• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAYANAN KONSELING BERDASARKAN STRUKTUR CARKHUFF UNTUK MENINGKATKAN SELF-MANAGEMENT DALAM BELAJAR PADA PESERTA DIDIK : Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Peserta Didik Kelas XI di Salah Satu SMA Negeri Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LAYANAN KONSELING BERDASARKAN STRUKTUR CARKHUFF UNTUK MENINGKATKAN SELF-MANAGEMENT DALAM BELAJAR PADA PESERTA DIDIK : Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Peserta Didik Kelas XI di Salah Satu SMA Negeri Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

CARKHUFF UNTUK MENINGKATKAN

SELF-MANAGEMENT DALAM BELAJAR

PADA PESERTA DIDIK

(Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Peserta Didik Kelas XI di Salah Satu SMA Negeri Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh

Hendri Rismayadi 0907460

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

LAYANAN KONSELING BERDASARKAN

STRUKTUR

CARKHUFF

UNTUK

MENINGKATKAN

SELF-MANAGEMENT

DALAM BELAJAR PADA PESERTA DIDIK

Oleh

Hendri Rismayadi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Hendri Rismayadi 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

LAYANAN KONSELING BERDASARKAN STRUKTUR CARKHUFF UNTUK MENINGKATKAN SELF-MANAGEMENT DALAM BELAJAR

PADA PESERTA DIDIK

(Penelitian Pra-Eksperimen Terhadap Peserta Didik Kelas XI di Salah Satu SMA Negeri Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. Anne Hafina, M.Pd. NIP. 19600704 198601 2 001

Pembimbing II

Dra. Chandra Affiandary, M.Pd. NIP. 19570611 198609 2 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

(4)

Hendri Rismayadi, 2014

Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK: Penelitian bertujuan untuk meningkatkan self-management pada peserta didik kelas XI di salah satu SMA Negeri kota Bandung dengan layanan konseling berdasarkan struktur Carkhuff. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain

single subject. Instrumen yang digunakan disusun berdasarkan pengembangan dan

perumusan teori self-management dalam belajar. Analisis data menggunakan statistika deskriptif untuk melihat peningkatan skor self-management dalam belajar sebelum dan sesudah layanan konseling diberikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-management dalam belajar pada peserta didik meningkat. Konselor diharapkan mampu untuk menggunakan layanan konseling berdasarkan struktur Carkhuff untuk meningkatkan

self-management dalam belajar pada peserta didik.

Kata Kunci: Layanan Konseling, Struktur Carkhuff, Self-management dalam Belajar

ABSTRACT: The study aims to improve self-management in grade XI in one of the Bandung senior high schools by applying counseling services based on Carkhuff structure. This research used a quantitative approach to design a single subject. The instruments used in this research were arranged based on the development and formulation of the theory of self-management in learning. The data analysis used a descriptive statistics to see the increase of scores on self-management of learning before and after the counseling services. The results showed that self-management can increase students’ learning process. The counselor should be able to use the counseling services based on Carkhuff structure to improve self-management of students in learning.

(5)

PERNYATAAN………. i

ABSTRAK………. ii

KATA PENGANTAR……… iii

UCAPAN TERIMAKASIH………... iv

DAFTAR ISI……….. vi

DAFTAR TABEL……….. viii

DAFTAR GAMBAR……….. ix

DAFTAR LAMPIRAN……….. x

BAB I PENDAHULUAN………... 1

A. Latar Belakang Penelitian……….. 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah………. 4

C. Tujuan Penelitian………... 5

D. Manfaat Penelitian………. 6

E. Struktur Organisasi………...……….……… 6

BAB II LAYANAN KONSELING BERDASARKAN STRUKTUR CARKHUFF DAN SELF-MANAGEMENT DALAM BELAJAR……... 8

A. Konsep Dasar Konseling……….. 8

1. Pengertian Konseling……….. 8

2. Ciri-ciri Konseling……….. 9

3. Tujuan Konseling……… 10

4. Proses Konseling………. 11

B. Keterampilan Konseling Model Carkhuff……....………. 12

C. Self-Management………... 17

1. Pengertian Self-Management Dalam Belajar……….. 17

2. Aspek-Aspek Self-Management Dalam Belajar……….. 18

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Self-Management Dalam Belajar……….. 20

(6)

Hendri Rismayadi, 2014

Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Hasil Penelitian Yang Relevan………. 24

E. Kerangka Pemikiran Penelitian………. 25

BAB III METODE PENELITIAN………. 26

A. Pendekatan Penelitian……… 26

B. Metode Penelitian……….. 26

C. Populasi dan Sampel Penelitian………. 26

D. Definisi Operasional……….. 27

1. Self-Management Dalam Belajar………. 27

2. Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff……….. 28

E. Instrumen Penelitian……….. 29

1. Penyusunan Instrumen………. 29

2. Pengembangan Kisi-Kisi………. 29

3. Uji Validitas Rasional………. 31

4. Uji Validitas Butir Item………...……… 32

5. Uji Reliabilitas Instrumen……… 32

F. Langkah-Langkah Penelitian………. 35

1. Penyusunan dan Pengembangan Alat Pengumpul Data……….. 35

2. Pedoman Skoring………. 35

3. Pelaksanaan Pre-Test……….. 36

G. Penyusunan Rancangan Konseling……… 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 53

A. Hasil Penelitian………. 53

B. Pembahasan………... 105

C. Keterbatasan Penelitian………. 107

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI……….... 108

A. Kesimpulan……… 108

B. Rekomendasi………... 108

(7)

DAFTAR TABEL

3.1 Kisi-kisi Instrumen Self-Management (Sebelum Validasi)……… 30

3.2 Kisi-kisi Instrumen Self-Management (Setelah Validasi)……….. 33

3.3 Kategori Skoring jawaban……….. 35

3.4 Pengkategorian Self-Management Dalam Belajar……….. 37

(8)

Hendri Rismayadi, 2014

Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian……… 25

4.1 Deskripsi Self-Management Konseli INA……… 55

4.2 Deskripsi Self-Management Konseli MNR………..…… 71

4.3 Deskripsi Self-Management Konseli JA………... 85

4.4 Perbedaan Rata-rata Skor Aspek Self-Management Konseli INA……… 97

4.5 Perbedaan Rata-rata Skor Aspek Self-Management Konseli MNR……….. 100

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar, dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat bangsa dan negara (Undang- Undang No. 20 Tahun 2003: pasal 1 ayat 1).

Peserta didik sebagian besar adalah remaja yang memiliki karakteristik,

kebutuhan, dan tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Masa remaja,

menurut Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12

hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu:

12- 15 tahun adalah masa remaja awal, 15- 18 tahun adalah masa remaja pertengahan,

dan 18- 21 tahun adalah masa remaja akhir (Desmita, 2008 : 190). Tetapi Monks,

Knoers 7 Haditono (Desmita, 2008: 190) membedakan masa remaja atas empat

bagian, yaitu: (1) masa pra- remaja atau pra- pubertas (10- 12 tahun), (2) masa remaja

awal atau pubertas (12- 15 tahun), (3) masa remaja pertengahan (15- 18 tahun) dan

(4) masa remaja akhir (18- 21 tahun). Pada masa remaja awal atau pubertas (12- 15

tahun) umumnya anak sedang duduk dibangku sekolah menengah.

Peserta didik Menengah Atas adalah remaja yang sedang mengalami proses

kematangan intelektual yang sangat signifikan. Bloom (Makmun, 2009: 102)

menyatakan bahwa presentase taraf kematangan dan kesempurnaan IQ seseorang

mencapai 92%-nya sejak usia 13 tahun. Dengan demikian usia remaja adalah usia

yang sangat penuh dengan potensi, potensi inilah yang membuat keluarga dan

lingkungan menaruh harapan yang tinggi terhadap remaja dalam pendidikannya.

IQ/Intelegensi yang tinggi seharusnya menjadi sebuah jaminan memperoleh

hasil belajar yang tinggi, namun pada kenyataannya tidak semua peserta didik yang

(10)

2

Hendri Rismayadi, 2014

Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pendahuluan yang dilakukan di salah satu SMA Negeri kota Bandung terhadap

beberapa peserta didik yang memiliki IQ 125 keatas ternyata hasil belajarnya tidak

sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, seseorang yang mempunyai IQ sebesar 125

memiliki kriteria nilai yang harus didapat adalah 8, namun pada Studi pendahuluan

ini peserta didik mendapat nilai 6, bahkan ada beberapa mata palajaran yang tidak

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dan harus mengikuti remedial.

Dari wawancara dengan beberapa peserta didik yang mempunyai IQ tinggi

namun prestasinya rendah mengatakan bahwa mereka bukan tidak mampu untuk

mendapat prestasi yang lebih baik, namun karena motivasi belajar mereka rendah ini

terlihat dari kegiatan sehari-hari yang mereka jalani, mereka lebih memilih untuk

bermain dengan teman-temannya daripada belajar, ketika di kelas mereka tidak

mampu mengontrol diri untuk mengobrol, bahkan ada beberapa peserta didik yang

malah bermain game ketika guru sedang menerangkan materi pelajaran. Di luar

sekolah pun mereka tidak ada kegiatan untuk mengembangkan diri, jika orang lain

berlomba-lomba untuk ikut bimbingan belajar diluar sekolah maka peserta

didik-peserta didik ini malah tidak mau mengikuti bimbingan belajar. Menurut Gie (2000 :

78-80) menyatakan ada sekurang-kurangnya 4 aspek bentuk perbuatan seseorang

mempunya self-management dalam belajar yaitu self-motivation, self-organization,

self-control, self-development. Dengan demikian peserta didik-peserta didik diatas

diasumsikan mempunyai self-management yang rendah dalam belajar.

Dembo (2004: 4) menyatakan self-management dalam belajar adalah suatu

strategi pembelajaran yang digunakan oleh peserta didik untuk mengontrol

faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajarannya. Hal ini berkaitan dengan masalah

pengontrolan tugas yang meliputi bagaimana cara untuk mencapai tujuan belajar dan

bagaimana mengatur hasil dan dukungan dari belajar.

Dembo (2004: 4) menjelaskan bahwa untuk menjadi peserta didik yang berhasil

bukanlah sesuatu yang gampang. Peserta didik harus memiliki keefektifan yang lebih

dan belajar dengan strategi yang benar dan tekun dalam meningkatkan

(11)

mengubah perilaku mereka ketika proses pembelajaran itu terjadi. Seperti musisi,

penari ataupun pemain golf tidak dapat berhasil apabila mereka tidak

mempraktekkannya, terlepas dari membaca ataupun mendengarkan dasar-dasar dan

tehnik-tehnik khusus dalam kelas. Agar mencapai keberhasilan dan kesuksesan,

peserta didik harus mampu mengatur dirinya dalam belajar untuk memenuhi

tuntutan-tuntutan yang ada agar bisa menjadi peserta didik yang berhasil dalam

pendidikannya. Pengaturan diri dalam hal akademis ini disebut dengan

self-management dalam belajar.

Sebagai bagian integral dari pendidikan Bimbingan dan Konseling memegang

peranan yang sangat penting dalam membantu peserta didik dalam menyelesaikan

permasalahan akademik yang dihadapinya, bimbingan akademik diberikan agar

peserta didik dapat menghadapi tuntutan yang datang dari sekolah sehingga peserta

didik dapat melakukan penyesuaian diri secara baik dan optimal di sekolah (Yusuf

dan Nurihsan, 2006: 10). Layanan Bimbingan yang diberikan kepada peserta didik

bertujuan untuk meningkatkan self-management dalam belajar mereka.

Salah satu upaya yang dapat diberikan untuk meningkatkan self-management

dalam belajar kepada peserta didik adalah dengan layanan konseling . Hasil penelitian

Prismatika (2013: 72) menyatakan bahwa layanan konseling efektif untuk mengatasi

kesulitan belajar yang di dalamnya termasuk meningkatkan self-management.

Nurihsan (2009: 13) menyatakan bahwa konseling memberikan bantuan kepada

individu untuk mengembangkan kesehatan mental, peningkatan sikap dan tingkah

laku. Konseling menjadi strategi utama dalam proses bimbingan dan merupakan

teknik standar serta merupakan tugas pokok seorang konselor di pusat pendidikan.

Menurut Prayitno (2004: 288), konseling bertujuan memungkinkan peserta

didik mendapatkan layanan langsung secara tatap muka dengan Guru Pembimbing

dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahannya.

Menurut Surya (2003: 9) tujuan yang ingin dicapai dalam konseling adalah: a)

agar konseli memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya; b)

(12)

4

Hendri Rismayadi, 2014

Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perkembangan yang optimal; c) mampu memecahkan sendiri masalah yang

dihadapinya; d) mempunyai wawasan yang lebih realistis serta penerimaan yang

obyektif tentang dirinya; e) memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya dan dapat lebih

menyesuaikan diri secara lebih efektif baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap

lingkungan; f) mencapai taraf aktualisasi diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya;

dan g) terhindar dari gejala-gejala kecemasan dan salah suai (maladjustment).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konseling bertujuan

agar konseli (peserta didik) dapat mengenal diri sendiri, menerima diri sendiri serta

realistis dalam proses penyesuaian dengan lingkungannya. Suatu hubungan pribadi

yang unik dalam konseling dapat membantu peserta didik membuat keputusan,

pemilihan dan rencana yang bijaksana, serta dapat berkembang dan berperan lebih

baik di lingkungannya. Dan konseling efektif untuk meningkatkan self-management

dalam belajar.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Menurut Jones (2003), sistem pendidikan yang formal tidak menjamin peserta

didik sukses. Bukan hanya sekedar kemampuan akademis, tetapi juga kemampuan

diri (personal skill) yang baik. Haddril & Singh (2008) meyatakan peserta didik yang

drop-out bukan karena dia memiliki kemampuan yang di bawah rata-rata, tetapi

karena dia tidak dapat mengatur dirinya, dalam hal pendidikan maupun pekarjaan

atau aktivitas yang lain, dia tidak mampu mengatur urusan pendidikan dan urusan

keluarga misalnya. Ia menambahkan peserta didik dapat menghindari hal-hal tersebut

dengan menyeimbangkan segala aktivitas ataupun kegiatan. Self-management

merupakan sebuah cara untuk memodifikasi perilaku yang dilakukan untuk merubah

perilaku diri sendiri. Dengan kata lain, pengaturan diri dalam hal akademis ini adalah

sebuah proses di mana seseorang melakukan kontrol terhadap perilakunya untuk

membantuk perilaku yang diinginkan pada masa mendatang, strategi

(13)

Self-management bertujuan untuk mengajarkan kepada peserta didik bagaimana

mengatur proses pembelajarannya atau mengefektifkan perilakunya. Peserta didik

seharusnya dapat berfikir bagaimana mengobservasi perilakunya dan bagaimana

mengevaluasi perilakunya tersebut. Peserta didik harus belajar untuk membuat

keputusan dari pilihan yang ada. Penerapan self-management dapat meningkatkan

kemampuan pengambilan keputusan pada peserta didik yang kurang bisa mengambil

keputusan Dean dkk (Gerhardt, 2006). Dembo (2004) yang mengatakan bahwa

peserta didik yang berhasil adalah peserta didik yang memiliki strategi yang efektif

dan efisien untuk mengakses dan menggunakan pengetahuan, memotivasi.

Salah satu upaya yang dapat diberikan untuk meningkatkan self-management

dalam belajar peserta didik adalah dengan layanan konseling . Hasil Prismatika

(2013: 72) bahwa konseling efektif untuk mengatasi kesulitan belajar yang di

dalamnya termasuk meningkatkan self-management.

Berdasarkan identifikasi masalah mengenai perlunya bantuan untuk

meningkatkan self-management dalam belajar pada peserta didik, maka penelitian

berfokus pada bantuan yang diberikan melalui konseling untuk meningkatkan

self-management dalam belajar peserta didik.

2. Rumusan Masalah

Secara operasional permasalahan dirumuskan ke dalam pertanyaan penelitian

sebagai berikut: Apakah layanan konseling mampu untuk meningkatkan

self-management dalam belajar pada peserta didik?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum yang ingin dicapai dari penelitian ialah memperoleh gambaran

empirik mengenai layanan konseling untuk meningkatkan self-management dalam

belajar pada peserta didik. Tujuan khusus yang ingin dicapai yaitu memperoleh:

(14)

6

Hendri Rismayadi, 2014

Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Rancangan layanan konseling untuk meningkatkan self-management dalam

belajar peserta didik kelas XI di salah satu SMA Negeri kota Bandung tahun

ajaran 2013/2014.

3. Pelaksanaan kegiatan konseling berdasarkan struktur carkhuff untuk

meningkatkan self-management dalam belajar peserta didik.

4. Perubahan kondisi peserta didik setelah diberikan layanan konseling berdasarkan

struktur carkhuff.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi salah satu rujukan bagi para

praktisi dalam membantu peserta didik meningkatkan self-management dalam

belajar. Secara spesifik, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi:

1. Guru Bimbingan dan Konseling

Dapat membantu meningkatkan self-management dalam belajar peserta didik

dengan mengimplementasikan teknik konseling berdasarkan struktur Carkhuff.

2. Peserta didik

Diharapkan dapat memiliki keterampilan untuk meningkatkan self-management

dalam belajar.

3. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Penelitian akan menjadi salah satu referensi penggunaan konseling untuk

meningkatkan self-management dalam belajar pada peserta didik.

E. Struktur Organisasi

BAB I berisi uraian tentang pendahuluan dan merupakan bagian awal dari

skripsi. Pendahuluan berisi latar belakang penelitian,, identifikasi dan perumusan

masalah, tujuan penelitian, dan manfaat atau signifikansi penelitian.

BAB II berisi kajian pustaka, Kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.

(15)

masalah penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti. Kajian pustaka berfungsi sebagai

landasan teoretik dalam menyusun pertanyaan penelitian, tujuan serta hipotesis.

Kerangka pemikiran merupakan tahapan yang harus ditempuh untuk merumuskan

hipotesis dengan mengkaji hubungan teoritis antar variabel penelitian. Hipotesis

merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang dirumuskan dalam penelitian

atau submasalah yang diteliti.

BAB III berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, termasuk

lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian dan justifikasi dari

pemilihan desain penelitian, definisi operasional variabel, instrument penelitian,

proses pengembangan instrument, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

BAB IV adalah hasil penelitian dan pembahasan. Bagian pembahasan atau

analisis temuan mendiskusikan temuan tersebut dikaitkan dengan dasar teoretik yang

telah dibahas dalam Bab kajian pustaka dan temuan sebelumnya.

BAB V kesimpulan dan saran. Menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti

(16)

Hendri Rismayadi, 2014

Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian dan Metode Penelitian

Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif yang digunakan untuk

mendapatkan data profil self-management dalam belajar pada peserta didik kelas XI

Di salah satu SMA Negeri kota bandung tahun ajaran 2013/2014 yang berupa angka

dan dianalisis menggunakan statistik sehingga hasilnya berupa presentase, dan

keefektifan layanan konseling untuk meningkatkan self-management dalam belajar

pada peserta didik.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode pra eksperimen yang

memungkinkan peneliti menentukan sampel penelitian sesuai dengan kriteria-kriteria

tertentu yang akan diteliti.

Desain penelitian menggunakan single subject design yang melibatkan satu

peserta, namun dperbolehkan lebih dari satu peserta yakni antara 3 sampai dengan 8

subjek. Subjek berfungsi sebagai kontrol dirinya sendiri yang dapat dilihat dari

kinerja subjek sebelum, selama, dan setelah diberi intervensi (Horner et al., 2005:

168).

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian dilaksanakan di salah satu SMA Negeri kota bandung. Berdasarkan

hasil studi pendahuluan terhadap beberapa peserta didik kelas XI menunjukkan

kurangnya self-management dalam belajar dengan gejala-gejala yang diperlihatkan.

Populasi penelitian ini adalah peserta didik SMA kelas XI yang berada pada

usia remaja (17-18 tahun). Untuk sampel penelitian adalah tiga peserta didik yang

memiliki skor rendah pada tiga atau lebih aspek self-management dalam belajar yaitu

self-motivation, self-organization, self-control, dan self-development.

Sementara untuk pengambilan sampel penelitian yang terlibat dalam intervensi

(17)

sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada

dalam populasi itu (Creswell, 2012). Dengan memberikan angket self-management

dalam belajar kepada 151 orang peserta didik, dari 151 peserta didik yang mengisi

angket terdapat 2 orang memiliki self-management dalam belajar tinggi, 140 peserta

didik berada pada kategori sedang, sedangkan 9 peserta didik lainnya berada pada

kategori rendah. Dari Sembilan peserta didik yang rendah tersebut diambil sampel

dengan kriteria minimal 3 aspek yang rendah, sehingga didapat 3 peserta didik

terpilih untuk terlibat dalam layanan konseling yang akan diberikan.

C. Definisi Operasional Variabel 1. Self-Management Dalam Belajar

Secara operasional, self-management dalam penelitian di salah satu SMA

Negeri kota Bandung ini lebih difokuskan pada self-management dalam belajar.

Self-management dalam belajar adalah suatu kemampuan yang berkenaan dengan keadaan

diri sendiri dan ketrampilan dimana individu dapat mengelola dan mengatur diri

untuk mengarahkan pengubahan tingkahlakunya sendiri untuk belajar dengan

pemanipulasian stimulus dan respon baik internal maupun eksternal.

Berikut merupakan aspek dan indikator self management dalam belajar peserta

didik adalah sebagai berikut:

a. Self-motivation

Self-motivation, dorongan intrinsik dalam diri peserta didik yang mendorong

dirinya sendiri untuk melakukan berbagai kegiatan belajar agar mencapai prestasi

yang lebih baik.

Indikator dari self-motivation diantaranya:

1) Peserta didik mempunyai minat dalam belajar

2) Peserta didik berusaha untuk memahami materi pelajaran

(18)

28

Hendri Rismayadi, 2014

Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. Self-organization

Self-organization, pengaturan sebaik-baiknya terhadap pikiran, waktu, tempat,

benda, dan semua sumberdaya lainnya dalam kegiatan belajar sesuai dengan

proporsinya.

Indikator dari self-organization diantaranya:

1) Peserta didik mampu mengelola pikiran pada saat belajar

2) Peserta didik mampu mengatur waktu untuk kegiatan belajar

3) Peserta didik mampu mengelola tempat untuk belajar

4) Peserta didik mampu mengelola alat belajar

c. Self-control

Self-control mengontrol setiap tindakan, agar selalu memilik rasa percaya diri

dan optimisme yang tinggi, merasa puas dengan hasil jerih payah sendiri, dan mampu

mengendalikan emosi agar tidak melakukan hal negatif dalam belajar, serta mampu

menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan belajar.

Indikator dari self-control diantaranya:

1) Peserta didik mempunyai optimisme yang tinggi

2) Peserta didik memiliki rasa percaya diri

3) Peserta didik mampu untuk mengelola emosi

4) Perhatian belajar peserta didik tidak terganggu oleh lingkungan

d. Self-development

Self-development, kegiatan untuk meningkatkan kemampuan diri dalam

kegiatan belajar yang meliputi pengembangan kecerdasan pikiran, kepribadian, social

skill dalam lingkungan belajar.

Indikator dari self-development diantaranya:

1) Peserta didik mampu mengembangkan kecerdasan pikiran

2) Peserta didik memiliki kepribadian yang kuat

(19)

2. Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff

Menurut Carkhuff (1993, 31-37) bahwa ada empat kondisi yang diharapkan ada

pada diri konseli ketika mengikuti layanan konseling yaitu, 1) keterlibatan

(involvement) konseli; 2) eksplorasi (Exploration); 3) pemahaman (understanding);

dan 4) tindakan nyata (action) konseli. Untuk memunculkan kondisi tersebut maka

konselor harus mempunyai keterampilan attending, keterampilan responding,

keterampilan personalizing, dan keterampilan initiating.

Konseling yang dimaksud dalam penelitian ini adalah konseling berdasarkan

struktur yang dikembangkan oleh Carkhuff dengan empat keterampilan dalam

konseling untuk membantu peserta didik dalam meningkatkan self-management

dalam belajar dengan harapan agar prestasi belajar peserta didik lebih baik lagi.

D. Instrumen Penelitian 1. Penyusunan Instrumen

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah instrumen yang

disusun berdasarkan pengembangan dan perumusan teori mengenai self-management

dalam belajar, untuk mendapatkan gambaran mengenai self-management dalam

belajar pada peserta didik dalam penelitian menggunakan kuisioner atau angket.

Instrumen untuk mengungkap self-management dalam belajar yang disusun adalah

dengan menggunakan model Likert dengan empat alternatif pilihan jawaban yaitu

Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).

2. Pengembangan Kisi-Kisi

Kisi-kisi instrumen untuk mengungkapkan self-management dalam belajar yang

dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian. Kisi-kisi instrumen untuk

(20)

30

Hendri Rismayadi, 2014

Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Self-Management (Sebelum Validasi)

Aspek Indikator Pernyataan

(+) (-)

a. Self-Motivation 1) Peserta didik mempunyai

minat dalam belajar 1,2 3,4,5 5

2) Peserta didik mampu untuk

memahami materi pelajaran 6,7,8,9 - 4

3) Peserta didik bersemangat

saat mengerjakan tugas 10,11 12,13 4

b. Self-Organization 1) Peserta didik mampu

mengelola pikiran pada saat

2) Peserta didik memiliki rasa

percaya diri 31,32 - 2

3) Peserta didik mampu untuk

(21)

Aspek Indikator Pernyataan

(+) (-)

4) Peserta didik mampu

memfokuskan pikiran pada

saat belajar.

37,38,39 - 3

d. Self-Development 1) Peserta didik mampu

mengembangkan kecerdasan

pikiran

40,41,42 - 3

2) Peserta didik memiliki watak

dan kepribadian yang kuat 43,44 45 3

3) Peserta didik bersosialisasi di

lingkungan sekolahnya 46,47 48 3

Jumlah 48

3. Uji Validitas Rasional

Uji validitas rasional bertujuan mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari

segi bahasa, konstruk, dan isi. Uji validitas rasional dilakukan oleh dosen ahli. Uji

validitas rasional dilakukan dengan meminta pendapat dosen ahli untuk memberikan

penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai

(TM). Item yang diberi nilai M berarti item tersebut bisa digunakan dan item yang

diberi nilai TM bisa memiliki dua kemungkinan yaitu item tersebut tidak bisa

digunakan atau masih bisa digunakan dengan revisi.

Hasil penilaian menunjukkan secara konstruk hampir seluruh item pada angket

Self-management dalam belajar termasuk memadai. Terdapat item-item yang perlu

diperbaiki dari segi bahasa dan isi. Hasil penimbangan dosen ahli dapat disimpulkan

bahwa pada dasarnya item-item pernyataan layak digunakan dengan beberapa

(22)

32

Hendri Rismayadi, 2014

Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Langkah berikutnya dilakukan uji keterbacaan terhadap empat orang peserta

didik kelas XI yang tidak dijadikan sampel dalam penelitian. Uji keterbacaan

dimaksudkan untuk melihat sejauhmana keterbacaan instrumen oleh responden

sebelum digunakan untuk kebutuhan penelitian. Hasil uji keterbacaan item

pernyataan pada angket ada beberapa pernyataan yang kurang dimengerti oleh peserta

didik, namun setelah diperbaiki seluruh pernyataan dapat dipahami oleh peserta didik.

4. Uji Validitas Butir Item

Validitas merupakan tingkat penafsiran kesesuaian hasil yang dimaksudkan

instrumen dengan tujuan yang diinginkan oleh suatu instrumen (Creswell, 2012: 159).

Pengujian validitas butir item dilakukan terhadap seluruh item yang terdapat dalam

angket pengungkap penyesuaian diri peserta didik. Pengujian validitas butir item

bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan mampu mengukur apa

yang diinginkan. Pengujian validitas butir item menggunakan rumus korelasi

Spearman-Brown karena hasil pengukuran instrumen dengan jawaban sangat sesuai,

sesuai, tidak sesuai, sangat tidak sesuai, menghasilkan skala ordinal. Selain itu,

penggunaan rumus korelasi Spearman-Brown tidak memerlukan asumsi normalitas

dan linieritas regresi.

Hasil pengujian validitas instrumen tingkatan penyesuaian diri peserta didik

dengan menggunakan korelasi Spearman-Brown, dari 48 item pernyataan yang

disusun didapatkan 39 item yang dinyatakan valid dengan tingkat kepercayaan 95%.

5. Uji Reliabilitas Instrumen

Pengujian reliabilitas bertujuan untuk melihat kemantapan sebuah instrumen

atau mengukur sejauh mana suatu instrumen mampu menghasilkan skor-skor secara

konsisten. Uji reliabilitas instrumen penyesuaian diri anak berbakat akademik

menggunakan metode Cronbach’s Alpha.

Klasifikasi koefisien reliabilitas yang digunakan sebagai tolak ukur adalah

(23)

0,00-0,199 : derajat keterandalan sangat rendah

0,20-0,399 : derajat keterandalan rendah

0,40-0,599 : derajat keterandalan sedang

0,60-0,799 : derajat keterandalan tinggi

0,80-1,00 : derajat keterandalan sangat tinggi

Hasil uji reliabilitas instrumen penelitian diperoleh koefesien reliabilitas

sebesar 0,716. Harga reliabilitas instrumen penelitian berada pada derajat

keterandalan tinggi artinya instrumen tersebut mampu menghsilkan skor-skor pada

setiap item dengan konsisten serta layak untuk digunakan dalam penelitian.

Kisi-kisi instrumen setelah uji coba, sebagai berikut:

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Self-Management (Setelah Validasi)

Aspek Indikator Pernyataan

(+) (-)

a. Self-Motivation 1) Peserta didik mempunyai

minat dalam belajar 1,2 3,4,5 5

2) Peserta didik mampu untuk

memahami materi pelajaran 6,7,8 - 3

3) Peserta didik bersemangat

saat mengerjakan tugas 9,10 11,12 4

b. Self-Organization 1) Peserta didik mampu

mengelola pikiran pada saat

belajar

13 14 2

2) Peserta didik mampu

mengatur waktu untuk

kegiatan belajar

(24)

34

Hendri Rismayadi, 2014

Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Aspek Indikator Pernyataan

(+) (-)

3) Peserta didik mampu

mengelola tempat untuk

belajar

18,19 20 3

4) Peserta didik mampu

mengelola alat belajar 21,22,23 - 3

c. Self-Control

1) Peserta didik mempunyai

optimisme yang tinggi 24,25 - 2

2) Peserta didik memiliki rasa

percaya diri 26,27 - 2

3) Peserta didik mampu untuk

mengelola emosi 28 29 2

4) Peserta didik mampu

memfokuskan pikiran pada

saat belajar

30,31,32 - 3

d. Self-Development 1) Peserta didik mampu

mengembangkan kecerdasan

pikiran

33,34 - 2

2) Peserta didik memiliki watak

dan kepribadian yang kuat 35 - 1

3) Peserta didik bersosialisasi di

lingkungan sekolahnya 36,37 38 3

(25)

E. Langkah-Langkah Penelitian

1. Penyusunan dan Pengembangan Alat Pengumpul Data

Verifikasi data dilakukan untuk pemeriksaan terhadap data yang sudah

diperoleh, verifikasi data bertujuan untuk menyeleksi data yang layak untuk diolah

dan data yang tidak layak untuk diolah. Tahapan verifikasi data yang dilakukan,

sebagai berikut:

a. Mengecek jumlah instrumen yang akan disebar, jumlah instrumen yang terkumpul

harus sesuai dengan instrumen yang disebar kepada sampel penelitian.

b. Tabulasi atau merekap data yang diperoleh dari hasil responden dengan

memberikan penyekoran data sesuai dengan tahapan penyekoran yang telah

ditentukan.

2. Pedoman Skoring

Pernyataan pada alternatif jawaban diberi skor 4,3,2,1, untuk pernyataan

positif dan 1,2,3,4, dengan alternatif pilihan jawaban Sangat Sesuai, Sesuai, Tidak

Sesuai, dan Sangat Tidak Sesuai. Pada pernyataan positif, semakin tinggi alternatif

jawaban peserta didik maka semakin tinggi penyesuaian diri peserta didik. Kemudian

pada pernyataan negatif, semakin tinggi alternatif jawaban peserta didik maka

semakin rendah penyesuaian diri peserta didik. Ketentuan pemberian skor

penyesuaian diri anak berbakat akademik dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Kategori Skoring Jawaban

Alternatif Jawaban Positif Negatif

Sangat Sesuai 4 1

Sesuai 3 2

Tidak Sesuai 2 3

(26)

36

Hendri Rismayadi, 2014

Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada alat ukur, setiap item diasumsikan memiliki nilai 1 - 4 dengan bobot

tertentu. Bobotnya ialah:

a. Untuk pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS) memiliki skor 4 pada pernyataan positif

atau skor 1 pada pernyataan negatif.

b. Untuk pilihan jawaban Sesuai (S) memiliki skor 3 pada pernyataan positif atau

skor 2 pada pernyataan negatif.

c. Untuk pilihan jawaban Kurang Sesuai (KS) memiliki skor 2 pada pernyataan

positif atau skor 3 pada pernyataan negatif.

d. Untuk pilihan jawaban Tidak Sesuai (TS) memiliki skor 1 pada pernyataan positif

atau skor 4 pada pernyataan negatif.

3. Pelaksanaan Pre-Test

Penyebaran angket self-management dalam belajar dilakukan di kelas XI Di

salah satu SMA Negeri kota bandung. Pre-test dilaksanakan untuk mendapatkan data

awal mengenai gambaran umum self-management dalam belajar, angket disebar di 4

kelas yang dipilih secara acak. Sedangkan untuk sampel penelitian dipilih 3 orang

peserta didik yang memiliki skor rendah pada 3 aspek atau lebih.

Self-management dalam belajar dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: rendah,

sedang, dan tinggi. Penentuan kelompok peserta didik secara umum dengan kategori

self-management dalam belajar yang tinggi, sedang, dan rendah dalam penelitian

dilakukan konversi skor mentah menjadi skor matang dengan menggunakan batas

ideal.

Menentukan pengkategorian dengan menjumlahkan skor dari 39 item

pernyataan (valid) dalam instrumen, kemudian dicari panjang interval setiap kelas

dengan rumus sebagai berikut:

(27)

Keterangan:

c = panjang interval kelas

Xn = nilai tertinggi

X1 = nilai terendah

k = banyaknya kelas, dalam penelitian sebanya tiga (tinggi, rendah, sedang)

Dengan demikian, berikut merupakan interval skor untuk menentukan

masing-masing kategori self-management dalam belajar peserta didik kelas XI Di salah satu

SMA Negeri kota bandung.

Tabel 3.4

Pengkategorian self-management dalam belajar

Rentang Skor Kategori

77-94 Rendah

95-112 Sedang

113-130 Tinggi

Interpretasi dari setiap kategori penyesuaian diri adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 5

Interpretasi Skor Kategori self-management dalam belajar Kategori

Self-Management Interpretasi

Tinggi

Peserta didik pada kategori ini telah

mempunyai self-management yang tinggi

setiap aspeknya, yaitu mempunyai

Self-Motivation, Self-Organization, Self-Control,

Self-Development yang tinggi.

(28)

38

Hendri Rismayadi, 2014

Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kategori

Self-Management Interpretasi

mempunyai self-management dalam belajar

pada setiap aspeknya, yaitu Self-Motivation,

Self-Organization, Self-Control,

Self-Development.

Rendah

Peserta didik pada kategori ini kurang

mempunyai self-management yang baik pada

setiap aspeknya, yaitu Motivation,

Self-Organization, Self-Control, Self-Development.

F. Penyusunan Rancangan Konseling

Rancangan pelaksanaan konseling untuk meningkatkan self-management dalam

belajar disusun berdasarkan hasil pre-test self-management dalam belajar dan

karakteristik sampel penelitian. Uji validitas rasional dilakukan oleh dosen ahli.

RANCANGAN LAYANAN KONSELING BERDASARKAN STRUKTUR CARKHUFF UNTUK

MENINGKATKAN SELF-MANAGEMENT DALAM BELAJAR

1. Rasional

Dembo (2004: 4) menyatakan bahwa self-management dalam belajar adalah

suatu strategi pembelajaran yang digunakan oleh peserta didik untuk mengontrol

faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajarannya. Fattah (2010) menambahkan hal

ini dengan berkaitan dengan masalah pengontrolan tugas yang meliputi bagaimana

cara untuk mencapai tujuan belajar dan bagaimana mengatur hasil dan dukungan dari

(29)

Dembo (2004: 4) menjelaskan bahwa untuk menjadi peserta didik yang berhasil

bukanlah sesuatu yang gampang. Peserta didik harus memiliki keefektifan yang lebih

dan belajar dengan strategi yang benar dan tekun dalam meningkatkan

pengetahuannya, dapat memotivasi dirinya sendiri dan dapat memonitori dan

mengubah perilaku mereka ketika proses pembelajaran itu terjadi. Seperti musisi,

penari ataupun pemain golf tidak dapat berhasil apabila mereka tidak

mempraktekkannya, terlepas dari membaca ataupun mendengarkan dasar-dasar dan

tehnik-tehnik khusus dalam kelas. Agar mencapai keberhasilan dan kesuksesan,

pesertra didik harus mampu mengatur dirinya dalam belajar untuk memenuhi

tuntutan-tuntutan yang ada agar bisa menjadi peserta didik yang berhasil dalam

pendidikannya. Pengaturan diri dalam hal akademis ini disebut dengan

self-management dalam belajar.

Sebagai bagian integral dari pendidikan Bimbingan dan Konseling memegang

peranan yang sangat penting dalam membantu peserta didik dalam menyelesaikan

permasalahan akademik yang dihadapinya, bimbingan akademik diberikan agar

peserta didik dapat menghadapi tuntutan yang datang dari sekolah sehingga peserta

didik dapat melakukan penyesuaian diri secara baik dan optimal disekolah (Yusuf dan

Nurihsan, 2006:10). Layanan Bimbingan yang diberikan kepada peserta didik

bertujuan untuk meningkatkan self-management dalam belajar mereka.

Salah satu upaya yang dapat diberikan untuk meningkatkan self-management

dalam belajar kepada peserta didik adalah dengan konseling . Hasil Prismatika (2013:

72) bahwa konseling efektif untuk mengatasi kesulitan belajar yang di dalamnya

termasuk meningkatkan Self-Management.

Nurihsan (2009:13) menyatakan bahwa konseling memberikan bantuan kepada

peserta didik untuk mengembangkan kesehatan mental, peningkatan sikap dan

tingkah laku. Konseling menjadi strategi utama dalam proses bimbingan dan

merupakan teknik standar serta merupakan tugas pokok seorang konselor di Pusat

(30)

40

Hendri Rismayadi, 2014

Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Prayitno (2004 : 288), konseling bertujuan memungkinkan peserta

didik mendapatkan layanan langsung secara tatap muka dengan Guru Pembimbing

dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahannya.

Carkhuff (1993, 31-37) menyatakan bahwa ada empat keterampilan dalam

konseling. Keempat keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan attending,

keterampilan responding, keterampilan personalizing, dan keterampilan initiating.

2. Tujuan Intervensi

Secara umum tujuan dari konseling berdasarkan struktur Carkhuff adalah

untuk meningkatkan self-management dalam belajar pada peserta didik. Secara

khusus tujuan dari intervensi adalah meningkatkan aspek self-management dalam

belajar yang rendah pada subjek penelitian.

3. Asumsi Intervensi

a. Dembo (2004) menyatakan kata management adalah sebuah kunci untuk

menjelaskan seorang peserta didik itu sukses. Self-management adalah suatu

faktor yang mempengaruhi proses belajar. Hal itu membangun kondisi yang

optimal untuk belajar dan membuang pengaruh yang buruk dalam belajar.

self-management dalam belajar adalah sebuah strategi yang digunakan oleh peserta

didik untuk mengontrol faktor-faktor yang menghambat dalam belajar.

b. Salah satu pendekatan yang efektif untuk meningkatkan self-management dalam

belajar adalah dengan layanan konseling karena adanya pemahaman terhadap

masalah yang dihadapi dan cara untuk mengatasinya (Prismatika, 2013: 72).

c. Salah satu layanan konseling yang dapat digunakan adalah layanan konseling

berdasarkan struktur carkhuff karena mendorong konseli untuk terlibat dalam

konseling, memahami permasalahan, mengambil keputusan untuk mengentaskan

(31)

4. Sasaran Intervensi

Sasaran intervensi adalah peserta didik yang memiliki skor rendah pada tiga

atau lebih aspek self-management dalam belajar. Pemilihan subjek penelitian

berdasarkan jumlah aspek dengan skor paling renah diantara empat peserta didik yang

memenuhi kriteria subjek penelitian. Daftar peserta didik yang menjadi sasaran

intervensi tersaji pada tabel 3.6.

Tabel 3.6

Sasaran Intervensi

No Nama Jenis Kelamin Usia Aspek yang

Rendah

1 INA Perempuan 16 Tahun Self-Motivation,

Self-Organization, Control,

Self-Development

2 MNR Laki-laki 16 Tahun Self-Organization,

Control, Self-Development

3 JA Laki-laki 17 Tahun Self-Organization,

Control, Self-Development

1) Deskripsi Konseli 1

a) Identitas Konseli

Nama : INA

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 31 Juli 1997

Agama : Islam

Usia : 16 Tahun

Sekolah : Salah satu SMA Negeri di kota Bandung

Kelas : XI-IPA

(32)

42

Hendri Rismayadi, 2014

Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bahasa : Sunda & Indonesia

Alamat : Bandung Barat

b) Perilaku Yang Muncul

INA sebenarnya peserta didik yang cukup cerdas di sekolahnya, dan terlihat

sangat rajin dalam mengerjakan tugas, terlihat dari sehari-hari INA mengikuti les

belajar diluar jam sekolah, dan ketika menunggu jemputan pulang INA selalu

mengisinya dengan kegiatan yang positif di sekolah seperti belajar, mengerjakan

tugas atau PR. Namun prestasi INA di sekolah dapat dikategorikan biasa-biasa saja,

dengan nilai yang hanya memenuhi standar KKM (kriteria ketuntasan minimum),

INA merasa sangat malas belajar, bahkan ketika hatinya sedang tidak nyaman INA

lebih memilih untuk langsung tidur. INA pun tidak mempunyai jadwal belajar yang

tetap dirumahnya, INA merasa cukup belajar di sekolah dan tempat dia les.

Ketika di kelas jika INA merasa bosan dengan materi pelajaran INA selalu

memainkan HP nya, bermain game di HP, berkirim pesan dengan pacarnya. Ketika

ada kegiatan di sekolah yang diadakan baik oleh sekolah ataupun OSIS INA lebih

memilih untuk pulang karena merasa kegiatan tersebut tidak ada gunanya dia ikuti.

c) Latar Belakang

Orangtua INA yang selalu menuntut INA untuk berprestasi bagus di

sekolahnya membuat INA merasa terbebani, bahkan agar mendapat prestasi yang

bagus INA harus mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah yang telah dipilihkan

oleh orangtunya, hal ini yang membuat INA merasa capek dengan kegiatan

belajarnya sehingga INA tidak mempunyai jadwal belajar di rumah, itu karena INA

sudah merasa cukup dengan kegiatan belajar di sekolah dan di tempat les. Apabila

INA mendapat nilai yang kurang pada saat ulangan harian atau nilai tugas, INA selalu

dimarahi oleh orangtuanya, karena kesal dimarahi semangat belajar INA pun menjadi

(33)

Rumah INA yang cukup jauh dari sekolah membuat INA merasa capek

dengan dengan jarak yang harus ditempuh hampir 1,5jam bahkan bisa sampai 2jam

kalau sedang macet, karena itulah INA lebih memilih untuk pulang dari sekolah

ketika ada kegiatan yang diadakan oleh OSIS, karena menganggap lebih baik pulang

dan beristirahat daripada harus mengikuti kegiatan yang tidak ada hubungannya

dengan nilai belajar.

d) Penyebab

Terlihat dari pengakuan INA kurangnya motivasi dalam diri INA yang

menyebabkan dia menjadi tidak semangat belajar, INA menuturkan bahwa orang

tuanya berharap dia mendapat prestasi yang bagus ternyata itu tidak membuat INA

termotivasi dalam belajar, malah hal itu membuat motivasi INA menjadi hilang

karena tekanan dari orangtuanya.

Kontrol yang rendah membuat INA tidak dapat menahan godaan untuk tidak

memainkan HP ketika pelajaran sedang berlangsung, bermain game ketika di kelas,

dan berkirim pesan ketika guru menerangkan materi pelajaran membuat INA tidak

berkonsentrasi penuh dalam belajar. INA tidak mau mengikuti kegiatan yang

diadakan di sekolah karena lebih memilih untuk pulang.

2) Deskripsi Konseli 2

a) Identitas Konseli

Nama : MNR

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 1 Juli 1997

Agama : Islam

Usia : 16 Tahun

Sekolah : Salah satu SMA Negeri di kota Bandung

Kelas : XI-IPA

(34)

44

Hendri Rismayadi, 2014

Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bahasa : Sunda & Indonesia

Alamat : Sarijadi

b) Perilaku yang Muncul

Ketika sedang belajar dikelas, MNR sering sekali tertidur karena rasa ngantuk

yang tidak tertahankan lagi, bahkan MNR menyuruh teman sebangkunya untuk

mencubit dia ketika tertidur agar bangun. Ketika sedang jenuh dengan pelajaran

MNR suka menghabiskan waktu untuk online, dan itu dilakukan ketika pelajaran

sedang berlangsung, sedangkan diluar jam sekolah jika sudah merasa jenuh MNR

akan bermain playstation seharian untuk menghilangkan rasa jenuhnya tersebut.

Pada saat pulang sekolah MNR tidak langsung pulang ke rumah, tetapi MNR

menghabiskan waktunya sampai sore untuk belajar sendiri atau bersama

teman-temannya, bahkan jika ada kegiatan di sekolah MNR jarang mengikutinya karena

lebih memilih untuk belajar daripada mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan di

sekolahnya itu.

Jarang sekali MNR terlihat bergaul bersama teman-temannya, ketika dirumah

pun jarang bermain keluar rumah karena memang MNR sering menghabiskan

waktunya di sekolah sampai sore. Bahkan ketika libur pun MNR hanya diam saja

dirumah tidak melakukan apapun karena MNR lebih memilih untuk istirahat

dirumah, dan hanya bermain di sekitar rumahnya saja.

c) Latar Belakang

MNR sangat berambisi untuk masuk ke salah satu perguruan tinggi negeri di

kota bandung, PTN tersebut mempunyai standar yang tinggi dalam penerimaan

mahapeserta didik baru, karena itulah MNR menuntut dirinya sendiri untuk mendapat

prestasi yang bagus di sekolah agar bisa masuk PTN tersebut.

Demi mendapatkan prstasi yang bagus MNR sering belajar hingga larut

malam bahkan tidak jarang MNR mengerjakan tugas sampai subuh, karena itulah

(35)

pelajaran karena memang banyak pelajaran yang diulang oleh guru, ketika sedang

merasa jenuh MNR menghabiskan waktunya untuk online sebagai hiburan setelah

satu minggu menghabiskan waktu dengan berbagai kegiatannya.

MNR lebih memilih untuk pulang kerumah ketika ada acara di sekolah karena

menganggap acara yang diadakan di sekolah itu tidak terlalu penting baginya, MNR

lebih memilih untuk pergi refreshing menonton ke bioskop daripada mengikuti

kegiatan di sekolahnya itu.

d) Penyebab

Keinginan yang besar MNR untuk masuk salah satu PTN di kota bandung

telah membuat self-organization dirinya berkurang, jadwal belajar yang tidak teratur,

jam belajar yang berlebihan untuk mendapatkan hasil yang bagus di sekolah, MNR

terlalu memaksakan dirinya untuk terus-terusan belajar, namun ketika belajar di kelas

dia menjadi merasa jenuh karena merasa dirinya sudah sangat lelah dengan belajar.

Untuk mereduksi rasa jenuh ketika belajar di kelas MNR biasanya suka online

di HPnya, MNR tidak bisa mengontrol dirinya untuk tidak online ketika sudah

merasa jenuh dengan pelajaran ini berarti self-control MNR yang rendah sehingga dia

memutuskan untuk melakukan hal yang mengganggu belajarnya. MNR juga

menganggap kegiatan yang diadakan di sekolah tidak berguna karena MNR lebih

memilih untuk refreshing ke bioskop, MNR menolak untuk mengikuti kegiatan

pengembangan diri yang diadakan di sekolah sehingga self-development MNR

rendah.

3) Deskripsi Konseli 3

a) Identitas Konseli

Nama : JA

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 20 November 1996

(36)

46

Hendri Rismayadi, 2014

Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Usia : 17 Tahun

Sekolah : Salah satu SMA Negeri di kota Bandung

Kelas : XI-IPA

Suku Bangsa : Sunda

Bahasa : Sunda & Indonesia

Alamat : Cibaduyut

b) Perilaku yang Muncul

Dari nilai JA pada semester 1 waktu kelas X mengalami penurunan pada

semester 2 nya, JA sering tidak memperhatikan ketika guru sedang menerangkan

pelajaran, bahkan ketika ada pekerjaan rumah JA sering mencontek pekerjaan rumah

milik temannya karena pada malam hari dia tidak sempat untuk mengerjakannya.

Pernah beberapa kali JA mengikuti ajakan temannya untuk bolos dari sekolah,

bahkan jika sudah merasa bosan JA meinta izin kepada guru mata pelajaran untuk ke

toilet ketika pelajaran sedang berlangsung, namun sebenarnya bukan toilet yang

dituju oleh JA melainkan kantin.

JA tidak mengikuti satupun kegiatan ekstrakulikuler di sekolah, JA pun jarang

mengikuti jam tambahan pelajaran yang diadakan oleh guru, JA sebenarnya peserta

didik yang cerdas terlihat dari IQ JA sebesar 123 tergolong diatas rata-rata.

c) Latar Belakang

JA sering keluar pada malam hari sehingga mengganggu jadwal belajar AJ,

dan karena itu pula JA sering lupa atau terlalu capek untuk mengerjakan tugas. JA

sebenarnya anak yang cerdas, namun karena JA lebih sering menerima ajakan

temannya untuk bermain sehingga JA menjadi anak yang malas.

JA tidak mau mengikuti kegiatan ekstrakulikuler karena JA lebih memilih

untuk langsung pulang dan bermain bersama teman-temannya, selain itu JA pun

(37)

Karena JA sering bangun kesiangan sehingga JA terburu-buru berangkat ke sekolah

dan tidak sempat sarapan, ketika belajar itu JA merasa lapar karena tidak sarapan

sebelumnya, jadi JA memutuskan untuk pergi ke kantin ketika jam pelajaran sedang

berlangsung dengan alasan ke guru pergi ke toilet. JA menganggap waktu yang

teman-temannya menunjukan bahwa JA memiliki self-organization dan self-control

yang lemah, hal ini diperkuat tidak tahannya JA karena lapar sehingga dia keluar

kelas ketika jam pelajaran sedang berlangsung, bahkan agar bisa pergi ke kantin JA

sering berbohong kepada guru mata pelajaran yang sedang mengajar.

Tidak maunya JA mengikuti kegiatan ekstra kulikuler di sekolah karena tidak ada

yang diminati memperlihatkan kurangnya selg development dalam diri AJ, JA tidak

mau untuk mengikuti pengembangan diri yang diadakan di sekolah.

5. Langkah-Langkah Intervensi

Untuk membantu konseli memahami masalah yang dialaminya, peneliti

menguraikan langkah – langkah kegiatan konseling sebagai berikut:

Tahapan Kegiatan Peneliti

Kondisi Yang Diharapkan Pada

Konseli

Attending Langkah yang dilakukan peneliti agar

konseli terlibat pada proses konseling diawali dengan pengumpulan data konseli lewat buku pribadi, data analisis dari guru BK, data hasil angket, dan data hasil wawancara dengan guru BK. Setelah itu, peneliti melakukan pendekatan terhadap konseli agar

Perilaku yang

diharapkan muncul pada konseli yaitu sebagai berikut:

- Konseli datang kehadapan peneliti

(38)

48

Hendri Rismayadi, 2014

Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu konseli dapat menerima kehadiran

peneliti, dan agar terjalin suasana konseling yang hangat dan terbuka. Hal ini dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:

- Peneliti menyiapkan ruangan konseling.

- Peneliti mengatur posisi duduk konseli agar tercipta suasana yang akrab. (posisi duduk konseli dengan peneliti saling berdampingan

membantuk suatu sudut)

- Peneliti menjelaskan maksud peneliti mengundang konseli.

- Peneliti melakukan observasi terhadap setiap perilaku yang dimunculkan konseli (gerakan tangan dan geraka badan)

- Peneliti menyaring informasi yang diungkap oleh konseli secara verbal mengenai kondisi dirinya saat ini.

paksaan. kondisi dirinya pada saat ini.

Responding Peneliti menggali informasi lebih dalam

mengenai kondisi konseli saat ini dan mengenai masalah yang dialaminya Langkah-langkah yang dilakukan peneliti agar peserta didik dapat mengeskplorasi masalahnya dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:

- Peneliti menyiapkan ruangan dan mengatur posisi duduk konseli. - Peneliti melakukan observasi

terhadap setiap perilaku yang dimunculkan konseli (gerakan tangan dan geraka badan)

- Peneliti menyaring informasi yang diungkap oleh konseli secara verbal

(39)

mengenai kondisi dirinya saat ini. - Peneliti merespon situasi konseli

pada saat ini.

- Peneiti merespon makna dari ungkapan konseli mengenai keadaan dirinya.

- Peneliti merespon perasaan konseli ketika berada dalam masalah yang dialaminya.

- Peneliti merespon alasan perasaan konseli

dihasilkan belum stabil. Hal ini dilakukan kondisi dirinya pada saat ini disekolah.

Personalizing Peneliti mengarahkan konseli untuk

dapat memahami

(mempersonalisasikan) masalah yang dialaminya agar konseli dapat merumuskan rencana pemecahan masalahnya. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti agar konseli dapat

memahami masalahnya dan

merumuskan rencana pemecahan masalahnya dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:

- Peneliti menyiapkan ruangan,

(40)

50

Hendri Rismayadi, 2014

Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu mengatur posisi duduk konseli dan

melakukan observasi terhadap setiap perilaku yang dimunculkan konseli (gerakan tangan dan geraka badan). - Peneliti merespon situasi konseli

pada saat ini.

- Peneiti merespon makna dari ungkapan konseli mengenai keadaan dirinya.

- Peneliti merespon perasaan konseli ketika berada dalam masalah yang dialaminya.

- Peneliti merespon alasan perasaan konseli

tujuan perubahannya. Hal ini dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:

Initiating Pada langkah ini difokuskan pada upaya

peneliti mengarahakn konseli untuk mampu bertindak sesuai dengan rencana pemecahan masalah yang dibuat konseli. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti agar konseli dapat menentukan tindakan nyata dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:

- Peneliti menyiapkan ruangan, mengatur posisi duduk konseli dan melakukan observasi terhadap setiap

(41)

perilaku yang dimunculkan konseli (gerakan tangan dan geraka badan). - Peneliti membantu konseli untuk

mengembangkan tujuan perubahan. - Peneliti mengarahkan konseli untuk

dapat memecahkan masalah dengan memberikan beberapa alternatif solusi.

- Peneliti mengarahkan konseli untuk dapat mengembangkan rencana tindakan.

- Peneliti mengarahkan konseli untuk dapat mengimplementasikan rencana

6. Pemantauan terhadap Perilaku Konseli

Untuk memperoleh informasi dan keterangan mengenai peningkatan status

identitas peserta didik melalui layanan konseling berdasarkan struktur Carkhuff dapat

dilihat dari hasilnya yang berupa:

a. Kesediaan peserta didik secara sukarela untuk mengikuti setiap proses konseling.

b. Keterbukaan peserta didik mengenai masalah yang dialaminya.

c. Kesanggupan peserta didik untuk merencanakan dan melakukan pemecahan

masalah yang dialaminya.

d. Perubahan pada perilaku peserta didik, baik itu kematangan emosinya, tanggung

jawabnya, dan pengambilan keputusan pada diri peserta didik menjadi lebih baik.

e. Peserta didik dapat mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tugas

perkembangannya.

f. Peserta didik dapat memahami dirinya dan perkembangan yang ada dan sedang

terjadi, untuk mengetahui hasil tersebut peneliti dapat bekerja sama dengan

(42)

52

Hendri Rismayadi, 2014

Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peneliti menyebarkan angket post test kepada peserta didik untuk mengetahui

perubahan yang terjadi, serta sejauh mana layanan konseling individual berdasarkan

(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Secara Umum Gambaran self-management pada peserta didik di salah satu

SMA Negeri kota bandung berada pada kategori sedang, namun ada beberapa siswa

yang berada dalam kondisi rendah.

Self-management dalam belajar merupakan hal penting yang ada pada diri

siswa, untuk meraih hasil prestasi belajar yang memuaskan di sekolahnya. Salah satu

upaya untuk meningkatkan self-management dalam belajar pada siswa adalah dengan

layanan konseling. Dari beberapa penelitian sebelumnya diketahui bahwa layanan

konseling mampu untuk meningkatkan self-management. Struktur yang digunakan

dalam penelitian ini adalah layanan konseling berdasarkan struktur Carkhuff dimana

konseli diajak aktif dalam proses pemberian layanan, konseli diajak untuk

mengetahui dan memahami masalah yang sedang dihadapinya, serta merencanakan

tindakan apa yang akan dilakukan untuk menyelesaikan permsalahan yang sedang

dihadapinya tersebut.

Setelah diberikan layanan konseling individual bersadarkan struktur Carkhuff

terlihat perubahan yang dialami oleh konseli dan perilaku sehari-hari konseli berubah

sedangkan dari hasil angket post-test pun terlihat ada perubahan dalam

self-management siswa tersebut.

B. Rekomendasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa layanan konseling berdasarkan struktur

cakrhuff mampu untuk meningkatkan self-management dalam belajar pada siswa.

Oleh karena itu konselor diharapkan mampu menerapkan layanan konseling

berdasarkan struktur carkhuff untuk meningkatkan self-management dalam belajar

(44)

109

Hendri Rismayadi, 2014

Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bagi siswa diharapkan dengan layanan konseling berdasarkan struktur

carkhuff mampu untuk mencari alternatif solusi dalam memecahakan permasalahan

yang sedang dihadapinya sendiri.

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan layanan mampu mengopttimalkan data

kualitatif yang tersedia sehingga dinamika psikologis subjek penelitian dapat

tergambarkan dengan jelas. Pengukuran dan monitoring terhadap subjek penelitian

dapat dilakukan beberapa kali dan dalm rentaqng waktu yang lebih lama agar terlihat

jelas hasil dari layanan konseling yang diberikan kepada konseli.

Bagi jurusan psikologi pendidikan dan bimbingan menjadi hasanah keilmuan

dalam penerapan layanan konseling, layanan konseling berdasarkan struktur carkhuff

Gambar

Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Tabel 3.2 Self-Management (Setelah Validasi)
Tabel 3.3 Kategori Skoring Jawaban
Pengkategorian Tabel 3.4 self-management dalam belajar
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian adalah memperoleh konseling kelompok dengan pendekatan konseling realitas yang efektif untuk mengembangkan kendali diri peserta didik.. Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada pengaruh layanan konseling individual teknik empty chair dalam mengembangkan self esteem korban bullying pada siswa di SMA

Bimbingan Karier dengan Teknik Modeling untuk Mengembangkan Kematangan Karier Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 6

Penelitian yang dilakukan Mulatsih (2006) mengatakan bahwa fungsi layanan konseling perorangan oleh pihak bimbingan dan konseling pada peserta didik kelas XI IPA 2 SMA

Judul Skripsi : Keefektifan Konseling Kelompok Dengan Teknik Assertive Training untuk Meningkatkan Self Disclosure Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 1

Kesimpulan dari penelitian ini adalah teknik self regulated learning efektif untuk mengurangi kejenuhan belajar peserta didik kelas XI SMA Negeri 8 Surakarta.. Kata

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul Meningkatkan Self Efficacy (Efikasi Diri) Siswa yang Rendah di Kelas XI IPS SMA Negeri I Kendal Melalui

Banyak persepsi yang ditujukan terhadap layanan konseling individual di sekolah, peserta didik masih memiliki persepsi negatif terhadap layanan konseling individual