• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERIZINAN BIAYA TINGGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENANAMAN MODAL ASING PADA SEKTOR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERIZINAN BIAYA TINGGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENANAMAN MODAL ASING PADA SEKTOR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA)"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memeperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Univesritas Sumatera Utara

Oleh:

DHAFIYA YUMNA HAFIZHA 150200348

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)
(3)

ABSTRAK

Dhafiya Yumna Hafizha*

Budiman Ginting**

Mahmul Siregar**

Seiring dengan perkembangan teknologi maka kebutuhan masyarakat akan energi listrik menjadi lebih besar. Tenaga listrik merupakan salah satu faktor yang menentukan untuk mencapai sasaran pembangunan nasional. Pembangunan ketenagalistrikan akan memperoleh prioritas yang tinggi dan merupakan bagian terpadu dari pembangunan nasional sehingga menyebabkan banyak orang berlomba-lomba untuk menanamkan modalnya. Terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan pembangunan tenaga listrik, salah satunya masalah birokrasi yang terlalu panjang. Masalah tersebut timbul dikarenakan adanya ketidakjelasan pendelegasian wewenang antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Permasalahan yang di angkat dalam penelitian ini adalah mengenai wewenang Pemerintah Daerah dalam pembangunan Pembangkit Listrik Tenanga Air (PLTA), izin yang dikeluarkan Pemerintah Daerah yang tumpang tindih dengan pihak yang berkompeten lainnya dalam proses perizinan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), dan dampak perizinan dengan biaya tinggi terhadap Penanaman Modal Asing pada sektor Pembangkit Listrik Tenaga Air (Studi kasus pada PT.X di Mandoge Kabupaten Asahan).

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normative- empiris yang bersifat deskriptif dengan pendekatan perundang-undangan. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder meliputi bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan melalui wawancara yang kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis data kualitatif.

Wewenang Pemerintah Daerah dalam pembangunan pembangkit listrik tenaga air diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang mana kewenangan izin yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat berbeda dengan pemerintah daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Kewenangan pemerintah daerah kabupaten/kota, yaitu izin lokasi, kelayakan lingkungan, izin tanda daftar perusahaan, izin mendirikan bangunan, izin usaha perusahaan (SIUP) besar, dan izin tempat usaha (SITU). Dalam pembangunan pembangkit listrik, izin yang dikeluarkan pemerintah daerah mengalami tumpang tindih dengan pihak berkompeten lainnnya dalam proses perizinan yang dibutuhkan. Kewenangan investasi di bidang ketenagalistrikan terkait perizinan yang bersifat pengulangan yang mengakibatkan dampak dari sitem birokarasi yang terlalu panjang sehingga dalam pembangunan pembangkit listrik memakan waktu yang terlalu lama, mulai dari perizinan awal sampai siap bangun.

Perizinan yang seharusnya dilakukan dengan system top to down bukan down to top sehingga mempersingkat waktu dan tidak memakan biaya yang terlalu besar.

Kata Kunci: perizinan, penanaman modal asing, biaya tinggi, listrik

*Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

**Dosen Pembiming I dan Pembimbing II Fakultas hukum Universitas Sumatera Utara

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala ridho dan keberkahannya yang turut serta dalam penulis semenjak mengikuti proses perkuliahan sampai proses penulisan skripsi, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERIZINAN BIAYA TINGGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENANAMAN MODAL ASING PADA SEKTOR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (STUDI KASUS PADA PT. X DI MANDOGE KABUPATEN ASAHAN)”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisa skripsi ini, penulis telah berusaha sebaik mungkin namun karena keterbatasan yang dimiliki, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari penyajian materi maupun penyampaiannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak guna memberikan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

Dalam masa penulisa skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulis banyak sekali menerima bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan sekaligus selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat, dan saran mulai dari awal sampai akhir sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

(5)

2. Bapak Prof. Dr. Ok Saidin, SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Puspa Melati Hasibuan, SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan Dosen Pembimbing Akademik.

4. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH., M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, petunuk, nasehat, dan saran mulai dari awal sampai akhir sehingga ini dapat diselesaikan.

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara seluruhnya yang telah mendidik dan membimbing penulis selama perkuliahan dalam menempuh pendidikan Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

8. Ucapan terima kasih yang tiada tara untuk kedua orang tua penulis. Untuk Ayahanda Ir. Ahmad Amin St Iskandar dan Ibunda Ir. Meily Yusar yang telah menjadi orang tua terhebat, yang selalu memberikan motivasi, nasehat, cinta, perhatian, dan kasih saying serta doa yang tentu takkan bisa penulis balas.

9. Kepada adik saya Ghaniya Ilmi Hanifanisa yang selalu menjaga dan mendampingi penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Kepada rekan – rekan mahasiswa/i, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Stambuk 2015.

(6)

11. Ikatan Mahasiswa Hukum Ekonomi (IMAHMI) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

12. Kawan – kawan penulis Donny, Fauzan, Yudha, Ipan, Taufik, Nanda, Bintang, Ichsan, Rifqi, Aisya, Fakhrun, Risky, Rafles, Tata, Flo, Nana, Tria, Bella, Intan, Ninda, dll yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Akhir kata penulis memanjatkan doa dan puji syukur atas kehadirat-Nya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua.

Medan, Maret 2020

Penulis

Dhafiya Yumna Hafizha

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...

B. Rumusan Masalah...

C. Tujuan Penulisan...

D. Manfaat Penulisan...

E. Keaslian Penulisan...

F. Tinjauan Pustaka...

G. Metode Penelitian...

H. Sistematika...

BAB II WEWENANG PEMERINTAH DAERAH DALAM

PENYELENGGARAAN KEGIATAN PENANAMAN MODAL SEKTOR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) A. Pokok-Pokok Ketentuan Penanaman Modal di

Indonesia...

1. Pengertian dan Dasar Hukum...

2. Kegiatan Usaha Penanaman Modal...

3. Layanan Perizina dan Nonperizinan dalam Bidang Penanaman Modal...

4. Hak dan Kewajiban...

5. Fasilitas dan Kemudahan dalam Penanaman

Modal...

6. Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal...

B. Kewenangan Penyelenggaraan Pelayanan Penanaman Modal...

1. Kewenangan Pemerintah Pusat dalam

Penyelenggaraan Penanaman Modal...

2. Kewenangan Pemerintah Provinsi dalam

(8)

Penyelenggaraan Penanaman Modal...

3. Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam Penyelenggaraan Penanaman Modal...

C. Wewenang Pemerintah Daerah dalam Pelayanan Penanaman Modal Sektor Pembangkit Listrik

Tenaga Air (PLTA)...

1. Ketentuan dan Tata Cara Penanaman Modal Sektor Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)...

2. Peran Pemerintah Daerah dalam Kegiatan Penanaman Modal Sektor Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)...

3. Wewenang Pemerintah Daerah dalam Kegiatan Penanaman Modal Sektor Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)...

BAB III TUMPANG TINDIH PERIZINAN YANG DIKELUARKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH DAN INSTANSI LAIN DALAM KEGIATAN PENANAMAN MODAL SEKTOR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR(PLTA)

A. Izin Penanaman Modal dalam Sektor Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)………..

1. Izin yang Dikeluarkan oleh Pemerintah

Pusat...

2. Izin yang Dikeluarkan oleh Pemerintah

Provinsi...

3. Izin yang Dikeluarkan oleh Pemerintah

Kabupaten/Kota……….

B. Tumpang Tindih Perizinan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah dan Instansi Lain dalam Kegiatan Penanaman Modal Sektor Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)……….

1. Pengertian Tumpang Tindih Perizinan……….

2. Penyebab Terjadinya Tumpang Tindih Perizinan Penanaman Modal………

(9)

3. Tumpang Tindih Perizinan yang Dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah dan Instansi Lain dalam Kegiatan Penanaman Modal Sektor Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)………

BAB IV PERIZINAN BIAYA TINGGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENANAMAN MODAL ASING PADA SEKTPR

PEMBANGKIT LISTRIK TENGA AIR (PLTA) : STUDI KASUS PADA PT. X DI MANDOGE KABUPATEN ASAHAN

A. Perizinan Biaya Tinggi dan Dampaknya terhadap Penanaman Modal

1. Pengertian Perizinan Biaya Tinggi………..

2. Faktor Penyebab Perizinan Biaya Tinggi…………

3. Akibar Perizinan Biaya Tinggi terhadap Kegiatan Penanaman Modal………...

B. Penanaman Modal Asing pada Sektor Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) oleh PT.X di Mandoge Kabupaten Asahan

1. Profil Singkat Perusahaan………..

2. Kegiatan Usaha Perusahaan………...

3. Izin-Izin Perusahaa……….

C. Perizinan Biaya Tinggi dan Dampaknya terhadap Penanaman Modal Asing pada Sektor Pembangkit Listrik Tenaga Air (Studi Kasus pada PT.X di Mandoge Kabupaten Asahan)

1. Perizinan Biaya Tinggi yang dialami PT. X…….

2. Penyebab terjadinya Perizinan yang Berbiaya Tinggi pada PT. X………

3. Dampak Perizinan Biaya Tinggi terhadap PT. X di Mandoge Kabupaten Asahan………...

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...

B. Saran...

DAFTAR PUSTAKA………..

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan teknologi maka kebutuhan masyarakat akan energi listrik menjadi lebih besar. Untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di Indonesia, pemerintah melalui badan usaha milik negara (selanjutnya disebut BUMN) yakni PT. Perusahaan Listrik Negara (selanjutnya disebut PLN) telah mengeluarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (selanjutnya RUPTL) untuk periode tahun 2016-2025. Penyusunan RUPTL 2016-2025 dibuat untuk memenuhi amanat Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik dan didorong oleh timbulnya kebutuhan untuk memperbaharui RUPTL 2015-2024 setelah memperhatikan realisasi beban tenaga listrik dan realisasi penyelesaian beberapa proyek pembangkit tenaga listrik, baik proyek PLN maupun proyek listrik Independent Power Produsen (selanjutnya disebut IPP) dalam hal ini adalah pihak swasta serta indikator lain yang mempengaruhi kondisi pasokan dan kebutuhan tenaga listrik.1

Tenaga listrik merupakan salah satu faktor yang menentukan untuk mencapai sasaran pembangunan nasional. Dengan demikian pembangunan ketenagalistrikan akan memperoleh prioritas yang tinggi dan merupakan bagian terpadu dari pembangunan nasional sehingga selalu diusahakan serasi, selaras dan serempak dengan tahapan pembangunan nasional. Hal ini berarti bahwa sasaran

1 Penjelasan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025

(11)

pembangunan ketenagalistrikan harus selalu menunjang setiap tahap mendorong peningkatan ekonomi.2

Dirut PT PLN minta kepada semua pihak untuk mendukung pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Dimana proyek PLTA Asahan tiga dengan kapasitas terpasang 2 x 87 MW memakan biaya investasi Rp2,2 triliun. Proyek ini mengantisipasi kebutuhan listrik di Sumatera Utara,karena pasokan daya yang tersedia saat ini masih pas-pasan. Jika proyek pembangkit listrik ini terlambat, maka Provinsi Sumut bisa kembali mengalami krisis daya.Kementerian ESDM, pasokan daya untuk Sistim Sumatera Utara sebesar 1.447 M, sedangkan kebutuhan pasokan disaat beban puncak 1.339 MW. Proyek ini ditargetkan selesai dibangun dan mulai beroperasi komersial pada tahun 2014. Kehadiran PLTA Asahan 3, sesungguhnya mempunyai peran yang strategis dalam mendukung ketersediaan pasokan listrik bagi masyarakat Sumatera Utara, PLN memperkirakan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan konsumsi listrik di Sumatera Utara yang relatif tinggi, kehadiran PLTA Asahan 3 menjadi solusi masalah kelistrikan di Sumatera Utara dapat penuhi kebutuhan pasokan listrik tercukupi dengan baik. Sekarang ini sistim kelistrikan untuk wilayah Sumatera Bagian Utara, dipasok dari sejumlah pembangkit yang telah tersedia dengan realisasi daya mampu rata-rata sekitar 1.517 MW. 3

Sementara itu, kondisi beban puncak pada sistim kelistrikan yang sama sebesar 1.365 MW.Â, dengan cadangan daya yang sangat terbatas ini, diperkirakan tak akan mampu menghindari terjadinya pemadaman jika salah satu

2Bambang Purnomo. Tenaga Listrik, Profil dan Anatomi Hasil Pembangunan Dua Puluh Lima Tahun, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994),hlm. 5

3https://bangka.tribunnews.com/2011/01/29/plta-asahan-3-antisipasia-kebutuhan-listrik- di-sumut/, diakses tanggal 1 Oktober 2019.

(12)

pembangkit utama menjalani pemeliharaan. Sehingga dibutuhkan upaya untuk lebih memperbesar cadangan daya dengan menambah pembangkit listrik baru.

PLTA Asahan 3 memberikan kontribusi yang signifikan bagi PLN untuk melakukan efisiensi dengan menekan biaya pokok produksi listrik di wilayah ini, mengingat listrik yang dihasilkan dari PLTA memiliki biaya produksi yang jauh lebih rendah ketimbang jenis pembangkit lainnya. PLN sangat mengharapkan dukungan dari semua pihak, khususnya Pemerintah Daerah Propinsi Sumatra Utara beserta seluruh jajarannya. Pengerjaan proyek PLTA Asahan 3 diharapkan dapat berjalan sesuai rencana yang telah ditetapkan, sehingga nantinya dengan kapasitas terpasang 2 x 87 MW, dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi sistim kelistrikan di wilayah Sumatera Utara.4

Penanaman modal asing (selanjutnya disebut PMA) merupakan kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (selanjutnya disebut NKRI) yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.

PMA diatur dalam Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (selanjutnya disebut UU Penanaman Modal).

Investasi asing sangat dibutuhkan oleh bangsa Indonesia karena keberadaan investasi asing memberikan dampak positif dalam pembangunan bangsa dan negara, seperti misalnya terhadap tenaga kerja, ekonomi masyarakat lokal, meningkatnya pendapatan asli daerah, meningkatnya devisa negara, dan lain-lain.5

4Ibid.

5Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: Rajagrafindo, Persada, 2008), hlm.175

(13)

Penanaman modal di Indonesia dari tahun ketahun mengalami peningkatan salah satunya pada pengembangan sumber daya energi sebagai terbaharukan.6

Penyelenggaraan pemerintahan saat ini bukan lagi semata-mata menjadi tanggung jawab pemerintah, melainkan seluruh aktor dalam sebuah negara.

Meskipun demikian, peran pemerintah tentunya masih sangat dibutuhkan terkait dengan penyediaan pelayanan publik. Pada dasarnya pelayanan publik mencakup tiga aspek, yaitu pelayanan barang, jasa dan administratif. Wujud pelayanan administratif adalah layanan berbagai perizinan, baik yang bersifat non perizinan maupun perizinan. Perizinan merupakan salah satu aspek penting dalam pelayanan publik, demikian juga perizinan yang terkait dengan kegiatan usaha.

Penerapan otonomi daerah memberikan ruang yang cukup besar bagi daerah untuk mengatur dan mengurus pelayanan publiknya, termasuk dalam hal perizinan.7

Perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh Pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat.8Izin dimaksudkan untuk menciptakan kegiatan yang positif terhadap aktivitas pembangunan. Suatu izin yang dikeluarkan pemerintah dimaksudkan untuk memberikan keadaan yang tertib dan aman sehingga yang menjadi tujuannya akan sesuai dengan yang menjadi

6Amriati Djalil, Tinjauan Hukum Pemberian Izin Pemerintah Daerah Terhadap Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (StudiKasus Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Enrekang), Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar 2016, hlm 7

7Evy Urmilasari, Analisis Pelayanan Perizinan di Badan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Kota Makassar, Jurnal Ilmu Pemerintahan Volume 6, Nomor 1, Januari 2013, hlm 49-50

8Adrian Sutedi, Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik, (Jakarta: Sinar Grafika, 2015), hlm.168

(14)

peruntukannya.9 Hal yang paling penting dalam proses penerbitan izin adalah persoalan siapa yang paling berwenang memberikan izin. Hal ini penting karena izin merupakan suatu bentuk keputusan tata usaha negara. Izin dapat dikatakan sebagai keputusan tata usaha negara karena izin dikeluarkan oleh pejabat tata usaha negara, yaitu pemerintah atas permohonan yang diajukan oleh badan hukum perdata atau perorangan.10

Persoalan utama dalam perizinan yang banyak dikeluhkan investor umumnya proses pengurusan legalitas usaha yang membutuhkan persyaratan yang sangat banyak dengan prosedur berbelit-belit dan birokratis sehingga memakan waktu yang lama serta membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Tidak berhenti sampai di sana, seringkali bentuk perizinan yang dihasilkan tidak efisien karena banyaknya regulasi yang tumpang tindih (overlapping) antara instansi pusat dan Satuan Kerja Pemerintah Daerah (selanjutnya disebut SKPD) dan tidak berlaku secara nasional.11

Perizinan investasi di tingkat pusat maupun daerah yang masih berjalan lambat. Jokowi menilai, masalah perizinan yang berbelit-belit baik di pusat maupun di daerah, dan belum ada penyelesaian yang drastis. Implikasi ekonomis dari prosedur yang panjang dan berbelit-belit adalah semakin panjang jalur birokrasi atau prosedur yang harus dilalui, semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan.12z

9Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat, Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik, (Bandung: Nuansa, 2012), hlm. 91

10Ibid.

11Indah Fitriani, Evaluasi Atas Hambatan Investasi, Makalah Universitas Indonesia, disampaikan Sebagai Anggota Satuan Audit Internal, 26 Februari 2008, hlm 5.

12Andrian Sutedi,Op.Cit, hlm 49

(15)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian lebih lanjut yang berjudul “PERIZINAN BIAYA TINGGI DAN DAMPAKNYA

TERHADAP PENANAMAN MODAL ASING PADA SEKTOR

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) STUDI KASUS PADA PT. X DI MANDOGE KABUPATEN ASAHAN”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimana wewenang Pemerintah Daerah dalam pembangunan Pembangkit Listrik Tenanga Air (PLTA)?

2. Bagaimana izin yang dikeluarkan Pemerintah Daerah yang tumpang tindih dengan pihak yang berkompeten lainnya dalam proses perizinan yang dibutuhkan untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)?

3. Bagaimana dampak perizinan dengan biaya tinggi terhadap Penanaman Modal Asing pada sektor Pembangkit Listrik Tenaga Air (Studi kasus pada PT.X di Mandoge Kabupaten Asahan)?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui apa yang menjadi wewenang Pemerintah Daearah dalam Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air.

2. Untuk mengetahui adakah izin yang dikeluarkan Pemerintah Daerah yang tumpang tindih dengan pihak yang berkompeten lainnya dalam proses perizinan yang dibutuhkan dalam pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air.

(16)

3. Untuk mengetahui dampak perizinan biaya tinggi terhadap penanaman modal asing pada sektor Pembangkit Listrik Tenaga Air.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis, yaitu:

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikann kontribusi pemikiran bagi peningkatan dan pengembangan ilmu pengetahuan serta manfaat secara teoritis berupa pengetahuan dalam bidang Ilmu Hukum khususnya bidang Hukum Ekonomi, terutama berkaitan dengan Perizinan biaya tinggi dan dampaknya terhadap penanaman modal asing pada sektor pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian diharapkan dapan memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya pihak yang sering terlibat dalam kegiatan izin penanaman modal baik birokrasi pemerintah, investor, maupun pihak-pihak lain yang berhubungan dengan kegiatan izinpenanaman modal agar kiranya memudahkan pemahaman dalam proses izin penanaman modal dan perkembangannya di Indonesia.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan pada Arsip Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara/Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, telah diketahui bahwa skripsi dengan judul Perizinan Biaya Tinggi Dan

(17)

Dampaknya Terhadap Penanaman Modal Asing Pada Sektor Pembangkit Listrik Tenaga Air (Studi KasusPada PT. X diMandoge Kabupaten Asahan) tidak ada judul yang sama dengan skripsi yang telah ada sebelumnya. Namun ada beberapa judul terkait dengan penanaman modal asing, antara lain:

Amriati Djalil. Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar (2016), dengan judul penelitian Tinjauan Hukum Pemberian Izin Pemerintah Daerah Terhadap Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (StudiKasus Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Enrekang). Ada permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Pelaksanaan wewenang Pemerintah Daerah dalam memberikan izin terhadap pembangunan Pembangkit Litrik Tenaga Air di Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Enrekang.

2. Pemberian izin pemerintah daerah terhadap pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air di Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Enrekang telah sesuai dengan aturan.

Skripsi ini di tulis berdasarkan ide, gagasan, serta pemikiran panulis yang diperoleh dari berbagai sumber referensi dan bukanlah berdasarkan tindakan peniruan karya tulis orang lain dan oleh karena itu keaslian dari skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan. Penulisan skripsi ini penulis memperoleh data dari berbagai sumber baik buku-buku, jurnal ilmiah, media cetak, media elektronik dan wawancara dengan pihak perusahaan. Jika terdapatnya kesamaan dan kutipan, hal itu semata-mata digunakan sebagai referensi yang penulis perlukan dalam penelulisaan skripsi ini.

(18)

F. Tinjauan Penelitian 1. Perizinan

Perizinan adalah pemberian legalitas kepada seseorang atau pelaku usaha/kegiatan tertentu, baik dalam bentuk izin maupun tanda daftar usaha. Izin ialah salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam hukum administrasi, untuk mengemudikan tingkah laku para warga.13Selain itu izin juga dapat diartikan sebagai dispensasi atau pelepasan/pembebasan dari suatu larangan.

Terdapat juga pengertian izin dalam arti sempit maupun luas:14

a. Izin dalam arti luas yaitu semua yang menimbulkan akibat kurang lebih sama, yakni bahwa dalam bentuk tertentu diberi perkenaan untuk melakukan sesuatu yang mesti dilarang.

b. Izin dalam arti sempit yaitu suatu tindakan dilarang, terkecuali diperkenankan, dengan tujuan agar ketentuan-ketentuan yang disangkutkan dengan perkenaan dapat dengan teliti diberikan batas-batas tertentu bagi tiap kasus.

Berdasarkan penegrtian yang diuraikan oleh M.W Van Praag, dapat diuraikan beberapa unsure dari perizinan, yaitu:

1. Instrument Yuridis

Negara hukum modern tugas, kewenangan pemerintah tidak hanya sekedar menjaga ketertiban dan keamanan (rust enorde), tetapi juga mengupayakan kesejahtraan umum (bestuurszorg). Tugas dan wewenang pemerintah untuk menjaga ketertiban dan keamanan merupakan tugas klasik yang sampai kini masih

13Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Perizinan, (Surabaya: Yuridika, 1993), hlm 2.

14Ibid., hlm 2-3.

(19)

tetap diperhatikan. Pemerintah diberikan wewenang dalam bidang pengaturan, yang dari fungsi pengaturan ini muncul beberapa instrumen yuridis untuk menghadapi peristiwa individual dan kongkret yaitu dalam bentuk kepuasan.

Salah satu wujud dari keputusan ini adalah izin.15 2) Peraturan Perundang – undangan

Prinsip dalam negara hukum adalah wetmatigheid vanbestuuratau pemerintah berdarkan peraturan perundang-undangan. Perbuatan dan penerbitan keputusan izin merupakan tindakan hukum pemerintah. Sebagai tindakan hukum, harus ada wewenang yang diberikan oleh peraturan peraturan perundang- undangan harus berdasarkan pada asas legalitas. Tanpa dasar wewenang, tindakan hukum itu menjadi tidak sah, oleh karena itu dalam hal membuat dan menerbitkan izin haruslah didasarkan pada wewenag yang diberikan oleh peraturan perundang- undangan yang berlaku, karena tanpa adanya dasar wewenang tersebut keputusan izin tersebut menjadi tidak sah.

Pemerintah memperoleh wewenang untuk mengeluarkan izin, yang mana secara tegas diatur dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar dari perizinan tersebut. Kewenangan pemerintah dalam bidang tersebut bersifat diskresionare power atau berupa kewenangan bebas, dalam artikepada pemerintah

diberikan kewenangan untuk mempertimbangkanatas dasar inisiatif sendiri hal-hal yang berkaitan dengan izin.

3) Organ Pemerintah

Organ pemerintah adalah organ yang menjalankan unsurpemerintahan baik di tingkatpusat maupun di tingkat daerah.

15Ibid, hlm. 202.

(20)

4) Peristiwa Konkret

Peristiwa konkret artinya peristiwa terjadi pada waktu tertentu, orang tertentu, tempat tertentu, dan fakta hukum tertentu. Karena peristiwa kongkrit ini beragam, sejalan dengan keragaman perkembangan masarakat, maka izin pun memiliki berbagai keragaman.

5) Prosedur dan Persyaratan

Prosedur dan persyaratan perizinan berbeda-beda tergantung jenis izin dan instansi pemberi izin menurut Soehino, syarat-syarat izin bersifat konstitutif dan kondisional. Bersifat konstitutif yaitu dalam hal izin itu ditentukan suatu perbuatan konkret, dan apa bila tidak dipenuhi dapat dikenakan sanksi. 16

Hakikatnya dasar izin merupakan keputusan pejabat/badan Tata Usaha Negara (TUN) yang berwenang, yang isi substansinya mempunyai sifat sebagai berikut :

a) Izin bersifat bebas, adalah izin sebagai keputusan Tata Usaha Negara (TUN) yang penerbitannya tidak terkait pada aturan danhukum tertulis serta organ yang berwenang dalam izin memiliki kadar kebebasan yang besar dalam memutuskan pemberian izin;

b) Izin bersifat terkait, adalah izin sebagai keputusan Tata Usaha Negara (TUN) yang terkait pada aturan dan hukum tertulis dan tidak tertulis serta organ yang berwenang dalam izin pemberian kebebasan dan wewenang tergantung pada sejauhmana peraturan perundang-undanganmengaturnya.

c) Izin bersifat menguntungkan, merupakan izin yang isinya mempunyai sifat menguntungkan pada yang bersangkutan. Izin yang memberikeuntungan

16Andrian Sutedi,Op.Cit, hlm 173-175

(21)

kepadayang bersangkutan atau pemenuhan tuntutan yang tidak akan ada tanpa keputusan tersebut;

d) Izin yang bersifat memberatkan, menurut izin yang isinya mengandung unsur-unsur memberatkan dalam bentuk ketentuan-ketentuan yang berkaitan kepadanya;

e) Izin yang bersifat berakhir, merupakan izin yang menyangkut tindakan- tindakan yang akan segera berakhir atau izin yang masa berlakunya relatif pendek;

f) Izin yang berlangsung lama, merupakan izin yang menyangkut tindakan- tindakan yang berakhirnya atau masa berlakunya relatif lama;

g) Izin yang bersifat peribadi, merupakan izin yang isinya tergantung pada sifatnya atau kualitas pribadi dan pemohon izin; dan

h) Izin bersifat kebendaan, merupakan izin yang sifatnya tergantung pada sifatnya dan objek izin.17

Perizinan mempunyai fungsi mengatur dan menertibkan. Sebagai fungsi mengatur yaitu dimaksudkan agar izin atau setia izin tempattempat usaha, bangunan dan bentuk kegiatan masyarakat lainnya tidak bertentangan satu sama lain, sehingga terciptanya ketertiban dalam segi kehiduapan bermasyarakat.

Sebagai fungsi mengatur, dimaksudkan bahwa perizinan yang ada dapat dilaksanakan sesuai dengan peruntukannya, sehingga tidak terdapat penyalahgunaan izin yang telah diberikan, dengan kata lain fungsi pengaturan ini dapat disebut juga sebagai fungsi yang dimiliki oleh pemerintah.18

17Andrian Sutedi, Op.Cit, hlm 173-175

18Ibid, hlm 193

(22)

Pada dasarnya perizinan mempunyai tujuan hal ini tergantung pada kenyataan konkret yang dihadapi, sebagai berikut:

a) Keinginan mengarahkan (mengendalikan) aktivitasaktivitas tertentu;

b) Mencegah bahaya bagi lingkungan;

c) Keinginan melindungi objek-objek tertentu; Hendak membagi benda-benda yang sedikit;

d) Pengarahan, dengan menyeleksi orang-orang dan aktivitas, dimana pengurus harus memenuhi syarat tertentu.19

Sesuai dengan sifatnya yang merupakan bagian dari ketetapan, izin selalu dibuat dalam format tertulis. Sebagai tetetapan tertulis, secara umum izin memuat substansi sebagai berikut:20

a) Kewenangan Lembaga

Dalam izin dinyatakan yang memberikan, bisanya dari kepada surat dan penandatanganan izin akan nyata lembaga mana yang memberikan izin. Pada umumnya perbuat aturan akan menunjuk lembaga berwenang dalam sistem perizinan, lembaga yang paling berbekal mengenai mated dan tugas bersangkutan, dan yang terkait adalah lembaga pemerintahan.Oleh Karena itu, bila dalam suatu undang-undang tidak dinyatakan dengan tegas lembaga dari lapisanpemerintahan tertentu yang berwenang tetapi misalnya hanya dinyatakan secara umum bahwa haminte yang berwenang, maka dapat diduga bahwa yang ialah lembaga pemerintahan maminte yakni wali haminte dengan para anggota pengurus harian.

b) Pencantuman Alamat

19Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat, Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik, (Bandung: Alumni, 2009), hlm. 218

20Mustafa Lutfi, op.cit, hlm. 87

(23)

Izin ditujukan pada pihak yang berkepentingan. Biasanya izin lahir setelah yang berkepentingan mengajukan permohonan untuk itu. Oleh karena itu, keputusan yang memuat izin dialamatkan pula kepada pihak yang memohon izin.

Izin biasanya dialami orang atau badan hukum.

c) Substansi dalam Dictum

Keputusan yang memuat izin, demi alasan kepentingan hukum,harus memuat uraian sejelas mungkin untuk apa izin itudiberikan.Bagaimanakeputusan ini,dimanaakibat-akibathukumyangditimbulkan oleh keputusan, yang biasa disebut dengan dictum yangmerupakan inti dari keputusan. Dictum terdiri atas keputusan pasti,yang memuat hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dituju olehkeputusan ini.

d) Persyaratan

Sebagai mana kebanyakan keputusan, didalamnya mengandung ketentuan, pembatasan dan syarat-syarat (viirschrifter, bekerkingen,en voorwaardan), demikian pula dengan keputusan yang berisi izin.Ketentuan-ketentuan ialah kewajiban-kewajibanyang dapat dikaitkan dengan ketentuan-ketentuan yang menguntungkan. Ketentuan-ketentuan pada izin banyak terdapat dalam hukum administrasi.

e) Penggunaan Alasan

Pemberian alasan dapat memuat hal-hal seperti ketentuan undang-undang, pertimbangan-pertimbangan hukum dan penetapan fakta. Penyebutan ketentuan perundang-undang memberikan pegangan kepada semua yang bersangkutan, organ penguasa, dan yang berkepentingan dalam menilai keputusanterkait.

Ketentuan undang-undang berperan pula dalam penilaian oleh yang

(24)

berkepentingan tentang apa yang harus dilakukan dalam hal mereka menyetujui keputusan yang bersangkutan.

f) Penambahan Substansi Lainnya

Pemberitahuan tambahan dapat berisi bahwa kepada yangdialamatkan ditunjukkan akibat-akibat dari pelanggaran ketentuan dalam izin, seperti sanksi- sanksi yang mungkin diberikan pada ketidak patuhan. Pemberitahuan- pemberitahuan ini mungkin saja merupakan petunjuk-petunjuk bagaimana sebainya bertindak dalam mengajukan permohonan-permohonan berikutnya atau informasi umum dari organ pemerintahan yang berhubungan dengan kebijakannya sekarang atau dikemudian hari.

2. Pemerintah Daerah

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 18 merupakan dasar hukum pembentukan Pemerintahan Daerah dan penyelenggaraan otonomi daerah dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab kepada daerah.

Dalam menentukan kewenangan yang dimiliki oleh daerah, berlaku teori residu, kewenangan daerah merupakan sisa dari semua kewenangan setelah dikurangi lima kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah pusat. Dengan demikian berarti kewenangan yang dimiliki daerah tidak terhingga, sehingga setiap daerah dapat menyelenggarakan kewenangan sebanyak-banyaknya tergantung kebutuhan dan kemampuan daerah yang bersangkutan.

Suatu daerah dibatasi oleh letak geografis, seperti provinsi-provinsi di Indonesia. Tetapi provinsi-provinsi di Indonesia juga merupakan kesatuan administratife pemerintah. Suatu daerah mungkin di cirikan oleh kesamaan dalam

(25)

hal sosial budaya, dalam hal iklim, lahan, flora, dan fauna, dan dalam hal ekonomi wilayah.21

Dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan asas desentralisasi, asas dekonsentrasi, dan asas tugas pembantuan. Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah, pasal 1 butir 7 menjelaskan bahwa asas desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom berdasarkan asas otonomi yang mengacu pada prinsip dasar penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan otonomi daerah. Dalam asas ini daerah berhak untuk menjalankan segala urusan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah yang diberikan oleh pemerintah pusat namun masih dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Asas dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat kepada gubernur sebagai wakil pemerintah pusat, kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, dan/atau kepada gubernur dan bupati/wali kota sebagai penanggung jawab urusan pemerintahan umum.

Maksudnya adalah pelimpahan wewenang pemerintahan yang sebenarnya kewenangan itu ada ditangan pemerintah pusat, yakni menyangkut penetapan strategi kebijakan dan pencapaian program kegiatannya, diberikan kepada gubernur atau instansi vertical didaerah berdasarkan arahan kebijaksanaan umum

21Vieta Imelda Cornelis, Hukum Pemerintahan Daerah .(Surabaya : Aswaja Pressindo, 2016), hlm 87

(26)

dari pemerintah pusat, sedangkan sektor pembiayaannya tetap dilaksanakan oleh pemerintah pusat.22

Asas tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat atau dari pemerintah daerah provinsi kepada daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah provinsi.23Maksudnya adalah bahwa tugas pembantuan kepada pemerintahan desa merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemeriintah kabupaten atau kota

3. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah salah satu pembangkityang memanfaatkan aliran air untuk diubah menjadi energi listrik. Energi listrik yang dibangkitkan ini biasa disebut sebagai hidroelektrik. Pembangkit listrik ini bekerja dengan cara merubah energi air yang mengalir dari bendungan atau air terjun menjadi energi mekanik dengan bantuan turbin air dan dari energi mekanik menjadi energi listrik dengan bantuan generator. Kemudian energi listrik tersebut dialirkan melalui jaringan-jaringan yang telah dibuat, hingga akhirnya energi listrik tersebut sampai ke konsumen. PLTA merupakan sumber listrik bagi masyarakat yang memberikan banyak keuntungan terutama bagi masyarakat Npedalaman di seluruh Indonesia. Disaat sumber energi lain mulai menipisdan memberikan dampak negatif, maka air menjadi sumber yang sangat penting karena dapat dijadikan sumber energi pembangkit listrik yang murah dan tidak

22Sunarno Siswanto, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2014), hlm. 7

23Ibid., hlm 8.

(27)

menimbulkan polusi. Selain itu, Indonesia kaya akan sumber daya air sehingga sangat berpotensial untuk memproduksi energi listrik yang bersumber daya air.

Saat ini permintaan akan kebutuhan listrik semakin bertambah, hal ini disebabkan oleh :24

a) Pertambahan jumlah penduduk yang makin tinggi;

b) Perkembangan yang cukup pesat di sektor jasa dan industri;

c) Pembangunan sarana pemerintahan yang semakin meningkat;

Pembangkit tenaga listrik dengan tenaga air diklasifikasikan atas 4 (empat)golongan berdasarkan kriteria besarnya kapasitas energi yang dapat dibangkitkan. PLTA dengan kapasitas hingga 99kW diklasifikasikan sebagai Mikro Hidro, yang berkapasitas antara 100kW-999kW diklasifikasikan sebagai PLTA kapasitas rendah, yang berkapasitas antara 1000kW-9999kW diklasifikasikan sebagai PLTA kapasitas sedang, dan yang berkapasitas lebih dari 10.000kW merupakan PLTA kapasitas tinggi. Skalapengembangan masing- masing jenis klasifikasi pembangkitanenergi tenaga air didasarkan kepada kepentingan-kepentingan pengembangan wilayah, strategi pembangunan, dan potensi tenaga air yang dimiliki.

Di Indonesia terdapat banyak sekali sungai-sungai besar maupun kecil yang terdapat di berbagai daerah. Hal ini merupakan peluang yang bagusuntuk pengembangan energi listrik di daerah khususnya daerah yang belum terjangkau energi listrik. PLTA mulai dikembangkan di Indonesia secara bertahap pada tahun

24Melanda

Kucing,http://www.academia.edu/5308778/TUGAS_PEMBANGKIT_PEMBANGKIT_LISTRIK _ TENAGA_AIR, diakses 2 oktober 2019.

(28)

1900. Masa itu merupakan era dimana penggunaan bahan bakar minyak merupakan sumber energi utama di dunia. Pengembangan PLTA tidak terlalu diprioritaskan oleh karena itu progresnya berjalan lambat. Sedangkan sekarang, pengembangan PLTA mulai di tinjau ulang karena penggunaan bahan bakar minyak mengahasilkan banyak polusi lingkungan dan persediaan bahan bakar minyak mulai menipis.

Tenaga air memiliki beberapa keuntungan yang tidak dapat dipisahkan Bahan bakar untuk PLTU adakah batubara. Berdasarkan pengertian yang sama, kita dapat mengatakan bahwa bahan bakar untuk PLTA adalah air. Nyatanya suatu jurnal teknis mengenai tenaga air menamakannya sebagi batubara putih.

Tetapi keunggulan untuk bahan bakar PLTA ini sama sekali tidak akan habis terpakai ataupun berubah menjadi yang lain. PLTA tidak menghadapi masalah pembuangan limbah. PLTA merupakan suatu sumber energi yang abadi.

Air melintas melalui turbin tanpa kehilangan kemampuan pelayanan untuk wilayah di hilirnya. Biaya pengoperasian dan pemeliharaan PLTA sangat rendah.

Pada PLTA, transportasi batubara putih berlangsung secara alamiah. Turbin- turbin pada PLTA bisadioperasikan setiap saat dan cukup sederhana untuk dimengerti.

Peralatan PLTA yang mutakhir, umumnya memiliki peluang yang besar untuk bisa dioperasikan selama 50 tahun. PLTA bisa diamanfaatkan untuk cadangan yang bisa diandalkan pada sistem kelistrikan terpadu. Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) bekerja dengan cara merubah energi potensial (dari Dam atau air terjun) menjadi energi mekanik (dengan bantuan turbin air) dan dari energi

(29)

mekanik menjadi energi listrik (dengan bantuan generator). PLTA dapat beroperasi sesuai dengan perancangan sebelumnya, bila mempunyai Daerah Aliran Sungai (DAS) yang potensial sebagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan dalam pengoperasian PLTA tersebut.

Pada operasi PLTA tersebut, perhitungan keadaan air yang masuk pada waduk/Dam tempat penampungan air, beserta besar air yang tersedia dalam waduk/Dam dan perhitungan besar air yang akan dialirkan melalui pintu saluran air untuk menggerakkan turbin sebagai penggerak sumber listrik tersebut, merupakan suatu keharusan untuk dimiliki, dengan demikian kontrol terhadap air yang masuk maupun yang didistribusikan ke pintu saluran air untuk menggerakkan turbin harus dilakukan dengan baik, sehingga dalam operasi PLTA tersebut, dapat dijadikan sebagai dasar tindakan pengaturan efisiensi penggunaan air maupun pengamanan seluruh sistem, sehingga PLTA tersebut, dapat beroperasi sepanjang tahun, walaupun pada musim kemarau panjang.

Kapasitas PLTA diseluruh dunia ada sekitar 675.000 MW ,setara dengan 3,6 Milyar Barrel minyak atau sama dengan 24 pwersen kebutuhan listrik dunia yang digunakan oleh lebih satu Milyar orang. Dalam penentuan pemanfaatan suatu potensi sumber tenaga air bagi pembangkitan tanaga listrik ditentukan oleh tiga faktor yaitu:

a) Jumlah air yang tersedia, yang merupakan fungsi dari jatuh hujan.

b) Tinggi terjun yang dapat dimanfaatkan, hal mana tergantung dari topografi daerah tersebut.

(30)

c) Jarak lokasi yang dapat dimanfaatkan terhadap adanya pusat-pusat beban atau jaringan transmisi. Komponen-komponen dasar PLTA berupa Dam, turbin, generator dan transmisi. Dam berfungsi untuk menampung air dalam jumlah besar karena turbin memerlukan pasokan air yang cukup dan stabil. Selain itu Dam juga berfungsi untuk pengendalian banjir.

G. Metode Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan yang meliputi Kantor PT X, Mandoge, karena beberapa instansi diatas merupakan instansi yang berperan penting mengeluarkan data-data sehingga terbitnya surat izin pembangunan Pembangkit Litrik Tenaga Air (PLTA) dan karena lokasi ini juga ditemukan masalah-masalh terkait penulisan skripsi ini.

2. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah yuridis empiris. Yuridis empiris adalah penelitian yang menghasilkan data deskripsi dengan cara memperoleh data secara langsung dari subjek sebagai sumber pertama dalam penelitian lapangan mengenai Perizinan biaya tinggi dan dampaknya terhadap penanaman modal asing pada sektor pembangkit listrik tenaga air (Studi Kasus pada PT. X di Mandoge Kabupaten Asahan).25Sifat penelitian yang dipergunakan adalah deskriptif analitis yaitu melakukan deskripsi terhadap hasil penelitian dengan data yang selengkap dan sedetail mungkin.26

25Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat (Jakarta: Raja Grafindo, 2013), hlm 208.

26Ibid, hlm 301

(31)

3. Sumber Data

Penelitian ini, penulis menggunakan data-data yang mempunyai hubungan dengan permasalahan dan tujuan penulisan, adapun jenis dan sumber data yang penulis gunakan dibagi ke dalam dua jenis data, yaitu:

a. Data Primer

Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama.27Dalam penggunaan data primer, pengumpulan data melalui field Research terutama dengan menggunakan metode wawancarasecara langsung.

b. Data Sekunder

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dengan mengkaji dokumen- dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian.28 Data dariinternet, peraturan perundang-undangan, maupun sumber tertulis lainnya yang masih berhubungan dengan objek penelitian.

4. Teknis Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : a. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan dengan melakukan observasi dan interview, dengan pihak-pihak terkait dengan permasalahan yang

menjadi materi pembahasan.

1) Observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung yangberkaitan dengan topik permasalahan di lapangan.

27Aminuddin, H. Zainal Abidin, Pengantar Metode Penelitian Hukum,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 30.

28Ibid

(32)

2) Interview, yaitu mengadakan wawancara secara langsungdengan dengan informan terkait,

b. Penelitian Kepustakaan

Dalam penelitian kepustakaan, penulis melakukan pengkajian dan mengolah data-data tersebut dalam dokumen-dokumen resmi, peraturan perundang- undangan, jurnal, dan kajian-kajian ilmiah serta buku-buku yang berkaitan dengan latar belakang permasalahan, termasuk dapat mengumpulkan data melalui media elektronik dan media-media informasi lainnya. Data data yang telah ditelusuri dipilih dan dipilah sesuai dengan kepentingan (ugensi) dari penulisan kripsi.

5. Analisa Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif, yaitu menganlisis data dari studi lapangan dan keputustakaan dengan cara menjelaskan dan memaparkan hasil atau kenyataan objek yang akan disusun secara logis, selanjutnya, dari pegumpulan data dan hasil penelitian yang telah dianalisis dan dibahas disusun dalam suatu laporanhasil penelitian mengenai tinjauwan terhadap izin yang diberikan kepada perusahaan asing oleh pemerintah daerah untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) disepanjang daerah aliran sungai di Kabupaten Asahan.

H. Sistematika Penulisan

Pada bagian ini terdapat ringkasan garis besar dari lima bab yang terdapat di dalam skripsi ini. Adapun sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

(33)

BAB I Pendahuluan. Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II Wewenang Pemerintah Daerah Dalam Penyelesaian Kegiatan Penanaman Modal Sector Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) terdiri dari:

Pokok-Pokok Ketentuan Penanaman Modal di Indonesia, Kewenangan Penyelenggaraan Pelayanan Penanaman Modal, Wewenang Pemerintah Daerah dalm Pelayanan Penanaman Modal Sektor Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

BAB III Tumpang Tindih Perizinan yang Dikeluarkan Oleh Pemerintah Daerah dan Instansi Lain dalam Kegiatan Penanaman Modal Sektor Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) terdiri dari: Izin Penanaman Modal dalam Sektor Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Tumpang Tindih Perizinan yang Dikeluarkan oleh Pmerintah Daerah dan Instansi Lain dalam Kegiatan Penanaman Modal Sektor Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

BAB IV Perizinan Biaya Tinggi dan Dampaknya Terhadap Penanaman Modal Asing pada Sektor Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Studi Kasus Pada PT. X di Mandoge Kabupaten Asahan terdiri dari: Perizinan Biaya tinggi dan Dampaknya terhadap Penanaman Modal, Penanaman Modal Asing pada Sektor Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) oleh PT. X di Mandoge Kabupaten Asahan, Perizinan Biaya Tinggi dan Dampaknya terhadap Penanaman Modal Asing pada Sektor Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Studi Kasus pada PT.

X di Mandoge Kabupaten Asahan.

(34)

BAB V Penutup berisikan Kesimpulan dan Saran.Dalam bab ini penulis membuat suatu kesimpulan dan saran dimana saran dibuat untuk menjadi bahan masukan mengenai masalah yang termuat dalam penulisan skripsi ini.

(35)

BAB II

WEWENANG PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN KEGIATAN PENANAMAN MODAL SEKTOR PEMBANGKIT LISTRIK

TENAGA AIR (PLTA)

A. Pokok – Pokok Ketentuan Penanaman Modal di Indonesia 1. Pengertian dan Dasar Hukum Penanaman Modal

Istilah investasi berasal dari bahasa latin, yaitu investire yang artinya memakai29, sedangkan dalam bahasa Inggris, disebut dengan investment. Istilah investasi berasal dari kata invest yang berarti menanam atau menginvestasikan uang atau modal.30

Istilah investasi atau penanaman modal merupakan istilah-istilah yang dikenal, baik dalam kegiatan bisnis sehari-hari maupun dalam bahasa perundang- undangan. Istilah investasi merupakan istilah yang lebih popular dalam dunia usaha, sedangkan istilah penanaman modal lebih banyak digunakan dalam bahasa perundang-undangan. Namun, pada dasarnya kedua istilah tersebut mempunya pengertian yang sama sehingga kadang-kadang digunakan secara interchangeable.31

Pasal 1 Undang-Undang Penanaman Modal, menyebutkan bahwa Penanaman Modalah adalah segala bentuk kegiatan Penanaman modal, baik oleh penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing untuk melakukan usaha diwilayah Negara Republik Indonesia.32

29Salim dan Budi Sutrisno, Op.Cit,hlm. 31.

30Hasan Shadily, Kamus Lengkap Inggris – Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,2010) hlm. 330.

31Ida Bagus Rahmadi Supanca, Kerangka Hukum dan Kebijakan Investasi Langsung di Indonesia, ( Bogor; Ghalia Indonesia, 2006), hlm.1.

32Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun2007 Tentang Penanaman Modal, Pasal 1.

(36)

Untuk memahami pengertian investasi secara mendalam, harus diketahui beberapa pengertian dari para ahli dan dari berbagai kamus, berikut pengertian mengenai investasi antara lain:

a. Kamaruddin Ahmad, memberikan pengertian investasi dalam tiga arti yaitu

“ (1) Suatu tindakan untuk membeli saham, obligasi atau suatu penyertaan lainnya, (2) Suatu tindakan membeli barang – barang modal, dan (3) Pemanfaatan dana yang tersedia untuk produksi dengan pendapatan dimasa yang akan dating”.33

b. Menurut Sadono Sukirno, investasi dapat diartikan

“sebagai pengeluaran atau pengeluaran penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang – barang modal dan perlengkapan – perlengkapan produksi untuk menambah kemapuan produksi barang – barang dan jasa – jasa yang tersedia dalam perekonomian”.34

c. Menurut Salim HS

“investasi adalah penanaman modal yang dilakukan oleh investor, baik investor asing maupun domestic dalam berbagai bidang usaha yang terbuka untuk investasi, dengan tujuan memperoleh keuntungan”.35 d. Harjono mengartikan:

“investasi sebagai suatu kegiatan yang dilakukan baik oleh pribadi (natural person) maupun badan hukum (juridical person) dalam upaya meningkatkan dan atau mempertahankan nilaimodalnya, baik yang berbentuk uang tunai, peralatan, asset tak bergerak, hak atas kekayaan intelektual, maupun keahlian”.

e. Menurut Idah Bagus Rahmadi Supancana

“investasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan baik oleh orang pribadi (natural person) maupun badan hukum (juridical person), dalam upaya untuk meningkatkan dan atau mempertahankan nilai modalnya, baik

33Panji Anorage, Perusahaan Multinasional dan Penanaman Modal Asing, (Jakarta:

Pustaka Jaya,1994), hlm. 47.

34Sadono Sukirno, Pengantar Teori Ekonomi Makro, (Jakarta: Raja Grafindo,1994), hlm.

36. 35

Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada,2008), hlm. 33.

(37)

yang berbentuk uang tunai (cash money), peralatan (equipment), asset tak bergerak, hak atas kekayaan intelektual, maupun keahlian”.36

Dari beberapa pengertian diatas, dapat ditarik unsur-unsur terpenting dari kegiatan investasi atau penanaman modal, yaitu:

a. Adanya motif untuk meningkatkan atau setidak-tidaknya untuk mempertahankan modal.

b. Bahwa modal tersebut tidak hanya mencakup hal-hal yang bersifat kasat mata dan dapat diraba, tetapi juga mencakup sesuatu yang bersifat tidak kasat matadan tidak dapat diraba.

c. Investasi dibagi menjadi dua macam yaitu investasi asing dan investasi domestik. Investasi asing yang bersumber dari pembiayaan luar negeri, sedangkan investasi domestic adalah investasi yang bersumber dari pembiayaan dalam negeri.

Sebelum berlakunya Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, keberadaan penanaman modal diatur dalam dua Undang- Undang terpisah yakni UU No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan UU No. 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri.

Undang-undang penanaman modal tidak mengadakan pembedaan antara penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing. Oleh karena itu, undang-undang yang mengatur mengenai kegiatan penanaman modal, baik penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri dan tidak mengadakan pemisahan undang-undang secara khusus, seperti halnya undang-

36Ida Bagus Rachmadi Supancana, Kerangka Hukum & kebijakan Investasi Langsung di Indonesia, (Ciawi-Bogor:Ghalia Indonesia, 2006), hlm. 2

(38)

undang penanaman modal terdahulu yang terdiri dari dua undang-undang, yaitu undang-undang penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing.37

Secara umum dikenal ada dua macam penanaman modal, yaitu terdiri dari:

a) Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Pengertian penanaman modal dalam negeri dapat ditemukan dalam pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Penanaman modal dalam negeri adalah bagian dari pada kekayaan masyarakat Indonesia, termasuk hak-hak dan benda-benda, baik yang dimiliki oleh negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia, yang disisihkan/disediakan guna menjalankan sesuatu usaha sepanjang modal tersebut tidak diatur oleh ketentuan-ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing.38

Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, dijelaskan bahwa Penanaman modal dalam negeri merupakan kegiatan menanamkan modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanaman modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.39 Pihak yang dapat menjadi penanaman modal dalam negeri adalah:

(1) Orang-perorangan warga negara Indonesia, dan atau;

(2) Badan Usaha Indonesia, dan atau;

(3) Badan Hukum Indonesia

37Ibid., hal. 121.

38Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri, Pasal 1 ayat (1).

39Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 1

(39)

Penanaman modal dalam negeri merupakan penanaman modal, dimana modal yang di investasikan berasal dari modal dalam negeri dan pemilik modalnya berasal dari warga Negara Indonesia. Pihak yang dapat mengajukan permohonan penanaman modal baru dalam rangka penanaman modal dalam negeri adalah:

a. Perseroan Terbatas (PT);

b. Commanditaire Vennootschap (CV);

c. Firma (Fa);

d. Badan Usaha Koperasi;

e. BUMN;

f. BUMD;

g. Perorangan.40

b) Penanaman Modal Asing (PMA)

Istilah penanaman modal asing merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu foreign investment. Penanaman modal asing ditemukan dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing.

Penanaman Modal Asing merupakan penanaman modal meliputi modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan undang-undang dan digunakan untuk menjalankan usaha di Indonesia. 41

Pasal 1 ayat (3) Undang – Undang Nomor 25 tahun tentang Penanaman Modal, menyebutkan Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di Indonesia di wilayah negara Republik Indonesia yang

40Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers., 2008), hlm. 129.

41Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, pasal 1.

(40)

dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.42

Penanaman modal asing diartikan sebagai perseorangan warga negara asing, badan usaha asing dan/atau pemerintah yang melakukan penanaman modal di wilayah Negara Republik Indonesia. Abila ditinjau dari lebih jauhnya pemaknaan

“modal asing” dalam pasal 1 angka 8 UUPM tidak terlalu tepat, karena terminology “modal asing” mencakup juga modal yang dimiliki oleh badan hukum Indonesia yang sebagaian atau seluruh modalnya dimiliki pihak asing atau dengan kata lain modal yang dimiliki oleh perusahaan penanaman modal asing.

Unsur – unsur Penanaman Modal Asing dalam definisi diatas dapat meliputi:

1. Dilakukan secara langsung, artinya investor secra langsung menanggung semua resiko yang akan dialami dari penanaman modal tersebut.

2. Menurut Undang – Undang, asrtinya bahwa modal asing yang diinvestasikan di Indonesia oleh investor asing harus didasarkan pada subtansi, prosedur, dan syarat – syarat yang telah ditentukan dalam peraturan Perundang – undangan yang berlaku dan ditetapkan oleh pemerintah Indonesia.

3. Digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, artinya modal yang ditanamkan oleh investor asing digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia harus berstatus sebagai Badan Hukum.

Setelah keluarnya Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2007 yang menjadi dasar hukum penanaman modal di Indonesia hanya ada 1 (satu) Undang – Undang yaitu: Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Jadi

42Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, pasal 1 angka 3.

(41)

undang – undang sebelumnya tidak berlaku lagi sepanjang yang sudah diatur dalam undang – undang nomor 25 tahun 2007 berikut peraturan pelaksanaannya, tapi aturan pelaksanaan masih tetap berlaku sepanjang belum diatur dalam Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2007. Hal yang termasuk dalam ini yaitu perjanjian internasional, baik bilateral regional, maupun multirateraldalam bidang penanaman modal yang disetujui Pemerintah Indonesia, tetap berlaku sampai berakhir perjanjian tersebut. Jadi dengan undang – undang yang baru ini mengatur penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri di Indonesia.

2. Kegiatan Usaha Penanaman Modal

Kegiatan penanaman modal secara langsung (direct investment) berkaitan erat dengan bidang usaha43 yang akan ditanami modal. Pada prinsipnya tidak semua usaha dapat ditanami modal, baik modal dalam negeri maupun asing.

Pemerintah melalui peraturan perundang-undangan dapat tidak membuka bidang usaha tertentu untuk ditanami modal. Umumnya untuk melindungi kepentingan nasional, industri dalam negeri tertentu, lingkungan hidup, dll.44

Kegiatan usaha penanaman modal merupakan kegiatan usaha menanamkan modal sesuai dengan bidang-bidang usaha yang telah diatur oleh pemerintah melalui peraturan perundang-undangan yang ada. Bidang Usaha adalah segala

43Bidang Usaha adalah segala bentuk kegiatan usaha yang dilakukan untuk memproduksi barang atau jasa pada sektor-sektor ekonomi. (Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang Daftar Bidang Usaha yang tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal . Pasal 1 ayat (1))

44Budiman Ginting dan Mahmul Siregar, Daftar Negative Investasi, Bahan Ajar Hukum Penanaman Modal Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum USU, Medan 2016. Hlm. 1

(42)

bentuk kegiatan usaha yang dilakukan untuk memproduksi barang atau jasa pada sektor-sektor ekonomi.45

Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan.46 Aturan mengenai bidang usaha yang terbuka, terbuka dengan persyaratan dan tertutup tersebut diatur dalam Pasal 12 Undang- Undang Penanaman Modal.

Penentuan kriteria dan persyaratan penyusunan bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan bertujuan untuk:47

a. Meletakkan landasan hukum yang pasti bagi penyusunan peraturan yang terkait dengan penanaman modal;

b. Menjamin transparansi dalam proses penyusunan daftar bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan;

c. Memberikan pedoman dalam melakukan pengkajian ulang atas daftar bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan;

d. Memberikan pedoman dalam melakukan pengkajian ulang atas daftar bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan;

e. Memberikan pedoman apabila terjadi perbedaan penafsiran atas daftar bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan.

45 Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang Daftar Bidang Usaha yang tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, Pasal 1 ayat (1)

46Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 12 ayat (1).

47Budiman Ginting dan Mahmul Siregar, Op.Cit., hlm. 4

(43)

Ketentuan kegiatana usaha penanaman modal tercantum dalam pasal 12 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, dimana kegiatan tersebut digolongkan dalam bidang usaha, antara lain:48

a. Bidang usaha terbuka

Bidang usaha terbuka merupakan bidang usaha yang diperkenankan untuk ditanamkan investasi, baik untuk penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing.49

b. Bidang usaha tertutup

Bidang usaha tertutup merupakan jenis usaha tertentu yang dilarang diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal oleh penanam modal.50Pasal 12 ayat (2) UUPM, menyebutkan bidang usaha yang tertutup bagi penanam modal asing adalah:51

1) Produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang.

2) Bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan undang- undang.

3) Pemerintah berdasarkan peraturan presiden menetapkan bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri, dengan berdasarkan kriteria kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan nasional, serta kepentingan nasional lainnya.

Lebih lanjutnya penjelasan dalam pasal 12 ayat (2) UUPM telah dituangkan dalam Peraturan Presiden RI Nomor 39 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha

48Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Pasal 12

49Ibid.

50Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010Tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Daftar Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, Pasal 1 ayat (1).

51Salim HS dan Budi Sutrisno, Loc. Cit.

Referensi

Dokumen terkait

(2004) pada tikus, menyebutkan bahwa supple- mentasi zat besi pada tikus hamil lebih efektif pengaruhnya terhadap peningkatan Hb dan hasil kehamilan apabila

[r]

Gambaran Umum Objek Penelitian .... Karaketristik Responden

Pada tabel 1 juga menunjukkan kualitas pemeliharaan yang lebih baik pada tambak dasar LDPE dengan jumlah Survival Rate yang tinggi yaitu mencapai 92,9%, dan FCR yang

Berupa analisis jalannya program dan pemilihan model yang sesuai untuk diimplementasikan pada data masing-masing kriteria. Subsistem ini berperan dalam

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga.. Tesis

• Grup dapat melakukan penetapan yang tidak terbatalkan untuk investasi utang yang memenuhi kriteria biaya perolehan diamortisasi atau FTVOCI sebagai diukur

12 a) Tepi daun bergerigi membentuk struktur mirip duri, bentuk daun lanset, percabangan batang berseling, rhizoid bercabang dua, pleurokarpus, seta