DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR GRAFIK ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan dan Batasan Masalah ... 5
C.Tujuan Penelitian ... 6
D.Definisi Operasional ... 7
E.Manfaat Penelitian ... 8
F. Hipotesis Tindakan ... 10
BAB II KONSEP KETRAMPILAN SOSIAL DAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN A.KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK 1. Pengertian Keterampilan Sosial ... 11
2. Bentuk Umum Perilaku Sosial ... 15
3. Jenis Keterampilan Sosial ... 16
4. Melatih Keterampilan Sosial Anak ... 21
B. KONSEP KETERAMPILAN BERBICARA ANAK 1. Arti Bicara ... 30
3. Peran Bicara dalam Komunikasi ... 34
4. Cara Anak Belajar Berbicara ... 34
5. Isi Bicara ... 41
C. KONSEP METODE BERMAIN PERAN 1. Pengertian Bermain Peran ... 43
2. Tujuan dan Manfaat Bermain Peran ... 46
3. Pentingnya Bermain Peran Bagi Anak Usia Dini ... 48
4. Perkembangan Awal Bermain Peran dan Pola Interaksi Sosial dalam Bermain Peran ... 57
a. Tahap Main Peran ... 57
b. Pola Interaksi Sosial Anak dalam Bermain Peran ... 62
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bermain Peran dan Jenis Bermain Peran ... 63
a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkambangan Bermain Peran ... 63
b. Jenis Main Peran ... 64
6. Pijakan Bermain Peran ... 65
a. Pijakan Lingkungan ... 65
b. Pijakan Pengalaman Sebelum Main Peran ... 65
c. Pijakan Pengalaman Main Peran Setiap Anak ... 66
d. Pijakan Pengalaman Sesudah Main Peran ... 67
D. STUDI PENELITIAN TERDAHULU ... 68
BAB III METODE PENELITIAN A.Metode Penelitian ... 71
B.Lokasi dan Subjek Penelitian ... 74
D.Prosedur Penelitian ... 77
E.Teknik dan Alat Pengumpulan Data Penelitian ... 80
F. Kisi-kisi Pengembangan Instrumen ... 84
G.Teknik Analisis Data Penelitian ... 86
H.Validasi Data Peneltian ... 87
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.HASIL PENELITIAN 1. Asesmen Awal ... 89
2. Proses Penerapan Metode Bermain Peran dalam Meningkatkan Keterampilan Sosial dan Keterampilan Berbicara Anak di TK Al-Kautsar a. Siklus 1... 92
b. Siklus 2... 103
c. Siklus 3... 115
3. Peningkatan Keterampilan Sosial dan Keterampilan Berbicara Anak Setelah Diterapkannya Metode Bermain Peran ... 126
B.PEMBAHASAN 1. Kondisi Keterampilan Sosial dan Keterampilan Berbicara Anak Sebelum Diterapkannya Metode Bermain Peran ... 143
2. Penerapan Metode Bermain Peran Dalam Meningkatkan Keterampilan Sosial dan Keterampilan Berbicara Anak Di TK Al-Kautsar ... 147
3. Peningkatan Keterampilan Sosial dan Keterampilan Berbicara Setelah Penerapan Metode Bermain Peran ... 155
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.Kesimpulan ... 162
B.Rekomendasi ... 163
DAFTAR TABEL
2.1 Hal Penting Dalam Belajar Berbicara ... 36
2.2 Perhatian Guru Dalam Prilaku Bermain Peran ... 54
2.3 Awal Munculnya Main Peran ... 59
2.4 Tahap Perkembangan Sosial Dalam Bermain Peran ... 62
3.1 Kisi-kisi Pengambangan Instrumen ... 84
4.1 Deskripsi Keterampilan Sosial dan Keterampilan Berbicara di TK AL-Kautsar Kota Bandarlampung ... 90
4.2 Langkah-langkah Pembelajaran Siklus 1 ... 94
4.3 Keterampilan Sosial dan Keterampilan Berbicara Anak Melalui Penerapan Metode Bermain Peran atau role playing Siklus 1 ... 101
4.4 Langkah-langkah Pembelajaran Siklus 2 ... 106
4.5 Keterampilan sosial dan Keterampilan Berbicara Anak Melalui Penerapan Metode Bermain Peran atau role playing Siklus 2 ... 113
4.6 Langkah-langkah Pembelajaran Siklus 3 ... 117
4.7 Keterampilan Sosial dan Keterampilan Berbicara Anak Melalui Penerapan Metode Bermain Peran atau role playing Siklus 3 ... 124
4.8 Peningkatan Keterampilan Sosial dan Keterampilan Berbicara Anak Melalui Penerapan Metode Bermain Peran atau role playing Siklus 1-Siklus 3 ... 133
Setiap Indikator Penilaian ... 135
4.10 Peningkatan Keterampilan Sosial dan Keterampilan Berbicara Setiap Anak ... 141
4.11 Rekapitulasi Peningkatan Keterampilan Sosial dan Keterampilan Berbicara
DAFTAR GRAFIK
4.1 Peningkatan Setiap Indikator Penilaian
Keterampilan Sosial ... 137 Keterampilan Berbicara ... 138
4.2 Peningkatan Keterampilan Sosial dan Keterampilan Berbicara Pada Semua Anak
DAFTAR GAMBAR
3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas... 76 3.2 Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas “Penerapan Metode Bermain Peran dalam
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling
kodrati dilakukan oleh semua orang. Begitu pula dengan seorang anak, sejak dalam
kandungan telah melakukan interaksi dengan ibunya. Keterampilan sosial dan
keterampilan berbicara tidak hanya dapat dilakukan secara verbal (kata-kata), namun
dapat juga dilakukan secara non verbal atau dengan menggunakan gerak badan.
Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara selalu dilakukan setiap harinya,
mulai kita bangun tidur hingga akan tidur kembali.
Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan aktivitas yang
menyenangkan bagi anak, karena melalui keterampilan sosial dan keterampilan
berbicara anak dapat berinteraksi dan menangkap berbagai informasi di lingkungan
sekitarnya. Anak dapat mengungkapkan perasaan dan keinginan melalui keterampilan
sosial dan keterampilan berbicara. Ungkapan pernyataan tersebut dapat menggunakan
lambang atau simbol-simbol yang diucapkan (verbal) ataupun dengan menggunakan
gerakan anggota tubuh, gambar maupun warna (non verbal).
Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara sangat penting ditingkatkan
sejak usia dini, dimulai saat anak masih berada dilingkungan keluarga dilanjutkan
ketika anak memasuki lembaga pendidikan prasekolah. Peningkatan keterampilan
pikiran melalui interaksi verbal maupun non verbal yang sederhana secara tepat dan
mampu berinteraksi dan berbicara secara efektif.
Ketika anak mulai masuk lembaga pendidikan prasekolah seperti Taman
Kanak-kanak (TK), pada tahapan inilah belajar mengasah keterampilan sosial dan
keterampilan berbicara di TK menjadi penting. Mereka tidak hanya diajak
berinteraksi dan berbicara dengan menggunakan bahasa ibu tetapi harus bisa
menangkap pembicaraan dengan bahasa Indonesia. Pada usia lima dan enam tahun
anak sudah senang bersosialisasi atau berinterasi dan berbicara untuk dapat
mengungkapkan pendapatnya dengan jelas, mereka juga senang bermain-main
dengan kata-kata. Biasanya mereka memiliki teman imajinatif untuk di ajak
berinteraksi dan berbicara, karena pada usia ini anak memasuki periode
praoperasional. Teman imajinatif ini akan segera menghilang seiring dengan
masuknya anak ke dalam periode operasional konkret.
Dewasa ini kegiatan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan
keterampilan berbicara anak di TK Al-Kautsar belum terlihat tepat guna (efektif).
Metode penyampaian untuk meningkatkan keterampilan sosial dan keterampilan
berbicara anak hanya menggunakan metode bercakap-cakap, metode tanya jawab,
serta metode bercerita. Metode tersebut biasanya digunakan sebagai metode rutinitas
dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Metode-metode tersebut akan menjadi lebih
bermakna jika disampaikan dengan prinsip bermain sambil belajar, sehingga kegiatan
ini sangat menyenangkan dan dapat menambah pemahaman anak tentang
Kegiatan bermain yang dianggap efektif dan lebih mengarah pada kegiatan
bermain sambil belajar untuk meningkatkan keterampilan sosial dan keterampilan
berbicara anak adalah dengan menggunakan kegiatan bermain peran. Seto (2004: 64)
menyatakan bahwa “ Bermain peran sangat erat kaitannya dengan perkembangan
bahasa anak’. Melalui bermain peran anak dapat menyalurkan dan mengimitasi
peran-peran yang ia lihat dan ia alami sehari-hari. Anak-anak juga dapat meniru
prilaku orang-orang tertentu, baik yang ia sukai atau orang yang ia benci dalam
kehidupan sebenarnya, selain itu anak dapat meniru situasi yang pernah ia lihat
sebelumnya di lingkungan sekitarnya. Dengan bermain peran, anak dapat
menggunakan, berinteraksi dan berbicara dengan benda-benda atau objek-objek yang
ada disekitarnya menjadi sebuah dunia kecil dalam khayalannya.
Kegiatan bermain peran jarang dilakukan di TK Al-Kautsar. Para guru biasanya
hanya mengobservasi anak yang sedang bermain peran ketika jam istirahat
berlangsung, dan tidak pernah memasukkan kegiatan bermain peran ini dalam
program pembelajaran. Kalaupun ada, penerapan kegiatan bermain peran di TK lebih
dominan dilakukan hanya untuk bermain peran dengan ukuran sebenarnya, seperti
anak yang memakai baju dokter atau anak yang berperan sebagai guru. Kegiatan
bermain peran ini tampak lebih efektif untuk digunakan sebagai kegiatan yang dapat
meningkatkan keterampilan sosial dan keterampilan berbicara, karena dengan
bermain peran melibatkan beberapa anak untuk berinteraksi dan berbicara satu sama
Kegiatan bermain peran dapat mengembangkan keterampilan sosial dan
keterampilan berbicara anak. Kegiatan bermain peran sering dilupakan dan hanya
dianggap sebagai bentuk dari imajinasi anak yang memiliki teman khayalan. Bentuk
dari kegiatan bermain peran ini adalah seperti sebuah interaksi dan percakapan antara
dirinya sendiri dengan objek atau benda, bahkan bisa juga dengan bermain sendiri
seperti memainkan boneka atau wayang.
Fasilitas yang disiapkan guru untuk bermain peran masih terbatas, padahal
sumber belajar jenis bermain peran ini lebih mudah dicari dan diperoleh di
lingkungan sekitar sekolah. Objek atau benda yang dapat disiapkan untuk bermain
peran bisa berupa benda yang sudah jadi boneka, orang-orangan, wayang, binatang
mainan atau bisa juga benda-benda yang terdapat di sekitar lingkungan sekolah dapat
mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak, karena anak
dapat menggunakan benda atau objek apapun sebagai teman imajinasi dan teman
khayalan yang dapat diajak untuk berinteraksi dan berbicara. Maka jelaslah bahwa
bermain peran juga dapat meningkatkan keterampilan sosial dan keterampilan
berbicara anak.
Ditinggalkannya kegiatan bermain peran ini menjadi suatu yang sangat
disesalkan. Sehingga keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak di TK
Al-Kautsar tidak berkembang dengan optimal. Hurlock (Tarigan, 1993 : 3) menyakini
bahwa “Masa kanak-kanak yang bahagia merupakan dasar bagi keberhasilan dimasa
berbicara anak tercapai secara optimal, maka dibutuhkan situasi dan kondisi yang
kondusif ketika memberikan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak.
Memperkuat permasalahan tentang rendahnya keterampilan sosial dan
keterampilan berbicara anak TK AL-Kautsar, juga tidak pernah diterapkannya
kegiatan bermain peran, penelitian ini memfokuskan pada pendekatan “Penerapan
Metode Bermain Peran (Role Playing) dalam Meningkatkan Keterampilan Sosial dan
Keterampilan Berbicara Anak (Penelitian Tindakan Kelas di TK Al-Kautsar Kelas B
TA. 2010-2011 Raja Basa By Pass. Bandarlampung).
B. Rumusan dan Batasan Masalah
Hasil pengamatan sementara menunjukkan bahwa keterampilan sosial dan
keterampilan berbicara anak di TK Al-Kautsar kelas B masih rendah. Atas dasar
kondisi tersebut, maka secara umum permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :” Bagaimana meningkatkan keterampilan sosial dan
keterampilan berbicara anak melalui penerapan metode bermain peran atau role
playing di TK Al-Kautsar kelas B?”. Dari permasalahan di atas, dirumuskan beberapa
pertanyaan penelitian di antaranya :
1. Bagaimana kondisi keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak sebelum
diterapkan metode bermain peran atau role playing di TK Al-Kautsar kelas B?
2. Bagaimana proses penerapan metode bermain peran dalam meningkatkan
3. Bagaimana peningkatan keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak TK
Al-Kautsar kelas B setelah diterapkan metode bermain peran?
4. Kendala-kendala apa saja yang dialami guru dalam menerapkan metode bermain
peran di TK Al-Kautsar kelas B?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang
peningkatan keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak di TK Al-Kautsar
kelas B melalui penerapan metode bermain peran atau role playing . Tujuan umum
tersebut dapat dijabarkan menjadi beberapa tujuan khusus sebagai berikut :
1. Mengetahui kondisi keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak sebelum
diterapkannya metode bermain peran atau role playing
2. Mengetahui penerapan kegiatan bermain peran atau role playing dalam
meningkatkan keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak di TK
Al-Kautsar kelas B
3. Mengetahui peningkatan keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak
setelah diterapkannya metode bermain peran di TK Al-Kautsar kelas B
4. Mengungkapkan dan mendeskripsikan kendala yang dihadapi guru dalam proses
penerapan metode bermain peran role playing dalam meningkatkan keterampilan
D. Definisi Operasional
Beberapa konsep yang akan ditemukan dalam pembahasan ini perlu dijelaskan
sebagai suatu definisi operasional yaitu :
1. Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial merupakan bentuk perilaku, perbuatan dan sikap yang
ditampilkan oleh individu ketika berinteraksi dengan orang lain disertai dengan
ketepatan dan kecepatan sehingga memberikan kenyamanan bagi orang yang berada
disekitarnya (Chaplin dalam Suhartini, 2004:18)
Keterampilan sosial yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
bentuk-bentuk perilaku anak, perbuatan maupun sikap anak dalam berinteraksi dengan teman
atau orang lain. Seperti bekerjasama dalam bermain, berbicara sesama teman atau
orang lain.
2. Keterampilan Berbicara
Keterampilan berbicara adalah suatu kemampuan mengucapkan bunyi artikulasi
atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan
pikiran, gagasan dan perasaan kita sehingga maksud pembicaraan dapat dipahami
oleh orang lain (Arsjad dan Mukti (1998:23)
Keterampilan berbicara yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
kemampuan anak mengucapkan kata-kata atau kalimat-kalimat sederhana yang dapat
dan perasaannya untuk suatu maksud tertentu. Keterampilan berbicara ini terlihat
pada interaksi anak dengan orang lain.
3. Metode Bermain Peran
Metode bermain peran atau role playing adalah metode pembelajaran sebagai
bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi
peristiwa-peristiwa actual, atau kejadian-kejadian yang mingkin muncul pada masa
mendatang (Sanjaya, 2006 : 161)
Metode pembelajaran bermain peran yang diterapkan dalam penelitian ini
memanfaatkan situasi dan interaksi sosial anak dengan teman sebayanya. Metode ini
diwujudkan dengan terlebih dahulu mempersiapkan alat-alat permainan untuk
bermain peran sesuai dengan tema yang akan dimainkan.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini
diharapkan mempunyai manfaat atau kegunaan dalam pendidikan baik secara
langsung maupun tidak. Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis
a. Secara teoritis hasil penelitian ini secara umum memberikan sumbangan kepada
keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak serta secara khusus
penelitian ini memberikan konstribusi pada metode pembelajaran bermain
peran yang baik. Pergeseran dari pembelajaran yang hanya mementingkan hasil
menuju ke pembelajaran yang juga mementingkan prosesnya.
b. Pelitian ini dapat dijadikan masukan untuk penelitian lebih lanjut yang
berhubungan dengan masalah ini.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan masukan kepada pihak sekolah untuk berusaha menciptakan
keterampilan sosial dan keterampilan berbicara yang baik dalam lingkungan
sekolah antara guru dengan guru, guru dengan anak, maupun anak dengan anak
yang meliputi perhatian, kasih sayang, keterbukaan, suasana harmonis sehingga
nantinya dapat dijadikan bekal bagi anak dalam membentuk kepribadian dan
perilaku sehingga mudah dan dapat diterima dalam pergaulan yang luas baik di
sekolah maupun lingkungan sekitar anak
b. Memberikan masukan kepada guru dalam menentukan metode pembelajaran
yang tepat, yang dapat menjadi alternative lain dalam pembelajaran khususnya
pada anak didik Taman Kanak-kanak Al-Kautsar Kelas B Bandarlampung.
c. Memberi sumbangan informasi untuk meningkatkan mutu pendidikan
TamaKanak-kanak.
d. Bahan pertimbangan, pembanding, masukan atau referensi untuk penelitian lebih
F. Asumsi
Tarigan (2008:8) mengemukakan :
Manusia adalah mahkluk sosial dan tindakan pertama dan paling penting, adalah tindakan sosial, suatu tindakan tepat saling menukar pengalaman, saling mengemukakan dan menerima pikiran, saling mengutarakan perasaan atau saling mengekspresikan, serta menyetujui suatu pendirian atau keyakinan…Untuk menghubungkan sesama anggota masyarakat maka diperlukanlah komunikasi.
Komunikasi antar manusia yang paling dekat dan praktis adalah komunikasi
lisan yang dilakukan dengan menggunakan keterampilan berbicara. Berbicara adalah
suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak
(Tarigan,2008:3). Pada prakteknya merupakan aktifitas interaktif manusia yang tak
dapat dipisahkan dengan orang lain. Artinya berbicara membutuhkan orang lain
sebagai lawan bicara atau objek pesan dalam berkomunikasi. Untuk dapat melakukan
aktifitas berkomunikasi dibutuhkan suatu keterampilan sosial, karena dalam berbicara
terjadi interaksi sosial antara pembicara dan lawan bicara. Maka dalam aktifitas
berbicara terjadi proses komunikasi dua arah dengan menggunakan bahasa sebagai
media. Dengan demikian terlihat dua hal penting dalam aktifitas berkomunikasi yaitu
interaksi sosial dan berbicara. Bagi anak yang tengah berkembang diperlukan latihan
agar dapat mengembangkan kedua kemampuan tersebut. Penerapan Metode bermain
peran dimungkinkan dapat mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan
berbicara anak, karena dalam bermain peran terdapat dialog-dialog antar pemain
71 BAB III
METODE PENELITIAN DAN TEKNIK PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Penelitian Tindakan
Kelas (Classroom Action Research), dikarenakan penelitian ini memfokuskan
pada peningkatan keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak usia dini
dengan menggunakan metode bermain peran atau role playing . Ebbutt
(Wiriaatmadja, 2005:12) mengemukakan bahwa :
Penelitian tindakan adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.
Pertimbangan penulis menggunakan pendekatan PTK dalam penelitian ini,
antara lain: pertama, PTK merupakan suatu metode dan proses untuk
menjembatani antara teori dan praktek. Kedua, PTK dapat mengkaji permasalahan
secara praktis, bersifat situasional dan kontekstual, serta bertujuan menentukan
tindakan yang tepat untuk memecahkan msalah yang dihadapi. Dengan PTK,
penulis dapat memperbaiki proses pembelajaran dengan penerapan metode
bermain peran atau role playing untuk meningkatkan keterampilan sosial dan
keterampilan berbicara anak.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), merupakan suatu tindakan untuk
memperbaiki proses pembelajaran yang sudah ada agar proses pembelajaran
72
ini dilakukan melalui beberapa siklus, mulai dari perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan dan refleksi hingga mencapai tujuan pembelajaran yang efektif. PTK
dilakukan dengan menjalin kemitraan antara peneliti dan guru kelas untuk
melakukan kolaborasi dalam pembuatan rancangan pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai, karakteristik anak dan situasi di kelas tersebut.
Karakteristik PTK menurut Cohen dan Manion (Kunandar, 2008:56) antara
lain sebagai berikut:
1. Situasional, kontekstual, berskala kecil, praktis, terlokalisasi dan secara langsung relevan dengan situasi nyata dalam dunia kerja.
2. Memberikan kerangka kerja yang teratur kepada pemecahan masalah
praktis.
3. Fleksibel dan adaptif sehingga memungkinkan adanya perubahan
selama masa percobaan dan pengabaian pengontrolan karena lebih menekankan sifat tanggap dan pengujicobaan serta pembaharuan di tempat kejadian atau pelaksanaan PTK.
4. Partisipatori karena penelitian dan/atau anggota tim peneliti sendiri ambil bagian secara langsung atau tidak langsung dalam melakukan PTK.
5. Self-Evaluation, yaitu modifikasi secara kontinu yang dievalusasi dalam situasi yang ada, yang tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran dengan cara tertentu.
6. Perubahan dalam praktik didasari pengumpulan informasi atau data
yang memberikan dorongan untuk terjadinya perubahan.
7. Secara ilmiah kurang ketat karena kesahihan internal dan eksternalnya
lemah, meskipun diupayakan untuk dilakukan secara sistematis dan ilmiah.
Berdasarkan uraian diatas, PTK memiliki karakteristik yang khusus, seperti
masalah yang akan diteliti berasal dari lingkungan yang dekat dengan peneliti,
sesuai dengan situasi yang terjadi pada sebuah Taman Kanak-kanak. PTK bukan
untuk meningkatkan kuantitas namun untuk meningkatkan kualitas. Untuk
73
dilakukan dengan cara berkolaborasi atau menjalin kemitraan dengan guru lain di
dalam kelas.
Kunandar (2008:51) mengungkapkan bahwa “Penelitian Tindakan Kelas
dapat meningkatkan dan memperbaiki mutu pembelajaran” dengan beberapa
alasan antara lain :
1. Merupakan pendekatan pemecahan maslah yang bukan sekedar trial and
error.
2. Menggarap masalah-masalah factual yang dihadapi guru dalam
pembelajaran.
3. Tidak perlu meninggalkan tugas utamanya, yakni mengajar.
4. Guru sebagai peneliti.
5. Mengembangkan iklim akademik dan profesionalisme guru.
6. Dapat segera dilaksanakan pada saat muncul kebutuhan.
7. Dilaksanakan dengan tujuan perbaikan.
8. Murah biayanya.
9. Desain lentur atau fleksibel.
10. Analisis data seketika dan tidak rumit. 11. Manfaat jelas dan langsung.
Dari pemaparan di atas dapat dikemukakan bahwa PTK memberikan banyak
manfaat bagi guru dan anak didik, karena selain guru dapat memperbaiki proses
pembelajaran menjadi lebih efektif, juga memberikan dampak yang positif
terhadap pemahaman anak didik terhadap suatu materi yang disampaikan guru.
Selain itu, guru dapat melakukan PTK tanpa harus meninggalkan kelas dan anak
didiknya dan hasil PTK dapat terlihat langsung. Oleh karena itu pelaksanaan PTK
tidak hanya harus di sekolah lain, tetapi dapat dilaksanakan di sekolah dan kelas
74
Menurut Niff (Arikunto, 2008 :106), dasar utama dilaksanakannya PTK
adalah untuk perbaikan. Adapun arah dan sasaran PTK menurut Arikunto (2008:
107), diantaranya :
1. Memperhatikan dan meningkatkan kualitas isi, masukan, proses dan
hasil pembelajaran.
2. Menumbuhkembangkan budaya meneliti bagi tenaga kependidikan
agar lebih proaktif mencari solusi akan permasalahan pembelajaran.
3. Menumbuhkan dan meningkatkan produktivitas peneliti, para tenaga
pendidik dan kependidikan, khususnya mencari solusi masalah-masalah pembelajaran.
4. Meningkatkan kolaborasi antar tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan dalam memecahkan masalah pembelajaran.
Lebih lanjut, PTK memiliki tujuan yang dapat meningkatkan mutu pendidik
dan meningkatkan proses pembelajaran, sehingga permasalahan pembelajaran
dapat diatasi dengan melakukan kolaborasi antara pendidik dan tenaga
kependidikan, hingga mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Teknik pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
deskriptif kualitatif. Untuk keperluan pengumpulan data tentang proses dan hasil
yang ingin dicapai dalam penelitan ini, digunakan beberapa teknik antara lain :
wawancara kepada guru untuk memperoleh data mengenai bagaimana proses
pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan sosial dan keterampilan
berbicara anak, studi dokumentasi dan membuat catatan lapangan. Data yang
diperoleh, dianalisi dengan cara deskriptif kualitatif melalui tiga tahap, yaitu
reduksi data, paparan data dan penyimpulan.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di Taman Kanak-kanak (TK)
75
subjek dalam penelitian adalah anak-anak kelas B TK Al-Kautsar berjumlah 10
orang, yang secara umum memiliki masalah keterampilan sosial dan keterampilan
berbicara anak yang masih kurang. Alasan lain karena kepala sekolah TK yang
ingin saling tukar ilmu tentang penanganan masalah dan bagaimana memperbaiki
pembelajaran dengan menggunakan penelitian tindakan kelas.
C. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas yang berbentuk siklus. Kemmis dan Mc Taggart (Wiriaatmadja,
2005 : 66-67) menjelaskan bahwa “Prosedur penelitian tindakan kelas dipandang
sebagai siklus spiral yang terdiri dari komponen perencanaan, tindakan,
pengamatan dan refleksi yang selanjutnya akan diikuti dengan siklus spiral
berikutnya”.
PTK ini diawali dengan melaksanakan observasi awal untuk melihat kondisi
objektif pembelajaran di TK Al-Kautsar, khususnya keterampilan sosial dan
keterampilan berbicara anak. Dilanjutkan dengan merancang tindakan melalui
beberapa siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 4 (empat) tahap dalam
setiap siklusnya, yaitu : perencanaan (planning), pelaksanaan (acting),
pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Perencanaan di buat peneliti
bekerja sama dengan guru kelas berdasarkan permasalahan yang timbul di dalam
kelas setelah sebelumnya dilakukan observasi awal. Pada tahap selanjutnya semua
perencanaan pembelajaran yang telah dibuat dilaksanakan. Tahap observasi
sebenarnya dilakukan dalam tahap pelaksanaan, berkolaborasi dengan guru
76
saat pembelajaran berlangsung. Setelah pembelajaran selesai, peneliti dan guru
kelas mempertimbangkan berhasil atau tidaknya pembelajaran yang telah
dilaksanakan tadi. Hasil tersebut didiskusikan, dievaluasi dan dianalisis bersama
sehingga seandainya dalam siklus pertama ini belum mendapatkan hasil yang
optimal, maka siklus tersebut harus diulang dengan pedoman dari siklus yang
pertama. Siklus akan dilaksanakan secara terus menerus sampai peneliti bisa
mengubah proses pembelajaran kearah yang lebih baik, sehingga permasalahan
yang terjadi dapat diatasi dan diselesaikan secara optimal. Untuk lebih jelasnya,
siklus tindakan yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
77
Dari uraian di atas, terlihat bahwa PTK memang sangat memerlukan
kolaborasi yang baik antara peneliti dan guru kelas. Peneliti memiliki ide dalam
menyelesaikan masalah, sedangkan guru kelas yang mengetahui seluk beluk dan
karakteristik anak didiknya. PTK tidak dapat dilaksanakan sendiri-sendiri tanpa
bantuan guru kelas, atau sebaliknya. Peneliti dan guru kelas harus saling
melengkapi dan saling bekerja sama, baik dalam perencanaan pembelajaran
sampai pada tahap refleksi. Sehingga siklus PTK dapat berjalan dengan efektif.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini diawali dengan melaksanakan
observasi awal, untuk melihat kondisi objektif keterampilan sosial dan
keterampilan berbicara anak. Kemudian melaksanakan tindakan melalui beberapa
siklus yang masing-masing siklus terbagi ke dalam 4 (empat) tahapan tindakan
penelitian tindakan kelas, diantaranya: perencanaan (planning), pelaksanaan
(acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). Secara procedural
dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Observasi Awal
Sebelum melakukan persiapan dan perencanaan pembelajaran, terlebih
dahulu dilakukan observasi atau pengamatan awal untuk memperoleh gambaran
tentang kondisi keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak di TK
Kautsar. Tahap ini dilakukan observasi mengenai kondisi objektif di TK
Al-Kautsar yang meliputi : keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak. Data
78
diidentifikasi bersama guru dan peneliti yang kemudian dijadikan pedoman dalam
penyusunan perencanaan pada tahap berikutnya.
2. Penerapan metode bermain peran atau role playing dalam
meningkatkan keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak
TK Al-Kautsar
a. Tahap Perencanaan (planning)
Data hasil observasi awal diidentifikasi, kemudian dibuat langkah-langkah
persiapan untuk meningkatkan keterampilan sosial dan keterampilan berbicara
anak dengan menggunakan metode bermain peran, antara lain sebagai berikut :
1) Memilih fokus pengalaman yang akan dijadikan pembelajaran
2) Membuat skenario pembelajaran dan Satuan Kegiatan Harian (SKH).
3) Mempersiapkan format observasi anak dan guru.
4) Melakukan langkah-langkah sesuai pijakan lingkungan main peran.
b. Tahap Pelaksanaan (acting)
Pada tahap ini, segala persiapan harus dipastikan sudah lengkap, karena
pada tahap ini guru hanya berperan sebagai fasilitator, motivator, observatory dan
evaluator. Langkah yang dilakukan sesuai dengan pijakan sebelum bermain peran,
yaitu menjelaskan langkah-langkah bermain peran dan peraturan dalam bermain
peran.
c. Tahap Pengamatan (Observing)
Tahap ini dilaksanakan ketika proses pembelajaran sedang berlangsung.
Pada tahap ini guru berperan sebagai observer dan evaluator, sesuai dengan
79
peneliti sama-sama mengamati dan menilai bagaimana proses pengalaman
tersebut dan apakah ada kendala serta pengaruhnya terhadap anak itu sendiri dan
penerapan proses pembelajaran.
Pengamatan dilaksanakan dengan menggunakan perekam seperti kamera,
hal ini diperlukan agar penilaian anak dapat terjamin seobjektif mungkin karena
dikhawatirkan guru dan peneliti lupa akan kejadian-kejadian yang telah
berlangsung dalam proses pembelajaran.
d. Tahap Refleksi (reflecting)
Pada tahap ini, guru kelas dan peneliti mendiskusikan hasil dari
pengamatan tahap-tahapsebelumnya kemudian dievaluasi, dianalisis dan apakah
fokus pengalaman telah tercapai atau tidak.
Pencacatan lapangan dilakukan pada tahap refleksi, dengan mencatat
seluruh kejadian yang berlangsung saat proses pembelajaran terjadi sampai hal-hal
yang unik. Pedoman pencatatan ini diambil dari hasil pengamatan guru dan
peneliti. Untuk menjadikan catatan lapangan yang akurat, data diambil dan
perekam (kamera) sehingga tidak ada data yang terlewatkan atau terlupakan.
Tahap ini sangat penting untuk dilaksanakan, karena hasil analisis data dan
catatan lapangan pada hari ini dapat memberikan arah bagi perbaikan pada siklus
selanjutnya, jika seandainya fokus pengalaman belum berhasil.
Alur pelaksanaan tindakan penerapan metode bermain peran untuk
meningkatkan keterampilan berkomunikasi anak dapat terlihat pada gambar 3.2 di
80
GAMBAR 3.2
ALUR PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS “PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL DAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK”
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data Penelitian
Data yang baik adalah data yang diambil dari sumber yang tepat dan akurat
81
antara lain: observasi, wawancara, perekaman data dan catatan lapangan (field
note). Teknik tersebut dijelaskan dalam uraian dibawah ini.
1. Observasi
Karl (Wiriaatmadja, 2005:104) mengemukakan bahwa “Observasi adalah
tindakan yang merupakan penafsiran dari teori”. Sedangkan menurut Arikunto
(2008:127) mengemukakan bahwa ” Observasi adalah kegiatan pengamatan
(pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai
sasaran.
Dalam observasi biasanya kita cenderung melakukan penilaian, menafsirkan
atau memberikan vonis terlalu cepat. Hal ini merupakan suatu kesalahan dalam
melakukan observasi. Menurut Wiriaatmadja (2005: 105) harus memperhatikan
beberapa hal, diantaranya :
a). Memperhatikan fokus penelitian, kegiatan apa yang harus diamati apakah yang
umum atau yang khusus
b). Menentukan kriteria yang diobservasi, dengan terlebih dahulu mendiskusikan
ukuran-ukuran apa yang digunakan dalam pengamatan.
Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data dan
gambaran tentang keterampilan sosial dan keterampilan berbicara di TK
Al-Kautsar sebelum diterapkan metode bermain peran, aktivitas guru dalam
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran dan dari
keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak.
Alat pengumpul data yang digunakan pada saat observasi adalah lembar
komponen-82
komponen keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak dan pedoman
observasi dalam aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan metode
bermain peran.
2. Wawancara
Denzin (Wiriaatmadja, 2005: 117) mengemukakan bahwa “Wawacara
merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada
orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang
dipandang perlu”.
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data dan gambaran tentang upaya
guru dalam merancang pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan sosial dan
keterampilan berbicara di TK al-Kautsar, peran guru dalam pelaksanaan
pembelajaran dengan metode bermain peran serta kendala-kendala yang dihadapi
dalam pembelajaran tersebut. Data dari hasil wawancara ini dapat digunakan
sebagai bahan untuk studi pendahuluan pada PTK ini.
Selain untuk memperoleh data-data diatas, wawancara juga digunakan untuk
memperoleh data tentang upaya guru di dalam mengelola lingkungan kelas serta
cara penilaian yang digunakan.
3. Catatan Lapangan (field note)
Sumber informasi yang sangat penting dalam penelitian ini adalah catatan
lapangan (field note) yang dibuat oleh peneliti/mitra peneliti yang melakukan
83
Catatan lapangan dibuat secara deskriptif pada saat refleksi, berisi tentang
kegiatan pembelajaran, suasana kelas, pengelolaan kelas, interaksi guru dengan
siswa serta iklim sekolah ataupun perilaku anak ketika proses pembelajaran untuk
meningkatkan keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak dengan
menggunakan media bermain peran. Catatan lapangan diambil dari data hasil
observasi dan wawancara.
4. Dokumentasi Foto
Untuk memperkaya data pada saat penelitian tindakan kelas, peneliti
menggunakan media lain seperti foto. Penelitian akan mendokumentasikan
gambar-gambar foto ketika proses pembelajaran meningkatkan keterampilan
sosial dan keterampilan berbicara anak dengan menggunakan metode bermain
peran dilakukan di TK Al-Kautsar. Media ini berfungsi sebagai dokumentasi
suasana kelas, menggambarkan detail tentang peristiwa-peristiwa penting yang
terjadi ketika PTK dilakukan, juga sebagai alat untuk mengingatkan topik bahasan
84
F. Kisi-kisi Pengembangan Instrumen Penelitian
Adapun kisi-kisi dalam pengembangan instrument penelitian tindakan kelas
dapat dilihat pada table kisi-kisi pedoman observasi di bawah ini :
TABEL 3.1
KISI-KISI PEDOMAN OBSERVASI
“PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL DAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK”
Variabel Sub Variabel Indikator Sub Indikator Teknik Pengump ulan Data
Sumber Data
Bermain peran Perencanaan Pembelajaran
bermain peran a. Ketepatan guru menata lingkungan main peran
Membantu a. Membantu teman yang menghadapi kesulitan Menegur a. Menegur teman yang
melakukan kesulitan Kebersamaan a. Mengajak temannya
bermain bersama-sama Bekerjasama Kepedulian a. Mencarikan barang
teman yang hilang Kebersamaan a. Saling membantu
85
b. Ikut serta dalam kegiatan kelompok Kemauan berbagi Keinginan berbagi a. Kemampuan berbagi
dengan teman
Percaya diri Berbicara dengan leluasa
a. Anak secara leluasa bermain peran
Observasi Guru
b. Tidak ragu berbicara di depan orang lain Berbicara jelas a. Mengucapkan
kata-kata dengan benar Produksi bahasa Pembicaraan sudah
membentuk
86 G. Teknik Analisis Data Penelitian
Teknik analisi data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah teknik
analisis data kualitatif. Arikunto (2008:132) mengemukakan :
Analisis merupakan usaha untuk memilih, memilah, membuang, menggolongkan, serta menyusun ke dalam kategorisasi, mengklasifikasi data untuk menjawab pertanyaan pokok : (1) tema apa yang dapat ditemakan pada data, (2) seberapa jauh data dapat mendukung tema/arah/tujuan penelitian.
Arikunto (2008:131) juga membagi teknik analisis data ke dalam dua jenis, antara lain :
1. Data kuantitatf (nilai hasil belajar siswa) dapat dianalisis secara deskriptif
2. Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa tentang tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap metode belajar yang baru (afektif), aktivitas siswa mengikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar dan sejenisnya dapat dianalisis secara kualitatif.
Teknik analisis data kualitatif ini dilakukan dengan beberapa tahapan,
seperti menurut Miles dan Huberman (Kunandar, 2008:101) yaitu:
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi pemfokusan dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna.
2. Paparan Data
Paparan data adalah proses penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk naratif.
3. Penyimpulan
Penyimpulan adalah proses pengambilan intisari dari sajian data yang telah terorganisir dalam bentuk pernyataan kalimat dan/ atau formula yang singkat dan padat tetapi mengandung pengertian luas.
Setelah data diperoleh dari hasil pengamatan, wawancara dan dokumentasi
penerapan metode bermain peran dalam meningkatkan keterampilan sosial dan
87
kualitatif melalui beberapa tahapan analisis sebelum ditarik ke dalam sebuah
kesimpulan penelitian. Pada tahap analisis data ini, setiap indikator penilaian dari
setiap anak dihitung dan dilakukan penilaian atau penafsiran melalui skor serta
dibuat persentasenya kemudian data divisualisasikan melalui tabel dan grafik.
Adapun perhitungan persentase sebagai berikut:
Type equation here.
H. Validasi Data Penelitian
Hasil pelaksanaan tindakan dan analisis data yang telah dirumuskan
divalidasi dengan menggunakan beberapa teknik validasi data. Adapun teknik
validasi data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Member Cek
Member cek, yakni memeriksa kembali keterangan-keterangan atau
informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari guru dan
kepala sekolah TK Al-Kautsar, apakah keterangan atau informasi atau penjelaskan
itu tetap sifatnya atau berubah sehingga dapat dipastikan keajegannya dan data itu
88 2. Triangulasi Data
Triangulasi yaitu memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk, atau analisis
yang anda sendiri timbulkan dengan membandingkan dengan dosen yang
memiliki pandangan yang sama dengan penelitian kita.
3. Audit Trail
Audit trail yakni memeriksa kesalahan-kesalahan dalam metode atau
prosedur yang digunakan peneliti dan di dalam pengambilan keputusan. Audit
trail ini dapat dilakukan oleh kawan sejawat yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan melakukan PTK yang sama seperti peneliti.
4. Expert Opinion (Pandangan Para Ahli)
Teknik ini dilakukan dengan cara mengkonsultasikan hasil temuan peneliti
kepada para ahli. (Wiriaatmajda, 2005:171). Dalam kegiatan ini, peneliti
mengkonsultasikan hasil temuan penelitian kepada pembimbing untuk
memperoleh arahan dan masukan sehingga validasi temuan peneliti dapat
162
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang “Penerapan Metode Bermain Peran dalam
Meningkatkan Keterampilan Sosial dan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini”
yang dilaksakan di Taman Kanak-kanak Al-Kautsar Bandarlampung dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Pembelajaran yang dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan sosial dan
keterampilan berbicara anak di TK Al-Kautsar sebelum diterapkannya metode
bermain peran, belum begitu optimal. Pelaksanaan pembelajaran belum
terprogram dengan baik, guru melaksanakan kegiatan rutin pembelajaran dengan
metode yang kurang bervariasi, seperti metode bercerita, bercakap-cakap dan
Tanya jawab. Media yang digunakan dalam pembelajaran kurang begitu menarik,
karena hanya dengan menggunakan atau mendengarkan cerita guru saja.
Pembelajaran juga lebih dominan kepada guru (teacher center), sehingga anak
tidak terstimulasi dengan baik. Hal ini menyebabkan keterampilan anak di TK
Al-Kautsar masih kurang.
2. Penerapan metode bermain peran cukup berhasil dilaksanakan karena bagi guru
163
anak dapat terlibat aktif untuk mengembangkan keterampilan sosial dan
keterampilan berbicara anak melalui tokoh yang ia pilih untuk diperankan.
3. Penerapan metode bermain peran dilaksanakan dengan tiga siklus. Peningkatan
yang cukup besar terjadi pada siklus dua dan siklus tiga, yaitu pada indikator anak
dapat merespon pembicaraan ,dapat memulai percakapan dengan media bermain
perannya,
4. Dalam penerapan metode bermain peran, guru menemui beberapa kendala seperti,
bahasa asing yang , masih melekat, media bermain peran yang sulit, orang tua
yang beranggapan bahwa bermain peran bukan suatu proses pembelajaran,
kurangnya pengetahuan guru dalam menerapkan metode bermain peran, serta
sarana dan prasarana di TK Al-Kautsar yang masih minim.
B. Rekomendasi
Adapun beberapa rekomendasi yang dapat penulis sampaikan berkenaan
dengan penerapan metode bermain peran atau role playing dalam meningkatkan
keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak, diantaranya sebagai berikut ;
1. Bagi Kepala Sekolah
a) Program pembelajaran keterampilan sosial dan keterampilan berbicara lebih
ditingkatkan lagi dengan menggunakan metode-metode yang lebih bervariasi
sehingga keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak lebih
164
b)Mendukung upaya guru dalam menggunakan strategi atau metode yang tepat
untuk meningkatkan keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak
c) Menjalin kerjasama dan komunikasi yang baik dengan guru agar dalam
pengembangan keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak
memperoleh hasil yang optimal.
d)Memberikan pengarahan dan wawasan dengan perlahan kepada orang tua
pentingnya mengembangkan dan melatih keterampilan sosial dan
keterampilan berbicara anak sejak usia dini. Dan juga memberikan wawasan
kepada orang tua pentingnya bermain bagi anak-anak.
e) Memberikan dan menyediakan fasilitas yang mendukung dalam menerapkan
metode pembelajaran, yaitu dengan memfasilitasi media pembelajaran yang
menarik dan sesuai dengan kebutuhan anak.
2. Bagi Guru
a) Dalam merencanakan penerapan metode bermain peran atau role playing ,
sebaiknya disusun dengan matang, semenarik mungkin dan sesuai dengan
langkah-langkah bermain peran.
b)Guru hendaknya berperan hanya sebagai fasilitator, motivator dan evaluator
saja, bukan sebagai pusat pembelajaran sehingga anak-anak dapat
mengeksplorasi sendiri berbagai peran yang dimainkannya.
c) Guru hendaknya dapat menggunakan strategi yang tepat dan menarik dalam
meningkatkan keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak terutama
165
d)Guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran khususnya untuk
meningkatkan keterampilan sosial dan keterampilan berbicara hendaknya
menggunakan metode yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik Taman
Kanak-kanak salah satunya dengan menggunakan metode bermain peran.
e) Guru harus terampil dalam menggunakan metode pembelajaran yang variatif.
Dengan penggunaan metode pembelajaran secara variatif dituntut dapat
menciptakan ide-ide yang kreatif dan inovatif dalam setiap kegiatan
pembelajaran.
f) Guru harus mampu memberikan contoh kepada anak dalam penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar, dan selalu tanggap untuk melakukan
koreksi kepada anak sengaja atau tidak sengaja melakukan kesalahan dalam
berbicara yang tidak menggunakan bahasa Indonesia yang benar.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
a) Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak merupakan aspek yang
sangat penting bagi perkembangan anak, oleh sebab itu peneliti selanjutnya
diharapkan dapat membuat penelitian mengenai keterampilan sosial dan
keterampilan berbicara anak melalui metode lain yang lebih menarik bagi
anak.
b)Penerpan metode bermain peran atau role playing dapat menjadi referensi
166
aspek-aspek perkembangan anak selain aspek keterampilan sosial dan
keterampilan berbicara.
c) Peneliti selanjutnya dapat membuat penelitian dalam peningkatan
keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak melalui metode
penelitian yang lain, dengan karakteristik TK dan latar belakang sosial dan
DAFTAR PUSTAKA
Abdulah, Ishak, dkk. ( 2006 ). Alat Permainan Edukatif Bandung : Lab PAUD UPI
Arikunto, Suharsimi dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Bumi Aksara
Asmawati, Luluk dkk. 2008. Pengelolaan Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.
Azzet, A. Muhaimin. 2010. Mengembangkan Kecerdasan Sosial Bagi Anak, Jogjakarta : Kata Hati.
Beaty, Janice. J. ( 1996 ). Skill for Preschool Teacher. Fifth Edition. New Jersey : Merrillan Imprint of Prentice Hall.
B. Hurlock, Elizabeth, Alih bahasa: Meitasari Tjandrasa dan Muslichah Zarkasih.
Perkembangan Anak Edisi Keenam (Jilid 1), Jakarta : Erlangga.
Brown, Kate M. (1994) Using Role Playing to Integrate Ethics into Bussiness
Curriculum. [online] :http://proquest.umi.com/pqdweb [3Januari 2011].
Childrens Resource Internasional ( alih bahasa Juwita, Kenny Dewi, dkk 2000 ).
Menciptakan Kelas yang Berpusat Pada Anak. Jakarta : CRI. Inc.
Crain, William. Alih Bahasa: Yudi Santoso, Teori Perkembangan Konsep Dan
Aplikasi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Gunarti, Winda dkk. 2008. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar
Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka
Hamzah, B. Uno. 2008. Model Pembelajaran- Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif. Jakarta:Bumi Aksara.
Mudairin. 2003. Role Playing: Suatu Alternative Pembelajaran yang Efektif dan
Menyenangkan dalam Mengingkatkan Keterampilan Berbicara Siswa.
http://pakguruonline.pendidikan.net. [12 Februari 2011].
Ningrum, Sundari Dewi. ( 2007 ). Main peran. Jurnal. [ online ] tersedia : http://dheweeq.multiply.com/journal. [ 22 Maret 2011 ].
Olsen, Amanda E. dan Sumsion, Jennifer ( 2000 ). Guru TK mempraktekkan dengan menggunakan permaianan drama di kelas k-2. Jurnal Penelitian. 41 (3), [ 18 Maret 2011 ].
Rachmawati, Erlina Nur. 2010. Penerapan Metode Bermain Peran Dalam Upaya
Meningkatkan Kecerdasan Natural Pada Siawa Kelompok B Di RA Persis Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan. [online]http://karya-ilmiah.um.id.ac [4 Februari 2011]
Santrock, Jhon W, Alih Bahasa: Mila Rachmawati dan Anna Kuswati,. 2007.
Perkembangan Anak Edisi Kesebelas (Jilid 1). Jakarta : Erlangga.
Solehuddin, M. ( 2000 ). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung : FIP UPI.
Sriyandi. 2008. Metode Role Playing [online]. http://www.wordpress.com [25 Januari 2011].
Suhartono. ( 2005 ). Pengembangan Keterampilan Bicara Anak Usia Dini. Jakarta ; Depdiknas.
Tarigan, H. Guntur. 2008. Berbicara, Sebagai Suatu Keterampilan Bahasa, Bandung: Angkasa Bandung.
Yudistira. ( 2008 ). Bermain peran, pembelajaran asyik buat anak [ online ] tersedia ;
http//Yudistira31. Wordpress.com [ 4 Maret 2011 ]