• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH HASIL DIKLAT DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KINERJA GURU DI SMK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH HASIL DIKLAT DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KINERJA GURU DI SMK."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

2.2. Hasil Pendidikan dan Pelatihan ...

2.2.1. Hasil Pendidikan dan Pelatihan berkaitan dengan kemampuan Koknitif, Afektif dan Psikomotor …. 2.2.2. Hasil Pendidikan dan Pelatihan yang diharapkan

Dari kemampuan Kognitif ……… 2.2.3. Hasil Pendidikan Pelatihan yang diharapkan dari

kemampuan Afektif ………

22

24

25

(2)

2.2.4. Hasil Pendidikan dan Pelatihan ditinjau dari BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ………..………. 69

(3)

4.1.2. Uji Analisis Data ... 75

4.1.3. Pengujian Hipotesis ... 76

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian …..……….. 4.2.1. Pengaruh Hasil Diklat terhadap Kinerja Guru …..… 4.2.2. Pengaruh Motivasi Berprestasi terhadap

Kinerja Guru ……… 4.2.3. Pengaruh Hasil Diklat dan Motivasi

Berprestasi terhadap Kinerja Guru ………

91

91

92

94

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ...

5.2. Implikasi ………..… 5.3. Saran ………

95

96

98

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), sebagai salah satu lembaga

pendidikan juga perlu diupayakan peningkatan kualitasnya agar mampu

berkontribusi melahirkan tenaga kerja yang ’fresh’ dan siap diterjunkan untuk

memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang bugar. Pendidikan kejuruan merupakan

pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik siap untuk bekerja

dalam bidang tertentu. Pendidikan kejuruan sebagai bagian dari sistem pendidikan

nasional yang bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja yang mempunyai

keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan memenuhi standar,

sekarang ini mendapat perhatian besar dari masyarakat. Karena, dalam era

globalisasi sekarang ini diperlukan keterampilan dan kemampuan untuk selalu

dapat mengikuti perkembangan zaman yang terjadi dengan cepat.

Saat ini, pemerintah juga mencanangkan kebijakan yang boleh dikatakan

spektakuler berkenaan dengan rasio perbandingan jumlah SMA dan SMK, dari

70: 30, menjadi 30: 70, pada tahun 2025. Sementara itu, untuk meningkatkan

kualitas Sekolah Menengah Kejuruan, pemerintah melalui Direktorat Pembinaan

SMK juga mencanangkan program 1000 SMK Bertaraf Nasional dan 200 SMK

(5)

Kenyataan menunjukkan masih adanya kualitas guru yang kurang

kompeten serta penempatannya yang tidak sesuai dengan latar belakang

pendidikan atau keilmuan. Kualitas guru sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan pembelajaran, sebab guru merupakan ujung tombak yang turut

mewarnai proses pembelajaran. Di sisi lain, guru harus mampu memfasilitasi

proses belajar siswa.

Peningkatan mutu pendidikan secara formal aspek guru mempunyai

peranan penting dalam mewujudkannya, di samping aspek lainnya seperti

sarana/prasarana, kurikulum, siswa, manajemen, dan pengadaan buku. Guru

merupakan kunci keberhasilan pendidikan, sebab inti dari kegiatan pendidikan

adalah belajar mengajar yang memerlukan peran dari guru di dalamnya.

Sementara itu Tilaar (1999: 104) menyatakan “peningkatan kualitas pendidikan

tergantung banyak hal, terutama mutu gurunya”. Dengan demikian jelaslah bahwa

keberhasilan pendidikan yang terutama adalah faktor guru sebagai tenaga

pendidikan yang profesional.

Menurut Syah (2002: 230), guru yang profesional adalah guru yang

melaksanakan tugas keguruan dengan kemampuan tinggi (profisiensi) sebagai

sumber kehidupan. Profil profesi guru menurut Tilaar (1999: 295) adalah 1)

memiliki kepribadian yang matang dan berkembang, 2) memiliki penguasaan

ilmu yang kuat, dan 3) memiliki keterampilan untuk membangkitkan minat

peserta didik kepada ilmu pengetahuan dan teknologi, serta 4) mengembangkan

(6)

Salah satu hal yang patut dipertimbangkan adalah bagaimana upaya untuk

meningkatkan kualitas guru adalah dengan cara memberikan pendidikan dan

pelatihan, sebab dengan kualitas guru yang meningkat maka guru akan berusaha

untuk meningkatkan profesionalismenya, sehingga keberhasilan pendidikan akan

tercapai.

Djemari (dalam Acu S, 2005: 3) menyatakan bahwa setiap tenaga

pengajar memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap tingkat keberhasilan siswa

belajar dan keberhasilan guru mengajar. Seperti dikemukakan oleh Akadum

(1999), yang menyatakan dunia guru masih terselingkung dua masalah yang

memiliki mutual korelasi yang pemecahannya memerlukan kearifan dan

kebijaksanaan beberapa pihak terutama pengambil kebijakan, (1) profesi keguruan

kurang menjamin kesejahteraan karena rendah gajinya. Rendahnya gaji

berimplikasi pada kinerjanya, (2) profesionalisme guru masih rendah.

Selain faktor di atas, faktor lain yang menyebabkan rendahnya

profesionalisme guru antara lain disebabkan oleh, (1) masih banyak guru yang

tidak menekuni profesinya secara utuh. Hal ini disebabkan oleh banyaknya guru

yang bekerja di luar jam kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

sehingga waktu untuk membaca dan menulis bagi peningkatan diri tidak ada, (2)

belum adanya standar profesional guru sebagaimana tuntutan di negara maju, (3)

kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta sebagai pencetak

guru yang lulusannya asal jadi tanpa memperhitungkan outputnya kelak di

lapangan sehingga menyebabkan banyak guru yang tidak patuh terhadap etika

(7)

karena guru tidak dituntut untuk melakukan penelitian bidang ilmu sebagaimana

yang diberlakukan pada dosen di perguruan tinggi.

Menurut Syah (1988) dalam Usman (2001: 2), faktor lain yang

menyebabkan rendahnya pengakuan masyarakat terhadap profesi guru yakni

kelemahan yang terdapat pada diri guru itu sendiri, di antaranya rendahnya tingkat

kompetensi profesionalisme mereka. Penguasaan guru terhadap materi dan

metode pengajaran masih berada di bawah standar.

Tantangan lebih besar muncul dari Sekolah Menengah Kejuruan. Lembaga

pendidikan ini tidak hanya menyiapkan siswa memiliki pengetahuan tentang

bekerja, melainkan harus memiliki keterampilan yang dibutuhkan dan relevan

dengan kebutuhan lapangan atau kebutuhan dunia industri/dunia kerja. Pada

kenyataannya, tingkat relevansi kurikulum dan bahan ajar terhadap kebutuhan

dunia industri masih rendah. Hal itu disebabkan pesatnya laju teknologi industri

dan rendahnya kemampuan sekolah menyediakan mesin-mesin baru. Apalagi

masih banyak SMK yang mengandalkan teori, dan tidak melaksanakan praktek

yang optimal, karena terbatasnya peralatan (mesin). Dalam hal ini dikenal dengan

sebutan SMK sastra.

Menurut Suryadi (1989: 3) kualitas guru dapat ditunjukkan dengan

pengukuran terhadap tiga faktor utama yaitu kemampuan profesional, upaya

profesional dan waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesional. Dengan

demikian, untuk meningkatkan kualitas guru dan kinerja guru dalam kaitannya

dengan usaha peningkatan kualitas pendidikan, guru harus mengikuti pendidikan

(8)

terhadap subtansi materi yang perlu diajarkan kepada siswa, keadaan ini

didiagnosis berasal dari kurangnya pengalaman kerja guru di dunia industri/usaha,

kurangnya kemauan guru untuk mengembangkan diri atas prakarsanya sendiri dan

kurangnya gairah mengajar. Dalam usaha mengatasi permasalahan yang dihadapi

guru seperti, guru yang kurang menguasai substansi materi yang akan diajarkan

kepada peserta didik, serta kurangnya pengalaman kerja guru pada dunia usaha

dan industri, dan kurangnya kemauan guru untuk mengembangkan diri atas

pelaksanaannya sendiri, maka perlu adanya pembinaan yang kontinyu serta

pendidikan dan pelatihan yang sistematis.

Upaya meningkatkan kualitas SMK, Pakpahan dalam Supriadi (2002: 224)

menyebutkan ”... dari sekitar 40 ribu guru SMK Negeri pada awal Pelita VI,

sebanyak 75% telah diantar dalam berbagai bidang keahlian”. Guru-guru dibekali

dengan pengalaman bekerja di industri (industrial experience for the teachers)

selama beberapa waktu, kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan penataran.

Dengan demikian, para guru teknik mempunyai wawasan dan pengalaman yang

sama dalam membimbing para siswanya.

Tarsono (dalam Acu S, 2005) menyatakan bahwa, penyelenggaraan suatu

Pendidikan dan Pelatihan (diklat) sebagai salah satu pemberdayaan sumber daya

manusia (SDM). Secara lebih khusus bahwa pendidikan dan pelatihan

dilaksanakan dalam upaya peningkatan kompetensi yang meliputi pengetahuan,

keterampilan dan sikap, sehingga diharapkan SDM menampilkan unjuk kerja

(performance) yang lebih baik dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Alasan

(9)

melaksanakan tugas, (2) belum optimalnya kompetensi relevan yang dimiliki, (3)

adanya kesenjangan akibat perkembangan ilmu dan teknologi. Dalam konteks

pendidikan nonformal efektivitas penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan

memerlukan pertimbangan beberapa hal antara lain: (1) dilihat berdasarkan basis

pekerjaan atau fungsi, (2) pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan harus

didasarkan pada analisis kebutuhan , (3) program pendidikan dan pelatihan harus

terpadu secara logis dan sistematik, (4) program pendidikan dan pelatihan harus

mengacu pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang relevan, (5)

pendidikan dan pelatihan dilaksanakan berorientasi pada output dan out comes,

(6) evaluasi dalam pendidikan dan pelatihan berorientasi pada evaluasi proses dan

dampak.

Banyak program pelatihan yang bersifat peningkatan kompetensi, seperti

pelatihan alih keterampilan, pelatihan manajemen bengkel bagi guru SMK.

Sebagai upaya peningkatan kompetensi, SMK mengirim guru-gurunya untuk

mengikuti pelatihan, baik guru normatif, adaptif maupun produktif, ke pusat-pusat

pelatihan dengan durasi waktu 7 hari sampai 3 bulan, dan seluruh peserta

menerima sertifikat sebagai bukti telah mengikuti pendidikan dan pelatihan.

Salah satu lembaga tempat melaksanakan kegiatan pendidikan dan

pelatihan adalah Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga

Kependidikan Bidang Mesin dan Teknik Industri (PPPPTK BMTI) Cimahi, yang

merupakan metamorfosis dari Pusat Pengembangan dan Penataran Guru

Teknologi (PPPG Teknologi). Lembaga ini, sesuai tugas dan fungsinya ialah

(10)

kependidikan di SMK (tenik). Setiap tahunnya menyelenggarakan lebih dari 43

jenis kegiatan diklat dilaksanakan, yang meliputi kegiatan diklat di bidang teknik

bangunan, teknik mesin, teknik elektro, teknik listrik, dan juga diklat bagi guru

pendidikan umum dan sains. Bahkan, PPPPTK juga melaksanakan diklat bagi

calon kepala sekolah, atau talenscouting, karya tulis ilmiah, Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP), bahasa Inggris, bahasa Inggris bagi guru produktif,

ketatausahaan bagi tenaga tata usaha, kewirausahaan bagi kepala sekolah dan guru

maupun jenis diklat lainnya. PPPPTK BMTI juga membuka program Works

Station (WS) atau diklat yang dilaksanakan di daerah.

Bachtiar (2003: 9) guru sebagai ujung tombak dalam keberhasilan proses

pembelajaran, kepadanya tertumpu harapan untuk bisa melaksanakan program

pemerintah antara lain meningkatkan mutu pendidikan. Pembelajaran merupakan

jantung dari proses pendidikan dalam suatu institusi pendidikan. Pada tingkat

mikro, pencapaian kualitas pembelajaran merupakan tanggung jawab profesional

seorang guru, misalnya melalui penciptaan pengalaman belajar yang bermakna

bagi siswa dan fasilitas yang didapat siswa untuk mencapai hasil belajar yang

maksimal. Pada tingkat makro, melalui sistem pembelajaran yang berkualitas,

lembaga pendidikan bertanggung jawab terhadap pembentukan tenaga pengajar

yang berkualitas, yaitu yang dapat berkontribusi terhadap perkembangan

intelektual, sikap, dan moral dari setiap individu peserta didik sebagai anggota

masyarakat.

Menurut Bachtiar (2003: 53) pendidikan dan pelatihan adalah suatu bentuk

(11)

kemampuan profesional personal sekolah terutama guru dengan cara mengubah

sikap meningkatkan keterampilan dan pengetahuan. Dilihat dari tujuan yang ingin

dicapai melalui pendidikan dan pelatihan guru teknik adalah untuk meningkatkan

keterampilan guru dalam persiapan pembelajaran, proses pembelajaran,

penguasaan bahan ajar, komite dan peningkatan motivasi mengajar. Selain

melalui pendidikan dan pelatihan, motivasi juga dapat meningkatkan kinerja guru

dalam proses pembelajaran di sekolah menengah kejuruan.

Menurut Hasibuan (1993: 95) motivasi berprestasi adalah pemberian daya

penggerak yang menciptakan gairah kerja seseorang, agar mau bekerja sama,

bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala upaya-upayanya untuk mencapai

kepuasan. Guru yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi akan bekerja

dengan sebaik-baiknya, menyelesaikan tugas, tanggung jawab, berpikir akan

kemajuan karirnya dan berorientasi ke masa depan. Di samping itu motivasi juga

dapat menimbulkan kepuasan kerja, rasa senang dan bangga bisa melakukan

pekerjaan yang kreatif, mampu melaksanakan pekerjaan sesuai kompetensinya,

dengan demikian guru teknik mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi untuk

meningkatkan kinerja.

Pendidikan dan pelatihan untuk guru merupakan sasaran penting dalam

manajemen sumber daya manusia, karena secara langsung maupun tidak langsung

akan berpengaruh terhadap kinerja guru. Berdasarkan pengamatan di lapangan

dan wawancara selama penulis melakukan penelitian dijumpai beberapa

(12)

1. Masih ada guru yang belum mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan,

sehingga kompetensi profesionalisme dalam kegiatan pembelajaran belum

berjalan secara optimal.

2. Guru yang kurang menguasai substansi materi yang akan diajarkan kepada

peserta didik, serta kurangnya pengalaman kerja guru pada dunia usaha dan

industri, dan kurangnya kemauan guru untuk mengembangkan diri atas

pelaksanaannya sendiri.

Dalam hal motivasi berprestasi ditemui permasalahan bahwa pemberian

penghargaan yang belum konsisten dilaksanakan oleh pihak sekolah kepada guru

yang memiliki prestasi dan guru yang rajin mengajar, sehingga menurunkan

motivasi berprestasi guru. Sedangkan dalam hal kinerja guru, didapat kendala

rendahnya komitmen guru dalam melaksanakan program-program dan kegiatan

pembelajaran di sekolah dan minimnya kreativitas yang dimiliki oleh guru, yang

menyebabkan sekolah kurang berkembang, serta masih banyak guru yang tidak

menekuni profesinya secara utuh, di mana masih ada guru yang bekerja di luar

jam kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan

penelitian lebih lanjut mengenai kinerja guru dalam proses pembelajaran di SMK

dikaitkan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, yakni faktor pendidikan

(13)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa tertarik untuk

mengungkap ”Bagaimanakah pengaruh hasil diklat dan motivasi berprestasi

terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di SMK”.

Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Beragamnya latar belakang dan pengalaman kerja guru yang menjadi peserta

pendidikan dan pelatihan di PPPPTK BMTI.

2) Terjadinya need assessment guru dalam pelaksanaan proses pendidikan dan

pelatihan bagi guru.

3) Berbagai jenis diklat yang dilaksanakan belum mengacu pada need assesment

atau analisis kebutuhan diklat yang dilaksanakan sebelum dilaksanakannya

diklat bagi guru SMK.

4) Peningkatan kualitas baru terfokus pada pemenuhan atau realisasi program

kerja lembaga saja, belum berorientasi pada pendidikan dan pelatihan.

5) Pelaksanaan diklat belum mengacu pada peningkatan kinerja guru sebagai

aktualisasi kompetensi guru.

6) Motivasi berprestasi guru dalam pelaksanaan pembelajaran masih rendah, yang

menyebabkan menurunnya prestasi kerja (kinerja guru).

7) Kinerja guru belum berjalan dengan optimal, di mana guru belum berkomitmen

secara maksimal dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di sekolah.

8) Kinerja guru yang ditunjukkan melalui kreativitas guru dalam pembelajaran

(14)

1.3 Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka

permasalahan yang akan dideskripsikan dan dianalisis lebih lanjut dalam

penelitian ini dirumuskan, sebagai berikut:

1) Seberapa besar pengaruh hasil diklat terhadap kinerja guru dalam

pembelajaran di SMK?

2) Seberapa besar pengaruh motivasi berprestasi guru terhadap kinerja guru

dalam pembelajaran di SMK?

3) Seberapa besar pengaruh hasil diklat dan motivasi berprestasi guru terhadap

kinerja guru dalam pembelajaran di SMK?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji

seberapa besar pengaruh hasil diklat yang diselenggarakan oleh PPPPTK-BMTI

Bandung dan motivasi berprestasi guru terhadap kinerja guru dalam pembelajaran

di SMK.

Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan

memperoleh informasi mengenai:

1) Pengaruh hasil diklat terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di SMK.

2) Pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja guru dalam pembelajaran

di SMK.

3) Pengaruh hasil diklat dan motivasi berprestasi secara bersama-sama

(15)

1.5 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan ada dua manfaat utama yaitu manfaat

yang bersifat praktis dan bersifat teoritis, yaitu:

1) Manfaat Praktis

(a) Bagi penyelenggara pendidikan dan pelatihan dalam hal ini PPPPTK BMTI

Bandung ialah memberikan umpan balik terhadap perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi pelatihan serta pengembangan program pendidikan dan pelatihan dalam

rangka memperbaiki sistem maupun model pendidikan dan pelatihan khususnya

dalam rangka meningkatkan kinerja guru dalam layanan pembelajaran.

(b) Bagi guru peserta diklat atau guru lainnya di SMK ialah meningkatkan

motivasi berprestasi guru untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan dan usaha

lainnya dalam rangka meningkatkan sikap, pengetahuan dan keterampilan serta

memperbaiki kinerja khususnya dalam pembelajaran.

(c) Bagi siswa SMK ialah peningkatan kinerja guru akan berdampak positif

dalam kualitas pembelajaran sehingga akan meningkatkan kualitas output siswa

SMK, yang lebih meningkat pengetahuan, sikap dan keterampilan.

(d) Bagi pengambil kebijakan: memberikan masukan pentingnya pendidikan dan

pelatihan, motivasi berprestasi guru dan kinerja guru dalam rangka meningkatkan

kualitas sumber daya menusia sehingga terdapat kebijakan yang mendukung

upaya peningkatan kinerja guru dalam layanan pembelajaran.

2) Manfaat Teoritis

(a) Memberikan sumbangan pemikiran terhadap pendidikan dan pelatihan dan

(16)

(b) Memberikan sumbangan pemikiran dalam penyusunan strategi pendidikan

dan pelatihan dalam meningkatkan motivasi berprestasi guru dan kinerja guru

(c) Memberikan sumbangan pemikiran terhadap kinerja guru dalam

pembelajaran di SMK dan memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan

pembelajaran di SMK.

1.6 Definisi Operasional

Beberapa istilah yang menurut peneliti harus dijelaskan secara operasional

untuk menghindari keanekaragaman penafsiran, berikut ini dikemukakan definisi

operasional agar diperoleh kesatuan pemikiran, maka dibuat definisi operasional

sebagai berikut:

1) Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) adalah penyelenggaraan kegiatan untuk

mengembangkan staf dalam meningkatkan kemampuan profesional guru

dengan cara mengubah sikap, keterampilan dan pengetahuan yang

diselenggarakan oleh PPPPTK-BMTI Bandung. Dalam penelitian ini

ukuran-ukuran pendidikan dan pelatihan adalah intensitas mengikuti pendidikan dan

pelatihan, persepsi pendidikan dan pelatihan (tingkat kemanfaatan dan tujuan,

materi pendidikan dan pelatihan, ketepatan metode pembelajaran, kuantitas

dan kualitas media pembelajaran, penggunaan dan dukungan sarana

pembelajaran).

2) Hasil Diklat. Pengertian hasil diklat dalam penelitian ini mengacu kepada

pengertian hasil belajar yang dikemukakan oleh Nana Sujana (2008: 3)

bahwa, ”hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup aspek

(17)

(dalam hal ini adalah guru SMK) menerima pengalaman belajarnya melalui

kegiatan pendidikan dan pelatihan. Dari pengertian hasil belajar terebut, dapat

dikemukakan bahwa hasil diklat merupakan perilaku sebagai akibat proses

belajar mengajar. Hasil pendidikan dan pelatihan dapat diukur melalui

kegiatan penilaian. Penilaian dapat diartikan sebagai suatu tindakan untuk

menilai sejauh mana tujuan-tujuan instruksional dapat tercapai atau sejauh

mana materi yang diberikan dikuasai oleh siswa. Hasil penilaian dapat

dilaporkan dalam bentuk nilai atau angka.

3) Motivasi berprestasi adalah dorongan dari dalam diri maupun dari luar yang

memperngaruhi tingkah laku guru teknik SMK di Jawa Barat dalam berbuat

untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil yang terbaik. Dalam penelitian ini

ukuran-ukuran yang dipergunakan dalam motivasi berprestasi adalah selalu

berusaha unggul, menyelesaikan tugas sebaik-baiknya, tanggung jawab, dan

suka bekerja keras.

4) Kinerja guru adalah prestasi capaian seorang guru SMK dalam melaksanakan

tugas dari segi kualitas personal dan proses pelaksanaan tugas. Dalam

penelitian ini ukuran-ukuran kinerjanya adalah Persiapan Pembelajaran,

ketepatan penentuan kompetensi dasar terhadap standar kompetensi, relevansi

penentuan dan pengembangan indikator hasil belajar, pengembangan

pengalaman belajar dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, materi

pokok dan indikator, pengintegrasian life skills dalam pengembangan

pengalaman belajar, alokasi waktu, penjabaran indikator, kreativitas dalam

(18)

pengelolaan dan pengorganisasian siswa, penguasaan materi,

mengembangkan berbagai aktivitas belajar dengan berbagai

teknik/pendekatan, penggunaan alat/bahan/media pembelajaran, penghargaan

terhadap prestasi siswa, pemanfaatan waktu, memotivasi partisipasi siswa,

penelitian terhadap proses dan hasil belajar dan mengakhiri pembelajaran.

1.7 Asumsi

1) Pendidikan dan pelatihan (diklat) merupakan salah satu upaya yang dilakukan

untuk memberdayakan sumber daya manusia (SDM). Secara lebih khusus

bahwa pendidikan dan pelatihan dilaksanakan dalam upaya peningkatan

kompetensi yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap, sehingga

diharapkan SDM menampilkan unjuk kerja (performance) yang lebih baik

dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. (Tarsono dalam Acu S, 2005)

2) Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (1998: 223) mengemukakan bahwa

tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan

sikap karyawan serta meningkatkan kualitas dan produktivitas organisasi

secara keseluruhan. Dengan perkataan lain, tujuan pelatihan adalah

meningkatkan kinerja dan pada gilirannya akan meningkatkan daya saing.

3) Mc. Clelland dalam (Miftah Thoha, 1983: 230) mengemukakan bahwa orang

yang memiliki motivasi berprestasi tinggi mempunyai karakteristik (1) suka

mengambil risiko yang moderat, (2) memerlukan umpan balik yang segera,

(3) memperhitungkan keberhasilan dan (4) menyatu dengan tugas.

4) Kinerja guru dipengaruhi oleh pendidikan dan pelatihan, motivasi berprestasi,

(19)

materi, perencanaan, metode/strategi dan evaluasi pembelajaran. Agar guru

memiliki kinerja yang sesuai dengan harapan, maka setiap guru sudah

seharusnya melewati tahap-tahap dalam tugasnya sebagai guru. Selain

memiliki kompetensi dasar yang dibuktikan dengan Akta Mengajar maupun

ijazah sarjana pendidikan, seorang guru agar menjadi lebih profesional di

dalam melaksanakan tugasnya, maka guru tersebut harus ditingkatkan

kemampuannya, melalui berbagai upaya. Salah satu upaya tadi ialah

dilaksanakannya pendidikan dan pelatihan, baik yang sifatnya penyegaran

maupun yang sifatnya berjenjang atau untuk menguasai kompetensi lanjutan.

1.8 Lokasi Penelitian

Penelitian ini bertempat di 5 SMK Negeri yang berada di Kota Bandung dan Cimahi.

TABEL 1.1 DATA SEKOLAH

No. Nama Sekolah Jenis Sekolah

1 SMKN 4 Bandung SMK BERTARAF NASIONAL

2 SMKN 6 Bandung SMK BERTARAF NASIONAL

3 SMKN 8 Bandung SMK BERTARAF NASIONAL

4 SMK Merdeka Bandung SMK BERTARAF NASIONAL

5 SMKN 1 Cimahi SMK NASIONAL BERTARAF

(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pendidikan dan

pelatihan yang diselenggarakan oleh PPPPTK-BMTI Bandung dan motivasi

berprestasi terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di SMK. Berdasarkan

tujuan yang akan dicapai dan rumusan masalah yang diajukan, penelitian ini

termasuk penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif, menggunakan

metode analisis statistik deskriptif - inferensial teknik korelasi dan regresi baik

tunggal maupun ganda.

Penelitian korelasional menurut Suryabrata (2003: 82) adalah penelitian

yang digunakan untuk mengetahui hubungan fungsional antara dua variabel atau

lebih baik hubungan terpisah (antar variabel) atau bersama-sama dimana

variabel-variabel yang diteliti tersebut rumit dan tak dapat dimanipulasi dengan metoda

eksperimen. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data yang

diperoleh, sedang statistik inferensial digunakan untuk membuat kesimpulan.

Sugiyono (2003: 169-170) menjelaskan bahwa statistik deskriptif adalah statistik

yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data yang

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan secara

umum (generalisasi). Sedang statistik inferensial adalah teknik statistik yang

digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk

(21)

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dan rumusan masalah, penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan metode analisis

statistik deskriptif.

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Penelitian

Populasi menurut Sumarsono (2004: 49) adalah ”kumpulan dari seluruh

elemen atau individu-individu yang merupakan sumber informasi dalam suatu

riset”. Karena penelitian ini berhubungan dengan pengaruh pendidikan dan

pelatihan yang diselenggarakan oleh PPPPTK-BMTI Bandung dan motivasi

berprestasi terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di SMK maka yang menjadi

populasi adalah para guru SMK yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan,

yang diselenggarakan oleh PPPPTK-BMTI Bandung sebanyak 74 orang dan aktif

mengajar di 5 SMK kelompok: teknologi dan industri Provinsi Jawa Barat.

3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel

Kountur (2004: 137) mengatakan bahwa: ”Sampel adalah bagian dari

populasi”. Sampel penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang diambil

sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Berkaitan dengan

teknik pengambilan sampel, Sevilla G. Consuelo (1993: 161) menyarankan,

sepanjang sampel yang digunakan porsinya populasi, sehingga penemuan dan

kesimpulan yang diperoleh dari sampling tersebut adalah sah (valid).

Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling. Teknik purposive sampling merupakan cara pengambilan sampel

(22)

Non-probability sampling sendiri adalah teknik yang tidak memberikan peluang atau

kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih

menjadi sample (Sugiyono, 2008: 60).

Menurut Sumarsono (2004: 63), sampel yang purposif adalah sampel yang

dipilih secara cermat, sehingga relevan dengan rancangan riset. Adapun

pertimbangan yang digunakan sebagai kriteria dalam penentuan sampel responden

penelitian adalah:

1. Responden pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan di PPPPTK-BMTI

Bandung.

2. Responden dan aktif mengajar di 5 SMK kelompok: teknologi dan industri

Provinsi Jawa Barat.

Dalam melakukan penarikan sampel digunakan Rumus Slovin yang

dikutip oleh Husein Umar (1998: 108) dengan tingkat kesalahan 10%.

Rumus yang dimaksud adalah 2

1 Ne

N n

 

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

sampel yang masih dapat diterima

Populasi Guru SMK sebanyak 74 guru, yang diambil berdasarkan jumlah

jumlah guru pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan di PPPPTK-BMTI

Bandung dan aktif mengajar di 5 SMK kelompok: teknologi dan industri Provinsi

(23)

2

Dengan menggunakan rumus tersebut, jumlah sampling yang harus

diambil dari populasi sebanyak 74 orang, maka penulis mengambil sampel

(24)

3.3 Alat Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan, sesuai dengan fokus permasalahan penelitian,

dikumpulkan melalui kuesioner dan observasi. Kuesioner digunakan melalui

kuesioner dan observasi. Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data yang

berhubungan dengan variabel-variabel seperti variabel bebas (X) yakni hasil

diklat (X1), motivasi berprestasi (X2). Sedangkan untuk variabel terikat yakni

kinerja guru dalam pembelajaran di SMK (Y) selain menggunakan kuesioner juga

menggunakan observasi dan catatan-catatan atau dokumentasi tentang kinerja

guru yang menjadi responden dalam penelitian ini.

3.3.1 Angket atau Kuesioner

Angket yang digunakan dalam bentuk tertutup. Angket atau kuesioner

digunakan untuk menggali dan dapat mengungkapkan hal-hal atau informasi yang

sifatnya rahasia sehingga data yang lebih lengkap, akurat dan konsisten.

Bahan-bahan untuk penyusunan kuisioner ini juga dikumpulkan dari berbagai sumber

melalui, observasi, dokumentasi dan konsultasi dengan dosen pembimbing.

Pertimbangan utama memilih alat pengumpul data tersebut adalah:

a) Agar hasil pengukuran terhadap variabel-variabel yang diteliti dapat dianalisa

dan diolah secara statistik.

b) Dengan alat pengumpul data tersebut sangat memungkinkan memperoleh data

yang objektif.

c) Penelitian dapat dilakukan dengan mudah serta dapat menghemat waktu, biaya

(25)

3.3.2 Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data yang dapat dilakukan secara

pengamatan langsung, sistematis dan sengaja melalui pengamatan dan pencatatan

terhadap gejala yang diteliti. Kegunaan teknik observasi di dalam penelitian ini

adalah untuk mengamati kinerja guru (Y) yaitu, kemampuan dalam rencana

pelaksanaan pembelajaran dan kemampuan mengajar di SMK. Teknik observasi

ini digunakan oleh peneliti pada saat melakukan penelitian. Pada saat kegiatan

penelitian, peneliti terjun langsung ke lapangan. Dengan kata lain, peran peneliti

adalah sebagai observer as participant (observer sebagai partisipan) yang turut

aktif di lapangan mengikuti secara penuh aktivitas guna memperoleh data melalui

pengamatan mengenai pelaksanaan proses pembelajaran berlangsung selama

kegiatan pada SMK. Alat yang digunakan dalam observasi ini adalah panduan

observasi, dan catatan sebagai dokumentasi.

3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1 Penyusunan Instrumen

Pengembangan instrumen ditempuh melalui beberapa cara, yaitu (1)

menyusun indikator variabel penelitian, (2) menyusun kisi-kisi instrumen, (3)

melakukan uji coba instrumen, (4) melakukan pengujian validitas (perhitungan

nilai skala) dan reliabilitas instrumen, (5) konsultasi dengan dosen pembimbing,

dan menjadi landasan dalam menyusun item pertanyaan atau pertanyaan yang ada

(26)

1) Hasil Diklat (X1)

Hasil diklat yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai hasil dari

pendidikan dan pelatihan dari peserta diklat yang diperoleh dari Seksi Evaluasi

Bidang Fasilitasi Peningkatan Kompetensi (Fastingkom) PPPPTK BMTI

Bandung.

2) Motivasi Berprestasi (X2)

Data yang dihasilkan dari penyebaran angket berskala pengukuran ordinal

karena angket yang disebarkan menggunakan Skala Likert.

3) Kinerja Guru dalam Pembelajaran (Y)

Khusus untuk variabel Kinerja Guru dalam Pembelajaran (Y) menggunakan observasi dengan alat pencatatnya adalah rating scale. Djuju

Sudjana (2000: 321) menyatakan bahwa ”... alat pencatat observasi adalah chek

list, rating scale, denah, kamera foto, tape recorder dan lain sebagainya”.

3.4.2 Uji Coba Instrumen.

Sebelum instrumen diterapkan ke dalam penelitian sesungguhnya maka

terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk mengetahui tingkat validitas dan

reliabilitas setiap item kuisioner. Dilakukan dengan dua cara, melalui Dosen

pembimbing, justifikasi pakar, dan melalui uji coba pada sampel dengan

karakteristik sama dengan responden penelitian yang sesungguhnya. Tujuan dari

pelaksanaan uji coba instrumen penelitian adalah untuk menguji validitas dan

reliabilitas instrumen tersebut. Hasil uji validitas kuesioner yang telah dijustifikasi

(27)

1) Uji Validitas Instrumen Penelitian

Validitas adalah suatu ukuran yang mengajukan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan sesuatu intrumen. Uji validitas setiap item kuisioner dilakukan

melalui prosedur dan penghitungan statistik. Dalam hal ini peneliti menggunakan

rumus korelasi Product Moment r dari Pearson dengan taraf signifikasi 5%. r =

(Riduwan, 2007: 62) dengan rumus:

Butir pertanyaan dinyatakan signifikan jika koefisien korelasi pada uji

signifikansi nilai t hitung lebih besar dari t tabel. Menurut Sudjana (1986: 377)

jika t hitung > t tabel, maka item dianggap valid. Dan sebaliknya apabila t hitung

< t tabel maka butir item tersebut dianggap tidak valid.

2) Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Reliabilitas menunjukan sejauh mana tingkat kekonsistenan pengukurang

dari suatu responden ke responden yang lain atau dengan kata lain sejauh mana

pertanyaan dapat dipahami sehingga tidak menyebabkan beda interpretasi dalam

pemahaman pertanyaan tersebut. Untuk menguji reliabilitas dalam penelitian ini,

penulis mengacu kepada koefisien reliabilitas Alpha Cronbach dengan

(28)

3.5 Teknik Pengolahan Data 3.5.1 Analisis Deskriptif

Menurut Riduwan (2007: 27), analisis deskriptif adalah analisis yang

menggambarkan suatu data yang akan dibuat baik sendiri, maupun secara

kelompok. Tujuan analisis deskriptif adalah untuk membuat gambaran secara

sistematis data yang factual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar

fenomena yang diteliti.

Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan cara kuantitatif dengan

menggunakan statistik deskriptif-analitik. Penggunaan statistik deskriptif

dimungkinkan untuk menghitung rata-rata (mean), varians, dan simpangan baku

(standar deviasi) serta mendeskripsikan data dalam bentuk tabel dan diagram.

Nilai rerata dari kelompok data ini diperkirakan dapat mewakili seluruh nilai data

yang ada dalam kelompok tersebut. Adapun rumus-rumus yang digunakan adalah:

(1) Menghitung rata-rata (means)

X =

n X

Keterangan:

X = rata-rata X

X = jumlah seluruh nilai X

n = jumlah anggota sampel

(Sujana, 1992: 89)

(29)

S2 =  

3.5.2 Pemeriksaan Distribusi Data

Adapun statistik analitik digunakan untuk menguji hipotesis, dalam hal ini

analisis kolerasi dan regresi. Untuk menguji Hipotesis 1, Hipotesis 2 yang

digunakan adalah analisis kolerasi dan regresi sederhan, sedangkan untuk menguji

Hipotesis 3 digunakan analisis kolerasi chi square, dan regresi ganda.

Seperti apa yang dikemukakan Sudjana (1988: 367) bahwa jika data hasil

pengamatan terdiri atas banyak variabel, yaitu seberapa kuat pengaruh antara

variabel itu terjadi, perlu ditentukan derajat pengaruh antara

variabel-variabel tersebut. Studi yang membahas pengaruh antara variabel-variabel ini dinamakan

analisis kolerasi dan ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajat hubungan ini

dinamakan koefisien kolerasi.

Ada beberapa tahap perhitungan terlebih dahulu, sebelum menjadi

(30)

1) Uji Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan dalam rangka mengetahui apakah galat

taksiran regresi variabel terikat (Y) terhadap variabel (X1 dan X2) berdistribusi

normal atau tidak. Untuk itu dilakukan pengujian normalitas galat taksiran yang

didasarkan pada asumsi bahwa harga variabel terikat (Y) harus independen dari

harga variabel bebas (X1 dan X2) dan galat taksiran berdistribusi normal dengan

rata-rata nol serta varians berharga konstan. Untuk mengujinya dilakukan dengan

menggunakan Uji Chi-Square. (Usman, 2008: 278) Adapun kriteria pengambilan

keputusan yang digunakan adalah:

Jika χ2hitung > χ2tabel maka distribusi data tidak normal

Jika χ2tabel < χ2tabel maka distribusi data normal

2) Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varians digunakan untuk menguji apakah kedua data

tersebut homogeny, yaitu dengan membandingkan kedua variansnya. Jika kedua

varians sama besarnya, maka uji homogenitas tidak perlu dilakukan lagi karena

data-datanya sudah dianggap homogen. Namun untuk varians yang tidak sama

besarnya, perlu diadakan pengujian homogenitas melalui uji kesamaan dua

varians ini. (Usman, 2008: 133)

Uji homogenitas varians dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan Uji

Chi-Square. Uji Chi-Square dengan cara membandingkan nilai χ2hitung dengan

χ2

tabel. Kriteria yang digunakan adalah jika χ2hitung < χ2tabel maka varians kelompok

(31)

3.5.3 Uji Hipotesis

Menurut Hasan (2005: 140), pengujian hipotesis adalah suatu prosedur

yang akan menghasilkan suatu keputusan, yaitu keputusan menerima atau

menolak hipotesis tersebut. Hipotesis digunakan pada bab I akan diuji, namun

sebelum diuji hipotesis tersebut terlebih dahulu diubah menjadi hipotesis

stratistik, yang terdiri atas ”hipotesis nol” yang bersimbol Ho dan ”hipotesis

alternatif” yang bersimbol H1.

Hipotesis statistik.

1. H0 : b1 = 0

Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara hasil diklat

terhadap kinerja guru.

H1 : b1 ≠ 0

Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara hasil diklat terhadap

kinerja guru.

2. H0 : b2 = 0

Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi

berprestasi terhadap kinerja guru.

H1 : b2 ≠ 0

Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi berprestasi

terhadap kinerja guru.

3. H0 : b1,b2 = 0

Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara hasil diklat dan

(32)

H1 : b1,b2 ≠ 0

Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara hasil diklat dan

motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kinerja guru.

Rumus yang digunakan dalam menguji hipotesis bergantung pengujian

normalitas distribusi data. Jika data terkumpul berdistribusi normal maka rumus

yang digunakan adalah rumus untuk statistik nonparametrik. Rumus yang

digunakan adalah rumus korelasi, chi square, dan regresi.

1) Analisis Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk mencari derajat hubungan antara

variabel-variabel. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajat hubungan

dinamakan koefisien korelasi (Sudjana, 2002: 367).

Teknik korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Korelasi

Pearson Product Moment (Riduwan, 2007: 62) dengan rumus:

Menghitung korelasi dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson

Product Moment, dengan simbol “r”, cara perhitungan yang ditempuh adalah

dengan cara manual dan menggunakan Program SPSS. Kuat tidaknya korelasi

diukur dengan suatu nilai yang disebut koefisien Korelasi Pearson Product

(33)

Selanjutnya, untuk menentukan seberapa jauh perubahan Variabel X2

yang dipengaruhi oleh peningkatan Variabel Y, penulis menggunakan Metode

Koefisien Determinasi dengan rumus sebagai berikut:

KD = r2 x 100%

Di mana:

KD = Koefisien Determinasi

r = Nilai Koefisien Korelasi

Pengujian lanjutan, yaitu uji signifikansi yang berfungsi apabila peneliti

ingin mencari makna Variabel X2 terhadap Y, maka hasil korelasi Pearson

Product Moment tersebut diuji dengan Uji Signifikansi dengan rumus:

2

= nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.

Kaidah Pengujian:

Bila t hitung≥ t tabel maka Ho ditolak, H1 diterima.

(34)

2) Analisis Regresi

Regresi adalah suatu proses memperkirakan secara sistematis tentang apa

yang paling mungkin terjadi di masa yang akan datang berdasarkan informasi

masa lalu dan sekarang yang dimiliki agar kesalahannya dapat diperkecil. Regresi

dapat juga diartikan sebagai usaha memprediksi perubahan. (Riduwan, 2007: 83).

Sesuai dengan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu hipotesis

1 sampai 3, perlu analisis regresi linier sederhana untuk pengujiannya. Pengujian

ini digunakan untuk mencari pengaruh antara variabel X1 (hasil diklat) dengan

variabel Y (kinerja guru), varianel X2 (motivasi berprestasi) dengan variabel Y

(kinerja guru). Uji regresi dihitung dengan analisis varians (ANAVA). Analisis ini

digunakan untuk mencari pola hubungan fungsional antara variabel X1, X2,

(35)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang menggunakan metode analisis

deskriptif kuantitatif didapat pokok-pokok kesimpulan, sebagai berikut:

1. Hasil Diklat memiliki pengaruh yang positif terhadap Kinerja Guru. Hasil

perhitungan menunjukkan terdapat korelasi sebesar 0.423 (kategori cukup kuat)

antara variabel Hasil Diklat dan kinerja guru. Hasil Diklat memberikan

kontribusi terhadap kinerja guru sebesar 17,91 %. Melalui regresi dengan

persamaan -30,726 +1,764X1 diasumsikan bahwa semakin tinggi nilai

yang didapat dari hasil diklat, maka kinerja guru juga akan semakin tinggi.

2. Motivasi berprestasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru.

Terdapat hubungan antara variabel motivasi berprestasi dengan kinerja guru

sebesar 0,581. Motivasi berprestasi memberikan kontribusi terhadap kinerja

guru sebesar 33,76 %. Melalui regresi dengan persamaan -13,085+1,486X2

diasumsikan bahwa semakin tinggi motivasi berprestasi guru, maka kinerja

guru juga akan semakin tinggi.

3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara hasil diklat dan motivasi berprestasi

terhadap kinerja guru SMK. Korelasi ganda menunjukkan bahwa variabel hasil

(36)

terhadap kinerja guru. Kedua variabel tersebut memberikan kontribusi terhadap

kinerja guru sebesar 47,06 %. Melalui regresi berganda dengan persamaan

Y=

- 80,998 + 1,36 X1+ 1,37 X2 diasumsikan bahwa semakin tinggi hasil diklat

dan motivasi berprestasi guru, maka kinerja guru juga akan semakin tinggi.

5.2Implikasi

Dari hasil penelitian, dapat dikemukakan beberapa implikasi berkenaan

dengan pemanfaatan hasil penelitian, maupun untuk hasil penelitian lanjutan.

Berdasarkan hasil penelitian, implikasi pemanfaatannya dapat dikemukakan, sebagai

berikut:

a. Hasil Diklat berpengaruh terhadap kinerja guru. Implikasi dari hal ini adalah

semakin baik kualitas pendidikan dan pelatihan yang didapatkan oleh guru, akan

semakin baik pula kinerja guru. Oleh karena itu, diperlukan manajemen diklat

yang mengacu kepada kompetensi dan kebutuhan guru dan sekolah. Hal ini

sejalan dengan pengertian pelatihan yang dikemukakan Ali, bahwa pelatihan

adalah salah satu bentuk penyelenggaraan program pengembangan sumber daya

manusia (SDM), sedangkan SDM merupakan faktor input penting dalam

pembangunan. (Mohamad Ali, 2000: 143). Pelatihan adalah pembelajaran yang

dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran sekarang meningkat (kinerjanya).

Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (1998: 223) mengemukakan bahwa tujuan

pelatihan adalah untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap

(37)

keseluruhan. Dengan perkataan lain, tujuan pelatihan adalah meningkatkan

kinerja dan pada gilirannya akan meningkatkan mutu sekolah.

b. Motivasi berprestasi berkorelasi tinggi dengan kinerja guru. Hal ini berimplikasi

bahwa semakin tinggi motivasi berprestasi seorang guru, maka akan semakin

meningkat pula kinerja guru tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan upaya untuk

senantiasa meningkatkan motivasi berprestasi guru, guru harus dimotivasi untuk

melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus

menerus. Guru juga harus memahami penelitian guna mendukung terhadap

efektivitas pembelajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan hasil

penelitian guru tidak terjebak pada praktik pembelajaran yang menurut asumsi

mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru mematikan kreativitas para

siswanya. Begitu juga, dengan dukungan hasil penelitian yang mutakhir

memungkinkan guru untuk melakukan pembelajaran yang bervariasi dari tahun

ke tahun, disesuaikan dengan konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang sedang berlangsung, sehingga semakin memotivasi guru untuk

terus berprestasi.

a. Hasil Diklat dan motivasi berprestasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap

kinerja guru dalam pembelajaran di SMK. Implikasinya, kinerja guru dalam

pembelajaran bias dijelaskan oleh variabel hasil diklat dan motivasi berprestasi.

Untuk mengoptimalkan kinerja guru perlu diupayakan yang dapat mempengaruhi

(38)

Dengan demikian, kinerja guru dalam hal ini baik melalui pendidikan formal,

maupun non formal untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan sangat

perlu ditingkatkan untuk kepentingan peningkatan kinerja guru SMK. Sebagai

implikasinya, maka dari pihak guru sendiri harus memiliki kemauan untuk terus

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta kompetensinya sehingga

dapat menunjang pelaksanaan tugasnya sebagai pendidik, sedangkan bagi pihak

kepala sekolah diharapkan perlu memberikan dorongan atau semangat kepada

para guru untuk terus berusaha meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan

kompetensinya.

5.3 Saran

Berdasarkan temuan penelitian dan implikasi penelitian, maka penulis

merekomendasikan hal-hal, sebagai berikut:

a. Hasil diklat dan motivasi berprestasi ternyata berkontribusi positif terhadap

kinerja guru. Hendaknya keadaan seperti ini dipertahankan bahkan kalau bisa

ditingkatkan. Untuk menciptakan hal tersebut guru-guru perlu meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan tentang pendidikan dan pelatihan, baik atas

inisiatif sendiri maupun prakarsa kepala sekolah atau pihak-pihak lain yang

terkait.

b. Untuk kepala sekolah penulis menyarankan untuk dapat memotivasi guru agar

meningkatkan kinerjanya. Ada beberapa skor dari kinerja guru yang rendah dan

(39)

diperhatikan adalah memotivasi guru meningkatkan komitmennya dalam

mengajar, memotivasi guru untuk menguasai bahan pelajaran, memotivasi guru

mengajar tepat waktu dan rajin, memotivasi guru untuk peduli dalam

memajukan sekolah, serta dalam memotivasi guru agar tugas yang diberikan oleh

kepala sekolah guru membuat laporannya. Kepala sekolah juga dituntut untuk

dapat menciptakan suasana yang harmonis di sekolah, menghargai guru dan

memperhatikan kesejahteraan guru terutama berkaitan dengan keuangan guru

kesemuanya dilakukan untuk memotivasi guru.

c. Dengan adanya beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, kepada peneliti lain

diharapkan untuk mengadakan penelitian sejenis lebih lanjut dengan mengambil

wilayah penelitian yang lebih luas, sampel yang lebih banyak dan menggunakan

rancangan penelitian yang lebih kompleks seperti eksperimen, etnografi dan

lainnya, menggunakan mata pelajaran yang lebih banyak lagi, juga melakukan

penelitian pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi seperti pada siswa SMU

atau Universitas, sehingga dapat ditemukan hasil yang lebih optimal dan bisa

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Ambo Enre, 1979. Pengaruh Motif Berprestasi dan Kapasitas

Kecerdasan terhadap Prestasi Belajar dalam Kelompok Akademis pada SMA Negeri di Sulawesi Selatan, disertasi, Bandung, FPS IKIP

Bandung.

Akadum. 1999. Potret Guru Memasuki Milenium Ketiga. Suara Pembaharuan. http://www.suara pembaharuan.com

Akdon & H. Sahlan. 2005. Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk

Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruci.

Arif, Z. 1982. Motif Berprestasi dan Tingkat Status Sosial Ekonomi sebagai

Faktor Determinatif terhadap Minat Belajar Orang Dewasa dalam Program Kejar Paket A. Program Pasca Sarjana IKIP Bandung: tidak

diterbitkan.

Arikunto, S. 1988. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Bachtiar, H. 2003. Perencanaan Pengajaran Bidang Studi. Edisi kedua. Bandung: Pustaka Ramadhan.

Bukit, M. 2002. Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Dale Timpe, 1992. Kinerja; Penerjemah, Sofyan Cikmat, Seri 6: Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Elex Media Komputindo.

Darma. A. 1998. Perencanaan Pelatihan. Jakarta: Pusdiklat Pegawai Depdikbud.

Direktorat Profesi Pendidik. 2005. Pembinaan Profesiolisme Tenaga Pengajar

(Pengembangan Profesionalisme Guru). Jakarta: Direktorat Jenderal

Pendidikan dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Depdiknas.

Indrajati Sidi, 2001. Menuju Masyarakat Belajar, Jakarta: Logos Wicara Ilmu.

(41)

Makmun. A. S, 2001. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakaya.

Marzuki, S. 2008. Strategi dan Model Pelatihan. Malang: Jurusan PLS.

Moekijat. 2002. Dasar-Dasar Motivasi, Bandung: Pionir Jaya.

Miftah Thoha. 1983. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: CV. Rajawali.

Mitchell, T.R. 1982. People in Organization: An Introduction to Organizational

Behaviour, 2nd ed. New York: McGraw Hill Book. Company.

Mohammad Ali. 2000. Analisis Keuntungan Mengikuti Pelatihan Kejuruan

Sebelum Bekerja dan Implikasi pada Kurikulum Sekolah Menengah.

Notoatmodjo, Soekidjo, 1992. Pengembangan Sumberdaya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

Pakpahan, J. 2002. Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Santosa, Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT Media Elek Komputindo.

Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya manusia dan Produktivitas Kerja Bandung: Mandar maju.

Sevilla, Consuelo, G. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Diterjemahkan oleh Alimuddin Tuwu. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Simamora Henry. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit STIE YKPN, Yogyakarta.

Soenarto. 2005. Metodologi Penelitian Pengembangan Untuk Peningkatan

Kualitas Pembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional: Direktorat

Pembinaan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Pendidikan Tinggi (PPTK dan KPT).

Sudjana, 2002, Metode Statistika, Bandung: Tarsito.

Sudjana, N. 1988. Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Sinar Baru

(42)

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sulaeman, Dadang. 1988. Teknologi/Metodologi Pengajaran. Jakarta: PPLPTK Depdikbud.

Suryadi, Ace. 1989. Analisis Kebijakan Pendidikan: Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1989

Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta: CV Rajawali.

Supriadi, Dedi. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa

Surya, H. M. 1998. Peningkatan Profesionalisme Guru Menghadapi Pendidikan

Abad kke-21 (I): Organisasi & Profesi. Suara Guru No.7/1998.

_________. 2004. Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Tilaar, H.A.R 1999. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional.Tera Indonesia.

Tjiptono, Fandy. 1997. Manajemen Jasa, Yogyakarta: Andi.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Usman, Husaini dan Akbar RPS. 2003. Statistika. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Gambar

TABEL 1.1 DATA SEKOLAH
TABEL 3.1 SAMPEL PENELITIAN

Referensi

Dokumen terkait

Apa yang disampaikan oleh Emily Martin berdasarkan hasil penelitiannya nampaknya sejalan dengan pengalaman praktek layanan kesehatan yang dilakukan oleh Northrup

pemotongan logam pada mesin bubut dengan menggunakan software ANSYS Workbench 11.0, untuk menganalisa perilaku statik struktur dynamometer dengan mengetahui.. stress dan

Kita mengetahui bahwa Pemutus Tenaga merupakan suatu alat yang sangat penting dalam penyaluran energi listrik dari pembangkit ke penyaluran dan jaringan distribusi, yang dewasa

Perusahaan Sektor Property, Realestate, dan Konstruksi Yang Dijadikan Sampel

diberikan pihak rumah sakit kepada pasien khususnya pelayanan dari perawat. tidak sesuai dengan apa yang

Kemudian sekitar bulan Juli 2002 sampai 23 Maret 2003 dilakukan renovasi Gedung Rawat jalan terdiri dari 3 lantai dengan dana sumbangan dari berbagai pihak

Tahukah kamu sikap yang harus dimiliki agar terwujud persatuan yang baik ketika bermain.. Coba diskusikan

Penelitian Kualitatif ( qualitative research ) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisis fenomena,1. peristiwa, aktifitas sosial,