IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DALAM UPAYA
PEMELIHARAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BANDUNG
(Studi deskriptif terhadap kebijakan Dinas Pemakaman dan Pertamanan
Kota Bandung)
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan
Disusun oleh :
Yoga Gandara
0901713
JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DALAM UPAYA
PEMELIHARAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BANDUNG
(Studi deskriptif terhadap kebijakan Dinas Pemakaman dan Pertamanan
Kota Bandung)
Oleh
Yoga Gandara
0901713
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Pendidikan Kewarganegaraan
©Yoga Gandara, 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak
LEMBAR PENGESAHAN
YOGA GANDARA 0901713
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DALAM UPAYA PEMELIHARAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA BANDUNG
(Studi Deskriptif Terhadap Kebijakan Dinas Pemakaman dan Pertamanan
Kota Bandung)
Disetujui dan Disahkan Oleh : Pembimbing I
Drs. Rahmat, M. Si NIP. 19580915 198603 1 003
Pembimbing II
Dra. Dartim Nan Sati 13051477600 Diketahui oleh :
Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan
ABSTRAK
Yoga Gandara (0901713) Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota dalam Upaya Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 mengamanatkan bahwa di setiap kota harus memiliki lahan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 30%, dimana sebesar 20% RTH publik dan 10% RTH privat. Kota Bandung merupakan salah satu kota dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi dan memiliki luasan lahan RTH yang kurang sesuai amanat Undang-undang..
Bagaimana implementasi kebijakan Pemerintah Kota dalam pemeliharaan RTH maka dibuat rumusan masalah sebagi berikut: (1) Bagaimana kebijakan Pemerintah Kota tentang pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau (RTH), (2) Bagimana proses penyusunan kebijakan tentang RTH Kota Bandung, (3)Bagaimana Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota tentang RTH, (4) hambatan-hambatan yang dialami dalam pemeliharaan RTH di Kota Bandung, dan (5) upaya yang dilakukan guna mengatasi hambatan yang dialami dalam upaya pemeliharaan RTH di Kota Bandung.
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kualitatif, sedangkan metode yang digunakan adalah desktiptif . Penelitian dilakukan di Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung, Aktivis lingkungan, dan warga masyarakat .
Hasil penelitian mengenai Kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah Kota dalam pemeliharaan RTH antara lain Perda Kota Bandung Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pengelolaan RTH, Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 18 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung, Juknis, SOP dan
ABSTRACT
Yoga Gandara (0901713) Implementation of Government Policy in the City of Green Open Space Maintenance Effort Bandung
Law Number 26 of 2007 mandates that every city should have a field of green open space ( RTH ) by 30 % , which amounted to 20 % and 10 % of public green space private green space . Bandung is one of the cities with high population density and has a land area of green space less as mandated by the Act ..
How City Government policy implementation in the maintenance of green space formulation of the problem it is made as follows : ( 1 ) What is the policy of the City Government of maintenance of green open space ( RTH ) , ( 2 ) How Good policy-making processes about RTH Bandung , ( 3 ) How Government Policy Implementation city of RTH , ( 4 ) the constraints experienced in the maintenance of green space in the city of Bandung , and ( 5 ) the efforts made to overcome the obstacles experienced in the maintenance of green space in an effort Bandung .
The approach taken in this study is qualitative , whereas the method used is descriptive . The study was conducted in the Parks Department and the City of London Cemetery , environmental activists , and community members .
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iv
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Penjelasan Istilah ... 8
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13
A. Tinjauan Umum Kebijakan Pemerintah Kota ... 13
1. Pengertian Kebijakan Pemerintah Kota ... 14
2. Tujuan Kebijakan Pemerintah Kota ... 17
3. Jenis Kebijakan Pemerintah Kota ... 18
4. Sifat Kebijakan Pemerintah Kota ... 19
5. Proses Pembuatan Kebijakan ... 20
B. Tinjauan Umum tentang Ruang Terbuka Hijau ... 23
1. Pengertian Ruang Terbuka Hijau ... 23
2. Fungsi Ruang Terbuka Hijau ... 25
3. Manfaat Ruang Terbuka Hijau ... 26
4. Bentuk kegiatan pendidikan Civic responsibility ... 49
C. Kebijakan Pemerintah Kota dalam Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau ... 27
1. Kebijakan Pemerintah Kota tentang Ruang Terbuka Hijau ... 27
2. Kebijakan Pemerintah Kota tentang Ruang Terbuka Hijau sebagai Kajian Pendidikan Kewarganegaraan ... 29
3. Faktor pendukung implementasi kebijakan Pemerintah Kota ... 34
4. Faktor penghambat implementasi kebijakan Pemerintah Kota .. 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 40
A. Pendekatan penelitian ... 40
B. Metode penelitian ... 43
C. Teknik pengumpulan data ... 43
D. Subjek penelitian ... 48
E. Tahap analisis data ... 50
F. Pengujian keabsahan data ... 52
G. Tahap-tahap penelitian ... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian ... 60
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 66
1. Kebijakan Pemerintah Kota dalam Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau ... 67
2. Proses Penyusunan Kebijakan Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung ... 70
3. Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota dalam Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau ... 72
4. Hambatan yang dialami dalam Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau ... 73
5. Upaya yang dilakukan guna menghadapi hambatan yang dialami dalam pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau ... 75
A. Pembahasan Hasil Penelitian ... 76
1. Kebijakan Pemerintah Kota dalam Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau ... 77
2. Proses Penyusunan Kebijakan Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung ... 82
3. Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota dalam Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau ... 87
4. Hambatan yang dialami dalam Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau ... 92
5. Upaya yang dilakukan guna menghadapi hambatan yang dialami dalam pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau ... 96
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 101
A. Kesimpulan ... 101
B. Saran ... 102 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Proses Kebijakan Publik ... 22
Tabel 4.1 : Tenaga Kepegawaian PNS Diskamtam ... 65
Tabel 4.2 : Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung ... 68
Tabel 4.3 : Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Kebijakan
Pemerintah Kota dalam Upaya Pemeliharaan RTH ... 80
Tabel 4.4 : Triangulasi Sumber Kebijakan Pemerintah Kota dalam
Upaya Pemeliharaan RTH... 81
Tabel 4.5 : Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Proses Penyusunan
Kebijakan Pemerintah Kota dalam Upaya Pemeliharaan
RTH ... 84
Tabel 4.6 : Triangulasi Sumber Proses Penyusunan Kebijakan
Pemerintah Kota dalam Upaya Pemeliharaan RTH ... 85
Tabel 4.7 : Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Implementasi
Kebijakan Pemerintah Kota dalam Upaya Pemeliharaan
RTH ... 90
Tabel 4.8 : Triangulasi Sumber Implementasi Kebijakan Pemerintah
Kota dalam Upaya Pemeliharaan RTH ... 91
Tabel 4.9 : Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Hambatan dalam
upaya Pemeliharaan RTH ... 94
11. Tabel 4.10 : Triangulasi Sumber Hambatan dalam upaya Pemeliharaan
RTH ... 95
12. Tabel 4.11 : Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Upaya dalam
mengatasi hambatan Pemeliharaan RTH ... 97
13. Tabel 4.12 : Triangulasi Sumber Upaya dalam mengatasi hambatan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampai saat ini pemanfaatan ruang masih belum sesuai dengan harapan
yakni terwujudnya ruang yang nyaman, produktif dan berkelanjutan. Menurunnya
kualitas permukiman di perkotaan bisa dilihat dari kemacetan yang semakin
parah, berkembangnya kawasan kumuh yang rentan dengan bencana
banjir/longsor serta semakin hilangnya ruang terbuka (Openspace) untuk
artikulasi dan kesehatan masyarakat.
Sebagai wahana interaksi sosial, ruang terbuka diharapkan dapat
mempertautkan seluruh anggota masyarakat tanpa membedakan latar belakang
sosial, ekonomi, dan budaya. Aktivitas di ruang publik dapat bercerita secara
gamblang seberapa pesat dinamika kehidupan sosial suatu masyarakat.
Terbitnya Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
seiring dengan makin menguatnya keprihatinan global terhadap isu pemanasan
global dan pembangunan berkelanjutan yang harus menjadi salah satu konsen
utama dalam pembangunan baik di negara maju maupun negara berkembang. Di
dalam negeri sendiri, Undang-undang tersebut juga sejalan dengan semakin
kritisnya kondisi lingkungan di Indonesia yang ditandai dengan fenomena
semakin sering dan besarnya banjir, serta tanah longsor yang melanda hampir
seluruh wilayah Indonesia.
Dalam rangka merespon hal-hal tersebut pada Undang-undang Nomor
26/2007, muatan terkait dengan isu lingkungan hidup semakin ditekankan. Salah
satunya adalah dalam kaitan dengan Perencanaan Ruang Wilayah Kota yang
diharuskan memuat rencana penyediaan dan pemanfatan Ruang Terbuka Hijau
Undang-undang tersebut mencantumkan bahwa setiap kota dalam rencana
tata ruang wilayahnya diwajibkan untuk mengalokasikan sedikitnya 30% dari
ruang atau wilayahnya untuk Ruang Terbuka Hijau, dimana 20% diperuntukan
bagi Ruang Terbuka Hijau publik yang merupakan ruang terbuka hijau yang
dimiliki dan dikelola oleh pemerintah kota dan digunakan untuk kepentingan
masyarakat secara umum, serta 10% diperuntukan bagi Ruang Terbuka Hijau
privat pada lahan-lahan yang dimiliki oleh swasta atau masyarakat.
Kebijakan yang menjadi acuan dalam Pemeliharaan Ruang terbuka Hijau
(RTH) ialah Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
selanjutnya Pemerintah Kota Bandung berupaya untuk merealisasikannya dengan
lahirnya Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 7 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau. Namun hal yang lebih penting sebenarnya
ialah bukan hanya sebatas kebijakan itu dibuat, tetapi bagaimana implementasi
dari kebijakan tersebut.
Kebijakan pemerintah kota dan pemerintah pusat tentu tidak boleh saling
bertentangan, sinkronisasi antara kebijakan pemerintah pusat dan kebijakan
pemerintah kota akan mewujudkan keharmonisan peraturan dan tercipta
masyarakat yang kondusif memahami setiap kebijakan yang diambil oleh
pemerintah. Setiap kebijakan pemerintah kota mengacu kepada Undang-undang
yang telah dibuat oleh pemerintah pusat dan pemerintah kota menjalankan melalui
Peraturan Daerah (Perda) menyesuaikan dengan kondisi dan karakter masyarakat
kota tersebut pasca otonomi daerah.
Menurut Mustopadidjaja (dalam Suriakusumah, 2000: 286) memberikan
definisi kerja tentang kebijakan yaitu:
Dari pendapat di atas mengenai kebijakan jelas bahwa kebijakan dibuat
dalam merespon permasalahan yang ada di masyarakat. Permasalahan yang
dimaksud dalam penelitian ini ialah mengenai luasan RTH yang ada di Kota
Bandung yang semakin berkurang dan beralih fungsi menjadi lahan komersial.
Untuk itu perlu kebijakan yang mengatur untuk memelihara luasan RTH itu agar
tetap terpelihara dan digunakan sesuai peruntukkannya.
R u a n g T e r b u k a H i j a u m e n u r u t
U n d a n g - u n d a n g N o m o r 2 6 T a h u n 2 0 0 7
t e n t a n g P e n a t a a n R u a n g a d a l a h :
R u a n g T e r b u k a H i j a u a d a l a h a r e a
m e m a n j a n g a t a u j a l u r d a n a t a u
m e n g e l o m p o k , y a n g p e n g g u n a a n n y a
l e b i h b e r s i f a t t e r b u k a s e b a g a i
t e m p a t t u m b u h t a n a m a n , b a i k y a n g
t u m b u h s e c a r a a l a m i a h a t a u p u n
s e n g a j a d i t a n a m . K e b e r a d a a n R u a n g T e r b u k a H i j a u m e r u p a k a n s a l a h s a t u
u n s u r p e n t i n g d a l a m m e m b e n t u k
l i n g k u n g a n k o t a y a n g n y a m a n d a n
s e h a t . ( U n d a n g - u n d a n g N o m o r 2 6
T a h u n 2 0 0 7 p a s a l 1 )
P e r a t u r a n M e n t e r i D a l a m N e g e r i
R e p u b l i k I n d o n e s i a N o m o r 1 T a h u n
2 0 0 7 T e n t a n g P e n a t a a n R u a n g T e r b u k a
H i j a u K a w a s a n P e r k o t a a n p a s a l 1 ,
m e n y e b u t k a n b a h w a :
R u a n g T e r b u k a H i j a u K a w a s a n
P e r k o t a a n y a n g s e l a n j u t n y a
d i s i n g k a t R T H K P m e r u p a k a n
b a g i a n y a n g t i d a k t e r p i s a h k a n d a r i
r e n c a n a t a t a r u a n g w i l a y a h p r o p i n s i d a n k a b u p a t e n / k o t a . R T H K P a d a l a h
k a w a s a n p e r k o t a a n y a n g d i i s i o l e h
t u m b u h a n d a n t a n a m a n g u n a
m e n d u k u n g m a n f a a t e k o l o g i , s o s i a l , b u d a y a , e k o n o m i d a n e s t e t i k a . L u a s
i d e a l R T H K P m i n i m a l 2 0 % d a r i
l u a s k a w a s a n p e r k o t a a n .
D a r i p e n g e r t i a n y a n g d i s e b u t k a n d i
a t a s , m a k a d a p a t d i s i m p u l k a n b a h w a
R u a n g T e r b u k a H i j a u a d a l a h r u a n g
y a n g d i s e d i a k a n o l e h p e m e r i n t a h k o t a
a t a u p u n s w a s t a u n t u k t u m b u h n y a
t a n a m a n d a n p o h o n d e n g a n t u j u a n
m e n a m p u n g s e g a l a a k t i v i t a s m a s y a r a k a t
k o t a , m e n g u r a n g i p o l u s i u d a r a , d a n
t e r c i p t a n y a k o t a y a n g n y a m a n d a n
s e h a t . R u a n g T e r b u k a H i j a u
m e m b u t u h k a n p e r e n c a n a a n y a n g l e b i h
b a i k l a g i u n t u k m e n j a g a k e s e i m b a n g a n
k u a l i t a s l i n g k u n g a n p e r k o t a a n m e l a l u i
p e m b a n g u n a n b e r k e l a n j u t a n (sustainable
development) d e n g a n m e m p e r h a t i k a n
k e l e s t a r i a n l i n g k u n g a n h i d u p .
RTH merupakan salah satu unsur penting dalam membentuk lingkungan
kota yang nyaman dan sehat, selain itu mendukung manfaat ekologis, sosial,
budaya, ekonomi, dan estetika kota. Jadi penting untuk mendukung agar
pemeliharaan RTH tetap dilakukan, lebih baik lagi apabila bisa menambah luasan
RTH. Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Pemakaman dan Pertamanan guna
memelihara RTH melakukan upaya pemeliharaan sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya. Pemeliharaan yang dilakukan yang diutamakan ialah jalur hijau jalan
Berdasarkan data dari Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung,
saat ini Kota Bandung hanya memiliki lahan RTH sebesar 8,87% dari luas
wilayah Kota Bandung. Untuk itu Pemerintah Kota berupaya melakukan
pemeliharaan lahan tersebuat agar tetap terjaga dan berkoordinasi dengan Dinas
Tata Ruang dan Karya Cipta mengenai rekomendasi lahan yang akan dijadikan
RTH.
Permasalahan beralih fungsinya lahan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
merupakan fenomena yang sulit dihindari dalam kehidupan masyarakat, terutama
di daerah perkotaan. Masalah pengalih fungsian lahan RTH di Indonesia
khususnya Kota Bandung dengan luas lahan 16.726 Ha dan jumlah penduduk
lebih dari 2,5 juta jiwa tergolong kota yang padat penduduk. Sebuah konsekuensi
logis yang akan membawa berbagai dampak pembangunan, antara lain apabila
tidak ada keseimbangan dalam pemanfaatan antara ruang terbangun dengan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) akan terjadi degradasi lingkungan.
Pembangunan haruslah terjadi dan berorientasi pada terbentuknya kota
yang maju secara ekonomi dan nyaman secara ekologi. Tekanan sosial, ekonomi,
dan budaya akibat peningkatan penduduk Kota Bandung menyebabkan perubahan
pada pemanfaatan ruang secara signifikan, dimana karena kebutuhan sarana dan
infrastruktur kota menyebabkan Ruang Terbuka Hijau semakin termarjinalkan.
Ruang lingkup pengelolaan RTH menurut Perda Kota Bandung Nomor 7
Tahun 2011 tentang Pengelolaan RTH mencakup :
a. perencanaan pemanfaatan RTH;
b. pelaksanaan;
c. pengawasan;
d. pengendalian; dan
Berdasarkan data dari Rencana Strategis Dinas Pemakaman dan
Pertamanan Kota Bandung dijelaskan bahwa yang menjadi permasalahan
Diskamtam yaitu:
a. Aspek spasial ruang: Belum ada masterplan RTH, pola sebaran RTH
belum merata
b. Aspek Kelembagaan: belum ada sinergitas program antar instansi
terkait; Pendanaan, SDM dan Pendukung operasional belum optimal
c. Aspek Masyarakat : kurangnya awarness dari masyarakat terhadap
eksistensi RTH sebagai Ruang Publik
Analisis mengenai kebijakan pemerintah kota merupakan salah satu kajian
Pendidikan Kewarganegaraan karena dipelajari dalam mata kuliah kebijakan
publik. Warga negara tentunya harus mengetahui hak dan kewajibannya salah
satunya berpartisipasi dalam proses pembuatan kebijakan. Mengetahui hak dan
kewajibannya sebagai warga negara dan sadar akan tanggung jawabnya
merupakan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan yakni menjadi warga negara
yang baik.
Dilihat dari kondisi lingkungan perkotaan yang semakin menurun,
ketentuan dalam Undang-undang Penataan Ruang sangat tepat. Sudah bukan
rahasia lagi bahwa secara umum kondisi lingkungan perkotaan di Indonesia sudah
semakin menurun, dimana luasan Ruang Terbuka Hijau semakin lama semakin
berkurang dan berubah fungsi menjadi areal-areal komersial yang mempunyai
nilai ekonomis yang lebih tinggi dibanding dengan Ruang Terbuka Hijau.
Sudah sepantasnya aturan tersebut, yang mencoba menjawab tantangan
dan permasalahan yang dihadapi kota-kota di Indonesia khususnya kota Bandung,
harus didukung oleh semua pihak, baik itu pemerintah pusat, pemerintah daerah,
pelaku ekonomi serta masyarakat (community) secara keseluruhan. Tetapi akan
lebih baik lagi, jika aturan tersebut selain mencoba menjawab dan merespon
kondisi dan permasalahan saat ini juga memperhitungkan kapasitas atau
diimplementasikan atau dioperasionalkan akan sama nilainya dengan aturan yang
sama sekali tidak menjawab permasalahan yang ada.
Melihat data – data dan fakta – fakta yang telah penulis uraikan di atas,
maka penulis merasa tertarik untuk meneliti sejauh mana implementasi kebijakan
pemerintah kota. Maka dari itu penulis akan melakukan sebuah penelitian dengan
judul : IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DALAM
UPAYA PEMELIHARAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BANDUNG (Studi deskriptif terhadap kebijakan Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung).
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian penulis ialah:
bagaimana implementasi kebijakan pemerintah kota dalam upaya pemeliharaan
Ruang Terbuka Hijau di Kota Bandung? Mengingat luasnya kajian permasalahan
pada penulisan ini, maka penulis membatasi masalah kedalam beberapa rumusan,
sebagai berikut:
1. Apa saja kebijakan pemerintah kota dalam upaya pemeliharaan Ruang
Terbuka Hijau di Kota Bandung?
2. Bagaimana proses penyusunan kebijakan pemerintah kota tentang Ruang
Terbuka Hijau di Kota Bandung?
3. Sejauh mana implementasi kebijakan pemerintah kota dalam upaya
pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Bandung?
4. Hambatan-hambatan apa saja yang dialami dalam upaya pemeliharaan
Ruang Terbuka Hijau di Kota Bandung?
5. Bagaimana upaya-upaya pemerintah kota mengatasi hambatan yang
dialami dalam pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis sejauh mana
implementasi kebijakan pemerintah kota dalam upaya pemeliharaan Ruang
Terbuka Hijau.
2. Tujuan Khusus
Selain tujuan umum, penelitian ini juga memiliki tujuan yang lebih khusus
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah kota Bandung dalam upaya
memelihara Ruang Terbuka Hijau
2. Untuk mendeskripsikan bagaimana proses penyusunan kebijakan
pemerintah kota Bandung tentang Ruang Terbuka Hijau
3. Untuk mengetahui keefektifan kebijakan pemerintah kota Bandung
dalam upaya pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau
4. Untuk mendeskripsikan hambatan-hambatan apa saja yang dialamai
pemerintah kota Bandung dalam upaya pemeliharaan Ruang Terbuka
Hijau
5. Untuk menganalisis upaya-upaya pemerintah kota Bandung mengatasi
hambatan yang dihadapi dalam pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau?
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan teoritis
dalam rangka pengembangan keilmuan dalam bidang hukum,
khususnya segi Kebijakan Publik.
b. Memberikan sumbangsih teoritis kepada masyarakat bagaimana
berperilaku untuk menciptakan kota yang hijau.
c. Memberikan sumbangsih teoritis kepada pemerintah kota guna
yang turut andil dalam upaya pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau di
kota Bandung.
2. Secara praktis
a) Bagi pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi dalam
menyusun kebijakan upaya pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau di
kota Bandung
b) Bagi masyarakat, penelitian ini memberikan informasi mengenai
kebijakan yang dikeluarkan pemerintah kota tentang upaya
pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau.
E. Penjelasan Istilah
1. Implementasi
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, implementasi adalah
pelaksanaan, penerapan. Dengan demikian, implementasi dalam penelitian
ini adalah kegiatan pelaksaan dan penerapan kebijakan pemerintah kota
dalam hal ini Dinas Pemakaman dan Pertamanan kota Bandung dalam
upaya pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Bandung.
2. Kebijakan
Menurut Mustopadidjaja (dalam Suriakusumah, 2000: 286)
memberikan definisi kerja tentang kebijakan yaitu:
Budi Winarno (2002: 14) mempergunakan istilah kebijakan,
kebijakan digunakan untuk menunjuk perilaku seorang aktor (misalnya
seorang pejabat, suatu kelompok, maupun suatu lembaga pemerintah)
atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.
Menurut Charles O.Jones (dalam (Budi Winarno, 2002: 16),
istilah kebijakan tidak hanya digunakan dalam praktik sehari-hari
namun digunakan untuk menggantikan kegiatan atau keputusan yang
sangat berbeda
Berkaitan dengan pengertian kebijakan tersebut, Carl Friedrich
dalam Budi Winarno (2002 : 16):
Kebijakan sebagai suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, yang memberikan hambatan-hambatan dan kesempatan kesempatan terhadap kebija kan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan, atau merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud tertentu. Istilah kebijakan ini lebih tertuju pada kebijakan (policy) yaitu kebijakan negara, kebijakan yang dibuat negara. Kebijakan publik dapat juga berarti serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan tertentu demi kepentingan seluruh masyarakat. Bentuk kebijakan publik itu bisa berupa undang-undang atau peraturan daerah (Perda) dan yang lain
Kebijakan yang dimaksud dalam penelitian ini ialah kebijakan yang
dikeluarkan oleh Dinas Pemakaman dan Pertamanan kota Bandung dalam
pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau di kota Bandung.
3. Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka merupakan ruang yang direncanakan karena
kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama di udara
terbuka. Ruang terbuka (open spaces), Ruang Terbuka Hijau (RTH),
R u a n g T e r b u k a H i j a u m e n u r u t
U n d a n g - u n d a n g N o m o r 2 6 T a h u n
2 0 0 7 t e n t a n g P e n a t a a n R u a n g
a d a l a h :
R u a n g T e r b u k a H i j a u a d a l a h
a r e a m e m a n j a n g a t a u j a l u r d a n
a t a u m e n g e l o m p o k , y a n g
p e n g g u n a a n n y a l e b i h b e r s i f a t
t e r b u k a s e b a g a i t e m p a t t u m b u h
t a n a m a n , b a i k y a n g t u m b u h
s e c a r a a l a m i a h a t a u p u n s e n g a j a
d i t a n a m . K e b e r a d a a n R u a n g
T e r b u k a H i j a u m e r u p a k a n s a l a h
s a t u u n s u r p e n t i n g d a l a m
m e m b e n t u k l i n g k u n g a n k o t a
y a n g n y a m a n d a n s e h a t .
( U n d a n g - u n d a n g N o m o r 2 6
T a h u n 2 0 0 7 p a s a l 1 )
R u a n g T e r b u k a H i j a u d i k e n a l
d e n g a n i s t i l a h R T H , m e r u p a k a n
i s t i l a h y a n g t e l a h l a m a
d i p e r k e n a l k a n . P e d o m a n T e n t a n g
P e n a t a a n R u a n g T e r b u k a H i j a u d i
W i l a y a h P e r k o t a a n ( I n m e n d a g r i
N o m o r 1 4 T a h u n 1 9 8 8 ) ,
m e n e g a s k a n b a h w a u n t u k
m e n i n g k a t k a n k u a l i t a s h i d u p d i
w i l a y a h p e r k o t a a n y a n g m e n c a k u p
b u m i , a i r , r u a n g a n g k a s a d a n
k e k a y a a n y a n g t e r k a n d u n g
d i d a l a m n y a , m a k a d i p e r l u k a n u p a y a
u n t u k m e m p e r t a h a n k a n d a n
m e n g e m b a n g k a n k a w a s a n - k a w a s a n
T e r b u k a H i j a u d i w i l a y a h p e r k o t a a n
d i t i t i k b e r a t k a n p a d a h i j a u s e b a g a i
u n s u r k o t a , b a i k p r o d u k t i f m a u p u n
n o n p r o d u k t i f , d a p a t b e r u p a
k a w a s a n j a l u r h i j a u p e r t a m a n a n
k o t a , k a w a s a n h i j a u p e r t a n i a n ,
k a w a s a n j a l u r h i j a u p e s i s i r p a n t a i ,
k a w a s a n j a l u r h i j a u s u n g a i d a n
b e n t u k r u a n g t e r b u k a h i j a u l a i n n y a .
S e s u a i I n m e n d a g r i N o m o r 1 4
T a h u n 1 9 8 8 p a s a l 3 , m a k a
p e n g e r t i a n R u a n g T e r b u k a H i j a u
a d a l a h :
R u a n g - r u a n g t e r b u k a d a l a m k o t a
a t a u w i l a y a h y a n g l e b i h l u a s ,
b a i k d a l a m b e n t u k a r e a l
k a w a s a n m a u p u n d a l a m b e n t u k
a r e a l m e m a n j a n g a t a u j a l u r
d i m a n a d i d a l a m p e n g g u n a a n n y a
l e b i h b e r s i f a t t e r b u k a p a d a
d a s a r n y a t a n p a b a n g u n a n .
D a l a m R u a n g T e r b u k a H i j a u
p e m a n f a a t a n n y a l e b i h b e r s i f a t
p e n g i s i a n h i j a u t a n a m a n a t a u
t u m b u h - t u m b u h a n s e c a r a
a l a m i a h a t a u p u n b u d i d a y a
t a n a m a n s e p e r t i l a h a n p e r t a n i a n ,
p e r t a m a n a n , p e r k e b u n a n d a n
s e b a g a i n y a .
P e r a t u r a n M e n t e r i D a l a m N e g e r i
R e p u b l i k I n d o n e s i a N o m o r 1 T a h u n
2 0 0 7 T e n t a n g P e n a t a a n R u a n g
T e r b u k a H i j a u K a w a s a n P e r k o t a a n
R u a n g T e r b u k a H i j a u K a w a s a n
P e r k o t a a n y a n g s e l a n j u t n y a
d i s i n g k a t R T H K P m e r u p a k a n
b a g i a n y a n g t i d a k t e r p i s a h k a n
d a r i r e n c a n a t a t a r u a n g w i l a y a h
p r o p i n s i d a n k a b u p a t e n / k o t a .
R T H K P a d a l a h b a g i a n d a r i
r u a n g t e r b u k a s u a t u k a w a s a n
p e r k o t a a n y a n g d i i s i o l e h
t u m b u h a n d a n t a n a m a n g u n a
m e n d u k u n g m a n f a a t e k o l o g i ,
s o s i a l , b u d a y a , e k o n o m i d a n
e s t e t i k a . L u a s i d e a l R T H K P
m i n i m a l 2 0 % d a r i l u a s k a w a s a n p e r k o t a a n .
R u a n g t e r b u k a m e r u p a k a n r u a n g
y a n g d i r e n c a n a k a n k a r e n a
k e b u t u h a n a k a n t e m p a t - t e m p a t
p e r t e m u a n d a n a k t i v i t a s b e r s a m a d i
u d a r a t e r b u k a . R u a n g t e r b u k a (open
spaces), R u a n g T e r b u k a H i j a u ( R T H ) ,
R u a n g p u b l i k (public spaces) m e m p u n y a i
p e n g e r t i a n y a n g h a m p i r s a m a .
Ruang Terbuka Hijau yang dimaksud Ruang Terbuka Hijau dalam
penelitian ini adalah taman kota yang dibuat oleh pemerintah kota baik
dalam upaya mengurangi polusi dan tujuan keindahan kota..
F. Strutur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi penulisan dalam penyusunan skripsi ini meliputi antara
lain:
BAB I : Pendahuluan. Pada bab ini diuraikan mengenai latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
organisasi penulisan.
BAB II : Kajian Pustaka. Pada bab ini diuraikan mengenai
dokumen-dokumen dan teori-teori yang berkaitan
mengenai fokus penelitian yang akan diteliti.
BAB III : Metode Penelitian. Pada bab ini diuraikan mengenai
pendekatan penelitian, metode penelitian, teknik
pengumpulan data, subjek penelitian, tahap analisis data,
pengujian kebsahan data, dan tahap-tahap penelitian yang
dilakukan.
BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan. Pada bab ini diuraikan
mengenai gambaran umum lokasi dan subjek penelitian,
deskripsi hasil penelitian, dan pembahasan hasil
penelitian dengan mengaitkan data temuan di lapangan
dengan teori yang mendukung penelitian.
BAB V : Kesimpulan dan Saran. Pada bab ini penulis mencoba
menguraikan kesimpulan dan saran sebagai penutup dan
hasil penelitian dari permasalahan yang telah
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Pendekatan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang akan dibahas oleh peneliti, penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif. Hal ini dikarenakan penelitian dilakukan
untuk memahami subjek secara mendalam, maka dari itu penelitian kualitatif ini
meneliti kondisi objektif tertentu, dan peneliti berperan sebagai intsrumen
penelitian. Hakikat penelitian kualitatif menurut Moleong (2010: 6) adalah:
Penelitian kulitatif merupakan penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya
perilaku, presepsi, motivasi, tindakan dan lain secara holistic dan dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Lebih lanjut Sugiyono (2008: 15) menjelaskan mengenai penelitian
kualitatif bahwa:
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen), dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan
secara proposive dan snowball, teknik pengumpulan data dengan
triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari generalisasi.
Seiring dengan pendapat Bogdan dan Taylor dalam Basrowi dan Suwandi
(2008: 1) mengemukakan pengertian pendekatan kualitatif, sebagai berikut:
Penelitian kualititatif (Moleong, 2010: 7) berakar pada latar alamiah
sebagai keutuhan mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan
metode kualitatif, mengandalkan analisis data, secara induktif mengarahkan
sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori dari dasar, bersifat deskriptif
lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi studi dengan fokus,
memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan
penelitiannya bersifat sementara dan hasil penelitiannya disepakati oleh kedua
belah pihak antar peneliti dan subjek penelitian.
Penelitian kualitatif dirasa sangat tepat untuk digunakan dalam
penelitian yang akan penulis lakukan, karena penelitian ini sangat memberikan
kesempatan yang luas kepada peneliti untuk memungkinkan peneliti fokus ke
dalam permasalahan yang akan penulis teliti secara mendalam. Peneliti berusaha
menggambarkan hasil penelitian atau fenomena-fenomena yang diteliti yang
kemudian digambarkan ke dalam bentuk uraian-uraian yang menunjukan
bagaimana implementasi kebijakan pemerintah kota dalam upaya pemeliharaan
Ruang Terbuka Hijau di kota Bandung.
Sejalan dengan hal tersebut, Bogdan dan Taylor dalam Suwandi dan
Basrowi (2008: 22) mengungkapkan harapan dari pendekatan kualitatif, sebagai
berikut:
Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan, tulisan dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok,masyarakat dan atau suatu organisasi
tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut
pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik.
Dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2012: 15) instrumennya adalah
orang atau human instrumen, yaitu peneliti itu sendiri. Untuk dapat mejadi
instrumen, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas,
sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkontruksi obyek
yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna.
proses penelitian, ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpulan
data, analisis data, analisis penafsiran dan pada akhirnya ia menjadi pelopor hasil
penelitiannya.
Peneliti kualitatif pergi ke lapangan dan mengamati sampai ia
menemukan secara utuh apa yang dimaksudnya. Peneliti kualitatif yang ingin
mengetahui tentang penyelenggaraan sekolah yang efektif, ia akan tinggal,
berpartisipasi, merekam, memotret, mencatat, berkonsultasi dan melakukan dialog
untuk menemukan konsep tentang sekolah efektif, langkah-langkah yang
ditempuh sekolah dalam melaksanakan sekolah efektif, kegiatan guru, siswa,
laporan dan sebagainya (Satori dan Aan, 2009: 27).
Mengacu pada pendapat para ahli di atas, penulis memandang bahwa
penelitian kualitatif sangat tepat untuk digunakan dalam penelitian yang penulis
lakukan, karena penelitian ini sangat memungkinkan untuk penulis meneliti
secara fokus dan mendalam mengenai permasalahan yang akan penulis teliti, yaitu
mengenai hal-hal sebagai berikut:
1. Kebijakan pemerintah kota Bandung dalam upaya pemeliharaan Ruang
Terbuka Hijau.
2. Proses penyusunan kebijakan pemerintah kota Bandung tentang Ruang
Terbuka Hijau
3. Keefektifan kebijakan pemerintah kota Bandung dalam upaya
pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau
4. Hambatan-hambatan yang dialami pemerintah kota Bandung dalam upaya
pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau
5. Upaya-upaya pemerintah kota Bandung untuk mengatasi hambatan dalam
Sesuai dengan pendapat-pendapat para ahli yang telah dikemukakan,
penelitian kualitatif dapat menciptakan suatu hal baru dalam berbagai hal sesuai
dengan apa yang ditemukan oleh peneliti di lapangan selama penelitian
berlangsung. Dengan demikian penelitian kualitatif akan sangat membantu
peneliti untuk memperoleh apa yang menjadi fokus penelitian.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analitis. Metode ini dilakukan untuk meneliti suatu objek, suatu kondisi yang
bertujuan untuk membuat deskripsi/gambaran secara sistematis terhadap masalah
yang sedang dikaji. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukmadinata (2006: 72) yang
menyatakan bahwa:
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau sesuatu pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adlaah untuk membuat deskripsi akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang terjadi.
Peneliti memandang metode ini sangat tepat untuk digunakan dalam
penelitian yang akan dilakukan. Peneliti memilih metode ini karena dapat
menggambarkan secara luas fakta-fakta yang ditemukan di lapangan dan
menyatukannya menjadi padu mengenai implementasi kebijakan pemerintah kota
dalam upaya pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau kota Bandung..
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam kualitatif itu sendiri menggunakan peneliti
sebagai alat untuk mengungkap data dari sumber, seperti yang dikemukakan oleh
Moleong (2010:163):
Untuk memperoleh data yang akurat, maka penulis bertindak sebagai
instrumen utama (key instrument) dengan cara terjun langsung ke lapangan dan
menyatu dengan sumber data. Oleh karena itu, teknik pengumpulan data yang
penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan, dimana peneliti
mengamati fenomena-fenomena yang terjadi yang berkaitan dengan penelitian
saat penelitian dilakukan. Nasution dalam Sugiyono (2012a: 64) menyatakan
bahwa:
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan seiring dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehngga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.
Sejalan dengan pendapat Basrowi dan Suwandi (2008: 94) yang menyatakan bahwa “observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data di mana peneliti mengamati secara visual sehingga validitas data sangat tergantung pada kemampuan observer”. Oleh karena itu objektifitas seorang peneliti dalam hal kegiatan observasi ini sangat diutamakan. Lebih lanjut Basrowi dan Suwandi
(2008: 94) mengemukakan bahwa:
Observasi ini dilakukan dengan melibatkan diri secara aktif dengan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat yakni tinggal di lokasi penelitian dalam waktu yang relatif lama, sehingga mengetahui secara langsung aktivitas dan interaksi masyarakat dalam hal yang diteliti.
Merujuk pada pendapat di atas, melalui observasi, penulis mempunyai
kesempatan untuk mengumpulkan data lebih mendalam, sehingga data yang
diperlukan dapat terkumpul secara menyeluruh. Observasi yang dilakukan oleh
peneliti adalah dengan melakukan pengamatan yang berkaitan dengan proses
Dalam konteks penelitian kualitatif, observasi tidak untuk menguji kebenaran tetapi untuk mengetahui kebenaran yang berhubungan dengan aspek/kategori sebagai aspek studi yang dikembangkan peneliti. Observasi ialah kunjungan ke tempat kegiatan secara langsung, sehingga semua kegiatan yang sedang berlangsung atau objek yang ada tidak luput dari perhatian dan dapat dilihat secara nyata. Semua kegiatan, objek, serta kondisi penunjang yang ada dapat diamati dan dicatat (Satori dan Aan, 2012: 106).
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi langsung
dengan maksud melakukan pengamatan terhadap segala proses yang terjadi secara
langsung di lapangan. Observasi langsung juga dapat disebut dengan observasi
partisipatif, artinya peneliti terjun secara langsung ke dalam situasi dan kondisi
dari subjek penelitian. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2012b: 310)
yang mengatakan bahwa:
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.
Pengamatan langsung dilakukan pada Dinas Pemakaman dan Pertamanan
Kota Bandung, aktivis lingkungan dan masyarakat. Adapun jenis data yang
diperoleh dari hasil pengamatan secara langsung adalah sebagai berikut:
a. Pengamatan terhadap Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung,
berkaitan dengan:
1). Kebijakan yang dikeluarkan dalam upaya pemeliharaan Ruang Terbuka
Hijau
2). Proses penyusunan kebijakan dalam upaya pemeliharaan Ruang Terbuka
Hijau
2. Wawancara
Wawancara adalah kegiatan berdialog yang dilakukan oleh peneliti kepada
sumber data, ini dilakukan untuk mendapatkan data secara langsung dari sumber
data. Menurut Moleong (2010: 186) “wawancara adalah percakapan dengan
maksud tertentu”. Sedangkan menurut Esterberg dalam Sugiyono (2012a: 72) menjelaskan wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam suatu topik tertentu.
Stainback dalam Sugiyono (2012a: 318) mengemukakan bahwa dengan
wawancara peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang
partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana
hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.
Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Sugiyono (2012a: 72) yang
mengemukakan bahwa:
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.
Wawancara adalah kegiatan dialog atau percakapan yang dilakukan oleh
dua pihak, yaitu pewawancara sebagai pihak yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara sebagai pihak yang memberikan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaanyang pewawancara ajukan. Maksud mengadakan wawancara seperti
yang ditegaskan oleh Lincoln dan Guba dalam Moleong (2007: 186), antara lain: “... mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan; mengkonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi)...”
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tak
terstruktur, dengan maksud untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya
Bandung, aktivis lingkungan, dan masyarakat dapat menyampaikan
pernyataan-pernyataan secara leluasa atas pertanyaan yang diajukan oleh peneliti sesuai
dengan kasus yang dialaminya, demikian pula sumber data yang lainnya. Seperti
yang diungkapkan oleh Sugiyono (2012b: 321) “dalam wawancara tidak
terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh,
sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden”. Adapun jenis data yang diperoleh dari hasil wawancara secar garis besarnya adalah sebagai berikut:
a. Wawancara terhadap Kepala Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota
Bandung, berkaitan dengan:
1. Kebijakan yang dikeluarkan dalam upaya pemeliharaan Ruang
Terbuka Hijau
2. Proses penyusunan kebijakan dalam upaya pemeliharaan Ruang
Terbuka Hijau
3. Keadaan Ruang Terbuka Hijau di kota Bandung saat ini
b. Wawancara terhadap aktivis lingkungan, berkaitan dengan keefektifan
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah kota dalam upaya
pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung.
c. Wawancara terhadap masyarakat berkaitan dengan kondisi Ruang Terbuka
Hijau saat ini dan aspirasi masyarakat tentang pemeliharaan Ruang
Terbuka Hijau.
3. Studi dokumentasi
Guba dan Lincoln dalam Moleong (2007: 216) memaknai dokumen sebagai “setiap ahan tertulis ataupun film, lain dari record (bukti tertulis) yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik”. dokumen bisa bermacam-macam bentuknya, seperti yang dikemukakan oleh Sogiyono (2012a:
Dokumen bisa berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah
kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan.
Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain.
Studi Dokumentasi adalah berupa kegiatan mengumpulkan berbagai hal
yang berhubungan dengan rumusan masalah, baik itu catatan, buku, agenda dan
photo. Menurut Guba dan Lincoln (Moleong, 2007: 217) dokumen sering
digunakan dalam penelitian karena alasan-alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan seperti berikut ini:
1) Dokumen dan record digunakan karena merupakan sumber yang
stabil, kaya, dan mendorong.
2) Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian.
3) Keduanya berguna dan sesuai dengan penelitian kualitatif karena
sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks.
4) Recod relatif murah dan tidak sukar diperoleh, tetapi dokumen harus dicari dan ditemukan.
5) keduanya tidak reaktif sehingga sukar ditemukan dengan teknik
kajian isi.
6) Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih
memperluas tubuh pengetahuan terhadap suatu yang diselidiki.
Dokumentasi adalah kegiatan mencari data mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan rumusan masalah, baik berupa catatan, agenda, photo, surat
kabar dan sebagainya. Studi dokumentasi dalam penelitian ini adalah melakukan
pencatatan tentang bukti fisik proses penyusunan kebijakan yang berhubungan
dengan implementasi kebijakan pemerintah kota dalam upaya pemeliharaan
Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung. Adapun jenis data yang diperoleh dari hasil
studi dokumentasi adalah sebagai berikut:
a. Studi dokumentasi terhadap Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota
Bandung, yang berkaitan dengan:
2) Catatan-catatan bentuk kegiatan rencana kebijakan yang sedang dilakukan
ataupun akan dilakukan Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota
Bandung.
3) Segala jenis bukti tertulis dalam upaya mendukung pemeliharaan Ruang
Terbuka Hijau Kota Bandung.
b. Studi dokumentasi terhadap dokumen-dokumen Dinas Pemakaman dan
Pertamanan Kota Bandung, berkaitan dengan:
1) Gambaran umum tentang kondisi Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung.
2) Gambaran tentang kebijakan pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau Kota
Bandung.
D. Subjek Penelitian
Sebuah penelitian memerlukan data dan informasi dari berbagai sumber
yang dapat memberikan data dan informasi yang akurat sesuai dengan tujuan dari
penelitian. Oleh karena itu harus ditentukan subjek penelitian yang dapat
dijadikan sumber data dan informasi tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh
Sugiyono (2012a: 50) bahwa:
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada kasus yang dipelajari. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai nara sumber, atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif, juga bukan disebut sampel statistik, tetapi sampel teoritis, karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori.
Dalam penelitian ini, penulis menentukan subjek penelitian sesuai dengan
tujuan dari penelitian ini dilakukan. Berdasarkan pada hal tersebut, maka yang
dijadikan subjek penelitian dalam penelitian ini adalah:
1. Kepala Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung. Hal ini didasarkan
karena Kepala Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung selaku
2. Aktivis lingkungan sebagai orang yang memahami dan meneliti keadaan
Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung yang selanjutnya dapat memberi
informasi dan sumbangsih pemikiran pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau
Kota Bandung.
3. Masyarakat sebagai pihak yang membutuhkan Ruang Terbuka Hijau guna
menunjang aktivitasnya sehari-hari agar bisa turut andil dalam pemeliharaan
Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung.
E. Tahap Analisis Data
Analisis adalah suatu usaha untuk menguraikan suatu masalah atau fokus
kajian menjadi bagian-bagian (decomposition) sehingga susunan/tatanan bentuk
sesuatu yang diurai itu tampak dengan jelas dan karenanya bisa secara lebih
terang ditangkap maknanya atau lebih jernih dimengerti duduk perkaranya (Satori
dan Aan, 2012: 200).
Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Bogdan dan Biklen dalam
Moleong (2007: 248):
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mengsintetisnya, mencari dan menemukan pola, menemukan ap ayang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Kegiatan analisis ini dilakukan oleh penulis setelah data yang diperlukan
terkumpul. Dengan demikian, pada tahap ini penulis berusaha mengorganisasikan
data yang terlah dihimpun dalam bentuk catatan lapangan dan dokumentasi.
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan sejak sebelum memasuki
lapangan, selama penelitian berlangsung dan setelah selesai di lapangan. Namun
Sugiyono (2012b: 336) analisis lebih difokuskan selama proses dilapangan,
bersamaan dengan pengumpulan data.
Analisis data kualitatif selama di lapangan berdasarkan model Miles dan
Huberman dalam Sugiyono (2012a: 91) terdiri atas tiga aktivitas, yaitu data
aktivitas teknik analisis data tersebut penulis terapkan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Data reduction (reduksi data)
Sebagaimana yang diungkapkan oleh (Sugiyono: 2012b: 338)
menjelaskan mengenai reduksi data sebagai berikut:
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu
Data yang penulis dapatkan dari lapangan diteliti dan dirinci, karena
seiring dengan waktu yang penulis habiskan untuk menghimpun data, data yang
terhimpun akan lebih banyak. Oleh karena itu perlu segera dilakukan analisis data
melalui reduksi data. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas dan merinci, serta akan memudahkan
penulis untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan.
2. Data display (Penyajian data)
Menurut Sugiyono (2012b: 341) “dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori,flowchart dan sejenisnya”. Penyajian data kualitatif paling sering
menggunakan teks yang bersifat naratif.
Lebih lanjut Sugiyono (2012b: 341) menjelaskan “dalam mendisplaykan
data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut”. Berkaitan dengan metode penelitian yang penulis pilih yaitu deskriptif analitis, maka display
data yang dilakukan oleh penulis lebih banyak dituangkan dalam bentuk uraian
3. Conclusion drawing/ verification
Mengenai tentang kesimpulan (Sugiyono, 2012b: 345) menjelaskan
sebagai berikut:
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.
Penarikan kesimpulan ini dimaksudkan untuk mencari makna dari data
yang dikumpulkan. Agar mendapatkan suatu kesimpulan yang sahih (valid),
kesimpulan tersebut senantiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung, untuk
menjamin validitas penelitian dan dapat dirumuskan dalam kesimpulan akhir yang
akurat
F. Pengujian Keabsahan Data
Hasil penelitian harus memiliki derajat kepercayaan yang dilakukan
dengan pengujian keabsahan data. Keabsahan yang dimaksud adalah data-data
yang diperoleh dari nara sumber yaitu dari Kepala Dinas Pemakaman dan
Pertamanan Kota Bandung, aktivis lingkungan, dan masyarakat.
Satori dan Aan (2012: 164) menjelaskan bahwa “penelitian kualitatif
dinyatakan absah apabila memiliki derajat keterpercayaan (credibility),
keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian
(confirmability)”. Sejalan dengan pendapat Sugiyono (2012b: 366) “uji keabsahan
data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (Validitas internal),
transferability (validitas eksternal), dependability (reabilitas), dan confirmability
(objektivitas)”.
1. Credibility (Validitas internal)
Sugiyono (2012b: 368) mengemukakan “uji kredibilitas data atau
diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check”.
Serangkaian aktivitas uji kredibilitas data tersebut penulis terapkan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
a. Memperpanjang pengamatan
Perpanjangan pengamatan penulis lakukan guna memperoleh data yang
akurat dari sumber data dengan cara meningkatkan intensitas pertemuan dan
interaksi dengan sumber data. Sugiyono (2012b: 369) menegaskan bahwa “dengan perpanjangan pangamatan ini berarti hubungan peneliti dengan nara
sumber akan semakin terbentuk rapport, semakin akrab, semakin terbuka, saling
mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi”.
b. Meningkatkan ketekunan dalam penelitian
Kondisi fisik dan mental peneliti tidak selalu dalam kondisi prima, oleh
karena itu terkadang peneliti didera rasa malas sehingga kurang dapat
berkonsentrasi pada saat melakukan penelitian. Oleh karena itu peneliti harus
meningkatkan ketekunan dalam penelitian, ini dapat di tempuh dengan cara
membulatkan tekad dan niat dari peneliti tersendiri serta didorong oleh motivasi
yang diberikan oleh orang-orang terdekat. Sugiyono (2012b: 371)
mengungkapkan “meningkatkan ketekunan dapat memberikan deskripsi data yang
akurat dan sistematis tentang apa yang diamati”.
c. Triangulasi data
Menurut Wiliam Wiersma dalam Sugiyono (2012b: 372) “triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu”. Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan terhadap informasi yang diberikan Kepala Dinas
1) Triangulasi sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
Bagan 3.1 Triangulasi dengan tiga sumber data
(Sumber: Sugiyono, 2012b: 372)
2) Triangulasi teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Bagan 3.2 Triangulasi dengan tiga teknik pengumpulan data (Sumber: Sugiyono, 2012b: 372)
3) Triangluasi waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang
dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat nara sumber masih
segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga Wawancara
Dokumentasi
Observasi Kepala Dinas Pemakaman
dan Pertamanan Kota Bandung
Masyarakat
Bagan 3.3 Triangulasi dengan tiga waktu pengumpulan data (Sumber: Sugiyono, 2012b: 373)
d. Analisis kasus negatif
Analisis kausus negatif (Sugiyono, 2012b: 374) telah menjelaskannya
sebagai berikut:
Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya. Tetapi bila peneliti masih mendapatkan data-data yang bertentangan dengan data yang ditemukan, maka peneliti mungkin akan merubah temuannya.
e. Menggunakan referensi yang cukup
Menggunakan referensi yang cukup disini adalah adanya pendukung
untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh, data
hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara. Data
tentang interaksi manusia, atau gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh
foto-foto.
f. Member check
Member check sebagaimana di ungkapkan Sugiyono (Sugiyono, 2012b:
376) bahwa:
Member check adalah, proses pengecekan data yang diperoleh peneliti
kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui
seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti data tersebut valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya, tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya
Siang
Pagi
dengan pemberi data, dan apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan pemberi data.
2. Transferability (Validitas eksternal)
Pengertian Transferability (Sugiyono: 2012b: 376) menjelaskan bahwa:
Transferability ini merupakan validitas eksternal dalam penelitian kuantitatif. Validitas eksternal menunjukan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil. Nilai transfer berkenaan dengan pertanyaan, hingga mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain.
Oleh karena itu, supaya orang lain dapat memahmai hasil penelitian
kualitatif yang penulis lakukan sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan
hasil penelitian ini, maka penulis membuat laporan dalam bentuk uraian yang
rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian penulis menyimpan
harapan bahwa pembaca akan dapat memahami hasil penelitian ini dengan mudah
dan mendapatkan penjelasan yang seutuhnya.
3. Dependability (Reabilitas)
Berbicara mengenai dependability (Sugiyono, 2012b: 377) disebutkan
bahwa:
Dalam penelitian kuantitatif, dependability disebut reabilitas. Suatu penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi atau mereplikasi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif, uji
dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data. Penelitian seperti ini perlu diuji
dependability nya.
Sehubungan dengan uji dependability, penulis melakukannya dengan cara
bekerja sama dengan pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti
dalam melakukan penelitian mulai dari menentukan masalah/fokus, memasuki
lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji
keabsahan data, sampai membuat kesimpulan harus dapat ditunjukan oleh
4. Confirmability (Objektivitas)
Pengujian confirmability dalam penelitian kuantitatif disebut dengan uji
objektivitas penelitian. Pengujian confirmability (Sugiyono, 2012b: 377) ialah:
Penelitian dikatakan objektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak
orang. Dalam penelitian kualitatif, uji confirmability mirip dengan uji
dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan.
Menguji confirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan
proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi
standar confirmability. Dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada,
tetapi hasilnya ada.
Berkaitan dengan uji confirmability peneliti menguji hasil penelitian
dengan mengaitkannya dengan proses penelitian dan melakukan evaluasi terhadap
hasil penelitian, apakah hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian
yang dilakukan atau bukan.
G. Tahap-tahap Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian harus melalui bebrapa tahapan-tahapan
penelitian terlebih dahulu, berikut adalah tahapan-tahapan yang harus
dilaksanakan oleh penulis:
1. Tahap Pra Penelitian
Dalam tahap pra penelitian penulis melakukan persiapan penelitian yang
diperlukan sebelum terjun ke dlaam kegiatan penelitian. Penyusunan rancnagan
penelitian, pertimbangan masalah yang menjadi fokus penelitian, dan mengurus
perijinan merupakan kegiatan tahap pra penelitian ini.
Setelah itu penulis memilih masalah serta menentukan judul dan lokasi
penelitian yang merupakan kegiatan pertama dalam tahap pra penelitian. Setelah
masalah dan judul penelitian dinilai telah mencukup dan disetujui oleh
pembimbing maka penulis melakukan studi lapangan untuk mendapatkan
gambaran awal mengenai subjek yang akan dijadikan objek penelitian. Setelah
penelitian yang terdiri dari perangkat pedoman wawancara, format observasi dan
format studi dokumentasi yang disesuaikan dengan fokus penelitian.
Sebelum pelaksanaan penelitian dilakukan, terlebih dahulu penulis
menempuh proses perijinan sebagai berikut:
a. Mengajukan surat permohonan ijin untuk mengadakan penelitian kepada
Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan untuk mendapatkan surat
rekomendasinya untuk disampaikan kepada Dekan FPIPS UPI.
b. Mengajukan surat permohonan ijin untuk mengadakan penelitian kepada
Pembantu Dekan 1 atas nama Dekan FPIPS UPI untuk mendapatkan surat
rekomendasi yang kemudian disampaikan kepada Rektor UPI.
c. Pembantu Rektor 1 atas nama Rektor UPI mengeluarkan surat permohonan
ijin penelitian untuk disampaikan kepada Kepala Dinas Pemakaman dan
Pertamanan Kota Bandung.
d. Setelah itu penulis menyerahkan surat ijin penelitian dari UPI kepada pihak
Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung untuk melakukan penelitian
2. Tahap Pelaksanaan
Setelah tahap persiapan penelitian selesai ditempuh, dan persiapan yang
menunjang berjalannya penelitian telah lengkap, maka penulis langsung terjun ke
lapangan untuk melaksanakan penelitian. Dalam melaksanakan penelitian, penulis
sebagai instrument utama dibantu oleh pedoman observasi dan wawancara antara
penulis dan nara sumber atau responden.
Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan agar dapat menjawab permasalahan yang belum penulis ketahui
sebelumnya. Setiap selesai melakukan penelitian di lapangan, penulis menuliskan
kembali data-data yang telah dihimun kedalam catatan lapangan, dengan tujuan
3. Tahap Analisis Data
Tahap terakhir adalah analisis data. Kegiatan analisis data dilakukan
setelah data yang diperlukan terkumpul. Pada tahap analisis ini penulis berusaha
mengorganisasikan data yang diperoleh dalam bentuk catatan dan dokumentasi.
Demikian serangkaian tahap penelitian yang dilakukan oleh penulis
dalam mengolah dan menganalisis data serta informasi yang diperoleh dalam
penelitian mengenai implementasi kebijakan pemerintah kota dalam upaya
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kesimpulan Umum
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa
implementasi kebijakan Pemerintah Kota dalam upaya pemeliharaan Ruang
Terbuka Hijau di Kota Bandung belum optimal karena keterbatasan dalam
pelaksanaan kebijakan tersebut.
2. Kesimpulan Khusus
Disamping kesimpulan umum di atas, diuraikan kesimpulan khusus, antara
lain:
a. Kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah Kota dalam pemeliharaan RTH
antara lain Perda Kota Bandung Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
RTH, Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 18 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung, Juknis, SOP dan
master plan dalam pelaksanaan pemeliharaan RTH.
b. Proses kebijakan pemeliharaan RTH itu ada tataran formulatif dan
implementatif. Apabila tataran formulatif merumuskan kebijakan dan
kemudian lahir sebuah Perda, maka dalam tataran implemen