARAF
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pendidikan dan
pelatihan yang diselenggarakan oleh PPPPTK-BMTI Bandung dan motivasi
berprestasi terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di SMK. Berdasarkan
tujuan yang akan dicapai dan rumusan masalah yang diajukan, penelitian ini
termasuk penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif, menggunakan
metode analisis statistik deskriptif - inferensial teknik korelasi dan regresi baik
tunggal maupun ganda.
Penelitian korelasional menurut Suryabrata (2003: 82) adalah penelitian
yang digunakan untuk mengetahui hubungan fungsional antara dua variabel atau
lebih baik hubungan terpisah (antar variabel) atau bersama-sama dimana
variabel-variabel yang diteliti tersebut rumit dan tak dapat dimanipulasi dengan metoda
eksperimen. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data yang
diperoleh, sedang statistik inferensial digunakan untuk membuat kesimpulan.
Sugiyono (2003: 169-170) menjelaskan bahwa statistik deskriptif adalah statistik
yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data yang
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan secara
umum (generalisasi). Sedang statistik inferensial adalah teknik statistik yang
digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dan rumusan masalah, penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan metode analisis
statistik deskriptif.
3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Penelitian
Populasi menurut Sumarsono (2004: 49) adalah ”kumpulan dari seluruh
elemen atau individu-individu yang merupakan sumber informasi dalam suatu
riset”. Karena penelitian ini berhubungan dengan pengaruh pendidikan dan
pelatihan yang diselenggarakan oleh PPPPTK-BMTI Bandung dan motivasi
berprestasi terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di SMK maka yang menjadi
populasi adalah para guru SMK yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan,
yang diselenggarakan oleh PPPPTK-BMTI Bandung sebanyak 74 orang dan aktif
mengajar di 5 SMK kelompok: teknologi dan industri Provinsi Jawa Barat.
3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel
Kountur (2004: 137) mengatakan bahwa: ”Sampel adalah bagian dari
populasi”. Sampel penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang diambil
sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Berkaitan dengan
teknik pengambilan sampel, Sevilla G. Consuelo (1993: 161) menyarankan,
sepanjang sampel yang digunakan porsinya populasi, sehingga penemuan dan
kesimpulan yang diperoleh dari sampling tersebut adalah sah (valid).
Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling. Teknik purposive sampling merupakan cara pengambilan sampel
Non-probability sampling sendiri adalah teknik yang tidak memberikan peluang atau
kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sample (Sugiyono, 2008: 60).
Menurut Sumarsono (2004: 63), sampel yang purposif adalah sampel yang
dipilih secara cermat, sehingga relevan dengan rancangan riset. Adapun
pertimbangan yang digunakan sebagai kriteria dalam penentuan sampel responden
penelitian adalah:
1. Responden pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan di PPPPTK-BMTI
Bandung.
2. Responden dan aktif mengajar di 5 SMK kelompok: teknologi dan industri
Provinsi Jawa Barat.
Dalam melakukan penarikan sampel digunakan Rumus Slovin yang
dikutip oleh Husein Umar (1998: 108) dengan tingkat kesalahan 10%.
Rumus yang dimaksud adalah 2
1 Ne
N n
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang masih dapat diterima
Populasi Guru SMK sebanyak 74 guru, yang diambil berdasarkan jumlah
jumlah guru pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan di PPPPTK-BMTI
Bandung dan aktif mengajar di 5 SMK kelompok: teknologi dan industri Provinsi
2
Dengan menggunakan rumus tersebut, jumlah sampling yang harus
diambil dari populasi sebanyak 74 orang, maka penulis mengambil sampel
3.3 Alat Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan, sesuai dengan fokus permasalahan penelitian,
dikumpulkan melalui kuesioner dan observasi. Kuesioner digunakan melalui
kuesioner dan observasi. Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data yang
berhubungan dengan variabel-variabel seperti variabel bebas (X) yakni hasil
diklat (X1), motivasi berprestasi (X2). Sedangkan untuk variabel terikat yakni
kinerja guru dalam pembelajaran di SMK (Y) selain menggunakan kuesioner juga
menggunakan observasi dan catatan-catatan atau dokumentasi tentang kinerja
guru yang menjadi responden dalam penelitian ini.
3.3.1 Angket atau Kuesioner
Angket yang digunakan dalam bentuk tertutup. Angket atau kuesioner
digunakan untuk menggali dan dapat mengungkapkan hal-hal atau informasi yang
sifatnya rahasia sehingga data yang lebih lengkap, akurat dan konsisten.
Bahan-bahan untuk penyusunan kuisioner ini juga dikumpulkan dari berbagai sumber
melalui, observasi, dokumentasi dan konsultasi dengan dosen pembimbing.
Pertimbangan utama memilih alat pengumpul data tersebut adalah:
a) Agar hasil pengukuran terhadap variabel-variabel yang diteliti dapat dianalisa
dan diolah secara statistik.
b) Dengan alat pengumpul data tersebut sangat memungkinkan memperoleh data
yang objektif.
c) Penelitian dapat dilakukan dengan mudah serta dapat menghemat waktu, biaya
3.3.2 Observasi
Observasi adalah cara pengumpulan data yang dapat dilakukan secara
pengamatan langsung, sistematis dan sengaja melalui pengamatan dan pencatatan
terhadap gejala yang diteliti. Kegunaan teknik observasi di dalam penelitian ini
adalah untuk mengamati kinerja guru (Y) yaitu, kemampuan dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran dan kemampuan mengajar di SMK. Teknik observasi
ini digunakan oleh peneliti pada saat melakukan penelitian. Pada saat kegiatan
penelitian, peneliti terjun langsung ke lapangan. Dengan kata lain, peran peneliti
adalah sebagai observer as participant (observer sebagai partisipan) yang turut
aktif di lapangan mengikuti secara penuh aktivitas guna memperoleh data melalui
pengamatan mengenai pelaksanaan proses pembelajaran berlangsung selama
kegiatan pada SMK. Alat yang digunakan dalam observasi ini adalah panduan
observasi, dan catatan sebagai dokumentasi.
3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1 Penyusunan Instrumen
Pengembangan instrumen ditempuh melalui beberapa cara, yaitu (1)
menyusun indikator variabel penelitian, (2) menyusun kisi-kisi instrumen, (3)
melakukan uji coba instrumen, (4) melakukan pengujian validitas (perhitungan
nilai skala) dan reliabilitas instrumen, (5) konsultasi dengan dosen pembimbing,
dan menjadi landasan dalam menyusun item pertanyaan atau pertanyaan yang ada
1) Hasil Diklat (X1)
Hasil diklat yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai hasil dari
pendidikan dan pelatihan dari peserta diklat yang diperoleh dari Seksi Evaluasi
Bidang Fasilitasi Peningkatan Kompetensi (Fastingkom) PPPPTK BMTI
Bandung.
2) Motivasi Berprestasi (X2)
Data yang dihasilkan dari penyebaran angket berskala pengukuran ordinal
karena angket yang disebarkan menggunakan Skala Likert.
3) Kinerja Guru dalam Pembelajaran (Y)
Khusus untuk variabel Kinerja Guru dalam Pembelajaran (Y) menggunakan observasi dengan alat pencatatnya adalah rating scale. Djuju
Sudjana (2000: 321) menyatakan bahwa ”... alat pencatat observasi adalah chek
list, rating scale, denah, kamera foto, tape recorder dan lain sebagainya”.
3.4.2 Uji Coba Instrumen.
Sebelum instrumen diterapkan ke dalam penelitian sesungguhnya maka
terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk mengetahui tingkat validitas dan
reliabilitas setiap item kuisioner. Dilakukan dengan dua cara, melalui Dosen
pembimbing, justifikasi pakar, dan melalui uji coba pada sampel dengan
karakteristik sama dengan responden penelitian yang sesungguhnya. Tujuan dari
pelaksanaan uji coba instrumen penelitian adalah untuk menguji validitas dan
reliabilitas instrumen tersebut. Hasil uji validitas kuesioner yang telah dijustifikasi
1) Uji Validitas Instrumen Penelitian
Validitas adalah suatu ukuran yang mengajukan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan sesuatu intrumen. Uji validitas setiap item kuisioner dilakukan
melalui prosedur dan penghitungan statistik. Dalam hal ini peneliti menggunakan
rumus korelasi Product Moment r dari Pearson dengan taraf signifikasi 5%. r =
(Riduwan, 2007: 62) dengan rumus:
Butir pertanyaan dinyatakan signifikan jika koefisien korelasi pada uji
signifikansi nilai t hitung lebih besar dari t tabel. Menurut Sudjana (1986: 377)
jika t hitung > t tabel, maka item dianggap valid. Dan sebaliknya apabila t hitung
< t tabel maka butir item tersebut dianggap tidak valid.
2) Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Reliabilitas menunjukan sejauh mana tingkat kekonsistenan pengukurang
dari suatu responden ke responden yang lain atau dengan kata lain sejauh mana
pertanyaan dapat dipahami sehingga tidak menyebabkan beda interpretasi dalam
pemahaman pertanyaan tersebut. Untuk menguji reliabilitas dalam penelitian ini,
penulis mengacu kepada koefisien reliabilitas Alpha Cronbach dengan
3.5 Teknik Pengolahan Data 3.5.1 Analisis Deskriptif
Menurut Riduwan (2007: 27), analisis deskriptif adalah analisis yang
menggambarkan suatu data yang akan dibuat baik sendiri, maupun secara
kelompok. Tujuan analisis deskriptif adalah untuk membuat gambaran secara
sistematis data yang factual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar
fenomena yang diteliti.
Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan cara kuantitatif dengan
menggunakan statistik deskriptif-analitik. Penggunaan statistik deskriptif
dimungkinkan untuk menghitung rata-rata (mean), varians, dan simpangan baku
(standar deviasi) serta mendeskripsikan data dalam bentuk tabel dan diagram.
Nilai rerata dari kelompok data ini diperkirakan dapat mewakili seluruh nilai data
yang ada dalam kelompok tersebut. Adapun rumus-rumus yang digunakan adalah:
(1) Menghitung rata-rata (means)
X =
n X
Keterangan:
X = rata-rata X
∑X = jumlah seluruh nilai X
∑n = jumlah anggota sampel
(Sujana, 1992: 89)
S2 =
3.5.2 Pemeriksaan Distribusi Data
Adapun statistik analitik digunakan untuk menguji hipotesis, dalam hal ini
analisis kolerasi dan regresi. Untuk menguji Hipotesis 1, Hipotesis 2 yang
digunakan adalah analisis kolerasi dan regresi sederhan, sedangkan untuk menguji
Hipotesis 3 digunakan analisis kolerasi chi square, dan regresi ganda.
Seperti apa yang dikemukakan Sudjana (1988: 367) bahwa jika data hasil
pengamatan terdiri atas banyak variabel, yaitu seberapa kuat pengaruh antara
variabel itu terjadi, perlu ditentukan derajat pengaruh antara
variabel-variabel tersebut. Studi yang membahas pengaruh antara variabel-variabel ini dinamakan
analisis kolerasi dan ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajat hubungan ini
dinamakan koefisien kolerasi.
Ada beberapa tahap perhitungan terlebih dahulu, sebelum menjadi
1) Uji Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan dalam rangka mengetahui apakah galat
taksiran regresi variabel terikat (Y) terhadap variabel (X1 dan X2) berdistribusi
normal atau tidak. Untuk itu dilakukan pengujian normalitas galat taksiran yang
didasarkan pada asumsi bahwa harga variabel terikat (Y) harus independen dari
harga variabel bebas (X1 dan X2) dan galat taksiran berdistribusi normal dengan
rata-rata nol serta varians berharga konstan. Untuk mengujinya dilakukan dengan
menggunakan Uji Chi-Square. (Usman, 2008: 278) Adapun kriteria pengambilan
keputusan yang digunakan adalah:
Jika χ2hitung > χ2tabel maka distribusi data tidak normal
Jika χ2tabel < χ2tabel maka distribusi data normal
2) Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas varians digunakan untuk menguji apakah kedua data
tersebut homogeny, yaitu dengan membandingkan kedua variansnya. Jika kedua
varians sama besarnya, maka uji homogenitas tidak perlu dilakukan lagi karena
data-datanya sudah dianggap homogen. Namun untuk varians yang tidak sama
besarnya, perlu diadakan pengujian homogenitas melalui uji kesamaan dua
varians ini. (Usman, 2008: 133)
Uji homogenitas varians dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan Uji
Chi-Square. Uji Chi-Square dengan cara membandingkan nilai χ2hitung dengan
χ2
tabel. Kriteria yang digunakan adalah jika χ2hitung < χ2tabel maka varians kelompok
3.5.3 Uji Hipotesis
Menurut Hasan (2005: 140), pengujian hipotesis adalah suatu prosedur
yang akan menghasilkan suatu keputusan, yaitu keputusan menerima atau
menolak hipotesis tersebut. Hipotesis digunakan pada bab I akan diuji, namun
sebelum diuji hipotesis tersebut terlebih dahulu diubah menjadi hipotesis
stratistik, yang terdiri atas ”hipotesis nol” yang bersimbol Ho dan ”hipotesis
alternatif” yang bersimbol H1.
Hipotesis statistik.
1. H0 : b1 = 0
Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara hasil diklat
terhadap kinerja guru.
H1 : b1 ≠ 0
Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara hasil diklat terhadap
kinerja guru.
2. H0 : b2 = 0
Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi
berprestasi terhadap kinerja guru.
H1 : b2 ≠ 0
Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi berprestasi
terhadap kinerja guru.
3. H0 : b1,b2 = 0
Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara hasil diklat dan
H1 : b1,b2 ≠ 0
Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara hasil diklat dan
motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kinerja guru.
Rumus yang digunakan dalam menguji hipotesis bergantung pengujian
normalitas distribusi data. Jika data terkumpul berdistribusi normal maka rumus
yang digunakan adalah rumus untuk statistik nonparametrik. Rumus yang
digunakan adalah rumus korelasi, chi square, dan regresi.
1) Analisis Korelasi
Analisis korelasi digunakan untuk mencari derajat hubungan antara
variabel-variabel. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajat hubungan
dinamakan koefisien korelasi (Sudjana, 2002: 367).
Teknik korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Korelasi
Pearson Product Moment (Riduwan, 2007: 62) dengan rumus:
Menghitung korelasi dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson
Product Moment, dengan simbol “r”, cara perhitungan yang ditempuh adalah
dengan cara manual dan menggunakan Program SPSS. Kuat tidaknya korelasi
diukur dengan suatu nilai yang disebut koefisien Korelasi Pearson Product
Selanjutnya, untuk menentukan seberapa jauh perubahan Variabel X2
yang dipengaruhi oleh peningkatan Variabel Y, penulis menggunakan Metode
Koefisien Determinasi dengan rumus sebagai berikut:
KD = r2 x 100%
Di mana:
KD = Koefisien Determinasi
r = Nilai Koefisien Korelasi
Pengujian lanjutan, yaitu uji signifikansi yang berfungsi apabila peneliti
ingin mencari makna Variabel X2 terhadap Y, maka hasil korelasi Pearson
Product Moment tersebut diuji dengan Uji Signifikansi dengan rumus:
2
= nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.
Kaidah Pengujian:
Bila t hitung≥ t tabel maka Ho ditolak, H1 diterima.
2) Analisis Regresi
Regresi adalah suatu proses memperkirakan secara sistematis tentang apa
yang paling mungkin terjadi di masa yang akan datang berdasarkan informasi
masa lalu dan sekarang yang dimiliki agar kesalahannya dapat diperkecil. Regresi
dapat juga diartikan sebagai usaha memprediksi perubahan. (Riduwan, 2007: 83).
Sesuai dengan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu hipotesis
1 sampai 3, perlu analisis regresi linier sederhana untuk pengujiannya. Pengujian
ini digunakan untuk mencari pengaruh antara variabel X1 (hasil diklat) dengan
variabel Y (kinerja guru), varianel X2 (motivasi berprestasi) dengan variabel Y
(kinerja guru). Uji regresi dihitung dengan analisis varians (ANAVA). Analisis ini
digunakan untuk mencari pola hubungan fungsional antara variabel X1, X2,
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang menggunakan metode analisis
deskriptif kuantitatif didapat pokok-pokok kesimpulan, sebagai berikut:
1. Hasil Diklat memiliki pengaruh yang positif terhadap Kinerja Guru. Hasil
perhitungan menunjukkan terdapat korelasi sebesar 0.423 (kategori cukup kuat)
antara variabel Hasil Diklat dan kinerja guru. Hasil Diklat memberikan
kontribusi terhadap kinerja guru sebesar 17,91 %. Melalui regresi dengan
persamaan -30,726 +1,764X1 diasumsikan bahwa semakin tinggi nilai
yang didapat dari hasil diklat, maka kinerja guru juga akan semakin tinggi.
2. Motivasi berprestasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru.
Terdapat hubungan antara variabel motivasi berprestasi dengan kinerja guru
sebesar 0,581. Motivasi berprestasi memberikan kontribusi terhadap kinerja
guru sebesar 33,76 %. Melalui regresi dengan persamaan -13,085+1,486X2
diasumsikan bahwa semakin tinggi motivasi berprestasi guru, maka kinerja
guru juga akan semakin tinggi.
3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara hasil diklat dan motivasi berprestasi
terhadap kinerja guru SMK. Korelasi ganda menunjukkan bahwa variabel hasil
terhadap kinerja guru. Kedua variabel tersebut memberikan kontribusi terhadap
kinerja guru sebesar 47,06 %. Melalui regresi berganda dengan persamaan
Y=
- 80,998 + 1,36 X1+ 1,37 X2 diasumsikan bahwa semakin tinggi hasil diklat
dan motivasi berprestasi guru, maka kinerja guru juga akan semakin tinggi.
5.2Implikasi
Dari hasil penelitian, dapat dikemukakan beberapa implikasi berkenaan
dengan pemanfaatan hasil penelitian, maupun untuk hasil penelitian lanjutan.
Berdasarkan hasil penelitian, implikasi pemanfaatannya dapat dikemukakan, sebagai
berikut:
a. Hasil Diklat berpengaruh terhadap kinerja guru. Implikasi dari hal ini adalah
semakin baik kualitas pendidikan dan pelatihan yang didapatkan oleh guru, akan
semakin baik pula kinerja guru. Oleh karena itu, diperlukan manajemen diklat
yang mengacu kepada kompetensi dan kebutuhan guru dan sekolah. Hal ini
sejalan dengan pengertian pelatihan yang dikemukakan Ali, bahwa pelatihan
adalah salah satu bentuk penyelenggaraan program pengembangan sumber daya
manusia (SDM), sedangkan SDM merupakan faktor input penting dalam
pembangunan. (Mohamad Ali, 2000: 143). Pelatihan adalah pembelajaran yang
dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran sekarang meningkat (kinerjanya).
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (1998: 223) mengemukakan bahwa tujuan
pelatihan adalah untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
keseluruhan. Dengan perkataan lain, tujuan pelatihan adalah meningkatkan
kinerja dan pada gilirannya akan meningkatkan mutu sekolah.
b. Motivasi berprestasi berkorelasi tinggi dengan kinerja guru. Hal ini berimplikasi
bahwa semakin tinggi motivasi berprestasi seorang guru, maka akan semakin
meningkat pula kinerja guru tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan upaya untuk
senantiasa meningkatkan motivasi berprestasi guru, guru harus dimotivasi untuk
melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus
menerus. Guru juga harus memahami penelitian guna mendukung terhadap
efektivitas pembelajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan hasil
penelitian guru tidak terjebak pada praktik pembelajaran yang menurut asumsi
mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru mematikan kreativitas para
siswanya. Begitu juga, dengan dukungan hasil penelitian yang mutakhir
memungkinkan guru untuk melakukan pembelajaran yang bervariasi dari tahun
ke tahun, disesuaikan dengan konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sedang berlangsung, sehingga semakin memotivasi guru untuk
terus berprestasi.
a. Hasil Diklat dan motivasi berprestasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap
kinerja guru dalam pembelajaran di SMK. Implikasinya, kinerja guru dalam
pembelajaran bias dijelaskan oleh variabel hasil diklat dan motivasi berprestasi.
Untuk mengoptimalkan kinerja guru perlu diupayakan yang dapat mempengaruhi
Dengan demikian, kinerja guru dalam hal ini baik melalui pendidikan formal,
maupun non formal untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan sangat
perlu ditingkatkan untuk kepentingan peningkatan kinerja guru SMK. Sebagai
implikasinya, maka dari pihak guru sendiri harus memiliki kemauan untuk terus
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta kompetensinya sehingga
dapat menunjang pelaksanaan tugasnya sebagai pendidik, sedangkan bagi pihak
kepala sekolah diharapkan perlu memberikan dorongan atau semangat kepada
para guru untuk terus berusaha meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
kompetensinya.
5.3 Saran
Berdasarkan temuan penelitian dan implikasi penelitian, maka penulis
merekomendasikan hal-hal, sebagai berikut:
a. Hasil diklat dan motivasi berprestasi ternyata berkontribusi positif terhadap
kinerja guru. Hendaknya keadaan seperti ini dipertahankan bahkan kalau bisa
ditingkatkan. Untuk menciptakan hal tersebut guru-guru perlu meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan tentang pendidikan dan pelatihan, baik atas
inisiatif sendiri maupun prakarsa kepala sekolah atau pihak-pihak lain yang
terkait.
b. Untuk kepala sekolah penulis menyarankan untuk dapat memotivasi guru agar
meningkatkan kinerjanya. Ada beberapa skor dari kinerja guru yang rendah dan
diperhatikan adalah memotivasi guru meningkatkan komitmennya dalam
mengajar, memotivasi guru untuk menguasai bahan pelajaran, memotivasi guru
mengajar tepat waktu dan rajin, memotivasi guru untuk peduli dalam
memajukan sekolah, serta dalam memotivasi guru agar tugas yang diberikan oleh
kepala sekolah guru membuat laporannya. Kepala sekolah juga dituntut untuk
dapat menciptakan suasana yang harmonis di sekolah, menghargai guru dan
memperhatikan kesejahteraan guru terutama berkaitan dengan keuangan guru
kesemuanya dilakukan untuk memotivasi guru.
c. Dengan adanya beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, kepada peneliti lain
diharapkan untuk mengadakan penelitian sejenis lebih lanjut dengan mengambil
wilayah penelitian yang lebih luas, sampel yang lebih banyak dan menggunakan
rancangan penelitian yang lebih kompleks seperti eksperimen, etnografi dan
lainnya, menggunakan mata pelajaran yang lebih banyak lagi, juga melakukan
penelitian pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi seperti pada siswa SMU
atau Universitas, sehingga dapat ditemukan hasil yang lebih optimal dan bisa
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Ambo Enre, 1979. Pengaruh Motif Berprestasi dan Kapasitas
Kecerdasan terhadap Prestasi Belajar dalam Kelompok Akademis pada SMA Negeri di Sulawesi Selatan, disertasi, Bandung, FPS IKIP
Bandung.
Akadum. 1999. Potret Guru Memasuki Milenium Ketiga. Suara Pembaharuan. http://www.suara pembaharuan.com
Akdon & H. Sahlan. 2005. Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk
Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruci.
Arif, Z. 1982. Motif Berprestasi dan Tingkat Status Sosial Ekonomi sebagai
Faktor Determinatif terhadap Minat Belajar Orang Dewasa dalam Program Kejar Paket A. Program Pasca Sarjana IKIP Bandung: tidak
diterbitkan.
Arikunto, S. 1988. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Bachtiar, H. 2003. Perencanaan Pengajaran Bidang Studi. Edisi kedua. Bandung: Pustaka Ramadhan.
Bukit, M. 2002. Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Dale Timpe, 1992. Kinerja; Penerjemah, Sofyan Cikmat, Seri 6: Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Elex Media Komputindo.
Darma. A. 1998. Perencanaan Pelatihan. Jakarta: Pusdiklat Pegawai Depdikbud.
Direktorat Profesi Pendidik. 2005. Pembinaan Profesiolisme Tenaga Pengajar
(Pengembangan Profesionalisme Guru). Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Depdiknas.
Indrajati Sidi, 2001. Menuju Masyarakat Belajar, Jakarta: Logos Wicara Ilmu.
Makmun. A. S, 2001. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakaya.
Marzuki, S. 2008. Strategi dan Model Pelatihan. Malang: Jurusan PLS.
Moekijat. 2002. Dasar-Dasar Motivasi, Bandung: Pionir Jaya.
Miftah Thoha. 1983. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: CV. Rajawali.
Mitchell, T.R. 1982. People in Organization: An Introduction to Organizational
Behaviour, 2nd ed. New York: McGraw Hill Book. Company.
Mohammad Ali. 2000. Analisis Keuntungan Mengikuti Pelatihan Kejuruan
Sebelum Bekerja dan Implikasi pada Kurikulum Sekolah Menengah.
Notoatmodjo, Soekidjo, 1992. Pengembangan Sumberdaya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Pakpahan, J. 2002. Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Santosa, Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT Media Elek Komputindo.
Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya manusia dan Produktivitas Kerja Bandung: Mandar maju.
Sevilla, Consuelo, G. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Diterjemahkan oleh Alimuddin Tuwu. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Simamora Henry. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit STIE YKPN, Yogyakarta.
Soenarto. 2005. Metodologi Penelitian Pengembangan Untuk Peningkatan
Kualitas Pembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional: Direktorat
Pembinaan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Pendidikan Tinggi (PPTK dan KPT).
Sudjana, 2002, Metode Statistika, Bandung: Tarsito.
Sudjana, N. 1988. Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Sinar Baru
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bandung: Remaja Rosda Karya.
Sulaeman, Dadang. 1988. Teknologi/Metodologi Pengajaran. Jakarta: PPLPTK Depdikbud.
Suryadi, Ace. 1989. Analisis Kebijakan Pendidikan: Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1989
Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta: CV Rajawali.
Supriadi, Dedi. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa
Surya, H. M. 1998. Peningkatan Profesionalisme Guru Menghadapi Pendidikan
Abad kke-21 (I): Organisasi & Profesi. Suara Guru No.7/1998.
_________. 2004. Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Tilaar, H.A.R 1999. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional.Tera Indonesia.
Tjiptono, Fandy. 1997. Manajemen Jasa, Yogyakarta: Andi.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Usman, Husaini dan Akbar RPS. 2003. Statistika. Jakarta: PT. Bumi Aksara.