DAFTAR ISI
ABSTRAK... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR GAMBAR... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1
1.2. Rumusan Masalah... 10
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian... 10
1.4. Kegunaan Penelitian... 11
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Audit... 12
2.1.1. Pengertian Audit... 12
2.1.2. Jenis-Jenis Audit... 14
2.1.3. Jenis-Jenis Auditor... 15
2.2. Audit Internal... 17
2.2.1. Pengertian Audit Internal... 17
2.3 Kompetensi Auditor... 20
2.4. Kualitas Audit... 23
2.5. Pelaksanaan Audit... 25
2.6. Kerangka Pemikiran... 29
2.7. Hipotesis... 36
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian... 37
3.2. Definisi dan Operasionalisasi Variabel... 38
3.3. Populasi dan Sampel... 39
3.3.1. Populasi... 39
3.3.2. Sampel... 40
3.4. Teknik Pengumpulan Data... 41
3.5. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian... 42
3.5.1. Uji Validitas... 44
3.5.2. Uji Reliabilitas... 45
3.6. Teknik Analisis Data... 46
3.6.1. Analisis Deskriptif... 46
3.6.2. Uji Asumsi Dasar... 47
3.6.2.1. Uji Normalitas... 47
3.6.2.2. Uji Linieritas... 48
3.7. Pengujian Hipotesis... 48
3.7.2. Koefisien Determinasi... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Objek Penelitian... 51
4.2. Gambaran Responden... 55
4.3. Deskripsi Hasil Pengujian Instrumen Penelitian... 56
4.3.1. Uji Validitas... 57
4.3.2. Uji Reliabilitas... 59
4.4. Deskripsi Hasil Penelitian... 60
4.4.1. Deskripsi Hasil Penelitian Variabel X (Kompetensi).... 61
4.4.1.1. Deskripsi X (Kompetensi) Per-Indikator... 61
4.4.1.2. Deskripsi X (Kompetensi) Keseluruhan... 68
4.4.2. Deskripsi Hasil Penelitian Variabel Y (Kualitas Audit) 69 4.4.2.1. Deskripsi Y (Kualitas Audit) Per-Indikator... 70
4.4.2.2. Deskripsi Y (Kualitas Audit) Keseluruhan... 76
4.5. Uji Asumsi Dasar... 77
4.5.1. Uji Normalitas... 77
4.5.2. Uji Linieritas... 78
4.6. Pengujian Hipotesis... 79
4.6.1. Analisis Korelasi... 79
4.6.2. Koefisien Determinasi... 80
4.7. Pembahasan... 80
4.7.2. Kualitas Audit... 83
4.7.3. Pengaruh Kompetensi terhadap Kualitas Audit... 85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan... 87
5.2. Saran... 87
DAFTAR PUSTAKA... 89
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel
3.1 Operasionalisasi Variabel... 39
3.2 Penilaian Skala Numerik... 43
3.3 Kriteria Rentang Pengklasifikasian... 47
4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Lama Kerja... 55
4.2 Hasil Uji Validitas Variabel X (Kompetensi)... 57
4.3 Hasil Uji Validitas Variabel Y (Kualitas Audit)... 58
4.4 Hasil Uji Reliabilitas Variabel X (Kompetensi)... 59
4.5 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y (Kualitas Audit)... 60
4.6 Kriteria Rentang Pengklasifikasian... 60
4.7 Tanggapan Responden tentang Penyusunan Staf... 61
4.8 Tanggapan Responden tentang Pengetahuan, Keterampilan dan Disiplin ... 62
4.9 Tanggapan Responden tentang Supervisi... 63
4.10Tanggapan Responden tentang Hubungan dan Komunikasi Antar Karyawan ... 65
4.11Tanggapan Responden tentang Pendidikan Berkelanjutan... 66
4.12Tanggapan Responden tentang Keahlian Profesional... 67
4.13Rekapitulasi Rata-Rata Jawaban untuk Variabel X (Kompetensi)... 68
4.14Tanggapan Responden tentang Perencanaan Pemeriksaan... 70
[image:5.595.81.522.146.704.2]4.16 Tanggapan Responden tentang Penyampaian Hasil Pemeriksaan... 73
4.17 Tanggapan Responden tentang Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan... 74
4.18 Rekapitulasi Rata-Rata Jawaban untuk Variabel Y (Kualitas Audit). 76
4.19 Hasil Uji Normalitas... 77
4.20 Tabel ANOVA Kompetensi Auditor Internal... 78
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Kerangka Pemikiran... 35
2.2 Paradigma Penelitian... 36
4.1 Logo PT POS Indonesia... 54
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian
Lampiran 2 : Data Hasil Pengujian Validitas
Lampiran 3 : Data Kuesioner Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Keberadaan auditor internal dalam tatanan dunia usaha dan persaingan di
era global ini sangatlah penting perannya. Seorang auditor internal dalam
paradigma yang baru peranannya semakin berkembang, tugasnya bukan hanya
mengawasi tapi juga bertambah pada konsultasi, jasa assurance dan katalisator.
Auditor internal juga berperan dalam rangka mewujudkan Good Corporate
Governance (GCG). Oleh karena itu, auditor internal harus selalu berusaha
meningkatkan keahliannya.
Besarnya harapan atas keberadaan auditor yang dapat memberi jasa
assurance, dalam kenyataanya sangat mengecewakan karena beberapa kasus
diantaranya, kasus Enron dan World Com. Hal ini mengakibatkan profesi auditor
tercoreng dan kredibilitasnya dipertanyakan. Dengan adanya kasus ini juga
membuat semua orang bertanya-tanya mengenai seberapa besar kualitas jasa audit
yang diberikan oleh auditor. Selain itu, keberlangsungan perusahaan-perusahaan
tersebut terancam, apalagi ditengah persaingan global yang sangat ketat.
Menurut Dunk (Mansouri et al, 2009 : 19) yang mengatakan bahwa, „right from
the days the world recognized “quality” as the weapon to fight the global
competitive war’. Dari pernyataan Dunk tersebut dapat dikatakan bahwa kualitas
audit merupakan senjata dalam menghadapi persaingan global, maka dari itu
permasalahan yang terjadi harus segera diselesaikan yaitu dengan memperbaiki
BUMN dan BUMD merupakan perusahaan negara dan daerah yang
melayani masyarakat. Dalam BUMN dan BUMD pun diperlukan juga
pengawasan terhadap pengalokasian dana yang telah diberikan oleh pemerintah
pusat dan daerah agar lebih transparan. Sama seperti sektor swasta maka
manajemen perlu mendelegasikan tugas, tanggung jawab dan wewenangnya
kepada pihak lain yaitu auditor internal yang berada di badan SPI (Satuan
Pengawasan Intern). Dalam Tugiman (2000 : 9), menyatakan bahwa:
Pembentukan audit internal di Indonesia, khususnya BUMN dan BUMD, diatur berdasarkan PP No. 3 tahun 1983 untuk Persero dan PP No. 13 tahun 1998 untuk Perum dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 tahun 1984 untuk BUMD yang intinya sebagai berikut:
1. Satuan pengawasan intern bertugas membantu direktur utama dalam mengadakan penilaian atas sistem pengendalian, pengelolaan (manajemen), dan pelaksanaannya pada badan usaha yang bersangkutan dan memberikan saran-saran perbaikan.
2. Pimpinan BUMN dan BUMD menggunakan pendapat dan saran-saran dari
satuan pengawasan intern sebagai bahan untuk melaksanakan
penyempurnaan pengelolaan (manajemen) perusahaan yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan.
Tanggung jawab atas pengelolaan BUMN dan BUMD bukan hanya
terhadap pemerintah akan tetapi kepada masyarakat Indonesia pada umumnya.
Keberadaan auditor internal di divisi SPI ini seharusnya dapat membantu
manajemen dalam mempertanggung jawabkan pengelolaannya dalam fungsi
pengawasannya, sayangnya BUMN dan BUMD pun belum lepas dari beberapa
kasus yang secara tidak langsung dapat merugikan negara. Padahal BUMN dan
BUMD ini sangat penting untuk hajat hidup orang banyak, namun dengan adanya
beberapa kasus dalam BUMN dan BUMD, membuat masyarakat
mempertanyakan mengenai pengelolaan atas asset yang seharusnya dikelola
Menurut data Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam Ikhtisar Hasil
Pemeriksaan Semester (IHPS) II (2011 : 256) atas SPI di 5 BUMN masih banyak
kelemahannya. Sesuai dengan COSO (Committee of Sponsoring Organizations of
the Treadway Commission) Framework pengendalian intern entitas direviu
berdasarkan lima unsur, yaitu lingkungan pengendalian, penaksiran resiko,
aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi serta pemantauan. Hasil
pemeriksaannya yaitu:
1. Lingkungan pengendalian, kelemahannya:
a. Penerapan sistem manajemen sumber daya manusia berbasis kompetensi
(MSDM-BK) yang memadai belum sepenuhnya dilaksanakan.
b. Perputaran pegawai pada kegiatan fungsi utama perusahaan, yaitu divisi
operasional dan pemasaran cukup tinggi mengakibatkan perusahaan
memiliki resiko kegagalan dalam mencapai kinerja.
c. Pelaksanaan tugas dan wewenang tiap-tiap direksi tidak didukung oleh
pembagian tugas dan wewenang yang memadai.
2. Penaksiran resiko, kelemahannya:
a. Penerapan manajemen resiko belum sepenuhnya dilaksanakan.
b. Rencana jangka panjang perusahaan tidak disusun sehingga perusahaan
tidak mempunyai dasar pengembalian keputusan.
c. Kegiatan penilaian resiko belum dilaksanakan secara memadai.
d. Belum terdapat Key Performance Indicators (KPI).
a. Pengawasan terhadap tenaga kerja outsourching untuk kegiatan pelayanan
pelanggan lemah.
b. Pengendalian atas rumah dinas atau rumah jabatan belum memadai.
c. Acuan kerja kegiatan pemasaran belum sepenuhnya dilaksanakan sesuai
dengan ISO 9001.
4. Informasi dan komunikasi, kelemahannya:
a. Penyampaian informasi mengenai pelayanan pelanggan belum memadai.
b. Pengendalian teknologi informasi atas prosedur keadaan darurat belum
ditetapkan.
c. Rencana strategis teknologi informasi dan kelengkapannya yang dapat
dijadikan acuan dalam pengembangan sistem teknologi informasi belum
tersedia.
d. Data pembayaran pelanggan melalui transfer bank belum diikuti updating
data biling yang memadai.
5. Pemantauan, kelemahannya:
a. Satuan pengawasan intern belum melaksanakan fungsi dan tugasnya
secara optimal sehingga penyelesaian temuan berlarut-larut.
b. Tugas dan fungsi komite audit perusahaan belum dilaksanakan secara
optimal sesuai dengan GCG.
c. Tindak lanjut hasil pemeriksaan satuan pengawas intern belum berjalan
efektif sehingga penyimpangan yang terjadi tidak dapat segera
d. Satuan pengawas intern perusahaan belum optimal melaksanakan fungsi
dan tugas sebagai aparat pengawas internal sehingga tidak ada pemantauan
yang memadai terhadap pelaksanaan kegiatan perusahaan yang memberi
dampak atas kerugian yang terjadi.
Penyebab dari kasus-kasus kelemahan SPI di BUMN menurut Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) II
(2011 : 259) adalah manajemen/direksi dan pelaksana belum sepenuhnya
mematuhi ketentuan yang berlaku serta kurang cermat dalam melaksanakan tugas.
Hal ini menunjukan bahwa fungsi pelaksanaan pengendalian dan pengawasan
intern belum berjalan optimal karena tidak dipatuhinya aturan dan kecermatan
dari para pelaksana pengawasan dan pengendalian intern. Auditor internal yang
menjalani tugas utamanya yaitu pengawasan masih kesulitan dalam memberikan
pemecahan atas temuan audit sehingga pernyimpangan yang terjadi tidak dapat
cepat terpecahkan. Dengan banyaknya kasus di atas maka kualitas audit pun tidak
akan tercapai karena tidak adanya dorongan dari manajemen/direksi terhadap
komite audit yang efektif, hal itu ditunjukan dengan tidak dipenuhinya ketentuan
yang berlaku dan pencapaian GCG pun sulit dilakukan.
PT POS merupakan salah satu BUMN yang bergerak di bidang
komunikasi dan seiring perkembangan dunia usaha kini PT POS mulai melakukan
pengembangan usaha bukan hanya di bidang komunikasi saja tapi salah satunya di
bidang perbankan. Seiring dengan semakin kompleksnya usaha yang dijalani PT
POS maka PT POS pun memerlukan pengawasan dan pengendalian pada
perundang-undangan. Dalam pelaksanaan auditnya, PT POS pun mempunyai permasalahan
dimana kualitas auditnya masih kurang karena kompetensi auditor internnya
masih kurang pula sehingga auditor internal kesulitan menemukan penyimpangan
yang ada. Pemecahan atas penyimpangan yang terjadi pun tidak dapat dilakukan
dengan segera. Hal ini didasarkan pada hasil wawancara penulis dengan manajer
sekretariat SPI dan salah satu auditor internal di PT POS.
Selain itu, berdasarkan simpulan pemeriksaan BPK dalam IHPS semester
1 mengenai kesesuaian dengan ketentuan terhadap SPI PT POS (Lampiran 30,
2011 : 65), hasilnya adalah tidak sesuai. Hal ini menunjukan bahwa SPI PT POS
dalam melaksanakan pengendaliannya belum sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan begitu juga dengan pelaksanaan audit intern yang dilakukan para
auditor internalnya. Bila hal ini tidak segera diperbaiki maka akan berdampak
pada kegagalan pelaksanaan pengawasan dan pengendalian intern dan lebih
jauhnya pencapaian tujuan perusahaan tidak akan dapat tercapai karena bila
terjadi penyimpangan akan sulit untuk diatasi.
Definisi kualitas audit menurut De Angelo (Rosnidah, 2011 : 458)
menyatakan bahwa, „kualitas audit sebagai kemungkinan auditor dapat
mendeteksi dan melaporkan kesalahan atau kecurangan dalam sistem informasi
akuntansi klien.‟ Kemungkinan auditor mendeteksi kecurangan berhubungan
dengan kompetensi auditor internal, sedangkan kemungkinan auditor melaporkan
kecurangan berhubungan dengan indenpendensi auditor. Bila dilihat mengenai
kualitas audit dan banyaknya kasus kelemahan SPI di BUMN, maka dapat
auditnya, auditor internal belum mampu menjalankan fungsi dan tugasnya
sehingga penyelesaian temuan berlarut-larut dan penyimpangan yang terjadi tidak
dapat segera diperbaiki.
Kualitas audit dalam penelitian ini difokuskan pada pelaksanaan auditnya.
Pelaksanaan audit merupakan suatu aktivitas yang penting dalam proses
pengawasan dan pengendalian yang dilakukan oleh auditor internal. Dalam
pelaksanaan audit seorang auditor dapat menilai sejauh mana kinerja manajemen
dan dapat mengetahui berbagai temuan-temuan di lapangan. Jika pelaksanaan
auditnya berkualitas seorang auditor akan cepat mengetahui temuan-temuan yang
mengandung resiko bagi perusahaan dan dengan segera melakukan tindakan
preventif dan korektif atas temuan itu dengan reviu-reviu yang diberikan.
Kualitas audit ini harus dibangun dari awal pelaksanaan audit hingga pemberian
rekomendasi. Hal tersebut serupa dengan pernyataan Ahmad et al (2011 : 65)
yang menyatakan bahwa, “kualitas audit harus dibangun sejak awal pelaksanaan
audit hingga pelaporan dan pemberian rekomendasi.”
Ruang lingkup pelaksanaan audit internal seluas fungsi manajemen,
sehingga cakupan tugasnya meliputi, mulai dari pengamanan asset, investigasi
kecurangan, evaluasi pengawasan, ketaatan pada peraturan dan banyak lagi. Hal
ini sesuai dengan yang diungkapkan Staciokas dan Rupsys (Al Matarneh, 2011 :
101) bahwa:
Nowadays internal audit covers many areas. Internal audit functions are delegated to the internal audit department. Internal audit department is usually responsible for:
Assessing of asset safeguards;
Fraud investigations;
Operating process review and assessment;
Review of accounting and financial information;
Compliance (of procedures, policies, legal acts, etc.) audits;
Assessment of efficient usage of recourses.
Luasnya cakupan pekerjaan audit ini harus diiringi dengan sumber daya
manusia yang kompeten. Dengan sumber daya manusia yang kompeten
pelaksanaan audit diharapkan dapat memberi nilai tambah bagi perusahaan.
Dalam menentukan kualifikasi auditor diperlukan standar yang ketat yang dilihat
dari berbagai hal seperti pengalaman, pendidikan dan sertifikasi. Jika seorang
auditor internal latar belakang pendidikannya bukan merupakan lulusan jurusan
akuntansi dan tidak berpengalaman akan sulit bagi pelaksanaan audit nantinya
serta kualitas audit yang dihasilkan tidak akan optimal.
Faktor-faktor penentu kualitas audit diantaranya adalah kompetensi dan
independensi auditor internal. Hal ini didapat dari pernyataan AAA (American
Accounting Association) Financial Accounting Standard Commitee (Christiawan,
2002 : 83) yang mengungkapkan bahwa, „kualitas audit ditentukan oleh dua hal
yaitu kompetensi dan independensi‟. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian
Hajiha dan Rafiee (2011 : 390) yang mengungkapkan bahwa, “...Internal Audit
Function (IAF) quality is measured reports took more time if there were
ambiguous items in by three criteria of objectivity, competence and internal
annual reporting and extraordinary items in income audit size (IAS)....”.
Menurut pernyataan AICPA (Al Matarneh, 2011 : 102) yang menyatakan bahwa:
auditors,(3) quality of performance of tasks ,which measured by the accuracy and adequacy of audit programs, and the scope of audit.
Berdasarkan pernyataan dan penelitian di atas, maka salah satu hal yang
menentukan kualitas audit adalah kompetensi auditor internal. Kompetensi
didapatkan bukan tiba-tiba melainkan dari hasil pendidikan, pengalaman dan
sertifikasi. Seorang auditor yang kompeten dapat memberikan reviu dan menjadi
konsultan bagi manajemen, tidak hanya itu auditor juga dapat memberi nilai
tambah bagi perusahaan. Oleh karena itu, untuk menunjang kompetensinya
seorang auditor membutuhkan pendidikan yang berkelanjutan.
Kompetensi merupakan hal penting yang harus dimiliki auditor internal
karena itu merupakan tanggung jawab dari auditor internal dalam menjalankan
tugasnya seperti yang diungkapkan oleh Tugiman (Astuti, 2010 : 3) yang
menyatakan bahwa, „kompetensi adalah kemampuan profesional merupakan
tanggung jawab dari bagian audit internal dan masing-masing pemeriksa internal.‟
Kompetensi juga dapat menentukan keberhasilan dalam pelaksanaan audit, tanpa
kompetensi pelaksanaan audit menjadi kurang berkualitas.
Auditor yang tidak kompeten tidak akan bisa membantu manajemen dalam
memecahkan masalah-masalah yang mengandung resiko, padahal tugas auditor di
era ini lebih difokuskan kepada pengawasan dan pengendalian terhadap area-area
yang mengandung resiko bukan hanya audit atas kepatuhan saja. Kompetensi
yang rendah juga akan mengakibatkan kegagalan dalam audit karena auditor akan
kesulitan dalam menemukan temuan-temuan yang berkenaan dengan terjadinya
penyimpangan. Sejalan dengan hal tersebut menurut Perry (Mansouri et al, 2009 :
they are as follows: scope restrictions; incompetence; auditing by conversation;
not critically evaluating transactions; and lack of objectivity and skepticism‟.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kompetensi auditor mempunyai peran yang penting
dalam pelaksanaan dan kualitas audit.
Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti
sejauh mana kompetensi auditor internal dalam meningkatkan kualitas auditnya,
maka penulis mengajukan judul penelitian “Pengaruh Kompetensi Auditor
Internal terhadap Kualitas Audit (Kasus pada SPI Pusat PT POS).”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka penulis merumuskan
masalah yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan sebagai
berikut:
1. Bagaimana gambaran kompetensi auditor internal di PT POS.
2. Bagaimana gambaran kualitas audit internal di PT POS.
3. Berapa besar pengaruh kompetensi auditor internal terhadap kualitas audit di
PT POS.
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui, mempelajari dan
membandingkan teori yang didapat dengan prakteknya, melalui kuesioner
Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kompetensi auditor internal di PT POS.
2. Untuk mengetahui kualitas audit internal di PT POS.
3. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh kompetensi auditor internal
terhadap kualitas audit di PT POS.
1.4. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini berguna untuk meningkatkan pemahaman tentang pengaruh
kompetensi auditor internal terhadap kualitas audit yang selama ini peneliti
peroleh dari artikel-artikel di majalah, jurnal-jurnal dan topik yang ada pada
dunia usaha di Indonesia, serta dapat dijadikan sebagai bahan kajian lanjutan
dengan topik yang sama atau yang berkaitan dengan topik ini.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi PT POS, melalui
pengumpulan dan pengolahan data menjadi informasi yang berguna dalam
upaya meningkatkan kualitas audit internalnya, salah satunya dengan cara
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Desain penelitian menurut Silalahi ( 2010 : 180) yaitu, “rencana dan
struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan dapat
memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya”. Desain
penelitian ini dimulai dari awal penelitian hingga akhir penelitian seperti latar
belakang, rumusan masalah, hingga rancangan analisis data. Penelitian ini
merupakan jenis penelitian kuantitatif. Karena itu analisis yang digunakan dengan
bentuk analisis statistik. Analisis statistik digunakan karena data yang diperoleh
berupa angka-angka.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-verifikatif, dimana
tujuannya untuk menyajikan gambaran secara terstruktur, faktual dan akurat,
selanjutnya untuk meneliti hubungan antar variabel akan dianalisis statistik untuk
diambil suatu kesimpulan. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan
untuk memperoleh gambaran ciri-ciri variabel, sedangkan penelitian verifikatif
adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk menguji kebenaran suatu hipotesis
yang telah dibuat melalui pengumpulan data dilapangan.
Mengingat jenis atau bentuk penelitian adalah deskriptif-verifikatif yang
dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, maka metode penelitian
yang dilaksanakan adalah metode survey. Metode survey yaitu pengumpulan data
keterangan yang jelas terhadap suatu masalah dengan menggunakan kuesioner
sebagai alat pengumpulan data pokok.
3.2. Definisi dan Operasionalisasi Variabel
Tujuan pembuatan operasionalisasi variabel adalah untuk menghindari
terjadinya salah pengertian atau kekeliruan dalam mengartikan variabel yang
diteliti dan juga sebagai kerangka acuan untuk mendeskripsikan permasalahan
yang hendak diungkap. Sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik
dapat dilakukan secara benar sesuai dengan judul penelitian mengenai pengaruh
kompetensi auditor internal terhadap kualitas audit, maka variabel-variabel yang
terkait dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Independen (X)
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen.
Dalam penelitian ini yang merupakan variabel independen adalah
“Kompetensi Auditor Internal”. Definisi kompetensi auditor yaitu keahlian
profesional yang merupakan tanggung jawab auditor untuk menjalankan
tugasnya yang didapat dari hasil pendidikan formal, ujian profesional,
keikutsertaan dalam seminar, pelatihan dan simporsium untuk mencapai
kinerja yang superior.
2. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi variabel independen.
Dalam penelitian ini yang merupakan variabel terikatnya adalah “ Kualitas
dan melaporkan penyimpangan yang terjadi, kualitas audit dibangun sejak
awal pelaksanaan audit dimulai dari rencana audit sampai dengan tindak
lanjut.
Variabel-variabel di atas selanjutnya dioperasionalisasikan kedalam tabel,
[image:22.595.78.520.209.644.2]sebagai berikut:
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Indikator Skala
Item Pertanyaan Kompetensi Auditor Internal (X) (Dan M.Guy et al, 2003 : 414)
1. Penyusunan Staf
2. Pengetahuan, Keterampilan dan Disiplin
3. Supervisi
4. Hubungan dan Komunikasi Antar
Karyawan
5. Pendidikan Berkelanjutan 6. Keahlian Profesional
Interval 1,2
3, 4, 5
6, 7 8, 9, 10
11, 12 13, 14 Kualitas Audit (Y) (Tugiman, 1997 : 18)
Pelaksanaan audit terdiri dari
aktivitas:
1. Perencanaan pemeriksaan
2. Pengujian dan pengevaluasian informasi
3. Penyampaian hasil pemeriksaan 4. Tindak lanjut hasil pemeriksaan
Interval
1, 2, 3, 4 5, 6, 7
8, 9, 10, 11 12, 13, 14
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi menurut Singarimbun (Iskandar, 2009 : 68), bahwa „populasi
adalah jumlah keseluruhan dari unit-unit analisis yang memiliki ciri-ciri yang
“populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Berdasarkan pengertian di atas
maka dapat disimpulkan bahwa populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit-unit
analisis yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sesuai dengan
permasalahan yang akan dibahas, dalam penelitian ini yang menjadi populasi
adalah Divisi Satuan Pengawas Intern (SPI) pusat yang berstatus sebagai auditor
internal di PT POS Indonesia sebanyak 22 orang.
3.3.2. Sampel
Menurut Iskandar (2009 : 69), “sampel adalah sebagian dari populasi yang
diambil secara representatif atau mewakili populasi yang bersangkutan atau
bagian kecil yang diamati.” Sedangkan menurut Sugiyono (2007 : 91), “ sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”
Dari pengertian yang telah dikemukakan di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi yang diambil secara representatif.
Metode yang digunakan dalam penarikan sampel ini adalah sampling
jenuh atau sensus. Pengertian dari sampling jenuh atau sensus menurut Sugiyono
(2007 : 96), “sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel”. Hal ini sering dilakukan bila jumlah
generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Dalam penelitian ini karena
jumlah populasinya sedikit (terbatas) peneliti mengambil jumlah sampel sama
dengan jumlah populasi disebut dengan sampilng jenuh atau sensus, dengan
sampel staf auditor internal PT POS sebanyak 22 orang.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Data merupakan unsur penting dalam sebuah penelitian. Data yang
dikumpulkan harus valid agar dapat menunjang keberhasilan penelitian tersebut.
Untuk itu, perlu dilakukan teknik pengumpulan data sebagai prosedur sistematik
dan berstandar untuk memperoleh data yang diperlukan.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan:
a. Wawancara (Interview), yaitu teknik pengumpulan data dengan cara tanya
jawab langsung secara lisan. Wawancara dilakukan kepada manager dan staf
Satuan Pengawas Intern (SPI) pusat pada PT POS Indonesia. Dari hasil
wawancara ini diharapkan dapat memperoleh data mengenai gambaran umum
pelaksanaan audit di PT POS dan permasalahan-permasalahan yang terjadi
serta faktor-faktor penyebabnya.
b. Menurut Iskandar (2009 : 77) , “ kuesioner adalah seperangkat pertanyaan
yang disusun secara logis, sistematis tentang konsep yang menerangkan
tentang variabel-variabel yang diteliti.” Kuesioner yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner tertutup/berstruktur artinya kuesioner yang
memilih salah satu jawaban sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara
memberi checklist (√). Pertanyaan dalam kuesioner ini dibuat dengan
merujuk pada skripsi, tesis dan buku-buku yang relevan. Item pertanyaan
mengenai kompetensi auditor internal beberapa pertanyaan dilihat dari skripsi
milik Marvira (2010) dan sisanya dibuat berdasarkan indikator yang berasal
dari referensi di buku. Sedangkan item pertanyaan untuk kualitas audit dilihat
dari tesis milik Said (2009) dan sisanya dibuat berdasarkan indikator yang
berasal dari referensi di buku.
c. Dokumentasi, digunakan untuk mendapatkan data-data yang erat kaitannya
dengan masalah yang diteliti, dalam hal ini peneliti menggunakan studi
dokumentasi untuk mendapatkan data-data dari buku-buku referensi yang
relevan dengan penelitian.
3.5. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (Iskandar, 2009 : 78), „instrumen penelitian
adalah suatu yang penting dan strategis kedudukannya di dalam pelaksanaan
penelitian.‟ Beberapa instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur dan
mengumpulkan data empiris sebagai nilai variabel yang diteliti. Oleh karena itu,
instrumen penelitian haruslah sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti.
Untuk memperoleh data mengenai kompetensi dan kualitas audit
berdasarkan persepsi auditor internal dalam Divisi SPI PT POS dibuat beberapa
pertanyaan yang disusun dalam bentuk Skala Numerik (numerical scale). Skala
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena atau gejala
sosial yang terjadi. Perbedaannya adalah jika Skala Numerik pilihan jawabannya
unipolar dan skalanya interval, sedangkan Skala Likert pilihan jawabannya bipolar
dan skalanya ordinal. Skala Numerik menggunakan angka-angka pada pilihan
jawabannya. Pilihan jawaban yang diberikan berupa angka-angka yang dimulai
dari angka 1 sampai dengan 5, dari yang terendah hingga yang tertinggi. Skala ini
mempunyai dua buah opsi dan subyek diminta untuk menentukan responnya
[image:26.595.77.524.262.672.2]dengan mencantumkan nilai dengan angka numerik diantara dua opsi tersebut.
Tabel 3.2
Penilaian Skala Numerik
No. Item Pernyataan
Skor
5 4 3 2 1
Keterangan :
Angka 5 dinyatakan untuk pernyataan positif tertinggi. Angka 4 dinyatakan untuk pernyataan positif tinggi.
Angka 3 dinyatakan untuk pernyataan positif sedang .
3.5.1. Uji Validitas
Menurut Arikunto (2006 : 168) bahwa, “validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan dan keshahihan suatu instrumen.”
Untuk menguji tingkat validitas dari instrumen penelitian dengan menggunakan
rumus Korelasi Product Moment.
Sumber : Arikunto (2006:170)
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi yang dicari
∑XY = Hasil skor X dan Y untuk setiap responden
∑X = Skor item tes
∑Y = Skor responden
(∑X2) = Kuadrat skor item tes
(∑Y2) = Kuadrat responden
N = Jumlah responden
Angka hasil rhitung selanjutnya dikonsultasikan dengan nilai rtabel dengan
taraf signifikan 5% dan angket penelitian diujicobakan kepada 22 auditor internal.
Jika didapatkan nilai rhitung > 0,4, maka butir instrumen dapat dikatakan valid,
akan tetapi jika nilai rhitung < 0,4, maka dikatakan bahwa instrumen tersebut tidak
valid.
=
�∑ − ∑ ∑
3.5.2. Uji Reliabilitas
Tes realibilitas bertujuan untuk mengenal apakah alat pengumpul data
tersebut menunjukkan tingkat ketepatan, keakuratan, kestabilan atau konsistensi
dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu walaupun
dilaksanakan pada waktu yang berbeda. Instrumen yang baik adalah instrumen
yang dapat dengan ajeg memberikan data yang sesuai dengan kenyataan.
Uji realibilitas, dihitung dengan menggunakan rumus alpha dari Cronbach
sebagai berikut:
Sumber: Umar (2008:56)
Dimana : r11 = realibilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan
∑��2
= jumlah varians butir
� 2 = varians total
Untuk menentukan suatu instrumen reliabel atau tidak maka bisa
menggunakan batas nilai Alpha 0,6 yaitu, jika nilai Alpha yang dihasilkan
memberi nilai Alpha ˃ 0,6 maka reliabel. Menurut Sekaran (Priyanto, 2012 : 187)
mengatakan bahwa, „realibilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan
0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 adalah baik.
11 =
�
� −1 1− ∑ó�2
3.6. Teknik Analisis Data
3.6.1. Analisis Deskriptif
Berdasarkan hasil jawaban kuesioner yang disampaikan kepada seluruh
responden, berikut ini akan dijelaskan secara rinci mengenai kompetensi auditor
internal dan kualitas audit. Untuk menentukan kriteria pengklasifikasian untuk
variabel X dan Y yang mengacu pada ketentuan yang dikemukakan oleh Umar
(1999 : 171), dimana rentang skor dicari dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
Rs = Rentang Skor
m = Jumlah alternatif jawaban tiap item
n = Jumlah sampel
Menentukan skor ideal untuk variabel X dan Y karena jumlah itemnya
sama maka skor idealnya tidak per variabelnya. Skor tertinggi (banyaknya
responden dikali skor tertinggi) yaitu 5 x 22. Skor terendah (banyaknya
responden dikali skor terendah) yaitu 1 x 22. Lalu dihitung rentang skornya yaitu:
Rs = 22 x 4
5
= 17,6 dibulatkan menjadi 18
Dari perhitungan di atas didapat interval skor untuk pengolahan data yang
digunakan memiliki rentang sebesar 18 setiap kelasnya. Merujuk perhitungan di
atas angka kriteria penilaian dimulai dari 22 karena sesuai dengan instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini sedangkan nilai tertinggi sebesar 110. Berikut ini
[image:30.595.79.524.168.654.2]kriteria penilaian yang digunakan:
Tabel 3.3
Kriteria Rentang Pengklasifikasian
Skor Kategori
22 - 39 Sangat Rendah
40 – 57 Rendah
58 – 75 Sedang
76 - 93 Tinggi
94 - 110 Sangat Tinggi
3.6.2. Uji Asumsi Dasar
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Korelasi Pearson Product
Moment, uji statistik ini mensyaratkan data paling tidak berupa ukuran skala
interval agar interpretasi dapat dilakukan dengan baik. Syarat yang terpenting
lainnya yaitu data harus linier dan berdistribusi normal. Oleh karena itu, diadakan
uji linieritas dan normalitas data yang merupakan prasyarat dari analisis korelasi.
3.6.2.1.Uji Normalitas
Tujuan dari dilakukannya uji normalitas yaitu untuk mengetahui apakah
data berdistribusi normal atau tidak. Jika data berdistribusi normal, metode
statistika yang digunakan adalah statistik parametrik, sedangkan data yang tidak
berdistribusi normal akan menggunakan statistik nonparametrik. Oleh karena itu,
peneliti harus membuktikan terlebih dahulu, apakah data yang akan dianalisis
berdasarkan grafik sehingga menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov dibantu
dengan program komputer SPSS Statistics 20 for Window.
3.6.2.2. Uji Linieritas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai
hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan
sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linear. Pengujian ini dibantu
dengan SPSS Statistics 20 for Window dengan menggunakan Test for Linearity
pada taraf signifikansi 0,05. Dimana keputusannya yaitu dua variabel dikatakan
mempunyai hubungan yang linear bila linearity kurang dari 0,05.
3.7. Pengujian Hipotesis
3.7.1. Analisis Korelasi
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengujian korelasi.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah interval, linier dan berdistribusi
normal sehingga teknik korelasi yang digunakan adalah Korelasi Peason Product
Moment. Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut
“Kompetensi auditor internal berpengaruh positif terhadap kualitas audit.”
Rumusan korelasi product moment yang digunakan, yaitu:
Sumber: Sugiyono (2007 : 212)
=
�∑ − ∑ ∑
Koefisien korelasi (r) menunjukan derajat korelasi antara X dan Y. Nilai
koefisien korelasi harus terdapat dalam batas-batas: -1 < r < +1. Tanda positif
menunjukan adanya hubungan positif/korelasi langsung antara kedua variabel
yang berarti. Setiap kenaikan nilai-nilai X akan diikuti kenaikan nilai-nilai Y,
begitu pula sebaliknya. Pedoman menilai korelasi menurut Umar (2008 : 14) yaitu
sebagai berikut:
1. Jika nilai r menuju +1 menunjukkan korelasi menuju kuat dan positif, artinya
jika variabel X bertambah, bertambah pula nilai variabel Y. Jika variabel X
berkurang, berkurang pula nilai variabel Y.
2. Jika nilai r menuju -1 menunjukkan korelasi menuju kuat dan negatif, artinya
jika variabel X bertambah, nilai variabel Y berkurang. Jika variabel X
berkurang, nilai variabel Y bertambah.
3. Jika nilai r menuju 0 menunjukkan korelasi menuju lemah (tidak ada
hubungan), artinya jika variabel X bertambah atau berkurang, nilai variabel Y
tidak mengikutinya. Jika variabel Y bertambah atau berkurang, nilai variabel
X tidak mengikutinya.
3.7.2. Koefisien Determinasi
Selanjutnya analisa korelasi dapat dilanjutkan dengan menghitung
koefisien determinasi. Tujuan dari perhitungan koefisien determinasi yaitu untuk
mengetahui pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Nilai koefisien
a. Jika nilai Koefisien Determinasi (KD) = 0, berarti tidak ada pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen.
b. Jika nilai Koefisien Determinasi (KD) = 1, berarti variansi (naik/turunnya)
variabel dependen adalah 100% dipengaruhi oleh variabel independen.
c. Jika nilai Koefisien Determinasi (KD) berada diantara 0 dan 1, berarti
besarnya pengaruh variabel independen terhadap variasi variabel independen
adalah sesuai dengan nilai KD itu sendiri, dan selebihnya dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain.
Dimana hal ini dapat dirumuskan dengan cara mengkuadratkan koefisien
korelasi yang ditemukan . Jadi:
koefisien determinasi = rxy 2
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi, kualitas audit dan
pengaruh kompetensi auditor internal terhadap kualitas audit di SPI Pusat PT
POS. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai kompetensi auditor internal di
PT POS termasuk dalam kategori tinggi, yang bermakna bahwa kompetensi
auditor internal di PT POS telah memenuhi standar yang telah ditetapkan IIA.
2. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai kualitas audit di PT POS
termasuk dalam kategori tinggi, yang bermakna kualitas audit yang diukur dari
pelaksanaan audit di PT POS sudah sesuai dengan standar pelaksanaan yang
ditetapkan SPAI.
3. Kompetensi auditor internal berpengaruh positif terhadap kualitas audit di SPI
Pusat PT POS yang bermakna jika kompetensi bertambah maka kualitas audit
pun bertambah, begitu juga sebaliknya.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diajukan saran,
antara lain:
1. Bagi Perusahaan
Untuk mempertahankan kualitas audit yang sudah tinggi maka kompetensi
pelatihan, simporsium, pendidikan berkelanjutan dan sebagainya yang dapat
meningkatkan kompetensi.
2. Bagi Peneliti Lain
Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan dapat meneliti kembali faktor-faktor
lain yang dapat mempengaruhi kualitas audit. Selain itu, agar data yang
diperoleh lebih akurat dan tidak bias yang menjadi responden dalam penelitian
Ahmad, Afridian Wirahadi. et al. (2011). “Pengaruh Kompetensi dan Independensi Pemeriksa terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan dalam Pengawasan Keuangan Daerah: Studi pada Inspektorat Kabupaten
Pasaman”. Jurnal Akuntansi dan Manajemen. 6, (2), 63-73.
Alim, M. Nizarul., Hapsari, Trisni dan Purwanti, Liliek. (2007). “Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika
Auditor sebagai Variabel Moderasi”. Simporsium Akuntansi Ke X. 1-26.
Al Matarneh, Ghassan. F.(2011). “Factors Determining the Internal Audit Quality
in Banks: Empirical Evidence from Jordan”. International Research
Journal of Finance and Economics. Issue 73, 99-108.
Arens, Alvin A, Randal J, dan Beasley, Mark S. (2008). Auditing dan Jasa Assurance (Pendekatan Terintegrasi) Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Astuti, Wati Aris. (2010). “Pengaruh Independensi dan Kompetensi Auditor
Internal terhadap Kualitas Pelaksanaan Audit Internal pada BUMN di
Bandung”. Jurnal Ekono Insentif Kopwil. 4, (2), 1-10.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. (2011). Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2011. Jakarta.
. (2011). Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II Tahun 2011. Jakarta.
Christiawan, Y.J. (2002). “Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik:
Refleksi Hasil Penelitian Empiris”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. 4,
(2), 79-92.
Guy, Dan M., Alderman, C. Wayne dan Winters, Alan J. (2002). Auditing: Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Research. 10, (3), 389-397.
Iskandar. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta : GP Press.
Lisda, R. (2007). “Pengaruh Kompetensi dan Objektivitas Fungsi Auditor Internal terhadap Pelaksanaan Pengendalian Intern (Survei pada Hotel
Bintang Empat dan Lima Kota Bandung)”. Jurnal Trikonomika Fakultas
Ekonomi UNPAS. 7, (1), 86-96.
Mansouri, Ali., Pirayesh, Reza and Salehi, Mahdi (2009). “Audit Competence and
Audit Quality: Case in Emerging Economy”. International Journal of
Business and Management. 4, (2), 17-25.
Marvira. (2010). Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Internal terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus pada Unit Internal Auditor PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Pajajaran Bandung : tidak diterbitkan.
Mulyadi. (2002). Auditing (Edisi 6). Jakarta : Salemba Empat.
Priyatno, Duwi. (2012). Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20. Yogyakarta : Andi.
Rosnidah, Ida. (2009). “Kualitas Audit : Refleksi Hasil Penelitian Empiris.” Jurnal Akuntansi. 13, (3), 1-16.
Rosnidah, Ida., Rawi dan Kamarudin. (2011). “Analisis Dampak Motivasi dan
Profesionalisme terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten
Cirebon).” Pekbis Jurnal. 3, (2), 456-466.
Said. (2009). Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Skeptisme Profesional Auditor Internal terhadap Kualitas Pelaksanaan Audit Internal Instansi Pemerintah (Studi pada Instansi Pemerintah Pusat, 22 Lembaga Pemerintah Non Departemen). Tesis Fakultas Ekonomi Universitas Pajajaran Bandung : tidak diterbitkan.
Sawyer, Lawrence B. et al. (2005). Internal Auditing. Jakarta : Salemba Empat.
Suraida, Ida. (2005). “Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko Audit terhadap Skeptisisme Profesional Auditor dan Ketepatan Pemberian
Opini Akuntan Publik”. Sosiohumaniora. 7, (3), 186-202.
Tugiman, Hiro. (1997). Standar Profesional Audit Internal. Yogyakarta : Kanisius.
. (2000). Pengantar Audit Internal. Bandung: STT Telkom.
Umar, Drs. Husein, S.E.,M.M.,MBA. (1999). Metode Penelitian Aplikasi dalam Pemasaran. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
. (2008). Desain Penelitian Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada