CARKHUFF UNTUK MENINGKATKAN
SELF-MANAGEMENT DALAM BELAJAR
PADA PESERTA DIDIK
(Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Peserta Didik Kelas XI di Salah Satu SMA Negeri Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh
Hendri Rismayadi 0907460
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
LAYANAN KONSELING BERDASARKAN
STRUKTUR
CARKHUFF
UNTUK
MENINGKATKAN
SELF-MANAGEMENT
DALAM BELAJAR PADA PESERTA DIDIK
Oleh
Hendri Rismayadi
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Hendri Rismayadi 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LAYANAN KONSELING BERDASARKAN STRUKTUR CARKHUFF UNTUK MENINGKATKAN SELF-MANAGEMENT DALAM BELAJAR
PADA PESERTA DIDIK
(Penelitian Pra-Eksperimen Terhadap Peserta Didik Kelas XI di Salah Satu SMA Negeri Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Dr. Anne Hafina, M.Pd. NIP. 19600704 198601 2 001
Pembimbing II
Dra. Chandra Affiandary, M.Pd. NIP. 19570611 198609 2 001
Mengetahui
Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Hendri Rismayadi, 2014
Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK: Penelitian bertujuan untuk meningkatkan self-management pada peserta didik kelas XI di salah satu SMA Negeri kota Bandung dengan layanan konseling berdasarkan struktur Carkhuff. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain
single subject. Instrumen yang digunakan disusun berdasarkan pengembangan dan
perumusan teori self-management dalam belajar. Analisis data menggunakan statistika deskriptif untuk melihat peningkatan skor self-management dalam belajar sebelum dan sesudah layanan konseling diberikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-management dalam belajar pada peserta didik meningkat. Konselor diharapkan mampu untuk menggunakan layanan konseling berdasarkan struktur Carkhuff untuk meningkatkan
self-management dalam belajar pada peserta didik.
Kata Kunci: Layanan Konseling, Struktur Carkhuff, Self-management dalam Belajar
ABSTRACT: The study aims to improve self-management in grade XI in one of the Bandung senior high schools by applying counseling services based on Carkhuff structure. This research used a quantitative approach to design a single subject. The instruments used in this research were arranged based on the development and formulation of the theory of self-management in learning. The data analysis used a descriptive statistics to see the increase of scores on self-management of learning before and after the counseling services. The results showed that self-management can increase students’ learning process. The counselor should be able to use the counseling services based on Carkhuff structure to improve self-management of students in learning.
PERNYATAAN………. i
ABSTRAK………. ii
KATA PENGANTAR……… iii
UCAPAN TERIMAKASIH………... iv
DAFTAR ISI……….. vi
DAFTAR TABEL……….. viii
DAFTAR GAMBAR……….. ix
DAFTAR LAMPIRAN……….. x
BAB I PENDAHULUAN………... 1
A. Latar Belakang Penelitian……….. 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah………. 4
C. Tujuan Penelitian………... 5
D. Manfaat Penelitian………. 6
E. Struktur Organisasi………...……….……… 6
BAB II LAYANAN KONSELING BERDASARKAN STRUKTUR CARKHUFF DAN SELF-MANAGEMENT DALAM BELAJAR……... 8
A. Konsep Dasar Konseling……….. 8
1. Pengertian Konseling……….. 8
2. Ciri-ciri Konseling……….. 9
3. Tujuan Konseling……… 10
4. Proses Konseling………. 11
B. Keterampilan Konseling Model Carkhuff……....………. 12
C. Self-Management………... 17
1. Pengertian Self-Management Dalam Belajar……….. 17
2. Aspek-Aspek Self-Management Dalam Belajar……….. 18
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Self-Management Dalam Belajar……….. 20
Hendri Rismayadi, 2014
Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Hasil Penelitian Yang Relevan………. 24
E. Kerangka Pemikiran Penelitian………. 25
BAB III METODE PENELITIAN………. 26
A. Pendekatan Penelitian……… 26
B. Metode Penelitian……….. 26
C. Populasi dan Sampel Penelitian………. 26
D. Definisi Operasional……….. 27
1. Self-Management Dalam Belajar………. 27
2. Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff……….. 28
E. Instrumen Penelitian……….. 29
1. Penyusunan Instrumen………. 29
2. Pengembangan Kisi-Kisi………. 29
3. Uji Validitas Rasional………. 31
4. Uji Validitas Butir Item………...……… 32
5. Uji Reliabilitas Instrumen……… 32
F. Langkah-Langkah Penelitian………. 35
1. Penyusunan dan Pengembangan Alat Pengumpul Data……….. 35
2. Pedoman Skoring………. 35
3. Pelaksanaan Pre-Test……….. 36
G. Penyusunan Rancangan Konseling……… 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 53
A. Hasil Penelitian………. 53
B. Pembahasan………... 105
C. Keterbatasan Penelitian………. 107
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI……….... 108
A. Kesimpulan……… 108
B. Rekomendasi………... 108
DAFTAR TABEL
3.1 Kisi-kisi Instrumen Self-Management (Sebelum Validasi)……… 30
3.2 Kisi-kisi Instrumen Self-Management (Setelah Validasi)……….. 33
3.3 Kategori Skoring jawaban……….. 35
3.4 Pengkategorian Self-Management Dalam Belajar……….. 37
Hendri Rismayadi, 2014
Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian……… 25
4.1 Deskripsi Self-Management Konseli INA……… 55
4.2 Deskripsi Self-Management Konseli MNR………..…… 71
4.3 Deskripsi Self-Management Konseli JA………... 85
4.4 Perbedaan Rata-rata Skor Aspek Self-Management Konseli INA……… 97
4.5 Perbedaan Rata-rata Skor Aspek Self-Management Konseli MNR……….. 100
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar, dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat bangsa dan negara (Undang- Undang No. 20 Tahun 2003: pasal 1 ayat 1).
Peserta didik sebagian besar adalah remaja yang memiliki karakteristik,
kebutuhan, dan tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Masa remaja,
menurut Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12
hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu:
12- 15 tahun adalah masa remaja awal, 15- 18 tahun adalah masa remaja pertengahan,
dan 18- 21 tahun adalah masa remaja akhir (Desmita, 2008 : 190). Tetapi Monks,
Knoers 7 Haditono (Desmita, 2008: 190) membedakan masa remaja atas empat
bagian, yaitu: (1) masa pra- remaja atau pra- pubertas (10- 12 tahun), (2) masa remaja
awal atau pubertas (12- 15 tahun), (3) masa remaja pertengahan (15- 18 tahun) dan
(4) masa remaja akhir (18- 21 tahun). Pada masa remaja awal atau pubertas (12- 15
tahun) umumnya anak sedang duduk dibangku sekolah menengah.
Peserta didik Menengah Atas adalah remaja yang sedang mengalami proses
kematangan intelektual yang sangat signifikan. Bloom (Makmun, 2009: 102)
menyatakan bahwa presentase taraf kematangan dan kesempurnaan IQ seseorang
mencapai 92%-nya sejak usia 13 tahun. Dengan demikian usia remaja adalah usia
yang sangat penuh dengan potensi, potensi inilah yang membuat keluarga dan
lingkungan menaruh harapan yang tinggi terhadap remaja dalam pendidikannya.
IQ/Intelegensi yang tinggi seharusnya menjadi sebuah jaminan memperoleh
hasil belajar yang tinggi, namun pada kenyataannya tidak semua peserta didik yang
2
Hendri Rismayadi, 2014
Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pendahuluan yang dilakukan di salah satu SMA Negeri kota Bandung terhadap
beberapa peserta didik yang memiliki IQ 125 keatas ternyata hasil belajarnya tidak
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, seseorang yang mempunyai IQ sebesar 125
memiliki kriteria nilai yang harus didapat adalah 8, namun pada Studi pendahuluan
ini peserta didik mendapat nilai 6, bahkan ada beberapa mata palajaran yang tidak
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dan harus mengikuti remedial.
Dari wawancara dengan beberapa peserta didik yang mempunyai IQ tinggi
namun prestasinya rendah mengatakan bahwa mereka bukan tidak mampu untuk
mendapat prestasi yang lebih baik, namun karena motivasi belajar mereka rendah ini
terlihat dari kegiatan sehari-hari yang mereka jalani, mereka lebih memilih untuk
bermain dengan teman-temannya daripada belajar, ketika di kelas mereka tidak
mampu mengontrol diri untuk mengobrol, bahkan ada beberapa peserta didik yang
malah bermain game ketika guru sedang menerangkan materi pelajaran. Di luar
sekolah pun mereka tidak ada kegiatan untuk mengembangkan diri, jika orang lain
berlomba-lomba untuk ikut bimbingan belajar diluar sekolah maka peserta
didik-peserta didik ini malah tidak mau mengikuti bimbingan belajar. Menurut Gie (2000 :
78-80) menyatakan ada sekurang-kurangnya 4 aspek bentuk perbuatan seseorang
mempunya self-management dalam belajar yaitu self-motivation, self-organization,
self-control, self-development. Dengan demikian peserta didik-peserta didik diatas
diasumsikan mempunyai self-management yang rendah dalam belajar.
Dembo (2004: 4) menyatakan self-management dalam belajar adalah suatu
strategi pembelajaran yang digunakan oleh peserta didik untuk mengontrol
faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajarannya. Hal ini berkaitan dengan masalah
pengontrolan tugas yang meliputi bagaimana cara untuk mencapai tujuan belajar dan
bagaimana mengatur hasil dan dukungan dari belajar.
Dembo (2004: 4) menjelaskan bahwa untuk menjadi peserta didik yang berhasil
bukanlah sesuatu yang gampang. Peserta didik harus memiliki keefektifan yang lebih
dan belajar dengan strategi yang benar dan tekun dalam meningkatkan
mengubah perilaku mereka ketika proses pembelajaran itu terjadi. Seperti musisi,
penari ataupun pemain golf tidak dapat berhasil apabila mereka tidak
mempraktekkannya, terlepas dari membaca ataupun mendengarkan dasar-dasar dan
tehnik-tehnik khusus dalam kelas. Agar mencapai keberhasilan dan kesuksesan,
peserta didik harus mampu mengatur dirinya dalam belajar untuk memenuhi
tuntutan-tuntutan yang ada agar bisa menjadi peserta didik yang berhasil dalam
pendidikannya. Pengaturan diri dalam hal akademis ini disebut dengan
self-management dalam belajar.
Sebagai bagian integral dari pendidikan Bimbingan dan Konseling memegang
peranan yang sangat penting dalam membantu peserta didik dalam menyelesaikan
permasalahan akademik yang dihadapinya, bimbingan akademik diberikan agar
peserta didik dapat menghadapi tuntutan yang datang dari sekolah sehingga peserta
didik dapat melakukan penyesuaian diri secara baik dan optimal di sekolah (Yusuf
dan Nurihsan, 2006: 10). Layanan Bimbingan yang diberikan kepada peserta didik
bertujuan untuk meningkatkan self-management dalam belajar mereka.
Salah satu upaya yang dapat diberikan untuk meningkatkan self-management
dalam belajar kepada peserta didik adalah dengan layanan konseling . Hasil penelitian
Prismatika (2013: 72) menyatakan bahwa layanan konseling efektif untuk mengatasi
kesulitan belajar yang di dalamnya termasuk meningkatkan self-management.
Nurihsan (2009: 13) menyatakan bahwa konseling memberikan bantuan kepada
individu untuk mengembangkan kesehatan mental, peningkatan sikap dan tingkah
laku. Konseling menjadi strategi utama dalam proses bimbingan dan merupakan
teknik standar serta merupakan tugas pokok seorang konselor di pusat pendidikan.
Menurut Prayitno (2004: 288), konseling bertujuan memungkinkan peserta
didik mendapatkan layanan langsung secara tatap muka dengan Guru Pembimbing
dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahannya.
Menurut Surya (2003: 9) tujuan yang ingin dicapai dalam konseling adalah: a)
agar konseli memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya; b)
4
Hendri Rismayadi, 2014
Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perkembangan yang optimal; c) mampu memecahkan sendiri masalah yang
dihadapinya; d) mempunyai wawasan yang lebih realistis serta penerimaan yang
obyektif tentang dirinya; e) memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya dan dapat lebih
menyesuaikan diri secara lebih efektif baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap
lingkungan; f) mencapai taraf aktualisasi diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya;
dan g) terhindar dari gejala-gejala kecemasan dan salah suai (maladjustment).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konseling bertujuan
agar konseli (peserta didik) dapat mengenal diri sendiri, menerima diri sendiri serta
realistis dalam proses penyesuaian dengan lingkungannya. Suatu hubungan pribadi
yang unik dalam konseling dapat membantu peserta didik membuat keputusan,
pemilihan dan rencana yang bijaksana, serta dapat berkembang dan berperan lebih
baik di lingkungannya. Dan konseling efektif untuk meningkatkan self-management
dalam belajar.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah
Menurut Jones (2003), sistem pendidikan yang formal tidak menjamin peserta
didik sukses. Bukan hanya sekedar kemampuan akademis, tetapi juga kemampuan
diri (personal skill) yang baik. Haddril & Singh (2008) meyatakan peserta didik yang
drop-out bukan karena dia memiliki kemampuan yang di bawah rata-rata, tetapi
karena dia tidak dapat mengatur dirinya, dalam hal pendidikan maupun pekarjaan
atau aktivitas yang lain, dia tidak mampu mengatur urusan pendidikan dan urusan
keluarga misalnya. Ia menambahkan peserta didik dapat menghindari hal-hal tersebut
dengan menyeimbangkan segala aktivitas ataupun kegiatan. Self-management
merupakan sebuah cara untuk memodifikasi perilaku yang dilakukan untuk merubah
perilaku diri sendiri. Dengan kata lain, pengaturan diri dalam hal akademis ini adalah
sebuah proses di mana seseorang melakukan kontrol terhadap perilakunya untuk
membantuk perilaku yang diinginkan pada masa mendatang, strategi
Self-management bertujuan untuk mengajarkan kepada peserta didik bagaimana
mengatur proses pembelajarannya atau mengefektifkan perilakunya. Peserta didik
seharusnya dapat berfikir bagaimana mengobservasi perilakunya dan bagaimana
mengevaluasi perilakunya tersebut. Peserta didik harus belajar untuk membuat
keputusan dari pilihan yang ada. Penerapan self-management dapat meningkatkan
kemampuan pengambilan keputusan pada peserta didik yang kurang bisa mengambil
keputusan Dean dkk (Gerhardt, 2006). Dembo (2004) yang mengatakan bahwa
peserta didik yang berhasil adalah peserta didik yang memiliki strategi yang efektif
dan efisien untuk mengakses dan menggunakan pengetahuan, memotivasi.
Salah satu upaya yang dapat diberikan untuk meningkatkan self-management
dalam belajar peserta didik adalah dengan layanan konseling . Hasil Prismatika
(2013: 72) bahwa konseling efektif untuk mengatasi kesulitan belajar yang di
dalamnya termasuk meningkatkan self-management.
Berdasarkan identifikasi masalah mengenai perlunya bantuan untuk
meningkatkan self-management dalam belajar pada peserta didik, maka penelitian
berfokus pada bantuan yang diberikan melalui konseling untuk meningkatkan
self-management dalam belajar peserta didik.
2. Rumusan Masalah
Secara operasional permasalahan dirumuskan ke dalam pertanyaan penelitian
sebagai berikut: Apakah layanan konseling mampu untuk meningkatkan
self-management dalam belajar pada peserta didik?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum yang ingin dicapai dari penelitian ialah memperoleh gambaran
empirik mengenai layanan konseling untuk meningkatkan self-management dalam
belajar pada peserta didik. Tujuan khusus yang ingin dicapai yaitu memperoleh:
6
Hendri Rismayadi, 2014
Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Rancangan layanan konseling untuk meningkatkan self-management dalam
belajar peserta didik kelas XI di salah satu SMA Negeri kota Bandung tahun
ajaran 2013/2014.
3. Pelaksanaan kegiatan konseling berdasarkan struktur carkhuff untuk
meningkatkan self-management dalam belajar peserta didik.
4. Perubahan kondisi peserta didik setelah diberikan layanan konseling berdasarkan
struktur carkhuff.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi salah satu rujukan bagi para
praktisi dalam membantu peserta didik meningkatkan self-management dalam
belajar. Secara spesifik, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi:
1. Guru Bimbingan dan Konseling
Dapat membantu meningkatkan self-management dalam belajar peserta didik
dengan mengimplementasikan teknik konseling berdasarkan struktur Carkhuff.
2. Peserta didik
Diharapkan dapat memiliki keterampilan untuk meningkatkan self-management
dalam belajar.
3. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Penelitian akan menjadi salah satu referensi penggunaan konseling untuk
meningkatkan self-management dalam belajar pada peserta didik.
E. Struktur Organisasi
BAB I berisi uraian tentang pendahuluan dan merupakan bagian awal dari
skripsi. Pendahuluan berisi latar belakang penelitian,, identifikasi dan perumusan
masalah, tujuan penelitian, dan manfaat atau signifikansi penelitian.
BAB II berisi kajian pustaka, Kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.
masalah penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti. Kajian pustaka berfungsi sebagai
landasan teoretik dalam menyusun pertanyaan penelitian, tujuan serta hipotesis.
Kerangka pemikiran merupakan tahapan yang harus ditempuh untuk merumuskan
hipotesis dengan mengkaji hubungan teoritis antar variabel penelitian. Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang dirumuskan dalam penelitian
atau submasalah yang diteliti.
BAB III berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, termasuk
lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian dan justifikasi dari
pemilihan desain penelitian, definisi operasional variabel, instrument penelitian,
proses pengembangan instrument, teknik pengumpulan data, dan analisis data.
BAB IV adalah hasil penelitian dan pembahasan. Bagian pembahasan atau
analisis temuan mendiskusikan temuan tersebut dikaitkan dengan dasar teoretik yang
telah dibahas dalam Bab kajian pustaka dan temuan sebelumnya.
BAB V kesimpulan dan saran. Menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti
Hendri Rismayadi, 2014
Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian dan Metode Penelitian
Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif yang digunakan untuk
mendapatkan data profil self-management dalam belajar pada peserta didik kelas XI
Di salah satu SMA Negeri kota bandung tahun ajaran 2013/2014 yang berupa angka
dan dianalisis menggunakan statistik sehingga hasilnya berupa presentase, dan
keefektifan layanan konseling untuk meningkatkan self-management dalam belajar
pada peserta didik.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode pra eksperimen yang
memungkinkan peneliti menentukan sampel penelitian sesuai dengan kriteria-kriteria
tertentu yang akan diteliti.
Desain penelitian menggunakan single subject design yang melibatkan satu
peserta, namun dperbolehkan lebih dari satu peserta yakni antara 3 sampai dengan 8
subjek. Subjek berfungsi sebagai kontrol dirinya sendiri yang dapat dilihat dari
kinerja subjek sebelum, selama, dan setelah diberi intervensi (Horner et al., 2005:
168).
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian dilaksanakan di salah satu SMA Negeri kota bandung. Berdasarkan
hasil studi pendahuluan terhadap beberapa peserta didik kelas XI menunjukkan
kurangnya self-management dalam belajar dengan gejala-gejala yang diperlihatkan.
Populasi penelitian ini adalah peserta didik SMA kelas XI yang berada pada
usia remaja (17-18 tahun). Untuk sampel penelitian adalah tiga peserta didik yang
memiliki skor rendah pada tiga atau lebih aspek self-management dalam belajar yaitu
self-motivation, self-organization, self-control, dan self-development.
Sementara untuk pengambilan sampel penelitian yang terlibat dalam intervensi
sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
dalam populasi itu (Creswell, 2012). Dengan memberikan angket self-management
dalam belajar kepada 151 orang peserta didik, dari 151 peserta didik yang mengisi
angket terdapat 2 orang memiliki self-management dalam belajar tinggi, 140 peserta
didik berada pada kategori sedang, sedangkan 9 peserta didik lainnya berada pada
kategori rendah. Dari Sembilan peserta didik yang rendah tersebut diambil sampel
dengan kriteria minimal 3 aspek yang rendah, sehingga didapat 3 peserta didik
terpilih untuk terlibat dalam layanan konseling yang akan diberikan.
C. Definisi Operasional Variabel 1. Self-Management Dalam Belajar
Secara operasional, self-management dalam penelitian di salah satu SMA
Negeri kota Bandung ini lebih difokuskan pada self-management dalam belajar.
Self-management dalam belajar adalah suatu kemampuan yang berkenaan dengan keadaan
diri sendiri dan ketrampilan dimana individu dapat mengelola dan mengatur diri
untuk mengarahkan pengubahan tingkahlakunya sendiri untuk belajar dengan
pemanipulasian stimulus dan respon baik internal maupun eksternal.
Berikut merupakan aspek dan indikator self management dalam belajar peserta
didik adalah sebagai berikut:
a. Self-motivation
Self-motivation, dorongan intrinsik dalam diri peserta didik yang mendorong
dirinya sendiri untuk melakukan berbagai kegiatan belajar agar mencapai prestasi
yang lebih baik.
Indikator dari self-motivation diantaranya:
1) Peserta didik mempunyai minat dalam belajar
2) Peserta didik berusaha untuk memahami materi pelajaran
28
Hendri Rismayadi, 2014
Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. Self-organization
Self-organization, pengaturan sebaik-baiknya terhadap pikiran, waktu, tempat,
benda, dan semua sumberdaya lainnya dalam kegiatan belajar sesuai dengan
proporsinya.
Indikator dari self-organization diantaranya:
1) Peserta didik mampu mengelola pikiran pada saat belajar
2) Peserta didik mampu mengatur waktu untuk kegiatan belajar
3) Peserta didik mampu mengelola tempat untuk belajar
4) Peserta didik mampu mengelola alat belajar
c. Self-control
Self-control mengontrol setiap tindakan, agar selalu memilik rasa percaya diri
dan optimisme yang tinggi, merasa puas dengan hasil jerih payah sendiri, dan mampu
mengendalikan emosi agar tidak melakukan hal negatif dalam belajar, serta mampu
menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan belajar.
Indikator dari self-control diantaranya:
1) Peserta didik mempunyai optimisme yang tinggi
2) Peserta didik memiliki rasa percaya diri
3) Peserta didik mampu untuk mengelola emosi
4) Perhatian belajar peserta didik tidak terganggu oleh lingkungan
d. Self-development
Self-development, kegiatan untuk meningkatkan kemampuan diri dalam
kegiatan belajar yang meliputi pengembangan kecerdasan pikiran, kepribadian, social
skill dalam lingkungan belajar.
Indikator dari self-development diantaranya:
1) Peserta didik mampu mengembangkan kecerdasan pikiran
2) Peserta didik memiliki kepribadian yang kuat
2. Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff
Menurut Carkhuff (1993, 31-37) bahwa ada empat kondisi yang diharapkan ada
pada diri konseli ketika mengikuti layanan konseling yaitu, 1) keterlibatan
(involvement) konseli; 2) eksplorasi (Exploration); 3) pemahaman (understanding);
dan 4) tindakan nyata (action) konseli. Untuk memunculkan kondisi tersebut maka
konselor harus mempunyai keterampilan attending, keterampilan responding,
keterampilan personalizing, dan keterampilan initiating.
Konseling yang dimaksud dalam penelitian ini adalah konseling berdasarkan
struktur yang dikembangkan oleh Carkhuff dengan empat keterampilan dalam
konseling untuk membantu peserta didik dalam meningkatkan self-management
dalam belajar dengan harapan agar prestasi belajar peserta didik lebih baik lagi.
D. Instrumen Penelitian 1. Penyusunan Instrumen
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah instrumen yang
disusun berdasarkan pengembangan dan perumusan teori mengenai self-management
dalam belajar, untuk mendapatkan gambaran mengenai self-management dalam
belajar pada peserta didik dalam penelitian menggunakan kuisioner atau angket.
Instrumen untuk mengungkap self-management dalam belajar yang disusun adalah
dengan menggunakan model Likert dengan empat alternatif pilihan jawaban yaitu
Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).
2. Pengembangan Kisi-Kisi
Kisi-kisi instrumen untuk mengungkapkan self-management dalam belajar yang
dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian. Kisi-kisi instrumen untuk
30
Hendri Rismayadi, 2014
Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Self-Management (Sebelum Validasi)
Aspek Indikator Pernyataan ∑
(+) (-)
a. Self-Motivation 1) Peserta didik mempunyai
minat dalam belajar 1,2 3,4,5 5
2) Peserta didik mampu untuk
memahami materi pelajaran 6,7,8,9 - 4
3) Peserta didik bersemangat
saat mengerjakan tugas 10,11 12,13 4
b. Self-Organization 1) Peserta didik mampu
mengelola pikiran pada saat
2) Peserta didik memiliki rasa
percaya diri 31,32 - 2
3) Peserta didik mampu untuk
Aspek Indikator Pernyataan ∑
(+) (-)
4) Peserta didik mampu
memfokuskan pikiran pada
saat belajar.
37,38,39 - 3
d. Self-Development 1) Peserta didik mampu
mengembangkan kecerdasan
pikiran
40,41,42 - 3
2) Peserta didik memiliki watak
dan kepribadian yang kuat 43,44 45 3
3) Peserta didik bersosialisasi di
lingkungan sekolahnya 46,47 48 3
Jumlah 48
3. Uji Validitas Rasional
Uji validitas rasional bertujuan mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari
segi bahasa, konstruk, dan isi. Uji validitas rasional dilakukan oleh dosen ahli. Uji
validitas rasional dilakukan dengan meminta pendapat dosen ahli untuk memberikan
penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai
(TM). Item yang diberi nilai M berarti item tersebut bisa digunakan dan item yang
diberi nilai TM bisa memiliki dua kemungkinan yaitu item tersebut tidak bisa
digunakan atau masih bisa digunakan dengan revisi.
Hasil penilaian menunjukkan secara konstruk hampir seluruh item pada angket
Self-management dalam belajar termasuk memadai. Terdapat item-item yang perlu
diperbaiki dari segi bahasa dan isi. Hasil penimbangan dosen ahli dapat disimpulkan
bahwa pada dasarnya item-item pernyataan layak digunakan dengan beberapa
32
Hendri Rismayadi, 2014
Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Langkah berikutnya dilakukan uji keterbacaan terhadap empat orang peserta
didik kelas XI yang tidak dijadikan sampel dalam penelitian. Uji keterbacaan
dimaksudkan untuk melihat sejauhmana keterbacaan instrumen oleh responden
sebelum digunakan untuk kebutuhan penelitian. Hasil uji keterbacaan item
pernyataan pada angket ada beberapa pernyataan yang kurang dimengerti oleh peserta
didik, namun setelah diperbaiki seluruh pernyataan dapat dipahami oleh peserta didik.
4. Uji Validitas Butir Item
Validitas merupakan tingkat penafsiran kesesuaian hasil yang dimaksudkan
instrumen dengan tujuan yang diinginkan oleh suatu instrumen (Creswell, 2012: 159).
Pengujian validitas butir item dilakukan terhadap seluruh item yang terdapat dalam
angket pengungkap penyesuaian diri peserta didik. Pengujian validitas butir item
bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan mampu mengukur apa
yang diinginkan. Pengujian validitas butir item menggunakan rumus korelasi
Spearman-Brown karena hasil pengukuran instrumen dengan jawaban sangat sesuai,
sesuai, tidak sesuai, sangat tidak sesuai, menghasilkan skala ordinal. Selain itu,
penggunaan rumus korelasi Spearman-Brown tidak memerlukan asumsi normalitas
dan linieritas regresi.
Hasil pengujian validitas instrumen tingkatan penyesuaian diri peserta didik
dengan menggunakan korelasi Spearman-Brown, dari 48 item pernyataan yang
disusun didapatkan 39 item yang dinyatakan valid dengan tingkat kepercayaan 95%.
5. Uji Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas bertujuan untuk melihat kemantapan sebuah instrumen
atau mengukur sejauh mana suatu instrumen mampu menghasilkan skor-skor secara
konsisten. Uji reliabilitas instrumen penyesuaian diri anak berbakat akademik
menggunakan metode Cronbach’s Alpha.
Klasifikasi koefisien reliabilitas yang digunakan sebagai tolak ukur adalah
0,00-0,199 : derajat keterandalan sangat rendah
0,20-0,399 : derajat keterandalan rendah
0,40-0,599 : derajat keterandalan sedang
0,60-0,799 : derajat keterandalan tinggi
0,80-1,00 : derajat keterandalan sangat tinggi
Hasil uji reliabilitas instrumen penelitian diperoleh koefesien reliabilitas
sebesar 0,716. Harga reliabilitas instrumen penelitian berada pada derajat
keterandalan tinggi artinya instrumen tersebut mampu menghsilkan skor-skor pada
setiap item dengan konsisten serta layak untuk digunakan dalam penelitian.
Kisi-kisi instrumen setelah uji coba, sebagai berikut:
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Self-Management (Setelah Validasi)
Aspek Indikator Pernyataan ∑
(+) (-)
a. Self-Motivation 1) Peserta didik mempunyai
minat dalam belajar 1,2 3,4,5 5
2) Peserta didik mampu untuk
memahami materi pelajaran 6,7,8 - 3
3) Peserta didik bersemangat
saat mengerjakan tugas 9,10 11,12 4
b. Self-Organization 1) Peserta didik mampu
mengelola pikiran pada saat
belajar
13 14 2
2) Peserta didik mampu
mengatur waktu untuk
kegiatan belajar
34
Hendri Rismayadi, 2014
Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Aspek Indikator Pernyataan ∑
(+) (-)
3) Peserta didik mampu
mengelola tempat untuk
belajar
18,19 20 3
4) Peserta didik mampu
mengelola alat belajar 21,22,23 - 3
c. Self-Control
1) Peserta didik mempunyai
optimisme yang tinggi 24,25 - 2
2) Peserta didik memiliki rasa
percaya diri 26,27 - 2
3) Peserta didik mampu untuk
mengelola emosi 28 29 2
4) Peserta didik mampu
memfokuskan pikiran pada
saat belajar
30,31,32 - 3
d. Self-Development 1) Peserta didik mampu
mengembangkan kecerdasan
pikiran
33,34 - 2
2) Peserta didik memiliki watak
dan kepribadian yang kuat 35 - 1
3) Peserta didik bersosialisasi di
lingkungan sekolahnya 36,37 38 3
E. Langkah-Langkah Penelitian
1. Penyusunan dan Pengembangan Alat Pengumpul Data
Verifikasi data dilakukan untuk pemeriksaan terhadap data yang sudah
diperoleh, verifikasi data bertujuan untuk menyeleksi data yang layak untuk diolah
dan data yang tidak layak untuk diolah. Tahapan verifikasi data yang dilakukan,
sebagai berikut:
a. Mengecek jumlah instrumen yang akan disebar, jumlah instrumen yang terkumpul
harus sesuai dengan instrumen yang disebar kepada sampel penelitian.
b. Tabulasi atau merekap data yang diperoleh dari hasil responden dengan
memberikan penyekoran data sesuai dengan tahapan penyekoran yang telah
ditentukan.
2. Pedoman Skoring
Pernyataan pada alternatif jawaban diberi skor 4,3,2,1, untuk pernyataan
positif dan 1,2,3,4, dengan alternatif pilihan jawaban Sangat Sesuai, Sesuai, Tidak
Sesuai, dan Sangat Tidak Sesuai. Pada pernyataan positif, semakin tinggi alternatif
jawaban peserta didik maka semakin tinggi penyesuaian diri peserta didik. Kemudian
pada pernyataan negatif, semakin tinggi alternatif jawaban peserta didik maka
semakin rendah penyesuaian diri peserta didik. Ketentuan pemberian skor
penyesuaian diri anak berbakat akademik dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Kategori Skoring Jawaban
Alternatif Jawaban Positif Negatif
Sangat Sesuai 4 1
Sesuai 3 2
Tidak Sesuai 2 3
36
Hendri Rismayadi, 2014
Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada alat ukur, setiap item diasumsikan memiliki nilai 1 - 4 dengan bobot
tertentu. Bobotnya ialah:
a. Untuk pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS) memiliki skor 4 pada pernyataan positif
atau skor 1 pada pernyataan negatif.
b. Untuk pilihan jawaban Sesuai (S) memiliki skor 3 pada pernyataan positif atau
skor 2 pada pernyataan negatif.
c. Untuk pilihan jawaban Kurang Sesuai (KS) memiliki skor 2 pada pernyataan
positif atau skor 3 pada pernyataan negatif.
d. Untuk pilihan jawaban Tidak Sesuai (TS) memiliki skor 1 pada pernyataan positif
atau skor 4 pada pernyataan negatif.
3. Pelaksanaan Pre-Test
Penyebaran angket self-management dalam belajar dilakukan di kelas XI Di
salah satu SMA Negeri kota bandung. Pre-test dilaksanakan untuk mendapatkan data
awal mengenai gambaran umum self-management dalam belajar, angket disebar di 4
kelas yang dipilih secara acak. Sedangkan untuk sampel penelitian dipilih 3 orang
peserta didik yang memiliki skor rendah pada 3 aspek atau lebih.
Self-management dalam belajar dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: rendah,
sedang, dan tinggi. Penentuan kelompok peserta didik secara umum dengan kategori
self-management dalam belajar yang tinggi, sedang, dan rendah dalam penelitian
dilakukan konversi skor mentah menjadi skor matang dengan menggunakan batas
ideal.
Menentukan pengkategorian dengan menjumlahkan skor dari 39 item
pernyataan (valid) dalam instrumen, kemudian dicari panjang interval setiap kelas
dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
c = panjang interval kelas
Xn = nilai tertinggi
X1 = nilai terendah
k = banyaknya kelas, dalam penelitian sebanya tiga (tinggi, rendah, sedang)
Dengan demikian, berikut merupakan interval skor untuk menentukan
masing-masing kategori self-management dalam belajar peserta didik kelas XI Di salah satu
SMA Negeri kota bandung.
Tabel 3.4
Pengkategorian self-management dalam belajar
Rentang Skor Kategori
77-94 Rendah
95-112 Sedang
113-130 Tinggi
Interpretasi dari setiap kategori penyesuaian diri adalah sebagai berikut:
Tabel 3. 5
Interpretasi Skor Kategori self-management dalam belajar Kategori
Self-Management Interpretasi
Tinggi
Peserta didik pada kategori ini telah
mempunyai self-management yang tinggi
setiap aspeknya, yaitu mempunyai
Self-Motivation, Self-Organization, Self-Control,
Self-Development yang tinggi.
38
Hendri Rismayadi, 2014
Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kategori
Self-Management Interpretasi
mempunyai self-management dalam belajar
pada setiap aspeknya, yaitu Self-Motivation,
Self-Organization, Self-Control,
Self-Development.
Rendah
Peserta didik pada kategori ini kurang
mempunyai self-management yang baik pada
setiap aspeknya, yaitu Motivation,
Self-Organization, Self-Control, Self-Development.
F. Penyusunan Rancangan Konseling
Rancangan pelaksanaan konseling untuk meningkatkan self-management dalam
belajar disusun berdasarkan hasil pre-test self-management dalam belajar dan
karakteristik sampel penelitian. Uji validitas rasional dilakukan oleh dosen ahli.
RANCANGAN LAYANAN KONSELING BERDASARKAN STRUKTUR CARKHUFF UNTUK
MENINGKATKAN SELF-MANAGEMENT DALAM BELAJAR
1. Rasional
Dembo (2004: 4) menyatakan bahwa self-management dalam belajar adalah
suatu strategi pembelajaran yang digunakan oleh peserta didik untuk mengontrol
faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajarannya. Fattah (2010) menambahkan hal
ini dengan berkaitan dengan masalah pengontrolan tugas yang meliputi bagaimana
cara untuk mencapai tujuan belajar dan bagaimana mengatur hasil dan dukungan dari
Dembo (2004: 4) menjelaskan bahwa untuk menjadi peserta didik yang berhasil
bukanlah sesuatu yang gampang. Peserta didik harus memiliki keefektifan yang lebih
dan belajar dengan strategi yang benar dan tekun dalam meningkatkan
pengetahuannya, dapat memotivasi dirinya sendiri dan dapat memonitori dan
mengubah perilaku mereka ketika proses pembelajaran itu terjadi. Seperti musisi,
penari ataupun pemain golf tidak dapat berhasil apabila mereka tidak
mempraktekkannya, terlepas dari membaca ataupun mendengarkan dasar-dasar dan
tehnik-tehnik khusus dalam kelas. Agar mencapai keberhasilan dan kesuksesan,
pesertra didik harus mampu mengatur dirinya dalam belajar untuk memenuhi
tuntutan-tuntutan yang ada agar bisa menjadi peserta didik yang berhasil dalam
pendidikannya. Pengaturan diri dalam hal akademis ini disebut dengan
self-management dalam belajar.
Sebagai bagian integral dari pendidikan Bimbingan dan Konseling memegang
peranan yang sangat penting dalam membantu peserta didik dalam menyelesaikan
permasalahan akademik yang dihadapinya, bimbingan akademik diberikan agar
peserta didik dapat menghadapi tuntutan yang datang dari sekolah sehingga peserta
didik dapat melakukan penyesuaian diri secara baik dan optimal disekolah (Yusuf dan
Nurihsan, 2006:10). Layanan Bimbingan yang diberikan kepada peserta didik
bertujuan untuk meningkatkan self-management dalam belajar mereka.
Salah satu upaya yang dapat diberikan untuk meningkatkan self-management
dalam belajar kepada peserta didik adalah dengan konseling . Hasil Prismatika (2013:
72) bahwa konseling efektif untuk mengatasi kesulitan belajar yang di dalamnya
termasuk meningkatkan Self-Management.
Nurihsan (2009:13) menyatakan bahwa konseling memberikan bantuan kepada
peserta didik untuk mengembangkan kesehatan mental, peningkatan sikap dan
tingkah laku. Konseling menjadi strategi utama dalam proses bimbingan dan
merupakan teknik standar serta merupakan tugas pokok seorang konselor di Pusat
40
Hendri Rismayadi, 2014
Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menurut Prayitno (2004 : 288), konseling bertujuan memungkinkan peserta
didik mendapatkan layanan langsung secara tatap muka dengan Guru Pembimbing
dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahannya.
Carkhuff (1993, 31-37) menyatakan bahwa ada empat keterampilan dalam
konseling. Keempat keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan attending,
keterampilan responding, keterampilan personalizing, dan keterampilan initiating.
2. Tujuan Intervensi
Secara umum tujuan dari konseling berdasarkan struktur Carkhuff adalah
untuk meningkatkan self-management dalam belajar pada peserta didik. Secara
khusus tujuan dari intervensi adalah meningkatkan aspek self-management dalam
belajar yang rendah pada subjek penelitian.
3. Asumsi Intervensi
a. Dembo (2004) menyatakan kata management adalah sebuah kunci untuk
menjelaskan seorang peserta didik itu sukses. Self-management adalah suatu
faktor yang mempengaruhi proses belajar. Hal itu membangun kondisi yang
optimal untuk belajar dan membuang pengaruh yang buruk dalam belajar.
self-management dalam belajar adalah sebuah strategi yang digunakan oleh peserta
didik untuk mengontrol faktor-faktor yang menghambat dalam belajar.
b. Salah satu pendekatan yang efektif untuk meningkatkan self-management dalam
belajar adalah dengan layanan konseling karena adanya pemahaman terhadap
masalah yang dihadapi dan cara untuk mengatasinya (Prismatika, 2013: 72).
c. Salah satu layanan konseling yang dapat digunakan adalah layanan konseling
berdasarkan struktur carkhuff karena mendorong konseli untuk terlibat dalam
konseling, memahami permasalahan, mengambil keputusan untuk mengentaskan
4. Sasaran Intervensi
Sasaran intervensi adalah peserta didik yang memiliki skor rendah pada tiga
atau lebih aspek self-management dalam belajar. Pemilihan subjek penelitian
berdasarkan jumlah aspek dengan skor paling renah diantara empat peserta didik yang
memenuhi kriteria subjek penelitian. Daftar peserta didik yang menjadi sasaran
intervensi tersaji pada tabel 3.6.
Tabel 3.6
Sasaran Intervensi
No Nama Jenis Kelamin Usia Aspek yang
Rendah
1 INA Perempuan 16 Tahun Self-Motivation,
Self-Organization, Control,
Self-Development
2 MNR Laki-laki 16 Tahun Self-Organization,
Control, Self-Development
3 JA Laki-laki 17 Tahun Self-Organization,
Control, Self-Development
1) Deskripsi Konseli 1
a) Identitas Konseli
Nama : INA
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 31 Juli 1997
Agama : Islam
Usia : 16 Tahun
Sekolah : Salah satu SMA Negeri di kota Bandung
Kelas : XI-IPA
42
Hendri Rismayadi, 2014
Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bahasa : Sunda & Indonesia
Alamat : Bandung Barat
b) Perilaku Yang Muncul
INA sebenarnya peserta didik yang cukup cerdas di sekolahnya, dan terlihat
sangat rajin dalam mengerjakan tugas, terlihat dari sehari-hari INA mengikuti les
belajar diluar jam sekolah, dan ketika menunggu jemputan pulang INA selalu
mengisinya dengan kegiatan yang positif di sekolah seperti belajar, mengerjakan
tugas atau PR. Namun prestasi INA di sekolah dapat dikategorikan biasa-biasa saja,
dengan nilai yang hanya memenuhi standar KKM (kriteria ketuntasan minimum),
INA merasa sangat malas belajar, bahkan ketika hatinya sedang tidak nyaman INA
lebih memilih untuk langsung tidur. INA pun tidak mempunyai jadwal belajar yang
tetap dirumahnya, INA merasa cukup belajar di sekolah dan tempat dia les.
Ketika di kelas jika INA merasa bosan dengan materi pelajaran INA selalu
memainkan HP nya, bermain game di HP, berkirim pesan dengan pacarnya. Ketika
ada kegiatan di sekolah yang diadakan baik oleh sekolah ataupun OSIS INA lebih
memilih untuk pulang karena merasa kegiatan tersebut tidak ada gunanya dia ikuti.
c) Latar Belakang
Orangtua INA yang selalu menuntut INA untuk berprestasi bagus di
sekolahnya membuat INA merasa terbebani, bahkan agar mendapat prestasi yang
bagus INA harus mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah yang telah dipilihkan
oleh orangtunya, hal ini yang membuat INA merasa capek dengan kegiatan
belajarnya sehingga INA tidak mempunyai jadwal belajar di rumah, itu karena INA
sudah merasa cukup dengan kegiatan belajar di sekolah dan di tempat les. Apabila
INA mendapat nilai yang kurang pada saat ulangan harian atau nilai tugas, INA selalu
dimarahi oleh orangtuanya, karena kesal dimarahi semangat belajar INA pun menjadi
Rumah INA yang cukup jauh dari sekolah membuat INA merasa capek
dengan dengan jarak yang harus ditempuh hampir 1,5jam bahkan bisa sampai 2jam
kalau sedang macet, karena itulah INA lebih memilih untuk pulang dari sekolah
ketika ada kegiatan yang diadakan oleh OSIS, karena menganggap lebih baik pulang
dan beristirahat daripada harus mengikuti kegiatan yang tidak ada hubungannya
dengan nilai belajar.
d) Penyebab
Terlihat dari pengakuan INA kurangnya motivasi dalam diri INA yang
menyebabkan dia menjadi tidak semangat belajar, INA menuturkan bahwa orang
tuanya berharap dia mendapat prestasi yang bagus ternyata itu tidak membuat INA
termotivasi dalam belajar, malah hal itu membuat motivasi INA menjadi hilang
karena tekanan dari orangtuanya.
Kontrol yang rendah membuat INA tidak dapat menahan godaan untuk tidak
memainkan HP ketika pelajaran sedang berlangsung, bermain game ketika di kelas,
dan berkirim pesan ketika guru menerangkan materi pelajaran membuat INA tidak
berkonsentrasi penuh dalam belajar. INA tidak mau mengikuti kegiatan yang
diadakan di sekolah karena lebih memilih untuk pulang.
2) Deskripsi Konseli 2
a) Identitas Konseli
Nama : MNR
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 1 Juli 1997
Agama : Islam
Usia : 16 Tahun
Sekolah : Salah satu SMA Negeri di kota Bandung
Kelas : XI-IPA
44
Hendri Rismayadi, 2014
Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bahasa : Sunda & Indonesia
Alamat : Sarijadi
b) Perilaku yang Muncul
Ketika sedang belajar dikelas, MNR sering sekali tertidur karena rasa ngantuk
yang tidak tertahankan lagi, bahkan MNR menyuruh teman sebangkunya untuk
mencubit dia ketika tertidur agar bangun. Ketika sedang jenuh dengan pelajaran
MNR suka menghabiskan waktu untuk online, dan itu dilakukan ketika pelajaran
sedang berlangsung, sedangkan diluar jam sekolah jika sudah merasa jenuh MNR
akan bermain playstation seharian untuk menghilangkan rasa jenuhnya tersebut.
Pada saat pulang sekolah MNR tidak langsung pulang ke rumah, tetapi MNR
menghabiskan waktunya sampai sore untuk belajar sendiri atau bersama
teman-temannya, bahkan jika ada kegiatan di sekolah MNR jarang mengikutinya karena
lebih memilih untuk belajar daripada mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan di
sekolahnya itu.
Jarang sekali MNR terlihat bergaul bersama teman-temannya, ketika dirumah
pun jarang bermain keluar rumah karena memang MNR sering menghabiskan
waktunya di sekolah sampai sore. Bahkan ketika libur pun MNR hanya diam saja
dirumah tidak melakukan apapun karena MNR lebih memilih untuk istirahat
dirumah, dan hanya bermain di sekitar rumahnya saja.
c) Latar Belakang
MNR sangat berambisi untuk masuk ke salah satu perguruan tinggi negeri di
kota bandung, PTN tersebut mempunyai standar yang tinggi dalam penerimaan
mahapeserta didik baru, karena itulah MNR menuntut dirinya sendiri untuk mendapat
prestasi yang bagus di sekolah agar bisa masuk PTN tersebut.
Demi mendapatkan prstasi yang bagus MNR sering belajar hingga larut
malam bahkan tidak jarang MNR mengerjakan tugas sampai subuh, karena itulah
pelajaran karena memang banyak pelajaran yang diulang oleh guru, ketika sedang
merasa jenuh MNR menghabiskan waktunya untuk online sebagai hiburan setelah
satu minggu menghabiskan waktu dengan berbagai kegiatannya.
MNR lebih memilih untuk pulang kerumah ketika ada acara di sekolah karena
menganggap acara yang diadakan di sekolah itu tidak terlalu penting baginya, MNR
lebih memilih untuk pergi refreshing menonton ke bioskop daripada mengikuti
kegiatan di sekolahnya itu.
d) Penyebab
Keinginan yang besar MNR untuk masuk salah satu PTN di kota bandung
telah membuat self-organization dirinya berkurang, jadwal belajar yang tidak teratur,
jam belajar yang berlebihan untuk mendapatkan hasil yang bagus di sekolah, MNR
terlalu memaksakan dirinya untuk terus-terusan belajar, namun ketika belajar di kelas
dia menjadi merasa jenuh karena merasa dirinya sudah sangat lelah dengan belajar.
Untuk mereduksi rasa jenuh ketika belajar di kelas MNR biasanya suka online
di HPnya, MNR tidak bisa mengontrol dirinya untuk tidak online ketika sudah
merasa jenuh dengan pelajaran ini berarti self-control MNR yang rendah sehingga dia
memutuskan untuk melakukan hal yang mengganggu belajarnya. MNR juga
menganggap kegiatan yang diadakan di sekolah tidak berguna karena MNR lebih
memilih untuk refreshing ke bioskop, MNR menolak untuk mengikuti kegiatan
pengembangan diri yang diadakan di sekolah sehingga self-development MNR
rendah.
3) Deskripsi Konseli 3
a) Identitas Konseli
Nama : JA
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 20 November 1996
46
Hendri Rismayadi, 2014
Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Usia : 17 Tahun
Sekolah : Salah satu SMA Negeri di kota Bandung
Kelas : XI-IPA
Suku Bangsa : Sunda
Bahasa : Sunda & Indonesia
Alamat : Cibaduyut
b) Perilaku yang Muncul
Dari nilai JA pada semester 1 waktu kelas X mengalami penurunan pada
semester 2 nya, JA sering tidak memperhatikan ketika guru sedang menerangkan
pelajaran, bahkan ketika ada pekerjaan rumah JA sering mencontek pekerjaan rumah
milik temannya karena pada malam hari dia tidak sempat untuk mengerjakannya.
Pernah beberapa kali JA mengikuti ajakan temannya untuk bolos dari sekolah,
bahkan jika sudah merasa bosan JA meinta izin kepada guru mata pelajaran untuk ke
toilet ketika pelajaran sedang berlangsung, namun sebenarnya bukan toilet yang
dituju oleh JA melainkan kantin.
JA tidak mengikuti satupun kegiatan ekstrakulikuler di sekolah, JA pun jarang
mengikuti jam tambahan pelajaran yang diadakan oleh guru, JA sebenarnya peserta
didik yang cerdas terlihat dari IQ JA sebesar 123 tergolong diatas rata-rata.
c) Latar Belakang
JA sering keluar pada malam hari sehingga mengganggu jadwal belajar AJ,
dan karena itu pula JA sering lupa atau terlalu capek untuk mengerjakan tugas. JA
sebenarnya anak yang cerdas, namun karena JA lebih sering menerima ajakan
temannya untuk bermain sehingga JA menjadi anak yang malas.
JA tidak mau mengikuti kegiatan ekstrakulikuler karena JA lebih memilih
untuk langsung pulang dan bermain bersama teman-temannya, selain itu JA pun
Karena JA sering bangun kesiangan sehingga JA terburu-buru berangkat ke sekolah
dan tidak sempat sarapan, ketika belajar itu JA merasa lapar karena tidak sarapan
sebelumnya, jadi JA memutuskan untuk pergi ke kantin ketika jam pelajaran sedang
berlangsung dengan alasan ke guru pergi ke toilet. JA menganggap waktu yang
teman-temannya menunjukan bahwa JA memiliki self-organization dan self-control
yang lemah, hal ini diperkuat tidak tahannya JA karena lapar sehingga dia keluar
kelas ketika jam pelajaran sedang berlangsung, bahkan agar bisa pergi ke kantin JA
sering berbohong kepada guru mata pelajaran yang sedang mengajar.
Tidak maunya JA mengikuti kegiatan ekstra kulikuler di sekolah karena tidak ada
yang diminati memperlihatkan kurangnya selg development dalam diri AJ, JA tidak
mau untuk mengikuti pengembangan diri yang diadakan di sekolah.
5. Langkah-Langkah Intervensi
Untuk membantu konseli memahami masalah yang dialaminya, peneliti
menguraikan langkah – langkah kegiatan konseling sebagai berikut:
Tahapan Kegiatan Peneliti
Kondisi Yang Diharapkan Pada
Konseli
Attending Langkah yang dilakukan peneliti agar
konseli terlibat pada proses konseling diawali dengan pengumpulan data konseli lewat buku pribadi, data analisis dari guru BK, data hasil angket, dan data hasil wawancara dengan guru BK. Setelah itu, peneliti melakukan pendekatan terhadap konseli agar
Perilaku yang
diharapkan muncul pada konseli yaitu sebagai berikut:
- Konseli datang kehadapan peneliti
48
Hendri Rismayadi, 2014
Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu konseli dapat menerima kehadiran
peneliti, dan agar terjalin suasana konseling yang hangat dan terbuka. Hal ini dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:
- Peneliti menyiapkan ruangan konseling.
- Peneliti mengatur posisi duduk konseli agar tercipta suasana yang akrab. (posisi duduk konseli dengan peneliti saling berdampingan
membantuk suatu sudut)
- Peneliti menjelaskan maksud peneliti mengundang konseli.
- Peneliti melakukan observasi terhadap setiap perilaku yang dimunculkan konseli (gerakan tangan dan geraka badan)
- Peneliti menyaring informasi yang diungkap oleh konseli secara verbal mengenai kondisi dirinya saat ini.
paksaan. kondisi dirinya pada saat ini.
Responding Peneliti menggali informasi lebih dalam
mengenai kondisi konseli saat ini dan mengenai masalah yang dialaminya Langkah-langkah yang dilakukan peneliti agar peserta didik dapat mengeskplorasi masalahnya dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:
- Peneliti menyiapkan ruangan dan mengatur posisi duduk konseli. - Peneliti melakukan observasi
terhadap setiap perilaku yang dimunculkan konseli (gerakan tangan dan geraka badan)
- Peneliti menyaring informasi yang diungkap oleh konseli secara verbal
mengenai kondisi dirinya saat ini. - Peneliti merespon situasi konseli
pada saat ini.
- Peneiti merespon makna dari ungkapan konseli mengenai keadaan dirinya.
- Peneliti merespon perasaan konseli ketika berada dalam masalah yang dialaminya.
- Peneliti merespon alasan perasaan konseli
dihasilkan belum stabil. Hal ini dilakukan kondisi dirinya pada saat ini disekolah.
Personalizing Peneliti mengarahkan konseli untuk
dapat memahami
(mempersonalisasikan) masalah yang dialaminya agar konseli dapat merumuskan rencana pemecahan masalahnya. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti agar konseli dapat
memahami masalahnya dan
merumuskan rencana pemecahan masalahnya dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:
- Peneliti menyiapkan ruangan,
50
Hendri Rismayadi, 2014
Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu mengatur posisi duduk konseli dan
melakukan observasi terhadap setiap perilaku yang dimunculkan konseli (gerakan tangan dan geraka badan). - Peneliti merespon situasi konseli
pada saat ini.
- Peneiti merespon makna dari ungkapan konseli mengenai keadaan dirinya.
- Peneliti merespon perasaan konseli ketika berada dalam masalah yang dialaminya.
- Peneliti merespon alasan perasaan konseli
tujuan perubahannya. Hal ini dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:
Initiating Pada langkah ini difokuskan pada upaya
peneliti mengarahakn konseli untuk mampu bertindak sesuai dengan rencana pemecahan masalah yang dibuat konseli. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti agar konseli dapat menentukan tindakan nyata dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:
- Peneliti menyiapkan ruangan, mengatur posisi duduk konseli dan melakukan observasi terhadap setiap
perilaku yang dimunculkan konseli (gerakan tangan dan geraka badan). - Peneliti membantu konseli untuk
mengembangkan tujuan perubahan. - Peneliti mengarahkan konseli untuk
dapat memecahkan masalah dengan memberikan beberapa alternatif solusi.
- Peneliti mengarahkan konseli untuk dapat mengembangkan rencana tindakan.
- Peneliti mengarahkan konseli untuk dapat mengimplementasikan rencana
6. Pemantauan terhadap Perilaku Konseli
Untuk memperoleh informasi dan keterangan mengenai peningkatan status
identitas peserta didik melalui layanan konseling berdasarkan struktur Carkhuff dapat
dilihat dari hasilnya yang berupa:
a. Kesediaan peserta didik secara sukarela untuk mengikuti setiap proses konseling.
b. Keterbukaan peserta didik mengenai masalah yang dialaminya.
c. Kesanggupan peserta didik untuk merencanakan dan melakukan pemecahan
masalah yang dialaminya.
d. Perubahan pada perilaku peserta didik, baik itu kematangan emosinya, tanggung
jawabnya, dan pengambilan keputusan pada diri peserta didik menjadi lebih baik.
e. Peserta didik dapat mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tugas
perkembangannya.
f. Peserta didik dapat memahami dirinya dan perkembangan yang ada dan sedang
terjadi, untuk mengetahui hasil tersebut peneliti dapat bekerja sama dengan
52
Hendri Rismayadi, 2014
Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Peneliti menyebarkan angket post test kepada peserta didik untuk mengetahui
perubahan yang terjadi, serta sejauh mana layanan konseling individual berdasarkan
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Secara Umum Gambaran self-management pada peserta didik di salah satu
SMA Negeri kota bandung berada pada kategori sedang, namun ada beberapa siswa
yang berada dalam kondisi rendah.
Self-management dalam belajar merupakan hal penting yang ada pada diri
siswa, untuk meraih hasil prestasi belajar yang memuaskan di sekolahnya. Salah satu
upaya untuk meningkatkan self-management dalam belajar pada siswa adalah dengan
layanan konseling. Dari beberapa penelitian sebelumnya diketahui bahwa layanan
konseling mampu untuk meningkatkan self-management. Struktur yang digunakan
dalam penelitian ini adalah layanan konseling berdasarkan struktur Carkhuff dimana
konseli diajak aktif dalam proses pemberian layanan, konseli diajak untuk
mengetahui dan memahami masalah yang sedang dihadapinya, serta merencanakan
tindakan apa yang akan dilakukan untuk menyelesaikan permsalahan yang sedang
dihadapinya tersebut.
Setelah diberikan layanan konseling individual bersadarkan struktur Carkhuff
terlihat perubahan yang dialami oleh konseli dan perilaku sehari-hari konseli berubah
sedangkan dari hasil angket post-test pun terlihat ada perubahan dalam
self-management siswa tersebut.
B. Rekomendasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa layanan konseling berdasarkan struktur
cakrhuff mampu untuk meningkatkan self-management dalam belajar pada siswa.
Oleh karena itu konselor diharapkan mampu menerapkan layanan konseling
berdasarkan struktur carkhuff untuk meningkatkan self-management dalam belajar
109
Hendri Rismayadi, 2014
Layanan Konseling Berdasarkan Struktur Carkhuff Untuk Meningkatkan Self-Management Dalam Belajar Pada Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bagi siswa diharapkan dengan layanan konseling berdasarkan struktur
carkhuff mampu untuk mencari alternatif solusi dalam memecahakan permasalahan
yang sedang dihadapinya sendiri.
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan layanan mampu mengopttimalkan data
kualitatif yang tersedia sehingga dinamika psikologis subjek penelitian dapat
tergambarkan dengan jelas. Pengukuran dan monitoring terhadap subjek penelitian
dapat dilakukan beberapa kali dan dalm rentaqng waktu yang lebih lama agar terlihat
jelas hasil dari layanan konseling yang diberikan kepada konseli.
Bagi jurusan psikologi pendidikan dan bimbingan menjadi hasanah keilmuan
dalam penerapan layanan konseling, layanan konseling berdasarkan struktur carkhuff