UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS
(PenelitianTindakanKelasPada Siswa Kelas IVSekolahDasarNegeri 2 Cibogo
Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat TahunAjaran 2013/2014)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
Oleh
Yanti 1003561
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS
(PenelitianTindakanKelasPada Siswa Kelas IVSekolahDasarNegeri 2 Cibogo
Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat TahunAjaran 2013/2014)
Oleh
Yanti 1003561
Sebuah skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikanprogram studi pendidikan guru sekolah dasar
© Yanti2014
Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2014
Hak cipta dilindungi undang-undang.
PENERAPAN MODEL ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA
PADA PEMBELAJARAN IPS
(PenelitianTindakanKelasPadaSiswaKelas IV SekolahDasarNegi 2 CibogoKecamatanLembangKabupaten Bandung baratTahunAjaran 2013/2014)
PENERAPAN MODEL ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA
PADA PEMBELAJARAN IPS
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negri 2 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Penerapan model role playing
(bermain peran) dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa dan peningkatan keterampilan sosial siswa pada pembelajaran IPS di kelas IV Semester II SDN CibogoKecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK), yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin Mc Taggart, yang terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Adapun dalam pelaksanaannya dilaksanakan sebanyak tiga siklus dengan tahapan yang sama. Insrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lember observasi kegiatan guru dan kegiatan siswa mengenai keterampilan sosial dalam proses pembelajaran IPS, lembar tes, lembar angket pendapat siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan dan lembar catatan lapangan. Jika Model role playing (bermain peran) ini digunakan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang benar, maka dapat meningkatkan keterampilan sosial dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS. Sebelum melakukan PTK, peneliti sebelumnya melakukan pre tes, yang hasilnya yaitu sebesar 13.15%. Pada siklus pertama nilai tes siswa mencapai 36.84%, siklus kedua 71.05% dan siklus ke tiga 81.57% yang mencapai KKM. Sedangkan prosentase keterampilan siswa dapat
diuraikan sebagai berikut: yang termasuk pada kategori “Cukup Baik”, yaitu pada siklus pertama sebesar 43.55%, siklus ke dua sebesar 31.56% dan siklus ke tiga sebesar 28.31%.Yang termasuk pada kategori “Baik”,yaitu pada siklus pertama sebesar 29.16%, siklus ke dua sebesar 24.54% dan siklus ke tiga sebesar 22.02%. Yang termasuk pada kategori “Sangat Baik”. Yaitu pada siklus pertama sebesar 32.45%, siklus ke dua sebesar 57.30%, dan siklus ke tiga sebesar 80.98%.
Ii
Abstract: The Application Of Role Playing Model To Improve Students Social SkillsOn Social Learning. This research aims to know: the application of role playing model to improve students social skills and improve students social skills on social learning in the fourth grade 2013/2014 school year at SDN 2 Cibogo Lembang District West Bandung Regency. This research was conducted by using the method of classroom action research, which was developed by Stephen Kemmis and Mc Taggart Robbin, which consists of four phases like: planning, acting, observing, reflecting and by using 3 cycles with the same phases. Insrumen used in this research is the observation activities of teacher sheets and observation activities of students on social skills in the process of social learning, test sheet, student opinion sheets conducted on learning and fieldnote sheet.If the role playing model used in accordance phases by correct, then it can improve social skills and student learning outcomes in social learning.Before doing classroom action research, to have aprevious researchers did pre-test, the result is equal to 13:15%.In the first cycle of student test scores to reach 36.84%, 71.05% and the second cycle to three cycles to reach 81.57% achieving a minimum passing grad criteria (KKM).While the percentage of students skills can be described like: which includes the category of "Good Enough" 43.55% for the first cycle, the second cycle was 31.56% and the third cycle was 28.31%.Were included in the category of "Good", ie the first cycle was 29.16%, the second cycle was 24.54% and the third cycle of 22:02%.Were included in the category of "Very Good".That is the first cycle was 32.45%, the second cycle was 57.30%, and the third cycle was 80.98%.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN...
ABSTRAK...
KATA PENGANTAR...
UCAPAN TERIMA KASIH...
DAFTAR ISI...
DAFTAR TABEL...
DAFTAR GRAFIK...
DAFTAR GAMBAR...
LAMPIRAN-LAMPIRAN...
BAB I PENDAHULUAN... A. Latar belakang Masalah...
B. Rumusan Masalah...
C. Tujuan Penlitian...
D. Manfaat Penelitian...
E. Hipotesis Tindakan...
F. Definisi Operasional...
BAB II KAJIAN TEORI... A. Model Role Playing (Bermaij Peran)...
B. Keterampilan Sosial...
C. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial...
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... A. Metode Penelitian...
B. Model Penelitian...
C. Setting Penelitian...
E. Prosedur Penelitian...
F. Instrumen Penelitian...
G. Teknik Pengumpulan Data dan analisis Data...
BAB IV HASIL DANPEMBAHASAN... A. Hasil Penelitian...
B. Pembahasan Hasil Penelitian ...
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... A. Kesimpulan...
B. Saran...
DAFTAR PUSTAKA...
26
36
38
41
41
88
94
94
95
BAB I PENDAHULUAN
Bab iniakandibahasmengenailatarbelakangmasalah, rumusanmasalah,
tujuan penelitian,manfaat penelitian, hipotesis tindakan dan definisi operasional.
Pemaparaninibertujuanuntukmemberikangambaranumummengenaiisi pada bab
pertama skripsiiniyang berjudul Penerapan Model Role Playing (Bermain Peran)
Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Pada Pembelajaran IPS.
A. LatarBelakangMasalah
“Pendidikannasionalberfungsimengembangkankemampuandanmembentuk
wataksertaperadabanbangsa yang
bermartabatdalamrangkamencerdaskankehidupanbangsa,
bertujuanuntukmengembangkanpotensipesertadidik agar menjadimanusia yang berimandanbertaqwakepadaTuhan Yang MahaEsa, berakhlakmulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, danmenjadiwarganegara yang
demokratissertabertanggungjawab.”(Pasal 3 UU RI No.20 Tahun 2003
tentangSisdiknas).
IPS atau social studies mempunyai tugas mulia dan menjadi pondasi
penting bagi pembangunan intelektual, emosional, kultural dan keterampilan
sosial siswa, yaitu mampu menumbuh kembangkan cara berfikir, bersikap dan
berperilaku yang bertanggung jawab selaku individual, warga masyarakat, warga
negara dan warga dunia. Selain itu IPS pun bertugas mengembangkan potensi
siswa agar peka terhadap masalah sosial, memiliki mental positif untuk perbaikan
segala kepentingan dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari
baik yang menimpa pada dirinya sendiri maupun yang menimpa pada orang lain.
Dalamrealita di lapangankhususnya di kelas IV Sekolah Dasar Negri 2
Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, masalah yang sering
belajar rendah, hal ini tampak ketika siswa memasuki ruangan kelas dan dimulai
untukmengikuti proses pembelajaran, sehingga siswa cenderung tidakaktif dan
tidak merasa menajdi bagian dari kelas. Gejala-gejala tersebut ditunjukan dengan
beberapa sikap siswa, seperti: sering mengobrol ketika pembelajaran berlangsung,
menggambar tidak pada waktunya, dan sering keluar dan masuk kelas dengan
banyak alasan misalnya izin ke kamar kecil atau izin membeli alat tulis yang
tertinggal di rumah dan hal tersebut dilakukan secara berkelompok. 2) Materi IPS
yang terlalu bersifat informatif atau hafalan saja, sehingga membuat para siswa
merasa malas untuk memahami informasi-informasi baik yang terdapat dalam
buku maupun yang disampaikan oleh guru. 3) Lingkungan yang kaku dan
membosankan untuk belajar, seperti penempatan tempat duduk yang cenderung
monoton dan membosankan. 4) Metode atau modelserta media pembelajaran yang
kurang kreatif, misalnya penggunaan metode pembelajaran yang tradisional
seperti metode ceramah, sehingga siswa kurang merespon materi yang
disampaikan apalagi guru yang sering meninggalkan kelas dengan alasan siswa
telah diberi tugas untuk mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Sehingga
masalah diatas berdampak pada prestasi sebagian besar siswa yang belum
mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) serta sebagian besar siswa tidak
menunjukan keterampilan sosial yang dimilikinya secara optimal seperti pada
aspek kerjasama, aspek mampu mengontrol diri dan aspek bernagi ide dan
pengalaman denga orang lain. Agar lebih jelas, data yang menunjukan nilai siswa
yang masih rendah dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada pembelajaran
IPS di kelas IV Semester II SDN 2 Cibogo, peneliti memperoleh data nilai siswa
yang dilaksanakan sebelum pelaksanaan siklus I, digambarkan pada tabel di
Tabel 1.1
NO.
URUT NAMA SISWA L/P NILAI
KETUNTASAN KKM
TUNTAS BELUM TUNTAS
1. ASP L 40 √
2. AF L 35 √
3. AS L 45 √
4. An P 30 √
5. DA L 50 √
6. ES P 35 √
7. FN P 40 √
8. FA L 65 √
9. FRS L 35 √
10 FF L 20 √
11 HMY L 20 √
12 MNP P 95 √
13 MFP L 50 √
14 MN L 60 √
15 MRLP L 55 √
16 MRJ L 30 √
17 MR L 50 √
18 MYH L 50 √
19 NLIS L 95 √
20 NBK P 20 √
21 NA P 90 √
22 PP P 30 √
23 RP P 65 √
24 RA L 20 √
25 RAJ P 75 √
26 RD P 10 √
27 RP P 50 √
28 RP P 40 √
29 Sal P 25 √
30 Sep P 75 √
31 SN P 30 √
32 TL P 45 √
33 VNH P 65 √
34 WW P 30 √
35 YT L 40 √
36 YPM L 50 √
37 YSF P 20 √
38 YRS P 65 √
Nilai Pre test IPS Kelas IV Semester II
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari tiga puluh delapan orang
siswa, hanya lima orang saja yang nilainya mencapai KKM.
Jika melihat permasalahan diatas, maka untuk memperbaiki proses
pembelajaran sesungguhnya gurulah yang harus memandu siswa membuka
cakrawala pengetahuan sosialnya. Maka guru dituntut lebih profesional. Guru
tidak lagi hanya berfungsi sebagai penyampai informasi, tetapi harus bisa menjadi
pembimbing siswa dalam mengembangkan pengetahuannya dan mendapatkan
pembelajaran yang menyenankan, bermakna, bermutu serta pembelajaran yang
dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa dengan lebih kreatif dan inovatif
dalam memilih media dan model, serta evaluasi pembelajaran. Karena Guru
merupakan komponen penting dalam pendidikan. Guru mempunyai peran yang
besar. Hal ini disebabkan gurulah yang berada di barisan terdepan dalam
pelaksanaan pendidikan. Gurulah yang langsung berhadapan dengan siswa untuk
mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi sekaligus mendidik dengan
nilai-nilai positif melalui bimbingan dan keteladanan.
Beberapa kondisi yang telah dikemukakan di atas, memberikan sebuah
indikasi terhadap adanya suatu masalah yang cukup signifikan, yaitu kurang
optimalnya kemampuan siswa dalam menggunakan keterampilan sosial, seperti
pada aspek kerjasama, aspek mampu mengontrol diri dan aspek berbagi ide dan
pengalaman dengan orang lain. Untuk menjawab permasalahan tersebutmakasalah
satu upaya dalam mengatasi gejala-gejala yang timbul daalam proses
pembelajaran IPS yaitu denganmelaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK).
Dalam penelitian yang dilaksanakan, peneliti menerapkan model role playing.
Metode role plaing menurut Sanjaya, W (2006:161) menuturkan bahwa
role playing atau bermain peran adalah model pembelajaran sebagai bagian dari
simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi
Rata-rata Kelas 44,60
peristiwa-peristiwa aktual atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada
masa mendatang.
Sejalan dengan pengertian role playing atau bermain peran di atas,
dibawah ini diuraikan bahwa dengan melakukan bermain peran atau simulasi atau
[image:13.595.220.438.215.357.2]belajar dan melakukan itu diingat mencapai 90%, seperti di bawah ini:
Gambar 1.1 Kerucut Pengalaman dari Edgar Dale
(http://www.educ.ualberta.ca/staff/olenka.Bilash/best%20of%20bilash/dalescone.
html)
Secara rinci Wyatt dan Looper, 1999 (dalam Komalasari, (2011:115)
mengemukakan berbagai strategi pembelajaran dan pengaruhnya terhadap
kemampuan siswa mengingat pelajaran dengan gambaran “kerucut pengalaman”
Gambar 1.2 Kerucut Pengalaman darai Wyatt dan Looper (1999) Berdasarkan gambar “kerucut pengaaman” tersebut, pembelajaran yang
berpusat pada siswa untuk berbuat melalui bermain peran, melakukan simulasi
dan mengerjakan hal yang nyata, maka kemampuan siswa untuk mengingat materi
pelajaran sangat tinggi, yaitu 90%. Sehingga keberhasilan pembelajaran datang
dari siswa dengan mengalami langsung dan menemukan sendiri materi pelajaran
dengan bantuan guru sebagai motivator dan fasilitator.
Dengan demikian, peneliti tertarik untuk mengukur tingkat keberhasilan
penerapan model Role Playing dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa,
maka peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul:
“PenerapanModelRole Playing (Bermain Peran)
UntukMeningkatkanKeterampilan SosialSiswaPadaPembelajaranIPS”
B. RumusanMasalah
Masalah yang akanditelitiadalahbagaimana penerapanmodel role playing
(bermain peran) terhadap keterampilan sosial siswa kelas IV Sekolah Dasar Negri
2 Cibogo.
Adapunrumusanmasalahdalampenelitianiniyaitu : Baca (10%) Dengar (20%) Lihat Gambar/Diagram
Lihat Video/Film Lihat Demonstrasi (30%)
Terlibat dalam Diskusi (50%)
Menyajikan/Presentasi (70%)
Bermain Peran Melakukan Simulasi Mengerjakan Hal yang
1. Bagaimanakahpenerapan model role playing (bermain peran) dalam
meningkatkan keterampilan sosial siswa pada pembelajaran IPS di kelas IV
Semester II SDNegri2 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung
Barat?
2. Bagaimanakahpeningkatanketerampilan sosial siswa dengan menerapkan
model role playing (bermain peran) pada pembelajaran IPS di kelas IV
Semester II SDNegri2 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung
Barat?
C. TujuanPenelitian
Merujukpadalatarbelakangmasalahdanperumusanmasalah di atas,
makatujuanpenelitianinidimaksudkanuntukmengetahui:
1. Penerapan model role playing(bermain peran) dalam meningkatkan
keterampilan sosial siswa pada pembelajaran IPS di kelas IV Semester II
SDN 2 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.
2. Peningkatanketerampilan sosial siswa dengan menerapkan model role
playing(bermain peran) pada pembelajaran IPS di kelas IV Semester II SDN
2 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.
D. ManfaatPenelitian
Hasil pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan memberikan
banyak manfaat, diantaranya sebagai berikut:
1. ManfaatTeoritik
Melaluihasilpenelitiantindakankelas (PTK)
inidapatmemberibahanpertimbangandalammeningkatkanketerampilan sosial
siswakhususnyapenerapan model role playing di sekolahdasar.
Selainitumemberikanreferensidalamkegiatanbelajarmengajarpada pembelajaran
IPS kelasIV SemesterII SD yaitu pada materikoperasi.
2. Manfaat Praktis
Dengandilaksanakanpenelitiantindakan kelas
(PTK)inidiharapkandapatmeningkatkanketerampilan
sosialsiswapadapembelajaran IPS.
b. Bagi Sekolah
Hasil penelitan ini sebagaisarana
masukandalammemperbaikidanmeningkatkankualitaspembelajaranIPS, sehingga
tujuan pembelajaran akan dicapai dengan baik.
c. BagiPeneliti
Dengandilaksanakanpenelitiantindakankelas (PTK)
inidapatmenambahwawasanpengetahuandalammenerapkan model role playing
dalammeningkatkanketerampilan sosialsiswapadapembelajaran IPS.
E. Hipotesis Tindakan
Hipotesisdalamtindakanpenelitianiniadalah : “Jikamenerapkan model role playing(bermain peran) dengantepat, makaketerampilan
sosialsiswadalampembelajaran IPS di KelasIV Semester II SekolahDasarNegeri 2
Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat TahunAjaran
2013/2014dapat meningkat”
F. Definisi Operasional
1. Model Role Playing (Bermain Peran)
Role Playing (Bermain Peran), merupakan model penguasaan bahan-bahan
pembelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.
Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan
memerankannya sebagai benda hidup atau benda mati. Permainan ini pada
umumnya dilakukan lebih dari satu orang, tergantung pada apa yang akan
diperankan. Adapun langkah-langkah bermain peran yang dilaksanakan dalam
pembelajaran IPS di kelas IV Semester II SDN 2 Cibogo selama tiga silkus, yaitu
Menurut Sanjaya W, (2006:161), langkah-langkah dalam bermain peran,
diantaranya:
a. Pesiapan Bermain Peran
1) Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai.
2) Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan
dimainkan.
3) Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam bermain peran,
peranan yang harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang
disediakan.
4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
khususnya pada siswa yang terlibat dalam bermain peran.
b. Pelaksanaan Bermain Peran
1) Bermain peran mulai dimainkan oleh kelompok pemeran.
2) Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.
3) Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang
mendapat kesulitan.
4) Bermain peran hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini
dimaksudkan untuk mendorong siswa berfikir dalam menyelesaikan
masalah yang sedang disimulasikan.
c. Penutup
1) Melakukan diskusi baik tentang jalannya bermain peran maupun
materi cerita yang disimulasikan. Guru harus mendorong agar siswa
memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan
bermain peran.
2) Merumuskan kesimpulan.
2. Keterampilan sosial
Keterampilansosialadalahkemampuanindividuuntukberkomunikasiefektifd
engan orang lainbaiksecara verbal maupun nonverbal
dimanaketerampilaninimerupakanperilaku yang dipelajari dan merupakan
kemampuan seseorang untuk berani berbicara, mengungkapkan setiap perasaan
atau permasalahan yang dihadapi.
Adapun aspek keterampilan sosial yang diobservasi pada penelitian ini
yaitu: keterampilan bekerja sama, kemampuan mengontrol diri dan keterampilan
dalam berbagi ide dan pengalaman dengan orang lain. Agar lebih jelasnya akan
diuraikan indikator dari setiap aspek keterampilan sosial tersebut, diantaranya
adalah:
a. Keterampilan bekerjasama seperti: berpartisifasi aktif dalam kelompok,
mendukung keputusan kelompok, dan sebagai anggota kelompok
mengupayakan agar anggota yang lain mendapatkan informasi yang relevan
dan bermanfaat.
b. Kemampuan mengontrol diri seperti: menghargai pendapat baik dari anggota
c. orang lain baik teman sebaya maupun guru, meminta ide dan pendapat
kepada semua aggota kelompok untuk membantu membuat keputusan.
d. Keterampilan dalam berbagi ide dan pengalaman dengan orang lain, seperti:
berbagi informasi mengenai materi yang telah dibelajarkan, berbagi
pengalaman bermain peran kepada anggota kelompok, dan memberikan kritik
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab iniakandibahasmengenaimetode penelitian, model penelitian, setting
penelitian, subjek penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data dan analisis data.
Pemaparaninibertujuanuntukmemberikangambaranmengenaiisi pada bab ini.
A. Metode Penelitian
Ada banyak permasalahan yang dihadapi guru pada saat mengajar di kelas.
Berbagai cara atau penyelesaian masalah juga sudah banyak dibahas dalam
berbagai penelitian akademik, baik dalam laporan penelitian yang berbentuk
artikel atau pada jenjang skripsi bahkan sampai pada jenjang disertasi. Akan tetapi
masih ada guru yang kurang memahami dalam memngaplikasikannya dalam
pembelajaran sehari-hari, terutama karena berbagai kendala yang dihadapinya.
Misalnya guru kurang memahami teori-teori yang dijadikan landasan atau
instrumen penelitian tersebut. Sehingga untuk memenuhi tuntutan tersebut, guru
dapat menggunakan penelitian kelas.
Metode yang
digunakandalampenelitianiniadalahdeskriptifkualitatifdenganteknikPenelitianTind
akanKelas (PTK) yang diadaptasidari model Kemmisdan Taggart, 1998. Adapun
Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut para ahli adalah sebagai
berikut:
Menurut Hopkins (dalam Wiriaatmadja 2005:11), penertian penelitian
tindakan kelas, untuk mengidentifikasi penelitian kelas, adalah penelitian yang
mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan
yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk
memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses
persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan
ilmu sosial dengan kerja sama dalam krangka etika yang disepakati bersama.
Menurut Ebbut 1985 (Hopkins 1993 dalam Wiriaatmadja 2005:12),
mengemukakan penelitian tindakan kelas adalah kajian sistematik dari upaya
perbaikan pelasanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan
melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka
mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.
B. Model Penelitian
Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
penelitian yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin Mc Taggart,
yang terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
tindakan. Adapun dalam bentuk bagan, digambarkan sebagai berikut:
Bagan 3.1 AlurPelaksanaanTindakan ModelKemmis dan Mc Taggart
Refleksi I Pelaksanaan
Observasi
Perencanaan
Refleksi III
Pelaksanaan
Observasi
Kesimpulan Perencanaan
Refleksi II
Observasi
Perencanaan
Pelaksanaan
SIKLIS I
SIKLUS II
1. Perencanaan
Perencanaan tindakan dilaksanakan untuk memecahkan masalah yang
telah ditetapkan. Hal-hal yang direncanakan dan disusun diantaranya melakukan
telaah terhadap kurikulum dengan menentukan Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) untuk setiap materi yang akan disampaikan dengan
model role playing (bermain peran), media pembelajaran, tujuan pembelajaran
dan penilaian. Perencanaan dalam hal ini merupakan komponen yang termasuk
pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk melaksanakan pembelajran
IPS dan membuat instrumen untuk memperoleh data yang diperlukan.
2. PelaksanaanTindakan
Pada tahap ini, guru mengunakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang telah disusun sebelumnya dalam pelaksanaan pembelajaran IPS
dengan menggunakan model role playing bermain peran).
3. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui, dan mendokumentasikan setiap
indikator dari proses dan hasil yang dicapai. Pada tahap ini peneliti dibantu
observer (guru kelas dan teman sejawat) untuk melakukan observasi kegiatan guru
(peneliti) dan kegiatan siswa yang merujuk pada indikator keterampilan sosial
yang dimiliki siswa dalam pelaksanaan pembelajaran IPS. Fungsi diadakan
observasi yaitu untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan
rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya dan untuk mengetahui seberapa
jauh pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat menghasilkan
perubahan ke arah yang diinginkan. Yang terpenting dari kegiatan pengamatan
adalah dapat mengetahui sejak dini apakah tindakan yang dilakukan mengarah
kepada terjadinya perubahan proses pembelajaran sesuai yang diharapkan.
4. Refleksi
Refleksi mencakup kegiatan analisis, interpretasi, dan evaluasi yang
secepatnya dianalisis dan diinterpretasi untukmencaripenyelesaiannya yang
efektifuntuk melanjutkanpadatahapberikutnya.
C. Setting Penelitian 1. Tempat penelitian
Penelitianinidilasanakan di Sekolah Dasar Negri2 Cibogo yang terletak
diJln. Cikole Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Dalam penilitian
ini penulis mengambil lokasi di sekolah ini dengan pertimbangan jarak rumah
dengan tempat penelitian cukup dekat dan mengefektifkan waktu serta dana yang
tersedia, sehingga memudahkan dalam mengumpulkan data, dan peluang waktu
yang luas.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini pada semester genap tahun ajaran 2013/2014,
yang dilaksanakanselama tiga bulan yaitubulan Maret s/d Mei 2014
selamakuranglebih 3 bulan, dan
agartidakmengganggukegiatanbelajarmengajarmakapenelitianinidilaksanakanseca
rabersamaandengankegiatanpembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak
tiga siklus untuk melihat peningkatan keterampilan sosial siswa dalam
pembelajaran IPS dengan menerapka model role playing (bermin peran).
D. Subjek Penelitian
SubjekpenelitianiniadalahsiswakelasIV Semester II Sekolah Dasar Negri 2
Cibogo tahunpelajaran 2013/2014sebanyak38 orang, yang terdiriatas20 orang
perempuan dan18 orang laki-laki.SiswakelasIV SD Negri 2
Cibogoberasaldarilatarbelakangkeluarga yang berbeda-beda, ada yang
berasaldarikeluargabermatapencahariansebagaiPetani, Pedagang, Pegawai Negri
Sipil (PNS), Polisi dan TNI AD.
Prosedurpenelitian yang
dilaksanakandalampenelitiantindakankelasiniadalahdalambentukpengkajiansiklus
yang terdiridariempattahap, yaituperencanaan, pelaksanaan, observasidanrefleksi.
Hal inidilakukanuntukmelihatsejauhmanakemampuanbermainperan yang
telahdicapaidan keterampilan sosial selama proses pembelajaran.
Langkah-langkahpenelitian yang ditempuh,dapat jelaskansebagaiberikut:
1. SiklusI a. Perencanaan
Tahap perencanaan, peneliti mempersiapkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan materi koperasi pada sub materi pengertian, landasan
perinsip dan tujuan koperasi serta skenario pembelajaran yang akan digunakan
dalam pelaksanaan pembelajaran IPS, lembar observasi kegiatan guru dan
kegiatan siswa yang merujuk pada indikator keterampilan sosial siswa agar pada
saat penelitian berlangsung observer dapat langsung melakukan observasi.
Persiapan selanjutnya adalah menyiapkan lembar soal yang akan digunakan pada
saat pelaksanaan siklus, menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan
untuk mengaplikasikan model role playing (bermain peran) serta mempersiapkan
alat-alat untuk mendokumentasikan pelaksanaan pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tahap tindakan ini, peneliti melaksanakan Rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) sesuai dengan yang telah disusun sebelumnya. Diuraikan
dalam langkah-langkah pembelajaran berikut ini:
1. Kegiatan Awal (10 menit)
Apersepsi dan Motivasi
Dalam kegiatan ini guru:
a. Mengkondisikankanpesertadidik.
- Membukapelajarandenganmemberisalam.
- Berdoa bersamasebelum memulai pelajarandipimpin oleh ketua murid.
- Mengkondisikan peserta didik kedalam situasi belajar dengan membuat
kesepakatan belajar dan memberikan jargon.
b. Melakukan apersepsi dengan mengaitkan konsep pembelajaran dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Memotivasi siswa dengan menyampaikan tujuanpembelajaran.
2. Kegiatan Inti (85 menit)
Eksplorasi
a. Siswa dibelajarkan secara berkelompok, kelompok dibagi menjadi sepuluh
kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang serta masing-msing
siswa menerima name tag (kartu nama) yang telah dipersiapkan oleh guru
untuk mempermudah para observer yang mengobservasi proses
pembelajaran serta keterampilan sosial yang dimiliki siswa.
b. Siswamenyimak pemaparan mengenai penerapan model role playing
(bermain peran) dalam proses pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Elaborasi
a. Masing-masing kelompok menerima naskah untuk bermain peran serta
guru membrikan kesempatan untuk memahami naskah tersebut.
b. Siswa menyimak guru pada saat menetapkan topik atau masalah serta
tujuan yang hendak dicapai dalam bermain peran dan memberikan
gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan.
c. Bersama siswa guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam bermain
peran, peran yang harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang
disediakan.
d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya
pada siswa yang terlibat dalam bermain peran.
e. Para siswa memulai bermain peran sesuai dengan skenario atau naskah
yang sudah guru persiapkan sebelumnya.
g. Siswa yang mendapat kesulitan dalam bermain peran memdapatkan
bimbingan dari guru.
h. Secara bersama-sama siswa dan guru melakukan diskusi baik tentang
jalannya bermain peran maupun materi cerita yang disimulasikan dan
merumuskan kesimpulan serta guru mendorong agar siswa memberikan
saran dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan bermain peran.
Konfirmasi
a. Siswadiberikankesempatanuntukbertanyamengenaihal-hal yang
belumdipahami.
b. Siswamenerima lembar evaluasi serta guru membimbing dalam pengerjaan
tugas yang telah diberikan.
c. Bersama siswa guru membahasan soal secara keseluruhan.
3. Kegiatan Penutup ( 10 menit)
a. Siswa dibimbing oleh guru dalammerumuskankesimpulandari materi yang
telah dibelajarkan.
b. Siswa diberikankesempatanbertanyamengenaimateri yang belumdipahami.
c. Mengakhiri pelajaran dengan mengajak semua siswa berdo’a dan ditutup
dengan salam.
c. Observasi
Observasi dilaksanakan oleh guru kelas beserta teman sejawat, yaitu untuk
mengobservasi kesesuaian rencana dengan aplikasinya pada saat berlangsungnya
pelaksanaan pembelajaran. Sasaran utama observasi adalah kegiatan guru dan
kegiatan siswa yang merujuk pada indikator keterampilan sosial siswa selama
pembelajaran berlangsung. Observer melakukan observasi menggunakan lembar
observasi kegiatan guru dan lembar observasi kegiatan siswa yang telah disiapkan
oleh peneliti. Hasil observasi akan membantu peneliti dalam menentukan
perencanaan selanjutnya pada saat siklus II.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan untuk mengevaluasi kekurangan dan kelebihan
observasi kegiatan guru dan lembar kegiatan siswa terkait keterampilan
sosialyang diiliki siswa dan lembar ters yang berupa soal uraian. Kekurangan
dapat diperbaiki pada siklus berikutnya. Perencanaan, pelaksanaaan, dan refleksi
pada siklus II dapat dilakukan atas hasil evaluasi dari siklus I. Apabila pada siklus
II belum juga mengarah kepada perubahan proses pembelajaran dan hasil belajar
maka dapat dilakukan siklus III. Siklus dapat dihentikan jika hasil belajar yang
diinginkan telah tercapai.
2. Siklus II a. Perencanaan
Tahap perencanaan ini, peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan alokasi waktu 3 x 35 menit(1 pertemuan) pada sub
materi macam-macam koperasi berdasarkan jenis usahanya, soal evaluasi serta
media yang digunakan dalam proses pembejararan kemudian membuat lembar
observasin siswa seperti halnya pada pelaksanaan siklus I.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tahap tindakan ini, peneliti melaksanakan Rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) sesuai dengan yang telah disusun sebelumnya. Diuraikan
dalam langkah-langkah pembelajaran berikut ini:
1. Kegiatan Awal (10 menit)
Apersepsi dan Motivasi
Dalam kegiatan ini guru:
a. Mengkondisikankanpesertadidik.
- Menyiapkansiswasecarafisik danpsikis
denganmengaturtempatduduksiswa,
memeriksakelengkapanbelajarsertamemastikansiswasiapuntukbelajar.
- Membukapelajarandenganmemberisalam.
- Memberikan kesempatan kepada ketua murid untuk memimpin
- Membuat kesepakatan belajar dan memberikan jargon.
b. Memotivasi siswa dengan menyampaikan tujuanpembelajaran.
2. Kegiatan Inti (85 menit)
Eksplorasi
a. Siswa dibelajarkan secara berkelompok, kelompok dibagi menjadi sepuluh
kelompok dan setiap kelompok terdiri dari lima sampai dengan enam
orang serta masing-msing menerima name tag (kartu nama) yang telah
dipersiapkan oleh guru untuk mempermudah observer dalam
melaksanakan observasi terhadap kegiatan siswa dalam proses
pembelajaran.
b. Siswamenyimak pemaparan mengenai penerapan model role playing
(bermain peran) dalam proses pembelajaran.
Elaborasi
a. Siswa menyimak guru pada saat menetapkan topik atau masalah serta
tujuan yang hendak dicapai dalam bermain dan memberikan gambaran
masalah dalam situasi yang akan dimainkankan.
b. Bersama siswa guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam bermain
peran yaitu tiga kelompok memjadi pengurus koperasi, yang terdiri dari
koperasi konsumsi, koperasi produksi dan koperasi simpan pinjam atau
kredit, peranan yang harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang
disediakan.
c. Guru membegikan media kepada masing-masing koperasi yang digunakan
dalam bermain peran.
d. Guru menegaskan kepada kelompok yang tidak mengadi pengurus dari
ketiga koperasi tersebut berperan menjadi anggota koperasi atau konsumen
yang berbelanja di masing-masing koperasi serta membagikan uang
mainan kepada semua anggota koperasi untuk bertransaksi di
masing-masing koperasi.
e. Siswa menyimak pemaparan guru pada saat mencontohkan melakukan
kelompok selesai melaksanakan sebagai pemeran pengurus koperasi, peran
pengurus secara bergantian dimainkan oleh kelompok yang menjadi
anggota koperasi dan sebaliknya yang awalnya berperan sebagai pengurus
menjadi anggota koperasi sampai semua kelompok melaksanakan bermain
peran.
f. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai peran yang
dimankan dalam bermain peran.
g. Para siswa memulai bermain peran sesuai dengan gambaran cerita yang
telah guru paparkan sebelumnya.
h. Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.
i. Siswa yang mendapat kesulitan dalam bermain peran memdapatkan
bimbingan dari guru.
j. Secara bersama-sama siswa dan guru melakukan diskusi baik tentang
jalannya bermain peran maupun materi cerita yang dimainkan dan
merumuskan kesimpulan serta guru mendorong agar siswa memberikan
kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan bermain peran
Konfirmasi
a. Siswamenerima lembar evaluasi (latihan soal) serta guru membimbing
dalam pengerjaan tugas yang telah diberikan.
b. Bersama siswa guru membahasan soal secara keseluruhan.
3. Kegiatan Penutup (10 menit)
a. Siswa dibimbing oleh guru dalammerumuskankesimpulandari materi yang
telah dibelajarkan.
b. Siswa menyimak pada saat guru memberikan penguatan materi yang telah
dibelajarkan agar tidak terjadi kesalah pahaman.
c. Siswa diberikankesempatanbertanyamengenaimateri yang belumdipahami
dan memberikan reward kepada masing-masing kelompok yang telah
mengumpulkan tugas dengan tepat waktu.
d. Mengakhiri pelajaran dengan berdo’a bersama yang dipimpin oleh ketua
c. Observasi
Observasi dilaksanakan seperti pada siklus I, yaitu dilaksanakan oleh guru
kelas beserta teman sejawat, yaitu untuk mengobservasi kesesuaian rencana
dengan aplikasinya pada saat berlangsungnya pelaksanaan pembelajaran. Sasaran
utama observasi adalah kegiatan guru dan kegiatan siswa terkait keterampilan
sosial yang dimiliki siswa. Observer melakukan observasi menggunakan lembar
observasi kegiatan guru dan lembar observasi kegiatan siswa yang merujuk pada
indikator keterampilan sosial siswa yang telah disiapkan oleh peneliti. Hasil
observasi akan membantu peneliti dalam menentukan perencanaan selanjutnya
pada saat siklus III.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan untuk mengevaluasi kekurangan dan kelebihan
pelaksanaan pembelajaran pada siklus II. Data yang diperoleh dari lembar
observasi kegiatan guru dan lembar kegiatan siswa terkait keterampilan sosial
siswa selama pembelajaran berlangsung dan lembar ters yang berupa soal uraian.
Kekurangan dapat diperbaiki pada siklus berikutnya. Perencanaan, pelaksanaaan,
dan refleksi pada siklus selanjutnya dapat dilakukan atas hasil evaluasi dari siklus
II. Apabila pada siklus II belum juga mengarah kepada perubahan proses
pembelajaran dan hasil belajar maka dapat dilakukan siklus III. Siklus dapat
dihentikan jika hasil belajar yang diinginkan telah tercapai.
3. Siklus III a. Perencanaan
Tahap perencanaan ini, peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan alokasi waktu 3 x 35 menit(1 pertemuan) pada sub
materi macam-macam koperasi berdasarkan keanggotaannya, membuat lebar
evaluasi dan media yang digunakan dalam proses pembelajaran. Kemudian
lembar observasi disiapkan seperti halnya pada pelaksanaan siklus II.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran (RPP) sesuai dengan yang telah disusun sebelumnya. Diuraikan
dalam langkah-langkah pembelajaran berikut ini:
1. Kegiatan Awal (10 menit)
Apersepsi dan Motivasi
Dalam kegiatan ini guru:
a. Mengkondisikankanpesertadidik.
- Menyiapkansiswasecarapsikisdanfisikdenganmengaturtempatduduksis
wa,
memeriksakelengkapanbelajarsertamemastikansiswasiapuntukbelajar.
- Membukapelajarandenganmemberisalam.
- Memberikan kesempatan kepada ketua murid untuk memimpin
do’abersamasebelummemulaipembelajaran. - Mengabsenkehadiran siswa per kelompok.
- Membuat kesepakatan belajar dan memberikan jargon.
b. Memotivasi siswa dengan menyampaikan tujuanpembelajaran.
3. Kegiatan Inti (75 menit)
Eksplorasi
a. Siswa dibelajarkan secara berkelompok serta masing-msing siswa
menerima name tag (kartu nama) yang telah dipersiapkan oleh guru untuk
mempermudah observer dalam melaksanakan pengamatan terhadap
kegiatan siswa dalam proses pembelajaran.
b. Siswamenyimak pemaparan guru mengenai penerapan metode role
playing (bermain peran) dalam bermain peran.
Elaborasi
a. Siswa menyimak guru pada saat menetapkan topik atau masalah serta
tujuan yang hendak dicapai dalam bermain dan memberikan gambaran
masalah dalam situasi yang akan dimainkankan.
b. Bersama siswa guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam bermain
peran yaitu lima kelompok memjadi pengurus koperasi, yang terdiri dari
sekolah dan koperasi unit desa, peranan yang harus dimainkan oleh para
pemeran, serta waktu yang disediakan.
c. Guru membegikan media kepada masing-masing koperasi yang digunakan
dalam bermain peran.
d. Guru menegaskan kepada kelompok yang tidak menjadi pengurus dari
kelima koperasi tersebut berperan menjadi anggota koperasi atau
konsumen yang berbelanja di masing-masing koperasi serta membagikan
uang mainan kepada semua anggota koperasi untuk bertransaksi di
masing-masing koperasi.
e. Siswa menyimak pemaparan guru pada saat mencontohkan melakukan
penyuluhan segbagai pengurus koperasi unut desa serta guru menegaskan
setelah kelima kelompok selesai melaksanakan sebagai pemeran pengurus
koperasi, peran pengurus secara bergantian dimainkan oleh kelompok
yang menjadi anggota koperasi dan sebaliknya yang awalnya berperan
sebagai pengurus menjadi anggota koperasi sampai semua kelompok
melaksanakan bermain peran.
f. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai peran yang
dimankan dalam bermain peran.
g. Para siswa memulai bermain peran sesuai dengan gambaran cerita yang
telah guru paparkan sebelumnya.
h. Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.
i. Siswa yang mendapat kesulitan dalam bermain peran memdapatkan
bimbingan dari guru.
j. Secara bersama-sama siswa dan guru melakukan diskusi baik tentang
jalannya bermain peran maupun materi cerita yang disimulasikan da
merumuskan kesimpulan serta guru mendorong agar siswa memberikan
kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan bermain peran.
Konfirmasi (10 Menit)
a.Siswamenerima lembar evaluasi (lembar soal) serta guru membimbing
b.Kelompok yang mengerjakan soal paling cepat menerima reward dari guru.
c.Bersama siswa guru membahasan soal secara keseluruhan.
3. Kegiatan Penutup (10 menit)
a. Siswa dibimbing oleh guru dalammerumuskankesimpulandari materi yang
telah dibelajarkan.
b. Siswa menyimak pada saat guru memberikan penguatan materi yang telah
dibelajarkan agar tidak terjadi kesalah pahaman.
c. Siswadiberikankesempatanbertanyamengenaimateri yang belumdipahami.
d. Siswa diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya terhadap
proses pembelajaran IPS yang telah dilaksanakan dengan menerapakan
model role playing bermain peran).
e. Mengakhiri pelajaran dengan berdo’abersama yang dipimpinolehketua
murid danditutupdengansalam.
c. Observasi
Observasi dilaksanakan seperti pada siklus II, yaitu dilaksanakan oleh guru
kelas beserta teman sejawat, yaitu untuk mengobservasi kesesuaian rencana
dengan aplikasinya pada saat berlangsungnya pelaksanaan pembelajaran. Sasaran
utama observasi adalah kegiatan guru dan kegiatan siswa yang merujuk pada
indikator keterampilan sosial siswa selama pembelajaran berlangsung. Observer
melakukan observasi menggunakan lembar observasi kegiatan guru dan lembar
observasi kegiatan siswa yang merujuk pada indikator keterampilan sosial siswa
yang telah disiapkan oleh peneliti. Hasil observasi akan membantu peneliti dalam
menentukan perencanaan selanjutnya pada saat siklus selanjutnya namun apabila
hasil dari siklus III sangat meningkat, maka pelaksanaan siklus diberhentikan
karena mengingat materi dalam Kompetensi Dasar KD) telah tuntas.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan untuk mengevaluasi kekurangan dan kelebihan
pelaksanaan pembelajaran pada siklus III. Data yang diperoleh dari lembar
observasi kegiatan guru dan lembar kegiatan siswa yang merujuk pada indikator
berupa soal uraian. Kekurangan dapat diperbaiki pada siklus berikutnya.
Perencanaan, pelaksanaaan, dan refleksi pada siklus selanjutnya dapat dilakukan
atas hasil evaluasi dari siklus selanjutnya. Apabila pada siklus III belum juga
mengarah kepada perubahan proses pembelajaran dan hasil belajar maka dapat
dilakukan siklus selanjutnya. Siklus dapat dihentikan jika hasil belajar yang
diinginkan telah tercapai namun apabila hasil dari siklus III sangat meningkat,
maka pelaksanaan siklus diberhentikan karena mengingat materi dalam
Kompetensi Dasar KD) telah tuntas.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi
kegiatan guru dan kegiatan siswa yang merujuk pada indikator keterampilan sosial
siswa, lembar soal, lembar angket pendapat siswa mengenai pembelajaran IPS
dengan menerapkan model role playing (bermain peran) dan catatan lapangan.
1. Lembar Observasi
Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk
mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kejadian yang
dapat diamati (Sudjana, 2009: 84).
Observasi dilaksanakan pada setiap siklus dan dilaksanakan pada proses
pembelajaran berlangsung. Lembar observasi berupa lembar kegiatan guru dan
lembar kegiatan siswa yang merujuk pada indikator keterampilan sosial siswa.
Lembar observasi kegiatan guru dan siswa digunakan untuk mengetahui setiap
kegiatan guru dan siswa yang dilakukan pada saat proses pembelajaran.
2. Lembar Tes
Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan),
dalam bentuk tulisan (tes tertulis), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan)
Siswa diberikan tes dalam bentuk tulisan untuk mengetahui
ketercapaian indikator dalam setiap pembelajarannya. Tes diberikan kepada
siswa setelah materi tersampaikan pada setiap siklus.
3. Lembar Catatan Lapangan
Catatan lapangan digunakan untuk mencatat berbagai macam peristiwa
yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung. Menurut Bog dan
Biklen (dalam Johannes, 2001: 153) catatan lapangan adalah catatan tertulis
tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka
pengumpulan data dan ferleksi terhadap data dalam penelitian kualitaif.
Peneliti membuat catatan terhadap semua peristiwa yang terjadi di
lapangan dengan menggunakan kata kunci pada setiap berlangsungnya kegiatan
pembelajran. Setelah pembelajran selesai, peneliti menyalin data secara deskriptif
pada catatan lapangan yang telah disediakan peneliti.
4. Lembar Angket
Angket berarti daftr pertanyaan tertulis mengenai masalah tertentu dngan
ruang untuk jawaban bagi setiap pertanyaan. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1945 (dalam Sapriya. Sundawa, D. Masyitoh, I. 2006:252).
Angket ini diisi oleh siswa setelah melaksanakan pembelajaran IPS dengan
menggunakan model role playing (bermain peran) selama tiga siklus. Angket ini
berisi sepuluh pendapat siswa terhadap pembalajaran yang dilaksanakan yang
harus diisi dengan memilih jawaban Ya/Tidak beserta alasannya pada kolom yang
telah disediakan.
G. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data 1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam suatu penelitian data yang dikumpuklan akan sangat berguna dan
sangat penting sehingga data harus benar-benar akurat. Banyak para ahli yang
mengemukakan cara menentukan skor dengan menggunakan rumus tertentu.
peneliti menngunakan rumus yang dikembangkan oleh Slavin (dalam Trianto
2007:55) Untuk memberikan skor perkembangan individu, seperti berikut:
SKOR= �
ℎ 100%
Untuk melakukan pengolahan data yang telah dikumpulkan pada setiap
pelaksanaan siklus yang dikumpulkan oleh observer dan peneliti menggunakan
beberapa teknik, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pemberian tes secara individual yang dilaksanakan sesudah pembelajaran
melalui lembar evaluasi. Hasil tes yang diisikan pada lembar jawaban akan
diolah dengan tahapan sebagai berikut:
1) Jawaban benar diberi skor sepuluh (10) dianggap memahami materi,
jawaban diberi skor nol (0) dianggap belum memahai materi.
2) Menentukan nilai rata-rata tes adalah, nilai keseluruhan dibagi banyaknya
jumlah siswa dikali seratus persen (100%). Rumus sebagai berikut : R
= � ℎ
� 100%
3) Menentukan presentase nilai siswa yang diatas Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM), yaitu dengan memahami rumus sebagai berikut:
R = � ℎ � 100%
b. Observasi yang dilakukan peneliti dan observer terhadap siswa selama proses
pembelajaran berlangsung dan memberikan ceklis apabila menjawab,
kemudian dipresentasekan dengan mengunakan rumus:
1) Observasi kegiatan guru: R = � �
�
ℎ 100%
2) Observasi kegiatan siswa: R = � ℎ � 1−3
ℎ 100%
c. Angket diberikan kepada siswa sesudah proses pembelajaran. Menentukan
presentase jumlah siswa yang menjawab Ya/Tidak pada lembar angket atau
observasi. Setiap aspek yang tertera pada lembar angket adalah sebagai
berikut:
R = � � � /
2. Analisis Data
Data merupakan unsur penting dalam penelitian tindakan kelas, kualitas
data yang berhasil dikumpulkan. Data diperoleh dan dicatat dari hasil temuan di
lapangan baik berupa dokumentasi, ataupun manusia yang menjadi subjek
penelitian yang mengandung fakta. Fakta merupakan bahan kajian dalam suatu
penelitian, namun fakta saja tidak akan punya arti jika tidak dicatat, dikelola dan
dianalisis dengan baik.
Hasil Pelaksanaan penelitian ini, ada dua data yang dapat dikumpulkan
oleh peneliti, diantaranya:
a. Data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa dan keterampilan sosial siswa)
dengan analisis statistik deskriftif untuk mencari nilai rata-rata dan
prosentase keberkasilan belajar.
b. Data kualitatif, yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat, untuk
memperoleh gambaran ekspresi atau respon siswa dalam pelaksanaan
pembelajaran IPS dengan menerapkan model role playing (bermain
peran), perhatian dan antusias siswa serta kegiatan guru dan siswa dalam
proses pembelajaran.
a. Ketuntasan Belajar
Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan
berdasarkanhasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau
beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama.
Pertimbangan pendidik atau forum MGMP secara akademis menjadi
pertimbangan utama penetapan KKM. Kriteria ketuntasan menunjukkan
persentase tingkat pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka
maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan
ideal. Target ketuntasan secara nasional diharapkan mencapai minimal 75.
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab ini akan dibahas kesimpulan dan rekomendasi dari pelaksanaan
tindakan kelas mengenai penerapkan model role playing (bermain peran) untuk
meningkatkan keterampilan sosiala siswa pada pembelajaran IPS.
A. Kesimpulan
Berdasarkanpenelitiantindakankelas (PTK) yang telahdilaksanakan di
kelas IV Sekolah Dasar Negri 2 Cibogo KecamatanLembangKabupaten Bandung
Barat Tahun Ajaran 2013/2014,
makapenelitidapatmenyimpulkansemuahasilpenelitiansebagaiberikut.
1. Penerapanmodel role playing (bermain peran)padapembelajaransiklus I, II
dan siklus III telahsesuaiharapandansemakinmembaik. Pembelajaran
IPSdenganmenerapkan model role playing (bermain peran) pun
efektifdalammeningkatkanaktifitassiswa. Hal inidapatdilihatdarisuasanakelas
yang semakinaktifdankondusif. Aktivitassiswa pun
terlihatsemakinaktifdalampembelajaranapalagiketikasiswamelaksanakanberm
ain peran. Siswa pun
banyakmendapatkanpengalamanbersosialisasidanberkomunikasisecaralangsu
ngmelaluijalannyabermain peran dan
diskusisehinggamelatihsiswauntukbekerjasamadengan baik, mampu
mengontrol diri dan berbagi ide dan pengalaman dengan orang lain.
Pelaksanaanobservasi yang dilakukanoleh observer baikuntuk guru
dansiswadapatmenghasilkanrefleksidanperbaikanpada
setiapsiklus,sehinggapembelajarandapatdilakukanlebihbaiklagi.
2. Penerapanmodel role playing (bermain peran)
dapatmeningkatkanketerampilan sosial siswa,
halinidibuktikandenganpeningkatanprosentase setiap siklus. Disamping
playing (bermain peran) dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas IV juga
B. Rekomendasi
Berdasarkanhasilpenelitian yang telahdipaparkansebelumnya,
makaperludikemukakan saran-saran sebagaiberikut:
1. Bagi Guru
Bagi guru yaitubahwadengan menerapanmodel role playing (bermain peran)
dapat memberikan pengalaman yang bermakna dan pembelajaran yang
menyenangkan, karena seolah-olah siswa mengalami secara nyata kejadian
yang terdapat pada materi pelajaran dan siswa lebih mengekspresikan
perasaannya dengan luwes dalam bermain peran.
2. Bagi Siswa
Bagisiswayaitukarenaketerampilan sosial siswa dapat meningkatdengan
menerapkan model role playing(bermai peran), khususnya pada spek
kerjasama, mampu mengontrol diri dan berbagi ide dan pengalaman kepada
orang lain.
3. Bagi Sekolah
Bagisekolahyaitusebaiknyalebihmengedepankanpengadaansarana-prasarana
yang menunjangbagikelangsunganpembelajaran. Sehinggainovasidankreasi
guru dapatlebihdimaksimalkan danketerampilan dan hasilbelajar yang
diharapkandapatterwujuddenganbaik.
4. Bagi Peneliti
Bagipenelitiselanjutnya, padahalinipenelitiberharapmodel role playing
(bermain peran) dapatdicobauntukdilakukanpadamatapelajaran lain dankelas
lain sehinggadapatterlihatperbandinganhasil yang dapatmeningkatkan proses
kinerja guru secaraumum. Dan jikaada yang
akanmenelitikembalimenggunakanmodel role playing (bermain peran)
penelitiberpesan agar
lebihmempersiapkansaranadanprasaranalebihbaiksehinggamenciptakansesuat
Keterampilan Sosial Dan Kretivitas Siswa Dalam Mata Pelajaran IPS.
Tesis. Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.
Fitriani. (2012) Penggunaan Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Jual Beli. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.
Hamalik. (2001).Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasbullah. (1996).Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo.
Huda, M. (2013).Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Khoirun Akmaladi, I. Dan Amir, S. (2011) Mengembangkan Pembelajaran IPS Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT. Reflika Aditama.
Kunandar. (2008).Langkah-langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Potensi Guru. Bandung: Raja grafindo Persada.
Misbahun. (2001).Penggunaan Metode Role Playing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pembelajaran IPS Tentang Proklamasi. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.
Supriatna, N., Mulyani, S dan Rokhayati, A. (2009).Pendidikan IPS SD. Bandung: UPI Press.
Putro, Widoyoko Eko. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran Panduan Praktis bagi Pendidik dan dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sagala, S. (2007).Makna dan Konsep Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, W. (2006).Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sapriya. Istanti, T dan Zulkifli E. (2007).Pengembangan Pendidikan IPS di SD.
Bandung: UPI Press.
MempertahankanKemerdekaan Pada Mata Pelajaran IPS. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.
Wiratmadja, R. (2007). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.