• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular atau Non-Communicable Diseases/NCDs merupakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular atau Non-Communicable Diseases/NCDs merupakan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit tidak menular atau Non-Communicable Diseases/NCDs merupakan penyakit kronis hasil dari kombinasi dari faktor genetik, fisiologis, lingkungan dan perilaku (Cahyati et al., 2021). Dilihat dari etimologinya, NCDs bisa terjadi karena faktor yang dapat dikendalikan atau modifiable risk factor, dan faktor yang tidak bisa dikendalikan atau unmodifiable risk factor. Kejadian kematian berhubungan dengan NCDs menempati urutan tertinggi di dunia. Berdasarkan data World Health Organization (WHO), NCDs telah menyebabkan lebih dari 41 juta kematian setiap tahun atau 71%

dari semua kematian secara global, dan 77% diantaranya terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah seperti Indonesia (Masriadi, 2016). Jenis penyakit utama dari NCDs adalah penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke, kanker, penyakit pernapasan kronis seperti penyakit paru obstruktif kronik dan asma, serta penyakit metabolik seperti diabetes (Widyasari, 2017). Keempat kelompok penyakit ini menyumbang lebih dari 80% dari semua kematian dini. Penyakit kardiovaskular menyebabkan sebagian besar kematian akibat NCDs (17,9 juta) jiwa setiap tahun, diikuti oleh kanker (9,3 juta), penyakit pernapasan (4,1 juta), dan diabetes (1,5 juta) (Zunt, Joseph Raymond; Kassebaum, Nicholas J; Blake, Natacha; Glennie, Linda; Wright, Claire; Nichols, Emma; Abd-Allah, Foad; Abdela, 2016)

Konsumsi buah dan sayuran terutama pada remaja menjadi elemen penting dalam mencegah kematian akibat NCDs. Salah satu permasalahan kesehatan yang meningkat pada remaja adalah meningkatnya prevalensi NCDs seperti obesitas, hipertensi, diabetes dan hiperkolesterolemia (Setyaningsih & Cinintya Nurzihan, 2019).

(2)

Kondisi tersebut terkait faktor risiko NCDs seperti kebiasaan merokok, kurang aktivitas fisik, serta kurang konsumsi buah dan sayur. Buah dan sayur merupakan sumber berbagai vitamin, mineral, dan serat. Serat dalam sayur dan buah berperan dalam mencegah berbagai penyakit, seperti penyakit jantung, diabetes dan stroke karena serat dapat membantu dalam menurunkan kolesterol jahat, mengontrol kadar gula darah, melancarkan sistem pencernaan, dan membuat seseorang lebih kenyang sehingga tidak makan berlebih. Memperbanyak konsumsi buah dan sayur pada remaja menjadi salah satu upaya mencegah terjadinya NCDs (Sjarif, D.R., Lestari, E.D., Mexitalia, M., Nasar, 2011).

Konsumsi buah dan sayur merupakan bagian dari diet yang direkomendasikan dalam menu sehari-hari pada remaja. WHO merekomendasikan konsumsi sayuran dan buah-buahan untuk hidup sehat adalah sejumlah 400 gram per orang per hari, yang terdiri dari 250 gram sayur (setara dengan 2 porsi atau 2 gelas sayur setelah dimasak dan ditiriskan) dan 150 gram buah, (setara dengan 3 buah pisang ambon ukuran sedang atau 1 potong pepaya ukuran sedang atau 3 buah jeruk ukuran sedang (Mardiana et al., 2018). Bagi masyarakat Indonesia terutama bagi remaja dan orang dewasa sebanyak 400-600 gram per orang per hari (Fathonah,Siti., 2020).

Masa remaja merupakan periode yang penting untuk membiasakan perilaku makan buah dan sayur untuk kesehatannya karena dapat berdampak bagi kesehatan di masa dewasa. pemilihan makanan remaja pada umumnya dipengaruhi oleh banyak faktor seperti rasa, preferensi, kelezatan, kebiasaan makan orang tua dan keluarga, ketersediaan, keterjangkauan, dan daya terima (Nurjanah, 2017). Perilaku makan sayur dan buah pada remaja di Indonesia masih belum sesuai dengan harapan. Data Riskesdas tahun 2013 menyebutkan sebanyak 93,5% penduduk remaja dan dewasa

(3)

mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan di bawah anjuran, dimana konsumsi harian buah dan sayur remaja dan dewasa di Indonesia hanya 57,1 gram (Kragilan et al., 2021).

Penelitian ini dilakukan untuk mendesain intervensi yang tepat dalam meningkatkan asupan sayur dan buah pada remaja. Hal ini penting karena dibutuhkan sebuah strategi yang berdasarkan bukti ilmiah untuk menghasilkan anjuran konsumsi buah dan sayur pada remaja. Beberapa penelitian sebelumnya mengungkapkan fakta bahwa konsumsi harian buah dan sayur masih menjadi masalah yang belum terpecahkan. Penelitian Yuliah et al (2018), di SMA Negeri 1 Mamuju Kabupaten Mamuju mengungkapkan bahwa dari 280 remaja yang diteliti, 67,1% diantaranya kurang mengkonsumsi buah dan 59,3% diantaranya kurang mengkonsumsi sayur.

Penelitian lain dilakukan Anggraeni dan Sudiarti (2018), terhadap remaja di SMPN 98 Jakarta, mengungkapkan bahwa hanya 4,3% dari 208 remaja yang diteliti yang memenuhi tingkat kecukupan konsumsi buah dan sayur, yaitu minimal 400 gr/hari.

Penelitian Oktavia et al (2019), terhadap 186 remaja di Fakultas PGSD UNY Yogyakarta mengungkapkan bahwa frekuensi konsumsi sayuran yang kurang dari 3x per hari di daerah urban adalah sebesar 57,1% lebih tinggi daripada di daerah rural sebesar 48%. Sedangkan responden yang mengkonsumsi buah kurang dari 2x per hari di daerah rural sebesar 85,7% lebih tinggi daripada di daerah urban sebesar 39,8%.

Penelitian ini penting untuk dilakukan karena masih jarang penelitian terkait kebiasaan diet pada remaja, dengan jumlah sampel yang representatif dan kuesioner yang terstandar WHO. Dengan pertimbangan tersebut, peneliti berkeinginan melaksanakan penelitian dengan judul "Faktor Determinan yang Mempengaruhi Asupan Buah dan Sayuran pada Remaja di Indonesia: Sebuah Survey Nasional”.

(4)

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimanakah pengaruh faktor determinan terhadap konsumsi buah dan sayuran pada remaja di Indonesia?

1.3 Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Menganalisis pengaruh faktor determinan terhadap konsumsi buah dan sayuran pada remaja di Indonesia.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Menganalisis pengaruh faktor usia terhadap konsumsi buah dan sayuran pada remaja di Indonesia.

2. Menganalisis pengaruh faktor minuman bersoda terhadap konsumsi buah dan sayuran pada remaja di Indonesia.

3. Menganalisis pengaruh faktor makanan cepat saji terhadap konsumsi buah dan sayuran pada remaja di Indonesia.

4. Menganalisis pengaruh faktor jenis kelamin terhadap konsumsi buah dan sayuran pada remaja di Indonesia.

5. Menganalisis pengaruh faktor rasa lapar terhadap konsumsi buah dan sayuran pada remaja di Indonesia.

1.4 Manfaat

1.4.1. Manfaat Teoritis

Sebagai implikasi teori perilaku Lawrence Green dalam kehidupan sehari-hari terkait sejauh mana pengaruh berbagai faktor determinan perilaku konsumsi buah dan sayuran pada remaja.

(5)

1.4.2. Manfaat Praktis 1. Bagi Remaja

Sebagai tambahan wawasan tentang manfaat konsumsi buah dan sayuran dalam menerapkan gaya hidup sehat pada usia remaja.

2. Bagi Perawat

Sebagai dasar pertimbangan dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok usia remaja terkait pentingnya konsumsi buah dan sayuran pada masa remaja.

1.5. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1. Hasil Penelitian Sebelumnya

No Judul Penulis Deskripsi Kesimpulan

1 Faktor Dominan Konsumsi Buah dan Sayur pada Remaja di SMPN 98 Jakarta

Anggra eni dan Sudiarti

Penelitian pada tahun 2017, berdesain cross sectional. Bertujuan mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur pada remaja. Besar sampel 208 responden, dengan teknik stratified random sampling.

Menggunakan instrumen kuesioner food recall 24-hour. Analisis data menggunakan uji t-independen, serta regresi linier ganda

Tingkat pendidikan ibu sebagai faktor dominan yang berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur, setelah dikontrol oleh variabel self-efficacy, aktivitas fisik, pengaruh orang tua, keterpaparan media massa, serta ketersediaan buah dan sayur.

2 Faktor–

Faktor yang Berhubu ngan dengan Konsumsi Buah-Sayur pada Remaja

Alfonsa Reni Oktavia Ahmad Syafiq;

Asih Setiarini

Penelitian pada bulan Mei 2017, berdesain cross sectional. Bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur pada remaja di daerah rural dan urban. Besar sampel 196 remaja, dengan teknik simple random Sampling.

Menggunakan instrumen kuesioner Analisis data menggunakan uji chi- square

Terdapat hubungan konsumsi sayuran pada remaja rural dengan tingkat pendidikan ayah dan persepsi citra diri.

Di daerah urban ada hubungan konsumsi sayuran dengan persepsi citra diri dan pendidikan pada remaja 3 Faktor-

Faktor yang Berhubung an dengan Konsumsi Buah dan Sayur pada Remaja

Nadya Itsnal Muna;

Mardia na

Penelitian pada tahun 2019, berdesain cross sectional. Bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur pada remaja sekolah menengah pertama.

Besar sampel 97 remaja, dengan teknik simple random Sampling. Menggunakan instrumen kuesioner Food Frequency Questionnaire (FFQ). Analisis data menggunakan uji chi-square

Faktor yang berhubungan dengan konsumsi

buah dan sayur pada remaja adalah jenis kelamin, pengetahuan gizi, keterampilan dalam menyiapkan

buah dan sayur, ketersediaan buah dan sayur di rumah, dukungan orangtua, dan dukungan teman sebaya.

(6)

37

Referensi

Dokumen terkait

Mampu kebidanan dengan pendekatan melakukan asuhan manajemen kebidanan pada masa pranikah dan prakonsepsi, kehamilan, persalinan dan bayi baru lahir, nifas, bayi,

Pelaksanaan you’re fest ini bertujuan untuk meningkatkan semangat berwirausaha kepada para mahasiswa agar mau dan mampu menjadi seorang wirausaha yang mandiri, ulet,

 Pencahayaan pada ruangan oleh berkas sinar matahari tidak dapat mencapai seluruh ruangan, tetapi hanya pada bagian tertentu dari ruangan, misalkan tempat belajar 

Akuntansi biaya historis telah diserang oleh banyak orang, terutama atas dasar bahwa hal itu tidak melaporkan realitas komersial atau memberikan penilaian sampai dengan

Berdarakan hasil penelitian dan identifikasi udang di bawah tumbuhan nipah kawasan mangrove Desa Swarangan Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut, spesies udang terdiri atas

Tugas : Memimpin, merumuskan kebijakan teknis operasional, mengkoordinasikan, melaksanakan kerja sama dan mengendalikan pelaksanaan dalam rangka membantu Bupati

Kandungan zat aktif pada akar tanaman Pimpinella alpina dapat dijadikan acuan untuk meneliti lebih lanjut mengenai efektivitas akar purwaceng pada penyembuhan penyakit

Therapy menggunakan adult stem cell sudah digunakan selama puluhan tahun, namun karena biayanya yang sangat mahal dan prosedur yang sangat rumit, tidak banyak pasien