PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA
INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR
PADA ANAK KELOMPOK B DI TK PERTIWI NGERING
JOGONALAN KLATEN TAHUN 2012
DISUSUN OLEH: SUWARTI A53B090019
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA
INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR
PADA ANAK KELOMPOK B DI TK PERTIWI NGERING
JOGONALAN KLATEN TAHUN 2012
Oleh SUWARTI A53B090019
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatan keterampilan berbicara bahasa Indonesia dengan menggunakan media gambar pada anak Kelompok B di TK Pertiwi Ngering Jogonalan Klaten tahun 2012. Penelitian ini dilaksanakan di TK Pertiwi Ngering Jogonalan Klaten tahun 2012. Sumber data penelitian ini yaitu kepala sekolah, guru, wali murid dan anak didik. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah (1) teknik wawancara, (2) observasi atau pengamatan, dan (3) analisis dokumen. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif. Dalam hal ini menggunakan uraian-uraian. Proses penelitian tindakan dilaksanakan dalam dua siklus, yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu (1) perencanaan tindakan, (2) penerapan tindakan, (3) observasi dan evaluasi, (4) refleksi. Setiap siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Penggunaan media gambar dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak dari pra siklus 45,4% ke siklus 1 meningkat menjadi 59,2%, dan ke siklus 2 meningkat menjadi 73,5%, (2) Dengan media gambar dalam pembelajaran keterampilan berbicara, dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak.
Pendahuluan
Anak usia prasekolah yang sering disebut juga anak usia dini belajar dengan
caranya sendiri. Guru dan orang tua kerap mengajarkan anak sesuai dengan jalan
pikiran orang dewasa. Anak dianggap orang dewasa dalam bentuk kecil. Akibatnya
apa yang diajarkan orang tua sulit diterima anak.
Setiap harinya diharapkan anak bisa berbagi cerita dengan teman-temannya
sebelum pembelajaran dimulai, Seperti dicontohkan di Taman Kanak-kanak. Tetapi
kebanyakan anak sulit untuk berbicara di depan kelas. Anak belum mampu berbicara
dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Anak lebih suka berbicara dengan
teman. Anak kadang berbicara sendiri dengan mainannya.
Untuk mencapai salah satu dari kompetensi dasar pada pendidikan prasekolah
(TK) yaitu agar anak mampu berkomunikasi secara lisan melalui pembelajaran
berbicara sangatlah tidak mudah. Banyak kendala dan faktor-faktor yang dihadapi
baik oleh anak maupun oleh guru itu sendiri. Padahal pada dasarnya kemampuan
berbahasa di TK mempunyai arti penting baik di lingkungan masyarakat maupun di
lingkungan perkembangan anak-anak itu sendiri. Jadi, perkembangan bahasa pada
anak usia prasekolah selayaknya mendapat perhatian yang `sungguh-sungguh.
Meskipun dalam pelaksanaan pengembangan kemampuan berbahasa, bahan dan
metode atau teknik penyajiannya perlu disesuaikan dengan kondisi lingkungannya.
Permasalahan tersebut di atas, ternyata ada hal yang tidak dapat
diabaikan begitu saja dan sangat penting bagi berlangsungnya pembelajaran
kemampuan berbahasa, khususnya keterampilan berbicara yaitu tentang masalah
keberanian dan percaya diri anak. Kebanyakan anak usia prasekolah tidak mudah
untuk menyampaikan gagasannya di depan kelas. Anak mau disuruh ke depan kelas,
tetapi setelah disuruh berbicara atau berbagi cerita dengan teman-temannya hanya
diam saja. Hal ini akan menghambat berlangsungnya proses belajar mengajar dan
perkembangan kecerdasannya tidak dapat berkembang secara optimal. Hal tersebut
juga mengakibatkan pengembangan kemampuan dasar di Taman Kanak-kanak
bahasa yang sederhana secara tepat, mampu berkomunikasi secara efektif, dan
membangkitkan minat untuk dapat berbahasa Indonesia tidak akan tercapai.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh peneliti ialah dengan menerapkan
teknik menggunakan media gambar dalam proses belajar mengajar atau pembelajaran
keterampilan berbicara. Teknik adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui untuk
mencapai tujuan tertentu. Sedangkan media adalah perantara atau pengantar pesan
dari pengirim ke penerima. Mengajar perlu memilih teknik dan media yang tepat,
karena teknik pengajaran adalah suatu cara atau jalan yang berfungsi sebagai alat
yang digunakan dalam menyajikan bahan pengajaran untuk mencapai tujuan
pengajaran. Begitu juga media dapat mewakili guru menyampaikan informasi secara
lebih teliti, jelas, dan menarik.
Media gambar dipilih sebagai media pembelajaran keterampilan berbicara
karena peneliti berasumsi bahwa media gambar mempunyai pengaruh dominan dan
sangat dekat bagi dunia anak usia prasekolah dibandingkan dengan media lain.
Alasan menggunakan gambar, dengan media gambar dapat diperlihatkan kepada
anak, benda-benda atau hal-hal yang belum pernah dilihatnya. Gambar juga
digunakan untuk menarik perhatian anak sehingga dapat meningkatkan motivasi
dalam belajar. Selain itu, anak usia prasekolah yang pada umumnya suka
menggambar, meskipun hanya dengan membuat coretan-coretan, akan lebih mudah
berbicara mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya dengan menerangkan
apa-apa yang digambarnya. Pada akhirnya, dengan menggunakan media gambar dalam
pembelajaran keterampilan berbicara, anak akan lebih senang. Sebuah gambar lebih
kaya makna daripada seribu kata. Anak dapat menuangkan kreativitas serta idenya.
Anak dapat mengungkapkan lewat bahasa sederhana. Keterampilan berbicara anak
Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini
dilakukan di Kelompok B TK Pertiwi Ngering Jogonalan klaten, dikarenakan
penelitian kebetulan bertugas sebagai guru pendidik di TK tersebut, dan belum
pernah digunakan untuk penelitian. Lokasinya sangat strategis, terletak bersebelahan
dengan SD 1 Ngering.
Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan, yaitu Agustus sampai Oktober
2012. Rencana kegiatan penelitian adalah (1) persiapan penelitian, (2) Koordinasi
Persiapan tindakan, (3) Pelaksanaan (perencanaan, tindakan, monitoring, evaluasi,
dan refleksi) (4) penyusunan laporan penelitian.
Subjek penelitian ini adalah anak Kelompok B TK Pertiwi Ngering
Jogonalan Klaten tahun pembelajaran 2012, yang berjumlah 20 orang. Yang terdiri
dari 11 anak laki-laki dan 9 perempuan. Kelompok ini dipilih karena kelompok ini
kelompok yang anaknya akan melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya yaitu ke
Sekolah Dasar, dan guru yang mengajar di Kelompok B TK Pertiwi Ngering
Jogonalan Klaten tahun 2012. Penelitian ini bersifat kolaboratif, karena selain
peneliti, juga melibatkan guru dan anak dengan pertimbangan mereka mewakili ciri
umum kelas yang diteliti.
Prosedur penelitian adalah tahap-tahap penelitian dari awal sampai akhir.
Penelitian ini merupakan proses daur ulang dalam penelitian tindakan diawali dengan
perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), observasi dan evaluasi
(observation and evaluation), dan refleksi (reflecting).
Adapun prosedur pelaksanaan tindakan penelitian tiap siklusnya sebagai
berikut:
1. Perencanaan Tindakan, Pada kegiatan ini peneliti dan guru berkolaborasi tentang
hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran keterampilan berbicara dengan
menggunakan media gambar. Dalam tahap ini peneliti dan guru melakukan
diskusi tentang pembelajaran media gambar dan menyusun perencanaan
keterampilan berbicara diambil dari KTSP dan kurikulum 2010. Peneliti dan guru
menyiapkan materi yang relevan yaitu materi pembelajaran yang diambil dari
buku Bahasa Indonesia.
2. Pelaksanaan Tindakan, Penelitian ini dilaksanakan melalui siklus yang
berkelanjutan, serta direncanakan dengan melaksanakan siklus-siklus. Setiap
siklus dilaksanakan dengan 3 tindakan, yaitu: Pertama, penanaman konsep
terampil berbicara melalui stimulus cerita dari guru, Kedua, penciptaan kondisi
dan mengoptimalkan pemberian kesempatan anak untuk terampil berbicara
dengan menggunakan media gambar, dan Ketiga, melatih anak terampil
berbicara/mempresentasikan hasil gambar didepan kelas.
3. Observasi Tindakan, Tindakan pada setiap siklus selalu dipantau oleh peneliti.
Peneliti dalam memantau setiap tindakan tersebut menggunakan lembar
pengamatan sebagai alat bantu untuk melihat peningkatan keterampilan berbicara.
Peneliti juga memantau, mencatat, merekam peristiwa-peristiwa atau reaksi anak
yang muncul, apakah mendukung atau menghambat. Dari pantauan peneliti dapat
dilaporkan pada setiap siklusnya. Kemudian hasil observasi tadi dievaluasi untuk
mengambil langkah berikutnya dalam penelitian tindakan kelas.
4. Analisis dan Refleksi, Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan
kembali apa yang sudah dilakukan. Menurut Arikunto (2008:19-21) istilah
refleksi berasal dari kata bahasa Inggris reflection, yang diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia pemantulan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika
guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan
peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Istilah refleksi di
sini sama dengan "memantul, mencerminkan". Dalam hal ini, guru pelaksana
sedang memantulkan pengalamannya pada peneliti yang baru saja mengamati
kegiatannya dalam tindakan. Inilah inti dari penelitian tindakan, yaitu ketika guru
sebagai pelaku tindakan, siap mengatakan kepada peneliti pengamat tentang
hal-hal yang dirasakan sudah berjalan baik dan bagian mana yang belum. Dengan
juga berstatus sebagai pengamat, yaitu mengamati apa yang ia lakukan, maka
refleksi dilakukan terhadap diri sendiri. Dengan kata lain, guru tersebut melihat
dirinya kembali melakukan "dialog" untuk menemukan hal-hal yang sudah
dirasakan memuaskan hati karena sudah sesuai dengan rancangan dan secara
cermat mengenali hal-hal yang masih perlu diperbaiki.
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik analisis kualitatif, dengan
penekanan pada penelitian tindakan kelas sehingga data yang diperoleh bukan dalam
bentuk angka. Data kualitatif adalah data yang dikumpulkan terutama berupa
kata-kata, kalimat atau gambar yang memiliki arti lebih bermakna dan memacu timbulnya
pemahaman yang lebih nyata daripada sekedar sajian angka atau frekuensi. (Sutopo,
2006:40). Data yang diperoleh diolah dan dianalisa dengan menggunakan analisis
data kualitatif dengan model interaktif (interactive model of analysis) dengan
menggunakan langkah-langkah kegiatan (a) reduksi data, (b) penyajian data, (c)
penarikan kesimpulan dan verifikasi (Sutopo, 2006:114-116).
1. Reduksi data: Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang
merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data dari
fieldnote.
2. Sajian data: Sajian data merupakan rakitan organisasi informasi. Deskripsi dalam
bentuk narasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian ini dapat dilakukan.
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi: Kegiatan penarikan kesimpulan dan
verifikasi berdasarkan kata-kata yang telah dipahami dengan melakukan
pencatatan peraturan-peraturan, pola-pola, pernyataan-pernyataan. Konfigurasi
yang mungkin, sebab-akibat, dan berbagai proposisi.
Data atau informasi yang penting untuk dikumpulkan dalam penelitian ini berupa
data kualitatif. Data yang akan peneliti kumpulkan berupa informasi tentang aktivitas
anak pada pembelajaran keterampilan berbicara, faktor-faktor penyebab rendahnya
anak dalam berbicara, dan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran
keterampilan berbicara dengan media gambar. Data yang diperoleh berhubungan
berlangsung dan berhubungan dengan keterampilan berbicara dengan menggunakan
media gambar. Informasi tersebut akan digali dari berbagai sumber, dan sumber data
yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi : (1) Informan atau narasumber
yaitu guru dan anak Kelompok B TK Pertiwi Ngering Jogonalan Klaten melalui
teknik wawancara, (2) Hal-hal yang terjadi dalam proses pembelajaran berbicara
yaitu kegiatan berbicara anak di depan kelas dengan media gambar sebagai media
pembelajaran, dan (3) Arsip atau dokumen tentang kegiatan pembelajaran yaitu
Rencana Kegiatan Harian (RKH), proses belajar mengajar, hasil belajar anak
berdasarkan unjuk kerja anak.
Untuk dapat mencapai hasil yang maksimal dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan beberapa metode didalam pengumpulan data. Adapun metode untuk
mengumpulkan data sebagai berikut: (1) Observasi, (2) Wawancara, dan (3)
Dokumentasi.
1. Observasi dilakukan dengan berperan secara pasif. Peneliti hadir di kelas tetapi
tidak mengambil bagian dalam proses belajar mengajar yang sedang berlangsung.
2. Wawancara dilakukan dengan cara wawancara tidak terstruktur.
3. Dokumentasi pengumpulan data dari dokumen yang dilakukan dengan mengkaji
seperangkat pembelajaran yang berupa Rencana Kegiatan Harian (RKH),
materi pembelajaran, dan hasil pembelajaran.
Peneliti juga menggunakan beberapa instrument untuk mengumpulkan data.
Instrument tersebut antara lain: (1) Pedoman Observasi, (2) Pedoman Wawancara,
dan (3) RBP (Rencana Bidang Pengembangan).
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, peneliti dan guru kelas melakukan
analisis terhadap proses pembelajaran peningkatan kemampuan berbicara anak.
Analisis ini dilakukan oleh guru dan peneliti dengan cara berdiskusi, mengevaluasi
merencanakan tindakan pada siklus berikutnya. Persentase ketuntasan pada siklus I
mencapai 59,2%.
Adapun hasil analisis tersebut menunjukan bahwa: (1) adanya anak yang belum
aktif mengikuti kegiatan menggambar dan bercerita, (2) ada anak yang belum tepat
menceritakan gambar nya sendiri, (3) sudah ada peningkatan kemampuan berbicara
anak dibanding dengan pra siklus. Akan tetapi hasil tersebut belum maksimal, karena
masih banyak anak yang belum bisa mandiri dalam kegiatan menggambar dan
bercerita dan masih banyak yang meminta bantuan teman dan gurunya. Berdasarkan
hasil analisis tersebut peneliti dan guru merasa bahwa penelitian ini belum maksimal
oleh sebab itu peneliti dan guru merencanakan untuk tindakan pada siklus berikutnya.
Pada siklus II ini kemampuan berbicara anak mengalami peningkatan. Adapun
hasil analisis tersebut menunjukan bahwa: (1) Sebelum guru menceriterakan gambar
yang disediakan guru, anak tidak mau maju untuk berceritera, (2) Anak mau
berceritera setelah mendengarkan guru berceritera, (3) Bicara anak agak lancar
setelah mendengarkan guru berceritera, hal ini mungkin disebabkan sifat anak yang
suka meniru, (4) Kemampuan berbicara anak sudah lancar serta bahasa yang
digunakan adalah bahasa Indonesia yang baik, lebih baik dari siklus sebelumnya, dan
(5) Sebagian besar anak sudah tidak lagi mendapat bantuan dari guru.
Secara umum dalam siklus II ini, anak menunjukkan prestasi yang luar biasa
dibandingkan dengan siklus sebelumnya. Indikator keberhasilan yang telah ditetapkan
telah tercapai. Disamping itu keterampilan berbicara bahasa Indonesia anak
meningkat, dan proses pembelajaran berceritera/berbicara menyenangkan dan
meningkat. Persentase ketuntasan pada siklus II naik 1,43%. Dari siklus I sebesar
59,2% naik ke siklus II menjadi 73,5%.
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui adanya peningkatan
kemampuan berbicara anak sebelum tindakan dengan setelah tindakan. Persentase
ketuntasan kemampuan berbicara anak pra tindakan 45,4%, siklus I mencapai 59,2%
dan siklus II mencapai 73,5%. Berdasarkan analisis yang dilakukan penulis hal ini
berbicara. Metode pembelajaran dengan menggunakan media gambar dapat
meningkatkan kemampuan berbicara anak dibanding dengan metode sebelumnya.
Anak-anak lebih tertarik dan belajar langsung atau praktek langsung sesuai dengan
tema kegiatan yang dipelajari.
Sehingga hal ini membuktikan bahwa hasil penelitian yang dilakukan penulis
dapat membuktikan hipotesis yaitu dengan menggunakan gambar kemampuan
berbicara anak kelompok B TK Pertiwi Ngering tahun 2012 dapat meningkat lebih
dari 70%.
Simpulan
Dari hasil analisis data dalam upaya meningkatkan keterampilan berbicara
anak kelompok B TK Pertiwi Ngering Jogonalan Klaten melalui media gambar dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Penggunaan media gambar dapat
meningkatkan keterampilan berbicara anak dari pra siklus 45,4% ke siklus 1
meningkat menjadi 59,2%, dan ke siklus 2 meningkat menjadi 73,5%, dan (2)
Dengan media gambar dalam pembelajaran keterampilan berbicara, dapat
meningkatkan keterampilan berbicara anak. Hal ini terbukti di setiap pembelajaran
keterampilan berbicara dengan media gambar, kata ataupun kalimat yang diucapkan
anak semakin baik dan sempurna. Dengan demikian hipotesis tindakan dapat diterima
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, Azhar. 2000. Media Pengajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Astuti, Wili. 2010. Bermain dan Teknik Permainan. Surakarta: FKIP UMS
Depdikbud. 1986. Metodik Khusus Pengembangan Kemampuan Berbahasa di Taman Kanak- kanak. Jakarta: Depdikbud.
Depdikbud. 1995. Garis–garis besar program kegiatan belajar (GBPKB). Jakarta: Depdikbud.
Depdiknas. 2006. Pedoman Penilaian Anak-anak di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas
. 2006. Pedoman Pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas.
Dhieni, Nurbiana. 2010. Metode pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka
Dwi Juniati W dan Tri Asmawulan. 2010. Perkembangan fisik motorik dan bahasa. Universitas Muhammadiyah Surakarta:
Hamalik, Oemar. 1986. Media Pendidikan. Bandung : Alumni.
Mulyasa. 2011. Praktik penelitian tindakan kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Munadi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta :
Osborne, David. 2004. Public Speaking. Amazon UK: Perfection Learning.
Rogers, Natalie H. 2004. Berani Berbicara di Depan Publik: Cara Cepat Berpidato dengan Efktif dan Efisien. (Terjemahan Lala Herawati Dharma). Bandung Nuansa.
Sadiman, Arif S, Raharjo R, Haryono Amung, dan Rahardjito. 2005. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Surtikanti. 2010. Media dan sumber belajar untuk anak usia dini. Surakarta: FKIP UMS
Suyanto, Slamet. 2005. Dasar-dasar Anak Usia Dini. Yogyakarta : Hikayat.
Tarigan, Henry Guntur. 1990. Berbicara Sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.