DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR DIAGRAM ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Metode Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 8
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11
A. Program Pengalaman Lapangan (PPL) ... 11
B. Pengertian Kompetensi ... 15
C. Kompetensi Profesionalisme Guru ... 16
D. Kompetensi Sosial ... 18
E. Kompetensi Sosial Praktikan dalam PPL ... 21
1) Kompetensi Sosial dalam Melaksanakan Bimbingan Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) ... 22
2) Kompetensi Sosial dalam Kegiatan Mengajar ... 26
3) Kompetensi Sosial Pribadi Praktikan ... 32
4) Kompetensi Sosial dalam Melaksanakan Kegiatan Di Luar Mengajar ... 35
BAB III METODE PENELITIAN ... 37
A. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 37
B. Tahapan Penelitian ... 38
C. Metode Penelitian ... 38
D. Definisi Operational ... 39
E. Instrumen Penelitian ... 41
F. Teknik Pengumpulan Data ... 41
G. Analisis Data ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 105
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 113
lampiran I Kisi-Kisi Instrumen ... 113
Lampiran II Instrumen Penelitian ... 120
Lampiran III Surat-Surat ... 130
Lampiran IV Lain-lain ... 139
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Inisiasi Praktikan PPL dalam Bimbingan RPP dengan Dosen
Luar Biasa menurut Pendapat Responden………. 40
Tabel 4.2 Kebiasaan “Greeting” yang Dilakukan Praktikan PPL
menurut Pendapat
Responden………...
41
Tabel 4.3 Sikap Terbuka Praktikan PPL terhadap Kritik menurut
Pendapat Responden……….. 42
Tabel 4.4 Komunikasi tentang Waktu Pelaksanaan Bimbingan RPP Praktikan PPL ke Dosen Luar Biasa menurut Pendapat
Responden………..
.
43
Tabel 4.5 Tanggung Jawab yang Ditunjukan Praktikan PPL dalam
Melaksanakan Tugas Mengajar menurut Pendapat
Responden………
44
Tabel 4.6 Tata Krama Praktikan PPL dalam Melakukan Bimbingan
menurut Pendapat Responden ……… 45
Tabel 4.7 Kedisiplinan dalam Mengajar yang Ditunjukan Praktikan PPL
menurut Pendapat Responden……… 46
Tabel 4.8 Sikap Simpati dan Kepedulian Praktikan PPL kepada Siswa
menurut Pendapat Responden………
47
Tabel 4.9 Penghargaan Praktikan PPL kepada Siswa yang Bertanya
menurut Pendapat Responden……… 52
Tabel 4.10 Sikap Sabar Praktikan PPL dalam Menghadapi Siswa tidak
Memperhatikan menurut Pendapat Responden ……… 53
Tabel 4.11 Sikap Terbuka dan Jujur Praktikan PPL pada Kemampuan
Penguasaan Bahan Ajar menurut Pendapat Responden ……… 54
Tabel 4.12 Cara Praktikan PPL Memberikan Penghargaan pada Siswa
menurut Pendapat Responden ……… 55
Tabel 4.13.1 Cara Praktikan PPL Memberikan Teguran Kepada Siswa
menurut Pendapat Responden……… 56
Tabel 4.13.2 Cara Praktikan PPL dalam Menegur Siswa yang Kurang Kooperatif menurut Pendapat Responden
Tabel 4.13.3 Cara Praktikan PPL dalam Memberikan Sangsi kepada Siswa
yang Tidak Memperhatikan menurut Pendapat
Responden………..
58
Tabel 4.14 Sikap Praktikan PPL dalam Menghidupkan Suasana Kelas
ketika Sudah Tidak Kondusif menurut Pendapat Responden ... 59
Tabel 4.15 Sikap Ramah Praktikan PPL kepada Semua Siswa menurut
Pendapat Responden ... 60
Tabel 4.16 Sikap Praktikan PPL, Tidak Bersikap Diskriminatif terhadap
Siswa menurut Pendapat Responden ... 61
Tabel 4.17 Sikap dan Tutur Kata Praktikan PPL ketika Bertemu dengan Dosen Luar Biasa menurut Pendapat Responden ...
62
Tabel 4.18 Sikap Praktikan PPL ketika Bertemu dengan Ibu/Bapak Guru
menurut Pendapat Responden ... 63
Tabel 4.19 Sikap Praktikan PPL dalam Menjalin Hubungan Baik dengan
Tenaga Administrasi di Sekolah menurut Pendapat Responden ... 64
Tabel 4.20 Sikap Praktikan dalam Meminta Maaf Jika Melakukan
Kesalahan menurut Pendapat Responden ………. 65
Tabel 4.21 Etika Berbusana Praktikan PPL sebagai Calon Pendidik menurut Pendapat Responden ...
66
Tabel 4.22 Sikap Praktikan PPL dalam Mengkomunikasikan ketika Mendapat Halangan untuk Mengajar menurut Pendapat
Responden ... 67
Tabel 4.23 Kedisiplinan Praktikan PPL dalam Melaksanakan Upacara
Bendera menurut Pendapat Responden……… 68
Tabel 4.24 Partisipasi Praktikan PPL dalam Kegiatan Upacara Bendera menurut Pendapat Responden ...
69
Tabel 4.25 Keaktifan Praktikan PPL dalam Mengikuti Kegiatan Ekstrakulikuler menurut Pendapat Responden ...
70
Tabel 4.26 Tanggung Jawab Praktikan PPL sebagai Petugas Piket menurut Pendapat Responden ...
71
Tabel 4.27 Sikap dan Tanggung Jawab Praktikan PPL sebagai Petugas
Tabel 4.28 Kerjasama Praktikan PPL dengan Praktikan Lainnya dalam
Melaksanakan Kegiatan PPL menurut Pendapat Responden ... 73
Tabel 4.29 Komunikasi Praktikan PPL dengan Anggota Kelompok Lainnya dalam Melaksanakan Kegiatan PPL menurut
Pendapat Responden ... 74
Tabel 4.30 Komunikasi Praktikan PPL dalam Mengkomunikasikan Kegiatan PPL dengan Dosen Pembimbing menurut Pendapat
Responden ... 75
Tabel 4.31 Masukan dari Dosen Luar Biasa tentang Kompetensi
Praktikan PPL ... 76
Lanjutan Tabel 4.31
Masukan dari Dosen Luar Biasa tentang Kompetensi
Praktikan PPL ... 77
Lanjutan Tabel 4.31
Masukan dari Dosen Luar Biasa tentang Kompetensi
Praktikan PPL ... 78
Tabel 4.32 Rekapitulasi Presentase Kompetensi Sosial Praktikan dalam
Bimbingan ... 84
Tabel 4.33 Rekapitulasi Presentase Kompetensi Sosial Praktikan Di Dalam Kegiatan Belajar ...
90
Tabel 4.34 Rekapitulasi Presentase Kompetensi Sosial Pribadi Praktikan ...96
Tabel 4.34 Rekapitulasi Presentase Kompetensi Sosial Praktikan pada
DAFTAR DIAGRAM
Diagram Halaman
Diagram 4.1 Persentase Kompetensi Sosial Praktikan dalam
Bimbingan RPP…...………. 80
Diagram 4.2 Persentase Kompetensi Sosial Praktikan dalam Kegiatan
Belajar……… 85
Diagram 4.3 Persentase Kompetensi Sosial Pribadi Praktikan……….. 92
Diagram 4.4 Persentase Kompetensi Sosial Praktikan dalam Kegiatan
di Luar Mengajar ………..
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran I Kisi-Kisi Instrumen ………. 113
Lampiran II Instrumen Penelitian ……… 120
Lampiran III Surat-Surat……… 130
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Universitas Pendidikan Indonesia merupakan salah satu jenjang
pendidikan formal yang salah satu tujuannya adalah untuk menghasilkan Calon
Guru yang berkualitas sehingga menjadi tenaga pendidik yang Professional. Guru
yang professional menurut Undang-undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen pada Bab IV bagian kesatu pasal 1 ayat 10 dijelaskan bahwa “kompetensi
guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial
dan kompetensi professional”. Menurut Saondi & Suherman (2009:57) dijelaskan
bahwa kompetensi professional guru meliputi:
1. Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik.
2. Kompetensi Kepribadian adalah karakteristik pribadi yang harus dimiliki guru sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa. 3. Kompetensi Professional yaitu kemampuan guru dalam menguasai materi
pelajaran secara luas dan mendalam.
4. Kompetensi Sosial yaitu kemempuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif.
Kompetensi merupakan bagian yang terpisahkan dari guru dalam
melaksanakan profesinya. Kompetensi merupakan modal dasar bagi guru dalam
membina dan mendidik peserta didik sehingga tercapai mutu pendidikan yang
lebih baik. Jika calon guru tidak mempunyai kompetensi professional maka akan
sulit terwujud pelaksanaan proses kegiatan pendidikan di sekolah akan menjadi
lebih baik dan terarah.
Keterbatasan empat kompetensi standar yang dimiliki oleh guru akan
kompetensi professional salah satu yang menjadi kajian penulis adalah
kompetensi sosial. Kompetensi sosial menurut Surya Surya dalam Firdaus
&Barnawi (2011:36) mengemukakan bahwa “kompetensi sosial adalah
kemampuan yang diperlukan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain”.
Kompetensi sosial dalam hal ini adalah menyangkut kemampuan komunikasi,
interaksi dan menyesuaikan diri dengan peserta didik dan tenaga kependidikan
lainnya di lingkungan sekolah.
Seorang guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada peserta didik
tetapi juga sebagai panutan bagi peserta didik dan lingkungan Untuk itu perlu
memiliki kompetensi sosial yang baik. Seperti yang dikemukakan Ihsan
(1995:11) bahwa :
Tugas seorang guru tidak hanya memiliki kemampuan akademis dalam menstransfer ilmu pengetahuan tetapi juga tugas seorang guru adalah mendidik yang pada prinsipnya mendidik adalah memberi tuntunan, bantuan, pertolongan kepada peserta didik.
Untuk mendukung mahasiswa memiliki kompetensi tersebut, Universitas
Pendidikan Indonesia memiliki mata kuliah yang terkait yaitu Program
Pengalaman Lapangan (PPL) yang wajib diikuti untuk mahasiswa program
pendidikan menurut pedoman akademik Universitas Pendidikan Indonesia
(2012:46)
Program Pengalaman Lapangan (PPL) ini merupakan upaya untuk melatih
dan mempersiapkan diri untuk menjadi pendidik. Menyiapkan tenaga pendidik
tersebut menuntut adanya pengalaman langsung sebagai tenaga pendidik,
Berkaitan dengan pendidikan guru, PPL diartikan sebagai suatu program
pendidikan pra jabatan guru yang dirancang untuk menyiapkan para calon guru
untuk menguasai kemampuan keguruan, sehingga setelah menyelesaikan
pendidikannya dan diangkat menjadi guru, praktikan siap mengemban tugas dan
tanggung jawab sebagai guru. Hal tersebut didukung oleh bekal keilmuan dan
pengalaman yang memadai untuk menjadi seorang calon guru professional
didapat selama proses perkuliahan di Universitas Pendidikan Indonesia
Praktikan PPL yang terjun ke lapangan akan diberikan pembekalan oleh
Dosen Tetap dan Dosen Luar Biasa. buku panduan Program Pengalaman
Lapangan (PPL) UPI (2012: 8) bahwa:
1. Dosen Tetap adalah Dosen yang berasal dari jurusan masing-masing yang ditugaskan oleh pihak UPI untuk membimbing mahasiswa melaksanakan PPL di sekolah yang dijadikan tempat praktik.
2. Dosen Luar Biasa adalah guru yang bertanggung jawab membimbing praktikan selama praktik keguruan berlangsung dan menilai kinerja selama melaksanakan PPL.
Kinerja Praktikan PPL ini dinilai dari empat aspek menurut buku panduan
Program Pengalaman Lapangan (PPL) UPI (2012: 9) meliputi:
1. RPP
2. Penampilan Mengajar 3. Sosial Pribadi
4. Tugas Kependidikan di luar Mengajar
Keberhasilan praktikan dalam melaksanakan empat aspek di atas tidak
praktikan dalam melaksanakan empat aspek di atas. Berdasarkan hasil
pengamatan dan wawancara dengan beberapa Dosen Luar Biasa mengemukakan
bahwa kompetensi sosial praktikan perlu diperhatikan terutama berkaitan dengan
empat aspek penilaian.
Terkait dengan hal tersebut maka penulis ingin meneliti bagaimana
kompetensi sosial praktikan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Tata Boga
dalam melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) menurut pendapat
Dosen Luar Biasa karena Dosen Luar Biasa adalah pembimbing yang terlibat dan
memantau penuh praktikan ketikan melaksanakan PPL.
Penulis sebagai mahasiswa PKK Program Studi Pendidikan Tata Boga
tertarik untuk mengkaji permasalahan ini melalui sebuah penelitian yang berjudul
“Pendapat Dosen Luar Biasa tentang Kompetensi Sosial Praktikan Program
Pengalaman Lapangan (PPL) Mahasiswa Prodi Pendidikan Tata Boga.”
B.Identifikasi dan Perumusan Masalah
Permasalahan penelitian berkaitan dengan mengungkap data mengenai
Pendapat Dosen Luar Biasa tentang Kompetensi Sosial Praktikan Program
Pengalaman Lapangan (PPL) Mahasiswa Prodi Tata Boga Angkatan 2009 yang
sedang melaksanakan PPL pada semester ganjil Tahun 2012.
Pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan mahasiswa Program Studi
Pendidikan Tata Boga dilaksanakan selama satu semester di SMK Kelompok
Perumusan masalah yang dijadikan penelitian perihal kompetensi sosial.
Kompetensi sosial guru yang berdasarkan pada standar kompetensi guru menurut
Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 meliputi:
1. Bersikap insklusif, objektif serta tidak diskriminatif
2. Berkomunikasi secara efektif, empati dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat
3. beradaftasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia 4. Berkomunikasi dengan komunitas sendiri dan profesi lain secara lisan dan
tulisan atau bentuk lain
Luasnya permasalahan kompetensi sosial guru berbeda dengan kompetensi
sosial untuk praktikan Program Pengalaman Lapangan (PPL), maka perlu adanya
pembatasan masalah untuk memudahkan dalam melaksanakan penelitian, lingkup
masalah yang akan diteliti dalam penelitian merujuk pada kinerja Penilaian
Praktikan PPL ini dinilai dari empat aspek menurut buku panduan Program
Pengalaman Lapangan (PPL) UPI (2012: 9) meliputi:
1. RPP
2. Penampilan Mengajar 3. Sosial Pribadi
4. Tugas Kependidikan di luar Mengajar
Ruang lingkup masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dibatasi
pada:
a. Pendapat Dosen Luar Biasa tentang kompetensi sosial yang dilakukan
mahasiswa praktikan PPL meliputi kegiatan interaksi dan komunikasi
dalam bimbingan:
1) Pelaksanaan bimbingan dan konsultasi dalam penyusunan RPP
b. Pendapat Dosen Luar Biasa tentang kompetensi sosial yang dilakukan
mahasiswa praktikan PPL meliputi kegiatan interaksi dan komunikasi
dalam penampilan mengajar, meliputi:
1) Bersikaf Inkusif (terbuka) kepada peserta didik
2) Bersikap Objektif kepada peserta didik
3) Tidak Diskriminatif dalam proses pembelajaran
c. Pendapat Dosen Luar Biasa tentang kompetensi sosial yang dilakukan
mahasiswa praktikan PPL meliputi kegiatan interaksi dan komunikasi
dalam hubungan sosial pribadi meliputi:
1) Hubungan sosial pribadi dengan Dosen Luar Biasa
2) Hubungan sosial pribadi dengan guru dan tenaga kependidikan lainnya
d. Pendapat Dosen Luar Biasa tentang kompetensi sosial yang dilakukan
mahasiswa praktikan PPL meliputi kegiatan interaksi dan komunikasi
dalam melaksanakan tugas kependidikan di luar mengajar meliputi:
1) Kegiatan upacara bendera
2) Kegiatan ekstrakulikuler
3) Kegiatan piket
4) Kegiatan perpustakaan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut dijadikan dasar judul skripsi yaitu:
“Pendapat Dosen Luar Biasa Tentang Kompetensi Sosial Praktikan
C. Tujuan Penelitian
Penentuan tujuan merupakan bagian yang penting dalam suatu penelitian
agar penelitian tersebut dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini:
a. Untuk mengetahui pendapat Dosen Luar Biasa tentang kompetensi sosial
yang dilakukan mahasiswa praktikan PPL meliputi kegiatan interaksi dan
komunikasi dalam bimbingan dengan Dosen Luar Biasa.
b. Untuk mengetahui Pendapat Dosen Luar Biasa tentang kompetensi sosial
yang dilakukan mahasiswa praktikan PPL meliputi kegiatan interaksi dan
komunikasi dalam penampilan mengajar.
c. Untuk mengetahui Pendapat Dosen Luar Biasa tentang kompetensi sosial
yang dilakukan mahasiswa praktikan PPL meliputi kegiatan interaksi dan
komunikasi dalam hubungan sosial pribadi praktikan PPL dengan Dosen
Luar Biasa, Guru dan Tenaga Pendidik lainnya.
d. Untuk mengetahui Pendapat Dosen Luar Biasa tentang kompetensi sosial
yang dilakukan mahasiswa praktikan PPL meliputi kegiatan interaksi dan
komunikasi dalam melaksanakan tugas kependidikan di luar mengajar.
D.Metode Penelitian
Sesuai dengan permasalahan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pendapat Dosen Luar Biasa mengenai kompetensi sosial praktikan Program
Pengalaman Lapangan (PPL) Program Studi Pendidikan Tata Boga. Berkaitan
Metode penelitian adalah cara berfikir dan berbuat yang diterapkan dengan
baik untuk mengadakan penelitian dan untuk mencapai tujuan penelitian. Metode
yang digunakan adalah metode deskriftif. Metode penelitian menurut Suharsimi
Arikunto (2006:35) bahwa “apabila peneliti bermaksud mengetahui keadaan
sesuatu mengenai apa, bagaimana, dan sejauh mana dan sebagainya maka
penelitiaanya bersifat deskriftif yaitu menerangkan atau menjelaskan peristiwa”.
E. Manfaat penelitan
Harapan peneliti dari penelitian ini yaitu dapat memberikan manfaat
terhadap pihak yang berhubungan dengan pendidikan yaitu :
1. Jurusan PKK Program Studi Pendidikan Tata Boga
Hasil penelitian ini bisa memberikan masukan kepada Jurusan PKK Program
Studi Pendidikan Tata Boga untuk peningkatan kualitas mahasiswa PKK
khususnya Program Studi Pendidikan Tata Boga.
2. Mahasiswa Prodi Tata Boga
Pentingnya penguasaan kompetensi sosial mahasiswa sebagai calon guru
sehingga dapat menerapkan kompetensi sosial ketika terjun sebagai tenaga
pendidik bidang boga.
3. Dosen Tetap
Hasil penelitian ini bisa memberikan masukan kepada Dosen Tetap untuk
memberikan bimbingan kepada mahasiswa PPL selanjutnya mengenai
kompetensi sosial yang harus dimiliki sehingga dapat memiliki persamaan
4. Dosen luar biasa
Dari hasil penelitian ini diharapkan dosen luar biasa bisa memberikan
bimbingan kepada mahasiswa PPL untuk bisa bersosialisasi dengan baik di
lingkungan sekolah.
5. Peneliti
Mengembangkan ilmu dan menambah pengalaman peneliti mengenai
pendapat dosen luar biasa tentang kompetensi sosial mahasiswa PPL
sehingga secara khusus peneliti sebagai calon guru memahami kompetensi
sosial yang harus dimiliki seorang guru khususnya guru tata boga sehingga
kelak dapat menjadi guru yang berkualitas.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Penulis menyajikan urutan penulisan setiap Bab sebagai berikut:
1. Bab 1 Pendahuluan, berisi latar belakang penelitian, identifikasi dan
rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian
dan struktur organisasi.
2. Bab II kajian pustaka, berisi teori-teori yang mendukung dan relevan
dengan permasalahan yang sedang diteliti.
3. Bab III Metode penelitian, berisi mengenai lokasi dan subjek penelitian,
desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument
penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data.
4. Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan, berisi mengenai analisis data dan
5. Bab V Kesimpulan dan saran, menyajikan penafsiran dan pemaknaan
penelitian terhadap hasil analisis temuan penelitian yang disajikan dalam
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Program Pengalaman Lapangan
Menurut buku Pedoman Program Pengalaman Lapangan (PPL)
Universitas Pendidikan Indonesia (2012:1) bahwa “PPL merupakan bagian
integral dari proses pendidikan pada jenjang S-1 kependidikan yang dimaksudkan
untuk menyediakan pengalaman belajar kepada siswa dalam situasi nyata di
lapangan dalam upaya mencapai kompetensi yang secara utuh telah ditetapkan”.
Mahasiswa terjun dalam situasi yang nyata dengan peran sebagai guru untuk
melatih kesiapan diri dan mental untuk menjadi guru professional jika kelak
menjadi seorang guru.
1. Tujuan
Tujuan PPL menurut Pedoman Program Pengalaman Lapangan (PPL)
Universitas Pendidikan Indonesia (2012:2) bertujuan :
a. Tujuan Umum
Agar para mahasiswa (praktikan) mendapatkan pengalaman kependidikan secara faktual di lapangan dan sebagai wahana untuk mempersiapkan tenaga pendidik dan kependidikan yang profesional. Pengalaman yang dimaksud meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam profesi sebagai pendidik, serta mampu menerapkannya dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran, baik di sekolah maupun di luar sekolah dengan penuh tanggung jawab.
b. Tujuan Khusus
1) Mengenal secara cermat lingkungan sekolah/tempat latihan dalam hal akademik, sosial, fisik, dan administrasi,
2) Dapat menerapkan berbagai pengetahuan dan keterampilan dasar keguruan/kependidikan secara utuh dan terpadu dalam situasi sebenarnya, 3) Memperoleh pengalaman mengajar dalam situasi nyata di sekolah
Mahasiswa (praktikan) memiliki pengalaman kependidikan langsung di
lapangan sehingga praktikan siap ketika terjun menjadi pendidik yang profesional,
meliputi aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam bidang boga
khususnya, tidak hanya itu praktikan harus mampu bersosialisasi menjadi dengan
melaksanakan seluruh tanggung jawab mengajar maupun kegiatan di luar
mengajar.
2.Pelaksanaan Kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL)
Untuk mencapai tujuan PPL, Mahasiswa PPL perlu menempuh kegiatan
pendahuluan (pralapangan), kegiatan pelaksanaan lapangan, dan kegiatan
pascalapangan di bawah bimbingan Dosen PPL. Kegiatan Inti menurut Pedoman
Program Pengalaman Lapangan (PPL) Universitas Pendidikan Indonesia (2012:3)
yaitu:
a.Bidang praktik keguruan (Pembelajaran di kelas)
1) Menyusun persiapan mengajar (rencana pelaksanaan
pembelajaran/RPP), dengan memperhatikan ketentuan aspek yang dinilai dalam instrumen RPP atas bimbingan Dosen PPL
2) Melaksanakan penampilan mengajar
b. Bidang Praktik Kependidikan
1) Melaksanakan upacara bendera. 2) Layanan perpustakaan.
3) Piket Guru.
4) Ekstrakurikuler (OSIS, Kesenian, Pramuka, PMR, Olah Raga, dan lain-lain) yang disesuaikan dengan kondisi sekolah/tempat latihan.
5) Bimbingan penyuluhan.
Kegiatan yang dilakukan pada PPL ini meliputi kegiatan pembelajaran di
kalas dan praktik kependidikan di luar mengajar. Praktikan harus bisa beradaptasi
dan melaksanakan dua kegiatan itu dengan baik, diperlukan kompetensi untuk
Tercapai atau tidaknya pelaksanaan PPL diukur melalui kegiatan
penilaian. Penilaian PPL merupakan tolak ukur atau layaknya mahasiswa
dinyatakan lulus, dalam melaksanakan Ujian PPL penilaian dinyatakan sah
apabila sekurang-kurangnya yang memberikan penilaian adalah Dosen Tetap dan
Dosen Luar Biasa. Secara umum yang berhak memberikan penilaian mengacu
pada panduan Pedoman Program Pengalaman Lapangan (PPL) Universitas
Pendidikan Indonesia (2012:8) yaitu:
1. Dosen Luar Biasa PPL, 2. Dosen Tetap PPL;
3. Koordinator Dosen Luar Biasa PPL; 4. Kepala Sekolah;
Penilaian dilakukan oleh Dosen Luar Biasa selaku pembimbing yang
terlibat langsung dan menilai keseharian praktikan, Dosen Pembimbing memantau
secara berkala dan berkonsultasi dengan Dosen Luar Biasa. Koordinator yang
bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi dengan kegiatan Praktikan. Kepala
sekolah memantau seluruh kegiatan PPL.
Sasaran penilaian dalam PPL ini mengacu pada Pedoman Program
Pengalaman Lapangan (PPL) Universitas Pendidikan Indonesia (2012:8):
a. Kegiatan pembelajaran b. Sosial pribadi
c. Tugas kependidikan di luar mengajar d. Laporan PPL
Aspek-aspek yang dinilai dalam kegiatan PPL meliputi seluruh
kemampuan yang ditampilkan oleh mahasiswa praktikan selama dan pada akhir
(ujian) PPL yaitu kegiatan pembelajaran yang meliputi penyusunan rencana
kependidikan di luar mengajar dan laporan PPL baik laporan individu maupun
kelompok.
Secara khusus, program praktek keguruan menurut Hamalik (1993:4)
bertujuan:
1. Melatih keterampilan mengajar dalam kelas dan di luar sekolah dalam bidang pengajaran tertentu yang menjadi spesialisnya
2. Melatih keterampilan dalam bidang ko kurikuler yang menunjang proses belajar mengajar dan dalam bidang ekstrakulikuler yang secara tak langsung terkait dengan program pendidikan di sekolah
3. Melatih keterampilan dalam bidang administrasi sekolah baik dalam administrasi umum maupun dalam administrasi khusus
4. Melatih sikap dan tanggung jawab yang bermanfaat bagi pelaksanaan tanggung jawabnya sebagai guru
5. Melatih calon guru memiliki kemampuan bermasyarakat yang penting dalam melaksanakan tugasnya di lingkungan sekolah dan di luar sekolah
Praktek keguruan dapat melatih dan mengembangkan pengetahuan, sikap
dan psikomotor. Calon guru harus memiliki pengetahuan luas terkait dengan
materi yang diajarkan dengan menggunakan bahan ajar dengan pengembangan,
tugas seorang calon guru juga bertujuan untuk mempersiapkan tenaga
kependidikan yang professional, baik sebagai guru maupun sebagai tenaga non
guru, yang memiliki kemampuan professional yang memadai agar mampu
melaksanakan tugasnya administrasi pendidikan. Melalui program praktek
keguruan para calon guru kependidikan itu dapat memperluas pengalamannya,
memperdalam pengetahuan dan melatih keterampilan dalam proses mengajar dan
proses belajar mengajar. Calon guru juga memiliki kemampuan bermasyarakat
yang penting dalam melaksanakan tugasnya di lingkungan sekolah dan di luar
B.Pengertian Kompetensi
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen dijelaskan bahwa: “kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh Guru
atau Dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”.
Menurut Uraian Mulyasa (2011:26) terkait pembahasan di atas bahwa:
Dari uraian di atas nampak bahwa kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan, kompetensi guru merujuk pada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu dalam pelaksanaan tugas-tugas pendidikan. Dikatakan rasional karena mempunyai arah dan tujuan sedangkan performace merupakan perilaku nyata dalam hari tidak hanya dapat diamati tetapi mencakup sesuatu yang tidak kasat mata.
Kompetensi guru diperlukan dalam rangka mengembangkan dan
mendemonstrasikan perilaku pendidikan, bukan sekedar mempelajari
keterampilan mengajar tetapi merupakan gabungan dan aplikasi suatu
keterampilan dan pengetahuan yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai dalam
bentuk perilaku yang nyata. Kompetensi menurut Uzer (2009:51) adalah “suatu
hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik kualitatif
maupun kuantitatif”.
“Kompetensi juga dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya
sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotor
C.Kompetensi Profesionalisme Guru
Pada Undang-undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada
Bab IV bagaian kesatu pasal 10 ayat (1) dijelaskan “kompetensi guru meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi professional”
Pengertian guru professional menurut Tambayong (1987)bahwa:
Guru professional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus di bidang keguruan sehingga ia mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal, atau dengan kata lain, guru professional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya.
Sebagai seorang calon guru yang professional, praktikan dituntut memiliki
kemampuan khusus di bidang keguruan agar menjadi terdidik dan terlatih dengan
baik gurna melaksanakan tugasnya sebagai seorang guru.
Untuk menjadi professional seorang guru dituntut memiliki lima hal
sebagai berikut menurut Supriadi (1998):
1. Mempunyai komitmen pada peserta didik dan proses belajarnya
2. Menguasai secara mendalam bahan pelajar yang diajarkan serta cara mengajarnya kepada peserta didik
3. Bertanggung jawab memantau hasil belajar peserta didik melalui berbagai cara evaluasi
4. Mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukanya dan belajar dari pengalamannya
5. Seyogyanya merupakan dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.
Kemampuan guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal,
keilmuan, teknologi, sosial dan spiritual yang secara kaffah membentuk
terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik pengembangan pribadi dan
profesionalisme.
Sementara menurut Mulyasa (2011:18) menyebutkan indikator yang dapat
dijadikan ukuran karakteristik guru yang dinilai kompeten secara professional
yaitu:
1. Mampu mengembangkan tanggung jawab dengan baik 2. Mampu melaksanakan peran dan fungsinya dengan tepat
3. Mampu bekerja untuk mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah 4. Mampu melaksanakan peran dan fungsinya dalam pembelajaran di
kelas
Guru yang professional mampu mengembangkan tanggung jawabnya
dengan baik dan menjalankan peran dan fungsinya dengan tepat sebagai seorang
guru. Profesi guru yang diembannya merupakan perwujudan untuk melaksanakan
tujuan pendidikan dengan mengimplementasikan perannya di dalam pembelajaran
di dalam maupun di luar kelas.
Pemahaman hakikat manusia dan masyarakat adalah bahwa guru sebagai
seorang manusia yang hakikatnya memiliki sifat dasar manusia juga merupakan
bagian dari masyarakat sehingga tidak terlepas dari kemampuan guru untuk
menjadi bagian dari masyarakat. Seperti yang dijelaskan oleh Mulyasa (2011:11)
bahwa “guru professional tidak hanya dituntut untuk menguasai bidang ilmu,
bahan saja, metode, memotivasi peserta didik, memiliki keterampilan yang tinggi
dan wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan tetapi juga harus memiliki
D.Kompetensi Sosial
Dari keempat kompetensi professional guru yang telah dijelaskan
sebelumnya, peneliti memfokuskan skripsi ini pada salah satu kompetensi yaitu
kompetensi sosial.
Berdasarkan Permendiknas dalam Baedawi (2012:35) bahwa kompetensi
sosial meliputi:
STANDAR KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN DI SMK/MAK PADA KOMPETENSI SOSIAL
No Kompetensi Sosial Standar kompetensi sosial
1 Bersikap inklusif,
bertindak objektif, serta tidak diskri-minatif
karena pertimbangan
jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
16.1 Bersikap inklusif dan objektif terhadap peserta didik, teman sejawat dan lingkungan sekitar dalam melaksanakan pembelajaran.
16.2 Tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik, teman sejawat, orang tua peserta didik dan lingkungan sekolah karena perbedaan agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial-ekonomi.
2 Berkomunikasi secara
efektif, empatik, dan santun dengan sesama
pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
17.1 Berkomunikasi dengan teman sejawat dan komuni-tas ilmiah lainnya secara santun, empatik dan efektif.
17.2 Berkomunikasi dengan orang tua peserta didik dan masyarakat secara santun, empatik, dan efektif tentang program pembelajaran dan kemajuan peserta didik.
17.3 Mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik.
3 Beradaptasi di tempat
bertugas di seluruh
wilayah Republik
Indonesia yang memiliki
keragaman sosial
budaya.
18.1 Beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam rangka meningkatkan efektivitas sebagai pendi-dik, termasuk memahami bahasa daerah setempat.
18.2 Melaksanakan berbagai program dalam lingkungan kerja untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah yang bersangkutan.
4 Berkomunikasi dengan
komunitas profesi
sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
19.1 Berkomunikasi dengan teman sejawat, profesi ilmiah, dan komunitas ilmiah lainnya melalui berbagai media dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.
19.2 Mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi
pembelajaran kepada komunitas profesi sendiri secara Iisan dan tulisan atau bentuk lain.
Dijelaskan pengertian kompetensi sosial dalam Mulyasa (2011:173)
bahwa:
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat sekitar.
Kompetensi sosial, sebagai seorang calon guru bersosialisasi merupakan
salah satu kompetensi yang harus dimiliki dalam pengembangan diri sebagai
proses pembelajaran. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai
bagian dari masyarakat agar dapat bergaul dan berkomunikasi secara efektif baik
dengan peserta didik, orangtua peserta didik, maupun masyarakat baik di dalam
maupun di luar lingkungan sekolah.
Menurut tokoh bernama Quintilianur (Santoso, 2010:7). bahwa “ proses
pendidikan perlu ditanamkan hal-hal yang bersifat kemasyarakatan seperti
norma-norma sosial, sikap sosial, adat kebiasaan dan lain-lain.” Sikap ini didukung oleh
ahli psikologi sosial Kurt Lewin dan F.J Brown dalam Santoso (2010:17)
berpendapat bahwa:
Setiap situasi sosial (lembaga pendidikan) selalu mempengaruhi individu (praktikan) sehingga dalam situasi sosial tersebut yang penting bagaimana individu yang bersangkutan menanggapi dan menginterpretasikan (menafsirkan) situasi sosial serta berbuat sesuai dengan situasi sosialnya.
Situasi sosial praktikan yaitu sekolah pariwisata tempat praktikan
mengajar merupakan lingkungan belajar yang bisa mempengaruhi praktikan
karena di lingkungan tersebut praktikan belajar bagaimana menjadi individu
seorang guru yang sebenarnya di lapangan, belajar bagaimana harus bertindak
Teori belajar menurut Thorndike menyebutkan bahwa belajar adalah
pembentukan asosiasi (hubungan) antara kesan pancaindra dengan kecenderungan
bertingkah laku (2010:19). Hal ini diperkuat oleh definisi belajar menurut
Drs.Slameto bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Hal ini terkait dengan proses belajar sosial (social learning)
praktikan PPL. Socialization (sosialisasi) yang menurut E. Reuter yaitu sosialisasi
adalah suatu proses di mana seseorang individu mempelajari fungsi sebagai
anggota kelompok dan bertingkah laku sesuai dengan keharusan dan aturan yang
lain. Praktikan melakukan proses belajar sosial dimana praktikan diharuskan
untuk mengikuti pola sosial dan aturan yang berlaku di sekolah tempat praktikan
mengajar.
Kompetensi sosial menggambarkan bahwa individu bertingkah laku sangat
bergantung pada cara individu tersebut mengenali situasi sosial. Dijelaskan bahwa
Dalam pengamatan terhadap situasi sosial, individu dituntut untuk melaksanakan persepsi sosial yang baik, artinya bagaimana individu menanggapi, berfikiran dan berkeyakinan terhadap situasi sosialnya sehingga individu tersebut dapat mengambil tingkah laku yang benar dan tepat pada situasi sosialnya. (Santoso, 2010:24)
Belajar sosial merupakan suatu proses, dalam situasi sosial setiap individu
harus menciptakan tingkah laku sosial (social behavior). Menurut David
L.Watsen bahwa tingkah laku sosial berhubungan dengan tingkah laku yang
mampu menguasai dan mengendalikan objek dalam hal ini lingkungan sekolah
dan lingkungan belajar siswa di dalam maupun di luar kelas.
Kompetensi sosial yang dikemukakan oleh Cece Wijaya dan Tabrani
Rusyan (1990:81) meliputi:
1) Terampil berkomunikasi dengan peserta didik; 2) Bersikap simpatik;
3) Dapat bekerja sama dengan dewan pendidikan/komite sekolah; 4) Pandai bergaul dengan karyawan sekerja dan mitra pendidikan; dan
Berdasarkan pendapat di atas bahwa kompetensi sosial yang dimiliki
seorang guru adalah mampu terampil berkomunikasi, simpatik tidak hanya dengan
peserta didik melainkan dengan seluruh guru dan dewan sekolah sehingga mudah
bergaul dan memahami lingkungannya. Kemampuan sosial ini akan mendukung
keberhasilan proses mengajar karena dalam proses mengajar terjadi keterlibatan
tidak hanya dengan peserta didik tetapi dengan seluruh guru dan komite sekolah.
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru yang realisasinya mampu
melaksanakan kompetensi yang diperlukan selain menjalankan tugasnya sebagai
seorang pendidik sehingga terdapat kesesuaian antara kompetensi yang dimiliki
oleh seorang guru tidak hanya sebagai pendidik tetapi memiliki kemampuan
sosialisasi yang baik dalam kehidupan.
E.Kompetensi Sosial Praktikan dalam Program Pengalaman Lapangan
Guru dituntut memiliki kompetensi sosial yang memadai, terutama
kaitannya dengan pendidikan yang tidak terbatas pada pembelajaran di sekolah.
Sehubungan dengan luasnya kompetensi sosial maka dibahas secara khusus
guru praktikan akan memfungsikan dirinya sebagai mahluk sosial di lingkungan
sekolah sehingga mampu berkomunikasi dan bergaul efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, dan tenaga kependidikan.
Kompetensi sosial ini dibatasi pada kompetensi sosial praktikan dalam hal
kinerja Praktikan PPL yang dinilai dari empat aspek menurut buku panduan
Program Pengalaman Lapangan (PPL) UPI (2012: 9) meliputi:
1. RPP
2. Penampilan Mengajar 3. Sosial Pribadi
4. Tugas Kependidikan di luar Mengajar
Pada pelaksanaan kegiatan PPL kompetensi sosial merupakan salah satu
aspek yang menunjuang keberhasilan penilaian, bagaimana praktikan dapat
bersosialisasi dengan baik dalam ke empat aspek penilaian di atas.
1) Kompetensi Sosial Praktikan PPL dalam Melaksanakan Bimbingan dengan Dosen Luar Biasa
Kegiatan PPL merupakan program untuk memberikan pengalaman
langsung kepada praktikan terkait pengalaman menjadi seorang calon pendidik.
Salah satunya adalah kesiapan mengajar dengan penyusunan RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran). Sebagai calon guru yang memiliki peran seperti yang
dijelaskan oleh Syamsudin (2001:23) bahwa: “Guru berperan sebagai organisator
(penyelenggara) terciptanya proses edukatif yang dapat dipertanggungjawabkan
baik secara formal maupun secara moral”. Untuk itu sebagai seorang calon guru
harus menjadi penyelenggara yang baik dalam proses pembelajaran melalui
penyusunan perencanaan pembelajaran. Sejalan dengan pendapat Sanjaya
yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, perencanaan
pembelajaran dapat berfungsi sebagai pedoman dalam mendesain pembelajaran
sesuai kebutuhan”.
Terkait dengan bimbingan maka seorang guru memiliki peran dalam
melaksanakan proses transformasi edukatif merupakan perubahan tingkah laku
peserta didik dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor, proses ini menurut
Suhartono (2005:114) berbentuk:
1. Pengajaran yaitu proses perubahan tingkah laku yang terutma tertuju pada pengembangan kemampuan intelektual dan penggunaanya dalam kehidupan
2. Bimbingan yatu proses perubahan tingkah laku terutama tertuju pada pengembangan kemampuan pribadi dan mampu memecahkan sendiri persoalan belajar dan sosial yang dihadapinya
3. Latihan yaitu proses perubahan tingkah laku yang terutama tertju pada penembangan kinerja intelektual, emosianal, dan psikomotorik
Bimbingan harus dilaksanakan dengan suasana yang baik antara praktikan
dengan Dosen Luar Biasa karena praktikan harus bisa menghadapi situasi dengan
menampilkan diri yang baik pula seperti yang dijelaskan (Santoso, 2010:24):
Dalam pengamatan terhadap situasi sosial, individu dituntut untuk melaksanakan persepsi sosial yang baik, artinya bagaimana individu menanggapi, berfikiran dan berkeyakinan terhadap situasi sosialnya sehingga individu tersebut dapat mengambil tingkah laku yang benar dan tepat pada situasi sosialnya.
Kompetensi sosial dalam bimbingan meliputi kegiatan yaitu interaksi dan
komunikasi praktikan dengan Dosen Luar Biasa selaku pembimbing, meliputi:
1. Inisiatif
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “berinisiatif berasal dari kata
mengembangkan dan memberdayakan sektor kreatifitas daya pikir manusia, untuk
merencanakan idea atau buah pikiran menjadi konsep yang baru yang pada
gilirannya diharapkan dapat berdaya guna dan bermanfaat.
Sejalan dengan pendapat Sanjaya (2008:203) bahwa “manusia yang
berinisiatif adalah manusia yang tanggap terhadap segala perkembangan yakni
manusia yang pandai membaca, menghimpun dan meneliti, manusia yang inisiatif
juga dapat memanfaatkan setiap peluang di setiap pergantian waktu, dan
menjadikannya sebagai kreasi yang berarti”.
2. Komunikasi
Komunikasi menurut Sanjaya (2005:205) bahwa:
Komunikasi merupakan hal yang penting dimana komunikasi merupakan suatu proses dalam menyampaikan dan menerima pesan. Agar pesan dapat diterima dengan baik maka perlu adanya komunikasi yang efektif dalam melaksanakan bimbingan. Oleh karena itu, dalam proses komunikasi diperlukan saluran yang berfungsi untuk mempermudah penyampaian pesan.
Proses belajar hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu adanya
pengirim pesan dan penerima pesan. Proses komunikasi bisa mengalami hambatan
artinya tidak semua pesan mudah diterima oleh penerima pesan. Ada kalanya
pesan yang disampaikan tidak sesuai dengan pesan yang dimaksud. Ada beberapa
factor yang dapat menyebabkan kesalahan komunikasi. Pertama, faktor lemahnya
kemampuan pengirim pesan dalam mengkomunikasikan informasi sehingga pesan
yang disampaikan tidak jelas diterima atau salah menyampaikan. kedua, factor
dalam proses komunikasi diperlukan saluran yang berfungsi untuk mempermudah
penyampaian pesan.
Komunikasi merupakan hal penting dalam menyampaikan pesan agar
dapat tersampaikan dengan baik. Menurut Mulyana (2008:3) bahwa “komunikasi
terjadi jika setidaknya suatu sumber membangkitkan respon penerima melalui
penyampaian pesan dalam bentuk symbol, baik bentuk verbal (kata-kata) maupun
non verbal (non kata-kata)”.
Perlu adanya penyampaian pesan yang baik agar pesan dapat diterima
dengan baik pula. Penyampaian dapat berupa symbol baik secara verbal yaitu
pemaparan kata dengan jelas maupun non verbal berupa sikap, mimik, perilaku
yang bisa memberikan pesan kepada orang lain. Seorang guru harus mampu
menyampaikan pesan dengan baik kepada siswa dan guru lainnya agar tercipta
satu persepsi yang sama.
4. Tanggung Jawab
Menurut Aedy (2009:110) menyatakan bahwa “sang guru yang mendidik
adalah melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab”. Guru yang
mendidik adalah mereka yang melaksanakan setiap tugasnya dengan penuh
tanggung jawab. Tanggung jawab kepada anak didik, kepada orang tua anak
didik, masyarakat, kepada pengembangan ilmu atau bidang studi yang menjadi
2) Kompetensi Sosial dalam Kegiatan Mengajar
Gary dan Margaret dalam Mulyasa (2011:21) mengemukakan bahwa guru
yang efektif dan kompeten secara professional memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1. Memiliki kemampuan menciptakan iklim belajar yang kondusif 2. Kemampuan mengembangkan strategi dan manajemen pembelajaran 3. Memiliki kemampuan memberikan umpan balik (feed back) dan
penguatan (reinforcement)
4. Memiliki kemampuan untuk peningkatan diri
Guru yang efektif dan kompeten secara professional berkaitan pula dengan
kompetensi sosial dalam kegiatan belajar karena bagaimanapun kegiatan mengajar
melibatkan proses komunikasi dan interaksi guru dan murid. Selanjutnya akan
diuraikan sebagai berikut:
1. Menciptakan iklim belajar yang kondusif
Kemampuan menciptakan iklim belajar yang kondusif menurut Mulyasa
(2011:21) antara lain :
Kemampuan interpersonal untuk menunjukkan empati dan penghargaan kepada peserta didik, hubungan baik dengan peserta didik, menerima dan memperhatikan peserta didik dengan tulis, menunjukan minat dan antusias yang tinggi dalam mengajar, menciptakan iklim untuk tumbuhnya kerjasama, melibatkan peserta didik dalam mengorganisasikan dan merencanakan pembelajaran, mendengarkan dan menghargai hak peserta didik untuk berbicara dalam setiap diskusi, dan meminimalisir setiap permasalahan yang sering terjadi dalam pembelajaran.
Berdasarkan teori di atas bahwa dalam kemampuan interpersonal seorang
guru harus berkepribadian menarik, ramah dan simpatik akan lebih berhasil dalam
menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Ini berarti guru perlu memiliki
pengaruh positif bagi mereka. Guru bisa memberikan penghargaan kepada peserta
didik sehingga mampu meningkatkan minat dan antusias siswa.
Kemampuan dalam mengelola iklim kelas juga harus bisa ditunjukkan
guru dengan mampu menguasai kelas. Menurut Aedy (2009:89) menyatakan
bahwa:
Seorang guru selalu dituntut untuk berkemampuan dalam menguasai kelas. Dalam kegiatan inilah penyelenggaraan pendidikan berlangsung dengan komunikasi yang dalam antara pendidik dan peserta didik. Pada dasarnya tidak terbatas hanya pada pemberian ceramah melainkan juga berkaitan dengan proses pembelajaran yang komunikatif seperti mengadakan diskusi atau presentasi. Dengan pengelolaan kelas yang baik akan mampu menghasilkan interaksi yang baik di antara guru dan murid.
Iklim yang efektif adalah guru mampu menciptakan komunikasi yang baik
tidak hanya ceramah tetapi juga memberikan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan berbicara dalam kegiatan diskusi dan mampu
memantau setiap permasalahan dengan melakukan diskusi sehingga terjalin
interaksi yang baik antara guru dan murid.
2. Mengembangkan strategi dan manajeman pembelajaran
Kemampuan mengembangkan strategi dan manajemen pembelajaran
menurut Mulyasa (2011:22) bahwa:
Kemampuan strategi dan menajeman pembelajaran berkaitan dengan kemampuan menghadapi dan menangani peserta didik yang bermasalah, suka menyela, mengalihkan pembicaraan, dan mampu memberikan transisi substansi bahan ajar dalam pembelajaran, serta kemampuan bertanya yang memerlukan tingkat berpikir yang berbeda untuk semua peserta didik.
Stategi dan manajeman pembelajaran berkaitan dengan menangani
dalam proses pembelajaran. Perlu ada kompetensi sosial yang baik guna mengatur
strategi dan manajemen sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
Salah satu upaya dalam menghadapi anak didik yang bermasalah maka
diperlukan kesabaran seorang guru. Menurut Aedy (2009:58) mengatakan:
Bahwa sifat sabar adalah bagian dari kepribadiannya pada dasarnya bisa dirubah atau dikembangan sesuai dengan pendidikan dan pengembangan yang diberikan. Contoh dan keteladanan, mutlak diperankan oleh guru sehingga anak didik dapat mencontoh gurunya. Mendidik dengan sabar dapat diharapkan menghasilkan pula anak didik yang sabar.
Kesabaran seorang guru diperlukan agar bisa mengatasi siswa yang
bermasalah, dengan kesabaran seorang guru akan mampu mengatasi permasalahan
juga memberikan keteladanan kepada peserta didik. Seorang guru harus memiliki
sikap sabar seperti yang dikemukakan oleh Aedy (2009:58) bahwa “sang guru
yang sedang menjalankan tugas, dengan sabar mengasuh anak didik bila ada
masalah diselesaikan dengan penuh kesabaran”.
Kesabaran tidaklah cukup untuk memberikan pembelajaran kepada peserta
didik, guru memiliki keinginan agar semua muridnya patuh dan disiplin, namun
kadang tidak sedikit guru yang ingin menerapkan disiplin dengan cara yang
berlebihan. Untuk itu perlu kompetensi dalam menerapkan disiplin pada siswa.
Disiplin merupakan hal yang perlu dilakukan guru terhadap siswanya. Seperti
yang dijelaskan pada Prihatin (2011:88):
Memberikan sangsi kepada siswa yang bermasalah dapat dilakukan dengan
cara yang mendidik berpegang pada norma, ajaran dan kesusilaan. Tidak dengan
kekerasan tetapi melakukan pendekatan personal, tidak mempermalukan siswa di
depan temannya dan memberikan teguran. Jika perlu sangsi yang diberikan dapat
berupa tugas tambahan.
Sebagai seorang guru perlu adanya kemampuan dalam penganggulangan
disiplin, menurut Prihatin (2011:94) hal itu dapat dilakukan dengan :
1) Pengenalan siswa
2) Tindakan korektif yang meliputi: a. Lakukan tindakan bukan ceramah
b. Do not bargain
c. Gunakan control kerja
d. Menyatakan peraturan dan konsekuensinya dengan jelas 3) Tindakan penyembuhan
Pemberian sangsi dalam mendisiplinkan siswa dilakukan tidak dengan
keras melainkan dengan memberikan teguran dan sangsi yang mendidik.
Mendisiplinkan peserta didik dapat dilakukan melalui pendekatan personal siswa,
melakukan tindakan yang mendidik, tidak menyalahkan siswa, mengajari bahwa
siswa telah melanggar peraturan dan mendapatkan konsekuensi yang jelas serta
memberikan bimbingan dan pengarahan agar kesalahan tidak terulang.
Memberikan keteladanan maka guru juga tidak boleh terlambat ketika akan
mengajar seperti yang dikemukakan oleh Syah (2010:19) bahwa:
Guru sebagai panutan harus memberi contoh kedisiplinan yang baik, tidak
hanya itu dengan kedisiplinan dalam mengajar maka pembelajaran akan
terlaksanan dengan baik.
Untuk melaksanakan pembelajaran yang baik guru harus menguasai materi
yang disampaikan karena di dalam proses pembelajaran guru juga harus
memanajemen siswa dalam kemampuan bertanya. Mengenai kemampuan
bertanya yang memerlukan tingkat berpikir yang berbeda untuk semua peserta
didik maka guru harus memberikan jawaban yang benar dan tepat. Menurut Aedy
(2009: 88) bahwa :
Salah satu ciri guru yang baik adalah mereka yang menguasai materi atau bahan ajar dengan baik, bukan hanya itu guru juga harus mampu mengembangkan materi secara proposional. Guru harus dapat menjawab pertanyaan siswa dengan baik agar siswa benar-benar paham apa yang tidak mereka pahami.
Pemahaman seorang guru akan materi yang disampaikan dapat dilihat dari
penguasaan dan ketepatan jawaban ketika siswa bertanya tentang materi yang
disampaikan, seorang guru seyogyanya harus paham dan benar-benar paham
tentang apa yang disampaikan, untuk itu perlu perencanaan dan pencarian materi
yang matang sebelum menyampaikan materi.
3. Memiliki kemampuan memberikan umpan balik (feed back) dan penguatan
(reinforcement)
Guru harus memiliki kompetensi sosial dalam memberikan umpan balik
(feed back) kepada siswa dan memberikan penguatan (reinforcement) sebagai
Kemampuan memberikan umpan balik (feed back) dan penguatan
(reinforcement) menurut Mulyasa (2011:22) antara lain:
Memberikan umpan balik yang positif terhadap respon peserta didik, memberikan respon yang sifatnya membantu terhadap peserta didik yang lamban belajar, memberikan tindak lanjut terhadap jawaban peserta didik yang kurang memuaskan dan kemampuan memberikan bantuan professional kepada peserta didik jika diperlukan.
Guru harus bisa memberikan umpan balik yang positif sebagai respon
positif dan motivasi kepada siswa dan memberikan bantuan professional ketika
siswa memerlukan bantuan.
Seorang guru tidak boleh membeda-bedakan peserta didik bagaimanapun
kondisinya bahwa semua peserta didik memiliki hak dan kewajiban yang sama
tanpa melihat jenis kelamin, agama yang dianut, ras, kondisi fisik maupun status
sosial ekonominya. Memberikan umpan balik kepada peserta didik maka guru
harus bersikap tidak diskriminatif, hal ini sesuai dengan standar kompetensi sosial
menurut Permendiknas No.6 Tahun 2007 bahwa “Bersikap inklusif, bertindak
objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras,
kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.”
Memberikan respon harus dengan kasih sayang, Kasih sayang seorang
guru adalah sikap hati dan akhlak mulia yang perlu ditanamkan kepada anak
didik, dengan semangat kasih sayang, anak didik akan mampu membangkitkan
semangat kebersamaan. Maka sang guru yang memiliki kasih sayang, dicintai dan
dihormati oleh anak didiknya. menurut Aedy (2009:55)
Guru juga harus bersikap bijaksana, kebijaksanaan guru akan sangat
membantu dalam setiap permasalah yang ada pada diri siswa. Siswa akan merasa
dihargai dan diberikan dukungan. Seperti yang dijelaskan oleh Menurut Aedy
(2009:156) bahwa “dengan bijak sang guru akan tegar dan tidak goyang dengan
berbagai masalah yang menghadang baik yang berkaitan dengan anak didik
maupun yang berkaitan dengan penghargaan yang diterimanya.”
4. Memiliki kemampuan untuk peningkatan diri
Kemampuan untuk peningkatan diri menurut Mulyasa (2011:22) antara
lain “menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif, memperluas
dan menambah pengetahuan tentang metode pembelajaran, memanfaatkan
kelompok untuk menciptakan dan mengembangkan metode pengajaran yang
relevan”.
Guru dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
memadai. Guru harus menerapkan pengetahuan dengan metode yang inovatif
dengan meningkatkan kreatifitas pribadi sehingga proses pembelajaran dapat
berjalan efektif.
3) Kompetensi Sosial Pribadi Praktikan
Kompetensi sosial praktikan tidak terlepas dari kepribadian yang
dimilikinya karena sebagai calon guru, praktikan dituntut memiliki kepribadian
Sesuai dengan pendapat Faldi (2010:28) bahwa:
Guru yang baik harus mampu mempunyai sifat dan kepribadian yang antusias, stimulatif, mendorong siswa untuk maju, hangat, berorientasi pada tugas dan bekerja keras, toleran, sopan dan bijaksana. Ia pun harus bisa dipercaya, fleksibel, dan mudah menyesuaikan diri, demokratis, bertanggung jawab terhadap kegiatan belajar.
Sifat dan kepribadian yang dicirikan oleh antusias dalam mengajar, dapat
merangsang siswa untuk belajar dan mampu mengajak siswa untuk terus maju.
Sikap ini didukung dengan pribadi yang hangat, pekerja keras dan dapat
dipercaya, harus mampu berkomunikasi dengan bahasa yang baik.
Kepribadian yang digambarkan oleh Aedy (2009:101) bahwa:
Seseorang yang berkepribadian menarik, akan lebih mudah menyesuaikan dan akan lebih berhasil dalam menjalankan sebuah tugas. Guru adalah salah satu tugas yang berhubungan langsung dengan manusia, karena itu guru yang berkepribadian menarik dan simpatik akan lebih berhasil dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik.
Kompetensi sosial dan kepribadian seorang guru menjadikan guru mudah
menyesuaikan diri dan membantu dalam melaksanakan tugas seorang guru karena
bagaimanapun peran guru tidak terlepas dari interaksi di dalam maupun di luar
proses pembelajaran.
Guru yang baik menurut Aedy (2009:79) adalah “mereka yang hangat
dengan anak didiknya. Dengan kehangatan akan terjadi interaksi positif dengan
anak didik, maka pelajaran dan nasihat yang disampaikan keada siswa akan
mudah dicerna, mudah diserap dan diamalkan”.
Interaksi yang positif dapat diciptakan guru dengan menjalin komunkasi
yang baik dan interaksi yang hangat sehingga penyampaian pesan dari guru
sikap yang kasar, maka guru yang berhasil adalah mereka yang punya komitmen
kuat untuk merubah orang lain termasuk merubah diri sendiri untuk lebih baik.
Guru memotivasi peserta didik untuk maju, untuk berilmu, dan berubah menjadi
diri sendiri. Menjadi guru yang memiliki kehangatan dan kelembutan seperti
pendapat Aedy (2009:109) bahwa “guru harus memperlihatkan kelembutan dan
kehangatan dengan anak didik baik di dalam maupun di luar kelas. Santun dalam
bersikap dan ramah dalam bergaul adalah modal dasar bagi guru untuk menjadi
pendidik yang baik, dan menarik simpati anak didik”.
Interaksi positif juga akan terjalin jika guru mampu memaafkan anak
didiknya. Seperti yang dikemukan oleh Aedy (2009:57) bahwa
Sang guru yang baik adalah mereka yang suka meminta maaf dan memaafkan anak didik, jika berbuat keliru atau salah, dan ketika sang guru berbuat salah akan meluruskan kesalahannya dengan cara seperti itu berarti guru susah menamakan sifat yang baik untuk diri, orang lain dan anak didiknya.
Guru sebagai seorang pendidik harus bisa mengakui kesalahan pribadi dan
memaafkan kesalahan orang lain termasuk anak didiknya.
Wibawa seorang guru juga dilihat dari penampilan diri. Guru harus
mampu menampilkan diri yang baik dengan beretikan dalam berbusana sebagai
calon pendidik. Menurut Munir (2010: 142) bahwa
Pembangunan wibawa menutut guru untuk berinteraksi secara dekat dengan para siswa baik interaksi fisik (berpenampilan) maupun psikis. Jika dalam berinteraksi siswa terganggu oleh penampilan yang kurang pantas maka proses interaksi psikisnya akan terganggu.
Interaksi guru tidak terlepas dari interaksi fisik dan psikis, jika siswa
terganggu dengan penampilan guru yang mengajar maka konsentrasi
4) Kompetensi Sosial dalam Melaksanakan Kegiatan Di Luar Mengajar
Kompetensi sosial guru dapat dilihat dari bagaimana keaktifannya dalam
kegiatan yang ada di sekolah. Tidak hanya sebagai menjalankan tugas sebagai
guru di kelas tetapi juga berpartisipasi aktif dalam kegiatan sekolah dan ini
merupakan bagian dari tanggung jawabnya, seperti pendapat Aedy (2009:110)
bahwa “Guru yang mendidik adalah mereka yang melaksanakan setiap tugasnya
dengan penuh tanggung jawab.” Kegiatan PPL ini meliputi beberapa kegiatan di
luar mengajar yaitu seperti yang dijelaskan pada Buku Pedoman Program
Pengalaman Lapangan UPI (2012:3):
a. Bidang Praktik Kependidikan
1) Melaksanakan upacara bendera. 2) Layanan perpustakaan.
3) Piket Guru.
4) Ekstrakurikuler (OSIS, Kesenian, Pramuka, PMR, Olah Raga, dan lain- lain) yang disesuaikan dengan kondisi sekolah/tempat latihan
Praktik kependidikan di sekolah yang merupakan kegiatan di luar
mengajar merupakan hal yang perlu diikuti terutama menyangkut kompetensi
sosial praktikan. Kegiatan ini meliputi pelaksanaan upacara bendera, layanan
perpustakaan, piket guru dan ekstrakulikuler. Kegiatan ini merupakan kegiatan di
luar mengajar yang umum dilakukan oleh guru.
Salah satu dari kegiatan di luar mengajar adalah melaksanakan kegiatan
administrasi pendidikan seperti yang dijelaskan oleh Kusnandar (2007:67) bahwa
“guru harus memiliki kemampuan dasar dalam mengenal dan menyelenggarakan
administrasi sekolah”. Kemampuan tidak hanya mengelola administrasi sekolah
tetapi juga bagaimana dapat menjalin hubungan baik dengan tenaga administrasi
Kegiatan esktrakulikuler dapat membangun wibawa seorang guru seperti
yang dikemukakan oleh Abdullah (2010:117) bahwa “dukungan terhadap
pembangunan wibawa guru juga dapat diperoleh dari kegiatan ekstrakulikuler
yang sesuai dan sejalan dengan visi dan misi sekolah”. Banyak kegiatan
ekstrakulikuler yang diyakini mampu memberi dampak positif pada tumbuhnya
sikap tertib dan disiplin.Sejalan dengan pendapat tersebut menurut Prihatin
(2011:36):
Kegiatan ekstrakulikuler merupakan kegiatan tambahan di suatu lembaga pendidikan, yang dilaksanakan di luar kegiatan kulikuler, kegiatan in banyak ragamnya antara lain kesenian, olahraga, kepramukaan, keagamaan, dan sebagainya.Disamping membentuk bakat eskul juga dapat membentuk wawasan dan kepribadian anak didik. Agar eskul ini dapat berhasil dan berdaya guna dapat dibina sesuai dengan visi sekolah oleh guru.
Guru diharapkan mampu berpartisipasi agar dapat melakukan
pengembangan diri siswa. Seperti yang dijelaskan oleh Prihatin (2011:171) bahwa
“kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan secara klasikal pada jam efektif,
namun seyogyanya lebih banyak dilakukan di luar jam regular, baik melalui
kegiatan yang dilembagakan maupun secara temporer bersifat individual maupun
kelompok”.
Calon guru dapat melatih pengembangan diri melalui kegiatan di luar
mengajar baik bersifat individual maupun kelompok. Kegiatan ini berguna untuk
melatih kepribadian, sosialisasi dan menunjang proses belajar. sejalan dengan
pendapat Hamalik (1993:4) bahwa “melatih keterampilan dalam bidang ko
kurikuler yang menunjang proses belajar mengajar dan dalam bidang
ekstrakulikuler yang secara tak langsung terkait dengan program pendidikan di
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Kesimpulan ini berdasarkan latar belakang masalah, tujuan penelitian,
hasil pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian “Pendapat Dosen Luar
Biasa tentang Kompetensi Sosial Praktikan Program Pengalaman Lapangan (PPL)
Mahasiswa Prodi Tata Boga.” Penelitian terbatas pada praktikan PPL Angkatan
2009/2010, adalah sebagai berikut :
1. Pendapat Dosen Luar Biasa tentang Kompetensi Sosial Praktikan dalam Bimbingan Penyusunan RPP
Pendapat Dosen Luar Biasa tentang kompetensi sosial praktikan dalam
pelaksanaan bimbingan dengan Dosen Luar Biasa, menunjukkan lebih dari
setengahnya berpendapat bahwa praktikan memiliki tata krama yang baik dengan
Dosen Luar Biasa perihal bimbingan, masing-masing kurang dari setengahnya
responden berpendapat bahwa praktikan selalu bersikap terbuka dalam menerima
kritikan dari Dosen Luar Biasa, selalu berkomunikasi dengan baik perihal
bimbingan, selalu bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas mengajar, sering
melakukan kegiatan greeting dengan Dosen Luar Biasa dan kadang-kadang
memiliki inisiasi dalam proses bimbingan.
Dilihat dari data persentase rekapitulasi pada tabel 4.32, presentase
terbesar untuk kompetensi sosial praktikan dalam kegiatan bimbingan berada pada
menunjukkan pendapat responden bahwa praktikan selalu bertutur kata dengan
2. Pendapat Dosen Luar Biasa tentang Kompetensi Sosial Praktikan PPL Prodi Tata Boga di Dalam Kegiatan Mengajar
Pendapat Dosen Luar Biasa tentang kompetensi sosial praktikan di dalam
kegiatan mengajar merupakan interaksi dan komunikasi praktikan dengan siswa
dalam proses pembelajaran, lebih dari setengahnya responden berpendapat bahwa
praktikan bersikap tidak diskriminatif kepada peserta didik, masing-masing
kurang dari setengahnya responden berpendapat bahwa praktikan selalu disiplin
dengan hadir tepat waktu, selalu sabar dalam menghadapi siswa yang kurang
memperhatikan, selalu ramah kepada siswa, selalu bertutur kata yang baik,
kadang-kadang bersikap simpati dan peduli kepada siswa, sering memberikan
penghargaan terhadap hasil belajar siswa, sangat sering mampu menghidupkan
suasana kelas, sering terbuka dan jujur akan kemampuan penguasaan materi.
Dilihat dari data persentase rekapitulasi pada tabel 4.33, presentase
terbesar untuk kompetensi sosial Praktikan PPL di dalam kegiatan mengajar
menunjukkan pendapat responden bahwa praktikan selalu tidak
membeda-bedakan siswa berdasarkan suku, agama dan status sosialnya.
3. Pendapat Dosen Luar Biasa tentang Kompetensi Sosial Pribadi Praktikan PPL Prodi Tata Boga
Pendapat Dosen Luar Biasa tentang kompetensi sosial pribadi praktikan,
lebih dari setengahnya responden berpendapat bahwa praktikan selalu
menunjukkan bersikap sopan kepada guru dan staff administrasi, selalu mengakui
kesalahan apabila berbuat salah, selalu beretika yang baik dalam hal berbusana
Dilihat dari data persentase rekapitulasi pada tabel 4.34, presentase
terbesar untuk kompetensi sosial pribadi praktikan PPL menunjukkan pendapat
responden bahwa praktikan selalu berinisiatif bertanya apabila ada hal yang
kurang dimengerti.
4. Pendapat Dosen Luar Biasa tentang Kompetensi Sosial Praktikan PPL Prodi Tata Boga pada Kegiatan Di Luar Mengajar
Pendapat Dosen Luar Biasa tentang kompetensi sosial praktikan PPL pada
kegiatan di luar mengajar, kurang dari setengahnya responden berpendapat bahwa
praktikan selalu disiplin dalam mengikuti upacara bendera, selalu berpartisipasi
praktikan dalam pelaksanaan upacara bendera, selalu bertanggung jawab
praktikan dalam melaksanakan kegiatan ekstrakulikuler, selalu bertanggung jawab
praktikan sebagai petugas perpustakaan, selalu bekerjasama praktikan dengan
praktikan lainnya dan sering komunikasi praktikan dalam mengkomunikasikan
kegiatan PPL dengan Dosen Pembimbing, kadang-kadang aktif dalam mengikuti
kegiatan eskul.
Dilihat dari data persentase rekapitulasi pada tabel 4.35, presentase
terbesar untuk kompetensi sosial praktikan PPL untuk kegiatan di luar mengajar
dalam kegiatan bimbingan menunjukkan pendapat responden bahwa praktikan
B.Saran
Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa Praktikan PPL Prodi Pendidikan Tata Boga Angkatan 2009/2010
Berdasarkan kesimpulan dan data hasil penelitian, peneliti memberikan
saran kepada mahasiswa praktikan PPL yang menjadi bahan penilaian responden
yaitu Mahasiswa Prodi Pendidikan Tata Boga 2009/2010 yang sudah
menyelesaikan PPL, diharapkan agar hasil penelitian ini menjadi bahan perbaikan
untuk kualitas pribadi mahasiswa dalam kompetensi sosial ketika PPL agar kelak
ketika menjadi seorang guru yang sesungguhnya, hal-hal yang menjadi penelitian
ini dapat diterapkan dan ditingkatkan. Berdasarkan penelitian bahwa perlu adanya
perhatian dan peningkatan yang meliputi keinginan pribadi praktikan dalam
kegiatan greeting dengan Dosen Luar Biasa dan inisiasi dalam proses bimbingan,
penghargaan terhadap hasil belajar siswa, meningkatkan kemampuan
menghidupkan suasana kelas, selalu terbuka dan jujur akan kemampuan
penguasaan materi. memperhatikan keaktifan dalam mengikuti kegiatan