• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Klasifikasi Tanaman Kelapa Sawit :

Divisi : Embryophyta Siphonagma Kelas : Angiospermaeae

Ordo : Monocotyledoneae Famili : Arecaceae

Subfamili : Cocoideae Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq (Pahan, 2015)

2.1.1 Akar (Radix)

Tanaman kelapa sawit mempunyai akar serabut yang terdiri dari akar primer, sekunder, tertier, dan kuarter. Akar primer tumbuh ke bawah permukaan tanah, sedangkan akar sekunder, tertier, dan kuarter tumbuh sejajar dengan permukaan tanah. Secara umum fungsi utama akar adalah menyangga bagian atas tanaman, menyerap air, dan unsur hara dari dalam tanah (Imam dan Yustina, 2001).

2.1.2 Batang (Caulis)

Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil, batangnya tidak mempunyai kambium, dan umumnya tidak bercabang. Batang kelapa sawit tumbuh tegak dibungkus oleh pangkal pelepah daun. Batang berbentuk silender berdiameter 0,5 m pada tanaman dewasa. Bagian bawah batang umumnya Iebih besar disebut bongkol batang. Sampai umur 3 tahun batang belum terlihat karena masih terbungkus pelepah daun yang belum dipangkas (Lubis, 1992).

(2)

5 2.1.3 Daun (Folium)

Pada tanaman muda mengeluarkan 30 daun (pelepah) pertahun dan pada tanaman tua antara 18-24 pelepah. Jumlah daun yang di pertahankan di tajuk pada tanaman dewasa 40-46 buah dan selebihnya dibuang pada saat panen ataupun penunasan. Ciri-ciri daun yang bagus adalah berwarna hijau cerah dan kilat, lebar, panjang, dan tidak ada gangguan hama. Leaf area dipengaruhi oleh umur tanaman, jenis tanah, tingkat pemeliharaan. Pada tanaman yang mempunyai jumlah anak daun yang banyak dan ukurannya lebih panjang dan lebar mempunyai leaf area yang tinggi. Diharapkan leaf area yang tinggi mampu memberikan produksi yang tinggi pula (Wahyuni, 2008).

Daun kelapa sawit terdiri dari beberpa bagian yaitu :

1. Kumpulan anak daun yang mempunyai helaian (lamina) dan tulang anak daun (midrib)

2. Rachis yang merupakan tempat anak daun melekat

3. Tangkai daun (petiole) yang merupakan bagian antara daun dan batang 4. Seludang daun (sheath) yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup

danmemberi kekuatan pada batang.

2.1.4 Bunga (Flos)

Tanaman kelapa sawit mulai berbunga pada umur sekitar 2 tahun.

Pembungaan kelapa sawit termasuk monoccious yaitu bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu pohon tetapi tidak pada satu tandan yang sama. Kadang dijumpai dalam satu tandan terdapat bunga jantan dan bunga betina, bunga seperti ini disebut bunga banci (hermaprodit). Tanaman kelapa sawit dapat menyerbuk secara silang dan juga menyerbuk sendiri.

Bunga jantan dan bunga betina keluar dari ketiak pelepah daun. Satu tandan bunga jantan terdiri dari kurang Iebih 200 spiklet, dalam satu spikiet terdapat 700-1.000 bunga jantan. Dalam satu tandan bunga jantan terdapat sekitar 50 g tepungsari. Satu tandan bunga betina terdiri dari kurang lebih 200 spiklet, dalam satu spikiet terdapat kurang Iebih 20 bunga betina.

(3)

6

Dalam satu tandan bunga betina terdapat kurang Iebih 3.000 bunga betina (Fauzi et al, 2003)

2.1.5 Buah (Fructus)

Jumlah buah dalam satu tandan dewasa dapat mencapai kurang Iebih 2.000 buah. Panjang buah antara 2-5 cm dan beratnya berkisar 10-20 g. Warna buah kelapa sawit tergantung dari varietas dan umurnya. Buah yang masih muda berwarna hijau pucat kemudian berubah warna menjadi hijau hitam.

Semakin tua warna buah menjadi kuning muda dan pada waktu masak berwarna merah kuning. Perubahan warna pada buah terjadi karena proses pembentukan minyak pada daging buah dan butir-butir minyak mengandung zat warna carotein. Berdasarkan tebal tipisnya cangkang dan kandungan minyak dalam buah maka kelapa sawit dibedakan dalam 3 tipe yaitu :

a. Tipe Dura : cangkang sangat tebal, kandungan minyak dalam buah rendah.

b. Tipe Pisifera : cangkang sangat tipis bahkan hanya berbentuk bayangan cincin dan hampir tidak bertempurung, kandungan minyak dalam buah tinggi.

c. Tipe Tenera : Merupakan persilangan Dura sebagai pohon ibu dengan Pisifera sebagai pohon bapak . Tenera bertempurung tipis dan kandungan minyak tinggi.

(4)

7 2.2 Bahan Tanaman Bibit D x P PPKS

Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) adalah lembaga di bawah PT Riset Perkebunan Nusantara yang melakukan penelitian dan pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Lembaga ini berpusat di Medan, Puslitbun Marihat, dan Puslitbun Bandar Kuala. PPKS merupakan salah satu perusahaan produsen bibit kelapa sawit unggul yang di Indonesia yang berstandar Internasional Sumatera Utara. PPKS merupakan gabungan dari 3 lembaga penelitian yaitu Pusat Penelitian Perkebunan (Puslitbun) Medan sesuai dengan sistem manajemen mutu. Bibit kelapa sawit siap tanam yang telah melalui proses seleksi dan pengujian dari program pemuliaan tanaman dalam waktu puluhan tahun. Salah satu penyedia bibit kelapa sawit PPKS Medan yaitu di Kebun Aek Pancur yang terletak di Desa Aek Pancur Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara.

2.3 Pembibitan Kelapa Sawit 2.3.1 Tahapan Pembibitan

Pemibibitan dua tahap (double stage) lebih banyak digunakan dan untuk memiliki keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan pembibitan satu tahap. Jika didalam menggunakan pembibitan dua tahap, luasan pembibitan menjadi lebih kecil yang untuk memungkinkan untuk di buat naungan. keuntungan lainnya, penyiraman menjadi mudah, jadwal pemupukan menjadi mudah , dan bibit terhindar dari penyinaran matahari secara langsung sehingga resiko kematian tanaman menjadi kecil. Jika menggunakan pembibitan satu tahap ( langsung didalam menggunakan polybag besar ) , luas areal yang dibutuhkan cukup besar dan penggunaan naungan tidak efektif. Selain itu , proses penyiraman dan pengawasan menjadi lebih sulit karena tidak semua tanaman dapat di pantau (Dalimunte, 2009).

(5)

8 2.3.2 Pelaksanaan Pembibitan a. Pemilihan Lokasi

Menurut (Pahan 2008) sebelum menentukan lokasi , perlu dilakukan untuk peninjauan ke lokasi perencanaaan pembibitan. Hal ini perlu dilakukan terutama pada lokasi yang baru dibuka seperti hutan atau areal yang belum dikenal. Lokasi pembibitan kelapa sawit baik di kebun tradisional maupun di areal pengembangan harus memperhatikan syarat- syarat sebagai berikut : 1. Topografi datar untuk memudahkan pengaturan bibit dan mengurangi erosi akibat hujan lebat dan penyiraman. Sebisa mungkin lokasi pembibitan terletak di tengah kebun

2. Dekat dengan sumber air dan air yang tersedia cukup banyak terutama pada musim kemarau yaitu setara dengan curah hujan 10mm per hari.

3. Drainase harus baik sehingga air hujan tidak akan tergenang . 4. Lokasi harus mudah didatangi dan jalan ke pembibitan harus baik.

5. Areal harus jauh dari sumber hama dan penyakit , tersanitasi dengan baik dan terbuka, serta tidak terhalang oleh pohon-pohon besar atau bangunan (Pahan 2008)

b. Luas Pembibitan

Kebutuhan areal pembibitan umumnya 1,0 -1,5% dari luas areal pertanaman yang direncanakan. Luas areal yang dibutuhkan tergantung pada jumlah bibit dan jarak tanam yang digunakan. Dalam menentukan luasan pembibitan perlu memperhitungkan pemakaian jalan. Untuk setiap hektar pembibitan diperlukan jalan pengawasan sepanjang 200 m dengan lebar 5 m.

c. Bahan Tanaman

Bahan tanaman kelapa sawit unggul bisa berasal dari hasil persilangan berbagai sumber (inter and intra specific Crossing) dengan metode reciprocal reccurent selection (RRS). Di samping itu, bahan tanaman kelapa sawit unggul juga bisa dihasilkan dari pemuliaan pada tingkat

(6)

9

molekuler yang diperbanyak secara vegetatif dengan teknik kultur jaringan.

Bahan tanaman kelapa sawit yang umum ditanam di perkebunan komersial yaitu persilangan dura x pisifera (D x P) yang disebut tenera.

d. Sistem Pembibitan

Persiapan pembibitan menentukan sistem pembibitan yang akan dipakai dengan melihat keuntungan dan kerugian secara komprehensif. Keputusan menggunakan di sistem pembibitan dua tahap - misalnya akan membawa dampak pada igor bibit yang akan dihasilkan dan biaya harus dikeluarkan.

e. Media Tanam

Media tanam yang digunakan harus mudah didapat dengan harga yang murah. Penggunaan tanah (topsoil) masih menjadi pilihan utama sebagai media tanam dalam pembibitan tanaman karena sangat subur dan banyak mengandung bahan organik. Penggunaan tanah lapisan atas dalam jumlah besar dapat berdampak negatif terhadap keseimbangan lingkungan, sehingga penggunaan dan pengambilan tanah lapisan atas secara besar- besaran harus dihindari (Sasli 2011).

f. Kantong Polibag

Pada tahap pembibitan awal polibag yang digunakan berwarna putih atau hitam dengan ukuran panjang 22 cm, lebar 14 cm, dan tebal 0,07 mm. Pada tahap pembibitan utama digunakan polibag berwarna hutam dengan ukuran panjang 50 cm, lebar 37-40 cm, dan tebal 0,2 mm.

(7)

10 2.3.3 Pemeliharaan Pembibitan a. Penyiraman

Dwiyana et al., (2015) menyatakan bahwa salah satu cara memacu pertumbuhan bibit kelapa sawit adalah tersedianya media tumbuh yang mempertimbangkan kondisi aerasi dan ketersediaan air. Air juga sangat diperlukan bibit kelapa sawit karena dibutuhkan untuk keperluan fotosintesis, memelihara protoplasma, serta traslokasi hara ataupun fotosintat (Nababan et al., 2014). Penyiraman bibit kelapa sawit umumnya dilakukan pada pagi dan sore hari, penyiraman pagi pada pukul 07.00 WIB sampai 11.00 WIB, sedangkan sore hari mulai pukul 16.00 WIB (Dwiyana et al., 2015). Kebutuhan air pada bibit pre nursery berkisar antara 0,1-0,3

liter/hari, sedangkan bibit main nursery berkisar 1-3 lter/hari (Wibisono, 2014).

b. Pemupukan

Pemupukan memberikan kontribusi yang sangat luas dalam meningkatkan produksi dan kualitas produk yang dihasilkan. Salah satu efek pemupukan yang sangat bermanfaat yaitu meningkatnya kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim yang tidak menguntungkan (Fauzi et al., 2003).

c. Pengendalian Hama & Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit adalah melakukan tindakan peyemprotan untuk pengendalian hama dan penyakit pembibitan kelapa sawit umumnya tidak dianjurkan sehingga sangat penting untuk mengetahui hama dan penyakit umum di pembibitan.

(8)

11 2.4 Unsur Hara Tanaman Kelapa Sawit

2.4.1 Pupuk Makro

1. Pupuk Unsur N (Nitrogen)

Unsur nitrogen merupakan salah satu unsur penyusun protein sebagai pembentuk jaringan dalam makhluk hidup, dan didalam tanah unsur N sangat menentukan pertumbuhan pertembuhan tanaman, pengujian nitrogen dilakukan menggunakan metode kjedahl. Nitrogen pada tanaman berfungsi pada pembentukan protein, sintesis klorofil dan proses metabolisme.

Nitrogen menyusun senyawa organik penting misalnya asam amino, protein dan asam nukleat (Goh dan Hardter, 2010).

2. Pupuk unsur P ( Phospate )

Munawar(2011) menyatakan bahwa posfor merupakan komponen struktural dari sejumlah senyawa melokekul serta senyawa sistem informasi genetik DNA dan RNA. Unsur P merupakan bagian penting dalam proses fotosintesis dan metabolisme karbohidrat sebagai fungsi regulator pembagian hasil fotosintesis antara sumber dan organ reproduksi, pembentukan intisel , pembelahan dan perbanyakan sel, pembentukan lemak dan albumin, organisasi sel, dan pengalihan sifat -sifat keturunan .

Phosfor merupakan unsur hara yang terpenting bagi tumbuhan setelah nitrogen. Phosfor juga merupakan unsur hara esensial tanaman tidak ada unsur lain yang dapat mengganti fungsinya didalam tanaman, sehingga tanaman harus mendapatkan P secara cukup untuk pertumbuhannya secara normal. Fungsi penting phosfor didalam tanaman yaitu dalam proses fotosintesis, respirasi, transfer dan penyimpanan energi, pembelaan sel serta proses proses dalam tanaman lainnya (Winarso, 2005 ).

3. Pupuk Unsur Kalium (K)

Kalium (K) berperan dalam pembentukan protein dan karbohidrat, pengerasan bagian kayu dari tanaman, peningkatan kualitas biji dan buah serta meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan

(9)

12

penyakit. Tanaman yang kekurangan unsur K akan mengalami gejala kekeringan pada ujung daun, terutama daun tua. Ujung yang kering akan semakin menjalar hingga ke pangkal daun. Kekurangan unsur K pada tanaman buah buahan mempengaruhi rasa manis buah. Kekurangan kalium dapat menghambat pertumbuhan tanaman, daun tampak keriting dan mengkilap. Selain itu, juga dapat menyebabkan tangkai daun lemah sehingga mudah terkulai dan kulit biji kering (Winarso 2005).

4. Pupuk Unsur Magnesium (Mg)

Pupuk magnesium (mg), diperlukan dalam jumlah cukup banyak berfungsi dalam proses fotosintesis. Kekurangan unusur Mg ditandai dengan gejala ujung daun tua nampak kekuningan jika terkena sinar matahari, sedangkan daun yang terlindung tidak terjadi hal tersebut. Sumber hara Mg adalah kapur dolomit.

5. Pupuk Unsur Sulfur (S)

Sulfur diserap dalam bentuk SO4 belerang (S) yang larut dalam air akan segera diserap akar tanaman, karena zat ini sangat diperlukan tanaman pada pertumbuhan pemula dan perkembangannya. Pupuk yang didalamnya terdapat senyawa belerang yaitu amonium sulfat dan supersolfat.

6. Pupuk Unsur Kalisium Clorida (K)

Pupuk KCl (Kalium Chloride) atau juga dikenal dengan nama pupuk MoP (Muriate of Potash) adalah pupuk kalium tunggal yang paling populer dengan kandungan K2O sekitar 60% dan chlorine sekitar 35%, pupuk SoP (Sulphate of Potash) atau pupuk ZK dengan kandungan kalium 50% dan sulfur berkadar 17%, pupuk kombinasi NPK 10-20-40 (kandungan kalium sebanyak 40%, lebih tinggi dibanding kandungan fosfat yang 20% maupun nitrogen yang berjumlah 10%) misalnya, kemudian pupuk MKP (Mono Kalium Phosphat) dan DKP (Double Kalium Phosphate) serta pupuk Kaliphos dengan kandungan kalium tinggi (minimum 30%) yang

(10)

13

dikombinasikan dengan kadar fosfat yang juga tinggi (minimum 50%), pupuk jenis ini biasa digunakan untuk menginduksi pembungaan pada tanaman dewasa, sertapupuk-pupuk yang mengandung kalium dalam kadar tinggi lainnya.

7. Pupuk Unsur Kalsium (Ca)

Kalsium (Ca) yang banyak terdapat dalam cangkang telur merupakan salah satu unsur hara makro, yakni unsur hara yang diserap oleh tanaman dalam jumlah yang cukup banyak. Menurut Subreto et a/. (2005), kalsium merupakan unsur yang dibutuhkan oleh semua tanaman dan Ca didalam tanah diserap dalam tanah diserap dalam bentuk ion Ca2+. Kekurangan unsur Ca akan mengakibatkan pertumbuhan ruas dan tunas tidak normal (rusak), atau kerusakan pada ujung - ujung akar tanaman. Ca berfungsi juga sebagai unsur yang dapat meningkatkan kemampuan tanaman dalam menyerap unsur N dan dapat mengaktifkan beberapa enzim tanaman.

2.4.2 Pupuk Mikro

Unsur hara esensial mikro adalah Fe,Mn,Zn,Cu,Mo,B,Cl. Perhatian terhadap unsur hara mikro masih relatip, namun demikian teknologi budidaya pertanian saat ini berpengaruh mendorong untuk memperhatikan usur hara mikro dengan beberapa alasan :

1) Pemakaian paritas usnggul dan pupuk makro dalam dosis tinggi dapat mempertajam menurunnya unsur mikro yang diangkut.

2) Kemampuan manisia menggenali gejala kekurangan unsur hara mikro.

3) Usaha-usaha manusia yang terus-menerus untuk meningkatkan produksi.

Bahan induk mempengaruhi kandar unsur mikro tanah. Kekurangan unsur mikro sering di hubungkan dengan kadar unsur mikro yang rendah dari batuan induk. Besi, mangan, seng dan tembaga dijumpai sebagai senyawa oksida, sulpida dan selikat dalam tanah. Boron sebagai boron silikatatau silikat, mauly bdenum sebagai sulpida atau maulydan dan kelor sebagai

(11)

14

kolrida. Dalam proses pembentukan tanah, mineral yang mengandung unsurmikro menggalami perubahan dan angka membentuk :

1) oksida atau sulsida dari Fe, Me, Cu, Zn.

2) silikat sekunder yang mengandung Fe,Mn 3) anion-anion berat molidbed

Bahan orgaik merupakan sumber unsur mikro kedua yang penting kadar unsur mikro dalam lapisan atas tanah yang belum di ngarap lebih banyak dari pada lapisan bawah karena sebagai berupa senyawa organik. Stelah menggalami proses dikomposisi, unsur mikro yang dikandungnya dapat dibebaskan.

Keadaan tanah yang kekurangan unsur mikro : 1. tanah-tanah organik

2. tanah pasir berreaksi masam, telah menggalami pencucian berat 3 tanah berpH (kekurangan Pe dan Mn

3. berderenase buruk/ terus-menerus tergenang

4. tanah yang terus menerus ditanami dan di pupuk dosis tinggi

2.5 Pupuk Organik

2.5.1 Defenisi Pupuk Organik

Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi mahluk hidup.

Keunggulan dari penggunaan pupuk organik yaitu dapat memperbaiki sifat kimia dan fisika tanah, meningkatkan daya serap tanah terhadap air, meningkatkan efektivitas mikroorganisme tanah, sumber makanan bagi tanaman, ramah lingkungan, dan meningkatkan kualitas produksi.

Berdasarkan keadaan fisiknya, pupuk organik dibedakan menjadi dua yaitu pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Pupuk organik cair adalah jenis pupuk organik yang bentuknya berupa cairan, sementara itu Jurnal Ilmiah Pertanian (JIPERTA), pupuk organik padat adalah jenis pupuk yang bentuknya berupa padatan, seperti pupuk kandang, pupuk hijauan, kompos, dan humus (Pranata, 2010).

(12)

15 2.5.2 Bahan-Bahan Pupuk Organik

Pemberian pupuk organik akan mampu menciptakan kondisi kesuburan tanah yang baik terutama kesuburan fisik dan kesuburan biologi tanah, sehingga meningkatkan kemampuan tanah dalam menyediakan air, menjamin kondisi aerase dan drainasi tanah yang baik, perkembangan peredaran tanah serta aktifitas mikro organisme tanah dalam menguraikan unsur hara yang dibutuhkan tanaman (Sastrosayono, 2005).

2.5.3 Keunggulan Pupuk Cair

Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau disebut sebagai pupuk cair foliar yang mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik). Pupuk organik cair selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, juga membantu meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif pengganti pupuk kandang (Lestari, 2013).

2.5.4 Bentuk-Bentuk Pupuk Organik 1. Pupuk kandang

Pupuk kandang yang digunakan petani merupakan campuran dari kotoran padatan, air kencing, amparan dan sisa pakan. Komposisi amparan sangat mempengaruhi mutu dan harga terutama pada pupuk kandang unggas, sebab makin banyak bahan amparan mengakibatkan bahan padatan kotoran unggas makin sedikit. Untuk tanaman berumur pendek, maka pupuk kandang unggas lebih disarankan, karena lebih cepat bereaksi sekaligus lebih cepat habis, sedangkan untuk tanaman berumur panjang disarankan pupuk kandang ternak ruminansia meskipun reaksinya lambat namun dapat bertahan lama.

Pupuk kandang cukup baik diberikan kepada tanaman sayur-sayuran dan buah-buahan, bahkan pupuk kandang dapat digunakan untuk usaha tani intensif , manfaat pupukn kandang tersebut bukanlah karena kandungan

(13)

16

haranya, namun lebih kepada adanya sejumlah besar bahan organik yang mudah lapuk yang masuk kedalam tanah.

2. Pupuk hijau

Pupuk hijau adalah bahan hijauan yang dibenamkan kedalam tanah untuk mempertahankan dan meningkatka kemampuan tanah berproduksi. Pupuk hijau memberikan keuntungan yaitu : menyulai bahan organik bagi tanah, menambah nitrogen ke tanah, merupakan makanan bagi mikroorganisme, dan mengawetkan atau meningkatkan ketersediaan bahan organik.

Tanaman legume atau kacang-kacangan berpengaruh baik digunakan untuk sumber pupuk hijau. Hal ini disebabkan tanaman kacang-kacangan mampu menambat nitrogen. Sifat-sifat yang diinginkan untuk tanaman sebagai sumber pupuk hijau adalah : cepat tumbuh, tanaman bagian atas banyak dan sukulen, dan tanaman tersebut sanggup tumbuh pada tanah yang subur.

3. Kompos

Kompos merupakan proses pelapukan bahan organik segar dengan bantuan mikroorganisme. Pengomposan terbagi dalam pengomposan aerob yang tidak menimbulkan bau busuk dan terjadi pelepasan energi lebih besar, sebaliknya pengomposan anaerob atau langka oksigen umunya menimbulkan bau busuk dan energi yang dilepas cukup kecil.

(14)

17

2.6 Lalat Tentara Hitam ( Hermetia illucens )

2.6.1 Taksonomi dan Fisiologi (Hermetia illucens)

Larva BSF atau dalam nama ilmiah yaitu Hermetia illucens L. Memiliki klasiikasi taksonomi sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Serangga Ordo : Diptera

Famili : Stratiomyidae Subfamili : Hermetiinae Genus : Hermetia

Spesies : Hermetia illucens

Ordo Diptera merupakan ordo keempat terbanyak dikonsumsi oleh manusia.

Ordo ini memiliki 16 famili, diptera merupakan kelompok serangga yang memiliki kapasitas reproduksi terbesar, siklus hidup tersingkat, kecepatan pertumbuhan yang tinggi, dan dapat mengonsumsi pakan yang variatif dari jenis materi organik. Serangga merupakan sumber zat seng terbaik dengan rentang nilai sebesar 61,6 hingga 340,5 mg/kg berat kering (Morales-Ramos et al. 2014).

Larva BSF dapat diberi berbagai macam pakan, diantaranya adalah sampah dapur, buah-buahan, sayuran, hati, limbah ikan, limbah perkotaan, limbah manusia, dan kotoran hewan. Fleksibilitas dari pakan larva BSF dapat menjadi serangga yang ideal dalam memproduksi protein. Namun perbedaan pakan dapat mempengaruhi proses perkembangan dari larva BSF. Maka dibutuhkan formulasi yang tepat dalam pemberian pakan terhadap larva BSF agar memaksimalkan produksi dan eisiensi. Menurut Wang dan Shelomi (2017) beberapa Larva BSF dapat mengonsumsi berbagai makanan dengan variasi rasa mikroba yang digunakan sebagai proses pra perlakuan dapat meningkatkan kemampuan pencernaan dari larva

(15)

18

BSF, proses perkembangan larva, serta peningkatan massa dari tahap pra- pupa. Solusi potensial dari penentuan pakan ini yaitu penggunaan probiotik (Dossey et al. 2016).

Hermetia illucens adalah lalat hitam yang berguna dan menjadi sahabat

manusia. Lalat ini merupakan serangga endemik di tropika, dan sekarang tersebar di seluruh dunia.Larva lalat hitam dengan mudah dapat dijumpai pada tumpukan kompos yang ada di sekitar kita (FAO, 2013). Dengan demikian proses biokonversi dapat dilakukan lokal, tidak perlu mendatangkan makhuk baru atau asing di tempat tersebut (Anonim, 2016).

Lalat hitam suka dengan temperatur yang hangat > 30 oC dan optimum sekitar 40 oC, di wilayah yang dingin lalat hitam kurang berkembang. Lalat hitam mungkin sudah lama hidup berdampingan dengan manusia, namun demikan tidak laporan penyebaran penyakit oleh lalat tersebut baik terhadap manusia atau ternak. Larva lalat hitam dapat hidup di aneka limbah organik dengan berbagai kadar garam, alkohol atau senyawa toksik lainnya. Selain mengolah limbah makanan, larva mampu mengolah feses manusia dan kotoran ternak. Larva yang sudah dewasa tanpa bantuan manusia akan naik dan keluar dari reaktor masuk pada penampung yang disediakan.

2.6.2 Siklus Hidup Lalat

Fase telur dalam larva BSF menandakan permulaan siklus hidup sekaligus berakhirnya tahap hidup sebelumya, di mana jenis lalat ini menghasilkan kelompok telur (juga biasa disebut ovipositing). Lalat betina meletakkan sekitar 400 hingga 800 telur di dekat bahan organik yang membusuk dan memasukkannya ke dalam rongga-rongga yang kecil, kering, dan terlindung (Holmes et al. 2012). Betina tersebut akan mati tidak lama setelah bertelur.

Telur-telur tersebut diletakkan dekat dengan bahan organik yang membusuk supaya saat menetas nanti larva dapat dengan mudah menemukan sumber makanan di sekitar mereka, karena ditempatkan dalam rongga-rongga yang terlindungi dari pengaruh lingkungan. Pada umumnya, telur-telur tersebut

(16)

19

menetas setelah satu hingga dua hari. Larva yang baru menetas, yang berukuran hanya beberapa millimeter, segera mencari makan dan memakan sampah organik di sekitarnya. Larva akan memakan bahan organik yang membusuk tersebut dengan rakus, sehingga ukuran tubuhnya yang awalnya hanya beberapa millimeter itu akan bertambah panjangnya menjadi 2,5 cm dan lebarnya 0,5 cm, sedangkan warnanya menjadi agak krem. Pada kondisi optimal dengan kualitas dan kuantitas makanan yang ideal, pertumbuhan larva akan berlangsung selama 12-13 hari. Waktu dari telur hingga pra-pupa berkisar dari 22-24 hari pada suhu 27 C . (Tomberlin et al. 2002) Siklus hidup lalat BSF disajikan pada gambar sebagai berikut :

Sumber : teknologi solusi dunia peternakan Gambar 2.6.2 gambar siklus hidup lalat

2.6.3 Aktivitas Lalat

Aktivitas larva hermetia illucens setelah menetas, larva BSF mulai memakan sampah yang diberikan, dan dapat mereduksi sampah hampir 55%

berdasarkan berat bersih sampah (Dinier 2010). Larva BSF tidak memiliki jam istirahat namun mereka tidak juga makan sepanjang waktu (Alvarez 2012). Kadar air optimum pada makanan larva BSF adalah 6090 % (Diener et Al. 2011).

Larva lalat BSF ini tergolong "kebal" dan dapat hidup di lingkungan yang cukup ekstrim, seperti di media/sampah yang banyak mengandung garam,

(17)

20

alkohol, acid/asam dan amonia. Mereka hidup di suasana yang hangat, dan jika udara lingkungan sekitar sangat dingin atau kekurangan makanan, maka larva BSF tidak mati tapi mereka menjadi fakum atau tidak aktif menunggu sampai cuaca menjadi hangat kembali atau makanan sudah kembali tersedia.

Mereka juga dapat hidup dalam toleransi pH yang cukup tinggi, tidak membawa gen penyakit, mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi, masa hidup sebagai larva cukup lama (± 4 minggu), dan mudah dibudidayakan (Suciati & Faruq 2017).

Referensi

Dokumen terkait

Dimana apabila menunjukan status tersedia dari sebuah sarana pada suatu tanggal tertentu itu artinya sarana tersebut masih bisa untuk dilakukan pemesanan karena

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Ayu Sari dan Rina Harimurti dengan judul Sistem Pakar untuk Menganalisis Tingkat Stres Belajar pada Siswa

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis akan meneliti pengaruh dari penerapan PSAK 24 khususnya mengenai imbalan pascakerja terhadap risiko perusahaan dan

Achmad Wardi - Badan Wakaf Indonesia bekerjasama dengan Yayasan Dompet Dhuafa Republika sebagai pengelola RS - Masyarakat dhuafa (gratis disubsidi dana zakat).

Sementara untuk tujuan makalah ini adalah merancang Sinkronisasi dan CS pada audio watermarking, menganalisis kualitas audio yang sudah disisipkan watermark dibandingkan

Atas dasar penelitian dan pemeriksaan lanjutan secara seksama terhadap berkas yang diterima Mahkamah Pelayaran dalam Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan (BAPP)

Setelah 4-5 jam dalam pelayarannya kapal mengalami cuaca buruk dan ombak besar, Saksi melaporkan kepada Tersangkut Nakhoda bahwa kapal bocor dan diperintahkan

Kondisi lain yang ada adalah masyarakat yang bertanggungjawab mengelola kampung budaya ini belum paham apa yang harus disiapkan untuk memberikan kepuasan kepada