Jolanda Dessye Parinussa, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay - Two Stray Terhadap Kemampuan TIPE TWO STAY-TWO STRAY TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA
DAN KEMAMPUAN BERBICARA
(Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon Tahun Ajaran 2012-2013)
TESIS
diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
oleh
Jolanda Dessye Parinussa, S.Pd. NIM 1102634
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
Jolanda Dessye Parinussa, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay - Two Stray Terhadap Kemampuan
English Education at Secondary
Education
Oleh
Jolanda Dessye Parinussa, S.Pd. UPI Bandung, 2013
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Bahasa Indonesia
© Jolanda Dessye Parinussa 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Jolanda Dessye Parinussa, 2013
Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay - Two Stray Terhadap Kemampuan DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
Pembimbing I,
Dr. Andoyo Sastromiharjo, M.Pd.
NIP 196109101966031004
Pembimbing II,
Dr. Isah Cahyani, M.Pd.
NIP 196407071989012001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia
Dr. Sumiyadi, M.Hum.
iii
ABSTRAK
JOLANDA DESSYE PARINUSSA. 2013. PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERTIF TIPE TWO STAY-TWO STRAY TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA DAN KEMAMPUAN BERBICARA (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon Tahun Ajaran 2012-2013)
Pembelajaran membaca dan berbicara pada hakikatnya mengembangkan kemampuan membaca dan kemampuan berbicara siswa. Salah satu upaya untuk mengembangkan kemampuan membaca dan kemampuan berbicara pada siswa yaitu melalui model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dalam pembelajaran membaca novel dan mengungkapkan melalui kegiatan berbicara. Kegiatan ini bertujuan untuk membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain.
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini yaitu: (1) apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terhadap kemampuan membaca siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon; (2) apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terhadap kemampuan berbicara siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon; (3) bagaimana proses pembelajaran membaca dan berbicara dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray; (4) bagaimana respons siswa terhadap pembelajaran membaca dan berbicara dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray.
Metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan pretes-posttes group design. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui proses dan hasil belajar. Data proses berupa kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode diskusi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray .
Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dalam pemahaman tentang materi membaca novel dan tanggapan siswa terhadap materi tersebut dalam kemampuan berbicara siswa diperoleh kemampuan dalam membaca bacaan kemudian menjawab pertanyaan diperoleh nilai rata-rata untuk kelas ekperimen 88,33 dan kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata 84,10 dalam kategorisasi baik sekali, sedangkan keterampilan berbicara digunakan perbandingan hasil uji t antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol dan pembuktian hipotesis. Berdasarkan hasil statistik pada kelas ekperimen, diperoleh keterangan bahwa t hitung sebesar 10,69 dan untuk kelas kontrol diperoleh t hitung sebesar 6,23. Berdasarkan hal tersebut berarti hipotesis benar atau diterima.
iv
xi
LEMBAR PERSETUJUAN ……… i
PERNYATAAN ……… ii
ABSTRAK ………. iii
PERSEMBAHAN ………. iv
KATA PENGANTAR ………... v
UCAPAN TERIMA KASIH ……… vii
DAFTAR ISI ………. xi
DAFTAR TABEL ……….. xv
DAFTAR LAMPIRAN ……… xviii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ……… 1
1.2 Identifikasi Masalah Penelitian ……….. 7
1.3 Pembatasan Masalah Penelitian ………. 8
1.4 Rumusan Masalah Penelitian ………. 8
1.5 Tujuan Penelitian ……….... 9
1.6 Manfaat Penelitian ……….. 9
1.7 Anggapan Dasar ………. 10
1.8 Hipotesis Penelitian ……… 10
1.9 Defenisi Operasional ……….. 11
BAB II KEMAMPUAN MEMBACA, KEMAMPUAN BERBICARA, MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY-TWO SRTAY 2.1 Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa ……… 13
2.1.1 Pengertian Membaca ………. 12
2.1.2 Hakikat Keterampilan Membaca ………... 16
2.1.3 Tujuan Membaca ………... 17
xii
2.1.6 Bentuk Tes Membaca ……… 24
2.2 Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa ……….. 26
2.2.1 Pengertian dan Tujuan Membaca ……… 26
2.2.2 Pembelajaran Keterampilan Berbicara ……… 27
2.2.3 Faktor-faktor Penunjang Keefektifan Berbicara ………. 29
2.2.4 Hakikat Kemampuan Berbicara ……….. 29
2.2.5 Jenis-jenis Tes Berbicara ………. 30
2.2.6 Aplikasi Penilaian Kemampuan Pembelajaran Berbicara ……... 32
2.2.7 Hubungan antara Berbicara dan Membaca ……….. 37
2.3 Model Pembelajaran Kooperatif ………... 39
2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ………... 39
2.3.2 Metode Pembelajaran Kooperatif ……… 40
2.4 Tipe Two Stay-Two Stray ……….. 43
2.4.1 Pengertian Tipe Two Stay-Two Stray ………. 43
2.4.2 Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray ……….. 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian ……….. 49
3.1.1 Metode Penelitian ……… 49
3.1.2 Desain ……….. 50
3.2 Prosedur Penelitian ……….. . 52
3.3 Teknik Pengumpulan Data ……… 54
3.4 Instrumen Penelitian ……….. 55
3.4.1 Tes ………... 53
3.4.2 Observasi ………. 56
xiii
3.6 Populasi dan Sampel ………. 61
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ……… 62
4.1.1 Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay- Two Stray Terhadap Kemampuan Membaca ………. 62
4.1.1 Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay- Two Stray Terhadap Kemampuan Berbicara ……….. 66
4.2 Data Hasil Pembelajaran Berbicara ……….... 72
4.2.1 Faktor Kebahasaan ………. 73
4.2.1.1 Pilihan Kata/Diksi ………. 73
4.2.1.2 Struktur/Pemakaian Kalimat ………. 85
4.2.1.3 Penggunaan Pelafalan ………... 91
4.2.1.4 Penggunaan Intonasi ………. 98
4.2.2 Faktor Nonkebahasaan ……….. 102 4.2.2.1 Sikap yang Wajar, Tenang dan Tidak Kaku ………… 102 4.2.2.2 Penguasaan Medan ……….. 106
4.2.2.3 Penguasaan Materi/Pemahaman ……….. 110
4.2.2.4 Penguasaan Gerak-Gerik/ Mimik ……… 114 4.3 Analisis Pembelajaran Kemampuan Berbicara Setiap Responden …. 120 4.4 Pengujian Hipotesis ………. 127
4.4.1 Uji Perbedaan Rata-rata Pretes dan Postes di Kelas Eksperimen.128 4.4.2 Uji Perbedaan Rata-rata Pretes dan Postes di Kelas Kontrol …. 131 4.4.3 Uji Perbedaan Tes Akhir pada Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol………... 133
4.5 Deskripsi Proses Pembelajaran ……… 135
xiv
4.5.1.3Perlakuan Ke-3 ……… 140 4.6 Pembahasan Hasil Penelitian ……….. 142 4.6.1 Pembahasan Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Two Stay-Two Stray Terhadap Kemampuan Membaca ……… 142 4.6.2 Pembahasan Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Two Stay-Two Stray Terhadap Kemampuan Berbicara ……… 144 4.6.3 Pembahasan Proses Pelaksanaan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray Terhadap
Kemampuan Membaca dan Kemampuan Berbicara …………. 146 4.7 Hal-hal Penyebab Peningkatan Kemampuan Membaca
Terhadap Kemampuan Berbicara Siswa Dengan Mengunakan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray …………. 149 4.7.1 Hasil Observasi ………. 149 4.7.2 Analisis Angket ……… 151 4.7.2.1 Tanggapan Siswa Tentang Penggunaan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray ….. 151 4.7.2.2 Faktor-Faktor Penyebab Peningkatan Kemampuan
Membaca Terhadap Kemampuan Berbicara Siswa …… 156
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ……….. 158 5.2 Saran ……… 160
DAFTAR PUSTAKA ……… 162
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa
Indonesia, yaitu terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pada
hakikatnya pembelajaran bahasa Indonesia adalah belajar berkomunikasi. Oleh
karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, untuk
mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan serta memaknai pikiran dan
perasaan yang disampaikan oleh orang lain baik secara lisan maupun tulisan serta
menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia Indonesia.
Secara umum tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah siswa yang
memiliki disiplin berpikir dalam berbahasa, menyimak, berbicara, membaca serta
menulis. Adapun tujuan khusus pembelajaran bahasa adalah (1) siswa mampu
mengungkapkan gagasan, pendapat, pengalaman dan pesan secara lisan dan tertulis,
(2) siswa mampu mengungkapkan perasaan secara lisan dan tertulis dengan jelas, (3)
siswa mampu menyampaikan informasi secara lisan dan tertulis sesuai dengan
konteks dan keadaan.
Salah satu keterampilan dan kemampuan yang perlu dimiliki manusia
Indonesia yang terus mendidik dirinya sendiri sepanjang hayat dan responsif terhadap
perubahan tanpa kehilangan jati dirinya ialah kemahiran dalam berpikir literat
(literate thinking). Literate thinking merupakan kemampuan interaksi dengan wacana
sebagai respresentasi pengalaman, pikiran, perasaan, dan gagasannya secara tepat
sesuai dengan tujuannya. Dengan aktivitas membaca, kita akan mengetahui hal-hal
Membaca sering sekali dianggap sebagai kegiatan yang pasif. Sebenarnya,
pada peringkat yang lebih tinggi, membaca itu bukan sekedar memahami
lambang-lambang tertulis, melainkan berarti pula memahami, menerima, menolak,
membandingkan, atau meyakini pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh
pengarang/penulis. Kemampuan membaca seseorang banyak dipengaruhi pula oleh
tingkat kematangan dan pengalamannya.
Membaca merupakan keterampilan berbahasa yang sangat diperlukan dalam
kehidupan. Penyelesaian berbagai kegiatan sangat bergantung pada kegiatan ini.
Kegiatan belajar, mengajar, melayani masyarakat di kantor-kantor pemerintah,
berdagang, dan kegiatan lainnya menuntut keterampilan membaca mulai dari yang
sederhana hingga yang kompleks.
Di samping untuk mendukung penyelesaian pekerjaan, keterampilan
membaca juga diperlukan dalam pemenuhan kebutuhan akan ilmu pengetahuan,
keterampilan, dan hiburan. Pengetahuan dan keterampilan seseorang dapat bertambah
secara signifikan apabila didukung dengan kegiatan membaca. Adapun kebutuhan
hiburan dapat dipenuhi antara lain melalui kegiatan membaca novel.
Hal di atas menunjukkan pentingnya keterampilan membaca dikuasai
seseorang. Karena itu, keterampilan ini perlu diajarkan di sekolah-sekolah, bahkan di
perguruan tinggi. Mereka perlu dibekali teknik-teknik membaca, metode memahami
bacaan, cara memperoleh informasi dari bacaan, dan kinerja akademik lainnya.
Untuk mengetahui kemajuan belajar dan penguasaan siswa terhadap
materi-materi tersebut, guru menyelenggarakan pengukuran terhadap hasil belajar mereka.
Pengukuran difokuskan pada kinerja berpikir literat yang perlu dimiliki oleh
mahasiswa dan siswa. Hal ini berimplikasi terhadap guru. Guru dituntut untuk
memiliki kompetensi dalam mengevaluasi keterampilan membaca (Shihabuddin,
2007: 226).
Setiap manusia pasti memiliki kemampuan untuk berbicara tetapi tidak semua
latihan atau upaya ke arah tersebut. Manusia dalam kegiatan sehari-harinya ternyata
selalu dihadapkan dengan kegiatan yang menuntut keterampilan berbicara.
Manusia adalah makhluk sosial dan tindakan pertama dan paling penting
adalah tindakan sosial karena berbicara sebagai suatu cara berkomunikasi, suatu
tindakan tepat saling bertukar pengalaman, saling mengemukakan dan menerima
pikiran, saling mengutarakan perasaan atau saling mengekspresikan, serta menyetujui
suatu pendirian dan keyakinan. Oleh karena itu, maka, di dalam tindakan sosial
haruslah terdapat elemen-elemen umum, yang sama-sama disetujui dan dipahami
oleh sejumlah orang yang merupakan suatu masyarakat. Untuk menghubungkan
sesame anggota masyarakat maka diperlukan komunikasi.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah, guru lebih banyak
mengajarkan pengertian bahasa daripada penggunaan bahasa. Oleh karena itu,
kemampuan siswa akan keterampilan berbicara menjadi kurang dan sangat terbatas,
oleh sebab itu diperlukan keterampilan membaca yang baik sehingga penggunaan
bahasa, penambahan kosakata siswa lebih bertambah.
Berbicara dikategorikan sebagai keterampilan berbahasa yang bersifat
produktif. Keterampilan ini dapat diwujudkan dalam bentuk berpidato, presentasi,
makalah, melakukan wawancara, berbicara monolog, ceramah, khotbah, dan
deklamasi. Bentuk-bentuk kegiatan ini sangat diperlukan dalam kehidupan manusia.
Gagasan, pikiran, dan perasaan manusia diekspresikan kepada pihak lain,
diantaranya, melalui keterampilan berbicara ini. Jika seseorang tidak mahir berbicara
maka orang lain akan mengalami kesulitan dalam memahami gagasan atau buah
pikirannya. (Shihabuddin, 2007: 193).
Berdasarkan kenyataan seperti itu, penulis ingin mengujicobakan sebuah
model pembelajaran. Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran membaca
terhadap pembelajaran berbicara. Pembelajaran berbicara yang monoton, membuat
siswa kurang mempunyai minat dalam pembelajaran berbicara.
Model atau teknik yang salah akan membuat siswa menjadi pasif dan kurang
menyebabkan tidak adanya kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan
kemampuan berbicaranya dengan baik, sehingga perlu adanya model pembelajaran
yang dapat membuat membuat siswa menjadi aktif.
Topik yang dipilih untuk meneliti kemampuan membaca siswa terhadap
kemampuan berbicara adalah topik tentang membaca novel. Novel merupakan topik
yang membutuhkan penguasaan konsep dasar sehingga siswa akan mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan tugas jika penguasaan konsep dasarnya kurang. Topik
tentang novel dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas VIII SMP Kristen
YPKPM Ambon merupakan topik yang membutuhkan penguasaan konsep dasar yang
kuat tentang novel yang dibaca sehingga keterampilan membaca siwa tersebut dapat
pula meningkatkan keterampilan berbicara siswa dalam mengeluarkan pendapat
sehingga siswa menjadi berani.
Berdasarkan uraian-uraian yang dipaparkan, maka untuk mengembangkan
kemampuan berbicara siswa diperlukan model pembelajaran yang berpusat pada
siswa dan dapat memberikan kebebasan berpikir dan keterluasan bertindak dalam
memahami pengetahuan dan memecahkan masalahnya, model pembelajaran
kooperatif tipe Two Stay-Two Stray salah satunya.
Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) terkadang disebut juga
kelompok pembelajaran (group learning), yang merupakan istilah generik bagi
bermacam prosedur instruksional yang melibatkan kelompok kecil secara interaktif.
Siswa bekerja sama untuk saling membantu dan belajar bersama dalam kelompok
kecil untuk saling membantu dan belajar bersama dalam kelompok mereka serta
dengan kelompok lain.
Situasi pembelajaran kooperatif didorong dan atau dituntut untuk bekerja
sama dalam suatu tugas bersama, siswa harus mengkoordinasikan usaha-usahanya
untuk menyelesaikan tugas. Pada pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu
saling tergantung untuk suatu penghargaan apabila mereka berhasil sebagai suatu
kelompok. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang
satu sama lain atas tugas-tugas bersama sehingga mereka belajar untuk menghargai
satu sama lain meskipun mereka berbeda ras, budaya, kelas sosial maupun
kemampuan.
Penggunaan model pembelajaran berpengaruh terhadap keberhasilan proses
belajar mengajar. Permasalahan tersebut muncul karena teknik atau pun model yang
dipakai oleh guru kurang cocok dan juga sesuai dengan minat siswa. Oleh karena itu,
dalam penelitian ini peneliti mencoba menggunakan salah satu model pembelajaraan
kooperatif yang menarik untuk digunakan dalam empat keterampilan khususnya
keterampilan membaca dan keterampilan berbicara yakni tipe Two Stay-Two Stray.
Tipe ini adalah salah satu teknik dalam metode diskusi yang berbasis cooperative
learning.
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray ini memiliki
tujuan yang sama dengan pendekatan pembelajaran kooperatif yang telah di bahas
sebelumnya. Siswa di ajak untuk bergotong royong dalam menemukan suatu konsep.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray akan
mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari
jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Selain
itu, alasan menggunakan model pembelajaran tipe Two Stay-Two Stray ini karena
terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap anggota kelompok, siswa dapat
bekerjasama dengan temannya, dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit
diatur saat proses belajar mengajar.
Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray mempunyai
karakteristik yang dapat mengembangkan kemampuan membaca sehingga
kemampuan berbicara siswa tersebut dapat meningkat karena tahapan yang ada
menuntut siswa untuk melakukan segala aktivitas dengan siswa lain yang melibatkan
proses berpikir, kerja sama dalam kelompok, toleransi antar siswa, dan lain-lain.
Tujuan dari pembelajaran dengan model ini adalah agar siswa dapat bertukar pikiran
berlatih untuk dapat meningkatkan kemampuan berbicaranya dan suasana kelas lebih
menyanangkan dan termotivasi untuk belajar.
Menurut Lie (2002), model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray
dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Model pembelajaran kooperatif
tipe Two Stay-Two Stray merupakan model pembelajaran yang dapat mendorong
anggota kelompok untuk memperoleh konsep secara mendalam melalui pemberian
peran pada siswa. Pemberian peran pada siswa ini membuat siswa lebih memiliki
tanggung jawab dalam mempelajari materi sampai menemukan sendiri
pengetahuannya.
Model Pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dapat meningkatkan
prestasi siswa dalam diskusi, karena tipe ini mengharuskan setiap siswa untuk
mengeluarkan pendapatnya kepada kelompok lain tentang masalah yang telah dibahas
oleh kelompoknya. Demikian juga ketika siswa kembali ke kelompoknya untuk
menjelaskan materi apa yang di dapat dari kelompok yang dikunjungi. Siswa yang
kembali tersebut menjelaskan materi yang di dapat dari kelompok lain, siswa yang
bertugas menjaga rumah menyimak hal yang dijelaskan oleh temannya.
Dari wawancara dengan guru bahasa Indonesia pada siswa kelas VIII SMP
Kristen YPKPM Ambon ketika pembelajaran membaca novel dan siswa diberikan
kesempatan untuk memberikan tanggapan terhadap novel yang dibaca, yaitu 40%
siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Kekurangaktifan siswa terlihat
pada saat diskusi berlangsung, tidak semua siswa aktif berdiskusi. Kesulitan lainnya
yaitu dalam pembagian kelompok, ada siswa yang suka dengan teman kelompoknya
tetapi ada juga yang tidak suka dengan temam kelompoknya, hal ini juga
mempengaruhi proses pembelajaran. Kegiatan membaca dan berbicara merupakan
kegiatan yang membutukan konsentrasi dalam memahami suatu bacaan serta
pemahaman dalam menanggapi bacaan yang dibaca. Karena itu diperlukan suatu
model pembelajaran sehingga bisa membuat siswa lebih berperan aktif dalam
kegiatan pembelajaran, salah satunya model pembelajaran kooperatif tipe Two
Berdasarkan paparan di atas, penulis merasa perlu untuk mengangkat model
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray ini dalam kegiatan diskusi untuk
meningkatkan kemampuan membaca dan kemampuan berbicara siswa agar siswa
lebih berani untuk mengeluarkan pendapat mereka.
1.2 Identifikasi Masalah Penelitian
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang fokus penelitian ini
perlu diintifikasi beberapa masalah penelitian sebagai berikut.
1) Kemampuan membaca melibatkan kemampuan mengingat akan menjadikan
ketidakefektifan dalam memahami bacaan. Kemampuan seseorang dalam
memahami isi bacaan akan memperkaya kosa kata mereka.
2) Kemampuan berbicara melibatkan kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
3) Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray (dua tinggal-dua tamu)
merupakan pembelajaran kelompok yang tidak hanya bekerja sama dengan
anggota kelompoknya tetapi bisa juga bekerja sama dengan kelompok lain yang
memungkinkan keakraban sesama teman dalam suatu kelas yang berorientasi
pada keaktifan siswa.
Berdasarkan kajian empiris dan literatur, penelitian ini dianggap penting untuk
dilaksanakan karena alasan-alasan sebagai berikut.
1) Penelitian ini berusaha memberikan informasi bahwa kemampuan membaca dan
kemampuan berbicara dapat menunjang siswa untuk memahami bacaan novel
dengan lebih efektif serta dapat memberikan tanggapan mengenai novel yang
diberikan;
2) Penelitian ini berusaha memberikan informasi bahwa dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dapat berpengaruh pada
1.3 Pembatasan Masalah Penelitian
Dari identifikasi masalah di atas, penulis membatasi masalah penelitian
mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray pada
pembelajaran membaca dan pembelajaran berbicara. Pembelajaran membaca yang
dimaksudkan adalah pembelajaran membaca novel. Pembelajaran berbicara yang
dimaksudkan adalah memberikan tanggapan terhadap novel yang dibaca dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray.
1.4 Rumusan Masalah Penelitian
Penulis telah menguraikan dalam latar belakang masalah penelitian dalam
peningkatan mutu pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada siswa SMP harus
terus diupayakan. Dalam hal ini, termasuk peningkatan kemampuan siswa dalam
membaca dan berbicara untuk kepentingan pendidikan.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka secara rinci rumusan masalah
dapat ditelusuri secara bertahap melalui pertanyaan berikut.
1) Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two
Stray terhadap kemampuan membaca siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM
Ambon?
2) Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two
Stray terhadap kemampuan berbicara siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM
Ambon?
3) Bagaimana proses pembelajaran membaca dan berbicara dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray siswa kelas VIII SMP
Kristen YPKPM Ambon?
4) Bagaimana respons siswa terhadap pembelajaran membaca dan berbicara dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray siswa
1.5 Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mencari dan memberikan
alternatif teknik pembelajaran yang dapat diterapkan pada pembelajaran membaca
dan pembelajaran berbicara, sedangkan tujuan khusus penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh gambaran tentang:
1) pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terhadap
kemampuan membaca siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon.
2) pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terhadap
kemampuan berbicara siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon.
3) proses pembelajaran membaca dan pembelajaran berbicara dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray siswa kelas VIII SMP
Kristen YPKPM Ambon.
4) respons siswa terhadap pembelajaran membaca dan berbicara dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray siswa
kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon.
1.6 Manfaat Penelitian
Setiap penelitian ilmiah diharapkan dapat memberikan manfaat, baik bagi
penulis sendiri maupun bagi masyarakat. Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh
dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Manfaat bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan menjadi pertimbangan bagi
guru untuk memilih metode, teknik, model pembelajaran khususnya membaca
dan berbicara agar mampu menarik minat siswa dan juga rasa percaya diri yang
timbul dari dalam diri siswa.
2) Manfaat bagi siswa, siswa diharapkan memperoleh pengalaman dan pengetahuan
yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan keterampilan dan motivasi dalam
membaca dan berbicara dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
rasa percaya diri dalam berbicara dan untuk membangun jati dirinya, juga dapat
menarik minat siswa dalam meningkatkan prestasi belajar.
3) Manfaat bagi penulis, hasil penelitian ini dapat menambah pengalaman dan
pengetahuan mengenai pembelajaran membaca terhadap pembelajaran berbicara
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray.
1.7 Anggapan Dasar
Berdasarkan beberapa sumber referensi yang berkaitan dengan penelitian ini,
maka penulis meyakini bahwa.
1) Dalam kurikulum pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia memuat keterampilan membaca dan berbicara disamping keterampilan
lain, yaitu keterampilan menulis dan menyimak karena keterampilan membaca
dan berbicara merupakan keterampilan yang sangat penting artinya dalam
kehidupan manusia.
2) Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray sesuai dengan
pembelajaran keterampilan membaca dan berbicara karena
keterampilan-keterampilan tersebut mencakup ujaran yang jelas dan lancar, kosakata, yang luas
dan beraneka-ragam, penggunaan kalimat-kalimat yang lengkap serta sempurna
kalau diperlukan, perbedaan pendengaran yang tepat, dan kemampuan mengikuti
serta menelusuri perkembangan urutan suatu cerita, atau menghubungkan
kejadian-kejadian dalam urutan yang wajar serta logis (Tarigan, 2008 : 4).
1.8 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Ho: Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terhadap kemampuan membaca siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM
2) H1: Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terhadap kemampuan membaca siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon.
3) Ho: Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terhadap kemampuan berbicara siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM
Ambon.
4) H1: Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray
terhadap kemampuan berbicara siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon.
1.9 Defenisi Operasional
Variabel dalam penelitian ini yaitu, model pembelajaran kooperatif tipe Two
Stay-Two Stray sebagai variabel penyebab atau independent dan kemampuan
membaca dan kemampuan berbicara sebagai variabel akibat atau dependent. Defenisi
operasional variabel-variabel yang digunakan peneliti yaitu:
Pertama, Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray
terhadap kemampuan membaca dan kemampuan berbicara yaitu mengukur
sejauhmana pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray
terhadap kemampuan membaca dan kemampuan berbicara yang dirancang untuk
mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar agar lebih mengenal, saling tukar
informasi dan berbagi pendapat dengan mempertimbangkan gagasan, atau mencari
ide baru tentang berbagai masalah kemudian mendiskusikannya. Model pembelajaran
kooperatif tipe Two Stay-Two Stray ini merupakan model pembelajaran kelompok
yang memacu siswa untuk mengembangkan diri memberikan informasi bukan hanya
dengan teman kelompoknya tetapi juga dengan teman kelompok lain dan mendorong
untuk pemecahan masalah.
Kedua, kemampuan membaca. Kegiatan membaca merupakan suatu proses
yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang
hendak disampaikan oleh penulis dalam bahasa tulis. Kegiatan membaca tersebut
semuanya tergantung dari opini pembaca. Kemampuan membaca merupakan
kemampuan seseorang dalam memahami isi bacaan dan melihat pikiran yang
terkandung dalam kata-kata yang tertulis.
Ketiga, kemampuan berbicara. Kegiatan berbicara merupakan merupakan
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk mengekspresikan atau
menyampaikan pikiran, gagasan atau perasaan secara lisan serta perasaan yang
disusun dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penyimak agar apa yang
disampaikan dapat dipahami oleh orang lain. Kemampuan berbicara siswa yang
diteliti dalam penelitian ini yaitu kemampuan berbicara bahasa Indonesia dalam
menanggapi novel yang telah diberikan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode dan Desain Penelitian
Metodologi penelitian yang akan dikemukakan terlebih dahulu oleh penulis
yaitu metode penelitian dan desain penelitian. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan
sebagai berikut ini.
3.1.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
ekperimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap hubungan antara dua variabel
atau lebih atau untuk mencari pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lainnya
dengan diberikannya perlakuan yang dikenakan pada subjek penelitian.
Menurut Ruseffendi (2010: 35), penelitian eksperimen atau percobaan
(experimental research) adalah penelitian yang benar-benar dilakukan untuk melihat
hubungan sebab-akibat. Perlakuan yang kita terhadap, variabel bebas kita lihat
hasilnya pada variabel terikat. Penelitian kuasi eksperimen adalah penelitian
eksperimen dimana subjek tidak dikelompokkan secara acak.
Menurut Ruseffendi (2010: 47), siswa tidak dikelompokan secara acak
sehingga harus di upayakan agar kelompok-kelompok tersebut serupa mungkin.
Kedua kelompok masing-masing eksperimen dan kontrol dilakukan pretes dan
setelah selesai pembelajaran dilakukan postest.
Metode eksperimen quasi dipandang relevan digunakan karena (1) terpusat
pada pemecahan masalah yang aktual, (2) data yang dikumpulkan mula-mula
disusun, dijelaskan, dianalisis kemudian disimpulkan, dan (3) adanya kelompok
kontrol dan sampel yang dipilih. Kelas eksperimen diberikan perlakuan (treatment)
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dan
Menurut Fraenkel & Wallen (Syamsuddin A. R., & Vismaia S. Damaianti,
2007: 162), penelitian eksperimen kuasi (eksperimen semu) mempunyai tiga
karakteristik.
1) adanya kelompok kontrol.
2) siswa ditarik secara rambang (acak) dan ditandai untuk masing-masing kelompok.
3) sebuah tes awal diberikan untuk mengetahui perbedaan antar kelompok.
Selama proses pembelajaran, peneliti bertindak sebagai observer ditambah
dua atau tiga orang guru dan guru bahasa Indonesia bertindak sebagai pengajar, baik
di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol.
3.1.2 Desain Penelitian
Desain (rancangan) yang dipakai dalam penlitian ini adalah quasi-
experimental designs yang mengambil bentuk penilaian Pretest-Posttest Control
Group Design (Rancangan Tes Awal dan Tes Akhir dengan Kelompok Kontrol), di
mana dalam desain ini terdapat dua kelompok masing-masing kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol (random assignment) yang sulit dilakukan. Alih-alih mengacak
subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kontrol, peneliti menggunakan kelompok
atau kelas sudah terbentuk sebagai kelompok ekperimen dan kelas kontrol (Furqon
dan Emi Emilia, 2010: 19-20).
Jenis rancangan ini digunakan pada eksperimen yaitu kelas-kelas yang sudah
ada sebagai kelompoknya dengan menganggap sama keadaan/kondisinya (Taniredja,
2011:56). Pemilihan kelas untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas control
yang dilakukan secara undi. Digunakan kelas kontrol sebagai pembanding untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two stay-Two Stray
terhadap kemampuan membaca dan kemampuan berbicara siswa kelas VIII SMP
Kristen YPKPM Ambon
Dengan demikian desain penelitian ini adalah desain pretes-postes kelas
kontrol dan kelas eksperimen dengan bentuk:
Keterangan:
E = Kelompok Eksperimen
K = Kelompok Kontrol
O1 = Pretes sebelum diberi perlakuan pada kelompok eksperimen
O2 = Postes setelah diberi perlakuan pada kelompok eksperimen
X1 = Perlakuan menggunakan model kooperatif tipe Two Stay-Two Stray yang
diterapkan pada kelas eksperimen
X2 = Model pembelajaran konvensional yang diterapkan di kelas kontrol
O3 = Pretes pada kelompok kontrol
O4 = Postes pada kelompok kontrol
(Ruseffendi, 2010:50)
Desain kelompok kontrol pretes-postes melibatkan paling tidak dua
kelompok. Pada desain di atas adanya pretes (O1 dan O3), dan adanya postes (O2 dan
O4). Kelompok yang satu tidak memperoleh perlakuan atau memperoleh perlakuan
biasa (X2) sedangkan kelompok yang satu lagi mendapat perlakuan X1 (Ruseffendi,
2010:50).
Pembelajaran membaca dan pembelajaran berbicara pada kelompok kontrol
diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional, sedangkan pada
kelas ekperimen diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran koopertif tipe
Two Stay-Two Stray. Sebelum membahas pokok bahasan, pada masing-masing kelas
eksperimen dan kontrol diberikan pretest untuk memgukur kemampuan membaca dan
kemampuan berbicara pada kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol. E: O1 X1 O2
Begitu pula setelah selesai pembelajaran melalui tiga kali perlakuan pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol diadakan posttest kemudian dihitung nilai rata-rata
pencapaian.
3.2 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang digunakan mengacu pada prosedur eksperimen.
Tahapan ini berlangsung sehingga tercapai tujuan yang diinginkan, dengan respons
siswa yang diharapkan, maka penelitian ini dapat mengakhiri hingga tahap akhir.
Prosedur penelitian eksperimen dapat dipaparkan sebagai berikut.
1) Penelitian dan pengumpulan data (research and information collecting).
Pengukuran kebutuhan, studi literatur, penelitian dalam skala kecil,
pertimbangan-pertimbangan dari segi nilai.
2) Menyepakati dengan guru tentang pelaksanaan pembelajaran membaca dan
berbicara dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two
Stray pada kelas eksperimen, yaitu guru melaksanakan proses pembelajarannya
sedangkan peneliti sebagai observer dan patner guru.
3) Merancang jadwal dengan guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia. Proses
belajar mengajar dilaksanakan dua kali dalam seminggu, yaitu hari selasa dan
sabtu, pukul 08.00 sampai dengan 09.30 di kelas VIII-1 dan VIII-2.
4) Perencanaan (planning). Menyusun rencana penelitian, meliputi
kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitian tersebut.
5) Pertemuan pertama pada tanggal 05 Februari 2013 pada waktu itu peneliti dan
siswa membicarakan materi yang berkaitan dengan materi novel dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray.
a) guru menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa sesuai dengan standar
b) guru menjelaskan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray
kepada siswa dalam pembelajaran berbicara dengan memperhatikan komponen
kebahasaan dan nonkebahasaan;
c) menugasi siswa untuk membaca naskah novel dengan judul (1) Kesalahan
Cintaku; (2) Autum In Paris; (3) Perahu Kertas.
6) Memberikan tes awal kepada siswa kelas eksperimen den kelas kontrol pada
tanggal yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaannya siswa ditugaskan
menyampaikan isi novel telah dibaca dan dipersiapkan dalam kelas dan telah
disepakati sebelumnya. Untuk kelas eksperimen dibagi dalam 7 kelompok besar
dan diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two
Stay-Two Stray, dimana setelah berdiskusi dalam kelompok, dua orang dari kelompok
tersebut bertamu ke kelompok yang lain, setelah mereka selesai berdiskusi dua
orang yang menjadi tamu tersebut kembali ke kelompok awal dan menyampaikan
hasil diskusi yang telah diterimanya dari kelompok lain, kemudian hasil diskusi
yang diterima tersebut didiskusikan dalam pembelajaran berbicara yang
disampaikan. Untuk kelas kontrol siswa dibentuk dalam beberapa kelompok kecil,
tetapi tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two
Stray dalam menyampaikan hasil diskusi kelompok disampaikan dalam diskusi
biasa.
7) Waktu antara tes awal dan tes akhir tiga minggu. Waktu yang tersedia ini
digunakan untuk melihat penampilan para siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dengan yang tidak
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray.
8) Memberikan tes akhir kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol pada tanggal 26
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan yang
berkaitan dengan penelitian, maka dibutuhkan teknik pengumpulan data yang sesuai
dengan tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data penelitian dilaksanakan dalam
empat tahap yaitu (1) pemberian tes awal; (2) pelaksanaan pembelajaran keterampilan
mambaca dan keterampilan berbicara dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Two Stay-Two Stray; (3) pemberian tes akhir; (4) penyebaran angket
kepada siswa.
Pertama, memberi tes awal terhadap subjek penelitian dengan tujuan untuk
memperoleh data mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two
Stay-Two Stray terhadap kemampuan membaca dan kemampuan berbicara siswa. Tes ini
diberikan kepada siswa yang menjadi objek penelitian.
Kedua, pengukuran kemampuan awal siswa tentang tes membaca novel serta
menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk pilihan ganda, dan tanggapan siswa
terhadap novel yang dibaca dalam bentuk tes berbicara. Hasil pengukuran digunakan
sebagai tes kemampuan awal siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon dalam
membaca dan berbicara sebelum perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif
tipe Two Stay-Two Stray. Kemampuan awal siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM
Ambon ini akan dibandingkan dengan hasil pengukuran tes akhir setelah proses
belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two
Stay-Two Stray.
Ketiga, melaksanakan proses belajar mengajar. Kegiatan ini dilakukan oleh
guru dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray.
Keempat, memberikan tes akhir setelah proses belajar mengajar dilakukan
(postes).
Kelima, menyebarkan angket tentang kualitas proses belajar mengajar kepada
siswa.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian terdiri atas skala penilaian dalam membaca, penilaian
dalam berbicara dan observasi. Skala penilaian berisi kriteria-kriteria untuk
menentukan tinggi rendahnya skor yang dicapai para siswa dalam pembelajaran
membaca dan berbicara dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Two Stay-Two Stray. Penilaian membaca ditentukan dengan menjawab pertanyaan
yang diberikan antara tes awal dan tes akhir dengan berpatokkan pada pendapat
Nurgiyantoro, sedangkan penilaian dalam berbicara meliputi aspek kebahasaan dan
nonkebahasaan. Dalam penyekoran kemampuan membaca dilakukan dengan melihat
selisih antara tes awal dan tes akhir. Penyekoran kemampuan berbicara digunakan
kategori tinggi, sedang, rendah. Penentuan skor merupakan modifikasi dari kriteria
yang dikemukakan oleh Sabarti Akhadiah (1988: 30).
Sesuai dengan jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka
instrumen penelitian yang digunakan sebagai berikut.
1) Tes
Tes yang digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa (pretest) dan
kemampuan akhir siswa (posttest) dalam keterampilan membaca dan keterampilan
berbicara setelah proses belajar mengajar berlangsung. Pembelajaran membaca
dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan pilihan ganda secara tertulis
kemudian siswa menjawab sesuai novel yang diberikan kepada siswa. Adegan untuk
pembelajaran berbicara dilakukan bentuk tes secara lisan. Pengukuran ini dilakukan
kepada para siswa. Aspek-aspek yang diukur dalam tes keterampilan berbicara
meliputi faktor kebahasaan dan nonkebahasaan.
Kriteria penilaian kemampuan berbicara adalah sebagai berikut.
a) Faktor Kebahasaan
a. Ketepatan pemilihan kata
18-20 (tinggi). Apabila kata-kata yang digunakan tepat, semua kata mendukung
12-17 (sedang). Apabila terdapat satu sampai tiga kata daerah, kata asing, dan
kata yang tidak tepat pemakaiannya sehingga agak mengganggu dalam
menyampaikan informasi.
6-11 (rendah). Apabila terdapat banyak kata daerah atau kata asing yang
digunakan dan ada beberapa kata yang tidak tepat penggunaannya sehingga
sangat mengganggu gagasan yang disampaikan.
b. Struktur/ Pemakaian Kalimat
18-20 (tinggi). Apabila sama sekali tidak ada kesalahan dalam susunan kata,
frasa, atau kalimat sehingga pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan
baik.
12-17 (sedang). Apabila terdapat satu sampai tiga kesalahan stuktur, baik kata,
frasa, maupun kalimat sehingga apa yang disampaikan kurang diterima.
9-11 (rendah). Apabila terdapat sejumlah empat kesalahan atau lebih, baik
kesalahan kata, frasa, maupun kalimat sehingga pesan tidak dapat diterima.
c. Kelancaran Melafalkan
9-10 (tinggi). Apabila sama sekali tidak ada kesalahan dalam melafalkan bunyi
atau gagasan dari apa yang disampaikan pembicara dan tidak ada pengaruh
bahasa daerah maupun bahasa asing.
6-8 (sedang). Apabila terdapat satu sampai tiga kesalahan dalam melafalkan
bunyi atau gagasan dari apa yang disampaikan pembicara dan tidak ada
pengaruh bahasa daerah maupun bahasa asing.
3-5 (rendah). Apabila terdapat empat kesalahan atau lebih dalam melafalkan
bunyi atau gagasan dari apa yang disampaikan pembicara dan tidak dipengaruhi
bahasa daerah, bahasa asing, maupun oleh faktor lain.
d. Kualitas Intonasi atau Nada
9-10 (tinggi). Apabila terdapat pembicara dengan intonasi yang bervariasi, tidak
monoton, atau penerapan intonasinya tepat sehingga pendengar sedemikian
6-8 (sedang). Apabila penerapan intonasi bervariasi, tetapi nada suaranya
monoton sehingga gaya bicaranya agak membosankan pendengar.
3-5 (rendah). Apabila intonasinya monoton atau nada suara yang disampaikan
monoton sehingga membosankan pendengar.
b) Faktor Nonkebahasaan
a. Sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku
9-10 (tinggi). Apabila pembicara bersikap wajar, tenang, dan tidak kaku.
6-8 (sedang). Apabila salah satu dari tiga sikap tersebut (sikap wajar, tenang,
dan tidak kaku) dilakukan pembicara, sehingga berbicaranya kurang lancar.
3-5 (rendah). Apabila dua atau tiga sikap tersebut sama sekali tidak tampak
(sikap wajar, tenang dan tidak kaku) dilakukan oleh pembicara, sehingga
berbicaranya tidak lancar.
b. Penguasaan Medan
4-5 (tinggi). Apabila pandangan pembicara menyebar ke seluruh penjuru
ruangan dan mampu menguasai situasi sehingga pembicaraan dapat berjalan
lancar dan dapat menguasai situasi.
2-3 (sedang). Apabila pandangan pembicara menyebar ke seluruh penjuru
ruangan, tetapi kurang menguasai situasi sehingga pembicaraan agak kurang
lancar.
0-1 (rendah). Apabila pandangan pembicara tertuju pada satu arah saja dan
kurang mampu menguasai situasi pembicaraan sehingga pembicaraan tidak
lancar.
c. Penguasaan materi (pemahaman)
18-20 (tinggi). Apabila pembicara sungguh-sungguh memiliki penguasaan
materi yang baik dalam berbicara sehingga menunjang terjadinya komunikasi
yang baik dan tidak tersendat-sendat.
12-17 (sedang). Apabila pembicara agak kurang memiliki penguasaan materi
yang baik dalam berbicara sehingga kurang menunjang terjadinya komunikasi
6-11 (rendah). Apabila pembicara tidak memiliki penguasaan materi yang baik
dalam berbicara dan pembicara dapat terhenti beberapa saat tanpa arti apa-apa
sehingga sama sekali tidak terjadi komunikasi yang baik.
d. Gerak-Gerik serta Mimik
4-5 (tinggi). Apabila terdapat gerak-gerik anggota badan yang berfungsi
mendukung pembicara sehingga pembicara memiliki mimik yang tepat untuk
mengekspresikan pikiran dan perasaan pembicara.
2-3 (sedang). Apabila terdapat gerak-gerik anggota badan dan perubahan roman
muka, tetapi apa yang disampaikan kurang mendukung pembicaraan.
0-1 (rendah). Apabila sama sekali tidak ada gerak-gerik anggota badan dan
tidak ada perubahan ekspresi wajah pembicara, sehingga tidak mendukung.
(Akhadiah, 1988: 33)
2) Observasi
Observasi ini digunakan untuk memperolah data atau informasi mengenai
kegiatan dan pendapat siswa dan guru selama pembelajaran membaca dan
pembelajaran berbicara berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
3) Angket
Angket merupakan suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian
pertanyaan yang diajukan pada responden untuk mendapat jawaban. Ada pun angket
yang digunakan dalam penelitian ini berupa skala pengukuran berbentuk daftar cek
skala Likert dan skala Guttman yang bertujuan untuk mengukur variabel-variabel
penelitian. Adapun skala Likert memiliki pilihan dari sangat positif sampai sangat
negatif, diantaranya: SS (sangat setuju), S (setuju), R (ragu-ragu), TS (tidak setuju),
dan STS (sangat tidak setuju). Untuk skala Guttman berupa dua pilihan jawaban (ya
dan tidak). Pertanyataan yang digunakan berupa pernyataan positif dan negatif. Dapat
digambarkan bahwa angket yang digunakan ini akan disebarkan pada siswa setelah
3.5 Teknik Pengolahan Data
Setelah data penelitian diperoleh, langkah selanjutnya adalah mengolah dan
data tersebut sesuai dengan pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian. Pada
pemberlakuan model, data yang diperoleh merupakan hasil dari evaluasi proses dan
hasil evaluasi terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray yang
dikembangkan.
Selanjutnya adalah membahas data hasil tes kemampuan membaca dan
berbicara, baik data hasil tes pemberlakuan kesatu maupun kedua dengan
menggunakan skala penilaian kesalahan berbahasa siswa. Sugiyono (2013: 132)
mengatakan untuk menguji hipotesis penelitian, maka diadakan uji perbedaan
rata-rata pemberlakuan kesatu dan kedua dengan menggunakan penilaian kemampuan
membaca dan berbicara seluruh responden yang terlibat yang hasilnya diolah secara
statistik. Data pembelajaran berbicara dalam mengungkapkan pendapat dianalisis
dengan melihat perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray
dengan yang tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two
Stray menggunakan rumus uji t, karena melihat perbedaan dua rata-rata dengan
sampel kecil. Langkah-langkahnya sebagai berikut.
a) Perhitungan rata-rata (mean) dalam simpangan baku (standar deviasi) skor tes
prestasi belajar pada tes awal dan tes akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b) Pengujian hipotesis perbedaan rata-rata tes prestasi belajar siswa kelas eksperimen
dengan kelas kontrol menggunakan Uji t. Rumus Uji t yang digunakan adalah Uji t
untuk sampel berkorelasi (correlated sample), yaitu:
t
=
̅
√
∑ ∑Keterangan :
t = koefisien t
̅ = rata-rata selisih tes awal dan tes akhir D = selisih antara tes awal dengan tes akhir
N = jumlah subjek
dk = n – 1
c) Menentukan dasar taraf signifikan ( α ) yaitu 5 % atau ),05;
d) Memeriksa t dari tabel pada taraf signifikansi 0,05 dan dk = n – 1; e) Menentukan beda rata-rata, apakah t hitung signifikan atau tidak;
f) Menguji hipotesis dua rata-rata tes akhir masing-masing dikelas eksperimen
dengan kelas kontrol, dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
t =
̅̅̅̅
̅̅̅̅
√(
(∑ ))
Keterangan :
t = koefisien t
̅1 = Rata-rata nilai pemberlakuan kesatu
̅2 = Rata-rata nilai pemberlakuan kedua X1 = Selisih nilai dikurangi rata-rata kesatu
X2 = Selisih nilai dikurangi rata-rata kedua
n1 = Jumlah objek pemberlakuan kesatu
n2 = Jumlah objek pemberlakuan kedua
3.6 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VIII SMP Kristen
YPKPM Ambon tahun ajaran 2012-2013 yang terdiri dari 3 kelas yaitu kelas VIII-1,
kelas VIII-2, dan kelas VIII-3 berjumlah 85 siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat
Arikunto (2010:173), populasi adalah, “keseluruhan subjek penelitian”. Apabila
sesorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Lebih lanjut Surakhmad (1998: 93)
mengemukakan bahwa, “Populasi adalah sasaran yang ingin dicapai atau diselidiki,
baik berupa manusia, gejala-gejala, nilai tes, peristiwa dan sebagainya”.
Sugiyono (2012: 61) mengatakan “Bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.
Mengingat waktu dan kemampuan peneliti untuk melaksanakan penelitian ini
sangat terbatas, tidak mungkin semua populasi dapat diteliti. Oleh karena itu, untuk
memperoleh data yang dapat mewakili semua populasi digunakan sampel. “Mengenai
besarnya sampel tidak ada ketentuan yang baku atau rumus yang pasti. Sebab
keabsahan sampel terletak pada sifat dan karakteristiknya mendekati populasi atau
tidak, bukan pada besar atau banyaknya. Adapun sebagian yang diambil dari populasi
disebut sampel” (Sudjana, 2005: 7).
Adapun penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan teknik random sampling yaitu menentukan kelas untuk dijadikan
sampel penelitian di mana pemilihan kelasnya dilakukan dengan cara undian
(Taniredja, 2011:35). Adapun kelas yang digunakan dari hasil random kelas yaitu
kelas VIII-1 dan VIII-2 yang terpilih untuk dijadikan sampel penelitian. Kelas VIII-1
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dan kelas
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menyajikan simpulan hasil penelitian dan saran yang dikemukakan
berdasarkan temuan di lapangan selama penelitian dilakukan berkenaan dengan
pengaruh model pembelajaraan kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terhadap
kemampuan membaca dan kemampuan berbicara siswa kelas VIII SMP Kristen
YPKPM Ambon. Penarikan kesimpuan dilakukan sesuai dengan rumusan masalah,
tujuan penelitian, dan hipotesis.
5.1 Simpulan
Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dalam pembelajaran
membaca dan pembelajaran berbicara merupakan model yang diuji cobakan dalam
penelitian ini. Dengan model pembelajaraan kooperatif tipe Two Stay-Two Stray
siswa diarahkan pada kemampuan membaca yang efektif agar mereka bisa menguasai
bahan bacaan yang dibaca dan dapat memiliki kemampuan berbicara yang bisa
terstruktur dengan baik dalam mengungkapkan pendapat yang dikemukakan. Untuk
itu tujuan yang ingin dicapai pada pembelajaran membaca dan berbicara ini
diharapkan agar siswa memperoleh pengetahuan dengan menggunakan model
pembelajaraan kooperatif tipe Two Stay-Two Stray.
Temuan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Model pembelajaraan kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terbukti dapat
berpengaruh dalam kemampuan membaca siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM
Ambon Tahun Ajaran 2012-2013.
Dari hasil kegiatan membaca sebelum dan sesudah model pembelajaran kooperatif
tipe Two Stay-Two Stray diberlakukan terhadap pembelajaran berbicara terdapat
peningkatan, di mana pada tes awal diperoleh nilai 67,96 skor ini dapat
kemampuan memahami bacaan yang diperoleh siswa adalah 88,33 terdapat
kenaikan sebesar 20,37 %, ada peningkatan dengan kategorisasi baik. Pengaruh
model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray berdasarkan persentase
peningkatan terhadap kemampuan membaca memperoleh nilai rata-rata 0,64%.
2) Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terbukti dapat
berpengaruh dalam kemampuan berbicara. Dari hasil kegiatan berbicara sebelum
dan sesudah model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terdapat
peningkatan. Pada tes awal diperoleh nilai rata-rata 68,15 dan tes akhir
memperoleh nilai rata-rata 83,93. Dari perhitungan tersebut, terbukti bahwa
terdapat perbedaan hasil pembelajaran berbicara pada tes awal dan tes akhir pada
kelas eksperimen. t tabel dengan taraf signifikan 0,05 untuk N = 27 yaitu 4,21.
Seperti perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa t hitung yaitu 10,69 dan t tabel
4,21. Jadi dengan kaidah keputusan t hitung > t tabel atau 10,69 > 4,21.
Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray berdasarkan
persentase peningkatan terhadap kemampuan berbicara memperoleh nilai rata-rata
0,50%.
Pada kelas kontrol juga terdapat peningkatan. Pada tes awal diperoleh nilai
rata-rata 65,04 dan tes akhir diperoleh nilai rata-rata-rata-rata 78,36. Dari perhitungan di atas,
terbukti bahwa terdapat perbedaan hasil pembelajaran berbicara pada tes awal dan
tes akhir pada kelas kontrol. t tabel dengan taraf signifikan 0,05 untuk N = 28 yaitu
4,20. Seperti perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa t hitung yaitu 6,23 dan t tabel
4,20 . Jadi dengan kaidah keputusan t hitung > t tabel atau 6,23 > 4,20.
3) Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terbukti mampu
meningkatkan pembelajaran membaca dan pembelajaran berbicara siswa yang
dinilai dari segi menjawab pertanyaan tentang bacaan novel yang dibaca serta
faktor kebahasaan dan nonkebahasaan siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil
penelitian di Bab IV. Sesudah dilakukan pemberlakuan kedua, nilai siswa jauh
lebih baik. Baik dari segi menjawab pertanyaan tentang novel yang dibaca maupun
4) Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray sangat efektif dilakukan
karena semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk mengemukakan
pendapatnya, hal ini disebabkan karena pembelajaran membaca novel yang
dikuasai oleh siswa sehingga dalam proses pembelajaran berbicara bisa
dilaksanakan dengan baik sehingga mengalami peningkatan.
5) Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terbukti memiliki
kualitas pembelajaran yang lebih tinggi. Model pembelajaran kooperatif tipe Two
Stay-Two Stray dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan guru, siswa,
serta sangat mudah dipraktikkan di kelas.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka maka dalam penelitian ini penulis ingin
menyampaikan beberapa saran sebagai upaya meningkatkan kemampuan membaca
agar siswa mampu berbicara dengan baik dalam mengungkapkan pendapat, sebagai
berikut:
1. Model pembelajaran koooperatif tipe Two Stay-Two Stray layak dipertimbangkan
sebagai model pembelajaran alternatif karena dapat berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa pada pembelajaran membaca dan pembelajaran berbicara.
2. Agar siswa dapat berbicara dengan baik, hendaknya siswa dibekali dengan
kemampuan membaca yang optimal sehingga dalam mengemukakan pendapat
siswa mampu berbicara dengan baik sesuai dengan faktor kebahasaan dan
nonkebahasaan yang menjadi kriteria dalam penilaian berbicara, dengan banyak
membaca akan menambah kosakata siswa, karena itu perlu dukungan dari guru,
sekolah, ditambah dengan fasilitas perpustakaan sekolah yang lebih lengkap,
dalam hal ini terkait dengan buku-buku yang menjadi sumber bacaan.
3. Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray sangat cocok digunakan
dalam proses belajar mengajar bahasa Indonesia terutama pada pembelajaran
membaca dan pembelajaran berbicara. Guru yang akan memerapkan model
materi lain yang dapat menarik minat siswa untuk membaca dan mampu berbicara
dengan baik, sehingga menekankan keaktifan siswa dapat membentuk
pengetahuan dan pemerolehan pengalaman sehingga kegiatan pembelajaran lebih
optimal.
4. Penelitian lanjutan diperlukan untuk menjawab beberapa persoalan yang belum
terungkap dalam hasil penelitian ini. Melalui penelitian lanjutan, maka gambaran
fakta empiris mengenai model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray
akan semakin mendalam. Penelitian lanjutan yaitu mengenai strategi mengatasi
kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terhadap
Jolanda Dessye Parinussa, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, S. (1988). Evaluasi dalam Pengajaran Bahasa. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G).
Anderson, J. et. al. (1981). Efficient Reading, a Practical Guide. Sydney: McGraw Hill Book Company.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik) Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsjad, M. G. dan Mukti U. S. (1988). Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Badudu, J. S. (1991). Inilah Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar I dan II. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Badudu, J. S. (1993). Inilah Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar I dan II. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Baradja, M. F. (1990). Kapita Selekta Pengajaran Bahasa. Malang: IKIP Malang.
Bond, G. C., et al. (1979). Reading Diffculties. Englewood Chiffs, New Jersey: Prince Hall, Inc.
Depdiknas. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.
Dupuis, M. M. (1982). Content Area Reading. Englewood Chiffs, New Jersey: Prince Hall, Inc.
Jolanda Dessye Parinussa, 2013
Goodman, K. (1988). The Reading Process, Interactive Approaches to Second Language Reading. Leichester: Cambridge University Press.
Harjasujana, A. S., & Misdan, U. (1988). Proses Belajar Mengajar Membaca. Bandung: Yayasan BFH.
Harjasujana, A. S., dkk. (1998). Materi Pokok Membaca. Jakarta: Universitas Terbuka.
Harris, T. L. & Hodges, E. R. (1981). A Dictionary of Reading and Related Terms. Wasington: Internasional Reading Association.
Iskandarwassid & Sunendar, D. (2008). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana UPI dan PT Rosda Karya.
Johnson dan Jhonson. (2003). Cooperative Learning. [on line]. Tersedia: http//edtech. Kennesaw. Edu/ intech/ cooperative learning. Htm [18 November 2012].
Lie, A. (2002). Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Kridalaksana, H. (2009). Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Nurgiyantoro, B. (1987). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.
Nurhadi. (2008). Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca?. Bandung: CV. Sinar Baru.
Rahim, F. (2008). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Jolanda Dessye Parinussa, 2013
Shihabuddin, dkk. (2007). Evaluasi Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.
Smith, F. (1986). Understanding Reading. Englewood Cliffs, New Jersey: Prince Hall, Inc.
Smith, N. B. & Robinson, A. (1980). Reading Instructions for Today’s Children. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugono, D. (2003). Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 1 dan 2. Jakarta: Pusat Bahasa.
Suharsimi A. (2006). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.
Suharsimi A. (2010). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.
Suprijono, A. (2010). Cooperative Learning: Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Surakhmad, W. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Technik. Bandung: Tarsito.
Syamsuddin A. R., dan Damaianti V. S. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: UPI dan PT Rosda Karya.
Jolanda Dessye Parinussa, 2013
Tarigan, H. G. (2008). Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Warsono, & Hariyanto. (2012). Pembelajaran Aktif Teori dan Assesmen. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
.
http://furahasekai.wordpress.com/2011/09/07/pembelajaran-kooperatif-tipe-two- stay-two-stray/ [18 November 2012].
. http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran
kooperatif-tipe-two.html [18 November 2012].
.
http://wvw1d.wordpress.com/2009/11/14/model-pembelajaran-two-stay-two-stray-spencer-kagan1992/ [18 November 2012].
.