• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERTIF TIPE TWO STAY-TWO STRAY TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA DAN KEMAMPUAN BERBICARA: Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon Tahun Ajaran 2012-2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERTIF TIPE TWO STAY-TWO STRAY TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA DAN KEMAMPUAN BERBICARA: Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon Tahun Ajaran 2012-2013."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

Jolanda Dessye Parinussa, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay - Two Stray Terhadap Kemampuan TIPE TWO STAY-TWO STRAY TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA

DAN KEMAMPUAN BERBICARA

(Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon Tahun Ajaran 2012-2013)

TESIS

diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

oleh

Jolanda Dessye Parinussa, S.Pd. NIM 1102634

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

Jolanda Dessye Parinussa, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay - Two Stray Terhadap Kemampuan

English Education at Secondary

Education

Oleh

Jolanda Dessye Parinussa, S.Pd. UPI Bandung, 2013

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Bahasa Indonesia

© Jolanda Dessye Parinussa 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Jolanda Dessye Parinussa, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay - Two Stray Terhadap Kemampuan DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

Pembimbing I,

Dr. Andoyo Sastromiharjo, M.Pd.

NIP 196109101966031004

Pembimbing II,

Dr. Isah Cahyani, M.Pd.

NIP 196407071989012001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Sumiyadi, M.Hum.

(4)

iii

ABSTRAK

JOLANDA DESSYE PARINUSSA. 2013. PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERTIF TIPE TWO STAY-TWO STRAY TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA DAN KEMAMPUAN BERBICARA (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon Tahun Ajaran 2012-2013)

Pembelajaran membaca dan berbicara pada hakikatnya mengembangkan kemampuan membaca dan kemampuan berbicara siswa. Salah satu upaya untuk mengembangkan kemampuan membaca dan kemampuan berbicara pada siswa yaitu melalui model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dalam pembelajaran membaca novel dan mengungkapkan melalui kegiatan berbicara. Kegiatan ini bertujuan untuk membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain.

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini yaitu: (1) apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terhadap kemampuan membaca siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon; (2) apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terhadap kemampuan berbicara siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon; (3) bagaimana proses pembelajaran membaca dan berbicara dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray; (4) bagaimana respons siswa terhadap pembelajaran membaca dan berbicara dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray.

Metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan pretes-posttes group design. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui proses dan hasil belajar. Data proses berupa kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode diskusi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray .

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dalam pemahaman tentang materi membaca novel dan tanggapan siswa terhadap materi tersebut dalam kemampuan berbicara siswa diperoleh kemampuan dalam membaca bacaan kemudian menjawab pertanyaan diperoleh nilai rata-rata untuk kelas ekperimen 88,33 dan kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata 84,10 dalam kategorisasi baik sekali, sedangkan keterampilan berbicara digunakan perbandingan hasil uji t antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol dan pembuktian hipotesis. Berdasarkan hasil statistik pada kelas ekperimen, diperoleh keterangan bahwa t hitung sebesar 10,69 dan untuk kelas kontrol diperoleh t hitung sebesar 6,23. Berdasarkan hal tersebut berarti hipotesis benar atau diterima.

(5)

iv

(6)

xi

LEMBAR PERSETUJUAN ……… i

PERNYATAAN ……… ii

ABSTRAK ………. iii

PERSEMBAHAN ………. iv

KATA PENGANTAR ………... v

UCAPAN TERIMA KASIH ……… vii

DAFTAR ISI ………. xi

DAFTAR TABEL ……….. xv

DAFTAR LAMPIRAN ……… xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ……… 1

1.2 Identifikasi Masalah Penelitian ……….. 7

1.3 Pembatasan Masalah Penelitian ………. 8

1.4 Rumusan Masalah Penelitian ………. 8

1.5 Tujuan Penelitian ……….... 9

1.6 Manfaat Penelitian ……….. 9

1.7 Anggapan Dasar ………. 10

1.8 Hipotesis Penelitian ……… 10

1.9 Defenisi Operasional ……….. 11

BAB II KEMAMPUAN MEMBACA, KEMAMPUAN BERBICARA, MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY-TWO SRTAY 2.1 Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa ……… 13

2.1.1 Pengertian Membaca ………. 12

2.1.2 Hakikat Keterampilan Membaca ………... 16

2.1.3 Tujuan Membaca ………... 17

(7)

xii

2.1.6 Bentuk Tes Membaca ……… 24

2.2 Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa ……….. 26

2.2.1 Pengertian dan Tujuan Membaca ……… 26

2.2.2 Pembelajaran Keterampilan Berbicara ……… 27

2.2.3 Faktor-faktor Penunjang Keefektifan Berbicara ………. 29

2.2.4 Hakikat Kemampuan Berbicara ……….. 29

2.2.5 Jenis-jenis Tes Berbicara ………. 30

2.2.6 Aplikasi Penilaian Kemampuan Pembelajaran Berbicara ……... 32

2.2.7 Hubungan antara Berbicara dan Membaca ……….. 37

2.3 Model Pembelajaran Kooperatif ………... 39

2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ………... 39

2.3.2 Metode Pembelajaran Kooperatif ……… 40

2.4 Tipe Two Stay-Two Stray ……….. 43

2.4.1 Pengertian Tipe Two Stay-Two Stray ………. 43

2.4.2 Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray ……….. 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian ……….. 49

3.1.1 Metode Penelitian ……… 49

3.1.2 Desain ……….. 50

3.2 Prosedur Penelitian ……….. . 52

3.3 Teknik Pengumpulan Data ……… 54

3.4 Instrumen Penelitian ……….. 55

3.4.1 Tes ………... 53

3.4.2 Observasi ………. 56

(8)

xiii

3.6 Populasi dan Sampel ………. 61

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ……… 62

4.1.1 Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay- Two Stray Terhadap Kemampuan Membaca ………. 62

4.1.1 Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay- Two Stray Terhadap Kemampuan Berbicara ……….. 66

4.2 Data Hasil Pembelajaran Berbicara ……….... 72

4.2.1 Faktor Kebahasaan ………. 73

4.2.1.1 Pilihan Kata/Diksi ………. 73

4.2.1.2 Struktur/Pemakaian Kalimat ………. 85

4.2.1.3 Penggunaan Pelafalan ………... 91

4.2.1.4 Penggunaan Intonasi ………. 98

4.2.2 Faktor Nonkebahasaan ……….. 102 4.2.2.1 Sikap yang Wajar, Tenang dan Tidak Kaku ………… 102 4.2.2.2 Penguasaan Medan ……….. 106

4.2.2.3 Penguasaan Materi/Pemahaman ……….. 110

4.2.2.4 Penguasaan Gerak-Gerik/ Mimik ……… 114 4.3 Analisis Pembelajaran Kemampuan Berbicara Setiap Responden …. 120 4.4 Pengujian Hipotesis ………. 127

4.4.1 Uji Perbedaan Rata-rata Pretes dan Postes di Kelas Eksperimen.128 4.4.2 Uji Perbedaan Rata-rata Pretes dan Postes di Kelas Kontrol …. 131 4.4.3 Uji Perbedaan Tes Akhir pada Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol………... 133

4.5 Deskripsi Proses Pembelajaran ……… 135

(9)

xiv

4.5.1.3Perlakuan Ke-3 ……… 140 4.6 Pembahasan Hasil Penelitian ……….. 142 4.6.1 Pembahasan Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Two Stay-Two Stray Terhadap Kemampuan Membaca ……… 142 4.6.2 Pembahasan Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Two Stay-Two Stray Terhadap Kemampuan Berbicara ……… 144 4.6.3 Pembahasan Proses Pelaksanaan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray Terhadap

Kemampuan Membaca dan Kemampuan Berbicara …………. 146 4.7 Hal-hal Penyebab Peningkatan Kemampuan Membaca

Terhadap Kemampuan Berbicara Siswa Dengan Mengunakan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray …………. 149 4.7.1 Hasil Observasi ………. 149 4.7.2 Analisis Angket ……… 151 4.7.2.1 Tanggapan Siswa Tentang Penggunaan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray ….. 151 4.7.2.2 Faktor-Faktor Penyebab Peningkatan Kemampuan

Membaca Terhadap Kemampuan Berbicara Siswa …… 156

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ……….. 158 5.2 Saran ……… 160

DAFTAR PUSTAKA ……… 162

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa

Indonesia, yaitu terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pada

hakikatnya pembelajaran bahasa Indonesia adalah belajar berkomunikasi. Oleh

karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, untuk

mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan serta memaknai pikiran dan

perasaan yang disampaikan oleh orang lain baik secara lisan maupun tulisan serta

menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia Indonesia.

Secara umum tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah siswa yang

memiliki disiplin berpikir dalam berbahasa, menyimak, berbicara, membaca serta

menulis. Adapun tujuan khusus pembelajaran bahasa adalah (1) siswa mampu

mengungkapkan gagasan, pendapat, pengalaman dan pesan secara lisan dan tertulis,

(2) siswa mampu mengungkapkan perasaan secara lisan dan tertulis dengan jelas, (3)

siswa mampu menyampaikan informasi secara lisan dan tertulis sesuai dengan

konteks dan keadaan.

Salah satu keterampilan dan kemampuan yang perlu dimiliki manusia

Indonesia yang terus mendidik dirinya sendiri sepanjang hayat dan responsif terhadap

perubahan tanpa kehilangan jati dirinya ialah kemahiran dalam berpikir literat

(literate thinking). Literate thinking merupakan kemampuan interaksi dengan wacana

sebagai respresentasi pengalaman, pikiran, perasaan, dan gagasannya secara tepat

sesuai dengan tujuannya. Dengan aktivitas membaca, kita akan mengetahui hal-hal

(11)

Membaca sering sekali dianggap sebagai kegiatan yang pasif. Sebenarnya,

pada peringkat yang lebih tinggi, membaca itu bukan sekedar memahami

lambang-lambang tertulis, melainkan berarti pula memahami, menerima, menolak,

membandingkan, atau meyakini pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh

pengarang/penulis. Kemampuan membaca seseorang banyak dipengaruhi pula oleh

tingkat kematangan dan pengalamannya.

Membaca merupakan keterampilan berbahasa yang sangat diperlukan dalam

kehidupan. Penyelesaian berbagai kegiatan sangat bergantung pada kegiatan ini.

Kegiatan belajar, mengajar, melayani masyarakat di kantor-kantor pemerintah,

berdagang, dan kegiatan lainnya menuntut keterampilan membaca mulai dari yang

sederhana hingga yang kompleks.

Di samping untuk mendukung penyelesaian pekerjaan, keterampilan

membaca juga diperlukan dalam pemenuhan kebutuhan akan ilmu pengetahuan,

keterampilan, dan hiburan. Pengetahuan dan keterampilan seseorang dapat bertambah

secara signifikan apabila didukung dengan kegiatan membaca. Adapun kebutuhan

hiburan dapat dipenuhi antara lain melalui kegiatan membaca novel.

Hal di atas menunjukkan pentingnya keterampilan membaca dikuasai

seseorang. Karena itu, keterampilan ini perlu diajarkan di sekolah-sekolah, bahkan di

perguruan tinggi. Mereka perlu dibekali teknik-teknik membaca, metode memahami

bacaan, cara memperoleh informasi dari bacaan, dan kinerja akademik lainnya.

Untuk mengetahui kemajuan belajar dan penguasaan siswa terhadap

materi-materi tersebut, guru menyelenggarakan pengukuran terhadap hasil belajar mereka.

Pengukuran difokuskan pada kinerja berpikir literat yang perlu dimiliki oleh

mahasiswa dan siswa. Hal ini berimplikasi terhadap guru. Guru dituntut untuk

memiliki kompetensi dalam mengevaluasi keterampilan membaca (Shihabuddin,

2007: 226).

Setiap manusia pasti memiliki kemampuan untuk berbicara tetapi tidak semua

(12)

latihan atau upaya ke arah tersebut. Manusia dalam kegiatan sehari-harinya ternyata

selalu dihadapkan dengan kegiatan yang menuntut keterampilan berbicara.

Manusia adalah makhluk sosial dan tindakan pertama dan paling penting

adalah tindakan sosial karena berbicara sebagai suatu cara berkomunikasi, suatu

tindakan tepat saling bertukar pengalaman, saling mengemukakan dan menerima

pikiran, saling mengutarakan perasaan atau saling mengekspresikan, serta menyetujui

suatu pendirian dan keyakinan. Oleh karena itu, maka, di dalam tindakan sosial

haruslah terdapat elemen-elemen umum, yang sama-sama disetujui dan dipahami

oleh sejumlah orang yang merupakan suatu masyarakat. Untuk menghubungkan

sesame anggota masyarakat maka diperlukan komunikasi.

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah, guru lebih banyak

mengajarkan pengertian bahasa daripada penggunaan bahasa. Oleh karena itu,

kemampuan siswa akan keterampilan berbicara menjadi kurang dan sangat terbatas,

oleh sebab itu diperlukan keterampilan membaca yang baik sehingga penggunaan

bahasa, penambahan kosakata siswa lebih bertambah.

Berbicara dikategorikan sebagai keterampilan berbahasa yang bersifat

produktif. Keterampilan ini dapat diwujudkan dalam bentuk berpidato, presentasi,

makalah, melakukan wawancara, berbicara monolog, ceramah, khotbah, dan

deklamasi. Bentuk-bentuk kegiatan ini sangat diperlukan dalam kehidupan manusia.

Gagasan, pikiran, dan perasaan manusia diekspresikan kepada pihak lain,

diantaranya, melalui keterampilan berbicara ini. Jika seseorang tidak mahir berbicara

maka orang lain akan mengalami kesulitan dalam memahami gagasan atau buah

pikirannya. (Shihabuddin, 2007: 193).

Berdasarkan kenyataan seperti itu, penulis ingin mengujicobakan sebuah

model pembelajaran. Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran membaca

terhadap pembelajaran berbicara. Pembelajaran berbicara yang monoton, membuat

siswa kurang mempunyai minat dalam pembelajaran berbicara.

Model atau teknik yang salah akan membuat siswa menjadi pasif dan kurang

(13)

menyebabkan tidak adanya kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan

kemampuan berbicaranya dengan baik, sehingga perlu adanya model pembelajaran

yang dapat membuat membuat siswa menjadi aktif.

Topik yang dipilih untuk meneliti kemampuan membaca siswa terhadap

kemampuan berbicara adalah topik tentang membaca novel. Novel merupakan topik

yang membutuhkan penguasaan konsep dasar sehingga siswa akan mengalami

kesulitan dalam menyelesaikan tugas jika penguasaan konsep dasarnya kurang. Topik

tentang novel dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas VIII SMP Kristen

YPKPM Ambon merupakan topik yang membutuhkan penguasaan konsep dasar yang

kuat tentang novel yang dibaca sehingga keterampilan membaca siwa tersebut dapat

pula meningkatkan keterampilan berbicara siswa dalam mengeluarkan pendapat

sehingga siswa menjadi berani.

Berdasarkan uraian-uraian yang dipaparkan, maka untuk mengembangkan

kemampuan berbicara siswa diperlukan model pembelajaran yang berpusat pada

siswa dan dapat memberikan kebebasan berpikir dan keterluasan bertindak dalam

memahami pengetahuan dan memecahkan masalahnya, model pembelajaran

kooperatif tipe Two Stay-Two Stray salah satunya.

Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) terkadang disebut juga

kelompok pembelajaran (group learning), yang merupakan istilah generik bagi

bermacam prosedur instruksional yang melibatkan kelompok kecil secara interaktif.

Siswa bekerja sama untuk saling membantu dan belajar bersama dalam kelompok

kecil untuk saling membantu dan belajar bersama dalam kelompok mereka serta

dengan kelompok lain.

Situasi pembelajaran kooperatif didorong dan atau dituntut untuk bekerja

sama dalam suatu tugas bersama, siswa harus mengkoordinasikan usaha-usahanya

untuk menyelesaikan tugas. Pada pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu

saling tergantung untuk suatu penghargaan apabila mereka berhasil sebagai suatu

kelompok. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang

(14)

satu sama lain atas tugas-tugas bersama sehingga mereka belajar untuk menghargai

satu sama lain meskipun mereka berbeda ras, budaya, kelas sosial maupun

kemampuan.

Penggunaan model pembelajaran berpengaruh terhadap keberhasilan proses

belajar mengajar. Permasalahan tersebut muncul karena teknik atau pun model yang

dipakai oleh guru kurang cocok dan juga sesuai dengan minat siswa. Oleh karena itu,

dalam penelitian ini peneliti mencoba menggunakan salah satu model pembelajaraan

kooperatif yang menarik untuk digunakan dalam empat keterampilan khususnya

keterampilan membaca dan keterampilan berbicara yakni tipe Two Stay-Two Stray.

Tipe ini adalah salah satu teknik dalam metode diskusi yang berbasis cooperative

learning.

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray ini memiliki

tujuan yang sama dengan pendekatan pembelajaran kooperatif yang telah di bahas

sebelumnya. Siswa di ajak untuk bergotong royong dalam menemukan suatu konsep.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray akan

mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari

jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Selain

itu, alasan menggunakan model pembelajaran tipe Two Stay-Two Stray ini karena

terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap anggota kelompok, siswa dapat

bekerjasama dengan temannya, dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit

diatur saat proses belajar mengajar.

Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray mempunyai

karakteristik yang dapat mengembangkan kemampuan membaca sehingga

kemampuan berbicara siswa tersebut dapat meningkat karena tahapan yang ada

menuntut siswa untuk melakukan segala aktivitas dengan siswa lain yang melibatkan

proses berpikir, kerja sama dalam kelompok, toleransi antar siswa, dan lain-lain.

Tujuan dari pembelajaran dengan model ini adalah agar siswa dapat bertukar pikiran

(15)

berlatih untuk dapat meningkatkan kemampuan berbicaranya dan suasana kelas lebih

menyanangkan dan termotivasi untuk belajar.

Menurut Lie (2002), model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray

dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Model pembelajaran kooperatif

tipe Two Stay-Two Stray merupakan model pembelajaran yang dapat mendorong

anggota kelompok untuk memperoleh konsep secara mendalam melalui pemberian

peran pada siswa. Pemberian peran pada siswa ini membuat siswa lebih memiliki

tanggung jawab dalam mempelajari materi sampai menemukan sendiri

pengetahuannya.

Model Pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dapat meningkatkan

prestasi siswa dalam diskusi, karena tipe ini mengharuskan setiap siswa untuk

mengeluarkan pendapatnya kepada kelompok lain tentang masalah yang telah dibahas

oleh kelompoknya. Demikian juga ketika siswa kembali ke kelompoknya untuk

menjelaskan materi apa yang di dapat dari kelompok yang dikunjungi. Siswa yang

kembali tersebut menjelaskan materi yang di dapat dari kelompok lain, siswa yang

bertugas menjaga rumah menyimak hal yang dijelaskan oleh temannya.

Dari wawancara dengan guru bahasa Indonesia pada siswa kelas VIII SMP

Kristen YPKPM Ambon ketika pembelajaran membaca novel dan siswa diberikan

kesempatan untuk memberikan tanggapan terhadap novel yang dibaca, yaitu 40%

siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Kekurangaktifan siswa terlihat

pada saat diskusi berlangsung, tidak semua siswa aktif berdiskusi. Kesulitan lainnya

yaitu dalam pembagian kelompok, ada siswa yang suka dengan teman kelompoknya

tetapi ada juga yang tidak suka dengan temam kelompoknya, hal ini juga

mempengaruhi proses pembelajaran. Kegiatan membaca dan berbicara merupakan

kegiatan yang membutukan konsentrasi dalam memahami suatu bacaan serta

pemahaman dalam menanggapi bacaan yang dibaca. Karena itu diperlukan suatu

model pembelajaran sehingga bisa membuat siswa lebih berperan aktif dalam

kegiatan pembelajaran, salah satunya model pembelajaran kooperatif tipe Two

(16)

Berdasarkan paparan di atas, penulis merasa perlu untuk mengangkat model

pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray ini dalam kegiatan diskusi untuk

meningkatkan kemampuan membaca dan kemampuan berbicara siswa agar siswa

lebih berani untuk mengeluarkan pendapat mereka.

1.2 Identifikasi Masalah Penelitian

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang fokus penelitian ini

perlu diintifikasi beberapa masalah penelitian sebagai berikut.

1) Kemampuan membaca melibatkan kemampuan mengingat akan menjadikan

ketidakefektifan dalam memahami bacaan. Kemampuan seseorang dalam

memahami isi bacaan akan memperkaya kosa kata mereka.

2) Kemampuan berbicara melibatkan kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi

artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta

menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.

3) Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray (dua tinggal-dua tamu)

merupakan pembelajaran kelompok yang tidak hanya bekerja sama dengan

anggota kelompoknya tetapi bisa juga bekerja sama dengan kelompok lain yang

memungkinkan keakraban sesama teman dalam suatu kelas yang berorientasi

pada keaktifan siswa.

Berdasarkan kajian empiris dan literatur, penelitian ini dianggap penting untuk

dilaksanakan karena alasan-alasan sebagai berikut.

1) Penelitian ini berusaha memberikan informasi bahwa kemampuan membaca dan

kemampuan berbicara dapat menunjang siswa untuk memahami bacaan novel

dengan lebih efektif serta dapat memberikan tanggapan mengenai novel yang

diberikan;

2) Penelitian ini berusaha memberikan informasi bahwa dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dapat berpengaruh pada

(17)

1.3 Pembatasan Masalah Penelitian

Dari identifikasi masalah di atas, penulis membatasi masalah penelitian

mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray pada

pembelajaran membaca dan pembelajaran berbicara. Pembelajaran membaca yang

dimaksudkan adalah pembelajaran membaca novel. Pembelajaran berbicara yang

dimaksudkan adalah memberikan tanggapan terhadap novel yang dibaca dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray.

1.4 Rumusan Masalah Penelitian

Penulis telah menguraikan dalam latar belakang masalah penelitian dalam

peningkatan mutu pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada siswa SMP harus

terus diupayakan. Dalam hal ini, termasuk peningkatan kemampuan siswa dalam

membaca dan berbicara untuk kepentingan pendidikan.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka secara rinci rumusan masalah

dapat ditelusuri secara bertahap melalui pertanyaan berikut.

1) Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two

Stray terhadap kemampuan membaca siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM

Ambon?

2) Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two

Stray terhadap kemampuan berbicara siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM

Ambon?

3) Bagaimana proses pembelajaran membaca dan berbicara dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray siswa kelas VIII SMP

Kristen YPKPM Ambon?

4) Bagaimana respons siswa terhadap pembelajaran membaca dan berbicara dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray siswa

(18)

1.5 Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mencari dan memberikan

alternatif teknik pembelajaran yang dapat diterapkan pada pembelajaran membaca

dan pembelajaran berbicara, sedangkan tujuan khusus penelitian ini bertujuan untuk

memperoleh gambaran tentang:

1) pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terhadap

kemampuan membaca siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon.

2) pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terhadap

kemampuan berbicara siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon.

3) proses pembelajaran membaca dan pembelajaran berbicara dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray siswa kelas VIII SMP

Kristen YPKPM Ambon.

4) respons siswa terhadap pembelajaran membaca dan berbicara dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray siswa

kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon.

1.6 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian ilmiah diharapkan dapat memberikan manfaat, baik bagi

penulis sendiri maupun bagi masyarakat. Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh

dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Manfaat bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan menjadi pertimbangan bagi

guru untuk memilih metode, teknik, model pembelajaran khususnya membaca

dan berbicara agar mampu menarik minat siswa dan juga rasa percaya diri yang

timbul dari dalam diri siswa.

2) Manfaat bagi siswa, siswa diharapkan memperoleh pengalaman dan pengetahuan

yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan keterampilan dan motivasi dalam

membaca dan berbicara dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

(19)

rasa percaya diri dalam berbicara dan untuk membangun jati dirinya, juga dapat

menarik minat siswa dalam meningkatkan prestasi belajar.

3) Manfaat bagi penulis, hasil penelitian ini dapat menambah pengalaman dan

pengetahuan mengenai pembelajaran membaca terhadap pembelajaran berbicara

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray.

1.7 Anggapan Dasar

Berdasarkan beberapa sumber referensi yang berkaitan dengan penelitian ini,

maka penulis meyakini bahwa.

1) Dalam kurikulum pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa dan sastra

Indonesia memuat keterampilan membaca dan berbicara disamping keterampilan

lain, yaitu keterampilan menulis dan menyimak karena keterampilan membaca

dan berbicara merupakan keterampilan yang sangat penting artinya dalam

kehidupan manusia.

2) Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray sesuai dengan

pembelajaran keterampilan membaca dan berbicara karena

keterampilan-keterampilan tersebut mencakup ujaran yang jelas dan lancar, kosakata, yang luas

dan beraneka-ragam, penggunaan kalimat-kalimat yang lengkap serta sempurna

kalau diperlukan, perbedaan pendengaran yang tepat, dan kemampuan mengikuti

serta menelusuri perkembangan urutan suatu cerita, atau menghubungkan

kejadian-kejadian dalam urutan yang wajar serta logis (Tarigan, 2008 : 4).

1.8 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Ho: Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terhadap kemampuan membaca siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM

(20)

2) H1: Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terhadap kemampuan membaca siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon.

3) Ho: Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terhadap kemampuan berbicara siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM

Ambon.

4) H1: Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray

terhadap kemampuan berbicara siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon.

1.9 Defenisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini yaitu, model pembelajaran kooperatif tipe Two

Stay-Two Stray sebagai variabel penyebab atau independent dan kemampuan

membaca dan kemampuan berbicara sebagai variabel akibat atau dependent. Defenisi

operasional variabel-variabel yang digunakan peneliti yaitu:

Pertama, Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray

terhadap kemampuan membaca dan kemampuan berbicara yaitu mengukur

sejauhmana pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray

terhadap kemampuan membaca dan kemampuan berbicara yang dirancang untuk

mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar agar lebih mengenal, saling tukar

informasi dan berbagi pendapat dengan mempertimbangkan gagasan, atau mencari

ide baru tentang berbagai masalah kemudian mendiskusikannya. Model pembelajaran

kooperatif tipe Two Stay-Two Stray ini merupakan model pembelajaran kelompok

yang memacu siswa untuk mengembangkan diri memberikan informasi bukan hanya

dengan teman kelompoknya tetapi juga dengan teman kelompok lain dan mendorong

untuk pemecahan masalah.

Kedua, kemampuan membaca. Kegiatan membaca merupakan suatu proses

yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang

hendak disampaikan oleh penulis dalam bahasa tulis. Kegiatan membaca tersebut

(21)

semuanya tergantung dari opini pembaca. Kemampuan membaca merupakan

kemampuan seseorang dalam memahami isi bacaan dan melihat pikiran yang

terkandung dalam kata-kata yang tertulis.

Ketiga, kemampuan berbicara. Kegiatan berbicara merupakan merupakan

kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk mengekspresikan atau

menyampaikan pikiran, gagasan atau perasaan secara lisan serta perasaan yang

disusun dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penyimak agar apa yang

disampaikan dapat dipahami oleh orang lain. Kemampuan berbicara siswa yang

diteliti dalam penelitian ini yaitu kemampuan berbicara bahasa Indonesia dalam

menanggapi novel yang telah diberikan.

(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode dan Desain Penelitian

Metodologi penelitian yang akan dikemukakan terlebih dahulu oleh penulis

yaitu metode penelitian dan desain penelitian. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

sebagai berikut ini.

3.1.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

ekperimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap hubungan antara dua variabel

atau lebih atau untuk mencari pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lainnya

dengan diberikannya perlakuan yang dikenakan pada subjek penelitian.

Menurut Ruseffendi (2010: 35), penelitian eksperimen atau percobaan

(experimental research) adalah penelitian yang benar-benar dilakukan untuk melihat

hubungan sebab-akibat. Perlakuan yang kita terhadap, variabel bebas kita lihat

hasilnya pada variabel terikat. Penelitian kuasi eksperimen adalah penelitian

eksperimen dimana subjek tidak dikelompokkan secara acak.

Menurut Ruseffendi (2010: 47), siswa tidak dikelompokan secara acak

sehingga harus di upayakan agar kelompok-kelompok tersebut serupa mungkin.

Kedua kelompok masing-masing eksperimen dan kontrol dilakukan pretes dan

setelah selesai pembelajaran dilakukan postest.

Metode eksperimen quasi dipandang relevan digunakan karena (1) terpusat

pada pemecahan masalah yang aktual, (2) data yang dikumpulkan mula-mula

disusun, dijelaskan, dianalisis kemudian disimpulkan, dan (3) adanya kelompok

kontrol dan sampel yang dipilih. Kelas eksperimen diberikan perlakuan (treatment)

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dan

(23)

Menurut Fraenkel & Wallen (Syamsuddin A. R., & Vismaia S. Damaianti,

2007: 162), penelitian eksperimen kuasi (eksperimen semu) mempunyai tiga

karakteristik.

1) adanya kelompok kontrol.

2) siswa ditarik secara rambang (acak) dan ditandai untuk masing-masing kelompok.

3) sebuah tes awal diberikan untuk mengetahui perbedaan antar kelompok.

Selama proses pembelajaran, peneliti bertindak sebagai observer ditambah

dua atau tiga orang guru dan guru bahasa Indonesia bertindak sebagai pengajar, baik

di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol.

3.1.2 Desain Penelitian

Desain (rancangan) yang dipakai dalam penlitian ini adalah quasi-

experimental designs yang mengambil bentuk penilaian Pretest-Posttest Control

Group Design (Rancangan Tes Awal dan Tes Akhir dengan Kelompok Kontrol), di

mana dalam desain ini terdapat dua kelompok masing-masing kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol (random assignment) yang sulit dilakukan. Alih-alih mengacak

subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kontrol, peneliti menggunakan kelompok

atau kelas sudah terbentuk sebagai kelompok ekperimen dan kelas kontrol (Furqon

dan Emi Emilia, 2010: 19-20).

Jenis rancangan ini digunakan pada eksperimen yaitu kelas-kelas yang sudah

ada sebagai kelompoknya dengan menganggap sama keadaan/kondisinya (Taniredja,

2011:56). Pemilihan kelas untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas control

yang dilakukan secara undi. Digunakan kelas kontrol sebagai pembanding untuk

mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two stay-Two Stray

terhadap kemampuan membaca dan kemampuan berbicara siswa kelas VIII SMP

Kristen YPKPM Ambon

Dengan demikian desain penelitian ini adalah desain pretes-postes kelas

kontrol dan kelas eksperimen dengan bentuk:

(24)

Keterangan:

E = Kelompok Eksperimen

K = Kelompok Kontrol

O1 = Pretes sebelum diberi perlakuan pada kelompok eksperimen

O2 = Postes setelah diberi perlakuan pada kelompok eksperimen

X1 = Perlakuan menggunakan model kooperatif tipe Two Stay-Two Stray yang

diterapkan pada kelas eksperimen

X2 = Model pembelajaran konvensional yang diterapkan di kelas kontrol

O3 = Pretes pada kelompok kontrol

O4 = Postes pada kelompok kontrol

(Ruseffendi, 2010:50)

Desain kelompok kontrol pretes-postes melibatkan paling tidak dua

kelompok. Pada desain di atas adanya pretes (O1 dan O3), dan adanya postes (O2 dan

O4). Kelompok yang satu tidak memperoleh perlakuan atau memperoleh perlakuan

biasa (X2) sedangkan kelompok yang satu lagi mendapat perlakuan X1 (Ruseffendi,

2010:50).

Pembelajaran membaca dan pembelajaran berbicara pada kelompok kontrol

diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional, sedangkan pada

kelas ekperimen diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran koopertif tipe

Two Stay-Two Stray. Sebelum membahas pokok bahasan, pada masing-masing kelas

eksperimen dan kontrol diberikan pretest untuk memgukur kemampuan membaca dan

kemampuan berbicara pada kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol. E: O1 X1 O2

(25)

Begitu pula setelah selesai pembelajaran melalui tiga kali perlakuan pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol diadakan posttest kemudian dihitung nilai rata-rata

pencapaian.

3.2 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang digunakan mengacu pada prosedur eksperimen.

Tahapan ini berlangsung sehingga tercapai tujuan yang diinginkan, dengan respons

siswa yang diharapkan, maka penelitian ini dapat mengakhiri hingga tahap akhir.

Prosedur penelitian eksperimen dapat dipaparkan sebagai berikut.

1) Penelitian dan pengumpulan data (research and information collecting).

Pengukuran kebutuhan, studi literatur, penelitian dalam skala kecil,

pertimbangan-pertimbangan dari segi nilai.

2) Menyepakati dengan guru tentang pelaksanaan pembelajaran membaca dan

berbicara dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two

Stray pada kelas eksperimen, yaitu guru melaksanakan proses pembelajarannya

sedangkan peneliti sebagai observer dan patner guru.

3) Merancang jadwal dengan guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia. Proses

belajar mengajar dilaksanakan dua kali dalam seminggu, yaitu hari selasa dan

sabtu, pukul 08.00 sampai dengan 09.30 di kelas VIII-1 dan VIII-2.

4) Perencanaan (planning). Menyusun rencana penelitian, meliputi

kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan yang

hendak dicapai dalam penelitian tersebut.

5) Pertemuan pertama pada tanggal 05 Februari 2013 pada waktu itu peneliti dan

siswa membicarakan materi yang berkaitan dengan materi novel dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray.

a) guru menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa sesuai dengan standar

(26)

b) guru menjelaskan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray

kepada siswa dalam pembelajaran berbicara dengan memperhatikan komponen

kebahasaan dan nonkebahasaan;

c) menugasi siswa untuk membaca naskah novel dengan judul (1) Kesalahan

Cintaku; (2) Autum In Paris; (3) Perahu Kertas.

6) Memberikan tes awal kepada siswa kelas eksperimen den kelas kontrol pada

tanggal yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaannya siswa ditugaskan

menyampaikan isi novel telah dibaca dan dipersiapkan dalam kelas dan telah

disepakati sebelumnya. Untuk kelas eksperimen dibagi dalam 7 kelompok besar

dan diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two

Stay-Two Stray, dimana setelah berdiskusi dalam kelompok, dua orang dari kelompok

tersebut bertamu ke kelompok yang lain, setelah mereka selesai berdiskusi dua

orang yang menjadi tamu tersebut kembali ke kelompok awal dan menyampaikan

hasil diskusi yang telah diterimanya dari kelompok lain, kemudian hasil diskusi

yang diterima tersebut didiskusikan dalam pembelajaran berbicara yang

disampaikan. Untuk kelas kontrol siswa dibentuk dalam beberapa kelompok kecil,

tetapi tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two

Stray dalam menyampaikan hasil diskusi kelompok disampaikan dalam diskusi

biasa.

7) Waktu antara tes awal dan tes akhir tiga minggu. Waktu yang tersedia ini

digunakan untuk melihat penampilan para siswa yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dengan yang tidak

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray.

8) Memberikan tes akhir kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol pada tanggal 26

(27)

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan yang

berkaitan dengan penelitian, maka dibutuhkan teknik pengumpulan data yang sesuai

dengan tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data penelitian dilaksanakan dalam

empat tahap yaitu (1) pemberian tes awal; (2) pelaksanaan pembelajaran keterampilan

mambaca dan keterampilan berbicara dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Two Stay-Two Stray; (3) pemberian tes akhir; (4) penyebaran angket

kepada siswa.

Pertama, memberi tes awal terhadap subjek penelitian dengan tujuan untuk

memperoleh data mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two

Stay-Two Stray terhadap kemampuan membaca dan kemampuan berbicara siswa. Tes ini

diberikan kepada siswa yang menjadi objek penelitian.

Kedua, pengukuran kemampuan awal siswa tentang tes membaca novel serta

menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk pilihan ganda, dan tanggapan siswa

terhadap novel yang dibaca dalam bentuk tes berbicara. Hasil pengukuran digunakan

sebagai tes kemampuan awal siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon dalam

membaca dan berbicara sebelum perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif

tipe Two Stay-Two Stray. Kemampuan awal siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM

Ambon ini akan dibandingkan dengan hasil pengukuran tes akhir setelah proses

belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two

Stay-Two Stray.

Ketiga, melaksanakan proses belajar mengajar. Kegiatan ini dilakukan oleh

guru dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray.

Keempat, memberikan tes akhir setelah proses belajar mengajar dilakukan

(postes).

Kelima, menyebarkan angket tentang kualitas proses belajar mengajar kepada

siswa.

(28)

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian terdiri atas skala penilaian dalam membaca, penilaian

dalam berbicara dan observasi. Skala penilaian berisi kriteria-kriteria untuk

menentukan tinggi rendahnya skor yang dicapai para siswa dalam pembelajaran

membaca dan berbicara dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Two Stay-Two Stray. Penilaian membaca ditentukan dengan menjawab pertanyaan

yang diberikan antara tes awal dan tes akhir dengan berpatokkan pada pendapat

Nurgiyantoro, sedangkan penilaian dalam berbicara meliputi aspek kebahasaan dan

nonkebahasaan. Dalam penyekoran kemampuan membaca dilakukan dengan melihat

selisih antara tes awal dan tes akhir. Penyekoran kemampuan berbicara digunakan

kategori tinggi, sedang, rendah. Penentuan skor merupakan modifikasi dari kriteria

yang dikemukakan oleh Sabarti Akhadiah (1988: 30).

Sesuai dengan jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka

instrumen penelitian yang digunakan sebagai berikut.

1) Tes

Tes yang digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa (pretest) dan

kemampuan akhir siswa (posttest) dalam keterampilan membaca dan keterampilan

berbicara setelah proses belajar mengajar berlangsung. Pembelajaran membaca

dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan pilihan ganda secara tertulis

kemudian siswa menjawab sesuai novel yang diberikan kepada siswa. Adegan untuk

pembelajaran berbicara dilakukan bentuk tes secara lisan. Pengukuran ini dilakukan

kepada para siswa. Aspek-aspek yang diukur dalam tes keterampilan berbicara

meliputi faktor kebahasaan dan nonkebahasaan.

Kriteria penilaian kemampuan berbicara adalah sebagai berikut.

a) Faktor Kebahasaan

a. Ketepatan pemilihan kata

18-20 (tinggi). Apabila kata-kata yang digunakan tepat, semua kata mendukung

(29)

12-17 (sedang). Apabila terdapat satu sampai tiga kata daerah, kata asing, dan

kata yang tidak tepat pemakaiannya sehingga agak mengganggu dalam

menyampaikan informasi.

6-11 (rendah). Apabila terdapat banyak kata daerah atau kata asing yang

digunakan dan ada beberapa kata yang tidak tepat penggunaannya sehingga

sangat mengganggu gagasan yang disampaikan.

b. Struktur/ Pemakaian Kalimat

18-20 (tinggi). Apabila sama sekali tidak ada kesalahan dalam susunan kata,

frasa, atau kalimat sehingga pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan

baik.

12-17 (sedang). Apabila terdapat satu sampai tiga kesalahan stuktur, baik kata,

frasa, maupun kalimat sehingga apa yang disampaikan kurang diterima.

9-11 (rendah). Apabila terdapat sejumlah empat kesalahan atau lebih, baik

kesalahan kata, frasa, maupun kalimat sehingga pesan tidak dapat diterima.

c. Kelancaran Melafalkan

9-10 (tinggi). Apabila sama sekali tidak ada kesalahan dalam melafalkan bunyi

atau gagasan dari apa yang disampaikan pembicara dan tidak ada pengaruh

bahasa daerah maupun bahasa asing.

6-8 (sedang). Apabila terdapat satu sampai tiga kesalahan dalam melafalkan

bunyi atau gagasan dari apa yang disampaikan pembicara dan tidak ada

pengaruh bahasa daerah maupun bahasa asing.

3-5 (rendah). Apabila terdapat empat kesalahan atau lebih dalam melafalkan

bunyi atau gagasan dari apa yang disampaikan pembicara dan tidak dipengaruhi

bahasa daerah, bahasa asing, maupun oleh faktor lain.

d. Kualitas Intonasi atau Nada

9-10 (tinggi). Apabila terdapat pembicara dengan intonasi yang bervariasi, tidak

monoton, atau penerapan intonasinya tepat sehingga pendengar sedemikian

(30)

6-8 (sedang). Apabila penerapan intonasi bervariasi, tetapi nada suaranya

monoton sehingga gaya bicaranya agak membosankan pendengar.

3-5 (rendah). Apabila intonasinya monoton atau nada suara yang disampaikan

monoton sehingga membosankan pendengar.

b) Faktor Nonkebahasaan

a. Sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku

9-10 (tinggi). Apabila pembicara bersikap wajar, tenang, dan tidak kaku.

6-8 (sedang). Apabila salah satu dari tiga sikap tersebut (sikap wajar, tenang,

dan tidak kaku) dilakukan pembicara, sehingga berbicaranya kurang lancar.

3-5 (rendah). Apabila dua atau tiga sikap tersebut sama sekali tidak tampak

(sikap wajar, tenang dan tidak kaku) dilakukan oleh pembicara, sehingga

berbicaranya tidak lancar.

b. Penguasaan Medan

4-5 (tinggi). Apabila pandangan pembicara menyebar ke seluruh penjuru

ruangan dan mampu menguasai situasi sehingga pembicaraan dapat berjalan

lancar dan dapat menguasai situasi.

2-3 (sedang). Apabila pandangan pembicara menyebar ke seluruh penjuru

ruangan, tetapi kurang menguasai situasi sehingga pembicaraan agak kurang

lancar.

0-1 (rendah). Apabila pandangan pembicara tertuju pada satu arah saja dan

kurang mampu menguasai situasi pembicaraan sehingga pembicaraan tidak

lancar.

c. Penguasaan materi (pemahaman)

18-20 (tinggi). Apabila pembicara sungguh-sungguh memiliki penguasaan

materi yang baik dalam berbicara sehingga menunjang terjadinya komunikasi

yang baik dan tidak tersendat-sendat.

12-17 (sedang). Apabila pembicara agak kurang memiliki penguasaan materi

yang baik dalam berbicara sehingga kurang menunjang terjadinya komunikasi

(31)

6-11 (rendah). Apabila pembicara tidak memiliki penguasaan materi yang baik

dalam berbicara dan pembicara dapat terhenti beberapa saat tanpa arti apa-apa

sehingga sama sekali tidak terjadi komunikasi yang baik.

d. Gerak-Gerik serta Mimik

4-5 (tinggi). Apabila terdapat gerak-gerik anggota badan yang berfungsi

mendukung pembicara sehingga pembicara memiliki mimik yang tepat untuk

mengekspresikan pikiran dan perasaan pembicara.

2-3 (sedang). Apabila terdapat gerak-gerik anggota badan dan perubahan roman

muka, tetapi apa yang disampaikan kurang mendukung pembicaraan.

0-1 (rendah). Apabila sama sekali tidak ada gerak-gerik anggota badan dan

tidak ada perubahan ekspresi wajah pembicara, sehingga tidak mendukung.

(Akhadiah, 1988: 33)

2) Observasi

Observasi ini digunakan untuk memperolah data atau informasi mengenai

kegiatan dan pendapat siswa dan guru selama pembelajaran membaca dan

pembelajaran berbicara berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

3) Angket

Angket merupakan suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian

pertanyaan yang diajukan pada responden untuk mendapat jawaban. Ada pun angket

yang digunakan dalam penelitian ini berupa skala pengukuran berbentuk daftar cek

skala Likert dan skala Guttman yang bertujuan untuk mengukur variabel-variabel

penelitian. Adapun skala Likert memiliki pilihan dari sangat positif sampai sangat

negatif, diantaranya: SS (sangat setuju), S (setuju), R (ragu-ragu), TS (tidak setuju),

dan STS (sangat tidak setuju). Untuk skala Guttman berupa dua pilihan jawaban (ya

dan tidak). Pertanyataan yang digunakan berupa pernyataan positif dan negatif. Dapat

digambarkan bahwa angket yang digunakan ini akan disebarkan pada siswa setelah

(32)

3.5 Teknik Pengolahan Data

Setelah data penelitian diperoleh, langkah selanjutnya adalah mengolah dan

data tersebut sesuai dengan pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian. Pada

pemberlakuan model, data yang diperoleh merupakan hasil dari evaluasi proses dan

hasil evaluasi terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray yang

dikembangkan.

Selanjutnya adalah membahas data hasil tes kemampuan membaca dan

berbicara, baik data hasil tes pemberlakuan kesatu maupun kedua dengan

menggunakan skala penilaian kesalahan berbahasa siswa. Sugiyono (2013: 132)

mengatakan untuk menguji hipotesis penelitian, maka diadakan uji perbedaan

rata-rata pemberlakuan kesatu dan kedua dengan menggunakan penilaian kemampuan

membaca dan berbicara seluruh responden yang terlibat yang hasilnya diolah secara

statistik. Data pembelajaran berbicara dalam mengungkapkan pendapat dianalisis

dengan melihat perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray

dengan yang tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two

Stray menggunakan rumus uji t, karena melihat perbedaan dua rata-rata dengan

sampel kecil. Langkah-langkahnya sebagai berikut.

a) Perhitungan rata-rata (mean) dalam simpangan baku (standar deviasi) skor tes

prestasi belajar pada tes awal dan tes akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b) Pengujian hipotesis perbedaan rata-rata tes prestasi belajar siswa kelas eksperimen

dengan kelas kontrol menggunakan Uji t. Rumus Uji t yang digunakan adalah Uji t

untuk sampel berkorelasi (correlated sample), yaitu:

t

=

̅

∑ ∑

(33)

Keterangan :

t = koefisien t

̅ = rata-rata selisih tes awal dan tes akhir D = selisih antara tes awal dengan tes akhir

N = jumlah subjek

dk = n – 1

c) Menentukan dasar taraf signifikan ( α ) yaitu 5 % atau ),05;

d) Memeriksa t dari tabel pada taraf signifikansi 0,05 dan dk = n – 1; e) Menentukan beda rata-rata, apakah t hitung signifikan atau tidak;

f) Menguji hipotesis dua rata-rata tes akhir masing-masing dikelas eksperimen

dengan kelas kontrol, dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

t =

̅̅̅̅

̅̅̅̅

√(

(∑ )

)

Keterangan :

t = koefisien t

̅1 = Rata-rata nilai pemberlakuan kesatu

̅2 = Rata-rata nilai pemberlakuan kedua X1 = Selisih nilai dikurangi rata-rata kesatu

X2 = Selisih nilai dikurangi rata-rata kedua

n1 = Jumlah objek pemberlakuan kesatu

n2 = Jumlah objek pemberlakuan kedua

(34)

3.6 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VIII SMP Kristen

YPKPM Ambon tahun ajaran 2012-2013 yang terdiri dari 3 kelas yaitu kelas VIII-1,

kelas VIII-2, dan kelas VIII-3 berjumlah 85 siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat

Arikunto (2010:173), populasi adalah, “keseluruhan subjek penelitian”. Apabila

sesorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka

penelitiannya merupakan penelitian populasi. Lebih lanjut Surakhmad (1998: 93)

mengemukakan bahwa, “Populasi adalah sasaran yang ingin dicapai atau diselidiki,

baik berupa manusia, gejala-gejala, nilai tes, peristiwa dan sebagainya”.

Sugiyono (2012: 61) mengatakan “Bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya.

Mengingat waktu dan kemampuan peneliti untuk melaksanakan penelitian ini

sangat terbatas, tidak mungkin semua populasi dapat diteliti. Oleh karena itu, untuk

memperoleh data yang dapat mewakili semua populasi digunakan sampel. “Mengenai

besarnya sampel tidak ada ketentuan yang baku atau rumus yang pasti. Sebab

keabsahan sampel terletak pada sifat dan karakteristiknya mendekati populasi atau

tidak, bukan pada besar atau banyaknya. Adapun sebagian yang diambil dari populasi

disebut sampel” (Sudjana, 2005: 7).

Adapun penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan teknik random sampling yaitu menentukan kelas untuk dijadikan

sampel penelitian di mana pemilihan kelasnya dilakukan dengan cara undian

(Taniredja, 2011:35). Adapun kelas yang digunakan dari hasil random kelas yaitu

kelas VIII-1 dan VIII-2 yang terpilih untuk dijadikan sampel penelitian. Kelas VIII-1

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dan kelas

(35)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menyajikan simpulan hasil penelitian dan saran yang dikemukakan

berdasarkan temuan di lapangan selama penelitian dilakukan berkenaan dengan

pengaruh model pembelajaraan kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terhadap

kemampuan membaca dan kemampuan berbicara siswa kelas VIII SMP Kristen

YPKPM Ambon. Penarikan kesimpuan dilakukan sesuai dengan rumusan masalah,

tujuan penelitian, dan hipotesis.

5.1 Simpulan

Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dalam pembelajaran

membaca dan pembelajaran berbicara merupakan model yang diuji cobakan dalam

penelitian ini. Dengan model pembelajaraan kooperatif tipe Two Stay-Two Stray

siswa diarahkan pada kemampuan membaca yang efektif agar mereka bisa menguasai

bahan bacaan yang dibaca dan dapat memiliki kemampuan berbicara yang bisa

terstruktur dengan baik dalam mengungkapkan pendapat yang dikemukakan. Untuk

itu tujuan yang ingin dicapai pada pembelajaran membaca dan berbicara ini

diharapkan agar siswa memperoleh pengetahuan dengan menggunakan model

pembelajaraan kooperatif tipe Two Stay-Two Stray.

Temuan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Model pembelajaraan kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terbukti dapat

berpengaruh dalam kemampuan membaca siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM

Ambon Tahun Ajaran 2012-2013.

Dari hasil kegiatan membaca sebelum dan sesudah model pembelajaran kooperatif

tipe Two Stay-Two Stray diberlakukan terhadap pembelajaran berbicara terdapat

peningkatan, di mana pada tes awal diperoleh nilai 67,96 skor ini dapat

(36)

kemampuan memahami bacaan yang diperoleh siswa adalah 88,33 terdapat

kenaikan sebesar 20,37 %, ada peningkatan dengan kategorisasi baik. Pengaruh

model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray berdasarkan persentase

peningkatan terhadap kemampuan membaca memperoleh nilai rata-rata 0,64%.

2) Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terbukti dapat

berpengaruh dalam kemampuan berbicara. Dari hasil kegiatan berbicara sebelum

dan sesudah model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terdapat

peningkatan. Pada tes awal diperoleh nilai rata-rata 68,15 dan tes akhir

memperoleh nilai rata-rata 83,93. Dari perhitungan tersebut, terbukti bahwa

terdapat perbedaan hasil pembelajaran berbicara pada tes awal dan tes akhir pada

kelas eksperimen. t tabel dengan taraf signifikan 0,05 untuk N = 27 yaitu 4,21.

Seperti perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa t hitung yaitu 10,69 dan t tabel

4,21. Jadi dengan kaidah keputusan t hitung > t tabel atau 10,69 > 4,21.

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray berdasarkan

persentase peningkatan terhadap kemampuan berbicara memperoleh nilai rata-rata

0,50%.

Pada kelas kontrol juga terdapat peningkatan. Pada tes awal diperoleh nilai

rata-rata 65,04 dan tes akhir diperoleh nilai rata-rata-rata-rata 78,36. Dari perhitungan di atas,

terbukti bahwa terdapat perbedaan hasil pembelajaran berbicara pada tes awal dan

tes akhir pada kelas kontrol. t tabel dengan taraf signifikan 0,05 untuk N = 28 yaitu

4,20. Seperti perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa t hitung yaitu 6,23 dan t tabel

4,20 . Jadi dengan kaidah keputusan t hitung > t tabel atau 6,23 > 4,20.

3) Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terbukti mampu

meningkatkan pembelajaran membaca dan pembelajaran berbicara siswa yang

dinilai dari segi menjawab pertanyaan tentang bacaan novel yang dibaca serta

faktor kebahasaan dan nonkebahasaan siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil

penelitian di Bab IV. Sesudah dilakukan pemberlakuan kedua, nilai siswa jauh

lebih baik. Baik dari segi menjawab pertanyaan tentang novel yang dibaca maupun

(37)

4) Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray sangat efektif dilakukan

karena semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk mengemukakan

pendapatnya, hal ini disebabkan karena pembelajaran membaca novel yang

dikuasai oleh siswa sehingga dalam proses pembelajaran berbicara bisa

dilaksanakan dengan baik sehingga mengalami peningkatan.

5) Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terbukti memiliki

kualitas pembelajaran yang lebih tinggi. Model pembelajaran kooperatif tipe Two

Stay-Two Stray dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan guru, siswa,

serta sangat mudah dipraktikkan di kelas.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka maka dalam penelitian ini penulis ingin

menyampaikan beberapa saran sebagai upaya meningkatkan kemampuan membaca

agar siswa mampu berbicara dengan baik dalam mengungkapkan pendapat, sebagai

berikut:

1. Model pembelajaran koooperatif tipe Two Stay-Two Stray layak dipertimbangkan

sebagai model pembelajaran alternatif karena dapat berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa pada pembelajaran membaca dan pembelajaran berbicara.

2. Agar siswa dapat berbicara dengan baik, hendaknya siswa dibekali dengan

kemampuan membaca yang optimal sehingga dalam mengemukakan pendapat

siswa mampu berbicara dengan baik sesuai dengan faktor kebahasaan dan

nonkebahasaan yang menjadi kriteria dalam penilaian berbicara, dengan banyak

membaca akan menambah kosakata siswa, karena itu perlu dukungan dari guru,

sekolah, ditambah dengan fasilitas perpustakaan sekolah yang lebih lengkap,

dalam hal ini terkait dengan buku-buku yang menjadi sumber bacaan.

3. Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray sangat cocok digunakan

dalam proses belajar mengajar bahasa Indonesia terutama pada pembelajaran

membaca dan pembelajaran berbicara. Guru yang akan memerapkan model

(38)

materi lain yang dapat menarik minat siswa untuk membaca dan mampu berbicara

dengan baik, sehingga menekankan keaktifan siswa dapat membentuk

pengetahuan dan pemerolehan pengalaman sehingga kegiatan pembelajaran lebih

optimal.

4. Penelitian lanjutan diperlukan untuk menjawab beberapa persoalan yang belum

terungkap dalam hasil penelitian ini. Melalui penelitian lanjutan, maka gambaran

fakta empiris mengenai model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray

akan semakin mendalam. Penelitian lanjutan yaitu mengenai strategi mengatasi

kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terhadap

(39)

Jolanda Dessye Parinussa, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, S. (1988). Evaluasi dalam Pengajaran Bahasa. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G).

Anderson, J. et. al. (1981). Efficient Reading, a Practical Guide. Sydney: McGraw Hill Book Company.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik) Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsjad, M. G. dan Mukti U. S. (1988). Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Badudu, J. S. (1991). Inilah Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar I dan II. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Badudu, J. S. (1993). Inilah Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar I dan II. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Baradja, M. F. (1990). Kapita Selekta Pengajaran Bahasa. Malang: IKIP Malang.

Bond, G. C., et al. (1979). Reading Diffculties. Englewood Chiffs, New Jersey: Prince Hall, Inc.

Depdiknas. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.

Dupuis, M. M. (1982). Content Area Reading. Englewood Chiffs, New Jersey: Prince Hall, Inc.

(40)

Jolanda Dessye Parinussa, 2013

Goodman, K. (1988). The Reading Process, Interactive Approaches to Second Language Reading. Leichester: Cambridge University Press.

Harjasujana, A. S., & Misdan, U. (1988). Proses Belajar Mengajar Membaca. Bandung: Yayasan BFH.

Harjasujana, A. S., dkk. (1998). Materi Pokok Membaca. Jakarta: Universitas Terbuka.

Harris, T. L. & Hodges, E. R. (1981). A Dictionary of Reading and Related Terms. Wasington: Internasional Reading Association.

Iskandarwassid & Sunendar, D. (2008). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana UPI dan PT Rosda Karya.

Johnson dan Jhonson. (2003). Cooperative Learning. [on line]. Tersedia: http//edtech. Kennesaw. Edu/ intech/ cooperative learning. Htm [18 November 2012].

Lie, A. (2002). Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kridalaksana, H. (2009). Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Nurgiyantoro, B. (1987). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Nurhadi. (2008). Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca?. Bandung: CV. Sinar Baru.

Rahim, F. (2008). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

(41)

Jolanda Dessye Parinussa, 2013

Shihabuddin, dkk. (2007). Evaluasi Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

Smith, F. (1986). Understanding Reading. Englewood Cliffs, New Jersey: Prince Hall, Inc.

Smith, N. B. & Robinson, A. (1980). Reading Instructions for Today’s Children. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugono, D. (2003). Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 1 dan 2. Jakarta: Pusat Bahasa.

Suharsimi A. (2006). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.

Suharsimi A. (2010). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.

Suprijono, A. (2010). Cooperative Learning: Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Surakhmad, W. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Technik. Bandung: Tarsito.

Syamsuddin A. R., dan Damaianti V. S. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: UPI dan PT Rosda Karya.

(42)

Jolanda Dessye Parinussa, 2013

Tarigan, H. G. (2008). Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Warsono, & Hariyanto. (2012). Pembelajaran Aktif Teori dan Assesmen. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

.

http://furahasekai.wordpress.com/2011/09/07/pembelajaran-kooperatif-tipe-two- stay-two-stray/ [18 November 2012].

. http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran

kooperatif-tipe-two.html [18 November 2012].

.

http://wvw1d.wordpress.com/2009/11/14/model-pembelajaran-two-stay-two-stray-spencer-kagan1992/ [18 November 2012].

.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Bila dengungan setelah dinyatakan berhenti oleh si pemeriksa juga tidak dapat didengar oleh op maka hasil pemeriksaan adalah Schwabach normal.... BAB 5

This research was conducted over six months and comprised three stages (Figure. 1): (1) AM isolatation, propagation and identification (Chruz, 1991), from soil collected

untuk menilai tingkat profitabilitas perbankan antara lain penelitian yang dilakukan oleh (Hesti Werdaningtyas, 2002) dan (Yuliani, 2007) yang melakukan penelitian tentang

ƒ Bagaimanakah aspek rasional ( sumber daya, informasi, orientasi tujuan) dalam mempengaruhi efektivitas pengimplementasian anggaran berbasis

Maka dari itu, penulis mengusulkan untuk membuat sistem yang dapat memonitoring jalannya proyek konstruksi berdasarkan rencana pekerjaan yang telah dibuat pada

Dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa metode Kombinasi dari WF dan AMF lebih baik dalam memperbaiki kualitas citra yang memiliki noise asli dan impulse noise

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. © Silvan Egistian Nugraha 2016