• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL KURSUS KETERAMPILAN KREATIF UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS PESERTA DIDIK DI LKP MULIA KECAMATAN SOLOKANJERUK KABUPATEN BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL KURSUS KETERAMPILAN KREATIF UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS PESERTA DIDIK DI LKP MULIA KECAMATAN SOLOKANJERUK KABUPATEN BANDUNG."

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat

untuk Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan

dalam Bidang Studi Pendidikan Luar Sekolah

Oleh:

ASEP MULYANA

NIM 0808349

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS PESERTA DIDIK DI LKP

MULIA KECAMATAN SOLOKANJERUK KABUPATEN BANDUNG

Oleh:

ASEP MULYANA

NIM 0808349

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan

dalam Bidang Studi Pendidikan Luar Sekolah

© Asep Mulyana 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang

(3)
(4)

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Identifikasi Masalah ... 19

C. Rumusan Masalah ... 20

D. Tujuan Penelitian ... 20

E. Manfaat Penelitian ... 21

F. Struktur Organisasi Disertasi ... 22

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 23

A. Konsep Kreativitas ... 23

1. Pengertian Kreativitas ... 23

2. Person ... 25

3. Press ... 26

4. Process ... 28

5. Product ... 30

6. Asumsi Tentang Kreativitas ... 32

B. Teori Pembelajaran ... 33

1. Pengertian Pembelajaran ... 33

2. Pendekatan Pembelajaran ... 37

3. Pengelolaan Pembelajaran ... 40

4. Model Pembelajaran CTL ... 43

C. Hakekat Kursus ... 50

1. Pengertian Kursus ... 50

2. Jenis Kursus ... 51

3. Kurikulum Kursus ... 52

(5)

5. Kursus Keterampilan Kreatif ... 58

D. Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup ... 66

1. Pengertian Kecakapan Hidup ... 66

2. Program Pendidikan Kecakapan Hidup(life skill) ... 69

E. Hakekat Industri Kreatif ... 75

F. Konsep Pendidikan Luar Sekolah ... 76

1. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah... 76

2. Tujuan Pendidikan Luar Sekolah ... 77

3. Ciri-Ciri Pendidikan Luar Sekolah ... 78

4. Asas Pendidikan Luar Sekolah ... 78

5. Komponen Pendidikan Luar Sekolah ... 79

G. Penelitian yang relevan ... 82

H. Kerangka Pikir Penelitian ... 85

BAB III METODE PENELITIAN ... 90

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 93

B. Desain Penelitian ... 95

C. Prosedur Penelitian ... 96

D. Definisi Operasional ... 106

E. Instrumen Penelitian ... 108

F. Proses Pengembangan Instrumen Penelitian ... 110

G. Teknik Pengumpulan Data ... 113

H. Analisis Data ... 114

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 119

A. Hasil Penelitian. ... 119

1. Konseptual Model Kursus Keterampilan Kreatif BerbasisPotensi Industri dalam Meningkatkan Kreativitas Peserta Didik Di LKP Mulia Kecamatan Solokanjeruk Kabupaten Bandung ...119

a. Deskripsi Model Konseptual ...119

b. Validasi Konseptual Model ...135

2. Implementasi Model Kursus Keterampilan Kreatif Pembuatan Busana Muslim Dalam Meningkatkan Kreativitas Peserta Didik di LKP Mulia Kecamatan Solokanjeruk Kabupaten Bandung ...141

a. Implementasi Model pada Ujicoba Tahap 1 dan Tahap 2...141

b. Hasil Ujicoba Tahap 1 dan Tahap 2 ...149

c. Revisi Model Kursus Keterampilan Kreatif Berbasis Industri Tahap Akhir ...171

(6)

a. Uji Normalitas Variabel Kreativitas dari Kelompok

Kontrol dan Kelompok Eksperimen ...188

b. Uji t sampel Independen Antara Kreativitas Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ...189

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 193

1. Konseptual Model Kursus Keterampilan Kreatif Berbasis Potensi Industri dalam Meningkatkan Kreativitas Peserta Didik Di LKP Mulia Kecamatan Solokanjeruk Kabupaten Bandung ...193

2. Implementasi Model Kursus Keterampilan Kreatif Pembuatan Busana Muslim Dalam Meningkatkan Kreativitas Peserta Didik di LKP Mulia Kecamatan Solokanjeruk Kabupaten Bandung ...198

3. Efektivitas Model Kursus Keterampilan Kreatif Berbasis Potensi Industri Dalam Meningkatkan Kreativitas Masyarakat di Kecamatan Solokanjeruk ...202

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ...205

A. Simpulan ...205

B. Rekomendasi ...208

DAFTAR PUSTAKA ...211

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil Penilaian Kinerja LKP Tahun 2011 ... 16

Tabel 2.1 Perbandingan Model Pembelajaran Konvensional dan CTL ... 44

Tabel 3.1 Jumah Penyebaran Subjek Penelitian ... 93

Tabel 3.2 Langkah-Langkah Studi Pendahuluan ... 100

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Variabel Kreativitas ... 108

Tabel 3.4 Uji Validitas Instrumen Dimensi Pribadi ... 110

Tabel 3.5 Uji Validitas Instrumen Dimensi Pendorong ... 110

Tabel 3.6 Uji Validitas Instrumen Dimensi Proses ... 111

Tabel 3.7 Uji Validitas Instrumen Dimensi Produk ... 111

Tabel 3.8 Uji Reliabilitas Instrumen Variabel Kreativitas ... 112

Tabel 3.9 Skala Penilaian Variabel ... 112

Tabel 3.10 Skala Penilaian Variabel ... 116

Tabel 4.1 Data Pendidik Kursus Keterampilan Kreatif LKP Mulia Tahun 2012 ... 144

Tabel 4.2 Standar Kompetensi Kursus Keterampilan Menjahit Kreatif ... 145

Tabel 4.3 Kreativitas Kelompok Eksperimen Awal Dimensi Pribadi ... 150

Tabel 4.4 Kreativitas Kelompok Kontrol Dimensi Pendorong ... 151

Tabel 4.5 Kreativitas Kelompok Eksperimen Awal Dimensi Proses ... 152

Tabel 4.6 Kreativitas Kelompok Eksperimen Awal Dimensi Produk ... 153

Tabel 4.7 Kreativitas Kelompok Eksperimen Awal ... 154

Tabel 4.8 Kreativitas Kelompok Eksperimen Dimensi Pribadi ... 155

Tabel 4.9 Kreativitas Kelompok Eksperimen Dimensi Pendorong ... 156

Tabel 4.10 Kreativitas Kelompok Eksperimen Dimensi Proses ... 157

Tabel 4.11 Kreativitas Kelompok Eksperimen Dimensi Produk ... 158

Tabel 4.12 Kreativitas Kelompok Eksperimen ... 158

Tabel 4.13 Uji Normalitas Kedua Kelompok Sampel (Pre-Test) ... 159

Tabel 4.14 Uji Normalitas Kedua Kelompok Sampel (Post Test) ... 160

Tabel 4.15 Uji Statistik t untuk Kreativitas Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen (Pre-Test) ... 161

Tabel 4.16 Hasil Post Test Kelompok Kontrol Dimensi Produk ... 161

Tabel 4.17 Hasil Pre Test Kelompok Eksperimen Dimensi Produk ... 162

Tabel 4.18 Hasil Post Test Kelompok Eksperimen Dimensi Produk ... 163

Tabel 4.19 Kreativitas Kelompok Kontrol PreTest ... 163

Tabel 4.20 Kreativitas Kelompok Kontrol PostTest ... 164

Tabel 4.21 Kreativitas Kelompok Eksperimen PreTest ... 164

Tabel 4.22 Kreativitas Kelompok Eksperimen PostTest ... 165

(8)

Tabel 4.24 Kreativitas Kelompok Eksperimen Dimensi Pendorong ... 167

Tabel 4.25 Kreativitas Kelompok Eksperimen Dimensi Proses ... 169

Tabel 4.26 Kreativitas Kelompok Eksperimen Dimensi Produk ... 170

Tabel 4.27 Kreativitas Kelompok Eksperimen ... 170

Tabel 4.28 Uji Normalitas Kedua Kelompok Sampel ... 189

Tabel 4.29 Uji Statistic t Untuk Peningkatan Kreativitas Kelompok Kontrol Dan Kelompok Eksperimen ... 190

Tabel 4.30 Perubahan Tingkat Kreativitas Kelompok Kontrol ... 191

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Perkembangan Ekonomi ... 2

Gambar 2.1 Skema Terinci Kecakapan Hidup ... 68

Gambar 2.2 Keterkaitan Fungsional Antar Komponen PLS ... 80

Gambar 2.3 Kerangka Pikir Penelitian... 89

Gambar 3.1 Langkah-Langkah dan Alur Penelitian ... 106

Gambar 3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 114

Gambar 3.3 Model Interaktif Analisis Data Kualitatif ... 115

Gambar 4.1 Model Konseptual Keterampilan Berbasis Kreativitas ... 122

Gambar 4.2 Model Konseptual Kursus Keterampilan Kreatif Setelah Validasi .. 140

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian ... 217

Lampiran 2 Data Statistik... 221

Lampiran 3 Data Peserta Didik ... 257

Lampiran 4 Foto-Foto Kegiatan ... 266

Lampiran 5 SK Pengangkatan Pembimbing Penulisan Disertasi ... 266

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian... 276

Lampiran 7 Izin Penyelenggaraan Kursus LKP Mulia ... 270

(11)

Kreatif Untuk Meningkatkan Kreativitas Peserta Didik di LKP Mulia Kecamatan Solokanjeruk Kabupaten Bandung.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kondisi empirik LKP di Kabupaten Bandung sebanyak 70% berkinerja C artinya belum mampu meningkatkan kreativitasnya sesuai dengan tuntutan dunia kerja maupun untuk usaha mandiri, selain hal tersebut dorongan motivasi yang rendah, lingkungan belajar dan masyarakat yang kurang memberikan dukungan untuk mengembangkan kreativitas; dan proses pembelajaran belum diarahkan untuk melahirkan ide-ide kreatif serta membuat produk-produk kreatif.

Penelitian ini bertujuan mengembangkan model pembelajaran kursus keterampilan kreatif pembuatan busana muslim untuk meningkatkan kreativitas peserta didik di LKP Mulia Kecamatan Solokanjeruk Kabupaten Bandung.

Teori yang melandasi dalam penelitian ini adalah; konsep pembelajaran, konsep kursus, hakekat kursus keterampilan kreatif, konsep kreatifitas, konsep pendidikan kecakapan hidup dan konsep pendidikan luar sekolah.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Desain penelitian menggunakan quasi ekperimen, terdiri dari kelompok eksperimen dan kontrol. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara, angket, observasi, dan studi dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan teknik kuantitatif dan kualitatif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) Konseptual model pembelajaran kursus keterampilan kreatif yang menekankan pada penguatan strategi proses pembelajaran yang dimodifikasi dari teori Rhode (2008), yaitu penguatan pada press, person, process, product (4P); (2) Penerapan model kursus keterampilan kreatif melalui penguatan komponen dan pendekatan pembelajaran menunjukkan peningkatan kreativitas peserta didik dan mampu menghasilkan produk-produk kreatif; dan (3) Model yang dikembangkan menunjukkan hasil yang efektif dalam meningkatkan kreativitas peserta didik.

Berdasarkan temuan tersebut, direkomendasikan kepada penyelenggara program kursus : (1) lebih memperkuat dalam menerapkan strategi proses pembelajaran yaitu penguatan 4P (press, person, process, product, dan (2) mendayagunakan keunggulan kompetitif sumber-sumber pembelajaran dengan mencermati konteks lokal dan tuntutan kebutuhan dunia usaha.

(12)

ABSTRACT

Mulyana, Asep (0808349). The Course Model Development of Creative Skills

To Improve Students’ Creativity at LKP Mulia Kecamatan Solokanjeruk

Kabupaten Bandung.

The background of this research is the empirical condition of LKP in Bandung Regency as much as 70% performance C, it’s means have not been able to improve their creativity in accordance with the workplace’s demands as well as for independent business, moreover low motivation, learning environments and communities that do not provide support for developing creativity; and the learning process has not been directed to think out creative ideas and to make creative products.

This research aims to develop a courses model of creative learning skills to

improve the students’ creativity at LKP Mulia Kecamatan Solokanjeruk

Kabupaten Bandung.

The theory on this research is; learning concept, the concept of the course, the nature of creative skills course, the concept of creativity, the concept of life skills and educational concepts outside of school.

The research method on this research is a research and development (R & D). The method design uses a quasi-experimental research design, consisting of experimental and control groups. Data collected through interview techniques, questionnaires, observation, and study documentation. Data were analyzed using quantitative and qualitative techniques.

The results show that: (1) Conceptual model of creative skills course learning of emphasizes on strengthening the learning process a strategy from modified Rhodes theory (2008), which is strengthening press, person, process, product (4P); (2) The implementation of the courses model of creative learning skills through components reinforcement and learning approach shows increased creativity of students and are able to produce creative products; and (3) developed model shows effective results in improving students' creativity.

(13)
(14)

A. Latar Belakang Penelitian

Indonesia kini memasuki gerbang abad ke-21, era globalisasi yang penuh dengan tantangan, kompetitif serta membutuhkan manusia yang berkualitas tinggi.

Sumber daya manusia merupakan faktor utama dalam pembangunan bangsa, disamping sumber daya alam (hayati, non hayati dan buatan) serta sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, krisis moneter yang berkepanjangan menjadi hambatan yang tidak mudah untuk dihadapi, bahkan dewasa ini lebih mempertegas lagi perlunya pengembangan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang tangguh, berwawasan keunggulan dan terampil dengan tetap berlandaskan pada nilai-nilai budaya, religi dan konteks lokal atau istilah Kindervatter yaitu indigenous.

Sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas pada era reformasi diharapkan mampu menghadapi persaingan era globalisasi di abad ke-21 dan harus mampu menjadi produk sistem pembangunan pendidikan nasional yang mantap dan tangguh. Ada beberapa perkembangan dunia di era globalisasi ini yang harus disikapi masyarakat Indonesia.

Pertama; perkembangan struktur ekonomi dunia; struktur perekonomian

dunia mengalami transformasi dengan cepat seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Perekonomian yang awalnya berbasis Sumber Daya Alam (SDA), sekarang menjadi berbasis Sumber Daya Manusia (SDM). Perekonomian dunia bergeser dari bertumpu pada sumber daya alam menjadi bertumpu kepada sumber

daya manusia. Artinya perekonomian suatu negara akan maju dan berkembang ditentukan oleh kekuatan akal dan pikiran serta ide dan gagasan manusia.

(15)

Menurut Toffler (1980) dalam teorinya melakukan pembagian gelombang peradaban ekonomi kedalam tiga gelombang. Gelombang pertama adalah gelombang ekonomi pertanian kedua, gelombang ekonomi industri ketiga, adalah gelombang ekonomi informasi. Kemudian diprediksikan adanya gelombang keempat yang merupakan gelombang ekonomi kreatif dengan berorientasi pada ide dan gagasan kreatif (http://www.indonesiakreatif.net).

Gambar 1.1 Perkembangan Ekonomi kreativ

Sumber: Departemen Perdagangan (2008)

Kedua; sistem ekonomi pasar bebas, disebut juga sistem ekonomi liberal,

(16)

negeri baik dari segi kualitas, kuantitas, model, dan harga, maka akan menyebakan perusahaan baik besar maupun kecil/home industry akan mengalami kegagalan atau pailit.

Globalisasi jasa tenaga kerja (pasar bebas berupa jasa), perusahaan dapat memanfaatkan atau menggunakan tenaga kerja dari seluruh dunia sesuai kelasnya, seperti penggunaan staf profesional diambil dari tenaga kerja yang telah memiliki

pengalaman internasional atau buruh kasar yang biasa diperoleh dari negara berkembang, dengan globalisasi maka human movement akan semakin mudah dan bebas. Selain itu apabila sumber daya manusia Indonesia kalah bersaing dengan sumber daya manusia dari luar negeri, maka akan berdampak pada tenaga kerja di Indonesia, yaitu akan mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sehingga akan meningkatkan jumlah pengangguran.

Indonesia sebagai bangsa besar yang memiliki Sumber Daya Alam (selanjutnya ditulis SDA) dan kebhinekaan budaya yang diakui dunia berpeluang menjadi negara besar, namun saat ini masih memiliki kelemahan di berbagai bidang, diantaranya: 1) jumlah wirausaha baru 0,85 % dari jumlah penduduk; 2) pengangguran masih 8,32 juta atau 7,14 % dari angkatan kerja; 3) Drop out SMU dan SMK dan lulus tidak melanjutkan setiap tahun mencapai 1,4 juta anak; 4) menjadi negara importir terbesar ke 4 dunia; dan 5) Human Development Index (HDI) indonesia menempati urutan 121 dari 175 negara.

Kegiatan inti yang harus dilakukan dan dikembangkan oleh dunia pendidikan, bahwa dunia pendidikan harus mengembangkan sumber daya manusia kreatif yaitu SDM yang memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk memunculkan ide-ide dan gagasan-gagasan, serta mampu mengimplementasikan ide dan gagasan tersebut dalam bentuk nyata baik produk maupun jasa yang kreatif ( lebih inovatif, praktis, variatif, baru, trendi, dll.).

Kegiatan ini dikenal dengan ”Pengembangan Ekonomi Kreatif”.

(17)

2009 Tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif. Kebijakan Pengembangan Ekonomi Kreatif tahun 2009-2015, yakni pengembangan kegiatan ekonomi berdasarkan pada kreativitas, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Adapun sasaran dalam pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia

adalah:

1. Insan kreatif dengan pola pikir dan moodset kreatif

2. Industri yg unggul di pasar dalam dan luar negeri, dengan peran dominan wirausahawan lokal

3. Teknologi yang mendukung penciptaan kreasi dan terjangkau oleh masyarakat Indonesia

4. Pemanfaatan bahan baku dalam negeri secara efektif bagi industri di bidang ekonomi kreatif

5. Masyarakat yang menghargai HKI dan mengkonsumsi produk kreatif lokal Adapun arah pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia diarahkan pada:

1. Peningkatan jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) kreatif yang berkualitas secara berkesinambungan dan tersebar merata di wilayah Indonesia.

2. Peningkatan jumlah dan perbaikan kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan formal dan informal yang mendukung penciptaan insan kreatif dalam Pengembangan Ekonomi Kreatif

3. Peningkatan penghargaan kepada insan kreatif oleh Pemerintah

4. Peningkatan jumlah wirausahawan kreatif sebagai lokomotif industri di bidang ekonorni kreatif

5. Penciptaan database dan jejaring insan kreatif di dalarn maupun di luar negeri 6. Peningkatan daya tarik industri di bidang ekonomi kreatif

(18)

8. Pembentukan basis-basis teknologi pendukung industri di bidang ekonorni kreatif menuju klaster teknologi

9. Peningkatan kemampuan SDM untuk mernanfaatkan bahan baku yang berasal dari alam

10. Pembentukan basis-basis teknologi penghasil bahan baku pendukung Industri di bidang ekonorni kreatif

11. Penciptaan iklim kondusif untuk menjaga ketersediaan pasokan bahan baku yang dibutuhkan oleh industri di bidang ekonomi kreatif

12. Penciptaan penghargaan terhadap HKI dan sosialisasi pentingnya HKI 13. Peningkatan apresiasi terhadap budaya bangsa dan kearifan lokal

Berdasarkan sasaran dan arah dari Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2009 tersebut pembangunan ke depan diarahkan kepada pengembangan insan kreatif (sumber daya manusia kreatif) untuk mewujudkan industri kreatif, dalam rangka pengembangan ekonomi kreatif. Dengan demikian betapa pentingnya pengembangan sumber daya kreatif (insan kreatif) dalam rangka mewujudkan industri kreatif untuk meningkatkan pengembangan ekonomi di Indonesia.

Kehidupan modern yang penuh dengan persaingan perlu dijalani dengan optimis dan kreativitas. Perekonomian yang berlandas pada kreativitas akan mampu menembus pasar dan akhirnya hasilnya akan kembali untuk mensejahterakan para pelaku ekonomi tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut ekonomi kreatif harus dikembangkan.

Adapun strategi dalam pengembangan ekonomi kreatif adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan anggaran pendidikan untuk mendukung penciptaan insan kreatif Indonesia.

(19)

3. Meningkatkan kualitas pendidikan nasional yang mendukung penciptaan kreativitas dan kewirausahaan pada anak didik sedini mungkin

4. memberdayakan masyarakat untuk dapat berpartsipasi aktif dalam komunitas kreatif baik secara formal maupun non formal

Dengan demikian pengembangan kreativitas masyarakat menjadi salah satu upaya penting dalam mendukung kebijakan ekonomi kreatif saat ini dan

menunjukkan bahwa kesejahteraan masyarakat dan negara juga bergantung pada sumbangan kreatif berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan baru, dan teknologi baru. Ditinjau dari hal tersebut, kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya dan dapat dikatakan kebutuhan akan kreativitas sangatlah terasa sehingga perlu di pupuk dan kembangkan. Sehubungan dengan peningkatan kreativitas, pendidikan luar sekolah seperti kursus dan pelatihan merupakan bagian penting dari penyelenggaraan pendidikan di Indonesia.

Pendidikan nonformal mempunyai sumbangan yang berarti bagi peningkatan kualitas hidup manusia. Karena tidak semua warga masyarakat dapat menikmati pendidikan persekolahan, bagi mereka yang tidak berkesempatan mengikuti pendidikan sekolah dapat menempuh jalur pendidikan luar sekolah. Oleh karena itu, pendidikan luar sekolah tidak dapat dipandang dengan sebelah mata karena telah terbukti sangat besar kontribusinya dalam pembangunan di bidang pendidikan dalam sistem pendidikan nasional sebagaimana dikemukakan oleh Suyanto (2008: 19-20) bahwa:

menyangkut pendidikan luar sekolah. Walaupun diketahui bahwa tidak diragukan lagi arti penting pendidikan dalam sistem persekolahan, namun pendidikan di luar sekolah juga memiliki makna yang tidak kalah pentingnya dalam menumbuhkan dan mensosialisasikan semangat solidaritas sesama. Apalagi sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai solidaritas tersebut pendidikan luar sekolahseperti dalam keluarga dan masyarakat jauh lebih efektif ketimbang pendidikan di persekolahan.

(20)

(1) Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

(2) Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional

serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.

(3) Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. `

(4) Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.

(5) Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Reformasi pendidikan yang meliputi perubahan pandangan atau paradigma berikut diperlukan dalam rangka mencapai visi, misi, dan tujuan pendidikan yaitu:

Pertama; penyelenggaraan pendidikan dinyatakan sebagai suatu proses

pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat, di mana dalam proses tersebut harus ada pendidik yang memberikan keteladanan dan mampu membangun kemauan, serta mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Prinsip tersebut menyebabkan adanya pergeseran paradigma proses

(21)

memberikan peran lebih banyak kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dan kreativitas dirinya dalam rangka membentuk manusia yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan, berakhlak mulia, berkepribadian, memiliki kecerdasan, memiliki estetika, sehat jasmani dan rohani, serta keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Kedua; adanya perubahan pandangan tentang peran manusia dari

paradigma manusia sebagai sumberdaya pembangunan, menjadi paradigma manusia sebagai subjek pembangunan secara utuh. Pendidikan harus mampu membentuk manusia seutuhnya yang digambarkan sebagai manusia yang memiliki karakteristik personal yang memahami dinamika psikososial dan lingkungan kulturalnya. Proses pendidikan harus mencakup: (1) penumbuhkembangan keimanan dan ketakwaan; (2) pengembangan wawasan kebangsaan, kenegaraan, demokrasi, dan kepribadian; (3) penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi; (4) pengembangan, penghayatan, apresiasi, dan ekspresi seni; serta (5) pembentukan manusia yang sehat jasmani dan rohani. Proses pendikan adalah proses pembentukan manusia pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

Ketiga; Adanya pandangan terhadap keberadaan peserta didik yang

terintegrasi dengan lingkungan sosial-kulturalnya dan pada gilirannya akan menumbuhkan individu sebagai pribadi dan anggota masyarakat mandiri yang berbudaya. Hal ini sejalan dengan proses pentahapan aktualisasi intelektual, emosional dan spiritual peserta didik di dalam memahami sesuatu, mulai dari tahapan paling sederhana dan bersifat eksternal, sampai tahapan yang paling rumit dan bersifat internal, yang berkenaan dengan pemahaman dirinya dan lingkungan kulturalnya.

Keempat; Dalam rangka mewujudkan visi dan menjalankan misi

(22)

secara demokratis, mendidik, memotivasi, mendorong kreativitas, dan dialogis; (3) hasil pendidikannya bermutu dan terukur; (4) mengembangkan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan; (5) menyediakan sarana dan prasarana belajar yang memungkinkan berkembangnya potensi peserta didik secara optimal; (6) mengembangkan pengelolaan pendidikan yang memberdayakan satuan pendidikan.

Perspektif global sebagai suatu paradigma kehidupan baru mengisyaratkan

dua hal pokok yaitu “International competition dan International link“. Untuk

mengantisipasi kedua hal tersebut diperlukan keunggulan sumber daya manusia yang mampu bergerak cepat dan bertindak tepat (fast moving and fast acting), serta memiliki kepercayaan yang kuat disamping tetap menghargai kemampuan orang lain. Sumber daya manusia yang dapat bergerak dan bertindak cepat adalah sumber daya yang memiliki kemampuan menggunakan prosedur, teknik, kompeten dalam bidangnya, mampu memahami situasi, memiliki motivasi dan mampu bekerjasama dengan orang lain baik secara individu maupun dalam kelompok.

Kualitas hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh kualitas proses dan kualitas input dan kualitas tenaga pendidikan. Suatu program pendidikan yang dilaksanakan dengan proses yang baik akan menghasilkan output yang baik pula. Kualitas input mutlak diperlukan untuk meningkatkan mutu lulusan pendidikan. Hal ini cukup beralasan karena input dari pendidikan akan mempengaruhi output selanjutnya terhadap penyiapan sumber daya manusia( selanjutnya ditulis SDM)) dan peningkatan sektor-sektor kehidupan dan penguatan keberadaan lembaga. Sektor kehidupan dan keberadaan lembaga dapat ditingkatkan dan diperkokoh bila ada dukungan SDM yang berkualitas.

Berdasarkan hal tersebut di atas, peningkatan kualitas sumber daya

(23)

global.Usaha pencapaian kualitas SDM seperti yang diharapkan di atas tidak terlepas dari peranan pendidikan.

Pendidikan merupakan setiap proses di mana seseorang memperoleh pengetahuan (knowledge acquisition), mengembangkan kemampuan/keterampilan (skills developments) sikap atau mengubah sikap (attitude change). Pendidikan adalah suatu proses transformasi anak didik agar mencapai hal-hal tertentu

sebagai akibat proses pendidikan yang diikutinya. Definisi pendidikan menurut UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu sebagai berikut :

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara”.

Pendidikan merupakan proses sistematis untuk meningkatkan martabat manusia secara holistik, yang memungkinkan ketiga dimensi kemanusiaan paling

elementer di atas dapat berkembang secara optimal. Dengan demikian, pendidikan seyogyanya menjadi wahana strategis bagi upaya mengembangkan segenap potensi individu, sehingga cita-cita membangun manusia Indonesia seutuhnya dapat tercapai.

Tujuan pendidikan menurut UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003, Bab II pasal 3 bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Lebih lanjut, dijelaskan di dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, pasal 13 ayat 1 menyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri atas jalur pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya (2004: 23).

(24)

Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan yang diselenggarakan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstrukur dan berjenjang. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional (UU. Sisdiknas, 2004 : 23-2)

Dalam upaya mencapai tujuan pendidikan tersebut, pendidikan non formal melakukan suatu upaya pembangunan masyarakat bagi warga masyarakat yang dilihat dari pendidikan masih perlu pembinaan dan layanan pendidikan, terutama layanan pendidikan keterampilan dalam rangka mempertahankan kehidupan.

Pembangunan masyarakat dapat dilakukan melalui jalur pendidikan baik formal, informal maupun nonformal. Ndraha (1982: 18) mengemukakan sejak

semula pembangunan desa di Indonesia dinyatakan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional (Undang-undang Nomor 85 Tahun 1958). Pembangunan masyarakat desa, perlu mendapat prioritas dalam hal ini cukup beralasan, karena sekitar 80% penduduk Indonesia tinggal dan hidup di pedesaan, pada umumnya tingkat pendidikannya rendah dan tidak mempunyai keterampilan. Penduduk desa sebagian besar tingkat pendidikannya rendah, bekerja di sektor pertanian. Untuk dapat melakukan pekerjaan dengan baik diperlukan penguasaan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bidang pekerjaan yang ditekuninya.

(25)

berseberangan dengan Kecamatan Solokanjeruk juga memiliki potensi yang besar karena daerah ini merupakan sentra industri.

Selain Kecamatan Solokanjeruk, secara perekonomian Kecamatan Rancaekek terdiri dari industri besar dan sedang sebanyak 42 buah dengan serapan tenaga kerja sebanyak 24.275 orang, sementara industri kecil sebanyak 16 buah dengan serapan tenaga kerja sebanyak 1.200 orang. Aspek perekonomian

yang lain di Kecamatan Rancaekek adalah seperti perhotelan sebanyak 17 buah dengan serapan tenaga kerja sebanyak 83 orang, rumah makan atau warung makan sebanyak 49 buah dengan serapan tenaga kerja sebanyak 151 orang, perdagangan 1061 buah dengan tenaga kerja sebanyak 5259 orang, angkutan sebanyak 52 buah dengan serapan tenaga kerja sebanyak 155 orang. Jumlah industri-industri tersebut belum sepenuhnya menyerap tenaga kerja yang ada.

Pengaruh ekonomi kreatif di Indonesia Berdasarkan Badan Pusat Statistik Tahun 2012 adalah sebagai berikut.

1. Sektor ekonomi kreatif merupakan sector ke-7 terpenting dari 10 sektor ekonomi nasional. Pada Tahun 2011 pertumbuhan Product Domestic Bruto (PDB) Ekraf mencapai 4.91%. Ekraf mengungguli pengangkutan,

komunikasi, keuangan, real estate, jasa perusahaan, listrik, gas dan air bersih. 2. Kontribusi PDB Ekraf terbesar dihasilkan subsektor kuliner (32,2% senilai

169,62 T), fesyen (28.1% senilai 147,6 T) dan kerajinan (15,1% senilai 79,4T) 3. PDB nominal Ekraf selalu mengalami trend yang meningkat, di tahun 2011

mencapai 526 T, naik 0.16% dibanding 2010 yang mencapai 472.8 T

4. Tenaga kerja sektor Ekraf juga otomatis permintaannya meningkat di 2011 hingga mencapai 11,51 juta orang, naik 4,91% dari 2010 yang hanya 11,49% 5. Kontribusi tenaga kerja terbesar diserap subsector fesyen (32,4% senilai 3,73 jt

orang) , kuliner (32,1% senilai 3,7 jt orang), dan kerajinan (25,6% senilai 2,95

jt orang).

(26)

antik; (4) kerajinan; (5) desain; (6) fashion (mode); (7) film, video, dan fotografi; (8) perrnainan interaktif; (9) musik; (10) seni pertunjukan; (11) penerbitan dan percetakan; (12).layanan komputer dan piranti lunak; (13) radio dan televisi; (14) riset dan pengembangan.

Berdasarkan kondisi empirik di atas, salah satu bidang pengembangan ekonomi kreatif adalah Fashion (mode) yang juga berpotensi untuk banyak

menyerap tenaga kerja. Kecamatan Solokanjeruk merupakan salah satu industri kreatif Fashion (mode) berupa busana muslim terus berkembang pesat seiring dengan meningkatnya permintaan kebutuhan akan produk-produk Fashion berupa busana Muslim dimana negara Indonesia yang notabene memiliki warga negara yang mayoritas Muslim. Kecamatan Solokanjeruk menyimpan potensi yang besar untuk dikembangkan secara ekonomi karena termasuk kecamatan di Kabupaten Bandung, dimana Kabupaten Bandung menyimpan potensi industri yang besar sehingga sumber daya material tidak susah untuk dicari. Di sisi lain pemasaran produk kreatif berupa busana Muslim hasil karya para penduduk dapat di jual di sentra-sentra pasar di Kota Bandung ataupun di jual ke tempat-tempat yang lainnya. Potensi ini tentu harus dimanfaatkan dengan seoptimal mungkin agar memberikan manfaat terhadap semakin meningkatnya taraf hidup masyarakat. Namun demikian, produk busana muslim yang dihasilkan harus memiliki nilai kreativitas yang menonjol serta inovatif agar laku di pasaran karena tingkat persaingan semakin tinggi baik dengan barang domestik maupun barang-barang yang datang dari luar negeri sehingga margin pendapatan yang dihasilkan akan kecil. Hal ini akan berbeda dengan produk-produk kreatif yang akan selalu laku di pasaran.

Sehubungan dengan hal tersebut maka pembinaan kreativitas melalui satuan pendidikan non formal (kursus) dalam menciptakan masyarakat yang

(27)

busana Muslim merupakan sarana untuk mengasah dan menggali potensi warga masyarakat Kecamatan Solokanjeruk agar tingkat kreativitasnya meningkat. Satuan Pendidikan Luar Sekolah lembaga kursus/pelatihan, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), dan majelis taklim serta satuan pendidikan yang sejenis berupaya menjembatani guna meningkatkan kreatifitas masyarakat.

Dalam rangka menindaklanjuti pengembangan sumber daya manusia

kreatif Direktorat Kursus dan Kelembagaan telah menyusun Model Kursus Kerampilan Kreatif yang terdapat dalam petunjuk teknis penyelenggaraan kursus keterampilan kreatif tahun 2011. Adapun model kursus keterampilan kreatif adalah sebagai berikut.

1. Analisis kebutuhan pasar barang atau jasa

Gambar 1.2. Model Kursus Keterampilan Kreatif

JALUR TENAGA KERJA

Sumber : Direktorat Kursus dan Kelembagaan (2011)

2. Perancangan desain pelatihan sesuai kebutuhan pasar barang atau jasa kreatif

3. Penyiapan seperangkat program kursus dan pelatihan keterampilan kreatif

4. Penelusuran minat, bakat, dan kemampuan dasar calon peserta didik

(28)

5. Metodologi pembelajaran dapat menggunakan beberapa pendekatan diantaranya:

a. Teori diikuti dengan praktek.

b. Teori dan praktek dilakukan bersamaan (learning by doing).

c. Teori, praktek dan dengan magang di beberapa industri atau usaha yang relevan.

6. Evaluasi hasil belajar dapat dilakukan oleh lembaga penyelenggara atau Dunia Usaha dan Dunia Industri dalam bentuk unjuk karya kreatif peserta didik (Setiap peserta didik kursus keterampilan kreatif wajib memiliki hasil karya individu atau kelompok yang ditunjukkan kepada masyarakat baik display maupun pameran hasil karya kreatif.

7. Sertifikasi/Uji Kompetensi

Untuk membuktikan peserta didik telah memiliki /menguasai kompetensi yang dipersyaratakan oleh DUDI, maka setiap lembaga harus melaksanakan uji kompetensi kepada setiap lulusan. Uji kompetensi yang dilakukan oleh penyelenggara, atau lembaga sertifikasi kompetensi (LSK), dan/atau dunia usaha/industri (DUDI) sesuai dengan Permendiknas No.70 Tahun 2008. 8. Penempatan Kerja

Peserta didik disalurkan ke unit-unit produksi yang ada sesuai dengan keterampilan yang diajarkan.

Peserta didik dibimbing sebagai wirausaha dengan keterampilan yang diajarkan untuk produksi atau jasa yang sesuai kebutuhan pasar atau potensi daerah setempat.

Hasil penerapan model kursus keterampilan kreatif belum optimal bahkan pada Tahun 2012 dan Tahun 2013 program ini tidak dilanjutkan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di lapangan ada beberapa hal yang menyebabkan model ini hasilnya kurang optimal dan tidak dilanjutkan.

(29)

2. Belum ada kriteria peserta didik yang memiliki press (dorongan) yang kuat 3. Belum ada kriteria instruktur yang kreatif

4. Kurikulum yang digunakan belum berdifferensiasi

5. Strategi pembelajaran yang digunakan belum dapat merangsang kegiatan kreatif peserta didik

6. Hasil pembelajaran, peserta didik belum kreatif, sehingga belum mampu

membuat produk-produk yang kreatif.

Lembaga kursus dan pelatihan sebagai salah satu satuan program dari pendidikan nonformal memiliki peran yang urgen dalam mengimplementasikan kursus keterampilan kreatif. Akan tetapi berdasarkan hasil penilaian kinerja Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan pada tahun 2013 jumlah lembaga kursus dan pelatihan (LKP) yang sudah memiliki nomor induk lembaga kursus (nilek online) sebanyak 17.865 lembaga. Sedangkan yang sudah terakreditasi program kursus sebanyak 1098 program dan 431 lembaga yg terakreditasi.

Adapun bila dilihat dari penilaian kinerja selama 4 tahun untuk 4014 lembaga kursus dan pelatihan menunjukkan bahwa 26 % atau 1043 LKP berkinerja A dan B, dan 2969 LKP berkinerja C (www.infokursus.net.). Penyelenggaraan kursus di Kabupaten Bandung selama ini belum optimal. Adapun hasil penilaian kinerja tahun 2011 yang meliputi aspek pemasaran, sumber daya manusia, operasional dan keuangan adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1 Hasil Penilaian Kinerja LKP Tahun 2011 di Kabupaten Bandung

No NILEK Nama Lembaga Alamat Peringkat

(1) (2) (3) (4) (5)

1. 02101.1.0070 LKP AFIC

(Al-Falah Intensive College)

Komplek Gading Junti Asri Blok A-3 No.9 Jl. Terusan Kopo Katapang, Kec.Katapang Kab. Bandung Jawa Barat 40971

B

2. 02101.1.0007 LKP Cambridge Post

Jl.Saparoko No.100 Kec.Majalaya, Bandung,Jabar 40382

D

(30)

Sumber: Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan Tahun 2011

Dari sepuluh (10) lembaga kursus dan pelatihan (LKP) yang dinilai kinerjanya di Kabupaten Bandung pada Tahun 2011 hasilnya adalah satu LKP (10 %) memiliki nilai kinerja Baik (B). Sebanyak tujuh LKP (70 %) berkinerja C (Cukup Baik) dan sebanyak dua LKP (20 %) memiliki nilai D Kurang Baik (www.infokursus.net)

Selain itu, berdasarkan hasil studi pendahuluan oleh peneliti tentang model penyelenggaraan kursus keterampilan kreatif yang dikembangkan Direktorat Kursus dan Kelembagaan dan implementasi program oleh LKP yang ada di Kecamatan Solokanjeruk dan Majalaya pada tahun 2011 pada umumnya sudah cukup baik tetapi belum diarahkan pada keterampilan kreatif yang mampu menghasilkan produk-produk kreatif. Adapun hasil studi pendahuluan (data studi pendahuluan penelitian, 2011) sebagai berikut.

1. Pengelola belum mampu memilih jenis kursus yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan kebutuhan pasar, sehingga produk yang dihasilkan belum bisa dipasarkan dengan jumlah yang banyak dan kontinyu. Hal ini

Ds.Majasetra Kec.Majalaya 4. 02101.1.0041 LKP Ligar Jl.Pangidasan No.24 Rt.01/07

Ds.Pamekaran Soreang Kab.Bandung 40912

Kab. Bandung 02101.1.0051 Margahayu

C

(31)

berpengaruh terhadap motivasi peserta didik karena mereka memerlukan keterampilan dan pekerjaan yang dapat menghasilkan pendapatan yang kontinyu.

2. Wawasan pengelola dan instruktur tentang kreativitas masih rendah dan belum mengetahui akan pentingnya kreativitas bagi peseta didik.

3. Pengelola tidak melakukan pemilihan instruktur yang memiliki kriteria kreatif

seperti mampu memodifikasi dan membuat produk baru, senang dengan ide-ide baru, semangat, pekerja keras, ulet, tekun, mandiri, percaya diri, memiliki dedikasi yang tinggi, bertanggung jawab, berani mengambil resiko, dan berorientasi pada tugas. Sehingga instruktur yang ada tidak mampu menjadi contoh atau model penanaman sikap-sikap kreatif bagi peserta didik.

4. Kurikulum Kursus dan Pelatihan di Kecamatan Solokanjeruk saat ini belum menggunakan kurikulum berdifferensiasi. Dalam kurikulum konvensional hanya terdapat praktek membuat produk sesuai dengan pola saja. Dalam kurikulum berdifferensiasi sebaiknya tidak hanya membuat produk sesuai pola tetapi ada materi memodifikasi produk dan membuat produk baru baik dalam penggunaan bahan, aksesoris, pemilihan warna, ukuran, desain atau model. 5. Alat yang digunakan masih yang konvensional dan belum lengkap, contoh

seperti alat pemotong kain, mesin jahit mesin obras, masih ada yang menggunakan gunting, mesin jahit dan obras yang konvensional, sebaiknya menggunakan mesin potong, mesin jahit dan obras menggunakan mesin zuki. Mesin juga sebaiknya dilengkapi dengan mesin neci.

6. Bahan praktek yang digunakan masih sederhana dan jumlahna terbatas seperti penggunaan kertas, dan kain balacu. Sebaiknya bahan praktek digunakan kain-kain atau bahan baku yang sedang trend dan laku dipasaran dan jumlahnya disesuaikan dengan jumlah peserta didik dan kebutuhan praktek.

(32)

8. Proses pembelajaran masih banyak teori di banding praktek, yaitu 55 % teori 45 % praktek, sebaik 20 % teori 80 % praktek, semakin banyak praktek semakin baik.

9. Pada saat pembelajaran baik teori maupun praktek tidak diajarkan cara memodifikasi model yang ada, memilih bahan, aksesoris yang berbeda dan lebih unik.

10.Peserta didik sudah mampu membuat produk, tetapi belum sesuai dengan permintaan pasar. Produk yang dihasilkan belum kreatif karena hanya membuat produk dengan pola yang ada. Belum ada produk hasil modifikasi, yang lebih unik, berbeda, lebih menarik, sesuai dengan trend masa kini (model yang lagi digandrungi atau disukai banyak orang saat ini).

11.Sikap peserta didik setelah mengikuti pembelajaran belum menunjukan sikap kreatif, seperti belum semangat, belum antusias dalam membuat produksi, belum ulet dan tekun, tidak berorientasi pada tugas dan hasil, kurang bertanggung jawab dan disiplin, tidak tahan dalam bekerja atau tidak bekerja keras, dan tidak senang dalam membuat model-model baru.

Melihat pada kondisi diatas, penyelenggaraan kursus keterampilan kreatif pembuatan busana muslim di Kecamatan Solokanjeruk selama ini masih belum optimal berkenaan dengan materi atau struktur kurikulum, kompetensi pendidik, alat dan bahan praktek, strategi pembelajaran, dan hasil berupa produk-produk kreatif. Hasil akhir dari pembelajaran kursus keterampilan adalah peserta didik memiliki pribadi kreatif, sehingga mampu mengasilkan produk-produk yang

kreatif. Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan tersebut maka diperlukan

pengembangan kreativitas melalui model kursus keterampilan kreatif untuk meningkatkan kreativitas peserta didik di Kecamatan Solokanjeruk Kabupaten Bandung.

(33)

kursus keterampilan kreatif untuk meningkatkan kreativitas peserta didik di LKP Mulia Kecamatan Solokanjeruk Kabupaten Bandung.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, beberapa temuan masalah yang ditemukan oleh peneliti dalam penerapan model kursus keterampilan kreatif yang ada adalah sebagai berikut.

1. Pengelola belum mampu memilih jenis kursus keterampilan kreatif yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan kebutuhan pasar.

2. Pengelola tidak melakukan pemilihan instruktur yang memiliki kriteria kreatif. Sehingga instruktur yang ada tidak mampu menjadi contoh atau model penanaman sikap-sikap kreatif bagi peserta didik.

3. Kurikulum kursus belum menggunakan kurikulum berdifferensiasi. Pengelola tidak menyusun kurikulum berdifferensiasi yang memuat materi membuat produk sesuai pola, memodifikasi produk dan membuat produk baru.

4. Alat yang digunakan masih ada yang konvensional dan belum lengkap, contoh seperti alat pemotong kain, mesin jahit dan mesin obras.

5. Bahan praktek yang digunakan masih sederhana dan jumlahna terbatas seperti penggunaan kertas, dan kain balacu.

6. Strategi dan metode pembelajaran kursus belum merangsang peserta didik untuk melakukan kegiatan kreatif atau membuat produk kreatif.

7. Proses pembelajaran masih banyak teori di banding praktek, yaitu 55 % teori 45 % praktek, sebaiknya 20 % teori 80 % praktek, semakin banyak praktek semakin baik.

(34)

9. Produk yang dihasilkan belum kreatif karena hanya membuat produk dengan pola yang ada, belum ada produk hasil modifikasi, atau produk inovatif.

C. Rumusan Masalah

Sehubungan dengan hal tersebut maka masalah dalam penelitian ini adalah: Model Kursus Keterampilan Kreatif yang bagaimana yang mampu meningkatkan kreativitas peserta didik?

Secara operasional pertanyaan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana konseptual model pembelajaran kursus keterampilan kreatif untuk

meningkatkan kreativitas peserta didik di LKP Mulia Kecamatan Solokanjeruk Kabupaten Bandung?

2. Bagaimana penerapan model pembelajaran kursus keterampilan kreatif untuk

meningkatkan kreativitas peserta didik di LKP Mulia Kecamatan Solokanjeruk Kabupaten Bandung?

3. Bagaimana efektivitas model pembelajaran kursus keterampilan kreatif untuk meningkatkan kreativitas peserta didik di LKP Mulia Kecamatan Solokanjeruk Kabupaten Bandung?

D. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model pembelajaran kursus keterampilan kreatif pembuatan busana muslim untuk meningkatkan kreativitas peserta didik di LKP Mulia Kecamatan Solokanjeruk Kabupaten Bandung.

Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengembangkan konseptual model pembelajaran kursus keterampilan kreatif untuk meningkatkan kreativitas peserta didik di LKP Mulia Kecamatan

(35)

2. Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kursus keterampilan kreatif untuk meningkatkan kreativitas peserta didik di LKP Mulia Kecamatan Solokanjeruk Kabupaten Bandung.

3. Mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran kursus keterampilan kreatif untuk meningkatkan kreativitas peserta didik di LKP Mulia Kecamatan Solokanjeruk Kabupaten Bandung.

E. Manfaat Penelitian

Temuan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain:

1. Dari segi teoritis, hasil temuan penelitian ini dapat menjadi masukan untuk pengembangan keilmuan khususnya dalam pengkajian teori 4P dari Rhodes yang meliputi (Press, Person, Process, Product) dalam pengembangan model kursus keterampilan kreatif untuk meningkatkan kreativitas peserta didik dan menciptakan produk-produk kreatif.

2. Secara praktis bagi lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan nonformal, khususnya bagi lembaga kursus dapat menjadi acuan penerapan strategi 4P ((Press, Person, Process, Product) pada kursus keterampilan kreatif untuk meningkatkan kreativitas peserta didik. Penerapannya mulai dari mendiagnosis kebutuhan belajar, menetapkan tujuan belajar, rekruitmen peserta didik, rekruitmen instruktur kreatif, mendisain struktur materi, dan penerapan pendekatan pembelajaran, evaluasi proses dan hasil kegiatan belajar, serta dampak yang harus dicapai. Para penyelenggara dapat menerapkannya kursus ini pada jenis keterampilan yang lain yang meliputi 14 jenis keterampilan kreatif.

3. Bagi para peneliti lainnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan untuk penelitian lebih lanjut baik pengembangan maupun perluasan berkenaan

(36)

meningkatkan kreativias peserta didik. Pengaruh dari instruktur yang memiliki kepribadian kreatif terhadap peningkatan kreativitas peserta didik. Pengaruh pendekatan atau metode pembelajaran terhadap peningkatan kreativitas peserta didik. Pengaruh kurikulum (materi) yang dipelajari terhadap peningkatan kreativitas peserta didik.

F. Struktur Organisasi Disertasi

Merujuk pada pedoman penulisan karya ilmiah (2013; 20) yang dikeluarkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia, maka sistematika penulisan disertasi sebagai berikut :

1. BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini yang dibahas adalah : latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat/ signifikansi penelitian dan struktur organisasi.

2. BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini yang dibahas adalah kajian pustaka yang berfungsi sebagai landasan teoritis yang berhubungan dengan masalah penelitian antara lain : konsep pembelajaran, konsep kursus, hakekat kursus keterampilan kreatif, konsep kreatifitas, konsep pendidikan kecakapan hidup (life skills), dan konsep pendidikan luar sekolah, hasil penelitian terdahulu dan kerangka berfikir.

3. BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini yang dibahas adalah metode penelitian dimana didalamnya terdapat lokasi penelitian, subjek penelitian serta cara bagaimana mengambil sampel, desain penelitian, metode penelitian dan justifikasi penggunaan metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen dengan mengadakan uji, teknik pengumpulan data dan alasannya serta

diakhiri dengan analisa data.

4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(37)

menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pembahasan untuk mendiskusikan temuan tersebut dikaitkan dengan dasar teori yang telah dibahas.

5. BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

(38)

Penelitian ini dirancang dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Karena itu penelitian ini menggunakan metode yang menggambarkan prosedur pengumpulan data kualitatif, dan prosedur pengumpulan data kuantitatif. Fokus penelitian ini adalah pengembangan model kursus keterampilan kreatif untuk meningkatkan kreativitas peserta didik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian dan pengembangan (research and development), dengan menggunakan analisis data secara gabungan yakni

analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

Menurut Borg dan Gall (2003: 569) research and development merupakan penelitian yang digunakan untuk merancang produk dan prosedur baru yang mesti dilakukan pengujian lapangan secara sistematis, dievaluasi, diperbaiki sampai menemukan kriteria keefektifan tertentu. Produk dan prosedur baru dalam pendidikan, menurut Borg dan Gall tidak semata-mata berupa wujud material tetapi juga mencakup keseluruhan termasuk proses atau prosedur seperti metode, pendekatan dan strategi dan pengorganisasian pembelajaran. Penelitian dengan

menggunakan R&D bertujuan untuk mengembangkan dan memvalidasi hasil-hasil pendidikan dan untuk menemukan pengetahuan-pengatahuan baru melalui basic research. Penelitian ini juga dimaksudkan untuk menjawab

pertanyaan-pernyataan khusus tentang masalah-masalah bersifat praktis melalui ‘applied research’, yang digunakan untuk meningkatkan praktik-praktik pendidikan.

(39)

(preliminary field testing), (5) menyempurnakan (main product revision), (6) melakukan uji lapangan produk utama (main field testing), (7) memperbaiki kembali hasil uji lapangan (operational product revision), (8) melakukan ujicoba kembali (operational field testing), (9) menyempurnakan model untuk mengembangkan model akhir (final product revision), dan (10) diseminasi dan sosialisasi model (dissemination and distribution).

Penelitian dan pengembangan pembelajaran kursus yang tergolong pada kajian bidang pendidikan nonformal, khususnya model juga merupakan interpretasi atas fenomena yang terjadi dalam praktis penyelenggaraan pembelajaran kursus, karena melalui model dapat dirumuskan serangkaian kegiatan yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan yang dikembangkan dalam penyelenggaraan program tersebut. Pengembangan model pembelajaran kursus keterampilan kreatif pembuatan busana muslim untuk meningkatkan kreativitas peserta didik didasari oleh dua pertimbangan. Pertama melalui pengembangan ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang yang utuh mengenai penerapan kursus keterampilan kreatif dalam pengelolaan pembelajaran kursus yang diharapkan dapat terjadi perubahan kearah yang diinginkan, yakni mampu meningkatkan kreativitas peserta didik; dan Kedua melalui pengembangan model kursus ini pula diharapkan dapat menyajikan data dan informasi yang dikumpulkan, kemudian diolah ke dalam bentuk model dan gambaran yang mudah untuk dipahami serta di diseminasikan/digunakan di tempat yang lain.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan model pembelajaran kursus keterampilan kreatif pembuatan busana muslim untuk meningkatkan kreativitas peserta didik, secara umum ditempuh melalui dua tahap kegiatan, yaitu tahap studi eksplorasi (studi pendahuluan) dan tahap

pengembangan model.

(40)

berkenaan dengan kegiatan pengelolaan pembelajaran kursus yang terjadi di lapangan.

Tahap yang kedua kegiatan pengembangan model, yaitu penyusunan konseptual model pembelajaran kursus keterampilan kreatif pembuatan busana muslim untuk meningkatkan kreativitas peserta didik. Konseptual model disusun

berdasarkan hasil studi pendahuluan dan studi kepustakaan serta studi dokumentasi yang diujicobakan dalam kancah lapangan dengan kuasi eksperimen. Melalui kegiatan uji coba di lapangan dengan kuasi eksperimen, diberikan perlakuan, dilakukan pengamatan intensip akan ditemukan dan diperoleh gambaran tentang peningkatan kreativitas peserta didik. Temuan yang diperoleh melalui uji coba lapangan akan menjadi bahan yang dapat digunakan untuk merevisi konseptual model, sehingga model tersebut dapat terapkan menjadi model empirik yang layak untuk diimplementasikan dan didesiminasikan secara luas.

Pengembangan model pembelajaran kursus keterampilan kreatif pembuatan busana muslim untuk meningkatkan kreativitas peserta didik ini meliputi, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan pendampingan pasca pembelajaran, agar peserta didik meningkat kreativitas peserta didik.

Penelitian dan pengembangan model pembelajaran kursus keterampilan kreatif pembuatan busana muslim untuk meningkatkan kreativitas peserta didik ini mengacu pada penggunaan desain kuasi eksperimen melalui pendekatan pretest dan posttest. Desain kuasi eksperimen dilaksanakan pada tahapan uji lapangan dari model pembelajaran yang dikembangkan. Uji lapangan model pembelajaran dikenakan hanya pada kelompok perlakuan yang ditentukan, serta pengumpulan

(41)

berdasarkan pengumpulan dan analisis data digunakan teknik-teknik analisis kualitatif.

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengembangkan suatu model pembelajaran kursus keterampilan kreatif pembuatan busana muslim untuk meningkatkan kreativitas peserta didik. Dalam implementasinya penelitian ini merupakan rangkaian kegiatan ujicoba untuk menghasilkan model akhir sebagai

model yang direkomendasikan. Oleh karena itu dalam implementasi atau uji lapangan model, metode yang relevan digunakan adalah metode kuasi eksperimen melalui desain pretest dan posttest terhadap kelompok ujicoba yang dikenai perlakuan (treatment).

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Solokanjeruk Kabupaten Bandung. Tepatnya di LKP Mulia Solokanjeruk Kabupaten Bandung. Pemilihan dan penetapan lokasi ini berdasarkan pertimbangan: 1) kebutuhan untuk pengembangan model; 2) sarana dan prasarana LKP yang refresentatif; 3) kriteria pendidik atau instruktur di LKP Mulia yang lebih kreatif dan inovatif dan 4) berkembangnya perusahaan home industry yang membutuhkan tenaga kerja kreatif.

2. Populasi.

Populasi menurut Spradley dalam Sugiyono (2008) dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place),

pelaku (actors) dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Sebenarnya objek penelitian kualitatif, juga bukan semata-mata pada situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen tersebut, tetapi juga bisa berupa peristiwa alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, kendaraan dan sejenisnya. Populasi dalam penelitian

(42)

Tabel 3.1

Jumlah Penyebaran Subjek Penelitian

Nama Kelompok Belajar Pengelola Instruktur Peserta didik

Mulia I 1 2 36

Mulia II 1 2 41

Mulia III 1 2 43

JUMLAH 3 6 120

Sumber: Data Pengelola, 2013 3. Cara menentukan besarnya sampel

Besarnya sampel menurut Lincoln dan Guba (Sugiyono, 2008: 219) tidak dapat ditentukan sebelumnya. Sampel ditentukan secara purposive dimana ciri-ciri

khususnya adalah bersifat sementara, menggelinding seperti bola salju, disesuaikan dengan kebutuhan, dipilih sampai jenuh. Caranya: Peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan yang diperoleh dari sampel sebelumnya itu,. peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap. Praktek seperti inilah yang dinamakan snowball sampling. Untuk kelompok eksperimen pada tahap ujicoba terbatas sampel yang

diambil sebanyak 20 orang peserta didik dan pada ujicoba skala luas sampel yang diambil sebanyak 37 orang peserta didik. Sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 32 orang peserta didik sehingga total sampel dalam penelitian ini sebanyak 89 orang.

4. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, dan sanwball sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel

dengan pertimbangan tertentu. Sedangkan Snowball Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data.

(43)

dilakukan dengan menggunakan teknik “Non Probability Sampling” yaitu melalui “Sampling Purposive”. Melalui teknik ini tidak memberi peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik penentuan dilakukan dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009: 61-68). dalam hal ini pertimbangannya adalah : penganggur atau belum memiliki keterampilan, pekerjaan dan penghasilan, usia produktif 16 tahun s.d. 44 tahun,

dan tergolong miskin, memiliki motivasi yang tinggi untuk memiliki keterampilan dan tambahan penghasilan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.

B. Desain Penelitian

Langkah-langkah dalam rencana penelitian, meliputi perumusan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian tersebut, penyusunan desain atau langkah-langkah penelitian, dan pengujian dalam lingkup terbatas. Penetapan jenis kursus berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan. Analisis hasil identifikasi kebutuhan jenis kursus keterampilan kreatif yang akan dilaksanakan adalah pembuatan busana muslim. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pengelola dalam menyelenggarakan program kursus keterampilan kreatif sebagai berikut :

1. Menetapkan tujuan

Menetapkan tujuan dari kursus keterampilan kreatif. Adapun tujuan dari kursus keterampilan kreatif busana muslim adalah peserta didik memiliki keterampilan kreatif membuat busana muslim, memiliki pekerjaan atau usaha busana muslim, dan memiliki penghasilan.

2. Rekruitmen Sasaran Program Kursus Keterampilan Kreatif

Peserta didik yang menjadi calon peserta didik diutamakan mereka yang memiliki dorongan kuat atau motivasi untuk memiliki keterampilan pekerjaan dan penghasilan baik dari hasil bekerja atau berusaha. Mereka sebagai peserta didik harus memiliki kriteria penganggur atau belum memiliki keterampilan, pekerjaan

(44)

memenuhi kebutuhan hidupnya, atau mempertahankan existensi hidupnya.; bersedia mengikuti kegiatan kursus keterampilan kreatif.

3. Rekruitmen Instruktur

Instruktur yang dipilih untuk kursus keterampilan kreatif harus memiliki kompetensi dibidangnya dan diutamakan pengusaha busana muslim. Instruktur harus memiliki kepribadian kreatif seperti senang dengan ide-ide baru, mampu

membuat model-model baru dalam pembuatan busana muslim, memiliki daya juang yang kuat (semangat ulet dan pantang menyerah) serta memiliki tanggung jawab yang tinggi terhadap suatu pekerjaan. Instruktur yang memiliki kepribadian kreatif dapat dijadikan model bagi peserta didik tentang sikap-sikap kreatif yang harus dimiliki peserta didik. Instruktur adalah para pendidik professional yang berasal dari pengusaha yang memiliki pribadi kreatif dan sikap wirausaha. Instruktur Penyelenggara harus bermitra dengan pengusaha dalam kepentingan instruktur. Tugas instruktur adalah membimbing, mengarahkan para peserta didik untuk terjadinya kegiatan pembelajaran yang merangsang kreativitas. Tugas para instruktur yang utama adalah memfasilitasi, membimbing dan membina para peserta didik menuju pada kemandirian belajar. Instruktur berupaya untuk menjadi fasilitator dalam menguasai berbagai kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan kursus keterampilan kreatif ini yaitu insan kreatif yang mampu menghasilkan produk kreatif. Para pendidik yang dipilih sebaiknya mereka yang memiliki sikap kreatif dan berasal dari pengusaha kerudung dan konveksi. Perekrutan Tenaga Pendidik yang memenuhi kriteria dan kompeten di bidangnya. Untuk instruktur desain, produksi dan pemasaran sebaiknya pengusaha yang memiliki pribadi kreatif dan berpengalaman dalam usaha busana muslim. Pendidik atau instruktur kursus terdiri dari pendidik kewirausahaan berasal dari pengusaha, Ahli model/perancang (pengusaha busana muslim), Ahli menyulam

(45)

Ahli Pemasaran (Pengusaha), Kewirausahaan, Keselamatan Kerja dan Etika Kerja (Sarjana PLS).

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian menggunakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Prosedur Penelitian dan Pengembangan (Research and Development). Borg dan Gall (2003: 624) yang mengatakan bahwa penelitian dan pengembangan

atau disingkat R & D berawal dari industry-based development model, yang digunakan sebagai prosedur untuk merancang dan mengembangkan suatu produk yang berkualitas.

Pada awalnya penelitian dan pengembangan dilakukan di kalangan industry untuk menghasilkan produk-produk yang mempunyai nilai jual di pasar. Kemudian penelitian pengembangan juga sangat tepat jika dilakukan untuk penelitian pendidikan. Prosedur penelitian dan pengembangan (R&D) menurut Borg &Gall (2003: 626) terdapat sepuluh langkah yang harus dilakukan. Adapun sepuluh langkah dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Penelitian dan pengumpulan informasi meliputi: tinjauan pustaka, observasi kelas, dan persiapan laporan.

2. Perencanaan mendefinisikan keterampilan, merumuskan tujuan, menentukan urutan kegiatan, dan uji kelayakan skala kecil.

3. Mengembangan bentuk model awal meliputi: menyusun konsep model.

4. Melakukan ujicoba terbatas 3 kelompok, menggunakan 6-12 subyek. Wawancara, pengamatan dan kuesioner data yang dikumpulkan dan dianalisis untuk penyempurnaan model.

5. Merevisi model awal seperti yang disarankan oleh pendahuluan hasil tes lapangan.

6. Melakukan pengujian model dalam 4 kelompok dengan 30 – 100 subyek.

Hasilnya dievaluasi sehubungan dengan tujuan dan tentu saja dibandingkan dengan data kelompok control.

(46)

8. Melakukan uji coba lapangan secara dengan melibatkan dan subyek yang lebih banyak dari langkah ke-6. Wawancara, pengamatan dan kuesioner data yang dikumpulkan dianalisis.

9. Revisi produk akhir seperti yang disarankan oleh operasional hasil tes lapangan.

10.Diseminasi dan penyebaran kepada berbagai pihak pada pertemuan ilmiah dan

jurnal.

Dalam pengembangan pendidikan disebut Research and Development muncul sebagai strategi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Lebih khusus dikemukakan bahwa dalam bidang pendidikan, research and development adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan

memvalidasi produk pendidikan, menemukan produk pendidikan serta menemukan pengetahuan baru melalui ”basic research” (Borg dan gall, 2003: 624). Penelitian dan pengembangan bertujuan untuk memberikan perubahan-perubahan pendidikan guna meningkatkan dampak-dampak positif yang potensial dari temuan-temuan penelitian dalam memecahkan permasalahan pendidikan dan digunakan untuk meningkatkan kinerja praktik-praktik pendidikan, antara lain melalui pengembangan pembelajaran kursus. Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan menurut Borg dan Gall (2003: 626) terdiri dari:

1. Penelitian dan pengumpulan data (research and information collecting) meliputi penilaian kebutuhan, studi literatur, penelitian dalam skala kecil atau studi pendahuluan, dan pertimbangan-pertimbangan dari segi nilai.

a. Analisis Potensi dan Masalah

Kecamatan Solokan Jeruk menyimpan potensi yang besar untuk dikembangkan. Jumlah penduduk yang banyak menjadi potensi disamping potensi untuk mengembangkan produk, juga menjadi salah satu target pasar dari produk

(47)

Kabupaten Bandung merupakan sentra industri bahan baku tekstil dan bahan baku yang lainnya sehingga bahan baku bisa diperoleh dengan mudah. Kemudahan dalm memperoleh bahan baku ini akan menghemat seeking cost terhadap bahan baku sehingga harga produk bisa ditekan.

Potensi yang lain adalah di Kecamatan Solokan Jeruk sudah ada industri kecil yang memproduksi kerudung dan mukena yang bisa dikembangkan untuk

menjadi pendapatan asli penduduk yaitu penghasil kerudung yang ada di Desa Padamukti.

Masalah yang dihadapi adalah motivasi masyarakat yang masih rendah untuk berkembang. Hal ini karena daerah ini masih termasuk masyarakat yang semi agraris dimana sikap-sikap manusia agraris masih melekat di dalam diri masyarakat. Masalah yang dihadapi adalah sikap masyarakat yang masih tidak termotivasi untuk berkembang dan melakukan inovasi-inovasi. Hal ini disebabkan karena tidak adanya lembaga yang menggerakkan masyarakat untuk menjadi masyarakat kreatif.

b. Pengumpulan data dan informasi.

Mengumpulkan data menganai potensi-potensi yang dapat mendukung kegiatan Model Kursus Keterampilan Kreatif untuk meningkatkan Masyarakat kreatif. Mengumpulkan data mengenai masalah-masalah yang harus dipecahkan melalui model Kursus Keterampilan Kreatif (selanjutnya ditulis KKK) Melihat situasi yang terjadi atau yang ada di lapangan. Melalui kegiatan ini akan digali berbagai fakta dan fenomena yang berkaitan dengan; (1) gambaran umum tentang kondisi kehidupan (sosial ekonomi); (2) model kursus atau pembelajaran KKK yang pernah dilaksanakan oleh pihak pemerintah (dinas/instansi teknis) atau

Gambar

Gambar 1.1 Perkembangan Ekonomi kreativ
Gambar 1.2. Model Kursus Keterampilan Kreatif JALUR TENAGA KERJA
Tabel 1.1  Hasil Penilaian Kinerja LKP Tahun 2011 di Kabupaten Bandung
Tabel  3.1 Jumlah Penyebaran Subjek Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peristiwa anak kedua meninggalkan rumah lebih awal dibandingkan dengan anak pertama dari pasangan beda etnis ini yakni, informan 1 dan informan 2, menunjukkan

awal fermentasi mikroorganisme akan memecah sumber karbon gula sederhana seperti glukosa, setelah glukosa habis selanjutnya mikroba akan memecah substrat yang

Dengan menggunakan sumber-sumber primer dan sekunder dalam bidang pemikiran Islam, isu-isu utama dan primer yang dihadapi masyarakat Muslim Melayu dari berbagai peringkat, juga

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru matematika di SMP Negeri 6 Kota Gorontalo bahwa aljabar merupakan materi yang baru diperkenalkan untuk siswa SMP karena

Padahal penerapan sistem pertanian organik metode SRI dikembangkan dengan harapan dapat meningkatkan produktivitas tanaman padi dan memberikan kontribusi terhadap

Dalam melakukan kritik ekstern dilakukan dengan mencocokkan pengarang buku yang diterbitkan sezaman atau tidak yang telah diterbikan oleh beberapa tokoh yang telah menulis

Penanaman Cabai Merah ( Capsicum annum L.) Dengan Berbagai Jarak Tanam Di Antara Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Belum Menghasilkan.. (Dibimbing oleh

Al-Muwa>s}ala>t. Hal ini dapat diketahui dari rekapitulasi nilai siswa yang tuntas pada ra siklus. Jumlah 31 siswa, 14 siswa saja yang mendapatkan nilai tuntas. sedangkan 17