• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN KUALITAS SUMBERDAYA PEMUDA MELALUI PROGRAM PELATIHAN: Studi Kualitatif Terhadap Program Pelatihan Kader HMI di Tasikmalaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN KUALITAS SUMBERDAYA PEMUDA MELALUI PROGRAM PELATIHAN: Studi Kualitatif Terhadap Program Pelatihan Kader HMI di Tasikmalaya."

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN KUALITAS SUMBERDAYA PEMUDA MELALUI PROGRAM PELATIHAN

(Studi Kualitatif Terhadap Program Pelatihan Kader HMI di Tasikmalaya)

T E S I S

Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis Untuk Memenuhi Sebagian dan Persyaratan

Memperoleh Gelar Magister Pada Program Studi Pendidikan Luar Sekolah

4>

Oleh:

ABDUL HARIS NIM. 979738

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN/ PENGESAHAN

Pembimbing I

^

y/4^

Prof. Dr. H. DJUDJU SUDJANA, M.Ed.

Pembimbing II

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dngan judul

PENGEMBANGAN KUALITAS SUMBER DAYA PEMUDA MELALUI

PROGRAM PELATIHAN

(Studi Kualitatif terhadap Calon Instruktur

HMI Cabang Tasikmalaya ).

Beserta seluruh isinya adalah benar-benar

karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan

dengan cara-cara yang tidak benar sesuai dengan etika yang berlaku dalam

masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sangsi yang

dijatuhkan kepada saya apa bia kemudian ditemukan adanya pelanggaran

etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada kelainan terhadap keaslian

karya saya ini.

Bandung, Oktober 2000 Yang membuat Pernyataan

ABDUL HARIS

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini mengacu kepada pertanyaan pokok, "Bagaimana

pengembangan kualitas sumber daya pemuda melalui program pelatihan

terhadap program pelatihan kader HMI Cabang Tasikmalaya dilakukan ?"

yakni, dalam soal motivasi, sistem dan materi, proses pelaksanaan, hasil

dan dampak, hambatan-hambatan dan dukungan yang diperoleh serta

bagaimana follow up setelah pelatihan itu dilaksanakan. Penelitian

bertujuan untuk mengungkap dari hal-hal tersebut di atas, di HMI Cabang

Tasikmalaya.

Ada beberapa landasan yang dikemukakan

dalam menjawab

pertanyaan penelitian ini, yakni : a. karakteristik PLS yang meliputi :

Falsafah PLS, Sistem PLS, Teori PLS, Managemen PLS, Metodologi PLS,

b. Pendidikan sebagai proses pemberdayaan. c. Latar Belakang Sejarah

Kehadiran HMI, d. Jati diri HMI sebaga^ suatu oiganisasi e. Arti dan

essensi pelatihan bagi pengembangan sumber daya pemuda mencakup : (1)

Pentingnya pelatihan, (2) kebutuhan terhadap pelatihan, (3) proses

merancang pelatihan; masalah dan kebutuhan kelompok sasaran,

sumberdaya penyelenggara pelatihan, ruiuan dan kurikulum pelatihan^

pengorganisasian pelatihan, Pelaksanaan pelatihan, dan Model-model

pelatihan.

Untuk itulah maka penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

pendekatan kualitatif

(qualitative approach),

yang menuntut peneliti

sendiri menjadi instrumen utama

(human instrument)

yang secara langsung

melakukan investigasi ke lapangan. Demikian peneliti dapat memiliki

'adaptabilitas' yang diharapkan cukup tinggi untuk menyesuaikan diri

dengan situasi dan kondisi yang dihadapinya. Adapun prosedurnya, yaitu

Metode penelitian, Teknik pengumpulan data melalui : wawancara,

observasi, dan studi dokumentasi. Subyek penelitian dan penarikan kasus;

subjek penelitian, penarikan kasus, Analisis dan penafsiran data meliputi:

analisis data,penafsiran data, Langkah-langkah penelitianya meliputi :

tahap orientasi, tahap eksplorasi, tahap membercheck dan pengolahan

data.

Pembahasan hasil temuan penelitian mencakup : Sejarah HMI Cabang Tasik, analisis Hasil penelitian yang terdiri dari; motivasi, sistem

dan materi, pelaksanaan, hasil dan dampak, hambatan dan dukungan serta

follow up pasca latihan, dan Keterbatasan penelitian.

Implikasinya : pemuda tidak cukup mengandalkan kemampuan

yangdidapat dari bangku kuliahnya semata, akan tetapi perlu di dukung

dengan kemampuan-kemampuan yang di dapat dari

aktifitasnya di

organisasi ekstra kampus. Hal demikian itu perlu dilakukan mengingat

kehidupan diera globalisasi sangat sarat dengan persaingan yang tinggi.

(5)

DAFTARISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN i

PERNYATAAN ii

ABSTRAK m

KATA PENGANTAR iv

UCAPAN TERIMA KASIH vi

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR BAGAN

.:-DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Perumusan Masalah dan Fokus Penelitian 7

C. Definisi Operasional 9

D. Tujuan Penelitian 13

E. Kegunaan Penelitian 14

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Karakteristik Keilmuan Pendidikan Luar Sekolah 16

a. Pendidikan Orang Dewasa (Adult Education) 33

b. PLS Sebagai Proses Pemberdayaan (Empowering

Process) 42

(6)

B. Hakekat Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya

Pemuda 51

C. Latar Belakang Sejarah kehadiran HMI 57

D. Jati Diri HMI Sebagai Suatu Organisasi 64

E. Arti dan Essensi Pelatihan Bagi Pengembangan Sumber

Daya Pemuda 0 55

1. Latar Belakang Pentingnya Pelatihan 66

2. Kebutuhan Pelatihan 68

3. Proses Merancang Pelatihan 71

4. Pelaksanaan Pelatihan 74

5. Model-model Pelatihan 79

BAB III METODA PENELITIAN

A. Metoda Penelitian 80

B. Teknik Pengumpulan Data 82

C. Subyek Penelitian dan Kriteria penarikan kasus 90

D. Analisis dan Penafsiran Data 92

1. Analisis Data 92

2. Penafsiran Data 94

E. Langkah-langkah Penelitian 95

(7)

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum HMI Cabang Tasikmalaya 99 B. Temuan Dan Analisis Data Hasil Penelitian 113

1. Temuan Data Hasil Penelitian 113 2. Analisis Data Hasil Penelitian 169

a. Motivasi Mengikuti Program Pelatihan 170 b. Sistem dan Materi Program pelatihan 179 c. Pelaksanaan Program Pelatihan 194 d. Hasil-hasil dan dampak yang Diperoleh dari

Pelatihan 207

e. Hambatan-hambatan dan Dukungan-dukungan .. 212 f. Tindak Lanjut (Follow Up) yang Harus

Dilakukan 217

C. Keterbatasan Penelitian 223

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan-kesimpulan 226

B. Implikasi 231

C. Rekomendasi 232

DAFTAR PUSTAKA 237

DAFTAR LAMPIRAN

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel IV-3 : Frekwensi Latihan Kader HMI

108

2. Tabel IV-4 :Jumlah Peserta Latihan Kader 98/99

108

3. Tabel IV-5 : Alokasi Waktu dan materi Latihan

109

4.Tabel IV-6 : Frekwensi Pelaksanaan Pengembangan HMI Cab.

Tasikmalaya

nl

5.Tabel IV-8 : Materi dan alokasi waktu Pelatihan HMI

189

6. Tabel IV-9 : Alokasi waktu dan materi pelatihan

200

(9)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1: Hubungan Fungsional Antara Komponen-komponen

Pendidikan Luar Sekolah 24

Bagan 2: Komponen-komponen Rancangan Penelitian 73 Bagan 3 : Proses Pengembangan Kualitas Sumber Daya Pemuda

(mahasiswa) melalui Program Pelatihan oleh

Organisasi HMI Cabang Tasikmalaya 225 Bagan 4: Tingkat Perbedaan Waktu dan kemantapan

pembinaan tingkah laku 209

Bagan 5 : Skema pola Pelatihan Kader HMI 127

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Keputusan Bimbingan Tesis 240

2. Surat Keterangan Mengadakan Penelitian 241

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Generasi muda sebagai pemilik, pewaris dan pengukir masa depan

bangsa, dituntut untuk senantiasa merespon problematika yang dihadapi

oleh bangsanya. Setiap generasi muda dari generasi ke generasi memiliki

posisi yang sama namun memiliki tantangan yang berbeda. Kepeloporan

generasi muda dalam merespon serta menghadapi perubahan ke arah yang

lebih baik merupakan jati diri yang mestinya menyaru

der.-^n

pcsuda.

Tantangan era globalisasi yang menghadang di depan kita menanti

kesiapan untuk memberikan kontribusi dan solusi demi eksistensi bangsa

ke depan. Pemuda sebagai pilar bangsa dituntut untuk berperan aktif

dalam merespon problematika dan tantangan yang dihadapi bangsa, sesuai

dengan kapasitas dan kemampuan yang dimiliki. Generasi muda di masa

lalu telah mengukir sejarah dengan tinta "emas" mulai dari

membangkitkan kesadaran (1908), membangkitkan kesatuan (1928),

sampai mewujudkan kemerdekaan (1945), generasi 1966 tampil bersama

ABRI dan rakyat membangun kemitraan yang sangat indah untuk menjaga

keutuhan bangsa sehingga melahirkan Orde Baru, serta pada tanggal 21

(12)

pemuda pula. Generasi muda kini adalah "pemain utama" kelak di saat berlangsungnya era globalisasi. Untuk itu dalam membangun kesadaran kolektif (Collective Consciousness) dalam rangka menyiapkan kesadaran generasi muda menyongsong era tersebut, menjadi sesuatu yang tak mungkin dihindari, karena itu aktivitas mestinya bukan karena "by accident" tetapi "by design" yang mengembangkan kualitas sumber daya pemuda sebagai bekal dan persiapan untuk dapat lebih berperan di masa depan perlu didukung oleh suasana dinamis, sehat dan demokratis.

GBHN 1998 telah menegaskan perlunya membina dan mengembangkan kualitas sumber daya para pemuda, dalam rumusan yang selengkapnya berbunyi sebagai berikut:

"Pembinaan dan pengembangan pemuda sebagai pewaris nilai-nilai luhur budaya dan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan insan pembangunan diarahkan agar pemuda menjadi kader pemimpin bangsa yang berjiwa Pancasila, disiplin, peka, mandiri, beretos kerja, tangguh, memiliki idealisme yang kuat, berwatak kebangsaan yang luas, mampu mengatasi tantangan, baik masa kini maupun masa yang akan datang dan tetap memperhatikan nilai-nilai sejarah yang dilandasi oleh semangat kebangsaan serta persatuan dan kesatuan. Pembinaan dan pengembangan etos kerja pemuda ditujukan untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab, kesetiakawanan sosial, serta kepeloporan pemuda dalam pembangunan masa depan bangsa dan negara".

(13)

dibina dan dikembangkan melalui berbagai aktivitas atau program, salah

satunya adalah program pelatihan. Adapun tugas dan tanggung jawab

terhadap penyelenggaraan pembinaan dan pengembangan terhadap para

pemuda itu harus dilakukan secara bersama-sama antara orang tua

(keluarga), masyarakat, pemerintah dan pemudanya itu sendiri.

Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Tasikmalaya

mempakan lembaga Pendidikan Luar Sekolah (PLS) yang secara hirarki

berada dibawah Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI).

Sejak Tahun 1962, HMI Cabang Tasikmalaya sangat peduli terhadap upaya

membina dan mengembangkan kualitas sumber daya pemuda yang secara

administrasi masih tercantum di perguruan tinggi sebagai mahasiswa. Pembinaan dan pengembangan kualitas sumber daya pemuda

melalui program pelatihan yang dilakukan oleh (HMI) Cabang

Tasikmalaya itu jika dikaji dari jalur pendidikan, maka kegiatan tersebut

masuk kedalam jalur pendidikan luar sekolah, sebab penyelenggaraannya

dilakukan diluar sekolah melalui kegiatan pembelajaran yang tidak harus berjenjang dan berkesinambungan, dan jika dikaji dari satuan PLS maka termasuk ke dalam satuan pendidikan yang sejenis, karena berbentuk pelatihan (Training).

(14)

dan jalur pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan seklah meliputi

satuan TK, SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Sedangkan jalur

pendidikan luar sekolah mencakup keluarga, kelompok belajar,

kursus-kursus dan satuan lainnya yang sejenis. Pada satuan sejenis didalamnya

termasuk kelompok bermain, penitipan anak, pusat magang, panti asuhan,

panti

latihan,

penyuluhan,

kepramukaan

dan

kegiatan-kegiatan

transformasi edukatif melalui media massa (cetak atau elektronika), serta

lembaga diklat yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh

swasta.

Pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah merupakan

kesatuan yang integral, dari sistem pendidikan nasional yang berdasarkan

pancasila, dan bertujuan untu meningkatkan ketaqwaan kepada tuhan

Yang Maha Esa, kecerdasan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat

kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan, agar dapat

membangun dirinya sendiri, serta bersama-sama bertanggungjawab atas

pembangunan nasional.

Pendidikan adalah merupakan usaha sadar untuk menyiapkan

peserta didik melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan

bagi perannya dimasa datang. Pendidikan pada hakekattnya dilaksanakan

sepanjang hayat. Yang mencakup segala aspek, proses dan siklus

(15)

sampai keliang lahat. Pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah itu

merupakan tanggung jawab keluarga, masyarakat, pemerintah. Oleh

karena itu, peran aktif semua pihak dalam semua jalur jenis dan jenjang

pendidikan diselenggarakan

secara terpadu dan diarahkan pada

peningkatan kualitas. Pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan

pemerintah tidak hanya dilaksanakan oleh instansi diligkungan

depdiknas, melainkan juga semua lembaga pemerntah, baik departemen,

maupun yang non departemen.

Banyak pengertian dan definisi tentang PLS yang dikemukakan

para pakar, namun demikian esensinya menunjukan pada suatu "kegiatan

pendidikan yang terorganisir diluar sistem pendidikan seklah" {Kleis,

1973; 6; Combs dalam sudjana, 1996; Colleta, 1975. "selain itu PLS memiliki

fleksibilitas" (Qureshi, 1987;35) dan memiliki keterkaitan yang erat

dengan pasar kerja (Paulston Le Roy, 1982; 337, Blaug,1979;35). Pendidikan

Luar Sekolah berbeda dengan pendidikan sekolah, terutama dari segi

fleksibilitas, relevansi dan fungsionalisasi dari keseluruhan komponen

programnya. Dengan demikian model pembelajaran yang perlu dikembangkan pada lembaga PLS harus mengacu kepada ciri-ciri sebagaimana diuraikan di atas.

Dari hasil studi penjajakan yang dilakukan pada organisasi HMI

(16)

proses kreativitas pembelajarannya. Eksistensi para pelatih atau pembina

sangat penting dalam keberhasilan setiap pembelajaran pada program

pelatihan calon pelatih kader HMI tersebut, akan tetapi dari segi kuantitas

maupun dari berbagai karakteristik yang mendukung mutu para pelatih

kondisinya masih dianggap belum memadai. Hal itu disebabkan karena

adanya perbedaan motivasi, sistem dan materi, pelaksanaan, hasil dan

dampak, hambatan dan dukungan seta follow-up nya dalam pembelajaran

program pelatihan.

Studi penjajakan lain menemukan beberapa pendapat tentang

kemampuan para alumni program pelatihan dan nilai tambah yang

diperolehnya. Hal ini menunjukan masih belum maksimal dalam

mencapai sasaran yang diharapkan. Selain itu ditemukan pula adanya

kesan bahwa yang merupakan persepsi dari responden, baik para alumni

pelatihan, atau pimpinan HMI Cab Tasikmalaya yang menunjukan bahwr

para pelatih masih sangat diharapkan kemampuan maksimal., dalam

mengelola pembelajaran dalam program pelatihan pelatih kader HMI

tersebut.

Berbagai studi literatur menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan

dalam proses pembelajaran dalam pelatihan ditentukan pula oleh unsur

"keahlian, kredibilitas dan dedikasi" yang tinggi dari para pelatih. Sejalan

(17)

latihannya akan sangat tergantung pula pada tanggapan dan pengakuan para peserta latihannya. Hal ini terlihat dari persepsi dan tanggapan terhadap kemampuan para pelatih .

Atas dasar dan kondisi yang digambarkan di atas, maka dianggap perlu adanya studi atau pengkajian secara ilmiah tentang pengembangan kualitas sumber daya pemuda melalui program pelatihan berdasarkan kepada motivasi apa, sistem dan materi apa yang dipersiapkan, bagaimana proses pelaksanaanya, bagaimana hasil dan dampak dari pelatihan, hambatan-hambatan dan dukungan apa yang diperoleh peserta, serta bagaimana follow up peserta latihan setelah program pelatihan itu diselenggarakan di HMI Cabang Tasikmalaya.

B. Perumusan Masalah dan Fokus Penelitian 1. Masalah Penelitian

(18)

selama ini belum ditemukan melalui suatu hasil penelitian dan kajian ilmiah. Kalaupun ada hanya sebatas laporan-laporan tekhnis penyelenggaraan suatu program, pelatihan yang tidak secara langsung belum mengungkapkan pengembangan kualitas sumber daya pemuda melalui program pelatihan kepada calon pelatih kader HMI Cabang Tasikmalaya yang berlokasi di Jl. Sutisna Senjaya No. 41 Tasikmalaya, yaitu: Motivasi apa, sistem dan materi apa yang dipersiapkan, bagaimana pelaksanaannya, apa hasil dan dampak yang dirasakan, apa hambatan-hambatan dan dukugan yang diperoleh pelatih serta bagaimana follow up peserta program pelatihan itu dilakukan.

2. Fokus Penelitian

Dengan didasarkan atas uraian tersebut diatas, maka di bawah ini dirumuskan beberapa permasalahan yang dijadikan sebagai fokus penelitian yang dijabarkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

(19)

b. Sistem dan Materi pelatihan apa saja yang dipersiapkan oleh

HMI Cabang Tasikmalaya bagi para pemuda agar mereka

memiliki sumber daya yang berkualitas?

c. Bagaimanakah

pelaksanaan

program

pelatihan

yang

diselenggarakan oleh HMI Cabang Tasaikmalaya?

d. Apakah hasil-hasil dan

dampak yang

diperoleh

dari

pelaksanaan program pelatihan yang diselenggarakan oleh

HMI Cabang Tasikmalaya?

e. Adakah hambatan-hambatan yang ditemui serta

dukungan-dukungan yang diperoleh oleh HMI Cabang Tasikmalaya

dalam pelaksanaan program pelatihan?

f. Bagaimanakah tindak lanjut (follow up) yang harus dilakukan

para pemuda setelah mengikuti program pelatihan yang

diselenggarakan oleh HMI Cabang Tasikmalaya?

C. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini ada beberapa istilah yang perlu diberi

definisi operasional. Istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Motivasi pemuda untuk mengikuti pelatihan yaitu, hal-hal yang

terdapat pada diri pemuda yang membuat mereka tergerak untuk

melibatkan diri dalam program pelatihan HMI Cabang Tasikmalaya

(20)

10

yang bersifat psikologis maupun bersifat materi. Yang dimaksud dengan kebutuhan psikologis adalah kebutuhan untuk di akui pada status tertentu. Sedangkan kebutuhan materi lebih ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari dalam rangka meningkatkan tarap hidup mereka.

2. Pemuda yaitu : Berdasarkan SK. Menddiknas Nomor 0323/1978 tanggal 28 Oktober 1978 tentang pola dasar pembinaan dan pengembangan Generasi Muda, disebutkan bahwa pengertian pemuda berdasarkan umur dan lembaga serta ruanglingkup tempat pemuda berada dapat dibagi ke dalam tiga kategori : a. Siswa, Usia antara 6-18 tahun yang masih berada di bangku sekolah, b. Mahasiswa, di Universitas atau Perguruan Tinggi, Usia antara 18-25 tahun. c. Pemuda diluar lingkungan sekolah maupun Perguruan Tinggi, usia antara 15-30

tahun.

Sedangkan yang dimaksud dengan pemuda dalam penelitian ini adalah para mahasiswa, maka pemuda disini diartikan sebagai seseorang yang berumur antara 18-25 tahun.

(21)

11

HMI Cabang Tasikmalaya kepada peserta latihan melalui para pelatih, panitia pelaksana dan panitia pengarah sesuai dengan hasil kongres

HMI.

4. Materi Pelatihan yaitu; Benda, bahan atau segala sesuatu yang tampak menjadi bahan untuk di sampaikan kepada peserta latihan.

5. Pelatihan, menurut pendapat Sikula (1976) yang dikutip oleh Moch As'ad (1991, hal 70) bahwa: pelatihan (training) adalah proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisir, yang mana tenaga kerja non managerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis untuk tujuan-tujuan tertentu. Kemudian Michael J. Jacuis (1968:296) mengemukakan pula pendapatnya bahwa istilah pelatihan menunjukkan suatu proses

peningkatan sikap, kemampuan dan kecakapan dari para pekerja

untuk menyelenggarakan pelaksanaan khusus.

Sesuai pendapat dari Mondy dan Noe (1990:270) yang menyatakan bahwa pelatihan adalah merupakan suatu upaya membantu seseorang meningkatkan performansinya agar mampu

menangani tuntutan pekerjaan atau tugas yang harus ia hadapi.

Performansi itu sendiri menurut Wayne Fcascio (1989) pada umumnya

mencakup perubahan pengetahuan, sikap, keterampilan dan tingkah

(22)

12

Dari beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan yang dilakukan didalam suatu organisasi atau lingkungan kerja, pada dasarnya merupakan bagian dari pada pendidikan yang didalamnya terdapat proses pembelajaran dilakukan dalam waktu yang relatif singkat untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

6. Pelaksanaan pelatihan yaitu; Proses, cara, perbuatan meJaksanakan sistem dan materi pelatihan oleh para pelatih kepada para peserta latihan sebagai warga belajar.

7. Hambatan-hambatan dan dukungan-dukungan yang ditemui selama

proses pelatihan berlangsung adalah; segala sesuatu yang dapat

menghambat, menahan, dan merintangi proses pelaksanaan program pelatihan, dan dukungan-dukungan adalah segala sesuatu yang menyokong, membantu atau menunjang pelaksanaan program pelatihan tersebut lebih lancar.

8. Hasil dan dampak pelatihan yaitu; sesuatu hal yang diadakan (dibuat,

dijadikan), oleh usaha para pelatih terhadap para peseta latihan baik

yang berubahnya dari aspek kognitif, apektif dan psikomotorik.

9. Tindak Lanjut (Follow Up) yaitu; langkah selanjutnya setelah

(23)

13

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada masalah dan fokus penelitian diatas, maka dikemukakan tujuan-tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian nanti, dengan rincian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui motivasi apa yang mendorong para pemuda sehingga tertarik untuk mengikuti program pelatihan yang diselenggarakan oleh HMI Cabang Tasikmalaya?

2. Untuk mengetahui sistem dan materi pelatihan apa saja yang dipersiapkan HMI Cabang Tasikmalaya bagi para pemuda peserta pelatihan agar mereka dapat memiliki sumber daya pemuda yang

berkualitas.

3. Untuk mengetahui pelaksanaan program pelatihan yang diselenggarakan oleh HMI Cabang Tasikmalaya.

4. Untuk mengetahui hasil-hasil dan dampak yang diperoleh dari pelaksanaan program pelatihan yang diselenggarakan oleh HMI Cabang Tasikmalaya.

(24)

14

6. Untuk mengetahui tindak lanjut (follow Up) yang harus dilakukan para pemuda setelah mengikuti program pelatihan yang diselenggarakan oleh HMI Cabang Tasikmalaya.

E. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan yang bersifat tioritis maupun bersifat praktis, seperti:

1. Kegunaan tioritis :

Konstribusi dalam aspek tioritis yang diharapkan meliputi :

a. Sumbangan bagi tiori pembinaan dan pengembangan melalui program pelatihan. Hal tersebut diperlukan didalam usaha pengembangan model dan strategi belajar dalam PLS yang dapat dijadikan dasar pengembangan model dan strategi pembinaan melalui program pelatihan para pemuda.

(25)

15

2. Kegunaan Praktis

Kontribusi dalam aspek praktis yang diharapkan adalah sebagai

berikut:

a. Sebagai masukan bagi pengelola dan pelaksana program pembinaan dan pengembangan kualitas sumber daya pemuda melalui program pelatihan HMI Cabang Tasikmalaya, khususnya bagi Trainer Kader HMI Cabang Tasikmalaya dalam upaya menyempurnakan pembinaan dan pengembangan kualitas sumber daya para pemuda melalui program pelatihan.

b. Sebagai bahan pertimbangan bagi para perencana, pengambil keputusan, dan para pengelola program PLS guna penyempumaan program-program belajar yang sedang dan akan dilaksanakannya, terutama bagi sasaran didik dikalangan pemuda khususnya para

(26)
(27)

BAB III tt * Pi, >\SM 7 #

V " i** \\ «*. *

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode merupakan hal yang sangat penting diperlukan dalam suatu penelitian dengan tujuan untuk memandu seorang peneliti. Suatu penelitian akan efektif dalam mencapai tujuannya sesuai dengan yang diharapkan apabila memperhatikan metode yang akan digunakan. Sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, yaitu : memperoleh data empiris tentang pengembangan kualitas sumber daya pemuda melalui program pelatihan, maka penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif. Pendekatan kualitatif didasarkan atas fenomenologis yang

opada dasarnya bertujuan utuk memperoleh pemahaman dan pengertian

tentang perilaku manusia ditinjau dari aktor pelaku itu sendiri.

Fenomenologis mempelajari pengalaman manusia dalam kehidupan, yang

mempercayai bahwa kebenaran akan terungkap melalui upaya menyelami

interaksi perilaku manusia, dan akhirnya memperoleh kesimpulan

tentang apa yang penting, dinamis dan berkembang. Dengan demikian

pendekatan kualitatif mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda

dengan pendekatan lain. Penelitian kualitatif disebut juga penelitian

naturalistik(S. Nasution 1986 :18), disebut kualitatif karena data yang

(28)

81

dikumpulkan bercorak kualitatif bukan kuantitatif. Disebut naturalistik

karena situasi lapangan penelitian bersifat natural atau wajar sebagaimana

adanya tanpa dimanipulasi, diatur dengan eksperimen atau tes.

Selanjutnya Bogman Taylor yang dikutp oleh Lekxy J Moleong dalam

buku metodologi penelitian kualitatif (1983 : 3j menyatakan bahwa

"metodologi penelitian kualitatif sebagai prosedur yang menghasilkan

data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang diamati, pendekatan ini diarahkan padaa latar belakang

individu tersebut secara holistik (utuh). Dan selanjutnya Lexsy J. Moleong

(1983; 9) mengatakan bahwa "pendekatan fenomenologis berusaha

mengerti subyek dari segi pandangan mereka sendiri". Oleh karen itu

dalam penelitian ini tidak menggunakan pengolahan data secara statistik

atau tanpa perhitungan angka-angka. Pada bagian lain S. Nasution (1988 ;

1) menyatakan bahwa "tujuan penelitian naturalistik bukanlah untuk menguji hipotesis yang didasarkan atas teori-eori tertentu, melainkan

untuk menemukan pola yang mungkin dapat dikembangkan menjadi

teori.

Dengan demikian penggunaan pendekatan penelitian kualitatif

lebih mengutamakan kemampuan peneliti untuk mengungkap fokus

permasalahan yang diteliti. Peneliti mengembangkan konsep pemikiran ,

(29)

82

setting atau proses, individu, kelompok tanpa mengurangi variabel. Sehingga peneliti harus memahami betul orang dari sisi orang pandangan obyeknya, menaruh keyakinan, pandangan dan sikap, dan semua setting atau proses dan orang-orang disekitar obyek berguna untuk diteliti dan merupan suatu seni tersendiri.

Dilihat dari penjabaran di atas maka pendekatan kualitatif merupakan metode yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Hal ini sejalan dengan tujuan dari penelitian naturalistik kualitatif, yaitu mengungkap kenyataan-kenyataan yang terjadi pada subyek penelitian dan dideskripsikan melalui kata-kata, dan bukan berupa angka-angka seperti dalam penelitian kuantitatif.

B. Teknik Pengumpulan Data

(30)

83

fenomena dan sekaligus mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan

yang terjadi dilapangan. Selain itu peneliti sebagai instrumen bisa

mengadakan hubungan langsung dengan responden dan obyek yang

lainnya, memahami kaitan-kaitan dengan kenyataan di lapangan serta

mampu menilai apakah kehadirannya menjadi faktor pengganggu

sehingga apabila terjadi hal yang demikian peneliti dapat menyadari

sekaligus berusaha untuk mengatasinya.

Sumber data utama dalam penelitian deskriptif kualitatif ialah berupa kata-kata dan tindakan dn selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lainnya. Berkaitan dengan pemasalahan yang diajukan,

dan untuk memperoleh gambaran yang komprehensif tentang kasus yang

dikaji, maka diperlukan berbagai teknik pengumpulan data yang relevan.

Teknik pengumpulan data tersebut meliputi wawancara pada subyek

penelitian, observasi dan studi dokumentasi.

1. Wawancara

(31)

84

pelatihan. Dengan demikian diperoleh informasi yang lengkap, akurat,

obyektif, komprehensif, dan relevan dengan fokus penelitian yang

diajukan.

Agar wawancara dapat berlangsung terarah, baik dan tidak terkesan kaku, peneliti disamping menggunakan alat bantu pedoman singkat wawancara, juga berusaha untuk menghindarkan diri dari situasi formal. Sedangkan agar dalam wawancara sedapat mungkin peneJIti memfokuskan materi tertentu yang sudah dipersiapkan sebelumnya secara bertahap, sampai data yang diperoleh dianggap cukup memadai dan valid, baru kemudian dilanjutkan persoalan yang lain, sesuai dengan fokus penelitian yang diajukan. Agar data wawancara tidak terdistorsi oleh keterbatasan kemampuan ingatan peneliti, maka setiap kali wawancara peneliti berusaha untuk melakukan perekaman secara tersembunyi, sehingga tidak mengganggu situasi wawancara yang dilakukan.

(32)

85

Sesuai dengan fokus penelitian yang diajukan, materi wawancara

kepada pengurusa dan alumni kasus, mencakup pandangan mereka

terhadap proses pelatihan, motivasi, pelaksanaan, hasil dan dampak, hambatan dan dukungan serta follow up yang harus dilakukan setelah

pelatihan.

Wawancara kepada pengurus dan alumni pelatihan, disamping ditujukan untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari mereka, sekaligus dimaksudkan untuk mengklarifikasi kebenaran data dari sebelumnya. Wawancara pada pengurus pelatihan terutama dilakukan pada pengurus dan alumni pelatihan secara khusus. Dipilihnya pengurusan dan alumni pelatihan dikarenakan mereka lebih mengetahui tentang proses pengembangan kualitas sumber daya pemuda melalui program pelatihan serta berbagai upaya yang dilakukan mereka untuk mensukseskannya.

(33)

86

lingkungan HMI atau di tempat pelatihan, seperti pemberian tugas, presentasi makalah dan resume. Sedangkan wawancara dengan alumni pelatihan tidak hanya dibatasi pada mereka saja melainkan kepada istri dan keluarganya, yang secara fisik maupun psikologis terlibat langsung dalam proses pelatihan tersebut.

Tahap kasus, sekalipun peneliti mengalami kesulitan dalam menjalin komunikasi dengan mereka terutama menggali masalah-masalah tertentu yang memerlukan analisis yang lebih jauh, misalnya tentang latar belakang keluarganya, baik dari segi status sosial atau dari segi status agama. Namun jawaban-jawaban yang mudah dari kasus tersebut cukup memberikan sumbangan yang berarti fokus penelitian yang diajukan. Wawancara terhadap kasusu cenderung dilakukan di rumah, atau di kantornya pada saat mereka lagi beristirahat. Materi wawancara lebih diorientasikan kepada motivasi, sistem dan materi, proses pelaksanaannya, hasil dan dampaknya, hambatan dan dukungan serta follow up selanjutnya.

(34)

87

sumber daya melalui program pelatihan dari kasus tertentu, baru

dilanjutkan dengan wawancara penelitian untuk mengumpulkan data

pada kasus yang berikutnya. Namun demikian, peneliti tetap

menggunakan asas fleksibilitas, terganrung situasi dan kondisi yang

berkembang di lapangan saat penelitian dilakukan.

2. Observasi

Dalam penelitian ini observasi dilakukan melalui observasi

partisipasi pasif. Artinya disamping peneliti memfokuskan diri pada

upaya penggalian dan pengumpulan data sesuai dengan fokus

penelitian yang diajukan melalui pengamatan langsung terhadap

kegiatan yang dilakukan, situasi yang terjadi, dan gejala-gejala yang

ditampakkan, peneliti juga kadang-kadang ikut serta atau melibatkan

diri seadanya sebagai orang dalam terhadap kegiatan yang sedang

dilakukan, sehingga situasi yang diamati dapat berlangsung secara

alamiah, karena subyek penelitian tidak sedang diamati. Karena itu

dalam penelitian ini, peneliti lebih banyak menghabiskan waktunya

terutama bersama para pengurus dan alumni pelatihan untuk

mengamati berbagai aktivitas yang dilakukan oleh para pengurus dan

peserta

pelatihan

tersebut

dalam

kaitannya

dengan

upaya

(35)

88

Selama observasi

berlangsung,

peneliti

berusaha

untuk

melakukan pengamatan secermat mungkin tentang berbagai gejala

yang ditampakkan, baik perilaku, sikap, maupun reaksi dan tanggapan

para pengurus, alumni pelatihan, maupun kasus selama observasi

berlangsung. Sedapat mungkin selama proses pengamatan ini

berlangsung, peneliti sekaligus mencatata segala peristiwa yang terjadi

yang dianggap relevan dengan fokus penelitian dalam buku pedoman

dan catatan hasil observasi, namun bila tidak sempat maka pencatatan

dilakukan segera setelah pengamatan selesai dilakukan.

Sesuai dengan fokus penelitian yang diajukan yaitu tentang

pengembangan kualitas sumber daya pemuda melalui program

pelatihan kepada calon pelatih, kader HMI, maka proses pengamatan

terhadap para pengurus: (1) tidak dibatasi pada saat para pengurus

dalam lingkungan organisasi, tetapi juga terjadi di luar lingkungan

organisasi, seperti dilingkungan kampus, (2) lebih diorientasikan pada

bagaimana perlakuan dan motivasi para pemuda, termasuk peserta

latihannya selama berinteraksi dengan para pelatih. Dengan demikian

dapat diketahui tentang pengembangan kualitas sumber daya pemuda

melalui program pelatihan, serta motivasi sistem dan materi, proses

pelaksanaan, hasil dan dampak, hambatan dan dukungan, serta tindak

(36)

89

yang akurat dan obyektif, peneliti berusaha untuk melakukan

pengamatan dalam situasi yang bervariasi. Misalnya, di sekretariat

HMI sambil ngobrol-ngobrol atau dilingkungan luar ditempat

pelatihan atau di kampus. Observasi terhadap guru pelatihan

dilakukan terutama pada saat proses pelatihan itu dilaksanakan. Pada saat

tersebut, peneliti memposisikan diri sebagai peserta latihan. Tujuan

observasi terhadap para pelatih, dimaksudkan untuk mengatasi proses

pengembangan kualitas sumber daya pemuda pada saat pelatihan

berjalan, ada tidaknya kesejalanan antara materi yang disampaikan

dengan sistem pelatihan yang sudah dilentukan terhadap kasus, serta

untuk mengamati bagaimana sebenarnya peran para pelatih dan pengurus

dalam pengembangan kualitas sumber daya para pemuda.

Sekalipun observasi dalam penelitian ini lebih menekankan pada

peristiwa-peristiwa yang terjadi antara para pelatih dan pengurus terhadap

peserta pelatihan, namuan agar diperoleh data yang lebih komprehensif

observasi juga dilakukan pada saat proses pelatihan itu dilaksanakan.

3. Studi Dokumentasi

Dalam

penelitian ini studi dokumentasi dilakukan dengan

mengumpulkan berbagai data tertulis yang dianggap mendukung,

(37)

90

melalui observasi dan wawancara. Beberapa data yang dikumpulkan

antara lain tentang catatan-catatan dari para pelatih, pengalaman para

pelatih dan para pengurus serta dokumen lain yang menjadi pedoman

pelatihan. Dengan untuk keperluan ini beberapa catatan tertulis

tersebut dipinjam untuk melakukan penelaahan lebih lanjut.

C. Subyek Penelitian dan Kriteria Penarikan Kasus.

1. Subjek Penelitian

Responden sebagai subjek penelitian merupakan unsur yang

penting untuk mendapat informasi yang diperlukan dalam penelitian ini.

Dalam penelitian kualitatif subjek penelitian adlah semua orang yang

dapat dijadikan sebagai sumber informasi. Sejalan dengan permasalahan

dalam penelitian ini, subjek penelitian tidak terbatas pada Pengurus

(akttifis) dan alumni pelatihan pelatih kader HMI yang dijadikan kasus,

tetapi juga orang lain yang mampu menjadi sumber informasi langsung

dari masalah yang diteliti. Dengan demikian diperoleh data yang objektif,

akurat, terpercaya, rinci, dan komprehensif. Untuk itu dijadikan subjek

dalam penelitian ini adalah para alumni pelatihan HMI yang telah

ditetapkan sebagai kasus, Pengurus dan alumni Pelatihan HMI Cabang

(38)

91

Dengan kata lain sebagai responden dalam penelitian ini adalah pra

pemuda (pengurus dan alumni) yang ditetapkan sebagai kasus, sedangkan

sebagai informan adalah para sismpatisan.

2. Kriteria Penarikan Kasus

Penelitian ini dilakukan melalui studi yang mendalam terhadap

kasus. Dalam hasil telaah kasus tersebut diharapkan mampu memberikan

gambaran tentang subjek penelitian. Dengan kata lain kasus dapat

diharapkan mampu menjadi wakil (sampel) yang refresentatif dari

keseluruhan subyek penelitian (populasi).

Dalam kontek penelitian kualitatif, teknik sampling yang

digunakan adalah purposive sampling. Sejalan dengan itu maka masalah

utama yang perlu diperhatikan adalah bagaimana teknik penarikan kasus

dilakukan, sehingga kasus benar-benar refresentatif sesuai dengan tujuan

penelitian. Seperti dikemukakan oleh Nana Sudjana (1989 : 96), teknik ini

digunakan apabila peneliti punya pertimbangan tertentu dalam

menetapak sampel sesuai dengan tujuan penelitiannya.

Untuk itu

penarikan kasus tidak dilakukan secara sembarangan, tetapi mengacu

kepada beberapa kriteria tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.

Kriteria tersebut adalah:

a. Telah diidentifikasi sebagai Pengurus, dan alumni pelatihan pelatih

(39)

92

b. Pengurus dan alumni yang pernah mengikuti program pelatihan

pelatih kader HMI Cabang Tasikmalaya.

c. Memiliki data yang cukup komprehensif untuk digunakan sebagai

sumber informasi, terutama data empiris dan data dekumentasi.

d. Dilakukan berdasarkan atas kesepakatan antara peneliti, pengurus

HMI, dan para alumninya.

Berdasarkan kriteria di atas, maka pengurus HMI dan alumni yang

telah diangkat dan ditetapkan sebagai kasus, selanjutnya dilakukan studi

analisa yang cermat dan mendalam sesuai dengan fokus penelitian.

Sejalan dengan kriteria diatas, dalam penelitian ini penarikan kasus

tidak dilakukan secara kaku dan sekaligus, tetapi flekeibel dan bertahap

sesuai dengan informasi yang berkembang. Artinya, orang tua yang

semula telah ditetapkan sebagai kasus biasa saja kemudian dikeluarkan

atau dibatalkan sebagai kasus karena sesuatu dan lain hal.

D. Analisis dan Penafsiran Data

1. Analisis Data

Menurut Patton (1980 : 268), analisis data adalah proses mengatur

urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan

uraian pembahasan. Pendapat lain yang senada dengan apa

yang

(40)

93

bahwa analisis data adalah proses mencari dan manata secara sistematis

catatan hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi untuk

meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan

menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Selanjutnya, Bogdan &

Biklen (1982 :146-162) membedakan analisis data itu melalui dua langkah,

yaitu analisis selama di lapangan dan analisis sesudah meninggalkan

lapangan. Langkah-langkah analisis selama di lapangan dan analisis

sesudah meninggalkan lapangan. Langkah-langkah selama di lapangan

adalah: (1) mempersempit fokus studi, (2) menetapkan tipe studi, (3) mengembangkan secara terus-menerus pertanyaan analitik, (4) menuliskan komentar peneliti sendiri, (5) upaya penjajagan tentang ide dan tema penelitian pada subyek responden sebagai analisis penjajagan, (6) membaca kembali pustaka yang relevan selama di lapangan, (7) menggunakan metaphora, analogi dan konsep. Langkah-langkah analisis sesudah meninggalkan lapangan adalah : (1) membuat kategori masalah dan menyusun kodenya, (2) menata sekuensi atau urutan penelaahannya.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(41)

94

dokumentasi. Peneliti memilah-milah data tersebut sesuai dengan

kategori masalahnya.

- Menguraikan kategori-kategori tersebut untuk memahami aspek yang

terdapat di dalamnya sambil menelaah hubungan antara satu dengan

lainnya.

- Menata

urutan

masalah

guna

memberikan

tafsiran

yang

menggambarkan perspektif peneliti untuk memberikan makna

terhadap hasil analisis data dari ketegorimasalah tersebut.

Rangkaian dari kegiatan analisis data yaitu penafsiran data. Dengan

demikian antara analisis data dan penafsiran data merupakan satu

kesatuan tahap kegiaian.

Data yang diperoleh pada setiap pertemuan langsung dianalisis dan

ditafsirkan. Analisis dan penafsiran data berjalan terus selama proses

penelitian dan semua data yang diperlukan terkumpul.

Selama proses penelitian, analisis dilakukan dan muncul pertanyaan-pentanyaan yang dijadikan patokan untuk melacak terus

kasus yang diteliti sampai diperoleh data sebanyak mungkin tentang pola

pengembangan kualitas sumber daya pemuda melalui program pelatihan

(42)

95

Oleh karena kasus yang diteliti menyangkut pola pengembangan atau pembinaan melalui program pelatihan oleh HMI Cabang Tasikmalaya dan motivasi apa yang mendorong para pemuda sehingga tertarik untuk mengikuti program pelatihan, sistem program pelatihan apa yang digunakan, proses pelaksanaan pelatihan yang bagai mana yang diberikan pada peserta, apa yang dihasilkan peserta pelatihan setelah mengikuti program pelatihan, hambatan dan dukungan apa yang terdapat pada proses pelatihan, serta bagaimana follow up dari pelatihan berkaitan dengan kualitas sumber daya pemuda, maka hasil penelitian akan dianalisis dengan menghubungkannya melalui pendekatan pendidikan luar sekolah.

E. Langkah-Langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian yang dimaksud di sini adalah tahap-tahap kegiatan yang dilakukan oleh peneliti selama proses penelitian berlangsung. Langkah-langkah penelitian tersebut menurut S. Nasution (1988 : 33 - 34) adalah 1) tahap orientasi, 2) tahap eksplorasi, dan 3) tahap "member check".

1. Tahap Orientasi

(43)

96

pengurus HMI dan Alumni Pelatihan pelatih kader HMI Cabang

Tasikmalaya baik saat proses pelatihan itu diselenggarakan, dan juga

saat diluar proses pelatihan. Berdasarkan penjajagan diperoleh

berbagai informasi tentang motivasi, sistem dan materi, proses

pelaksanaan, hasil dan dan dampak, hambatan-hambatan dan

dukungan yang diperoleh peserta latihan serta follow up yang

dilakukan setelah mengikuti program pelatihan. Informasi data

diperoleh dari pengamatan terhadap para pemuda yang bersangkutan,

wawancara dengan para alumni, simpatisan yang tahu tentang program

pelatihan tersebut.

(44)

97

a. Menetapkan 14 Orang dari sejumlah pengurus dan alumni pelatihan

yang berhasil diidentifikasi memenuhi kriteria sebagai subjek

penelitian untuk dijadikan sebagai kasus penelitian.

b. Menelusuri keberadaan Pengurus dan alumni pelatihan HMI yang

telah ditetapkan sebagai kasus kerumah atau kekantor

masing-masing.

c. Mengurus surat-surat perizinan ke Pengurus HMI Cabang

Tasikmalaya guna keperluan wawancara dengan para alumninya

dan pengurus observasi di rumah atau di kantor.

d. Menyusun alat bantu penelitian, berupa pedoman wawancara dan

kisi-kisi observasi dan menyiapkan alat perekam yaitu ti

2. Tahap Eksplorasi

Tahap ini, dilaksanakan dari tanggal 18 Maret 1999 sampai

dengan 15 Agustus 1999. Pada tahap ini dilakukan penggalian

informasi dan pengumpulan data sesuai dengan permasalahan yang

(45)

98

yang mencakup penyempurnaan alat bantu penelitian, pelaksanaan

observasi, studi dekumenter, dan kegiatan wawancara. Dalam

pelaksanaannya tahap ini tidak hanya dilakukan dilingkungan

di

tempat pelatihan, tapi juga dilakukan di rumah dan kantornya.

3. Tahap member Check dan Pengolahan Data

Tahap ini merupakan tahap seleksi dan penafsiran data. Setiap

perolehan data selalu dikonfirmasikan dan diteliti kembali kepada

sumbernya, selanjutnya diolah dan ditafsirkan. Kegiatan ini dilakukan

selama kegiatan penelitian berlangsung, pelaksanaannya terus

(46)
(47)

BABV

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

Dari temuan dan informasi hasil penelitian, maka setelah

dideskripsikan dan dibahas selanjutnya peneliti mencoba merumuskan

kesimpulan-kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi sebagai berikut:

A. Kesimpulan-Kesimpulan

1. Motivasi yang mendorong para pemuda (mahasiswa) untuk mengikuti

program pelatihan yang diselenggarakan organisasi HMI Cabang

Tasikmalaya dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Karena ingin belajar "ke-Islaman"yang mereka yakini bahwa suatu

kegiatan yang dilakukan dengan berlandaskan pada nilai-nilai

ke-Islaman yang bersumber pada Al-Qur'an dan Al-Hadits.

b. Karena didorong oleh rasa kebutuhan untuk belajar memimpin,

sehingga dengan berorganisasi maka potensi kepemimpinan akan

terlatih.

c. Karena didorong oleh rasa kebutuhan untuk meningkatkan wawasan dan pengalaman serta relasi yang luas, maka hal tersebut

akan bisa tercapai dengan berorganisasi karena di sana terkumpul

(48)

227

para pemuda (mahasiswa) dari berbagai disiplin ilmu dan dari

berbagai perguruan tinggi.

d. Karena didorong oleh keinginan beraktualisasi diri, dengan

berorganisasi maka keinginan tersebut akan berkembang.

e. Karena didorong oleh rasa tanggung jawab moral terhadap kondisi

kehidupan

remaja khususnya kabupaten Tasikmalaya, melalui

pelatihan atau pembinaan tersebut maka akan mampu membantu

dan membimbing mereka.

f. Karena didorong untuk mendapatkan nilai tambah

(adding value)

dari berbagai pembelajaran yang diikuti dan dilaksanakannya

diorganisasi selain ilmu pengetahuan yang terdapat dari kampus.

2. Sistem dan materi program pelatihan yang dipersiapkan organisasi

HMI Cabang Tasikmalaya bagi para pemuda (mahasiswa) peserta

pelatihan dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Sistem

dan materi

Program Pelatihan yang

disusun dan

dipersiapkan dengan berlandaskan pada beberapa landasan,

pertama landasan nilai yang bersumber pada Qur'an dan

Al-Hadits, kedua landasan Historis , ketiga landasan konstitusional,

keempat landasan sosio kultural, kelima Perguruan tinggi sebagai

faktor pendukung dalam membentuk wujud kader HMI di masa

(49)

228

b. Materi ke-Islaman yang meliputi ; Sejarah HMI, Nilai Identitas

Kader (NIK) yang terdiri dari : dasar Kepercayaan,

Dasar-dasar kemanusiaan, Taqdir dan ikhtiar, keadilan individu dan

masyarakat,

c. Materi umum yang terdiri :wawasan IPTEK, Mahasiswa sebagai inti

kekuatan pembaharaan, sistem pembangunan nasional, wawasan

internasional, seta materi tambahan yang ditentukan oleh Cabang

dan komisariat.

3. Pelaksanaan program pelatihan yang diselenggarakan organisasi HMI

Cabang Tasikmalaya dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Program pelatihan calon anggota instruktur atau pelatih HMI adalah

merupakan tanggung jawab Ketua Bidang Pembinaan Anggota (PA)

Cabang

dan Bidang PA. di Komisariat-komisariat HMI Cabang

Tasikmalaya.

b. Pelaksanaan program pelatihan dilakukan secara bertingkat atau

berjenjang dan berkelanjutan yaitu: LK I, LK II, LK III.

c. Pelaksanaan program pelatihan dilakukan setiap penerimaan

mahasiswa baru di kampus, atau sesudah semesteran di kampus.

d. Pelaksanaan Up Greading dan kegiatan lanjutan dilakukan sesudah

(50)

229

e. Program pelatihan calon instruktur HMI Cabang Tasikmalaya

dirancang, disusun, dan dilaksanakan dengan sebaik-sebaiknya,

serta pada setiap akhir kegiatan diadakan evaluasi dan pemberian

sertifikat kepada para peserta.

4. Hasil-hasil yang diperoleh dari pelaksanaan program pelatihan yang

diselenggarakan

organisasi

HMI

Cabang

Tasikmalaya

dapat

disimpulkan sebagai berikut:

a. Dapat merubah pola pikir yang sekterian dan primordialisme

menjadi sikap demokratis dan pluralistik.

b. Dapat merubah sikap percaya diri dan merasa sejajar dengan

mahasiswa yang lain.

c. Dapat meningkatkan rasa percaya diri untuk berkompitisi dengan

para mahasiswa yang ada dikampusnya.

d. Dapat

meningkatkan

semangat

untuk

belajar

dan

mengaktualisasikannya di masyarakat.

5. Hambatan-hambatan yang ditemui dan dukungan-dukungan yang

diperoleh organisasi HMI Cabang Tasikmalaya dalam melaksanakan

program pelatihan dapat disimpulkan menjadi dua bagian, yaitu:

a. Hambatan internal, yaitu : (1) Kurang terjalinnya kerja sama antar

pengurus dalam mengelola pelatihan, membina peserta latihan,

(51)

230

dengan baik, (2) Kurangnya sumber daya pelatih yang berkapasitas

akademik tinggi (S2-S3), (3) Kurangnya pasilitas moderen seperti

internet, soun system, laboratorium dll.

b. Hambatan eksternal, yaitu : (1) sulitnya pencarian dana setiap

kegiatan, (2) Jaman orba, surat izin pelatihan suka dipersulit, (3)

Belum tersedianya alat transforatasi cepat seperti pesawat terbang,

kereta cepat antara Tasik-Jakarta, Bandung atau ke daerah lain,

sehingga memudahkan untuk mengundang para penceramah.

Sedangkan dukungan-dukungan yang diperoleh pelatih dan

pengurus adalah sebagai, berikut:

1) Dukungan internal organisasi, yaitu (1) pengorbanan pengurus

dan pelatih yang aktif untuk mengadakan program pelatihan, (2)

Pasilitas yang ada dan dapat dipergunakan untuk memperlancar program pelatihan,(3) belum terbentuknya LPL, agar pengelolaan latihan dapat digaraf lebih profesional.

2) Dukungan Eksternal, yaitu : (1) Kahmi senantiasa mendukung

baik moril ataupun materil untuk kelancaran program pelatihan yang di selenggarakan oleh HMI, (2) Dukungan pemerintah setempat yang senantiasa membantu kelancaran kegiatan, (3)

dukungan dari kalangan pengusaha, akademisi politisi dan

(52)

231

6. Tindak lanjut

(follow up)

yang dilakukan para pemuda (mahasiswa)

setelah mengikuti program pelatihan di HMI Cabang Tasikmalaya

dapat disimpulkan sebagai berikut:

- Melakukan Up greading materi-materi pelatihan secara khusus yang

dipandang belum lengkap waktu pelatihan diselenggarakan,

teratama jenjang latihan kader I, sedangkan bagi peserta pasca LKII

dan III lebih banyak waktu yang diberikan kepada peserta untuk

merealisasikannya diorganisasi atau masyarakat kampus.

B. Implikasi

1. Semua aktifitas yang diselenggarakan oleh HMI Cabang Tasikmalaya,

merupakan satu-satunya jenis pendidikan luar sekolah. Jika dikaji dari

jalur pendidikan, maka kegiatan itu termasuk ke dalam jalur

pendidikan luar sekolah pula, sebab penyelenggaraannya dilakukan di

luar sekolah melalui kegiatan belajar membelajarkan yang tidak haras

berjenjang dan berkesinambungan. Sedangkan jika dikaji dari jenis

pendidikannya, maka kegiatan itu merupakan bagian dari pendidikan

umum yang diselenggarakan oleh organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan.

2. Dilihat dari cakupan pendidikannya, maka pelatihan atau pembinaan

(53)

232

termasuk ke dalam pendidikan orang dewasa

(adult educoation)

karena

peserta didiknya semuanya adalah orang dewasa (pemuda/mahasiswa).

3. Bila dikaji secara menyeluruh, teratama terhadap maksud dan tujuan

diselenggarakannya pelatihan yang dilakukan oleh organisasi HMI

Cabang Tasikmalaya melalui kegiatan pelatihan dan pembinaan

lanjutannya terhadap para pemuda (mahasiswa ), yaitu agar para

pemuda mampu meningkatkan kesadaran pengertian, dan kepekaan

terhadap perkembangan politik, sosial, ekonomi, hukum dan

sebagainya sehingga pada akhirnya mampu memperbaiki dan

meningkatkan kedudukannya di masyarakat yang heterogen. Maka

proses pendidikan yang diterapkannya adalah merupakan "proses

pemberdayaan"

(empowering process), dan

proses ini banyak didekati

oleh pendidikan luar sekolah.

C. Rekomendasi

a. Untuk Pengurus dan keluarga besar KAHMI Tasikmalaya :

Hendaknya pengurus dan keluarga besar KAHMI Tasikmalaya tetap

menarah perhatian

(aware)

terhadap aktifitas-aktifitas yang dilakukan

oleh organisasi HMI Cabang Tasikmalaya dan komisariat-komisariat

(54)

233

b. Untuk Pengurus Organisasi HMI Cabang Tasikmalaya:

1) Agar minat para pemuda (mahasiswa) untuk mengikuti pelatiltan

calon instruktur atau pelatih tetap tinggi, maka hendaknya perlu

diadakan perbaikan dan penyempurnaan dalam pengelolaan

pelatihan yang mengacu pada pedoman latihan perkaderan HMI

secara nasional agar senantiasa mengikuti standar kualitas, teratama

pada "human resources quality", dengan cara membuat kualifikasi

khusus kepada para pelatih atau instruktur atas dasar kemampuan

apa saja yang harus memberikan ceramah di LKI, LKII atau di LK III

bahkan pada Up Greading dan training-training khusus yang

lainnya.

2) Perlu

diadakan

modernisasi

organisasi

atau

pembenahan

administrasi organisasi HMI yang lebih efektif dan efisien agar

lebih profesional, terutama yang menyangkut tentang dokumentasi

dan kearsipan program aktifitas, yang telah, sedang, dan akan

dilaksanakan,

termasuk

keberhasilan,

kekurangan,

dan

kegagalannya, jumlah peserta pelatihan dari tahun ketahun, jumlah

alumni dan sebagainya, serta dilengkapi pula grafik atau diagram

(55)

234

kegiatan HMI yang telah dilaksanakan di sekretariat HMI Cabang

Tasikmalaya atau Komisariat yang ada dibawahnya.

3) Perlu dibentuknya lembaga pengelolaan pelatihan (LPL) yang dapat

mengelola pelatihan secara profesional dan tidak overlefing antara

satu bidang dengan bidang-bidang lain yang ada di organisasi HMI,

dengan khusus LPL tersebut agar dapat ; a) mempersiapkan

pengelolaan latihan at.-s permintaan pengurus cabang, b)

meningkatkan kualitas dan kuantitas pengelolaan latihan dengan

jalan

menyelenggarakan

training

pengelola

latihan

dan

mengadakan forum-forum pertemuan dilingkungan intern LPL, c)

meningkatkan kualitas latihan dengan jalan memonitor dan

mengevaluasi pelaksanaan latihan, d) memberikan informasi

kepada pengurus cabang HMI tentang perkembangan pelatihan.

4) Untuk menyikapi perubahan dan perkembangan global di masa

yang akan datang, maka HMI dituntut untuk selalu menciptakan

iklim dan suasana yang kondusif bagi pertumbuhan dan

perkembangan kualitas kader yang secara oftimal, yakni iklim dan

suasana yang menghargai prestasi individu, mendorong gauah

belajar dan bekerja keras, merangsang dialog

dan interaksi

individu secara demokratis dan terbuka, membangun sikap kritis

(56)

235

c. Untuk para pemuda

(mahasiswa)

peserta pelatihan yang diselenggara

kan oleh HMI Cabang Tasikmalaya :

1) Ummat Islam Indonesia adalah mayoritas dibandingkan dengan

kaum yang lainnya , bila dibandingkan dengan negara-negara luar

sekalipun bahwa ummat islam Indonesia dari segi kuantitas masih

diatas negara-negara yang aturannya berdasarkan hukum islam,

namun ummat islam Indonesia masih jauh ketinggalan dalam

bidang

"Ilmu kauniyah"

(Fisika, Biologi, Kimia, Alam, dsb.)

dibandingkan dengan negara-negara barat . Bahkan bangsa barat

sudah lama sekali mentransfer dan mensistematisir "Ilmu

kauniyah"

atau Islamologi

(ilmu mengenai agama Islam dan

ajaran-ajarannya) ke negara-negara sekitamya. Untuk itu umat Islam

terutama para pemudanya (mahasiswa), wajib memantapkan iman,

memahami Islam, dan menguasai IPTEK, agar mempunyai

kemampuan untuk tampil sebagai pemimpin atau kholifah yang

baik sebagai suri tauladan dan kesejahteraan bagi seluruh umat

manusia. Sebagai mana RasuluUah SAW diutus ke dunia oleh Allah

SWT, melainkan menjadi rahmat bagi semesta alam (Qs. Al- Anbiya

(57)

236

2) Sebagai pemuda (mahasiswa) muslim yang masih memiliki masa

depan yang panjang namun penuh dengan tantangan, maka

hendaklah memiliki sikap bahwa mandi darah waktu latihan lebih

baik daripada tunggang langgang waktu bertempur, merenung itu

ibadah, dan menuntut itu termasuk jihad. Berfikirlah sebelum

mengambil keputusan, belajarlah sebelum bekerja, mencari bukti

sebelum menyakini, merencanakan sebelum mengerjakan, tidak

menerima suatu hukum tanpa keterangan, dan tidak memberikan

dakwah kepada sesama tanpa landasan yang jelas.

3) Perkembangan IPTEK yang begitu pesat dan cepat berubah di era

globalisasi saat ini, yang ditandai dengan derasnya aras informasi

yang datang dari mancanegara yang menimbulkan persaingan yang

ketat, sementara creses economic belum ada tanda-tanda yang lebih

baik,pengangguran semakin merajalela, yang kerjapun banyak di

PHK, menuntut pemuda (mahasiswa) untuk memiliki

keunggulan-keunggulan kompetitif

(competitive advantage) yang

seimbang

(58)
(59)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik (Editor), (1994),

Pemuda dan Perubahan Sosial,

Penerbit

LP3S, Jakarta,.

Adiwikarta, Sudardja, Dr. MA, (1988),

Sosiologi Pendidikan : Isyu dan

Hipotesis tentang Hubungan Pendidikan dan Masyarakat,

Proyek

Pengembangan

Lembaga

Pendidikan

Tenaga

Kependidikan,Dirjen Dikti,Jakarta.

Al-Fauzan, Sholih, Dr. dan Syakir Ali Salim Ad Daulah, Dr, (1989),

Pemuda

Islam,Penerbit, CV. Ramadhani, Solo. *

Al-Hilay, Majid, Dr, (1994),

Tugas Generasi Muda Islam,

Penerbit Tri

Genda Karya, Bandung.

Al-Maududi, Abul A'la, (1981),

Wahai Pemuda Islam Mana Adilmu

Penerbit, CV. Ramadhani, Solo.

An-Nadwi, Abul Hasan, Dr, (1991),

Kepada Mahasiswa,

Penerbit Pustaka,

Progresif, Surabaya.

Assayid, Mahmud Ahmad, Dr, (1992),

Mendidik Generasi Qur'ani

Penerbit, CV. Pustaka Mantiq, Solo.

Basri, Hasan, Drs.,( 1996),

Pemaja Berkualitas,

penerbit, pustaka pelajar

Yogyakarta. ' '

Bogdan, Robert Cbiklen, Sari Knopp, (1982),

Kualitative Reseach for

Education,

An Introduction to theory and Methods, Allyn and

Bacon, Inc Boston.

f (V)94)fRemaja Harapan dan Tantangan,

Penerbit, PT Rosda

Karya, Bandung,.

Daradjat, Zakiah, Dr, (1976),

Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia,

Penerbit, Bulan Bintang, Jakarta.
(60)

238

Departemen P dan K, (1989),

Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Balai Pustaka,

Jakarta.

Diknas, Undang-undang No. 2 Tahun 1989,

Tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

Drost, J.SJ. , (1995), Menjadi Pribadi Dewasa dan Mandiri, Penerbit,

Kanisius, Yogyakarta.

Jacob, T. Prof, Dr., (1983),

Manusia Ilmu dan Teknologi,

Penerbit, PT. Tiara

Wacana Yaogyakarta.

Kindervatter, Suzanna, (1979),

Nonformal Education,

As an Empowering

Process, Printens in the United States of America.

Knowless, Malcolm, (1973),

Self directed learning,

foltet

publishing

Company.

Koentjaraningrat, (1984),

Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan,

Gramedia, Jakarta.

Krich, David, et al, (1962),

Individual in Society,

Mc. Graw

Hill.

Kogakusha,

Lts. Tokyo.

Moekijat, Drs, (1992),

Evaluasi Pelatihan,

CV. Mandar Maju, Bandung.

Napitupulu,

WP,

(1980/1981),

Belajar dan Bekerja Keras Sepanjang Hayat,

Proyek Pembinaan dan Pengembangan Sistem PLS, Pemuda dan Olah Raga, Departemen P dan K.

Nasution, S. Prof. Dr. MA, (1988), Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif,Penerbit, Tarsito, Bandung.

PP No, 71 Tahun 1991,Tentang Latihan Kerja.

PP. No. 73 Tahun 1991,Tentang Pendidikan Luar Sekolah.

(61)

239

-, (1983),

Strategi KBM dalam pendidikan non-formal,

them,

Bandung.

f

(1989), Seri PLS

(Azas kebutuhan,

Pendidikan Sepanjang

Hayat, Relevansi dengan pembangunan Masyarakat dan wawasan kemasa depan), Yay. Pendidikan Terpadu Krida

Nusantara.

Sudjana, H.D., (1989),

Seri PLS (Wawasan, Sejarah perkembangan, Falsafah

dan faktor-faktor pendukung),

Yay. Pendidikan Terpadu Krida

Nusantara, Bandung.

Sulastomo, (1989),Hari-Hari Panjang,Mas Agung, Jakarta.

Surat Keputusan Mentri P dan K, Nomor 0323/U/1978,

Tentang Pola Dasar

Referensi

Dokumen terkait

Bertitik tolak dari RPJMD Kota Serang Tahun 2018 - 2023, Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Serang Tahun 2020 dan Perjanjian Kinerja Pemerintah Kota Serang Tahun

yang tidak dapat diubah yang diteliti adalah umur, faktor risiko yang dapat diubah yang diteliti adalah obese berdasarkan IMT dan lingkar pinggang, hipertensi,

mau‟idhah hasanah -nya Kyai Muchtar juga seringkali menyinggung masalah kewajiban bekerja dalam Islam dengan beberapa ajaran Rasulullah SAW. bersabda: “Tidaklah

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil trimester III tentang perawatan payudara sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dan

Hingga saat ini, perseroan baru menarik pinjaman dari Bank KEB Hana sebanyak US$5 juta sehingga fasilitas pinjaman dari perbankan masih mencukupi untuk kebutuhan

(Merupakan alat yang sesuai untuk sebuah bisnis guna mendapatkan reaksi dari target pasar dalam kaitannya dengan tujuan pemasaran).. • Menurut Kotler (1997:92), Marketing mix is

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan melihat gambaran kuantitas dan hitung jenis leukosit pada Petugas Radiologi di Balai Besar Kesehatan Paru

Pihak perusahaan memiliki sumber daya manusia yang memiliki pengalaman dan kemampuan yang baik dalam menghasilkan produk yang berkualitas, memiliki