PROGRAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK
MENINGKATKAN PENYESUAIAN DIRI MAHASISWA
DALAM PERSIAPAN PERNIKAHAN
(Studi Kuasi Eksperimen Berdasarkan Pendekatan Bimbingan dan Konseling Perkembangan pada Mahasiswa Jenjang Strata I di Institut
Teknologi Harapan Bangsa Tahun Akademik 2010/2011)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh
Sekadanta Sembiring
1009543
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Program Bimbingan
Kelompok untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Mahasiswa dalam Persiapan
Pernikahan” (Studi Kuasi Eksperimen berdasarkan pendekatan Bimbingan dan
Konseling Perkembangan Pada Mahasiswa Jenjang Strata I Jurusan Teknik
Informatika di Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung Tahun Akademik
2010/2011), beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan
saya tidak melakukan penjipkalan ataupun pengutipan dengan cara-cara yang
tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada
saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan
dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya
ini.
Bandung, 22 Januari 2013
Yang membuat pernyataan
ABSTRAK
Sekadanta Sembiring. 2013. “Program Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Bimbingan Perkembangan Untuk Meningkatkan Penyesusian Diri Mahasiswa Dalam Persiapan Pernikahan pada mahasiswa Jenjang Strata I Jurusan Teknik Informatika di Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung Tahun Akademik 2010/2011)”. Pembimbing tesis : Dr. Anne Hafina, M.Pd dan Dr. Nani M. Sugandhi, M.Pd. Program Studi Bimbingan dan Konseling, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.
Penelitian bertujuan menghasilkan program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam persiapan pernikahan. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan non-equivalent control group design. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner penyesuaian diri mahasiswa dalam persiapan pernikahan. Temuan penelitian menunjukkan skor kelompok eskperimen lebih meningkat daripada kelompok kontrol. Dengan demikian, program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan efektif untuk meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam persiapan pernikahan. Direkomendasikan kepada pihak ITHB agar pelaksanaan bimbingan dan konseling disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa, tugas-tugas perkembangan, prinsip-prinsip, strategi dan teknik bimbingan dan konseling.
Kata Kunci: Program bimbingan kelompok, pendekatan bimbingan dan konseling
ABSTRACT
Sekadanta Sembiring. 2013. a group guidance program with development guidance approach to improve student’personal adjustmen in prepare to get married to Undergraduate Students of ITHB in Academic Year 2010/2011
Guidance and Counseling Study Program of Post Graduate School of Indonesia University of Education.
The Research was purposed to produce program of group guidance by using developmental guidance approach to improve students’ personal adjustmen prepare to get married. Study quantitative approach method quase experiemnt was used non-equivalent control group design used. The data were collected by questioner students’ personal adjustmen in prepare to get marreid. Based on invention of research, experiment group was more increase scores than control group. it concluded that the program of group guidance with development guidance and counseling approach is effective to improve students’ personal adjustmen prepare to get married. Recommended to the ITHB especially counselor to start implementation program in activiti group guidance and counseling. Based on need assignment, developmental task, principles, strategy
and method of guidance and counseling.
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
UCAPANTERIMA KASIH iii
DAFTAR ISI iv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 7 C. Tujuan Penelitian 8
D. Manfaat Penelitian 9 E. Asumsi 9
BAB II. BIMBINGAN KELOMPOK SERTA PENYESUAIAN DIRI MAHASISWA DALAM PERSIAPAN PERNIKAHAN A. Bimbingan Kelompok 12
B. Bimbingan Perkembangan 26
C. Karakteristk Perkembangan Mahasiswa 48
D. Pernikahan 54
E. Penyesuaian diri dalam Pernikahan 61
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Subjek Penelitian 72
B. Metode Penelitian 73
C. Definisi Operasional Variabel 75
D. Pengembangan Instrumen 77
E. Teknik Pengumpulan Data 82
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Studi Penelitian 87
B. Pembahasa Hasil Penelitian 96
C. Keterbatasan Penelitian 112
BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan 113
B. Rekomendasi 114
DAFTAR PUSTAKA 117
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dalam perjalanan hidup manusia, terdapat tiga saat yang penting, yakni
lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa
menjadi satu dan sebagai awal pembentukan keluarga. Keharmonisan dan
kebahagian merupakan cita-cita dan harapan setiap orang, agar tercapai
keharmonisan dan kebahagian dibutuhkan menyesuaian diri. Termasuk setiap
orang yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi (mahasiswa) yang akan
mempersiapkan pernikahan. Melihat dari segi usia, mahasiswa sudah masuk ke
masa dewasa awal, Masa usia mahasiswa meliputi rentang umur dari 18/19 tahun
sampai 24/25 tahun rentang usia itu masih dapat dibagi-bagi atas periode 18/19
tahun sampai 20/21 tahun, yaitu mahasiswa dari semester I sampai semenster IV;
dan periode waktu 21/22 tahun sampai 24/25 tahun, yaitu mahasiswa dari
semester V sampai dengan semester VIII (Winkel dan Sri Hastuti, 2007: 157).
Secara teoritis, tugas perkembangan mahasiswa yang berkenaan dengan hidup
berkeluarga dibagi menjadi dua fase, yaitu fase pertama menitikberatkan pada
perkembangan fisik dan seksual, serta pengaruhnya terhadap gejala-gejala
psikososial. Fase kedua yaitu menitikberatkan pada aspek-aspek nilai-nilai, moral,
sikap hidup, dan hubungan kemasyarakatan. Pada fase ini tugas perkembangan
yang berkaitan dengan kehidupan berkeluarga merupakan tugas yang sangat
Sejalan dengan uraian Elizabeth Hurlock (1996:252) tugas-tugas perkembangan
pada fase usia dewasa awal: (1) mulai bekerja; (2) memilih pasangan hidup;
(3) belajar hidup dengan pasangan; (4) mempersiapkan pernikahan dan
hidup berkeluarga; (5) memelihara anak; (6) mengelola rumah tangga; (7)
mengambil tanggung jawab sebagai warga Negara, dan (8) menemukan kelompok
yang sosial yang serasi.
Pencapaian tugas perkembangan yang berkenaan dengan hidup berkeluarga
sangat erat kaitannya dengan penyesuaian diri yang dimiliki oleh mahasiswa. Bila
mahasiswa memiliki penyesuaian diri yang positif, maka ia akan lebih mampu
mencapai tugas perkembangannya secara optimal, mampu mengontrol diri,
bertanggungjawab mampu memecahkan dan mengatasi berbagai hambatan,
mampu mengambil keputusan tanpa konflik dengan penuh pertimbangan yang
matang dan dapat memilih alternatif keputusan dengan baik, memiliki
kepercayaan diri, dan tidak khawatir terhadap masa depan.
Namun dalam hal ini tidak semua orang mampu menyesuaiakan diri dalam
pernikahan, walaupun sudah matang dipersiapkan, sudah saling mengenal
sebelumnya, namun perbedaan-perbedaan kecil dalam bentuk kebiasaan
masing-masing dapat menjadi sumber kekesalan, pertengkaran dan menimbulkan
masalah-masalah sehingga mengakibatkan individu mengalami gangguan
penyesuaian diri (adjustment disorder). Dan tidak jarang sampai terjadi
pertengkaran, kekerasan dalam rumah tangga, melarikan diri dari persoalan dan
mencari ketenangan di rumah orang tua, tempat-tempat hiburan atau tempat apa
Nanette Miner (dalam Nurwijaya 2011:10), mengemukakan di Amerika
Serikat mayoritas perempuan mulai selingkuh saat usia 20 - 40 tahun (78%).
Sedangkan pria mulai selingkuh antara 30 - 40 tahun (78%). Dan 70 % lelaki
beristri selingkuh, dan hanya 1% dari yang selingkuh tersebut meninggalkan
istrinya.
Faktor penyebab perselingkuhan yaitu: (1) affair di dunia maya, mencari
teman baru atau bertemu bekas pacar lama melalui facebook; (2) Masalah
keuangan, berdebat tentang berapa banyak uang yang akan dihabiskan atau
disimpan, ada pasangan sebelum menikah tidak tahu-menahu tentang latar
belakang keuangan pasangannya, baru di ketahui setelah menikah pasangannya
banyak utang; (3) Campur tangan orang lain, seperti ibu, ayah, saudara
perempuan, teman-teman yang berkomentar negatif terhadap pasangan.
selanjutnya beliau mengungkapkan Indonesia termasuk ranking keempat di dunia
yang memiliki jumlah janda terbanyak. Cina 43 juta, India 42,4 juta, AS 13,6 juta,
Indoniesia 9,4 juta, Jepang 7,4 juta, Rusia 7,1 juta, Brasil 5,6 juta, Jerman 5,1 juta,
Banglades dan Vieatnam masing-masing 4,7 juta. Lebih dari 500 juta anak dan
remaja bergantung dari janda-janda itu.
Ditambah lagi dengan kasus perceraian di Pengadilan Agama kota Bandung,
meningkat dari tahun ketahun pada tahun 2009 ada sebanyak 1.600 perkara, 2010
ada 3.629 perkara yang masuk. Dan pada tahun 2011 jumlahnya meningkat sudah
mencapai 3.795 perkara. “Dalam sehari tercatat sekitar 70 pasangan yang
Di Los Angeles, Amerika Serikat angka perceraian dari pernikahan pertama
berakhir dengan perceraian telah mencapai angka 50 persen dan Marin County,
California, mencatat 70 persen dari semua pernikahan berakhir dengan perceraian,
dan pernikahan yang kedua nyaris dua kali kecenderungannya untuk gagal
dibanding pernikahan pertama. (Vanpelt, 2006:7).
Faktor – faktor penyebab pada tingkat perceraian yang bertambah dalam
tahun-ketahun salah satunya adalah: (1) proses perceraian yang mudah, (2)
kemunduran dalam kehidupan keluarga. Rumah sebagai terminal dimana anggota
keluarga datang dan pergi dengan begitu singkat untuk tujuan masing-masing, (3)
pernikahan dini dan kurangnya persiapan serta pendidikan, pernikahan dianggap
suatu yang alami sehingga pernikahan dapat berhasil tanpa pendidikan khusus, (4)
kemunduran dalam kehidupan rohani secara positif.
Angka-angka tersebut di atas menunjukkan bahwa hanya sedikit pasangan,
berusaha mewujudkan keintiman, berusaha mewujudkan komitmen dan
pengertian mendalam antar pasangan, dan bahkan banyak pasangan yang tetap
menjalani pernikahan, namun dengan menunjukkan sikap dingin sehingga
keharmonisan dalam rumah tangga tidak dicapai. Beberapa pasangan
mempertahankan rumah tangganya hanya demi kepentingan anak-anaknya,
namun pernikahan tetap terasa hambar.
Tahun-tahun pertama pernikahan merupakan masa rawan, bahkan dapat
disebut sebagai era kritis karena pengalaman bersama belum banyak. Menurut
Clinebell (2005) periode awal pernikahan merupakan masa penyesuaian diri, dan
istri harus banyak belajar tentang pasangan masing-masing dan diri sendiri mulai
diperhadapkan dengan berbagai masalah. Dua kepribadian (suami maupun istri)
saling menempa untuk dapat sesuai satu sama lain, dapat memberi dan menerima.
Data studi Puji Astuti (2010: 5) permasalahan dalam kaitan penyesuaian
pernikahan menunjukkan terdapat berbagai perilaku komunikasi yang terjadi
diantara mereka, seperti salah satu pasangan terutama istri lebih sulit untuk
menahan diri untuk tidak merespon atau memotong perkataan suami yang belum
selesai berbicara, baik suami maupun istri sulit mendengarkan pasangan dengan
penuh perhatian dan konsentrasi, pasangan seringkali tidak menanyakan kembali
hal-hal yang dirasa kurang dimengerti, suami istri kurang memperhatikan kondisi
fisik dan psikis pasangannya, ketika menyampaikan suatu permasalahan dapat
menjadi sumber perdebatan saling menyalahkan. Ada pula pasangan yang merasa
kurang dihargai atau tersinggung, seperti berbicara dengan intonasi suara yang
tinggi dan kata-kata yang tidak disukai pasangannya, membentak, melecahkan,
muka masam atau cemberut.
Selain itu, seringkali suami atau istri merasa kurang mampu membahagian
pasangannya dan merasa kurang memiliki kepercayaan terhadap pasangannya
sehingga menghambat keterbukaan di antara mereka. Ada pula suami atau istri
yang kurang terbuka dengan pasangannya mengenai berbagai hal seperti
hubungan baik dengan mertua, kesesuaian minat dan aktivitas masing-masing.
Mereka menganggap tidak penting untuk dibicarakan dan merasa permasalahan
tersebut akan membebani pasangannya saja atau merasa cenderung menasehati
permasalahn tersebut. Terdapat pula pasangan yang hanya memendam keinginan
dan pendapatnya serta tidak mengkomunikasikannya pada pasangannya karena
khawatir pendapatnya kurang didengar dan dihargai. Pada akhirnya, suami atau
istri hanya berharap pasangannya mengetahui dan memahami keinginan tanpa ia
mengkomunikasikannya secara terbuka.
Mengingat permasalahan yang akan dihadapi dan harus diatasi oleh setiap
individu (mahasiswa) dituntut usaha-usaha penyesuaian diri sedini mungkin yang
terus-menerus dari setiap pribadi sebelum mereka masuk ke dalam suatu wadah
pernikahan. Salah satu layanan yang tepat diberikan kepada mahasiswa dalam
membantu mereka untuk dapat menyesuaikan diri dalam pernikahan adalah
bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan yang
bertujuan untuk membantu mahasiswa membangun keutuhan pribadi melalui
penataan penyesuaian diri menuju pernikahan yang diharapkan, dengan
membekali mereka ilmu, pemahaman, keterampilan dan nilai-nilai yang
bermanfaat, serta membantu mereka melepaskan diri dari masalah-masalah yang
dapat mengganggu, sehingga muncul penerimaan, kesadaran dan kepercayaan diri
serta mampu membuat keputusan yang tepat berkenaan dengan pernikahan,
selanjutnya diharapkan mereka akan lebih bertanggung jawab dan berprilaku
positif sehingga dapat menjalani kehidupan pernikahan yang harmonis.
Bimbingan perkembangan sebagai suatu proses perkembangan
(developmental procces) yang menekankan kepada upaya membantu individu
dalam seluruh fase perkembangannya yang menyangkut aspek-aspek vokasional,
Myrick dalam Kartadinata, 1996:99; dan Supriadi, 1997:7 dalam syamsu Yusuf &
Juntika Nurihsan, 2008:53).
Program bimbingan perkembangan untuk meningkatkan penyesuaian diri
mahasiswa dalam pernikahan, berdasarkan kepada empat komponen kegiatan
yaitu : (1) layanan dasar; (2) perencanaan individual; (3) responsif; dan (4)
dukungan sistem.
Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan upaya untuk mengembangkan
program layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi, dalam rangka
meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam mempersiapkan pernikahan,
dengan kehadiran program bimbingan di perguruan tinggi memiliki makna
tersendiri. Peneliti berpendapat, program bimbingan kelompok dengan
pendekatan bimbingan perkembangan ini penting, melihat mahasiswa memiliki
karakteristik tersendiri sehingga memerlukan layanan yang spesifiks.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
permasalahan sebagai berikut:
Penyesuaian diri dalam pernikahan sangat penting dan betul-betul harus
dibenahi dan ditingkatkan oleh setiap pasangan yang akan menikah, mengingat
pernikahan sebagai ikatan lahir dan yang bertujuan untuk membentuk keluarga
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa. Kunci
keberhasilan dan kebahagian dalam hidup pernikahan terletak pada pengetahuan
hal utama yang perlu dimiliki yaitu: penyesuaian dengan pasangan, sikap terhadap
pernikahan, konsep pernikahan, persesuaian psikologis, dan memilih pasangan.
Berdasarkan uraian dan identifikasi masalah tersebut maka peneliti
merumuskan dalam peryataan sebagai berikut : “Penyesuaian diri merupakan
sebagai sumber kekokohan dan kesuksesan dalam pernikahan sehingga setiap
orang yang akan menikah berupaya untuk dapat menyesuaikan diri terhadap calon
pasangannya”.
Secara rinci rumusan masalah penelitian ini dijabarkan pada beberapa
pertanyaan berikut:
1. Seperti apakah gambaran umum persiapan penyesuaian diri mahasiswa dalam
mempersiapkan pernikahannya?
2. Seperti apa rumusan program bimbingan kelompok dengan pendekatan
bimbingan dan konseling perkembangan untuk meningkatkan penyesuaian diri
mahasiswa dalam persiapan pernikahan?
3. Apakah bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan dan konseling
perkembangan efektif untuk meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa
dalam persiapan pernikahan?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menghasilkan program bimbingan kelompok dengan
pendekatan bimbingan perkembangan untuk meningkatkan penyesuaian diri
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang positif bagi
pengembangan teori maupun praktek bimbingan dan konseling.
Pertama, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
pengembangan teori bimbingan dan konseling secara komprehensif, khususnya
bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan yang terkait
dengan penyesuaian diri dalam mempersiapkan pernikahan.
Kedua, hasil penelitian ini diharapkan juga dapat memperkaya ilmu
pendidikan di bidang bimbingan dan konseling, dengan memberikan konstribusi
berupa program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan
perkembangan bagi mahasiswa dalam meningkatkan penyesuaian diri dalam
mempersiapkan pernikahan.
Ketiga, secara praktis hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai
informasi dan referensi bagi penelitian lebih lanjut tentang masalah yang sejenis.
Referensi ini dapat digunakan oleh tim yang berperan sebagai bahan referensi bagi
penelitian selanjutnya.
E. Asumsi
Acuan dalam merancang program bimbingan kelompok dengan pendekatan
bimbingan perkembangan untuk meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam
1. Pernikahan merupakan hal yang sangat penting yang harus dijalani seseorang
dalam kehidupannya yang baru. Sebelum seseorang memutuskan untuk
menikah perlu memperhatikan usia. Seperti dituliskan dalam undang-undang
Perkawinan Bab II pasal 7 Ayat (1), dengan jelas dinyatakan bahwa umur
sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang yang hendak
menikah. Usia menunjuk pada kematangan sseseorang, baik secara fisiologis
maupun psikologis dalam menghadapi pernikahannya (walgito, 2009:23).
2. Pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan YangMaha Esa (walgito, 2009:11).
3. Setiap individu (mahasiswa) yang akan masuk ke wadah pernikahan
membutuhkan penyesuaian diri yang baik (good adjustment) agar tercipta suatu
relasi suami – istri yang harmonis
4. Bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan yang
bertujuan untuk membantu mahasiswa membangun keutuhan pribadi dan
memperoleh pengetahuan, juga pemahaman melalui penataan penyesuiaan diri
menuju suatu pernikahan yang diharapkan. maka salah satu strategi dan sistem
penyampaian dalam bimbingan kelompok dengan strategi pelayanan dasar
seperti bimbingan kelas, pelayanan orientasi, dan lain sebagainya. Melalui
bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan ini para
mahasiswa dapat memperoleh layanan bantuan untuk dapat meningkatkan
penyesuaian dirinya dalam mempersiapkan pernikahan, serta dapat mencegah
Kegiatan bimbingan kelompok diarahkan untuk mengembangkan seluruh
kemampuan perkembangan individu yang meliputi kemampuan fisik, motorik,
kecerdasan, sosial maupun emosional juga perencanaan kehidupan masa depan
yaitu karir dan berkeluarga (myrick, 2003:).
Dalam upaya meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam
mempersiapkan pernikahan agar tercipta kebahagian dan keharmonisan, maka
pemberian layanan bimbingan kelompok merupakan kegiatan yang sangat
penting dan dibutuhkan oleh mahasiswa (individu) dalam mempersiapkan
pernikahan maupun dalam tahap pencarian atau penjajakan dalam mencari
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab III ini disajikan hal-hal yang berkaitan dengan pendekatan dan
metode penelitian yang digunakan. Pokok bahasan bagian ini adalah lokasi dan
subjek populasi penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen
penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan
analisis data.
A. Lokasi, Populasi dan Subjek Penelitian
Program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan
perkembangan sebaiknya diberikan kepada seluruh mahasiswa, mengingat tugas –
tugas perkembangan mahasiswa salah satunya yaitu mempersiapkan pernikahan
dan mencari pasangan hidup. Perguruan tinggi berperan penting untuk
memfasilitasi kebutuhan akan hal ini, penelitian ini mengambil lokasi di salah satu
perguruan tinggi swasta yaitu Institut Teknologi Harapan Bangsa, jalan
Dipatiukur No. 82-84 Bandung. Pertimbangan yang dilakukan neliti adalah
sebagai berikut
1. Institut Teknologi Harapan Bangsa merupakan salah satu perguruan tinggi
yang peduli akan tugas-tugas perkembangan mahasiswa salah satunya
memberikan perbekalan pengetahuan tidak hanya secara akademis tetapi juga
non akademis.
2. Mahasiswa mempunyai tugas-tugas perkembangan khususnya yang berkaitan
3. Rentang usia 20 ke atas yang dikategorikan sebagai rentang usia dewasa
awal yang mempunyai tugas-tugas perkembangan khususnya mencari
pasangan hidup dan mulai memikirkan tentang pernikahannya.
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, pada penelitian ini populasi
mahasiswa Institut Teknologi Harapan Bangsa (ITHB) jurusan teknik informatika
sebanyak 220. Dalam penentuan sampel ditentukan secara purposive dengan
menggunakan mahasiswa dalam kelas utuh (natural setting).
Langkah penentuan sampel adalah dengan memilih kelas yang mempunyai
karakteristik sama, seperti usia, tingkat, waktu belajar, dan fakultas yang sama.
Dalam hal ini sampel yang dipilih adalah semester lima atau tingkat tiga jurusan
Teknik Informatika mengingat rentang usia 20 ke atas yang dikategorikan
sebagai rentang usia dewasa awal yang mempunyai tugas-tugas perkembangan
khususnya mencari pasangan hidup dan mulai memikirkan tentang
pernikahannya.
Langkah berikutnya penentuan kelompok dibagi dua yaitu: kelompok
eksperimen yang diberikan perlakuan dan kelompok kontrol yang hanya diberikan
perlakuan konvensional yang diberlakukan di Institut Teknologi Harapan Bangsa.
(ITHB) Bandung. Sampel penelitian sebanyak 80 mahasiswa, yang terbagi
menjadi dua kelompok, yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
mahasiswa.
Sesuai dengan fokus, permasalahan, dan tujuan penelitian, pendekatan
penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kuasi
eksperimen dengan non-equivalent control group design, baik pada kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol. Sugiyono (2008:107) berpendapat bahwa
penelitian eksperimen diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk
mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
dikendalikan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian
eksperimen adalah metode penelitian untuk mencari atau mengetahui suatu
tindakan terhadap obyek yang diamati dan menguji hubungan sebab akibat.
Penelitian eksperimen kuasi ini menggunakan desain pretest-posttest control
group dengan melibatkan kelompok kontrol dan disertai dengan pemberian tes
awal adan tes akhir. Desian penelitian yang digunakan Nonequivalent control
group design adalah sebagai berikut :
O1 X O2 ...
O3 O4
O1 dan O3 sebelum ada perlakuan, O2 setelah diberikan perlakuan dan O4
adalah yang tidak diberikan perlakuan. Pengaruh program bimbingan kelompok
terhadap penyesuaian diri mahasiswa dalam persiapan pernikahan adalah (O1 -
O2) – (O4 - O3)
Desain kuasi eksperimen ini adalah untuk melihat apakah program
meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam mempersiapkan pernikahan.
Tahap pelaksanaannya yaitu kedua kelompok (kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol) diberikan tes awal dengan yang sama. Setelah diberikan tes
awal (pretest), pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan (bimbingan
kelompok dengan pendekatan bimbingan pekembangan sedangkan pada
kelompok kontrol yang hanya diberikan perlakuan konvensional yang
diberlakukan di Institut Teknologi Harapan Bangsa Bandung. Kemudian sesuai
dengan disepakati, maka kedua kelompok diberikan tes yang sama sebagai test
akhir (post-test). Hasil dari tes awal dan akhir pada akhir pada masing-masing
kelompok diperbandingkan (uji perbandingan) demikian juga antara hasil tes awal
dan tes akhir pada kelompok eksperimen dan antara hasil tes dari kedua kelompok
menunjukkan pengaruh dari perlakuan yang diberikan.
B. Definisi Operasional Variabel
Untuk menjelaskan ruang lingkup penelitian ini perlu ditegaskan defenisi
operasional yang merupakan konsep pokok penelitian ini. Istilah yang perlu
didefinisikan secara operasional adalah:
1. Program Bimbingan Kelompok Berdasarkan Pendekatan
Perkembangan
Program bimbingan kelompok berdasarkan pendekatan perkembangan pada
penelitian ini diartikan sebagai bimbingan yang diberikan oleh konselor kepada
mahasiswa Institut Teknologi Harapan Bangsa Bandung, bertujuan untuk
pernikahan yaitu: penyesuaian pasangan, sikap pribadi, konsep pernikahan,
persesuaian psikologis dan memilih pasangan melalui bimbingan kelompok
dengan pendekatan bimbingan pekembangan. Program bimbingan kelompok
dengan pendekatan bimbingan perkembangan ini menggunakan teknik seperti :
ceramah, peputaran film, diskusi, dan tanya jawab.
2. Penyesuaian Diri dalam Persiapan Pernikahan
Penyesuaian diri dalam persiapan pernikahan mahasiswa Institut Teknologi
Harapan Bangsa Bandung angkatan 2010/2011, semester lima atau tingkat tiga
pada penelitian ini diartikan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan,
pemahaman, nilai-nilai dan keterampilan yang bermakna dalam persiapan
pernikahan.
Penyesuaian diri tersebut ditandai dengan: pengendalian diri, rasa aman,
bertanggung jawab, mampu mengatasi masalah, mampu memberi dan menerima
kasih sayang (affeksi), memiliki komitmen, taat beribadah, toleransi,
asal-usul/budaya, pekerjaan, dan usia.
Berikut ini adalah rincian kisi-kisi serta komposisi pernyataan indikator:
ASPEK INDIKATOR
Penyesuaian dengan pasangan a. Pengendalian diri b. Memiliki rasa aman. Sikap pribadi a. Bertanggung jawab
b. Mampu mengatasi masalah Konsep Pernikahan a. Komitmen.
b. Memberi dan menerima kasih sayang (affeksi) Persesuaian psikologis a. Taat beribadah
b.Toleransi
C. Pengembangan Instrumen
Alat pengumpul data adalah angket (untuk mengungkap tentang
penyesuaian diri dalam persiapan pernikahan)
1. Kisi–kisi intrumen
Data tentang profil penyesuian diri mahasiswa diungkap melalui alat
pengumpul data berbentuk angket. Angket tersebut dikonstruksi sendiri oleh
peneliti berdasarkan konsep dan teori yang relevan.
Angket ini disusun dalam bentuk force choice berupa pertanyaan yang
bersifat positif dan negatif dengan alternatif jawaban “Ya” dan “Tidak”
penggunaan forsce choice ini dipilih untuk memperoleh gambaran yang tegas
mengenai penyesuaian diri mahasiswa dalam persiapan pernikahan. Jawaban “Ya
untuk pernyataan yang sesuai dengan diri mahasiswa, dan jawaban “Tidak” untuk
menyatakan yang tidak sesuai dengan diri mahasiswa. Sebelum menyusun butir
penyataan, terlebih dahulu dirumuskan kisi-kisi instrumen. Dengan demikian butir
penyataan merupakan penjabaran dari kisi-kisi instrumen yang dirumuskan. Lebih
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Instrumen Penyesuaian Diri Dalam Persiapan Pernikahan
Aspek Indikator No. Item ∑
Penyesuaian dengan pasangan Pengendalian Diri 1-5 5
Rasa Aman 6-11 6
Sikap Pribadi Bertanggung jawab 12-16 5
Mampu mengatasi masalah. 17-22 6
Konsep Pernikahan Komitmen 23-27 5
Memberi dan menerima kasih sayang (affeksi)
28-32 5
Persesuaian Psikologis Taat beribadah 33-37 5
Toleransi 38-42 5
Memilih Pasangan Asal-usul/ budaya 43-47 5
Pekerjaan 48-52 5
Usia 53-55 3
Jumlah 55
2. Penimbangan Intrumen
Penimbangan instrumen dilakukan untuk memperoleh item angket yang
layak dipakai, setiap item yang dikembangkan sebanyak 70 item dikoreksi oleh
tiga orang penimbang untuk dikaji secara rasional dari segi isi dan redaksi item,
serta ditelaah kesesuaian item dengan aspek-aspek yang akan diungkap. Ketiga
penimbang tersebut adalah Prof. Dr. Syamsu Yusuf, M.Pd., Dr. Mubiar Agustin,
M.Pd., dan Dr. Ipah Sapiah, M.Pd. Mereka pakar bimbingan dan konseling yang
doktor bimbingan dan konseling. Setiap penimbang memberikan koreksinya
terhadap item yang menurut penimbang kurang layak, baik secara konstruk
maupun bahasanya, dilakukan revisi seperlunya sesuai dengan saran-saran para
penimbang tersebut.
Pada langkah berikutnya, sebelum dilakukan uji coba intrumen, dihadirkan
para mahasiswa semester lima sebanyak enam orang untuk melakukan uji
keterbacaan terhadap setiap butir item dalam instrumen. Setiap masukan yang
diberikan dijadikan bahan untuk perbaikan dan pengembangan instrumen yang
akan diujicobakan.
3. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen
Dalam penelitian ini, diperlukan instrumen-instrumen yang memenuhi
standar tertentu minimal validitas dan reabilitas. Validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen.
Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan.
(Arikunto, 2006:168).
Hasil penilaian dari uji validasi ini berupa penilaian pada setiap item
instrumen yang dikelompokkan dalam kualifikasi memadai (M) dan tidak
memadai (TM). Pernyataan yang telah berkualifikasi memadai dapat digunakan
untuk mencari data penelitian yang dibutuhkan. Sedangkan dalam kualifikasi
tidak memadai terdapat dua kemungkinan, yaitu: pernyataan direvisi, dan
mahasiswa melalui analis item dengan menggunakan teknik uji korelasi antara
skor yang diperoleh dari setiap item dengan skor total item dari setiap responden.
Uji Validitas yang digunakan untruk instrumen pengetahuan yang berupa skor
dikotomi yaitu bernilai 0 dan 1 digunakan korelasi point biserial dengan rumus
Mi = Rata-rata skor dari subjek-subjek yang menjawab betul item yang
dicari korelasinya dengan tes
Mx = Rata-rata skor total
Sx = Standar deviasi skor total
p = proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut
q = 1-p
Suatu pertanyaan dikatakan valid dan dapat mengukur variabel penelitian
yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya lebih dari atau sama dengan 0,300
(Kaplan & Saccuzo, 1993). Hasil perhitungan terhadap 70 butir penyataan untuk
instrumen penyesuain diri, diperolah item soal yang tidak valid sebanyak 15,
sehingga total pernyataan valid adalah 55 butir penyataan. Adapun hasil uji coba
Tabel 3.1
Hasil Analisis Butir Angket Penyesuaian Diri Dalam Persiapan Pernikahan
Aspek Indikator
untuk perhitungan yang lebih jelas, dapat dilihat pada lampiran
Setelah diuji validitas setiap pernyataan, selanjutnya alat pengumpul data
tersebut diuji tingkat realiabilitasnya. Reliabiltas berhubungan dangan masalah
ketepan atau keajegan tes. Reliabilitas menunjukkan sejauh mana tingkat
kekonsistenan pengukuran dari suatu responden ke responden yang lain atau
menyebabkan beda interpretasi dalam pemahaman pertanyaan tersebut.
Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu variabel dikatakan reliabel dan
berhasil mengukur variabel yang kita ukur jika koefisien reliabilitasnya lebih
besar atau sama dengan 0,700 (Kaplan, 1993:128).
Uji reliabilitas yang digunakan untuk instrumen pengetahuan adalah teknik
Koefisien Reliabilitas Kuder Richardson 20 (KR-20). Teknik tersebut adalah
sebagai berikut.
p = proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut
(Saifudin Azwar, 2004:82)
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data mengenai penyesuaian diri mahasiswa dalam
Teknologi Harapan Bangsa Bandung, maka digunakan alat pengumpulan data
berupa:
a. angket.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang
penyesuaian diri mahasiswa dalam mempersiapkan pernikahan. Untuk
memperoleh data tersebut, dalam penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner
penyesuaian diri mahasiswa dalam persiapan pernikahan. Instrumen ini berbentuk
skala Gutmann. skala terdiri atas sejumlah pernyataan yang semuanya
menunjukkan kesadaran mahasiswa tentang penyesuaian diri dalam persiapan
pernikahan. Berikut ini kisi-kisi dari intrument penyesuaian diri dalam
mempersiapkan pernikahan.
ASPEK INDIKATOR
Penyesuaian dengan pasangan Pengendalaian Diri
Rasa Aman
Sikap pribadi Bertanggung jawab
Mampu mengatasi masalah
Konsep Pernikahan Komitmen.
memberi dan menerima kasih sayang
(affeksi)
Persesuaian psikologis Taat Beribadah
Toleransi
Memilih pasangan Asal-usul/budaya
Pekerjaan
Dari kisi-kisi intrumen angket di atas, terdapat 55 pertanyaan untuk setiap
pernyataan, disediakan alternatif tanggapan yang tegas yaitu “Ya” dan “Tidak”.
jika penyataan positif maka mahasiswa menjawab “Ya” akan mendapat skor 1 dan
apabila menjawab “Tidak” maka skornya 0. Begitupun jika pernyataan negatif,
bila mahasiswa menjawab “tidak” maka diberi skor 1 begitupun sebaliknya.
b. Kelompok Eksperimen
Sampel ini ditentukan dari hasil skor rata-rata pretes di semester lima kelas A
berjumlah 39 mahasiswa dengan skor rata-rata 42.23 sedangkan kelas B
berjumlah 41 mahasiswa dengan skor rata-rata 34.32 yang menjadi kelompok
eksperimen (KE) yaitu kelas B yang memiliki skor rata-rata 34.32 dengan
kategori yang lebih rendah dari kelompok kontrol yaitu kelas A yang memiliki
skor rata-rata 42.23.
E. Teknik Analisis Data Penelitian
Tujuan utama dalam melakukan analisis adalah menetapkan apakah data
yang diperoleh pada sebuah penelitian mendukung klaim prilaku. Teknik data
yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif dan parametrik.
Selanjutnya ada tiga tahap data analisis yang berbeda tapi saling berhubungan satu
sama lain, yaitu mengenal data, meringkas data, dan menginformasikan sesuatu
yang diungkap.
Pada tahap mengenal data, peneliti menganalisis data dengan memeriksa
berikutnya adalah dengan meringkas data, yaitu untuk mengukur tendensi sentral
termasuk mean (rata-rata), median, dan mode. Juga untuk menentukan
ukuran-ukuran variabilitas yaitu range (rentang nilai) dan deviasi standar. Tahap ketiga,
adalah menggunakan interval kepercayaan untuk mengonfirmasikan yang
diungkap oleh data yaitu dengan mengonstruksikan confidence Interval (interval
kepercayaan) untuk parameter populasinya dapat dihitung untuk satu mean atau
perbedaan mean populasi.
Setelah pengujian normalitas dan homogenitas, selanjutnya dilakukan uji-t
terhadap dua sampel independen (Independent-Sampel t Test) yaitu postes
Kelompok Eksperimen (semester lima jurusan teknik informatika) dan Kelompok
Kontrol (semester lima jurusan teknik informatika) berdasarkan hasil skor
rata-rata dan gain skor. Dalam pengujian hipotesis, kreteria yang digunakan adalah:
Ho :
µ
1=µ
2.H1 :
µ
1>
µ
2.Dimana:
µ
1 = meanskor Penyesuaian Diri dalam persiapan pernikahan dari kelompokeksperimen yang mengikuti bimbingan kelompok dengan pendekatan
bimbingan perkembangan.
kontrol yang tidak mengikuti bimbingan kelompok dengan pendekatan
bimbingan perkembangan.
Dengan daerah penerimaan :
Jika P-value < α, maka Ho ditolak
Jika P-value > α, maka Ho tidak dapat ditolak
Dan untuk menentukan efektivitas bimbingan kelompok dengan pendekatan
bimbingan perkembangan, maka dilakukan uji-t. Dengan interval kepercayaan
95%, α = (1 – 0,95) = 0.05. selanjutnya dalam membantu perhitungan dan
pengolahan data statistik, peneliti menggunakan program komputer yaitu SPSS.
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan kuasi eksperimen
melalui treatment program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan
perkembangan terhadap kelompok eksperimen, dan berdasarkan hasil analisis data
terhadap skor penyesuaian diri mahasiswa dalam persiapan pernikahan pre-test
dan post- tes pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Pertama, program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan
perkembangan dapat meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam persiapan
pernikahan, khususnya aspek penyesuaian pasangan, sikap pribadi, konsep
pernikahan, persesuaian psikologis dan memilih pasangan di Institut Teknologi
Harapan Bangsa di tahap usia dewasa awal.
Kedua, Rumusan program bimbingan kelompok dengan pendekatan
bimbingan perkembangan dapat meningkat penyesuaian diri mahasiswa dalam
persiapan pernikahan.
Ketiga Program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan
perkembangan efektif digunakan untuk meningkatkan penyesuaian diri
Rekomendaasi
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka rekomendasi utama sebagai out
put penelitian ini adalah produk tentang “Program Bimbingan Kelompok
Meningkatkan Penyesuian Diri Mahasiswa Dalam Persiapan Pernikahan”.
Dengan pendekatan bimbingan perkembangan ini dapat direkomendasikan bagi
pihak-pihak terkait berikut:
1. Unit pelaksana teknis layanan bimbingan dan konseling di Institut Teknologi
Harapan Bangsa mempertimbangkan program bimbingan kelompok dengan
pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan sebagai bahan masukan
dalam menyusun program program bimbingan dan konseling pernikahan dan
keluarga. Menggunakan bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan
perkembangan untuk memberikan layanan bimbingan dan konseling bagi
mahasiswa disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa dan tugas-tugas
perkembangannya dengan prinsip-prinsip, strategi dan teknik-teknik yang
ada dalam bimbingan dan konseling.
2. Bagi konselor dalam membuat program perlu disusun berdasarkan need
assessment mahasiswa, terorganisir, sistematis, disesuaikan dengan
tugas-tugas perkembangan dan memiliki SKLB. Diawali dengan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksaan, dan pengevaluasian. Berorientasi pada tujuan
yang ingin dicapai sesuai dengan perencanaan yang sudah dirancang,
bentuk aktivitas harian (agenda), dan layanannya dapat
dipertanggungjawabkan.
3. Untuk peneliti yang akan mengadakan penelitian dengan fokus masalah yang
sama, direkomendasikan meneliti dan mengembangkan bimbingan kelompok
dengan tema yang lebih spesifik antara lain bagaimana mengintegrasikan
konsep bimbingan perkembangan ke dalam bimbingan dan konseling.
Terutama dalam tema pengaruh lingkungan keluarga dan pendidikan terhadap
perkembangan mahasiswa. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah
penggunaan data tambahan seperti oservasi dan wawancara agar hasil yang
didapat lebih sempurna, karena tidak semua hal dapat diungkap dengan
DAFTAR PUSTAKA ctions/wedding2_02premarital.htm. (20 April 2003):
Bouchard, G. & Lussier, Y. (1999). Personality and Marital Adjustment : Utility of the five factor Model of Personality. Journal of Personality, 65, 107-136
Bowers , Judy L. And Patricia A. Hath. (2002). The National Model for School
Counseling Programs. American School Counselor Association, Austin,
Texas:
Carole wade and Carol Tavris (2007). Psikoligi edisi kesembilan. Alih bahasa Padang Mursalin. Jakarta: Erlangga
Achtemeir, E. (1976). The Committed Marriage. Biblical Perspectives on Current
Issue. Edited by Howard Clark Kee. Philadelphia: The Westminster Press.
Gilarso. T, (1996). Membangun Keluarga Kristiani. Yogyakarta: Kanisius
Hadley, Corine A. (2001). Iowa Comprehensive Counseling and Guidance
Program Development Guide. Kindergarten Community College (online).
Tersedia: http.//www. school counselor.org/file/iowa.pdf (Pebruari 20010)
Havinghurst, R. J. (1995). Human development task and education. New York : David mc Kay.
Hurlock, E.B. (1996), Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan (Alih bahasa Istiwidayanti dan Soejarwo), Jakarta:
Erlangga.
Klein, R. (2000). Marital Adjustment. Journal of Marriage and Family, 49,185-91.
McDade, P (1998). Family, Marital & Premarital Counseling Services. Catholic Charities Diocese of San Diego Californi Online: Tersedia http://www.ccdsd.org/clinfmpre.html. (27 Maret 2000).
Myrick, Robert D. (2003). Developmental Guidance and Counseling. Minneapolis: Educational Media Corporation.
Santrock. W John. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Alih bahasa,
Schmidt, John J. (2003). Counseling in School: Essential Service and
Comprehensive Program. Fourth Ed. Boston: Allyn and Bacon.
Schneiders Alexander A. (1964). Personal Adjustment and Mental Health. Ney York: Holt, Rinehart & Winston
Setiono Kusdwiratri. (2011). Psikologi Keluarga. Bandung: PT. Alumni
Soesilo A. Vivian. (2010) Bimbingan Pranikah, Malang: Literatur Saat
Sukmadinata, Nam Syaodih. (2007). Bimbingan dan Konseling Dalam Praktek. Bandung: Mecestro.
Supratiknya. (2010). Manajemen dan Konseling Komprehensif. Yogyakarta: Universitas Sanata Darma.
Thorman Geoerge.(TT). Marriage Counseling Handbook. U.S.A : Springfield.
Vanpelt Nancy. (2006). The Compleat Marriage. Hagerstown: Review and Herald
Walgito Bimo. (2004). Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta: Andi.
Willis, Sofyan S. (2003). Konseling Keluarga. Bandung: Alfabeta