• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAPAT DOSEN LUAR BIASA TENTANG KOMPETENSI SOSIAL PRAKTIKAN PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) PRODI PENDIDIKAN TATA BOGA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAPAT DOSEN LUAR BIASA TENTANG KOMPETENSI SOSIAL PRAKTIKAN PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) PRODI PENDIDIKAN TATA BOGA."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR DIAGRAM ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Metode Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Program Pengalaman Lapangan (PPL) ... 11

B. Pengertian Kompetensi ... 15

C. Kompetensi Profesionalisme Guru ... 16

D. Kompetensi Sosial ... 18

E. Kompetensi Sosial Praktikan dalam PPL ... 21

1) Kompetensi Sosial dalam Melaksanakan Bimbingan Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) ... 22

2) Kompetensi Sosial dalam Kegiatan Mengajar ... 26

3) Kompetensi Sosial Pribadi Praktikan ... 32

4) Kompetensi Sosial dalam Melaksanakan Kegiatan Di Luar Mengajar ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

A. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 37

B. Tahapan Penelitian ... 38

C. Metode Penelitian ... 38

D. Definisi Operational ... 39

E. Instrumen Penelitian ... 41

F. Teknik Pengumpulan Data ... 41

G. Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 105

(2)

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 113

lampiran I Kisi-Kisi Instrumen ... 113

Lampiran II Instrumen Penelitian ... 120

Lampiran III Surat-Surat ... 130

Lampiran IV Lain-lain ... 139

(3)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Inisiasi Praktikan PPL dalam Bimbingan RPP dengan Dosen

Luar Biasa menurut Pendapat Responden………. 40

Tabel 4.2 Kebiasaan “Greeting” yang Dilakukan Praktikan PPL

menurut Pendapat

Responden………...

41

Tabel 4.3 Sikap Terbuka Praktikan PPL terhadap Kritik menurut

Pendapat Responden……….. 42

Tabel 4.4 Komunikasi tentang Waktu Pelaksanaan Bimbingan RPP Praktikan PPL ke Dosen Luar Biasa menurut Pendapat

Responden………..

.

43

Tabel 4.5 Tanggung Jawab yang Ditunjukan Praktikan PPL dalam

Melaksanakan Tugas Mengajar menurut Pendapat

Responden………

44

Tabel 4.6 Tata Krama Praktikan PPL dalam Melakukan Bimbingan

menurut Pendapat Responden ……… 45

Tabel 4.7 Kedisiplinan dalam Mengajar yang Ditunjukan Praktikan PPL

menurut Pendapat Responden……… 46

Tabel 4.8 Sikap Simpati dan Kepedulian Praktikan PPL kepada Siswa

menurut Pendapat Responden………

47

Tabel 4.9 Penghargaan Praktikan PPL kepada Siswa yang Bertanya

menurut Pendapat Responden……… 52

Tabel 4.10 Sikap Sabar Praktikan PPL dalam Menghadapi Siswa tidak

Memperhatikan menurut Pendapat Responden ……… 53

Tabel 4.11 Sikap Terbuka dan Jujur Praktikan PPL pada Kemampuan

Penguasaan Bahan Ajar menurut Pendapat Responden ……… 54

Tabel 4.12 Cara Praktikan PPL Memberikan Penghargaan pada Siswa

menurut Pendapat Responden ……… 55

Tabel 4.13.1 Cara Praktikan PPL Memberikan Teguran Kepada Siswa

menurut Pendapat Responden……… 56

Tabel 4.13.2 Cara Praktikan PPL dalam Menegur Siswa yang Kurang Kooperatif menurut Pendapat Responden

(4)

Tabel 4.13.3 Cara Praktikan PPL dalam Memberikan Sangsi kepada Siswa

yang Tidak Memperhatikan menurut Pendapat

Responden………..

58

Tabel 4.14 Sikap Praktikan PPL dalam Menghidupkan Suasana Kelas

ketika Sudah Tidak Kondusif menurut Pendapat Responden ... 59

Tabel 4.15 Sikap Ramah Praktikan PPL kepada Semua Siswa menurut

Pendapat Responden ... 60

Tabel 4.16 Sikap Praktikan PPL, Tidak Bersikap Diskriminatif terhadap

Siswa menurut Pendapat Responden ... 61

Tabel 4.17 Sikap dan Tutur Kata Praktikan PPL ketika Bertemu dengan Dosen Luar Biasa menurut Pendapat Responden ...

62

Tabel 4.18 Sikap Praktikan PPL ketika Bertemu dengan Ibu/Bapak Guru

menurut Pendapat Responden ... 63

Tabel 4.19 Sikap Praktikan PPL dalam Menjalin Hubungan Baik dengan

Tenaga Administrasi di Sekolah menurut Pendapat Responden ... 64

Tabel 4.20 Sikap Praktikan dalam Meminta Maaf Jika Melakukan

Kesalahan menurut Pendapat Responden ………. 65

Tabel 4.21 Etika Berbusana Praktikan PPL sebagai Calon Pendidik menurut Pendapat Responden ...

66

Tabel 4.22 Sikap Praktikan PPL dalam Mengkomunikasikan ketika Mendapat Halangan untuk Mengajar menurut Pendapat

Responden ... 67

Tabel 4.23 Kedisiplinan Praktikan PPL dalam Melaksanakan Upacara

Bendera menurut Pendapat Responden……… 68

Tabel 4.24 Partisipasi Praktikan PPL dalam Kegiatan Upacara Bendera menurut Pendapat Responden ...

69

Tabel 4.25 Keaktifan Praktikan PPL dalam Mengikuti Kegiatan Ekstrakulikuler menurut Pendapat Responden ...

70

Tabel 4.26 Tanggung Jawab Praktikan PPL sebagai Petugas Piket menurut Pendapat Responden ...

71

Tabel 4.27 Sikap dan Tanggung Jawab Praktikan PPL sebagai Petugas

(5)

Tabel 4.28 Kerjasama Praktikan PPL dengan Praktikan Lainnya dalam

Melaksanakan Kegiatan PPL menurut Pendapat Responden ... 73

Tabel 4.29 Komunikasi Praktikan PPL dengan Anggota Kelompok Lainnya dalam Melaksanakan Kegiatan PPL menurut

Pendapat Responden ... 74

Tabel 4.30 Komunikasi Praktikan PPL dalam Mengkomunikasikan Kegiatan PPL dengan Dosen Pembimbing menurut Pendapat

Responden ... 75

Tabel 4.31 Masukan dari Dosen Luar Biasa tentang Kompetensi

Praktikan PPL ... 76

Lanjutan Tabel 4.31

Masukan dari Dosen Luar Biasa tentang Kompetensi

Praktikan PPL ... 77

Lanjutan Tabel 4.31

Masukan dari Dosen Luar Biasa tentang Kompetensi

Praktikan PPL ... 78

Tabel 4.32 Rekapitulasi Presentase Kompetensi Sosial Praktikan dalam

Bimbingan ... 84

Tabel 4.33 Rekapitulasi Presentase Kompetensi Sosial Praktikan Di Dalam Kegiatan Belajar ...

90

Tabel 4.34 Rekapitulasi Presentase Kompetensi Sosial Pribadi Praktikan ...96

Tabel 4.34 Rekapitulasi Presentase Kompetensi Sosial Praktikan pada

(6)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

Diagram 4.1 Persentase Kompetensi Sosial Praktikan dalam

Bimbingan RPP…...………. 80

Diagram 4.2 Persentase Kompetensi Sosial Praktikan dalam Kegiatan

Belajar……… 85

Diagram 4.3 Persentase Kompetensi Sosial Pribadi Praktikan……….. 92

Diagram 4.4 Persentase Kompetensi Sosial Praktikan dalam Kegiatan

di Luar Mengajar ………..

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran I Kisi-Kisi Instrumen ………. 113

Lampiran II Instrumen Penelitian ……… 120

Lampiran III Surat-Surat……… 130

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Universitas Pendidikan Indonesia merupakan salah satu jenjang

pendidikan formal yang salah satu tujuannya adalah untuk menghasilkan Calon

Guru yang berkualitas sehingga menjadi tenaga pendidik yang Professional. Guru

yang professional menurut Undang-undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen pada Bab IV bagian kesatu pasal 1 ayat 10 dijelaskan bahwa “kompetensi

guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial

dan kompetensi professional”. Menurut Saondi & Suherman (2009:57) dijelaskan

bahwa kompetensi professional guru meliputi:

1. Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik.

2. Kompetensi Kepribadian adalah karakteristik pribadi yang harus dimiliki guru sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa. 3. Kompetensi Professional yaitu kemampuan guru dalam menguasai materi

pelajaran secara luas dan mendalam.

4. Kompetensi Sosial yaitu kemempuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif.

Kompetensi merupakan bagian yang terpisahkan dari guru dalam

melaksanakan profesinya. Kompetensi merupakan modal dasar bagi guru dalam

membina dan mendidik peserta didik sehingga tercapai mutu pendidikan yang

lebih baik. Jika calon guru tidak mempunyai kompetensi professional maka akan

sulit terwujud pelaksanaan proses kegiatan pendidikan di sekolah akan menjadi

lebih baik dan terarah.

Keterbatasan empat kompetensi standar yang dimiliki oleh guru akan

(9)

kompetensi professional salah satu yang menjadi kajian penulis adalah

kompetensi sosial. Kompetensi sosial menurut Surya Surya dalam Firdaus

&Barnawi (2011:36) mengemukakan bahwa “kompetensi sosial adalah

kemampuan yang diperlukan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain”.

Kompetensi sosial dalam hal ini adalah menyangkut kemampuan komunikasi,

interaksi dan menyesuaikan diri dengan peserta didik dan tenaga kependidikan

lainnya di lingkungan sekolah.

Seorang guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada peserta didik

tetapi juga sebagai panutan bagi peserta didik dan lingkungan Untuk itu perlu

memiliki kompetensi sosial yang baik. Seperti yang dikemukakan Ihsan

(1995:11) bahwa :

Tugas seorang guru tidak hanya memiliki kemampuan akademis dalam menstransfer ilmu pengetahuan tetapi juga tugas seorang guru adalah mendidik yang pada prinsipnya mendidik adalah memberi tuntunan, bantuan, pertolongan kepada peserta didik.

Untuk mendukung mahasiswa memiliki kompetensi tersebut, Universitas

Pendidikan Indonesia memiliki mata kuliah yang terkait yaitu Program

Pengalaman Lapangan (PPL) yang wajib diikuti untuk mahasiswa program

pendidikan menurut pedoman akademik Universitas Pendidikan Indonesia

(2012:46)

(10)

Program Pengalaman Lapangan (PPL) ini merupakan upaya untuk melatih

dan mempersiapkan diri untuk menjadi pendidik. Menyiapkan tenaga pendidik

tersebut menuntut adanya pengalaman langsung sebagai tenaga pendidik,

Berkaitan dengan pendidikan guru, PPL diartikan sebagai suatu program

pendidikan pra jabatan guru yang dirancang untuk menyiapkan para calon guru

untuk menguasai kemampuan keguruan, sehingga setelah menyelesaikan

pendidikannya dan diangkat menjadi guru, praktikan siap mengemban tugas dan

tanggung jawab sebagai guru. Hal tersebut didukung oleh bekal keilmuan dan

pengalaman yang memadai untuk menjadi seorang calon guru professional

didapat selama proses perkuliahan di Universitas Pendidikan Indonesia

Praktikan PPL yang terjun ke lapangan akan diberikan pembekalan oleh

Dosen Tetap dan Dosen Luar Biasa. buku panduan Program Pengalaman

Lapangan (PPL) UPI (2012: 8) bahwa:

1. Dosen Tetap adalah Dosen yang berasal dari jurusan masing-masing yang ditugaskan oleh pihak UPI untuk membimbing mahasiswa melaksanakan PPL di sekolah yang dijadikan tempat praktik.

2. Dosen Luar Biasa adalah guru yang bertanggung jawab membimbing praktikan selama praktik keguruan berlangsung dan menilai kinerja selama melaksanakan PPL.

Kinerja Praktikan PPL ini dinilai dari empat aspek menurut buku panduan

Program Pengalaman Lapangan (PPL) UPI (2012: 9) meliputi:

1. RPP

2. Penampilan Mengajar 3. Sosial Pribadi

4. Tugas Kependidikan di luar Mengajar

Keberhasilan praktikan dalam melaksanakan empat aspek di atas tidak

(11)

praktikan dalam melaksanakan empat aspek di atas. Berdasarkan hasil

pengamatan dan wawancara dengan beberapa Dosen Luar Biasa mengemukakan

bahwa kompetensi sosial praktikan perlu diperhatikan terutama berkaitan dengan

empat aspek penilaian.

Terkait dengan hal tersebut maka penulis ingin meneliti bagaimana

kompetensi sosial praktikan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Tata Boga

dalam melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) menurut pendapat

Dosen Luar Biasa karena Dosen Luar Biasa adalah pembimbing yang terlibat dan

memantau penuh praktikan ketikan melaksanakan PPL.

Penulis sebagai mahasiswa PKK Program Studi Pendidikan Tata Boga

tertarik untuk mengkaji permasalahan ini melalui sebuah penelitian yang berjudul

“Pendapat Dosen Luar Biasa tentang Kompetensi Sosial Praktikan Program

Pengalaman Lapangan (PPL) Mahasiswa Prodi Pendidikan Tata Boga.”

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah

Permasalahan penelitian berkaitan dengan mengungkap data mengenai

Pendapat Dosen Luar Biasa tentang Kompetensi Sosial Praktikan Program

Pengalaman Lapangan (PPL) Mahasiswa Prodi Tata Boga Angkatan 2009 yang

sedang melaksanakan PPL pada semester ganjil Tahun 2012.

Pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan mahasiswa Program Studi

Pendidikan Tata Boga dilaksanakan selama satu semester di SMK Kelompok

(12)

Perumusan masalah yang dijadikan penelitian perihal kompetensi sosial.

Kompetensi sosial guru yang berdasarkan pada standar kompetensi guru menurut

Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 meliputi:

1. Bersikap insklusif, objektif serta tidak diskriminatif

2. Berkomunikasi secara efektif, empati dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat

3. beradaftasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia 4. Berkomunikasi dengan komunitas sendiri dan profesi lain secara lisan dan

tulisan atau bentuk lain

Luasnya permasalahan kompetensi sosial guru berbeda dengan kompetensi

sosial untuk praktikan Program Pengalaman Lapangan (PPL), maka perlu adanya

pembatasan masalah untuk memudahkan dalam melaksanakan penelitian, lingkup

masalah yang akan diteliti dalam penelitian merujuk pada kinerja Penilaian

Praktikan PPL ini dinilai dari empat aspek menurut buku panduan Program

Pengalaman Lapangan (PPL) UPI (2012: 9) meliputi:

1. RPP

2. Penampilan Mengajar 3. Sosial Pribadi

4. Tugas Kependidikan di luar Mengajar

Ruang lingkup masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dibatasi

pada:

a. Pendapat Dosen Luar Biasa tentang kompetensi sosial yang dilakukan

mahasiswa praktikan PPL meliputi kegiatan interaksi dan komunikasi

dalam bimbingan:

1) Pelaksanaan bimbingan dan konsultasi dalam penyusunan RPP

(13)

b. Pendapat Dosen Luar Biasa tentang kompetensi sosial yang dilakukan

mahasiswa praktikan PPL meliputi kegiatan interaksi dan komunikasi

dalam penampilan mengajar, meliputi:

1) Bersikaf Inkusif (terbuka) kepada peserta didik

2) Bersikap Objektif kepada peserta didik

3) Tidak Diskriminatif dalam proses pembelajaran

c. Pendapat Dosen Luar Biasa tentang kompetensi sosial yang dilakukan

mahasiswa praktikan PPL meliputi kegiatan interaksi dan komunikasi

dalam hubungan sosial pribadi meliputi:

1) Hubungan sosial pribadi dengan Dosen Luar Biasa

2) Hubungan sosial pribadi dengan guru dan tenaga kependidikan lainnya

d. Pendapat Dosen Luar Biasa tentang kompetensi sosial yang dilakukan

mahasiswa praktikan PPL meliputi kegiatan interaksi dan komunikasi

dalam melaksanakan tugas kependidikan di luar mengajar meliputi:

1) Kegiatan upacara bendera

2) Kegiatan ekstrakulikuler

3) Kegiatan piket

4) Kegiatan perpustakaan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut dijadikan dasar judul skripsi yaitu:

“Pendapat Dosen Luar Biasa Tentang Kompetensi Sosial Praktikan

(14)

C. Tujuan Penelitian

Penentuan tujuan merupakan bagian yang penting dalam suatu penelitian

agar penelitian tersebut dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Tujuan

yang ingin dicapai dalam penelitian ini:

a. Untuk mengetahui pendapat Dosen Luar Biasa tentang kompetensi sosial

yang dilakukan mahasiswa praktikan PPL meliputi kegiatan interaksi dan

komunikasi dalam bimbingan dengan Dosen Luar Biasa.

b. Untuk mengetahui Pendapat Dosen Luar Biasa tentang kompetensi sosial

yang dilakukan mahasiswa praktikan PPL meliputi kegiatan interaksi dan

komunikasi dalam penampilan mengajar.

c. Untuk mengetahui Pendapat Dosen Luar Biasa tentang kompetensi sosial

yang dilakukan mahasiswa praktikan PPL meliputi kegiatan interaksi dan

komunikasi dalam hubungan sosial pribadi praktikan PPL dengan Dosen

Luar Biasa, Guru dan Tenaga Pendidik lainnya.

d. Untuk mengetahui Pendapat Dosen Luar Biasa tentang kompetensi sosial

yang dilakukan mahasiswa praktikan PPL meliputi kegiatan interaksi dan

komunikasi dalam melaksanakan tugas kependidikan di luar mengajar.

D.Metode Penelitian

Sesuai dengan permasalahan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pendapat Dosen Luar Biasa mengenai kompetensi sosial praktikan Program

Pengalaman Lapangan (PPL) Program Studi Pendidikan Tata Boga. Berkaitan

(15)

Metode penelitian adalah cara berfikir dan berbuat yang diterapkan dengan

baik untuk mengadakan penelitian dan untuk mencapai tujuan penelitian. Metode

yang digunakan adalah metode deskriftif. Metode penelitian menurut Suharsimi

Arikunto (2006:35) bahwa “apabila peneliti bermaksud mengetahui keadaan

sesuatu mengenai apa, bagaimana, dan sejauh mana dan sebagainya maka

penelitiaanya bersifat deskriftif yaitu menerangkan atau menjelaskan peristiwa”.

E. Manfaat penelitan

Harapan peneliti dari penelitian ini yaitu dapat memberikan manfaat

terhadap pihak yang berhubungan dengan pendidikan yaitu :

1. Jurusan PKK Program Studi Pendidikan Tata Boga

Hasil penelitian ini bisa memberikan masukan kepada Jurusan PKK Program

Studi Pendidikan Tata Boga untuk peningkatan kualitas mahasiswa PKK

khususnya Program Studi Pendidikan Tata Boga.

2. Mahasiswa Prodi Tata Boga

Pentingnya penguasaan kompetensi sosial mahasiswa sebagai calon guru

sehingga dapat menerapkan kompetensi sosial ketika terjun sebagai tenaga

pendidik bidang boga.

3. Dosen Tetap

Hasil penelitian ini bisa memberikan masukan kepada Dosen Tetap untuk

memberikan bimbingan kepada mahasiswa PPL selanjutnya mengenai

kompetensi sosial yang harus dimiliki sehingga dapat memiliki persamaan

(16)

4. Dosen luar biasa

Dari hasil penelitian ini diharapkan dosen luar biasa bisa memberikan

bimbingan kepada mahasiswa PPL untuk bisa bersosialisasi dengan baik di

lingkungan sekolah.

5. Peneliti

Mengembangkan ilmu dan menambah pengalaman peneliti mengenai

pendapat dosen luar biasa tentang kompetensi sosial mahasiswa PPL

sehingga secara khusus peneliti sebagai calon guru memahami kompetensi

sosial yang harus dimiliki seorang guru khususnya guru tata boga sehingga

kelak dapat menjadi guru yang berkualitas.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Penulis menyajikan urutan penulisan setiap Bab sebagai berikut:

1. Bab 1 Pendahuluan, berisi latar belakang penelitian, identifikasi dan

rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian

dan struktur organisasi.

2. Bab II kajian pustaka, berisi teori-teori yang mendukung dan relevan

dengan permasalahan yang sedang diteliti.

3. Bab III Metode penelitian, berisi mengenai lokasi dan subjek penelitian,

desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument

penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data.

4. Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan, berisi mengenai analisis data dan

(17)

5. Bab V Kesimpulan dan saran, menyajikan penafsiran dan pemaknaan

penelitian terhadap hasil analisis temuan penelitian yang disajikan dalam

(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Program Pengalaman Lapangan

Menurut buku Pedoman Program Pengalaman Lapangan (PPL)

Universitas Pendidikan Indonesia (2012:1) bahwa “PPL merupakan bagian

integral dari proses pendidikan pada jenjang S-1 kependidikan yang dimaksudkan

untuk menyediakan pengalaman belajar kepada siswa dalam situasi nyata di

lapangan dalam upaya mencapai kompetensi yang secara utuh telah ditetapkan”.

Mahasiswa terjun dalam situasi yang nyata dengan peran sebagai guru untuk

melatih kesiapan diri dan mental untuk menjadi guru professional jika kelak

menjadi seorang guru.

1. Tujuan

Tujuan PPL menurut Pedoman Program Pengalaman Lapangan (PPL)

Universitas Pendidikan Indonesia (2012:2) bertujuan :

a. Tujuan Umum

Agar para mahasiswa (praktikan) mendapatkan pengalaman kependidikan secara faktual di lapangan dan sebagai wahana untuk mempersiapkan tenaga pendidik dan kependidikan yang profesional. Pengalaman yang dimaksud meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam profesi sebagai pendidik, serta mampu menerapkannya dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran, baik di sekolah maupun di luar sekolah dengan penuh tanggung jawab.

b. Tujuan Khusus

1) Mengenal secara cermat lingkungan sekolah/tempat latihan dalam hal akademik, sosial, fisik, dan administrasi,

2) Dapat menerapkan berbagai pengetahuan dan keterampilan dasar keguruan/kependidikan secara utuh dan terpadu dalam situasi sebenarnya, 3) Memperoleh pengalaman mengajar dalam situasi nyata di sekolah

(19)

Mahasiswa (praktikan) memiliki pengalaman kependidikan langsung di

lapangan sehingga praktikan siap ketika terjun menjadi pendidik yang profesional,

meliputi aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam bidang boga

khususnya, tidak hanya itu praktikan harus mampu bersosialisasi menjadi dengan

melaksanakan seluruh tanggung jawab mengajar maupun kegiatan di luar

mengajar.

2.Pelaksanaan Kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL)

Untuk mencapai tujuan PPL, Mahasiswa PPL perlu menempuh kegiatan

pendahuluan (pralapangan), kegiatan pelaksanaan lapangan, dan kegiatan

pascalapangan di bawah bimbingan Dosen PPL. Kegiatan Inti menurut Pedoman

Program Pengalaman Lapangan (PPL) Universitas Pendidikan Indonesia (2012:3)

yaitu:

a.Bidang praktik keguruan (Pembelajaran di kelas)

1) Menyusun persiapan mengajar (rencana pelaksanaan

pembelajaran/RPP), dengan memperhatikan ketentuan aspek yang dinilai dalam instrumen RPP atas bimbingan Dosen PPL

2) Melaksanakan penampilan mengajar

b. Bidang Praktik Kependidikan

1) Melaksanakan upacara bendera. 2) Layanan perpustakaan.

3) Piket Guru.

4) Ekstrakurikuler (OSIS, Kesenian, Pramuka, PMR, Olah Raga, dan lain-lain) yang disesuaikan dengan kondisi sekolah/tempat latihan.

5) Bimbingan penyuluhan.

Kegiatan yang dilakukan pada PPL ini meliputi kegiatan pembelajaran di

kalas dan praktik kependidikan di luar mengajar. Praktikan harus bisa beradaptasi

dan melaksanakan dua kegiatan itu dengan baik, diperlukan kompetensi untuk

(20)

Tercapai atau tidaknya pelaksanaan PPL diukur melalui kegiatan

penilaian. Penilaian PPL merupakan tolak ukur atau layaknya mahasiswa

dinyatakan lulus, dalam melaksanakan Ujian PPL penilaian dinyatakan sah

apabila sekurang-kurangnya yang memberikan penilaian adalah Dosen Tetap dan

Dosen Luar Biasa. Secara umum yang berhak memberikan penilaian mengacu

pada panduan Pedoman Program Pengalaman Lapangan (PPL) Universitas

Pendidikan Indonesia (2012:8) yaitu:

1. Dosen Luar Biasa PPL, 2. Dosen Tetap PPL;

3. Koordinator Dosen Luar Biasa PPL; 4. Kepala Sekolah;

Penilaian dilakukan oleh Dosen Luar Biasa selaku pembimbing yang

terlibat langsung dan menilai keseharian praktikan, Dosen Pembimbing memantau

secara berkala dan berkonsultasi dengan Dosen Luar Biasa. Koordinator yang

bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi dengan kegiatan Praktikan. Kepala

sekolah memantau seluruh kegiatan PPL.

Sasaran penilaian dalam PPL ini mengacu pada Pedoman Program

Pengalaman Lapangan (PPL) Universitas Pendidikan Indonesia (2012:8):

a. Kegiatan pembelajaran b. Sosial pribadi

c. Tugas kependidikan di luar mengajar d. Laporan PPL

Aspek-aspek yang dinilai dalam kegiatan PPL meliputi seluruh

kemampuan yang ditampilkan oleh mahasiswa praktikan selama dan pada akhir

(ujian) PPL yaitu kegiatan pembelajaran yang meliputi penyusunan rencana

(21)

kependidikan di luar mengajar dan laporan PPL baik laporan individu maupun

kelompok.

Secara khusus, program praktek keguruan menurut Hamalik (1993:4)

bertujuan:

1. Melatih keterampilan mengajar dalam kelas dan di luar sekolah dalam bidang pengajaran tertentu yang menjadi spesialisnya

2. Melatih keterampilan dalam bidang ko kurikuler yang menunjang proses belajar mengajar dan dalam bidang ekstrakulikuler yang secara tak langsung terkait dengan program pendidikan di sekolah

3. Melatih keterampilan dalam bidang administrasi sekolah baik dalam administrasi umum maupun dalam administrasi khusus

4. Melatih sikap dan tanggung jawab yang bermanfaat bagi pelaksanaan tanggung jawabnya sebagai guru

5. Melatih calon guru memiliki kemampuan bermasyarakat yang penting dalam melaksanakan tugasnya di lingkungan sekolah dan di luar sekolah

Praktek keguruan dapat melatih dan mengembangkan pengetahuan, sikap

dan psikomotor. Calon guru harus memiliki pengetahuan luas terkait dengan

materi yang diajarkan dengan menggunakan bahan ajar dengan pengembangan,

tugas seorang calon guru juga bertujuan untuk mempersiapkan tenaga

kependidikan yang professional, baik sebagai guru maupun sebagai tenaga non

guru, yang memiliki kemampuan professional yang memadai agar mampu

melaksanakan tugasnya administrasi pendidikan. Melalui program praktek

keguruan para calon guru kependidikan itu dapat memperluas pengalamannya,

memperdalam pengetahuan dan melatih keterampilan dalam proses mengajar dan

proses belajar mengajar. Calon guru juga memiliki kemampuan bermasyarakat

yang penting dalam melaksanakan tugasnya di lingkungan sekolah dan di luar

(22)

B.Pengertian Kompetensi

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru

dan Dosen dijelaskan bahwa: “kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,

keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh Guru

atau Dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”.

Menurut Uraian Mulyasa (2011:26) terkait pembahasan di atas bahwa:

Dari uraian di atas nampak bahwa kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan, kompetensi guru merujuk pada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu dalam pelaksanaan tugas-tugas pendidikan. Dikatakan rasional karena mempunyai arah dan tujuan sedangkan performace merupakan perilaku nyata dalam hari tidak hanya dapat diamati tetapi mencakup sesuatu yang tidak kasat mata.

Kompetensi guru diperlukan dalam rangka mengembangkan dan

mendemonstrasikan perilaku pendidikan, bukan sekedar mempelajari

keterampilan mengajar tetapi merupakan gabungan dan aplikasi suatu

keterampilan dan pengetahuan yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai dalam

bentuk perilaku yang nyata. Kompetensi menurut Uzer (2009:51) adalah “suatu

hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik kualitatif

maupun kuantitatif”.

“Kompetensi juga dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan

kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya

sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotor

(23)

C.Kompetensi Profesionalisme Guru

Pada Undang-undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada

Bab IV bagaian kesatu pasal 10 ayat (1) dijelaskan “kompetensi guru meliputi

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi professional”

Pengertian guru professional menurut Tambayong (1987)bahwa:

Guru professional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus di bidang keguruan sehingga ia mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal, atau dengan kata lain, guru professional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya.

Sebagai seorang calon guru yang professional, praktikan dituntut memiliki

kemampuan khusus di bidang keguruan agar menjadi terdidik dan terlatih dengan

baik gurna melaksanakan tugasnya sebagai seorang guru.

Untuk menjadi professional seorang guru dituntut memiliki lima hal

sebagai berikut menurut Supriadi (1998):

1. Mempunyai komitmen pada peserta didik dan proses belajarnya

2. Menguasai secara mendalam bahan pelajar yang diajarkan serta cara mengajarnya kepada peserta didik

3. Bertanggung jawab memantau hasil belajar peserta didik melalui berbagai cara evaluasi

4. Mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukanya dan belajar dari pengalamannya

5. Seyogyanya merupakan dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.

Kemampuan guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal,

keilmuan, teknologi, sosial dan spiritual yang secara kaffah membentuk

(24)

terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik pengembangan pribadi dan

profesionalisme.

Sementara menurut Mulyasa (2011:18) menyebutkan indikator yang dapat

dijadikan ukuran karakteristik guru yang dinilai kompeten secara professional

yaitu:

1. Mampu mengembangkan tanggung jawab dengan baik 2. Mampu melaksanakan peran dan fungsinya dengan tepat

3. Mampu bekerja untuk mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah 4. Mampu melaksanakan peran dan fungsinya dalam pembelajaran di

kelas

Guru yang professional mampu mengembangkan tanggung jawabnya

dengan baik dan menjalankan peran dan fungsinya dengan tepat sebagai seorang

guru. Profesi guru yang diembannya merupakan perwujudan untuk melaksanakan

tujuan pendidikan dengan mengimplementasikan perannya di dalam pembelajaran

di dalam maupun di luar kelas.

Pemahaman hakikat manusia dan masyarakat adalah bahwa guru sebagai

seorang manusia yang hakikatnya memiliki sifat dasar manusia juga merupakan

bagian dari masyarakat sehingga tidak terlepas dari kemampuan guru untuk

menjadi bagian dari masyarakat. Seperti yang dijelaskan oleh Mulyasa (2011:11)

bahwa “guru professional tidak hanya dituntut untuk menguasai bidang ilmu,

bahan saja, metode, memotivasi peserta didik, memiliki keterampilan yang tinggi

dan wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan tetapi juga harus memiliki

(25)

D.Kompetensi Sosial

Dari keempat kompetensi professional guru yang telah dijelaskan

sebelumnya, peneliti memfokuskan skripsi ini pada salah satu kompetensi yaitu

kompetensi sosial.

Berdasarkan Permendiknas dalam Baedawi (2012:35) bahwa kompetensi

sosial meliputi:

STANDAR KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN DI SMK/MAK PADA KOMPETENSI SOSIAL

No Kompetensi Sosial Standar kompetensi sosial

1 Bersikap inklusif,

bertindak objektif, serta tidak diskri-minatif

karena pertimbangan

jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.

16.1 Bersikap inklusif dan objektif terhadap peserta didik, teman sejawat dan lingkungan sekitar dalam melaksanakan pembelajaran.

16.2 Tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik, teman sejawat, orang tua peserta didik dan lingkungan sekolah karena perbedaan agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial-ekonomi.

2 Berkomunikasi secara

efektif, empatik, dan santun dengan sesama

pendidik, tenaga

kependidikan, orang tua, dan masyarakat.

17.1 Berkomunikasi dengan teman sejawat dan komuni-tas ilmiah lainnya secara santun, empatik dan efektif.

17.2 Berkomunikasi dengan orang tua peserta didik dan masyarakat secara santun, empatik, dan efektif tentang program pembelajaran dan kemajuan peserta didik.

17.3 Mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik.

3 Beradaptasi di tempat

bertugas di seluruh

wilayah Republik

Indonesia yang memiliki

keragaman sosial

budaya.

18.1 Beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam rangka meningkatkan efektivitas sebagai pendi-dik, termasuk memahami bahasa daerah setempat.

18.2 Melaksanakan berbagai program dalam lingkungan kerja untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah yang bersangkutan.

4 Berkomunikasi dengan

komunitas profesi

sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

19.1 Berkomunikasi dengan teman sejawat, profesi ilmiah, dan komunitas ilmiah lainnya melalui berbagai media dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.

19.2 Mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi

pembelajaran kepada komunitas profesi sendiri secara Iisan dan tulisan atau bentuk lain.

(26)

Dijelaskan pengertian kompetensi sosial dalam Mulyasa (2011:173)

bahwa:

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat sekitar.

Kompetensi sosial, sebagai seorang calon guru bersosialisasi merupakan

salah satu kompetensi yang harus dimiliki dalam pengembangan diri sebagai

proses pembelajaran. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai

bagian dari masyarakat agar dapat bergaul dan berkomunikasi secara efektif baik

dengan peserta didik, orangtua peserta didik, maupun masyarakat baik di dalam

maupun di luar lingkungan sekolah.

Menurut tokoh bernama Quintilianur (Santoso, 2010:7). bahwa “ proses

pendidikan perlu ditanamkan hal-hal yang bersifat kemasyarakatan seperti

norma-norma sosial, sikap sosial, adat kebiasaan dan lain-lain.” Sikap ini didukung oleh

ahli psikologi sosial Kurt Lewin dan F.J Brown dalam Santoso (2010:17)

berpendapat bahwa:

Setiap situasi sosial (lembaga pendidikan) selalu mempengaruhi individu (praktikan) sehingga dalam situasi sosial tersebut yang penting bagaimana individu yang bersangkutan menanggapi dan menginterpretasikan (menafsirkan) situasi sosial serta berbuat sesuai dengan situasi sosialnya.

Situasi sosial praktikan yaitu sekolah pariwisata tempat praktikan

mengajar merupakan lingkungan belajar yang bisa mempengaruhi praktikan

karena di lingkungan tersebut praktikan belajar bagaimana menjadi individu

seorang guru yang sebenarnya di lapangan, belajar bagaimana harus bertindak

(27)

Teori belajar menurut Thorndike menyebutkan bahwa belajar adalah

pembentukan asosiasi (hubungan) antara kesan pancaindra dengan kecenderungan

bertingkah laku (2010:19). Hal ini diperkuat oleh definisi belajar menurut

Drs.Slameto bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan

sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Hal ini terkait dengan proses belajar sosial (social learning)

praktikan PPL. Socialization (sosialisasi) yang menurut E. Reuter yaitu sosialisasi

adalah suatu proses di mana seseorang individu mempelajari fungsi sebagai

anggota kelompok dan bertingkah laku sesuai dengan keharusan dan aturan yang

lain. Praktikan melakukan proses belajar sosial dimana praktikan diharuskan

untuk mengikuti pola sosial dan aturan yang berlaku di sekolah tempat praktikan

mengajar.

Kompetensi sosial menggambarkan bahwa individu bertingkah laku sangat

bergantung pada cara individu tersebut mengenali situasi sosial. Dijelaskan bahwa

Dalam pengamatan terhadap situasi sosial, individu dituntut untuk melaksanakan persepsi sosial yang baik, artinya bagaimana individu menanggapi, berfikiran dan berkeyakinan terhadap situasi sosialnya sehingga individu tersebut dapat mengambil tingkah laku yang benar dan tepat pada situasi sosialnya. (Santoso, 2010:24)

Belajar sosial merupakan suatu proses, dalam situasi sosial setiap individu

harus menciptakan tingkah laku sosial (social behavior). Menurut David

L.Watsen bahwa tingkah laku sosial berhubungan dengan tingkah laku yang

(28)

mampu menguasai dan mengendalikan objek dalam hal ini lingkungan sekolah

dan lingkungan belajar siswa di dalam maupun di luar kelas.

Kompetensi sosial yang dikemukakan oleh Cece Wijaya dan Tabrani

Rusyan (1990:81) meliputi:

1) Terampil berkomunikasi dengan peserta didik; 2) Bersikap simpatik;

3) Dapat bekerja sama dengan dewan pendidikan/komite sekolah; 4) Pandai bergaul dengan karyawan sekerja dan mitra pendidikan; dan

Berdasarkan pendapat di atas bahwa kompetensi sosial yang dimiliki

seorang guru adalah mampu terampil berkomunikasi, simpatik tidak hanya dengan

peserta didik melainkan dengan seluruh guru dan dewan sekolah sehingga mudah

bergaul dan memahami lingkungannya. Kemampuan sosial ini akan mendukung

keberhasilan proses mengajar karena dalam proses mengajar terjadi keterlibatan

tidak hanya dengan peserta didik tetapi dengan seluruh guru dan komite sekolah.

Kompetensi sosial adalah kemampuan guru yang realisasinya mampu

melaksanakan kompetensi yang diperlukan selain menjalankan tugasnya sebagai

seorang pendidik sehingga terdapat kesesuaian antara kompetensi yang dimiliki

oleh seorang guru tidak hanya sebagai pendidik tetapi memiliki kemampuan

sosialisasi yang baik dalam kehidupan.

E.Kompetensi Sosial Praktikan dalam Program Pengalaman Lapangan

Guru dituntut memiliki kompetensi sosial yang memadai, terutama

kaitannya dengan pendidikan yang tidak terbatas pada pembelajaran di sekolah.

Sehubungan dengan luasnya kompetensi sosial maka dibahas secara khusus

(29)

guru praktikan akan memfungsikan dirinya sebagai mahluk sosial di lingkungan

sekolah sehingga mampu berkomunikasi dan bergaul efektif dengan peserta didik,

sesama pendidik, dan tenaga kependidikan.

Kompetensi sosial ini dibatasi pada kompetensi sosial praktikan dalam hal

kinerja Praktikan PPL yang dinilai dari empat aspek menurut buku panduan

Program Pengalaman Lapangan (PPL) UPI (2012: 9) meliputi:

1. RPP

2. Penampilan Mengajar 3. Sosial Pribadi

4. Tugas Kependidikan di luar Mengajar

Pada pelaksanaan kegiatan PPL kompetensi sosial merupakan salah satu

aspek yang menunjuang keberhasilan penilaian, bagaimana praktikan dapat

bersosialisasi dengan baik dalam ke empat aspek penilaian di atas.

1) Kompetensi Sosial Praktikan PPL dalam Melaksanakan Bimbingan dengan Dosen Luar Biasa

Kegiatan PPL merupakan program untuk memberikan pengalaman

langsung kepada praktikan terkait pengalaman menjadi seorang calon pendidik.

Salah satunya adalah kesiapan mengajar dengan penyusunan RPP (Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran). Sebagai calon guru yang memiliki peran seperti yang

dijelaskan oleh Syamsudin (2001:23) bahwa: “Guru berperan sebagai organisator

(penyelenggara) terciptanya proses edukatif yang dapat dipertanggungjawabkan

baik secara formal maupun secara moral”. Untuk itu sebagai seorang calon guru

harus menjadi penyelenggara yang baik dalam proses pembelajaran melalui

penyusunan perencanaan pembelajaran. Sejalan dengan pendapat Sanjaya

(30)

yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, perencanaan

pembelajaran dapat berfungsi sebagai pedoman dalam mendesain pembelajaran

sesuai kebutuhan”.

Terkait dengan bimbingan maka seorang guru memiliki peran dalam

melaksanakan proses transformasi edukatif merupakan perubahan tingkah laku

peserta didik dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor, proses ini menurut

Suhartono (2005:114) berbentuk:

1. Pengajaran yaitu proses perubahan tingkah laku yang terutma tertuju pada pengembangan kemampuan intelektual dan penggunaanya dalam kehidupan

2. Bimbingan yatu proses perubahan tingkah laku terutama tertuju pada pengembangan kemampuan pribadi dan mampu memecahkan sendiri persoalan belajar dan sosial yang dihadapinya

3. Latihan yaitu proses perubahan tingkah laku yang terutama tertju pada penembangan kinerja intelektual, emosianal, dan psikomotorik

Bimbingan harus dilaksanakan dengan suasana yang baik antara praktikan

dengan Dosen Luar Biasa karena praktikan harus bisa menghadapi situasi dengan

menampilkan diri yang baik pula seperti yang dijelaskan (Santoso, 2010:24):

Dalam pengamatan terhadap situasi sosial, individu dituntut untuk melaksanakan persepsi sosial yang baik, artinya bagaimana individu menanggapi, berfikiran dan berkeyakinan terhadap situasi sosialnya sehingga individu tersebut dapat mengambil tingkah laku yang benar dan tepat pada situasi sosialnya.

Kompetensi sosial dalam bimbingan meliputi kegiatan yaitu interaksi dan

komunikasi praktikan dengan Dosen Luar Biasa selaku pembimbing, meliputi:

1. Inisiatif

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “berinisiatif berasal dari kata

(31)

mengembangkan dan memberdayakan sektor kreatifitas daya pikir manusia, untuk

merencanakan idea atau buah pikiran menjadi konsep yang baru yang pada

gilirannya diharapkan dapat berdaya guna dan bermanfaat.

Sejalan dengan pendapat Sanjaya (2008:203) bahwa “manusia yang

berinisiatif adalah manusia yang tanggap terhadap segala perkembangan yakni

manusia yang pandai membaca, menghimpun dan meneliti, manusia yang inisiatif

juga dapat memanfaatkan setiap peluang di setiap pergantian waktu, dan

menjadikannya sebagai kreasi yang berarti”.

2. Komunikasi

Komunikasi menurut Sanjaya (2005:205) bahwa:

Komunikasi merupakan hal yang penting dimana komunikasi merupakan suatu proses dalam menyampaikan dan menerima pesan. Agar pesan dapat diterima dengan baik maka perlu adanya komunikasi yang efektif dalam melaksanakan bimbingan. Oleh karena itu, dalam proses komunikasi diperlukan saluran yang berfungsi untuk mempermudah penyampaian pesan.

Proses belajar hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu adanya

pengirim pesan dan penerima pesan. Proses komunikasi bisa mengalami hambatan

artinya tidak semua pesan mudah diterima oleh penerima pesan. Ada kalanya

pesan yang disampaikan tidak sesuai dengan pesan yang dimaksud. Ada beberapa

factor yang dapat menyebabkan kesalahan komunikasi. Pertama, faktor lemahnya

kemampuan pengirim pesan dalam mengkomunikasikan informasi sehingga pesan

yang disampaikan tidak jelas diterima atau salah menyampaikan. kedua, factor

(32)

dalam proses komunikasi diperlukan saluran yang berfungsi untuk mempermudah

penyampaian pesan.

Komunikasi merupakan hal penting dalam menyampaikan pesan agar

dapat tersampaikan dengan baik. Menurut Mulyana (2008:3) bahwa “komunikasi

terjadi jika setidaknya suatu sumber membangkitkan respon penerima melalui

penyampaian pesan dalam bentuk symbol, baik bentuk verbal (kata-kata) maupun

non verbal (non kata-kata)”.

Perlu adanya penyampaian pesan yang baik agar pesan dapat diterima

dengan baik pula. Penyampaian dapat berupa symbol baik secara verbal yaitu

pemaparan kata dengan jelas maupun non verbal berupa sikap, mimik, perilaku

yang bisa memberikan pesan kepada orang lain. Seorang guru harus mampu

menyampaikan pesan dengan baik kepada siswa dan guru lainnya agar tercipta

satu persepsi yang sama.

4. Tanggung Jawab

Menurut Aedy (2009:110) menyatakan bahwa “sang guru yang mendidik

adalah melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab”. Guru yang

mendidik adalah mereka yang melaksanakan setiap tugasnya dengan penuh

tanggung jawab. Tanggung jawab kepada anak didik, kepada orang tua anak

didik, masyarakat, kepada pengembangan ilmu atau bidang studi yang menjadi

(33)

2) Kompetensi Sosial dalam Kegiatan Mengajar

Gary dan Margaret dalam Mulyasa (2011:21) mengemukakan bahwa guru

yang efektif dan kompeten secara professional memiliki karakteristik sebagai

berikut:

1. Memiliki kemampuan menciptakan iklim belajar yang kondusif 2. Kemampuan mengembangkan strategi dan manajemen pembelajaran 3. Memiliki kemampuan memberikan umpan balik (feed back) dan

penguatan (reinforcement)

4. Memiliki kemampuan untuk peningkatan diri

Guru yang efektif dan kompeten secara professional berkaitan pula dengan

kompetensi sosial dalam kegiatan belajar karena bagaimanapun kegiatan mengajar

melibatkan proses komunikasi dan interaksi guru dan murid. Selanjutnya akan

diuraikan sebagai berikut:

1. Menciptakan iklim belajar yang kondusif

Kemampuan menciptakan iklim belajar yang kondusif menurut Mulyasa

(2011:21) antara lain :

Kemampuan interpersonal untuk menunjukkan empati dan penghargaan kepada peserta didik, hubungan baik dengan peserta didik, menerima dan memperhatikan peserta didik dengan tulis, menunjukan minat dan antusias yang tinggi dalam mengajar, menciptakan iklim untuk tumbuhnya kerjasama, melibatkan peserta didik dalam mengorganisasikan dan merencanakan pembelajaran, mendengarkan dan menghargai hak peserta didik untuk berbicara dalam setiap diskusi, dan meminimalisir setiap permasalahan yang sering terjadi dalam pembelajaran.

Berdasarkan teori di atas bahwa dalam kemampuan interpersonal seorang

guru harus berkepribadian menarik, ramah dan simpatik akan lebih berhasil dalam

menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Ini berarti guru perlu memiliki

(34)

pengaruh positif bagi mereka. Guru bisa memberikan penghargaan kepada peserta

didik sehingga mampu meningkatkan minat dan antusias siswa.

Kemampuan dalam mengelola iklim kelas juga harus bisa ditunjukkan

guru dengan mampu menguasai kelas. Menurut Aedy (2009:89) menyatakan

bahwa:

Seorang guru selalu dituntut untuk berkemampuan dalam menguasai kelas. Dalam kegiatan inilah penyelenggaraan pendidikan berlangsung dengan komunikasi yang dalam antara pendidik dan peserta didik. Pada dasarnya tidak terbatas hanya pada pemberian ceramah melainkan juga berkaitan dengan proses pembelajaran yang komunikatif seperti mengadakan diskusi atau presentasi. Dengan pengelolaan kelas yang baik akan mampu menghasilkan interaksi yang baik di antara guru dan murid.

Iklim yang efektif adalah guru mampu menciptakan komunikasi yang baik

tidak hanya ceramah tetapi juga memberikan memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk mengembangkan berbicara dalam kegiatan diskusi dan mampu

memantau setiap permasalahan dengan melakukan diskusi sehingga terjalin

interaksi yang baik antara guru dan murid.

2. Mengembangkan strategi dan manajeman pembelajaran

Kemampuan mengembangkan strategi dan manajemen pembelajaran

menurut Mulyasa (2011:22) bahwa:

Kemampuan strategi dan menajeman pembelajaran berkaitan dengan kemampuan menghadapi dan menangani peserta didik yang bermasalah, suka menyela, mengalihkan pembicaraan, dan mampu memberikan transisi substansi bahan ajar dalam pembelajaran, serta kemampuan bertanya yang memerlukan tingkat berpikir yang berbeda untuk semua peserta didik.

Stategi dan manajeman pembelajaran berkaitan dengan menangani

(35)

dalam proses pembelajaran. Perlu ada kompetensi sosial yang baik guna mengatur

strategi dan manajemen sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

Salah satu upaya dalam menghadapi anak didik yang bermasalah maka

diperlukan kesabaran seorang guru. Menurut Aedy (2009:58) mengatakan:

Bahwa sifat sabar adalah bagian dari kepribadiannya pada dasarnya bisa dirubah atau dikembangan sesuai dengan pendidikan dan pengembangan yang diberikan. Contoh dan keteladanan, mutlak diperankan oleh guru sehingga anak didik dapat mencontoh gurunya. Mendidik dengan sabar dapat diharapkan menghasilkan pula anak didik yang sabar.

Kesabaran seorang guru diperlukan agar bisa mengatasi siswa yang

bermasalah, dengan kesabaran seorang guru akan mampu mengatasi permasalahan

juga memberikan keteladanan kepada peserta didik. Seorang guru harus memiliki

sikap sabar seperti yang dikemukakan oleh Aedy (2009:58) bahwa “sang guru

yang sedang menjalankan tugas, dengan sabar mengasuh anak didik bila ada

masalah diselesaikan dengan penuh kesabaran”.

Kesabaran tidaklah cukup untuk memberikan pembelajaran kepada peserta

didik, guru memiliki keinginan agar semua muridnya patuh dan disiplin, namun

kadang tidak sedikit guru yang ingin menerapkan disiplin dengan cara yang

berlebihan. Untuk itu perlu kompetensi dalam menerapkan disiplin pada siswa.

Disiplin merupakan hal yang perlu dilakukan guru terhadap siswanya. Seperti

yang dijelaskan pada Prihatin (2011:88):

(36)

Memberikan sangsi kepada siswa yang bermasalah dapat dilakukan dengan

cara yang mendidik berpegang pada norma, ajaran dan kesusilaan. Tidak dengan

kekerasan tetapi melakukan pendekatan personal, tidak mempermalukan siswa di

depan temannya dan memberikan teguran. Jika perlu sangsi yang diberikan dapat

berupa tugas tambahan.

Sebagai seorang guru perlu adanya kemampuan dalam penganggulangan

disiplin, menurut Prihatin (2011:94) hal itu dapat dilakukan dengan :

1) Pengenalan siswa

2) Tindakan korektif yang meliputi: a. Lakukan tindakan bukan ceramah

b. Do not bargain

c. Gunakan control kerja

d. Menyatakan peraturan dan konsekuensinya dengan jelas 3) Tindakan penyembuhan

Pemberian sangsi dalam mendisiplinkan siswa dilakukan tidak dengan

keras melainkan dengan memberikan teguran dan sangsi yang mendidik.

Mendisiplinkan peserta didik dapat dilakukan melalui pendekatan personal siswa,

melakukan tindakan yang mendidik, tidak menyalahkan siswa, mengajari bahwa

siswa telah melanggar peraturan dan mendapatkan konsekuensi yang jelas serta

memberikan bimbingan dan pengarahan agar kesalahan tidak terulang.

Memberikan keteladanan maka guru juga tidak boleh terlambat ketika akan

mengajar seperti yang dikemukakan oleh Syah (2010:19) bahwa:

(37)

Guru sebagai panutan harus memberi contoh kedisiplinan yang baik, tidak

hanya itu dengan kedisiplinan dalam mengajar maka pembelajaran akan

terlaksanan dengan baik.

Untuk melaksanakan pembelajaran yang baik guru harus menguasai materi

yang disampaikan karena di dalam proses pembelajaran guru juga harus

memanajemen siswa dalam kemampuan bertanya. Mengenai kemampuan

bertanya yang memerlukan tingkat berpikir yang berbeda untuk semua peserta

didik maka guru harus memberikan jawaban yang benar dan tepat. Menurut Aedy

(2009: 88) bahwa :

Salah satu ciri guru yang baik adalah mereka yang menguasai materi atau bahan ajar dengan baik, bukan hanya itu guru juga harus mampu mengembangkan materi secara proposional. Guru harus dapat menjawab pertanyaan siswa dengan baik agar siswa benar-benar paham apa yang tidak mereka pahami.

Pemahaman seorang guru akan materi yang disampaikan dapat dilihat dari

penguasaan dan ketepatan jawaban ketika siswa bertanya tentang materi yang

disampaikan, seorang guru seyogyanya harus paham dan benar-benar paham

tentang apa yang disampaikan, untuk itu perlu perencanaan dan pencarian materi

yang matang sebelum menyampaikan materi.

3. Memiliki kemampuan memberikan umpan balik (feed back) dan penguatan

(reinforcement)

Guru harus memiliki kompetensi sosial dalam memberikan umpan balik

(feed back) kepada siswa dan memberikan penguatan (reinforcement) sebagai

(38)

Kemampuan memberikan umpan balik (feed back) dan penguatan

(reinforcement) menurut Mulyasa (2011:22) antara lain:

Memberikan umpan balik yang positif terhadap respon peserta didik, memberikan respon yang sifatnya membantu terhadap peserta didik yang lamban belajar, memberikan tindak lanjut terhadap jawaban peserta didik yang kurang memuaskan dan kemampuan memberikan bantuan professional kepada peserta didik jika diperlukan.

Guru harus bisa memberikan umpan balik yang positif sebagai respon

positif dan motivasi kepada siswa dan memberikan bantuan professional ketika

siswa memerlukan bantuan.

Seorang guru tidak boleh membeda-bedakan peserta didik bagaimanapun

kondisinya bahwa semua peserta didik memiliki hak dan kewajiban yang sama

tanpa melihat jenis kelamin, agama yang dianut, ras, kondisi fisik maupun status

sosial ekonominya. Memberikan umpan balik kepada peserta didik maka guru

harus bersikap tidak diskriminatif, hal ini sesuai dengan standar kompetensi sosial

menurut Permendiknas No.6 Tahun 2007 bahwa “Bersikap inklusif, bertindak

objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras,

kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.”

Memberikan respon harus dengan kasih sayang, Kasih sayang seorang

guru adalah sikap hati dan akhlak mulia yang perlu ditanamkan kepada anak

didik, dengan semangat kasih sayang, anak didik akan mampu membangkitkan

semangat kebersamaan. Maka sang guru yang memiliki kasih sayang, dicintai dan

dihormati oleh anak didiknya. menurut Aedy (2009:55)

(39)

Guru juga harus bersikap bijaksana, kebijaksanaan guru akan sangat

membantu dalam setiap permasalah yang ada pada diri siswa. Siswa akan merasa

dihargai dan diberikan dukungan. Seperti yang dijelaskan oleh Menurut Aedy

(2009:156) bahwa “dengan bijak sang guru akan tegar dan tidak goyang dengan

berbagai masalah yang menghadang baik yang berkaitan dengan anak didik

maupun yang berkaitan dengan penghargaan yang diterimanya.”

4. Memiliki kemampuan untuk peningkatan diri

Kemampuan untuk peningkatan diri menurut Mulyasa (2011:22) antara

lain “menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif, memperluas

dan menambah pengetahuan tentang metode pembelajaran, memanfaatkan

kelompok untuk menciptakan dan mengembangkan metode pengajaran yang

relevan”.

Guru dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan yang

memadai. Guru harus menerapkan pengetahuan dengan metode yang inovatif

dengan meningkatkan kreatifitas pribadi sehingga proses pembelajaran dapat

berjalan efektif.

3) Kompetensi Sosial Pribadi Praktikan

Kompetensi sosial praktikan tidak terlepas dari kepribadian yang

dimilikinya karena sebagai calon guru, praktikan dituntut memiliki kepribadian

(40)

Sesuai dengan pendapat Faldi (2010:28) bahwa:

Guru yang baik harus mampu mempunyai sifat dan kepribadian yang antusias, stimulatif, mendorong siswa untuk maju, hangat, berorientasi pada tugas dan bekerja keras, toleran, sopan dan bijaksana. Ia pun harus bisa dipercaya, fleksibel, dan mudah menyesuaikan diri, demokratis, bertanggung jawab terhadap kegiatan belajar.

Sifat dan kepribadian yang dicirikan oleh antusias dalam mengajar, dapat

merangsang siswa untuk belajar dan mampu mengajak siswa untuk terus maju.

Sikap ini didukung dengan pribadi yang hangat, pekerja keras dan dapat

dipercaya, harus mampu berkomunikasi dengan bahasa yang baik.

Kepribadian yang digambarkan oleh Aedy (2009:101) bahwa:

Seseorang yang berkepribadian menarik, akan lebih mudah menyesuaikan dan akan lebih berhasil dalam menjalankan sebuah tugas. Guru adalah salah satu tugas yang berhubungan langsung dengan manusia, karena itu guru yang berkepribadian menarik dan simpatik akan lebih berhasil dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik.

Kompetensi sosial dan kepribadian seorang guru menjadikan guru mudah

menyesuaikan diri dan membantu dalam melaksanakan tugas seorang guru karena

bagaimanapun peran guru tidak terlepas dari interaksi di dalam maupun di luar

proses pembelajaran.

Guru yang baik menurut Aedy (2009:79) adalah “mereka yang hangat

dengan anak didiknya. Dengan kehangatan akan terjadi interaksi positif dengan

anak didik, maka pelajaran dan nasihat yang disampaikan keada siswa akan

mudah dicerna, mudah diserap dan diamalkan”.

Interaksi yang positif dapat diciptakan guru dengan menjalin komunkasi

yang baik dan interaksi yang hangat sehingga penyampaian pesan dari guru

(41)

sikap yang kasar, maka guru yang berhasil adalah mereka yang punya komitmen

kuat untuk merubah orang lain termasuk merubah diri sendiri untuk lebih baik.

Guru memotivasi peserta didik untuk maju, untuk berilmu, dan berubah menjadi

diri sendiri. Menjadi guru yang memiliki kehangatan dan kelembutan seperti

pendapat Aedy (2009:109) bahwa “guru harus memperlihatkan kelembutan dan

kehangatan dengan anak didik baik di dalam maupun di luar kelas. Santun dalam

bersikap dan ramah dalam bergaul adalah modal dasar bagi guru untuk menjadi

pendidik yang baik, dan menarik simpati anak didik”.

Interaksi positif juga akan terjalin jika guru mampu memaafkan anak

didiknya. Seperti yang dikemukan oleh Aedy (2009:57) bahwa

Sang guru yang baik adalah mereka yang suka meminta maaf dan memaafkan anak didik, jika berbuat keliru atau salah, dan ketika sang guru berbuat salah akan meluruskan kesalahannya dengan cara seperti itu berarti guru susah menamakan sifat yang baik untuk diri, orang lain dan anak didiknya.

Guru sebagai seorang pendidik harus bisa mengakui kesalahan pribadi dan

memaafkan kesalahan orang lain termasuk anak didiknya.

Wibawa seorang guru juga dilihat dari penampilan diri. Guru harus

mampu menampilkan diri yang baik dengan beretikan dalam berbusana sebagai

calon pendidik. Menurut Munir (2010: 142) bahwa

Pembangunan wibawa menutut guru untuk berinteraksi secara dekat dengan para siswa baik interaksi fisik (berpenampilan) maupun psikis. Jika dalam berinteraksi siswa terganggu oleh penampilan yang kurang pantas maka proses interaksi psikisnya akan terganggu.

Interaksi guru tidak terlepas dari interaksi fisik dan psikis, jika siswa

terganggu dengan penampilan guru yang mengajar maka konsentrasi

(42)

4) Kompetensi Sosial dalam Melaksanakan Kegiatan Di Luar Mengajar

Kompetensi sosial guru dapat dilihat dari bagaimana keaktifannya dalam

kegiatan yang ada di sekolah. Tidak hanya sebagai menjalankan tugas sebagai

guru di kelas tetapi juga berpartisipasi aktif dalam kegiatan sekolah dan ini

merupakan bagian dari tanggung jawabnya, seperti pendapat Aedy (2009:110)

bahwa “Guru yang mendidik adalah mereka yang melaksanakan setiap tugasnya

dengan penuh tanggung jawab.” Kegiatan PPL ini meliputi beberapa kegiatan di

luar mengajar yaitu seperti yang dijelaskan pada Buku Pedoman Program

Pengalaman Lapangan UPI (2012:3):

a. Bidang Praktik Kependidikan

1) Melaksanakan upacara bendera. 2) Layanan perpustakaan.

3) Piket Guru.

4) Ekstrakurikuler (OSIS, Kesenian, Pramuka, PMR, Olah Raga, dan lain- lain) yang disesuaikan dengan kondisi sekolah/tempat latihan

Praktik kependidikan di sekolah yang merupakan kegiatan di luar

mengajar merupakan hal yang perlu diikuti terutama menyangkut kompetensi

sosial praktikan. Kegiatan ini meliputi pelaksanaan upacara bendera, layanan

perpustakaan, piket guru dan ekstrakulikuler. Kegiatan ini merupakan kegiatan di

luar mengajar yang umum dilakukan oleh guru.

Salah satu dari kegiatan di luar mengajar adalah melaksanakan kegiatan

administrasi pendidikan seperti yang dijelaskan oleh Kusnandar (2007:67) bahwa

“guru harus memiliki kemampuan dasar dalam mengenal dan menyelenggarakan

administrasi sekolah”. Kemampuan tidak hanya mengelola administrasi sekolah

tetapi juga bagaimana dapat menjalin hubungan baik dengan tenaga administrasi

(43)

Kegiatan esktrakulikuler dapat membangun wibawa seorang guru seperti

yang dikemukakan oleh Abdullah (2010:117) bahwa “dukungan terhadap

pembangunan wibawa guru juga dapat diperoleh dari kegiatan ekstrakulikuler

yang sesuai dan sejalan dengan visi dan misi sekolah”. Banyak kegiatan

ekstrakulikuler yang diyakini mampu memberi dampak positif pada tumbuhnya

sikap tertib dan disiplin.Sejalan dengan pendapat tersebut menurut Prihatin

(2011:36):

Kegiatan ekstrakulikuler merupakan kegiatan tambahan di suatu lembaga pendidikan, yang dilaksanakan di luar kegiatan kulikuler, kegiatan in banyak ragamnya antara lain kesenian, olahraga, kepramukaan, keagamaan, dan sebagainya.Disamping membentuk bakat eskul juga dapat membentuk wawasan dan kepribadian anak didik. Agar eskul ini dapat berhasil dan berdaya guna dapat dibina sesuai dengan visi sekolah oleh guru.

Guru diharapkan mampu berpartisipasi agar dapat melakukan

pengembangan diri siswa. Seperti yang dijelaskan oleh Prihatin (2011:171) bahwa

“kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan secara klasikal pada jam efektif,

namun seyogyanya lebih banyak dilakukan di luar jam regular, baik melalui

kegiatan yang dilembagakan maupun secara temporer bersifat individual maupun

kelompok”.

Calon guru dapat melatih pengembangan diri melalui kegiatan di luar

mengajar baik bersifat individual maupun kelompok. Kegiatan ini berguna untuk

melatih kepribadian, sosialisasi dan menunjang proses belajar. sejalan dengan

pendapat Hamalik (1993:4) bahwa “melatih keterampilan dalam bidang ko

kurikuler yang menunjang proses belajar mengajar dan dalam bidang

ekstrakulikuler yang secara tak langsung terkait dengan program pendidikan di

(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Kesimpulan ini berdasarkan latar belakang masalah, tujuan penelitian,

hasil pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian “Pendapat Dosen Luar

Biasa tentang Kompetensi Sosial Praktikan Program Pengalaman Lapangan (PPL)

Mahasiswa Prodi Tata Boga.” Penelitian terbatas pada praktikan PPL Angkatan

2009/2010, adalah sebagai berikut :

1. Pendapat Dosen Luar Biasa tentang Kompetensi Sosial Praktikan dalam Bimbingan Penyusunan RPP

Pendapat Dosen Luar Biasa tentang kompetensi sosial praktikan dalam

pelaksanaan bimbingan dengan Dosen Luar Biasa, menunjukkan lebih dari

setengahnya berpendapat bahwa praktikan memiliki tata krama yang baik dengan

Dosen Luar Biasa perihal bimbingan, masing-masing kurang dari setengahnya

responden berpendapat bahwa praktikan selalu bersikap terbuka dalam menerima

kritikan dari Dosen Luar Biasa, selalu berkomunikasi dengan baik perihal

bimbingan, selalu bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas mengajar, sering

melakukan kegiatan greeting dengan Dosen Luar Biasa dan kadang-kadang

memiliki inisiasi dalam proses bimbingan.

Dilihat dari data persentase rekapitulasi pada tabel 4.32, presentase

terbesar untuk kompetensi sosial praktikan dalam kegiatan bimbingan berada pada

menunjukkan pendapat responden bahwa praktikan selalu bertutur kata dengan

(45)

2. Pendapat Dosen Luar Biasa tentang Kompetensi Sosial Praktikan PPL Prodi Tata Boga di Dalam Kegiatan Mengajar

Pendapat Dosen Luar Biasa tentang kompetensi sosial praktikan di dalam

kegiatan mengajar merupakan interaksi dan komunikasi praktikan dengan siswa

dalam proses pembelajaran, lebih dari setengahnya responden berpendapat bahwa

praktikan bersikap tidak diskriminatif kepada peserta didik, masing-masing

kurang dari setengahnya responden berpendapat bahwa praktikan selalu disiplin

dengan hadir tepat waktu, selalu sabar dalam menghadapi siswa yang kurang

memperhatikan, selalu ramah kepada siswa, selalu bertutur kata yang baik,

kadang-kadang bersikap simpati dan peduli kepada siswa, sering memberikan

penghargaan terhadap hasil belajar siswa, sangat sering mampu menghidupkan

suasana kelas, sering terbuka dan jujur akan kemampuan penguasaan materi.

Dilihat dari data persentase rekapitulasi pada tabel 4.33, presentase

terbesar untuk kompetensi sosial Praktikan PPL di dalam kegiatan mengajar

menunjukkan pendapat responden bahwa praktikan selalu tidak

membeda-bedakan siswa berdasarkan suku, agama dan status sosialnya.

3. Pendapat Dosen Luar Biasa tentang Kompetensi Sosial Pribadi Praktikan PPL Prodi Tata Boga

Pendapat Dosen Luar Biasa tentang kompetensi sosial pribadi praktikan,

lebih dari setengahnya responden berpendapat bahwa praktikan selalu

menunjukkan bersikap sopan kepada guru dan staff administrasi, selalu mengakui

kesalahan apabila berbuat salah, selalu beretika yang baik dalam hal berbusana

(46)

Dilihat dari data persentase rekapitulasi pada tabel 4.34, presentase

terbesar untuk kompetensi sosial pribadi praktikan PPL menunjukkan pendapat

responden bahwa praktikan selalu berinisiatif bertanya apabila ada hal yang

kurang dimengerti.

4. Pendapat Dosen Luar Biasa tentang Kompetensi Sosial Praktikan PPL Prodi Tata Boga pada Kegiatan Di Luar Mengajar

Pendapat Dosen Luar Biasa tentang kompetensi sosial praktikan PPL pada

kegiatan di luar mengajar, kurang dari setengahnya responden berpendapat bahwa

praktikan selalu disiplin dalam mengikuti upacara bendera, selalu berpartisipasi

praktikan dalam pelaksanaan upacara bendera, selalu bertanggung jawab

praktikan dalam melaksanakan kegiatan ekstrakulikuler, selalu bertanggung jawab

praktikan sebagai petugas perpustakaan, selalu bekerjasama praktikan dengan

praktikan lainnya dan sering komunikasi praktikan dalam mengkomunikasikan

kegiatan PPL dengan Dosen Pembimbing, kadang-kadang aktif dalam mengikuti

kegiatan eskul.

Dilihat dari data persentase rekapitulasi pada tabel 4.35, presentase

terbesar untuk kompetensi sosial praktikan PPL untuk kegiatan di luar mengajar

dalam kegiatan bimbingan menunjukkan pendapat responden bahwa praktikan

(47)

B.Saran

Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa Praktikan PPL Prodi Pendidikan Tata Boga Angkatan 2009/2010

Berdasarkan kesimpulan dan data hasil penelitian, peneliti memberikan

saran kepada mahasiswa praktikan PPL yang menjadi bahan penilaian responden

yaitu Mahasiswa Prodi Pendidikan Tata Boga 2009/2010 yang sudah

menyelesaikan PPL, diharapkan agar hasil penelitian ini menjadi bahan perbaikan

untuk kualitas pribadi mahasiswa dalam kompetensi sosial ketika PPL agar kelak

ketika menjadi seorang guru yang sesungguhnya, hal-hal yang menjadi penelitian

ini dapat diterapkan dan ditingkatkan. Berdasarkan penelitian bahwa perlu adanya

perhatian dan peningkatan yang meliputi keinginan pribadi praktikan dalam

kegiatan greeting dengan Dosen Luar Biasa dan inisiasi dalam proses bimbingan,

penghargaan terhadap hasil belajar siswa, meningkatkan kemampuan

menghidupkan suasana kelas, selalu terbuka dan jujur akan kemampuan

penguasaan materi. memperhatikan keaktifan dalam mengikuti kegiatan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Sampah-sampah yang digunakan sebagai bahan mentah briket adalah sampah kertas, bambu, serbuk gergaji, ampas tebu, daun, dan sampah organik lainnya.. Setelah dipilah, material

PERANG KOALISI VI: SUATU KAJIAN MENGENAI KEKALAHAN PASUKAN NAPOLEON DALAM PERTEMPURAN DI RUSIA (1812).. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Analisis gugus fungsi IRnatrium karboksimetil selulosa sekam padi dan natrium karboksimetil selulosa komersil yaitu keduanya memiliki gugus fungsi yang sama dan analisis

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Suplementasi Tepung Kayu Manis (Cinnamomum burmanii) Terhadap Karakteristik Molekuler Protein Adonan

Pada penelitian ini, digunakan tiga masukan (masukan saklar, masukan keypad matriks, masukan analog) dan tiga penampil (LED, LCD, 7 segmen).. Penggunaan masukan dan penampil

Rasio merupakan salah satu metode untuk menilai kondisi keuangan perusahaan berdasarkan perhitungan-perhitungan rasio atas dasar analisis kuantitatif,