• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM KONSELING KELOMPOK PEER SUPPORT UNTUK MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI REMAJA : Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROGRAM KONSELING KELOMPOK PEER SUPPORT UNTUK MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI REMAJA : Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK

KELOMPOK PEER SUPPORT UNTUK MENGEMBANGKAN

KONSEP DIRI REMAJA

(Studi Deskriptif Terhadap Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh :

Riska Mustikawati 0808366

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

Halaman Hak Cipta Mahasiswa S1

Program Konseling Kelompok

dengan Teknik Kelompok

Peer

Support

untuk Mengembangkan

Konsep Diri Remaja

Oleh

Riska Mustikawati

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Riska Mustikawati 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

ABSTRAK

Riska Mustikawati. (2014). Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja (Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013).

Penelitian ini dilatarbelakangi dengan banyaknya fenomena peserta didik Sekolah Menengah Atas yang memiliki konsep diri yang tidak sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Beberapa litelatur menyebutkan faktor penyebab peserta didik yang memiliki konsep diri negatif bukan hanya karena faktor lingkungan yaitu keluarga, guru dan teman sebaya, namun faktor internal yang terdapat dalam diri peserta didik sendiri juga mempengaruhi. Banyak faktor yang mempengaruhi konsep diri peserta didik, yaitu usia kematangan, penampilan diri, kepatutan seks, nama dan julukan, hubungan keluarga, teman-teman sebaya, kreatifitas, dan cita-cita”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data empiris mengenai gambaran umum konsep diri sebagai dasar program konseling kelompok peer support untuk mengembangkan konsep diri peserta didik. Pendekatan yang digunakan untuk meneliti konsep diri peserta didik adalah pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Populasi penelitian adalah peserta didik kelas XI SMA Negeri 18 Bandung tahun ajaran 2012-2013 yang berjumlah 358 peserta didik. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil sampel populasi, yaitu seluruh peserta didik dijadikan sampel dalam penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan: a) secara umum peserta didik cenderung memiliki konsep diri negatif (54.75%); b) keberagaman tingkat pencapaian aspek dan indikator, beberapa diantaranya berada pada kategori konsep diri negatif, c) hasil data penelitian dijadikan acuan dalam program konseling kelompok peer support. Program konseling kelompok peer support merupakan suatu strategi layanan bimbingan dan konseling yang dalam penelitian bertujuan untuk mengembangkan konsep diri peserta didik kelas XI di SMA Negeri 18 Bandung.

Kata Kunci: Program Konseling Kelompok Peer Support, Konsep Diri, Peserta Didik, , Kelas XI SMA Negeri 18 Bandung

(5)

Riska Mustikawati, 2014

Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja

ABSTRACT

Riska Mustikawati. (2014). Peer Support Group Counseling Program for Developing Self Concept of Youth (Descriptive Study of the Eleventh Grade Students of SMA Negeri 18 Bandung Academic Year 2012-2013).

This research is motivated by the many phenomena of high school students who have a self-concept that does not correspond to its potential. Some litelatur mentioned factors causing learners who have a negative self-concept is not only due to environmental factors, namely family, teachers and peers, but there are internal factors within learners themselves also affect. Many factors affect the concept of self-learners, ie the age of maturity, personal appearance, sexual propriety, names and nicknames, family relationships, peers, creativity, and ideals".

This study aimed to gather empirical data on the general overview of the basic concepts of self as a peer support group counseling program to develop the concept of learners. The approach used to examine the concept of self-learners is a quantitative approach with descriptive methods. The study population was a class XI student of SMAN 18 Bandung 2012-2013 school year, amounting to 358 learners. Techniques used in the sampling is done by taking a sample of the population, ie all students sampled in the study. The results showed: a) learners in general tend to have a negative self-concept (54.75%); b) the diversity of aspects and levels of achievement indicators, some of which are in the category of negative self-concept, c) the results of the research data referenced in the peer support group counseling program. Peer group support counseling program is a strategy guidance and counseling services in research aims to develop a self-concept of students in class XI in SMAN 18 Bandung.

(6)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Metode Penelitian ... 9

F. Struktur Organisasi Penelitian ... 9

BAB II PEER SUPPORT DAN KONSEP DIRI REMAJA ... 10

A. Konsep Dasar Konsep Diri Remaja ... 10

1. Definisi dan Teori Konsep Diri ... 10

2. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri ... 11

3. Komponen Konsep Diri ... 12

4. Karakteristik Konsep Diri ... 13

5. Perkembangan Konsep Diri ... 14

6. Konsep Diri Remaja ... 16

B. Konsep Dasar Peer Support dalam Bimbingan dan Konseling ... 16

1. Definisi Bimbingan dan Konseling ... 16

2. Definisi Bimbingan dan Konseling Kelompok ... 21

3. Definisi dan Teori Peer Support ... 27

C. Konsep Dasar Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja ... 34

1. Penggunaan Teknik Peer Support ... 34

2. Program Pengembangan Konsep Diri dengan Mempergunakan Peer Support ... 36

D.Penelitian Terdahulu ... 41

E. Kerangka Penelitian ... 42

BAB III METODE PENELITIAN ... 43

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 43

B. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 44

(7)

ix

Riska Mustikawati, 2014

Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja

1. Peer Support ... 46

2. Konsep Diri ... 46

D. Instrumen Penelitian ... 47

1. Angket ... 47

2. Pedoman Wawancara ... 50

3. Pedoman Observasi ... 51

4. Studi Dokumentasi ... 51

E. Uji Coba Alat Pengumpul Data ... 51

1. Uji Kelayakan Instrumen ... 51

2. Uji Keterbacaan Instrumen ... 52

3. Uji Validitas dan Reabilitas ... 52

F. Teknik Analisis Data ... 55

1. Prosedur Pengumpulan Data ... 55

2. Pengolahan Data ... 56

G. Prosedur Penelitian ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61

A. Hasil Penelitian ... 61

1. Gambaran Umum Konsep Diri Peserta didik Kelas XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 ... 61

2. Pelaksanaan Program Konseling Kelompok dengan Teknik Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Peserta Didik di SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 ... 75

3. Program Konseling Kelompok dengan Teknik Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Peserta Didik di SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ... 78

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 83

1. Gambaran Umum Konsep Diri Peserta didik Kelas XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 ... 83

2. Gambaran Umum Konsep Diri Peserta didik Kelas XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 pada Setiap Aspek ... 86

3. Pelaksanaan Program Konseling Kelompok dengan Teknik Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Peserta Didik di SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 ... 91

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 93

A. Kesimpulan ... 93

B. Rekomendasi ... 93

(8)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kelebihan dan Kelemahan Teknik Peer Support ... 30

Tabel 2.2 Kondisi- kondisi yang Menyebabkan Remaja Diterima atau Ditolak ... 35

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Konsep Diri Sebelum Validasi ... 48

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Konsep Diri Sebelum Validasi ... 49

Tabel 3.3 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Pelaksanaan Konseling Kelompok Peer Support ... 50

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas ... 54

Tabel 3.5 Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen ... 55

Tabel 3.6 Pola Penyekoran Setiap Butir Pernyataan Angket Konsep Diri ... 56

Tabel 3.7 Kriteria Penggelompokkan Data ... 57

Tabel 3.8 Interpretasi Kategori Konsep Diri ... 58

Tabel 4.1 Gambaran Umum Konsep Diri Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 ... 61

Tabel 4.2 Gambaran Konsep Diri pada Aspek Fisik ... 62

Tabel 4.3 Gambaran Setiap Indikator pada Aspek Fisik ... 63

Tabel 4.4 Gambaran Konsep Diri Akademik pada Aspek Psikis ... 64

Tabel 4.5 Gambaran Setiap Indikator pada Aspek Psikis Menurut Pandangan Diri ... 65

Tabel 4.6 Gambaran Setiap Indikator pada Aspek Psikis Berdasarkan Penilaian Orang Lain Tentang Diri ... 67

Tabel 4.7 Gambaran Konsep Diri pada Aspek Sikap ... 69

Tabel 4.8 Gambaran Konsep Diri pada Aspek Sikap Menurut Pandangan Diri ... 70

Tabel 4.9 Gambaran Setiap Indikator pada Aspek Sikap Berdasarkan Penilaian Orang Lain Tentang Diri ... 71

(9)

xi

Riska Mustikawati, 2014

Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka penelitian program pelatihan konseling kelompok dengan teknik kelompok Peer Support untuk

(10)

xii

DAFTAR GAMBAR

(11)

xiii

Riska Mustikawati, 2014

Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja

DAFTAR LAMPIRAN

1. Administrasi... 100

2. Instrumen Penelitian ... 101

3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 110

4. Program Sebelum Judgement ... 111

5. Program Setelah Judgement ... 174

6. Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling ... 207

7. Hasil Judgement Instrumen Konsep Diri ... 251

8. Hasil Judgement Program Konseling Kelompok Peer Support ... 264

9. Dokumentasi Kegiatan ... 271

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

Bab satu terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan

masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat/ signifikansi penelitian

serta struktur organisasi skripsi.

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia pada dasarnya akan melalui tahapan perkembangan

dimulai dari masa bayi, kanak-kanak, remaja dan masa dewasa dalam rentang

hidupnya. Salah satu tahapan yang akan dijalani individu adalah masa remaja.

Pada masa remaja, individu sering mengalami permasalahan karena remaja

mengalami peralihan dari masa anak-anak. Masalah-masalah yang dialami remaja,

seringkali dan bahkan hampir semua berasal dari dalam diri. Salah satu

permasalahan yang berasal dari dalam diri adalah konsep diri.

Keguncangan dan kebingungan yang dialami remaja sebagai akibat dari

masa peralihan sering menimbulkan perilaku yang salah suai yang ditampilkan

dalam bentuk perilaku seperti rendah diri, sikap pesimis, tidak percaya diri, rasa

cemas yang berlenihan dan perilaku penilaian negatif terhadap diri atau konsep

diri yang negatif.

Konsep diri adalah persepsi atau pandangan yang dimiliki remaja tentang

diri masing-masing. Menurut Burns (1993: v) “konsep diri adalah suatu gambaran

campuran dari apa yang dipikirkan oleh orang lain, pendapat orang lain mengenai diri, dan seperti apa diri yang diinginkan oleh setiap individu”.

Konsep diri bukan merupakan sesuatu yang dipelajari dan terbentuk dari

pengalaman remaja dalam berhubungan dengan orang lain. Dasar dari konsep diri

remaja ditanamkan pada saat-saat dini kehidupan pada masa anak dan menjadi

(13)

2

Riska Mustikawati, 2014

Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja

menerima tanggapan-tanggapan yang diberikan dan dijadikan cermin bagi remaja

untuk menilai dan memandang dirinya sendiri. Konsep diri terbentuk karena suatu

proses umpan balik dari orang lain. Hurlock (1980: 235) mengemukakan :

faktor yang mempengaruhi konsep diri remaja adalah (a) usia kematangan, (b) penampilan diri, (c) kepatutan seks, (d) nama dan julukan, (e) hubungan keluarga, (f) teman-teman sebaya, (g) kreatifitas, dan (h) cita-cita.

Ferliana (Merdekawati, 2002 : 5) mengemukakan banyak remaja yang

memiliki pandangan buruk terhadap dirinya dan kurang memiliki keyakinan akan

kemampuan yang dimilikinya, sehingga mereka kurang dapat mengaktualisasikan potensi yang sesungguhnya. Sedangkan menurut Clara (1985 : 1) “dari berbagai pengamatan yang dilakukan, banyak siswa yang memiliki kegagalan dalam

pelajaran bukan disebabkan oleh tingkat intelegensi yang rendah atau keadaan fisik yang lemah, melainkan ada perasaan tidak mampu melaksanakan tugas”.

Sebagai contoh kasus yang disampaikan pada majalah kawanku nomor

08/xxxv/2005, seorang siswi di salah satu SMA Negeri di Jakarta melakukan

bunuh diri karena merasa dikucilkan oleh teman-temannya. Begitu pula yang

terjadi di salah satu SMA Negeri di kota Bekasi, seorang siswi melakukan

tindakan yang sama karena merasa teman-temannya tidak mau berteman

dengannya karena ia anak seorang tukang bubur. Sebelum melakukan bunuh diri,

kedua siswi tersebut tidak mau sekolah, bahkan siswi yang bersekolah di Kota

Bekasi tidak naik kelas. Kasus tersebut menggambarkan bagaimana konsep diri

yang negatif dapat mempengaruhi perilaku individu yang berdampak bukan hanya

pada kepribadian, tetapi juga pada masalah belajar.

Adanya pemahaman serta penilaian remaja bahwa dirinya tidak memiliki

kemampuan, tidak memiliki penampilan yang menarik, dapat menimbulkan

permasalahan lanjutan. Masalah yang dimaksud mulai dari evaluasi terhadap diri

yang negatif, harga diri yang rendah, kurangnya manajemen diri, kurangnya

penerimaan terhadap diri, tidak ada penguatan positif di dalam diri dan kurangnya

aktualisasi diri yang mendukung. Permasalahan yang timbul tidak dapat dibiarkan

(14)

3

memiliki pemahaman, penilaian dan harapan yang rendah terhadap diri sendiri.

Adanya pemahaman, penilaian dan harapan peserta didik tidak memiliki

kemampuan, memiliki penampilan yang kurang menarik, mengalami

permasalahan-permasalahan di lingkungannya, dapat menimbulkan permasalahan

lanjutan, antara lain munculnya perasaan tidak percaya diri, minder, merasa tidak

mampu dengan kekuatan diri, menyesali keadaan dirinya dan putus asa.

Pandangan mengenai fisik, psikis dan sosial dapat memberikan

kontribusi yang sangat besar pada konsep diri. Syarif (2007: 79) menjelaskan

persentase terkecil aspek fisik pada konsep diri peserta didik mengenai keadaan

fisik diperoleh sebesar 48,4%, mengindikasikan masih banyak peserta didik yang

memiliki penilaian, pengetahuan, dan pengharapan yang belum positif tentang

keadaan fisik sehingga memiliki persepsi negatif tentang tubuhnya. Cara peserta

didik dalam menilai dirinya sendiri yang dinamakan konsep diri.

Solihah (2007: 144) menyatakan permasalahan yang banyak

dikonsultasikan remaja pada Mitra Citra Remaja (MCR) PKBI Jawa Barat pada

masa pubertas, yaitu mengenai permasalahan perubahan fisik sebanyak 27,9 %,

dampak perubahan fisik 27 %, kekhawatiran pada masa puber 16 %, kekhawatiran

pada masa pubertas sebagai awal remaja 10,1 % dan keadaan emosi 7,6 %.

Permasalahan-permasalahan peserta didik yang memiliki konsep diri

negatif, perlu diupayakan pemberian bantuan pada peserta didik dengan cara

menyediakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk

mengembangkan konsep diri yang positif. Keberhasilan peserta didik dalam

menyelesaikan masalah yang dihadapinya bergantung pada kemampuan dalam

memahami siapa dirinya. Pemahaman terhadap diri berkaitan dengan bagaimana

peserta didik memandang kelebihan maupun kekurangan diri secara positif.

Diperlukan pihak yang dapat membimbing, memberikan informasi dan

pemahaman mengenai bagaimana peserta didik memandang kelebihan maupun

kekurangan diri secara positif, sehingga peserta didik memiliki konsep diri yang

positif. Salah satu pihak yang dapat membantu peserta didik dalam memahami

(15)

4

Riska Mustikawati, 2014

Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja

Bimbingan dan konseling sebagai suatu sub-sistem sekolah merupakan

salah satu unsur penting bagi keseluruhan proses pembelajaran yang tertuju pada

pencapaian tujuan pendidikan secara optimal. Bidang pembinaan peserta didik

(Bimbingan dan Konseling) terkait dengan program pemberian layanan bantuan

kepada peserta didik dalam upaya mencapai perkembangannya melalui interaksi

yang sehat dengan lingkungannya. Diharapkan memberikan kontribusinya kepada

peserta didik dalam mengembangkan konsep diri ke arah yang positif.

Pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam upaya mengembangkan

konsep diri peserta didik ke arah yang positif mengarah kepada bimbingan pribadi

karena konsep diri terbentuk berdasarkan aspek pribadi. Aspek pribadi

menyangkut pengetahuan, penilaian, pengharapan dan cara pandang baik tentang

fisik, psikis maupun sikap yang dimiliki peserta didik. Oleh karena itu program

bimbingan yang dirancang mengarah pada program bimbingan pribadi.

Dengan adanya program bimbingan pribadi yang mengarah pada

pengembangan konsep diri, diharapkan dapat membantu peserta didik dalam

mengenali dirinya, mengarahkan dirinya secara tepat, mampu mengembangkan

segala potensi yang dimiliki agar berkembang secara optimal. Program disusun

secara komperhensif dengan menggunakan teknik atau strategi khusus yang

diharapkan mampu mengembangkan konsep diri peserta didik ke arah yang

positif. Melalui penelitian penulis mempergunakan setting kelompok guna

mengembangkan konsep diri yang positif pada remaja.

Teknik pendekatan kelompok efektif dalam membantu peserta didik

untuk mengembangkan konsep diri yang positif karena konsep diri terbentuk dari

adanya hubungan interaksi sosial antara individu dengan orang lain. Interaksi

dalam hubungan kelompok diharapkan berdampak positif pada peserta didik

dalam pencapaian kemandirian dirinya, yang mencakup : pengetahuan diri,

pemahaman diri, penerimaan diri dan pengambilan keputusan.

Layanan bimbingan kelompok merupakan upaya bantuan kepada

individu dengan memanfaatkan dinamika kelompok dalam rangka memberikan

(16)

5

Bimbingan kelompok merupakan lingkungan yang kondusif dimana

setiap anggota memberikan kesempatan untuk menambah penerimaan diri dan

orang lain, memberikan ide, perasaan, dukungan bantuan alternatif pemecahan

masalah dan mengambil keputusan yang tepat. Suasana kelompok dapat

menumbuhkan perasaan berarti bagi anggota yang selanjutnya juga dapat

mengembangkan konsep diri yang positif.

Penggunaan teknik dalam kegiatan bimbingan kelompok memiliki

banyak fungsi. Selain dapat lebih memfokuskan kegiatan bimbingan kelompok

terhadap tujuan yang ingin dicapai, tetapi juga dapat membuat suasana yang

terbangun dalam kegiatan bimbingan kelompok agar lebih semangat dan tidak

membuat peserta didik jenuh dalam mengikutinya.

Intervensi yang digunakan untuk mengembangkan konsep diri yang

positif pada peserta didik yaitu menggunakan teknik penguatan kembali

(reinforcement) yang ada di dalam terapi kelompok behavioral yang

masing-masing anggotanya memberikan penguatan berupa penghargaan, persetujuan,

dukungan dan perhatian. Salah satu penguatan dalam konseling kelompok

behavioral yang akan dijadikan teknik untuk mengembangkan konsep diri positif

pada peserta didik, yaitu konseling peer support.

Teknik peer support memungkinkan terjadi interaksi dan dinamika dalam

kelompok yang diharapkan membantu peserta didik lebih terbuka dan menerima

diri lebih positif. Pada bimbingan dengan teknik peer support terdapat tahap-tahap

yang mengandung usaha perbaikan terhadap konsep diri negatif peserta didik.

Salmivalli (Cowie dan Wallace, 1999: 9) mengemukakan „peer support

adalah kegiatan dimana terdapat dukungan dari teman sebaya yang dibangun

dengan alasan teman-teman secara spontan membantu satu sama lain, tetapi

terjadi di mana saja, dalam organisasi apapun dan dalam setiap bidang usia‟.

Melalui teknik peer support, remaja merasakan adanya kesamaan satu

dengan yang lainya seperti di bidang usia, kebutuhan dan tujuan yang dapat

memperkuat diri. Pelaksanaan teknik peer support akan digunakan dalam

membantu permasalahan peserta didik dan mengembangkan diri khususnya dalam

(17)

6

Riska Mustikawati, 2014

Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja

terjadinya proses interaksi secara dinamis dalam memecahkan suatu permasalahan

antar anggota kelompok, khususnya dalam permasalahan konsep diri.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, penelitian

mengambil judul: Program Bimbingan Kelompok dengan Teknik Peer

Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja”.

B.Identifikasi dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

a. Konsep Diri

Konsep diri didefinisikan sebagai pengetahuan, penilaian dan harapan

individu terhadap diri sendiri dan pandangan orang lain tentang diri. Konsep diri

memiliki peranan penting dalam menentukan perilaku individu. Bagaimana

individu memandang diri, akan tampak dari keseluruhan perilaku. Perilaku

individu akan sesuai dengan cara orang memandang diri sendiri. Apabila individu

memandang dirinya negatif dan serba tidak mampu, maka akan ditunjukkan

dalam perilaku ketidakmampuan.

Konsep diri tidak hanya mencakup pandangan, pengetahuan, penilaian

dan pengharapan individu mengenai diri sendiri, konsep diri juga dipengaruhi

oleh pandangan dan penilaian dari orang lain tentang diri individu. Konsep diri

dalam penelitian adalah keseluruhan cara pandang, mengenai pandangan,

pengetahuan, penilaian dan pengharapan individu mengenai diri sendiri yang

dipengaruhi oleh pandangan lingkungan sosial dimana individu berada.

Hurlock (1980: 373) menjelaskan “individu dengan konsep diri yang

positif terhadap diri akan menyukai dan menerima keadaan diri sehingga

mengembangkan rasa percaya diri, harga diri, serta dapat melakukan interaksi

sosial secara tepat”. Rasa percaya diri dan harga diri yang tumbuh seiring dengan

adanya keyakinan terhadap kemampuan diri membuat individu cenderung tampil

(18)

7

b. Teknik Peer support

Bimbingan kelompok merupakan upaya bantuan kepada individu dengan

memanfaatkan dinamika kelompok dalam rangka memberikan kemudahan dalam

perkembangan dan pertumbuhannya. Intervensi yang digunakan untuk

mengembangkan konsep diri yang positif pada peserta didik yaitu menggunakan

teknik penguatan kembali (reinforcement) dimana dalam terapi kelompok

behavioral masing-masing anggotanya memberikan penguatan berupa

penghargaan, persetujuan, dukungan dan perhatian. Salah satu penguatan dalam

konseling kelompok behavioral ini yang akan dijadikan teknik untuk

mengembangkan konsep diri positif pada peserta didik, yaitu teknik peer support.

Teknik peer support merupakan bimbingan kelompok teman sebaya di

mana terdapat dukungan dari teman sebaya yang dibangun dengan alasan

teman-teman secara spontan membantu satu sama lain, dapat terjadi di mana saja, baik

dalam organisasi apapun maupun setiap tahapan usia (Cowie dan Wallace, 1999:

9). Teknik peer support memberi kesempatan pada remaja untuk menjalin

persahabatan yang erat sehingga memberikan dukungan, semangat, memberi

perhatian yang membuat remaja dapat mencurahkan permasalahan yang

dirasakannya.

Intervensi konseling dilakukan dengan mengambil setting lingkungan

sekolah dengan menggunakan pendukung dari kelompok teman sebaya (peer

supporter) dan mempertimbangkan prinsip-prinsip dinamika kelompok.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang dan batasan masalah maka perlu

diungkap dan dianalisis mengenai Program Bimbingan Kelompok dengan Teknik

Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Positif pada Peserta Didik

Kelas XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013. Rumusan masalah

dijabarkan dalam pernyataan penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana gambaran umum konsep diri peserta didik kelas XI SMA Negeri

(19)

8

Riska Mustikawati, 2014

Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja

b. Bagaimana pelaksanaan program bimbingan kelompok dengan teknik peer

support untuk mengembangkan konsep diri positif pada peserta didik kelas

XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun ajaran 2012-2013?

c. Bagaimana program bimbingan kelompok untuk mengembangkan konsep diri

peserta didik kelas XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013?

C.Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan penelitian adalah memperoleh merumuskan program bimbingan

kelompok melalui teknik peer support untuk mengembangkan konsep diri positif

peserta didik kelas XI di SMA Negeri 18 Bandung Tahun ajaran 2012-2013.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus penelitian adalah memperoleh gambaran:

a. konsep diri peserta didik kelas XI di SMA Negeri 18 Bandung Tahun ajaran

2012-2013.

b. program bimbingan kelompok melalui teknik peer support yang berlangsung

di SMA Negeri 18 Bandung Tahun ajaran 2012-2013.

c. rancangan program bimbingan kelompok melalui teknik peer support untuk

mengembangkan konsep diri positif peserta didik kelas XI di SMA Negeri 18

Bandung Tahun ajaran 2012-2013.

D.Manfaat / Signifikasi Penelitian

Hasil dari penelitian memiliki beberapa manfaat, yaitu :

1. Bagi guru Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 18 Bandung, dapat

dijadikan suatu pedoman sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan

layanan bimbingan dan konseling khususnya untuk mengembangkan konsep

diri peserta didik.

2. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, menambah ragam hasil

(20)

9

E.Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan

kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif yaitu suatu metode untuk

memperoleh gambaran yang jelas tentang suatu permasalahan yang sedang terjadi

dengan cara mengolah, menganalisis, menafsirkan, dan menyimpulkan data hasil

penelitian yaitu mengenai gambaran konsep diri peserta didik di SMA Negeri 18

Bandung yang diuraikan secara gamblang. Penelitian yang dilakukan merupakan

dasar bagi rancangan program bimbingan kelompok dengan teknik peer support

untuk mengembangkan konsep diri positif peserta didik.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Penulisan skripsi terdiri dari lima bab, yaitu: Bab I pada skripsi

mengungkapkan latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah,

tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat/ signifikansi penelitian serta struktur

organisasi skripsi, bab II terdiri dari kajian pustaka, kerangka pemikiran dan

hipotesis penelitian, bab III merupakan penjabaran dari metode penelitian.

Prosedur dan tahap-tahap penelitian mulai persiapan hingga penelitian berakhir,

serta dilaporkan instrumen yang digunakan. Bab IV melaporkan hasil-hasil

penelitian dan bab V menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian serta

(21)

Riska Mustikawati, 2014

Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang menjadi penelitian adalah di Sekolah Menengah Atas

(SMA) Negeri 18 Kota Bandung pada tahun ajaran 2012-2013. Letak sekolah ini

berada di Jalan Madesa No. 18 Situgunting Bandung.

2. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2009 : 57) “populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya”. Sedangkan menurut Riduwan (2009 : 6) “populasi adalah objek

atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu

yang berkaitan dengan masalah penelitian”. Dari beberapa definisi para ahli dapat dipahami populasi adalah objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu

yang berada dalam satu wilayah yang memenuhi syarat dalam sebuah penelitian.

Populasi dalam penelitian menurut Riduwan (2009 : 6) dikelompokan

menjadi dua jenis, yaitu populasi terbatas dan populasi tidak terbatas (tak

terhingga). Populasi terbatas adalah populasi yang mempunyai sumber data yang

jelas batasannya secara kuantitatif sehingga dapat dihitung jumlahnya. Populasi

tidak terbatas adalah populasi yang memiliki sumber data yang tidak dapat

ditentukan batasannya sehingga relatif tidak dinyatakan dalam bentuk jumlah.

Dalam desain penelitian, peneliti menggunakan data populasi terbatas yaitu

peserta didik kelas XI Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 18 Kota Bandung

berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilaksanakan pada bulan Februari

2012 yang menunjukkan kecenderungan peserta didik memiliki konsep diri yang

(22)

44

3. Sampel Penelitian

Menurut Arikunto (1998 : 117) “sampel merupakan sebagian atau wakil

dari populasi yang diteliti”. Sampel ditentukan untuk memperoleh informasi

tentang obyek penelitian dengan mengambil representasi populasi yang

diprediksikan sebagai inferensi terhadap seluruh populasi. Penelitian diberikan

kepada peserta didik yang memiliki konsep diri yang negatif, maka sampel adalah

semua peserta didik SMA Negeri 18 Bandung, yang diambil melalui teknik

sensus. Penelitian sensus adalah memperoleh data dari semua anggota populasi.

Sampel pada penelitian adalah peserta didik yang memiliki konsep diri negatif

dan peserta didik yang memiliki konsep diri yang positif yang bersedia

mendukung sebagai peer support dalam intervensi guna mengembangkan konsep

diri peserta didik. Adapun tujuannya menggunakan teknik, yaitu membentuk

konsep diri positif melalui layanan konseling peer support. Adapun yang menjadi

pertimbangan dalam pemilihan populasi dan sampel yaitu sebagai berikut.

a. Peserta didik kelas XI pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) berada

pada masa dimana peserta didik telah dapat beradaptasi dengan

lingkungannya dan memahami dirinya secara fisik, sosial dan akademiknya di

sekolah. Terdapat peserta didik yang belum memahami diri sehingga

mengalami permasalahan konsep diri.

b. Peserta didik kelas XI berada pada rentang usia 15-16 tahun, dalam lingkup

psikologi perkembangan individu pada saat ini termasuk masa remaja tengah.

Selain itu, peserta didik kelas XI telah satu tahun mengikuti kegiatan

pembelajaran di sekolah dan juga mengetahui kehidupan lingkungan sekolah,

sehingga data-data yang diperoleh dalam penelitian ini lebih akurat.

c. Peserta didik kelas XI pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) yang

berada pada masa remaja yang erat kaitannya dengan perkembangan sense of

identity vs role confusion yaitu perasaan atau kesadaran jati diri yang

berdampak pada pembentukan konsep diri.

(23)

45

Riska Mustikawati, 2014

Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan

kuantitatif. Sugiyono (2007: 14) mengemukakan penelitian kuantitatif

berlandaskan pada filsafat positivisme yang digunakan untuk meneliti pada

populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya

dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,

analisis data bersifat kuantitatif/statistik. Data hasil penelitan berupa skor

dianalisis menggunakan pengolahan statistik, selanjutnya dideskripsikan untuk

menggambarkan konsep diri peserta didik kelas XI di SMA Negeri 18 Bandung.

Metode penelitian deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran yang jelas

tentang suatu permasalahan yang sedang terjadi dengan cara mengolah,

menganalisis, menafsirkan, dan menyimpulkan data hasil penelitian yaitu

mengenai gambaran konsep diri peserta didik Kelas XI Sekolah Menengah Atas

(SMA) Negeri 18 Kota Bandung periode 2012-2013.

Hasil penelitian merupakan dasar bagi pengembangan program konseling

kelompok peer support untuk mengembangkan konsep diri remaja. Upaya

menghasilkan program konseling kelompok dengan teknik kelompok peer support

yang layak dilaksanakan maka tahapan yang dilakukan meliputi lima tahapan

kegiatan sebagai berikut.

1. Tahap pengidentifikasian, yaitu pengumpulan data tentang konsep diri peserta

didik kelas XI SMA Negeri 18 Bandung dan program konseling kelompok

dengan teknik kelompok peer support di SMA Negeri 18 Bandung.

2. Tahap perancangan layanan konseling kelompok peer support di SMA Negeri

18 Bandung berdasarkan kajian terhadap data-data hasil pengidentifikasian

disertai hasil pemberian layanan kepada peer support , maka dikembangkan

sebuah program konseling kelompok dengan teknik kelompok peer support

untuk mengembangkan konsep diri remaja.

3. Tahap diskusi program konseling kelompok dengan teknik kelompok peer

support. Untuk menguji kelayakan sebuah program konseling kelompok

dengan teknik kelompok peer support langkah berikutnya adalah mengadakan

(24)

46

pertimbangan dalam pengembangan program konseling kelompok dengan

teknik kelompok peer support.

4. Tahap penyempurnaan program konseling kelompok dengan teknik kelompok

peer support. Berdasarkan diskusi yang telah dilakukan akhirnya program

konseling kelompok dengan teknik kelompok peer support disempurnakan

dan dinyatakan sebagai program yang memiliki kelayakan untuk

dilaksanakan.

5. Pengujicobaan program kepada peer support dalam membantu pelaksanaan

konseling kelompok peer support kepada peserta didik yang memiliki konsep

diri negatif.

C. Definisi Operasional Variabel

1. Peer Support

Konseling peer support merupakan suatu layanan bimbingan dan

konseling dalam mengurangi permasalahan yang terjadi di dalam kelompok yang

di dalamnya terdapat dukungan yang dapat mengubah, menginspirasi dan

mendorong individu untuk menyelesaikan masalah konsep diri negatif peserta

didik kelas XI SMA Negeri 18 Bandung. Melalui konseling peer support, peserta

didik berkesempatan untuk menjalin persahabatan yang erat sehingga memberikan

dukungan dan semangat, memberikan perhatian dan tanpa perasaan takut peserta

didik dapat mencurahkan segala permasalahan yang dirasakannya.

Peer support adalah beberapa peserta didik kelas XI SMA Negeri 18

Kota Bandung yang memiliki konsep diri positif yang bersedia untuk terlibat

sebagai pendukung bagi peserta didik yang memiliki konsep diri negatif.

2. Konsep Diri

Konsep diri yang dimaksud dalam penelitian adalah penilaian peserta

didik terhadap dirinya dan penilaian peserta didik terhadap dirinya berdasarkan

pandangan orang lain. Peserta didik yang dimaksud yaitu kelas XI Sekolah

(25)

47

Riska Mustikawati, 2014

Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja

a. Konsep diri fisik (Perceptual / Physical self-concept), dengan indikator yaitu

penilaian diri dan penilaian orang lain terhadap kondisi fisik.

1) penilaian diri terhadap fisik

2) Penilaian diri berdasarkan pendapat orang lain terhadap kondisi fisik

b. Konsep diri psikis (Conceptual / Psychological self-concept), dengan

indikator yaitu karakteristik yang khas, kemampuan dan ketidakmampuan

diri, dan masa depan, serta meliputi juga kualitas penyesuaian hidup.

1) karakteristik yang khas

2) kemampuan diri di masa sekarang

3) ketidakmampuan diri di masa sekarang

4) kemampuan di masa depan

5) ketidakmampuan di masa depan

6) kualitas penyesuaian hidup

c. Sikap (Attitudinal), dengan indikator yaitu perasaan tentang diri sendiri,

sikapnya terhadap keberadaan diri, dan sikap terhadap keberhargaan,

kebanggaan dan keterhinaan.

1) perasaan tentang diri

2) sikap seseorang terhadap keberadaan diri

3) sikap terhadap keberhargaan

4) sikap terhadap kebanggaan

5) sikap terhadap keterhinaan

D. Instrumen Penelitian

1. Angket

Angket yang dikembangkan berdasarkan pada teori Jersild (Burns, 1993 :

139) mengenai kategori skala penilaian konsep diri peserta didik. Angket yang

digunakan adalah angket yang berstruktur dengan bentuk jawaban yang tertutup.

Responden hanya perlu menjawab pernyataan dengan cara memilih alternatif

respon yang telah disediakan. Data yang diperoleh dalam penelitian diolah dengan

(26)

48

Angket atau kuesioner dalam penelitian dipergunakan untuk memperoleh

data empiris mengenai konsep diri peserta didik kelas XI SMA Negeri 18

Bandung. Terlebih dahulu dirumuskan kisi-kisi yang dikembangkan dari definisi

operasional variabel penelitian. Kisi-kisi instrumen dengan variabel konsep diri

terdiri dari tiga komponen yakni komponen perceptual, conceptual dan

attitudinal. Perumusan kisi-kisi instrumen tersaji pada tabel 3.1 dan 3.2 berikut.

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Konsep Diri Peserta didik Sekolah Menengah Atas (Sebelum Uji Coba)

(27)

49

Riska Mustikawati, 2014

Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja

sikap terhadap kebanggaan Sikap orang lain terhadap

keberhargaan diri 101, 102 103, 104 4

Kisi-Kisi Instrumen Konsep Diri Peserta didik Sekolah Menengah Atas (Setelah Uji Coba)

Aspek Indikator Sub Indikator Butir Pernyataan (+) (-)

(28)

50

Sikap orang lain terhadap keberhargaan diri

Wawancara dilakukan kepada guru bimbingan dan konseling. Teknik

pelaksanaan wawancara berupa teknik wawancara terbuka, yaitu dengan

menggunakan pedoman wawancara. Hasil dari wawancara diproses dan

ditafsirkan menjadi analisis data untuk dijadikan pertimbangan dalam membuat

pengembangan teknik peer support untuk mengembangkan konsep diri peserta

didik.

Tabel 3.3

Kisi-kisi Pedoman Wawancara

Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok Peer Support

Aspek Indikator

Program Konseling Kelompok dengan Teknik Kelompok Peer

Support

Penyusunan layanan

a. Landasan penyusunan rencana pelaksanaan

(29)

51

Riska Mustikawati, 2014

Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja

Aspek Indikator

Pelaksanaan evaluasi dan tindak lanjut

Teknik Peer Support Untuk

Observasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik (peer

support) memahami teknik peer support untuk mengembangkan konsep diri.

4. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dilaksanakan dengan melakukan pengamatan terhadap

gambar-gambar yang diambil pada saat pelaksanaan treatment pada peer support

berlangsung berupa foto dan video.

E. Proses Pengembangan Instrumen

1. Uji Kelayakan Instrumen

Uji kelayakan instrumen bertujuan untuk mengetahui kelayakan alat ukur

dari segi konstruk, isi dan bahasa yang sesuai dengan kebutuhan. Penimbangan

atau uji validitas rasional dilakukan oleh tiga dosen dari Jurusan Psikologi

Pendidikan dan Bimbingan yaitu Bapak Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd,

Bapak Drs. Nurhudaya, M.Pd, dan Bapak Eka Sakti Yudha, M.Pd. penimbangan

dilakukan dengan memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi

Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai M menyatakan

(30)

52

kemungkinan yaitu item tersebut tidak dapat digunakan atau diperlukan revisi

pada item tersebut.

2. Uji Keterbacaan

Uji keterbacaan dilakukan kepada 5 orang peserta didik yang menjadi

subjek pada usia remaja. Uji keterbacaan dilakukan untuk mengukur sejauh mana

keterbacaan instrumen dengan tujuan untuk mengetahui kata-kata yang kurang

dipahami oleh peserta didik, sehingga kalimat dalam pernyataan dapat

disederhanakan tanpa mengubah maksud dari pernyataan tersebut.

3. Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Item

a. Uji Validitas Butir Item

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Pengujian validitas butir item

dilakukan terhadap seluruh item yang terdapat dalam angket konsep diri peserta

didik. Pengujian validitas bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang

digunakan mampu mengukur konsep diri peserta didik Sekolah Menengah Atas

(SMA).

Penimbangan atau uji validitas empiris dilakukan dengan

mengujicobakan angket hasil judgement. Uji coba angket dilaksanakan terhadap

peserta didik Kelas XI SMA Negeri 18 Bandung

Pengujian validitas butir yang dilakukan dalam penelitian melibatkan

seluruh item yang terdapat dalam angket pengungkap konsep diri peserta didik.

Uji validitas butir dilakukan untuk mengetahui apakah butir pernyataan yang

digunakan merupakan bagian dari kelompok yang diukur.

Pengujian validitas butir yang dilakukan dalam penelitian adalah dengan

mengkorelasikan skor butir dengan skor total. Uji validitas dilakukan dengan

menggunakan Microsoft Office Excel 2010. Pengujian validitas alat pengumpul

(31)

53

Riska Mustikawati, 2014

Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja

(Sudijono, 2008: 185)

Keterangan :

pbis

r = koefisiensi biserial

= skor rata-rata responden yang menjawab benar pada setiap butir item

= rata-rata dari skor total

= simpangan baku dari skor total

= proporsi responden yang menjawab benar

= proporsi responden yang menjawab salah

Untuk melihat signifikansinya digunakan Uji-t dengan rumus :

Keterangan :

t = Nilai t hitung

r = Koefisien korelasi hasil r hitung

n = Jumlah responden

Distribusi (tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 2). Kriteria yang digunakan adalah item yang memiliki thitung > ttabel dinyatakan

sebagai item yang valid dan apabila thitung < ttabel dikatakan invalid.

(32)

54

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas

KESIMPULAN ITEM JUMLAH

1 2 3

Memadai

1,2,3,4,5,6,7,8,10,12,13,14,15,17,18,19,21,23 ,23,24,25,27,28,29,30,33,34,35,37,38,39,

40,41,42,44,45,46,47,49,50,51,52,54,55, 56,58,61,62,63,64,65,68,69,70,72,73,74, 75,76,77,79,80,81,82,83,84,86,87,88,90,

91,92,94,95,96,98,100

76

Buang 9,11,16,20,22,26,31,32,35,43,48,53,57,59,60,

66,67,71,78,85,89,92,97,99 24

b. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas instrumen merupakan penunjuk sejauh mana hasil

pengukuran dengan menggunakan instrumen tersebut dapat dipercaya. Reliabilitas

instrumen ditunjukkan sebagai derajat (konsitensi) skor yang diperoleh oleh

subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda.

Derajat konsistensi diperoleh sebagai proporsi varians perolehan subjek.

Uji reliabilitas instrumen hanya dilakukan pada butir item pernyataan

yang valid yaitu pada 52 item. Metode yang digunakan dalam uji reliabilitas

adalah metode Alpha dengan memanfaatkan program Microsoft Office Excel

2010. Adapun rumus yang digunakan dengan metod Kuder-Richardson sebagai

berikut:

(Sudijono, 2008:253)

Keterangan :

= koefisien Reliabilitas tes

= Varians total

= Jumlah item

(33)

55

Riska Mustikawati, 2014

Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja

= proporsi testee yang menjawab dengan betul butir item yang

bersangkutan

= proporsi testee yang jawabannya salah, atau

= jumlah dari hasil perkalian antara dengan

Sebagai kriteria untuk mengetahui tingkat reliabilitas, digunakan

klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 3.5

Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen

Kriteria Kategori

0,80 – 1,00 Derajat keterandalan sangat tinggi

0,60 – 0,799 Derajat keterandalan tinggi

0,40 – 0,599 Derajat keterandalan sedang

0,20 – 0,399 Derajat keterandalan rendah

0,00 – 0,199 Derajat keterandalan sangat rendah

Arikunto (2006: 276)

Hasil uji reliabilitas menunjukan nilai reliabilitas instrumen sebesar 0,883

dengan tingkat kepercayaan 95%, artinya tingkat korelasi atau derajat

keterandalan sangat tinggi yang menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan

sudah baik dan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data.

F. Teknik Analisis Data

1. Prosedur Pengumpulan Data

a. Verifikasi Data

Verifikasi data adalah suatu langkah pemeriksaan terhadap data yang

diperoleh dalam rangka pengumpulan data, sehingga verifikasi data bertujuan

(34)

56

verifikasi diperoleh data yang diisikan responden menunjukkan kelengkapan dan

cara pengisian yang sesuai dengan petunjuk, atau jumlah dan sesuai dengan

subjek dan keseluruhan data memenuhi persyaratan untuk dapat diolah.

2. Pengolahan Data

a. Penskoran

Penskoran instrumen dalam penelitian disusun dalam bentuk skala

ordinal yaitu skala yang didasarkan pada ranking yang diurutkan dari jenjang

yang lebih tinggi sampai jenjang terrendah atau sebaliknya dan dilakukan secara

sederhana.

Semua indikator yang diuraikan dari masing-masing aspek akan diteliti

ke dalam bentuk pernyataan. Pernyataan-pernyataan yang dibuat disusun dalam

bentuk angket yang dapat mengungkap permasalahan mengenai konsep diri

negatif peserta didik.

Pengukuran item-item angket konsep diri diukur dengan menggunakan

pernyataan angket dalam bentuk Skala Guttman. Angket ini berbentuk pernyataan

yang bersifat positif dan negatif dengan alternatif jawaban “Ya” dan “Tidak”

(forced choice). Jawaban “Ya” untuk pernyataan yang sesuai dengan diri peserta

didik dan jawaban “Tidak” untuk pernyataan yang tidak sesuai dengan diri peserta

didik. Pemberian skor akan bergantung kepada jawaban yang dipilih peserta didik

dan sifat dari setiap pernyataan pada angket. Bila pernyataan positif, maka skor

jawaban “Ya” adalah satu dan “Tidak” adalah nol. Sebaliknya jika pernyataan bersifat negatif, maka skor jawaban “Ya” adalah nol dan “Tidak” adalah satu.

Format penilaian angket dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut.

Tabel 3.6

Pola Penyekoran Setiap Butir Pernyataan Angket Konsep Diri

Pernyataan Ya Tidak

Positif (+) 1 0

(35)

57

Riska Mustikawati, 2014

Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja

b. Pengelompokkan Skor

Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai konsep diri

peserta didik yang diperoleh berdasarkan angket yang telah disebar pada peserta

didik kelas XI di SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013. Data yang

diperoleh akan diolah untuk dijadikan landasan penyusunan rencana pelaksanaan

konseling kelompok peer support (dukungan kelompok teman sebaya) untuk

mengembangkan konsep diri peserta didik. Gambaran umum karakteristik sumber

data penelitian yaitu konsep diri, terlebih dahulu akan dikelompokkan menjadi

dua kategori yaitu positif dan negatif. Untuk mengetahui dua kategori konsep diri

pengelompokkan data menggunakan proses perhitungan dengan kriteria sebagai

berikut:

Keterangan :

: Rata-rata ideal

Jumlah item : Jumlah item keseluruhan

Nilai maksimal : Nilai maksimal pada jawaban responden (1)

Dari perhitungan dengan menggunakan rumus didapatkan rata-rata ideal

sebesar 38. Setelah rata-rata ideal didapatkan maka data dapat digolongkan

berdasarkan kriteria pengelompokannya. Kriteria pengelompokkan skor dapat

dilihat pada tabel 3.7 Berikut:

Tabel 3.7

Kriteria Penggelompokkan Data

Kriteria Kategori

Positif

Negatif

c. Pengolahan Data untuk Pengembangan Layanan

Hasil pengolahan data konsep diri peserta didik yang dijadikan landasan

dalam penyusunan program konseling kelompok dengan teknik kelompok peer

(36)

58

support (dukungan kelompok teman sebaya) untuk mengembangkan konsep diri

peserta didik terlebih dahulu dilakukan pengelompokkan data menjadi dua

kategori yaitu positif dan negatif. Hasil pengelompokkan data berdarkan kategori

dan interpretasinya dijelaskan pada Tabel 3.8 berikut

Tabel 3.8

Interpretasi Kategori Konsep Diri

Rentang Kategori Interpretasi

39-76 Konsep diri positif

Peserta didik memiliki penilaian diri dan penilaian diri berdasarkan pendapat orang lain secara positif dalam aspek fisik, psikis dan sikap, baik mengenai aspek fisik dengan indikator penilaian diri dan penilaian orang lain terhadap kondisi fisik, mengenai aspek psikis dengan indikator karakteristik yang khas, kemampuan dan ketidakmampuan diri, dan masa depan, serta meliputi juga kualitas penyesuaian hidup dan mengenai aspek sikap dengan indikator perasaan tentang diri sendiri, sikapnya terhadap keberadaan diri, dan sikap terhadap keberhargaan, kebanggaan dan keterhinaan diri.

0-38 Konsep diri negatif

Peserta didik belum memiliki penilaian diri dan penilaian diri berdasarkan pendapat orang lain secara positif dalam aspek fisik, psikis dan sikap, baik mengenai aspek fisik dengan indikator penilaian diri dan penilaian orang lain terhadap kondisi fisik, mengenai aspek psikis dengan indikator karakteristik yang khas, kemampuan dan ketidakmampuan diri, dan masa depan, serta meliputi juga kualitas penyesuaian hidup dan mengenai aspek sikap dengan indikator perasaan tentang diri sendiri, sikapnya terhadap keberadaan diri, dan sikap terhadap keberhargaan, kebanggaan dan keterhinaan diri.

5. Langkah-Langkah Penyusunan Layanan

Proses penyusunan program konseling kelompok dengan teknik

kelompok peer support untuk mengembangkan konsep diri remaja dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Penyusunan program

Penyusunan layanan dilakukan setelah peneliti mendapatkan hasil

analisis data penelitian mengenai konsep diri peserta didik. Hasil data analisis

(37)

59

Riska Mustikawati, 2014

Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja

rancangan layanan konseling kelompok peer support untuk mengembangkan

konsep diri remaja. Penyusunan layanan konseling kelompok terdiri dari

aspek-aspek antara lain landasan penyusunan layanan, proses penyusunan layanan dan

evaluasi layanan.

b. Validasi Program (Rencana Layanan)

Langkah berikutnya setelah melakukan penyusunan program untuk peer

support dan untuk peserta didik yang memiliki permasalahan konsep diri negatif

adalah validasi program yang dilakukan oleh dosen jurusan Psikologi Pendidikan

dan Bimbingan serta Guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 18 Bandung.

Hasil validasi layanan merupakan pedoman untuk melakukan revisi dan perbaikan

untuk menyusun layanan konseling kelompok yang tepat untuk mengembangkan

konsep diri peserta didik. Proses validasi layanan diawali dengan penimbangan

kisi-kisi penilaian uji kelayakan layanan konseling kelompok peer support untuk

mengembangkan konsep diri peserta didik.

c. Penyusunan layanan hipotetik setelah validasi

Tahap berikutnya adalah validasi program, yaitu melakukan revisi pada

program yang telah diuji validasi. Program yang dihasilkan diujicobakan kepada

peserta didik yang bersedia berperan sebagai peer support yang bersedia

membantu peserta didik yang memiliki permasalahan dengan konsep diri negatif.

6. Langkah-Langkah Pelatihan Peer Support

a. Pemilihan peer support

Pemilihan peer support didasarkan pada hasil analisis data penelitian

mengenai konsep diri peserta didik. Hasil data analisis penelitiaan pada peserta

didik yang memiliki konsep diri positif tersebut dijadikan sebagai landasan dasar

dalam pemilihan peer support. Kemudian peneliti melakukan wawancara dan

observasi terhadap guru BK dan wali kelas SMA Negeri 18 Bandung. Lalu

didapat enam orang peserta didik yang memiliki konsep diri positif, yang bersedia

menjadi peer support dan bersedia menerima perlakuan dari peneliti mengenai

rancangan layanan konseling kelompok peer support untuk mengembangkan

(38)

60

b. Pelatihan peer support

Pelatihan peer support terdiri atas lima tahapan. Tahap yang pertama

pengenalan mengenai materi peer support, tahap kedua pengenalan mengenai

materi konsep diri, tahap ketiga pemberian materi satuan layanan kegiatan

bimbingan dan konseling yang telah dibuat oleh peneliti, tahap keempat

mengaplikasikan kemampuan peer support setelah pemberian layanan dan tahap

terakhir adalah penutup. Pelatihan dilaksanakan selama satu bulan dengan

pertemuan satu minggu tiga kali pertemuan dengan masing-masing satu materi.

G. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam pelaksanaan penelitian meliputi langkah-langkah berikut:

1. Studi pendahuluan di SMA Negeri 18 Bandung yang dilaksanakan pada awal

Bulan Maret 2012.

2. Membuat proposal penelitian dan mengkonsultasikannya dengan dosen mata

kuliah Metode Riset Bimbingan Konseling.

3. Pengesahan proposal penelitian oleh dosen mata kuliah diserahkan dengan

persetujuan dari dari dewan skripsi, calon dosen pembimbing skripsi serta

ketua jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.

4. Membuat surat permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi pada

tingkat fakultas.

5. Mengajukan permohonan izin penelitian dari jurusan Psikologi Pendidikan

dan Bimbingan untuk memberikan rekomendasi lanjutan ke tingkat Fakultas

dan Rektor UPI. Kemudian surat izin penelitian yang telah disahkan

kemudian disampaikan pada kepala sekolah SMA Negeri 18 Bandung.

6. Membuat instrumen penelitian berikut penimbangannya kepada tiga orang

dosen ahli dari jurusan PPB, yaitu: Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd.,

Dr.Mubiar Agustin, M.Pd., dan Eka Sakti Yudha, M.Pd.

7. Melakukan uji coba angket dan keterbacaan soal kepada 5 peserta didik kelas

XI Jurusan IPA dan IPS di SMA Negeri 18 Bandung pada tanggal 4

(39)

61

Riska Mustikawati, 2014

Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja

8. Mengumpulkan data dengan menyebarkan angket pada peserta didik Kelas XI

SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 pada tanggal 14 Januari

sampai akhir Bulan Januari 2013.

9. Mengolah dan menganalisis data dari hasil angket konsep diri yang telah

disebarkan.

10.Pembuatan rencana pelaksanaan teknik peer support berdasarkan hasil

analisis data deskripsi konsep diri peserta didik.

11.Uji kelayakan (validasi) program bimbingan hipotetik yang dilaksanakan

kepada dosen jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, yaitu: H.

Nandang Budiman, S.Pd, M.Si., dan Dr. Mubiar Agustin, M.Pd serta praktisi

Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 18 Bandung yaitu Ida Nurlaelasari,

S.Pd.

12.Uji coba terhadap enam peserta didik untuk mendapatkan pelatihan mengenai

teknik peer support untuk mengembangkan konsep diri peserta didik.

13.Mengumpulkan data hasil uji coba perlakuan kepada enam peserta didik

dalam memahami teknik peer support untuk mengembangkan konsep diri

peserta didik.

14.Penyempurnaan program berdasarkan hasil diskusi dan penilaian yang telah

dilakukan, sehingga rancangan layanan tersebut layak untuk dilaksanakan

(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan yang

dapat diambil diuraikan sebagai berikut.

1. Hasil penelitian yang dilakukan pada peserta didik kelas XI di SMA Negeri

18 Bandung mengenai konsep diri menunjukkan mayoritas peserta didik

memiliki konsep diri negatif.

2. Hasil akhir penelitian ini, yaitu berupa program konseling kelompok dengan

teknik peer support untuk mengembangkan konsep diri remaja. Konsep diri

peserta didik dilihat secara umum berada pada kategori positif dan

pelaksanaan layanan lebih difokuskan pada peserta didik yang berada pada

kategori negatif. Strategi layanan yang digunakan dalam kegiatan konseling

kelompok untuk mengembangkan konsep diri peserta didik berdasarkan

pendekatan konseling peer support. Dalam menerapkan konseling peer

support, strategi yang digunakan, yaitu orientasi, eksperimentasi, adaptasi dan

stabilisasi dimana keterampilan yang digunakan, yaitu keterampilan

berkomunikasi, keterampilan mendengarkan, keterampilan berempati dan

keterampilan memecahkan masalah.

3. Program konseling kelompok dengan teknik peer support disusun

berdasarkan kebutuhan peserta didik atas dasar hasil penelitian.

Pengembangan materi dalam program disesuaikan dnegan hasil analisis

kebutuhan peserta didik kelas XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran

2012-2013 yang diberikan melalui layanan konseling kelompok.

B. Rekomendasi

1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Guru bimbingan dan konseling dapat mempergunakan program dan

(41)

94

Riska Mustikawati, 2014

Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja

peserta didik dengan mempergunakan teknik peer support. (terlampir pada

halaman 175).

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Rekomendasi berikutnya ditujukan kepada para peneliti yang akan

mengembangkan kajian serta konsep tentang konsep diri. Keterbatasan proses dan

hasil penelitian tidak dapat dipisahkan dari keterbatasan penyusun skripsi dalam

mengelola kegiatan penelitian. Oleh karena itu, kepada peneliti selanjutnya

direkomendasikan untuk :

a. Program yang dirumuskan oleh peneliti bersifat hipotetik, untuk peneliti

selanjutnya dapat melakukan uji coba program kepada peer support dan

pelaksanaan program pada peserta didik yang memiliki konsep diri pada

kategori negatif.

b. Penggunaan teknik peer support pada penelitian hanya dilakukan pada

peserta didik yang berada pada kategori positif yang bersedia menjadi peer

supporter dan bersedia menerima pelatihan mengenai peer support dan

konsep diri. Peserta didik yang diharapkan mendapat treatment dari peer

support adalah peserta didik yang berada pada kategori negatif dan

(42)

DAFTAR PUSTAKA

ABKIN. (2008). Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling

dalam Jalur Pendidikan. ABKIN: Bandung

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Edisi Revisi IV, Rineka Cipta.

____________. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

____________. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Asmara, Tejo. (2007). Efektifitas Bimbingan Kelompok dengan Teknik Peer

Group dalam Meningkatkan Konsep Diri Siswa Kelas III A Di SMP Mardisiswa 1 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007.Skripsi Sarjana pada

BK Fakultas Pendidikan Universitas Negeri Malang: tidak diterbitkan.

Agustiani, Hendriati. (2006). Psikologi Perkembangan. Pendekatan Ekologi

Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja.

Bandung: Refika Aditama.

Burns, Robert. (1979). The Self Concept : Theory, Measurement, Development

and Behaviour. Alih Bahasa (1993). Eddy. Konsep Diri : Teori,

Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku. Jakarta: Arcan.

____________. (1982). Self-Concept Development And Education. London: Holt, Rinehart and Wiston.

Byrne, B. M. (1996). Academic Self-Concept: Its Structure, Measurement, and

Relation To Academic Achievement. In B. A. Bracken (Ed.), Handbook of self-concept: Developmental, social, and clinical considerations (pp.

287-316). New York: Wiley.

Cowie, Helen, Wallace, Patti. (2000). Peer Support in Action : From Bystanding

to Standing By. London: Sage Publications Ltd.

Calhoun, James F., Acocella, Joan Ross. (1990). Psychology of Adjustment and

Human Relationship, Third Edition. New York : McGraw Hill Publishing

Company.

____________. (1995). Psychology of Adjustment and Human Relationship, Third

(43)

96

Riska Mustikawati, 2014

Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja

Deswita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosda Karya.

Gladding, S.T. (1995). Group Work. : A Counseling Specialty. (Second Edition). New Jersey: Prentice Hall.

Gunarsa, S.G. dan Gunarsa. 1983. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Pt.BPK. Gunung Mulya.

Hurlock, B. Elizabeth. (1975). Developmental Psychology. Fourth Edition. New Delhi. Tata McGraw-Hill Publishing Company Ltd.

____________ . (1980). Adolescence Development. McGraw-Hill Inc.

____________ . (1993). Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan (Terjemahan Isti Widayanti). Jakarta: Erlangga.

Ilfiandra. (1997). Kontribusi Konsep Diri Terhadap Kematangan Karir Siswa. Skripsi Sarjana pada Jurusan PPB FIP UPI: tidak diterbitkan.

Kartadinata, Sunaryo. (1998). Bimbingan di Sekolah Dasar. Bandung: Maulana.

Kurniawati, Nia. (2000). Program Bimbingan dan Konseling dalam

Mengembangkan Konsep Diri Siswa. Skripsi Sarjana pada PPB FIP UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Natawidjadja, Rochman. (1987). Pendekatan-Pendekatan Dalam Penyuluhan

Kelompok I. Bandung: Diponegoro.

Natawidjadja, Rochman. (2007). Konseling Kelompok : Konsep Dasar dan

Pendekatan. Bandung: Rizqi Press.

Rakhmat, Jalaludin. (1994). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rakhmat, Jalaludin. (2008). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rachmawati, Wati. (2009). Perbedaan Profil Konsep Diri Siswa SMA. Skripsi Sarjana pada PPB FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Riduwan. (2009). Pengantar Statistika Sosial. Bandung: Alfabeta.

Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah

(Metode, Teknik dan Aplikasi). Bandung: Rizqi Press.

Gambar

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Konsep Diri Peserta didik Sekolah Menengah Atas
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Konsep Diri Peserta didik Sekolah Menengah Atas
Tabel 3.3 Kisi-kisi Pedoman Wawancara
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas
+4

Referensi

Dokumen terkait

Balobat adalah alat musik Karo yang dapat dimainkan secara solo maupun ensambel. Secara solo balboat biasanya dimainkan oleh masyrakat Karo untuk mngibur

Yang dimaksud dengan “kepentingan umum” adalah kepentingan bangsa dan negara dan/atau kepentingan masyarakat bersama dan/atau kepentingan pembangunan, sesuai

Bapak Ropong Tarigan Sibero merupakan seorang yang masih bisa membuat alat musik balobat, tetapi beliau sudah berumur 85 tahun, Ropong Tarigan bukan hanya membuat balobat

Dalam menyelenggarakan pengelolaan kawasan siap bangun, badan usaha milik negara atau badan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) dapat bekerjasama.. dengan badan

Pelabuhan Pontianak di Kalimantan Barat untuk pengembangan perekonomian wilayah, Terminal Kijing. Pelabuhan Pontianak di Kalimantan Barat

Nama : Dhika Handayani Rangkuti.. Alamat Sekarang :

banding orang lain. Kinerja yang kompeten dapat dilihat dari sudut pandang:  Kesuksesan, yaitu orang yang selalu sukses dalam bidang pekerjaan tertentu.  Kreativitas, yaitu

[r]