• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Buku Teks Pelajaran 1. Pengertian Buku

Buku adalah kumpulan kertas berisi informasi, tercetak, disusun secara sistematis, dijilid, serta bagian luarnya diberi pelindung terbuat dari kertas tebal, karton atau bahan lain (Sitepu, 2012: 13). Definisi mengenai buku berbeda-beda, tetapi terdapat hal yang sama, seperti mengandung informasi, tercetak, dijilid, dan diterbitkan. Buku mengandung berbagai jenis informasi yang berbeda sehingga berbeda juga pemanfaatannya.

2. Jenis Buku

Buku dapat dibedakan dan dikelompokkan berdasarkan isi, sasaran pembaca, tampilan dan peruntukkannya (Sitepu, 2012: 14). Dilihat dari isinya buku dapat dikategorikan ke dalam buku fiksi, non-fiksi, dan buku fiksi ilmu pengetahuan.

Buku fiksi, bersumber dari imajinasi penulisnya dan tidak berisi kebenaran faktual, seperti buku novel. Buku non-fiksi berisi informasi faktual yang dapat dibuktikan secara nyata dan empiris seperti, buku-buku ilmu pengetahuan dan teknologi. Buku fiksi ilmu pengetahuan berisi imajinasi penulisnya, tetapi disajikan secara logis berdasarkan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan sasaran pembacanya, buku dapat dikelompokkan sebagai buku anak-anak, buku remaja, dan buku orang dewasa. Berdasarkan segi tampilannya, buku dapat dikelompokkan ke dalam buku teks, buku bergambar, dan buku gambar (picture book). Buku menurut peruntukannya dilihat dari kepentingan pendidikan, buku dibedakan menjadi buku pelajaran dan buku bacaan. Buku pelajaran berisi informasi yang dapat dijadikan sumber belajar dan disesuaikan dengan kurikulum, sedangkan buku bacaan adalah buku umum yang tidak terkait dengan kurikulum pendidikan.

3. Buku Teks Pelajaran

Buku teks adalah sarana belajar yang digunakan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi untuk menunjang suatu program pengajaran. Buku teks juga merupakan sumber informasi yang diharapkan dapat membantu siswa dalam belajar dan mencapai tujuan pembelajaran. Tercapainya tujuan pembelajaran sejalan dengan tujuan pendidikan nasional.

(2)

Tujuan pendidikan nasional merupakan arah dari semua penyelenggaraan pendidikan di Indonesia untuk semua jenis jenjang, dan tingkat pendidikan. Dalam pembukaan UUD tahun 1945 dinyatakan antara lain bahwa salah satu tujuan proklamasi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa yang dapat diwujudkan melalui pendidikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendiri bangsa ini menyadari sungguh-sungguh pentingnya peranan pendidikan dalam membangun bangsa dan negara Indonesia menuju masyarakat yang adil dan makmur (Sitepu, 2012:28). Tujuan pendidikan nasional salah satunya dapat dicapai melalui pengadaan buku teks untuk menunjang proses belajar mengajar.

Tarigan dan Tarigan (1984:13) mendefinisikan buku teks adalah buku pelajaran dalam bidang studi tertentu yang merupakan buku standar, yang disusun oleh para pakar dalam bidang itu buat maksud-maksud dan tujuan intruksional, yang diperlengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapat menunjang suatu program pengajaran.

Menurut (Sitepu, 2012:8) buku teks pelajaran adalah buku acuan wajib yang dipakai guru dan siswa di sekolah dalam proses pembelajaran. buku teks disusun oleh para ahli untuk menunjang program pengajaran. Buku teks ini digunakan sebagai pedoman baik oleh guru maupun siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

Kategorisasi buku yang di pakai di sekolah diawali tahun 1992 dengan Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah No.

262/C/Kep/R.1992 bahwa penggunaan buku di sekolah digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu:

a. buku pelajaran pokok, b. buku pelajaran pelengkap, c. buku bacaan, dan d. buku sumber. Buku pelajaran pokok merupakan buku wajib atau disebut juga buku paket, yang dijadikan buku acuan baik oleh guru maupun siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Buku pelengkap atau buku pengayaan berisi informasi yang melengkapi buku pelajaran pokok. Buku bacaan adalah buku yang berisi informasi yang tidak berkaitan langsung dengan bahan yang dituntut dalam kurikulum,tetapi dapat menambah pengetahuan atau sekedar hiburan bagi guru dan siswa. Berisi buku fiksi, non-fiksi dan fiksi ilmiah. Buku sumber adalah buku yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi yang telah terjamin kebenarannya serta bersifat baku dan dapat dijadikan sebagai rujukan resmi dalam proses belajar mengajar, seperti kamus, ensiklopedia, atlas dan himpunan undang-undang atau peraturan.

(3)

4. Fungsi Buku Teks Pelajaran

Fungsi buku menurut Tarigan dan Tarigan (1984: 19) diantaranya:

mencerminkan suatu sudut pandang, menyediakan suatu sumber yang teratur dan bertahap, menyajikan pokok masalah yang kaya dan serasi, menyediakan aneka metode dan sarana pengajaran, menyajikan fiksasi awal bagi tugas dan pelatihan dan menyajikan sumber bahan evaluasi dan remedial. Sedangkan menurut Sitepu (2012:21) dijelaskan bahwa dilihat dari isi dan penyajiannya, buku teks pelajaran berfungsi sebagai pedoman manual bagi siswa dalam belajar dan bagi guru dalam membelajarkan siswa. Pedoman bagi siswa karena digunakan sebagai acuan utama dalam mempersiapkan diri baik individu maupun kelompok sebelum dilaksanakannya pembelajaran di dalam kelas, menunjang interaksi dalam proses pembelajaran di kelas, membantu dalam mengerjakan tugas dari guru dan mempersiapkan diri untuk tes, berupa ujian formatif dan sumatif. Sedangkan bagi guru dijadikan sebagai acuan dalam membuat desain pembelajaran, mempersiapkan sumber-sumber belajar, memberikan tugas dan menyusun bahan evaluasi.

Menurut (Sitepu, 2012: 21) dijelaskan bahwa penulis buku teks pelajaran perlu mengacu ketat dalam mengembangkan isi buku teks pelajaran, perlu memperhatikan:

a. Tujuan pembelajaran yang ditetapkan dalam kurikulum,

b. Kebenaran, kemutakhiran, dan ketepatan informasi yang disampaikan berdasarkan disiplin ilmu yang bersangkutan,

c. Kedalaman dan keluasan bahan pembelajaran dikaitkan dengan kemampuan yang perlu dicapai siswa,

d. Metode pembelajaran yang sesuai untuk pencapaian tujuan pembelajaran, dan e. Bahasa yang diperlukan sesusai dengan kemampuan berbahasa siswa.

5. Kualitas Buku Teks

Semakin baik kualitas buku teks, semakin sempurna mata pelajaran yang ditunjangnya. Untuk menilai kualitas suatu buku teks, maka kita harus terlebih dahulu mengetahui kriteria atau syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh buku teks, sehingga dapat dikategorikan berkualitas tinggi. Seperti yang diutarakan Tarigan dan Tarigan (1984: 23) mengenai pedoman penilaian buku teks sebagai berikut:

a. Sudut pandang (poin of view)

Buku teks harus mempunyai landasan, prinsip, dan sudut pandang tertentu yang menjiwai atau melandasi buku teks secara keseluruhan. Sudut pandang ini berupa teori dari ilmu jiwa, bahasa, dan sebagainya.

(4)

b. Kejelasan konsep

Konsep-konsep yang digunakan dalam suatu buku teks harus jelas, dan tandas.

Konsep-konsep yang samar-samar dapat membuat siswa atau pembaca bingung sehingga menimbulkan miskonsepsi.

c. Relevan dengan kurikulum

Buku teks digunakan di sekolah dan harus relevan dengan kurikulum sehingga tujuan nasional pendidikan dapat tercapai.

d. Menarik minat

Buku teks harus mempertimbangkan minat-minat siswa. Semakin sesuai buku teks dengan minat siswa, semakin tinggi daya tarik buku teks tersebut.

e. Menumbuhkan motivasi

Buku teks yang baik ialah buku teks yang dapat membuat siswa, ingin, mau, senang mengerjakan apa yang diinstruksikan dalam buku teks.

f. Menstimulasi aktivitas siswa

Buku teks yang baik adalah buku teks yang dapat merangsang, menantang, dan menggiatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

g. Ilustratif

Ilustrasi yang cocok dapat memberikan daya tarik tersendiri serta memperjelas hal yang dibicarakan.

h. Buku teks harus dimengerti oleh pemakainya, yaitu siswa. Pemahaman harus didahului dengan komunikasi yang tepat. Sesuai dengan bahasa siswa, disusun dengan kalimat-kalimat yang efektif, terhindar dari makna ganda (ambigu), sederhana, sopan dan menarik.

i. Menunjang mata pelajaran lain

Buku teks mengenai bahasa Indonesia, misalnya disamping menunjang mata pelajaran bahasa Indonesia, juga menunjang mata pelajaran lain seperti biologi, matematika, ekonomi, dan sosial.

j. Menghargai perbedaan individu

Buku teks yang baik tidak membesar-besarkan perbedaan individu, seperti perbedaan dalam kemampuan, bakat, minat, ekonomi dan sosial budaya

k. Memantapkan nilai-nilai.

(5)

Buku teks yang baik berusaha untuk memantapkan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Uraian-uraian yang dapat merusak nilai-nilai yang berlaku sangat dihindari.

Penilaian buku pelajaran menurut Supriyadi (2001: 9) meliputi isi buku, kesesuaian dengan kurikulum, bahasa yang digunakan termasuk penyajian, grafika, dan keamanan buku. Buku pelajaran disusun dengan kalimat yang logis, mudah dipahami, dan sesuai dengan kepentingan kurikulum yang berlaku.

B. KTSP dan Kurikulum 2013

1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

KTSP merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah (Muslich, 2007: 10). Menurut Mulyasa (2006: 8) KTSP merupakan singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah atau daerah, karakteristik sekolah atau daerah, social budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik.

KTSP adalah kurikulum operasional yang pengembangannya diserahkan kepada daerah dan satuan pendidikan. Dengan demikian, melalui KTSP ini pemerintah berharap jurang pemisah yang sangat besar antara pendidikan dan pembangunan, serta kebutuhan dunia kerja dapat segera teratasi. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu atau kelompok mata pelajaran tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.

KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut:

a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dilingkungannya.

b. Beragam dan terpadu.

c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.

e. Menyeluruh dan berkesinambungan.

f. Belajar sepanjang hayat.

(6)

g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

(Muslich, 2007: 11).

2. Kurikulum 2013

Pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang, sesuai dengan SKL pada setiap satuan pendidikan (Mulyasa, 2013: 7).

Kurikulum 2013 atau Pendidikan Berbasis Karakter adalah kurikulum baru yang dicetuskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi. Kurikulum ini menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diterapkan sejak 2006 lalu.

Kurikulum 2013 adalah sistem kurikulum yang berbasis kompetensi yang diterapkan dalam Kurikulum 2013. Untuk menerapkan konsep kesamaan kurikulum 2013 antara SMA dan SMK, maka dikembangkan kurikulum Pendidikan Menengah yang terdiri atas Kelompok mata pelajaran Wajib dan Mata pelajaran Pilihan. Mata pelajaran wajib sebanyak 9 (Sembilan) mata pelajaran dengan beban belajar 18 jam per minggu belum ditambah dengan mata pelajaran peminatan sesuai dengan ciri atau jurusan pada sekolah tersebut.

Untuk Konten kurikulum 2013 (Kompetensi Inti/KI dan KD) dan kemasan konten serta label konten (mata pelajaran) untuk mata pelajaran wajib bagi SMA dan SMK adalah sama. Struktur ini menempatkan prinsip bahwa peserta didik adalah subjek dalam belajar dan mereka memiliki hak untuk memilih sesuai dengan minatnya.

C. Tinjauan Konsep

Peta konsep merupakan diagram dua dimensi yang tersusun atas konsep dan hubungan antar konsep tersebut (Redjeki, 2006: 6). Analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep (Dahar, 1996: 93).

(7)

Dalam analisis konsep perlu diidentifikasi karakteristik konsep, yang meliputi label konsep, definisi konsep, atribut konsep, hirarki konsep, jenis konsep, contoh dan non contoh.

1. Label konsep

Label konsep adalah nama konsep atau sub konsep yang dianalisis. Contoh label konsep; sel, saraf, atom, senyawa dan lain lain.

2. Definisi Konsep

Label konsep didefinisikan sesuai dengan tingkat pencapaian konsep yang diharapkan dari siswa. Untuk suatu label konsep yang sama, konsep dapat didefinisikan berbeda sesuai dengan tingkat pencapaian konsep yang diharapkan dikuasai siswa dan tingkat perkembangan kognitif siswa. Menurut Dahar (1989:

80) konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian- kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan, yang mempunyai atribut- atribut yang sama.

3. Atribut Kritis

Atribut kritis merupakan ciri-ciri utama konsep yang merupakan penjabaran definisi konsep.

4. Atribut variable

Menunjukan ciri-ciri konsep yang nilainya dapat berubah, namun besaran dan satuannya tetap. Menurut Dahar (1996) variabel ialah ciri-ciri yang mungkin berbeda diantara contoh-contoh tanpa mempengaruhi inklusi dalam kategori konsep itu.

5. Hirarki konsep

a. Konsep superordinat (konsep yang tingkatannya lebih tinggi) b. Konsep ordinat (konsep yang setara)

c. Konsep subordinat (konsep yang tingkatannya lebih rendah).

6. Jenis konsep

Jenis konsep yang dijelaskan disini hanya dua, yaitu:

a. Konsep Konkrit

Konsep konkrit,yaitu konsep yang atribut kritis dan atribut variabel dapat diidentifikasi, sehingga relatif mudah dimengerti, mudah dianalisis danmudah memberikan contoh dan non contoh. Contoh konsep konkrit antara lain: gelas kimia, tabung reaksi, pipet, warna daun, bentuk akar dan lain lain.

(8)

b. Konsep Abstrak

Konsep abstrak,yaitu konsep yang atribut kritis dan atribut variabelnya sukar dimengerti dan sukar dianalisis, sehingga sukar menemukan contoh dan non contoh. Konsep seperti ini relatif sukar untuk diajarkan/dipelajari, karena tidak mungkin mengkomunikasikan informas tentang atribut kritis konsep inimelalui pengamatan langsung. Oleh karenaitu, diperlukan model-model atau ilustrasi yang mewakili contoh dan non contoh.

D. Wacana dan Analisis Wacana Pedagogis 1. Pengertian Wacana

Wacana adalah satuan bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan, dan dapat disampaikan secara lisan atau tertulis (Tarigan, 1987: 27). Wacana dikatakan utuh apabila kalimat-kalimat dalam wacana itu mendukung satu topik yang sedang dibicarakan, sedangkan wacana dikatakan padu apabila kalimat-kalimatnya disusun secara teratur dan sistematis, sehingga menunjukkan keruntututan ide yang diungkapkan.

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai batasan wacana di atas pengertian wacana adalah satuan bahasa lisan maupun tulis yang memiliki keterkaitan atau keruntutan antar bagian (kohesi), keterpaduan (koheren), dan bermakna (meaningful), digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial.

Berdasarkan pengertian tersebut, persyaratan terbentuknya wacana adalah penggunaan bahasa dapat berupa rangkaian kalimat atau rangkaian ujaran (meskipun wacana dapat berupa satu kalimat atau ujaran). Wacana yang berupa rangkaian kalimat atau ujaran harus mempertimbangkan prinsip-prinsip tertentu, prinsip keutuhan (unity) dan kepaduan (coherent).

Analisis wacana adalah studi tentang struktur pesan dalam komunikasi.

Lebih tepatnya lagi, analisis wacana adalah telaah mengenai aneka fungsi (pragmatik) bahasa. Banyak model analisis wacana yang diperkenalkan dan dikembangkan oleh para ahli. Eriyanto (2001) dalam buku Analisis wacana-nya, dari sekian banyak model analisis wacana itu, model van Dijk mengelaborasi elemen-elemen wacana sehingga bisa diaplikasikan secara praktis. Model yang dipakai van Dijk ini kerap disebut sabagai “kognisi sosial”. Istilah ini sebenarnya

(9)

diadopsi dari pendekatan lapangan psikologi sosial, terutama untuk menjelaskan struktur dan proses terbentuknya teks. Teks bukanlah bidang kosong, sebaliknya ia adalah bagian kecil dari struktur besar masyarakat. Pendekatan kognisi sosial ini membantu memetakan bagaimana produksi teks yang melibatkan proses yang kompleks tersebut dapat dipelajari dan dijelaskan.

Penelitian atas wacana tidak cukup didasarkan pada teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus diamati juga. Dalam hal ini, bagaimana suatu teks diproduksi, sehingga kita memperoleh suatu pengetahuan.

Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah struktur dari teks. Van dijk memanfaatkan dan mengambil analisis linguistic tentang kosakata, kalimat, proposisi, dan paragraph dalam memaknai suatu teks. Teks terdiri atas berbagai struktur/tingkatan, yang masing-masing bagian saling mendukung. Van Dijk membaginya dalam tiga tingkatan:

a. Struktur makro merupakan makna global/ umum dari suatu teks yang dapat dipahami dengan melihat topik dari suatu teks. Tema wacana bukan hanya isi, tetapi juga sisi tertentu dari suatu peristiwa.

b. Superstruktur adalah kerangka suatu teks: bagaimana struktur dan elemen wacana itu disusun teks secara utuh. Supertruktur juga merupakan kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan.

c. Struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dengan menganalisis kata, kalimat, proporsi, anak kalimat, parafrase dan gambar yang dipakai.

Struktur wacana adalah cara yang efektif untuk melihat proses retorika dan persuasi yang dijalankan ketika seseorang menyampaikan pesan (Eriyanto, 2001:

227). Struktur/elemen wacana yang dikemukakan Van Dijk ini dapat digmbarkan sebagai berikut:

Tabel 2.1. Elemen wacana Van Dijk Struktur

Wacana Hal yang diamati Elemen

Struktur Makro

TEMATIK

(Apa yang dikatakan ?) Topik

Superstruktur

SKEMATIK

(Bagaimana pendapat disusun dan dirangkai?)

Skema

Stuktur Mikro

SEMANTIK

(Makna yang ingin ditekankan dalam teks berita)

Latar, detail, maksud, praanggapan nominalisasi

(10)

Struktur Mikro

SINTAKSIS (Bagaimana pendapat

disampaikan?)

Bentuk kalimat koherensi, kata ganti

Struktur Mikro STILISTIK

(Pilihan kata apa yang dipakai?) Leksikon Struktur Mikro

RETORIS

(Bagaimana dan dengan cara apa penekanan dilakukan?)

Grafis, Metafora ekspresi.

Sumber: Diadopsi dari (Eriyanto 2000: 228).

2. Struktur Analisis Wacana Menurut Pandangan Pedagogis Materi Subjek

Struktur materi subyek terdiri dari : pengetahuan konten, aspek substansi dan aspek sintaktikal. Pengetahuan substantif merupakan pengetahuan mengenai aspek konsep teoritis, struktur logika, model-model yang terkandung dalam suatu area konten Pengetahuan sintaktikal merupakan wujud dasar pengembangan keilmuan dalam wacana membangun pengetahuan. Dalam konteks pedagogi, aspek sintaktikal berhubungan dengan tugas merekonstruksi pengetahuan dalam bentuk yang lebih sederhana. Pengetahuan konten, mencakup fakta dan konsep dalam suatu disiplin, aspek sintaktikal mencakup merumuskan dan cara validasi pengetahuan, sedangkan aspek substantif mencakup organisasi konten ilmu (Siregar, 1998:47).

Tugas utama dalam analisis wacana adalah mengorganisasikan unit terkecil proposisi mikro menjadi unit yang lebih besar, proposisi makro yang secara berulang-ulang dapat digabung menjadi proposisi makro yang akhirnya menjadi proposisi global. Secara keseluruhan proposisi yang dihasilkan, disebut struktur makro. Penurunan proposisi makro dilakukan dengan menerapkan aturan makro yang terdiri atas penghapusan, generalisasi, dan konstruksi. Penghapusan, jika dari proposisi yang digali terdapat proposisi yang tidak diperlukan untuk menginterpretasikan suatu teks, maka proposisi tersebut dapat dihapuskan.

Generalisasi, dilakukan dengan penurunan atau menggeneralisasikan suatu proposisi dari beberapa proposisi. Konstruksi, secara bertahap dari beberapa proposisi dapat dikonstruksikan menjadi proposisi baru.

Pembagian bentuk-bentuk wacana menurut aspek motif lebih memudahkan dalam pembagian bentuk-bentuk wacana yang dikembangkan oleh pengajar. lebih memudahkan dalam pembagian bentuk-bentuk wacana yang dikembangkan oleh pengajar. (Siregar : 1998).

(11)

Penyajian motif tersebut dapat berbentuk:

a. Informing : penyajian materi subyek kepada siswa hanya berupa informasi saja, tanpa siswa tahu bagaimana informasi itu dirumuskan.

Motif Informing (menginformasikan) juga terwujud dalam bentuk ucapan yang mengkukuhkan adanya suatu kebenaran dalam bentuk proposisi, contohnya mendeskripsikan suatu kebenaran.

b. Eliciting (pemilihan) : kegiatan penyajian materi subyek yang lebih dalam dengan melakukan pemilihan materi untuk memudahkan pemahaman siswa.

Motif eliciting (menggali), terwujud dalam bentuk ucapan yang memapankan logika kebenaran dari hubungan antarproposisi, contohnya membandingkan dua kebenaran.

c. Directing : kegiatan penyajian materi subyek yang menyertakan siswa sebagai penilai dan pemberi persetujuan serta keputusan berdasarkan materi yang telah disampaikan sebelumnya dengan disertai bimbingan guru. Motif directing (mengarahkan) terwujud dalam mengalihkan proposisi menjadi realisasi suatu tindakan, contohnya instruksi bagaimana membandingkan dua kebenaran.

d. Boundary marking : motif membatasi diwujudkan melalui penggunaan pembatas wacana, contohnya, “baiklah”, “hingga di sini”, “berikutnya”, dlsb yang dapat membatasi penjelasan mengenai suatu konsep ke konsep lain.

Proses belajar mengajar (PBM) adalah fenomena wacana yang secara mendasar mempunyai sistem kemaknaan. Studi mengenai kelas pada akhirnya memperhatikan logika-internal PBM yang dapat diungkapkan berdasarkan motif mengendalikan hubungan ketergantungan komponen-komponen pengajar, pembelajar dan materi subyek, sedangkan fungsi motif tersebut hanya dapat diungkapkan dengan melihat PBM sebagai fenomena wacana, karena totalitas kegiatan yang membentuk hubungan ketergantungan berlangsung menggunakan bahasa.

(12)

E. Konsep Archaebacteria dan Eubacteria

Monera adalah istilah yang dipakai untuk menyebut golongan makhluk yang terdiri dari bakteri dan Cyanobacteria, keduanya tidak mempunyai nucleus sejati.

1. Archaebacteria

Archaea salah satu dari domain prokariotik, yang satunya adalah bakteri.

Prokariota adalah organisme bersel tunggal yang strukturnya sederhana, tidak memiliki mitokondria dan alat golgi serta nukleus dan bahan genetiknya berupa benang-benang DNA tak terbungkus selaput, mencakup bakteri dan ganggang biru.

Sebagian besar Archaebacteria menempati lingkungan yang lebih ekstrim dibumi.

Tiga kelompok utama Archaebakteria : metanogen, halofil ekstrim, dan termofil ekstrem.

a. Metanogen merupakan salah satu dari tiga kelompok utama arkhaea dinamai sesuai dengan metebolisme energinya yang khas, dimana H2 digunakan untuk mereduksi CO2 menjadi metana (CH4). Contoh Ruminococcus albus, Methanomonas sp dan Methanobacterium sp.

b. Halofil ekstrem, hidup dalam lingkungan yang sangat asin seperti Great Salt Lake, Laut Mati dan Danau Oewns. Contoh Halobacterium. salinarum sp dan Bacillus caldotenax.

c. Termofil ekstrem, tumbuh subur di lingkungan yang sangat panas. Termofil ekstrem atau Termoasidofil yaitu bakteri yang tumbuh subur pada kondisi lingkungan yang sangat panas dan berkadar garam tinggi. Contoh Sulfolobus sp, Thermus aquaticus dan Pyrococcus sp.

2. Eubacteria

Eubacteria merupakan salah satu dari tiga dunia primer makhluk hidup di samping Archaebacteria dan Eukariota yang menampung semua bakteri sejati.

Eubacteria dikatakan bakteri yang memiliki dinding sel yang mengandung peptidoglikan dan sebagian besar bakteri hidup kosmopolit. Eubacteria meliputi:

a. Bakteri

Suatu kelompok mikroorganisme prokariotik bersel tunggal yang sangat beragam, kosmopolit, tidak memiliki membran inti, dan dinding sel tidak berklorofil. Bakteri ditemukan pertama kali pada tahun 1674, oleh Antony van Leeuwenhoek (seorang ilmuwan dari Belanda, penemu mikroskop lensa

(13)

tunggal), dan istilah bacteria baru diperkenalkan pada tahun 1828 oleh Ehrenberg. Pembahasan bakteri meliputi:

1) Struktur Bakteri

Struktur sel bakteri dapat dikatakan masih sangat sederhana. Pada setiap sel bakteri terdapat beberapa komponen penting, yaitu dinding sel, membrane sel, sitoplasma, dan bahan inti serta beberapa organel sel. Organel tertentu, misalnya flagellum, pilus, kapsul, dan endospora, hanya dimiliki oleh jenis bakteri tertentu dan tidak dimiliki oleh jenis bakteri lainnya.

2) Bentuk Sel Bakteri

Bakteri memiliki bentuk sel yang bervariasi. Bentuk dasar sel bakteri, antara lain sebagai berikut.

a) Basilus merupakan kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder dan mempunyai variasi sebagai berikut: diplobasil dan streptobasil.

b) Kokus adalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola dan mempunyai beberapa variasi sebagai berikut: mikrokokus, diplokokus, tetrakokus, sarkina, staphylokokus dan streptokokus.

c) Spirilum adalah bakteri berbentuk spiral atau spirilum, terutama dijumpai sebagai individu sel yang tidak saling melekat. Terdapat juga bentuk vibrio, bakteri berbentuk seperti tanda baca koma, dan

sprirocheta, berbentuk spiral ulir seperti sekrup.

3) Klasifikasi Bakteri

Bakteri-bakteri tersebut dapat diklasifikasikan atau dikelompokkan, antara lain berdasarkan cara memperoleh makanannya, kebutuhannya akan oksigen, struktur kimia dinding selnya, dan berdasarkan hubungan evolusinya.

a) Berdasarkan cara memperoleh makanannya

(1) Bakteri Autotrof adalah suatu mikroorganisme yang menggunakan bahan-bahan anorganik sebagai sumber nutrien karbondioksida merupakan satu-satunya sumber karbon. Berdasarkan asal sumber energi yang digunakan untuk menyusun makanan, bakteri dibedakan menjadi dua:

(14)

(a) Bakteri Fotoautotrof adalah bakteri yang dapat membuat makanannya sendiri dengan menggunakan energi yang berasal dari cahaya matahari atau melalui proses fotosintesis. Bakteri fotoautotrof memiliki pigmen-pigmen fotosintetik, antara lain pigmen hijau yang disebut bakterioklorofil, pigmen ungu, pigmen kuning (karoten), dan pigmen merah yang disebut bakteriopurpurin.Contoh Chlorobium sp dan Cyanobacteria sp.

(b) Bakteri Kemoautotrof adalah bakteri yang memiliki kemampuan mendapatkan energi metabolisme dengan reaksi oksidasi dan reduksi substrat inorganik dan menggunakan karbon dioksida sebagai sumber utama karbon seperti diperlihatkan beberapa mikrob; kemotrof, kemolitotrof. Contoh Thiobacillus feriooxidans, Nitrosomonas sp.

(2) Bakteri Heterotrof adalah Suatu organisme yang tidak mampu menggunakan karbondioksida sebagai satu-satunya sumber karbon dan membutuhkan satu atau lebih senyawa organik. Bakteri heterotrof dapat hidup secara saproba (pengurai), parasit, dan simbiosis mutualisme.

(a) Bakteri Fotoheterotrof adalah bakteri yang dapat menggunakan cahaya untuk menghasilkan ATP, tetapi harus menggunakan karbon dalam bentuk organik.

(b) Bakteri Kemoheterotrof adalah bakteri yang harus mengkonsumsi molekul organik untuk sumber energi dan karbon.

b) Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen

(1) Aerob obligat menggunakan O2 untuk respirasi seluler dan tidak dapat tumbuh tanpa oksigen. Bakteri Aerob adalah bakteri yang hanya tumbuh apabila ada oksigen. Jika tidak ada oksigen, bakteri ini akan mati.

(2) Anaerob adalah sifat makhluk yang dapat hidup dan tumbuh berkembang tanpa adanya oksigen bebas berupa gas atau terlarut.Bakteri Anaerob dibedakan menjadi Anaerob Fakultatif, dan Anaerob Obligat.

(15)

(a) Bakteri Anaerob Fakultatif, menggunakan O2 jika ada, tetapi juga dapat tumbuh dengan cara fermentasi dalam suatu lingkungan aerobik.

(b) Bakteri Anaerob Obligat adalah bakteri yang tumbuh tanpa adanya oksigen bebas. Jika terpadat oksigen, maka bakteri ini akan mati karena akan teracuni oleh oksigen.

c) Berdasarkan Struktur Kimia Dinding Selnya (1) Bakteri Gram Positif

Bakteri Gram Positif memiliki dinding sel yang lebih sederhana dengan jumlah peptidoglikan yang relatif banyak. Kelompok bakteri ini, berwarna lembayung setelah diperlakukan dengan pewarnaan Gram.

(2) Bakteri Gram Negatif

Bakteri Gram Negatifmemiliki peptidoglikan yang lebih sedikit dan secara struktural lebih kompleks. Kelompok bakteri ini, tidak berwarna lembayung setelah diperlakukan dengan pewarnaan Gram.

d) Berdasarkan Evolusinya (1) Proteobacteria

Klad Bakteri Gram Negatif yang besar dan beraneka ragam ini mencakup fotoautotrof, kemoautotrof, dan heterotrof. Beberapa proteobakteri bersifat aerobic.

(2) Bakteri Gram Positif

Sebagian besar memang Gram positif, akan tetapi nama kelompok tersebut menyesatkan karena beberapa spesies sesungguhnya adalah Gram negative dan dikelompokkan dalam takson ini karena sistematika molekuler menunjukkan suatu hubungan yang dekat dengan Bakteri Gram Positif. Beberapa diantaranya bersifat fotosintetik, akan tetapi sebagian besar spesiesnya bersifat kemoheterotrof, banyak diantaranya, termasuk Clostridium dan Bacillus, membentuk endospora yang resisten terhadap kondisi yang sulit.

(3) Spirocheta

(16)

Heterotrof yang berbentuk heliks ini bergerak spiral melewati lingkungannya dengan menggunakan filament internal mirip-flagela yang berotasi. Banyak Spirocheta hidup bebas, namun ada pula yang tersohor sebagai parasit patogenik: Treponema pallidum menyebabkan sifilis, dan Borrelia burgdorferi menyebabkan penyakit Lyme.

(4) Cyanobacteria

Fotoautotrof ini adalah satu-satunya prokariota dengan proses fotosintesis penghasil oksigen yang mirip pada tumbuhan.

Sianobakteri soliter maupun colonial berlimpah di mana pun ada air, menyediakan banyak sekali makanan untuk ekosistem air tawar dan ekosistem laut. Beberapa koloni berfilamen memiliki sel-sel yang terspesialisasi untuk fiksasi nitrogen, proses yang menggabungkan N2 atmosferik kedalam senyawa-senyawa anorganik yang dapat digunakan dalam sintesis asam amino dan molekul-molekul organik lain.

(5) Chlamydia

Parasit intraseluler obligat pada hewan, mendapatkan semua ATP- nya dari sel-sel inang; dinding sel Gram negatif, akan tetapi tidak umum diantara bakteri karena tidak memiliki peptidoglikan;

Chlamydia trachomatis adalah penyebab kebutaan yang paling umum di dunia dan juga penyebab paling umum penyakit yang ditularkan secara seksual Mongonococcal urethritis, di Amerika Serikat.

4) Reproduksi Bakteri

Salah satu cirri makhluk hidup adalah mampu berkembang biak atau bereproduksi. Pada bakteri dikenal dua macam cara bereproduksi, yaitu secara aseksual dan paraseksual. Reproduksi aseksual, yaitu dengan pembelahan biner sedangkan paraseksual dengan rekombinasi gen.

a) Reproduksi Seksual

Reproduksi bakteri pada umumnya aseksual, yaitu dengan pembelahan biner dari suatu bakteri membelah menjadi 2 dan seterusnya.

b) Reproduksi Paraseksual

(17)

Reproduksi paraseksual disebut juga rekombinasi gen. Rekombinasi gen adalah peritiwa bercampurnya sebagian materi gen (DNA) dari dua sel bakteri yang berbeda sehingga terbentuklah DNA rekombinan. Dalam rekombinasi gen, akan dihasilkan dua sel bakteri dengan materi genetik campuran dari kedua induknya. Rekombinasi gen dapat terjadi melalui konjugasi, transduksi, dan transformasi.

(1) Konjugasi merupakan transfer langsung materi genetic antara dua sel bakteri yang berhubungan sementara.

(2) Transduksi yakni pemindahan bahan genetika dari satu sel bakteri inang (donor) ke sel bakteri inang lain (resipien) dengan bantuan virus (bakteriofag).

(3) Transformasi merupakan rekombinasi genetika pada bakteri yang melibatkan penggabungan suatu fragmen DNA yang berasal dari preparat DNA murni ke dalam kromosom sel bakteri penerima.

5) Peran Bakteri

Bakteri mempunyai peran yang sangat besar bagi kehidupan, baik menguntungkan maupun merugikan.

a) Bakteri menguntungkan, bakteri berperan sebagai pengurai, berperan dalam industri makanan, penghasil antibiotik, dalam bidang kedokteran, dan dalam bidang pertanian.

b) Bakteri merugikan, bakteri pembusuk bahan-bahan makanan, menghasilkan racun, bersifat parasit dan patogen pada manusia, hewan ternak, maupun tanaman budidaya.

F. Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian yang telah dilakukan Fadhilah, M, dkk pada tahun 2012 yang berjudul Analisis Buku Ajar IPA Biologi yang Banyak Digunakan di SMP Negeri Kabupaten Jepara, menyatakan bahwa Kualitas buku IPA Biologi terbitan Erlangga karangan Istamar Syamsuri, dkk tahun terbit 2007 jilid 2 belum sesuai untuk siswa kelas VIII pada tingkat keterbacaan. Hal ini bisa dilihat dari hasil penelitian yang menunujukkan bahwa tingkat keterbacaan sampel sesuai 18.57%, sampel mudah 8,57%, sampel sulit 64,29%, dan sampel invalid 8,57%. Untuk tingkat kesalahan konsep tidak ditemukan kesalahan dari 231 konsep dan memiliki kesalahan ngambar

(18)

memiliki 11,50% dari gambar 113, untuk kesalahan ejaan memiliki 6 kesalahan ketikan, 5 kesalahan penggunaan huruf kapital dan 1 kesalahan penulisan tanda baca.

Dan untuk tingkat kelayakan buku berdasarkan BNSP memiliki standar kelayakan pada instrumen I dan 2 sebanyak 86,8% dengan kriteria sangat sesuai (Fadilah, M 2012).

Penelitian yang dilakukan Analisis Buku Ajar Biologi Sma Kelas X Di Kota Bandung Berdasarkan Literasi Sains Buku teks Biologi harus menyatukan semua aspek yang berhubungan dengan sains, termasuk Penyelidikan hakikat sains, Interaksi sains teknologi dan masyarakat, dan Sains sebagai cara mengenali teks itu sendiri secara langsung dan bukan dalam bagian terpisah. Dari tiga buku ajar yang sudah dianalisis berdasarkan literasi sains, diperoleh hasil proporsi tema literasi sains sebagai berikut; Pengetahuan sains sebesar 82%, Penyelidikan hakikat sains sebesar 2%, Sains sebagai cara berpikir sebesar 8% dan Interaksi sains, teknologi dan masyarakat sebesar 8% (Adisendjaja, Y: 2007).

Penilaian guru terhadap buku ajar biologi kelas X semester genap di MA se- Kabupaten Kendal yang diteliti oleh Budi Wahyono pada tahun 2010, menyatakan bahwa buku tersebut telah sesuai dengan syarat standar kelayakan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Data hasil pengolahan data penilaian guru terhadap buku ajar biologi kelas X semester genap yang banyak digunakan di Madrasah Aliyah (MA) se-Kabupeten Kendal diperoleh rata-rata persentase akhir 79, 34%, ini menunjukkan bahwa buku ajar yang digunakan guru biologi kelas X di Madrasah Aliyah (MA) se- Kabupaten Kendal telah sesuai dengan Badan Standar Nasional Pendidikan dengan kriteria sesuai (Wahyono, B : 2010).

Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis kesinambungan materi biologi pada Buku Sekolah Elektronik (BSE) biologi jenjang SD, SMP, dan SMA. Penelitian dilakukan pada bulan Januari hingga Mei 2012 menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif evaluatif. Populasi yang diteliti adalah 9 BSE kelas V SD, 10 BSE kelas VIII SMP, dan BSE kelas XI SMA. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar BSE telah memenuhi prinsip kesinambungan. Terdapat dua BSE dengan nilai kesinambungan yang terlalu rendah yaitu BSE SD 07 dan BSE SMA 08 dan satu BSE dengan nilai kesinambungan yang terlalu tinggi yaitu BSE SD 01. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya berbagai kesalahan materi dalam BSE biologi. Adanya ketidaksinambungan dan berbagai kesalahan materi dalam BSE menuntut pemerintah,

(19)

penerbit, dan pengguna BSE mengambil berbagai kebijakan terkait BSE (Fitri, A : 2012).

Penyusunan buku pelajaran biologi, standar nasional pendidikan sains (NRC, 1996) diabaikan. Buku ini lemah dan tidak memadai karena tidak memiliki proses penelitian ilmiah dan teknik bertanya. Kemudian, kesalahpahaman dalam buku teks membuat situasi ini buruk. Selain hasil tersebut, materi visual yang tidak pantas dan tidak melayani tujuan topik. Kegiatan mekanik dan teknik pengukuran-penilaian yang tidak beragam. Jadi, jelas bahwa buku tersebut tidak berfungsi untuk memenuhi kebutuhan guru, mahasiswa, dan bahkan instruksi (Mayis,O: 2009) .

Penelitian relevan lainnya, dilakukan oleh Ekki Yulianawati mahasiswi IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang meneliti Analisis Wacana Pedagogis Buku Teks Biologi XII pada Pokok Bahasan Hereditas. Hasil penelitiannya menunjukan untuk persentase tingkat relevansi indikator yang terakomodasi materi sebanyak 66,67%, untuk persentase terakomodasi tugas 22,22%, dan untuk persentase tidak terakomodasi 11,11%. Sedangkan persentase ketepatan konsep yang memadai sebanyak 35,21% dan ketepatan konsep dalam kategori kurang atribut sebanyak 7,04%. Sementara hasil analisis materi subjek buku biologi pada representasi teks mencapai struktur 2 sampai 5 level.

Penelitian ini, difokuskan pada analisis wacana pembelajaran dengan variable tingkat relevansi indikator, tingkat ketepatan konsep, analisis struktur wacana dan analisis motif wacana. Penelitian dilakukan pada buku teks SMA BSE, Non BSE KTSP terbitan Platinum, dan Kurikulum 2013 terbitan Erlangga untuk kelas X pada konsep Archaebacteria dan Eubacteria.

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah kesyukuran bagi penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Efektivitas Layanan Permohonan Paspor Online Studi Kasus Di Kantor Imigrasi Kelas I

Kesimpulan yang didapat dari penulisan skripsi ini adalah tentang tugas Hakim Pengadilan Agama dalam memeriksa dan memutus perkara perceraian dengan alasan

Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa nilai kurs berhubungan negatif dengan ekspor adalah penelitian dari Listianingrum (2015) yang hasil estimasinya menyatakan bahwa nilai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kolkhisin berpengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan yaitu: tinggi tanaman dan jumlah daun, dan juga parameter produksi antara

Sebaliknya masyarakat pengguna yang pengetahuannya kurang cenderung tidak memikirkan resiko yang muncul, Mereka lebih suka menpu diri dengan menganggap bahwa pemanfaatan

Menimbang bahwa dengan mengingat gugatan cerai Penggugat dikabulkan, maka untuk memenuhi ketentuan / perintah pasal 84 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989, maka Majelis

kalian punya mata, tapi kalian sering gunakan untuk melihat yang tidak pantas untuk dilihat; kalian tidak menggunakannya untuk membaca ayat- ayat Allah?. kalian punya telinga, tapi