• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN BIMBINGAN PERKEMBANGAN UNTUK MENINGKATKAN PENYESUSIAN DIRI MAHASISWA DALAM PERSIAPAN PERNIKAHAN PADA MAHASISWA JENJANG STRATA I JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA DI INSTITUT TEKNOLOGI HARAPAN BANGSA, BANDUNG TAHUN AKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROGRAM BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN BIMBINGAN PERKEMBANGAN UNTUK MENINGKATKAN PENYESUSIAN DIRI MAHASISWA DALAM PERSIAPAN PERNIKAHAN PADA MAHASISWA JENJANG STRATA I JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA DI INSTITUT TEKNOLOGI HARAPAN BANGSA, BANDUNG TAHUN AKA"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK

MENINGKATKAN PENYESUAIAN DIRI MAHASISWA

DALAM PERSIAPAN PERNIKAHAN

(Studi Kuasi Eksperimen Berdasarkan Pendekatan Bimbingan dan Konseling Perkembangan pada Mahasiswa Jenjang Strata I di Institut

Teknologi Harapan Bangsa Tahun Akademik 2010/2011)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh

Sekadanta Sembiring

1009543

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Program Bimbingan

Kelompok untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Mahasiswa dalam Persiapan

Pernikahan” (Studi Kuasi Eksperimen berdasarkan pendekatan Bimbingan dan

Konseling Perkembangan Pada Mahasiswa Jenjang Strata I Jurusan Teknik

Informatika di Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung Tahun Akademik

2010/2011), beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan

saya tidak melakukan penjipkalan ataupun pengutipan dengan cara-cara yang

tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada

saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan

dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya

ini.

Bandung, 22 Januari 2013

Yang membuat pernyataan

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Sekadanta Sembiring. 2013. “Program Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Bimbingan Perkembangan Untuk Meningkatkan Penyesusian Diri Mahasiswa Dalam Persiapan Pernikahan pada mahasiswa Jenjang Strata I Jurusan Teknik Informatika di Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung Tahun Akademik 2010/2011)”. Pembimbing tesis : Dr. Anne Hafina, M.Pd dan Dr. Nani M. Sugandhi, M.Pd. Program Studi Bimbingan dan Konseling, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

Penelitian bertujuan menghasilkan program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam persiapan pernikahan. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan non-equivalent control group design. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner penyesuaian diri mahasiswa dalam persiapan pernikahan. Temuan penelitian menunjukkan skor kelompok eskperimen lebih meningkat daripada kelompok kontrol. Dengan demikian, program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan efektif untuk meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam persiapan pernikahan. Direkomendasikan kepada pihak ITHB agar pelaksanaan bimbingan dan konseling disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa, tugas-tugas perkembangan, prinsip-prinsip, strategi dan teknik bimbingan dan konseling.

Kata Kunci: Program bimbingan kelompok, pendekatan bimbingan dan konseling

(6)

ABSTRACT

Sekadanta Sembiring. 2013. a group guidance program with development guidance approach to improve student’personal adjustmen in prepare to get married to Undergraduate Students of ITHB in Academic Year 2010/2011

Guidance and Counseling Study Program of Post Graduate School of Indonesia University of Education.

The Research was purposed to produce program of group guidance by using developmental guidance approach to improve students’ personal adjustmen prepare to get married. Study quantitative approach method quase experiemnt was used non-equivalent control group design used. The data were collected by questioner students’ personal adjustmen in prepare to get marreid. Based on invention of research, experiment group was more increase scores than control group. it concluded that the program of group guidance with development guidance and counseling approach is effective to improve students’ personal adjustmen prepare to get married. Recommended to the ITHB especially counselor to start implementation program in activiti group guidance and counseling. Based on need assignment, developmental task, principles, strategy

and method of guidance and counseling.

(7)

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

UCAPANTERIMA KASIH iii

DAFTAR ISI iv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 7 C. Tujuan Penelitian 8

D. Manfaat Penelitian 9 E. Asumsi 9

BAB II. BIMBINGAN KELOMPOK SERTA PENYESUAIAN DIRI MAHASISWA DALAM PERSIAPAN PERNIKAHAN A. Bimbingan Kelompok 12

B. Bimbingan Perkembangan 26

C. Karakteristk Perkembangan Mahasiswa 48

D. Pernikahan 54

E. Penyesuaian diri dalam Pernikahan 61

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Subjek Penelitian 72

B. Metode Penelitian 73

C. Definisi Operasional Variabel 75

D. Pengembangan Instrumen 77

E. Teknik Pengumpulan Data 82

(8)

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Studi Penelitian 87

B. Pembahasa Hasil Penelitian 96

C. Keterbatasan Penelitian 112

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan 113

B. Rekomendasi 114

DAFTAR PUSTAKA 117

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Dalam perjalanan hidup manusia, terdapat tiga saat yang penting, yakni

lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa

menjadi satu dan sebagai awal pembentukan keluarga. Keharmonisan dan

kebahagian merupakan cita-cita dan harapan setiap orang, agar tercapai

keharmonisan dan kebahagian dibutuhkan menyesuaian diri. Termasuk setiap

orang yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi (mahasiswa) yang akan

mempersiapkan pernikahan. Melihat dari segi usia, mahasiswa sudah masuk ke

masa dewasa awal, Masa usia mahasiswa meliputi rentang umur dari 18/19 tahun

sampai 24/25 tahun rentang usia itu masih dapat dibagi-bagi atas periode 18/19

tahun sampai 20/21 tahun, yaitu mahasiswa dari semester I sampai semenster IV;

dan periode waktu 21/22 tahun sampai 24/25 tahun, yaitu mahasiswa dari

semester V sampai dengan semester VIII (Winkel dan Sri Hastuti, 2007: 157).

Secara teoritis, tugas perkembangan mahasiswa yang berkenaan dengan hidup

berkeluarga dibagi menjadi dua fase, yaitu fase pertama menitikberatkan pada

perkembangan fisik dan seksual, serta pengaruhnya terhadap gejala-gejala

psikososial. Fase kedua yaitu menitikberatkan pada aspek-aspek nilai-nilai, moral,

sikap hidup, dan hubungan kemasyarakatan. Pada fase ini tugas perkembangan

yang berkaitan dengan kehidupan berkeluarga merupakan tugas yang sangat

(10)

Sejalan dengan uraian Elizabeth Hurlock (1996:252) tugas-tugas perkembangan

pada fase usia dewasa awal: (1) mulai bekerja; (2) memilih pasangan hidup;

(3) belajar hidup dengan pasangan; (4) mempersiapkan pernikahan dan

hidup berkeluarga; (5) memelihara anak; (6) mengelola rumah tangga; (7)

mengambil tanggung jawab sebagai warga Negara, dan (8) menemukan kelompok

yang sosial yang serasi.

Pencapaian tugas perkembangan yang berkenaan dengan hidup berkeluarga

sangat erat kaitannya dengan penyesuaian diri yang dimiliki oleh mahasiswa. Bila

mahasiswa memiliki penyesuaian diri yang positif, maka ia akan lebih mampu

mencapai tugas perkembangannya secara optimal, mampu mengontrol diri,

bertanggungjawab mampu memecahkan dan mengatasi berbagai hambatan,

mampu mengambil keputusan tanpa konflik dengan penuh pertimbangan yang

matang dan dapat memilih alternatif keputusan dengan baik, memiliki

kepercayaan diri, dan tidak khawatir terhadap masa depan.

Namun dalam hal ini tidak semua orang mampu menyesuaiakan diri dalam

pernikahan, walaupun sudah matang dipersiapkan, sudah saling mengenal

sebelumnya, namun perbedaan-perbedaan kecil dalam bentuk kebiasaan

masing-masing dapat menjadi sumber kekesalan, pertengkaran dan menimbulkan

masalah-masalah sehingga mengakibatkan individu mengalami gangguan

penyesuaian diri (adjustment disorder). Dan tidak jarang sampai terjadi

pertengkaran, kekerasan dalam rumah tangga, melarikan diri dari persoalan dan

mencari ketenangan di rumah orang tua, tempat-tempat hiburan atau tempat apa

(11)

Nanette Miner (dalam Nurwijaya 2011:10), mengemukakan di Amerika

Serikat mayoritas perempuan mulai selingkuh saat usia 20 - 40 tahun (78%).

Sedangkan pria mulai selingkuh antara 30 - 40 tahun (78%). Dan 70 % lelaki

beristri selingkuh, dan hanya 1% dari yang selingkuh tersebut meninggalkan

istrinya.

Faktor penyebab perselingkuhan yaitu: (1) affair di dunia maya, mencari

teman baru atau bertemu bekas pacar lama melalui facebook; (2) Masalah

keuangan, berdebat tentang berapa banyak uang yang akan dihabiskan atau

disimpan, ada pasangan sebelum menikah tidak tahu-menahu tentang latar

belakang keuangan pasangannya, baru di ketahui setelah menikah pasangannya

banyak utang; (3) Campur tangan orang lain, seperti ibu, ayah, saudara

perempuan, teman-teman yang berkomentar negatif terhadap pasangan.

selanjutnya beliau mengungkapkan Indonesia termasuk ranking keempat di dunia

yang memiliki jumlah janda terbanyak. Cina 43 juta, India 42,4 juta, AS 13,6 juta,

Indoniesia 9,4 juta, Jepang 7,4 juta, Rusia 7,1 juta, Brasil 5,6 juta, Jerman 5,1 juta,

Banglades dan Vieatnam masing-masing 4,7 juta. Lebih dari 500 juta anak dan

remaja bergantung dari janda-janda itu.

Ditambah lagi dengan kasus perceraian di Pengadilan Agama kota Bandung,

meningkat dari tahun ketahun pada tahun 2009 ada sebanyak 1.600 perkara, 2010

ada 3.629 perkara yang masuk. Dan pada tahun 2011 jumlahnya meningkat sudah

mencapai 3.795 perkara. “Dalam sehari tercatat sekitar 70 pasangan yang

(12)

Di Los Angeles, Amerika Serikat angka perceraian dari pernikahan pertama

berakhir dengan perceraian telah mencapai angka 50 persen dan Marin County,

California, mencatat 70 persen dari semua pernikahan berakhir dengan perceraian,

dan pernikahan yang kedua nyaris dua kali kecenderungannya untuk gagal

dibanding pernikahan pertama. (Vanpelt, 2006:7).

Faktor – faktor penyebab pada tingkat perceraian yang bertambah dalam

tahun-ketahun salah satunya adalah: (1) proses perceraian yang mudah, (2)

kemunduran dalam kehidupan keluarga. Rumah sebagai terminal dimana anggota

keluarga datang dan pergi dengan begitu singkat untuk tujuan masing-masing, (3)

pernikahan dini dan kurangnya persiapan serta pendidikan, pernikahan dianggap

suatu yang alami sehingga pernikahan dapat berhasil tanpa pendidikan khusus, (4)

kemunduran dalam kehidupan rohani secara positif.

Angka-angka tersebut di atas menunjukkan bahwa hanya sedikit pasangan,

berusaha mewujudkan keintiman, berusaha mewujudkan komitmen dan

pengertian mendalam antar pasangan, dan bahkan banyak pasangan yang tetap

menjalani pernikahan, namun dengan menunjukkan sikap dingin sehingga

keharmonisan dalam rumah tangga tidak dicapai. Beberapa pasangan

mempertahankan rumah tangganya hanya demi kepentingan anak-anaknya,

namun pernikahan tetap terasa hambar.

Tahun-tahun pertama pernikahan merupakan masa rawan, bahkan dapat

disebut sebagai era kritis karena pengalaman bersama belum banyak. Menurut

Clinebell (2005) periode awal pernikahan merupakan masa penyesuaian diri, dan

(13)

istri harus banyak belajar tentang pasangan masing-masing dan diri sendiri mulai

diperhadapkan dengan berbagai masalah. Dua kepribadian (suami maupun istri)

saling menempa untuk dapat sesuai satu sama lain, dapat memberi dan menerima.

Data studi Puji Astuti (2010: 5) permasalahan dalam kaitan penyesuaian

pernikahan menunjukkan terdapat berbagai perilaku komunikasi yang terjadi

diantara mereka, seperti salah satu pasangan terutama istri lebih sulit untuk

menahan diri untuk tidak merespon atau memotong perkataan suami yang belum

selesai berbicara, baik suami maupun istri sulit mendengarkan pasangan dengan

penuh perhatian dan konsentrasi, pasangan seringkali tidak menanyakan kembali

hal-hal yang dirasa kurang dimengerti, suami istri kurang memperhatikan kondisi

fisik dan psikis pasangannya, ketika menyampaikan suatu permasalahan dapat

menjadi sumber perdebatan saling menyalahkan. Ada pula pasangan yang merasa

kurang dihargai atau tersinggung, seperti berbicara dengan intonasi suara yang

tinggi dan kata-kata yang tidak disukai pasangannya, membentak, melecahkan,

muka masam atau cemberut.

Selain itu, seringkali suami atau istri merasa kurang mampu membahagian

pasangannya dan merasa kurang memiliki kepercayaan terhadap pasangannya

sehingga menghambat keterbukaan di antara mereka. Ada pula suami atau istri

yang kurang terbuka dengan pasangannya mengenai berbagai hal seperti

hubungan baik dengan mertua, kesesuaian minat dan aktivitas masing-masing.

Mereka menganggap tidak penting untuk dibicarakan dan merasa permasalahan

tersebut akan membebani pasangannya saja atau merasa cenderung menasehati

(14)

permasalahn tersebut. Terdapat pula pasangan yang hanya memendam keinginan

dan pendapatnya serta tidak mengkomunikasikannya pada pasangannya karena

khawatir pendapatnya kurang didengar dan dihargai. Pada akhirnya, suami atau

istri hanya berharap pasangannya mengetahui dan memahami keinginan tanpa ia

mengkomunikasikannya secara terbuka.

Mengingat permasalahan yang akan dihadapi dan harus diatasi oleh setiap

individu (mahasiswa) dituntut usaha-usaha penyesuaian diri sedini mungkin yang

terus-menerus dari setiap pribadi sebelum mereka masuk ke dalam suatu wadah

pernikahan. Salah satu layanan yang tepat diberikan kepada mahasiswa dalam

membantu mereka untuk dapat menyesuaikan diri dalam pernikahan adalah

bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan yang

bertujuan untuk membantu mahasiswa membangun keutuhan pribadi melalui

penataan penyesuaian diri menuju pernikahan yang diharapkan, dengan

membekali mereka ilmu, pemahaman, keterampilan dan nilai-nilai yang

bermanfaat, serta membantu mereka melepaskan diri dari masalah-masalah yang

dapat mengganggu, sehingga muncul penerimaan, kesadaran dan kepercayaan diri

serta mampu membuat keputusan yang tepat berkenaan dengan pernikahan,

selanjutnya diharapkan mereka akan lebih bertanggung jawab dan berprilaku

positif sehingga dapat menjalani kehidupan pernikahan yang harmonis.

Bimbingan perkembangan sebagai suatu proses perkembangan

(developmental procces) yang menekankan kepada upaya membantu individu

dalam seluruh fase perkembangannya yang menyangkut aspek-aspek vokasional,

(15)

Myrick dalam Kartadinata, 1996:99; dan Supriadi, 1997:7 dalam syamsu Yusuf &

Juntika Nurihsan, 2008:53).

Program bimbingan perkembangan untuk meningkatkan penyesuaian diri

mahasiswa dalam pernikahan, berdasarkan kepada empat komponen kegiatan

yaitu : (1) layanan dasar; (2) perencanaan individual; (3) responsif; dan (4)

dukungan sistem.

Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan upaya untuk mengembangkan

program layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi, dalam rangka

meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam mempersiapkan pernikahan,

dengan kehadiran program bimbingan di perguruan tinggi memiliki makna

tersendiri. Peneliti berpendapat, program bimbingan kelompok dengan

pendekatan bimbingan perkembangan ini penting, melihat mahasiswa memiliki

karakteristik tersendiri sehingga memerlukan layanan yang spesifiks.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi

permasalahan sebagai berikut:

Penyesuaian diri dalam pernikahan sangat penting dan betul-betul harus

dibenahi dan ditingkatkan oleh setiap pasangan yang akan menikah, mengingat

pernikahan sebagai ikatan lahir dan yang bertujuan untuk membentuk keluarga

yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa. Kunci

keberhasilan dan kebahagian dalam hidup pernikahan terletak pada pengetahuan

(16)

hal utama yang perlu dimiliki yaitu: penyesuaian dengan pasangan, sikap terhadap

pernikahan, konsep pernikahan, persesuaian psikologis, dan memilih pasangan.

Berdasarkan uraian dan identifikasi masalah tersebut maka peneliti

merumuskan dalam peryataan sebagai berikut : “Penyesuaian diri merupakan

sebagai sumber kekokohan dan kesuksesan dalam pernikahan sehingga setiap

orang yang akan menikah berupaya untuk dapat menyesuaikan diri terhadap calon

pasangannya”.

Secara rinci rumusan masalah penelitian ini dijabarkan pada beberapa

pertanyaan berikut:

1. Seperti apakah gambaran umum persiapan penyesuaian diri mahasiswa dalam

mempersiapkan pernikahannya?

2. Seperti apa rumusan program bimbingan kelompok dengan pendekatan

bimbingan dan konseling perkembangan untuk meningkatkan penyesuaian diri

mahasiswa dalam persiapan pernikahan?

3. Apakah bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan dan konseling

perkembangan efektif untuk meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa

dalam persiapan pernikahan?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menghasilkan program bimbingan kelompok dengan

pendekatan bimbingan perkembangan untuk meningkatkan penyesuaian diri

(17)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang positif bagi

pengembangan teori maupun praktek bimbingan dan konseling.

Pertama, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

pengembangan teori bimbingan dan konseling secara komprehensif, khususnya

bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan yang terkait

dengan penyesuaian diri dalam mempersiapkan pernikahan.

Kedua, hasil penelitian ini diharapkan juga dapat memperkaya ilmu

pendidikan di bidang bimbingan dan konseling, dengan memberikan konstribusi

berupa program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan

perkembangan bagi mahasiswa dalam meningkatkan penyesuaian diri dalam

mempersiapkan pernikahan.

Ketiga, secara praktis hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai

informasi dan referensi bagi penelitian lebih lanjut tentang masalah yang sejenis.

Referensi ini dapat digunakan oleh tim yang berperan sebagai bahan referensi bagi

penelitian selanjutnya.

E. Asumsi

Acuan dalam merancang program bimbingan kelompok dengan pendekatan

bimbingan perkembangan untuk meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam

(18)

1. Pernikahan merupakan hal yang sangat penting yang harus dijalani seseorang

dalam kehidupannya yang baru. Sebelum seseorang memutuskan untuk

menikah perlu memperhatikan usia. Seperti dituliskan dalam undang-undang

Perkawinan Bab II pasal 7 Ayat (1), dengan jelas dinyatakan bahwa umur

sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang yang hendak

menikah. Usia menunjuk pada kematangan sseseorang, baik secara fisiologis

maupun psikologis dalam menghadapi pernikahannya (walgito, 2009:23).

2. Pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita

sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan YangMaha Esa (walgito, 2009:11).

3. Setiap individu (mahasiswa) yang akan masuk ke wadah pernikahan

membutuhkan penyesuaian diri yang baik (good adjustment) agar tercipta suatu

relasi suami – istri yang harmonis

4. Bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan yang

bertujuan untuk membantu mahasiswa membangun keutuhan pribadi dan

memperoleh pengetahuan, juga pemahaman melalui penataan penyesuiaan diri

menuju suatu pernikahan yang diharapkan. maka salah satu strategi dan sistem

penyampaian dalam bimbingan kelompok dengan strategi pelayanan dasar

seperti bimbingan kelas, pelayanan orientasi, dan lain sebagainya. Melalui

bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan ini para

mahasiswa dapat memperoleh layanan bantuan untuk dapat meningkatkan

penyesuaian dirinya dalam mempersiapkan pernikahan, serta dapat mencegah

(19)

Kegiatan bimbingan kelompok diarahkan untuk mengembangkan seluruh

kemampuan perkembangan individu yang meliputi kemampuan fisik, motorik,

kecerdasan, sosial maupun emosional juga perencanaan kehidupan masa depan

yaitu karir dan berkeluarga (myrick, 2003:).

Dalam upaya meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam

mempersiapkan pernikahan agar tercipta kebahagian dan keharmonisan, maka

pemberian layanan bimbingan kelompok merupakan kegiatan yang sangat

penting dan dibutuhkan oleh mahasiswa (individu) dalam mempersiapkan

pernikahan maupun dalam tahap pencarian atau penjajakan dalam mencari

(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab III ini disajikan hal-hal yang berkaitan dengan pendekatan dan

metode penelitian yang digunakan. Pokok bahasan bagian ini adalah lokasi dan

subjek populasi penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen

penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan

analisis data.

A. Lokasi, Populasi dan Subjek Penelitian

Program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan

perkembangan sebaiknya diberikan kepada seluruh mahasiswa, mengingat tugas –

tugas perkembangan mahasiswa salah satunya yaitu mempersiapkan pernikahan

dan mencari pasangan hidup. Perguruan tinggi berperan penting untuk

memfasilitasi kebutuhan akan hal ini, penelitian ini mengambil lokasi di salah satu

perguruan tinggi swasta yaitu Institut Teknologi Harapan Bangsa, jalan

Dipatiukur No. 82-84 Bandung. Pertimbangan yang dilakukan neliti adalah

sebagai berikut

1. Institut Teknologi Harapan Bangsa merupakan salah satu perguruan tinggi

yang peduli akan tugas-tugas perkembangan mahasiswa salah satunya

memberikan perbekalan pengetahuan tidak hanya secara akademis tetapi juga

non akademis.

2. Mahasiswa mempunyai tugas-tugas perkembangan khususnya yang berkaitan

(21)

3. Rentang usia 20 ke atas yang dikategorikan sebagai rentang usia dewasa

awal yang mempunyai tugas-tugas perkembangan khususnya mencari

pasangan hidup dan mulai memikirkan tentang pernikahannya.

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, pada penelitian ini populasi

mahasiswa Institut Teknologi Harapan Bangsa (ITHB) jurusan teknik informatika

sebanyak 220. Dalam penentuan sampel ditentukan secara purposive dengan

menggunakan mahasiswa dalam kelas utuh (natural setting).

Langkah penentuan sampel adalah dengan memilih kelas yang mempunyai

karakteristik sama, seperti usia, tingkat, waktu belajar, dan fakultas yang sama.

Dalam hal ini sampel yang dipilih adalah semester lima atau tingkat tiga jurusan

Teknik Informatika mengingat rentang usia 20 ke atas yang dikategorikan

sebagai rentang usia dewasa awal yang mempunyai tugas-tugas perkembangan

khususnya mencari pasangan hidup dan mulai memikirkan tentang

pernikahannya.

Langkah berikutnya penentuan kelompok dibagi dua yaitu: kelompok

eksperimen yang diberikan perlakuan dan kelompok kontrol yang hanya diberikan

perlakuan konvensional yang diberlakukan di Institut Teknologi Harapan Bangsa.

(ITHB) Bandung. Sampel penelitian sebanyak 80 mahasiswa, yang terbagi

menjadi dua kelompok, yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

mahasiswa.

(22)

Sesuai dengan fokus, permasalahan, dan tujuan penelitian, pendekatan

penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kuasi

eksperimen dengan non-equivalent control group design, baik pada kelompok

eksperimen maupun kelompok kontrol. Sugiyono (2008:107) berpendapat bahwa

penelitian eksperimen diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk

mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang

dikendalikan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian

eksperimen adalah metode penelitian untuk mencari atau mengetahui suatu

tindakan terhadap obyek yang diamati dan menguji hubungan sebab akibat.

Penelitian eksperimen kuasi ini menggunakan desain pretest-posttest control

group dengan melibatkan kelompok kontrol dan disertai dengan pemberian tes

awal adan tes akhir. Desian penelitian yang digunakan Nonequivalent control

group design adalah sebagai berikut :

O1 X O2 ...

O3 O4

O1 dan O3 sebelum ada perlakuan, O2 setelah diberikan perlakuan dan O4

adalah yang tidak diberikan perlakuan. Pengaruh program bimbingan kelompok

terhadap penyesuaian diri mahasiswa dalam persiapan pernikahan adalah (O1 -

O2) – (O4 - O3)

Desain kuasi eksperimen ini adalah untuk melihat apakah program

(23)

meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam mempersiapkan pernikahan.

Tahap pelaksanaannya yaitu kedua kelompok (kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol) diberikan tes awal dengan yang sama. Setelah diberikan tes

awal (pretest), pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan (bimbingan

kelompok dengan pendekatan bimbingan pekembangan sedangkan pada

kelompok kontrol yang hanya diberikan perlakuan konvensional yang

diberlakukan di Institut Teknologi Harapan Bangsa Bandung. Kemudian sesuai

dengan disepakati, maka kedua kelompok diberikan tes yang sama sebagai test

akhir (post-test). Hasil dari tes awal dan akhir pada akhir pada masing-masing

kelompok diperbandingkan (uji perbandingan) demikian juga antara hasil tes awal

dan tes akhir pada kelompok eksperimen dan antara hasil tes dari kedua kelompok

menunjukkan pengaruh dari perlakuan yang diberikan.

B. Definisi Operasional Variabel

Untuk menjelaskan ruang lingkup penelitian ini perlu ditegaskan defenisi

operasional yang merupakan konsep pokok penelitian ini. Istilah yang perlu

didefinisikan secara operasional adalah:

1. Program Bimbingan Kelompok Berdasarkan Pendekatan

Perkembangan

Program bimbingan kelompok berdasarkan pendekatan perkembangan pada

penelitian ini diartikan sebagai bimbingan yang diberikan oleh konselor kepada

mahasiswa Institut Teknologi Harapan Bangsa Bandung, bertujuan untuk

(24)

pernikahan yaitu: penyesuaian pasangan, sikap pribadi, konsep pernikahan,

persesuaian psikologis dan memilih pasangan melalui bimbingan kelompok

dengan pendekatan bimbingan pekembangan. Program bimbingan kelompok

dengan pendekatan bimbingan perkembangan ini menggunakan teknik seperti :

ceramah, peputaran film, diskusi, dan tanya jawab.

2. Penyesuaian Diri dalam Persiapan Pernikahan

Penyesuaian diri dalam persiapan pernikahan mahasiswa Institut Teknologi

Harapan Bangsa Bandung angkatan 2010/2011, semester lima atau tingkat tiga

pada penelitian ini diartikan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan,

pemahaman, nilai-nilai dan keterampilan yang bermakna dalam persiapan

pernikahan.

Penyesuaian diri tersebut ditandai dengan: pengendalian diri, rasa aman,

bertanggung jawab, mampu mengatasi masalah, mampu memberi dan menerima

kasih sayang (affeksi), memiliki komitmen, taat beribadah, toleransi,

asal-usul/budaya, pekerjaan, dan usia.

Berikut ini adalah rincian kisi-kisi serta komposisi pernyataan indikator:

ASPEK INDIKATOR

Penyesuaian dengan pasangan a. Pengendalian diri b. Memiliki rasa aman. Sikap pribadi a. Bertanggung jawab

b. Mampu mengatasi masalah Konsep Pernikahan a. Komitmen.

b. Memberi dan menerima kasih sayang (affeksi) Persesuaian psikologis a. Taat beribadah

b.Toleransi

(25)

C. Pengembangan Instrumen

Alat pengumpul data adalah angket (untuk mengungkap tentang

penyesuaian diri dalam persiapan pernikahan)

1. Kisi–kisi intrumen

Data tentang profil penyesuian diri mahasiswa diungkap melalui alat

pengumpul data berbentuk angket. Angket tersebut dikonstruksi sendiri oleh

peneliti berdasarkan konsep dan teori yang relevan.

Angket ini disusun dalam bentuk force choice berupa pertanyaan yang

bersifat positif dan negatif dengan alternatif jawaban “Ya” dan “Tidak”

penggunaan forsce choice ini dipilih untuk memperoleh gambaran yang tegas

mengenai penyesuaian diri mahasiswa dalam persiapan pernikahan. Jawaban “Ya

untuk pernyataan yang sesuai dengan diri mahasiswa, dan jawaban “Tidak” untuk

menyatakan yang tidak sesuai dengan diri mahasiswa. Sebelum menyusun butir

penyataan, terlebih dahulu dirumuskan kisi-kisi instrumen. Dengan demikian butir

penyataan merupakan penjabaran dari kisi-kisi instrumen yang dirumuskan. Lebih

(26)

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Penyesuaian Diri Dalam Persiapan Pernikahan

Aspek Indikator No. Item

Penyesuaian dengan pasangan Pengendalian Diri 1-5 5

Rasa Aman 6-11 6

Sikap Pribadi Bertanggung jawab 12-16 5

Mampu mengatasi masalah. 17-22 6

Konsep Pernikahan Komitmen 23-27 5

Memberi dan menerima kasih sayang (affeksi)

28-32 5

Persesuaian Psikologis Taat beribadah 33-37 5

Toleransi 38-42 5

Memilih Pasangan Asal-usul/ budaya 43-47 5

Pekerjaan 48-52 5

Usia 53-55 3

Jumlah 55

2. Penimbangan Intrumen

Penimbangan instrumen dilakukan untuk memperoleh item angket yang

layak dipakai, setiap item yang dikembangkan sebanyak 70 item dikoreksi oleh

tiga orang penimbang untuk dikaji secara rasional dari segi isi dan redaksi item,

serta ditelaah kesesuaian item dengan aspek-aspek yang akan diungkap. Ketiga

penimbang tersebut adalah Prof. Dr. Syamsu Yusuf, M.Pd., Dr. Mubiar Agustin,

M.Pd., dan Dr. Ipah Sapiah, M.Pd. Mereka pakar bimbingan dan konseling yang

(27)

doktor bimbingan dan konseling. Setiap penimbang memberikan koreksinya

terhadap item yang menurut penimbang kurang layak, baik secara konstruk

maupun bahasanya, dilakukan revisi seperlunya sesuai dengan saran-saran para

penimbang tersebut.

Pada langkah berikutnya, sebelum dilakukan uji coba intrumen, dihadirkan

para mahasiswa semester lima sebanyak enam orang untuk melakukan uji

keterbacaan terhadap setiap butir item dalam instrumen. Setiap masukan yang

diberikan dijadikan bahan untuk perbaikan dan pengembangan instrumen yang

akan diujicobakan.

3. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen

Dalam penelitian ini, diperlukan instrumen-instrumen yang memenuhi

standar tertentu minimal validitas dan reabilitas. Validitas adalah suatu ukuran

yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen.

Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan.

(Arikunto, 2006:168).

Hasil penilaian dari uji validasi ini berupa penilaian pada setiap item

instrumen yang dikelompokkan dalam kualifikasi memadai (M) dan tidak

memadai (TM). Pernyataan yang telah berkualifikasi memadai dapat digunakan

untuk mencari data penelitian yang dibutuhkan. Sedangkan dalam kualifikasi

tidak memadai terdapat dua kemungkinan, yaitu: pernyataan direvisi, dan

(28)

mahasiswa melalui analis item dengan menggunakan teknik uji korelasi antara

skor yang diperoleh dari setiap item dengan skor total item dari setiap responden.

Uji Validitas yang digunakan untruk instrumen pengetahuan yang berupa skor

dikotomi yaitu bernilai 0 dan 1 digunakan korelasi point biserial dengan rumus

Mi = Rata-rata skor dari subjek-subjek yang menjawab betul item yang

dicari korelasinya dengan tes

Mx = Rata-rata skor total

Sx = Standar deviasi skor total

p = proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut

q = 1-p

Suatu pertanyaan dikatakan valid dan dapat mengukur variabel penelitian

yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya lebih dari atau sama dengan 0,300

(Kaplan & Saccuzo, 1993). Hasil perhitungan terhadap 70 butir penyataan untuk

instrumen penyesuain diri, diperolah item soal yang tidak valid sebanyak 15,

sehingga total pernyataan valid adalah 55 butir penyataan. Adapun hasil uji coba

(29)

Tabel 3.1

Hasil Analisis Butir Angket Penyesuaian Diri Dalam Persiapan Pernikahan

Aspek Indikator

untuk perhitungan yang lebih jelas, dapat dilihat pada lampiran

Setelah diuji validitas setiap pernyataan, selanjutnya alat pengumpul data

tersebut diuji tingkat realiabilitasnya. Reliabiltas berhubungan dangan masalah

ketepan atau keajegan tes. Reliabilitas menunjukkan sejauh mana tingkat

kekonsistenan pengukuran dari suatu responden ke responden yang lain atau

(30)

menyebabkan beda interpretasi dalam pemahaman pertanyaan tersebut.

Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu variabel dikatakan reliabel dan

berhasil mengukur variabel yang kita ukur jika koefisien reliabilitasnya lebih

besar atau sama dengan 0,700 (Kaplan, 1993:128).

Uji reliabilitas yang digunakan untuk instrumen pengetahuan adalah teknik

Koefisien Reliabilitas Kuder Richardson 20 (KR-20). Teknik tersebut adalah

sebagai berikut.

p = proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut

(Saifudin Azwar, 2004:82)

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data mengenai penyesuaian diri mahasiswa dalam

(31)

Teknologi Harapan Bangsa Bandung, maka digunakan alat pengumpulan data

berupa:

a. angket.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang

penyesuaian diri mahasiswa dalam mempersiapkan pernikahan. Untuk

memperoleh data tersebut, dalam penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner

penyesuaian diri mahasiswa dalam persiapan pernikahan. Instrumen ini berbentuk

skala Gutmann. skala terdiri atas sejumlah pernyataan yang semuanya

menunjukkan kesadaran mahasiswa tentang penyesuaian diri dalam persiapan

pernikahan. Berikut ini kisi-kisi dari intrument penyesuaian diri dalam

mempersiapkan pernikahan.

ASPEK INDIKATOR

Penyesuaian dengan pasangan Pengendalaian Diri

Rasa Aman

Sikap pribadi Bertanggung jawab

Mampu mengatasi masalah

Konsep Pernikahan Komitmen.

memberi dan menerima kasih sayang

(affeksi)

Persesuaian psikologis Taat Beribadah

Toleransi

Memilih pasangan Asal-usul/budaya

Pekerjaan

(32)

Dari kisi-kisi intrumen angket di atas, terdapat 55 pertanyaan untuk setiap

pernyataan, disediakan alternatif tanggapan yang tegas yaitu “Ya” dan “Tidak”.

jika penyataan positif maka mahasiswa menjawab “Ya” akan mendapat skor 1 dan

apabila menjawab “Tidak” maka skornya 0. Begitupun jika pernyataan negatif,

bila mahasiswa menjawab “tidak” maka diberi skor 1 begitupun sebaliknya.

b. Kelompok Eksperimen

Sampel ini ditentukan dari hasil skor rata-rata pretes di semester lima kelas A

berjumlah 39 mahasiswa dengan skor rata-rata 42.23 sedangkan kelas B

berjumlah 41 mahasiswa dengan skor rata-rata 34.32 yang menjadi kelompok

eksperimen (KE) yaitu kelas B yang memiliki skor rata-rata 34.32 dengan

kategori yang lebih rendah dari kelompok kontrol yaitu kelas A yang memiliki

skor rata-rata 42.23.

E. Teknik Analisis Data Penelitian

Tujuan utama dalam melakukan analisis adalah menetapkan apakah data

yang diperoleh pada sebuah penelitian mendukung klaim prilaku. Teknik data

yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif dan parametrik.

Selanjutnya ada tiga tahap data analisis yang berbeda tapi saling berhubungan satu

sama lain, yaitu mengenal data, meringkas data, dan menginformasikan sesuatu

yang diungkap.

Pada tahap mengenal data, peneliti menganalisis data dengan memeriksa

(33)

berikutnya adalah dengan meringkas data, yaitu untuk mengukur tendensi sentral

termasuk mean (rata-rata), median, dan mode. Juga untuk menentukan

ukuran-ukuran variabilitas yaitu range (rentang nilai) dan deviasi standar. Tahap ketiga,

adalah menggunakan interval kepercayaan untuk mengonfirmasikan yang

diungkap oleh data yaitu dengan mengonstruksikan confidence Interval (interval

kepercayaan) untuk parameter populasinya dapat dihitung untuk satu mean atau

perbedaan mean populasi.

Setelah pengujian normalitas dan homogenitas, selanjutnya dilakukan uji-t

terhadap dua sampel independen (Independent-Sampel t Test) yaitu postes

Kelompok Eksperimen (semester lima jurusan teknik informatika) dan Kelompok

Kontrol (semester lima jurusan teknik informatika) berdasarkan hasil skor

rata-rata dan gain skor. Dalam pengujian hipotesis, kreteria yang digunakan adalah:

Ho :

µ

1=

µ

2.

H1 :

µ

1

>

µ

2.

Dimana:

µ

1 = meanskor Penyesuaian Diri dalam persiapan pernikahan dari kelompok

eksperimen yang mengikuti bimbingan kelompok dengan pendekatan

bimbingan perkembangan.

(34)

kontrol yang tidak mengikuti bimbingan kelompok dengan pendekatan

bimbingan perkembangan.

Dengan daerah penerimaan :

Jika P-value < α, maka Ho ditolak

Jika P-value > α, maka Ho tidak dapat ditolak

Dan untuk menentukan efektivitas bimbingan kelompok dengan pendekatan

bimbingan perkembangan, maka dilakukan uji-t. Dengan interval kepercayaan

95%, α = (1 – 0,95) = 0.05. selanjutnya dalam membantu perhitungan dan

pengolahan data statistik, peneliti menggunakan program komputer yaitu SPSS.

(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan kuasi eksperimen

melalui treatment program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan

perkembangan terhadap kelompok eksperimen, dan berdasarkan hasil analisis data

terhadap skor penyesuaian diri mahasiswa dalam persiapan pernikahan pre-test

dan post- tes pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Pertama, program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan

perkembangan dapat meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam persiapan

pernikahan, khususnya aspek penyesuaian pasangan, sikap pribadi, konsep

pernikahan, persesuaian psikologis dan memilih pasangan di Institut Teknologi

Harapan Bangsa di tahap usia dewasa awal.

Kedua, Rumusan program bimbingan kelompok dengan pendekatan

bimbingan perkembangan dapat meningkat penyesuaian diri mahasiswa dalam

persiapan pernikahan.

Ketiga Program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan

perkembangan efektif digunakan untuk meningkatkan penyesuaian diri

(36)

Rekomendaasi

Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka rekomendasi utama sebagai out

put penelitian ini adalah produk tentang “Program Bimbingan Kelompok

Meningkatkan Penyesuian Diri Mahasiswa Dalam Persiapan Pernikahan”.

Dengan pendekatan bimbingan perkembangan ini dapat direkomendasikan bagi

pihak-pihak terkait berikut:

1. Unit pelaksana teknis layanan bimbingan dan konseling di Institut Teknologi

Harapan Bangsa mempertimbangkan program bimbingan kelompok dengan

pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan sebagai bahan masukan

dalam menyusun program program bimbingan dan konseling pernikahan dan

keluarga. Menggunakan bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan

perkembangan untuk memberikan layanan bimbingan dan konseling bagi

mahasiswa disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa dan tugas-tugas

perkembangannya dengan prinsip-prinsip, strategi dan teknik-teknik yang

ada dalam bimbingan dan konseling.

2. Bagi konselor dalam membuat program perlu disusun berdasarkan need

assessment mahasiswa, terorganisir, sistematis, disesuaikan dengan

tugas-tugas perkembangan dan memiliki SKLB. Diawali dengan perencanaan,

pengorganisasian, pelaksaan, dan pengevaluasian. Berorientasi pada tujuan

yang ingin dicapai sesuai dengan perencanaan yang sudah dirancang,

(37)

bentuk aktivitas harian (agenda), dan layanannya dapat

dipertanggungjawabkan.

3. Untuk peneliti yang akan mengadakan penelitian dengan fokus masalah yang

sama, direkomendasikan meneliti dan mengembangkan bimbingan kelompok

dengan tema yang lebih spesifik antara lain bagaimana mengintegrasikan

konsep bimbingan perkembangan ke dalam bimbingan dan konseling.

Terutama dalam tema pengaruh lingkungan keluarga dan pendidikan terhadap

perkembangan mahasiswa. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah

penggunaan data tambahan seperti oservasi dan wawancara agar hasil yang

didapat lebih sempurna, karena tidak semua hal dapat diungkap dengan

(38)

DAFTAR PUSTAKA ctions/wedding2_02premarital.htm. (20 April 2003):

Bouchard, G. & Lussier, Y. (1999). Personality and Marital Adjustment : Utility of the five factor Model of Personality. Journal of Personality, 65, 107-136

Bowers , Judy L. And Patricia A. Hath. (2002). The National Model for School

Counseling Programs. American School Counselor Association, Austin,

Texas:

Carole wade and Carol Tavris (2007). Psikoligi edisi kesembilan. Alih bahasa Padang Mursalin. Jakarta: Erlangga

Achtemeir, E. (1976). The Committed Marriage. Biblical Perspectives on Current

Issue. Edited by Howard Clark Kee. Philadelphia: The Westminster Press.

Gilarso. T, (1996). Membangun Keluarga Kristiani. Yogyakarta: Kanisius

Hadley, Corine A. (2001). Iowa Comprehensive Counseling and Guidance

Program Development Guide. Kindergarten Community College (online).

Tersedia: http.//www. school counselor.org/file/iowa.pdf (Pebruari 20010)

Havinghurst, R. J. (1995). Human development task and education. New York : David mc Kay.

Hurlock, E.B. (1996), Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan (Alih bahasa Istiwidayanti dan Soejarwo), Jakarta:

Erlangga.

Klein, R. (2000). Marital Adjustment. Journal of Marriage and Family, 49,185-91.

(39)

McDade, P (1998). Family, Marital & Premarital Counseling Services. Catholic Charities Diocese of San Diego Californi Online: Tersedia http://www.ccdsd.org/clinfmpre.html. (27 Maret 2000).

Myrick, Robert D. (2003). Developmental Guidance and Counseling. Minneapolis: Educational Media Corporation.

Santrock. W John. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Alih bahasa,

Schmidt, John J. (2003). Counseling in School: Essential Service and

Comprehensive Program. Fourth Ed. Boston: Allyn and Bacon.

Schneiders Alexander A. (1964). Personal Adjustment and Mental Health. Ney York: Holt, Rinehart & Winston

Setiono Kusdwiratri. (2011). Psikologi Keluarga. Bandung: PT. Alumni

Soesilo A. Vivian. (2010) Bimbingan Pranikah, Malang: Literatur Saat

Sukmadinata, Nam Syaodih. (2007). Bimbingan dan Konseling Dalam Praktek. Bandung: Mecestro.

Supratiknya. (2010). Manajemen dan Konseling Komprehensif. Yogyakarta: Universitas Sanata Darma.

Thorman Geoerge.(TT). Marriage Counseling Handbook. U.S.A : Springfield.

Vanpelt Nancy. (2006). The Compleat Marriage. Hagerstown: Review and Herald

Walgito Bimo. (2004). Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta: Andi.

Willis, Sofyan S. (2003). Konseling Keluarga. Bandung: Alfabeta

(40)

Gambar

Kisi-Kisi Instrumen Penyesuaian Diri Dalam Persiapan PernikahanTabel 3.1
Tabel 3.1

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Kantor Menneg PP, BKKBN, UNFPA (2001), Gender adalah perbedaan peran, fungsi, tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang dibentuk, di buat dan

Panitia Pengadaan Barang dan Jasa pada Bappeda Kabupaten Bondowoso telah melaksanakan Seleksi Penyedia Jasa Konsultansi secara elektronik untuk pekerjan sbb :. Nama paket pekerjaan :

Demikian penyampaian pengumuman tersebut, agar saudara mengetahui dan atas perhatian saudara dalam pengadaan langsung tersebut kami ucapkan

Dalam pengembangan mata kuliah kewirausahaan berbasis syariah ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh pengelola atau pengajar, yakni 1) kemampuan merubah mindset mahasiswa

Berdasarkan surat nomor 04/S.PNT/PB-LS/P2BJ-BPKAD/IX/2012 tentang Penetapan Pemenang Pelelangan Sederhana Paket Pekerjaan Pengadaan Alat Tulis Kantor (ATK), maka

Pada luas permukaan, semakin kecil ukuran partikel padatan dalam reaksi maka kemungkinan tumbukan antara partikel reaktan semakin besar. Tumbukan yang

Aktivitas mengindra karya seni rupa, merasakan, menikmati, menghayati dan menghargai nilai-nilai keindahan dalam karya seni serta menghormati keberagaman konsep artistic seni

Informasi verbal dalam iklan yang dianggap menarik adalah kalimat penjelasan yang berisi tentang kemampuan menyembuhkan segala macam penyakit yang tidak dapat ditangani