• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN ABREVIASI DALAM BAHASA SUNDA : Kajian Morfosemantis.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN ABREVIASI DALAM BAHASA SUNDA : Kajian Morfosemantis."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

Retno Eko Wulandari, 2013

Penggunaan Abreviasi dalam Bahasa Sunda (Kajian Morfosemantis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

PENGGUNAAN ABREVIASI DALAM BAHASA SUNDA

(KAJIAN MORFOSEMANTIS)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

oleh

Retno Eko Wulandari

0907279

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

▸ Baca selengkapnya: contoh artikel narasi bahasa sunda

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENGGUNAAN

ABREVIASI DALAM BAHASA SUNDA (KAJIAN MORFOSEMANTIS)” ini

dan seluruh isinya adalah benar-benar karya sendiri, dan saya tidak melakukan

penjuiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika

ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya

siap menanggung risiko yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari

ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau ada

klaim dari pihak lain terhadap karya saya.

Bandung, Agustus 2013

yang membuat pernyataan,

Retno Eko Wulandari

(3)

Retno Eko Wulandari, 2013

Penggunaan Abreviasi dalam Bahasa Sunda (Kajian Morfosemantis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

PENGGUNAAN ABREVIASI DALAM BAHASA SUNDA

(KAJIAN MORFOSEMANTIS)

oleh

Retno Eko Wulandari 0907279

disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I,

Drs. H. Kholid A. Harras, M. Pd. NIP 196401221989031001

Pembimbing II,

Sri Wiyanti, S.S., M. Hum. NIP 197803282006042001

diketahui oleh:

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

ABSTRAK

Penelitian yang berjudul “Penggunaan Abreviasi dalam Bahasa Sunda (Kajian Morfosemantis)” ini melibatkan morfologi dan semantik sebagai payung

penelitian dalam kajiannya. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya fenomena penggunaan abreviasi dalam bahasa Sunda yang digunakan masyarakat. Melihat kondisi masyarakat yang lebih suka menggunakan abreviasi dalam bahasa Sunda daripada bahasa Indonesia karena lebih menarik, cepat diingat, dan mudah dilafalkan dalam berkomunikasi. Jadi, tidak dapat dipungkiri adanya abreviasi mempermudah komunikasi antara pengguna bahasa. Ada tiga rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini: (1) bagaimana bentuk-bentuk abreviasi dalam bahasa Sunda; (2) bagaimana pola pembentukan abreviasi dalam bahasa Sunda; (3) bagaimana perubahan makna dari hasil abreviasi dalam bahasa Sunda. Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu mengklasifikasikan dan mendeskripsikan bentuk dan pola abreviasi, dan mendeskripsikan perubahan makna dari hasil abreviasi dalam bahasa Sunda. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Instrumen penelitian pada penelitian ini menggunakan angket dan kartu data yang membantu dalam penganalisisan dan pencarian data. Teori yang melandasi penelitian ini meliputi morfologi, semantik, abreviasi, makna. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dalam bentuk lisan. Sumber data diperoleh melalui tuturan dari satu orang ke orang yang lain. Hasil penelitian pada abreviasi dalam bahasa Sunda menemukan kosakata sebanyak 133 data. Setelah diklasifikasikan tidak ditemukannya abreviasi dalam bentuk lambang huruf. Dari 133 data terdapat 20 data singkatan dengan 3 macam pola, seperti KKN [kakaen] dengan pola pembentukan pengekalan huruf pertama tiap komponen, 11 data penggalan dengan 3 macam pola, seperti Kang [kaŋ] dengan

pola pembentukan pengekalan empat huruf terakhir dari suatu kata, 81 data akronim dengan 42 macam pola, seperti bulé [bule] dengan pola pembentukan pengekalan dua huruf pertama tiap komponen, dan 21 data kontraksi dengan 15 macam pola, seperti darmaji [darmaji] dengan pola pembentukan pengekalan huruf yang tidak beraturan. Data yang mengalami perubahan makna sebanyak 69 data dibantu oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia, Lembaga Basa dan Sastra Sunda, dan beberapa dokumen lain. Contohnya, baskét [baskɛt] memiliki makna leksikal sebuah permainan yang paling banyak memasukan bola dalam lingkaran (LBSS, 1980:44). Namun, setelah mengalami proses abreviasi pada kata baskét

ternyata memiliki makna gramatikal baru yang merujuk pada keadaan tubuh seseorang yang selalu mengeluarkan keringat berlebihan yang menyebabkan ketiak basah, yaitu baseuh kéték „ketiak yang basah berlebihan‟. Pada analisis

(5)

Retno Eko Wulandari, 2013

Penggunaan Abreviasi dalam Bahasa Sunda (Kajian Morfosemantis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMAKASIH... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR DIAGRAM ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Masalah ... 7

1.2.1 Identifikasi Masalah ... 7

1.2.2 Pembatasan Masalah... 7

1.2.3 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

1.4.1 Manfaat Teoretis ... 9

1.4.2 Manfaat Praktis ... 9

1.5 Struktur Organisasi Skripsi ... 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA, MORFOSEMANTIK, ABREVIASI, DAN MAKNA ... 12

2.1 Tinjauan Pustaka ... 12

2.2 Ihwal Morfosemantik ... 16

2.2.1 Pengertian Morfologi ... 16

2.2.2 Pengertian Semantik ... 17

2.3Ihwal Abreviasi ... 19

2.3.1 Pengertian Abreviasi... 19

2.3.2 Bentuk dan Pola Abreviasi ... 19

2.3.2.1Singkatan ... 20

(6)

2.3.2.3Akronim dan Kontraksi ... 22

2.4 Ihwal Makna ... 24

2.4.1 Pengertian Makna ... 24

2.4.2 Jenis-Jenis Makna ... 25

2.4.2.1Makna Leksikal ... 26

2.4.2.2Makna Struktural ... 27

2.4.3 Perubahan Makna ... 28

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 30

3.1 Metode Penelitian ... 30

3.2 Lokasi Penelitian ... 31

3.3 Sumber Data dan Data ... 31

3.4 Desain Penelitian ... 31

3.5 Definisi Operasional ... 33

3.6 Instrumen Penelitian ... 33

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 37

3.8 Teknik Analisis Data ... 39

BAB 4 DESKRIPSI DATA ABREVIASI, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ABREVIASI DALAM BAHASA SUNDA ... 41

4.1Deskripsi Data Abreviasi dalam Bahasa Sunda ... 41

4.2Bentuk dan Pola Abreviasi dalam Bahasa Sunda ... 43

4.2.1 Bentuk dan Pola Singkatan ... 44

4.2.1.1 Bentuk dan Pola Singkatan Pengekalan Huruf Pertama tiap Komponen ... 44

4.2.1.2 Bentuk dan Pola Singkatan Pengekalan Huruf Pertama dengan Pelesapan Konjungsi ... 49

4.2.1.3 Bentuk dan Pola Singkatan Pengekalan Huruf Pertama dengan Bilangan, bila berulang ... 50

(7)

Retno Eko Wulandari, 2013

Penggunaan Abreviasi dalam Bahasa Sunda (Kajian Morfosemantis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

4.2.2.1 Bentuk dan Pola Penggalan Pengekalan Empat Huruf

Terakhir dari suatu Kata ... 50

4.2.2.2 Bentuk dan Pola Penggalan Pengekalan Tiga Huruf

Terakhir dari suatu Kata ... 51

4.2.2.3 Bentuk dan Pola Penggalan Pengekalan Dua Huruf Terakhir

dari suatu Kata ... 53

4.2.3 Bentuk dan Pola Akronim ... 55

4.2.3.1 Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Tiga Huruf Pertama

tiap Komponen ... 55

4.2.3.2 Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Suku Kata Terakhir

dari tiap Komponen ... 56

4.2.3.3 Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Dua Huruf Pertama

tiap Komponen ... 56

4.2.3.4 Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Suku Pertama dari

Komponen Pertama dan Kedua serta Pengekalan Huruf

Pertama dari Komponen selanjutnya ... 60

4.2.3.5 Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Huruf Pertama tiap

Komponen ... 60

4.2.3.6 Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Huruf Pertama tiap

Komponen Frase dan Pengekalan Huruf Pertama

Komponen Terakhir ... 62

4.2.3.7 Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Dua Huruf Pertama

Komponen Pertama dan Pengekalan Tiga Huruf Terakhir

Komponen Kedua disertai Pelesapan Kata Depan –di ... 62

4.2.3.8 Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Dua Huruf Pertama

Komponen Pertama dan Pengekalan Tiga Huruf Terakhir

Komponen Kedua disertai Pelesapan Kata Depan –ke ... 64

4.2.3.9 Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Dua Huruf Pertama

Komponen Pertama dan Ketiga serta Pengekalan Tiga

(8)

4.2.3.10Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Dua Huruf Pertama

Komponen Pertama dan Pengekalan Tiga Huruf Pertama

Komponen Kedua ... 65

4.2.3.11Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Huruf yang Tidak

Beraturan ... 67

4.2.3.12Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Tiga Huruf Terakhir

pada setiap Komponen dengan Pelesapan Kata Depan –di

... 69

4.2.3.13Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Dua Huruf Pertama

Komponen Pertama dan Pengekalan Tiga Huruf Terakhir

Komponen Kedua ... 70

4.2.3.14Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Suku Kata Pertama

Komponen Pertama dan Kedua serta Pengekalan Dua Huruf

Pertama dan Satu Huruf Terakhir Komponen Ketiga dan

Keempat ... 72

4.2.3.15Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Empat Huruf

Pertama Komponen Pertama dan Dua Huruf Terakhir

Komponen Kedua ... 72

4.2.3.16Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Tiga Huruf Terakhir

Komponen Pertama, Pengekalan Dua Huruf Pertama

Komponen Kedua, dan Pengekalan Dua Huruf Terakhir

Komponen Ketiga ... 73

4.2.3.17Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Tiga Huruf Terakhir

Komponen Pertama dan Kedua serta Pengekalan Dua Huruf

Terakhir Komponen Ketiga ... 73

4.2.3.18Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Tiga Huruf Pertama

Komponen Pertama, Pengekalan Dua Huruf Pertama

Komponen Kedua, dan Pengekalan Tiga Huruf Terakhir

(9)

Retno Eko Wulandari, 2013

Penggunaan Abreviasi dalam Bahasa Sunda (Kajian Morfosemantis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

4.2.3.19Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Dua Huruf Terakhir

Komponen Pertama, Pengekalan Dua Huruf Pertama

Komponen Kedua, dan Pengekalan Dua Huruf Tengah

Komponen Ketiga ... 75

4.2.3.20Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Pengekalan Dua

Huruf Terakhir Komponen Pertama dan Pengekalan Dua

Huruf Pertama Komponen Berikutnya ... 76

4.2.3.21Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Tiga Huruf Pertama

Komponen Pertama dan Pengekalan Dua Huruf Pertama

Komponen Berikutnya ... 76

4.2.3.22Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Dua Huruf Pertama

Komponen Pertama dan Pengekalan Dua Huruf Terakhir

Komponen Kedua ... 77

4.2.3.23Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Huruf Pertama dan

Keempat Komponen Pertama dan Penggalan Satu Huruf

Pertama Komponen Kedua ... 78

4.2.3.24Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Huruf Pertama dan

Keempat Komponen Pertama dan Penggalan Satu Huruf

Pertama Komponen Kedua ... 79

4.2.3.25Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Satu Huruf

Komponen Pertama dan Ketiga serta Pengekalan Dua Huruf

Pertama Komponen Kedua ... 79

4.2.3.26Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Dua Huruf Pertama

Komponen Pertama dan Ketiga, Penggalan Dua Huruf

Terakhir Komponen Kedua, dan Pengekalan Tiga Huruf

Terakhir Komponen Keempat ... 80

4.2.3.27Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Dua Huruf Pertama

Komponen Pertama dan Ketiga serta Pengekalan Dua Huruf

(10)

4.2.3.28Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Empat Huruf

Pertama Komponen Pertama dan Pengekalan Tiga Huruf

Pertama Komponen Kedua ... 81

4.2.3.29Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Dua Huruf Pertama

Komponen Pertama dan Kedua serta Pengekalan Tiga

Huruf Terakhir Komponen Ketiga ... 82

4.2.3.30Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Dua Huruf Pertama

Komponen Pertama, Kedua, dan Ketiga serta Pengekalan

Tiga Huruf Terakhir Komponen Keempat ... 83

4.2.3.31Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Dua Huruf Pertama

Komponen Pertama dan Ketiga, Pengekalan Tiga Huruf

Pertama Komponen Kedua, dan Pengekalan Dua Huruf

Terakhir Komponen Keempat ... 83

4.2.3.32Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Tiga Huruf Pertama

Komponen Pertama dan Pengekalan Dua Huruf Terakhir

Komponen Kedua ... 84

4.2.3.33Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Empat Huruf

Pertama Komponen Pertama dan Pengekalan Tiga Huruf

Terakhir Komponen Kedua ... 85

4.2.3.34Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Dua Huruf Pertama

Komponen Pertama dan Ketiga, Pengekalan Dua Huruf

terakhir Komponen Kedua, dan Pengekalan Tiga Huruf

Terakhir Komponen Keempat ... 86

4.2.3.35Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Tiga Huruf Pertama

Komponen Pertama dan Pengekalan Tiga Huruf Terakhir

Komponen Kedua disertai Pelesapan Reduplikasi ... 86

4.2.3.36Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Tiga Huruf Pertama

Komponen Pertama dan Pengekalan Dua Huruf Terakhir

(11)

Retno Eko Wulandari, 2013

Penggunaan Abreviasi dalam Bahasa Sunda (Kajian Morfosemantis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

4.2.3.37Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Dua Huruf Pertama

Komponen Pertama disertai Pelesapan Reduplikasi dan

Pengekalan Tiga Huruf Pertama Komponen Kedua ... 88

4.2.3.38Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Dua Huruf Pertama

Komponen Pertama dan Pengekalan Huruf Pertama dari

Komponen Selanjutnya ... 89

4.2.3.39Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Dua Huruf Terakhir

Komponen Pertama dan Pengekalan Tiga Huruf Terakhir

Komponen Kedua ... 89

4.2.3.40Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Tiga Huruf Pertama

Komponen Pertama, Pengekalan Satu Huruf Terakhir

Komponen Kedua, dan Pengekalan Empat Huruf Terakhir

Komponen Ketiga ... 90

4.2.3.41Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Dua Huruf

Komponen Pertama dan Kedua serta Pengekalan Dua Huruf

Terakhir Komponen Ketiga dan Keempat ... 91

4.2.3.42Bentuk dan Pola Akronim Pengekalan Tiga Huruf Pertama

Komponen Pertama dan Pengekalan Tiga Huruf Terakhir

Komponen Kedua ... 91

4.2.4 Bentuk dan Pola Kontraksi ... 92

4.2.4.1 Bentuk dan Pola Kontraksi Pengekalan Empat Huruf

Pertama Komponen Pertama dan Pengekalan Dua Huruf

Terakhir Komponen Kedua ... 93

4.2.4.2 Bentuk dan Pola Kontraksi Pengekalan Huruf Pertama

Komponen Pertama, Tiga Huruf Pertama Komponen

Kedua, Dua Huruf Pertama Komponen Ketiga, dan Tiga

huruf Terakhir Komponen Keempat ... 93

4.2.4.3 Bentuk dan Pola Kontraksi Pengekalan Dua Huruf Pertama

Komponen Pertama, Satu Huruf Pertama Komponen Kedua,

(12)

4.2.4.4 Bentuk dan Pola Kontraksi Pengekalan Empat Huruf

Pertama Komponen Pertama, Tiga Huruf Pertama

Komponen Kedua, dan Dua Huruf Terakhir Komponen

Terkahir dengan Pelesapan Kata Depan –di dan Konjungsi

... 95

4.2.4.5 Bentuk dan Pola Kontraksi Pengekalan Tiga Huruf Pertama

Komponen Pertama, Dua Huruf Terakhir Komponen

Kedua, dan Dua Huruf Pertama Komponen Ketiga juga

Keempat ... 95

4.2.4.6 Bentuk dan Pola Kontraksi Pengekalan Huruf yang Tidak

Beraturan ... 96

4.2.4.7 Bentuk dan Pola Kontraksi Pengekalan Dua Huruf Tengah

Komponen Pertama dan Pengekalan Lima Huruf Terakhir

Komponen Kedua ... 98

4.2.4.8 Bentuk dan Pola Kontraksi Pengekalan Dua Huruf Pertama

tiap Komponen ... 99

4.2.4.9 Bentuk dan Pola Kontraksi Pengekalan Dua Huruf Pertama

Komponen Pertama dan Pengekalan Tiga Huruf Pertama

Komponen Kedua ... 99

4.2.4.10Bentuk dan Pola Kontraksi Pengekalan Dua Huruf Terakhir

Komponen Pertama dan Pengekalan Tiga Huruf Terakhir

Komponen Kedua……….101

4.2.4.11Bentuk dan Pola Kontraksi Pengekalan Tiga Huruf Pertama

Komponen Pertama dan Pengekalan Dua huruf Pertama

Komponen berikutnya ……….101

4.2.4.12Bentuk dan Pola Kontraksi Pengekalan Dua Huruf Awal

dan Akhir Komponen Pertama dan Pengekalan Dua Huruf

Terakhir Komponen Kedua………..102

4.2.4.13Bentuk dan Pola Kontraksi Pengekalan Dua Huruf Pertama

(13)

Retno Eko Wulandari, 2013

Penggunaan Abreviasi dalam Bahasa Sunda (Kajian Morfosemantis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Komponen Kedua dan Keempat serta Pengekalan Tiga

Huruf Pertama Komponen Ketiga………102

4.2.4.14Bentuk dan Pola Kontraksi Pengekalan Tiga Huruf Pertama tiap Komponen………..103

4.2.4.15Bentuk dan Pola Kontraksi Pengekalan Tiga Huruf Pertama Komponen Pertama dan Pengekalan Dua Huruf Pertama Komponen Berikutnya………..104

4.3Perubahan Makna dari Hasil Abreviasi dalam Bahasa Sunda ... 104

4.4Pembahasan Hasil Analisis Abreviasi dalam Bahasa Sunda ... 128

4.4.1 Bentuk Abreviasi dalam Bahasa Sunda ... 128

4.4.1.1Abreviasi dengan Bentuk Singkatan ... 129

4.4.1.2Abreviasi dengan Bentuk Penggalan ... 131

4.4.1.3Abreviasi dengan Bentuk Akronim ... 132

4.4.1.4Abreviasi dengan Bentuk Kontraksi ... 137

4.4.2 Pola Pembentukan Abreviasi dalam Bahasa Sunda ... 139

4.4.2.1Pola Singkatan ... 140

4.4.2.2Pola Penggalan ... 140

4.4.2.3Pola Akronim ... 140

4.4.2.4Pola Kontraksi ... 143

4.4.3 Perubahan Makna Hasil Abreviasi dalam Bahasa Sunda ... 145

4.4.4 Abreviasi dan Masyarakat Sunda ... 146

4.4.5 Abreviasi dalam Bahasa Sunda dan Indonesia ... 148

BAB 5 SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 150

5.1Simpulan ... 150

5.2Rekomendasi ... 153

DAFTAR PUSTAKA ... 155

Lampiran 1 Tabel Data Abreviasi dalam Bahasa Sunda ... 161

Lampiran 2 Transkripsi Hasil Rekaman Abreviasi dalam Bahasa Sunda... 172

Lampiran 3 Tabel Data Singkatan dalam Bahasa Sunda ... 175

(14)

Lampiran 5 Tabel Data Akronim dalam Bahasa Sunda ... 177

Lampiran 6 Tabel Data Kontraksi dalam Bahasa Sunda ... 182

Lampiran 7 Tabel Data Abreviasi Bahasa Sunda yang mengalami Perubahan Makna ………...183

Lampiran 8 Tabel Pola Singkatan ... 187

Lampiran 9 Tabel Pola Penggalan ... 188

Lampiran 10 Tabel Pola Akronim... 189

Lampiran 11 Tabel Pola Kontraksi ... 198

Lampiran 12 Rekapan semua Kartu Data Abreviasi Bahasa Sunda ... 201

Lampiran 13 Angket seluruh data Abreviasi Bahasa Sunda ... 269

(15)

Retno Eko Wulandari, 2013

Penggunaan Abreviasi dalam Bahasa Sunda (Kajian Morfosemantis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Hal. Tabel 3.1 Angket berupa Daftar Tanyaan Abreviasi dalam Bahasa Sunda .... 35

(16)

DAFTAR DIAGRAM

Hal.

(17)

Retno Eko Wulandari, 2013

Penggunaan Abreviasi dalam Bahasa Sunda (Kajian Morfosemantis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I akan dipaparkan latar belakang, masalah penelitian yang

meliputi identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian yang meliputi manfaat teoretis dan manfaat

praktis, terakhir akan dipaparkan struktur organisasi skripsi. Berikut adalah

pemaparan lebih jelas dari setiap bagian dalam bab I.

1.1Latar Belakang

Bahasa merupakan suatu alat yang terbaik dalam berkomunikasi karena

terdapat interaksi sosial antarmasyarakat. Bahasa memiliki peranan yang penting

dalam kehidupan manusia, karena bahasa mampu mentransfer keinginan, gagasan,

kehendak, dan emosi dari seorang manusia kepada manusia lainnya (Chaer, 2009:

28). Kridalaksana (2001: 21) menyatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang

bunyi yang arbitrer, dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk

bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.

Bahasa memiliki beberapa ciri atau sifat yang hakiki, diantaranya yaitu, (1)

bahasa itu merupakan sebuah sistem; (2) bahasa itu berwujud lambang; 3) bahasa

itu berupa bunyi; 4) bahasa itu bersifat arbitrer; 5) bahasa itu bermakna; 6) bahasa

itu bersifat konvensional; 7) bahasa itu bersifat unik; 8) bahasa itu bersifat

universal; 9) bahasa itu bersifat produktif; 10) bahasa itu bervariasi; 11) bahasa itu

bersifat dinamis; 12) bahasa itu berfungsi sebagai alat interaksi sosial; dan 13)

bahasa itu merupakan identitas penuturnya (Chaer, 2007: 33).

Setelah mengetahui ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh bahasa maka

sangat memungkinkan sekali dari bahasa dapat melahirkan berbagai variasi

kosakata-kosakata baru. Begitupun dalam bahasa Indonesia, kosakata-kosakata

yang terdapat dalam bahasa Indonesia tentunya tidak lepas dari proses

pembentukan kata, baik kosakata yang termasuk ke dalam bentuk leksikal maupun

bentuk gramatikal, baik pembentukan kata secara morfologis maupun

(18)

2

Studi bahasa pada dasarnya merupakan peristiwa budaya, melalui bahasa

juga manusia telah menunjuk dunianya. Dunia ini penuh dengan nama-nama atau

kosakata yang diberikan oleh manusia. Manusia tidak hanya memberi nama, tetapi

juga memberi makna (Sitaresmi dan Fasya, 2011: 20). Sehingga nama-nama juga

kosakata-kosakata yang digunakan oleh masyarakat tentunya terdapat makna di

dalamnya.

Morfologi adalah salah satu bidang ilmu linguistik yang mempelajari

morfem dan kombinasi-kombinasinya, juga bagian dari struktur bahasa yang

mencakup kata dan bagian-bagian kata, yakni morfem (Kridalaksana, 2001: 142).

Adapun beberapa proses morfologis yaitu, afiksasi, reduplikasi, komposisi,

metanalisis, derivasi balik, dan abreviasi. Menurut Kridalaksana (2001: 193)

menjelaskan semantik adalah: (1) bagian struktur bahasa yang berhubungan

dengan makna ungkapan dan juga dengan struktur makna suatu wicara; dan (2)

sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada

umumnya. Sehingga payung penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah morfosemantik.

Pada penelitian ini akan ditekankan pula pada salah satu proses

morfologis, yaitu abreviasi. Menurut Kridalaksana (2001: 01), abreviasi adalah

proses morfologis berupa penanggalan satu atau beberapa bagian dari kombinasi

leksem sehingga terjadi bentuk baru yang berstatus kata, abreviasi ini menyangkut

penyingkatan, pemenggalan, akronim, kontraksi, dan lambang huruf. Namun

dalam penelitian ini hanya akan mengkaji empat bentuk abreviasi, yaitu singkatan,

penggalan, akronim, dan kontraksi. Jadi, abreviasi bisa disebut juga sebagai

proses pemendekan suatu kata.

Abreviasi atau pemendekan juga termasuk ke dalam salah satu

aspek-aspek semantik yaitu aspek-aspek penamaan, karena berbagai bentuk pendek tersebut

digunakan untuk menamai berbagai hal dan menunjukan makna dari sesuatu yang

mereka namai tersebut. Kosakata-kosakata yang terbentuk dari hasil

penggabunganm unsur-unsur huruf awal atau suku kata dari beberapa yang

digabungkan menjadi satu bentuk yang lebih pendek namun ada juga bentuk

(19)

3

Retno Eko Wulandari, 2013

Penggunaan Abreviasi dalam Bahasa Sunda (Kajian Morfosemantis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Salah satu hal yang menarik dalam bahasa Indonesia adalah kemampuan

menyerap abreviasi untuk kemudian lambat laun diadaptasi menjadi kata, artinya

pengguna sendiri tidak sadar bahwa kata-kata yang mereka gunakan itu terlahir

dari abreviasi. Pada situasi saat ini bentuk-bentuk pemendekan dalam bahasa

Indonesia sudah tidak asing lagi dalam kehidupan masyarakat. Menurut

Kridalaksana (2007:161) mengatakan bahwa bentuk kependekan dalam bahasa

Indonesia muncul karena terdesak oleh kebutuhan untuk berbahasa dengan praktis

dan cepat, yang paling terasa pada bidang teknis, seperti cabang-cabang ilmu,

kepanduan, angkatan bersenjata, dan kemudian menjalar ke bahasa sehari-hari.

Abreviasi yang sering terjadi atau digunakan oleh masyarakat pengguna abreviasi

berupa singkatan dan akronim. Dengan melihat kondisi kebahasaan di Indonesia

yang beragam, adanya bentuk-bentuk abreviasi ini diharapkan menjadi bahan atau

referensi untuk perkembangan kebahasaan khususnya bagi bahasa Indonesia.

Pada realita saat ini, banyak bahasa atau kata-kata yang digunakan di

kalangan masyarakat bahasa yang mengalami proses pemendekan atau

pemenggalan kata. Misalnya, di kalangan pedagang terdapat kata bakso, tahu, goreng yang sering dipendekkan menjadi batagor. Dalam kegiatan sehari-hari di lingkungan keluarga, seorang anak memanggil ibu-nya dengan bentuk pendek bu;

rumah makan sering dipendekkan menjadi RM; rumah sakit sering dipendekkan menjadi RS. Selain contoh tersebut, masih banyak lagi kosakata lain yang mengalami proses pemendekan.

Proses pemendekan tersebut tidak hanya terdapat dalam bahasa Indonesia

saja, ternyata dalam bahasa Sunda pun terdapat kosakata-kosakata yang

dipendekkan. Seperti yang akan dilakukan oleh peneliti, dengan mengkaji

kata-kata yang mengalami proses pemendekan dalam bahasa Sunda. Berikut beberapa

data yang termasuk dalam kosakata yang mengalami proses pemendekan dalam

bahasa Sunda, seperti kata dahar modol ulin ‘kegiatan seseorang yang hanya

makan, buang air besar, dan bermain’ yang dipendekkan menjadi hardolin, janda hérang ‘janda cantik’ yang dipendekkan menjadi jahé, kata kérémpéng séksi

(20)

4

déwasa, kata baseuh kéték ‘seseorang yang berkeringat agak berlebih’ yang

dipendekkan menjadi baskét, dan masih banyak lagi kosakata-kosakata yang dipendekkan dalam bahasa Sunda. Adapun dalam abreviasi tersebut terkadang

mengalami perubahan makna, setelah mengalami proses pemendekan tersebut.

Misalnya, kasép, pinter, bageur, sholéh ‘tampan, pintar, baik, sholeh’ yang dipendekkan menjadi KPBS, yang orang-orang tahu maknanya adalah salah satu nama dari produk susu murni atau memiliki makna leksikal dari KPBS adalah

Koperasi Peternakan Bandung Selatan, namun setelah mengalami abreviasi

maknanya menjadi berbeda dan menghasilkan makna gramatikal baru yang justru

merujuk pada kriteria pasangan atau kekasih yang nyaris sempurna yang

diidam-idamkan oleh para wanita, yaitu kasép pinter bageur sholéh ‘tampan pintar baik

pintar’.

Hal-hal seperti yang telah dipaparkan di atas dalam bidang linguistik biasa

disebut abreviasi. Adapun dalam abreviasi bahasa Sunda bila dihubungkan dengan

syarat ideal untuk hasil abreviasi sebaiknya memiliki kriteria bentuk abreviasi

yang analogis, abreviasi memiliki lafal yang nyaman, abreviasi memiliki asosiasi

makna positif, dan hasil abreviasi juga sebaiknya menghindari bentuk-bentuk

yang homonim atau memiliki makna lebih dari satu. Namun pada abreviasi bahasa

Sunda terkadang hanya mengutamakan bentuk pelafalan yang nyaman, walau

memang terdapat bentuk yang analogis dan adapula yang tidak analogis, atau pada

asosiasi makna terdapat makna yang positif sebagian juga mengandung asosiasi

makna negatif, dan pada abreviasi bahasa Sunda pun terdapat beberapa yang

memiliki bentuk homonim seperti contoh abreviasi Sunda di atas. Selain

contoh-contoh tersebut, masih banyak lagi kosakata-kosakata yang mengalami proses

pemendekan dan perubahan maknanya dalam bahasa Sunda di daerah Kota

Bandung.

Bentuk abreviasi telah banyak diklasifikasikan, baik oleh Badan

Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (BP2B) maupun para tokoh bahasa. BP2B

dalam buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

mengklasifikasikan bentuk-bentuk abreviasi kedalam jenis singkatan, akronim,

(21)

5

Retno Eko Wulandari, 2013

Penggunaan Abreviasi dalam Bahasa Sunda (Kajian Morfosemantis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

mengklasifikasikan abreviasi atau bentuk-bentuk kependekan ke dalam lima jenis,

yaitu singkatan, penggalan, akronim, kontraksi, dan lambang huruf.

Penelitian yang berhubungan dengan abreviasi ini pernah dilakukan oleh

beberapa orang. Irawati (2007) melakukan kajian tentang singkatan dan akronim

dalam media chatting dan SMS (short message service). Dalam makalah tersebut dideskripsikan pemakaian akronim dan singkatan pada media chatting dan SMS yang dianggapnya memiliki keunikan, yaitu harus menggunakan bahasa yang

singkat, tepat, dan mudah dimengerti. Kemudian, Wulandari (2008) melakukan

penelitian tentang penggunaan akronim dan singkatan dalam bahasa plesetan

dalam acara Extravaganza dan Sketsa ABG. Ia mendeskripsikan pembentukan akronim yang sering berubah menjadi makna yang berbeda dari akronim tersebut,

bentuk-bentuk abreviasi yang telah terjadi pada plesetan, dan fungsi kultural.

Selanjutnya, Wirawan (2010) mengkaji bentuk-bentuk abreviasi prokem slang

dalam jejaring sosial, proses abreviasi, dan makna yang terkandung dalam

abreviasi tersebut.

Selanjutnya, penelitian lain dalam skripsi tentang abreviasi pernah

dilakukan oleh Rudianto (1996). Rudianto melakukan kajian tentang tinjauan

akronim dalam bahasa Indonesia. Dalam skripsinya Rudianto mendeskripsikan

semua hal yang berhubungan dengan akronim dalam bahasa Indonesia yang

digunakan oleh media massa, khususnya Harian Umum Republika. Selain itu, Alanudin (2003) dalam skripsinya mengkaji bentuk-bentuk singkatan bahasa

Indonesia pada iklan mini studi kasus pada iklan mini Kompas tanggal 1-31 agustus 2002. Alanudin mendeskripsikan dan mengklasifikasikan bentuk-bentuk

singkatan yang terdapat dalam iklan mini Kompas.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Suci (2008) mengenai

pemakaian singkatan dan akronim pada berita harian umum Pikiran Rakyat.

Dalam penelitiannya Suci mengkaji makna yang terkandung dalam singkatan dan

akronim yang terdapat dalam media cetak tersebut, kemudian terjadi pada bidang

apa saja, dan sistem yang terjadi pada singkatan dan akronim pada media cetak

tersebut. Terakhir skripsi mengenai abreviasi juga pernah dilakukan oleh Utami

(22)

6

Indonesia (POLRI), dengan meneliti bentuk dan pola abreviasi, bidang apa saja

yang mengandung abreviasi di lingkungan POLRI, dan kekhasan yang terjadi

pada abreviasi di lingkungan POLRI tersebut. Hampir sama dengan Utami namun

sedikit berbeda di objek kajiannya, Andriyani (2009) mengkaji penggunaan

abreviasi di lingkungan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD).

Berdasarkan tinjauan penelitian sebelumnya, penulis belum menemukan

penelitian khusus mengenai abreviasi dalam bahasa Sunda dalam kajian

morfologi. Selain itu, bentuk-bentuk abreviasi dalam bahasa Sunda juga banyak

yang menjadi polemik di kalangan masyarakat sehingga menimbulkan

kesalahpahaman antar penutur karena abreviasi yang digunakan oleh penutur

terkadang belum dimengerti maknanya oleh mitra tutur. Setelah abreviasi tersebut

sudah dipahami maknanya maka tidak menutup kemungkinan abreviasi tersebut

akan muncul ketika antar penutur berkomunikasi. Mengingat abreviasi dalam

bahasa Indonesia sudah tidak asing lagi, peneliti tertarik untuk mengungkap

fenomena-fenomena yang terjadi pada abreviasi bahasa Sunda dengan melakukan

penelitian lebih mendalam pada bentuk-bentuk abreviasi dalam bahasa Sunda

yang memang digunakan oleh masyarakat di kehidupan sehari-harinya yang

tentunya memiliki keunikan tersendiri.

Topik ini juga penting diteliti untuk mengungkap dan mencari informasi

tentang fenomena-fenomena abreviasi yang beranekaragam dari bentuk abreviasi

dalam bahasa Sunda, dengan melihat kondisi masyarakat yang lebih suka dan

lebih memilih menggunakan abreviasi karena lebih menarik, praktis, cepat

diingat, dan mudah dilafalkan dalam berkomunikasi. Pada akhirnya penelitian ini

dapat memberikan dampak positif untuk perkembangan bahasa Sunda khususnya

dan bahasa Indonesia umumnya. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan

referensi kepada pihak-pihak yang terlibat ataupun Badan Pengembangan dan

Pembinaan Bahasa (BP2B) dalam menciptakan keanekaragaman bahasa. Dengan

demikian, penelitian tentang penggunaan abreviasi dalam bahasa Sunda penting

(23)

7

Retno Eko Wulandari, 2013

Penggunaan Abreviasi dalam Bahasa Sunda (Kajian Morfosemantis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1.2Masalah

Masalah dalam peneltian ini dijabarkan sebagai berikut. Penjabarannya

meliputi (1) identifikasi masalah, (2) pembatasan masalah, dan (3) perumusan

masalah.

1.2.1 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dari penelitian ini diuraikan seperti di bawah ini.

1) Abreviasi dalam bahasa Sunda mengandung kode bahasa yang hanya dapat

dimengerti oleh para pemakai abreviasi di kalangan mereka sendiri, sehingga

berpotensi menimbulkan kesalahpahaman antarpenutur.

2) Terdapat penyimpangan pada proses pembentukan atau pola-pola pada

abreviasi dalam bahasa Sunda dengan mempertimbangkan pelafalan bunyi

pada abreviasi tersebut demi kelancaran komunikasi antarwarga masyarakat

bahasa sehingga tidak sesuai dengan kriteria abreviasi yang sudah ditentukan.

3) Kekurangpahaman warga masyarakat bahasa akan banyaknya ragam abreviasi

dalam bahasa Sunda yang sulit ditebak makna dan atau kepanjangannya.

4) Bentuk-bentuk abreviasi yang terdapat pada istilah-istilah tertentu dalam

bahasa Sunda sangat bervariasi.

1.2.2 Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, penelitian ini akan dibatasi pada hal-hal

berikut ini.

1) Jenis abreviasi yang diambil berupa singkatan, akronim, penggalan, dan

kontraksi dalam bahasa Sunda.

2) Bentuk-bentuk abreviasi dalam bahasa Sunda yang digunakan dalam penelitian

ini berupa data lisan.

3) Data abreviasi dalam bahasa Sunda diambil di kalangan dewasa di daerah Kota

Bandung tepatnya di sekitar kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Bandung, karena di kalangan dewasa mayoritas menggunakan bahasa Sunda

dan berasal dari beberapa wilayah di tataran Pasundan yang memungkinkan

(24)

8

4) Data yang didapat akan dicek keterpakaiannya dengan menggunakan daftar

tanyaan yang akan disebarkan kepada beberapa responden yang meliputi

tokoh-tokoh pengamat Sunda dan beberapa mahasiswa Jurusan Bahasa Sunda

di UPI dari angkatan 2010, 2011, dan 2012 yang mengerti bahasa Sunda

tepatnya abreviasi dalam bahasa Sunda dan diambil secara acak.

5) Penelitian ini menganalisis abreviasi dalam bahasa Sunda. Data akan

diklasifikasikan berdasarkan bentuk-bentuk abreviasi, kemudian dideskripsikan

pola yang terjadi pada proses pembentukan abreviasi dalam bahasa Sunda

tersebut, dan diungkap makna di balik hasil abreviasi dalam bahasa Sunda

tersebut dengan membandingkan makna leksikal dan gramatikal pada data

untuk melihat apakah terdapat perubahan atau justru tidak sama sekali dengan

bantuan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Lembaga Basa dan Sastra

Sunda (LBSS), dan beberapa dokumen lain.

6) Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan linguistik

struktural, yaitu morfosemantik.

1.2.3 Perumusan Masalah

Penelitian ini akan difokuskan pada berbagai variasi bentuk-bentuk

abreviasi yang terdapat dalam bahasa Sunda. Masalah tersebut dapat dijabarkan ke

dalam perumusan masalah sebagai berikut.

1) Bagaimana bentuk-bentuk abreviasi dalam bahasa Sunda?

2) Bagaimana pola pembentukan abreviasi dalam bahasa Sunda?

3) Bagaimana perubahan makna dari hasil abreviasi dalam bahasa Sunda?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini dijabarkan

sebagai berikut:

1) mengklasifikasikan bentuk-bentuk abreviasi khususnya yang terdapat dalam

bahasa Sunda;

2) mendeskripsikan pola-pola pada proses pembentukan abreviasi dalam bahasa

(25)

9

Retno Eko Wulandari, 2013

Penggunaan Abreviasi dalam Bahasa Sunda (Kajian Morfosemantis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

3) mendeskripsikan perubahan makna dari hasil abreviasi dalam bahasa Sunda.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang ingin diperoleh adalah manfaat teoretis dan

manfaat praktis. Kedua manfaat tersebut dipaparkan sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam pengajaran

bahasa Indonesia umumnya dan bahasa Sunda khususnya.

2) Untuk perkembangan ilmu bahasa, khususnya untuk mengembangkan teori

abreviasi yang meliputi singkatan, penggalan, akronim, dan kontraksi dalam

bahasa Sunda antarwarga masyarakat bahasa.

3) Memberikan sumbangan analisis bagi perkembangan disiplin ilmu, khususnya

dalam kajian morfosemantis, tepatnya analisis mengenai abreviasi dan makna.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1) Sebagai salah satu bentuk referensi kepada pihak-pihak yang terlibat ataupun

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (BP2B) dalam menciptakan

keanekaragaman bahasa dengan menggunakan istilah-istilah tertentu.

2) Bagi para pengguna bentuk-bentuk abreviasi dalam bahasa Sunda, dari hasil

penelitian ini diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam memahami

istilah-istilah yang dipendekkan dari suatu kata atau gabungan kata untuk

memperlancar komunikasi khususnya dalam bahasa Sunda.

3) Bagi peneliti agar lebih mengerti tentang abreviasi itu sendiri.

4) Abreviasi dalam bahasa Sunda diharapkan penggunaannya dapat dimanfaatkan

semaksimal mungkin dengan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap

bahasa Indonesia umumnya dan bahasa Sunda khususnya, sehingga dapat

(26)

10

1.5Struktur Organisasi Skripsi

Hasil penelitian ini akan diselesaikan dan dilaporkan dalam bentuk skripsi.

Untuk mempermudah dalam memahami penelitian ini maka dibantu dengan

pemaparan dari struktur organisasi skripsi agar mempermudah penyajiannya.

Struktur organisasi skripsi ini berisi tentang urutan penelitian dari Bab I hingga

Bab V. Berikut adalah rincian tentang urutan penulisan skripsi dari Bab I, Bab II,

Bab III, Bab IV, dan Bab V.

Pada Bab I dipaparkan mengenai latar belakang penelitian yang berisi

beberapa masalah yang melatarbelakangi munculnya penelitian ini, sekilas

penelitian-penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini, beserta

alasan mengapa peneliti memilih untuk melakukan penelitian ini. Selanjutnya

dipaparkan masalah penelitian yang meliputi, identifikasi masalah, pembatasan

masalah, dan perumusan masalah. Lalu dibahas pula tujuan penelitian, manfaat

penelitian yang meliputi manfaat teoretis dan manfaat praktis, terakhir dipaparkan

struktur organisasi skripsi untuk mempermudah penyajiannya.

Pada Bab II dipaparkan tinjauan pustaka dan landasan teoretis. Tinjauan

pustaka memaparkan beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan

yang diteliti oleh peneliti dan tidak lupa memaparkan pula perbedaan penelitian

yang telah dilakukan dengan penelitian ini agar menghindari bentuk-bentuk

plagiat. Landasan teoretis ini memaparkan teori-teori berdasarkan kebutuhan

penelitian sesuai dengan payung penelitian, yaitu morfosemantik. Pada landasan

teoretis yang membahas morfosemantik meliputi pengertian morfologi, pengertian

semantik, pengertian abreviasi, pemaparan bentuk-bentuk dan pola pembentukan

abreviasi, pengertian makna, jenis-jenis makna, dan teori mengenai perubahan

makna.

Pada Bab III dipaparkan metode penelitian yang meliputi lokasi penelitian,

sumber data dan data, pemaparan desain penelitian berupa diagram untuk

mempermudah memahami penelitian ini, metode penelitian yang di dalamnya

terdapat pemaparan payung penelitian dan pendekatan penelitian, pemaparan

(27)

11

Retno Eko Wulandari, 2013

Penggunaan Abreviasi dalam Bahasa Sunda (Kajian Morfosemantis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, terakhir pemaparan teknik

pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Pada Bab IV dipaparkan mengenai pembahasan dengan mendeskripsikan

data yang telah ditemukan saat pencarian data. Kemudian memaparkan hasil

analisis data yang telah didapat dari teknik pengumpulan data lalu dianalisis

menggunakan teknik analisis data dengan bantuan tabel dan bantuan kartu data

agar mempermudah menjawab semua perumusan masalah yang mencakup

bentuk-bentuk abreviasi, pola-pola pembentukan, dan perubahan makna pada

hasil abreviasi.

Selanjutnya Bab V sebagai penutup yang berisi simpulan dan

rekomendasi. Simpulan berisi pemaparan berupa deskripsi sesuai dengan

perumusan masalah yang meliputi bentuk-bentuk abreviasi, pola-pola

pembentukan, dan perubahan makna hasil abreviasi dengan singkat dan jelas tidak

bertele-tele namun tetap mudah untuk dipahami oleh pembaca. Rekomendasi

berisi pemaparan saran untuk peneliti berikutnya yang akan meneliti mengenai hal

(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab III akan dipaparkan lokasi penelitian, sumber data dan data,

desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian,

teknik pengumpulan data, dan terakhir akan dipaparkan teknik analisis data.

Berikut adalah pemaparan lebih jelas dari setiap bagian dalam bab III.

3.1Metode Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan dua payung penelitian, yaitu morfologi

dan semantik. Sehingga penelitian ini menggunakan payung penelitian

morfosemantik. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode kualitatif. Peneliti memilih menggunakan pendekatan kualitatif dalam

penelitian ini, karena dengan menggunakan pendekatan kualitatif dapat

mengungkap fenomena-fenomena penggunaan abreviasi dalam bahasa Sunda

berupa kosakata-kosakata bahasa Sunda secara detil dengan mengidentifikasikan

realitas yang bermacam-macam di lapangan saat berinteraksi antara peneliti dan

responden yang dilakukan secara eksplisit.

Pada penelitian ini penulis akan mendeskripsikan masalah yang ada, yaitu

dengan mencari kosakata-kosakata yang mengalami pemendekan atau biasa

disebut abreviasi yang terdapat di kehidupan masyarakat dengan bentuk lisan

yang tentunya data tersebut termasuk abreviasi dalam bahasa Sunda. Kemudian

dalam penelitian ini peneliti juga bertindak sebagai pengumpul data atau observasi

terlibat. Dengan demikian data penelitian yang dihasilkan adalah data yang

memang sesuai dengan keadaan di lapangan tanpa mengada-ngada atau

memanipulasi data. Kemudian peneliti akan menafsirkan data yang berkenaan

dengan fakta dan keadaan yang terjadi saat penelitian berlangsung dan

(29)

31

Retno Eko Wulandari, 2013

Penggunaan Abreviasi dalam Bahasa Sunda (Kajian Morfosemantis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

3.2Lokasi Penelitian

Data yang diambil dalam menyelesaikan penelitian ini merupakan

kosakata-kosakata yang mengalami pemendekan atau biasa disebut abreviasi dalam bahasa

Sunda yang diperoleh dan dicari di daerah Kota Bandung tepatnya di sekitar

kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, karena UPI merupakan

salah satu Universitas Perguruan Tinggi Negeri yang berada di Kota Bandung.

3.3Sumber Data dan Data

Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh (Suharsimi, 2010: 172).

Data yang diperoleh dalam penelitian ini, yaitu data dalam bentuk lisan. Sumber

data dapat diperoleh melalui tuturan dari satu orang ke orang yang lain ketika

melakukan interaksi atau berkomunikasi. Data diambil di daerah Kota Bandung,

karena mayoritas masyarakat kota Bandung khususnya di sekitar UPI dalam

kehidupan sehari-hari menggunakan bahasa Sunda dan memungkinkan adanya

kosakata-kosakata yang termasuk abreviasi dalam bahasa Sunda digunakan saat

berkomunikasi, misalnya ketika berkumpul dan bermain bersama teman.

Data dalam penelitian ini diperoleh di kalangan remaja dewasa, karena

remaja yang berada di sekitar kampus UPI mayoritas berasal dari beberapa

wilayah di tataran Pasundan dan dapat berkomunikasi dengan bahasa Sunda. Data

yang diperoleh untuk melengkapi penelitian ini berupa bentuk kosakata yang

termasuk abreviasi dalam bahasa Sunda yang diperoleh melalui sumber data

tersebut, sehingga pada akhirnya data-data yang digunakan dalam penelitian ini

berupa data lisan yang termasuk abreviasi dalam bahasa Sunda.

3.4Desain Penelitian

Desain penelitian dibutuhkan untuk memperjelas metode penelitian, di

bawah ini akan dipaparkan desain penelitian berupa bagan komponen-komponen

analisis data yang diadaptasi dari model Milles dan Huberman (1992) dalam

(30)

32

Diagram 3.1

Desain Penelitian Penggunaan Abreviasi dalam Bahasa Sunda

Alasan peneliti memilih menggunakan model di atas dalam desain

penelitian ini, karena dengan model analisisseperti ini dapat menginterpretasikan

temuan atau data abreviasi dalam bahasa Sunda dengan melakukan penyelidikan

empiris yang menyelidiki suatu fenomena masa kini secara mendalam dalam

Pengumpulan Data

1. Bentuk-bentuk abreviasi dalam bahasa Sunda.

2. Pola-pola pembentukan pada abreviasi dalam bahasa Sunda. 3. Perubahan makna dari hasil

abreviasi dalam bahasa Sunda. Teori yang digunakan

1. Teori morfologi dari Kridalaksana (2001 dan 2007), Verhaar (2008), Rosmana (2003).

2. Teori abreviasi dari Kridalaksana (2001 dan 2007) untuk bentuk abreviasi dan pola pembentukan pada abreviasi. 3. Teori semantik dari Sudaryat (2003), Sitaresmi dan Fasya masyarakat dengan muatan analisis difokuskan terhadap bentuk-bentuk abreviasi, pendeskripsian pola pada proses pembentukan, dan juga penganalisisan makna dengan melihat makna leksikal dan gramatikal untuk membuktikan adanya perubahan makna atau tidak.

Penganalisisa Data

1) Mentranskrip data hasil rekaman dan observasi kemudian

memasukkan data berupa abreviasi dalam bahasa Sunda tersebut dalam daftar tanyaan dan kartu data.

2) Mendeskripsikan dan memapaparkan semua data melalui

tabel data untuk mempermudah dalam penganalisisan.

3) Melakukan pengklasifikasian terhadap data sesuai dengan

bentuk-bentuk abreviasi, yaitu singkatan, penggalan, akronim, dan kontraksi.

4) Mengklasifikasikan dan mendeskripsikan data abreviasi

dalam bahasa Sunda berdasarkan pola pembentukannya sesuai dengan bentuk-bentuk yang sudah diklasifikasikan, yaitu singkatan, penggalan, akronim, dan kontraksi.

5) Mengungkap makna pada data yang merupakan hasil

abreviasi dalam bahasa Sunda dengan mendeskripsikan data dengan melihat serta membandingkan makna leksikal dan gramatikal untuk membuktikan adanya perubahan makna. Kosakata-Kosakata

(31)

33

Retno Eko Wulandari, 2013

Penggunaan Abreviasi dalam Bahasa Sunda (Kajian Morfosemantis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

konteks kehidupan nyata, kemudian secara logis menghubungkan antara data

dengan teori yang digunakan dalam menyelesaikan penelitian ini.

3.5 Definisi Operasional

Berdasarkan judul penelitian ini, yaitu penggunaan abreviasi dalam bahasa

Sunda maka peneliti akan memaparkan definisi operasional sebagai berikut:

1) abreviasi bahasa Sunda adalah kumpulan kosakata-kosakata dalam bahasa

Sunda yang mengalami proses pemendekan kata untuk mempermudah

komunikasi, misalnya dahar modol ulin „kegiatan seseorang yang hanya

makan, buang air besar, dan bermain‟ yang dipendekkan menjadi hardolin,

janda herang „janda cantik‟ yang dipendekkan menjadi jahe, kata kerempeng seksi „kurus namun seksi‟ yang dipendekkan menjadi keresek, juga kata gede wadah sangu „seseorang yang suka makan dalam porsi besar‟ yang

dipendekkan menjadi dewasa, kata baseuh ketek „seseorang yang berkeringat

agak berlebih‟ yang dipendekkan menjadi basket, dan masih banyak lagi kosakata-kosakata yang dipendekkan dalam bahasa Sunda ; dan

2) kajian morfosemantis adalah salah satu ilmu di bidang linguistik yang

mengkaji tentang kata serta makna yang terkandung pada kosakata-kosakata

termasuk dalam abreviasi bahasa Sunda.

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket berupa

daftar tanyaan dan kartu data. Angket berupa daftar tanyaan digunakan untuk

membantu penelitian dan mengecek keterpakaian atau pemahaman masyarakat

bahasa mengenai abreviasi dalam bahasa Sunda dengan jumlah 114 kosakata yang

sudah mengalami pemendekan. Semua data yang diperoleh pada saat pencarian

data akan dimasukkan ke dalam daftar tanyaan. Angket akan disebarkan kepada

para responden yang dipilih secara acak, karena dalam pengambilan sampelnya

peneliti mencampur subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek

(32)

34

Daftar tanyaan akan disebarkan kepada tiga orang responden dari

mahasiswa Jurusan Bahasa Sunda angkatan 2010, 2011, dan 2012, kemudian

kepada beberapa pengamat bahasa Sunda atau tokoh-tokoh Sunda yang mengerti

dan memahami fenomena-fenomena dalam bahasa Sunda salah satunya adalah

abreviasi dalam bahasa Sunda yang menjadi objek kajian pada penelitian ini.

Melalui daftar tanyaan dapat dicek bagaimana tingkat keterpakaian dan

pemahaman akan abreviasi dalam bahasa Sunda dan membuktikan bahwa

abreviasi dalam bahasa Sunda ini memang benar-benar ada serta digunakan di

dalam kehidupan mereka saat berkomunikasi.

Kemudian instrumen penelitian berikutnya yang digunakan dalam

penelitian ini, yaitu kartu data. Data yang diperoleh akan dimasukkan dalam daftar

tanyaan berupa tabel yang berisi semua data abreviasi selama proses penelitian.

Kemudian saat penganalisisan akan dibantu oleh kartu data, satu data akan

memiliki satu kartu data dan akan dikelompokan sesuai klasifikasi bentuk

abreviasi dari data tersebut, yaitu singkatan, penggalan, akronim, dan kontraksi.

Dalam kartu data akan menjawab tiga rumusan masalah yang meliputi,

bentuk abrevaisi, pola abreviasi, dan perubahan makna dari hasil abreviasi

tersebut yang akan dideskripsikan di dalam kartu data. Untuk penomoran kartu

data sendiri agar tidak tertukar dengan bentuk abreviasi yang lain, akan dibedakan

dengan kode nomor di pojok kanan atas, yaitu „S‟ untuk singkatan, „P‟ untuk

penggalan, „A‟ untuk akronim, dan „K‟ untuk kontraksi. Berikut adalah contoh angket berupa daftar tanyaan dan kartu data yang akan digunakan untuk

(33)

35

Retno Eko Wulandari, 2013

Penggunaan Abreviasi dalam Bahasa Sunda (Kajian Morfosemantis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1

Angket berupa Daftar Tanyaan Abreviasi dalam Bahasa Sunda

Assalamualaikum warahmatullahi wabaraktuh.

Semoga Allah SWT selalu memberkahi setiap langkah Ibu, Bapak, dan Saudara. Amin.

Dengan segala hormat saya meminta kesediaan Ibu, Bapak, dan Saudara untuk berkenan meluangkan waktu mengisi angket ini untuk membantu menyelesaikan studi saya.

Terima kasih atas bantuan dari Ibu, Bapak, dan Saudara yang sudah bersedia mengisi angket ini. Semoga Allah SWT memberikan pahala yang berlipat ganda. Amin.

Wassalam,

Retno Eko Wulandari

PETUNJUK PENGISIAN ANGKET

1. Isilah angket ini dengan benar pada kolom jawaban yang telah tersedia.

2. Berilah tanda ceklis () pada kolom populer jika Ibu, Bapak, dan Saudara mengetahui data abreviasi (singkatan) tersebut, dan berikan

tanda ceklis (√) pada kolom tidak populer jika Ibu, Bapak, dan

Saudara tidak mengetahui data abreviasi (singkatan) tersebut.

(34)

36

(35)

37

Retno Eko Wulandari, 2013

Penggunaan Abreviasi dalam Bahasa Sunda (Kajian Morfosemantis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2

Kartu Data Abreviasi dalam Bahasa Sunda

Konteks :

Gloss :

No. Data :

Data :

Analisis 1. Bentuk:

2. Pola Pembentukan:

3. Perubahan Makna:

Kesimpulan :

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini diawali dengan pencarian informasi atau data abreviasi

dalam bahasa Sunda yang digunakan oleh masyarakat bahasa yang dapat

dijadikan penelitian. Adapun pemaparan teknik-teknik penelitian yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, teknik libat dan cakap,

teknik rekam, dan teknik catat.

1) Teknik observasi dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan untuk

memeroleh, mengumpulkan, dan mencari data dalam bentuk lisan yang

merupakan data abreviasi dalam bahasa Sunda sebanyak-banyaknya sesuai

dengan apa yang didapatkan peneliti di lapangan tanpa mengada-ngada atau

melebih-lebihkan. Pada penelitian ini peneliti juga bertindak sebagai

pengumpul data. Kemudian teknik observasi juga digunakan untuk melakukan

pengecekan kepada data abreviasi yang telah didapat dan sudah dimasukkan

(36)

38

pengamat bahasa Sunda untuk meminta kesediannya melakukan pengecekan

untuk keterpakaian data yang telah didapat. Pada akhirnya daftar tanyaan

digunakan untuk mengecek keterpakaian kosakata abreviasi dalam bahasa

Sunda di kalangan remaja Kota Bandung.

2) Teknik libat dan cakap maksudnya peneltiti terlibat dalam dialog atau

konversasi. Jadi, peneliti ikut serta dalam proses pembicaraan orang-orang

yang saling berbicara atau berkomunikasi, peneliti juga bertindak sebagai

pembicara yang berhadapan dengan lawan bicara atau sebagai lawan bicara

yang perlu memperhatikan apa yang dikatakan pembicara yang memungkinkan

adanya data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, yaitu abreviasi dalam

bahasa Sunda.

3) Teknik rekam digunakan peneliti ketika observasi dengan melakukan

perekaman untuk mendapatkan data abreviasi beserta konteks kalimat saat

berkomunikasi. Data abreviasi tersebut mungkin terdapat pada pembicaraan

orang-orang yang saling berbicara atau ketika peneliti sendiri sedang

melakukan obrolan dengan teman. Sehingga data yang dibutuhkan untuk

penelitian ini, yaitu bentuk-bentuk abreviasi dan konteks kalimat akan terekam

dan pada akhirnya data yang terdapat dalam rekaman akan ditranskripsi untuk

mempermudah penelitian.

4) Teknik catat yaitu melakukan pencatatan data pada kartu data yang segera

dilanjutkan dengan klasifikasi (Sudaryanto, 1988: 05). Teknik catat dilakukan

setelah data yang didapat dari hasil observasi, rekam, juga libat dan cakap.

Selain itu peneliti melakukan teknik catatan lapangan yang menurut Moleong

(2011: 181) adalah alat yang umumnya digunakan oleh para pengamat saat

tidak berperan serta dan relatif bebas membuat catatat yang biasanya dilakukan

saat di lapangan dan sesudah pengamatan dilakukan. Data-data yang telah

didapat saat observasi akan dicatat kembali ke dalam kartu data dan

menempatkan data tersebut sesuai klasifikasi bentuk abreviasi yang sudah

ditentukan. Proses pencatatan pada setiap satu data harus memiliki satu kartu

data dan penomoran akan digunakan kode tertentu untuk membedakan bentuk

(37)

39

Retno Eko Wulandari, 2013

Penggunaan Abreviasi dalam Bahasa Sunda (Kajian Morfosemantis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

proses penganalisisan. Teknik catat juga digunakan ketika terdapat abreviasi

baru yang belum masuk dalam daftar tanyaan.

3.8 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, data yang diambil berupa abreviasi dalam bahasa

Sunda yang digunakan sebagai alat komunikasi yang mengandung kode bahasa

antarwarga masyarakat pengguna bahasa dalam bentuk lisan. Teknik analisis data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Mentranskrip data hasil rekaman dan observasi kemudian memasukkan data

berupa abreviasi dalam bahasa Sunda tersebut dalam daftar tanyaan dan kartu

data.

2) Mendeskripsikan semua data yang didapat di lapangan dan dipaparkan melalui

tabel data untuk mempermudah dalam penganalisisan.

3) Melakukan pengklasifikasian terhadap data yang sudah ditemukan dan sudah

dicatat dalam daftar tanyaan sesuai dengan bentuk-bentuk yang terdapat pada

abreviasi yaitu berupa singkatan, penggalan, akronim, dan kontraksi dengan

bantuan tabel yang berbeda setiap bentuknya.

4) Mengklasifikasikan dan mendeskripsikan data abreviasi dalam bahasa Sunda

berdasarkan pola yang terjadi dalam proses pembentukannya sesuai

bentuk-bentuk yang sudah diklasifikasikan, karena setiap bentuk-bentuk abreviasi memiliki

pola-pola pembentukan masing-masing dan berbeda-beda. Setiap pola

memiliki tabel berbeda dengan pola yang lain.

5) Mengungkap makna pada data abreviasi dengan melakukan penganalisisan

pada setiap kata yang termasuk abreviasi dalam bahasa Sunda untuk

membuktikan apakah kata tersebut mengalami perubahan makna atau justru

tidak mengalami perubahan makna sama sekali dengan melihat serta

membandingkan makna leksikal dan gramatikal dari data abrevaisi dalam

bahasa Sunda yang telah didapat di lapangan saat observasi dan dibantu dengan

kamus bahasa Sunda, kamus bahasa Indonesia, dan dokumen-dokumen lain

(38)

40

Analisis dalam penelitian ini akan dibantu dengan kartu data dan

pendeskripsian data untuk mempermudah penelitian. Berikut contoh analisis

dalam kartu data pada penelitian ini.

Konteks :

“Euh, abdi mah hoyong gaduh kabogoh nu kriteriana KPBS wéh”.

Gloss :

“Saya ingin punya pacar yang kriterianya KPBS saja”.

No. Data : S1

Data : KPBS [kapebees]

Analisis

1. Bentuk: singkatan

2. Proses abreviasi KPBS (Kasép, Pinter, Bageur, Sholéh)

Pola: pengekalan huruf pertama dari tiap suku kata

3. Perubahan Makna: ada

a. Makna leksikal: Koperasi Peternakan Bandung Selatan

b. Makna gramatikal: gambaran pada kriteria fisik seorang pasangan yang

nyaris sempurna yang diidam-idamkan para wanita yaitu tampan, pintar, baik,

sholeh.

Kesimpulan :

KPBS merupakan bentuk singkatan dari Kasép, Pinter, Bageur, Sholéh yang

memiliki pola pembentukan pengekalan huruf pertama dari tiap suku kata, dan

memiliki makna gramatikal sebagai kriteria pasangan yang nyaris sempurna

yang diidam-idamkan oleh para wanita yaitu tampan, pintar, baik, dan sholeh.

Kata KPBS dilihat dari makna leksikalnya memiliki kepanjangan Koperasi

Peternakan Bandung Selatan, namun setelah mengalami proses abreviasi pada

kata KPBS terjadi perubahan makna sehingga muncul gramatikal baru menjadi

(39)

Retno Eko Wulandari, 2013

Penggunaan Abreviasi dalam Bahasa Sunda (Kajian Morfosemantis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab V akan dipaparkan simpulan dari penelitian ini dan rekomendasi

untuk peneliti selanjutnya. Berikut adalah pemaparan lebih jelas dari setiap bagian

dalam bab V.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisisnya pada bab IV, penulis menyimpulkan bahwa:

1. data atau kosakata yang termasuk abreviasi dalam bahasa Sunda berjumlah

133 data berupa bentuk abreviasi singkatan, penggalan, akronim, dan

kontraksi. Pada abreviasi dalam bahasa Sunda tidak ditemukan data yang

termasuk dalam abreviasi bentuk lambang huruf;

2. data abreviasi dengan bentuk singkatan berjumlah 20 data dengan 3 macam

pola pembentukan abreviasi, bentuk pengalan berjumlah 11 data dengan 3

macam pola pembentukan abreviasi, bentuk akronim berjumlah 81 data

dengan 42 macam pola pembentukan abreviasi, dan bentuk kontraksi

berjumlah 21 data dengan 15 macam pola pembentukan abreviasi, ternyata

data abreviasi dalam bahasa Sunda didominasi oleh bentuk akronim sebanyak

81 data;

3. pada tahap analisis pola pembentukan pada abreviasi dalam bahasa Sunda

menghasilkan pola-pola baru, karena pola pembentukannya belum ditentukan

sehingga bentuk abreviasi dalam bahasa Sunda terbentuk diluar pola yang

sudah ditentukan. Namun, tetap mengikuti pola pembentukan dalam teori

Kridalaksana sesuai dengan bentuk abreviasi, yaitu singkatan, penggalan,

akronim, dan kontraksi;

4. adanya kekhasan pada abreviasi dalam bahasa Sunda, yang ditunjukkan

dengan adanya pola-pola pembentukan baru di luar pola pembentukan yang

sudah ditentukan dari data abreviasi dalam bahasa Sunda, seperti dalam

(40)

151

5. pada pola pembentukan abreviasi bentuk singkatan dari 20 data dengan 3

macam pola pembentukan tidak terdapat pola baru dalam data abreviasi

bahasa Sunda yang didapat dan dianalisis;

6. abreviasi bentuk penggalan memiliki 3 pola pembentukan baru dari 11 data

dalam bentuk penggalan. Pertama, pola penggalan pengekalan empat huruf

terakhir dari suatu kata, yaitu Amang, Enin, dan Amah. Kedua, pengekalan tiga huruf terakhir dari suatu kata, yaitu Bah, Téh, Néng, Apa, Mang, dan

Kang. Ketiga, pola penggalan pengekalan dua huruf terakhir dari suatu kata, yaitu Ki dan Bi;

7. abreviasi bentuk akronim memiliki 42 pola pembentukan dari 81 data dalam

bentuk akronim. Namun, hanya 34 pola yang merupakan pola baru dalam

bentuk akronim. Berikut beberapa pola baru dari 34 pola baru pada bentuk

akronim. Pertama, pengekalan tiga huruf pertama tiap komponen, yaitu

baskét, tarman, gorpat, dan gordés. Kedua, pengekalan dua huruf pertama komponen pertama dan pengekalan tiga huruf terakhir komponen kedua

disertai pelesapan kata depan -ke, yaitu méwah. Ketiga, pengekalan huruf yang tidak beraturan, yaitu ciréng, tablo, tegar, tumor,lékbong, dan angkot; 8. abreviasi bentuk kontraksi memiliki 15 pola pembentukan dari 21 data dalam

bentuk kontraksi. Karena, dalam bentuk kontraksi belum memiliki pola

sehingga pola yang terdapat dalam analisis penelitian ini semuanya termasuk

dalam pola baru. Berikut pemaparan beberapa pola baru dalam bentuk

kontraksi dari 15 pola. Pertama, pengekalan empat huruf pertama komponen

pertama dan pengekalan dua huruf terakhir komponen kedua, yaitu salomé. Kedua, pola kontraksi pengekalan huruf yang tidak beraturan, yaitu kongrés, cingcangho, taksiran, géboy, dan darmaji. Ketiga, pola kontraksi pengekalan dua huruf pertama tiap komponen, yaitu haheu;

9. Pada simpulan terakhir, terdapat 69 data yang mengalami perubahan makna

dari keseluruhan data sebanyak 133, dan menghasilkan makna gramatikal

baru yang justru lebih sering digunakan dan masyarakat lebih tahu akan kata

tersebut setelah mengalami abreviasi atau pemendekan kata dibanding makna

(41)

152

Retno Eko Wulandari, 2013

Penggunaan Abreviasi dalam Bahasa Sunda (Kajian Morfosemantis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

69 data, yaitu KPBS, KKN, KDRT, STBA, ATK, STMJ, HAM, baskét, jahé, sabar, UPI, tutut, gepuk, durian, déwasa, acer, ciréng, cinta, markisa, toshiba, taksi, tegar, tawadu, agustusan;

10. pada perubahan makna dalam penganalisisan dibantu oleh Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI), Lembaga Basa dan Sastra Sunda (LBSS), dan

beberapa dokumen lain seperti dalam blog online;

11. data yang terdapat dalam KBBI sebanyak 16, yaitu jahé, durian, déwasa, cinta, markisa, taksi, tegar, agustusan, tumor, horor, meriang, méwah, modus, basi, dongéng, dan pengacara;

12. data yang terdapat dalam LBSS sebanyak 14 data, yaitu baskét, sabar, tutut, gepuk, bulé, laleur héjo, kerésék, kutang, sulit, japati, narkoba, doktor, borangan, dan kuman;

13. data yang terdapat dalam dokumen lainnya sebanyak 39, yaitu SMS, KPBS, GWS, OTW, BTW, KKN, KDRT, STBA, ATK, STMJ, HAM, UPI, acer, ciréng, toshiba, tawadu, ABG, angkot, ésia, Jabar, BPKB, Sumedang, hitachi, polsék, Tuti hamjah, gojali, BCL, Mbah Ringgo, Situmorang, Maman Jawa, Udin pétot, Rambo, Komar, GBHN, Gatot, PBB, GNR, Surabaya, dan Suramadu; dan

14. data yang mengalami perubahan makna namun tidak sesuai dengan yang ada

dalam kamus, sebanyak 3 data yang bila dilafalkan sama namun ketika dicek

Gambar

Tabel 3.2 Kartu Data Abreviasi dalam Bahasa Sunda ....................................
tabel data untuk mempermudah dalam penganalisisan.
Tabel 3.2

Referensi

Dokumen terkait

Dari segi dampak negatif, kaum petani menjadi semakin lemah, hal ini dikarenakan para petani harus menanggung kewajiban dalam hal pembiayaan kehidupan para bushi yang

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pembentukan UU Paten yang pada mulanya dimaksudkan untuk mendorong industrialisasi di dalam negeri, dalam perkembangannya lebih disebabkan

Skripsi ini berjudul ”Hubungan Antara Bushi dan Nōmin Pada Zaman Edo” , yang merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan salah satu syarat untuk dapat Program

Sedangkan Justice Collaboration merupakan salah satu pelaku tindak pidana tertentu, mengakui yang dilakukannya, bukan pelaku utama dalam kejahatan tersebut serta

Di situasi seperti ini karena banyaknya tamu yang akan hadir di pesta makan malam, banyak bahan makanan yang masil belum siap.. Zhu ǎnshēn

Pada hari ini Selasa tanggal enam belas bulan Agustus tahun dua ribu enam belas (16-08-2016), kami Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan Mahkamah Agung RI Koordinator

mempersiapkan media pembelajaran yang akan dipakai dan sumber Pembelajaran (Lembar Kerja Siswa, Silabus dan Kurikulum) yang nantinya akan digunakan selama proses

untuk mengetahui efektifitas penerapan metode pembelajaran pemecahan masalah (Problem Solving) dalam proses melakukan Matematika materi pelajaran pada siswa kelas VII