PROGRAM KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK
KELOMPOK PEER SUPPORT UNTUK MENGEMBANGKAN
KONSEP DIRI REMAJA
(Studi Deskriptif Terhadap Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Oleh :
Riska Mustikawati 0808366
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
Halaman Hak Cipta Mahasiswa S1
Program Konseling Kelompok
dengan Teknik Kelompok
Peer
Support
untuk Mengembangkan
Konsep Diri Remaja
Oleh
Riska Mustikawati
Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Riska Mustikawati 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Maret 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRAK
Riska Mustikawati. (2014). Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja (Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013).
Penelitian ini dilatarbelakangi dengan banyaknya fenomena peserta didik Sekolah Menengah Atas yang memiliki konsep diri yang tidak sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Beberapa litelatur menyebutkan faktor penyebab peserta didik yang memiliki konsep diri negatif bukan hanya karena faktor lingkungan yaitu keluarga, guru dan teman sebaya, namun faktor internal yang terdapat dalam diri peserta didik sendiri juga mempengaruhi. Banyak faktor yang mempengaruhi konsep diri peserta didik, yaitu usia kematangan, penampilan diri, kepatutan seks, nama dan julukan, hubungan keluarga, teman-teman sebaya, kreatifitas, dan cita-cita”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data empiris mengenai gambaran umum konsep diri sebagai dasar program konseling kelompok peer support untuk mengembangkan konsep diri peserta didik. Pendekatan yang digunakan untuk meneliti konsep diri peserta didik adalah pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Populasi penelitian adalah peserta didik kelas XI SMA Negeri 18 Bandung tahun ajaran 2012-2013 yang berjumlah 358 peserta didik. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil sampel populasi, yaitu seluruh peserta didik dijadikan sampel dalam penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan: a) secara umum peserta didik cenderung memiliki konsep diri negatif (54.75%); b) keberagaman tingkat pencapaian aspek dan indikator, beberapa diantaranya berada pada kategori konsep diri negatif, c) hasil data penelitian dijadikan acuan dalam program konseling kelompok peer support. Program konseling kelompok peer support merupakan suatu strategi layanan bimbingan dan konseling yang dalam penelitian bertujuan untuk mengembangkan konsep diri peserta didik kelas XI di SMA Negeri 18 Bandung.
Kata Kunci: Program Konseling Kelompok Peer Support, Konsep Diri, Peserta Didik, , Kelas XI SMA Negeri 18 Bandung
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
ABSTRACT
Riska Mustikawati. (2014). Peer Support Group Counseling Program for Developing Self Concept of Youth (Descriptive Study of the Eleventh Grade Students of SMA Negeri 18 Bandung Academic Year 2012-2013).
This research is motivated by the many phenomena of high school students who have a self-concept that does not correspond to its potential. Some litelatur mentioned factors causing learners who have a negative self-concept is not only due to environmental factors, namely family, teachers and peers, but there are internal factors within learners themselves also affect. Many factors affect the concept of self-learners, ie the age of maturity, personal appearance, sexual propriety, names and nicknames, family relationships, peers, creativity, and ideals".
This study aimed to gather empirical data on the general overview of the basic concepts of self as a peer support group counseling program to develop the concept of learners. The approach used to examine the concept of self-learners is a quantitative approach with descriptive methods. The study population was a class XI student of SMAN 18 Bandung 2012-2013 school year, amounting to 358 learners. Techniques used in the sampling is done by taking a sample of the population, ie all students sampled in the study. The results showed: a) learners in general tend to have a negative self-concept (54.75%); b) the diversity of aspects and levels of achievement indicators, some of which are in the category of negative self-concept, c) the results of the research data referenced in the peer support group counseling program. Peer group support counseling program is a strategy guidance and counseling services in research aims to develop a self-concept of students in class XI in SMAN 18 Bandung.
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Metode Penelitian ... 9
F. Struktur Organisasi Penelitian ... 9
BAB II PEER SUPPORT DAN KONSEP DIRI REMAJA ... 10
A. Konsep Dasar Konsep Diri Remaja ... 10
1. Definisi dan Teori Konsep Diri ... 10
2. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri ... 11
3. Komponen Konsep Diri ... 12
4. Karakteristik Konsep Diri ... 13
5. Perkembangan Konsep Diri ... 14
6. Konsep Diri Remaja ... 16
B. Konsep Dasar Peer Support dalam Bimbingan dan Konseling ... 16
1. Definisi Bimbingan dan Konseling ... 16
2. Definisi Bimbingan dan Konseling Kelompok ... 21
3. Definisi dan Teori Peer Support ... 27
C. Konsep Dasar Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja ... 34
1. Penggunaan Teknik Peer Support ... 34
2. Program Pengembangan Konsep Diri dengan Mempergunakan Peer Support ... 36
D.Penelitian Terdahulu ... 41
E. Kerangka Penelitian ... 42
BAB III METODE PENELITIAN ... 43
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 43
B. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 44
ix
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
1. Peer Support ... 46
2. Konsep Diri ... 46
D. Instrumen Penelitian ... 47
1. Angket ... 47
2. Pedoman Wawancara ... 50
3. Pedoman Observasi ... 51
4. Studi Dokumentasi ... 51
E. Uji Coba Alat Pengumpul Data ... 51
1. Uji Kelayakan Instrumen ... 51
2. Uji Keterbacaan Instrumen ... 52
3. Uji Validitas dan Reabilitas ... 52
F. Teknik Analisis Data ... 55
1. Prosedur Pengumpulan Data ... 55
2. Pengolahan Data ... 56
G. Prosedur Penelitian ... 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61
A. Hasil Penelitian ... 61
1. Gambaran Umum Konsep Diri Peserta didik Kelas XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 ... 61
2. Pelaksanaan Program Konseling Kelompok dengan Teknik Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Peserta Didik di SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 ... 75
3. Program Konseling Kelompok dengan Teknik Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Peserta Didik di SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ... 78
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 83
1. Gambaran Umum Konsep Diri Peserta didik Kelas XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 ... 83
2. Gambaran Umum Konsep Diri Peserta didik Kelas XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 pada Setiap Aspek ... 86
3. Pelaksanaan Program Konseling Kelompok dengan Teknik Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Peserta Didik di SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 ... 91
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 93
A. Kesimpulan ... 93
B. Rekomendasi ... 93
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kelebihan dan Kelemahan Teknik Peer Support ... 30
Tabel 2.2 Kondisi- kondisi yang Menyebabkan Remaja Diterima atau Ditolak ... 35
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Konsep Diri Sebelum Validasi ... 48
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Konsep Diri Sebelum Validasi ... 49
Tabel 3.3 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Pelaksanaan Konseling Kelompok Peer Support ... 50
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas ... 54
Tabel 3.5 Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen ... 55
Tabel 3.6 Pola Penyekoran Setiap Butir Pernyataan Angket Konsep Diri ... 56
Tabel 3.7 Kriteria Penggelompokkan Data ... 57
Tabel 3.8 Interpretasi Kategori Konsep Diri ... 58
Tabel 4.1 Gambaran Umum Konsep Diri Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 ... 61
Tabel 4.2 Gambaran Konsep Diri pada Aspek Fisik ... 62
Tabel 4.3 Gambaran Setiap Indikator pada Aspek Fisik ... 63
Tabel 4.4 Gambaran Konsep Diri Akademik pada Aspek Psikis ... 64
Tabel 4.5 Gambaran Setiap Indikator pada Aspek Psikis Menurut Pandangan Diri ... 65
Tabel 4.6 Gambaran Setiap Indikator pada Aspek Psikis Berdasarkan Penilaian Orang Lain Tentang Diri ... 67
Tabel 4.7 Gambaran Konsep Diri pada Aspek Sikap ... 69
Tabel 4.8 Gambaran Konsep Diri pada Aspek Sikap Menurut Pandangan Diri ... 70
Tabel 4.9 Gambaran Setiap Indikator pada Aspek Sikap Berdasarkan Penilaian Orang Lain Tentang Diri ... 71
xi
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka penelitian program pelatihan konseling kelompok dengan teknik kelompok Peer Support untuk
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
DAFTAR LAMPIRAN
1. Administrasi... 100
2. Instrumen Penelitian ... 101
3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 110
4. Program Sebelum Judgement ... 111
5. Program Setelah Judgement ... 174
6. Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling ... 207
7. Hasil Judgement Instrumen Konsep Diri ... 251
8. Hasil Judgement Program Konseling Kelompok Peer Support ... 264
9. Dokumentasi Kegiatan ... 271
BAB I
PENDAHULUAN
Bab satu terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan
masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat/ signifikansi penelitian
serta struktur organisasi skripsi.
A. Latar Belakang Masalah
Setiap manusia pada dasarnya akan melalui tahapan perkembangan
dimulai dari masa bayi, kanak-kanak, remaja dan masa dewasa dalam rentang
hidupnya. Salah satu tahapan yang akan dijalani individu adalah masa remaja.
Pada masa remaja, individu sering mengalami permasalahan karena remaja
mengalami peralihan dari masa anak-anak. Masalah-masalah yang dialami remaja,
seringkali dan bahkan hampir semua berasal dari dalam diri. Salah satu
permasalahan yang berasal dari dalam diri adalah konsep diri.
Keguncangan dan kebingungan yang dialami remaja sebagai akibat dari
masa peralihan sering menimbulkan perilaku yang salah suai yang ditampilkan
dalam bentuk perilaku seperti rendah diri, sikap pesimis, tidak percaya diri, rasa
cemas yang berlenihan dan perilaku penilaian negatif terhadap diri atau konsep
diri yang negatif.
Konsep diri adalah persepsi atau pandangan yang dimiliki remaja tentang
diri masing-masing. Menurut Burns (1993: v) “konsep diri adalah suatu gambaran
campuran dari apa yang dipikirkan oleh orang lain, pendapat orang lain mengenai diri, dan seperti apa diri yang diinginkan oleh setiap individu”.
Konsep diri bukan merupakan sesuatu yang dipelajari dan terbentuk dari
pengalaman remaja dalam berhubungan dengan orang lain. Dasar dari konsep diri
remaja ditanamkan pada saat-saat dini kehidupan pada masa anak dan menjadi
2
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
menerima tanggapan-tanggapan yang diberikan dan dijadikan cermin bagi remaja
untuk menilai dan memandang dirinya sendiri. Konsep diri terbentuk karena suatu
proses umpan balik dari orang lain. Hurlock (1980: 235) mengemukakan :
faktor yang mempengaruhi konsep diri remaja adalah (a) usia kematangan, (b) penampilan diri, (c) kepatutan seks, (d) nama dan julukan, (e) hubungan keluarga, (f) teman-teman sebaya, (g) kreatifitas, dan (h) cita-cita.
Ferliana (Merdekawati, 2002 : 5) mengemukakan banyak remaja yang
memiliki pandangan buruk terhadap dirinya dan kurang memiliki keyakinan akan
kemampuan yang dimilikinya, sehingga mereka kurang dapat mengaktualisasikan potensi yang sesungguhnya. Sedangkan menurut Clara (1985 : 1) “dari berbagai pengamatan yang dilakukan, banyak siswa yang memiliki kegagalan dalam
pelajaran bukan disebabkan oleh tingkat intelegensi yang rendah atau keadaan fisik yang lemah, melainkan ada perasaan tidak mampu melaksanakan tugas”.
Sebagai contoh kasus yang disampaikan pada majalah kawanku nomor
08/xxxv/2005, seorang siswi di salah satu SMA Negeri di Jakarta melakukan
bunuh diri karena merasa dikucilkan oleh teman-temannya. Begitu pula yang
terjadi di salah satu SMA Negeri di kota Bekasi, seorang siswi melakukan
tindakan yang sama karena merasa teman-temannya tidak mau berteman
dengannya karena ia anak seorang tukang bubur. Sebelum melakukan bunuh diri,
kedua siswi tersebut tidak mau sekolah, bahkan siswi yang bersekolah di Kota
Bekasi tidak naik kelas. Kasus tersebut menggambarkan bagaimana konsep diri
yang negatif dapat mempengaruhi perilaku individu yang berdampak bukan hanya
pada kepribadian, tetapi juga pada masalah belajar.
Adanya pemahaman serta penilaian remaja bahwa dirinya tidak memiliki
kemampuan, tidak memiliki penampilan yang menarik, dapat menimbulkan
permasalahan lanjutan. Masalah yang dimaksud mulai dari evaluasi terhadap diri
yang negatif, harga diri yang rendah, kurangnya manajemen diri, kurangnya
penerimaan terhadap diri, tidak ada penguatan positif di dalam diri dan kurangnya
aktualisasi diri yang mendukung. Permasalahan yang timbul tidak dapat dibiarkan
3
memiliki pemahaman, penilaian dan harapan yang rendah terhadap diri sendiri.
Adanya pemahaman, penilaian dan harapan peserta didik tidak memiliki
kemampuan, memiliki penampilan yang kurang menarik, mengalami
permasalahan-permasalahan di lingkungannya, dapat menimbulkan permasalahan
lanjutan, antara lain munculnya perasaan tidak percaya diri, minder, merasa tidak
mampu dengan kekuatan diri, menyesali keadaan dirinya dan putus asa.
Pandangan mengenai fisik, psikis dan sosial dapat memberikan
kontribusi yang sangat besar pada konsep diri. Syarif (2007: 79) menjelaskan
persentase terkecil aspek fisik pada konsep diri peserta didik mengenai keadaan
fisik diperoleh sebesar 48,4%, mengindikasikan masih banyak peserta didik yang
memiliki penilaian, pengetahuan, dan pengharapan yang belum positif tentang
keadaan fisik sehingga memiliki persepsi negatif tentang tubuhnya. Cara peserta
didik dalam menilai dirinya sendiri yang dinamakan konsep diri.
Solihah (2007: 144) menyatakan permasalahan yang banyak
dikonsultasikan remaja pada Mitra Citra Remaja (MCR) PKBI Jawa Barat pada
masa pubertas, yaitu mengenai permasalahan perubahan fisik sebanyak 27,9 %,
dampak perubahan fisik 27 %, kekhawatiran pada masa puber 16 %, kekhawatiran
pada masa pubertas sebagai awal remaja 10,1 % dan keadaan emosi 7,6 %.
Permasalahan-permasalahan peserta didik yang memiliki konsep diri
negatif, perlu diupayakan pemberian bantuan pada peserta didik dengan cara
menyediakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk
mengembangkan konsep diri yang positif. Keberhasilan peserta didik dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapinya bergantung pada kemampuan dalam
memahami siapa dirinya. Pemahaman terhadap diri berkaitan dengan bagaimana
peserta didik memandang kelebihan maupun kekurangan diri secara positif.
Diperlukan pihak yang dapat membimbing, memberikan informasi dan
pemahaman mengenai bagaimana peserta didik memandang kelebihan maupun
kekurangan diri secara positif, sehingga peserta didik memiliki konsep diri yang
positif. Salah satu pihak yang dapat membantu peserta didik dalam memahami
4
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
Bimbingan dan konseling sebagai suatu sub-sistem sekolah merupakan
salah satu unsur penting bagi keseluruhan proses pembelajaran yang tertuju pada
pencapaian tujuan pendidikan secara optimal. Bidang pembinaan peserta didik
(Bimbingan dan Konseling) terkait dengan program pemberian layanan bantuan
kepada peserta didik dalam upaya mencapai perkembangannya melalui interaksi
yang sehat dengan lingkungannya. Diharapkan memberikan kontribusinya kepada
peserta didik dalam mengembangkan konsep diri ke arah yang positif.
Pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam upaya mengembangkan
konsep diri peserta didik ke arah yang positif mengarah kepada bimbingan pribadi
karena konsep diri terbentuk berdasarkan aspek pribadi. Aspek pribadi
menyangkut pengetahuan, penilaian, pengharapan dan cara pandang baik tentang
fisik, psikis maupun sikap yang dimiliki peserta didik. Oleh karena itu program
bimbingan yang dirancang mengarah pada program bimbingan pribadi.
Dengan adanya program bimbingan pribadi yang mengarah pada
pengembangan konsep diri, diharapkan dapat membantu peserta didik dalam
mengenali dirinya, mengarahkan dirinya secara tepat, mampu mengembangkan
segala potensi yang dimiliki agar berkembang secara optimal. Program disusun
secara komperhensif dengan menggunakan teknik atau strategi khusus yang
diharapkan mampu mengembangkan konsep diri peserta didik ke arah yang
positif. Melalui penelitian penulis mempergunakan setting kelompok guna
mengembangkan konsep diri yang positif pada remaja.
Teknik pendekatan kelompok efektif dalam membantu peserta didik
untuk mengembangkan konsep diri yang positif karena konsep diri terbentuk dari
adanya hubungan interaksi sosial antara individu dengan orang lain. Interaksi
dalam hubungan kelompok diharapkan berdampak positif pada peserta didik
dalam pencapaian kemandirian dirinya, yang mencakup : pengetahuan diri,
pemahaman diri, penerimaan diri dan pengambilan keputusan.
Layanan bimbingan kelompok merupakan upaya bantuan kepada
individu dengan memanfaatkan dinamika kelompok dalam rangka memberikan
5
Bimbingan kelompok merupakan lingkungan yang kondusif dimana
setiap anggota memberikan kesempatan untuk menambah penerimaan diri dan
orang lain, memberikan ide, perasaan, dukungan bantuan alternatif pemecahan
masalah dan mengambil keputusan yang tepat. Suasana kelompok dapat
menumbuhkan perasaan berarti bagi anggota yang selanjutnya juga dapat
mengembangkan konsep diri yang positif.
Penggunaan teknik dalam kegiatan bimbingan kelompok memiliki
banyak fungsi. Selain dapat lebih memfokuskan kegiatan bimbingan kelompok
terhadap tujuan yang ingin dicapai, tetapi juga dapat membuat suasana yang
terbangun dalam kegiatan bimbingan kelompok agar lebih semangat dan tidak
membuat peserta didik jenuh dalam mengikutinya.
Intervensi yang digunakan untuk mengembangkan konsep diri yang
positif pada peserta didik yaitu menggunakan teknik penguatan kembali
(reinforcement) yang ada di dalam terapi kelompok behavioral yang
masing-masing anggotanya memberikan penguatan berupa penghargaan, persetujuan,
dukungan dan perhatian. Salah satu penguatan dalam konseling kelompok
behavioral yang akan dijadikan teknik untuk mengembangkan konsep diri positif
pada peserta didik, yaitu konseling peer support.
Teknik peer support memungkinkan terjadi interaksi dan dinamika dalam
kelompok yang diharapkan membantu peserta didik lebih terbuka dan menerima
diri lebih positif. Pada bimbingan dengan teknik peer support terdapat tahap-tahap
yang mengandung usaha perbaikan terhadap konsep diri negatif peserta didik.
Salmivalli (Cowie dan Wallace, 1999: 9) mengemukakan „peer support
adalah kegiatan dimana terdapat dukungan dari teman sebaya yang dibangun
dengan alasan teman-teman secara spontan membantu satu sama lain, tetapi
terjadi di mana saja, dalam organisasi apapun dan dalam setiap bidang usia‟.
Melalui teknik peer support, remaja merasakan adanya kesamaan satu
dengan yang lainya seperti di bidang usia, kebutuhan dan tujuan yang dapat
memperkuat diri. Pelaksanaan teknik peer support akan digunakan dalam
membantu permasalahan peserta didik dan mengembangkan diri khususnya dalam
6
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
terjadinya proses interaksi secara dinamis dalam memecahkan suatu permasalahan
antar anggota kelompok, khususnya dalam permasalahan konsep diri.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, penelitian
mengambil judul: “Program Bimbingan Kelompok dengan Teknik Peer
Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja”.
B.Identifikasi dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
a. Konsep Diri
Konsep diri didefinisikan sebagai pengetahuan, penilaian dan harapan
individu terhadap diri sendiri dan pandangan orang lain tentang diri. Konsep diri
memiliki peranan penting dalam menentukan perilaku individu. Bagaimana
individu memandang diri, akan tampak dari keseluruhan perilaku. Perilaku
individu akan sesuai dengan cara orang memandang diri sendiri. Apabila individu
memandang dirinya negatif dan serba tidak mampu, maka akan ditunjukkan
dalam perilaku ketidakmampuan.
Konsep diri tidak hanya mencakup pandangan, pengetahuan, penilaian
dan pengharapan individu mengenai diri sendiri, konsep diri juga dipengaruhi
oleh pandangan dan penilaian dari orang lain tentang diri individu. Konsep diri
dalam penelitian adalah keseluruhan cara pandang, mengenai pandangan,
pengetahuan, penilaian dan pengharapan individu mengenai diri sendiri yang
dipengaruhi oleh pandangan lingkungan sosial dimana individu berada.
Hurlock (1980: 373) menjelaskan “individu dengan konsep diri yang
positif terhadap diri akan menyukai dan menerima keadaan diri sehingga
mengembangkan rasa percaya diri, harga diri, serta dapat melakukan interaksi
sosial secara tepat”. Rasa percaya diri dan harga diri yang tumbuh seiring dengan
adanya keyakinan terhadap kemampuan diri membuat individu cenderung tampil
7
b. Teknik Peer support
Bimbingan kelompok merupakan upaya bantuan kepada individu dengan
memanfaatkan dinamika kelompok dalam rangka memberikan kemudahan dalam
perkembangan dan pertumbuhannya. Intervensi yang digunakan untuk
mengembangkan konsep diri yang positif pada peserta didik yaitu menggunakan
teknik penguatan kembali (reinforcement) dimana dalam terapi kelompok
behavioral masing-masing anggotanya memberikan penguatan berupa
penghargaan, persetujuan, dukungan dan perhatian. Salah satu penguatan dalam
konseling kelompok behavioral ini yang akan dijadikan teknik untuk
mengembangkan konsep diri positif pada peserta didik, yaitu teknik peer support.
Teknik peer support merupakan bimbingan kelompok teman sebaya di
mana terdapat dukungan dari teman sebaya yang dibangun dengan alasan
teman-teman secara spontan membantu satu sama lain, dapat terjadi di mana saja, baik
dalam organisasi apapun maupun setiap tahapan usia (Cowie dan Wallace, 1999:
9). Teknik peer support memberi kesempatan pada remaja untuk menjalin
persahabatan yang erat sehingga memberikan dukungan, semangat, memberi
perhatian yang membuat remaja dapat mencurahkan permasalahan yang
dirasakannya.
Intervensi konseling dilakukan dengan mengambil setting lingkungan
sekolah dengan menggunakan pendukung dari kelompok teman sebaya (peer
supporter) dan mempertimbangkan prinsip-prinsip dinamika kelompok.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang dan batasan masalah maka perlu
diungkap dan dianalisis mengenai Program Bimbingan Kelompok dengan Teknik
Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Positif pada Peserta Didik
Kelas XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013. Rumusan masalah
dijabarkan dalam pernyataan penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana gambaran umum konsep diri peserta didik kelas XI SMA Negeri
8
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
b. Bagaimana pelaksanaan program bimbingan kelompok dengan teknik peer
support untuk mengembangkan konsep diri positif pada peserta didik kelas
XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun ajaran 2012-2013?
c. Bagaimana program bimbingan kelompok untuk mengembangkan konsep diri
peserta didik kelas XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013?
C.Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan penelitian adalah memperoleh merumuskan program bimbingan
kelompok melalui teknik peer support untuk mengembangkan konsep diri positif
peserta didik kelas XI di SMA Negeri 18 Bandung Tahun ajaran 2012-2013.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian adalah memperoleh gambaran:
a. konsep diri peserta didik kelas XI di SMA Negeri 18 Bandung Tahun ajaran
2012-2013.
b. program bimbingan kelompok melalui teknik peer support yang berlangsung
di SMA Negeri 18 Bandung Tahun ajaran 2012-2013.
c. rancangan program bimbingan kelompok melalui teknik peer support untuk
mengembangkan konsep diri positif peserta didik kelas XI di SMA Negeri 18
Bandung Tahun ajaran 2012-2013.
D.Manfaat / Signifikasi Penelitian
Hasil dari penelitian memiliki beberapa manfaat, yaitu :
1. Bagi guru Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 18 Bandung, dapat
dijadikan suatu pedoman sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan
layanan bimbingan dan konseling khususnya untuk mengembangkan konsep
diri peserta didik.
2. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, menambah ragam hasil
9
E.Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan
kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif yaitu suatu metode untuk
memperoleh gambaran yang jelas tentang suatu permasalahan yang sedang terjadi
dengan cara mengolah, menganalisis, menafsirkan, dan menyimpulkan data hasil
penelitian yaitu mengenai gambaran konsep diri peserta didik di SMA Negeri 18
Bandung yang diuraikan secara gamblang. Penelitian yang dilakukan merupakan
dasar bagi rancangan program bimbingan kelompok dengan teknik peer support
untuk mengembangkan konsep diri positif peserta didik.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Penulisan skripsi terdiri dari lima bab, yaitu: Bab I pada skripsi
mengungkapkan latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah,
tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat/ signifikansi penelitian serta struktur
organisasi skripsi, bab II terdiri dari kajian pustaka, kerangka pemikiran dan
hipotesis penelitian, bab III merupakan penjabaran dari metode penelitian.
Prosedur dan tahap-tahap penelitian mulai persiapan hingga penelitian berakhir,
serta dilaporkan instrumen yang digunakan. Bab IV melaporkan hasil-hasil
penelitian dan bab V menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian serta
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi yang menjadi penelitian adalah di Sekolah Menengah Atas
(SMA) Negeri 18 Kota Bandung pada tahun ajaran 2012-2013. Letak sekolah ini
berada di Jalan Madesa No. 18 Situgunting Bandung.
2. Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono (2009 : 57) “populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”. Sedangkan menurut Riduwan (2009 : 6) “populasi adalah objek
atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu
yang berkaitan dengan masalah penelitian”. Dari beberapa definisi para ahli dapat dipahami populasi adalah objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu
yang berada dalam satu wilayah yang memenuhi syarat dalam sebuah penelitian.
Populasi dalam penelitian menurut Riduwan (2009 : 6) dikelompokan
menjadi dua jenis, yaitu populasi terbatas dan populasi tidak terbatas (tak
terhingga). Populasi terbatas adalah populasi yang mempunyai sumber data yang
jelas batasannya secara kuantitatif sehingga dapat dihitung jumlahnya. Populasi
tidak terbatas adalah populasi yang memiliki sumber data yang tidak dapat
ditentukan batasannya sehingga relatif tidak dinyatakan dalam bentuk jumlah.
Dalam desain penelitian, peneliti menggunakan data populasi terbatas yaitu
peserta didik kelas XI Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 18 Kota Bandung
berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilaksanakan pada bulan Februari
2012 yang menunjukkan kecenderungan peserta didik memiliki konsep diri yang
44
3. Sampel Penelitian
Menurut Arikunto (1998 : 117) “sampel merupakan sebagian atau wakil
dari populasi yang diteliti”. Sampel ditentukan untuk memperoleh informasi
tentang obyek penelitian dengan mengambil representasi populasi yang
diprediksikan sebagai inferensi terhadap seluruh populasi. Penelitian diberikan
kepada peserta didik yang memiliki konsep diri yang negatif, maka sampel adalah
semua peserta didik SMA Negeri 18 Bandung, yang diambil melalui teknik
sensus. Penelitian sensus adalah memperoleh data dari semua anggota populasi.
Sampel pada penelitian adalah peserta didik yang memiliki konsep diri negatif
dan peserta didik yang memiliki konsep diri yang positif yang bersedia
mendukung sebagai peer support dalam intervensi guna mengembangkan konsep
diri peserta didik. Adapun tujuannya menggunakan teknik, yaitu membentuk
konsep diri positif melalui layanan konseling peer support. Adapun yang menjadi
pertimbangan dalam pemilihan populasi dan sampel yaitu sebagai berikut.
a. Peserta didik kelas XI pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) berada
pada masa dimana peserta didik telah dapat beradaptasi dengan
lingkungannya dan memahami dirinya secara fisik, sosial dan akademiknya di
sekolah. Terdapat peserta didik yang belum memahami diri sehingga
mengalami permasalahan konsep diri.
b. Peserta didik kelas XI berada pada rentang usia 15-16 tahun, dalam lingkup
psikologi perkembangan individu pada saat ini termasuk masa remaja tengah.
Selain itu, peserta didik kelas XI telah satu tahun mengikuti kegiatan
pembelajaran di sekolah dan juga mengetahui kehidupan lingkungan sekolah,
sehingga data-data yang diperoleh dalam penelitian ini lebih akurat.
c. Peserta didik kelas XI pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) yang
berada pada masa remaja yang erat kaitannya dengan perkembangan sense of
identity vs role confusion yaitu perasaan atau kesadaran jati diri yang
berdampak pada pembentukan konsep diri.
45
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
B. Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan
kuantitatif. Sugiyono (2007: 14) mengemukakan penelitian kuantitatif
berlandaskan pada filsafat positivisme yang digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya
dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif/statistik. Data hasil penelitan berupa skor
dianalisis menggunakan pengolahan statistik, selanjutnya dideskripsikan untuk
menggambarkan konsep diri peserta didik kelas XI di SMA Negeri 18 Bandung.
Metode penelitian deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran yang jelas
tentang suatu permasalahan yang sedang terjadi dengan cara mengolah,
menganalisis, menafsirkan, dan menyimpulkan data hasil penelitian yaitu
mengenai gambaran konsep diri peserta didik Kelas XI Sekolah Menengah Atas
(SMA) Negeri 18 Kota Bandung periode 2012-2013.
Hasil penelitian merupakan dasar bagi pengembangan program konseling
kelompok peer support untuk mengembangkan konsep diri remaja. Upaya
menghasilkan program konseling kelompok dengan teknik kelompok peer support
yang layak dilaksanakan maka tahapan yang dilakukan meliputi lima tahapan
kegiatan sebagai berikut.
1. Tahap pengidentifikasian, yaitu pengumpulan data tentang konsep diri peserta
didik kelas XI SMA Negeri 18 Bandung dan program konseling kelompok
dengan teknik kelompok peer support di SMA Negeri 18 Bandung.
2. Tahap perancangan layanan konseling kelompok peer support di SMA Negeri
18 Bandung berdasarkan kajian terhadap data-data hasil pengidentifikasian
disertai hasil pemberian layanan kepada peer support , maka dikembangkan
sebuah program konseling kelompok dengan teknik kelompok peer support
untuk mengembangkan konsep diri remaja.
3. Tahap diskusi program konseling kelompok dengan teknik kelompok peer
support. Untuk menguji kelayakan sebuah program konseling kelompok
dengan teknik kelompok peer support langkah berikutnya adalah mengadakan
46
pertimbangan dalam pengembangan program konseling kelompok dengan
teknik kelompok peer support.
4. Tahap penyempurnaan program konseling kelompok dengan teknik kelompok
peer support. Berdasarkan diskusi yang telah dilakukan akhirnya program
konseling kelompok dengan teknik kelompok peer support disempurnakan
dan dinyatakan sebagai program yang memiliki kelayakan untuk
dilaksanakan.
5. Pengujicobaan program kepada peer support dalam membantu pelaksanaan
konseling kelompok peer support kepada peserta didik yang memiliki konsep
diri negatif.
C. Definisi Operasional Variabel
1. Peer Support
Konseling peer support merupakan suatu layanan bimbingan dan
konseling dalam mengurangi permasalahan yang terjadi di dalam kelompok yang
di dalamnya terdapat dukungan yang dapat mengubah, menginspirasi dan
mendorong individu untuk menyelesaikan masalah konsep diri negatif peserta
didik kelas XI SMA Negeri 18 Bandung. Melalui konseling peer support, peserta
didik berkesempatan untuk menjalin persahabatan yang erat sehingga memberikan
dukungan dan semangat, memberikan perhatian dan tanpa perasaan takut peserta
didik dapat mencurahkan segala permasalahan yang dirasakannya.
Peer support adalah beberapa peserta didik kelas XI SMA Negeri 18
Kota Bandung yang memiliki konsep diri positif yang bersedia untuk terlibat
sebagai pendukung bagi peserta didik yang memiliki konsep diri negatif.
2. Konsep Diri
Konsep diri yang dimaksud dalam penelitian adalah penilaian peserta
didik terhadap dirinya dan penilaian peserta didik terhadap dirinya berdasarkan
pandangan orang lain. Peserta didik yang dimaksud yaitu kelas XI Sekolah
47
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
a. Konsep diri fisik (Perceptual / Physical self-concept), dengan indikator yaitu
penilaian diri dan penilaian orang lain terhadap kondisi fisik.
1) penilaian diri terhadap fisik
2) Penilaian diri berdasarkan pendapat orang lain terhadap kondisi fisik
b. Konsep diri psikis (Conceptual / Psychological self-concept), dengan
indikator yaitu karakteristik yang khas, kemampuan dan ketidakmampuan
diri, dan masa depan, serta meliputi juga kualitas penyesuaian hidup.
1) karakteristik yang khas
2) kemampuan diri di masa sekarang
3) ketidakmampuan diri di masa sekarang
4) kemampuan di masa depan
5) ketidakmampuan di masa depan
6) kualitas penyesuaian hidup
c. Sikap (Attitudinal), dengan indikator yaitu perasaan tentang diri sendiri,
sikapnya terhadap keberadaan diri, dan sikap terhadap keberhargaan,
kebanggaan dan keterhinaan.
1) perasaan tentang diri
2) sikap seseorang terhadap keberadaan diri
3) sikap terhadap keberhargaan
4) sikap terhadap kebanggaan
5) sikap terhadap keterhinaan
D. Instrumen Penelitian
1. Angket
Angket yang dikembangkan berdasarkan pada teori Jersild (Burns, 1993 :
139) mengenai kategori skala penilaian konsep diri peserta didik. Angket yang
digunakan adalah angket yang berstruktur dengan bentuk jawaban yang tertutup.
Responden hanya perlu menjawab pernyataan dengan cara memilih alternatif
respon yang telah disediakan. Data yang diperoleh dalam penelitian diolah dengan
48
Angket atau kuesioner dalam penelitian dipergunakan untuk memperoleh
data empiris mengenai konsep diri peserta didik kelas XI SMA Negeri 18
Bandung. Terlebih dahulu dirumuskan kisi-kisi yang dikembangkan dari definisi
operasional variabel penelitian. Kisi-kisi instrumen dengan variabel konsep diri
terdiri dari tiga komponen yakni komponen perceptual, conceptual dan
attitudinal. Perumusan kisi-kisi instrumen tersaji pada tabel 3.1 dan 3.2 berikut.
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Instrumen Konsep Diri Peserta didik Sekolah Menengah Atas (Sebelum Uji Coba)
49
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
sikap terhadap kebanggaan Sikap orang lain terhadap
keberhargaan diri 101, 102 103, 104 4
Kisi-Kisi Instrumen Konsep Diri Peserta didik Sekolah Menengah Atas (Setelah Uji Coba)
Aspek Indikator Sub Indikator Butir Pernyataan ∑ (+) (-)
50
Sikap orang lain terhadap keberhargaan diri
Wawancara dilakukan kepada guru bimbingan dan konseling. Teknik
pelaksanaan wawancara berupa teknik wawancara terbuka, yaitu dengan
menggunakan pedoman wawancara. Hasil dari wawancara diproses dan
ditafsirkan menjadi analisis data untuk dijadikan pertimbangan dalam membuat
pengembangan teknik peer support untuk mengembangkan konsep diri peserta
didik.
Tabel 3.3
Kisi-kisi Pedoman Wawancara
Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok Peer Support
Aspek Indikator
Program Konseling Kelompok dengan Teknik Kelompok Peer
Support
Penyusunan layanan
a. Landasan penyusunan rencana pelaksanaan
51
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
Aspek Indikator
Pelaksanaan evaluasi dan tindak lanjut
Teknik Peer Support Untuk
Observasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik (peer
support) memahami teknik peer support untuk mengembangkan konsep diri.
4. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dilaksanakan dengan melakukan pengamatan terhadap
gambar-gambar yang diambil pada saat pelaksanaan treatment pada peer support
berlangsung berupa foto dan video.
E. Proses Pengembangan Instrumen
1. Uji Kelayakan Instrumen
Uji kelayakan instrumen bertujuan untuk mengetahui kelayakan alat ukur
dari segi konstruk, isi dan bahasa yang sesuai dengan kebutuhan. Penimbangan
atau uji validitas rasional dilakukan oleh tiga dosen dari Jurusan Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan yaitu Bapak Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd,
Bapak Drs. Nurhudaya, M.Pd, dan Bapak Eka Sakti Yudha, M.Pd. penimbangan
dilakukan dengan memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi
Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai M menyatakan
52
kemungkinan yaitu item tersebut tidak dapat digunakan atau diperlukan revisi
pada item tersebut.
2. Uji Keterbacaan
Uji keterbacaan dilakukan kepada 5 orang peserta didik yang menjadi
subjek pada usia remaja. Uji keterbacaan dilakukan untuk mengukur sejauh mana
keterbacaan instrumen dengan tujuan untuk mengetahui kata-kata yang kurang
dipahami oleh peserta didik, sehingga kalimat dalam pernyataan dapat
disederhanakan tanpa mengubah maksud dari pernyataan tersebut.
3. Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Item
a. Uji Validitas Butir Item
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Pengujian validitas butir item
dilakukan terhadap seluruh item yang terdapat dalam angket konsep diri peserta
didik. Pengujian validitas bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang
digunakan mampu mengukur konsep diri peserta didik Sekolah Menengah Atas
(SMA).
Penimbangan atau uji validitas empiris dilakukan dengan
mengujicobakan angket hasil judgement. Uji coba angket dilaksanakan terhadap
peserta didik Kelas XI SMA Negeri 18 Bandung
Pengujian validitas butir yang dilakukan dalam penelitian melibatkan
seluruh item yang terdapat dalam angket pengungkap konsep diri peserta didik.
Uji validitas butir dilakukan untuk mengetahui apakah butir pernyataan yang
digunakan merupakan bagian dari kelompok yang diukur.
Pengujian validitas butir yang dilakukan dalam penelitian adalah dengan
mengkorelasikan skor butir dengan skor total. Uji validitas dilakukan dengan
menggunakan Microsoft Office Excel 2010. Pengujian validitas alat pengumpul
53
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
(Sudijono, 2008: 185)
Keterangan :
pbis
r = koefisiensi biserial
= skor rata-rata responden yang menjawab benar pada setiap butir item
= rata-rata dari skor total
= simpangan baku dari skor total
= proporsi responden yang menjawab benar
= proporsi responden yang menjawab salah
Untuk melihat signifikansinya digunakan Uji-t dengan rumus :
Keterangan :
t = Nilai t hitung
r = Koefisien korelasi hasil r hitung
n = Jumlah responden
Distribusi (tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 2). Kriteria yang digunakan adalah item yang memiliki thitung > ttabel dinyatakan
sebagai item yang valid dan apabila thitung < ttabel dikatakan invalid.
√
√
54
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas
KESIMPULAN ITEM JUMLAH
1 2 3
Memadai
1,2,3,4,5,6,7,8,10,12,13,14,15,17,18,19,21,23 ,23,24,25,27,28,29,30,33,34,35,37,38,39,
40,41,42,44,45,46,47,49,50,51,52,54,55, 56,58,61,62,63,64,65,68,69,70,72,73,74, 75,76,77,79,80,81,82,83,84,86,87,88,90,
91,92,94,95,96,98,100
76
Buang 9,11,16,20,22,26,31,32,35,43,48,53,57,59,60,
66,67,71,78,85,89,92,97,99 24
b. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas instrumen merupakan penunjuk sejauh mana hasil
pengukuran dengan menggunakan instrumen tersebut dapat dipercaya. Reliabilitas
instrumen ditunjukkan sebagai derajat (konsitensi) skor yang diperoleh oleh
subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda.
Derajat konsistensi diperoleh sebagai proporsi varians perolehan subjek.
Uji reliabilitas instrumen hanya dilakukan pada butir item pernyataan
yang valid yaitu pada 52 item. Metode yang digunakan dalam uji reliabilitas
adalah metode Alpha dengan memanfaatkan program Microsoft Office Excel
2010. Adapun rumus yang digunakan dengan metod Kuder-Richardson sebagai
berikut:
(Sudijono, 2008:253)
Keterangan :
= koefisien Reliabilitas tes
= Varians total
= Jumlah item
55
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
= proporsi testee yang menjawab dengan betul butir item yang
bersangkutan
= proporsi testee yang jawabannya salah, atau
= jumlah dari hasil perkalian antara dengan
Sebagai kriteria untuk mengetahui tingkat reliabilitas, digunakan
klasifikasi sebagai berikut:
Tabel 3.5
Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen
Kriteria Kategori
0,80 – 1,00 Derajat keterandalan sangat tinggi
0,60 – 0,799 Derajat keterandalan tinggi
0,40 – 0,599 Derajat keterandalan sedang
0,20 – 0,399 Derajat keterandalan rendah
0,00 – 0,199 Derajat keterandalan sangat rendah
Arikunto (2006: 276)
Hasil uji reliabilitas menunjukan nilai reliabilitas instrumen sebesar 0,883
dengan tingkat kepercayaan 95%, artinya tingkat korelasi atau derajat
keterandalan sangat tinggi yang menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan
sudah baik dan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data.
F. Teknik Analisis Data
1. Prosedur Pengumpulan Data
a. Verifikasi Data
Verifikasi data adalah suatu langkah pemeriksaan terhadap data yang
diperoleh dalam rangka pengumpulan data, sehingga verifikasi data bertujuan
56
verifikasi diperoleh data yang diisikan responden menunjukkan kelengkapan dan
cara pengisian yang sesuai dengan petunjuk, atau jumlah dan sesuai dengan
subjek dan keseluruhan data memenuhi persyaratan untuk dapat diolah.
2. Pengolahan Data
a. Penskoran
Penskoran instrumen dalam penelitian disusun dalam bentuk skala
ordinal yaitu skala yang didasarkan pada ranking yang diurutkan dari jenjang
yang lebih tinggi sampai jenjang terrendah atau sebaliknya dan dilakukan secara
sederhana.
Semua indikator yang diuraikan dari masing-masing aspek akan diteliti
ke dalam bentuk pernyataan. Pernyataan-pernyataan yang dibuat disusun dalam
bentuk angket yang dapat mengungkap permasalahan mengenai konsep diri
negatif peserta didik.
Pengukuran item-item angket konsep diri diukur dengan menggunakan
pernyataan angket dalam bentuk Skala Guttman. Angket ini berbentuk pernyataan
yang bersifat positif dan negatif dengan alternatif jawaban “Ya” dan “Tidak”
(forced choice). Jawaban “Ya” untuk pernyataan yang sesuai dengan diri peserta
didik dan jawaban “Tidak” untuk pernyataan yang tidak sesuai dengan diri peserta
didik. Pemberian skor akan bergantung kepada jawaban yang dipilih peserta didik
dan sifat dari setiap pernyataan pada angket. Bila pernyataan positif, maka skor
jawaban “Ya” adalah satu dan “Tidak” adalah nol. Sebaliknya jika pernyataan bersifat negatif, maka skor jawaban “Ya” adalah nol dan “Tidak” adalah satu.
Format penilaian angket dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut.
Tabel 3.6
Pola Penyekoran Setiap Butir Pernyataan Angket Konsep Diri
Pernyataan Ya Tidak
Positif (+) 1 0
57
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
b. Pengelompokkan Skor
Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai konsep diri
peserta didik yang diperoleh berdasarkan angket yang telah disebar pada peserta
didik kelas XI di SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013. Data yang
diperoleh akan diolah untuk dijadikan landasan penyusunan rencana pelaksanaan
konseling kelompok peer support (dukungan kelompok teman sebaya) untuk
mengembangkan konsep diri peserta didik. Gambaran umum karakteristik sumber
data penelitian yaitu konsep diri, terlebih dahulu akan dikelompokkan menjadi
dua kategori yaitu positif dan negatif. Untuk mengetahui dua kategori konsep diri
pengelompokkan data menggunakan proses perhitungan dengan kriteria sebagai
berikut:
Keterangan :
: Rata-rata ideal
Jumlah item : Jumlah item keseluruhan
Nilai maksimal : Nilai maksimal pada jawaban responden (1)
Dari perhitungan dengan menggunakan rumus didapatkan rata-rata ideal
sebesar 38. Setelah rata-rata ideal didapatkan maka data dapat digolongkan
berdasarkan kriteria pengelompokannya. Kriteria pengelompokkan skor dapat
dilihat pada tabel 3.7 Berikut:
Tabel 3.7
Kriteria Penggelompokkan Data
Kriteria Kategori
Positif
Negatif
c. Pengolahan Data untuk Pengembangan Layanan
Hasil pengolahan data konsep diri peserta didik yang dijadikan landasan
dalam penyusunan program konseling kelompok dengan teknik kelompok peer
58
support (dukungan kelompok teman sebaya) untuk mengembangkan konsep diri
peserta didik terlebih dahulu dilakukan pengelompokkan data menjadi dua
kategori yaitu positif dan negatif. Hasil pengelompokkan data berdarkan kategori
dan interpretasinya dijelaskan pada Tabel 3.8 berikut
Tabel 3.8
Interpretasi Kategori Konsep Diri
Rentang Kategori Interpretasi
39-76 Konsep diri positif
Peserta didik memiliki penilaian diri dan penilaian diri berdasarkan pendapat orang lain secara positif dalam aspek fisik, psikis dan sikap, baik mengenai aspek fisik dengan indikator penilaian diri dan penilaian orang lain terhadap kondisi fisik, mengenai aspek psikis dengan indikator karakteristik yang khas, kemampuan dan ketidakmampuan diri, dan masa depan, serta meliputi juga kualitas penyesuaian hidup dan mengenai aspek sikap dengan indikator perasaan tentang diri sendiri, sikapnya terhadap keberadaan diri, dan sikap terhadap keberhargaan, kebanggaan dan keterhinaan diri.
0-38 Konsep diri negatif
Peserta didik belum memiliki penilaian diri dan penilaian diri berdasarkan pendapat orang lain secara positif dalam aspek fisik, psikis dan sikap, baik mengenai aspek fisik dengan indikator penilaian diri dan penilaian orang lain terhadap kondisi fisik, mengenai aspek psikis dengan indikator karakteristik yang khas, kemampuan dan ketidakmampuan diri, dan masa depan, serta meliputi juga kualitas penyesuaian hidup dan mengenai aspek sikap dengan indikator perasaan tentang diri sendiri, sikapnya terhadap keberadaan diri, dan sikap terhadap keberhargaan, kebanggaan dan keterhinaan diri.
5. Langkah-Langkah Penyusunan Layanan
Proses penyusunan program konseling kelompok dengan teknik
kelompok peer support untuk mengembangkan konsep diri remaja dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Penyusunan program
Penyusunan layanan dilakukan setelah peneliti mendapatkan hasil
analisis data penelitian mengenai konsep diri peserta didik. Hasil data analisis
59
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
rancangan layanan konseling kelompok peer support untuk mengembangkan
konsep diri remaja. Penyusunan layanan konseling kelompok terdiri dari
aspek-aspek antara lain landasan penyusunan layanan, proses penyusunan layanan dan
evaluasi layanan.
b. Validasi Program (Rencana Layanan)
Langkah berikutnya setelah melakukan penyusunan program untuk peer
support dan untuk peserta didik yang memiliki permasalahan konsep diri negatif
adalah validasi program yang dilakukan oleh dosen jurusan Psikologi Pendidikan
dan Bimbingan serta Guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 18 Bandung.
Hasil validasi layanan merupakan pedoman untuk melakukan revisi dan perbaikan
untuk menyusun layanan konseling kelompok yang tepat untuk mengembangkan
konsep diri peserta didik. Proses validasi layanan diawali dengan penimbangan
kisi-kisi penilaian uji kelayakan layanan konseling kelompok peer support untuk
mengembangkan konsep diri peserta didik.
c. Penyusunan layanan hipotetik setelah validasi
Tahap berikutnya adalah validasi program, yaitu melakukan revisi pada
program yang telah diuji validasi. Program yang dihasilkan diujicobakan kepada
peserta didik yang bersedia berperan sebagai peer support yang bersedia
membantu peserta didik yang memiliki permasalahan dengan konsep diri negatif.
6. Langkah-Langkah Pelatihan Peer Support
a. Pemilihan peer support
Pemilihan peer support didasarkan pada hasil analisis data penelitian
mengenai konsep diri peserta didik. Hasil data analisis penelitiaan pada peserta
didik yang memiliki konsep diri positif tersebut dijadikan sebagai landasan dasar
dalam pemilihan peer support. Kemudian peneliti melakukan wawancara dan
observasi terhadap guru BK dan wali kelas SMA Negeri 18 Bandung. Lalu
didapat enam orang peserta didik yang memiliki konsep diri positif, yang bersedia
menjadi peer support dan bersedia menerima perlakuan dari peneliti mengenai
rancangan layanan konseling kelompok peer support untuk mengembangkan
60
b. Pelatihan peer support
Pelatihan peer support terdiri atas lima tahapan. Tahap yang pertama
pengenalan mengenai materi peer support, tahap kedua pengenalan mengenai
materi konsep diri, tahap ketiga pemberian materi satuan layanan kegiatan
bimbingan dan konseling yang telah dibuat oleh peneliti, tahap keempat
mengaplikasikan kemampuan peer support setelah pemberian layanan dan tahap
terakhir adalah penutup. Pelatihan dilaksanakan selama satu bulan dengan
pertemuan satu minggu tiga kali pertemuan dengan masing-masing satu materi.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam pelaksanaan penelitian meliputi langkah-langkah berikut:
1. Studi pendahuluan di SMA Negeri 18 Bandung yang dilaksanakan pada awal
Bulan Maret 2012.
2. Membuat proposal penelitian dan mengkonsultasikannya dengan dosen mata
kuliah Metode Riset Bimbingan Konseling.
3. Pengesahan proposal penelitian oleh dosen mata kuliah diserahkan dengan
persetujuan dari dari dewan skripsi, calon dosen pembimbing skripsi serta
ketua jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.
4. Membuat surat permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi pada
tingkat fakultas.
5. Mengajukan permohonan izin penelitian dari jurusan Psikologi Pendidikan
dan Bimbingan untuk memberikan rekomendasi lanjutan ke tingkat Fakultas
dan Rektor UPI. Kemudian surat izin penelitian yang telah disahkan
kemudian disampaikan pada kepala sekolah SMA Negeri 18 Bandung.
6. Membuat instrumen penelitian berikut penimbangannya kepada tiga orang
dosen ahli dari jurusan PPB, yaitu: Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd.,
Dr.Mubiar Agustin, M.Pd., dan Eka Sakti Yudha, M.Pd.
7. Melakukan uji coba angket dan keterbacaan soal kepada 5 peserta didik kelas
XI Jurusan IPA dan IPS di SMA Negeri 18 Bandung pada tanggal 4
61
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
8. Mengumpulkan data dengan menyebarkan angket pada peserta didik Kelas XI
SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 pada tanggal 14 Januari
sampai akhir Bulan Januari 2013.
9. Mengolah dan menganalisis data dari hasil angket konsep diri yang telah
disebarkan.
10.Pembuatan rencana pelaksanaan teknik peer support berdasarkan hasil
analisis data deskripsi konsep diri peserta didik.
11.Uji kelayakan (validasi) program bimbingan hipotetik yang dilaksanakan
kepada dosen jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, yaitu: H.
Nandang Budiman, S.Pd, M.Si., dan Dr. Mubiar Agustin, M.Pd serta praktisi
Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 18 Bandung yaitu Ida Nurlaelasari,
S.Pd.
12.Uji coba terhadap enam peserta didik untuk mendapatkan pelatihan mengenai
teknik peer support untuk mengembangkan konsep diri peserta didik.
13.Mengumpulkan data hasil uji coba perlakuan kepada enam peserta didik
dalam memahami teknik peer support untuk mengembangkan konsep diri
peserta didik.
14.Penyempurnaan program berdasarkan hasil diskusi dan penilaian yang telah
dilakukan, sehingga rancangan layanan tersebut layak untuk dilaksanakan
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan yang
dapat diambil diuraikan sebagai berikut.
1. Hasil penelitian yang dilakukan pada peserta didik kelas XI di SMA Negeri
18 Bandung mengenai konsep diri menunjukkan mayoritas peserta didik
memiliki konsep diri negatif.
2. Hasil akhir penelitian ini, yaitu berupa program konseling kelompok dengan
teknik peer support untuk mengembangkan konsep diri remaja. Konsep diri
peserta didik dilihat secara umum berada pada kategori positif dan
pelaksanaan layanan lebih difokuskan pada peserta didik yang berada pada
kategori negatif. Strategi layanan yang digunakan dalam kegiatan konseling
kelompok untuk mengembangkan konsep diri peserta didik berdasarkan
pendekatan konseling peer support. Dalam menerapkan konseling peer
support, strategi yang digunakan, yaitu orientasi, eksperimentasi, adaptasi dan
stabilisasi dimana keterampilan yang digunakan, yaitu keterampilan
berkomunikasi, keterampilan mendengarkan, keterampilan berempati dan
keterampilan memecahkan masalah.
3. Program konseling kelompok dengan teknik peer support disusun
berdasarkan kebutuhan peserta didik atas dasar hasil penelitian.
Pengembangan materi dalam program disesuaikan dnegan hasil analisis
kebutuhan peserta didik kelas XI SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran
2012-2013 yang diberikan melalui layanan konseling kelompok.
B. Rekomendasi
1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
Guru bimbingan dan konseling dapat mempergunakan program dan
94
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
peserta didik dengan mempergunakan teknik peer support. (terlampir pada
halaman 175).
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Rekomendasi berikutnya ditujukan kepada para peneliti yang akan
mengembangkan kajian serta konsep tentang konsep diri. Keterbatasan proses dan
hasil penelitian tidak dapat dipisahkan dari keterbatasan penyusun skripsi dalam
mengelola kegiatan penelitian. Oleh karena itu, kepada peneliti selanjutnya
direkomendasikan untuk :
a. Program yang dirumuskan oleh peneliti bersifat hipotetik, untuk peneliti
selanjutnya dapat melakukan uji coba program kepada peer support dan
pelaksanaan program pada peserta didik yang memiliki konsep diri pada
kategori negatif.
b. Penggunaan teknik peer support pada penelitian hanya dilakukan pada
peserta didik yang berada pada kategori positif yang bersedia menjadi peer
supporter dan bersedia menerima pelatihan mengenai peer support dan
konsep diri. Peserta didik yang diharapkan mendapat treatment dari peer
support adalah peserta didik yang berada pada kategori negatif dan
DAFTAR PUSTAKA
ABKIN. (2008). Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling
dalam Jalur Pendidikan. ABKIN: Bandung
Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Edisi Revisi IV, Rineka Cipta.
____________. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
____________. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Asmara, Tejo. (2007). Efektifitas Bimbingan Kelompok dengan Teknik Peer
Group dalam Meningkatkan Konsep Diri Siswa Kelas III A Di SMP Mardisiswa 1 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007.Skripsi Sarjana pada
BK Fakultas Pendidikan Universitas Negeri Malang: tidak diterbitkan.
Agustiani, Hendriati. (2006). Psikologi Perkembangan. Pendekatan Ekologi
Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja.
Bandung: Refika Aditama.
Burns, Robert. (1979). The Self Concept : Theory, Measurement, Development
and Behaviour. Alih Bahasa (1993). Eddy. Konsep Diri : Teori,
Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku. Jakarta: Arcan.
____________. (1982). Self-Concept Development And Education. London: Holt, Rinehart and Wiston.
Byrne, B. M. (1996). Academic Self-Concept: Its Structure, Measurement, and
Relation To Academic Achievement. In B. A. Bracken (Ed.), Handbook of self-concept: Developmental, social, and clinical considerations (pp.
287-316). New York: Wiley.
Cowie, Helen, Wallace, Patti. (2000). Peer Support in Action : From Bystanding
to Standing By. London: Sage Publications Ltd.
Calhoun, James F., Acocella, Joan Ross. (1990). Psychology of Adjustment and
Human Relationship, Third Edition. New York : McGraw Hill Publishing
Company.
____________. (1995). Psychology of Adjustment and Human Relationship, Third
96
Riska Mustikawati, 2014
Program Konseling Kelompok Peer Support untuk Mengembangkan Konsep Diri Remaja
Deswita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosda Karya.
Gladding, S.T. (1995). Group Work. : A Counseling Specialty. (Second Edition). New Jersey: Prentice Hall.
Gunarsa, S.G. dan Gunarsa. 1983. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Pt.BPK. Gunung Mulya.
Hurlock, B. Elizabeth. (1975). Developmental Psychology. Fourth Edition. New Delhi. Tata McGraw-Hill Publishing Company Ltd.
____________ . (1980). Adolescence Development. McGraw-Hill Inc.
____________ . (1993). Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan (Terjemahan Isti Widayanti). Jakarta: Erlangga.
Ilfiandra. (1997). Kontribusi Konsep Diri Terhadap Kematangan Karir Siswa. Skripsi Sarjana pada Jurusan PPB FIP UPI: tidak diterbitkan.
Kartadinata, Sunaryo. (1998). Bimbingan di Sekolah Dasar. Bandung: Maulana.
Kurniawati, Nia. (2000). Program Bimbingan dan Konseling dalam
Mengembangkan Konsep Diri Siswa. Skripsi Sarjana pada PPB FIP UPI
Bandung: tidak diterbitkan.
Natawidjadja, Rochman. (1987). Pendekatan-Pendekatan Dalam Penyuluhan
Kelompok I. Bandung: Diponegoro.
Natawidjadja, Rochman. (2007). Konseling Kelompok : Konsep Dasar dan
Pendekatan. Bandung: Rizqi Press.
Rakhmat, Jalaludin. (1994). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rakhmat, Jalaludin. (2008). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rachmawati, Wati. (2009). Perbedaan Profil Konsep Diri Siswa SMA. Skripsi Sarjana pada PPB FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Riduwan. (2009). Pengantar Statistika Sosial. Bandung: Alfabeta.
Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah
(Metode, Teknik dan Aplikasi). Bandung: Rizqi Press.