UJI EFEKTIFITAS DUA JENIS MIKORIZA (Glomus sp. Dan
Acaulospora sp). DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN BIBITTANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.)
Oleh:
ANDI RIZAL ANMAR 11 22 166
JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP
2015
HALAMAN PEGESAHAN TUGAS AKHIR
UJI EFEKTIFITAS DUA JENIS MIKORIZA (Glomus sp. dan
Acaulospora sp). DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN BIBITTANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.)
Disusun Oleh : ANDI RIZAL ANMAR
11 22 166
Sebagai Salah Satu Syarat Penyelesaian Studi Pada Jurusan
Budidaya Tanaman Perkebunan
Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Kafrawi, SP.,MP Ir. Miss Rahma Yassin, M.Si.
NIP. 19710810 199802 1 002 NIP. 19580730 198811 2 001 Mengetahui:
Direktur Politeknik Pertanian Ketua Jurusan
Negeri Pangkajene dan Kepulauan Budidaya Tanaman Perkebunan
Ir. Andi Asdar Jaya, M.Si Ir. H Baso Darwisah, MP
NIP.196306101988031003 NIP.196212311988031025
PERSETUJUAN PENGUJI
Judul Tugas Akhir :UJI EFEKTIFITAS DUA JENIS MIKORIZA (Glomus sp. dan Acaulospora sp). DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.)
Nama : ANDI RIZAL ANMAR
NIM : 11 22 166
Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan
Jurusan :Budidaya Tanaman Perkebunan
PerguruanTinggi :Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan
Telah Diuji Oleh
Tim Penguji dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Kelulusan
Disahkan oleh : Tim Penguji
1. Dr. Kafrawi, SP.,MP (………...)
2.Ir. Miss Rahma Yassin, M.Si. (………...)
3. Basri Baba,SP.,MP (………...)
4. Dr. Zahraini Kumalawati, SP.,MP (………...)
vi
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir yang berjudul
UJI EFEKTIFITAS DUA JENIS MIKORIZA (Glomus sp. dan Acaulospora sp). DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN TEBU ( Saccharum officinarum L.)sesuai dengan waktu yang diharapkan. Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan studi dikampus Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.
Dalam penyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini, tidak terlepas dari adanya bantuan dari beberapa pihak baik itu langsung maupun tidak langsung. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Teristimewah penulis ucapkan banyak terima kasih kepada ibunda dan ayahanda tercinta, seluruh keluarga besar yang banyak membantu penulis baik moril maupun motifasi dan iringan doa dengan penuh kasih sayang kepada penulis.
2. Bapak Dr. Kafrawi, SP.,MP. dan Ibu Ir.Miss Rahma Yassin, M.Si.
selaku dosen pembimbing yang telah senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, petunjuk serta bimbingan kepada penulis.
3. Bapak Ir. Baso Darwisa SP.MP selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.
4. Bapak Ir. Andi Asdar Jaya,M.Si., selaku Direktur Politeknik
Pertanian Negeri Pangkep.
vii
kesempurnaan laporan Tugas Akhir, besar harapan penulis semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Pangkep, Agustus 2015
Penulis
Andi Rizal Anmar, 11 22 166 “ Uji Efektifitas Dua Jenis Mikoriza (Glomus sp. dan Acaulospora sp) Dalam Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Tanaman Tebu (saccharum officinarum L.)”. Dibimbing oleh Dr. Kafrawi, SP,.MP. dan Ir. Miss Rahma Yassin, M.Si.
PUM yang dilaksanakan dalam bentuk penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian mikoriza terhadap pertumbuhan bibit tanaman tebu. Penelitian Ini Dilaksanakan Di Lahan Percobaan Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep, yang dimulai pada bulan Desember hingga Februari 2014. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan empat perlakuan, masing-masing perlakuan diulang sebanyak empat kali, dan masing-masing ulangan terdiri atas dua unit polybag, sehingga terdapat 32 unit percobaan. Adapun perlakuan yang dicobakan sebagai berikut:
M0=tanpa perlakuan (kontrol), M1=Mikoriza Glomus sp, M2=Mikoriza
Acaulospora sp, M3 =Mikoriza Glomus sp. dan Acaulospora sp. Hasilpercobaan menunjukkan bahwa tanaman tebu yang diberi tiap-tiap
perlakuan dengan dua jenis mikoriza yaitu (Glomus sp. dan Acaulospora
sp), menghasilkan tinggi tanaman, jumlah daun dan volume akar yangberbeda.
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI ABSTRAK
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
DAFTAR LAMPIRAN……… . v
KATA PENGANTAR ... vi
PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan dan Kegunaan ... 3
1.3 Hipotesis ... 3
II TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Morfologi Tanaman Tebu ... 4
2.2 Deskripsi Varietas Tebu ... 5
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Tebu ... 6
2.4 Jenis Mikoriza ... 10
2.5 Bahan Organik ... 17
III BAHAN DAN METODE ... 18
3.1 Tempat dan Waktu ... 18
3.2 Bahan dan Alat ... 18
3.3 Pelaksanaan Percobaan ... 19
IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21
4.1 Hasil... . 21
4.2 Pembahasan... . 24
V KESIMPULAN DAN SARAN... .. 26
5.1. Kesimpulan ... 26
5.2. Saran ... 26
DAFTAR PUSTAKA ... 26
LAMPIRAN ... ... 27
RIWAYAT HIDUP. ... 34
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Hasil Pengukuran Tinggi Tanaman (cm) ... 30
2. Hasil Jumlah Daun (Helai) ... 30
3. Hasil Volume Akar ... 30
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Rata-Rata Pertumbuhan Tinggi Bibit Tanaman Tebu Setelah
Aplikasi Jenis Mikoriza Berbeda ... 21 2. Rata-Rata Pertumbuhan Jumlah Daun Bibit Tanaman Tebu
Setelah Aplikasi Jenis Mikoriza Berbeda ... 22 3. Rata-Rata Pertumbuhan Volume Akar Bibit Tanaman Tebu
Setelah Aplikasi Jenis Mikoriza Berbeda ... 23
4. Pengukuran Tinggi Tanaman ... 31
5. Menghitung Jumah Daun... 31
LAMPIRAN
Halaman
1. Design Rancangan Percobaan ... 29
2. Tabel Hasil Akhir Pengukuran ... 30
3. Pengukuran Parameter Tanaman Tebu ... 23
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia. Dengan luas areal sekitar 350.000 ha pada periode 2000-2005, industri gula berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 1,3 juta orang. Gula juga merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat dan sumber kalori yang relatif murah. Karena merupakan kebutuhan pokok, maka dinamika harga gula akan menpunyai pengaruh langsung terhadap laju inflasi.
Dengan harga gula dunia yang tinggi dan defisit yang terus meningkat, mengakibatkan terjadinya pengurasan devisa negara. Pada tahun 2007, misalnya, Indonesia mengimpor gula sebanyak 3,03 juta ton dengan nilai US$
1,05 milyar. Untuk mengatasi defisit ini telah dilakukan usaha peningkatan produksi gula nasional. Usaha ini memberikan hasil dengan meningkatnya produksi gula nasional dari 2,05 juta ton tahun 2004 menjadi 2,8 juta ton/tahun 2008 dan diperkirakan tahun 2009 mencapai 2,9 juta ton (Hakim, 2008).
Bahan baku industri gula yang merupakan komoditas unggulan dan dibudidayakan di Indonesia yakni tebu. Kenaikan produksi tebu sering kali diikuti dengan kenaikan konsumsi. Sehingga pada tahun 2009, terjadi defisit gula nasional sebesar 1,9 juta ton, gambaran ini menunjukkan bahwa usaha pembangunan industri gula tebu nasional, berupa perluasan areal pertanaman tebu serta teknik budidaya tanaman tebu, masih perlu ditingkatkan (Hakim, 2008).
Untuk meningkatkan produksi tanaman tebu maka, teknik budidaya tanaman tebu perlu diperhatikan seperti pemupukan yang berguna sebagai penyedia nutrisi tanaman yang akan digunakan untuk pertumbuhannya.
Alamiahnya, tanah di daerah perakaran tanaman dapat ditemui berbagai mikroorganisme tanaman yang mampu membantu tanaman dalam penyediaan hara. Mikro organisme tersebut, dapat ditemukan hidup secara asimbiosis maupun secara simbiosis dengan tanaman inangnya. Salah satu mikroorganisme simbiosis tersebut adalah cendawan mikoriza.
Mikoriza merupakan suatu bentuk hubungan simbiosis mutualistik antar cendawan dengan akar tanaman. Baik cendawan maupun tanaman sama-sama memperoleh keuntungan dari asosiasi ini. Infeksi ini antara lain berupa pengambilan unsur hara dan adaptasi tanaman yang lebih baik. Dilain pihak, cendawan pun dapat memenuhi keperluan hidupnya (karbohidrat dan keperluan tumbuh lainnya) dari tanaman inang (Anas, 1997). Cendawan mikoriza dapat pula berperan dalam pengendalian penyakit tanaman. Hal ini disebabkan karena cendawan ini memanfaatkan karbohidrat lebih banyak dari akar, sebelum dikeluarkan dalam bentuk eksudat akar, menghasilkan anti biotik, dan perkembangan mikroba saprofitik di sekitar perakaran, sehingga patogen tidak berkembang.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa cendawan ini dapat berkolonisasi dan berkembang secara mutualistik dengan akar tanaman. Infeksi mikoriza dengan akar tanaman dapat memperluas bidang serapan akar dengan hifa eksternal yang tumbuh dan berkembang melalui bulu akar sehingga akar dapat menyerap hara seperti P, Ca, N, Cu, Mn, K, dan Mg. Cendawan ini dapat
pula menghasilkan material yang mendorong agregasi tanah sehingga dapat meningkatkan aerasi tanah.
Mikoriza sesungguhnya berasal dari bahasa Yunani yaitu Mykes yang artinya cendawan, dan Rhiza artinya akar, sehingga secara harfiah berarti cendawan akar. Menurut Gunawan (1994) istilah Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) digunakan karena semua cendawan dari jenis cendawan ordo glomales dapat membentuk struktur arbuskular dalam assosiasinya dengan akar dan hanya sebagian saja yang dapat membentuk vesicular.
Ada sembilan genus Vesikular Arbuskular yang masuk dalam famili Endogonaceae yaitu:1. Endogone, 2. Gigaspora, 3. Acaulospora, 4. Entrosphora, 5. Glomus, 6. Sclerocystis, 7. Glaziella, 8. Modicella dan 9. Coplekxipes.
Mikoriza dapat diasosiasikan hidup dengan tanaman tebu sehingga tebu dapat menuai manfaat dari simbiosis tersebut berupa kemudahan mendapatkan unsur hara dari dalam tanah. Menurut Haris (2010), cendawan mikoriza ini apabila menginfeksi tanaman inang, maka pada tanaman tersebut tidak menimbulkan kerusakan. Bahkan pada beberapa tanaman yang mempunyai nilai ekonomi seperti tanaman famili gramineae dan leguminosa umumnya mempunyai cendawan mikoriza.
Percobaan simbiosis mikoriza vesicular arbuskula (MVA) dengan tanaman tebu dipandang perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruh serapan hara tanaman tebu atas bantuan MVA terhadap pertumbuhannya..
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri (PUM) ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian mikoriza terhadap pertumbuhan bibit tanaman tebu.
Kegunaan mikoriza adalah untuk melihat yang paling terbaik dan efektif di pengaruhi pada tanaman tebu, serta menambah wawasan dan keterampilan serta sebagai informasi bagi perkembangan pertanian pada umumnya dan terkhusus pada bidang perkebunan dan mikoriza yang terbaik yang efektif digunakan dalam pembudidayaan tanaman tebu.
1.3 Hipotesis
Terdapat salah satu jenis mikoriza (Acaulospora sp atau Glomus sp) yang terbaik bersimbiosis terhadap pertumbuhan bibit tanaman tebu pada media sekam padi dan yang efektit digunakan dalam pembibitan tanaman tebu.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Morfologi Tanaman Tebu Morfologi tanaman tebu adalah:
2.1.1 Batang
Batang tanaman tebu berdiri lurus dan beruas-ruas yang dibatasi dengan buku-buku. Pada setiap buku terdapat mata tunas. Batang tanaman tebu berasal dari mata tunas yang berada dibawah tanah yang tumbuh keluar dan berkembang membentuk rumpun. Diameter batang antara 3-5 cm dengan tinggi batang antara 2-5 meter dan tidak bercabang. Warna ruas hijau kekuningan, lapisan lilin tebal mempengaruhi warna ruas.
2.1.2 Akar
Akar tanaman tebu termasuk akar serabut tidak panjang yang tumbuh dari cincin tunas anakan. Pada fase pertumbuhan batang, terbentuk pula akar dibagian yang lebih atas akibat pemberian 1 tanah sebagai tempat tumbuh.
2.1.3 Daun
Daun tebu berbentuk busur panah seperti pita, berseling kanan dan kiri, berpelepah seperti daun jagung dan tak bertangkai. Tulang daun sejajar, ditengah berlekuk. Tepi daun kadang-kadang bergelombang serta berbulu keras, helai daun berwarna hijau kekuningan, ukuran daun sempit.
2.1.4 Bunga
Bunga tebu berupa malai dengan panjang antara 50-80 cm. Cabang bunga pada tahap pertama berupa karangan bunga dan pada tahap selanjutnya berupa tandan dengan dua bulir panjang 3-4 mm dan terdapat pula benangsari, putik dengan dua kepala putik dan bakal biji.
2.1.5 Buah
Buah tebu seperti padi, memiliki satu biji dengan besar lembaga 1/3 panjang biji. Biji tebu dapat ditanam di kebun percobaan untuk mendapatkan jenis baru hasil persilangan yang lebih unggul.
2.2 Deskripsi Varietas Tebu
Varietas PS851 merupakan varietas unggul yang dilepas oleh menteri kehutanan dan perkebunan pada tahun 1998 yang merupakan hasil persilangan S57 dengan B37173 pada tahun 1985 dari nomor seleksi PS85-21460. Varietas PS851 memiliki perkecambahan sedang dengan sifat pertumbuhan awal dan pertumbuhan tunas yang serempak, batang tegak, diameter batang sedang, kerapatan batang sedang dan kadar serabut sekitar 13%. Daun tua mudah diklentek dengan tanaman tegak dan pada lahan sawah memberikan tingkat rendemen yang tinggi. Pada kondisi lahan yang subur dengan kecukupan air sangat membantu dalam pertumbuhan dan pemanjangan batang yang normal.
Pada kondisi kekeringan atau kekurangan air yang drainasenya terganggu akan terjadi pemendekan ruas batang, sehingga rendemen yang dihasilkan sedikit.
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Tebu
Syarat tumbuh dari tanaman tebu adalah:
Tanaman tebu tumbuh didaerah tropika dan sub tropika sampai batas garis isoterm 200C yaitu antara 190 LU – 350 LS. Kondisi tanah yang baik bagi tanaman tebu adalah yang tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah, selain itu akar tanaman tebu sangat sensitif terhadap kekurangan udara dalam tanah sehingga pengairan dan drainase harus sangat diperhatikan. Drainase yang baik dengan kedalaman sekitar 1 meter memberikan peluang akar tanaman menyerap air dan unsur hara pada lapisan yang lebih dalam sehingga pertumbuhan tanaman pada musim kemarau tidak terganggu. Drainase yang baik dan dalam juga dapat manyalurkan kelebihan air dimusim penghujan sehingga tidak terjadi genangan air yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman karena berkurangnya oksigen dalam tanah.
Dilihat dari jenis tanah, tanaman tebu dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah seperti tanah alluvial,grumosol, latosol dan regusol dengan ketinggian antara 0-1400 m diatas permukaan laut. Akan tetapi lahan yang paling sesuai adalah kurang dari 500 m diatas permukaan laut. Sedangkan pada ketinggian >
1200 m diatas permukaan laut pertumbuhan tanaman relative lambat.Kemiringan lahan sebaiknya kurang dari 8%, meskipun pada kemiringan sampai 10% dapat juga digunakan untuk areal yang dilokalisir. Kondisi lahan terbaik untuk tebu adalah berlereng panjang, rata dan melandai sampai 2% apabila tanahnya ringan dan sampai 5% apabila tanahnya lebih berat.
2.3.1 Tanah a. Sifat Fisik Tanah
Struktur tanah yang baik untuk pertanaman tebuadalah tanah yang gembur sehingga aerasi udara dan perakaran berkembang sempurna. Oleh karena itu upaya pemecahan bongkahan tanah atau agregat tanah menjadi partikel-partikel kecil akan memudahkan akar menerobos. Sedangkan tekstur tanah, yaitu perbandingan partikel-partikel tanah berupa lempung, debu, dan liat, yang ideal bagi pertumbuhan tanaman tebu adalah tekstur tanah ringan sampai agak berat dengan kemampuan menahan air cukup dan porositas 30 %.
Tanaman tebu menghendaki solum tanah minimal 50 cm dengan tidak ada lapisan kedap air dan permukaan air 40 cm sehingga pada lahan kering, apabila lapisan tanah atasnya tipis maka pengolahan tanah harus dalam. Demikian pula apabila ditemukan lapisan kedap air, lapisan ini harus dipecah agar sistem aerasi, air tanah, dan perakaran tanaman berkembang dengan baik.
b. Sifat Kimia Tanah
Tanaman tebu dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki pH 6 ‐ 7,5, akan tetapi masih toleran pada pH tidak lebih tinggi dari 8,5 atau tidak lebih rendah dari 4,5. Pada pH yang tinggi ketersediaan unsur hara menjadi terbatas.
Sedangkan pada pH kurang dari 5 akan menyebabkan keracunan Fe dan Al pada tanaman, oleh karena itu perlu dilakukan pemberian kapur (CaCo3) agar unsur Fe dan Al dapat dikurangi. Bahan racun utama lainnya dalam tanah adalah klor (Cl), kadar Cl dalam tanah sekitar 0,06-0,1 % telah bersifat racun bagi akar tanaman. Pada tanah ditepi pantai karena rembesan air laut, kadar Cl nya cukup tinggi sehingga bersifat racun.
2.3.2 Iklim
Pengaruh iklim terhadap pertumbuhan tebu dan rendemen gula sangat besar. Dalam masa pertumbuhan tanaman tebu membutuhkan banyak air, sedangkan saat masak tanaman tebu membutuhkan keadaan kering agar pertumbuhan terhenti. Apabila hujan tetap tinggi maka pertumbuhan akan terus terjadi dan tidak ada kesempatan untuk menjadi masak sehingga rendemen menjadi rendah.
a. Curah Hujan
Tanaman tebu dapat tumbuh dengan baik didaerah dengan curah hujan berkisar antara 1.000-1.300 mm per tahun dengan sekurang-kurangnya 3 bulan kering. Distribusi curah hujan yang ideal untuk pertanaman tebu adalah: pada periode pertumbuhan vegetatif diperlukan curah hujan yang tinggi (200 mm per bulan) selama 5-6 bulan. Periode selanjutnya selama 2 bulan dengan curah hujan 125 mm dan 4-5 bulan dengan curah hujan kurang dari 75 mm/bulan yang merupakan periode kering. Periode ini merupakan periode pertumbuhan generative dan pemasakan tebu.
b. Suhu
Pengaruh suhu pada pertumbuhan dan pembentukan sukrisa pada tebu cukup tinggi. Suhu ideal bagi tanaman tebu berkisar antara 240C–340C dengan perbedaan suhu antara siang dan malam tidak lebih dari 100C. Pembentukan sukrosa terjadi pada siang hari dan akan berjalan lebih optimal pada suhu 300C.
Sukrosa yang terbentuk akan ditimbun/disimpan pada batang dimulai dari ruas paling bawah pada malam hari. Proses penyimpanan sukrosa ini paling efektif dan optimal pada suhu 150C.
c. Sinar Matahari
Tanaman tebu membutuhkan penyinaran 12-14 jam setiap harinya. Proses asimilasi akan terjadi secara optimal, apabila daun tanaman memperoleh radiasi penyinaran matahari secara penuh sehingga cuaca yang berawan pada siang hari akan mempengaruhi intensitas penyinaran dan berakibat pada menurunnya proses fotosintesa sehingga pertumbuhan terhambat.
d. Angin
Kecepatan angin sangat berperan dalam mengatur keseimbangan kelembaban udara dan kadar CO2 disekitar tajuk yang mempengaruhi proses fotosintesa. Angin dengan kecepatan kurang dari 10 km/jam disiang hari berdampak positif bagi pertumbuhan tebu, sedangkan angin dengan kecepatan melebihi 10 km/jam akan mengganggu pertumbuhan tanaman tebu bahkan tanaman tebu dapat patah dan roboh.
e. Temperatur
Temperatur sangat menentukan kecepatan tumbuuh tanaman, sebab mempengaruhi pertumbuhan tanaman tebu. Suhu siang hari yang sangat panas dan suhu malam hari yang rendah diperlukan untuk proses penimbangan sukrosa pada batang tebu, suhu optimal untuk pertumbuhan tebu berkisar antara 24-30oC, berbeda dengan suhu musiman tidak lebih dari 6oCdan berbeda dengan suhu siang dan malam hari tidak lebih dari 100oC.
2.4 Jenis Mikoriza 2.4.1 Jenis mikoriza
Istilah mikoriza diambil dari Bahasa Yunani yang secara harfiah berarti jamur (mykos = miko) dan akar (rhiza). Jamur ini membentuk simbiosa
mutualisme antara jamur dan akar tumbuhan. Jamur memperoleh karbohidrat dalam bentuk gula sederhana (glukosa) dari tumbuhan. Sebaliknya, jamur menyalurkan air dan hara tanah untuk tumbuhan. Mikoriza merupakan Jamur yang hidup secara bersimbiosis dengan sistem perakaran tanaman tingkat tinggi.
Walaupun ada juga yang bersimbiosis dengan rizoid (akar semu) jamur. Asosiasi antara akar tanaman dengan jamur ini memberikan manfaat yang sangat baik bagi tanah dan tanaman inang yang merupakan tempat jamur tersebut tumbuh dan berkembang biak. Jamur mikoriza berperan untuk meningkatkan ketahanan hidup bibit terhadap penyakit dan meningkatkan pertumbuhan.
Berdasarkan struktur dan cara cendawan menginfeksi akar, mikoriza dapat di kelompokkan ke dalam tiga tipe :
1.Ektomikoriza 2.Ektendomikoriza 3.Endomikoriza
Ektomikoriza mempunyai sifat antara lain akar yang kena infeksi membesar, bercabang, serambut-serambut akar tidak ada, hifa menjorok ke luar dan berfungsi sebagai alat yang efektif dalam menyerap unsur hara dan air, hifa tidak masuk ke dalam sel tetapi hanya berkembang diantara dinding-dinding sel jaringan korteks membentuk struktur seperrti pada jaringan Hartiq.
Ektendomikoriza merupakan bentuk antara (intermediet) kedua mikoriza yang lain. Ciri-cirinya antara lain adanya selubung akar yang tipis berupa jaringan Hartiq, hifa dapat menginfeksi dinding sel korteks dan juga sel-sel korteknya.
Penyebarannya terbatas dalam tanah-tanah hutan sehingga pengetahuan tentang mikoriza tipe ini sangat terbatas.
Endomikoriza mempunyai sifat-sifat antar lain akar yang kena infeksi tidak membesar, lapisan hifa pada permukaan akar tipis, hifa masuk ke dalam individu sel jaringan korteks, adanya bentukan khusus yang berbentuk oval yang disebut Vasiculae (vesikel) dan sistem percabangan hifa yang dichotomous disebut arbuscules (arbuskul).
Struktur anatomi AM berbeda dengan EM. Akar yang bersimbiosa dengan EM memiliki struktur khas berupa mantel (lapisan hifa) yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Struktur mikoriza tersebut berfungsi sebagai pelindung akar, tempat pertukaran sumber karbon dan hara serta tempat cadangan karbohidrat bagi jamur. Hifa jamur EM tidak masuk ke dalam dinding sel tanaman inang.
Sedangkan akar yang bersimbiosa dengan AM, harus diamati dibawah mikroskop, karena struktur arbuskular atau vesicular terbentuk di dalam sel tanaman inang dan hanya dapat diamati di bawah mikroskop setelah dilakukan perlakuan khusus dan pewarnaan. Struktur arbuskular dan vesicular berfungsi sebagai tempat cadangan karbon dan tempat penyerapan hara bagi tanaman.
Miselium eksternal terdapat pada tipe EM dan AM, merupakan perpanjangan mantel ke dalam tanah
CMA termasuk fungi divisi Zygomicetes, famili Endogonaceae yang terdiri dari Glomus, Entrophospora,Acaulospora,Archaeospora, Paraglomus, Gigaspora dan Scutellospora. Hifa memasuki sel kortek akar, sedangkan Hifa yang lain menpenetrasi tanah, membentuk chlamy dospores. Marin (2006) mengemukakan bahwa lebih dari 80% tanaman dapat bersimbiosis dengan CMA serta terdapat pada sebagian besar ekosistem alam dan pertanian serta memiliki peranan yang penting dalam pertumbuhan, kesehatan dan produktivitas tanaman.
2.4.2 Manfaat mikoriza bagi pertumbuhan tanaman
Lambert dan Cole (1980) mengemukakan bahwa pada tanaman. Lathyrus sylvestris, Lotus americanus, Coromilla varia, yang terinfeksi mikoriza umur satu
bulan, pertumbuhannya 6-15 kali lebih besar dari pada pertumbuhan tanaman tanpa mikoriza. Linderman (1996) menyebutkan bahwa sebagian besar pertumbuhan tanaman yang diinokulasi dengan cendawan mikoriza menunjukkan hitif yaitu meningkatkan pertumbuhan tanaman inangnya.
Hal ini dapat terjadi karena infeksi cendawan mikoriza dapat meningkatkan penyerapan unsur hara oleh miselium eksternal dengan memperluas permukaan penyerapan akar atau melalui hasil senyawa kimia yang menyebabkan lepasnya ikatan hara dalam tanah. Melaporkan bahwa miselium ekstra radikal didalam tanah sekitar akar menghasilkan material yang mendorong agregasi tanah sehingga dapat meningkatkan aerasi, penyerapan air dan stabilitas anah.
Infeksi mikoriza pada akar, memungkinkan mineral dapat dialirkan langsung dari satu tanaman ke tanaman lain, atau dari bahan organik mati ke akar tanaman. Juga membentuk lingkungan mikrorisosfer yang dapat merubah komposisi dan aktivitas mikroba. Hal ini terjadi karena perubahan fisiologi akar dan produksi sekresi oleh mikoriza.
Menurut Aldeman dan Morton (1986) infeksi mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan kemampuannya memanfaatkan nutrisi yang ada dalam tanah, terutama unsur P, Ca, N, Cu, Mn, K, dan Mg. Kolonisasi mikoriza pada akar tanaman dapat memperluas bidang serapan akar dengan adanya hifa eksternal yang tumbuh dan berkembang melalui bulu akar (Mosse, 1981).
Tanaman appel yang terinfeksi mikoriza dapat meningkatkan kandungan P pada tanaman dari 0,04% menjadi 0,19% (Gededda, et al., 1984 dalam Jawal et al.,
2005). Tanaman yang terinfeksi mikoriza, maka tinggi, bobot kering, konsentrasi P pada bagian atas maupun akar tanaman mempunyai nilai yang tinggi dibandingkan dengan tanpa mikoriza.
Tanaman Acacia mangium mampu menghemat penggunaan P 180 kr/ha/tahun (Setiadi, 2000). Aplikasi P alam pada tanaman yang terinfeksi mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan, pembentukan bintil akar, dan aktivitas bintil akar tanaman. Mikoriza dapat pula meningkatkan kandungan khlorofil, penyerapan air dan zat perangsang tumbuh dengan diproduksinya substansi zat perangsang tumbuh, sehingga tanaman dapat lebih toleran terhadap shok, terutama yang dipindahkan dilapangan.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa mikoriza mempunyai peranan dalam hal pengendalian penyakit tanaman. Linderman(1988) menduga bahwa mekanisme perlindungan mikoriza terhadap patogen berlangsung sbb. : a) Cendawan mikoriza memanfaatkan karbohidrat lebih banyak dari akar,
sebelum dikeluarkan dalam bentuk eksudat akar, sehingga patogen tidak dapat berkembang.
b) Terbentuknya substansi yang bersifat antibiotik yang disekresikan untuk menghambat perkembangan patogen.
c) Memacu perkembangan mikroba saprofitik disekitar perakaran.
Pada tanaman yang terinfeksi mikoriza mempunyai sifat ketahanan yang lebih dibandingkan dengan tanpa infeksi mikoriza. Mosse (1981) melaporkan bahwa cendawan mikoriza dapat membantu peningkatan ketahanan tanaman terhadap patogen tanah (soil borne). Infeksi mikoriza pada akar tanaman akan merangsang terbentuknya senyawa isoflavonoid pada akar tanaman kedelai, membentuk endomikoriza, sehingga meningkatkan ketahanan tanaman dari
serangan cendawan patogen dan nematoda. Selanjutnya Setiadi(2000) mengemukakan bahwa assosiasi mikoriza berpengaruh terhadap perkembangan dan reproduksi nematoda Meloidogyne sp. Patogen yang menyerang akar tanaman seperti Phytopthora, Phytium, Rhizoctonia, dan Fusarium perkembangannya tertekan dengan adanya cendawan mikoriza yang telah bersimbiotik dengan tanaman.
Tanaman jeruk yang terinfeksi cendawan mikoriza akan menghambat pembentukan dan pelepasan zoospo-rangia dari zoosporangium Phytopthora parasitica. Juga pada tanaman jagung dan Chrysanthenum yang terinfeksi
mikoriza berpengaruh terhadap P. cinnamoni (Harley dan Smith1983).
Ketahanan tanaman terhadap patogen akibat infeksi mikoriza karena menghasilkan antibiotik, seperti fenol, quinone, dan berbagai phytoaleksin.
Tanaman yang terinfeksi mikoriza menghasilkan bahan atsiri yang bersifat fungi statik jauh lebih banyak dibanding tanpa infeksi. Pada tanaman jagung yang terinfeksi mikoriza mengandung asam amino 3-10 kali lebih banyak dari pada tanpa infeksi mikoriza. Bila patogen lebih dahulu menyerang tanaman sebelum infeksi cendawan mikoriza, maka mikoriza tidak akan berkembang pada perakaran tanaman.
2.4.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi keberadaan mikoriza dalam tanah
Faktor-faktor tersebut antar lain suhu, tanah, intensitas cahaya dan logam Berikut ini faktor tersebut satu persatuan
a. Suhu
Suhu yang relatif tinggi akan meningkatkan aktivitas cendawan. Untuk daerah tropika basah, hal ini menguntungkan. Proses perkecambahan pembentukan CMA melalui 3 tahap yaitu perkecambahan spora di tanah,
penetrasi hifa ke dalam sel akar dan perkembangan hifa di dalam korteks akar.
Suhu optimum untuk perkecambahan spora sangat beragam tergantung pada jenisnya (Mosse, 1981).
Suhu yang tinggi pada siang hari 35 0C tidak menghambat perkembangan akar dan aktivitas fisiologi CMA. Peran mikoriza hanya menurun pada suhu diatas 400 C, suhu bukan merupakan faktor pembatas utama bagi aktivitas CMA.
Suhu yang sangat tingi lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman inang (Mosse,1981).
b. Cahaya dan Ketersedian Hara
Anas (1997) menyimpulkan bahwa intensitas cahaya yang tinggi dengan kekahatan nitrogen atau pun fospor sedang akan meningkatkan jumlah karbohidrat didalam akar sehingga membuat tanaman lebih peka terhadap infeksi oleh cendawaan CMA. Derajat infeksi terbesar terjadi pada tanah-tanah yang mempunyai kesuburan yang rendah. Pertumbuhan perakaran yang sangat aktif jarang terinfeksi oleh CMA. Jika pertumbuhan dan perkembangan akar menurun infeksi CMA meningkat.
Peran mikoriza yang erat dengan penyedian P bagi tanaman menunjukan keterikatan khusus antara mikoriza dan status P tanah. Pada wilayah beriklim sedang konsentrasi P tanah yang tinggi menyebabkan menurunnya infeksi CMA yang mungkin disebabkan konsentrasi P internal yang tinggi dalam logam barat dan unsur lampiran pada tanah tropika sering tejadi masalah salinitas dan keracunan alumunium maupun mangan. Sedikit diketahui pangaruh CMA pada pengambilan sodium, klor, alumunium dan mangan.Disamping itu pengetahuan mengenaai pengaruh masing-masing ion tersebut terhadap CMA secara langsung maupun dalam hubungannya dengan pertumbuhan tanaman atau
metabolisme inang belum banyak yang diketahui. Mosse (1981) mengamati infeksi CMA lebih tinggi pada tanah yang mengalami ketahanan Mn dari pada yang tidak.
Pada percobaan dengan menggunakan tiga jenis tanah dari wilayah iklim sedang didapatkan bahwa pengaruh menguntungkan karena adanya CMA menurun dengan naiknya kandungan (Al) di dalam tanah. Alumunium di ketahui menghambat muncul jika ke dalam larutan tanah ditambahkan kalsium (Ca).
Jumlah (Ca) di dalam larutan tanah rupanya mempengaruhi perkembangan CMA. Tanaman yang ditumbuhkan pada tanah yang memiliki derajat infeksi CMA yang rendah (Happer et al., 1984 dalam Anas, 1997). Hal ini mungkin karena peran Ca2+ dalam memelihara sel.
Beberapa spesies CMA diketahui mampu beradaptasi dengan tanah yang tercemar seng (Zn), tetapi sebagian besar spesies CMA peka terhadap kandungan Zn yang tinggi. Pada beberapa penelitian lain diketahui pula bahwa strain-strain cendawan CMA tertentu toleran terhadap kandungan Mn, Al, dan Na yang tinggi (Mosse, 1981).
2.5 Bahan Organik
Bahan organik merupakan salah satu komponen penyusun tanah yang penting disamping bahan anorganik, air dan udara. Jumlah spora CMA tampaknya berhubungan erat dengan kandungan bahan organik di dalam tanah.
Jumlah maksimum spora ditemukan pada tanah yang mengandung bahan organik 1-2 persen sedangkan pada tanah berbahan organik kurang dari 0.5 persen kandungan spora sangat rendah (Anas, 1997).
III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Percobaan ini dilaksanakan pada Desember 2014 hingga februari 2015, dilahan percobaan Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan, Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah: Pasir, tanah, sekam padi, pupuk kandang, tebu, air dan mikoriza jenis glomus dan acaulospora.
Alat yang digunakan adalah: Parang, cangkul, skop, ember, polybag, meteran, gelas ukur, kamera, alat tulis menulis.
3.3 Metode Percobaan
Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan empat perlakuan, masing-masing perlakuan diulang sebanyak empat kali, dan masing-masing ulangan terdiri atas dua unit polybag, sehingga terdapat 32 unit percobaan. Adapun perlakuan yang dicobakan sebagai berikut:
M0= tanpa perlakuan (kontrol) M1= Mikoriza Glomus sp.
M2 =Mikoriza Acaulospora sp.
M3 =Mikoriza Glomus sp. dan Acaulospora sp.
3.4 Perlaksanaan percobaan
3.4.1 Persiapan Media Tanam
a. Media Perbanyakan Mikoriza.
Media tanam dicampur hingga rata kemudian ditempatkan pada media talang dan diatur dengan rapi, media terdiri dari campuran tanah, pasir, pupuk kandang, persemaian dipisahkan sesuai jenis mikoriza pada talang yang berbeda.
b. Media pertumbuhan tanaman.
Pada pembibitan tebu dilakukan di dalam polybag dengan media yang dipakai adalah tanah, sekam padi, pupuk kandang, dengan perbandingan (1:1:1).
3.4.2 Persiapan Bibit tebu
Bibit yang digunakan adalah tebu yang bermata tunas satu. Tanaman tebu yang dijadikan bibit masih tergolong tanaman muda, maka tiap pohonnya diambil beberapa tebu.
3.4.3 Penanaman Bibit
Sebelum melakukan penanaman terlebih dahulu tebu di masukkan ke dalam karung dan dilakukan perendaman selama satu hari untuk merangsang pengeluaran tunas pada tiap ruas. Bibit tebu asal pucuk, pertengahan dan bagian bawah dikelompokkan pada ulangan berbeda pada percobaan ini.
Kemudian tebu ditanam dengan mata tunas menghadap kesamping lalu ditimbun dengan media tanam.
3.4.4 Aplikasi Perlakuan Mikoriza
Aplikasi perlakuan mikoriza pada bibit tebu dilakukan saat bibit berumur 2 minggu di polybag. Mikoriza diinokulasikan dalam bentuk media tanah yang telah berisi inokulan mikoriza dan telah dipelihara selama 3 bulan.Inokulan mikoriza diberikan sebanyak 100 g per polybag.
3.4.5 Pemeliharaan Bibit tebu
Pemeliharaan bibit tebu yaitu dengan melakukan penyiraman dua kali sehari atau tergantung kondisi media, penyiangan gulma dilakukan dengan mencabut rumput yang tumbuh di polybag dan dilakukan penggemburan tanah setiap dua minggu sekali pada saat melakukan penelitian.
3.4.6 Parameter Pengukuran
Pengukuran dilakukan pada setiap dua minggu sekali selama 8 minggu atau sebanyak 4 kali pengukuran, adapun parameter yang diukur yaitu:
a. Tinggi tanaman (cm) : tinggi tanaman yang diukur mulai dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi.
b. Jumlah daun (helai) : jumlah daun dihitung dengan cara menghitung semua daun tanaman yang terbentuk sempurna sampai akhir percobaan.
c. Volume akar(mL) : Volume akar diukur dengan memasukkan akar tanaman yang telah bersih ke dalam gelas ukur yang telah berisi air sebanyak 40 ml (volume awal). Pertambahan volume air (volume akhir) dalam gelas ukur dicatat sebagai volume akar.