• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemilihan Arah Acuan 0o dan Arah Rotasi pada Analisis Korelasi dan Regresi Linier-Sirkular (Kajian Kasus : Peta Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Api Merapi 2010)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemilihan Arah Acuan 0o dan Arah Rotasi pada Analisis Korelasi dan Regresi Linier-Sirkular (Kajian Kasus : Peta Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Api Merapi 2010)"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMILIHAN ARAH ACUAN 0

o

DAN ARAH ROTASI PADA

ANALISIS KORELASI DAN REGRESI LINIER-SIRKULAR

(Kajian Kasus : Peta Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Api Merapi 2010)

ABDUL AZIZ NURUSSADAD

DEPARTEMEN STATISTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

ABDUL AZIZ NURUSSADAD. Pengaruh Pemilihan Arah Acuan 0o dan Arah Rotasi pada

Analisis Korelasi dan Regresi Linier Sirkular (Kajian Kasus : Peta Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Api Merapi 2010). Dibimbing oleh I MADE SUMERTAJAYA dan AHMAD

ANSORI MATTJIK.

Hasil pengukuran tidak hanya menghasilkan data dengan atribut linier, melainkan juga data dengan atribut sirkular. Data sirkular memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh data linier, di mana data sirkular bersifat unik, yaitu data sirkular bergantung pada pemilihan arah acuan 0o dan arah rotasi. Keunikan data sirkular diuji dalam analisis korelasi dan regresi linier sirkular. Hasil analisis korelasi ini membuktikan bahwa pemilihan arah acuan 0o bisa dilakukan secara subyektif karena hasil korelasi linier sirkular menunjukkan nilai yang sama 0,899 untuk semua kemungkinan pemilihan arah acuan 0o dan arah rotasi dari data arah dan jarak yang ada. Untuk analisis regresi linier sirkular diketahui bahwa model yang dibangun memiliki koefisien determinasi dan b0 yang sama yaitu 0,808 dan 5,231 untuk semua kemungkinan pemilihan arah acuan 0o dan arah rotasi dari data arah yang ada (tidak unik). Begitu pula dengan statistik lima serangkai dari sisaan pendugaan dengan analisis regresi linier sirkular memiliki nilai sama yaitu minimum = -2,693, quartil 1 = -0,835, median = -0,171 , quartil 3 = 0,548 , maksimum = 8,421. Dugaan parameter regresi linier sirkular, yaitu b1 dan b2, membentuk siklus yang masing-masing memiliki persamaan b1 = -1,226E-07 - 2,728 cos (α) - 2,655 sin (α) dan b2 = 3,061E-07 - 2,655 cos (α) + 2,728 sin (α) dimana α adalah posisi arah acuan 0o dalam derajat pada masing-masing model.

(3)

PENGARUH PEMILIHAN ARAH ACUAN 0

o

DAN ARAH ROTASI PADA

ANALISIS KORELASI DAN REGRESI LINIER-SIRKULAR

(Kajian Kasus : Peta Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Api Merapi 2010)

ABDUL AZIZ NURUSSADAD

Skripsi

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Statistika pada Departemen Statistika

DEPARTEMEN STATISTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul Skripsi

: Pengaruh Pemilihan Arah Acuan 0

o

dan Arah Rotasi pada

Analisis Korelasi dan Regresi Linier-Sirkular (Kajian Kasus :

Peta Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Api Merapi

2010)

Nama

: Abdul Aziz Nurussadad

NIM :

G14070002

Menyetujui :

Pembimbing I,

Pembimbing II,

Dr. Ir. I Made Sumertajaya, M.Si

Prof. Dr. Ir. A. A. Mattjik, M.Sc

NIP : 196807021994021001

NIP : 194606261970081002

Mengetahui :

Ketua Departemen Statistika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Hari Wijayanto, M.Si

NIP : 196504211990021001

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini berjudul “Pengaruh Pemilihan Arah Acuan 0o dan Arah Rotasi pada Analisis Korelasi dan Regresi Linier Sirkular (Kajian Kasus : Peta Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Api Merapi 2010)”. Karya ilmiah ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Statistika pada Departemen Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. I Made Sumertajaya, M.Si dan Bapak Prof. Dr. Ir. Ahmad Ansori Mattjik, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan arahan selama penulisan karya ilmiah ini. Kepada Ayah, Ibu, Kakak Luthfi, Mbak Uma, dan Nuna tidak lupa penulis haturkan banyak terima kasih atas dukungan semangat dan doa yang tiada putus. Ucapan terimakasih tidak lupa penulis ucapkan pada seluruh pihak yang membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak bisa penulis tuliskan satu persatu.

Bogor, Agustus 2011

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Barito Utara pada tanggal 21 April 1989 sebagai putra kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Dani Ahmad Djuraimy dan Ibu St. Aminah.

Tahun 2001 penulis lulus dari Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Cepoko Ngrambe dan tahun 2004 penulis lulus dari Madrasah Tsanawiyah Negeri Ngrambe. Pada tahun 2007 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Al-Islam 1 Surakarta dan pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor di Mayor Statistika, Departemen Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan pada tahun 2008 penulis mengambil Minor Ekonomi Pembangunan, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB.

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 1

TINJAUAN PUSTAKA ... 1

Kawasan Rawan Bencana III Gunung Api Merapi ... 1

Data Linier ... 1

Data Sirkular ... 1

Ukuran pemusatan data sirkular ... 1

Ukuran penyebaran data sirkular ... 1

Korelasi ... 1

Korelasi linier sirkular ... 2

Analisis Regresi ... 2

Regresi linier sirkular ... 2

METODOLOGI ... 2

Data ... 2

Metode ... 2

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 3

Eksplorasi Data ... 3

Analisis Korelasi ... 3

Analisis korelasi linier ... 3

Analisis korelasi linier sirkular ... 4

Analisis Regresi ... 4

Analisis regresi linier ... 4

Analisis regresi linier sirkular ... 5

Perubahan Nilai Dugaan Parameter regresi Linier Sirkular Menurut Pemilihan Titik Acuan 0o 6 KESIMPULAN ... 7

SARAN ... 7

DAFTAR PUSTAKA ... 8

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Sudut di mana terjadi jarak terdekat dan terjauh pada berbagai kombinasi pemilihan arah acuan 0o dan arah rotasi ... 3 2. Korelasi linier antara arah dan jarak pada berbagai kombinasi arah rotasi dan pemilihan

arah acuan 0o… ... 4 3. Hasil pendugaan parameter regresi pada berbagai kombinasi arah rotasi dan pemilihan

arah acuan 0o ... 4 4. Nilai koefisien determinasi pada berbagai kombinasi arah rotasi dan pemilihan arah acuan 0o pada analisis regresi linier ... 5 5. Hasil pemodelan terhadap parameter regresi linier sirkular ... 6

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Diagram pencar antara arah dan jarak dengan arah acuan A000 dan arah rotasi searah jarum jam ... 3 2. Plot jarak, nilai dugaan dan sisaan pada regresi linier dengan arah acuan A000 dan arah

rotasi searah jarum jam ... 4 3. Plot jarak, nilai dugaan dan sisaan pada regresi linier sirkular dengan arah acuan A000

dan arah rotasi searah jaum jam… ... 5 4. Plot dugaan parameter berdasarkan arah acuan 0o pada arah rotasi searah jarum jam ... 6 5. Plot dugaan parameter berdasarkan arah acuan 0o pada arah rotasi berlawanan arah jarum jam ... 6 6. Plot perubahan nilai dugaan parameter regresi linier sirkular menurut pemilihan titik

acuan 0o.. ... 6

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Statistik lima serangkai dari sisaan analisis regresi linier antara jarak dan arah ... 10 2. Statistik lima serangkai dari sisaan analisis regresi linier sirkular antara jarak dan arah . 10 3. Diagram pencar antara arah dan jarak dengan arah acuan A000 dan arah rotasi searah

jarum jam. ... 11 4. Plot-plot antara jarak, dugaan jarak dan sisaan untuk masing-masing arah 0o pada arah

rotasi searah jarum jam ... 12 5. Plot-plot antara jarak, dugaan jarak dan sisaan untuk masing-masing arah 0o pada arah

rotasi berlawanan arah jarum jam ... 15

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam berbagai bidang ilmu sains, tidak dipungkiri akan pentingnya pengukuran. Seorang peneliti yang melakukan pengukuran terkadang tidak hanya mengukur peubah yang memiliki atribut linier saja melainkan juga peubah yang memiliki atribut sirkular. Seorang vulkanolog yang bertugas mengawasi Gunung Api Merapi tidak hanya perlu mengukur jarak terjauh daerah rawan bencana dari pusat gunung api saja, melainkan arah daerah kawasan rawan bencana terhadap titik yang dipilihnya dari gunung api tersebut.

Menurut Jammalamadaka dan Sengupta (2001), representasi numerik arah tidak perlu unik karena bergantung pada penentuan arah acuan 0o dan arah rotasinya, yaitu searah jarum jam (clockwise) atau berlawanan dengan arah jarum jam (counter-clockwise). Nilai terkecil yang mungkin dari suatu data sirkular adalah sama dengan nilai terbesar dari data sirkular yang hal ini tidak ditemukan pada data linier.

Apakah yang akan terjadi terhadap suatu analisis regresi oleh perbedaan dari arah acuan 0o dan arah rotasi, sementara representasi numerik dari arah dalam statistika sirkular tidaklah unik.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Melihat pengaruh pemilihan arah 0o dan arah rotasi terhadap nilai korelasi dari analisis korelasi linier sirkular.

2. Melihat pengaruh pemilihan arah 0o dan arah rotasi terhadap nilai koefisien determinasi, statistik lima serangkai dari nilai sisaan regresi, dugaan parameter dari analisis regresi linier sirkular.

3. Melihat pola hasil pendugaan parameter pada analisis regresi linier sirkular.

TINJAUAN PUSTAKA

Kawasan Rawan Bencana III Gunung Api Merapi

Gunung Api Merapi (2968m dpl) di Jawa Tengah adalah gunung api tipe Strato yang paling sering meletus di Indonesia. Kawasan rawan bencana III adalah daerah yang sering terlanda awan panas, aliran lava, guguran batu (pijar), gas racun dan lontaran batu (pijar) hingga radius 2 km BSN (1998)

Data Linier

Data linier adalah data yang hanya memiliki satu dimensi pengukuran. Ciri lain dari data linier adalah memiliki nilai minimum dan maksimum.

Data Sirkular

Data sirkular adalah data dengan pengukuran dua dimensi. Misalkan dari koordinat Cartesius (x,y) maka bisa diperoleh koordinat Polar (r,α), di mana r merupakan jarak terhadap titik asal (O) dan α merupakan arctan (x/y). Kumpulan dari α adalah data sirkular. Sebelum data sirkular diukur, perlu dilakukan penentuan arah 0o dan arah rotasinya, apakah searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam.

Dalam statistika sirkular, besarnya vektor arah (r) tidak diperhatikan, oleh karena itu vektor arah dibuat menjadi satuan unit jarak (misal r = 1). Sehingga dalam pengukuran skalar didapat satu unit lingkaran dengan titik

P (1, α).

Ukuran pemusatan data sirkular

Ukuran pemusatan data sirkular sering disebut dengan istilah rata-rata arah atau dikenal juga dengan istilah “preferred direction”. Rata-rata arah (α0) adalah

tan , jika C > 0 dan S ≥ 0 , jika C = 0 dan S > 0

tan , jika C < 0

tan , jika C ≥ 0 dan S < 0 , jika C = 0 dan S = 0 dengan ∑ cos , ∑ sin

Ukuran penyebaran data sirkular

Ukuran penyebaran data sirkular dilambangkan dengan , dengan

, dengan 0 ≤ D ≤ 1 di mana

dengan n = banyaknya pengamatan. Nilai D semakin mendekati 1 menunjukkan penyebaran data semakin merata, dan sebaliknya semakin mendekati 0 menunjukkan penyebaran data semakin terpusat ke salah satu titik.

Korelasi

Korelasi adalah nilai yang menunjukkan kekuatan dan arah hubungan linier antara dua peubah acak. Nilai korelasi antara peubah x

(10)

, ∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑ ∑

Nilai korelasi positif menunjukkan bahwa nilai dua peubah tersebut memiliki hubungan linier positif dan begitu juga sebaliknya. Semakin dekat nilai korelasi dengan -1 atau +1, semakin kuat korelasi antara kedua peubah tersebut, sebaliknya jika nilai korelasinya mendekati 0, maka semakin lemah korelasi antara dua peubah tersebut (Juanda 2009).

Korelasi linier sirkular

Dalam korelasi linier sirkular, salah satu peubah memiliki atribut linier misalkan x

sedangkan peubah lainnya memiliki atribut sirkular misalkan α. Mardia (1976) dan Johnson dan Wehry (1977) dalam menghitung korelasi linier sirkular menyarankan untuk menggunakan korelasi berganda antara x terhadap nilai cos α dan sin α, yaitu :

dengan

nilai korelasi antara x dan cos α, nilai korelasi antara x dan sin α, nilai korelasi antara cos α dan sin α. Nilai korelasi linier sirkular memiliki nilai antara 0 dan 1, semakin mendekati 0 maka korelasi linier sirkular semakin lemah sementara semakin mendekati 1 maka korelasi linier sirkular semakin kuat, tidak dikenal adanya korelasi positif dan korelasi negatif di korelasi linier sirkular.

Analisis Regresi

Analisis regresi digunakan untuk menggambarkan hubungan antara dua atau lebih peubah, yang salah satu peubahnya merupakan peubah tak bebas dan lainnya merupakan peubah bebas.

Regresi linier sirkular

Regresi linier sirkular adalah salah satu bentuk regresi sirkular dimana peubah responnya merupakan peubah dengan tipe data linier dan peubah penjelasnya adalah data dengan tipe data sirkular, sehingga terdapat pasangan data (αi, yi).

Menurut Mardia dan Sutton (1978) dalam Mardia dan Jupp (2000), Model regresi linier sirkular adalah sebagai berikut :

cos sin

dengan : A0 = rataan umum.

Sedangkan, menurut Jammaladaka dan SenGupta (2001), model regresi dari regresi linier sirkular adalah

cos

dengan A0 = rataan umum, A1 = amplitudo, = acrophase.

Dua model regresi di atas adalah identik dimana, dan tan .

METODOLOGI

Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersumber dari Peta Kawasan Rawan Gunung Api Merapi tahun 2010 yang dikeluarkan oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Peta berisi Kawasan Rawan Bencana I, II dan III. Untuk penelitian ini, hanya digunakan Kawasan Rawan Bencana III saja. Pengukuran secara manual sehingga diperoleh data yang terdiri dari 360 observasi dengan 2 peubah. Penjelasan dari peubah tersebut sebagai berikut :

peubah keterangan

arah

Arah letusan dari Gunung Api Merapi sebagai peubah penjelas dengan tipe sirkular terdapat 16 kombinasi antara pemilihan arah acuan 0o (8 arah mata angin) dan arah rotasi (2 arah rotasi).

jarak

Jarak terluar Kawasan Rawan Bencana III yang diukur dari titik pusat yang dipilih, yaitu

Solfatara (titik letusan) Gunung Api Merapi, sebagai peubah respon dengan tipe linier.

Metode

Prosedur – prosedur yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian ini yaitu :

1. Melakukan pemilihan arah acuan 0o dari Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Api Merapi 2010 yaitu 8 arah utama mata angin, utara (A000), timur laut (A045), timur (A090), tenggara (A135), selatan (A180), barat daya (A225), barat (A270) dan barat laut (A315).

2. Menentukan arah rotasi apakah searah dengan jarum jam atau berlawanan dengan arah jarum.

(11)

sudut pada langkah 3 sehingga diperoleh (αi, xi).

4. Mentransformasi xike jarak sebenarnya

melalui informasi jarak pada peta. 5. Melakukan analisis korelasi linier

sirkular antara x dan α untuk masing-masing pasangan x dan α.

6. Melakukan analisis regresi linier sirkular dengan x sebagai peubah respon dan α sebagai peubah penjelas untuk masing-masing pasangan x dan

α.

7. Melakukan langkah 2, 3, 4, 6 tapi dengan pemilihan arah acuan mulai dari A000 sampai dengan A359.

8. Melakukan analisis regresi linier sirkular terhadap 360 parameter b1 dan b2 yang didapat dari langkah 7.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Eksplorasi Data

Gambar 1 Diagram pencar antara arah dan jarak dengan arah acuan A000 dan arah rotasi searah jarum jam. Gambar 1 adalah diagram pencar antara jarak terdekat antara KRB III dan solfatara

terhadap arah dimana arah 0o-nya adalah arah utara (A000) dan searah jarum jam.

Secara keseluruhan, jarak terdekat KRB III dari titik pusat yang dipilih (Solfatara) adalah sejauh 2,115 km pada arah 45o dengan putaran searah jarum jam dari utara. Sedangkan jarak terjauh KRB III adalah sejauh 15,808 km pada arah 169o dengan putaran searah jarum jam dari utara (A000).

Jarak terdekat dan terjauh tetap sama, yaitu 2,115 km dan 15,808 km untuk semua kombinasi antara pemilihan arah acuan 0o dan arah rotasi. Namun, tentu saja untuk arah, dalam derajat, terjadinya jarak terjauh berbeda-beda sesuai dengan kombinasi yang dipilih. Misalkan untuk timur laut (A045) dengan arah rotasi ke kanan, maka karena arah 0o bergeser sejauh 45o maka untuk jarak terdekat antara KRB III dan Solfatara adalah di arah (45-45)o = 0o sementara untuk jarak terjauh terjadi di (169-45)o = 124o.

Sedangkan untuk arah rotasi berlawanan arah jarum jam, jarak terdekat KRB III dari titik pusat yang dipilih (Solfatara) pada arah acuan 0o di arah utara terjadi pada sudut (360-45)o = 315o dan jarak terjauh KRB III terjadi pada arah 191o.

Untuk lebih lengkapnya untuk pergeseran jarak terdekat dan jarak terjauh antara KRB III dan titik pusat yang dipilih (Solfatara) berdasarkan pemilihan arah 0o dan arah rotasi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Sudut terjadinya jarak terdekat dan terjauh pada berbagai kombinasi pemilihan arah acuan 0o dan arah rotasi Arah Rotasi Posisi arah acuan 0o

Jarak KRB III-Solfatara Jarak terdekat

Jarak Terjauh

A000 45 o 169 o

A045 0 o =360 o 124 o

A090 315 o 79 o

Searah jarum jam

A135 270 o 34 o

A180 225 o 349 o

A225 180 o 304 o

A270 135 o 259 o

A315 90 o 214 o

A000 315 o 191 o

A045 0 o =360 o 236 o

A090 45 o 281 o

Berlawanan arah jarum jam

A135 90 o 326 o

A180 135 o 11 o

A225 180 o 56 o

A270 225 o 101 o

A315 270 o 146 o

Selisih sudut diantara jarak terdekat dan terjauh adalah 124o dan 236o. Namun menurut Jamalada dan SenGupta (2001), jarak antara dua sudut didefinisikan sebagai jarak terkecil diantara keduanya, maka selisih sudut diantara jarak terdekat dan jarak terjauh adalah sejauh 124o.

Analisis Korelasi Analisis korelasi linier

Korelasi linier yang digunakan adalah korelasi pearson yang mencari hubungan antara dua peubah yang sama-sama linier, sehingga dalam kasus ini peubah arah dianggap memiliki tipe data linier.

0 5 10 15 20

0 45 90 135 180 225 270 315 360

(12)

Tabel 2 Korelasi linier antara arah dan jarak pada berbagai kombinasi arah rotasi dan pemilihan arah acuan 0o

Arah acuan0o

Searah jarum jam

Berlawanan arah jarum jam

A000 0,425 -0,425

A045 -0,007 0,007

A090 -0,434 0,434

A135 -0,742 0,742

A180 -0,410 0,410

A225 -0,053 0,053

A270 0,502 -0,502

A315 0,743 -0,743

Nilai korelasi linier antara pasangan yang searah jarum jam dan berlawanan arah jarum jam memiliki nilai yang berbeda hanya pada tanda namun selalu memiliki besaran korelasi yang sama. Korelasi terkuat terjadi terjadi pada korelasi antara jarak dengan arah dengan A315, yaitu sebesar 0,742 untuk pemilihan arah rotasi searah jarum jam dan sebesar -0,742 untuk pemilihan arah rotasi berlawanan dengan arah rotasi jarum jam. Sedangkan korelasi terlemah antara jarak dengan arah terjadi pada A045, yaitu sebesar -0,007 untuk pemilihan arah rotasi searah jarum jam dan sebesar 0,007 untuk pemilihan arah rotasi berlawanan arah rotasi jarum jam.

Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan arah acuan 0o akan menyebabkan perbedaan nilai korelasi dalam analisis korelasi linier. Sedangkan perbedaan arah rotasi akan menyebabkan perbedaan arah korelasi apakah korelasi antara dua peubah positif atau negatif dalam korelasi linier.

Analisis korelasi linier sirkular

Rumus korelasi yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan Mardia (1976) yang menggunakan rumus korelasi berganda yang menghitung korelasi antara jarak terhadap nilai cos dari αrah dan nilai sin dari αrah.

Hasil dari analisis korelasi menunjukkan bahwa nilai korelasi linier sirkular sama untuk semua kombinasi baik untuk yang searah jarum jam maupun berlawan arah jarum untuk semua kemungkinan arah acuan 0o yaitu sebesar 0,899. Hal ini menunjukkan bahwa arah acuan 0o dan arah rotasi tidak mempengaruhi nilai korelasi antara arah dan jarak dalam analisis korelasi linier sirkular.

Keunikan lain dari nilai korelasi linier sirkular adalah nilai korelasi tetap sama

walaupun arah rotasi dibalik, yang hal ini berbeda dengan hasil korelasi linier yang ketika dibalik terjadi perubahan tanda. Hal ini disebabkan karena korelasi linier sirkular tidak mengenal adanya nilai korelasi yang negatif.

Analisis Regresi Analisis regresi linier

Analisis Regresi Linier Sederhana dilakukan untuk melihat pengaruh pemilihan arah acuan 0o dan arah rotasi terhadap hasil dari regresi linier.

Gambar 2 Plot jarak, nilai dugaan dan sisaan pada regresi linier dengan arah acuan A000 dan arah rotasi searah jarum jam.

Dalam analisis regresi linier untuk data sirkular, tampak bahwa sebaran sisaan sama dengan sebaran nilai jarak, namun juga dapat dilihat bahwa nilai sisaan cenderung besar. Tabel 3 Hasil Pendugaan Parameter Regresi

pada berbagai kombinasi arah rotasi dan pemilihan arah acuan 0o

Arah Rotasi Arah 0o

Penduga Parameter

b0 b1

Searah jarum jam

A000 3,032 0,012

A045 5,269 -0,000

A090 7,475 -0,012

A135 9,070 -0,021

A180 7,354 -0,012

A225 5,505 -0,002

A270 2,633 0,014

A315 1,390 0,021

Berlawanan arah jarum

jam

A000 3,032 0,012

A045 5,269 -0,000

A090 7,475 -0,012

A135 9,070 -0,021

A180 7,354 -0,012

A225 5,505 -0,002

A270 2,633 0,014

A315 1,390 0,021

-10 -5 0 5 10 15 20

0 45 90 135 180 225 270 315 360

Jarak

(k

m

)

Arah (o)

Jarak

(13)

Nilai dugaan parameter b1 cenderung sangat kecil untuk semua kombinasi antara arah 0o dan arah rotasi yang ada, hal ini menunjukkan bahwa perubahan arah cenderung tidak berpengaruh banyak pada hasil dugaan nilai jarak.

Pada Tabel 4, tampak bahwa parameter regresi yang terbentuk sama sekali tidak dipengaruhi oleh pemilihan arah rotasi namun dipengaruhi oleh pemilihan arah 0o. Hal ini dapat juga dilihat pada Tabel 3, dari nilai b0 dan b1 pada titik arah mata angin sama dengan pasangannya yang berbeda arah rotasinya. Tabel 4 Nilai koefisien determinasi pada

berbagai kombinasi arah rotasi dan pemilihan arah acuan 0o pada analisis regresi linier

Arah Rotasi Arah 0o Koefisien Determinasi

Searah jarum jam

A000 0,181

A045 0,000

A090 0,188

A135 0,551

A180 0,168

A225 0,003

A270 0,253

A315 0,552

Berlawanan arah jarum

jam

A000 0,181

A045 0,000

A090 0,188

A135 0,551

A180 0,168

A225 0,003

A270 0,253

A315 0,552

Nilai koefisien determinasi terbesar terjadi pada A315 yaitu sebesar 0,552 baik untuk yang arah rotasinya searah jarum jam maupun yang berlawanan arah jarum jam, sedangkan nilai koefisien determinasi terkecil terjadi pada A045 yaitu sebesar 0,000 baik untuk yang arah rotasinya searah jarum jam maupun yang berlawanan dengan arah jarum jam.

Pemilihan arah rotasi tidak berpengaruh pada nilai koefisien determinasi. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi yang sama pada titik arah mata angin yang sama dengan pasangannya yang berbeda arah rotasinya.

Untuk statistik lima serangkai dari sisaan untuk masing-masing model yang terdiri dari nilai minimum, quartil 1, median, quartil 3 dan nilai maksimum (Lampiran 1), karena dugaan parameter regresinya sama untuk titik arah mata angin yang sama dengan pasangannya yang berbeda arah rotasinya maka statistik lima serangkai dari titik arah mata angin akan selalu sama dengan pasangannya yang berbeda arah rotasinya.

Analisis regresi linier sirkular

Analisis Regresi Linier Sirkular dengan jarak sebagai peubah respon dan arah sebagai peubah penjelas.

Gambar 3 Plot jarak, nilai dugaan dan sisaan pada regresi linier sirkular dengan arah acuan A000 dan arah rotasi searah jarum jam.

Berbeda halnya dengan regresi linier, nilai dugaan dari regresi linier sirkular tidak berupa garis lurus, hal ini juga menyebabkan sebaran sisaan tidak sama dengan sebaran dari nilai amatan (jarak) seperti tampak pada Gambar 3.

Arah ditransformasi ke linier melalui fungsi cosinus dan sinus kemudian dilakukan analisis regresi berganda dengan jarak sebagai peubah respon, dan sebagai peubah penjelas digunakan cosinus (αrah) dan sinus (αrah). Sehingga didapat persamaan regresi sebagai berikut

jarak = b0 + b1 cos(αrah) + b2 sin (αrah)

Hasil yang dilihat dari analisis regresi linier sirkular ini adalah koefisien determinasi, statistik lima serangkai dari sisaan, dan dugaan parameter.

‐5 5 15

0 45 90 135 180 225 270 315 360

(14)

Gambar 4 Plot dugaan parameter berdasarkan arah acuan 0o pada arah rotasi searah jarum jam. Tampak pada Gambar 4 bahwa dugaan parameter untuk β1 cenderung turun dari A000 kemudian naik ketika pada A45 sampai A225, kemudian terus turun. Sementara itu dugaan untuk parameter β2 memiliki titik terendah ketika pada arah A045 kemudian terus naik dan mencapai titik puncak pada arah A225 kemudian terus turun sampai kembali ke titik terendah pada arah A045.

Sementara itu dugaan parameter untuk β0 memiliki nilai yang konstan yaitu sebesar 5,231 tidak bergantung pada dimana arah 0o terletak atau tidak dipengaruhi oleh pemilihan arah acuan 0o .

Gambar 5 Plot dugaan parameter berdasarkan arah acuan 0o pada arah rotasi berlawanan arah jarum jam.

Tampak pada Gambar 5, bahwa pendugaan parameter sama sekali tidak dipengaruhi oleh arah rotasi. Sehingga secara keseluruhan didapatkan bahwa hasil pendugaan parameter tidak dipengaruhi oleh arah rotasi melainkan pemilihan arah 0o.

Nilai koefisien determinasi dari semua persamaan regresi yang dilakukan analisis menunjukkan nilai yang sama, yaitu 0.808, sesuai dengan hasil korelasi berganda yang sama.

Sementara itu, untuk statistik lima serangkai (Lampiran 2) dari sisaan seluruh model yang dilakukan analisis, memiliki nilai yang sama walaupun arah acuan dan arah rotasinya berbeda. Hal itu berlaku baik untuk nilai minimum, quartil 1, median, quartil 3 maupun nilai maksimum antar model yang diuji.

Perubahan Nilai Dugaan Parameter Regresi Linier Sirkular Menurut Pemilihan

Arah Acuan 0o

Dari pembahasan sebelumnya diketahui bahwa nilai dugaan parameter regresi linier sirkular tidak dipengaruhi oleh arah rotasi. sehingga dalam melihat perubahan nilai dugaan parameter regresi linier sirkular hanya didasarkan pada perubahan pemilihan arah acuan 0o dari A000 sampai A359 (360 persamaan regresi).

Gambar 6 Plot perubahan nilai dugaan parameter regresi linier sirkular menurut pemilihan titik acuan 0o. Tabel 5 Hasil pemodelan terhadap

parameter regresi linier sirkular.

Model 1 Model 2

Sisaan

minimum -5,308E-05 -5,332E-06

quartil 1 -1,805E-06 -2,518E-06

median 1,68E-07 -2,22E-07

quartil 3 2,07E-06 1,929E-06

maksimum 5.862E-06 9,831E-05

Dugaan Parameter

a0 -1,34E-07 3,06E-07

a1 -2,728 -2,655

a2 -2,655 2,728

Koefisien Determinasi 1 1

Model 1: b1 = a0 + a1 cos (acuan) + a2 sin (acuan)

Model 2: b2 = a0 + a1 cos (acuan) + a2 sin (acuan)

Dari Gambar 5 dan Tabel 5, tampak bahwa analisis regresi linier sirkular antara dugaan parameter dan arah acuan membentuk suatu

5.231 -2.728 -3.806 -2.655 0.051 2.728 3.806 2.655 -0.051 -2.728 -2.655 0.051 2.728 3.806 2.655 -0.051 -2.728 -3.806 -2.655 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6

0 45 90 135 180 225 270 315 360

Posisi Arah Acuan 0o(0)

b0 b1 b2 5.231 -2.728 -3.806 -2.655 0.051 2.728 3.806 2.655 -0.051 -2.728 -2.655 0.051 2.728 3.806 2.655 -0.051 -2.728 -3.806 -2.655 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6

0 45 90 135 180 225 270 315 360

Posisi Arah Acuan 0o(0)

b0 b1 b2 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6

0 45 90 135180225270315360

b0

b1

(15)

persamaan dengan koefisien determinasi sama dengan 1 dan nilai sisaan yang mendekati nol. Dapat pula terlihat bahwa plot di atas membentuk suatu kurva sinus yang sempurna.

Hal ini dapat dijelaskan melalui sifat trigonometri, ketika dipilih acuan berupa sudut α, maka model regresi linier sirkular adalah

jarak = b0 + b1cos(α) + b2sin(α) + ε

ketika arah acuan α ini digeser sejauh β ke kanan pada regresi linier sirkular dengan arah rotasi searah jarum jam, maka persamaan tersebut berubah menjadi

jarak=b0+b1cos(α+β)+b2sin(α+β) + ε

dengan rumus penjumlahan dua sudut trigonometri maka didapat model regresi linier sirkular sebagai berikut

jarak= b0+[b1cos(β)+b2sin(β)]cos(α)+[b2cos(β

)-b1sin(β)]sin(α)+ε

dapat terlihat dengan jelas bahwa perubahan arah acuan sejauh β hanya akan merubah konstanta parameternya saja. Namun perlu diingat, dugaan parameter masih mengandung komponen trigonometri, yang mana hal ini menyebabkan plot dari dugaan parameter model membentuk kurva sinus sempurna.

Berdasarkan persamaan yang ditunjukkan oleh Jammaladaka dan SenGupta (2001) maka persamaan regresi di atas bisa dirubah dalam bentuk lain yaitu menjadi

cos , secara umum persamaan regresi dari kawasan rawan bencana III Gunung Api Merapi 2010 memiliki persamaan sebagai berikut 5, , cos ,

dan perbedaan hanya pada acrophasenya saja yang terus bergeser seiring pergeseran titik acuan 0o yang dipilih.

Sehingga pada akhirnya memudahkan interpretasi persamaan regresi linier sirkular untuk kawasan rawan bencana III Gunung Api Merapi 2010, yaitu semakin besar nilai cos dari sudut minus acrophase maka akan semakin jauh jarak antara solfatara gunung api merapi dengan jarak terluas kawasan rawan bencana III Gunung Api Merapi 2010 begitu pula sebaliknya.

Nilai koefisien determinasi yang sama, yaitu sebesar 80,8%, dari seluruh persamaan regresi linier sirkular juga memudahkan interpretasi dari persamaan regresi linier sirkular ini, yaitu 80,8% keragaman dari jarak kawasan rawan bencana III dapat dijelaskan

oleh nilai dari cos α dan sin α, sisanya dijelaskan faktor lain diluar model.

KESIMPULAN

Dalam analisis korelasi linier, perbedaan arah acuan 0o menyebabkan perbedaan nilai korelasi, sementara perbedaan arah rotasi akan menyebabkan perbedaan arah korelasi dari dua peubah apakah positif atau negatif. Sementara dalam analisis korelasi linier sirkular, perbedaan arah acuan 0o dan arah rotasi sama sekali tidak mempengaruhi nilai korelasi linier sirkular.

Dalam analisis regresi linier, perbedaan arah acuan 0o akan menyebabkan perbedaan persamaan regresi yang dibentuk, baik dari sisi dugaan parameter, sisaan, maupun koefisien determinasi. Sedangkan perbedaan arah rotasi tidak berpengaruh terhadap persamaan regresi. Semantara itu dalam analisis regresi linear sirkular, perbedaan arah acuan 0o hanya menimbulkan perbedaan dugaan parameter persamaan regresi linier sirkular, sedangkan koefisien determinasi dan statistik lima serangkai dari sisaan adalah sama. Sedangkan perbedaan arah rotasi tidak berpengaruh terhadap persamaan regresi linier sirkular yang dibentuk.

Perbedaan dugaan parameter dalam analisis regresi linier sirkular yang disebabkan perbedaan arah acuan 0o dengan pola teratur. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya persamaan regresi linier sirkular itu sama anatar satu dengan yang lainnya.

Sehingga pada akhirnya dapat disimpulkan pemilihan arah 0o dan arah rotasi pada korelasi linier sirkular dan regresi linier sirkular dapat dilakukan secara subyektif karena berbeda halnya dengan analisis linier, analisis data sirkular menghasilkan hasil yang selalu sama yang tidak bergantung pada arah acuan 0o dan arah rotasi.

SARAN

(16)

DAFTAR PUSTAKA

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1998.

Penyusunan Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Api. SNI-13-4689-1998. ICS 07.060

Batscheled E. 1981. Circular Statistics in Biology. Academic Press

Chernov N. 2011. Circular and Linier Regression Fitting Circles and Lines by Least Squares. Boca Raton : CRC Press. Jammalamadaka SR, Sarma YR. 1988. A

Correlation Coefficient for Angular

Variables. In Matusita, K. editor,

Statistical Theory and Data Analysis II, pages 349—364. North Holland, Amsterdam.

Jammalamadaka SR, SenGupta A. 2001.

Topics in Circular Statistics. Singapura : World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd Juanda B. 2009. Permodelan dan Pendugaan.

Bogor : IPB Press.

Johnson RA, Wehrly TE. 1977. Measures and models for angular correlation and angular-linier correlation. Jurnal of Royal Statistics Society, 39, 222-229.

Mardia KV. 1976. Linier-Circular Correlation Coefficients and rythmometry. Biometrika, 63, 403-405.

Mardia KV, Jupp PE. 2000. Directional Statistics. West Susset : John Wiley & Sons Ltd

                           

(17)
(18)

Lampiran 1 Statistik lima serangkai dari sisaan analisis regresi linier antara jarak dan arah.

Arah Rotasi Arah 0o Sisaan

Minimum Quartil 1 Median Quartil 3 Maksimum

Searah jarum jam

A000 -5.008 -1.578 -0.865 2.303 10.705

A045 -3.154 -2.780 -1.116 2.646 10.565

A090 -4.975 -1.611 -0.741 2.017 9.321

A135 -4.955 -1.554 -0.285 1.481 7.465

A180 -2.850 -2.339 -0.646 1.898 12.580

A225 -3.116 -2.758 -1.118 2.781 10.767

A270 -2.748 -2.270 -0.514 1.312 9.426

A315 -4.919 -1.446 -0.082 1.186 9.838

Berlawanan arah jarum jam

A000 -5.008 -1.578 -0.865 2.303 10.705

A045 -3.154 -2.780 -1.116 2.646 10.565

A090 -4.975 -1.611 -0.741 2.017 9.321

A135 -4.955 -1.554 -0.285 1.481 7.465

A180 -2.850 -2.339 -0.646 1.898 12.580

A225 -3.116 -2.758 -1.118 2.781 10.77

A270 -2.748 -2.270 -0.514 1.312 9.426

A315 -4.919 -1.446 -0.082 1.186 9.838

Lampiran 2 Statistik lima serangkai dari analisis regresi linier sirkular antara jarak dan arah.

Arah Rotasi Arah 0o Sisaan

Minimum Quartil 1 Median Quartil 3 Maksimum

Searah jarum jam

A000 -2.693 -0.835 -0.171 0.548 8.421

A045 -2.693 -0.835 -0.171 0.548 8.421

A090 -2.693 -0.835 -0.171 0.548 8.421

A135 -2.693 -0.835 -0.171 0.548 8.421

A180 -2.693 -0.835 -0.171 0.548 8.421

A225 -2.693 -0.835 -0.171 0.548 8.421

A270 -2.693 -0.835 -0.171 0.548 8.421

A315 -2.693 -0.835 -0.171 0.548 8.421

Berlawanan arah jarum jam

A000 -2.693 -0.835 -0.171 0.548 8.421

A045 -2.693 -0.835 -0.171 0.548 8.421

A090 -2.693 -0.835 -0.171 0.548 8.421

A135 -2.693 -0.835 -0.171 0.548 8.421

A180 -2.693 -0.835 -0.171 0.548 8.421

A225 -2.693 -0.835 -0.171 0.548 8.421

A270 -2.693 -0.835 -0.171 0.548 8.421

(19)

Lampiran 3 Diagram pencar antara arah dan jarak dengan arah acuan A000.

3.1 Diagram pencar antara arah dan jarak dengan arah acuan A000 dan arah rotasi searah jarum jam.

3.2 Diagram pencar antara arah dan jarak dengan arah acuan A000 dan arah rotasi berlawanan arah jarum jam.

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

0 45 90 135 180 225 270 315 360

Jarak

KRB III

ke

Solfatara

(km

)

Arah (o)

Jarak

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

0 45 90 135 180 225 270 315 360

Jarak

KRB

III ke

Solfatara

(km

)

Arah (o)

(20)

Lampiran 4 Plot-plot antara jarak, dugaan jarak dan sisaan terhadap arah untuk masing-masing arah acuan 0o pada arah rotasi searah jarum jam.

4.1 Plot-plot antara jarak, dugaan jarak dan sisaan terhadap arah pada arah acuan A000 dan arah rotasi searah jarum jam.

4.2 Plot-plot antara jarak, dugaan jarak dan sisaan terhadap arah pada arah acuan A045 dan arah rotasi searah jarum jam.

4.3 Plot-plot antara jarak, dugaan jarak dan sisaan terhadap arah pada arah acuan A090 dan arah rotasi searah jarum jam.

-5 0 5 10 15 20

0 90 180 270 360

Jarak

Dugaan Jarak Sisaan

-5 0 5 10 15 20

0 90 180 270 360

Jarak

Dugaan Jarak Sisaan

-5 0 5 10 15 20

0 90 180 270 360

Jarak

(21)

4.4 Plot-plot antara jarak, dugaan jarak dan sisaan terhadap arah pada arah acuan A135 dan arah rotasi searah jarum jam.

4.5 Plot-plot antara jarak, dugaan jarak dan sisaan terhadap arah pada arah acuan A180 dan arah rotasi searah jarum jam.

4.6 Plot-plot antara jarak, dugaan jarak dan sisaan terhadap arah pada arah acuan A225 dan arah rotasi searah jarum jam.

-5 0 5 10 15 20

0 90 180 270 360

Jarak

Dugaan Jarak Sisaan

-5 0 5 10 15 20

0 90 180 270 360

Jarak

Dugaan Jarak Sisaan

-5 0 5 10 15 20

0 90 180 270 360

Jarak

(22)

4.7 Plot-plot antara jarak, dugaan jarak dan sisaan terhadap arah pada arah acuan A270 dan arah rotasi searah jarum jam.

4.8 Plot-plot antara jarak, dugaan jarak dan sisaan terhadap arah pada arah acuan A315 dan arah rotasi searah jarum jam.

-5 0 5 10 15 20

0 90 180 270 360

Jarak

Dugaan Jarak Sisaan

-5 0 5 10 15 20

0 90 180 270 360

Jarak

(23)

Lampiran 5 Plot-plot antara jarak, dugaan jarak dan sisaan terhadap arah untuk masing-masing arah acuan 0o pada arah rotasi berlawanan arah jarum jam.

5.1 Plot-plot antara jarak, dugaan jarak dan sisaan terhadap arah pada arah acuan A000 dan arah rotasi berlawanan arah jarum jam.

5.2 Plot-plot antara jarak, dugaan jarak dan sisaan terhadap arah pada arah acuan A045 dan arah rotasi berlawanan arah jarum jam.

5.3 Plot-plot antara jarak, dugaan jarak dan sisaan terhadap arah pada arah acuan A090 dan arah rotasi berlawanan arah jarum jam.

-5 0 5 10 15 20

0 90 180 270 360

Jarak

Dugaan Jarak Sisaan

-5 0 5 10 15 20

0 90 180 270 360

Jarak

Dugaan Jarak Sisaan

-5 0 5 10 15 20

0 90 180 270 360

Jarak

(24)

5.4 Plot-plot antara jarak, dugaan jarak dan sisaan terhadap arah pada arah acuan A135 dan arah rotasi berlawanan arah jarum jam.

5.5 Plot-plot antara jarak, dugaan jarak dan sisaan terhadap arah pada arah acuan A180 dan arah rotasi berlawanan arah jarum jam.

5.6 Plot-plot antara jarak, dugaan jarak dan sisaan terhadap arah pada arah acuan A225 dan arah rotasi berlawanan arah jarum jam.

-5 0 5 10 15 20

0 90 180 270 360

Jarak

Dugaan Jarak Sisaan

-5 0 5 10 15 20

0 90 180 270 360

Jarak

Dugaan Jarak Sisaan

-5 0 5 10 15 20

0 90 180 270 360

Jarak

(25)

5.7 Plot-plot antara jarak, dugaan jarak dan sisaan terhadap arah pada arah acuan A270 dan arah rotasi berlawanan arah jarum jam.

5.8 Plot-plot antara jarak, dugaan jarak dan sisaan terhadap arah pada arah acuan A315 dan arah rotasi berlawanan arah jarum jam.

-5 0 5 10 15 20

0 90 180 270 360

Jarak

Dugaan Jarak Sisaan

-5 0 5 10 15 20

0 90 180 270 360

Jarak

(26)

Lampiran 6. Sintaks R

#Membaca Data

sirk<-read.csv(file="data.csv",head=TRUE,sep=",") jarak<-sirk$jarak

x0<-sirk$X0 x1<-sirk$X1

x359<-sirka$X359

#Mengaktifkan package CircStats

library(CircStats)

#Mengubah arah ke dalam Radian

r.x0<-rad(x0) r.x1<-rad(x1)

r.x359<-rad(x359)

#Korelasi Linier

r.lin.0<-cor(x0,jarak) r.lin.1<-cor(x1,jarak)

r.lin.359<-cor(x359,jarak)

#Korelasi Sirkular

r.sirk.x0<-sqrt((cor(x0,cos(jarak))^2 + cor(x0,sin(jarak))^2 -

2*cor(x0,cos(jarak))*cor(x0,sin(jarak))*cor(cos(jarak),sin(jarak)))/(1 - cor(cos(jarak),sin(jarak))^2))

#Regresi Linier

reg.lin.x0<-lm(jarak~x0) reg.lin.x1<-lm(jarak~x1)

reg.lin.x359<-lm(jarak~x359)

#Regresi Sirkular

reg.x0<- lm(jarak ~ cos(r.x0 ) +sin(r.x0 )) reg.x1<- lm(jarak ~ cos(r.x1 ) +sin(r.x1 ))

reg.x359<- lm(jarak ~ cos(r.x359 ) +sin(r.x359 ))

(27)

RINGKASAN

ABDUL AZIZ NURUSSADAD. Pengaruh Pemilihan Arah Acuan 0o dan Arah Rotasi pada

Analisis Korelasi dan Regresi Linier Sirkular (Kajian Kasus : Peta Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Api Merapi 2010). Dibimbing oleh I MADE SUMERTAJAYA dan AHMAD

ANSORI MATTJIK.

Hasil pengukuran tidak hanya menghasilkan data dengan atribut linier, melainkan juga data dengan atribut sirkular. Data sirkular memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh data linier, di mana data sirkular bersifat unik, yaitu data sirkular bergantung pada pemilihan arah acuan 0o dan arah rotasi. Keunikan data sirkular diuji dalam analisis korelasi dan regresi linier sirkular. Hasil analisis korelasi ini membuktikan bahwa pemilihan arah acuan 0o bisa dilakukan secara subyektif karena hasil korelasi linier sirkular menunjukkan nilai yang sama 0,899 untuk semua kemungkinan pemilihan arah acuan 0o dan arah rotasi dari data arah dan jarak yang ada. Untuk analisis regresi linier sirkular diketahui bahwa model yang dibangun memiliki koefisien determinasi dan b0 yang sama yaitu 0,808 dan 5,231 untuk semua kemungkinan pemilihan arah acuan 0o dan arah rotasi dari data arah yang ada (tidak unik). Begitu pula dengan statistik lima serangkai dari sisaan pendugaan dengan analisis regresi linier sirkular memiliki nilai sama yaitu minimum = -2,693, quartil 1 = -0,835, median = -0,171 , quartil 3 = 0,548 , maksimum = 8,421. Dugaan parameter regresi linier sirkular, yaitu b1 dan b2, membentuk siklus yang masing-masing memiliki persamaan b1 = -1,226E-07 - 2,728 cos (α) - 2,655 sin (α) dan b2 = 3,061E-07 - 2,655 cos (α) + 2,728 sin (α) dimana α adalah posisi arah acuan 0o dalam derajat pada masing-masing model.

(28)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam berbagai bidang ilmu sains, tidak dipungkiri akan pentingnya pengukuran. Seorang peneliti yang melakukan pengukuran terkadang tidak hanya mengukur peubah yang memiliki atribut linier saja melainkan juga peubah yang memiliki atribut sirkular. Seorang vulkanolog yang bertugas mengawasi Gunung Api Merapi tidak hanya perlu mengukur jarak terjauh daerah rawan bencana dari pusat gunung api saja, melainkan arah daerah kawasan rawan bencana terhadap titik yang dipilihnya dari gunung api tersebut.

Menurut Jammalamadaka dan Sengupta (2001), representasi numerik arah tidak perlu unik karena bergantung pada penentuan arah acuan 0o dan arah rotasinya, yaitu searah jarum jam (clockwise) atau berlawanan dengan arah jarum jam (counter-clockwise). Nilai terkecil yang mungkin dari suatu data sirkular adalah sama dengan nilai terbesar dari data sirkular yang hal ini tidak ditemukan pada data linier.

Apakah yang akan terjadi terhadap suatu analisis regresi oleh perbedaan dari arah acuan 0o dan arah rotasi, sementara representasi numerik dari arah dalam statistika sirkular tidaklah unik.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Melihat pengaruh pemilihan arah 0o dan arah rotasi terhadap nilai korelasi dari analisis korelasi linier sirkular.

2. Melihat pengaruh pemilihan arah 0o dan arah rotasi terhadap nilai koefisien determinasi, statistik lima serangkai dari nilai sisaan regresi, dugaan parameter dari analisis regresi linier sirkular.

3. Melihat pola hasil pendugaan parameter pada analisis regresi linier sirkular.

TINJAUAN PUSTAKA

Kawasan Rawan Bencana III Gunung Api Merapi

Gunung Api Merapi (2968m dpl) di Jawa Tengah adalah gunung api tipe Strato yang paling sering meletus di Indonesia. Kawasan rawan bencana III adalah daerah yang sering terlanda awan panas, aliran lava, guguran batu (pijar), gas racun dan lontaran batu (pijar) hingga radius 2 km BSN (1998)

Data Linier

Data linier adalah data yang hanya memiliki satu dimensi pengukuran. Ciri lain dari data linier adalah memiliki nilai minimum dan maksimum.

Data Sirkular

Data sirkular adalah data dengan pengukuran dua dimensi. Misalkan dari koordinat Cartesius (x,y) maka bisa diperoleh koordinat Polar (r,α), di mana r merupakan jarak terhadap titik asal (O) dan α merupakan arctan (x/y). Kumpulan dari α adalah data sirkular. Sebelum data sirkular diukur, perlu dilakukan penentuan arah 0o dan arah rotasinya, apakah searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam.

Dalam statistika sirkular, besarnya vektor arah (r) tidak diperhatikan, oleh karena itu vektor arah dibuat menjadi satuan unit jarak (misal r = 1). Sehingga dalam pengukuran skalar didapat satu unit lingkaran dengan titik

P (1, α).

Ukuran pemusatan data sirkular

Ukuran pemusatan data sirkular sering disebut dengan istilah rata-rata arah atau dikenal juga dengan istilah “preferred direction”. Rata-rata arah (α0) adalah

tan , jika C > 0 dan S ≥ 0 , jika C = 0 dan S > 0

tan , jika C < 0

tan , jika C ≥ 0 dan S < 0 , jika C = 0 dan S = 0 dengan ∑ cos , ∑ sin

Ukuran penyebaran data sirkular

Ukuran penyebaran data sirkular dilambangkan dengan , dengan

, dengan 0 ≤ D ≤ 1 di mana

dengan n = banyaknya pengamatan. Nilai D semakin mendekati 1 menunjukkan penyebaran data semakin merata, dan sebaliknya semakin mendekati 0 menunjukkan penyebaran data semakin terpusat ke salah satu titik.

Korelasi

Korelasi adalah nilai yang menunjukkan kekuatan dan arah hubungan linier antara dua peubah acak. Nilai korelasi antara peubah x

(29)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam berbagai bidang ilmu sains, tidak dipungkiri akan pentingnya pengukuran. Seorang peneliti yang melakukan pengukuran terkadang tidak hanya mengukur peubah yang memiliki atribut linier saja melainkan juga peubah yang memiliki atribut sirkular. Seorang vulkanolog yang bertugas mengawasi Gunung Api Merapi tidak hanya perlu mengukur jarak terjauh daerah rawan bencana dari pusat gunung api saja, melainkan arah daerah kawasan rawan bencana terhadap titik yang dipilihnya dari gunung api tersebut.

Menurut Jammalamadaka dan Sengupta (2001), representasi numerik arah tidak perlu unik karena bergantung pada penentuan arah acuan 0o dan arah rotasinya, yaitu searah jarum jam (clockwise) atau berlawanan dengan arah jarum jam (counter-clockwise). Nilai terkecil yang mungkin dari suatu data sirkular adalah sama dengan nilai terbesar dari data sirkular yang hal ini tidak ditemukan pada data linier.

Apakah yang akan terjadi terhadap suatu analisis regresi oleh perbedaan dari arah acuan 0o dan arah rotasi, sementara representasi numerik dari arah dalam statistika sirkular tidaklah unik.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Melihat pengaruh pemilihan arah 0o dan arah rotasi terhadap nilai korelasi dari analisis korelasi linier sirkular.

2. Melihat pengaruh pemilihan arah 0o dan arah rotasi terhadap nilai koefisien determinasi, statistik lima serangkai dari nilai sisaan regresi, dugaan parameter dari analisis regresi linier sirkular.

3. Melihat pola hasil pendugaan parameter pada analisis regresi linier sirkular.

TINJAUAN PUSTAKA

Kawasan Rawan Bencana III Gunung Api Merapi

Gunung Api Merapi (2968m dpl) di Jawa Tengah adalah gunung api tipe Strato yang paling sering meletus di Indonesia. Kawasan rawan bencana III adalah daerah yang sering terlanda awan panas, aliran lava, guguran batu (pijar), gas racun dan lontaran batu (pijar) hingga radius 2 km BSN (1998)

Data Linier

Data linier adalah data yang hanya memiliki satu dimensi pengukuran. Ciri lain dari data linier adalah memiliki nilai minimum dan maksimum.

Data Sirkular

Data sirkular adalah data dengan pengukuran dua dimensi. Misalkan dari koordinat Cartesius (x,y) maka bisa diperoleh koordinat Polar (r,α), di mana r merupakan jarak terhadap titik asal (O) dan α merupakan arctan (x/y). Kumpulan dari α adalah data sirkular. Sebelum data sirkular diukur, perlu dilakukan penentuan arah 0o dan arah rotasinya, apakah searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam.

Dalam statistika sirkular, besarnya vektor arah (r) tidak diperhatikan, oleh karena itu vektor arah dibuat menjadi satuan unit jarak (misal r = 1). Sehingga dalam pengukuran skalar didapat satu unit lingkaran dengan titik

P (1, α).

Ukuran pemusatan data sirkular

Ukuran pemusatan data sirkular sering disebut dengan istilah rata-rata arah atau dikenal juga dengan istilah “preferred direction”. Rata-rata arah (α0) adalah

tan , jika C > 0 dan S ≥ 0 , jika C = 0 dan S > 0

tan , jika C < 0

tan , jika C ≥ 0 dan S < 0 , jika C = 0 dan S = 0 dengan ∑ cos , ∑ sin

Ukuran penyebaran data sirkular

Ukuran penyebaran data sirkular dilambangkan dengan , dengan

, dengan 0 ≤ D ≤ 1 di mana

dengan n = banyaknya pengamatan. Nilai D semakin mendekati 1 menunjukkan penyebaran data semakin merata, dan sebaliknya semakin mendekati 0 menunjukkan penyebaran data semakin terpusat ke salah satu titik.

Korelasi

Korelasi adalah nilai yang menunjukkan kekuatan dan arah hubungan linier antara dua peubah acak. Nilai korelasi antara peubah x

(30)

, ∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑ ∑

Nilai korelasi positif menunjukkan bahwa nilai dua peubah tersebut memiliki hubungan linier positif dan begitu juga sebaliknya. Semakin dekat nilai korelasi dengan -1 atau +1, semakin kuat korelasi antara kedua peubah tersebut, sebaliknya jika nilai korelasinya mendekati 0, maka semakin lemah korelasi antara dua peubah tersebut (Juanda 2009).

Korelasi linier sirkular

Dalam korelasi linier sirkular, salah satu peubah memiliki atribut linier misalkan x

sedangkan peubah lainnya memiliki atribut sirkular misalkan α. Mardia (1976) dan Johnson dan Wehry (1977) dalam menghitung korelasi linier sirkular menyarankan untuk menggunakan korelasi berganda antara x terhadap nilai cos α dan sin α, yaitu :

dengan

nilai korelasi antara x dan cos α, nilai korelasi antara x dan sin α, nilai korelasi antara cos α dan sin α. Nilai korelasi linier sirkular memiliki nilai antara 0 dan 1, semakin mendekati 0 maka korelasi linier sirkular semakin lemah sementara semakin mendekati 1 maka korelasi linier sirkular semakin kuat, tidak dikenal adanya korelasi positif dan korelasi negatif di korelasi linier sirkular.

Analisis Regresi

Analisis regresi digunakan untuk menggambarkan hubungan antara dua atau lebih peubah, yang salah satu peubahnya merupakan peubah tak bebas dan lainnya merupakan peubah bebas.

Regresi linier sirkular

Regresi linier sirkular adalah salah satu bentuk regresi sirkular dimana peubah responnya merupakan peubah dengan tipe data linier dan peubah penjelasnya adalah data dengan tipe data sirkular, sehingga terdapat pasangan data (αi, yi).

Menurut Mardia dan Sutton (1978) dalam Mardia dan Jupp (2000), Model regresi linier sirkular adalah sebagai berikut :

cos sin

dengan : A0 = rataan umum.

Sedangkan, menurut Jammaladaka dan SenGupta (2001), model regresi dari regresi linier sirkular adalah

cos

dengan A0 = rataan umum, A1 = amplitudo, = acrophase.

Dua model regresi di atas adalah identik dimana, dan tan .

METODOLOGI

Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersumber dari Peta Kawasan Rawan Gunung Api Merapi tahun 2010 yang dikeluarkan oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Peta berisi Kawasan Rawan Bencana I, II dan III. Untuk penelitian ini, hanya digunakan Kawasan Rawan Bencana III saja. Pengukuran secara manual sehingga diperoleh data yang terdiri dari 360 observasi dengan 2 peubah. Penjelasan dari peubah tersebut sebagai berikut :

peubah keterangan

arah

Arah letusan dari Gunung Api Merapi sebagai peubah penjelas dengan tipe sirkular terdapat 16 kombinasi antara pemilihan arah acuan 0o (8 arah mata angin) dan arah rotasi (2 arah rotasi).

jarak

Jarak terluar Kawasan Rawan Bencana III yang diukur dari titik pusat yang dipilih, yaitu

Solfatara (titik letusan) Gunung Api Merapi, sebagai peubah respon dengan tipe linier.

Metode

Prosedur – prosedur yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian ini yaitu :

1. Melakukan pemilihan arah acuan 0o dari Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Api Merapi 2010 yaitu 8 arah utama mata angin, utara (A000), timur laut (A045), timur (A090), tenggara (A135), selatan (A180), barat daya (A225), barat (A270) dan barat laut (A315).

2. Menentukan arah rotasi apakah searah dengan jarum jam atau berlawanan dengan arah jarum.

(31)

, ∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑ ∑

Nilai korelasi positif menunjukkan bahwa nilai dua peubah tersebut memiliki hubungan linier positif dan begitu juga sebaliknya. Semakin dekat nilai korelasi dengan -1 atau +1, semakin kuat korelasi antara kedua peubah tersebut, sebaliknya jika nilai korelasinya mendekati 0, maka semakin lemah korelasi antara dua peubah tersebut (Juanda 2009).

Korelasi linier sirkular

Dalam korelasi linier sirkular, salah satu peubah memiliki atribut linier misalkan x

sedangkan peubah lainnya memiliki atribut sirkular misalkan α. Mardia (1976) dan Johnson dan Wehry (1977) dalam menghitung korelasi linier sirkular menyarankan untuk menggunakan korelasi berganda antara x terhadap nilai cos α dan sin α, yaitu :

dengan

nilai korelasi antara x dan cos α, nilai korelasi antara x dan sin α, nilai korelasi antara cos α dan sin α. Nilai korelasi linier sirkular memiliki nilai antara 0 dan 1, semakin mendekati 0 maka korelasi linier sirkular semakin lemah sementara semakin mendekati 1 maka korelasi linier sirkular semakin kuat, tidak dikenal adanya korelasi positif dan korelasi negatif di korelasi linier sirkular.

Analisis Regresi

Analisis regresi digunakan untuk menggambarkan hubungan antara dua atau lebih peubah, yang salah satu peubahnya merupakan peubah tak bebas dan lainnya merupakan peubah bebas.

Regresi linier sirkular

Regresi linier sirkular adalah salah satu bentuk regresi sirkular dimana peubah responnya merupakan peubah dengan tipe data linier dan peubah penjelasnya adalah data dengan tipe data sirkular, sehingga terdapat pasangan data (αi, yi).

Menurut Mardia dan Sutton (1978) dalam Mardia dan Jupp (2000), Model regresi linier sirkular adalah sebagai berikut :

cos sin

dengan : A0 = rataan umum.

Sedangkan, menurut Jammaladaka dan SenGupta (2001), model regresi dari regresi linier sirkular adalah

cos

dengan A0 = rataan umum, A1 = amplitudo, = acrophase.

Dua model regresi di atas adalah identik dimana, dan tan .

METODOLOGI

Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersumber dari Peta Kawasan Rawan Gunung Api Merapi tahun 2010 yang dikeluarkan oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Peta berisi Kawasan Rawan Bencana I, II dan III. Untuk penelitian ini, hanya digunakan Kawasan Rawan Bencana III saja. Pengukuran secara manual sehingga diperoleh data yang terdiri dari 360 observasi dengan 2 peubah. Penjelasan dari peubah tersebut sebagai berikut :

peubah keterangan

arah

Arah letusan dari Gunung Api Merapi sebagai peubah penjelas dengan tipe sirkular terdapat 16 kombinasi antara pemilihan arah acuan 0o (8 arah mata angin) dan arah rotasi (2 arah rotasi).

jarak

Jarak terluar Kawasan Rawan Bencana III yang diukur dari titik pusat yang dipilih, yaitu

Solfatara (titik letusan) Gunung Api Merapi, sebagai peubah respon dengan tipe linier.

Metode

Prosedur – prosedur yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian ini yaitu :

1. Melakukan pemilihan arah acuan 0o dari Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Api Merapi 2010 yaitu 8 arah utama mata angin, utara (A000), timur laut (A045), timur (A090), tenggara (A135), selatan (A180), barat daya (A225), barat (A270) dan barat laut (A315).

2. Menentukan arah rotasi apakah searah dengan jarum jam atau berlawanan dengan arah jarum.

(32)

sudut pada langkah 3 sehingga diperoleh (αi, xi).

4. Mentransformasi xike jarak sebenarnya

melalui informasi jarak pada peta. 5. Melakukan analisis korelasi linier

sirkular antara x dan α untuk masing-masing pasangan x dan α.

6. Melakukan analisis regresi linier sirkular dengan x sebagai peubah respon dan α sebagai peubah penjelas untuk masing-masing pasangan x dan

α.

7. Melakukan langkah 2, 3, 4, 6 tapi dengan pemilihan arah acuan mulai dari A000 sampai dengan A359.

8. Melakukan analisis regresi linier sirkular terhadap 360 parameter b1 dan b2 yang didapat dari langkah 7.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Eksplorasi Data

Gambar 1 Diagram pencar antara arah dan jarak dengan arah acuan A000 dan arah rotasi searah jarum jam. Gambar 1 adalah diagram pencar antara jarak terdekat antara KRB III dan solfatara

terhadap arah dimana arah 0o-nya adalah arah utara (A000) dan searah jarum jam.

Secara keseluruhan, jarak terdekat KRB III dari titik pusat yang dipilih (Solfatara) adalah sejauh 2,115 km pada arah 45o dengan putaran searah jarum jam dari utara. Sedangkan jarak terjauh KRB III adalah sejauh 15,808 km pada arah 169o dengan putaran searah jarum jam dari utara (A000).

Jarak terdekat dan terjauh tetap sama, yaitu 2,115 km dan 15,808 km untuk semua kombinasi antara pemilihan arah acuan 0o dan arah rotasi. Namun, tentu saja untuk arah, dalam derajat, terjadinya jarak terjauh berbeda-beda sesuai dengan kombinasi yang dipilih. Misalkan untuk timur laut (A045) dengan arah rotasi ke kanan, maka karena arah 0o bergeser sejauh 45o maka untuk jarak terdekat antara KRB III dan Solfatara adalah di arah (45-45)o = 0o sementara untuk jarak terjauh terjadi di (169-45)o = 124o.

Sedangkan untuk arah rotasi berlawanan arah jarum jam, jarak terdekat KRB III dari titik pusat yang dipilih (Solfatara) pada arah acuan 0o di arah utara terjadi pada sudut (360-45)o = 315o dan jarak terjauh KRB III terjadi pada arah 191o.

[image:32.595.321.512.258.559.2]

Untuk lebih lengkapnya untuk pergeseran jarak terdekat dan jarak terjauh antara KRB III dan titik pusat yang dipilih (Solfatara) berdasarkan pemilihan arah 0o dan arah rotasi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Sudut terjadinya jarak terdekat dan terjauh pada berbagai kombinasi pemilihan arah acuan 0o dan arah rotasi Arah Rotasi Posisi arah acuan 0o

Jarak KRB III-Solfatara Jarak terdekat

Jarak Terjauh

A000 45 o 169 o

A045 0 o =360 o 124 o

A090 315 o 79 o

Searah jarum jam

A135 270 o 34 o

A180 225 o 349 o

A225 180 o 304 o

A270 135 o 259 o

A315 90 o 214 o

A000 315 o 191 o

A045 0 o =360 o 236 o

A090 45 o 281 o

Berlawanan arah jarum jam

A135 90 o 326 o

A180 135 o 11 o

A225 180 o 56 o

A270 225 o 101 o

A315 270 o 146 o

Selisih sudut diantara jarak terdekat dan terjauh adalah 124o dan 236o. Namun menurut Jamalada dan SenGupta (2001), jarak antara dua sudut didefinisikan sebagai jarak terkecil diantara keduanya, maka selisih sudut diantara jarak terdekat dan jarak terjauh adalah sejauh 124o.

Analisis Korelasi Analisis korelasi linier

Korelasi linier yang digunakan adalah korelasi pearson yang mencari hubungan antara dua peubah yang sama-sama linier, sehingga dalam kasus ini peubah arah dianggap memiliki tipe data linier.

0 5 10 15 20

0 45 90 135 180 225 270 315 360

(33)

sudut pada langkah 3 sehingga diperoleh (αi, xi).

4. Mentransformasi xike jarak sebenarnya

melalui informasi jarak pada peta. 5. Melakukan analisis korelasi linier

sirkular antara x dan α untuk masing-masing pasangan x dan α.

6. Melakukan analisis regresi linier sirkular dengan x sebagai peubah respon dan α sebagai peubah penjelas untuk masing-masing pasangan x dan

α.

7. Melakukan langkah 2, 3, 4, 6 tapi dengan pemilihan arah acuan mulai dari A000 sampai dengan A359.

8. Melakukan analisis regresi linier sirkular terhadap 360 parameter b1 dan b2 yang didapat dari langkah 7.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Eksplorasi Data

Gambar 1 Diagram pencar antara arah dan jarak dengan arah acuan A000 dan arah rotasi searah jarum jam. Gambar 1 adalah diagram pencar antara jarak terdekat antara KRB III dan solfatara

terhadap arah dimana arah 0o-nya adalah arah utara (A000) dan searah jarum jam.

Secara keseluruhan, jarak terdekat KRB III dari titik pusat yang dipilih (Solfatara) adalah sejauh 2,115 km pada arah 45o dengan putaran searah jarum jam dari utara. Sedangkan jarak terjauh KRB III adalah sejauh 15,808 km pada arah 169o dengan putaran searah jarum jam dari utara (A000).

Jarak terdekat dan terjauh tetap sama, yaitu 2,115 km dan 15,808 km untuk semua kombinasi antara pemilihan arah acuan 0o dan arah rotasi. Namun, tentu saja untuk arah, dalam derajat, terjadinya jarak terjauh berbeda-beda sesuai dengan kombinasi yang dipilih. Misalkan untuk timur laut (A045) dengan arah rotasi ke kanan, maka karena arah 0o bergeser sejauh 45o maka untuk jarak terdekat antara KRB III dan Solfatara adalah di arah (45-45)o = 0o sementara untuk jarak terjauh terjadi di (169-45)o = 124o.

Sedangkan untuk arah rotasi berlawanan arah jarum jam, jarak terdekat KRB III dari titik pusat yang dipilih (Solfatara) pada arah acuan 0o di arah utara terjadi pada sudut (360-45)o = 315o dan jarak terjauh KRB III terjadi pada arah 191o.

[image:33.595.321.512.258.559.2]

Untuk lebih lengkapnya untuk pergeseran jarak terdekat dan jarak terjauh antara KRB III dan titik pusat yang dipilih (Solfatara) berdasarkan pemilihan arah 0o dan arah rotasi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Sudut terjadinya jarak terdekat dan terjauh pada berbagai kombinasi pemilihan arah acuan 0o dan arah rotasi Arah Rotasi Posisi arah acuan 0o

Jarak KRB III-Solfatara Jarak terdekat

Jarak Terjauh

A000 45 o 169 o

A045 0 o =360 o 124 o

A090 315 o 79 o

Searah jarum jam

A135 270 o 34 o

A180 225 o 349 o

A225 180 o 304 o

A270 135 o 259 o

A315 90 o 214 o

A000 315 o 191 o

A045 0 o =360 o 236 o

A090 45 o 281 o

Berlawanan arah jarum jam

A135 90 o 326 o

A180 135 o 11 o

A225 180 o 56 o

A270 225 o 101 o

A315 270 o 146 o

Selisih sudut diantara jarak terdekat dan terjauh adalah 124o dan 236o. Namun menurut Jamalada dan SenGupta (2001), jarak antara dua sudut didefinisikan sebagai jarak terkecil diantara keduanya, maka selisih sudut diantara jarak terdekat dan jarak terjauh adalah sejauh 124o.

Analisis Korelasi Analisis korelasi linier

Korelasi linier yang digunakan adalah korelasi pearson yang mencari hubungan antara dua peubah yang sama-sama linier, sehingga dalam kasus ini peubah arah dianggap memiliki tipe data linier.

0 5 10 15 20

0 45 90 135 180 225 270 315 360

(34)

Tabel 2 Korelasi linier antara arah dan jarak pada berbagai kombinasi arah rotasi dan pemilihan arah acuan 0o

Arah acuan0o

Searah jarum jam

Berlawanan arah jarum jam

A000 0,425 -0,425

A045 -0,007 0,007

A090 -0,434 0,434

A135 -0,742 0,742

A180 -0,410 0,410

A225 -0,053 0,053

A270 0,502 -0,502

A315 0,743 -0,743

Nilai korelasi linier antara pasangan yang searah jarum jam dan berlawanan arah jarum jam memiliki nilai yang berbeda hanya pada tanda namun selalu memiliki besaran korelasi yang sama. Korelasi terkuat terjadi terjadi pada korelasi antara jarak dengan arah dengan A315, yaitu sebesar 0,742 untuk pemilihan arah rotasi searah jarum jam dan sebesar -0,742 untuk pemilihan arah rotasi berlawanan dengan arah rotasi jarum jam. Sedangkan korelasi terlemah antara jarak dengan arah terjadi pada A045, yaitu sebesar -0,007 untuk pemilihan arah rotasi searah jarum jam dan sebesar 0,007 untuk pemilihan arah rotasi berlawanan arah rotasi jarum jam.

Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan arah acuan 0o akan menyebabkan perbedaan nilai korelasi dalam analisis korelasi linier. Sedangkan perbedaan arah rotasi akan menyebabkan perbedaan arah korelasi apakah korelasi antara dua peubah positif atau negatif dalam korelasi linier.

Analisis korelasi linier sirkular

Rumus korelasi yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan Mardia (1976) yang menggunakan rumus korelasi berganda yang menghitung korelasi antara jarak terhadap nilai cos dari αrah dan nilai sin dari αrah.

Hasil dari analisis korelasi menunjukkan bahwa nilai korelasi linier sirkular sama untuk semua kombinasi baik untuk yang searah jarum jam maupun berlawan arah jarum untuk semua kemungkinan arah acuan 0o yaitu sebesar 0,899. Hal ini menunjukkan bahwa arah acuan 0o dan arah rotasi tidak mempengaruhi nilai korelasi antara arah dan jarak dalam analisis korelasi linier sirkular.

Keunikan lain dari nilai korelasi linier sirkular adalah nilai korelasi tetap sama

walaupun arah rotasi dibalik, yang hal ini berbeda dengan hasil korelasi linier yang ketika dibalik terjadi perubahan tanda. Hal ini disebabkan karena korelasi linier sirkular tidak mengenal adanya nilai korelasi yang negatif.

Analisis Regresi Analisis regresi linier

Analisis Regresi Linier Sederhana dilakukan untuk melihat pengaruh pemilihan arah acuan 0o dan arah rotasi terhadap hasil dari regresi linier.

Gambar 2 Plot jarak, nilai dugaan dan sisaan pada regresi linier dengan arah acuan A000 dan arah rotasi searah jarum jam.

[image:34.595.116.295.122.273.2]

Dalam analisis regresi linier untuk data sirkular, tampak bahwa sebaran sisaan sama dengan sebaran nilai jarak, namun juga dapat dilihat bahwa nilai sisaan cenderung besar. Tabel 3 Hasil Pendugaan Parameter Regresi

pada berbagai kombinasi arah rotasi dan pemilihan arah acuan 0o

Arah Rotasi Arah 0o

Penduga Parameter

b0 b1

Searah jarum jam

A000 3,032 0,012

A045 5,269 -0,000

A090 7,475 -0,012

A135 9,070 -0,021

A180 7,354 -0,012

A225 5,505 -0,002

A270 2,633 0,014

A315 1,390 0,021

Berlawanan arah jarum

jam

A000 3,032 0,012

A045 5,269 -0,000

A090 7,475 -0,012

A135 9,070 -0,021

A180 7,354 -0,012

A225 5,505 -0,002

A270 2,633 0,014

A315 1,390 0,021

-10 -5 0 5 10 15 20

0 45 90 135 180 225 270 315 360

Jarak

(k

m

)

Arah (o)

Jarak

[image:34.595.319.512.466.748.2]
(35)

Nilai dugaan parameter b1 cenderung sangat kecil untuk semua kombinasi antara arah 0o dan arah rotasi yang ada, hal ini menunjukkan bahwa perubahan arah cenderung tidak berpengaruh banyak pada hasil dugaan nilai jarak.

Pada Tabel 4, tampak bahwa parameter regresi yang terbentuk sama sekali tidak dipengaruhi oleh pemilihan arah rotasi namun dipengaruhi oleh pemilihan arah 0o. Hal ini dapat juga dilihat pada Tabel 3, dari nilai b0 dan b1 pada titik arah mata angin sama dengan pasangannya yang berbeda arah rotasinya. Tabel 4 Nilai koefisien determinasi pada

berbagai kombinasi arah rotasi dan pemilihan arah acuan 0o pada analisis regresi linier

Arah Rotasi Arah 0o Koefisien Determinasi

Searah jarum jam

A000 0,181

A045 0,000

A090 0,188

A135 0,551

A180 0,168

A225 0,003

A270 0,253

A315 0,552

Berlawanan arah jarum

jam

A000 0,181

A045 0,000

A090 0,188

A135 0,551

A180 0,168

A225 0,003

A270 0,253

A315 0,552

Nilai koefisien determinasi terbesar terjadi pada A315 yaitu sebesar 0,552 baik untuk yang arah rotasinya searah jarum jam maupun yang berlawanan arah jarum jam, sedangkan nilai koefisien determinasi terkecil terjadi pada A045 yaitu sebesar 0,000 baik untuk yang arah rotasinya searah jarum jam maupun yang berlawanan dengan arah jarum jam.

Pemilihan arah rotasi tidak berpengaruh pada nilai koefisien determinasi. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi yang sama pada titik arah mata angin yang sama dengan pasangannya yang berbeda arah rotasinya.

Untuk statistik lima serangkai dari sisaan untuk masing-masing model yang terdiri dari nilai minimum, quartil 1, median, quartil 3 dan nilai maksimum (Lampiran 1), karena dugaan parameter regresinya sama untuk titik arah mata angin yang sama dengan pasangannya yang berbeda arah rotasinya maka statistik lima serangkai dari titik arah mata angin akan selalu sama dengan pasangannya yang berbeda arah rotasinya.

Analisis regresi linier sirkular

Analisis Regresi Linier Sirkular dengan jarak sebagai peubah respon dan arah sebagai peubah penjelas.

Gambar 3 Plot jarak, nilai dugaan dan sisaan pada regresi linier sirkular dengan arah acuan A000 dan arah rotasi searah jarum jam.

Berbeda halnya dengan regresi linier, nilai dugaan dari regresi linier sirkular tidak berupa garis lurus, hal ini juga menyebabkan sebaran sisaan tidak sama dengan sebaran dari nilai amatan (jarak) seperti tampak pada Gambar 3.

Arah ditransformasi ke linier melalui fungsi cosinus dan sinus kemudian dilakukan analisis regresi berganda dengan jarak sebagai peubah respon, dan sebagai peubah penjelas digunakan cosinus (αrah) dan sinus (αrah). Sehingga didapat persamaan regresi sebagai berikut

jarak = b0 + b1 cos(αrah) + b2 sin (αrah)

Hasil yang dilihat dari analisis regresi linier sirkular ini adalah koefisien determinasi, statistik lima serangkai dari sisaan, dan dugaan parameter.

‐5 5 15

0 45 90 135 180 225 270 315 360

[image:35.595.322.508.274.490.2]
(36)
[image:36.595.97.302.50.797.2] [image:36.595.322.513.317.683.2]

Gambar 4 Plot dugaan parameter berdasarkan arah acuan 0o pada arah rotasi searah jarum jam. Tampak pada Gambar 4 bahwa dugaan parameter untuk β1 cenderung turun dari A000 kemudian naik ketika pada A45 sampai A225, kemudian terus turun. Sementara itu dugaan untuk parameter β2 memiliki titik terendah ketika pada arah A045 kemudian terus naik dan mencapai titik puncak pada arah A225 kemudian terus turun sampai kembali ke titik terendah pada arah A045.

Sementara itu dugaan parameter untuk β0 memiliki nilai yang konstan yaitu sebesar 5,231 tidak bergantung pada dimana arah 0o terletak atau tidak dipengaruhi oleh pemilihan arah acuan 0o .

Gambar 5 Plot dugaan parameter berdasarkan arah acuan 0o pada arah rotasi berlawanan arah jarum jam.

Tampak pada Gambar 5, bahwa pendugaan parameter sama sekali tidak dipengaruhi oleh arah rotasi. Sehingga secara keseluruhan didapatkan bahwa hasil pendugaan parameter tidak dipengaruhi oleh

Gambar

Tabel 1 Sudut terjadinya jarak terdekat dan terjauh pada berbagai kombinasi pemilihan arah acuan 0o dan arah rotasi
Tabel 2 Korelasi linier antara arah dan jarak pada berbagai kombinasi arah rotasi dan pemilihan arah acuan 0o
Tabel 4 Nilai koefisien determinasi pada
Gambar 6 Plot
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2, yang menunjukkan bagian dari beban hidup total yang dipikul oleh dek sebagai fungsi dari panjang bentang untuk 2 jenis dek yang berbeda,

Apabila tidak tersedia tenaga administrasi yang berkompeten, sekolah dapat menugaskan petugas pendataan lepas (outsourcing) yang dibayar sesuai dengan waktu pekerjaan atau per

Hal ini dapat dilihat dari jumlah nasabah asuransi yang merasa terbantu dengan adanya layanan SMS dalam memberikan informasi adalah sebesar 92% (Gambar 3.7), jumlah nasabah

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mencit (Mus musculus L.) betina dara galur Swiss Webster sementara sampel penelitian ini adalah embrio praimplantasi mencit

Kereta api di Indonesia di sisi lain mengemban tugas mulia sebagai sarana transportasi yang murah, bahkan tarif untuk beberapa kereta api kelas ekonomi besarnya di bawah

Ijasah yang diperoleh dari perguruan tinggi swasta setelah berlakunya Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 184/U/2001 tentang Pedoman Pengawasan,

Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi

Nasution (1994) mengemukakan bahwa seorang pemimpin harus mengem- bangkan suatu gaya dalam memimpin bawahannya. Suatu gaya kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai suatu pola