• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK. Kata Kunci: Rimpang Acorus sp., Flavonoid, Fenol

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ABSTRAK. Kata Kunci: Rimpang Acorus sp., Flavonoid, Fenol"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENETAPAN KADAR TOTAL FENOLIK DAN FLAVONOID FRAKSI BUTANOL DAN FRAKSI AIR DARI EKSTRAK ETANOL RIMPANG

ACORUS SP.

Hendri Firnando1, Nera Umilia Purwanti2, Ressi Susanti3

1. Program Studi Farmasi Universitas Tanjungpura, 2. Departemen Biologi Farmasi Program Studi Farmasi Universitas Tanjungpura, 3. Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinis Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran,

Universitas Tanjungpura, Jalan Prof. Dr. Hadari Nawawi, Pontianak 78124 Email: [email protected]

ABSTRAK

Jeringau merah (Acorus sp.) merupakan salah satu tanaman tradisional yang secara empiris digunakan oleh masyarakat suku Dayak Kalimantan Barat untuk mengobati luka luar karena diketahui memiliki aktivitas antioksidan yang memiliki kemampuan meredam radikal bebas. Tanaman ini juga diketahui memiliki senyawa fenol dan flavonoid. Kandungan senyawa fenolik maupun flavonoid pada fraksi air dan fraksi butanol rimpang jeringau merah telah dilakukan menggunakan instrumen spektrofotometri UV-Visibel. Penentuan kadar flavonoid dilakukan dengan metode Chang sedangkan penentuan kadar fenolik dilakukan dengan metode Folin- Ciocalteau dengan tujuan mengetahui kandungan total flavonoid dan fenolik dari fraksi air dan fraksi butanol dari ekstrak etanol rimpang Jeringau merah (Acorus sp.). Total flavonoid pada fraksi air dan fraksi butanol dari ekstrak etanol rimpang jeringau merah masing-masing adalah 6,160±0,199 dan 6,880±0,134 mg QE/gram fraksi, sedangkan total fenol dari masing-masing fraksi adalah 136,090±2,390 dan 101,111±2,281 mg GAE/gram fraksi.

Kata Kunci: Rimpang Acorus sp., Flavonoid, Fenol

ABSTRACT

Jeringau merah (Acorus sp.) is one of traditional plant that empirically used by Dayak tribe from West Kalimantan to treat external wound because it is known to have antioxidant activity that has reducing free radicals. This plant also known has phenol and flavonoid compunds. Phenolic and flavonoid compounds in water and butanol fraction of Acorus sp. rhizome were determined using UV-Visible Spectrophotometric. Determination of total flavonoids were using Chang method while determination of total phenolic were using Folin-Ciocalteau method to find out total flavonoids and total phenolic from water and butanol fraction from ethanolic extract of Acorus sp. rhizome as the aim.Total flavonoids in water and butanol fraction from ethanol extract of Acorus sp. rhizome were 6.278±0.199 and 7.026±0.134 mg QE/gram fraction, while the total phenolic content were 136.090±2.390 and 101.111±2.281 mg GAE/gram fraction.

Keywords: Acorus sp. Rhizome, Flavonoid, Phenol

brought to you by CORE View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk

provided by Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN

(2)

PENDAHULUAN

Jeringau atau dalam Bahasa Inggris disebut sweet flag merupakan bagian dari keluarga Acoraceae dan genus Acorus. Tercatat ada 39 spesies dari genus Acorus tetapi hanya 2 spesies yang diakui salah satunya jeringau putih (Acorus calamus) (1). Jeringau putih memiliki hubungan kekerabatan satu genus dengan jeringau merah yang hingga saat ini belum diketahui nama spesiesnya (Acorus sp.). Hubungan kekerabatan tersebut sangat berkaitan pula dengan komponen bioaktif tanaman yang dapat digambarkan pada contoh kasus penelitian yang dilakukan oleh Marsusi et al. dengan menguji profil kromatografi gas cairan pada 7 jenis tanaman dengan genus zingiber menghasilkan indeks similaritas 55%

(2).

Jeringau merah (Acorus sp.) sendiri merupakan tanaman dari famili Acoraceae yang merupakan tanaman endemik di Kalimantan Barat dan secara empiris digunakan oleh masyarakat suku Dayak sebagai obat tradisional yang mengandung metabolit sekunder seperti alkaloid, minyak atsiri, flavonoid, tanin, fenol dan saponin (3).

Jeringau merah diketahui memiliki kegunaan sebagai obat tradisional Suku Dayak Kalimantan Barat untuk mengobati Luka karena aktivitasnya sebagai antioksidan sehingga mempercepat proses penyembuhan luka. Senyawa aktif yang diduga beraktivitas sebagai antioksidan pada tanaman ini adalah flavonoid dan fenol yang umumnya bersifat mudah larut dalam pelarut polar atau semi-polar.

Fraksinasi adalah suatu metode pemisahan senyawa organik berdasarkan kelarutan senyawa- senyawa tersebut dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur, biasanya antara pelarut air dan pelarut organik.

Teknik pemisahan ekstraksi cairan ini biasanya dilakukan dengan menggunakan corong pisah. Kedua pelarut yang tidak saling bercampur tersebut dimasukkan ke dalam corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan. Solut atau senyawa organik akan terdistribusi ke dalam fasenya masing-masing bergantung kepada kelarutannya terhadap fase tersebut dan kemudian akan terbentuk dua lapisan, yaitu lapisan atas dan lapisan bawah yang dapat dipisahkan

(3)

dengan membuka kunci pipa corong pisah (4).

Semakin tinggi kandungan fenolik dan flavonoid pada suatu sampel tanaman, maka semakin tinggi pula aktivitas antioksidannya (5). Fraksi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah fraksi air dan fraksi butanol yang masing-masing menggunakan pelarut yang bersifat polar dan semi- polar, sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan senyawa fenol dan flavonoid pada fraksi air maupun fraksi butanol dari ekstrak etanol rimpang jeringau merah (Acorus sp.)

METODE PENELITIAN a) Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah diantaranya pisau, lemari pendingin, grinder simplisia, timbangan analitik, tabung reaksi (Pyrex Iwaki), gelas ukur (Pyrex Iwaki), beaker glass (Pyrex Iwaki), labu ukur (Pyrex Iwaki), Rotavapor (Buchi) instrument spektrofotometri UV- Vis (Shimadzu tipe MR 2500), sendok stainless, sendok penyu, botol vial, mantel pemanas, Vortex, mikropipet, rak tabung reaksi, pipet

volume, pipet ukur, botol hitam, bejana maserasi, alumunium foil, cawan penguap, penjepit tabung reaksi, pipa kapiler.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rimpang jeringau merah (Acorus sp.) yang diperoleh dari Tempat Budi Daya Ahmad Yani, Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat, metanol p.a, metanol teknis, etanol p.a, etanol teknis 96%, aqua pro injection (Wida), aquades, etil asetat teknis, n-heksana teknis, butanol teknis, AlCl3 (Merck), diklorometana, asam asetat glasial (Merck), Folin-Ciocalteu (Merck), quercetin (Merck), asam galat (Merck), kertas saring, plat KLT (Silica Gel GF254) (Merck), dan FeCl3 (Merck)

b) Metodologi Penelitian Pengolahan Sampel

Sampel yang digunakan adalah tanaman jeringau merah dari famili Acoraceae. Tanaman jeringau merah yang digunakan diperoleh dari Tempat Budi Daya Ahmad Yani, Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat.

Pengambilan sampel tanaman diambil pada pagi hari.

(4)

Pengolahan sampel rimpang jeringau merah adalah dengan membuat simplisia untuk tanaman tersebut.

Rimpang jeringau merah yang masih segar disortasi. Rimpang kemudian dicuci bersih. Pencucian dilakukan dengan menggunakan air mengalir yang berasal dari PDAM (perusahaan daerah air minum). Rimpang jeringau merah yang telah dicuci kemudian diubah bentuknya dengan dipotong kecil-kecil untuk memperluas permukaan bahan baku. Potongan rimpang dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 80oC.

Rimpang jeringau merah kering kemudian disortasi lagi untuk memastikan bahwa bahan baku tidak layak seperti gosong atau kotoran yang terikut pada bahan baku tidak terikut kemudian disimpan pada wadah kaca inert yang terlindung dari cahaya matahari langsung serta lembab.

Ekstraksi

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi.

Proses ekstraksi dilakukan terhadap rimpang jeringau merah yang telah dikeringkan (Simplisia). Maserasi dilakukan dengan pelarut etanol.

Maserasi dihentikan sampai pelarut tidak dapat menyari lagi yang akan

terlihat pada beningnya pelarut tersebut. Ekstrak etanol yang dikumpulkan dan disaring, kemudian dipekatkan menggunakan rotatory evaporator.

Fraksinasi

Teknik fraksinasi merujuk pada penelitian yang dilakukan Dalimunthe et al. (2016) yakni menggunakan corong pisah. Adapun pelarut polar yang digunakan adalah pelarut aquadest. Pelarut organik yang digunakan antara lain n-heksan, etil asetat, butanol serta diklorometana.

Fraksinasi dilakukan dengan melarutkan ekstrak dengan pelarut air ke dalam corong pisah, kemudian ditambahkan pelarut n-heksan dan dikocok dengan kecepatan stabil dan didiamkan. Terbentuk 2 lapisan yaitu fase atas (fraksi n-heksan) dan fase bawah (fraksi air). Fraksi air yang telah dipisahkan dengan fraksi n- heksan, kemudian dilarutkan lagi fraksi air dengan pelarut diklorometana. Dikocok dengan kecepatan stabil kemudian didiamkan hingga diperoleh fase bawah (fraksi diklorometana) dengan fase atas (fraksi air). Dipisahkan antara fraksi air dengan fraksi diklorometana.

Fraksi air yang sudah dipisah

(5)

kemudian ditambahkan dengan pelarut etil asetat. Dikocok dengan kecepatan stabil dan didiamkan kemudian diamati pembentukan 2 fase, fraksi etil asetat pada bagian atas dan fraksi air pada bagian bawah. Fraksi air yang telah dipisahkan kemudian ditambah dengan butanol dan dikocok dengan kecepatan konstan, didiamkan kemudian diamati pembentukan 2 fase yaitu fraksi butanol pada bagian atas dan fraksi air pada bagian bawah.

Semua fraksi yang diperoleh kemudian dikeringkan dengan cara menguapkan pelarut menggunakan rotatory evaporator serta dibantu dengan induksi panas dari oven bersuhu tidak lebih dari 80oC (4). Digunakan fraksi butanol dan fraksi air untuk diteliti.

Uji Organoleptis

Parameter organoleptis simplisia, ekstrak dan fraksi butanol dan air dari ekstrak etanol rimpang jeringau merah meliputi pendeskripsian bentuk, warna, bau untuk ekstrak dan fraksi serta bentuk, warna, bau dan rasa pada simplisia menggunakan pancaindera.

Penentuan parameter dilakukan untuk memberikan pengenalan awal yang sederhana dan seobjektif mungkin (6).

Uji Kualitatif Senyawa Flavonoid dan Fenol

Uji kualitatif metabolit sekunder dengan metode KLT dilakukan dengan menggunakan fase diam silica gel GF254 dengan panjang 8 cm dan lebar 2 cm. Sampel yang diuji adalah fraksi butanol dan fraksi air kental sebanyak 20 mg, masing-masing dilarutkan dengan metanol p.a 2 mL.

Fase diam diaktivasi dengan oven suhu 100oC selama 10 menit.

Identifikasi profil KLT merujuk pada penelitian Yuda et al. (2017) dengan modifikasi fase gerak yang digunakan adalah butanol, asam asetat glasial dan air dengan perbandingan (6:1:3) sebanyak 1 mL serta metanol sebanyak 4 mL (7). Masing-masing sampel uji yaitu fraksi air dan fraksi butanol dari ekstrak etanol jeringau merah pada plat KLT ditotolkan dan dielusi dengan menggunakan fase gerak. Elusi dihentikan ketika mencapai batas atas pada plat KLT yang telah ditandai. Penampak bercak yang digunakan untuk senyawa flavonoid adalah AlCl3 1% dengan reaksi positif warna biru atau kuning(8) sedangkan untuk senyawa fenol digunakan FeCl3 1% dengan reaksi positif biru atau hitam pekat(9).

(6)

Uji Kuantitatif Senyawa Flavonoid dan Fenol

Pengujian secara kuantitatif senyawa flavonoid dan fenol dilakukan dengan cara membuat baku terlebih dahulu.

Pembuatan baku pembanding untuk senyawa flavonoid menggunakan senyawa kuersetin yang ditimbang sebanyak 25 mg dan dilarutkan dalam labu ukur 25 ml menggunakan metanol sampai tanda batas. Larutan kuersetin dibuat dalam berbagai konsentrasi yaitu 9, 12, 15, 18, 21 dan 24 µg/ml dalam labu 10 ml dan ditambah metanol hingga tanda batas.

Masing-masing larutan dipipet sebanyak 2 ml dan ditambah pereaksi 0,1 ml aluminium klorida 10%, 0,1 natrium asetat (1 M) dan 2,8 ml air suling. Larutan dikocok dan dibiarkan bereaksi selama 30 menit pada suhu ruang. Salah satu seri konsentrasi digunakan untuk mengukur panjang gelombang maksimum pada rentang 400-500 nm. Setelah itu, larutan diukur pada panjang gelombang yang telah ditentukan. Kadar flavonoid total dinyatakan sebagai kuersetin (10). Pembuatan larutan baku asam galat sebagai pembanding senyawa fenol dilakukan dengan menimbang 25 mg asam galat dan dilarutkan dalam air

pada labu takar 25 mL. Larutan tersebut dibuat dalam berbagai konsentrasi yaitu 15, 25, 35, 45 dan 55 ppm. Masing-masing larutan diambil 1,0 mL dan dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL ditambah 500 µL Folin- Ciocalteu dan 2 mL natrium karbonat (10% b/v), selanjutnya ditambahkan air sampai tanda batas. Larutan yang telah direaksikan tersebut dipindahkan ke dalam tabung reaksi dan ditutup dengan lembar aluminium, kemudian dipanaskan pada suhu 50ºC selama 5 menit. Larutan yang sudah didinginkan selama 10 menit. Salah satu seri konsentrasi digunakan untuk mengukur panjang gelombang maksimum pada rentang 600-800 nm.

Dilakukan pengukuran kurva baku pada seri konsentrasi yang telah dibuat dengan panjang gelombang maksimum yang telah ditentukan (10). Pengujian senyawa flavonoid pada fraksi air dan fraksi butanol dari ekstrak etanol rimpang jeringau merah dilakukan mirip seperti pada saat mengukur larutan baku quersetin.

Konsentrasi yang digunakan untuk sampel adalah 3000 ppm. Pengujian senyawa fenol pada fraksi air dan fraksi butanol rimpang jeringau merah juga mirip seperti pada pengukuran

(7)

larutan baku asam galat dengan menggunakan konsentrasi sampel sebesar 300 ppm.

Perhitungan Total Flavonoid dan Total Fenol

Perhitungan total flavonoid dan total fenol pada fraksi air dan fraksi butanol dari ekstrak etanol rimpang jeringau merah pada dasarnya sama, yang membedakan hanya satuan pada hasil perhitungan. Total flavonoid diperoleh dalam satuan mg QE/gram sampel, dimana QE merupakan singkatan dari Quercetin Equivalent atau kesetaraan kuersetin. Sedangkan total fenol diperoleh dalam satuan mg GAE/gram sampel, dimana GAE merupakan singkatan dari Gallic Acid Equivalent atau kesetaraan asam galat. Secara matematis, perhitungan total flavonoid dan total fenol adalah sebagai berikut(11):

Fenol Total (mg GAE/g) =Cp x V x Fp M

Flavonoid Total (mg QE/g) =Cf x V x Fp M

Keterangan:

Cp = Kesetaraan Fenol (mg/L) Cf = Kesetaraan Flavonoid (mg/L)

V = Volume Sampel (L) Fp = Faktor Pengenceran M = Fraksi yang Ditimbang (g) HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian rimpang dari tanaman jeringau merah (Acorus sp.). Sampel diambil dari Tempat Budi Daya Ahmad Yani, Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat.

Herba atau tanaman utuh dari jeringau merah yang diperoleh adalah sebanyak 4 Kg. Herba kemudian dipisahkan lagi dan diperoleh bagian rimpang jeringau merah dengan total massa sebanyak 1,7518 kg atau sebesar 43,795%.

Rimpang kemudian dibentuk menjadi serbuk simplisia kering dan diperoleh bobot simplisia sebesar 531,18 gram atau sebesar 30,322%. Pengolahan simplisia dapat dilihat pada Gambar 1.

(a)

(8)

(b)

Gambar 1. (a) Proses Pengolahan Simplisia; (b) Hasil Perolehan Simplisia

Jeringau Merah

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi.

Metode ini dipilih karena dapat mengekstrak senyawa dengan baik dan dapat mencegah dekomposisi senyawa yang bersifat tidak tahan terhadap panas (12). Perolehan ekstrak kental dari hasil maserat adalah sebanyak 33,87 gram dari 300 gram simplisia yang dimaserasi, sehingga diperoleh persentase sebesar 11,29%.

Fraksinasi dilakukan setelah diperoleh ekstrak etanol rimpang jeringau merah. Pelarut yang digunakan dalam fraksinasi diantaranya n-heksan, diklorometana, etil asetat, butanol dan air. Hasil fraksi yang diambil untuk digunakan dalam penelitian adalah fraksi butanol dan fraksi air dengan hasil masing-masing adalah 5,8 gram dan 13,15 gram dari total 27,67 gram ekstrak. Diperoleh rendamen fraksi butanol dan fraksi air masing-masing 20,961% dan 47,524%. Proses ekstraksi dan fraksinasi dapat dilihat pada Gambar 2.

(a)

(b)

Gambar 2. (a) Proses Ekstraksi; (b) Proses Fraksinasi

Hasil uji organoleptis pada simplisia rimpang jeringau merah yakni berbentuk serbuk halus dengan warna cokelat muda yang beraroma manis serta memiliki rasa yang kelat dan agak pahit. Sedangkan untuk hasil ekstrak etanol dan fraksi air rimpang jeringau merah memiliki bentuk semi padat bertekstur liat serta berwarna cokelat kehitaman dan aroma yang manis. Hasil serupa juga terdapat pada fraksi butanol akan tetapi warna fraksi tersebut sedikit berbeda yakni cokelat muda. Hasil organoleptis pada rimpang jeringau merah ini terlihat identik dengan hasil penelitian oleh Kaushik et al. yakni pada uji makroskopik dan organoleptis bagian rimpang tanaman jeringau putih yang

(9)

merupakan saudara satu genus dengan jeringau merah (13).

Hasil Kromatografi Lapis Tipis (KLT) pada fraksi air dan fraksi butanol untuk mengetahui secara kualitatif kandungan senyawa fenol dan flavonoid menunjukkan adanya kedua senyawa tersebut setelah disemprotkan dengan penampak bercak AlCl3 1% dengan hasil bercak berwarna kuning yang dapat dilihat secara kasat mata pada sinar tampak yang berarti terdapat senyawa flavonoid pada fraksi air maupun fraksi butanol dari ekstrak etanol rimpang jeringau merah. Pada saat disemprotkan penampak bercak FeCl3

1% untuk menentukan ada tidaknya senyawa fenol pada kedua fraksi tersebut, terlihat bercak berwarna hitam pekat yang menunjukkan adanya kandungan senyawa fenolik.

Hasil KLT dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Profil KLT Fenol Fraksi Air dan Butanol Rimpang Jeringau Merah Sebelum Disemprot Reagen secara Visual

(1), pada UV 366 nm (2) dan UV 254 (3), Setelah Disemprot AlCl3 (4) serta FeCl3

Sinar Tampak (5)

Pengukuran kandungan senyawa flavonoid pada fraksi air dan fraksi butanol ekstrak etanol rimpang jeringau merah dilakukan menurut metode Chang yang memiliki prinsip mengukur kadar flavonoid total berdasarkan reaksi kompleksasi antara senyawa flavonoid dengan AlCl3 yang membentuk warna kuning sehingga terjadi pergeseran panjang gelombang dari UV menjadi visibel. Penambahan garam asetat seperti natrium asetat bertujuan untuk mempertahankan panjang gelombang pada posisi visibel

(14). Panjang gelombang maksimum senyawa kuersetin yang diperoleh adalah sebesar 433,5 nm. Hasil pengukuran sampel fraksi air dan fraksi butanol dari ekstrak etanol rimpang jeringau merah yang ditimbang sebanyak 50 mg dalam

1 2 3 4 5

(10)

wadah labu ukur 10 mL dan menggunakan pelarut aqua p.i untuk fraksi air dan metanol p.a untuk pada fraksi butanol yang membentuk larutan stok 5000 µg/mL atau ppm yang kemudian diencerkan menjadi konsentrasi 3000 µg/mL masing- masing adalah 6,160±0,190 mg QE/gram atau 0.616% dan 6,880±0,129 mg QE/gram atau 0.688% seperti pada Gambar 4.

Golongan senyawa flavonoid yang terukur dari hasil penentuan kadar ini diduga merupakan senyawa flavonol yang merupakan yang umumnya dalam bentuk glikosida (15). Glikosida-flavonoid umumnya lebih mudah larut dalam air dibanding aglikonnya (16), akan tetapi kandungannya mungkin tidak cukup banyak seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Susanah et al. (2018) pada ekstrak etanol rimpang jeringau putih yang merupakan saudara satu genus dari jeringau merah dengan total flavonoid sebesar 190,460 mg QE/ 100 gram ekstrak atau 1,905 mg QE/ gram ekstrak (17).

Gambar 4. Grafik Kadar Flavonoid Total Fraksi Air dan Fraksi Butanol dari Ekstrak Etanol Rimpang Jeringau Merah

Pengukuran kandungan senyawa fenolik secara kuantitatif menggunakan metode Folin Ciocalteau. Prinsip dari metode ini adalah dengan mereaksikan sampel dengan reagen Folin Ciocalteau sehingga membentuk reaksi kompleks dan menghasilkan campuran berwarna biru dari fosfomolibdat-fosfotungstat pada reagen tersebut yang direduksi senyawa fenolik dalam suasana basa yang dapat diukur dengan menggunakan spektrofotometri visible

(18). Panjang gelombang maksimum asam galat yang telah diukur adalah sebesar 757,5 nm. Hasil pengukuran kadar fenol total berdasarkan kesetaraan asam galat pada fraksi air dan fraksi butanol dari ekstrak etanol rimpang jeringau merah yang ditimbang sebanyak 10 mg dalam labu

0.616%

0.688%

0.000%

0.200%

0.400%

0.600%

0.800%

% TOTAL FLAVONOID

Kadar Flavonoid Total

Fraksi Air Fraksi Butanol

± 0.019

± 0.013

(11)

ukur 10 mL menggunakan pelarut aqua p.i untuk fraksi air dan metanol p.a untuk fraksi butanol sehingga menghasilkan larutan stok 1000 µg/mL atau ppm serta diencerkan pada konsentrasi 300 µg/mL masing- masing adalah 137,368±2,321 mg GAE/gram fraksi air atau 13.737% dan 103,146±2,219 mg GAE/gram fraksi butanol atau 10.315% seperti pada Gambar 5. Senyawa fenol yang diduga terkandung dalam fraksi jeringau merah adalah golongan asam sinamat atau asam benzoat yang merupakan golongan fenolik dari asam fenolat yang bersifat sangat polar. Hal ini didukung dengan pernyataan Mojzer et al. yang mengatakan bahwa senyawa-senyawa seperti fenolik yang sangat polar seperti asam sinamat dan asam benzoat lebih cocok diekstraksi menggunakan campuran alkohol-air atau aseton-air (19).

Gambar 5. Grafik Kadar Fenol Total Fraksi Air dan Fraksi Butanol dari Ekstrak Etanol Rimpang Jeringau Merah

KESIMPULAN

Penentuan kadar fenol dan flavonoid total dari fraksi air dan fraksi butanol dari ekstrak etanol rimpang jeringau merah (Acorus sp.) yang didukung oleh hasil kualitatif metode KLT dengan hasil positif melalui bercak warna kuning dan noda hitam pada plat yang menunjukkan adanya senyawa flavonoid dan fenol menghasilkan Kadar Flavonoid Total masing-masing 6,160±0,190 mg QE/gram dan 6,880±0,129 mg QE/gram. Sedangkan Kadar Fenol Total masing-masing adalah 137,368±2,321 mg GAE/gram dan 103,146±2,219 mg GAE/gram.

13.737%

10.315%

0.0%

6.0%

12.0%

18.0%

KADAR FENOL TOTAL (MG GAE/G FRAKSI)

Kadar Fenol Total

Fraksi Air Fraksi Butanol

± 0.232

± 0.222

(12)

DAFTAR PUSTAKA

[1] The Plant List (2013). Version 1.1. Published on the Internet;

http://www.theplantlist.org/1.

1/browse/A/Acoraceae/Acorus / (Accessed 18 November 2018).

[2] Marsusi, Setyawan AD, Listyawati S. Studi kemotaksonomi pada genus Zingiber. Jurnal Biodiversitas.

2001; 2(1): 92-97.

[3] Safrina N, Susanti R, Sari R. Uji efek antiinflamasi ekstrak etanol rimpang jeringau merah (Acorus Sp.) terhadap radang kaki tikus jantan galur wistar yang diinduksi karagenan. Jurnal CDK-265. 2018; 45(6): 409- 413.

[4] Dalimunthe CI et al. Identifikasi dan uji metabolit sekunder bangun-bangun (Coleus amboinicus) terhadap penyakit jamur akar putih (Rigidoporus microporus) di laboratorium.

Jurnal Penelitian Karet. 2016;

34(2): 189-200.

[5] Kusumowati ITD, Melannisa R, Ratri K. Korelasi kandungan fenolik dan aktivitas antioksidan

daun jambu mete. Jurnal Biomedika; 2011; 3(2): 25-8.

[6] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Parameter standar umum ekstrak tumbuhan obat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia;

2000.

[7] Yuda PESK, Cahyaningsih E, Winariyanthi NLPY. Skrining fitokimia dan analisis kromatografi lapis tipis ekstrak tanaman patikan kebo (Euphorbia hirta L.). Jurnal Medicamento. 2017; 3(2): 62- 70.

[8] Yuniati WW, Anam K, Kusrini D. Isolasi, karakterisasi dan uji aktivitas antioksidan flavonoid dari ekstrak air kulit batang ketapang kencana (Terminalia muelleri Benth.). Jurnal Sains dan Matematika. 2012; 20(3):

71-76.

[9] Harborne JB. Metode fitokimia Edisi kedua. Bandung: ITB;

1987.

[10] Hanani MSE. Analisis fitokimia.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2015.

[11] Goyal PK, Verma SK, Sharma AK. Quantification of total

(13)

phenolic and flavonoid contents, and evaluation of free radical scavenging potential of Vernonia cinerea. Asian Pasific Journal of Health Sciences.

2017; 4(3): 279-287.

[12] Tursiman, Ardiningsih P, Nofiani R. Total fenol fraksi etil asetat dari buah asam kandis (Garcinia dioica Blume). Jurnal Kimia Khatulistiwa. 2012; 1(1):

45-8.

[13] Rahul K, Binu S, Deepika G, Jainender J, Pushpendra P.

Establishment of monograph of Acorus calamus Linn. rhizomes.

Journal of Drug Delivery &

Therapeutics. 2012; 2(3): 136- 40.

[14] Safitri I, Nuria MC, Puspitasari AD. Perbandingan kadar flavonoid dan fenolik total ekstrak metanol daun beluntas (Pluchea indica L.) pada berbagai metode ekstraksi.

Jurnal Inovasi Teknik Kimia.

2018; 3(1): 31-6.

[15] Arifin B. Struktur, bioaktivitas dan antioksidan flavonoid.

Jurnal Zarah. 2018; 6(1): 21-9.

[16] Sordon S, Poplonski J, Huszcza E. Microbial glycosylation of

flavonoids. Polish Journal of Microbiology. 2016; 65(2): 137- 51.

[17] Susanah RW, Retno K, Dira SIM. Total phenolic and flavonoid contents and antimicrobial activity of Acorus calamus L. rhizome ethanol extract. Research Journal of Chemistry and Environment.

2018; 22(II): 65-70.

[18] Alfian R, Susanti H. Penetapan kadar fenolik total ekstrak metanol kelopak bunga rosella merah (Hibiscus sabdariffa Linn.) dengan variasi tempat tumbuh secara spektrofotometri.

Jurnal Ilmiah Kefarmasian.

2012; 2(1): 73-80.

[19] Mojzer EB, Hrncic MK, Skerget M, Knez Z, Bren U.

Polyphenols: Extraction methods, antioxidative action, bioavailability and anticarcinogenic effects. Journal of Molecules. 2016; 21,901: 1- 38

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai contoh, pada pendeteksian tepi metode Prewitt nilai dari piksel tepi pada arah vertikal dari suatu citra diperoleh dari selisih antara jumlah nilai kolom

likuiditas, beban klaim, agent’s balance to surplus, pertumbuhan premi, sedangkan 72.6% dari Nilai saham dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian

Dari daftar penggunaan unsur kohesi tersebut, terlihat bentuk kohesi yang cenderung digunakan pada data, yaitu berupa repetisi yang terdapat pada 10 teks sebanyak 25 buah..

0HQXUXW 2QRQJ ³3HUHQFDQDDQ GDSDW GLDUWLNDQ VHEDJDL proses penyusunan materi pembelajaran, pengunaan media, pendekatan metode pembelajaran, dan penilaian dalam suatu

Sebelum melaksanakan kegiatan, tahap pertama yang harus dilakukan adalah membuat Rencana Kerja Harian (RKH), dimulai dengan pemilihan tema pembelajaran, kemudian indikator

Dalam penelitian ini dilakukan dalam 2 tahapan yaitu: tahapan pertama meliputi tahapan penentuan panelis, sesuai dengan rumus Slovin maka sampel panelis yang akan

Secara kuantitatif hasil penelitian total asam dan derajat keasaman nira kelapa dengan penambahan campuran kulit kayu nangka dan kapur belum dapat menggantikan sabun untuk

Dalam penelitian ini, dilakukan wawancara kepada pemilik dan karyawan Koperasi Masyarakat Industri Rakyat (KOPMIR) Kendal tersebut, kemudian observasi langsung pada